BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian di lakukan pada tanggal 27 Desember 2010 diruang 5 Rumah Sakit Jiwa Daerah Semarang Dr.Amino Gondhohutomo Semarang, dengan skizofrenia paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih klien SMA, dulu bekerja di sebuah mebel dan didekorasi, Klien tinggal di semarang dan klien di bawa ke RSJ oleh ibunya Ny.S,perempuan sebagai Tanggung jawab klien selama dirumah sakit jiwa, klien masuk ke RSJ pada tanggal 30 November Alasan Masuk berbicara sendiri dan marah-marah. 2. Faktor Predisposisi Klien pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah dirawat di RSJ Semarang tiga bulan yang lalu tahun 2010 bulan September. Klien kadang telat minum obat dan telat kontrol. Di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti klien. Pengalaman yang tidak menyenangkan dari klien adalah klien ditinggal mati oleh ayahnya, klien masih teringat oleh ayahnya. Pengalaman yang terus terbayang adalah pernah membentak anak usia 5 tahun. Klien pernah marah- 49

2 marah sama bosnya karena ada perkataan yang menyinggungnya, klien juga takut kalau ada masalah.klien, juga pernah mengalami aniaya fisik sejak umur 5 tahun oleh ibunya 3. Faktor Prespitasi Satu minggu Klien sering melamun, berdiam diri dikamar, berbicara sendiri, bicara kotor, tertawa sendiri. Klien pernah marah- marah kepada keluarganya karena mendengar suara- suara yang mengejeknya sehingga dibawa ke RSJ. 4. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda vital TD : 110/70 MmHg S : 36,7 0 C RR : 20x/mnt TB : 170 cm N : 88x/ menit BB : 56 Kg b. Keadaan Fisik Kesadaran pasien Composmentis, Kulit: Sawo matang, tugor baik, tidak ada luka, Kepala: Bersih tidak ada ketombe, Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, Hidung : Simetris, tidak ada polip, Telinga : Tidak ada serumen, Mulut dan gigi : bersih tidak bau mulut, tidak ada karang pada gigi, Leher : Tidak ada pembesaran tyroid, Dada : Bersih tidak ada luka, Abdomen : Tidak ada masa, tidak ada benjolan. 50

3 5. Psikososial a. Genogram 33 Keterangan : Laki-laki : Perempuan : Penderita : Garis keturunan : Tinggal serumah Penjelasan : Pasien tinggal satu rumah bersama ibuknya, adik perempuan, adik ipar s, klien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara., komunikasi antar keluarga sebenarnya baik, pasien yang sering berdiam diri dan menyendiri di kamar kalau lagi ada masalah. 51

4 b. Konsep Diri 1) Gambaran diri Pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya, tidak ada kecacatan pada anggota tubuhnya. 2) Identitas diri Pasien menerima dirinya sebagai laki-laki yang berumur 33 tahun, klien belum berkeluarga, belum bekerja dan tinggal bersama ibunya, terdapat gangguan identitas diri yaitu klien belum bekerja. 3) Peran diri Pasien di rumah sebagai seorang anak yang belum bekerja sehingga belum bisa mencari uang sendiri, dalam masyarakat pasien tidak ikut serta dalam kumpulan RT dan tidak memiliki peranan penting dalam masyarakat. 4) Ideal diri Pasien ingin cepat sembuh dan kumpul lagi bersama keluarga, pasie berharap bisa bisa bekarja dan memiliki jodoh. Pasien berharap keluarga lebih memperhatikan dirinya. 5) Harga diri Pasien kurang percaya diri, pemalu. Pasien mengatakan minder/malu dengan keadaan yang dialaminya sekarang karena belum bekerja dan 52

5 belum punya pasangan. c. Hubungan Sosial 1) Orang yang berarti Orang yang berarti bagi klien adalah ibunya, karena ibu adalah orang satu-satunya yang disayangi. Jika dirumah sakit yang paling dekat adalah Tn S karena satu kamar dengan pasien. 2) Peran serta dalam kegiatan kelompok dan masyarakat a) Pasien tidak ikut dalam organisasi masyarakat dan tidak memiliki peranan penting dalam masyarakat. b) Di rumah sakit pasien mengikuti kegiatan seperti senam pagi jalan- jalan.. d. Spritual Tn.E beragama non islam, kegiatan beribadah seperti berdoa dilakukan ketika RSJ Pandangan pasien terhadap penyakitnya adalah sebuah cobaan dari TUHAN. Pandangan pasien terhadap sakitnya bersikap sabar dan ikhlas. e. Status Mental 1) Penampilan Kebersihan dan kerapian pasien baik. Rambut rapi, penggunaan pakaian juga sesuai dengan fungsinya. 53

6 2) Pembicaraan Kuantitas dan kualitas pembicaraan cukup baik. Pasien berbicara kurang kooperatif, kadang klien diam dan berfikir lama ketika menjawab pertanyaan yang diberikan, saat kontak mata juga kurang fokus. 3) Aktivitas motorik Saat pengkajian klien cukup kooperatif, terkadang klien melakukan tindakan gerakan otot bibir yang berubah-ubah, sering berdiam diri, kelihatan bicara sendiri, dan melamun. 4) Alam perasaan Pasien mengatakan sedih tidak segera diambil pulang-pulang dengan anggota keluarga klien pengen bekerja dan pengen menikah karena saudaranya sudah menikah, klien tampak melamun. 5) Afek Ketika diajak interaksi pasien masih mau. Afek kien sesuai, yaitu saat diajak tertawa dia ikut tertawa, tapi saat bercerita tentang sedih wajah cemberut dan klien sedih. 6) Interaksi selama wawancara Pasien saat wawancara semua pertanyaan dijawab walaupun perlu berulang ulang dalam mengajukan pertanyaan agar pasien bisa menjawab. Salama wawancara kontak mata pasien cukup bagus. 54

7 7) Persepsi Halusinasi pendengaran, klien sering mendengar suara-suara tanpa ada sumber yang jelas dan menyuruhnya untuk melakukan sesuatu kegiatan misalnya berdiri. Halusinasi terjadi pada saat waktu senggang yaitu akan mau tidur (jam 20.00) dan saat berdiam diri, frekuensi halusinasi cuma sebentar tidak ada satu menit terus hilang. Terjadinya halusinasi lebih dari tiga kali dalam sehari yaitu pada saat akan tidur, pada saat klien sendirian dan melamun, Klien mengatakan senang apabila halusinasi sesuai dengan keinginan dan klien merasa terganggu apabila halusinasi tidak sesuai dengan keinginannya, perasaan klien menjadi jengkel dan kesal. 8) Proses pikir Klien mudah lupa, pertanyaan harus diulang sekali lagi. 9) Isi pikir Pikiran klien realitis yaitu Klien mengatakan takut dengan penyakitnya karena tidak sembuh sembuh dan pengen cepat kerja. 10) Tingkat kesadaran Klien mengatakan bahwa dirinya sadar saat ini berada di RSJ, klien juga dapat berorentasi terhadap waktu, tempat dan orang. 55

8 11) Memori Pasien dapat mengingat dalam jangka panjang karena dapat mengingat hal-hal dimasa lalu maupun sekarang. Misalanya klien masih dapat mengingat lulus sekolah dari SMK tahun berapa (mengingat dalam jangka panjang), klien juga masih dapat mengingat siapa yang membawa dirinya ke RSJ. 12) Tingkat konsentrasi dan berhitung Konsentrasi pasien cukup baik terbukti bahwa pasien dapat menyebutkan saudaranya, pasien masih dapat berhitung dengan baik dapat mengerti beberapa hari tinggal di rumh sakit. 13) Kemampuan penilaian Pasien tidak mengalami gangguan kemampuan penilaian bermakna sehingga klien mampu mengambil keputusan tetapi dengan bantuan orang lain. Pasien juga dapat mengetahui jika dia tidak mau berhubungan dengan orang lain jadi dia tidak akan punya teman. Pasien dapat mengambil keputusan sederhana tanpa bantuan orang lain seperti: habis makan langsung beres-beres dan mencuci piring dan gelas. 14) Daya tilik diri Klien mengatakan dia mengetahui bahwa dirinya sakit sehingga di bawa di RSJ, klien juga mengatakan dirinya tidak mampu dan tidak 56

9 bisa bekerja sehingga tidak bisa membahagiakan orang tuanya. f. Kebutuhan Persiapan Pulang 1) Makan Pasien mampu menyiapkan makanan, membersihkan alat-alat makan, menempatkan alat makan dan minum secara mandiri. Klien makan sehari 3x dan setiap porsi makanan yang disediakan habis dimakan. 2) BAK/BAB Pasien mampu mengontrol untuk BAK/BAB ditempatnya serta membersihkan WC, dan membersihkan diri. 3) Mandi Pasien dapat mandi, sikat gigi, cuci rambut. Pasien biasanya mandi 2 kali sehari secara mandiri. 4) Berpakaian Pasien mampu mengambil, memilih, memakai pakaian secara mandiri. 5) Istirahat dan tidur Pasien jarang tidur siang, tidur malam dari jam 8 malam, sebelum tidur klien selalu membaca doa. Bangun tidur sekitar jam 5 pagi klien bersih-bersih mengikuti kegiatan sesuai ruangan. 57

10 6) Penggunaan obat Pasien minum obat sesuai petunjuk dokter secara rutin tanpa bantuan (dengan pengawasan oleh perawat). 6. Mekanisme Koping Pasien mengatakan apabila pasien mempunyai masalah pasien banyak diam, tidak mau bercerita dengan keluarga, hanya dipendam saja. Kadang melakukan meditasi sebelum tidur. 7. Aspek Medis a. Diagnosa medis : Skizofrenia paranoid b. Terapi Medis 1) Program terapi yang diberikan : a. clozopin 2 x 25 mg b. ECT 3x 2) Pemeriksaan hasil lab a) Kimia klinik tanggal 10 desember 2010 Pemeriksaan Hasil Normal Satuan Glukosa Mg/100 ml Ureum Mg/100 ml Creatinin 14,3 0,50-1,40 Mg/100 ml 58

11 Cholesterol total Mg/100 ml Albumin 4, Mg/100 ml Globulin 2,3 3,0-305 Mg/100 ml Uric Acid 5, Mg/100 ml Natrium Mg/100 ml Trigliserid total Unit/L Protein total Unit/L SGOT 26, Unit/L SGPT 22, Unit/L 59

12 B. Analisa Data Nama : Tn. E No.RM : Tanggal No Data Masalah 27 1 DS: Risiko gangguan Desember 2010 a. Klien mengatakan suka mendengar suara-suara yang sering muncul membisikin telinganya dan menyuruh untuk melakukan kegiatan misal : menyuruh untuk berdiri. sensori persepsi : Halusinasi pendengaran b. Suara itu muncul pada waktu senggang atau lagi sendirian dan waktu akan tidur. Klien mengatakan halusinasi muncul cuma sebentar yaitu tidak ada satu menit terus hilang dan terjadinya halusinasi lebih dari tiga kali dalam sehari yaitu pada saat akan tidur, pada saat klien sendirian dan melamun c. Pasien mengatalkan jika 60

13 mendengarkan suara itu pasien merasa jengkal dan terganggu. DO : a. Terkadang klien melamun kelihatan tertawa sendiri. b. Bicara pasien lancar c. Pasien terkadang bicara sendiri Ds : Gangguan konsep Desember 2010 a. Pasien mengatakan kurang percaya diri, pemalu. diri : Harga diri rendah b. Pasien mengatakan malu karena masuk di rumah sakit jiwa c. Pasien mengatakan minder/malu dengan keadaan yang dialaminya sekarang karena belum bekerja dan belum punya pasangan Do : 61

14 Tn.E, terlihat menyendiri Kontak mata kurang, klien ketika dia ajak interaksi Klien terlihat sedih C. Masalah Keperawatan 1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran 2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah D. Pohon Masalah Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran Core problem Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah E. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran 2. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah 62

15 F. Rencana Tindakan Keperawatan Nama klien : Tn. E No CM : DX medis : Skizofrenia paranoid Ruangan : Endro Trenoyo No No DX Diagnosa Keperawatan 1 1 Gangguan Presepsi Sensori : Halusinasi pendengaran Rencana Tindakan Keperawan Rasional TT Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan Setelah interaksi klien menunjukan 1. Bina hubungan saling 1. Tanda-tanda percaya kepada percaya perawat : a) Sapa klien dengan ramah a) Menciptakan a) Ekspresi wajah baik verbal maupun non hubungan saling bersahabat verbal percaya pada klien b) Menunjukan rasa senang b) Perkenalkan nama b) Tak kenal maka tak c) Ada kontak mata panggilan perawat sayang d) Mau berjabat tangan c) Tunjukan sikap jujur dan c) Mewujudkan rasa e) Mau menyebut nama menepati janji setiap kali percaya pada klien f) Mau duduk interaksi berdampingan dengan d) Tanyakan perasaan klien d) Memvalidasi perasaan 63

16 perawat g) Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi 2. Klien dapat menyebuutkan a) Isi b) Waktu c) Frekwensi d) Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi 3. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasi 4. Klien dapat menyebutkan cara control halusinasi dan masalah yang dihadapi klien e) Dengarkan dengan penuh hati 2.klien dapat menyebutkan a) Mengetahui jenis halusinasi b) Mengetahui isi, waktu, frekwensi halusinasi c) Mengetahui situasi dan menimbulkan halusinasi Klien dapat menidentifikasikan cara yang harus dilakukam jika terhjadi halusinasi 4.diskusiakan cara yang diinginkan klien : a) Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian b) Jika cara yang digunakan klien e) Memperhatikan perasaan klien Kini dapat menceritakan mengenai halusinnasi Klien dapat mengidentifikasikan cara yang harus dilakukan jika terjadi halusinasi a) Memberi reinforment positif b) Memberikan cara yang 64

17 mal adaptif diskusikan cara tersebut terbaik untuk klien 5. Klien dapat memilih dan memperagakan cara mengarasu halusinasi 5.diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi : a) Katakana pada diri sendiri bahwa suara itu tidak nyata b) Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya c) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih d) Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatuh, jika berhasil Memberitahukan cara terbaru pada klien cara memutus halusinasi 65

18 6. Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat beri pujian 6.klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi a) Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu,tempat,topik) b) Diskusikan dengan keluarga tentang: a. Pengertian halusinasi b. Tanda dan gejala halusinasi c. Isi halusinasi d. Waktu halusinasi e. Frekwensi halusinasi f. Situasi terjadinya a) Bila hubungan saling percaya dengan keluarga klien b) Agar keluarga tahu mengenai sakit yang diderita klien 66

19 2. 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 7. Klien dapat menyebutkan a) Memanfaatkan minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna dan efek samping Setelah interaksi klien menunjukan 1. Klien menunjukan ekspresi wajah bersahabat, halusinasi g. Dll 7.diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, dosi, caara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat a) Pantau klien saat penggunaan obat b) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar c) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 1. Bina hubungan saling percaya dengan Agar klien mau minum obat dengan tepat 67

20 menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebut naman, menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi 2. Klien dapat menyebutkan a) Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki b) Aspek positif keluarga menggunakan prinsip komunikasi terapeutik a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b) Perkenalkan diri dengan sopan c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan yang disukai klien d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji 2.klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki Diskusikan dengan klien tentang 68

21 c) Aspek positif keluarga d) Aspek positif lingkungan klien a) Aspek positif yang dimiliki klien keluarga, lingkungan b) Kemampuan yang diiliki klien 3. Klien menyebutkan kemempuan yang dapat dilaksana 4.kien membuat rencana kegiatan harian 3.klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaanya 4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Rencanakan bersama klien 69

22 5. Klien menunjukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien a) kegiatan Mandiri b) Kegiatan dengan bantuan 5.klien melakukan sesuai rencana yang dibuat a) Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan b) Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien c) Beri pujian atas usasha yang dilakukan klien d) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang 70

23 6. Klien memanfaatkan system pendukung yang ada dikeluarga 6.klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri randah b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah 71

24 G. Implementasi Dan Evaluasi Nama pasien : Tn. E Usia : 33 Th No M : Ruang : 5 (Endero tenoyo) Tgl/ Jam 27/12 / No. DX 1. Implementasi Keperatan Respon TTD Bina Hubungan Saling Percaya S: a) Memberi salam setiap interaksi - klien menjawab salam b) Memperkenalkan diri dengan selamat pagi nama menyebutkan nama lengkap, ES. Saya suka panggilan, alamat dan berjabat dipanggil E tangan - Klien mengatakan c) Menanyakan nama lengkap, smendengar suara yang panggilan serta alamat klien menyuruh-nyuruh Sp1 P - Klien mengatakan 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi suara itu datang pada 2. Mengidentifikasi isi halusinasi waktu jam istirahat dan 3. Menidentifikasi waktu halusinasi pada saat klien 4. Mengidentifikasi frekwensi menyendiri dan waktu halusinasi mau tidur 5. Mengidentifikasi situasi yang - Klien mengatakan jika menimbulkan halusinasi mendengar suara itu 6. Mengidentifikasi respon klien klien merasa jengkel terhadap halusinasi dan ingin marah 7. Melatih klien cara control O : halusinasi dengan menghardik - Klien mau bersalaman, 8. Membimbing klien memasukan tersenyum, kooperatif 72

25 dalam jadwal kegiatan harian - Klien dapat menceritakan halusinasinya - Klien dapat mengulang halusinasi dengan menghardik - Penampilan klien cukup bersih A : Sp1 P tercapai 1. Klien dapat mengidentifikasikan jenis halusinasi 2. Klien dapat mengidentifikasi waktu halusinasi 3. Klien dapat mengidentifikasi frekwensi halusinasi 4. Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 5. Klien dapat mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasinya 6. Klien dapat 73

26 mengontrol cara halusinasi dengan menghardik 7. Klien dapat membuat jadwal untuk melatih cata control halusinasi P : Perawat : lanjutkan SP 2p 1. Melatih cara mengontrol halisinasi dengan berbincang 2. Ajarkan klien membuat jadwal untuk melatih cara control halusinasi Klien : motivasi cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan cara membuat jadwal harian secara mandiri Sp2 P 1. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih cara control halusinasi S : - Klien mengatakan sudah bisa bicara control halusinasi 74

27 09.15 dengan berbincang dengan orang lain dengan menghardik - Klien belum bisa mengontrol halusinasi dengan cara berbincang dengan orang lain O : - Klien terkadang perlu tuntunan untuk menaggulangi dalam memutuskan halusinasi - Klien perlu mengingat nama perawat - Klien dapat mengulangi kembali cara mengontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain tetapi masih susah memperaktekan A : Sp2 p tercapai sebagian melatih klien cara mnegontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain P Perawaaat : optimalkan SP 2 P Melatih klien cara control halusinasi dengan 75

28 Sp2 p 1. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Meltih cara control halusinasi dengan berbincan g dengan orang lain 3. Membimbing klien memasukan jadwal kegiatan harian berbincang dengan orang lain Klien : Mmotivasi klien untuk melatih cara control halusinasi dengan berbincang dengan orang lain dan memasukan kedalam jadwal S : - Klien mengatakan sudah bisa cara control halusinasi dengan menghardik - Klien mengatakan sudah bisa cara memutus halusinasi dengan menghardik dan bisa mengontrol halusinasi dengan cara berbindang dengan orang lain O : - Klien sudah bisa melakukan dengan cara konrtol halusinasi dengan cara menghardik dan 76

29 Sp3 p 1. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih klien cara control bincang bincang dengan orang lain tanpa bantuan perawat - Klien dapat mengulang kembali dengan cara mengontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain A : Sp2 p tercapai 1. Melatih klien cara control halusinasi dengan berbincang dengan orang lain P Perawat : Lanjutkan untuk Sp3 p 2. Melatih klien cara control halusinasi dengan kegiatan Klien : Motivasi klien untuk melatih cara control halusinasi dengan berbincang disusun S : - Klien mengatakan sudah mengerti untuk cara control halusinasi 77

30 halusinasi dengan kegiatan membaca 3. Membimbung klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian dengan menghardik, berbincang dan kegiatan O : - Klien harus menvalidasi lagi latihannnn sebelumnya karena terkadang lupa - Klien sudah lebih baik - Klien dapat mengulang - Cara control halusinasi dengan menghardik, berbincang dan kegiatan A : Sp3 p tercapai 1. Melatih klein cara control halusinasi dengan kegiatan (yang biasa dilakukan klien) P : lanjutkan intervensi optimalkan 2p, Sp, 3p 1. Mengarahkan klien untuk mengugat kembali cara control halusinasi dengan menghardik, 78

31 Mengulangi latihan menghardik, berbincang-bincang dan melakukan kegiatn membaca berbincang dengan orang lain dan melakukan kegiatan yang bisa dilakukan klien S : - Klien mengatakan sudah bisa 3 cara control halusinasi O : - Klien dapat mengulang 3 cara control halusinasi - Klien sudah mengerti A : Sp1 p, Sp2 p, Sp3 p Tercapai Melatih klien cara control halusinasi dengan menghardik, berbincang dengan orang lain dan melakukan kegiatan yang bisa dilakukan P : lanjutkan Sp4p 1. Mengevalusi masalah dan latihan sebelumnya 2. Menjelaskan cara control halusinasi dengan teratur minum 79

32 Sp 4p 1. Mengvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Menjelaskan cara control halusinasi dengan teratur minum obat 3. Mebimbing klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian obat 3. Membimbing klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian S : - Klien mengatakan sudah bisa 3 cara control halusinasi - Klien menjelaskan jenis-jenis obat yang diminum. - Klien mengatakan sudah mengerti jenis untuk dan fungsi obat yang diminum O : - Klien belum dapat mengulang 3 cara control halusinasi dengan cepat A : Sp4p sebelum optimal tercapai - Evaluasi ulang cara control halusinasi dengan teratur minum obat (untuk jenis obat fungsi dan waktu) - Klien belum 80

33 memahami secara pasti tentang penggunaan obat SP1p 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 3. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan 4. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien 5. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuanya P : mengoptimalkan Sp4p - Mengajarkan kembali tentang control halusinasi dengan teratur minum obat. K : motifasi klien untuk meminum obat secara teratur S : 1. Klien mengatakan nama saya Es,. Rumah saya semarang 2. Klien mengatakan kegiatan yang dilakukan di rumahnua yaitu membersihkan rumah dan bekerja di mebel 3. Klien mengatakan kegiatan yang bisa dilakukan di RSJ yaitu senam pagi, jalan-jalan, menata tempat tidur, 81

34 6. Memberikan Reinforcement positif 7. Membantu pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan pasien menyapu dan menata kursi 4. Klien mengatakan memilih belajar menyapu O : 1. Klien pemalu Kontamata kurang 2. Klien Mendemonstrasikan cara menyapu A : SP1p berhasil 1. Klien mampu mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2. Klien mampu menilai kemampuan yang masih dapat digunakan 3. Klien mampu memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan 4. Klien mau berbuat dan mengisi jadwal kegiatan harian P : 82

35 Sp2P 1. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Menanyakan kegiatan yang lain yang masih dilakukan dirumah sakit 3. Melatih kegiatan kedua yang telah dipilih pasien 4. Memberikan reinforcement positif kepada klien 5. Membantu pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan pasien Lanjutkan SP2p Perawat : Ajarkan kegiatan yang lain yang dipilih klien Pasien : menganjurkan pasien menyapu sehabis makan dan merapikan meja makan S : 1. Klien mengatakan sudah menyapu 2. Klien mengatakan memilih mencuci piring dilatih O : kontak mata baik, klien kooperatif, klien mendemonstrasikan mencuci A : SP2p berhasil 1. Klien sudah melakukan mencuci piring dan sendok dan juga mencuci 2. Klien mau melakukan apa yang diajarkan perawat 83

36 P : Perawat : Hentikan inventasi (menganjurkan pasien untuk pulang) Pasien : Menganjurkan pasien melakukan kegiatan yang dilatih dan minum obat secara teratur sesuai jadwal. 84

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 18-12-2008 di Ruang ketergantungan obat Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis skizofrenia

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Desember 2009 jam 10.00 wib A. Pengkajian Tanggal masuk Rumah Sakit : 05-11-2009 Bangsal di rawat : Gatotkoco/ruang VI No Rekam Medis : 067714

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 desember 2010, pukul 09.00 WIB di ruang Gatot Koco Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo Semarang, dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Inisial klien : Tn W Umur : 38 Th Jenis Kelamin : Laki-Laki Suku : Jawa Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan Tanggal pengkajian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register 14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Desember 2007 di ruang III (Graha Citro Anggono) Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondho Utomo Semarang, dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien BAB III TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Januari 2008 di ruang XII RSJD dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan data dari catatan medik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien 1. Nama : Ny. S 2. Umur : 34 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Alamat : Singorojo Kendal 5. Agama : Islam 6. Pendidikan : SLTA 7. Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di 37 BAB III TINJAUAN KASUS B. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Desember 2008 diruang VI Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV (Dewaruci) Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Aminogondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis Skizophrenia Katatonik.

Lebih terperinci

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Desember 20010 pukul 10.00

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata. a. Identitas Klien. Nama Tn. St, umur:

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul 10.00 WIB di ruang Larasati Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Suku Agama Status Perkawinan Pendidikan : Tn.S : 33 tahun : Laki-laki : Ungaran : Jawa, Indonesia : Islam : Kawin : SD Nomor Register

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas 1. Pasien Nama : Tn. S Umur : 30 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Tani Alamat : Grobogan Suku Bangsa : Jawa, Indonesia No.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Jiwa 1. Biodata Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010 di ruang Gatotkoco RSJD Dr. amino Gondohutomo Semarang a. Identitas klien Nama :

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Diruang : VIII (Graha Irawan) Tanggal : 16 januari 2008 1. Identitas a. Identitas klien Nama : Sdr.P, Umur :31 tahun, Jenis kelamin : Laki-laki, Suku : Jawa, Agama

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Tanggal masuk RSJ : 27-12-2007 Pengkajian dilakukan pada tanggal 30-12-2007 di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : Skizofrenia

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak terinci. Pasien bernama

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM , BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 29 Desenber 2004. I. Identitas a. Identitas Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM 038164, Alamat Tayu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS PENGKAJIAN Tanggal masuk :30 Desember 2008 Bangsal Keperawatan :XII(Madrim) No RM :062302 Tanggal Pengkajian :01 Januari 2009 A. IDENTITAS Pasien bernama Ny. N, bertempat tinggal

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN TEORI BAB III TINJAUAN TEORI Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2009 A. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku / Bangsa Pendidikan Pekerjaan Status Alamat : Sdr. A : 25 Tahun : Laki-laki : Islam :

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) 1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI DI RUANG PERKASA RSJD DR.RM.SOEDARMADJI KLATEN Di susun dan di ajukan untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 5-7-2010 di Ruang larasati Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang diagnosa medis skizofrenia paranoid. Pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE Lampiran 8 MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE 2009.33.032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL 1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo Hutomo, Semarang dengan diagnosa medik halusinasi dengar. Klien bernama Nn. S Umur 22 Tahun,Perempuan,

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas 1. Pasien Nama Umur Jenis kelamin Agama Pendidikan : Nn. K : 17 tahun : Perempuan : Islam : SMA Pekerjaan : - Alamat Suku bangsa : Karangawen, Demak : Jawa, Indonesia

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI...... C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN. D DENGAN HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: CATUR WULANDARI NIM. P.09010

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. BIODATA 1. Identitas Pasien. Nama Umur Jenis kelamin Suku/Bangsa Agama : An. F : 3 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam Status pernikahan : - Pekerjaan : - Alamat : Kedung

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK Oleh: Frentya Maya Anggi W, S.Ked NIM. 042010101005 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati Sp. KJ FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2009 1 LAPORAN KASUS PSIKIATRI

Lebih terperinci

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN Pertemuan... Hari, TGL :... A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien : a. Data Subjektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

NURSING CARE PLAN (NCP)

NURSING CARE PLAN (NCP) NURSING CARE PLAN (NCP) 1. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009.

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009. BAB III TINJAUAN KASUS A PENGKAJIAN Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009. Klien di rawat di ruang XI Larasati dengan nomor RM 063245. Perawat melakukan pengkajian pada tanggal

Lebih terperinci

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa, 18 Halusinasi 8. Mengidentifikasi jenis halusinasi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V DI TANGGERANG DI SUSUN OLEH MARIA FRANSISKA 1410721043 PROGRAM STUDI PROVESI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu) CONTOH KASUS Setiap lansia pada akhirnya akan mengalami penurunan fungsi organ, Hal ini timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA DISUSUN OLEH : DEVI ANGGRAINI NIM. P.10013 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI Disusun oleh: Kelompok 4 1. Intan Cahya P (14.401.15.046) 2. Khusnul Hotimah (14.401.15.050) 3. Muhamad Gimnastyar (14.401.15.056) 4. Novia Panca A (14.401.15.059)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April 2010 A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien a. Biodata Pasien Nama : An. A Tanggal lahir : 21 Agustus 2009 Umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 20 Juni 2010 pada keluarga Tn. L (45 th), dengan alamat Sambiroto kecamatan Tembalang, Semarang. Keluarga ini

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI A. Latar belakang Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya

Lebih terperinci

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa

KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa KMSJ Kartu Menuju Sehat Jiwa JAWA TIMUR SEHAT JIWA NAMA : TTL : ALAMAT : POSYANDU : TGL PENDAFTARAN : BAWALAH KMSJ SETIAP KALI KE POSYANDU KESEHATAN JIWA Created by: Ns. Heni Dwi Windarwati.,M.Kep.,Sp.Kep.J

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua.

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua. BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri 2.1.1 Pengertian Harga Diri Stuart dan Sundeen (1991), mendeskripsikan harga diri (self esteem)

Lebih terperinci

BAB III TINJUAN KASUS

BAB III TINJUAN KASUS BAB III TINJUAN KASUS A. Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Alamat Agama Suku Bangsa : Ny. T : 44 tahun : SMA : Wiraswasta : Jl. Karonsi Timur IV No. 95 Semarang : Islam : Jawa,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131 NOMOR :.. SET : Jiwa 1 ( K.1 ) FORMAT PEAN : HALUSINASI ( MEMBANTU PASIEN MENGENAL HALUSINASI PENDENGARAN) NO ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI ( 25% ) 1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan keperawatan Keluarga di Lakukan pada tanggal 23 juni 2010 pada

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan keperawatan Keluarga di Lakukan pada tanggal 23 juni 2010 pada BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Data Umum Asuhan keperawatan Keluarga di Lakukan pada tanggal 23 juni 2010 pada keluarga Tn A alamat Jl kunir Rt 08 Rw 8 kelurahan sambiroto kecamatan tembalang.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Data Fokus Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Juni 2011 jam 16.00 WIB pada keluarga Tn.L (60th). Tn.L merupakan kepala keluarga dari Ny. N (51th) dan kedua anaknya

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF Tgl Nama Klien : Medis : No MR : Ruangan : Penatalaksanaan regiment terapeutik inefektif TUM: merawat yang mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

TINJAUAN KASUS. 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S. 2. Usia : 43 tahun. 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK )

TINJAUAN KASUS. 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S. 2. Usia : 43 tahun. 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK ) TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keluarga I. Data Umum 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S 2. Usia : 43 tahun 3. Pendidikan : SD 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK ) 5. Alamat : RT. 05 / RW I Bangetayu Kulon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci