HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 Gambaran Umum Provinsi Papua HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Gambar 4 Peta Provinsi Papua Papua merupakan provinsi yang terletak di wilayah paling timur Indonesia. Provinsi Papua memiliki luas wilayah km 2 yang membawahi 19 kabupaten dan 1 kota dengan 250 kecamatan. Secara geografis Provinsi Papua terletak pada Bujur Timur dan Lintang Utara Lintang Selatan (BPS 2007). Jumlah penduduk di provinsi ini mencapai Jiwa dengan komposisi orang pria dan orang wanita. Mayoritas penduduk lokal memiliki pendidikan rendah, hal ini dapat dibaca dari tingginya (52%) jumlah penduduk yang tidak tamat sekolah dasar (Anonim 2009). Provinsi Papua memiliki keragaman yang tinggi dalam kondisi biofisik seperti iklim, topografi, dan vegetasi (Petocz dan Tucker 1987 diacu dalam Kepas 1990). Keragaman ini juga dijumpai dalam kondisi budaya, adat, kepercayaan, dan bahasa (± 250 bahasa daerah). Wilayah ini memiliki delapan zone ekosistem yaitu rawa pasang surut, rawa air tawar, jalur pantai laut, sabana dan padang rumput, hutan tropik basah, hutan montane bawah, hutan montane atas, dan pegunungan alpin. Wilayah ini memiliki iklim tropik basah, kondisi iklim daerah sangat dipengaruhi oleh topografi yang tidak rata. Provinsi Papua terdapat banyak suku dan di antara suku-suku tersebut masih sulit bekerja sama. Beberapa suku yang cukup besar di antaranya adalah suku Arfak, Dani, Yali, Asmat, dan Ekagi (Boelaars 1986 diacu dalam Kepas 1990). Setiap suku mempunyai karakteristik dalam memanfaatkan sumberdaya,

2 sehingga menghasilkan sistem pertanian yang berbeda. Kebutuhan hidup masyarakat Papua umumnya dipenuhi dari kegiatan bercocok tanam, meramu, peternakan, dan perikanan. Jenis tanaman pangan yang diusahakan adalah ubi jalar, ubi kayu, dan keladi. Di dataran rendah, tanaman tersebut ditumpangsarikan dengan tebu, pisang, jagung, dan sebagainya. Masyarakat pegunungan mengusahakan kentang, bawang merah atau bawang putih, serta sayuran lainnya, seperti yang dilakukan di sekitar Pegunungan Arfak atau di Pegunungan Jayawijaya (Kepas 1990). Gambaran Umum Kampung Tablanusu, Distrik Depapre Distrik Depapre adalah salah satu distrik yang berada di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Distrik ini terletak di sebelah utara dari Kabupaten Jayapura dan berbatasan dengan Samudera Pasifik yaitu di sepanjang pesisir pantai dan di bawah gunung Dafonsoro Utara (Cycloop). Daerah ini beriklim tropis, memiliki dua musim yaitu musim kemarau dari bulan April-September dan musim hujan dari bulan Oktober-Maret. Curah hujan rata-rata mm/tahun dan jumlah hari hujan tertinggi berkisar 167 hari. Suhu udara rata-rata berkisar antara 20,5 0-34,4 0 C. Kondisi topografinya, memiliki wilayah sebagian besar berbukit-bukit dengan kemiringan lereng berkisar ke arah utara dan mempunyai dataran atau lembah yang cukup luas. Letak Distrik Depapre di atas permukaan bukit antara m di atas permukaan laut. Luas wilayah Distrik Depapre adalah 187,34 km 2 dan secara geografis terletak antara 2 0,43-2 0,43 lintang selatan dan 140 0, ,41 bujur timur. Distrik Depapre memiki tujuh kampung yaitu Kampung Kendate, Kampung Entiyebo (Tablanusu), Kampung Waiya, Kampung Tablasupa, Kampung Yepase, Kampung Wambena, dan Kampung Yewena. Masyarakat Depapre dalam sistem kekerabatan, menganut sistem kepemimpinan ondoafi (kepala suku). Masyarakat ini memiliki suku tanah merah (Tepra) yang menganut sistem kekerabatan patrilineal yaitu keturunan ditarik melalui garis keturunan laki-laki (ayah). Rata-rata masyarakat Depare berpendidikan rendah karena faktor kemampuan ekonomi yang rendah dan faktor jauhnya jangkauan transportasi dari kampung ke pusat kota atau tempat pendidikan selanjutnya (SMP dan SMA), minimya sarana transportasi baik melaui darat maupun laut dan faktor dorongan mental dari orang tua kurang mendukung.

3 Entiyebo atau Tablanusu merupakan salah satu kampung yang berada di Distrik Depapre, kampung ini memiliki luas wilayah sebesar 230,5 ha dengan ketinggian 5 m dari permukaan laut. Pada sebelah utara, kampung ini berbatasan dengan Lautan Pasifik, sebelah selatan dengan Kampung Maribu, sebelah barat dengan Kampung Kendate dan sebelah timur berbatasan dengan Kampung Waiya. Topografi daerah ini adalah pantai. Kampung ini memiliki tingkat populasi sebesar 394 Jiwa dengan 81 kepala keluarga. Sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu bekerja sebagai nelayan, dimana pada umumnya masih menggunakan pola penangkapan ikan secara tradisional. Masyarakat masih mencari ikan di laut menggunakan alat-alat yang masih sederhana sehingga hasil tangkapannya belum maksimal. Masyarakat Kampung Tablanusu ada yang bekerja sebagai petani. Jenis tanaman pangan yang dihasilkan adalah cokelat, mangga, durian, langsat, duku, rambutan, nangka, salak, pisang, dimana bibit-bibit tanaman yang dihasilkan tersebut diberikan oleh pemerintah daerah setempat sebagai program pemberdayaan masyarakat. Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Rumah tangga adalah sekumpulan orang yang terdiri dari seorang ayah, ibu, anak, dan orang lain atau keluarga yang tinggal di bagian atau keseluruhan bangunan fisik dari suatu rumah dan mengkonsumsi makanan dari satu dapur atau sekelumpulan orang yang tinggal di bawah satu atap dan melakukan aktifitas bersama-sama dengan seluruh anggota rumah tangga (Sukandar 2007). Menurut Sanjur (1982), jumlah anggota keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita dan pengeluaran untuk pangan menurun dengan peningkatan besar keluarga. Total jumlah sampel keluarga dalam penelitian ini adalah 48. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga adalah sedang (5,4) (Hurlock 1998). Hal ini dapat disebabkan oleh masyarakat Kampung Tablanusu sudah cukup berpartisipasi dalam program keluarga berencana (KB) yang dicanangkan oleh pemerintah.

4 Umur Orang Tua Responden pada penelitian ini adalah keluarga yang bertempat tinggal di Kampung Tablanusu. Berikut merupakan sebaran orang tua yaitu KK dan isteri KK berdasarkan kelompok umur. Tabel 2 Sebaran orang tua berdasarkan kelompok umur Kelompok Umur (tahun) KK Isteri KK n % n % ,3 5 10, , , , , ,4 3 6,3 Total , ,0 Rata-rata ± SD 47,7 ± 11,4 43,9 ± 10,2 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa persentase terbesar umur KK di Kampung Tablanusu adalah pada kelompok umur tahun yaitu sebesar 58,3%, sedangkan persentase umur terendah berada pada kelompok umur tahun, yaitu hanya sebesar 6,3%. Rata-rata umur KK adalah 47 tahun. Begitu pula dengan persentase umur terbesar isteri KK yaitu berada pada kelompok umur tahun, dengan persentase sebesar 62,5%. Rata-rata umur isteri KK adalah 43 tahun. Kelompok umur tersebut termasuk ke dalam kelompok umur dewasa madya (WKNPG 2004). Sebagian besar umur responden dalam usia reproduktif, dimana memiliki kecenderungan untuk lebih giat bekerja sehingga bisa menghasilkan pendapatan yang lebih untuk keperluan konsumsi rumah tangga. Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Orang yang berpendidikan tinggi juga cenderung memilih makanan yang murah tetapi memiliki kandungan gizi yang tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan gizi dapat terpenuhi dengan baik (Suhardjo 1996). Berikut merupakan sebaran tingkat pendidikan KK dan isteri KK.

