ISSN OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI"

Transkripsi

1

2

3 ISSN OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

4 2015 OUTLOOK KOPI ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

5 OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI ISSN : Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 96 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi. Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc. Ir. Noviati, MSi. Naskah : Rhendy Kencana Putra W, S.Si Design Sampul : Victor Saulus Bonavia Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

6 2015 OUTLOOK KOPI iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

7 OUTLOOK KOPI 2015 KATA PENGANTAR Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditi Perkebunan. Publikasi Outlook Kopi Tahun 2015 menyajikan keragaan data series komoditi kopi secara nasional dan internasional selama tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2015 sampai dengan tahun Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-publikasi Kementerian Pertanian di alamat Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi kopi secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta, Oktober 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

8 2015 OUTLOOK KOPI vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

9 OUTLOOK KOPI 2015 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... xix BAB I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP... 3 BAB II. METODOLOGI SUMBER DATA DAN INFORMASI METODE ANALISIS... 4 BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI DI INDONESIA Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Sentra Produksi Kopi di Indonesia PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia Neraca Perdagangan Kopi Indonesia Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

10 2015 OUTLOOK KOPI BAB IV. KERAGAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Negara-negara ASEAN Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN Perkembangan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia Perkembangan Produksi Kopi Dunia Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KOPI PROYEKSI PENAWARAN KOPI DI INDONESIA TAHUN PROYEKSI PERMINTAAN KOPI DI INDONESIA TAHUN PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOPI DI INDONESIA TAHUN PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI ASEAN TAHUN PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI DUNIA TAHUN BAB VI. KESIMPULAN KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

11 OUTLOOK KOPI 2015 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan... 5 Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Kopi di Indonesia, Tabel 5.3. Proyeksi Surplus Kopi di Indonesia, Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di ASEAN, Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

12 2015 OUTLOOK KOPI DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, Gambar 3.2. Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan, Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Kopi Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, Gambar 3.6. Provinsi Sentra Produksi Kopi Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Gambar 3.7. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Lampung, Tahun Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Bengkulu, Tahun Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Jawa Timur, Tahun Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun Gambar Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

13 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh, Tahun Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun Gambar Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, Gambar Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun, Gambar Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia, Gambar Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia, Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan Kopi Indonesia, Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Kawasan ASEAN, Gambar 4.2. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Kopi di Kawasan ASEAN, Gambar 4.4. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Kawasan ASEAN, Gambar 4.6. Produktivitas Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Gambar 4.7. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Gambar 4.8. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Rata-rata Gambar 4.9. Perkembangan Produksi Kopi Dunia, Gambar Sentra Produksi Kopi Dunia, Rata-rata Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

14 2015 OUTLOOK KOPI Gambar Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, Gambar Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata Gambar Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Gambar Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata Gambar Negara-negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Gambar Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN, Gambar Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia, xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

15 OUTLOOK KOPI 2015 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Lampung, Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Selatan, Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Bengkulu, Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Jawa Timur, Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

16 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Aceh, Lampiran 16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sulawesi Selatan, Lampiran 17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, Lampiran 18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Nusa Tenggara Timur, Lampiran 19. Perkembangan Harga Kopi Menurut Jenis Kopi di Pasar Dalam Negeri, Lampiran 20. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia, Lampiran 21. Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia, Lampiran 22. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN, Lampiran 23. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Lampiran 24. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Lampiran 25. Negara-negara dengan Produktivitas Kopi Terbesar di ASEAN, Lampiran 26. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi Dunia, Lampiran 27. Negara-negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Terbesar di Dunia, Lampiran 28. Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia, Lampiran 29. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, Lampiran 30. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

17 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 31. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Lampiran 32. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Lampiran 33. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia, Lampiran 34. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia, Lampiran 35. Perkembangan Ketersediaan Kopi di ASEAN, Lampiran 36. Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia, Lampiran 37. Hasil Analisis ARIMA untuk Produksi Kopi di Indonesia Lampiran 38. Hasil Analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk Konsumsi Kopi di Indonesia Lampiran 39. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di ASEAN Lampiran 40. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di Dunia Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

18 2015 OUTLOOK KOPI xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

19 OUTLOOK KOPI 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Angka Tetap Statistik Perkebunan Indonesia (Ditjen Perkebunan, 2014), produksi kopi Indonesia di tahun 2013 tercatat sebesar ton. Produksi ini berasal dari ha luas areal perkebunan kopi dimana 96,16% diantaranya diusahakan oleh rakyat (PR) sementara sisanya diusahakan oleh perkebunan besar milik swasta (PBS) sebesar 1,82% dan perkebunan besar milik negara (PBN) sebesar 2,02%. Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, maka kopi robusta mendominasi produksi kopi Indonesia di tahun Dari ton produksi kopi Indonesia, sebanyak 75,39% atau ton adalah kopi robusta sementara sisanya sebanyak 24,61% atau ton adalah kopi arabika. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia pada tahun 2013 adalah Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Adapun sentra produksi kopi arabika ditahun yang sama terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Harga kopi robusta tahun 2013 di pasar domestik Indonesia rata-rata adalah Rp per kg, lebih rendah jika dibandingkan harga kopi arabika yang mencapai rata-rata Rp per kg. Tingkat konsumsi kopi pada tahun 2014 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai 1,35 kg/kapita/tahun. Berdasarkan data FAO, di antara negara-negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Namun demikian, Indonesia adalah importir kopi terbesar ketiga di ASEAN setelah Malaysia dan Filipina. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Tetapi dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Hasil proyeksi produksi kopi di tahun 2019 mencapai ton. Sementara proyeksi konsumsi langsung kopi ditahun yang sama mencapai ton. Proyeksi konsumsi ini belum menggambarkan permintaan kopi dikarenakan proyeksi disusun menggunakan data konsumsi dari SUSENAS. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii

20 2015 OUTLOOK KOPI xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

21 OUTLOOK KOPI 2015 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh dunia dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Popularitas dan daya tarik dunia terhadap kopi, utamanya dikarenakan rasanya yang unik serta didukung oleh faktor sejarah, tradisi, sosial dan kepentingan ekonomi (Ayelign et al, 2013). Selain itu, kopi adalah salah satu sumber alami kafein (Nawrot et al, 2003) zat yang dapat menyebabkan peningkatan kewaspadaan dan mengurangi kelelahan (Smith, 2002). Minuman kopi, minuman dengan bahan dasar ekstrak biji kopi, dikonsumsi sekitar 2,25 milyar gelas setiap hari di seluruh dunia (Ponte, 2002). Pada tahun 2013, International Coffee Organization (ICO) memperkirakan bahwa kebutuhan bubuk kopi dunia sekitar 8,77 juta ton (ICO, 2015). Tanaman kopi (Coffea spp.) termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea. Linnaeus merupakan orang pertama yang mendeskripsikan spesies kopi arabika (Coffea arabica) pada tahun 1753 (Panggabean, 2011). Kini lebih dari 120 spesies kopi telah diidentifikasi namun hanya satu spesies yaitu Coffea canephora atau kopi robusta yang dibudidayakan mendekati kuantitas kopi arabika di seluruh dunia (Hoffman, 2014). Mekuria et al (2004) menyatakan bahwa 66% produksi kopi dunia merupakan jenis kopi arabika dan sisanya berasal dari kopi robusta. Dalam the Coffee Book: Anatomy of an Industry from Crop to the Last Drop disebutkan bahwa kopi pertama kali ditemukan antara tahun M oleh suku Galla di Ethiopia yang memanfaatkan kopi sebagai sejenis makanan penambah energi energy bar. Pada masa kejayaan Islam, para pedagang Islam menyebarkan kopi, minuman yang dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan dan penahan rasa kantuk, ke negara-negara dibawah kekaisaran Ottoman. Tahun 1650, Kedai kopi (coffee house) pertama dibuka di London menandakan penyebaran kopi secara luas di dunia, termasuk Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

22 2015 OUTLOOK KOPI Kopi di Indonesia pertama kali dibawa oleh pria berkebangsaan Belanda sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arab (Prastowo et al, 2010). Tanaman kopi kemudian ditanam hingga tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Namun setelah timbul serangan penyakit karat daun (coffee leaf rust), maka Pemerintah Hindia Belanda saat itu mendatangkan jenis kopi robusta yang berasal dari Kongo, Afrika pada tahun Kopi jenis ini lebih tahan penyakit dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan, dengan hasil produksi yang jauh lebih tinggi. Hal inilah yang menyebabkan kopi jenis ini lebih cepat berkembang di Indonesia (Panggabean, 2011). Lebih dari 80% dari luas areal pertanaman kopi Indonesia saat ini merupakan jenis kopi Robusta (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). Berdasarkan data dari FAO, pada tahun 2013, Indonesia tercatat sebagai produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Meskipun demikian, ekspor kopi dari Indonesia diperkirakan tidak lebih banyak daripada ekspor kopi Brazil, Vietnam dan Kolombia. Di dunia, Indonesia dikenal dengan dengan specialty coffee melalui berbagai varian kopi dan kopi luwak. Kopi arabika yang dikenal dari Indonesia diantaranya kopi lintong dan kopi toraja. Dengan keunikan cita rasa dan aroma kopi asal Indonesia, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan perdagangan kopinya di dunia. Outlook komoditas kopi ini, menyajikan keragaan komoditas kopi di Indonesia dan dunia, serta hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan kopi di Indonesia pada periode , yang diharapkan dapat berguna sebagai data mentah maupun bagian dari pengawasan terhadap kebijakan yang telah ada TUJUAN Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Kopi yang berisi keragaan data series secara nasional dan dunia, yang dilengkapi dengan hasil proyeksi penawaran dan permintaan nasional. 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

23 OUTLOOK KOPI RUANG LINGKUP Ruang lingkup yang dicakup dalam Buku Outlook Komoditi Kopi adalah: Keragaan luas tanaman menghasilkan, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor, harga, situasi komoditas kopi di dalam dan di luar negeri. Analisis komoditi kopi pada situasi nasional dan internasional serta penyusunan proyeksi komoditi kopi tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

24 2015 OUTLOOK KOPI 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

25 OUTLOOK KOPI 2015 BAB II. METODOLOGI 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Komoditi Kopi tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Data-data yang digunakan dalam outlook ini dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produktivitas dan Produksi Kopi Indonesia Sentra Produksi Kopi Robusta dan Arabika di Indonesia Konsumsi Kopi di Indonesia BPS Ditjen Perkebunan Ditjen Perkebunan - Produksi dalam wujud kopi berasan - Produksi dalam wujud kopi berasan - Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 4. Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri Ditjen Perkebunan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi ASEAN dan Dunia Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN dan Dunia FAO FAO Ditjen Perkebunan - Kode HS : ; ; ; ; ; ; ; ; ; Produksi dalam wujud biji kopi mentah - Negara Anggota ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam - Produksi dalam wujud biji kopi mentah - Negara Anggota ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

26 2015 OUTLOOK KOPI 2.2. METODE ANALISIS Analisis Deskriptif Analisis deskriptif atau perkembangan komoditas kopi dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas areal dan luas tanaman menghasilkan, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga domestik dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional maupun dunia Analisis Penawaran Analisis penawaran dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut dilakukan dengan pendekatan deret waktu (time series analysis) melalui metode ARIMA (Auto-Regressive Integrated Moving Average). Dalam pendekatan deret waktu, produksi kopi di Indonesia pada tahun tertentu dianggap memiliki keterkaitan dengan produksi kopi pada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan model yang dibangun dengan ARIMA, pada dasarnya menggunakan nilai amatan pada masa lalu dan sekarang untuk kemudian model tersebut digunakan dalam peramalan atau proyeksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis deret waktu dengan pendekatan ARIMA adalah stasioner atau tidaknya data deret waktu yang digunakan. Dalam model ARIMA, aspek-aspek AR dan MA hanya berkenaan dengan deret waktu yang stasioner. Stasioneritas berarti tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data. Dengan kata lain, fluktuasi data berada di sekitar suatu nilai rata-rata yang konstan, tidak tergantung pada waktu, dan varians dari fluktuasi tersebut pada dasarnya tetap konstan setiap waktu. Suatu deret waktu yang tidak stasioner harus diubah menjadi data stasioner dengan melakukan differencing (pembedaan). Yang dimaksud dengan differencing adalah menghitung perubahan atau selisih nilai observasi. 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

27 OUTLOOK KOPI 2015 Apabila hasil differencing ini belum stasioner, maka perlu dilakukan differencing kembali hingga menjadi stasioner. Secara umum model ARIMA dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu: model autoregressive (AR), moving average (MA) dan model campuran ARIMA (autoregressive integrated moving average) yang mempunyai karakteristik dari dua model pertama. Model ARIMA biasa dituliskan dengan notasi ARIMA (p, d, q) dimana notasi p adalah ordo model autoregressive (AR), notasi d adalah jumlah differencing yang dilakukan dan notasi q adalah ordo model moving area (MA). 1. Model autoregressive (AR) Bentuk umum model autoregressive dengan ordo p (AR(p)) atau model ARIMA (p,0,0) dinyatakan sebagai berikut: X = µ ' + φx + φ X + K + φ X + e t 1 t 1 2 t 2 p t p t dimana: µ ' = suatu konstanta φ p = parameter autoregressive ke-p e t = nilai kesalahan pada saat t 2. Model moving average (MA) Bentuk umum model moving average ordo q (MA(q)) atau ARIMA (0,0,q) dinyatakan sebagai berikut: X = µ ' + e θe θe K θ e t t 1 t 1 2 t 2 q t k dimana: µ ' = suatu konstanta φ 1 sampai φ q adalah parameter moving average et k = nilai kesalahan pada saat t-k Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

28 2015 OUTLOOK KOPI 3. Model campuran (ARIMA) a. Proses ARMA Model umum untuk campuran proses AR(1) murni dan MA(1) murni, atau ARIMA (1,0,1) dinyatakan sebagai berikut: X = µ ' + φx + e θe t 1 t 1 t 1 t 1 atau b. Proses ARIMA ( 1 φ B) X = µ ' + ( 1 θ ) 1 t 1 AR(1) MA(1) B e Apabila deret waktu yang digunakan tidak stasioner dan dilakukan differencing, maka model umum ARIMA (p,d,q) terpenuhi. Persamaan untuk kasus sederhana ARIMA (1,1,1) adalah sebagai berikut: ( 1 )( 1 φ ) = µ ' + ( 1 θ ) B B X B e 1 t 1 pembedaan AR(1) MA(1) pertama t t Dalam hal terdapat faktor musiman pada data, maka factor musiman tersebut didefinisikan sebagai suatu pola yang berulang-ulang dalam selang waktu yang tetap. Untuk data yang stasioner, factor musiman dapat ditentukan dengan mengidentisfikasi koefisien autokorelasi pada dua atau tiga time-lag yang berbeda nyata dari nol. Autokorelasi yang secara signifikan berbeda dari nol menyatakan adanya suatu pola dalam data. Dengan demikian, autokorelasi yang tinggi pada data merupakan suatu tanda adanya factor musiman. Notasi umum untuk ARIMA dengan factor musiman adalah sebagai berikut: ( p d q)( P DQ ) ARIMA,,,, dimana P, D dan Q adalah bagian musiman dan S adalah jumlah periode. S 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

29 OUTLOOK KOPI Analisis Permintaan Analisis permintaan komoditas perkebunan merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas perkebunan yang dikonsumsi oleh rumahtangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah dan telah diolah. Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan deret waktu (time series analysis) namun dalam outlook ini akan digunakan metode pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing). Pemulusan eksponensial adalah suatu metode yang secara terus menerus memperbaiki peramalan dengan merata-ratakan data masa lalu dari suatu data deret waktu secara eksponensial. Dalam pemulusan eksponensial berganda terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu: 1. Metode Linier Satu Parameter dari Brown s Metode ini pada dasarnya serupa dengan metode rata-rata bergerak namun untuk data dengan unsur trend maka akan terjadi lag antara nilai pemulusan dan data sebenarnya. Dalam metode Brown, perbedaan nilai tersebut ditambahkan pada nilai pemulusan dan disesuaikan untuk pola trend. Bentuk umum metode Brown adalah sebagai berikut: ( α ) ( α ) S' = α X + 1 S' t p t p t 1 S'' = α S' + 1 S'' t p t p t 1 ( ) a = S' + S' S'' = 2 S' S'' t t t t t t 1 αp b = 1 α t+ m t m t ( S' S'' ) t t t p F = α + b Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

30 2015 OUTLOOK KOPI dimana: S ' t = Nilai pemulusan eksponensial tunggal S '' t = Nilai pemulusan eksponensial ganda α p = Parameter pemulusan eksponensial at, b t = Konstanta pemulusan F + = Hasil peramalan untuk periode kedepan t m 2. Metode Dua Parameter dari Holt Dengan metode ini, nilai trend tidak dimuluskan dengan pemulusan berganda secara langsung, tetapi dilakukan dengan menggunakan parameter berbeda dengan parameter pemulusan data sebenarnya. Secara matematis, metode ini ditulis dengan tiga persamaan. Bentuk umum ketiga persamaan ini adalah sebagai berikut: Pemulusan total : S = X + ( 1 )( S + T ) α α t t t 1 t 1 Pemulusan trend : = β( ) + ( 1 β) T S S T t t t 1 t 1 Peramalan : Ft+ m = St + Tt m dimana, S t X T t t = Nilai pemulusan tunggal pada waktu ke-t = Data sebenarnya pada waktu ke-t = Nilai pemulusan trend pada waktu ke-t F t + m = Nilai ramalan m = Periode dimasa dating, α β = Konstanta dengan nilai antara 0 dan Kelayakan Model Model deret waktu yang diperoleh baik melalui pendekatan analisis regresi ataupun ARIMA dapat digunakan apabila nilai error dari model bersifat random atau tidak memiliki pola tertentu. Untuk menguji apakah nilai error yang diperoleh mengikuti pola tertentu atau tidak maka dilakukan pengujian dengan menggunakan salah satu uji berikut: 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

31 OUTLOOK KOPI Uji Q Box dan Pierce Statistik uji untuk pengujian ini adalah: m 2 k k= 1 Q= n' r 2. Uji Ljung-Box Statistik uji untuk pengujian ini adalah: ( ) Q= n' n' + 2 m k= 1 r 2 k ( n' k) Nilai kedua statistik uji diatas menyebar mengikuti distribusi Chi Square ( 2 χ ) dengan derajat bebas ( k p q P Q) dimana: n' d D S m r k = n-(d+sd) = ordo differencing non musiman = ordo differencing musiman = jumlah periode per musim = lag waktu maksimum = autokorelasi untuk lag waktu ke- 1, 2, 3, 4,, k Kriteria pengujian adalah χ 2 - Jika Q ( α,db), maka nilai error bersifat random (model dapat diterima) χ 2 - Jika Q> ( α,db), maka nilai error tidak bersifat random (model tidak dapat diterima) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

32 2015 OUTLOOK KOPI Selain pengujian keberartian model, untuk menentukan model terbaik yang dapat digunakan adalah dengan membandingkan standard error estimate melalui persamaan sebagai berikut: S dimana: ( Y ˆ t Yt) SSE t= 1 = = n n p n n n p Y t Y ˆt = nilai sebenarnya pada waktu ke-t = nilai dugaan pada waktu ke-t Model terbaik adalah model yang memiliki standard error estimate (S) yang paling kecil. Statistik lain yang biasa digunakan untuk menentukan model terbaik adalah nilai rata-rata presentase error peramalan atau mean average percentage error (MAPE). Persamaan matematis untuk statistik ini adalah: MAPE T Y Yˆ t Y T t= 1 t = t 100% dimana: T = banyaknya periode peramalan/dugaan 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

33 OUTLOOK KOPI 2015 BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL 3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI DI INDONESIA Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Pengusahaan kopi di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh rakyat. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 3.1, dimana luas areal untuk kopi PR (Perkebunan Rakyat) dari tahun 1980 hingga 2013, berimpit dengan luas areal kopi Indonesia. Luas areal kopi di Indonesia sendiri pada periode tahun cenderung mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1980 luas areal kopi Indonesia hanya mencapai ha, maka pada tahun 2013, luas areal kopi Indonesia meningkat menjadi ha atau meningkat sebesar 75,52%. Meskipun demikian, ratarata laju pertumbuhan luas areal kopi di Indonesia dalam periode tahun tidak terlalu tinggi. Secara rata-rata, pertumbuhan luas areal kopi Indonesia sejak 1980 hingga 2013 hanya mencapai 1,80% per-tahun atau bertambah ha per-tahunnya. Data perkembangan luas areal kopi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

34 2015 OUTLOOK KOPI Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, pada Gambar 3.2 terlihat bahwa mayoritas pekebun kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta. Meskipun demikian dari Gambar 3.2 terlihat bahwa luas areal kopi robusta berkenderungan menurun sementara luas areal kopi arabika berkecenderungan meningkat. Pada tahun 2001, luas areal kopi robusta di Indonesia mencapai ha dan menurun di tahun 2013 menjadi hanya ha atau terjadi penurunan sebesar 25,68% dibandingkan luas areal pada tahun Sementara luas areal kopi arabika pada tahun 2001 hanya mencapai ha, kemudian luasan ini meningkat sebesar 293% pada tahun 2013 menjadi ha. Data luas areal kopi di Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan secara rinci disajikan pada Lampiran 2. Gambar 3.2. Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

35 OUTLOOK KOPI Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Sejalan dengan pola perkembangan luas areal kopi di Indonesia, produksi kopi Indonesia juga mengalami kecenderungan peningkatan produksi pada periode (Gambar 3.3) dengan rata-rata pertumbuhan produksi kopi mencapai 3,12%. Pertumbuhan produksi kopi tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun Di tahun 1998 produksi kopi Indonesia mencapai ton atau lebih tinggi 20,08% dibandingkan produksi kopi pada tahun sebelumnya yang mencapai ton. Secara lengkap, perkembangan produksi kopi menurut status pengusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan, Sama halnya dengan pola luas areal kopi, produksi kopi menurut jenis kopi yang diusahakan didominasi oleh kopi dari jenis robusta. Terlihat pada Gambar 3.4, produksi kopi robusta lebih tinggi setiap tahunnya dibandingkan kopi berjenis arabika. Secara rata-rata, pada tahun , kontribusi kopi robusta terhadap produksi kopi nasional mencapai 84,62% setiap tahunnya. Namun demikian, jika diperhatikan Gambar 3.4, maka produksi kopi robusta di Indonesia memiliki kecenderungan menurun pada setiap tahunnya. Adapun untuk kopi arabika, Gambar 3.4 menunjukkan adanya trend peningkatan produksi dalam periode yang sama. Hal ini sesuai dengan perkembangan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

36 2015 OUTLOOK KOPI luas areal kopi berdasarkan jenis kopi yang diusahakan. Secara lengkap, produksi kopi Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan dapat dilihat pada Lampiran 4. Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Dari sisi produktivitas, produktivitas kopi di Indonesia terlihat berfluktuatif pada setiap tahunnya (Gambar 3.5) terutama untuk perkebunan besar swasta. Meskipun demikian, pertumbuhan produktivitas kopi di Indonesia pada periode tidak mengalami perubahan signifikan. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh meningkatnya luas tanaman menghasilkan yang berakibat pada peningkatan produksi kopi. Pada tahun 2003, produktivitas kopi di Indonesia mencapai 725 kg/ha dan hanya meningkat 1,95% di tahun 2013 menjadi 739 kg/ha. Data perkembangan produktivitas kopi di Indonesia pada tahun disajikan secara lengkap pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

37 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Kopi Menurut Status Pengusahaan, Sentra Produksi Kopi di Indonesia Berdasarkan data rata-rata selama 5 tahun terakhir ( ), sebesar 21,46% produksi kopi rakyat berasal dari Provinsi Lampung (Gambar 3.6). Pada periode tersebut, produksi kopi secara rata-rata di Provinsi Lampung mencapai ton. Pada periode yang sama, Provinsi Sumatera Selatan dengan kontribusi 20,18% dari produksi kopi rakyat di Indonesia secara rata-rata mampu menghasilkan ton kopi setiap tahunnya. Data provinsi sentra produksi kopi rakyat tahun dapat dilihat pada Lampiran 6. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

38 2015 OUTLOOK KOPI Gambar 3.6. Provinsi Sentra Produksi Kopi Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Jika dilihat berdasarkan jenis kopi yang dibudidayakan, maka sentra produksi kopi robusta di perkebunan rakyat di Indonesia pada periode tahun dapat dilihat pada Gambar 3.7 dengan data disajikan pada Lampiran 7. Sentra produksi kopi robusta di perkebunan rakyat di Indonesia secara rata-rata tahun terpusat di 5 provinsi. Kelima provinsi ini berkontribusi sebesar 74,10% produksi kopi robusta Indonesia. Provinsi sentra produksi kopi robusta di Indonesia dengan kontribusi mencapai 27,93% adalah provinsi Lampung dengan rata-rata produksi mencapai ton kopi robusta setiap tahunnya. Tidak jauh berbeda dengan Provinsi Lampung. Provinsi Sumatera Selatan dalam periode yang sama tercatat mampu memproduksi ton kopi robusta setiap tahunnya. Produksi kedua provinsi ini secara total menyumbang 55,93% dari produsi kopi robusta di Indonesia. Provinsi penghasil kopi robusta terbesar lainnya adalah Bengkulu dengan produksi mencapai ton setiap tahun, Jawa Timur dengan produksi ton per tahun dan Sumatera Barat dengan produksi ton per tahun. 18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

39 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.7. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Sebagaimana disampaikan, sentra produksi kopi robusta di perkebunan rakyat di Indonesia pada tahun sebagian besar berasal dari Provinsi Lampung. Di provinsi ini pada tahun 2013 produksi kopi robusta mencapai ton dengan sentra produksi berasal dari Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Pringsewu (Gambar 3.8 dan Lampiran 8). Kelima kabupaten ini menyumbang 95,20% produksi kopi robusta di Provinsi Lampung. Produksi kopi robusta dari Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013 mencapai ton atau 41,38% dari total produksi kopi robusta di Provinsi Lampung. Kabupaten sentra selanjutnya adalah Kabupaten Tanggamus yang memberikan kontribusi 24,16% dengan produksi kopi robusta mencapai ton. Kabupaten Way Kanan kemudian memberikan kontribusi produksi kopi robusta terbesar ketiga di Provinsi Lampung dengan produksi sebesar ton atau 13,73%. Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Pringsewu adalah kabupaten sentra produksi kopi robusta terakhir dengan produksi masing-masing ton dan ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

40 2015 OUTLOOK KOPI Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Lampung, Tahun 2013 Di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013, produksi kopi robusta sebagian besar diperoleh dari Kabupaten OKU Selatan dengan produksi mencapai ton atau 23,74% produksi kopi robusta di Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 3.9). Kabupaten penghasil kopi robusta terbesar lainnya di Provinsi Sumatera Selatan adalah Kabupaten Empat Lawang dengan produksi ton kopi robusta (18,61%), Kabupaten Muara Enim dengan produksi ton, Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan produksi ton, dan Kabupaten Lahat dengan produksi ton. Keempat kabupaten ini bersama dengan Kabupaten OKU Selatan berkontribusi sebesar 88,75% terhadap produksi kopi robusta di Provinsi Sumatera Selatan sementara 11,25% sisanya terdapat di kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Sumatera Selatan. Data produksi kopi robusta di perkebunan rakyat Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013 disajikan pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

41 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2013 Sebagai penghasil kopi robusta di perkebunan rakyat terbesar ketiga di Indonesia sejak tahun 2009 hingga 2013, kopi robusta di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 tercatat sebagian besar dihasilkan dari Kabupaten Kepahiyang dan Kabupaten Rejang Lebong dengan kontribusi produksi kopi robusta dari keduanya mencapai 57,90% dari total produksi kopi robusta di Provinsi Bengkulu (Gambar 3.10). Produksi kopi robusta perkebunan rakyat dari Kabupaten Kepahiyang pada tahun 2013 mencapai ton atau 33,21% dari total produksi kopi robusta perkebunan rakyat di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2013 tercatat sebagai kabupaten dengan produksi kopi robusta terbesar kedua di Provinsi Bengkulu dengan produksi mencapai ton atau 24,70% dari total produksi kopi robusta Provinsi Bengkulu. Tiga kabupaten penghasil kopi robusta terbesar lainnya yaitu Kabupaten Kaur, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Seluma masing-masing menyumbang tidak lebih dari 10% produksi kopi robusta di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Kaur pada tahun 2013 hanya memproduksi ton, sementara Kabupaten Lebong mampu memproduksi ton dan Kabupaten Seluma mampu memproduksi ton selama tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

42 2015 OUTLOOK KOPI Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Bengkulu, Tahun 2013 Produksi kopi robusta dengan wujud produksi kopi berasan dari perkebunan rakyat di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 sebagian besar berasal dari Kabupaten Malang (Gambar 3.11). Kontribusi dari kabupaten ini pada total produksi kopi robusta di Provinsi Jawa TImur mencapai 29,18% atau sekitar ton kopi robusta (Lampiran 11). Sentra produksi lainnya di Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Banyuwangi. Dari Kab. Banyuwangi, sekitar 16,37% produksi kopi robusta Provinsi Jawa Timur berasal. Pada tahun 2013 produksi kopi robusta dari kabupaten ini mencapai ton. Kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur dengan produksi kopi robusta terbesar adalah Kab. Jember dan Kab. Lumajang dengan produksi kopi robusta di tahun 2013 masingmasing mencapai ton, serta diikuti oleh Kab. Bondowoso dengan produksi mencapai ton. Secara lengkap data kabupaten sentra produksi kopi robusta di Provinsi Jawa TImur dapat dilihat pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

43 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013 Sentra kopi robusta di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 terdapat di 5 kabupaten (Gambar 3.12). Dengan wujud produksi kopi berasan, kabupaten produsen kopi robusta terbesar di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 adalah Kab. Solok. Kontribusi kabupaten ini terhadap produksi kopi Provinsi Sumatera Barat mencapai 40,10% dengan produksi ton. Produksi kopi robusta dari kabupaten ini jauh lebih besar dari keempat kabupaten sentra lainnya yang rata-rata hanya mampu berkontribusi 11,48% terhadap produksi kopi Provinsi Sumatera Barat. Kab. Agam, Kab. Solok Selatan, Kab. Pasaman Barat, dan Kab. Tanah Datar adalah kabupaten-kabupaten lain penghasil kopi robusta terbesar di Provinsi Sumatera Barat pada tahun Namun demikian produksi kopi robusta dari kabupaten-kabupaten ini masingmasing hanya ton, 1876 ton, 1876 ton, dan ton. Data lengkap sentra produksi kopi robusta pada tahun 2013 di Provinsi Sumatera Barat disajikan pada Lampiran 12. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

44 2015 OUTLOOK KOPI Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013 Untuk kopi arabika, pada tahun , Provinsi Sumatera Utara tercatat sebagai produsen kopi arabika terbesar di Indonesia (Gambar 3.13). Dengan rata-rata produksi kopi arabika sebesar ton setiap tahunnya, Provinsi Sumatera Utara berkontribusi 32,05% dari produksi kopi arabika nasional. Provinsi penghasil kopi arabika terbesar lainnya adalah Provinsi Aceh dengan rata-rata produksi sebesar ton setiap tahunnya. Secara total, kedua provinsi ini berkontribusi hingga 61,15% terhadap produksi kopi arabika di Indonesia yang mencapai ton setiap tahunnya. Secara lengkap data produksi kopi arabika di 5 provinsi produsen terbesar di Indonesia pada tahun disajikan pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

45 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Pada tahun 2013, Kab. Tapanuli Utara tercatat sebagai kabupaten penghasil kopi arabika terbesar di Provinsi Sumatera Utara (Gambar 3.14). Produksi kopi robusta dari kabupaten ini di tahun 2013 mencapai ton. Dengan produksi ini, Kab. Tapanuli Utara menyumbang 20,64% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Selain Kab. Tapanuli Utara, sentra penghasil kopi arabika pada tahun 2013 di Provinsi Sumatera Utara adalah Kab. Dairi, Kab. Simalungun, Kab. Karo, dan Kab. Hunbang Hasundutan. Produksi kopi arabika dari Kab. Dairi di tahun 2013 mencapai ton atau 19,54% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Produksi kopi arabika di Kab. Simalungun, Kab. Karo, dan Kab. Hunbang Hasundutan pada tahun 2013 masing-masing adalah ton, ton dan ton. Produksi kopi arabika dari kelima kabupaten ini menyumbang 83,44% produksi kopi arabika Provinsi Sumatera Utara di tahun Secara lengkap data produksi kopi arabika tahun 2013 di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran 14. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

46 2015 OUTLOOK KOPI Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2013 Sebagai penghasil kopi arabika terbesar kedua di Indonesia, Provinsi Aceh hanya memiliki dua kabupaten sebagai sentra produksi kopi arabika di tahun 2013, yaitu Kab. Aceh Tengah dan Kab. Bener Meriah (Gambar 3.15). Berdasarkan data Angka Tetap Perkebunan tahun 2013, produksi kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah mencapai ton atau berkontribusi 64,35% terhadap total produksi kopi arabika di Provinsi Aceh. Untuk produksi kopi arabika dari Kabupaten Bener Meriah, pada tahun 2013, produksi kopi arabika di kabupaten ini mencapai ton. Secara lengkap data produksi kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah di tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

47 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh, Tahun 2013 Selama tahun , perkebunan rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan rata-rata memproduksi 13,18% kopi arabika Indonesia atau setara dengan ton kopi arabika pertahun. Untuk tahun 2013 saja, kopi arabika hasil produksi perkebunan rakyat di provinsi ini mencapai ton. Produksi ini tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan, namun lima kebupaten dengan produksi kopi arabika terbesar adalah Kab. Enrekang, Tana Toraja, Gowa, Toraja Utara, dan Luwu dengan kontribusi kelima kabupaten ini terhadap produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 81,57% (Gambar 3.16). Kabupaten Enrekang pada tahun 2013 tercatat memproduksi ton kopi berasan arabika atau 40,49% produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten penghasil kopi arabika terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Tana Toraja dengan produksi ton (13,16% dari produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan), Kabupaten Gowa dengan produksi ton (10,84%), Kabupaten Toraja Utara sebesar ton (10,56%), dan Kabupaten Luwu dengan produksi mencapai ton (6,51%). Data produksi kopi arabika di 5 kabupaten sentra Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 16. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

48 2015 OUTLOOK KOPI Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2013 Sentra produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 3.17 dengan data di Lampiran 17. Di provinsi ini, kabupaten dengan produksi kopi terbesar adalah Kabupaten Solok Selatan sebesar ton kopi berasan atau 28,25% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat. Diikuti oleh Kabupaten Pasaman dengan produksi sebesar ton (14,82%), Kabupaten Pesisir Selatan sebesar ton (12,80%), Kabupaten Agam sebesar ton (11,57%), Kabupaten Solok sebesar ton (10,52%), dan sebanyak 22,04% produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat diperoleh dari kabupaten lainnya. 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

49 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013 Dari Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013, seperti terlihat pada Gambar 3.18 dan Lampiran 18, produksi kopi arabika dari perkebunan rakyat hanya berasal dari 5 (lima) kabupaten saja yaitu Kabupaten Ngada dengan produksi mencapai 51,35% dari total produksi kopi arabika di provinsi ini atau sebesar ton kopi berasan, Kabupaten Ende dengan produksi sebesar ton (28,25%), Kabupaten Manggarai dengan produksi 623 ton (9,70%), Kabupaten Manggarai Timur dengan produksi hanya 560 ton (8,72%), dan Kabupaten Nagekeo dengan produksi hanya 127 ton (1,98%). Gambar Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

50 2015 OUTLOOK KOPI 3.2. PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA Perkembangan harga kopi pada beberapa pasar dalam negeri di Indonesia berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan (Anonim, 2014) dalam Buku Statistik Perkebunan Indonesia : Kopi periode tahun disajikan pada Lampiran 19 dengan grafik seperti pada Gambar Secara umum, harga kopi arabika lebih tinggi dibandingkan harga kopi robusta. Pada tahun 2011, terlihat terdapat lonjakan harga kopi arabika hingga mencapai 83,66% dibandingkan harga kopi arabika tahun sebelumnya. Tidak diketahui secara pasti penyebab lonjakan harga ini. Jika dilihat pada Gambar 3.19, harga kopi di Indonesia berkecenderungan meningkat pada periode tahun Untuk kopi arabika, pada tahun 2007 rata-rata harga satu kilogram kopi arabika di Indonesia adalah Rp ,- sementara ditahun yang sama harga kopi robusta mencapai Rp ,- per kilogram. Harga ini kemudian meningkat pada tahun 2013 menjadi Rp ,- per kilogram untuk kopi arabika atau meningkat hampir dua kali lipat (99,26%) dibandingkan harga kopi arabika tahun Sementara untuk kopi robusta, pada tahun 2013 terjadi peningkatan harga sebesar 63,20% dibandingkan harga pada tahun 2007 atau menjadi Rp ,- per kilogram. Gambar Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

51 OUTLOOK KOPI PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh BPS, permintaan kopi untuk konsumsi rumah tangga pada umumnya berupa kopi bubuk/kopi biji. Selama tahun , konsumsi kopi per kapita terlihat tidak mengalami perubahan yang signifikan (Gambar 3.20). Pada tahun 2002, konsumsi kopi per kapita per tahun sebesar 1,298 kg dan hanya meningkat 3,78% atau menjadi 1,347 kg pada tahun Selama periode tersebut, terjadi penurunan konsumsi kopi tertinggi di tahun Pada tahun 2012 konsumsi kopi Indonesia tercatat 1,064 kg/kapita/tahun atau menurun 22,14% dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2011 konsumsi kopi Indonesia mencapai 1,366 kg/kapita/tahun. Namun demikian setelah penurunan konsumsi kopi di tahun 2012, konsumsi kopi ditahun 2013 kembali meningkat dengan pertumbuhan mencapai 28,92% atau meningkat menjadi 1,371 kg/kapita/tahun. Gambar Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

52 2015 OUTLOOK KOPI 3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia Perkembangan volume ekspor kopi Indonesia pada tahun cukup berfluktuatif namun cenderung meningkat (Gambar 3.21) dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,57% per tahun. Jika pada tahun 1980 volume ekspor kopi Indonesia sebesar ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 656 juta, maka tahun 2013 volume ekspor meningkat menjadi ton atau senilai US$ juta. Gambar Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia, Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia Gambar 3.22 menyajikan keragaan perkembangan volume impor kopi Indonesia tahun Dari Gambar 3.22 terlihat bahwa impor kopi Indonesia cenderung meningkat pertahunnya. Pada periode , impor kopi Indonesia meningkat rata-rata 172,36% pertahun atau 463 ton per tahun. Impor kopi Indonesia pada tahun 1980 hanya sebesar 46 ton dan meningkat menjadi sebesar ton pada tahun Adapun volume impor kopi tertinggi Indonesia terjadi ditahun 2012 dengan volume impor mencapai ton atau senilai US$ ribu. Data volume dan nilai impor kopi Indonesia disajikan pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

53 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia, Neraca Perdagangan Kopi Indonesia Perbedaan volume ekspor dan impor yang besar menjadikan Indonesia selalu mengalami surplus pada neraca perdagangan, yang berarti dapat menyumbang devisa negara. Neraca perdagangan kopi Indonesia dari tahun mengalami peningkatan dengan ratarata per tahun sebesar 8,16% (Gambar 3.23). Surplus kopi terbesar terjadi pada tahun 2013 sebesar US$ 1.135,2 juta, sedangkan surplus terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar US$ 183,41 juta. Perkembangan volume, nilai dan neraca perdagangan kopi Indonesia tahun secara rinci disajikan pada Lampiran 21. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

54 2015 OUTLOOK KOPI Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan Kopi Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

55 OUTLOOK KOPI 2015 BAB IV. KERAGAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Negara-negara ASEAN Berdasarkan data yang bersumber dari FAO, secara umum perkembangan luas tanaman menghasilkan (harvested area) kopi di antara negara-negara anggota ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) selama periode tahun cenderung meningkat (Gambar 4.1). Tahun 1980 total luas tanaman menghasilkan kopi di negara-negara anggota ASEAN hanya sebesar ha dan meningkat menjadi ha ditahun 2013 atau meningkat sebesar 218,59% dibandingkan dengan tahun Secara rata-rata laju pertumbuhan luas tanaman menghasilkan kopi di kawasan ASEAN adalah 3,79% per tahun. Data luas tanaman menghasilkan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 22. Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Kawasan ASEAN, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

56 2015 OUTLOOK KOPI Jika dilihat dari data rata-rata luas tanaman menghasilkan kopi tahun yang bersumber dari FAO, diantara negara-negara anggota ASEAN, Indonesia tercatat sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar di kawasan ASEAN dengan rata-rata luas sebesar ha atau berkontribusi sebesar 44,39% dari rata-rata total luas tanaman menghasilkan kopi di ASEAN (Gambar 4.2). Posisi Indonesia ini lebih baik dibandingkan dengan Vietnam yang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi dunia. Vietnam secara rata-rata dari tahun hanya memiliki luas tanaman menghasilkan kopi sebesar ha atau lebih rendah 40,37% dibandingkan luas tanaman menghasilkan kopi Indonesia. Luas tanaman menghasilkan kopi Vietnam berkontribusi sebesar 26,47% dari total luas tanaman menghasilkan kopi di ASEAN. Negara-negara dengan luasan tanaman menghasilkan kopi terbesar selanjutnya adalah Filipina, Laos dan Thailand dengan kontribusi masing-masing negara hanya 5,84%, 2,65% dan 2,60%. Secara rinci, data negara-negara anggota ASEAN dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar dapat dilihat pada Lampiran 23. Gambar 4.2 Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

57 OUTLOOK KOPI Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN Perkembangan produksi kopi (wujud produksi biji kopi mentah) negara-negara di kawasan ASEAN sepanjang tahun menunjukkan pola yang hampir sama dengan perkembangan luas tanaman menghasilkan. Selama periode ini telah terjadi peningkatan produksi kopi diantara negara-negara anggota ASEAN dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,40% per tahun (Gambar 4.3 dan Lampiran 22). Jika pada tahun 1980 produksi kopi di kawasan ASEAN hanya sebesar ton, maka pada akhir tahun 2013 produksi kopi di ASEAN tercatat sebesar ton. Gambar 4.3 Perkembangan Produksi Kopi di Kawasan ASEAN, Berbeda dengan luas tanaman menghasilkan kopi tahun , diantara negara-negara anggota ASEAN terdapat perbedaan posisi negara dengan produksi kopi terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara sentra luas tanaman menghasilkan. Dalam daftar ini, Vietnam menempati urutan pertama sebagai negara dengan produksi kopi terbesar di kawasan ASEAN dengan rata-rata produksi sebesar ton atau berkontribusi sebesar 58,88% dari total produksi kopi di kawasan ASEAN (Gambar 4.4). Indonesia sendiri dari sisi produksi hanya mampu memproduksi secara rata-rata ton kopi pada tahun Kontribusi produksi kopi Indonesia di kawasan ASEAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

58 2015 OUTLOOK KOPI hanya mencapai 30,73%. Negara penghasil kopi terbesar di ASEAN selanjutnya adalah Filipina dengan produksi kopi sebesar ton diikuti oleh Laos dan Thailand dengan produksi masing-masing mencapai ton dan ton atau berkontribusi 2,92% dan 2,18% dari total produksi kopi di kawasan ASEAN. Rata-rata produksi kopi di kawasan ini mencapai ton. Secara rinci, data produksi kopi dari negaranegara di kawasan ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 24. Gambar 4.4 Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Perkembangan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN Jika ditinjau dari sisi produktivitasnya, tingkat produktivitas kopi pada periode tahun di kawasan ASEAN, memiliki pola yang berfluktuasi setiap tahunnya (Gambar 4.5) namun berkecenderungan meningkat. Pada periode tersebut, laju pertumbuhan produktivitas kopi hanya sebesar 1,74% per tahun (Lampiran 22) dengan produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar kg/ha. 38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

59 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Kawasan ASEAN, Produktivitas tanaman kopi tertinggi di kawasan ASEAN berdasarkan rata-rata tahun disajikan pada Gambar 4.6. Terlihat dari Gambar 4.6, produktivitas kopi tertinggi di kawasan ini terdapat di negara Vietnam dengan produktivitas mencapai kg/ha. Indonesia sendiri pada periode yang sama tercatat sebagai negara dengan produktivitas terendah kedua setelah negara Myanmar. Produktivitas kopi Indonesia hanya sebesar 740 kg/ha. Gambar 4.6. Produktivitas Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

60 2015 OUTLOOK KOPI Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia Perkembangan luas tanaman menghasilkan kopi dunia pada periode tahun mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya dan terlihat tidak terdapat trend peningkatan yang signifikan (Gambar 4.7). Rata-rata laju pertumbuhan luas tanaman menghasilkan kopi dunia sejak tahun hanya sebesar 0,05% pertahun. Berdasarkan data dari FAO, total luas tanaman menghasilkan kopi dunia pada tahun 2013 mencapai angka ha. Luasan ini tidak banyak berubah dari sejak tahun 1999 dengan luas tanaman menghasilkan kopi mencapai (Lampiran 26). Gambar 4.7. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Luas tanaman menghasilkan kopi dunia berdasarkan data FAO selama periode , rata-rata terpusat di negara Brazil dengan kontribusi sebesar 21,34% dari luas tanaman menghasilkan kopi dunia atau mencapai ha (Gambar 4.8). Luas tanaman menghasilkan kopi dunia secara rata-rata tahun mencapai ha. Indonesia tercatat sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar selanjutnya dengan luasan mencapai ha atau sekitar setengah dari luas tanaman menghasilkan kopi Brazil. Vietnam, negara anggota ASEAN lainnya, tercatat sebagai sentra luas tanaman 40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

61 OUTLOOK KOPI 2015 menghasilkan kopi terbesar kelima di dunia dengan rata-rata luas tanaman menghasilkan mencapai ha pada periode yang sama. Secara kumulatif, kelima negara dalam daftar negara-negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar dunia mencakup 50,61% luas tanaman menghasilkan kopi dunia. Data luas tanaman menghasilkan kopi dari negara-negara sentra penanaman kopi dunia dapat dilihat pada Lampiran 27. Gambar 4.8. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Rata-rata Perkembangan Produksi Kopi Dunia Perkembangan produksi kopi dunia (wujud produksi biji kopi mentah) dari tahun 1980 hingga 2013 terlihat berfluktuasi namun terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya (Gambar 4.9). Pada tahun 1980, produksi kopi di dunia mencapai ton dan meningkat di tahun 2013 menjadi ton. Rata-rata pertumbuhan produksi selama periode tersebut adalah sebesar 2,34%. Menurut data dari FAO, produksi kopi dunia tertinggi pada tahun 2012 yang mencapai ton (Lampiran 26). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

62 2015 OUTLOOK KOPI Gambar 4.9. Perkembangan Produksi Kopi Dunia, Produksi kopi dunia sebagian besar dihasilkan oleh negara Brazil dengan rata-rata produksi selama periode tahun mencapai ton kopi atau menyumbang 32,54% rata-rata produksi kopi dunia di periode tahun yang sama (Gambar 4.10). Negara-negara penghasil kopi terbesar selanjutnya adalah Vietnam dengan kontribusi 14,98% atau rata-rata menghasilkan ton kopi selama periode disusul oleh Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai ton (7,86%) selama periode tahun , Kolombia dengan produksi ton (5,99%), dan Ethiopia dengan produksi ton (3,61%). Data negara-negara penghasil kopi terbesar dunia dapat dilihat pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

63 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar 4.10 Sentra Produksi Kopi Dunia, Rata-rata Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia Laju pertumbuhan produktivitas kopi dunia dari tahun 1980 hingga 2013 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 2,21% (Gambar 4.11). Menurut data dari FAO, produktivitas tertinggi kopi dunia tercapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 912 kg/ha. Sementara pada tahun 2013, produktivitas kopi dunia mencapai 880 kg/ha atau lebih rendah 3,52% dibandingkan tahun Data perkembangan produktivitas kopi dunia periode dapat dilihat pada Lampiran 26. Gambar Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

64 2015 OUTLOOK KOPI 4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Berdasarkan data FAO, volume ekspor dan impor kopi dari negaranegara anggota ASEAN pada periode tahun terlihat sangat berbeda dari tahun ke tahun (Gambar 4.12). Volume ekspor kopi dari kawasan ini terlihat selalu lebih tinggi dibandingkan dengan volume impor kopi ke negara-negara kawasan ini. Sejak tahun 1980 hingga 2003 volume impor kopi ke negara-negara anggota ASEAN sangat rendah jika dibandingkan volume ekspornya. Namun demikian volume impor ke negara-negara ini meningkat setelah tahun 2003 meskipun tetap jauh dibawah volume ekspornya. Hal ini cukup beralasan mengingat dua negara sentra produksi kopi dunia adalah anggota ASEAN yaitu Vietnam dan Indonesia. Secara rata-rata pertumbuhan volume ekspor kopi dari negara-negara ASEAN pada tahun mencapai 229,39% per tahunnya. Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan volume impor kopi pada periode yang sama. Rata-rata pertumbuhan volume impor kopi ke negara-negara ASEAN pada tahun mencapai 621,79% per tahunnya. Data volume ekspor dan volume impor kopi dari negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 29. Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

65 OUTLOOK KOPI 2015 Jika dilihat berdasarkan rata-rata volume ekspor kopi diantara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun terdapat hanya dua negara yang mampu melakukan ekspor kopi dengan kontribusi diatas 20% terhadap volume ekspor kopi kawasan ASEAN. Kedua negara tersebut adalah Vietnam dan Indonesia (Gambar 4.13). Pada tahun 2012, menurut FAO, Vietnam telah mengekspor kopinya hingga mencapai ton atau 74% terhadap volume ekspor kopi dari kawasan ASEAN. Di tahun yang sama, Indonesia tercatat mampu mengekspor hingga ton kopi atau 24% dari volume ekspor kopi negara-negara anggota ASEAN. Kedua negara tersebut secara rata-rata pada periode tahun mampu berkontribusi 98% dari total volume ekspor kopi di kawasan ini. Secara lengkap data negara-negara eksportir kopi terbesar dikawasan ASEAN disajikan pada Lampiran 30. Gambar Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

66 2015 OUTLOOK KOPI Adapun untuk negara importir kopi terbesar di kawasan ASEAN pada periode tahun dapat dilihat pada Gambar 4.14 dan Lampiran 30. Berdasarkan data FAO, selama periode tahun , Malaysia tercatat sebagai negara terbesar dalam melakukan impor kopi dibandingkan negara-negara lain dikawasan ini. Malaysia pada tahun 2012 melakukan impor kopi hingga mencapai ton. Secara ratarata, selama tahun 2008 sampai 2012 Malaysia telah melakukan impor kopi sebesar ton atau 39,83% dari total impor kopi di ASEAN. Negara lain yang melakukan impor kopi terbesar adalah Filipina dengan jumlah impor kopi ditahun 2012 mencapai ton. Rata-rata volume impor kopi Filipina pada periode tahun adalah ton atau 18,39% total impor kopi dikawasan ASEAN. Indonesia, meski tercatat sebagai salah satu eksportir kopi terbesar di kawasan ini, namun disisi lain juga tercatat sebagai negara importir kopi terbesar ketiga di ASEAN. Ditahun 2012, FAO mencatat volume impor kopi di Indonesia mencapai ton dan secara rata-rata pada periode tahun , volume impor kopi Indonesia mencapai ton atau 16,85% dari total impor kopi di ASEAN. Secara lengkap negara-negara importir terbesar di ASEAN disajikan pada Lampiran 31. Gambar Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

67 OUTLOOK KOPI Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Gambar 4.15 menunjukkan perkembangan nilai ekspor dan impor kopi di kawasan ASEAN pada periode Sejalan dengan keragaan volume ekspor dan impor kopi di kawasan ASEAN sebelumnya, terlihat bahwa nilai ekspor kopi di kawasan ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impornya. Nilai ekspor kopi tertinggi dari negara-negara anggota ASEAN terjadi pada tahun 2012 dengan nilai perdagangan mencapai US$ 486 juta. Data nilai ekspor dan impor kopi negara-negara anggota ASEAN disajikan secara lengkap pada Lampiran 29. Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia Perkembangan volume ekspor dan impor kopi dunia sepanjang tahun terlihat tidak terlalu berfluktuasi dari tahun ke tahun (Gambar 4.16). Dari Gambar 4.16 terlihat volume ekspor dan impor kopi dunia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan peningkatan volume ekspor dan impor kopi dunia ini menunjukkan bahwa kopi merupakan komoditi yang relatif aktif diperdagangkan oleh dunia. Lebih jauh, Lampiran 32 menyajikan data perkembangan volume ekspor dan impor kopi dunia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

68 2015 OUTLOOK KOPI Gambar Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Jika dilihat volume ekspor per negara di dunia, secara rata-rata pada periode tahun , negara Brazil tercatat sebagai negara eksportir kopi terbesar didunia dengan rata-rata volume ekspor mencapai 1,66 juta ton pertahun atau 24% dari total volume ekspor kopi dunia (Gambar 4.17). Negara lainnya yang tercatat sebagai negara eksportir terbesar kopi di dunia adalah Vietnam dengan rata-rata volume ekspor kopi pada tahun mencapai 1,29 juta ton per tahun atau 19% dari total volume ekspor kopi dunia. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara eksportir terbesar keempat didunia dengan rata-rata volume ekspor kopi Indonesia pada periode tahun mencapai 440 ribu ton pertahunnya atau 6,62% dari total volume ekspor kopi dunia. Secara lengkap, negara-negara dengan volume ekspor terbesar didunia disajikan pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

69 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata Adapun negara-negara dengan volume impor kopi terbesar di dunia pada tahun disajikan pada Gambar Dari Gambar 4.18 terlihat bahwa Amerika Serikat adalah negara importir kopi terbesar didunia dengan rata-rata volume impor kopi sebesar 1,32 juta ton per tahun atau 20,9% dari total volume impor dunia. Negara lainnya adalah Jerman dengan volume impor kopi sebesar 1,09 juta ton per tahunnya atau 17,23% dari total volume impor kopi dunia. Indonesia sendiri dalam daftar negara-negara dengan volume impor kopi terbesar dunia menempati posisi 39 dengan volume impor kopi mencapai ton kopi per tahunnya. Secara lengkap negara-negara dengan volume impor kopi terbesar di dunia disajikan pada Lampiran 34. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

70 2015 OUTLOOK KOPI Gambar Negara-negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia Berbeda dengan keragaan nilai ekspor dan impor kopi dari negaranegara anggota ASEAN, nilai impor kopi dunia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor kopi dunia. Hal ini terlihat pada Gambar 4.19 yang menunjukkan perkembangan nilai ekspor dan impor kopi dunia pada periode Terlihat dari gambar tersebut bahwa dunia dalam periode tahun secara umum mencatatkan defisit perdagangan kopi pada hampir disetiap tahunnya. Nilai impor kopi tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan nilai perdagangan mencapai US$ 28,31 miliar. Data nilai ekspor dan impor kopi dunia disajikan secara lengkap pada Lampiran Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

71 OUTLOOK KOPI 2015 Gambar Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN Ketersediaan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN diperoleh dari produksi dikurangi ekspor dan ditambah impor kopi ASEAN. Perkembangan ketersediaan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN disajikan dalam Gambar 4.20 dan Lampiran 35. Dari Gambar 4.20 terlihat bahwa diantara negara-negara ASEAN ketersediaan kopi cenderung meningkat meskipun di tahun-tahun tertentu terjadi penurunan ketersediaan. Jika dilihat kembali volume ekspor, volume impor dan produksi kopi di antara negara-negara ASEAN terlihat bahwa sumber utama penurunan ini adalah adanya peningkatan volume ekspor kopi dari negara-negara ASEAN. Sebagai contoh pada tahun 2009 terjadi penurunan ketersediaan kopi sebesar 28,30% atau ton dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dilihat dari volume ekspor kopi ASEAN pada tahun tersebut, dapat dilihat bahwa volume ekspor kopi dari ASEAN pada tahun tersebut meningkat ton dibandingkan pada tahun sebelumnya. Peningkatan volume ekspor sebesar ini justru diikuti penurunan produksi kopi dan peningkatan volume impor yang jauh lebih kecil dari volume ekspor. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

72 2015 OUTLOOK KOPI Gambar Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN, Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia Sama halnya dengan ketersediaan kopi di ASEAN, ketersediaan kopi di dunia selama periode tahun cenderung mengalami kenaikan meskipun pada beberapa tahun ketersediaan kopi dunia mengalami penurunan (Gambar 4.21). Jika diperhatikan Gambar 4.21 dan Lampiran 36 yang menyajikan keragaan dan data ketersediaan kopi di dunia, terdapat kesamaan pola perkembangan ketersediaan kopi. Pada tahun 2009, ketersediaan kopi di dunia mengalami penurunan sebagaimana ketersediaan kopi di ASEAN. Gambar Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

73 OUTLOOK KOPI 2015 BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN 5.1. PROYEKSI PENAWARAN KOPI DI INDONESIA TAHUN Dalam outlook ini, proyeksi penawaran kopi akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan produksi kopi (dalam wujud kopi berasan) untuk masing-masing jenis pengusahaan dan metode analisis deret waktu (time series analysis). Adapun data yang digunakan pada proyeksi ini adalah data Angka Tetap produksi kopi tahun , dengan data tahun 2014 adalah data Angka Sementara bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan. Dengan mempertimbangkan tujuan analisis penawaran kopi yang hanya ingin mengetahui proyeksi produksi kopi di tahun 2015 hingga 2019 dan melihat adanya kecenderungan unsur-unsur auto regresi, rata-rata bergerak serta tidak stationernya data produksi kopi per pengusahaan, maka penulis memutuskan untuk menggunakan metode analisis Autoregresive Integrated Moving Average (ARIMA) dengan jumlah series data sebanyak 35 titik. Meskipun demikian, penulis tidak menemukan adanya indikasi musiman pada data produksi kopi per pengusahaan, sehingga model yang akan penulis gunakan adalah model ARIMA non-seasonal. Hasil analisis ARIMA dengan data produksi kopi tahun dapat dilihat pada Lampiran 37. Dengan statistik uji Ljung-Box Q untuk ketiga model yang tidak berarti pada taraf nyata 5%, maka ketiga model memiliki error yang acak sehingga dapat dianggap cukup untuk menjelaskan variasi pada data sebenarnya. Nilai MAPE sebesar 2,75, 14,43 dan 13,38 untuk setiap masingmasing model PR, PBN dan PBS adalah yang terkecil diantara model-model lainnya. Dengan demikian, maka hasil proyeksi yang diperoleh melalui modelmodel ARIMA ini dianggap cukup untuk digunakan. Hasil ini selanjutnya digunakan sebagai proyeksi produksi tahun Hasil proyeksi produksi kopi tahun dapat dilihat pada Tabel 5.1. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

74 2015 OUTLOOK KOPI Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, Produksi (Ton) Pertumb. Tahun Produksi Keterangan PR PBN PBS Indonesia Indonesia (%) ,26 Hasil Proyeksi ,26 Hasil Proyeksi ,22 Hasil Proyeksi ,19 Hasil Proyeksi ,17 Hasil Proyeksi Rata-rata Pertumbuhan : 1,22 Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa hingga tahun 2019 diperkirakan produksi kopi di Indonesia akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 1,22% pertahun. Jika dibandingkan dengan produksi kopi tahun 2014 (angka sementara Ditjen Perkebunan) yang mencapai ton, maka produksi kopi di tahun 2019 diperkirakan akan meningkat sebesar 6,26% atau menjadi ton PROYEKSI PERMINTAAN KOPI DI INDONESIA TAHUN Proyeksi permintaan kopi diperoleh dengan melakukan analisis Pemulusan Eksponensial Berganda terhadap data konsumsi langsung rumah tangga. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data konsumsi kopi tahun yang bersumber dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS seperti terdapat dalam Buletin Konsumsi terbitan Pusdatin. Dalam buletin tersebut telah tersedia proyeksi konsumsi kopi hingga tahun 2017, namun untuk keperluan penulisan outlook ini proyeksi kopi akan diperpanjang hingga tahun Pemilihan analisis Pemulusan Eksponensial Berganda dikarenakan analisis ini mampu memberikan nilai akurasi terbaik. Permintaan kopi tahun diperoleh dengan mengalikan proyeksi konsumsi langsung kopi rumah tangga dengan proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun Proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun diperoleh dari BPS. 54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

75 OUTLOOK KOPI 2015 Hasil analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk konsumsi kopi tahun dapat dilihat pada Lampiran 38. Dengan menggunakan analisis ini diperoleh nilai MAPE sebesar 6,683. Nilai ini adalah yang terkecil diantara model-model lain yang tersedia sehingga model ini adalah model terbaik yang akan digunakan untuk memproyeksikan konsumsi kopi di Indonesia. Proyeksi konsumsi kopi tahun dengan menggunakan model ini disajikan pada Tabel 5.2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa konsumsi langsung rumah tangga untuk kopi kopi diproyeksi akan meningkat di tahun 2015 dan pada tahun-tahun berikutnya. Pada Tabel 5.2 juga disajikan proyeksi jumlah penduduk dengan data yang bersumber dari BPS. Dalam proyeksi ini, jumlah penduduk pada tahun diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian permintaan rumah tangga di Indonesia akan kopi akan meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Tahun Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Kopi di Indonesia, Konsumsi (Kg/Kapita) Jumlah Penduduk (000 Kapita) *) Permintaan Kopi (Ton) Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , ,67 Rata-rata Pertumbuhan ,09 Keterangan : *) Hasil proyeksi BPS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

76 2015 OUTLOOK KOPI 5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOPI DI INDONESIA TAHUN Dalam menerjemahkan hasil proyeksi konsumsi dalam outlook ini, perlu diingatkan kembali bahwa data konsumsi yang digunakan adalah data konsumsi kopi hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dimana dari survei tersebut, data yang diperoleh hanyalah data konsumsi langsung rumah tangga di Indonesia sementara data permintaan dari sektor industri dan pariwisata belum termasuk dalam data ini. Untuk mengetahui permintaan dari sektor industri dan yang lainnya disarankan untuk menggunakan informasi persentase penggunaan kopi di setiap sektor terkait yang terdapat pada Tabel Input Output tahun 2005 untuk komoditas kopi. Tabel 5.3 menyajikan hasil proyeksi produksi dan permintaan serta kondisi surplus atau defisit pasokan kopi Indonesia. Dari hasil proyeksi produksi dan permintaan kopi di Indonesia pada tahun , diketahui bahwa pada periode tersebut Indonesia akan mengalami surplus kopi hingga mencapai rata-rata ton kopi pertahunnya. Pada tahun 2015 surplus kopi di Indonesia diperkirakan sebesar ton namun di tahun 2019 diproyeksikan menurun menjadi ton. Tabel 5.3. Proyeksi Surplus Kopi di Indonesia, Tahun Produksi Proyeksi (Ton) Permintaan Surplus (Ton) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

77 OUTLOOK KOPI PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI ASEAN TAHUN Demi menghadapi era perdagangan bebas dan free trade agreement diantara negara-negara dunia, maka diperlukan gambaran mengenai ketersediaan suatu komoditas dimasa akan datang. Proyeksi ketersediaan ini akan membantu penggiat ekspor komoditas bersangkutan didalam negeri untuk ambil bagian dalam perdagangan domestik dan/atau dunia. Dalam outlook ini disediakan proyeksi ketersediaan komoditas kopi di kawasan domestik (Asia Tenggara) dan dunia. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data yang bersumber dari FAO dimana negara-negara Asia Tenggara yang dimaksud dalam outlook ini adalah negara-negara anggota ASEAN seperti tercantum dalam Tabel 2.1 pada awal buku outlook ini. Untuk mengetahui proyeksi ketersediaan kopi di negara-negara ASEAN, dalam outlook ini digunakan analisis deret waktu dengan metode ARIMA tanpa musiman. Hasil analisis ARIMA untuk proyeksi ketersediaan kopi di negaranegara ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 39. Model yang diperoleh dengan metode ini memberikan nilai MAPE terkecil diantara model lainnya yaitu sebesar 19,986. Model ini cukup baik dan dapat digunakan mengingat model ini memberikan nilai R 2 yang cukup tinggi yaitu 86,7% dan seluruh penduga parameternya berarti pada taraf nyata 5%. Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di ASEAN, Tahun Proyeksi Ketersediaan (000 Ton) Pertumb. (%) , , , , ,41 Rata-rata Pertumbuhan (%) 2,60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

78 2015 OUTLOOK KOPI Proyeksi ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN periode tahun disajikan pada Tabel 5.4. Dari tabel tersebut terlihat bahwa ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN pada tahun 2019 menurun sebesar -7,27% dibandingkan tahun Pada tahun 2015 ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN mencapai ton kopi dan menurun menjadi ton kopi di tahun PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI DUNIA TAHUN Tidak berbeda dengan proyeksi ketersediaan kopi ASEAN, dalam melakukan proyeksi ketersediaan kopi di dunia, penulis kembali menggunakan analisis deret waktu dengan metode ARIMA tanpa factor musiman. Hasil analisis menggunakan model ini dapat dilihat pada Lampiran 40. Penelurusan model ARIMA untuk data ketersediaan kopi dunia menunjukkan bahwa model ARIMA (1,1,0) adalah model terbaik dengan nilai MAPE hanya sebesar 5,823. Penilaian terhadap kelayakan model, untuk model ini, menunjukkan hasil yang cukup baik dengan nilai R 2 sebesar 88,9% dan seluruh penduga parameter berarti pada taraf nyata 5%. Dengan hasil ini maka model dapat digunakan untuk proyeksi ketersediaan kopi dunia. Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi Dunia, Tahun Proyeksi Ketersediaan (000 Ton) Pertumb. (%) , , , , ,34 Rata-rata Pertumbuhan (%) -0,21 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

79 OUTLOOK KOPI 2015 Ketersediaan kopi dunia pada periode tahun (Tabel 5.5) secara rata-rata diproyeksikan akan menurun sebesar 0,21% pada setiap tahunnya. Namun demikian ketersediaan kopi di dunia pada tahun 2019 diperkirakan akan meningkat jika dibandingkan ketersediaan kopi pada tahun Jika pada tahun 2015 ketersediaan kopi didunia diperkirakan hanya mencapai ton maka pada tahun 2019, kopi didunia diperkirakan tersedia ton atau meningkat 0,74%. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

80 2015 OUTLOOK KOPI 60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

81 OUTLOOK KOPI 2015 BAB VI. KESIMPULAN 6.1. KESIMPULAN Di Indonesia, kopi dibudidayakan sebagian besar oleh perkebunan rakyat dimana jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis kopi robusta. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia terdapat di Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa TImur, dan Sumatera Barat. Adapun sentra produksi kopi arabika adalah Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Harga kopi robusta di pasar domestik di Indonesia rata-rata adalah Rp per kg, lebih rendah jika dibandingkan harga kopi arabika yang mencapai rata-rata Rp per kg. Konsumsi kopi pada tahun 2014 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai 1,35 kg/kapita. Konsumsi ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,37 kg/kapita. Berdasarkan data FAO, di antara negara-negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Namun demikian, FAO mencatat Indonesia adalah importir kopi terbesar ketiga di ASEAN setelah Malaysia dan Filipina. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Namun demikian dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Untuk proyeksi produksi kopi dengan menggunakan metode analisis deret waktu (ARIMA) diketahui bahwa produksi kopi Indonesia akan meningkat sebesar 6,26% atau menjadi ton di tahun 2019 dibandingkan produksi kopi ditahun 2014 yang hanya mencapai ton. Proyeksi produksi ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan permintaan kopi ditahun yang sama. Permintaan kopi di tahun 2019 mencapai ton sehingga diperkirakan akan terjadi surplus pasokan kopi di Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

82 2015 OUTLOOK KOPI 62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

83 OUTLOOK KOPI 2015 DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, Edi Proyeksi Penawaran dan Permintaan Beras Jurnal Ekonomi : Media Ilmiah Indonusa. Vol. 30 No. 1, hlm Ayelign, A., K. Sabally Determination of Chlorogenic Acids (CGA) in Coffee Beans Using HPLC. American Journal of Research Communication. Vol 1 (2), halaman Dicum, G., Nina Luttinger The Coffee Book: Anatomy of an Industry from Crop to the Last Drop. New Press. New York. Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi Kementerian Pertanian. Jakarta. Ellis, Markman The Coffee-House: a Cultural History. Hachette. United Kingdom. Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO) [terhubung berkala] Hoffman, James The World Atlas of Coffee: From Beans to Brewing Coffees Explored, Explained and Enjoyed. Octopus Publishing Group Limited. London. International Coffee Organization (ICO) ICO Annual Review International Coffee Organization. London. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

84 2015 OUTLOOK KOPI Kustiari, Reni Perkembangan Pasar Kopi Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 25 No. 1, halaman Listyati, Dewi., Bedy Sudjarmoko, Abdul Muis Hasibuan Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Adopsi Benih Unggul Kopi di Lampung. Buletin Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Ristri). Vol. 4 No. 2, halaman Makridakis, Spyros., Steven C. Wheelwright, dan Victor E. McGee Metode dan Aplikasi Peramalan. Erlangga. Jakarta. Mekuria, T., Neuhoff, D., Kopke, U The Status of Coffee Production and The Potential For Organic Conversion in Ethiopia. Conference on International Agricultural Research for Development. Berlin. Nawrot, P., S. Jordan., J. Eastwood., J. Rotstein., A. Hugenholtz., M. Feeley Effects of Caffeine on Human Health. Food Additives and Contaminants. Vol. 20, No. 1, halaman Smith, A Effects of Caffeine on Human Behavior. Food and Chemical Toxicology. Vol. 40, halaman Pandergrast, Mark Uncommon Grounds: The History of Coffee and How it Transformed Our World. Basic Books. New York. Panggabean, Edy Buku Pintar Kopi. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Ponte, Stefano The Latte Revolution? Rekopition, Markets and Consumption in the Global Coffee Chain. World Development. Vol. 30, No. 7, halaman Prastowo, Bambang., Elna Karmawati., Rubijo., Siswanto., Chandra Indrawanto., S. Joni Munarso Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Outlook Komoditi Kopi. Kementerian Pertanian. Jakarta. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Basisdata Ekspor-Impor Komoditas Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. [terhubung berkala] 64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

85 OUTLOOK KOPI 2015 LAMPIRAN-LAMPIRAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

86 2015 OUTLOOK KOPI 66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

87 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Luas Areal (Ha) Tahun PR Pertumb. (%) PBN Pertumb. (%) PBS Pertumb. (%) INDONESIA Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , , , **) , , , ,61 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) **) 1,80 0,76 1,59 1, ,88 0,80 1,63 1, ,06 3,86 2,77 3, **) 0,13-3,37 0,01 0,01 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Ket : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *) : Tahun 2014 Angka Sementara **) : Tahun 2015 Angka Estimasi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

88 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 2. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun Luas Areal Kopi Robusta (Ha) PR PBN PBS Robusta PR PBN PBS Arabika Rata-rata Share (%) 96,18 1,77 2,05 100,00 94,74 2,71 2,55 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Luas Areal Kopi Arabika (Ha) 68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

89 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Produksi (Ton) Tahun PR Pertumb. (%) PBN Pertumb. (%) PBS Pertumb. (%) INDONESIA Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) , , , , **) , , , ,87 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) **) 2,92 2,77 6,33 2, ,81 2,78 6,54 2, ,37 6,61 6,71 3, **) 2,32-2,35 5,83 2,12 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Ket : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *) : Tahun 2014 Angka Sementara **) : Tahun 2015 Angka Estimasi Wujud Produksi : Kopi berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

90 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 4. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun PR PBN PBS Robusta PR PBN PBS Arabika Rata-rata Share (%) 95,81 2,14 2,05 100,00 94,94 3,64 1,42 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Produksi Kopi Robusta (Ton) Produksi Kopi Arabika (Ton) 70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

91 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun PR Pertumb. (%) PBN Pertumb. (%) PBS Pertumb. (%) INDONESIA Pertumb. (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) 738 0, , , , **) 789 7, , , ,82 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) **) 0,81 4,32 5,71 0, ,08 5,69 7,63 1, **) 0,42 2,40 3,02 0,10 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Ket : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *) : Tahun 2014 Angka Sementara **) : Tahun 2015 Angka Estimasi Wujud Produksi : Kopi berasan Produktivitas (Kg/Ha) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

92 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 6. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, No. Provinsi Tahun (Ton) Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Lampung ,46 21,46 2 Sumatera Selatan ,18 41,65 3 Sumatera Utara ,55 50,20 4 Bengkulu ,36 58,55 5 Aceh ,62 66,17 6 Jawa Timur ,53 72,70 7 Prov. Lainnya ,30 100,00 Indonesia ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi berasan Lampiran 7. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, No. Provinsi Tahun (Ton) Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Lampung ,93 27,93 2 Sumatera Selatan ,29 55,22 3 Bengkulu ,75 65,97 4 Jawa Timur ,96 70,93 5 Sumatera Barat ,17 74,10 7 Prov. Lainnya ,90 100,00 Indonesia ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi berasan 72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

93 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Lampung, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Lampung Barat ,38 41,38 2 Kab. Tanggamus ,16 65,54 3 Kab. Way Kanan ,73 79,28 4 Kab. Lampung Utara ,64 88,92 5 Kab. Pringsewu ,28 95,20 Lainnya ,80 100,00 Lampung ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Selatan, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. OKU Selatan ,74 23,74 2 Kab. Empat Lawang ,61 42,35 3 Kab. Muara Enim ,04 60,39 4 Kab. Ogan Komering Ilir ,27 74,66 5 Kab. Lahat ,09 88,75 Lainnya ,25 100,00 Sumatera Selatan ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

94 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Bengkulu, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Kepahiyang ,21 33,21 2 Kab. Rejang Lebong ,70 57,90 3 Kab. Kaur ,86 67,76 4 Kab. Lebong ,99 76,76 5 Kab. Seluma ,98 85,73 Lainnya ,27 100,00 Bengkulu ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Jawa Timur, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Malang ,18 29,18 2 Kab. Banyuwangi ,37 45,55 3 Kab. Jember ,43 54,98 4 Kab. Lumajang ,43 64,42 5 Kab. Bondowoso ,91 72,32 Lainnya ,68 100,00 Jawa Timur ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan 74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

95 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Solok ,10 40,10 2 Kab. Agam ,97 52,06 3 Kab. Solok Selatan ,24 63,30 4 Kab. Pasaman Barat ,24 74,53 5 Kab. Tanah Datar ,37 83,90 Lainnya ,10 100,00 Sumatera Barat ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 13. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, No. Provinsi Tahun (Ton) Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Sumatera Utara ,05 32,05 2 Aceh ,10 61,15 3 Sulawesi Selatan ,18 74,33 4 Sumatera Barat ,17 84,50 5 Nusa Tenggara Timur ,77 88,27 6 Prov. Lainnya ,73 100,00 Indonesia ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

96 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Tapanuli Utara ,64 20,64 2 Kab. Dairi ,54 40,17 3 Kab. Simalungun ,28 57,45 4 Kab. Karo ,96 71,41 5 Kab. Hunbang Hasundutan ,03 83,44 Lainnya ,56 100,00 Sumatera Utara ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Aceh, 2013 No Kab/Kota Share Produksi Share Kumulatif (ton) (%) (%) 1 Kab. Aceh Tengah ,35 64,35 2 Kab. Bener Meriah ,65 100,00 Aceh ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan 76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

97 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sulawesi Selatan, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Enrekang ,49 40,49 2 Kab. Tana Toraja ,16 53,65 3 Kab. Gowa ,84 64,49 4 Kab. Toraja Utara ,56 75,05 5 Kab. Luwu ,51 81,57 Lainnya ,43 100,00 Sulawesi Selatan ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Solok Selatan ,25 28,25 2 Kab. Pasaman ,82 43,07 3 Kab. Pesisir Selatan ,80 55,87 4 Kab. Agam ,57 67,44 5 Kab. Solok ,52 77,96 Lainnya ,04 100,00 Sumatera Barat ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

98 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Nusa Tenggara Timur, 2013 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Ngada ,35 51,35 2 Kab. Ende ,25 79,60 3 Kab. Manggarai 623 9,70 89,30 4 Kab. Manggarai Timur 560 8,72 98,02 5 Kab. Nagekeo 127 1,98 100,00 Nusa Tenggara Timur ,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 19. Perkembangan Harga Kopi Menurut Jenis Kopi di Pasar Dalam Negeri, Tahun Kopi Arabika Pertumbuhan Kopi Robusta Pertumbuhan (Rp/kg) (%) (Rp/kg) (%) , , , , , , , , , , , ,60 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin 19,45 9,81 78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

99 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 20. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia, Tahun (ons/kapita/minggu) Konsumsi (kg/kapita/tahun) ,249 1, ,221 1,152-11, ,233 1,215 5, ,246 1,283 5, ,220 1,147-10, ,246 1,283 11, ,238 1,241-3, ,227 1,184-4, ,247 1,288 8, ,262 1,366 6, ,204 1,064-22, ,263 1,371 28, ,258 1,347-1,75 Rata-rata 0,240 1,249 1,09 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Badan Pusat Statistik Pertumbuhan (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

100 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 21. Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia, Tahun Ekspor Impor Neraca Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,25 Rata-rata Laju 4,57 8,00 172,36 Pertumbuhan (%) Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Kode HS : ; ; ; ; ; ; ; ; ; ,29 8,16 80 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

101 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 22. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN, Tahun Luas Tanaman Pertumb. Produktivitas Pertumb. Produksi Pertumb. Menghasilkan (Ha) (%) (Kg/Ha) (%) (Ton) (%) , (1,04) , , , , , (1,77) (0,26) , (3,62) , , (4,91) (4,18) , (5,36) , , , , , , , , (3,36) , , , , , , , , (2,92) , , , , , (0,14) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , (10,91) , , , , , (7,16) (3,50) (0,03) 782 4, , (3,69) , , (2,01) 837 (2,83) (4,79) , , , (1,07) , , , (8,25) (7,95) (1,33) 963 0, (0,39) , , , , , , (1,47) , , , (4,57) (3,63) Rata-rata Pertumbuhan (%) ,01 1,67 5,53 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81

102 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 23. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata No Negara Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Share Kumulatif Rata-rata (%) Share (%) 1 Indonesia ,39 44,39 2 Vietnam ,47 70,86 3 Filipina ,84 76,70 4 Laos ,65 79,34 5 Thailand ,60 81,95 Lainnya ,05 100,00 ASEAN ,00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Lampiran 24. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata No Negara Produksi (Ton) Share Kumulatif Rata-rata (%) Share (%) 1 Vietnam ,88 58,88 2 Indonesia ,73 89,61 3 Filipina ,07 93,68 4 Laos ,92 96,60 5 Thailand ,18 98,78 Lainnya ,22 100,00 ASEAN ,00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. 82 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

103 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 25. Negara-negara dengan Produktivitas Kopi Terbesar di ASEAN, Produktivitas (Kg/Ha) No Negara Rata-rata 1 Vietnam Malaysia Laos Thailand Kamboja Filipina Indonesia Myanmar ASEAN Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83

104 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 26. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi Dunia, Tahun Luas Tanaman Pertumb. Produktivitas Pertumb. Produksi Pertumb. Menghasilkan (Ha) (%) (Kg/Ha) (%) (Ton) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,14 Rata-rata Pertumbuhan ,14 1,99 2,19 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk 84 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

105 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 27. Negara-negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Terbesar di Dunia, No Negara Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Share Kumulatif Rata-rata (%) Share (%) 1 Brazil ,34 21,34 2 Indonesia ,14 30,48 3 Kolombia ,48 37,96 4 Meksiko ,19 45,16 5 Vietnam ,45 50,61 Lainnya ,39 100,00 Total ,00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Lampiran 28. Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia, No Negara Produksi (Ton) Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Brazil ,54 32,54 2 Vietnam ,98 47,52 3 Indonesia ,86 55,38 4 Kolombia ,99 61,37 5 Ethiopia ,61 64,98 Lainnya ,02 100,00 Total ,00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 85

106 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 29. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,56 Rata-rata Pertumb Sumber : FAO, diolah Pusdatin Ekspor 7,16 10,87 17,44 19,43 Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Impor Neraca 10,76 86 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

107 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 30. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, No Negara Ekspor (Ton) Share Kumulatif Rata-rata (%) Share (%) 1 Vietnam ,00 74,00 2 Indonesia ,50 98,50 3 Laos ,07 99,58 4 Singapura ,30 99,87 5 Malaysia ,07 99,94 Lainnya ,06 100,00 Total Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Lampiran 31. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, No Negara Impor (Ton) Share Kumulatif Rata-rata (%) Share (%) 1 Malaysia ,83 39,83 2 Filipina ,40 58,23 3 Indonesia ,86 75,09 4 Thailand ,03 89,12 5 Singapura ,67 96,78 Lainnya ,22 100,00 Total Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 87

108 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 32. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,33 Rata-rata Pertumb Sumber : FAO, diolah Pusdatin Ekspor Impor Neraca 2,11 5,08 1,73 4,48 23,31 88 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

109 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 33. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia, No Negara Ekspor (Ton) Share Kumulatif Rata-rata (%) Share (%) 1 Brazil ,91 24,91 2 Vietnam ,33 44,25 3 Kolombia ,91 51,16 4 Indonesia ,62 57,78 5 Jerman ,90 62,69 6 Peru ,64 66,32 7 Guatemala ,57 69,89 8 Honduras ,56 73,45 9 Belgia ,30 76,75 10 India ,71 79,46 11 Ethiopia ,66 82,11 12 Uganda ,60 84,71 13 Meksiko ,84 86,55 14 Nikaragua ,44 88,00 15 Kosta Rika ,28 89,28 Lainnya ,72 100,00 Total Sumber : FAO, diolah Pusdatin Lampiran 34. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia, No Negara Impor (Ton) Share Kumulatif Rata-rata (%) Share (%) 1 Amerika Serikat ,87 20,87 2 Jerman ,23 38,10 3 Italia ,45 45,55 4 Jepang ,29 51,84 5 Belgia ,01 56,85 6 Spanyol ,12 60,96 7 Perancis ,93 64,90 8 Kanada ,17 67,07 9 Inggris ,12 69,20 10 Swiss ,89 71,09 11 Algeria ,77 72,86 12 Swedia ,72 74,57 13 Korea Selatan ,64 76,21 14 Polandia ,50 77,71 15 Rusia ,40 79,11 Lainnya ,89 100,00 Total Sumber : FAO, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 89

110 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 35. Perkembangan Ketersediaan Kopi di ASEAN, Tahun Produksi Pertumb. Vol. Ekspor Pertumb. Vol. Impor Pertumb. Keter. Pertumb. (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) , , (46,36) , , (1,42) , , (0,26) , , (11,23) , , , , (4,18) , , (37,63) , (0,72) (23,38) , , , , , , (11,81) (36,28) , , , (29,57) (14,88) , , (24,60) (16,26) , , , (21,00) , (9,64) , , , (9,34) , , , , (3,64) (23,67) , , , , , (6,66) (46,11) , , , (30,51) (24,57) , , , , , , (27,03) , , , (8,50) , , , , , , , (3,66) (10,18) (3,50) (15,64) , , , , (49,64) , , , , (6,98) (4,79) , , (30,30) , , (3,66) , , , , , (7,95) (2,32) (27,35) (24,75) (0,39) , , (28,30) , (1,49) , , , (2,24) , , , , , (23,53) Rata-rata Pertumbuhan ,81 7,16 17,44 6,87 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. 90 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

111 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 36. Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia, Tahun Produksi Pertumb. Vol. Ekspor Pertumb. Vol. Impor Pertumb. Ketersediaan Pertumb. (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) (2,69) (1,66) (2,85) (3,58) , (0,33) , , (18,78) , , (21,13) , , , , (6,46) , , (8,95) , , , , (10,08) (7,54) , (4,28) , , , , (11,58) (5,82) (6,95) (12,31) , , , , , , , , , (4,17) (1,88) , (0,23) , , , (8,75) (0,72) (4,04) (11,13) , (2,62) (2,96) , (3,42) (7,15) (4,94) (1,65) , , , , (3,55) , , (2,43) , , (0,01) , , , , (0,14) , , , , (2,94) (1,06) (1,37) (3,23) , , , , (11,09) (4,79) (0,15) (8,15) , , , , (5,89) (0,69) (1,00) (6,17) , , , , (0,14) , , (1,17) , , , , (8,36) (0,55) (0,03) (8,26) , , , , (0,86) , , (0,28) , , , ,44 Rata-rata Pertumbuhan ,35 2,11 1,73 2,09 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 91

112 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 37. Hasil Analisis ARIMA untuk Produksi Kopi di Indonesia Model Description Model Type PR Model_1 ARIMA(0,1,0) Model ID PBN Model_2 ARIMA(1,0,0) PBS Model_3 ARIMA(0,1,1) 92 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

113 OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 38. Hasil Analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk Konsumsi Kopi di Indonesia Lampiran 39. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di ASEAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 93

114 2015 OUTLOOK KOPI Lampiran 40. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di Dunia 94 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

115 OUTLOOK KOPI 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 95

116

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK KOPI ii

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK JERUK

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEBU

OUTLOOK KOMODITI TEBU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEBU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

OUTLOOK KOMODITI TOMAT ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TOMAT 2014 OUTLOOK KOMODITI TOMAT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK NENAS

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI JAHE ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI JAHE 2014 OUTLOOK KOMODITI JAHE Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2014

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI KAKAO ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT ISSN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS ISSN 197-157 216 Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 216 i 216 ii 216 ISSN : 197-157 Ukuran Buku : 1,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi. Penyunting

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI PISANG

OUTLOOK KOMODITI PISANG ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI PISANG 2014 OUTLOOK KOMODITI PISANG Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI ISSN 1907-1507 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian i ii ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 89 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, M.Si. Penyunting : Dr.

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH 2014 OUTLOOK KOMODITI CENGKEH Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Outlook Komoditas Perkebunan 2007 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN Pusat Data Dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian 2007 Pusat Data dan Informasi Pertanian i » Outlook Komoditas Perkebunan

Lebih terperinci

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KELAPA ISSN SAWIT 1907-15072016 OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian OUTLOOK ISSN 1907-1507 KAKAO 2016 OUTLOOK KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK KAKAO

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI TEBU 2014 OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian ISSN 1907-1507 OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KARET

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

OUTLOOK KOMODITI MANGGA ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI MANGGA 2014 OUTLOOK KOMODITI MANGGA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK ANGGREK

ISSN OUTLOOK ANGGREK ISSN 1907-1507 OUTLOOK ANGGREK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK ANGGREK ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian OUTLOOK ISSN KARET 1907-1507 2016 OUTLOOK KARET Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2016 OUTLOOK KARET

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia, 82,71

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITI DURIAN

OUTLOOK KOMODITI DURIAN OUTLOOK KOMODITI ISSN DURIAN 1907-1507 2014 OUTLOOK KOMODITI DURIAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah komoditas kopi. Kopi merupakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada

Lebih terperinci

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER 6.1. Analisis Pola Data Penjualan Ayam Broiler Data penjualan ayam broiler adalah data bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2006

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI KAYU ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi KATA PENGANTAR... vii UCAPAN TERIMA KASIH... viii

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian

Lebih terperinci

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah sesuatu kegiatan situasi atau kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dari seluruh luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu tanaman keras perkebunan. Kopi adalah jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

Lebih terperinci

PROSPEK PERDAGANGAN KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. (Indonesian Robusta Coffee Trade Prospects In The International Markets)

PROSPEK PERDAGANGAN KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. (Indonesian Robusta Coffee Trade Prospects In The International Markets) PROSPEK PERDAGANGAN KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Indonesian Robusta Coffee Trade Prospects In The International Markets) Devi Chandra, R. Hanung Ismono, Eka Kasymir Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Outlook Komoditas Daging Sapi 2015 «OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor ke pasar dunia. Dari total produksi kopi yang dihasilkan oleh Indonesia, sekitar 67% kopinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK  Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan METODE BOX JENKINS Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan utk semua tipe pola data. Dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan (Frechtling, 2001:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN

EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN Puji Rahayu 1), Rohmah Nur Istiqomah 2), Eminugroho Ratna Sari 3) 1)2)3) Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 58 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

Metode Deret Berkala Box Jenkins

Metode Deret Berkala Box Jenkins METODE BOX JENKINS Metode Deret Berkala Box Jenkins Suatu metode peramalan yang sistematis, yang tidak mengasumsikan suatu model tertentu, tetapi menganalisa deret berkala sehingga diperoleh suatu model

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan (Forceasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Untuk memajukan suatu usaha harus memiliki pandangan ke depan yakni pada masa yang akan datang. Hal seperti ini yang harus dikaji

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi strategis di Indonesia. Indonesia adalah produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 579 589. PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Raisa Ruslan, Agus Salim Harahap, Pasukat Sembiring Abstrak. Dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN 5.1 Komoditas Perkebunan Komoditi perkebunan merupakan salah satu dari tanaman pertanian yang menyumbang besar pada pendapatan nasional karena nilai ekspor yang tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

ANGGA NUR ARDYANSAH NIM

ANGGA NUR ARDYANSAH NIM Akurasi Metode Exponential Smoothing dan Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) untuk Meramalkan Lama Proses Pengerjaan Tugas Akhir Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UBI JALAR ISSN : 1907 1507 Ukuran Buku

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DATA MINING Data Mining adalah analisis otomatis dari data yang berjumlah banyak atau kompleks dengan tujuan untuk menemukan pola atau kecenderungan yang penting yang biasanya

Lebih terperinci