BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Selain itu di bidang pendidikan misalnya pendirian sekolah-sekolah
|
|
- Yenny Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam memberikan kemudahan-kemudahan pelayanan bagi penyandang cacat baik itu di dalam penyediaan fasilitas umum di bidang transportasi seperti penyediaan tempat duduk khusus di kereta api, pesawat, bis dan lain-lain. Selain itu di bidang pendidikan misalnya pendirian sekolah-sekolah inklusi, penyediaan alat bantu penunjang pembelajaran dan juga penyelenggaraan kegiatan pelatihan ketrampilan untuk memberikan bekal kepada mereka dalam menghadapi masa depan nanti. Di samping itu dalam pemilihan umum baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden yang dilaksanakan baru-baru ini pun kemudahan itu diberikan oleh pemerintah. Penyediaan sarana prasarana penunjang oleh pemerintah untuk memudahkan mereka dalam bergerak dan berinteraksi itu bukan hal utama dalam menumbuhkan rasa kemandirian mereka dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan Tandon yang dikutip Komardjaja (2012) yang menyatakan, The force of change is inside oneself; outsiders can only provide enabling conditions. No more. Pemerintah dan masyarakat sekitar mungkinlah bisa secara kooperatif membantu mengatasi permasalahan mereka dan
2 memenuhi Hak Asasi mereka namun sebenarnya penyandang cacat itu sendirilah yang harus bangkit dan mempunyai keinginan kuat untuk berkembang, tidak hanya berdiam diri dan menunggu bantuan, atau malah menyalahkan keadaan yang tidak pernah berkooperatif terhadap kondisi mereka. Ada beberapa kegiatan yang menurut peneliti bisa berperan dalam membentuk kemandirian dalam pencapaian ketahanan pribadi bagi penyandang cacat, salah satunya dengan mengikuti pendidikan dan kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan adalah pendidikan non formal yang menunjang pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal dalam keluarga yang bertujuan untuk pengembangan watak dan karakter peserta didik (Melinda, 2013: 2). Kegiatan pramuka dilaksanakan di alam terbuka yang dirasakan oleh peserta didik sangat menyenangkan, menarik, tidak menjemukan, bukan bersifat paksaan. Jelasnya kegiatan pramuka bersifat rekreatif, edukatif, sehingga dapat mengembangkan kemantapan fisik, mental, emosi, sosial, pengetahuan, keterampilan dan spiritual. Berdasarkan uraian tersebut maka kegiatan pramuka dapat diberikan kepada anak luar biasa untuk mengembangkan fisik, mental, emosi, sosial, dan tingkah lakunya, pengetahuan dan serta keterampilannya. Dalam kepramukaan pada hakikatnya peserta didik tidak hanya diperankan sebagai obyek pendidikan, tetapi justru lebih banyak diperankan sebagai subyek pendidikan yang dinamis. Gerakan pramuka
3 mampu membawa anak menjadi disiplin, tanggung jawab, dan mandiri. Dengan demikian dalam kepramukaan sebenarnya peserta didik sendirilah yang berperan aktif dalam proses kegiatan sehingga dapat dikatakan yang menjadi pendidik dalam kepramukaan adalah peserta didik sendiri. Pada suatu kegiatan Pembina Pramuka berperan sebagai pembimbing, pendamping dan fasilitator yang dengan rajinnya memberikan motivasi dan memberikan stimulasi (rangsangan) atas munculnya konsep kegiatan, yang dilengkapi dengan metode apa yang paling tepat untuk melaksanakan kegiatan tersebut, sedang dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut sepenuhnya peserta didik sendiri yang berperan aktif. Untuk dapat melibatkan langsung peserta didik secara penuh dalam kegiatan hingga mereka dapat memerankan diri sebagai subyek pendidikan, Pembina Pramuka hendaknya melibatkan langsung peserta didik dalam menciptakan kegiatan tersebut, karena kegiatan yang menarik bagi perserta didik adalah kegiatan yang sesuai dengan aspirasi peserta didik itu sendiri, tentang menantang atau tidaknya suatu kegiatan itupun mereka tentukan sendiri, bukan oleh Pembina, sehingga dengan peran peserta didik yang dianggap sebagai subyek pendidikan disini diharapkan akan menumbuhkan semangat dalam mewujudkan kemandirian bagi mereka. Selain itu pembina pramuka wajib juga menggunakan Sistem Among dalam prinsip-prinsip kepemimpinan dalam membina peserta didik. Dalam hal ini Soemaryoto (1987) dalam bukunya Sistem Among Dalam Gerakan Pramuka menyampaikan bahwa seorang Pembina
4 pramuka harus Ing Ngarsa Sung Tulodho yaitu memberi teladan di depan, Ing Madya Mangun Karsa yaitu di tengah-tengah membangun kemauan dan Tut Wuri Handayani yaitu memberi daya atau dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian. Hal ini sangat menarik untuk memberikan perhatian lebih mendalam, peneliti melihat bahwa pramuka merupakan satu-satunya organisasi pemerintah yang mempunyai landasan hukum yang jelas lewat Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Akan tetapi, peneliti melihat bahwa interest atau ketertarikan peserta didik baik di jenjang SD, SMP dan SMA saat ini berkurang, berbeda sekali dengan kondisi yang pernah peneliti alami dulu waktu masih belajar pada jenjang tersebut. Program kegiatan kepramukaan juga sangat menarik, menantang dan menyenangkan apalagi setelah pemberlakuan kurikulum 2013 kegiatan kepramukaan diwajibkan di sekolah, dimana harapan penyusun kurikulum untuk menjadikan pelatihan kepramukaan merupakan salah satu pendekatan untuk mengembangkan karakter siswa (Forum Mangunwijaya, 2013 : 191). Ini sangat dilematis di satu sisi pramuka diberikan legalitas dalam menjalankan kegiatannya akan tetapi di sisi lain minat dari para peserta didik berkurang. Melihat kondisi demikian ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap efektivitas kegiatan kepramukaan dengan obyek penelitian bukan siswa pada umumnya melainkan lebih peneliti khususkan ke siswa penyandang cacat tunanetra
5 di Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Penelitian ini sengaja peneliti fokuskan ke penyandang tunanetra, karena peneliti memandang bahwa penyandang tunanetra mempunyai keterbatasan penglihatan dimana dalam kesehariannya dia tidak bisa berinteraksi mengandalkan indera penglihatannya, oleh sebab itu harus ada yang membantu dalam proses interaksinya, selain itu mereka juga mengandalkan indera yang lain dalam menunjang interaksinya terhadap orang lain sehingga jika dikaitkan dengan kegiatan kepramukaan dimana di dalamnya juga ada penanaman kemandirian siswa harapannya ketahanan pribadi para penyandang tuna netra menjadi kuat, alasan inilah yang membuat peneliti mengambil judul ini. Selain berdasarkan hal itu alasan peneliti mengambil tempat di wilayah tersebut dikarenakan di Kecamatan Mantrijeron di Tahun 2013 mendapatkan piagam penghargaan sebagai Kwartir Tergiat ke 2 se Kota Yogyakarta dan ini memberikan daya tarik dan apresiasi tersendiri bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian di tempat tersebut. Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi terhadap kegiatan kepramukaan yang ada baik di daerah maupun tingkat nasional serta bisa menjadi acuan para pengambil kebijakan tentang perlunya menanamkan kemandirian kepada para siswa tunanetra di samping untuk bekal mereka di masa depan juga untuk membentuk ketahanan pribadi mereka.
6 1.2. Permasalahan Penelitian Di dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan, yang mana dari masalah-masalah tersebut nantinya muncul pembahasan hasil penelitian yang lebih terarah dengan judul yang telah peneliti ambil. Beberapa masalah tersebut yaitu : 1. Bagaimana efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis), Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta? 2. Bagaimana implikasi efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tunanetra di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) terhadap ketahanan pribadi siswa? 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian terkait dengan efektivitas kegiatan kepramukaan memang sudah ada beberapa peneliti yang mengkaji terlebih dahulu namun sejauh yang diketahui, peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti tentang efektivitas kegiatan kepramukaan dalam menumbuhkan kemandirian siswa penyandang tuna netra. Sejauh ini, penelitian yang pernah dilakukan baik di dalam maupun luar negeri terkait efektivitas kegiatan kepramukaan adalah : 1. Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Bagi Siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta
7 (Suparmi, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Suparmi adalah untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta dalam membentuk kepribadian muslim peserta didiknya, sehingga yang ditekankan dalam penelitian ini adalah keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler dan memfokuskan pada pembentukan kepribadian, sedangkan peneliti lebih mengkhususkan pada kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tuna netra di gugus depan SLB Yaketunis Kota Yogyakarta. 2. Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 29 Jakarta (Sya idah, 2010). Penelitian ini lebih menekankan pada kegiatan keputrian pada ekstrakurikuler rohis dalam membentuk akhlak siswa di SMA Negeri 29 Jakarta, sedangkan yang peneliti teliti adalah kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tuna netra di gugus depan SLB Yaketunis Kota Yogyakarta. 3. Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam di MAN Wates I Kulonprogo (Hidayah, 2011). Pada penelitiannya, Nurul ingin mengevaluasi apakah efektif kegiatan pramuka yang ada di MAN Wates I Kulonprogo dalam menanamkan nilai-nilai agama islam kepada peserta didiknya. 4. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun
8 Pelajaran 2011/2012 (Lestari, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas XI SMA Kudus tahun pelajaran 2011/2012, sehingga bukan efektifitas dari kegiatan kepramukaan yang menjadi stimulator dalam meningkatkan kemandirian dan ini berbeda dengan yang peneliti teliti yang mana lebih memfokuskan kegiatan kepramukaan sebagai stimulator dalam meningkatkan kemandirian. 5. Efektivitas Kepramukaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kewarganegaraan Siswa (Studi pada Pramuka Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta (Amalia, 2012). Dalam efektivitas kegiatan kepramukaan yang telah ditelitinya, Amalia Indah lebih memfokuskan kepada pembentukan karakter kewarganegaraan siswa Pramuka Penggalang di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta, dan ini sangat berbeda dengan yang diteliti oleh peneliti yang mana lebih memfokuskan pada pembentukan kemandirian siswa tunanetra di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam.
9 9 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian NO JUDUL PENULIS DAERAH PENELITIAN OBYEK PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN METODE 1 Efektivitas Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Bagi Siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Suparmi, Mahasiswa S1 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2008 SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Untuk mengetahui efektifitas kegiatan ekstrakurikuler dalam pembentukan kepribadian muslim bagi siswa SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan survey dan wawancara mendalam in depth interview dalam pengambilan data 2 Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 29 Jakarta Sya idah, Mahasiswa S1 Universitas Syarif Hidayatullah Tahun 2010 SMA Negeri 29 Jakarta Siswa Putri Di SMA Negeri 29 Jakarta Untuk mengetahui efektivitas kegiatan keputrian pada ektrakurikuler rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA Negeri 29 Jakarta. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan survey dan wawancara mendalam in depth interview dalam pengambilan data 3 Efektifitas Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Menanamkan Nilai- Nilai Agama Islam Di MAN Wates 1 Kulon Progo Nurul Hidayah, Mahasiswa S1 Universitas Islam Negeri Yogyakarta Tahun 2011 MAN Wates 1 Kulon Progo Siswa Di MAN Wates 1 Kulon Progo Untuk mendiskripsikan dan menganalisis serta mengetahui tingkat efektivitas penanaman nilai-nilai agama islam dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MAN Wates I Kulon Progo di MAN Wates I Kulon Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang berjenis kualitatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi,
10 Progo. dokumentasi, wawancara dan angket 4 Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 Ester Lestari T, Mahasiswa S1 Universitas PGRI Semarang Tahun 2011 SMA Masehi Kudus Semarang Siswa Kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 Untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas XI SMA Masehi Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan survey dan wawancara mendalam in depth interview dalam pengambilan data 5 Efektivitas Kepramukaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kewarganegaraan Siswa (Studi pada Pramuka Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta) Indah Amalia Murrokhamah, Mahasiswa S1 Universitas Sebelas Maret Tahun 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta Penggalang Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Kota Surakarta Untuk mengetahui bentuk kegiatan pramuka yang dapat diimplementasikan untuk menumbuhkan karakter kewarganegaraan siswa terutama pada pramuka penggalang SMP Negeri 10 Surakarta, selain itu juga untuk mengetahui efektivitas kepramukaan dalam menumbuhkan karakter kewarganegaraan siswa, mengetahui faktor-faktor pendukung dan kendala-kendala yang ditemui pembina pramuka Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, peristiwa, tempat atau lokasi dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,
11 dalam menumbuhkan karakter kewarganegaraan siswa terutama pada pramuka penggalang SMP Negeri 10 Surakarta. dan analisis dokumen (Sumber : Rangkuman Pribadi Adham Ardian Noor, 2014)
12 Perbedaan semua judul penelitian di atas dengan penelitian yang menyorot tentang efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian ini terletak pada fokus dan lokus penelitian. Tidak ada satupun dari penelitian yang membahas persoalan kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tuna netra kaitannya dengan ketahanan pribadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari situlah peneliti memiliki semangat yang besar untuk menyelesaikan penelitian yang menyorot tentang efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian ini, yang diharapkan akan menjadi salah satu alternatif dalam membentuk ketahanan pribadi penyandang tunanetra di masa depan, selain itu juga sekaligus dalam rangka menyelesaikan tesis di Progran Studi Ketahanan Nasional Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis), Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikasi efektivitas kegiatan kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian siswa tunanetra di gugus depan Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) terhadap ketahanan pribadi siswa.
13 1.5. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada berbagai pihak yang terkait baik itu masyarakat umum maupun para pengambil kebijakan agar dapat digunakan menjadi pedoman dalam rangka pengambilan ataupun penyempurnaan berbagai kebijakan yang menyangkut efektivitas kegiatan kepramukaan dalam mewujudkan kemandirian siswa tuna netra sehingga lebih sesuai tujuan dan tepat sasaran. 2. Sebagai bahan masukan dan koreksi terhadap kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar memberikan perhatian yang lebih terhadap kegiatan kepramukaan bagi penyandang cacat tunanetra dalam mewujudkan kemandirian mereka. 3. Secara teoritis akademik hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan serta menjadi dasar penelusuran lebih lanjut secara lebih mendalam khususnya pada kegiatan-kegiatan kepramukaan penyandang cacat tunanetra.
BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan pramuka Indonesia merupakan nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Pramuka merupakan
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA
- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciPERSAMAAN AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*
PERSAMAAN AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Bagi individu yang normal, persoalan penyesuaian diri dalam segenap aspek kehidupan tidaklah seberat individu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengantarkan tercapainya tujuan yang diinginkan. Tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran di sekolah secara
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.
PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI
Lebih terperinciDALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES
PENERAPAN FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Lebih terperinci2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka
Lebih terperinciDisusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A
PENGARUH KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan baik dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan adalah salah satu faktor mutlak yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik keluarga, masyarakat, bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan bagi pembentukan karakter bangsa sangat strategis tujuannya. Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang banyak digerakkan dikalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UNESCO (DEPAG RI, 2004: 8) mencanangkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui
Lebih terperinciIndonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan
Lebih terperinciPENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009
PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI MEDIA CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi psikis siswa sangat mempengaruhi kesiapan ketika menghadapi ujian nasional, sebagai orangtua atau guru membantu mereka mengelola emosi, agar dapat bersikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran pokok pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua orang berkepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak mungkin terlepas dari kehidupan manusia. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan sumber
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,
172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual, variabel Motivasi Kerja, dan variabel Harapan Guru dengan Kinerja Guru SMP Negeri di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan perubahan sosial. Perubahan bertanggung jawab atas terciptanya generasi bangsa yang paripurna, sebagaimana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi) dewasa ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila generasi muda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas Dan Syarat-syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi di SD Negeri II Bangsri Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk
Lebih terperinciKEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN
KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang : 1. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang kehidupan. Persaingan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi politik, menuntut
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMP (Sekolah Menengah Pertama) merupakan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan dan pembelajaran di tingkat SMP memberikan penekanan peletakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang semakin baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.
Lebih terperinciNILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA
NILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Irma Hadzami Chusniati Progrram Studi Pendidikan BahasadanSastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran seorang anak di dunia ini adalah kebanggaan tersendiri bagi keluarga, manusia tidak dapat meminta anaknya berwajah cantik atau tampan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari
Lebih terperinciPEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI
PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara di Indonesia mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia bermacam-macam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lainnya, perbedaan yang sangat mendasar terlihat pada akal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pembelajaran membutuhkan inovasi agar peserta didik mampu meningkatkan karakternya. Strategi pembelajaran harus dimiliki oleh pendidik. Hal ini sangat
Lebih terperinciKOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008
KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 RASIONAL 1. Jabatan guru sebagai jabatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM 2. Era informasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Untuk melindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan
Lebih terperinciwarga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan di segala bidang, salah satu komponen kehidupan yang harus dipenuhi manusia adalah pendidikan. Pendidikan dalam hal ini adalah konsep
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.
BAB V PEMBAHASAN Pada pembahasan ini peneliti akan menyajikan uraian sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian dan memadukan dengan kajian pustaka.
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DALAM UPAYA PENANAMAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI SD NEGERI KUDU 01 BAKI SUKOHARJO
EFEKTIVITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DALAM UPAYA PENANAMAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI SD NEGERI KUDU 01 BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang penting, sebab maju atau tidaknya suatu bangsa tergantung pada pendidikan. Siapa pun yang mendapat pendidikan yang baik akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur dalam batang tubuh UUD 1945
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SKI), dalam kurikulum SMP Muhammadiyah 5 menjadi salah satu bagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (untuk selanjutnya disingkat SKI), dalam kurikulum SMP Muhammadiyah 5 menjadi salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan
Lebih terperinciOKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persaingan di dunia dalam berbagai aspek semakin mendapatkan perhatian yang serius, berbagai negara menggunakan berbagai cara agar negara mereka tidak kalah bersaing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dimulai sejak manusia itu dilahirkan dalam lingkungan keluarga dilanjutkan dengan jenjang pendidikan formal, terstruktur dan sistematis dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Dewasa ini kesadaran moralitas multikultur semakin pudar. Kondisi yang
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kesadaran moralitas multikultur semakin pudar. Kondisi yang demikian sebagai akibat tantangan (challenge) yang signifikan dari globalisasi, materialis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk sebagai negara yang sedang berkembang. Dalam mencapai tujuan nasional perlu adanya pembangunan dari segala bidang. Untuk tercapainya tujuan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)
PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN) NASKAH PUBLIKASI RESTU NUGRAHENI A.220090147 PENDIDIKAN PANCASILA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusianya. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi semua orang, terlebih lagi di era globalisasi yang dikenal dengan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciBAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA
BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan sering kita temukan berbagai macam permasalahan, salah satunya adalah masalah diskriminasi yang secara tidak langsung dialami oleh para
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal
Lebih terperinciPENANAMAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH LUAR BIASA
PENANAMAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH LUAR BIASA (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PULIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu negara ialah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu negara ialah faktor pendidikan di dalam negara itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciPENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR. SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pkn SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pkn SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB V P E N U T U P A. Simpulan 1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola Sumberdaya Manusia berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil belajar di mana keberhasilan atau tingkat penguasaan mahasiswa yang dapat dilihat dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nantinya akan membawa bangsa menuju kearah kemajuan karena di. taraf kemajuan peradapan suatu bangsa.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari sumber daya yang dimiliki bangsa tersebut. Baik buruknya kualitas sumber daya manusia yang ada menjadi tolak ukur majunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keharusan negara untuk mampu menciptakan rakyat yang cerdas ditiap-tiap bidangnya dan mengenai pendidikan sebagai suatu alat terciptanya negara yang baik dalam perspektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus. Selaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciPENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen) NASKAH PUBLIKASI
PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai lingkungan, baik lembaga formal maupun lembaga informal. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu
Lebih terperinci