5 Tabel 3 Sebaran orang tua berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat KK Umur Isteri KK Umur Pendidikan n % (tahun) n % (tahun) Tidak sekolah 2 4,2 58,5±6,4 1 2,1 62,0±0 Tidak tamat SD 3 6,3 54,3±10,1 6 12,5 52,3±9,2 Tamat SD 14 29,2 53,8±8, ,3 46,7±8,4 SMP 7 14,6 48,3±9, ,8 40,9±8,1 SMA 17 35,4 39,5±9, ,0 38,1±11,5 Perguruan Tinggi 5 10,4 49,8±14,5 3 6,3 39,7±2,1 Total ,0 47,7 ± 11, ,0 43,9 ± 10,2 Berdasarkan pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan terakhir KK di Kampung Tablanusu adalah SMA dengan persentase sebesar 35,4%, sedangkan hanya sebesar 4,2% KK yang tidak bersekolah. Persentase terbesar untuk tingkat pendidikan isteri KK adalah tamat SD dengan persentase sebesar 33,3%, sedangkan isteri KK yang tidak bersekolah hanya sebesar 2,1%. Rata-rata KK dan isteri KK yang tidak sekolah usianya sudah tua, dengan rata-rata usia masing-masing yaitu 58 dan 62 tahun. Faktor yang dapat menyebabkan orang tua tidak sekolah atau hanya tamat SD dan tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi adalah faktor kemampuan ekonomi yang rendah dan faktor jauhnya jangkauan transportasi dari kampung ke pusat kota atau tempat pendidikan selanjutnya (SMP dan SMA), minimnya sarana transportasi baik melaui darat maupun laut dan faktor dorongan mental dari orang tua kurang mendukung. Jenis Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Terdapat hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi yang didorong oleh pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi. Apabila penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk pada umumnya juga meningkat mutunya (Suhardjo 1989). Jenis pekerjaan masyarakat Kampung Tablanusu cukup beragam, mulai dari sebagai nelayan, petani, pegawai negeri sipil (PNS), wirausaha, perangkat desa, wirausaha, dan pensiunan PNS. Jenis pekerjaan pada masyarakat Kampung Tablanusu dapat dilihat pada Tabel 4.

6 Tabel 4 Sebaran jenis pekerjaan orang tua Jenis pekerjaan KK Isteri KK n % n % Petani 0 0,0 2 4,2 Nelayan 19 40,4 0 0,0 Petani dan nelayan 11 23,4 0 0,0 PNS 8 17,0 4 8,3 Wirausaha 0 0,0 4 8,3 Perangkat desa 4 8,5 0 0,0 Pensiunan PNS 3 6,4 1 2,1 Ibu Rumah tangga 0 0, ,1 Karyawan swasta 2 4,3 0 0,0 Total , ,0 Berdasarkan tabel di atas, secara umum mayoritas KK bekerja sebagai nelayan dengan persentase sebesar 40,4%. Adapun KK yang bekerja sebagai nelayan merangkap sebagai petani adalah sebesar 23,4%, sedangkan kepala KK yang bekerja sebagai PNS sebesar 17,0%, sisanya bekerja sebagai perangkat desa, pensiunan PNS dan karyawan swasta. Sementara itu, sebagian besar jenis pekerjaan isteri KK adalah sebagai ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 77,1%, sisanya bekerja sebagai PNS, wirausaha, petani, dan pensiunan PNS. Faktor alam yang mendukung sebagai daerah dengan topografi pantai, disertai pendidikan yang rendah yaitu hanya tamat SD (tidak memiliki keahlian khusus) merupakan alasan yang melatarbelakangi sebagian besar KK memilih bekerja sebagai nelayan. Pendapatan Per Kapita Keluarga Pendapatan merupakan indikator kesejahteraan ekonomi rumah tangga. Pendapatan juga merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan perorangan maka terjadi perubahan-perubahan dalam susunan makanan (Suhardjo 1989). Garis kemiskinan daerah pedesaan Provinsi Papua yang telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Papua tahun 2011 adalah sebesar Rp /kapita/bulan. Pendapatan per kapita keluarga masyarakat Kampung Tablanusu dapat dilihat pada tabel berikut.

7 Tabel 5 Sebaran pendapatan per kapita per bulan keluarga berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Papua Kategori n % Miskin (< Rp /kap/bln) 17 35,4 Tidak miskin (> Rp /kap/bln) 31 65,6 Total ,0 Rata-rata ± SD Rp ± Pendapatan per kapita per bulan keluarga berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Papua pada masyarakat Kampung Tablanusu sebesar 65,6% dalam kategori tidak miskin dan sebesar 35,4% dalam kategori miskin. Rata-rata pendapatan keluarga masyarakat Kampung Tablanusu adalah sebesar Rp /kapita/bulan. Jika dilihat dari jenis pekerjaannya, mayoritas pekerjaan masyarakat Kampung Tablanusu adalah sebagai nelayan yang pendapatannya tidak menentu. Pendapatan tergantung dari jumlah tangkapan ikan yang diperoleh, jika jumlahnya lebih banyak maka pendapatan akan lebih tinggi. Jumlah tangkapan ikan yang diperoleh tergantung pada musimnya, dimana pada musim kemarau jumlah tangkapan ikan lebih banyak dibanding musim hujan. Hal ini disebabkan oleh pada musim kemarau, waktu penangkapan tidak dibatasi oleh faktor cuaca (Junaidi 1997). Profesi selain sebagai nelayan adalah PNS dan karyawan swasta yang pendapatannya lebih konstan. Pola Konsumsi Pangan Pola konsumsi pangan adalah jenis dan frekuensi beragam pangan yang biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut dalam jangka waktu yang panjang (Suhardjo 1996). Sanjur (1982) menyatakan bahwa jumlah pangan yang tersedia di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Menurut Suhardjo (1989), kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tata krama makan, frekuensi makan seseorang, pola makanan yang dimakan, kepercayaan tentang makanan, distribusi makanan di antara anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan, dan cara pemilihan bahan makanan yang hendak dimakan sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya.

8 Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Pola konsumsi pangan disini meliputi frekuensi konsumsi pangan di dalam keluarga. Frekuensi makan diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu, dan kali per bulan. Akan tetapi, pada penelitian ini frekuensi konsumsi pangan keluarga diukur dalam satuan kali per hari dengan metode recall dan bertanya langsung kepada responden. Frekuensi konsumsi pangan keluarga masyarakat Kampung Tablanusu dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi pangan dalam sehari Frekuensi n % , ,9 Total ,0 Frekuensi konsumsi pangan mempengaruhi jumlah asupan makanan bagi individu, dimana hal tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi (Sukandar 2007). Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu memiliki frekuensi konsumsi pangan yaitu dua kali dalam sehari dengan persentase sebesar 52,1%. Keluarga yang memiliki frekuensi konsumsi pangan dua kali dalam sehari, biasanya dilakukan pada siang dan malam hari. Masyarakat Kampung Tablanusu hanya mengkonsumsi makanan selingan seperti roti dan beraneka kue (donat, bakpao, kue sendok), serta didampingi dengan minuman hangat seperti teh, kopi atau susu pada saat sarapan. Hal ini dapat dikarenakan oleh faktor ekonomi dan tidak biasanya sarapan dengan pangan pokok (nasi). Kebiasaan Makan Bersama Keluarga Kebiasaan makan bersama dalam keluarga, menurut Tan, et al. (1979) diacu dalam Sukandar (2007) adalah sebuah kebiasaan sangat penting untuk dilakukan karena banyak keuntungan yaitu mereka dapat mengkonsumsi makanan yang sama secara bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga dan setiap anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi satu sama lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu menerapkan kebiasaan makan bersama di dalam keluarganya, dapat terlihat dari persentase kebiasaan makan bersama keluarga yaitu sebesar 93,8%. Selain itu, sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu menerapkan kebiasaan makan bersama dalam keluarga sebanyak dua kali

9 dalam sehari, hal ini ditunjukkan dengan persentase frekuensi makan bersama dalam keluarga yaitu sebesar 83,3%. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran keluarga berdasarkan frekuensi makan bersama dalam sehari Frekuensi n % 0 3 6, , , ,3 Total ,0 Sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu menerapkan kebiasaan makan bersama pada pagi dan malam hari, yaitu pada makan pagi (sarapan) dan makan malam, hal ini disebabkan oleh pada siang hari KK tidak berada di rumah karena sedang bekerja, sedangkan anak-anak sedang bersekolah. Kebersamaan merupakan salah satu alasan mengapa masyarakat Kampung Tablanusu memilih untuk menerapkan kebiasaan makan bersama di dalam keluarga. Prioritas Pangan dalam Keluarga Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga, jika kebiasaan budaya tersebut diterapkan, maka setelah kepala keluarga anak pria dilayani, biasanya dimulai dari yang tertua. Wanita, anak wanita, dan anak yang masih kecil boleh makan bersama anggota keluarga pria, tetapi di beberapa lingkungan budaya, mereka makan terpisah pada meja lain atau bahkan setelah anggota pria selesai makan. Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga adalah sangat penting untuk mencapai gizi baik. Pangan harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang di dalam keluarga. Anak, wanita yang mengandung, dan ibu yang menyusui harus memperoleh sebagian besar pangan yang kaya akan protein. Orang tua memerlukan pangan yang akan membantu memperbaiki jaringan tubuh yang usang dan robek. Semua anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan perorangan, harus mendapat bagian energi dan zat makanan yang cukup (Suhardjo 1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu tidak menerapkan prioritas pangan di dalam keluarga, yang berarti setiap anggota keluarga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase tidak adanya prioritas pangan dalam keluarga sebesar 75,0%.

10 Tabel 8 menggambarkan pembagian pangan dalam keluarga menurut individu yang diutamakan. Sebesar 75,0% keluarga yang tidak mengutamakan seorang pun untuk mendapatkan prioritas dalam pembagian pangan, sedangkan sebesar 18,8% keluarga yang mengutamakan KK dalam pembagian pangan, sisanya sebesar 4,2% mengutamakan anak, dan sebesar 2,1% mengutamakan KK dan anak. Tabel 8 Sebaran keluarga berdasarkan anggota keluarga yang menerima prioritas dalam pembagian pangan Anggota rumah tangga yang mendapat prioritas n % Tidak seorang pun 36 75,0 Kepala keluarga 9 18,8 Anak 2 4,2 Kepala keluarga dan anak 1 2,1 Total ,0 Kebiasaan Sarapan Keluarga Sarapan (makan pagi) adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktifitas fisik pada pagi hari (Khomsan 2005). Menurut beberapa kajian, frekuensi konsumsi pangan yang baik adalah tiga kali dalam sehari. Hal ini karena tidak mungkin seseorang memenuhi kebutuhan gizinya hanya dari satu atau dua kali makan setiap harinya. Waktu makan yang sering ditinggalkan adalah makan pagi (Madanijah 1994). Khomsan (2005) menegaskan bahwa dengan melakukan sarapan dapat menyumbangkan 25% dari kebutuhan total energi harian. Ada dua manfaat sarapan diantaranya yaitu sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik, sehingga berdampak positif terhadap produktifitas kerja. Manfaat sarapan yang kedua adalah sarapan dapat memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Melewatkan sarapan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa, sehingga menimbulkan rasa pusing, gemetar, dan rasa lelah. Jika hal ini terjadi maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada di jaringan lemak tubuh. Berikut merupakan sebaran keluarga berdasarkan kebiasaan sarapan masyarakat Kampung Tablanusu.

11 Tabel 9 Sebaran keluarga berdasarkan kebiasaan sarapan dalam keluarga KK Isteri KK Anak Kebiasaan sarapan n % n % n % Sering 45 93, , ,8 Jarang 3 6,3 3 6,3 3 6,3 Total , , ,0 Berdasarkan hasil pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa baik KK, isteri KK, dan anak sering menerapkan kebiasaan sarapan di pagi hari dengan persentase sebesar 93,8%. Sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu menerapkan kebiasaan sarapan dikarenakan agar memiliki tenaga untuk persiapan bekerja. Ada beberapa masyarakat yang mengkonsumsi pangan pokok seperti nasi pada saat sarapan, akan tetapi ada pula masyarakat yang hanya mengkonsumsi roti dan beraneka kue (donat, bakpao, dan kue sendok), serta didampingi dengan minuman hangat seperti teh, kopi, atau susu. Menurut khomsan (2005), jenis makanan untuk sarapan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang dan bila sarapan dengan aneka ragam pangan yang terdiri nasi, sayur atau buah, lauk pauk, dan susu dapat memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral. Frekuensi Konsumsi menurut Kelompok Pangan Keluarga Konsumsi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor agroekosistem, dimana orang mengkonsumsi pangan tergantung pada apa yang diproduksi di daerah lokalnya (Sukandar 2007). Selain itu, faktor budaya juga dapat mempengaruhi nilai sosial dari setiap jenis pangan yang ada. Berikut merupakan rata-rata frekuensi konsumsi kelompok pangan serealia masyarakat Kampung Tablanusu. Tabel 10 Rata-rata frekuensi konsumsi kelompok pangan serealia Jenis serealia Frekuensi konsumsi (kali/bulan) Rumah tangga yang mengonsumsi pangan n % Beras/Nasi 83, ,0 Mie Instan 13, ,8 Tepung terigu 10, ,7 Jagung 4, ,3 Sagu 17, ,7 Roti 15, ,7 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa beras merupakan pangan utama yang dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu dengan rata-rata frekuensi konsumsi yaitu 83,1 kali per bulan, sedangkan sagu hanya

12 dikonsumsi 17,7 kali per bulan. Hal ini dapat dikarenakan oleh beras lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan sagu. Diperlukan tenaga kerja yang cukup banyak dan waktu yang lama dalam memproduksi sagu hingga layak untuk dikonsumsi, sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengonsumsi beras yang lebih mudah diperoleh (banyak dijual). Selain itu, beberapa masyarakat Kampung Tablanusu berpendapat bahwa mengkonsumsi beras dapat memberikan rasa kenyang lebih lama dibandingkan dengan mengkonsumsi sagu. Pangan serealia yang jarang dikonsumsi adalah jagung dengan rata-rata frekuensi konsumsi hanya 4,0 kali per bulan. Berikut merupakan rata-rata frekuensi konsumsi pangan umbi-umbian masyarakat Kampung Tablanusu. Tabel 11 Rata-rata frekuensi konsumsi kelompok pangan umbi-umbian Jenis umbi-umbian Frekuensi konsumsi (kali/bulan) Rumah tangga yang mengonsumsi pangan n % Singkong 9, ,9 Betatas/Ubi jalar 6, ,5 Kentang 0, ,3 Talas/keladi 6, ,5 Jenis pangan umbi-umbian yang sering dikonsumsi adalah singkong dengan rata-rata frekuensi konsumsi 9,9 kali per bulan. Sementara itu, jenis pangan umbi-umbian yang paling jarang dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu adalah kentang, dimana rata-rata frekuensi konsumsi kentang hanya 0,5 kali per bulan. Jenis pangan umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar, dan talas biasanya dikonsumsi sebagai cemilan atau makanan ringan di sore hari. Jenis pangan tersebut banyak ditanam di pekarangan rumah masyarakat Kampung Tablanusu, sehingga mudah untuk diperoleh tanpa harus mengeluarkan uang untuk membeli. Kentang tidak ditanam di daerah Kampung Tablanusu, biasanya di olah menjadi sayur sop. Tabel 12 menggambarkan frekuensi konsumsi pangan hewani masyarakat Kampung Tablanusu. Jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu adalah ikan laut dengan ratarata frekuensi konsumsi adalah 66,8 kali per bulan. Hal ini dikarenakan oleh sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu bekerja sebagai nelayan, sehingga mudah untuk memperoleh ikan laut. Selain ikan laut, telur ayam juga sering dikonsumsi dengan rata-rata frekuensi konsumsi adalah 18,4 kali per bulan. Jenis pangan hewani yang jarang dikonsumsi adalah daging babi, daging kambing, dan daging sapi. Hal ini karena ketiga pangan hewani tersebut tidak

13 tersedia di pasar. Pangan hewani yang diperjualbelikan di pasar hanya daging ayam, telur, dan ikan, sedangkan daging babi, daging sapi, dan daging kambing tidak tersedia. Masyarakat Kampung Tablanusu mengaku bahwa hanya mengkonsumsi daging babi, daging kambing, dan daging sapi jika diselenggarakan acara kampung di daerahnya. Tabel 12 Rata-rata frekuensi konsumsi kelompok pangan hewani Jenis pangan hewani Frekuensi konsumsi (kali/bulan) Rumah tangga yang mengonsumsi pangan n % Daging sapi 0,1 3 6,3 Daging kambing 0,0 1 2,1 Daging babi 1, ,4 Daging Ayam 2, ,8 Telur Ayam 18, ,5 Ikan air laut 66, ,9 Ikan air tawar 10, ,9 Udang 0,6 8 16,7 Kerang/bia 2, ,8 Cumi 1, ,3 Ikan Asin 0,0 2 4,2 Kepiting 0,5 8 16,7 Kelompok kacang-kacangan merupakan kelompok pangan yang cukup sering dikonsumsi masyarakat umum, akan tetapi masyarakat Kampung Tablanusu kurang mengkonsumsi kelompok pangan ini. Berdasarkan data pada tabel 16 dapat diketahui bahwa rata-rata frekuensi konsumsi untuk pangan tempe dan tahu masing-masing hanya 10,4 dan 13,1 kali per bulan. Hal ini dikarenakan tahu dan tempe hanya dapat diperoleh di pasar, sedangkan hari pasar di Kampung Tablanusu hanya tiga hari yaitu pada hari selasa, kamis, dan sabtu. Kelompok pangan kacang-kacangan yang paling jarang dikonsumsi adalah kacang kedelai dengan rata-rata frekuensi konsumsi hanya 0,1 kali per bulan. Tabel 13 Rata-rata frekuensi konsumsi kelompok pangan nabati Jenis pangan nabati Frekuensi konsumsi (kali/bulan) Rumah tangga yang mengonsumsi pangan n % Tempe 10, ,5 Tahu 13, ,5 Kacang kedelai 0,1 2 4,2 Kacang hijau 1, ,8 Kacang tanah 1, ,2

14 Tabel 14 menjelaskan frekuensi konsumsi kelompok pangan sayuran. Sayuran merupakan pangan sumber vitamin dan mineral, dimana cukup sering dikonsumsi masyarakat pada umumnya, begitu pula dengan masyarakat Kampung Tablanusu. Kelompok pangan sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu adalah sayur daun singkong, daun pepaya, dan bunga pepaya. Hal ini dikarenakan oleh masyarakat Kampung Tablanusu menanam ketiga jenis sayuran tersebut di pekarangan rumah atau di ladang kebun, sehingga mudah untuk diperoleh tanpa harus membeli. Sementara itu, kelompok pangan sayuran yang paling jarang dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu adalah sayur sawi, wortel, dan buncis. Tabel 14 Rata-rata frekuensi konsumsi kelompok pangan sayuran Jenis sayuran Frekuensi konsumsi (kali/bulan) Rumah tangga yang mengonsumsi pangan n % Bayam 20, ,4 Wortel 3, ,8 Sawi 6, ,3 Buncis 4, ,8 Kangkung 21, ,7 Daun singkong 25, ,8 Daun pepaya 25, ,8 Bunga pepaya 25, ,7 Tauge 0, ,8 Tabel 15 Rata-rata frekuensi konsumsi kelompok pangan buah-buahan Jenis buahbuahan Frekuensi konsumsi (kali/bulan) Rumah tangga yang mengonsumsi pangan n % Pisang 10, ,6 Jambu 1, ,5 Jeruk 3, ,3 Mangga 0, ,8 Nangka 0, ,9 Pepaya 9, ,3 Rambutan 0, ,4 Tomat 0,2 3 6,3 Kelompok pangan buah-buahan merupakan pangan sumber vitamin dan mineral, biasanya dikonsumsi sebagai pangan penutup setelah mengkonsumsi makanan pokok. Kelompok pangan buah-buahan yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu adalah buah pisang dan pepaya dengan rata-rata frekuensi konsumsi adalah 10,6 dan 9,9 kali per bulan. Hal ini disebabkan oleh masyarakat Kampung Tablanusu menanam buah pisang dan pepaya di pekarangan rumah ataupun di ladang kebun, sehingga lebih mudah

15 untuk memperoleh kedua jenis buah tersebut tanpa harus mengeluarkan uang untuk membelinya. Kelompok pangan buah-buahan yang jarang dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu adalah buah mangga, rambutan, dan jambu. Hal ini karena walaupun beberapa masyarakat memiliki pohon mangga dan rambutan di pekarangan rumah ataupun di ladang perkebunan, akan tetapi mangga dan rambutan merupakan buah musiman, sehingga jarang dikonsumsi. Tabel 16 Rata-rata Frekuensi konsumsi kelompok pangan susu Jenis susu Frekuensi konsumsi (kali/bulan) Rumah tangga yang mengonsumsi pangan n % Susu segar 6, ,0 Susu bubuk 17, ,9 Susu kaleng 8, ,2 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa kelompok pangan susu yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu adalah susu bubuk dengan rata-rata frekuensi konsumsi adalah 17,5 kali per bulan, sedangkan yang jarang dikonsumsi adalah susu segar dengan rata-rata frekuensi konsumsi adalah 6,1 kali per bulan. Susu tidak hanya dikonsumsi oleh anak-anak, akan tetapi ada beberapa orang tua yang juga mengkonsumsi susu. Cara Mengolah dan Memperoleh Pangan Keluarga Faktor lingkungan budaya dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan masyarakat, dimana budaya dapat menentukan apa yang akan digunakan sebagai makanan, dalam keadaan bagaimana, kapan seseorang boleh atau tidak memakannya dan apa saja makanan yang dianggap sebagai pantangan (taboo), serta bagaimana cara mengolah, memperoleh, dan mengkonsumsi makanan tersebut (Suhardjo 1989). Tabel 17 sampai dengan Tabel 22 menunjukkan daftar pangan dan cara mengolah atau memasak pangan yang diterapkan oleh masyarakat Kampung Tablanusu. Berikut merupakan daftar pangan serealia dan cara mengolah pangan.

16 Tabel 17 Daftar pangan serealia serta cara mengolah yang diterapkan Jenis serealia Tanpa dimasak Cara Mengolah Dikukus Direbus Dibakar Digoreng Beras/Nasi Mie instan Tepung terigu Jagung Sagu Roti Pangan serealia sebagian besar diolah atau dimasak dengan cara digoreng, direbus, dan dikukus. Namun untuk beberapa jenis serealia seperti jagung, sagu, dan roti dapat diolah dengan cara dibakar. Sagu dapat diolah dengan cara dibakar atau dijadikan papeda, yaitu dengan cara menyiram sagu dengan air panas dan mengaduknya sampai membentuk papeda. Sagu yang telah diolah menjadi papeda dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 5 Jenis pangan sagu yang telah diolah menjadi papeda Tepung terigu biasanya digunakan untuk membuat roti, beraneka kue seperti kue donat, bakpao, ataupun kue sendok. Kue sendok adalah kue yang dibuat dari tepung yang dicairkan dengan meggunakan air, diberikan gula pasir, lalu dibentuk dengan sendok dan kemudian digoreng. Tabel 18 Daftar pangan umbi-umbian serta cara mengolah yang diterapkan Jenis umbi-umbian Cara Mengolah Dikukus Direbus Dibakar Digoreng Singkong Ubi jalar/betatas Kentang Talas/Keladi Jenis pangan talas/keladi merupakan pangan yang bisa diolah dengan bermacam-macam cara pengolahan, di antaranya dikukus, direbus, dibakar, dan digoreng. Masyarakat Kampung Tablanusu biasanya mengolah talas/keladi

17 menjadi sebuah kue yang dinamakan kue pandey. Kue ini dibuat dengan cara menumbuk keladi terlebih dahulu, setelah itu dicampurkan dengan kelapa parut, direbus kemudian dibentuk bola-bola. Selain keladi, singkong juga dapat diolah menjadi kue pandey. Masyarakat Kampung Tablanusu juga mengolah keladi dengan cara ditumbuk lalu ditambahkan gula merah, setelah itu dibakar. Talas/keladi yang telah diolah menjadi kue pandey dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 6 Jenis pangan talas/keladi yang telah diolah menjadi kue pandey Jenis pangan betatas/ubi jalar biasanya diolah dengan cara diparut lalu ditambahkan tepung terigu dan digoreng. Masyarakat Kampung Tablanusu menamakan kue tersebut dengan sebutan kue sarang burung. Tabel 19 menggambarkan daftar pangan hewani serta cara mengolah atau memasak yang diterapkan oleh masyarakat Kampung Tablanusu. Tabel 19 Daftar pangan hewani serta cara mengolah yang diterapkan Jenis pangan hewani Cara Mengolah Direbus Dibakar Digoreng Diasap Daging sapi Daging kambing Daging Babi Daging Ayam Telur Ayam Ikan kawalina Ikan kombong Ikan bandeng Ikan mujair Udang Kerang/bia Cumi Ikan Asin Kepiting

18 Berdasarkan Tabel 19 di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada jenis pangan hewani yang diolah dengan cara dikukus atau tanpa dimasak. Sebagian besar pangan hewani diolah dengan cara digoreng, seperti ikan laut maupun ikan air tawar, daging sapi, daging kambing, daging ayam, dan lainnya. Pengolahan dengan cara diasap hanya diterapkan pada daging sapi. Masyarakat Kampung Tablanusu biasanya mengolah jenis pangan ikan menjadi abon. Masyarakat ini mengolah atau memasak kerang atau biasa disebut bia laut dengan cara ditumis. Masyarakat Kampung Tablanusu mengolah ikan bubara dengan cara dibakar atau digoreng, dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Jenis ikan laut (ikan bubara) yang dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu Kacang-kacangan merupakan pangan sumber nabati. Beberapa jenis kacang-kacangan dan olahannya yang disajikan pada tabel di bawah ini adalah kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, tempe, dan tahu. Kacang tanah dapat diolah dengan cara digoreng dan direbus, sedangkan kacang hijau hanya dapat diolah dengan cara direbus yaitu dibuat bubur dengan menambahkan santan atau susu. Sementara itu, masyarakat terbiasa mengolah tempe dan tahu dengan cara digoreng, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 20. Tabel 20 Daftar pangan nabati serta cara mengolah yang diterapkan Jenis pangan nabati Cara Mengolah Direbus Digoreng Tempe Tahu Kacang kedelai Kacang hijau Kacang Tanah Sayuran merupakan pangan sumber vitamin dan mineral, berikut merupakan daftar jenis sayuran dan cara mengolah yang diterapkan.

19 Tabel 21 Daftar jenis sayuran serta cara mengolah yang diterapkan Jenis sayuran Cara Mengolah Tanpa Dimasak Dikukus Direbus Ditumis Bayam Wortel Sawi Buncis Kangkung Daun singkong Daun pepaya Bunga pepaya Daun ubi/petatas Genemo Lilin Gedi Mentimun Tauge Sayuran merupakan jenis pangan yang biasanya diolah dengan cara direbus ataupun ditumis, tetapi ada juga sayuran yang dapat langsung dimakan tanpa diolah terlebih dahulu, seperti wortel dan mentimun. Masyarakat Kampung Tablanusu biasanya mengolah bunga pepaya dengan cara ditumis dan dicampurkan dengan sayur daun singkong, selain itu dapat dicampurkan pula dengan sayur kangkung, sedangkan sayur wortel dan buncis biasanya diolah menjadi sayur sop. Jenis sayur bunga pepaya yang ditumis dengan campuran daun singkong dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 8 Jenis sayur yang dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu Buah-buahan merupakan pangan sumber vitamin dan mineral. Buahbuahan pada umumnya dikonsumsi dalam keadaan mentah atau tanpa diolah terlebih dahulu. Buah pisang merupakan jenis buah yang bisa diolah dengan bermacam-macam cara seperti dikukus, direbus, dibakar, dan digoreng. Masyarakat Kampung Tablanusu biasanya menjadikan pisang ataupun olahannya sebagai teman minum teh atau kopi pada pagi atau sore hari. Tabel

20 berikut menyajikan beberapa jenis buah-buahan beserta cara pengolahan yang biasanya diterapkan. Tabel 22 Daftar jenis buah-buahan serta cara mengolah yang diterapkan Jenis buahbuahan Cara Mengolah Tanpa dimasak Dikukus Direbus Dibakar Digoreng Pisang Jambu Jeruk Mangga Nangka Pepaya Rambutan Tabel 23 sampai Tabel 28 menunjukkan daftar pangan dan cara memperoleh pangan yang diterapkan oleh masyarakat Kampung Tablanusu. Cara memperoleh pangan dibagi menjadi lima cara yaitu melalui cara pembelian, cara menanam atau memelihara, cara barter dan memperoleh dari alam (berburu atau memancing). Berikut merupakan daftar pangan serealia dan cara memperoleh pangan. Tabel 23 Sebaran keluarga berdasarkan asal pangan serealia yang dikonsumsi Jenis serealia Asal pangan yang dikonsumsi Pembelian Menanam Pemberian Beras/Nasi 91,7 0,0 8,3 Mie instan 100,0 0,0 0,0 Tepung terigu 100,0 0,0 0,0 Jagung 89,6 10,4 0,0 Sagu 72,9 27,1 0,0 Kelompok pangan serealia sebagian besar diperoleh dengan cara pembelian. Sebagian besar beras diperoleh dengan cara pembelian, akan tetapi ada yang diperoleh melalui pemberian oleh kantor (beras jatah). Tidak ada kelompok pangan serealia yang berasal dari barter dan memperoleh dari alam. Tabel 24 Sebaran keluarga berdasarkan asal pangan umbi-umbian yang dikonsumsi Jenis umbi-umbian Asal pangan yang dikonsumsi Pembelian Menanam Singkong 45,8 54,2 Ubi jalar/betatas 52,1 47,9 Kentang 100,0 0,0 Talas/Keladi 54,2 45,8 Jenis pangan umbi-umbian seperti singkong, sebagian besar diperoleh melalui menanam sendiri di pekarangan rumah ataupun di ladang kebun,

21 sedangkan kentang sebagian besar diperoleh melalui pembelian. Tidak ada kelompok pangan umbi-umbian yang diperoleh dari barter maupun memperoleh dari alam. Tabel 25 menunjukkan daftar kelompok pangan hewani dan cara memperolehnya yang diterapkan oleh masyarakat Kampung Tablanusu. Tabel 25 Sebaran keluarga berdasarkan asal pangan hewani yang dikonsumsi Jenis pangan hewani Asal pangan yang dikonsumsi Pembelian Memelihara Pemberian Memperoleh dari alam Lainnya Daging sapi 12,5 0,0 0,0 0,0 87,5 Daging kambing 10,4 0,0 0,0 0,0 89,6 Daging Babi 35,4 4,2 0,0 0,0 60,4 Daging Ayam 77,1 4,2 0,0 0,0 18,8 Telur Ayam 95,8 4,2 0,0 0,0 0,0 Ikan air laut 14,6 0,0 2,1 83,3 0,0 Ikan air tawar 33,3 64,6 0,0 0,0 2,1 Udang 16,7 0,0 2,1 81,3 0,0 Kerang/bia 16,7 0,0 2,1 81,3 0,0 Cumi 16,7 0,0 2,1 81,3 0,0 Ikan Asin 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Kepiting 16,7 0,0 2,1 81,3 0,0 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Kampung Tablanusu memperoleh jenis pangan hewani seperti ikan laut, udang, kerang/bia, cumi, dan kepiting dari alam dengan cara memancing atau menjaring sendiri. Sebagian besar masyarakat kampung Tablanusu memperoleh ikan air tawar dengan cara memelihara sendiri. Terdapat 64,6% masyarakat yang memiliki keramba sendiri untuk memelihara ikan air tawar. Jenis ikan air tawar yang dipelihara di antaranya ikan mujair, ikan nila, dan ikan bandeng. Berikut merupakan gambar keramba yang dimiliki oleh masyarakat Kampung Tablanusu. Gambar 9 Keramba yang digunakan masyarakat untuk memelihara ikan air tawar Jenis pangan hewani seperti daging sapi, daging kambing, dan daging babi, sebagian besar diperoleh melalui lainnya, lainnya berarti diperoleh melalui acara yang diselenggarakan di Kampung Tablanusu.

22 Tabel 26 Sebaran keluarga berdasarkan asal pangan nabati yang dikonsumsi Jenis pangan nabati Asal pangan yang dikonsumsi Pembelian Tempe 100,0 Tahu 100,0 Kacang kedelai 100,0 Kacang hijau 100,0 Kacang Tanah 100,0 Tabel 26 di atas menunjukkan bahwa kelompok pangan kacangkacangan sebesar 100,0% diperoleh melalui pembelian. Tidak ada kelompok pangan kacang-kacangan yang diperoleh melalui menanam sendiri, barter, dan pemberian oleh orang lain. Kelompok pangan sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu sebagian besar diperoleh melalui menanam sendiri di pekarangan rumah atau di ladang kebun. Jenis sayuran tersebut antara lain daun singkong, daun pepaya, bunga pepaya, daun ubi/betatas, sayur genemo, lilin, dan gedi, sedangkan jenis sayur seperti bayam, wortel, sawi, buncis, dan kangkung sebagian besar diperoleh dengan cara pembelian. Tidak ada kelompok pangan sayuran yang diperoleh melalui barter, memperoleh dari alam, dan pemberian. Hal tersebut ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 27 Sebaran keluarga berdasarkan asal pangan sayuran yang dikonsumsi Jenis sayuran Asal pangan yang dikonsumsi Pembelian Menanam Bayam 77,1 22,9 Wortel 100,0 0,0 Sawi 100,0 0,0 Buncis 100,0 0,0 Kangkung 100,0 0,0 Daun singkong 31,3 68,8 Daun pepaya 35,4 64,6 Bunga pepaya 37,5 62,5 Daun ubi/petatas 31,3 68,8 Genemo 35,4 64,6 Lilin 35,4 64,6 Gedi 35,4 64,6 Tabel 28 menunjukkan daftar pangan buah-buahan yang dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu dan cara memperoleh pangan yang diterapkan. Tabel 28 Sebaran keluarga berdasarkan asal pangan buah-buahan yang dikonsumsi Jenis buah-buahan Asal pangan yang dikonsumsi Pembelian Menanam Pemberian

23 Pisang 35,4 62,5 2,1 Jambu 83,3 14,6 2,1 Jeruk 97,9 2,1 0,0 Mangga 27,1 60,4 12,5 Nangka 89,6 10,4 0,0 Pepaya 37,5 60,4 2,1 Rambutan 58,3 39,6 2,1 Kelompok pangan buah-buahan sebagian besar diperoleh dengan cara pembelian kecuali pisang, mangga, dan pepaya. Ketiga jenis pangan tersebut diperoleh dengan cara menanam sendiri di pekarangan rumah atau di ladang kebun. Sebesar 12,5% jenis buah mangga diperoleh melalui pemberian oleh orang lain. Tidak ada kelompok pangan buah-buahan yang diperoleh melalui memperoleh dari alam maupun barter. Pantangan Pangan (Taboo) Pantangan atau tabu merupakan fungsi dari kebiasaan makan, yaitu suatu larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap barang siapa yang melanggarnya. Ada pantangan atau tabu makanan yang berdasarkan agama dan bukan berdasarkan agama atau kepercayaan. Pantangan atau tabu merupakan sesuatu yang diwariskan dari leluhur melalui orang tua, terus ke generasi-generasi yang akan datang. Banyak faktor yang mendasari tabu makanan, misalnya karena magis, kepercayaan, takut berkomunikasi, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Suhardjo (1989), tabu makanan adalah salah satu unsur dari sosial budaya yang beragam di Indonesia. Beberapa jenis bahan makanan dilarang untuk dikonsumsi oleh anakanak, ibu hamil, ibu menyusui, ataupun kaum remaja. Jika ditinjau dari konteks gizi, bahan makanan tersebut justru mengandung nilai gizi yang tinggi, tetapi tabu itu tetap dijalankan dengan alasan takut menanggung risiko yang akan timbul. Sehingga masyarakat yang demikian akan mengkonsumsi bahan makanan yang bergizi dalam jumlah yang kurang, dengan demikian maka penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul di masyarakat, terutama anak-anak. Berikut merupakan daftar pangan yang dipantang oleh masyarakat Kampung Tablanusu. Tabel 29 Daftar tabu makanan dan alasannya Golongan umur Jenis pangan Alasan Semua Ikan Gurano Kulit melepuh dan diare

24 Wanita hamil Ikan Cakalang Pendarahan saat melahirkan Ikan Pari Kulit rusak Ikan Bubara Tubuh anak akan berwarna kuning Cumi-cumi Anak akan mengalami biji perut Wanita dewasa Udang Alergi Ikan Puri Leher menegang Ibu menyusui Minuman dingin Bayi akan mengalami flu Orang sakit Kelapa tua Mulut akan keluar Marga Suwae Kepiting bercorak bola Nenek moyang Ikan sejenis Bubara Nenek moyang yang dikawal ikan tersebut (Jika mengonsumsi, tubuh akan bengkak) Marga Soumilena Soa-soa Nenek moyang berasal dari hewan tersebut Ikan Suwo Kulit akan mengalami kudis Marga Yowe Udang jenis lobster Nenek moyang berasal dari laut Marga Dormena Burung Kasuari Nenek moyang berasal dari hewan tersebut Tabel di atas menunjukkan beberapa jenis pangan yang dipantang oleh beberapa masyarakat Kampung Tablanusu, di antaranya adalah wanita hamil yang dipantang untuk mengkonsumsi ikan bubara dan cumi-cumi, yang dipercayai masing-masing akan menyebabkan tubuh anak berwarna kekuningan dan anak akan mengalami biji perut. Selain itu, di Kampung Tablanusu ada pantangan pangan berdasarkan marga keluarga, di antaranya adalah marga Suwae yang dipantang mengkonsumsi kepiting yang bercorak bola pada cangkang dan ikan sejenis bubara, hal ini karena masyarakat yang bermarga Suwae percaya bahwa ikan dan kepiting tersebut merupakan pengawal nenek moyang mereka, dan jika tetap mengkonsumsinya maka dipercayai tubuh akan mengalami pembengkakan. Selain marga Suwae, marga Soumilena juga memiliki kepercayaan bahwa jenis hewan Soa-soa (sejenis binatang melata) adalah asal nenek moyang mereka, sehingga tidak boleh mengkonsumsinya. Jika mengkonsumsi jenis ikan Suwo, maka kulit akan mengalami kudis. Selain marga Suwae dan Soumilena, marga Yowe dan Dormena juga memiliki tabu makanan. Marga Yowe dilarang untuk mengkonsumsi udang jenis lobster, dikarenakan oleh nenek moyang berasal dari laut, sedangkan marga Dormena memiliki pantangan untuk mengkonsumsi burung kasuari, dikarenakan menurut kepercayaan, nenek moyang berasal dari burung tersebut. Menurut Suhardjo (1989), tidak semua asal dan penyebab tabu makanan dapat diusut, bahkan alasan kebanyakan tidak logis dan tidak dapat dimengerti.

25 Dalam penelitian ini, tidak semua masyarakat Kampung Tablanusu mempercayai tabu makanan, bahkan sebagian besar tidak memiliki pantangan pangan, masyarakat mengkonsumsi semua bahan pangan yang tersedia. Preferensi Pangan Keluarga Menurut Pilgrin (1957) diacu dalam Suhardjo (1989), preferensi pangan (food preferences) merupakan tindakan atau ukuran suka atau tidak suka seseorang terhadap pangan. Fisiologi, perasaan, dan sikap integrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan. Berikut merupakan daftar pangan yang disukai oleh masyarakat Kampung Tablanusu. Tabel 30 Daftar pangan yang disukai oleh masyarakat Kampung Tablanusu Daftar pangan n % Serealia dan umbi-umbian : Sagu 30 62,5 Singkong 14 29,2 Ubi jalar/betatas 13 27,1 Talas/keladi 18 37,5 Hewani : Ikan laut 40 83,3 Sayuran : Bayam 11 22,9 Kangkung 13 27,1 Daun singkong 14 29,2 Bunga pepaya 13 27,1 Buah-buahan : Pisang 11 22,9 Snak : Kue pandey 13 27,1 Kue sendok 13 27,1 Berdasarkan data preferensi pangan yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa sebesar 62,5% masyarakat Kampung Tablanusu menyukai jenis pangan sagu, hal ini dapat dikarenakan oleh sagu biasa diolah menjadi papeda yang merupakan makanan favorit masyarakat Papua khususnya masyarakat Kampung Tablanusu. Masyarakat Kampung Tablanusu biasanya mengkonsumsi papeda didampingi dengan ikan kuah kuning dan sayur tumis bunga pepaya. Ikan laut merupakan pangan hewani yang disukai oleh masyarakat Kampung Tablanusu dengan persentase sebesar 83,3%, hal ini karena ikan laut mudah diperoleh oleh masyarakat Kampung Tablanusu. Pisang merupakan jenis buah yang disukai oleh masyarakat Kampung Tablanusu, hal ini dapat dikarenakan

26 oleh kemudahan dalam memperoleh buah tersebut dan buah pisang merupakan buah yang dapat diolah dengan bermacam-macam cara pengolahan. Kue pandey dan kue sendok merupakan jenis pangan snak yang paling digemari oleh masyarakat Kampung Tablanusu, hal ini karena selain rasanya yang enak, dapat dibuat sendiri dengan mudah. Konsumsi Pangan Keluarga Konsumsi pangan adalah informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa telaahan terhadap konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Susunan jenis pangan yang dapat dikonsumsi berdasarkan kriteria tertentu disebut pola konsumsi pangan (Martianto 1992). Dari hasil pengumpulan data recall konsumsi pangan keluarga selama 24 jam sebanyak satu kali, diperoleh data konsumsi pangan masyarakat Kampung Tablanusu per kapita per hari seperti tersaji pada Tabel 31. Tabel 31 Rata-rata konsumsi pangan per kapita per hari berdasarkan kelompok bahan pangan Kelompok bahan makanan Konsumsi pangan (g/kap/hr) % Serealia : 372,93 Beras 295,64 45,3 Sagu 31,01 4,7 Tepung terigu 44,73 6,8 Mie Instan 1,55 0,2 Umbi-umbian : 13,04 Singkong 4,28 0,7 Ubi jalar/betatas 4,86 0,7 Talas/keladi 3,89 0,6 Pangan hewani : 134,53 Ikan 125,97 19,3 Non ikan 8,56 1,3 Pangan Nabati 25,68 3,9 Sayur dan buah : 107,12 Sayur 86,26 13,2 Buah 20,86 3,2 Total 653,30 100,0 Ditinjau dari jumlah konsumsi berbagai kelompok bahan pangan, terlihat bahwa konsumsi serealia per kapita per hari sebanyak 372,93 g. Konsumsi pangan per kapita per hari terutama disumbang oleh beras. Konsumsi beras per kapita per hari sebanyak 295,64 g atau 45,3% dari total konsumsi pangan per

27 kapita per hari. Konsumsi umbi-umbian meliputi singkong, ubi jalar/betatas, dan talas/keladi masing-masing sebanyak 4,28 g, 4,86 g, dan 3,89 g. Konsumsi pangan hewani terutama didominasi oleh ikan. Konsumsi ikan per hari sebanyak 125,97 g atau 19,3% dari total konsumsi pangan per kapita per hari. Konsumsi pangan nabati sebanyak 25,68 g/kap/hr. Konsumsi pangan sayur-sayuran dan buah-buahan per kapita per hari sebanyak 107,12 g, terdiri dari 86,26 g sayuran dan 20,86 g buah-buahan. Susunan Menu Makanan Keluarga Susunan menu makanan umumnya terdiri dari berbagai bahan makanan yang tersedia dan mudah diperoleh, baik berupa bahan makanan sumber karbohidrat (makanan pokok), sumber protein, sumber vitamin maupun sumber mineral. Dari seluruh keluarga yang diamati, beras dan ikan laut selalu tersedia dalam susunan menu makanan. Selain beras, jenis pangan sagu juga terdapat dalam susunan menu makanan masyarakat Kampung Tablanusu, ada beberapa masyarakat yang mengkonsumsi beras dan sagu dalam satu waktu makan. Masyarakat mengaku tidak enak badan jika tidak mengkonsumsi sagu, tetapi jika hanya mengkonsumsi sagu saja tidak mengenyangkan sehingga mengkonsumsi kedua jenis pangan tersebut. Hanya sebagian kecil keluarga yang mengkonsumsi sumber protein hewani seperti telur ayam dan non ikan, sebagian besar mengkonsumsi ikan laut, hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan sehingga ketersediaannya melimpah dan relatif murah. Jenis sayuran yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Tablanusu adalah daun singkong, bunga pepaya, kangkung, dan bayam. Masyarakat Kampung Tablanusu jarang mengkonsumsi buah-buahan, hanya sebagian kecil keluarga yang mengadakan buah-buahan seperti pisang, pepaya, dan jeruk manis dalam susunan menu makanannya. Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Keluarga Pada dasarnya mengkonsumsi suatu bahan makanan adalah mengkonsumsi zat gizi yang terdapat dalam bahan makanan tersebut. Oleh karena itu, tujuan mengkonsumsi suatu bahan makanan harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Dari hasil analisis data recall 1x24 jam, diperoleh data konsumsi pangan untuk mengetahui asupan dan tingkat

28 kecukupan gizi. Data rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan protein per kapita per hari tersaji pada Tabel 32. Tabel 32 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan protein Zat Gizi Asupan zat gizi Tingkat kecukupan gizi (%) Energi (kkal) 1641±433 75,1±18,1 Protein (g) 38,9±12,0 81,5±21,5 Berdasarkan data asupan zat gizi baik energi dan protein di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata asupan energi dan protein keluarga masyarakat Kampung Tablanusu masih tergolong rendah atau di bawah angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan, dimana angka kecukupan energi (AKE) yang dianjurkan adalah 2200 kkal/kapita/hari dan angka kecukupan protein (AKP) yang dianjurkan adalah 52 gram/kap/hari (WKNPG 2004). Jika tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan menurut Departemen Kesehatan (2006) menjadi defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%), dan kelebihan (>120%), maka sebaran keluarga berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein masyarakat Kampung Tablanusu dapat dilihat pada Tabel 33 dan Tabel 34. Tabel 33 Sebaran keluarga berdasarkan tingkat kecukupan energi Tingkat kecukupan energi n % Defisit tingkat berat (<70%) 22 45,8 Defisit tingkat sedang (70-79%) 9 18,8 Defisit tingkat ringan (80-89%) 7 14,6 Normal (90-119%) 10 20,8 Kelebihan (>120%) 0 0,0 Total ,0 Berdasarkan pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi keluarga masyarakat Kampung Tablanusu tergolong dalam kategori defisit tingkat berat yaitu 45,8%. Tidak ada keluarga di Kampung Tablanusu yang tergolong ke dalam kategori kelebihan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan sebagian besar keluarga tergolong ke dalam kategori defisit adalah rendahnya porsi konsumsi pangan sumber energi, hal ini dapat dikarenakan oleh kurangnya frekuensi konsumsi pangan keluarga yaitu hanya dua kali dalam sehari. Dapat diketahui bahwa sebagian besar frekuensi konsumsi pangan masyarakat Kampung Tablanusu hanya dua kali dalam sehari. Sebagaimana dijelaskan menurut Khomsan (2003), bahwa frekuensi konsumsi pangan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan gizi, artinya semakin tinggi frekuensi konsumsi pangan, maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG POLA KONSUMSI MASYARAKAT PESISIR INDRAMAYU. Idah Hamidah Universitas Wiralodra

STUDI TENTANG POLA KONSUMSI MASYARAKAT PESISIR INDRAMAYU. Idah Hamidah Universitas Wiralodra STUDI TENTANG POLA KONSUMSI MASYARAKAT PESISIR INDRAMAYU Idah Hamidah Universitas Wiralodra ABSTRAK Pola konsumsi masyarakat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Keadaan geografis Keadaan geografis Provinsi Papua terletak antara 2 0 25-9 0 Lintang Selatan dan 130 0-141 0 Bujur Timur. Di sebelah utara Provinsi Papua dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, sehingga sepanjang tahun Indonesia hanya mengalami musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/05/72/Th. XII, 01 Mei 2009 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan 2009 di Kota Palu terjadi deflasi sebesar -0,85 persen, dengan indeks dari 116,45 pada Maret 2009 menjadi 115,46

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/07/72/Th. XII, 01 Juli 2009 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan Juni 2009 di Kota Palu terjadi inflasi sebesar 0,15 persen, dengan indeks dari 115,86 pada Mei 2009 menjadi 116,03

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

UBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

UBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 18 SERI BACAAN ORANG TUA UBI JALAR Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN Astini Syarkowi *) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat sehingga memiliki kecakapan memilih

Lebih terperinci

MENU MAKAN PAGI. Talas dan ubi yang sudah digiling halus. Di aduk kemudian ditambahkan santan dan garam

MENU MAKAN PAGI. Talas dan ubi yang sudah digiling halus. Di aduk kemudian ditambahkan santan dan garam MENU MAKAN PAGI KETUPAT JALA TALAS KETUPAT JALA TALAS Bahan 225 gr Talas 100 gr Talas 100 gr Ubi 50 gr Ubi 200 gr Santan 60 gr Santan 5 gr Garam 5 gr Garam 3 gr Gula KETUPAT Talas dan ubi yang sudah digiling

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian FIK

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian FIK Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian FIK 31 Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian KESBANG 32 Lampiran 3 Gambaran Pendampingan Makanan pada Partisipan Kelompok Eksperimen Partisipan Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Menurut Balitbang (2008), Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman menjadi

Lebih terperinci

Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan

Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan 16 INOVASI, Volume XVIII, mor 2, Juli 2016 Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Diah Tri Hermawati dan Dwi Prasetyo Email : diah_triuwks@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 79 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak membuat 250.000-500.000 anak buta setiap tahunnya dan separuh diantaranya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Konsumsi Buah dan Sayuran Sikap Siswa Sekolah Dasar di SD Negri 064975 Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010 1.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Keadaan umum Secara keseluruhan kelompok tani hutan kemayarakatan di Kabupaten Lampung Barat berjumlah 31 kelompok yang terdiri dari 5 kelompok telah

Lebih terperinci

: saya ingin mendapatkan data antropometri BB dan TB ibu.

: saya ingin mendapatkan data antropometri BB dan TB ibu. : Assalamualaikum ibu : waalaikumsalam. Silahkan masuk :(masuk dan berjabat tangan) : perkenalkan nama saya Dini, saya ahli gizi yang sedang bertugas saat ini. Dengan ibu siapa? : Saya Melinda : Ok ibu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN Instrument / Angket Penelitian HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI TERHADAP POLA KONSUMSI SISWA Petunjuk pengerjaan: Para siswa yang terhormat, dengan kerendahan hati dimohon keihklasan

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 19 SERI BACAAN ORANG TUA JAGUNG Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE BIODATA 1. Nama : Iwan Halwani, SKM, M.Si 2. Pendidikan : Akademi Gizi Jakarta, FKM-UI, Fakultas Pasca sarjana UI 3. Pekerjaan : ASN Pada Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI SUSTAINABLE

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/12/Th. XIV, 01 Desember 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI NOVEMBER 2011 INFLASI SEBESAR 0,42 PERSEN Pada bulan November 2011 di Kota Palu terjadi inflas sebesar 0,42 persen, dengan

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, 04 10.00-4. Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Mei 2017 12.00 tentang asupan nutrisi pada anak yaitu menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Di Indonesia sayur cukup mudah diperoleh, petani pada umumnya menanam guna mencukupi kebutuhan keluarga. Pemerintah juga berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA Pola makan dan status (Metriyani) 1 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA THE DIETARY HABITS AND NUTRITIONAL STATUS OF GRADE X STUDENTS OF THE CULINARY SERVICES

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Judul Penelitian : Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Hipertensi Pada Lansia di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG MAKANAN LAUK PAUK DAN SAYUR TRADISIONAL DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG MAKANAN LAUK PAUK DAN SAYUR TRADISIONAL DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Siswa yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah saya meminta bantuan anda untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS Oleh: Fitri Rahmawati, MP JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Diabetes Mellitus adalah penyakit

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata pelajaran Kelas Semester Alokasi waktu : SD ALAM PACITAN : IPA : V (Lima) : 1 (Satu) : 4 JP (2 x TM) I. STANDAR KOMPETENSI 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian B. Pembahasan Hasil Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian B. Pembahasan Hasil Penelitian... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan bahan pangan bagi manusia bukan hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi bahan makanan yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Tidak pernah n % n % n % n % n % n % Makanan pokok Beras/nasi 88 73,9 19 16,0 6 5,0 6 5,0 0 0 0 0 Mie 3 2,5

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK LAMPIRAN 1 Kode Responden - A Sekolah Kelas No UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK Assalammualaikum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1. L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/06/3327/2014. 5 Juni 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Mei 2014 Inflasi 0,04 persen Pada, Kabupaten Pemalang

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON LAMPIRAN 65 KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON No Sampel : Enumerator : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci