ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR Oleh: Faisal Onassis Siregar A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 86 RINGKASAN FAISAL ONASSIS SIREGAR. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi Bmt Al-Ikhlaash Kota Bogor. Skripsi. Program Ekstensi, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI) Sektor UMKM mempunyai peranan yang strategis dalam menopang perekonomian Jawa Barat. Selain karena jumlahnya yang cukup banyak, mencapai tujuh juta pelaku UMKM, sektor ini juga memberikan kontribusi lebih dari 60 persen terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat. Kontribusi yang besar menyebabkan sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut perkembangan UMKM memiliki prospek yang baik untuk ditingkatkan. Saat ini banyak berkembang usaha mikro, terutama yang terkait dengan usaha boga karena dianggap mudah untuk memulai usahanya dan tentu semua orang membutuhkan makanan dan minuman. Dewasa ini salah satu jenis produk yang banyak dikembangkan oleh usaha kecil adalah makanan ringan. Salah satu alternatif pengembangan produk makanan ringan yang cenderung praktis. Permintaan terhadap makanan ringan mulai meningkat hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk-produk makanan instan yang bervariasi dan beragam kandungan suplemennya banyak dibutuhkan konsumen. Produk makanan ringan dalam perkembangannya dapat diproduksi dari berbagai macam bahan baku diantaranya dengan bahan baku pisang, yaitu untuk pembuatan keripik pisang. Dalam masayarakat Indonesia pisang dikenal sebagai komoditas agribisnis yang memiliki manfaat ekonomis yang luas dan strategis, sekaligus berkaitan erat dengan pembangunan subsistem agribisnis hilir. Makanan ringan dari pisang sangat populer bagi masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. Di Kota Bogor industri pengolahan makanan ringan saat ini banyak dikembangkan dalam bentuk usaha kecil. Salah satu pelaku bisnis yang memproduksi makanan ringan adalah usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya yang merupakan binaan Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Perumahan Baranangsiang Indah (BSI) Kota Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengidentifikasi internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. (2) Merumuskan alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya. (3) Mengidentifikasi strategi yang harus diprioritaskan dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Pengolahan data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data di lapang (pengumpulan data primer). Analisis penelitian ini meliputi analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap penyusunan strategi pengembangan unit usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Dalam menganalisis faktor lingkungan internal dilakukan analisis IFE. Sedangkan dalam menganalisis faktor lingkungan eksternal dilakukan EFE dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya

3 87 Selanjutnya akan dilakukan analisis SWOT kemudian pemilihan alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor internal dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, maka diketahui bahwa faktor kunci internal yang mempunyai skor kekuatan tertinggi adalah kualitas produk keripik pisang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,087 dengan rating 4 dan skor sebesar 0,348. Faktor kunci ini merupakan peluang utama bagi usaha kecil keripik pisang ini karena kualitas produk keripik pisang memiliki tingkat kepentingan terbesar bagi pengembangan usahanya ke depan. Selain identifikasi terhadap kekuatan internal usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, matriks IFE juga menunjukkan berbagai kelemahan yang selama ini dimiliki usaha kecil keripik pisang ini. Faktor kunci internal yang menjadi kelemahan terbesar usaha ini adalah daerah pemasaran produk keripik pisang, yang memiliki bobot 0,061 dengan rating 1 sehingga skornya adalah 0,061. Berdasarkan indentifikasi hasil analisis terhadap faktor eksternal dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, maka diketahui bahwa faktor kunci eksternal yang memberikan peluang terbesar bagi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, adalah Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan. Hal ini ditunjukkan oleh bobot terbesar yang dimiliki faktor kunci eksternal ini, yaitu sebesar 0,159 dengan rating sebesar 3 dan Total Skor sebesar 0,478. Faktor kunci eksternal yang memberikan ancaman terbesar bagi usaha kecil keripik pisang adalah harga bahan baku yang semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,104 dengan rating 1 dan skor sebesar 0,104. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga bahan baku yang semakin meningkat memiliki pengaruh yang signifikan dalam biaya operasional usaha ini. Biaya operasional yang meningkat, menyebabkan harga produk keripik pisang yang ditawarkan usaha ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk pesaing, dan sekaligus memberikan ancaman bagi keberlangsungan usaha. Hasil analisis matriks IFE memiliki nilai tertimbang sebesar 2,154 yang menggambarkan perusahaan berada pada kondisi internal rata-rata, tidak terlalu kuat dan tidah terlalu lemah. Hasil analisis matriks memiliki nilai tertimbang sebesar 2,068 menggambarkan respon yang diberikan oleh usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya kepada lingkungan eksternalnya tergolong sedang dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Berdasarkan hasil tersebut, usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya berada pada sel V (Hold and Maintain). Sehingga strategi yang sebaiknya diterapkan usaha kecil tersebut pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar dari produk yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih gencar. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk yang sudah ada atau mengembangkan yang baru. Berdasarkan hasil penggabungan matriks IFE dan EFE dalam matriks SWOT dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya menghasilkan beberapa alternatif strategi yaitu sebagai berikut: (1) Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang; (2) Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran; (3) Memperbaiki sistem

4 88 manaemen usaha; (4) Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama secara kontinu; (5) Melakukan efisiensi biaya produksi; (6) Melakukan mengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi barang subtitusi yang tinggi (7) Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image produk. Berdasarkan hasil pengolahan AHP diperoleh prioritas alternatif strategi pengembangan bisnis secara berturut-turut adalah (1) Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran; (2) Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang; (3) Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama secara kontinu; (4) Memperbaiki sistem manaemen usaha; (5) Melakukan efisiensi biaya produksi; (6) Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image produk; (7) Melakukan mengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi barang subtitusi yang tinggi.

5 89 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL- IKHLAASH KOTA BOGOR BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Januari 2010 Faisal Onassis Siregar A

6 90 Judul : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi Bmt Al-Ikhlaash Kota Bogor. Nama : Faisal Onassis Siregar NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Popong Nurhayati, MM NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP Tanggal Lulus :

7 91 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor. Penelitian ini Merupakan Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan penelitian ini Penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengetahuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini. Besar harapan Penulis agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2010 Faisal Onassis Siregar

8 92 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Huraba, Padang Sidimpuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 12 Desember Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Syamsir Siregar dan Salmawati Harahap. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Impres Huraba tahun 1995, SMPN 4 Padang Sidimpuan tahun 1997, dan SMUN 1 Padang Sidimpuan Tapanuli Selatan Sumatera Utara tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Diploma Teknologi Industri Kayu, Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2006, Penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Setelah lulus Program Diloma, penulis bekerja di PT. Astra Credit Company (ACC) selama tiga tahun, saat ini penulis bekerja di PT. Verena Oto Finance Tbk. Pada Tanggal 29 November 2009 Penulis menikah.

9 93 UCAPAN TERIMA KASIH Pada Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada: 1. Ir. Popong Nurhayati, MM, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna untuk penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dan Tintin Sarianti, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil komisi pendidikan. 3. Bapak Husen (Uteng) pemilik usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya atas perhatian dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Hartoto Mardjono, pengurus Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama memyelesaikan skripsi ini. 5. Keluarga penulis, yaitu istriku (Hastuti SP, MP), Papa (Syamsir Siregar), mama (Salmawati Harahap), abang (Syurya Darma Siregar) dan adik-adikku (Lidia Soraya Siregar dan Ayu Lestari Siregar) atas semua cinta dan kasih sayang dan dukungannya kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 6. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan kepada penulis.

10 94 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vi vii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kajian Manfaat Kajian Batasan Kajian... 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang Keripik Pisang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Batasan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah Perkembangan, Prospek, dan Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Ciri Umum Usaha Kecil Menengah (UKM) Penelitian Terdahulu BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Manajemen Strategis Konsep Perumusan Strategi Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Oppurtunities, Threats) Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Analisis Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dan EFE ( External Faktor Evaluation) Analisis Matriks SWOT Analytical Hierarchi Process (AHP)... 44

11 95 BAB V. GAMBARAN UMUM USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA Sejarah Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Visi, Misi dan Tujuan Usaha Keripik Pisang Kondang Jaya Lokasi Usaha Keripik Pisang Kondang Jaya Struktur Organisasi Usaha Keripik Pisang Kondang Jaya BAB VI IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA Analisis Lingkungan Internal Sumberdaya Manusia Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Keuangan dan Akuntansi Produksi dan Operasional Pemasaran Analisis Faktor Eksternal Usaha Lingkungan Umum Lingkungan Industri BAB VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI Identifikasi Faktor Internal Faktor Kekuatan Faktor Kelemahan Identifikasi Faktor Eksternal Peluang Ancaman Analisis Matriks IFE dan EFE Matriks IFE Matriks EFE Matriks IE dan SWOT Tahap Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha Analisis Hasil Pengolahan Horisontal Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 96 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Presentase Alokasi Pengeluaran Masyarakat terhadap Produk Makanan Ringan di Indonesia (%) Daftar Jumlah Produksi dan penjualan Keripik Pisang Kondang Jaya Tahun Penjabaran Kategori Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Matriks Internal Factor Evaluation Matriks Eksternal Factor Evaluation Matriks SWOT Nilai Skala Banding Berpasangan Matriks Pendapat Individu Matriks Pendapat Gabungan Daftar Nilai Random Indeks Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan di Kota Bogor Tahun Penduduk Indonesia Tahun Penduduk Kota Bogor Tahun Kenaikan Harga BBM per 1 Oktober 2005 (Rp/liter) Daftar Harga Produk Keripik pisang di Swalayan Ngesti dan Swalayan Greenmart Darmaga dan Greenmart Sempur Kota Bogor Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya... 92

13 Peluang dan Ancaman Usaha Keripik Pisang Kondang Jaya Matriks IFE Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Matriks EFE Usaha Kecil Keripik Psang Kondang Jaya Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi

14 98 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram Alur Pembuatan Keripik Pisang Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif Kerangka Pemikiran Operasional Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Lokasi Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Struktur Organisasi Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Alur Pemasaran Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor Bahan-bahan yang diperlukan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang Usaha Kecil Kondang Jaya Peralatan yang Dipergunakan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang Kondang Jaya Proses Pengolahan Keripik Pisang Produk Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Produk Keripik Pisang berbagai Merek Dagang Di Kota Bogor Matriks IE Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Analisis Matriks SWOT Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Model Hirarki Strategi Utama Pengembangan Usaha

15 99 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Kuesioner SWOT Kuesioner AHP Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi untuk Penetrasi Pasar Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi untuk Pengembangan Produk Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi

16 100 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian cukup besar saat Indonesia menghadapi tantangan krisis ekonomi yang berkepanjangan. UMKM dapat dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. Berdasarkan data Departemen Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun 2008 meningkat dibanding tahun Jumlah UMKM mencapai 51,26 juta unit sedangkan tahun 2007 sebanyak 49,82 juta unit. Jumlah usaha kecilnya sendiri pada tahun 2008 mencapai 520 ribu unit naik dari 498 ribu unit tahun Sedangkan usaha menengah menjadi 40 ribu unit dari 38 ribu unit tahun Secara keseluruhan, jumlah unit usaha di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 51,262 juta unit (termasuk unit usaha-usaha besar), naik dibanding 49,824 juta unit tahun Dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB), PDB UKM tahun 2008 mencapai Rp trilun, di mana sebesar Rp triliun di antaranya disumbangkan oleh unit-unit usaha mikro. PDB UKM ini lebih besar dibanding PDB yang dihasilkan unit-unit usaha besar secara kumulatif yang mencapai Rp triliun. Hal ini menunjukkan perkembangan UMKM yang terus meningkat dan bahkan mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor UMKM juga mempunyai peranan yang strategis dalam menopang perekonomian Jawa Barat. Selain karena jumlahnya yang cukup

17 101 banyak, mencapai tujuh juta pelaku UMKM, sektor ini juga memberikan kontribusi lebih dari 60 persen terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat. Kontribusi yang besar menyebabkan sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut perkembangan UMKM memiliki prospek yang baik untuk ditingkatkan. Saat ini banyak berkembang usaha mikro, terutama yang terkait dengan usaha boga karena dianggap mudah untuk memulai usahanya dan tentu semua orang membutuhkan makanan dan minuman. Dewasa ini salah satu jenis produk yang banyak dikembangkan oleh usaha kecil adalah makanan ringan. Salah satu alternatif pengembangan produk makanan ringan yang cenderung praktis. Permintaan terhadap makanan ringan mulai meningkat hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk-produk makanan instan yang bervariasi dan beragam kandungan suplemennya banyak dibutuhkan konsumen. Permintaan masyarakat terhadap makanan ringan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan presentase alokasi pengeluaran masyarakat terhadap produk makanan ringan cenderung meningkat tiap tahun. Persentase pengeluaran untuk makanan ringan juga memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan persentase pengeluaran masyarakat untuk minuman ringan. Persentase alokasi pengeluaran per tahun masyarakat terhadap makanan ringan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Presentase Alokasi Pengeluaran Masyarakat terhadap Produk Makanan Ringan di Indonesia (%) Tipe Pengeluaran Tahun Makanan Ringan 55,34 62,94 65,81 94,13 58,48 Minuman Ringan 44,66 37,06 34,19 35,87 41,52 Total Sumber : Berita Resmi Statistik No. 07 Februari 18, 2006 Susenas 2006 dalam Agus, 2008

18 102 Produk makanan ringan dalam perkembangannya dapat diproduksi dari berbagai macam bahan baku diantaranya makanan ringan berbahan baku pisang. Dalam masyarakat Indonesia pisang dikenal sebagai komoditas agribisnis yang memiliki manfat ekonomis yang luas dan strategis, sekaligus berkaitan erat dengan pembangunan subsistem agribisnis hilir. Pisang merupakan salah satu produk unggulan Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Nasional tahun 2007 menunjukkan produksi pisang Propinsi Jawa Barat pada tahun 2004 sebesar ton, tahun 2005 sebesar ton, dan pada tahun 2006 sebesar Data tersebut menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan penghasil komoditas pisang yang cukup besar di Indonesia. Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang di konsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli. Kelompok pisang inilah yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku keripik pisang. Pembuatan keripik dari buah-buahan merupakan salah satu cara untuk memperpanjang daya tahan produk buah tersebut. Makanan ringan dari pisang sangat populer bagi masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. Di Kota Bogor industri pengolahan makanan ringan saat ini banyak dikembangkan dalam bentuk usaha kecil, salah satunya yaitu usaha kecil yang berkembang di Kota Bogor adalah usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya yang merupakan usaha

19 103 hasil binaan Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al-Ikhlaash perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor Perumusan Masalah Semakin meningkatnya kehidupan masyarakat cenderung akan meningkatkan tuntutan terhadap kepraktisan dalam berbagai aktivitas. dalam memperoleh manfaat dari buah pisang, konsumen juga cenderung menuntut kepraktisan, sehingga berkembanglah produk pisang yang diolah yaitu dalam bentuk keripik pisang, seperti yang dilakukan oleh salah satu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya yang meghasilkan produk keripik pisang sejak tahun 1990, dan mulai menjadi anggota koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor sejak tahun Dalam menjalankan usahanya, usaha kecil ini mendapat bantuan dalam bentuk pemberian modal dan bantuan dari sisi pemasaran oleh koperasi BMT Al- Ikhlaash Kota Bogor. Produk usaha kecil ini telah dipasarkan di beberapa swalayan dan toko-toko di wilayah Bogor, diantaranya: swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart di wilayah Sempur, kantin-kantin di beberapa rumah sakit diantaranya: Palang Merah Indonesia (PMI) dan Bogor Medical Center (BMC). Besarnya jumlah produksi dan penjualan produk keripik pisang ini dapat dilihat pada Tabel 2.

20 104 Tabel 2. Daftar Jumlah Produksi dan Penjualan Keripik Pisang Kondang Jaya Tahun Bulan/ Tahun Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 Aprilm 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 Desember 2008 Januari 2009 Februari 2009 Maret 2009 Tempat Penjualan Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor, Bogor Medical Center (BMC), Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC) Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC) Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC) Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary Sumber : Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Tahun Jumlah Produksi (Bungkus) Jumlah Penjualan (Bungkus) Berdasarkan Tabel 2, usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya mulai bulan Januari 2008 hingga Maret tahun 2009 menunjukkan jumlah produksi dan jumlah penjualan yang selalu meningkat setiap bulannya, meskipun peningkatannya tidak terlalu besar. Selain itu juga terlihat bahwa jumlah produksi yang dihasilkan usaha keripik pisang tersebut selalu habis terjual, hal ini dapat

21 105 menunjukkan bahwa minat konsumen terhadap produk keripik pisang ini cukup besar. Minat terhadap produk keripik pisang ini juga besar, hal ini ditunjukkan dengan semakin dikenalnya produk keripik pisang yang diproduksi usaha ini dikalangan warga sekitar. Semakin banyak warga yang memesan kiripik pisang menyebabkan produk keripiki pisang habis sebelum di pasarkan ke toko-toko yang menjadi pusat pemasaran produk keripik pisang tersebut. Namun terkait dengan data masyarakat yang membeli langsung ke usaha kecil ini belum terdata dengan baik. Meskipun demikian usaha kecil keripik pisang ini dalam pengembangan usahanya menemukan kendala. Kendala yang dihadapi berupa kendala internal maupun eksternal. Kendala-kendala internal antara lain bahan baku, sumberdaya manusia, dan pemasaran. Kendala dari sisi bahan baku yaitu relatif sulitnya mencari jenis pisang kepok jenis Banggala yaitu yang ukurannya lebih besar dari jenis pisang kepok biasa. Selama ini bahan baku keripik pisang pada usaha kecil keripik pisang ini diperoleh dari daerah di sekitar Bogor, antara lain: Leuwiliang, Parung Aleng, dan Kampung Pasir. Pemilik usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dapat memperoleh pisang sebagai bahan baku yang berasal dari luar wilayah Bogor, jika jumlah pisang yang dibeli dalam jumlah besar. Namun karena selama ini tingkat pembelian bahan baku relatif kecil jumlahnya, maka pemilik usaha kecil keripik pisang ini hanya dapat mengandalkan bahan baku yang bersumber dari daerah Bogor. Selain itu, dari sisi kendala bahan baku juga terdapat mahalnya harga minyak goreng dan mahalnya harga minyak tanah yang menyebabkan produksi yang dihasilkan relatif rendah.

22 106 Kendala sumberdaya manusia, pada usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya tenaga kerja yang terlibat masih sedikit, yaitu hanya lima orang, yang terdiri dari pemilik, 1orang bagian pengadaan bahan baku, satu orang bagian produksi dan dua orang pekerja yang membantu pekerjaan operasional mulai dari pengolahan (seperti pengupasan, perendaman, pengirisan, penggerongan dan pengemasan) hingga pengemasan produk. Selain itu juga terkendala dengan belum adanya pembagian kerja yang jelas antar pekerja. Kendala pada bagian pemasaran yaitu belum luasnya cakupan pemasaran, dimana dalam hal ini yang berperan pada bagian pemasaran adalah Koperasi BMT Al-Ikhlaash. Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya cenderung mengandalkan upaya pemasaran kepada koperasi BMT. Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah hingga saat ini upaya promosi terhadap produk keripik pisang ini masih sangat rendah, yaitu hanya pada beberapa toko dan masyarakat sekitar saja. Penjualan produk cenderung mengandalkan pada jumlah pesanan dari toko-toko atau pihak lain yang selanjutnya akan menjual kepada konsumen akhir. Selain faktor internal, usaha kecil keripik pisang ini juga menghadapi kendala eksternal berupa adanya persaingan dari berbagai jenis makanan ringan lainnya, baik dari jenis keripik misalnya keripik singkong, keripik nangka, keripik apel juga jenis keripik pisang lain, makanan ringan non-kripik seperti biskuit, wafer, chiki dan sebagainya. Produk pesaing juga dilihat dari banyaknya makanan ringan impor yang harganya relatif lebih murah, sehingga menjadi pesaing dalam menjalankan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya.

23 107 Berdasarkan uraian di atas, dapat dirinci beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya? 2. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya? 3. Strategi apa yang harus diprioritaskan dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. 2. Merumuskan alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya. 3. Menentukan strategi yang harus diprioritaskan dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna : 1. Bagi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan usahanya. 2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai usaha keripik pisang dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

24 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini hal yang akan dibahas antara lain: analisis faktorfaktor internal dan eksternal, perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi yang diterapkan usaha kecil keripik pisang. Penelitian ini hanya akan sampai pada tahap formulasi manajemen strategis dan penetuan prioritas strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha kecil keripik pisang, sedangkan untuk tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan wewenang usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor.

25 109 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prospek dan Arah Pengembangan Pisang Pisang berasal dari daerah Malesia (Asia Tenggara dan Australia tropika) namun dikenal luas sejak dahulu oleh orang-orang yang tinggal di sekitar Samudra Hindia. Tumbuhan ini hidup di daerah tropis yang lembab, terutama di dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim (Departemen Pertanian, 2007) Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok di daerah tropis. Ada beberapa jenis pisang yang warnanya berbeda-beda, tetapi hampir semua yang dijual di pasar atau supermarket berwarna kuning ketika sudah matang dan berbentuk melengkung. Pisang banyak mengandung kalium. Selain memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat menyediakan cadangan energi yang tinggi. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang relatif populer antara lain Kripik Pisang asal Lampung, Sale pisang (Bandung), Pisang Molen (Bogor), dan epe (Makassar). Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan diharapkan dapat meningkatkan konsumsi buah pisang secara nasional. Volume produksi dan luas panen yang relatif besar di Indonesia dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan buah pisang merupakan tanaman unggulan di Indonesia. Namun demikian pengelolaan pisang masih sebatas tanaman pekarangan atau perkebunan rakyat yang kurang dikelola secara intensif. Penanaman pisang berskala besar telah dilakukan di beberapa tempat antara lain di pulau Halmahera (Maluku Utara), Lampung, Mojokerto

26 110 (Jawa Timur), dan beberapa tempat lainnya, sehingga Indonesia pernah pengekspor pisang dengan volume mencapai lebih dari ton pada tahun 1996, tetapi pada tahun-tahun berikutnya volume ekspor tersebut terus menurun dan mencapai titik terendah pada tahun 2004 yaitu hanya 27 ton (Departemen Pertanian, 2007) Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk meningkatkan ekspor buah pisang. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan lahan yang cukup luas di Kalimantan, Papua, kepulauan Maluku, Sulawesi dan Sumatera; iklim yang mendukung; keragaman varietas yang cukup tinggi; sumber daya manusia serta inovasi teknologi untuk pengelolaan tanaman pisang. Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli. Pengembangan pisang di Indonesia membutuhkan adanya investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu juga diperlukan adanya didukung pemerintah berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan kemudahan dan jaminan keamanan berinvestasi serta perbaikan sarana pendukung seperti sistem pengairan, transportasi, komunikasi dan sarana pasar komoditas agribisnis pisang.

27 Keripik Pisang Pisang dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1) Pisang yang dimakan dalam bentuk segar, misalnya : pisang ambon, raja sere, raja bulu, susu, seribu, dan emas. 2) Pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya: pisang kepok, nangka, raja siam, raja bandung, kapas, rotan, gajah, dan tanduk. Pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi daripada buah-buahan lainnya, namun buah pisang mudah busuk. Untuk mencegah pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk keripik, dodol, sale, anggur, dan lain-lain. Keripik pisang sudah sejak lama diproduksi masyarakat. Hasil olahan keripik pisang mempunyai rasa yang berbeda-beda, yaitu : asin, manis, manis pedas, dan lain-lain. Pembuatan keripik pisang sangat sederhana dan membutuhkan modal yang tidak terlalu besar. Pisang yang baik dibuat keripik adalah pisang ambon, kapas, tanduk, dan kepok. Peralatan yang dibutuhkan dalam pengolahan pisang menjadi kripik pisang antara lain: 1) Pisang tua (mengkal) 20 kg; 2) Minyak goreng 1 kg; 3) Garam secukupnya. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan keripik pisang : 1) Baskom; 2) Alas perajang (talenan) 3) Pisau; 4) Ember plastik; 5) Penggorengan (Wajan); 6) Lilin (untuk kantong plastik); 7) Tungku atau kompor; 8) Tampah (nyiru); 9) Keranjang bambu; 10) Kantong plastik (sebagai pembungkus). Cara pembuatan keripik pisang menurut Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tahun 2006, antara lain: 1. Jemur pisang selama 57 jam, lalu kupas; 2. Iris pisang tipis-tipis ± 12 mm menurut panjang pisang;

28 Siapkan minyak yang telah dibubuhi garam kemudian panaskan. Goreng, irisan pisang tersebut sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu dengan yang lainnya. Penggorengan dilakukan selama 57 menit tergantung jumlah minyak dan besar kecilnya api kompor; 4. Angkat keripik setelah berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan; 5. Saring minyak setelah lima kali penggorengan, kemudian tambahkan minyak baru dan garam; 6. Masukkan dalam kantong plastik atau stoples setelah keripik pisang cukup dingin. Berikut ini disajikan diagram alur pembuatan keripik pisang : Pisang Di jemur (± 5-7 jam) Di kupas Di iris tipis-tipis (± 1-2 mm) Di goreng Minyak dan Garam Keripik Pisang Gambar 1. Sumber: Diagram Alur Pembuatan Keripik Pisang Deputi Menristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Tahun 2006

29 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Batasan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berbagai literatur yang menjabarkan kategori usaha didasarkan pada aset, jumlah pekerja, dan omset. Terdapat lima sumber yang dapat dipakai sebagai acuan, yaitu, UU. No 9095 Tentang Usaha Kecil, BPS, Menteri Negara Koperasi dan UKM, bank Indonesia, dan Bank Dunia. Pada UU No. 9/1995 terdapat defenisi untuk usaha kecil dan cenderung mengabaikan usaha mikro dan usaha menengah. Undang-Undang tersebut membuat klasifikasi sederhana dengan mengelompokkan dua dunia usaha, yaitu, usaha kecil dan usaha besar. Bank Indonesia membuat definisi yang lebih kualitatif untuk usaha mikro. Lebih jelas mengenai menjabaran kategori usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

30 114 Lembaga Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah UU No 9 Tahun 1995 BPS Menteri Negara Koperasi dan UKM Bank Indonesia Bank Dunia Pekerja < 5 orang, termasuk tenaga kerja keluarga Dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin, bersifat usaha keluarag, menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri Pekerja, <10 orang Aset<$ 100 Ribu Omset< $. 100 ribu per tahun Aset = Rp. 200 juta di luat tanah dan bangunan Omset = Rp. 1 milyar setahun Pekerja 5-9 orang Aset < Rp. 200 juta di luat tanah dan bangunan Omset < Rp. 1 milyar/tahun Independen Aset< Rp. 200 juta Omset< Rp. 1 milyar Pekerja, <50 orang Aset<$ 3 juta Omset< $. 3 juta per tahun Pekerja orang Aset > Rp. 200 juta Omset antara Rp. 1 milyar-rp. 10 milyar/ tahun Untuk kegiatan industri, aset <Rp. 5 milyar, untuk lainnya (termasuk jasa) aset<rp. 600 juta di luar tanah dan bangunan Omset < Rp. 3 milyar per tahun Pekerja, <300 Orang Aset<$ 15 juta Omset< $. 15 juta per tahun Perkembangan, Prospek, dan Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berdasarkan berbagai studi diketahui bahwa dalam mengembangkan usahanya UMKM menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: 1)

31 115 manajemen, 2) permodalan, 3) teknologi, 4) bahan baku, 5) informasi danpemasaran, 6) infrastruktur, 7) birokrasi dan pungutan, 8) kemitraan. Dari beragamnya permasalahan yang dihadapi UMKM, nampaknya permodalan tetap menjadi salah satu kebutuhan penting guna menjalankan usahanya, baik kebutuhan modal kerja maupun investasi. Pengembangan sektor UMKM bertumpu pada mekanisme pasar yang sehat dan adil. Langkah strategis yang perlu ditempuh demi keunggulan UMKM adalah sebagai berikut: Pertama, sumberdaya lokal (local resources) harus dijadikan basis utama, karena salah satu karakter UMKM adalah melakukan proses efisiensi dengan mendekatkan sumber bahan baku. Kedua, pembentukan infrastruktur pendamping yang dapat membantu pelaku UMKM menghadapi embaga pembiayaan, mengadopsi teknologi, dan mengakses pasar luas. Pusat inkubasi bisnis dapat dimulai masyarakat, tapi harus didukung penuh pemerintah. Ketiga, hadirnya lembaga penjamin kredit merupakan pilihan tepat, karena rendahnya aksesibilitas UMKM terhadap lembaga pembiayaan berpangkal dari ketiadaan agunan. Keempat, penggunaan teknologi yang berbasis pengetahuan lokal (indigenous knowledge) dilakukan pemerintah bekerjasama dengan perguruan tinggi. Ketergantungan terhadap teknologi asing yang berbiaya tinggi harus segera diakhiri. Kelima, penyediaan informasi bagi pelaku UMKM terkait dengan peluang pasar dan pemanfaatan teknologi. Keenam, meningkatkan promosi produk dalam negeri di arena perdagangan lintas negara. Pelaku UMKM yang terdiri dari kelompok pengrajin, pengusaha tekstil, pengolah bahan pangan, pedagang eceran sampai asongan telah membuktikan diri mampu bertahan di masa krisis.

32 Ciri Umum Usaha Kecil Menengah (UKM) Ada beberapa hal yang merupakan ciri UKM dan usaha mikro. Menurut Mintzberg dalam Husen (2005) bahwa sektor usaha UKM sebagai organisasi ekonomi/bisnis mempunyai beberapa karakter seperti : 1) Struktur organisasi yang sangat sederhana; 2) Mempunyai kekhasan; 3) Tidak mempunyai staf yang berlebihan; 4) Pembagian kerja yang lentur; 5) Memiliki hierarki manajemen yang sederhana; 6) Tidak terlalu formal 7) Proses perencanaan sederhana; 8) Jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan; 9) Jumlah karyawannya sedikit; 10) Tidak ada pembedaan aset pribadi dan aset perusahaan; 11) Sistem akuntansi kurang baik (bahkan biasanya tidak punya). Menurut Prawirokusumo (1999), jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja, UKM secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Fleksibel, dalam arti jika menghadapi hambatan dalam menjalankan usaha akan mudah berpindah ke usaha lain. 2. Dari sisi permodalan, tidak selalu tergantung pada modal dari luar, UKM bisa berkembang dengan kekuatan modal sendiri. 3. Dari sisi pinjaman (terutama pengusaha kecil sektor tertentu seperti pedagang) sanggup mengembalikan pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi. 4. UKM tersebar di seluruh Indonesia dengan kegiatan usaha di berbagai sektor, merupakan sarana distributor barang dan jasa dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat. Berdasarkan penjabaran di atas UKM merupakan suatu unit organisasi yang sederhana. Karena lingkup usahanya terbatas maka UKM tidak mengunakan

33 117 tenaga kerja secara berlebihan. Tenaga yang ada sering dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini bisa dilihat bahwa tenaga di UKM dapat mengerjakan beberapa jenis pekerjaan yang berlainan. Dengan demikian mereka dapat menekan biaya tenaga kerja. Biasanya tenaga kerja yang terlibat di UKM bisa bertahan lama karena hubungan yang dikembangkan di sana adalah pola kekeluargaan. Ini menjadi karakteristik UKM di mana hubungan antara pengusaha dan pekerja bersifat tidak formal Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Prihatin (2006), meneliti tentang Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Perusahaan Suseno di Bandar Lampung. Tujuan dari penelitiannya yaitu : (1) mengidentifikasi sikap konsumen terhadap atribut keripik pisang (2)mengidentifikasi dan menganalisi faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran keripik pisang di perusahaan Suseno, (3) menyusun alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis sikap konsumen, lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang dihadapi, (4) memilih strategi yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan. Metode analisis yang digunakan yaitu identifikasi ikap konsumen terhadap keripik pisang dengan menggunakan analisis multiatribut Fishbein, matriks IFE dan EFE, kemudian merumuskan strategi dengan menggunakan matriks SWOT serta merekomendasikan strategi terbaik bagi perusahaan dengan menggunakan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen keripik pisang berdasarkan jenis kelamin adalah wanita, usia antara tahun, pendidikan terakhir sarjana, pekerjaan swasta dan berpendapatan antara 1,5 2 juta. Hasil analisis evaluasi, sikap konsumen menunjukkan bahwa atribut

34 118 kerenyahan merupakan atribut yang paling penting bagi responden dalam mempertimbangkan pembelian keripik pisang. Berdasarkan matriks IFE diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah letak perusahaan yang strategis, perusahaan merupakan pionir dan pemimpin pasar pada industri keripik pisang, kualitas keripik pisang baik, citra merek perusahaan kuat, hubungan dengan pelanggan terjalin baik, dan keadaan keuangan perusahaan tidak tergantung pihak luar. Kelemahan perusahaan keripik pisang Suseno yaitu labelisasi kemasan belum lengkap, distribusi produk hanya di daerah tertentu, harga produk lebih mahal dibanding pesaing, kegiatan promosi masih terbatas, serta kelebihan produksi. Kekuatan utama adalah perusahaan merupakan pionir dan pemimpin pasar pada industri keripik pisang. Sedangkan kelemahan utama adalah distribusi produk hanya di daerah tertentu. Berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa peluang utama perusahaan adalah konsumsi keripik pisang yang terus meningkat. Sedangkan ancaman terbesar bagi perusahaan adalah kenaikan biaya produksi akibat naiknya harga BBM dan elpiji. Hasil alternatif strategi pemasaran yang diprioritaskan oleh perusahaan untuk diimplementasikan adalah meningkatkan kerjasama dengan toko makanan, swalayan, atau distributor yang adadi dalam maupun di luar Propinsi Lampung untuk meningkatkan penjualan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Iriana (2004), melakukan penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Bisnis Teh, Studi Kasus di Perkebunan Gedeh PTPN VIII, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, penelitian tersebut bertujuan untuk memformulasikan strategi bisnis yang tepat bagi perusahaan supaya dapat meningkatkan daya saing perusahaan melalui

35 119 identifikasi faktor internal dan eksternal dan memformulasikan suatu strategi komprehensif bagi Perkebunan Gedeh. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif sesuai analisi lingkungan internal dan eksternal. Alat analisis yang digunakan Matriks IFE dan EFE, selanjutnya penyusunan strategi dilakukan dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, sedangkan untuk pemilihan strategi digunakan matriks QSP sebagai rumusan terakhir. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa fator internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan menunjukkan bahwa kekuatan terbesar dalam perumusan strategi pengembangan bisnis perkebunan Gedeh adalah iklim kerja yang kondusif, sedangkan kelemahan utamanya adalah pemeliharaan kebun yang belum optimal. Faktor eksternal dapat digolongkan menjadi peluang dan ancaman. Peluang utama perkebunan Gedeh adalah perkembangan teknologi mekanisasi dan pengolahan. Ancaman utamanya yaitu kelangkaan pasokan pupuk. Berdasarkan analsis matriks IE diketahui bahwa Perkebunan Gedeh berada dalam kondisi interal rata-rata dan respon Perkebunan Gedeh terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang. Strategi yang sebaiknya diambil adalah mempertahankan dan memelihara. Alternatif strategi yang disarankan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penelitian yang dilakukan Sinurat (2004), mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Sari Buah mengkudu (Morinda Citrifolia L) pada CV Morinda House, Bogor, bertujuan untuk menganalisi lingkungan eksternal sehingga teridentifikasi peluang dan ancaman pasar, menganalisis kondisi lingkungan internal agar teridentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh CV Morinda House Bogor. Dalam penelitian tersebut dilakukan analisis data

36 120 secara deskriptif dan kualitatif menggunakan analisis strategi pemasaran, lingkungan pemasaran, matriks IFE dan EFE, matriks IE dan analisis SWOT. Hasil dari penelitian tersebut, dari lingkungan eksternal teridentifikasi bahwa tingkat inflasi yang rendah merupakan peluang terbesar sedangkan faktor ancaman terbesar adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga tahun belakangan ini masih rendah. Berdasarkan analisis lingkungan internal teridentifikasi bahwa kuatnya motivasi pimpinan untuk memajukan perusahaan merupakan kekuatan terbesar dan aspek pemasaran yang belum terkelola dengan baik merupakan faktor kelemahan terbesar. Startegi yang tepat untuk dijalankan oleh CV Morinda House, dalam mengembangkan usahanya adalah peningkatan kegiatan promosi, penetapan pasar sasaran yang terfokus, pemanfaatan jasa perbankan, tetap mempertahankan mutu, evaluasi proses dan metode produksi, merekrut ahli pemasaran, mengurangiketergantungan dengan litbang dan menaikkan gaji karyawan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Astono (2004) menganalisis strategi pengembangan bisnis jagung Manis (Zea Mays Saccharata, Sturth) pada CV. Bintang Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk 1) Mengidentifikasi dan menganalisis peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki CV. Bintang Tani dalam menjalankan bisnis jagung manis; 2) Merumuskan formulasi strategi bagi CV Bintang Tani berdasarkan faktor eksternal dan internal perusahaan; 3) Menentukan prioritas strategi pengembangan bisnis jagung manis yang tepat bagi CV. Bintang Tani dalam pengembagan bisnis jagung manis. Penelitian ini

37 121 menggunakan teknik analisis berupa matriks IFE, EFE dengan menggunakan metode PEST, Matriks SWOT dan QSPM. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal didapatkan peluang utama perusahaan brupa munculnya swaslayan-swalayan baru, sedangkan ancaman terbesar adalah kekuatan tawar menawar pembeli. Hasil skor matriks EFE diperoleh sebesar 2,678 dan skor matriks IFE sebesar 2,783, sehingga didapat posisi perusahaan pada kuadran V. Pada posisi tersebut, strategi yang terbaik dilakukan oleh perusahaan yaitu hold and maintain atau strategi stabilitas dengan alternatif pilihan strategi adalah penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Ginardi (2002) melakukan analisis strategi pengembangan komoditas teh PTPN VIII Goalpara Sukabumi, yang bertujuan untuk menganalisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan ancaman dan menganalisis strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan agribisnis teh pada perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis berupa matriks IFE, EFE, Matriks SWOT dan QSPM serta diagram Fishbone. Hasil penelitian penunjukkan bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi perkembangan PTPN VIII Goalpara terdiri dari kekuatan terbesar adalah kualitas dan merek produk yang dikenal, kelemahan terbesar adalah tanah yang kurang subur dan topografi berbukit. Sedangkan berdasarkan analisis faktor eksternal diperoleh peluang terbesar adalah pelanggan dan konsumen yang loyal dan ancaman terbesar adalah UMR dan harga bahan baku meningkat. Berdasarkan analisis matriks IE dapat disimpulkan bahwa posisi divisi produksi teh PTPN VIII Goalpara berada pada sel V yang brarti mampu

38 122 menerapkan strategi mempertahankan dan memelihara dengan penerapan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Alternatif strstegi yang dihasilkan dalam matrik SWOT dianalisis lebih lanjut dengan Matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi unggul mutu merupakan startegi yang diprioritaskan. Sebagai penunjang strategi yang akan diimplementasikan diberikan suatu teknik pengendalian mutu di PTPN VIII Goalpara yang dianalisis dengan diagram Fishbone untuk mendukung proses pencapaian strategi unggul mutu yang akan diterapkan dengan menganalisis faktor bidang operasional yang saling mendukung dan merupakan suatu kesatuan sistem di perkebunan agribisnis teh. Persamaan penelitian ini dengan penelitian lainnya yang telah dilakukan antara lain 1) Meneliti produk pertanian dalam arti luas; 2) Menggunakan analisis matriks IFE dan EFE, Matriks IE dan matrikis SWOT, sehingga dari persamaan tersebut dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing penelitiain tersebut untuk memperkaya pembahasan dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa pada penelitian ini digunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan prioritas alternatif strategi dalam pengembangan usaha, sedangkan penelitianpenelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan di atas menggunakan matriks QSPM.

39 123 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Manajemen Strategis Manajemen dalam suatu organisasi meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusan-keputusan atau tindakan organisasi yang berkaitan dengan strategi. Strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang berkaitan dengan keunggulan strategi. Keunggulan strategi dirancang sesuai dengan tantangan lingkungan sehingga tujuan utama dapat dicapai melalui suatu pelaksanaan yang tepat (Glueck dan Janch, 1996 dalam Wibowo, 2003). Rangkuti (2005) menyebutkan strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar suatu perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahaan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas, fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumberdaya yang ada. Menurut David (2004) manajemen strategis dapat didefenisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan

40 124 mengevalusai keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektivitasnya. Sedangkan proses manajemen strategis adalah suatu pendekatan secara obyektif, logis, dan sistematis dalam penetapan keputusan utama dalam suatu organisasi. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap berturut-turut, perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Menurut Wheelen dan Hunger (2001), ciri khusus manajemen strategik adalah penekanan pada pengambilan keputusan strategis. Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang organisasi secara keseluruhan. Keputusan strategis mempunyai tiga karakteristik, yaitu : 1. Rare, yaitu keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus yang tidak dapat ditiru. 2. Consequential. Keputusan-keputusan strategis yang memasukkan sumberdaya penting dan menuntut banyak komitmen. 3. Directive. Keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan yang dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan pada masa yang akan datang untuk organisasi secara keseluruhan. Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa manfaat manajemen strategik adalah sebagai berikut : a. Mengantisipasi peluang dan ancaman dari perubahan lingkungan di masa datang. b. Memberi gambaran pada karyawan tentang arah dan tujuan organisasi di masa datang. c. Memonitor apa yang terjadi di dalam organisasi sehingga dapat diketahui permasalahan yang terjadi.

41 125 Tujuan manajemen strategik adalah memanfaatkan dan menciptakan peluang-peluang baru dan berbeda di masa mendatang. Keberhasilan dalam proses pelaksanaan manajemen strategik adalah keterbukaan pikiran, kesediaan dan kemauan untuk mempertimbangkan informasi baru, sudut pandang baru, gagasan baru, dan kemungkinan-kemungkinan baru, yang terus selalu berubah sesuai dengan perubahan jaman Konsep Perumusan Strategi Menurut David (2004) perencanaan strategi adalah : (a) mengukur dan memanfaatkan kesempatan (peluang) sehingga mampu mencapai keberhasilan, (b) membantu meringankan beban pengambil keputusan dalam tugasnya menyusun dan mengimplementasikan manajemen strategi, (c) agar lebih terkordinasikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan, (d) sebagai landasan untuk memonitor perubahan yang terjadi, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian, dan (e) sebagai cermin atau bahan evaluasi, sehingga bisa menjadi penyempurnaan perencanaan strategis yang akan datang. Jadi manajemen strategi yang penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumberdaya yang ada. Untuk memahami konsep perencanaan strategis, kita perlu memahami pengertian konsep mengenai strategi. Perencanaan strategi adalah suatu perencanaan ke depan yang ditetapkan untuk dijadikan pegangan. Mulai dari tingkat korporasi sampai pada tingkat unit bisnis, produk, dan situasi pasar. Perencanaan strategi merupakan strategi induk dari manajemen strategi, yaitu visi, misi, tujuan strategi, dan kebijakan.

42 126 Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (selalu meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies) (Rangkuti, 2005). Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu memformulasikan, menerapkan dan mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya (David, 2004). Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan (formulasi) strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Tahap perumusan strategi meliputi pengembangan pernyataan misi, penetapan tujuan jangka panjang, dan pengembangan evaluasi serta seleksi atau pemilihan strategi. Tahap pelaksanaan strategi meliputi penetapan kebijakan dan tujuan tahunan serta alokasi sumberdaya. Pada tahap evaluasi strategi dilakukan pengukuran dan evaluasi kinerja pelaksanaan strategi. Konsep proses manajemen dapat dilihat pada Gambar 2. Umpan Balik Melakukan audit internal Membuat pernyataan visi dan misi Menciptakan tujuan jangka panjang Membuat, Mengevaluasi, dan memilih strategi Malaksanakan strategi Mengukur dan mengevaluasi kinerja

43 127 Perumusan Pelaksanaan Evaluasi Gambar 2. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif Sumber : David (2004) Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Analisa lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan adalah lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Analisa lingkungan internal mengarah pada analisa internal perusahaan dalam rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap divisi (Rangkuti, 2005). Sedangkan faktor lingkungan eksternal yang dianalisa adalah terdiri dari lingkungan makro dan mikro. Lingkungan makro adalah lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam jangka panjang. Lingkungan ini terdiri dari faktor ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Lingkungan mikro adalah kegiatan perusahan yang secara langsung mempengaruhui kegiatan perusahaan itu sendiri. Lingkungan mikro terdiri dari pesaing, kreditur, pemasok, dan pelanggan (David, 2004) Analisis Lingkungan Internal

44 128 Analisa lingkungan internal perusahaan merupakan proses untuk menentukan dimana perusahaan atau pemerintah daerah mempunyai kemampuan yang efektif sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang secara efektif dan dapat menangani ancaman di dalam lingkungan. David (2004) menyebutkan faktor-faktor lingkungan internal yang akan dianalisa berhubungan dengan kegiatan fungsional perusahaan diantaranya adalah bidang manajemen, sumberdaya manusia, keuangan, produksi, pemasaran, dan organisasi. Analisa lingkungan internal ini pada akhirnya akan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal terdiri dari variabel kesempatan dan ancaman yang berada di luar organisasi dan tidak berada dalam pengendalian jangka pendek manajemen puncak. Menurut Umar dalam Sidabutar (2007), analisis lingkungan eksternal meliputi faktor luar yang mempengaruhi kinerja maupun strategi-strategi yang harus diambil oleh suatu organisasi. Faktor-faktor eksternal ini dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu : a. Faktor Politik. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah merupakan pertimbangan dan menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk merumuskan strategi perusahaan. Situasi yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Faktor politik meliputi undang-undang tentang otonomi daerah, lingkungan dan perburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri (ekspor-impor), stabilitas pemerintah, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, serta sistem perpajakan dan kebijakan subsidi, kebijakan moneter, regulasi dan deregulasi

45 129 perbankan, aturan tentang hubungan bilateral dan multilateral, peraturan dan undang-undang tentang kepastian hukum dan lain sebagainya b. Faktor Ekonomi. Kondisi dan kekuatan ekonomi yang berkaitan dengan iklim dan sistem ekonomi dimana perusahaan tersebut beroperasi dapat mempengaruhi iklim bisnis dari suatu perusahaan. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat bersama-sama harus dapat menciptakan dan atau meningkatkan ekonomi yang kondusif sehingga perusahaan dapat menyusun perencanaan strategiknya dengan mempertimbangkan segmensegmen ekonomi dan kecenderungan yang dapat mempengaruhi industrinya baik secara nasional maupun secara perekonomian internasional. Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah adalah siklus bisnis, ketersediaan bahan baku, ketersediaan energi, ketersedian kredit perbankan, inflasi, suku bunga, investasi, angka penganguran, defisit anggaran pemerintah, neraca pembayaran, harga produk dan jasa, produktivitas, serta tenaga kerja dengan segala peraturan perburuhannya. c. Faktor Sosial Budaya. Kondisi sosial budaya masyarakat selalu berubah-ubah sejalan dengan perubahan kondisi dan zaman yang dilalui dan perubahan ini mempengaruhi perusahaan.aspek-aspek yang mempengaruhi faktor sosial budaya dari suatu masyarakat antara lain adalah ukuran keluarga, tingkat harapan hidup, pendapatan perkapita, sikap, gaya hidup, adat istiadat, kebiasaan berbelanja, tingkat pendidikan dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. d. Faktor Teknologi. Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat terutama pada era setelah globalisasi, baik pada bidang bisnis

46 130 maupun pada bidang yang mendukung kegiatan bisnis, sehingga secara tidak langsung mampu mempengaruhi kondisi pasar dan kinerja perusahaan. Setiap kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus menerus harus selalu mengikuti perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. Aspek penting dalam penggunaan teknologi adalah kecepatan transfer teknologi oleh para pekerja, masa atau waktu keusangan teknologi, dan harga teknologi yang akan diadopsi. Dalam analisis faktor ekternal terdapat kekuatan-kekuatan dari pesaing yang harus diperhatikan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), setiap industri memiiiki struktur yang mendasarinya yaitu sekumpulan karakteristik ekonomis dan teknis yang memunculkan kekuatan-kekuatan persaingan. Ada lima faktor yang harus diperhatikan yaitu: (1) Kekuatan tawar menawar pembeli, (2) Kekuatan tawar menawar pemasok, (3) Ancaman produk pengganti, (4) Ancaman pendatang baru dan (5) Persaingan antara pesaing-pesaing yang ada, ternyata dapat teridentifikasi juga pada penelitian ini Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Oppurtunities, Threats) Analisis merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2005). Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Menurut David (2004) faktor-faktor kunci eksternal dan internal merupakan pembentuk matriks SWOT, yang menghasilkan empat tipe strategi, yaitu a) Strategi SO yakni strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk

47 131 memanfaatkan peluang eksternal, b) strategi WO yakni mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan keunggulan peluang eksternal, c) strategi ST yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari pengaruh dari ancaman eksternal, serta d) strategi WT adalah strategi bertahan dengan meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi ancaman lingkungan Kerangka Pemikiran Operasional Semakin dinamisnya kehidupan masyarakat cenderung akan meningkatkan tuntutan terhadap kepraktisan dalam berbagai aktivitas kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup. Di sisi lain meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan, menyebabkan masyarakat cenderung mengkonsumsi buah-buahan untuk memperoleh gizi lebih tinggi. Berbagai jenis komoditas buah-buahan saat ini sudah banyak yang diproses lebih lanjut, selain untuk memperpanjang daur hidup komoditas tersebut juga untuk meningkatkan kepraktisan yang semakin dibutuhkan masyarakat, diantarnya yaitu buaha pisang dikembangkan menjadi keripik pisang. Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli. Pisang merupakan buah yang banyak mengandung kalium. Selain memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat

48 132 menyediakan cadangan energi yang tinggi. Beragam jenis makanan ringan dapat dibuat dari pisang diantaranya: kripik pisang, sale pisang pisang molen, dan epe. Sulitnya sumber bahan baku pembuatan keripik pisang, ditambah dengan meningkatnya harga minyak goreng dan mahalnya harga minyak tanah merupakan hal utama yang menjadi penghambat berkembangnya usaha keripik pisang ini. Selain itu juga semakin berkembangnya berbagai jenis makanan ringan lainnya, menyebabkan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan Koperasi BMT Perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor perlu menyusun strategi dan tidakan nyata untuk manghadapi situasi tersebut demngan alat analisis dan teori yang tepat dan sesuai dengan kondisi usaha kecil keripik pisang ini. Tahap analisis diawali dengan identifikasi permasalahn yang dihadapi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, kemudian melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki usaha kecil keripk pisang ini dalam mencapai pengembangan usahanya. Analisis internal meliputi bidang fungsional usaha kecil keripik pisang, yaitu meliputi manajemen, pemasaran, produksi/operasional, keuangan dan pengembangan sumberdaya. Analisis eksternal mencakup kondisi lingkungan politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Analisis awal pada variabel internal dan eksternal akan di lakukan secara deskriptif. Variabel internal dan eksternal yang telah dianalisis kemudian dijabarkan dalam matriks IFE dan EFE. Total skor kedua matriks tersebut dipadukan ke dalam matriks IE untuk mengetahui posisi usaha kecil keripik pisang. Kemudian dengan menggunakan analisis SWOT akan diperoleh alternatifalternatif strategi bagi pengembangan usaha kecil kepirik pisang.

49 133 Tahap terakhir adalah pengambilan keputusan alternatif strategi yang paling tepat bagi usaha kecil kepirik pisang Kondang Jaya yang sesuai dengan kondisi internal usaha kecil keripik pisang dengan menggunakan alat analisis AHP. Alat analisis AHP digunakan untuk menentukan prioritas alternatif kebijakan dan sasaran yang ingin dicapai secara efisien dengan membangun suatu bentuk konstruksi berupa diagram bertingkat. Sehingga sebelum dilakukan analisis AHP ini terlebih dahulu harus dibentuk suatu diagram grafis yang dimulai dengan soal/gagasan, lau kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. Hasil yang diperoleh melalui analisis AHP akan menghasilkan urutan prioritas strategi-strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang. Berdasarkan hal tersebut diharapkan dapat dijadikan rekomendasi strategi pengembangan usaha yang tepat bagi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Kota. Alur pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

50 134 Berkembangnya kehidupan masyarakat Buah pisang menyediakan kandungan gizi dan cadangan energi yang tinggi Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kepraktisan Plantain (dikonsumsi setelah diolah) Banana (dikonsumsi dalam bentuk segar) Koperasi BMT Al-Ikhlaash Binaan Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Analisis Lingkungan Analisis Faktor Eksternal ; Peluang : Bantuan pemerintah Sebagai kota wisata Ancaman : Kelangkaan sumberdaya alam Posisi produk lain Analisis Faktor Internal ; Kekuatan : Sumberdaya manusia Lokasi usaha Permodalan Kelemahan : Pemasaran produk Teknologi yang digunakan Labelisasi produk Matriks EFE Matriks IFE Matriks IE Matriks SWOT Formulasi strategi Analytical Hierarchy Process (AHP) Keterangan : Prioritas Strategi = Bagian yang dianalisis = Bagian yang tidak dianalisis Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

51 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di Kampung Cikondang No. 2 Rt. 2 Rw 4 Kelurahan Katulampa Bogor Timur, yaitu bersebelahan dengan Perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor, sedangkan letak dari koperasi BMT Al-Ikhlaash sendiri terletak di Perumahan Baranangsiang indah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya merupakan salah satu unit usaha yang menghasilkan makanan ringan berupa keripik pisang di wilayah Bogor dan berencana untuk mengembangkan usahanya. Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober tahun 2008 hingga Desember Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan baik pada proses produksi, pemasaran maupun kegiatan-kegiatan lain yang mendukung penelitian, selain itu juga dengan digunakan proses wawancara. Responden yang dipilih dalam proses wawancara ditentukan secara sengaja (purposive). Menurut David (2004), dalam analisis untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal yang diperlukan sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli (expert) dibidangnya. Pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu: pihak internal yaitu pengelola usaha kecil keripik pisang ini,

52 136 diantaranya pemilik dan pegawai usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Pihak eksternal yaitu pihak yang berada di luar usaha kecil keripik pisang, tetapi mengetahui secara jelas mengenai usaha keripik pisang tersebut, diantaranya: pengurus koperasi BMT Masjid Al-Ikhlaash sebagai distributor, penjual keripik pisang (pengecer) dan konsumen keripik pisang di wilayah Bogor. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan sesuai dengan fokus penelitian. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran berbagai referensi. Data yang digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik dan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data di lapang (pengumpulan data primer). Analisis penelitian ini meliputi analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap penyusunan strategi pengembangan unit usaha keripik pisang Kondang Jaya. Dalam menganalisis faktor lingkungan internal dilakukan analisis IFE, sedangkan dalam menganalisis faktor lingkungan eksternal dilakukan EFE dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Kemudian akan diperoleh matriks IE dan selanjutnya akan dilakukan analisis SWOT kemudian pemilihan alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam menerapkan metode AHP, yang diutamakan adalah kualitas responden, bukan terletak pada kuantitasnya. Data yang diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 2000 program ini merupakan program yang disusun

53 137 oleh Asian Institute of Technology and Microsoft Co hasil pengolahan ini kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar, dan tabel. Perumusan strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap masukan (input stage), tahap pencocokan (matching stage) dan tahap pengambilan keputusan (decision stage). Tahap masukan adalah menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi dengan menggunakan matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dan EFE (External Faktor Evaluation). Informasi dasar ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Tahap pencocokan merupakan tahapan yang merumuskan strategi, tahap kedua ini menggunakan matriks SWOT. Dilanjutkan tahap ketiga yaitu tahap pengambilan keputusan yang menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Analisis Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dan EFE ( External Faktor Evaluation) Matriks IFE ditujukan mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, sedangkan matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil ini. Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut (David, 2004) : a. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal, yaitu mendaftar semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha kecil keripik

54 138 pisang Kondang Jaya. Daftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan Usaha kecil keripik pisang. Identifikasikan faktor eksternal Usaha kecil keripik pisang dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman usaha kecil ini. Daftarkan peluang terlebih dahulu, baru kemudian ancaman usaha kecil ini. Daftar harus spesifik dengan menggunakan presentase, rasio atau angka perbandingan. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor diatas menjadi faktor penentu eksternal dan internal yang selanjutnya akan diberi bobot. b. Penentuan Bobot Variabel Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis Usaha kecil keripik pisang dalam suatu usaha kecil keripik pisang tertentu. Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada stakeholders dengan menggunakan metode pairedcomparison (Kinnear, 1991 dalam Wibowo, 2003). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan terdiri dari penilaian bobot faktor strategis internal dan penilaian bobot faktor strategis eksternal usaha kecil keripik pisang Kondang

55 139 Jaya. Penilaian bobot faktor strategis internal usaha kecil keripik pisang tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha kecil keripik pisang Faktor Strategis Internal A B C D. Total A X i B C D. Total Sumber : David (2004) Penilaian bobot faktor strategis eksternal usaha kecil keripik pisang dapat dilihat pada Tabel 5. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator vertikal) dibandingkan dengan variabel kolom (indikator horizontal) dan harus konsisten. n i 1 Xi Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha Kecil Keripik Pisang Faktor Strategis Eksternal A B C D. Total A X i B C D. Total Sumber : David (2004) n i 1 Xi Menurut Kinnear dalam Wibowo (2003), bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : i n i 1 Xi Xi

56 140 Dimana, α i = Bobot Variabel ke-i n = Jumlah Data X i = Nilai Variabel x ke-i i = 1, 2, 3,..., n c. Penentuan Rating Penentuan rating oleh stakeholder dilakukan terhadap variabel-variabel. Dalam mengukur masing-masing variabel terhadap kondisi Usaha kecil keripik pisang digunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis. Matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 7, dan 8. Menurut David (2004) skala nilai rating untuk matriks IFE (kekuatan dan kelemahan) adalah : 1 = Kelemahan utama/mayor 3 = Kekuatan kecil/minor 2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor sedangkan untuk matriks EFE (peluang dan ancaman), skala nilai rating yang digunakan adalah : 1 = Tidak berpengaruh 3 = Kuat Pengaruhnya 2 = Kurang kuat pengaruhnya 4 = Sangat kuat pengaruhnya Penentuan rating yang dilakukan oleh masing-masing responden, selanjutnya akan disatukan dalam matriks gabungan IFE dan EFE. Untuk perolehan nilai rating pada matriks gabungan dilakukan dengan menggunakan metode rata-rata dan setiap hasil yang memiliki nilai desimal akan dibulatkan. Adapun ketentuan pembulatan dalam matriks gabungan ini adalah, jika pecahan desimal berada pada kisaran dibawah 0,5 (<0,5) dibulatkan kebawah, jika hasil rating diperoleh hasil desimal dengan nilai sama atau diatas 0,5 (>0,5) dibulatkan keatas. Pembulatan ini tentunya tidak akan mmpengaruhi hasil perhitungan secara signifikan (David, 2004).

57 141 Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor pembobotan berkisar antara 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka kondisi internal Usaha kecil keripik pisang lemah. Untuk jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan Usaha kecil keripik pisang tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jumlah skor 4,0 menunjukkan Usaha kecil keripik pisang merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Tabel 6. Matriks Internal Factor Evaluation Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Bobot Kekuatan dll Kelemahan dll Total Sumber : David (2004) Tabel 7. Matriks Eksternal Factor Evaluation Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Bobot Peluang a. b. c. Ancaman a. b. c. Total Sumber : Sumber : David (2004)

58 Analisis Matriks SWOT Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasikan faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kesesuaian paling baik diantara berbagai alternatif strategi yang ada. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2005). Faktor-faktor strategis eksternal dan internal merupakan pembentukan matriks SWOT (David, 2004). Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu perusahaan dalam hal ini stakeholders mengembangkan empat tipe strategi Analisa SWOT berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu empat sel faktor (S, W, O, dan T), empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal usaha kecil keripik pisang. 2. Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal usaha kecil keripik pisang. 3. Tentukan faktor-faktor kekuatan internal usaha kecil keripik pisang. 4. Tentukan faktor-faktor kelemahan internal usaha kecil keripik pisang. 5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi SO. 6. Sesuaikan kelemahan dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi WO. 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi ST.

59 Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi WT. Tabel 8. Matriks SWOT Faktor Strategis Eksternal Oppurtunities (O) Threats (T) Faktor Strategis Internal Sumber : David (2004) Strenghts (S) Kelemahan Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk meningkatkan peluang Strategi ST Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman. Weakness (W) Strategi WO Buat strategi disini yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan Strategi WT Buat strategi disini yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Dalam penelitian mengenai analisis strategi pengembangan usaha keripik pisang Kondang Jaya secara umum teridentifikasi hal yang menjadi faktor internal antara lain terkait dengan kondisi sumberdaya manusia, kondisi keuangan, kondisi operasional, serta pemasaran dari produk keripik pisang tersebut. Mengenai identifikasi lebih jauh dari faktor-faktor tersebut yaitu mana yang akan menjadi kekuatan dan kelemahan akan diteliti dan bahas pada bab selanjutnya. Dari sisi faktor eksternal secara umum dapat teridentifikasi yaitu kondisi ekonomi, sosial budaya, teknologi, politik, pemasok, pmdatang baru, produksi substitusi dan pesaing. Berdasarkan haisl identifikasi faktor-faktor eksternal tersebut akan diteliti dan dibahas lebih dalam mengenai peluang dan ancaman dari usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya Analytical Hierarchy Process (AHP)

60 144 Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah kualitatif yang komplek dengan memakai perhitungan kuantitatif. Melalui proses pengekspresian masalah dalam kerangka berpikir yang terorganisir, memungkinkan dilakukannya proses pengambilan keputusan secara efektif. Metode yang dikembangkan pada tahun 1970-an ini dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan informasi dan berbagai keputusan secara rasional (judgement) agar dapat memilih prioritas alternatif keputusan dan sasaran. Analisis dilakukan dengan menganalisa strategi perusahaan dengan menyebarkan kuesioner AHP kepada expert dan merekapitulasi hasil penilaian expert tersebut serta menentukan strategi yang tepat dalam upaya pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi BMT Perumahan BSI Kota Bogor. Alternatif strategi pada hirarki diperoleh melalui justifikasi alternatif-alternatif dari studi kepustakaan dan observasi yang berkaitan dengan obyek penelitian. Metode ini memiliki keunggulan tertentu karena membantu menyederhanakan persoalan yang komplek menjadi persoalan yang berstruktur, sehingga mendorong dipercepatnya proses pengambilan keputusan terkait. Menurut Saaty (1993) prinsip kerja AHP terdiri dari delapan langkah utama sebagai berikut : (a) Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang menyusun struktur hierarki. Tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasikan komponen-komponen sistem,

61 145 seperti tujuan, kriteria dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hierarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasikan berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem. (b) Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Struktur hierarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario. Penyusunan hierarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat di bawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya. (c) Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hierarki yang merupakan dasar untuk melakukan pembandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada di bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hierarki. Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada di sebelah kiri suatu elemen di puncak matriks. (d) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah tiga. Setelah itu

62 146 dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Pembandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan: Seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hierarki, dibandingkan dengan kolom ke-i?. Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah: Seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j sehubungan dengan elemen di puncak hierarki?. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 9. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibanding dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah. (e) Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan sepanjang diagonal utama. Angka satu sampai sembilan digunakan bila F, lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hierarki (X) dibandingkan dengan Fj. Sedangkan bila F, kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh: bila elemen F 24 memiliki nilai tujuh, maka nilai elemen F 42 adalah 1/7. Tabel 9. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas Definisi Penjelasan

63 147 Pentingnya ,4,6,8 Kedua elemen sama pentingnya. Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya. Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya. Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya. Nilai-nilai antara di antara dua pertimbangan yang berdekatan. Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat tersebut. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas yang lainnya. Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya telah terlihat dalam praktek. Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan. Kompromi diperlukan di antara dua pertimbangan. Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka (x) jika dibandingkan dengan aktivitas j, maka memiliki nilai kebalikannya (1/x). Sumber: Saaty, 1993 (f) Melaksanakan langkah tiga, empat dan lima, untuk semua tingkat dan gugusan dalam hierarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, terkait dengan kriteria elemen di atasnya. Pada metode AHP terdapat matriks pembandingan yang dibedakan menjadi : (1) Matriks Pendapat Individu (MPI) dan (2) Matriks Pendapat Gabungan (MPG). MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a, yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks pendapat individu dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks Pendapat Individu X A1 A2 Aj... An A1 a 11 a 12 a 1j... a 1n A2 a 21 a 22 a 2j... a 2n

64 148 Ai... An Sumber: Saaty, 1993 Keterangan: X Ai, Aj ai, aj a a n1 a i2... a n2 a ij... a nj a in... A nn : kriteria sebagai dasar pembanding. : elemen-elemen pembanding. : angka pembanding elemen baris ke-i terhadap elemen kolom ke-j yang diperoleh dengan menggunakan skala berbanding berpasangan. Matriks Pendapat Gabungan (MPG) adalah susunan matriks baru yang elemen (g ij ) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan sepuluh persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah : (1) Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi dengan nilai yang terendah. (2) Tidak terdapat angka kebalikan (resiprokal) pada baris dan kolom yang sama. MPG dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Matriks Pendapat Gabungan X A1 A2 Aj... An G1 G2 Gi... Gn g 11 g 21 g g n1 g 12 g 22 g i2... g n2 g 1j g 2j g ij... g nj g 1n g 2n g in... g nn Sumber: Saaty, 1993 Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah: g ij m m ( a ) k ij k 1 dimana, g ij = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j

65 149 ( a ij )k = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k m m k 1 m = jumlah MPI yang memenuhi persyaratan = perkalian dari elemen k = 1 sampai k = m = akar pangkat m (g) Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikut dan seterusnya. Terdapat dua tahap pengolahan matriks pendapat, yaitu (1) pengolahan horisontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horisontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan inkonsistensi. a. Pengolahan Horisontal, terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan Vektor Prioritas (Vektor Eigen), uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang memiliki Rasio Inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horisontal ini adalah : (1) Perkalian baris (Z) dengan rumus : n Z i a (i,j = 1, 2,3,... n) k 1 ij (2) Perhitungan Vektor Prioritas (VP) atau Eigenvektor adalah :

66 150 VP i n n i 1 k 1 n n a n k 1 ij a ij VP = (Vpi), untuk i = 1, 2, 3,... n) (3) Perhitungan Nilai Eigen Maks (Maks) dengan rumus : VA ( aij ) Vp dengan VA = (va i ) VB VA VP dengan VB = (vb i ) 1 n maks vb i n i k untuk i = 1, 2, 3,... n (4) Perhitungan Indeks Konsistensi (CPI) dengan rumus : CI maks n n 1 (5) Perhitungan Rasio Inkonsistensi (CI) adalah : CR CI RI Menurut Saaty (1993), nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolok ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat.

67 151 Tabel 12. Daftar Nilai Random Indeks Ordo Matriks (n) Sumber: Saaty, 1993 Indeks Random (RI) 0 0 0,5 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,19 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59 b. Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila Cv ij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat kei terhadap sasaran utama, maka : CV CH ( t; i 1) VW ( a 1) Untuk ; i = 1, 2, 3,... n; j = 1, 2, 3,... n; t = 1, 2, 3,... n di mana : ij ij t CH ij ( t; i 1) = nilai prioritas elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal VW t ( i 1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-t) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horisontal P r s = jumlah tingkat hierarki keputusan = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-t)

68 152 c. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Pada pengisian judgement pada tahap MBB (Matriks Banding Berpasangan) terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam membandingkan elemen satu dengan elemen yang lainnya, sehingga diperlukan suatu uji konsistensi. Dalam AHP penyimpangan diperbolehkan dengan toleransi Rasio Inkonsistensi di bawah sepuluh persen. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masingmasing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsisten Pemilihan responden untuk analisis AHP dilakukan dengan metode Purposive Sampling, yaitu metode pengambilan contoh responden tidak secara acak tetapi pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan baik individu atau lembaga sebagai responden yang mengerti permasalahan yang terjadi dan memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan baik langsung maupun tidak langsung pada pelaksanaan keputusan atau memberi masukan kepada para pengambil keputusan. Untuk melakukan pengolahan data dengan metode AHP dibutuhkan sistem-sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Abstraksi sistem hirarki keputusan memiliki bentuk yang saling terkait, yang tersusun dari sasaran utama (tingkat 1), turun ke faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi tujuan (tingkat 2), kemudian ke pelaku-pelaku (tingkat 3), lalu ke tujuan-tujuan pelaku (tingkat 4) dan terakhir skenario (tingkat 5). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

69 153 Tingkat 1 G F 1 Tingkat 2 F 2 F n A 1 Tingkat 3 A 2 A n Tingkat 4 O 1 O 2 O n Tingkat 5 S 1 S 2 S n Gambar 4. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Dalam penelitian ini hirarki akan diperoleh dari hasil indentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan dan ancaman) terlebih dahulu. Kemudian selanjutnya diperoleh strategi yang akan dianalisis hirarkinya dalam metode analisis AHP ini. Menurut Saaty (1993), penentuan perangkat komponen sistem hirarki dalam AHP tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak dari komponen-komponen seperti yang telah disebutkan di atas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-komponen sistem yang dipilih dan dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur yang dimaksud, sehingga penentuan unsur-unsur tersebut tergantung dari penguasaan para analisis terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan.

70 154 BAB V GAMBARAN UMUM USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA 5.1. Sejarah Usaha Keripik Pisang Kondang Jaya Usaha keripik pisang Kondang Jaya yang menjadi fokus penelitian merupakan usaha kecil hasil binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang ini dalam proses produksinya masih menggunakan mesin peralatan yang relatif sederhana dan dikemas dengan sangat sederhana. Usaha ini didirikan oleh Bapak M. Husen (dikenal dengan nama Bapak Uteng) pada tahun Usaha keripik pisang ini awalnya memasarkan sendiri produknya dari warung ke warung di sekitar perumahan BSI, seperti daerah Kampung Sawah dan Kampung Pasir. Saat itu produk dijual dalam bungkus kecil dengan harga hanya Rp. 800/bungkus. Modal yang dipergunakan hanya berasal dari modal pribadi, sehingga hasil produksi yang dihasilkan masih sangat rendah, yaitu sekitar 30 bungkus per minggu. Sejak tahun 2007, usaha keripik pisang ini resmi bergabung dengan koperasi BMT Al-Ikhlaash, tepatnya pada tanggal 15 Maret Pada awalnya berdirinya usaha keripik pisang ini mendapat bantuan modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash sebesar Rp Bantuan modal tersebut diberikan dalam bentuk barang. Jenis barang yang diberikan berupa : (1) Wajan Besar, (2) Alat parut (3) Serokan, (4) Impuls Sealer, (5) Kantong Plastik 2 kg dan (6) Gunting dan Cutter. Sistem pengembalian modal yang diberikan tersebut dilakukan dengan cara diangsur tiap minggu. Sejak bergabung dengan koperasi BMT Al-Ikhlaash, sistem pemasaran keripik pisang Kondang Jaya ditanganin oleh koperasi BMT.

71 155 Usaha keripik pisang hanya bertugas menghasilkan produksi. Produksi yang dihasilkan sudah mulai meningkat. Dari sisi ukuran kemasan saat ini sudah dapat menghasilkan ukuran keripik pisang 200 gram per bungkusnya dan di pasarkan dengan harga Rp /bungkus. Dari sisi jumlah yang dipasarkan meningkat yaitu rata-rata sekitar 70 bungkus per minggu Visi, Misi dan Tujuan Usaha Keripik Pisang Kondang Jaya Usaha keripik pisang Kondang Jaya belum memiliki pernyataan tertulis mengenai visi, misi dan tujuan usaha keripik pisang. Namun secara umum hal tersebut telah ada secara tersirat dalam wawancara dengan pemiliki usaha keripik pisang tersebut. Usaha keripik pisang untuk dapat bersaing dalam industri harus memiliki arahan yang jelas dalam menjalankan usahanya. Arah usaha keripik pisang tercermin dalam visi, misi dan tujuan yang dimiliki usaha keripik pisang Kondang Jaya. Visi menunjukkan keadaan masa depan suatu organisasi yang mungkin terjadi dan diinginkan. Visi menjelaskan "impian" yang ingin direalisir oleh suatu lembaga (organisasi) di dalam waktu tertentu. Misi menjelaskan alasan atau tujuan suatu lembaga (organisasi) didirikan, sedangkan tujuan merupakan hasil akhir yang berusaha untuk dicapai oleh organisasi untuk mewujudkan misinya dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemiliki usaha keripik pisang mengenai visi, misi dan tujuan usaha keripik pisang diperoleh informasi yaitu visi usaha keripik pisang Kondang Jaya menjadi usaha yang mampu menghasilkan produk keripik pisang yang berkualitas. Hal ini merupakan hal yang selalu diperhatikan oleh pemilik usaha keripik pisang Kondang Jaya dalam setiap proses produksi.

72 156 Misi usaha keripik pisang ini adalah untuk memperkenalkan keripik pisang sebagai salah satu makanan ringan yang sehat bagi masyarakat, sedangkan tujuan usaha keripik pisang yaitu mampu meningkatkan kehidupan pemilik dan juga pekerjanya juga mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar sehingga mampu meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar yang pada umumnya bekerja sebagai buruh bangunan. Produk keripik pisang yang dipasarkan oleh usaha kecil ini merupakan produk yang berasal dari alam dan tidak ditambahkan dengan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat seperti pengawet, sehingga aman untuk dikonsumsi. Walaupun, hingga saat ini usaha ini belum mendapatkan standar kesehatan dari Departemen Kesehatan Lokasi Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Usaha keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash terletak di Kampung Cikondang No. 2 Rt. 2 Rw 4 Kelurahan Katulampa Bogor Timur, yaitu bersebelahan dengan Perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor. Lokasi ini merupakan tempat tinggal pemilik usaha dan keluarga sekaligus dijadikan sebagai tempat produksi keripik pisang. Usaha keripik pisang koperasi BMT Al-Ikhlaash memiliki letak yang cukup strategis, karena terletak dekat dengan pusat Kota Bogor sehingga memudahkan dari sisi pemasaran. Lokasi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dapat dilihat pada Gambar 5.

73 157 Gambar 5. Lokasi Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash 5.4. Struktur Organisasi Usaha Keripik Pisang Kondang Jaya Struktur organisasi suatu usaha keripik pisang Kondang Jaya menggambarkan suatu hubungan tanggungjawab dan wewenang yang ada pada usaha kecil keripik pisang ini. Gambaran struktur organisasi usaha keripik pisang koperasi BMT Al-Ikhlaash secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 6. Pemilik Bagian Pengadaan Bahan Baku Bagian Produksi Pekerja 1 Pekerja 2 Gambar 6. Struktur Organisasi Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Sumber : Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Pemilik usaha keripik pisang Kondang Jaya adalah Bapak M. Husen (Biasa dikenal dengan Bapak Uteng) sebagai pengelola utama yang bertanggungjawab terhadap setiap keputusan yang diambil dan berwenang untuk

74 158 menetapkan kebijakan seluruh aktivitas usaha keripik pisang, mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan pemasok, proses produksi hingga pengemasan produk. Bagian pemasaran menjadi tugas dari Koperasi BMT Al-Ikhlaash. Kondisi usaha keripik pisang yang masih berskala kecil menyebabkan kebutuhan terhadap tenaga kerja juga cenderung kecil. Dalam usaha ini dimana tingkat produksi ditentukan oleh jumlah permintaan yang diajukan koperasi sebagai pemasar. Pada permintaan normal maka jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan berasal dari anggota keluarga pemilik seperti istri, anak, mertua dan seorang tetangga untuk pengadaan bahan baku. Jika permintaan lebih dari kondisi normal maka jumlah pekerja yang dibutuhkan lebih banyak. Pekerja tersebut biasanya berasal dari tetangga sekitar rumah pemilik usaha keripik pisang. Tambahan pekerja tersebut terutama dibutuhkan dalam proses produksi, diantanya pekerja untuk bagian pengupasan, pengirisan, penggorengan dan pengemasan. Adanya hubungan yang bersifat kekeluargaan antar pemiliki dengan pekerja menyebabkan pembagian tugas dalam usaha keripik pisang ini bersifat dinamis, cenderung disesuaikan dengan kebutuhan yang ada, sehingga tidak hanya terpaku pada pembagian tugas yang ada. Jadi bagian pengadaan bahan baku dapat membantu bagian produksi jika diperlukan dan juga sebaliknya. Dalam menjalankan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, pemilik menjalin kerjasama dengan koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor, yang berperan besar dalam pemasaran produk keripik pisang. Selain itu pemilik usaha ini juga menjalin hubungan langsung ke konsumen akhir. Sehingga, dalam usaha ini terdapat dua cara produk sampai kepada konsumen akhir yaitu 1)

75 159 melalui pihak koperasi BMT Al-Ikhlaash, yaitu sekitar 90 persen produk yang dihasilkan oleh pemilik dipasarkan oleh koperasi; 2) melalui penjualan langsung ke konsumen, yaitu sekitar 10 persen. Terkait dengan alur pemasaran usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dapat dilihat pada Gambar 7. Produk Keripik Pisang (Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya ) 90% Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor (Distributor) Pengecer 10 % Konsumen Gambar 7. Alur Pemasaran Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor Sumber : Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Tahun 2009

76 160 BAB VI IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA Proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan usaha disebut analisis lingkungan. Lingkungan usaha mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar usaha yang dapat memenuhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar analisis lingkungan terbagi menjadi dua yaitu lingkungan internal dan eksternal usaha. 6.1 Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung pada usaha. Analisis faktor internal dalam pengembangan usaha keripik pisang merupakan proses identifikasi terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dari dalam usaha kecil keripik pisang yang terdiri dari sumberdaya manusia, keuangan, produksi, dan pemasaran Sumberdaya Manusia Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya merupakan usaha yang dalam pengelolaan usahanya bersifat kekeluargaan. Dimana para pekerjanya berasal dari anggota keluarga dan pihak-pihak yang memiliki hubungan keluarga dengan pemilik usaha keripk pisang, sehingga keharmonisan diantara pekerja dengan pemilik mudah terjalin. Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya memiliki tenaga kerja sebanyak 5 orang yang terdiri dari pemilik, wakil, bagian pengadaan bahan baku, bagian produksi dan dua pekerja.

77 161 Jika terdapat pesanan keripik pisang dalam jumlah yang cukup besar, usaha ini membutuhkan jumlah pekerja tambahan. Pekerja tambahan tersebut umumnya dibutuhkan dalam proses produksi. Dalam usaha keripik pisang ini, pemilik merupakan pengelola utama yang bertanggungjawab terhadap setiap keputusan yang diambil dan berwenang untuk menetapkan kebijakan seluruh aktivitas usaha keripik pisang, mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan pemasok, proses produksi hingga pengemasan produk. Hampir semua aktivitas dalam usaha keripik pisang harus ditangani juga oleh pemilik, seperti keputusan untuk memproduksi atau tidak memproduksi terletak pada pemilik usaha keripik pisang tersebut, sehingga menyebabkan sulit berkembangnya usaha keripik pisang ini. karena usaha ini menjadi hanya tergantung pada satu orang yaitu dalam hal ini tergantung pada pemilik. Kondisi jumlah tenaga kerja yang relatif sedikit menyebabkan peran ganda akan dilakukan oleh seorang pekerja. Waktu yang digunakan dalam pekerjaan cenderung tidak pasti sesuai dengan kondisi pesanan produk keripik pisang. Usaha ini sudah cukup lama dijalankan yaitu sejak tahun 1990, selain itu usaha ini dari sejak awal berdirinya membutuhkan keterampilan khusus seperti ketelitian dalam pemilihan pisang yang baik, pengupasan, pengirisan pisang sehingga menghasilkan irisan-irisan yang tipis, penggorengan dan pengemasan. Jadi keterampilan tenaga kerja dalam usaha keripik pisang ini sudah tidak diragukan lagi Keuangan dan Akuntansi Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Selama ini usaha kecil keripik pisang memperoleh modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash

78 162 Perumahan BSI Kota Bogor. Menurut koperasi karena skala usaha keripik pisang yang masih kecil menyebabkan koperasi mudah untuk memberikan modal. Sejak bergabungnya usaha keripik pisang dalam koperasi BMT yaitu sejak tahun 2007, usaha ini telat dua kali mendapatkan bantuan modal dari koperasi. Bantuan modal pertama kali diperoleh sebesar Rp dimana pinjaman pertama ini diberikan dalam bentuk barang. Sedangkan pinjaman kedua sebesar Rp diberikan dalam bentuk uang. Pinjaman-pinjaman tersebut dikembalikan dengan cara diangsur tiap minggu, yaitu dipotong dari sebagian hasil penjualan keripik pisang kepada BMT. Saat ini pinjaman pertama dan kedua tersebut sudah lunas dibayar. Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang ini belum menerima bantuan modal dari Pemerintah Daerah Kota Bogor, sehingga modal yang ada hanya bersumber dari koperasi BMT Al-Ikhlaash saja. Usaha kecil keripik pisang ini tidak selalu melakukan pencatatan secara akutansi terhadap pengelolaan keuangan dan modal usahanya. Manajemen keuangan dari usaha ini belum sudah tertata dengan baik, sehingga keuangan usaha keripik pisang dengan keuangan rumah tangga pemilik tidak dapat dibedakan. Namun karena usaha yang belum cukup besar, maka perhitungan keuntungan yang diperoleh pemilik mudah untuk diketahui Produksi dan Operasional Usaha kecil keripik pisang sudah memproduksi keripik pisang sejak tahun 1990, dan baru bergabung dengan koperasi pada tahun Modal pengalaman yang cukup lama yaitu hampir sembilan tahun menjadi kekuatan bagi usaha ini. Pengalaman tersebut dirasakan oleh Bapak Husen sebagai pemilik usaha yang

79 163 terlibat langsung dalam pengolahan produksi keripik pisang, sehingga beliau dapat mengenal baik keunggulan dan kelemahan usahanya. Pada proses produksi, usaha kecil ini dalam memproduksi keripik pisang menggunakan peralatan yang masih sedarhana. Hal ini dapat dilihat dari peralatan yang digunakan dalam proses produksi diantaranya alat pengiris pisang yang digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa alat iris yang biasa digunakan di rumah tangga untuk pada umumnya; wajan besar untuk menggoreng; serokan untuk menyaring minyak goreng pada keripik pisang yang telah masak; kompor gas. Sejak adanya peralihan dari kompor minyak tanah ke kompor gas usaha kecil keripik pisang ini mengganti bahan bakarnya menjadi gas. Pada kegiatan produksi dan operasi, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan keripik pisang adalah :. 1. Bahan Baku Akses bahan baku sangat diperlukan bagi kelangsungan produksi setiap usaha. Bahan baku utama yang sangat dibutuhkan dalam usaha ini adalah buah pisang. Jenis pisang yang digunakan usaha ini yaitu jenis pisang Kepok Banggala. Pisang Kepok Banggala memiliki cirri-ciri buahnya berukuran relative besar, warnanya kuning, dan rasanya manis. Pemilihan jenis pisang ini dikarenakan sifat dari pisang tersebut cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan keripik pisang. Warna dasar pisang Kepok Banggala yang asli berwarna kuning tersebut menyebabkan hasil keripik pisang yang diperoleh setelah proses penggorengan menjadi bagus. 2. Bahan Penolong

80 164 Minyak goreng, mentega, garam dan penyedap merupakan bahan penolong utama yang diperlukan. Penggunaan mentega memberikan warna kuningan yang alami dan rasa yang gurih pada produk keripik pisang. Terkait dengan bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses pembuatan keripik pisang Kondang Jaya, baik bahan baku utama maupun bahan penolong dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Bahan-bahan yang diperlukan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang Usaha Kecil Kondang Jaya. 3. Bahan Bakar Pada awanya usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya menggunakan bahan bakar berupa minyak tanah, namun sejak terjadi peningkatan harga minyak tanah, usaha ini menggunakan kompor gas elpiji. Pada awalnya penggunaan kompor gas elpiji tidak memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan yaitu produk keripik pisang yang dihasilkan tidak sebagus hasil yang dihasilkan pada saat penggunaan kompor minyak tanah. Hal ini karena panas dari kompor gas elpiji tidak merata seperti pada penggunaan kompor minyak tanah. Namun dengan keuletan pemilik usaha dalam menjalankan usahanya, akhirnya saat ini dapat diusahakan sehingga kompor gas elpiji dapat

81 165 memberikan hasil seperti yang diinginkan. Penggunaan kompor gas elpiji relatif lebih murah daripada penggunaan kompor minyak tanah. Hanya saja pada awal peralihan dari bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji, pemilik usaha harus mengeluarkan biaya investasi kembali untuk proses produksinya. 4. Pengemasan Kemasan produk keripik pisang menggunakan plastik. Plastik yang digunakan berukuran ½ kg. Plastik tersebut didapat dari toko langganan dipasar. Dalam kemasan terdapat label yang masih sederhana bentuknya. Pada kemasan hanya tercantum merek dagang usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, alamat dan lambang koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor dan sebagai pembina. Pada kemasan tersebut belum tercantum logo halal, izin dari Departemen Kesehatan dan kandungan gizi keripik pisang. Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya sangat mengutamakan kebersihan dalam kegiatan produksi karena hal ini sangat erat kaitannya dengan kualitas keripik pisang. Kebersihan dalam proses produksi yang terjaga dengan baik membuat kualitas rasa dan gizi yang terkandung dalam keripik pisang tetap terjaga. Keripik pisang memiliki daya tahan produk yang lama yaitu satu bulan. Kualitas produk yang cukup baik, rasa yang enak, kandungan gizi yang tinggi, tidak menggunakan bahan kimia dan daya tahan produk yang lama merupakan kekuatan bagi usaha untuk mempertahankan pelanggannya. Proses produksi keripik pisang pada usaha kecil ini menghabiskan waktu yang cukup lama dalam satu kali produksinya yaitu sekitar 8-9 jam. Hal ini dikarena dalam proses pembuatan keripik pisang ini dibutuhkan perendaman buah

82 166 pisang yang akan digunakan. Dalam proses pembuatan keripik pisang ini hal yang diutamakan adalah kebersihan dan kelayakan untuk dikonsumai dari dari produk yang dihasilkan. Dimana keripik pisang yang dihasilkan tidak menggunakan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bahan-bahan pengawet dan pewarna. Dalam proses produksi keripik pisang dibutuhkan peralatan-peralatan diantaranya : 1) Baskom, yaitu untuk menampung buah pisang saat prendaman, 2) Pisau, untuk pengupasan atau pemisahan buah pisang dari kulitnya, 3) Penggorengan (wajan) beserta perangkatnya, 4) Kompor, baik kompor minyak tanah maupun kompor gas elpiji, 5) Saringan, untuk meniriskan keripik pisang yang sudah matang, 6) Tampah (nyiru), tempat meletakkan keripik pisang yang sudah matang, 7) Ember plastik, untuk menampung sampah kulit dan bagian pisang yang tidak terpakai, dan 8) Kantong plastik (sebagai pembungkus), serta 9) mesin press, yaitu untuk menutup plastik kemasan keripik pisang. Beberapa peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha ini dapat dilihat pada Gambar 9.

83 167 Gambar 9. Peralatan yang Dipergunakan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang Kondang Jaya Adapun beberapa tahap yang perlu dilakukan secara umum dalam proses pembuatan keripik pisang, meliputi: 1. Sortasi dan pengupasan Buah pisang dipilih sesuai kriteria, yaitu (1) Pisang mentah yang sudah tua Buah pisang yang sudah tua akan memberikan rasa manis dan warna kuning yang menarik pada produk keripik pisang yang dihasilkan, selain itu buah pisang mentah yang sudah tua akan memudah memberikan hasil irisan yang lebih banyak sehingga produk keripik pisang yang dihasilkan lebih banyak. (2) Berukuran cukup besar dan seragam, hal ini diperlukan agar ukuran dari keripik pisang yang dihasilkan relatif seragam, sehingga penampilan produk yang dihasilkan menjadi menarik. Proses sortasi dilakukan sendiri oleh pemilik, bahkan sampai pada penebangan pohon pisangnya. Hal ini dilakukan karena penjual bahan baku pisang kepok umumnya tidak mengetahui kriteria yang sesuai untuk pembuatan keripik pisang yang dibutuhkan oleh usaha ini. Selanjutnya pisang

84 168 tersebut dikupas kulitnya sebagai tanda tahap awal dari proses produksi dilakukan. 2. Perendaman Buah pisang direndam dalam air kurang lebih sekitar 1 jam. Tujuannya untuk menghilangkan getah pada buah pisang yang baru dipetik. Jika tidak dilakukan perendaman maka hasil produk keripik pisang yang dihasilkan akan berwarna hitam sehingga menjadi tidak menarik untuk dijual. 3. Pengirisan Proses pengirisan dilakukan dengan menggunakan alat iris yang masih cukup sederhana. Iris pisang tipis-tipis ± 1-2 mm secara memanjang. 4. Penggorengan Buah pisang yang telah selesai diiris harus segera digoreng, paling lambat 10 menit setelah diiris untuk mencegah pembusukan. Proses penggorengan dilakukan dalam minyak yang sangat panas, yaitu bersuhu 170 o C. Minyak harus banyak, sehingga semua bahan tercelup, dengan komposisi setiap satu kilogram pisang membutuhkan sedikitnya tiga liter minyak goreng. Selama proses penggorengan, dilakukan pengadukan secara perlahan. Proses penggorengan dilakukan hingga keripik cukup kering dan garing. Proses penggorengan tersebut dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu dengan yang lainnya. Dalam satu kali proses penggorengan dilakukan selama ± 3 menit, tergantung pada banyak sedikitnya pisang yang digoreng. 5. Penirisan

85 169 Setelah keripik berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan, keripik diangkat dengan saringan agar minyaknya dapat turun. Saringan yang digunakan dalam usaha ini terbuat dari bahan bambu. 6. Pengemasan dan penimbangan berat isi Keripik pisang yang telah ditiriskan dan sudah tidak panas dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian ditimbang dengan berat 200 gram. Selanjutnya di press dan siap dipasarkan. Diagram alur pengolahan keripik pisang pada usaha kecil ini dapat disajikan pada Gambar 10. Sortasi Buah Pisang Pengupasan Perendaman Produk Keripik Pisang Pengirisan Pengemasan dan Penimbangan Berat Isi Penirisan Penggorengan Gambar 10. Proses Pengolahan Keripik Pisang Sumber: Usaha Kecil Keripik Pisang, Tahun Pemasaran Aspek pemasaran berhubungan dengan bauran pemasaran yang meliputi analisis terhadap produk, harga, distibusi dan promosi dari produk keripik pisang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha kecil keripik pisang

86 170 Kondang Jaya dan koperasi BMT Al-Ikhlaash, strategi pemasaran yang dilakukan yaitu: a. Produk Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya sebagai salah satu UKM yang sedang berkembang, selalu berusaha untuk mempertahankan strategi mutu produk dan pelayanan. Dimana strategi produk dilakukan melalui penawaran barang yang berkualitas tinggi. Strategi pelayanan yaitu dengan cara membina hubungan baik dengan distributor dan konsumen melalui peningkatan pelayanan kepada distributor dan konsumen, yaitu dengan cara memberi jaminan berupa pengembalian barang kembali atau penggantian terhadap barang yang diterima dalam keadaan rusak baik kemasan maupun isi. Berdasarkan strategi ini diharapkan mampu meningkatkan pangsa pasar yang akhirnya akan meningkatkan angka penjualan produk. Usaha kecil keripik pisang memproduksi keripik pisang dengan ukuran 200 gram rasa yang ditawarkan adalah rasa pisang alami dan asin. Rasa asin berasal dari tambahan garam yang ditabuskan pada kering pisang setelah digoreng. Produk keripik pisang yang dihasilkan tidak menggunakan bahan pengawet. Produk keripik pisang, mempunyai tingkat kadaluarsa selama 1 bulan. Hal tersebut diperoleh hanya berdasarkan dari pengujian yang dilakukan pemilik keripik pisang. b. Harga Usaha kecil keripik pisang menetapkan harga dengan menggunakan cost plus pricing method yaitu dengan mempertimbangkan biaya produksi, biaya non produksi, dan persentase mark up. Semakin meningkatnya biaya produksi menyebabkan harga jual produk keripik pisang ini relatif mahal dibandingkan

87 171 dengan produk keripik pisang lain dipasaran. Harga jual yang ditetapkan oleh pemilik usaha keripik pisang merupakan harga untuk distributor. Adapun harga yang diterima konsumen ditentukan oleh distributor, sehingga harga keripik pisang untuk konsumen dapat berbeda pada distributor yang berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dibeberapa tempat penjualan produk keripik pisang dari usaha kecil ini harga yang diterima konsumen di Greenmart (baik yang berlokasi di Darmaga maupun di daerah Sentul) sebesar Rp per bungkus yaitu per 200 gram, di Warung milik koperasi BMT Al-Ikhlaash seharga Rp perbungkus atau per 200 gram. c. Distribusi Saluran distribusi yang digunakan oleh usaha kecil keripik pisang ini melalui dua cara, yaitu: penjualan secara langsung kepada konsumen dan penjualan kepada distributor kemudian ke konsumen. Seperti yang telah dijabarkan pada Gambar 9, penjualan melalui distributor dilakukan melalui koperasi BMT Al-Ikhlaash. Bentuk kerja yang terjalin koperasi memesan kepada pemilik usaha keripik pisang dalam jumlah tertentu, kemudian memasarkannya. Tempat yang menjadi fokus koperasi BMT Al-Ikhlaash untuk memasarkan produk keripik pisang tersebut adalah toko-toko di wilayah Bogor, diantaranya Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC). Sedangkan pendistribusian langsung kepada konsumen melalui cara pembelian langsung ke rumah pemilik usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Selama ini hubungan yang terjalin antara pemilik usaha keripik pisang dengan distributor yaitu dalam hal ini koperasi BMT Al-Ikhlaash terjalin baik.

88 172 Jumlah pesanan atau permintaan koperasi BMT Al-Ikhlaash terhadap produk keripik pisang Kondang Jaya cukup stabil dan kontinu. d. Promosi Usaha kecil keripik pisang hingga saat ini masih melakukan kegiatan promosi secara tradisional. Promosi yang bersifat lokal yaitu hanya dilakukan oleh koperasi BMT Al-Ikhlaash melalui pengajian yang diselenggarakan oleh para anggota koperasi baik pengajian bapak-bapak maupun Ibu-Ibu Darma Wanita, namun untuk kedepannya ada rencana untuk melakukan promosi pada majalah-majalah lokal. 6.2 Analisis Faktor Eksternal Usaha Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan industri. Analisis faktor eksternal usaha kecil keripik pisang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan yang berada di luar kontrol usaha kecil keripik pisang. Analisis terfokus pada faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha kecil keripik pisang, sehingga memudahkan usaha ini untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman Lingkungan Umum Lingkungan umum adalah suatu lingkungan yang berada di luar usaha dan terlepas dari sistem operasional usaha. Analisis lingkungan umum dapat menggambarkan lingkungan peluang dan ancaman bagi suatu usaha. Lingkungan umum dapat dianalisis menggunakan alat analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial- Budaya, dan Teknologi) dan Demografi. Hal ini juga sesuai dengan konsep yang

89 173 dipaparkan oleh Umar dalam Sidabutar (2007) yaitu bahwa analisis lingkungan eksternal meliputi faktor luar yang mempengaruhi kinerja maupun strategistrategi yang harus diambil oleh suatu organisasi. Berdasarkan analisis tersebut, maka faktor-faktor eksternal usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya yaitu: 1. Politik (Dukungan Pemerintah Daerah) Industri pengolahan pisang di Indonesia selain mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Buah pisang dapat diolah mejadi beragam produk yang lezat antara lain, seperti : keripik, ledre, getuk jus, puree, sale, jam, dan pisang goreng/bakar. Kebutuhan pisang sebagai bahan baku untuk industri pengolahan skala rumah tangga (10-50 kg/hari), skala kecil dan menengah menghasilan: keripik ( kg/hari), sale (1,5-2 ton/bln), ledre ( kg/hari), puree ( kg/h) dan tepung ( kg/minggu). Skala besar, membutuhkan kapasitas ton pisang segar/hari. Untuk memenuhi kebutuhan buah dan produk olahan pisang untuk ekspor pada tahun 2010 diperkirakan memerlukan areal pertanaman sekitar ha atau dibutuhkan sekitar 5-7 usaha skala besar. Industri pengolahan pisang skala besar lebih diarahkan pada industri tepung (1,5-2 ton/minggu), puree (600 kg 1,5 ton/hari) dan jam (1-2 ton/hari), karena untuk memproduksi produk-produk tersebut diperlukan peralatan khusus yang cukup mahal. Kebutuhan bahan baku diperkirakan mencapai ton per tahun.

90 174 Sedangkan industri pengolahan pisang yang diarahkan kepada pembuatan keripik pisang umumnya berskala mikro, kecil dan menengah. Di Kota Bogor telah terdapat dukungan Pemerintah Daerah setempat terhadap UMKM. Dukungan tersebut berupa pembinaan dan pengembangan UMKM di Kota Bogor. Melalui berbagai program peningkatan kesejahteran masyarakat yang saat ini banyak berkembang seperti PNPM Mandiri, Pemerintah Kota Bogor berusaha memajukan UMKM yang ada di wilayahnya. PNPM mencakup antara lain program penanggulangan kemiskinan, pembangunan infrastruktur desa, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan agribisnis. Salah satu kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Pada program ini pemerintah telah mengeluarkan dana senilai Rp 69 Miliar untuk 689 desa/kelurahan di 76 kecamatan pada 16 kabupaten/kota. Provinsi Jawa Barat pada 2008 menerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp 720,63 Miliar. Adanya program-program PNPM Mandiri tersebut diharapkan akan mampu membantu pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya industri-industri kecil di wilayah Kota Bogor untuk lebih berkembang. Program peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui PNMP Mandiri di Kota Bogor dalam beberapa tahun terakhir dinilai cukup berhasil, hal tersebut dapat dilihat dari penghargaan yang diperoleh dari pemerintah pusat atas kinerja PNPM Mandiri Kota Bogor yang semakin baik. Selain itu bentuk dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor terhadap UMKM juga dapat dilihat pada program Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Garda Emas). Garda Emas merupakan suatu bentuk dukungan

91 175 Pemerintah Daerah Kota Bogor bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor. Pelatihan yang diberikan dimulai dari pembentukan mental para wirausaha, pengenalan alat-alat produksi hingga pemasaran. Bantuan pinjaman modal biasanya diperoleh melalui beberapa hasil rekomendasi dan kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Di sisi lain industri kecil dapat menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi dan mampu memanfaatkan penggunaan sumber daya alam lokal, sehingga industri ini tidak mengalami dampak yang kuat saat teriadi penurunan terhadap nilai mata uang. Industri makanan merupakan salah satu industri yang mampu menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja industri makanan di Kota Bogor tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan di Kota Bogor Tahun 2003 No. Kelompok Industri Unit Usaha Investasi Tenaga Kerja 1. Menengah/Besar Kecil Formal Kecil Non Formal Sumber: bogor.go.id, 23 Januari Berdasarkan data Tabel 13, industri kecil non formal merupakan industri yang jumlahnya terbesar, menyerap tenaga dalam jumlah terbesar, dan memiliki nilai invesasi yang terkecil di Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang sebagai salah satu industri makanan di Kota Bogor menjadi salah sati industri kecil mampu menyerap tenaga kerja. Sehingga usaha kecil keripik pisang menjadi industri yang penting untuk terus dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor dalam mengurangi pengangguran di Kota Bogor.

92 Faktor Sosial-Budaya Faktor sosial-budaya dapat mempengaruhi usaha karena selalu terjadi perubahan sebagai akibat dari upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Yusmarini dalam Agus (2008), menyatakan bahwa dewasa ini, pola konsumsi masyarakat telah bergeser dari bahan makanan hewani ke bahan makanan nabati. Hal ini terjadi karena masyarakat berusaha menghindari makanan kadar kolesterol tinggi, setelah diketahui adanya korelasi positif antara penyakit jantung koroner cengan kadar kolesterol yang tinggi di dalam serum darah. Bahan makanan nabati cenderung semakin diminati. Selain itu juga meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat tanpa bahan pengawet dengan nilai gizi yang tinggi semakin meningkatkan permintaan masyarakat terhadap produk makanan ringan seperti keripik pisang. 3. Faktor Demografi Peningkatan jumlah penduduk di suatu negara akan menciptakan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha. Selama periode tahun jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan sekitar 2,019 persen (Tabel 14). Tahun 2003 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang cukup besar yaitu 5,37 persen dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (BPS, 2007). Tabel 14. Penduduk Indonesia Tahun Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%) , , , ,620

93 * ,616 Rata-Rata 2,019 Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2007 Keterangan : * Angka Sementara Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjadi di Kota Bogor. Hal ini dapat dilihat pada data Tabel 15, yaitu pada periode tahun jumlah penduduk Kota Bogor pengalami petumbuhan setiap tahunnya sekitar 2,951 persen. Peningkatan jumlah pendududk dari tahun 2005 ke tahun 2006 terjadi pertumbuhan penduduk sebanyak jiwa atau persen yaitu jiwa pada tahun 2005 menjadi jiwa pada tahun Tabel 15. Penduduk Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%) , , , , ,813 Rata-Rata 2,951 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2007 Peningkatan jumlah penduduk dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha karena tingkat upah menjadi kecil, hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan jumlah angkatan kerja yang lebih besar. Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat secara langsung akan dapat meningkatkan permintaan terhadap kebutuhan akan makanan. Hal tersebut secara tidak langsung juga akan meningkatkan permintaan terhadap makanan ringan yang saat ini semakin digemari. 4. Ekonomi

94 178 Kinerja usaha dan industri akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi suatu negara. Perekonomian Indonesia pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,60 persen dibanding tahun Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2005 mencapai Rp 1.749,5 triliun, sedangkan pada tahun 2004 sebesar Rp 1.656,8 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2005 naik sebesar Rp 468,0 triliun, dari Rp 2.261,7 triliun pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp 2.729,7 triliun pada tahun Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama tahun 2005 yang dibarengi oleh rendahnya laju inflasi membuat secara umum kondisi makro ekonomi Indonesia semakin membaik. Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 17,11 persen jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 sebesar 6,40 persen dan tahun 2003 sebesar 5,06 persen. Faktor-faktor yang cukup dominan mempengaruhi inflasi selama tahun 2005 antara lain meningkatnya harga bahan makanan, nilai tukar rupiah dan adanya rencana pemerintah untuk menaikan harga BBM. Kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berlaku mulai tanggal 1 Oktober 2005 tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri tanggal 30 September 2005, secara tidak langsung telah mengakibatkan kenaikan harga bahan baku keripik pisang dan bahan baku penolong bagi usaha keripik pisang. Berdasarkan data yang diperoleh sejak adanya kenaikan BBM harga minyak tanah meningkat dan juga harga input-input lain menjadi cenderung meningkat, misalnya saja minyak goreng dan mentega yang harganya menjadi cukup tinggi di pasaran hingga menjadi dua kali lipat dari sebelum terjadi kenaikan harga BBM.

95 179 Pada awalnya kenaikan harga BBM hanya berdampak langsung pada kenaikan biaya transportasi. Namun selanjutnya kenaikan harga BBM tersebut juga berdampak pada industri-industri yang menggunakan BBM. Data kenaikan harga BBM per l Oktober 2005 dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Kenaikan Harga BBM per 1 Oktober 2005 (Rp/liter) Jenis BBM 1 Maret Oktober 2005 Kenaikan (%) Minyak Tanah 700, ,00 185,71 Premium 2.400, ,00 87,50 Solar 2.100, ,00 104,76 Sumber: PT. Pertamina dan Menteri Perekonomian (Kompas, Sabtu 1 Oktober 2005) Kenaikan harga BBM pada industri menyebabkan industri cenderung melakukan konversi bahan bakarnya dari minyak tanah kepada gas, tidak terkecuali industri-industri yang berada di wilayah Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang ini juga melakukan perubahan bahan bakar yang digunakan dari minyak tanah ke gas elpiji. 5. Teknologi Faktor teknologi dapat memberikan peluang dan ancaman bagi suatu usaha. Teknologi yang terus berkembang dapat mempengaruhi strategi usaha dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang antara lain teknologi di bidang produksi, informasi, komunikasi dan transportasi. Usaha kecil keripik pisang dapat menggunakan teknologi tradisional maupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini terletak pada jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi. Usaha yang

96 180 menggunakan teknologi modern, proses produksi akan semakin cepat dan dapat menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak jika dibandingkan dengan usaha yang menggunakan teknologi sederhana. Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi dapat menjadi peluang bagi usaha untuk mempromosikan dan memasarkan produknya. Adanya alat komunikasi seperti telepon dan telepon selular dapat mempercepat proses komunikasi antara prosdusen dengan pembeli dan pemasok. Media informasi seperti internet dapat digunakan usaha untuk mempromosikan produk dalam jangkauan yang luas, sedangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi seperti jasa pengiriman juga memberikan peluang bagi usaha untuk memudahkan kegiatan pendistribusian barang baik dari pihak pemasok ke usaha maupun pihak usaha ke pihak pembeli. Namun kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi ini masih belum dimanfaatkan oleh usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Usaha kecil keripik pisang ini cenderung masih menggunakan teknologi tradisional. Hal ini terlihat pada peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha ini, selain itu usaha ini juga belum memanfaatkan internet sebagai media promosi. Jadi dapat dikatakan usaha kecil keripik pisang ini memiliki kelemahan berupa teknologi yang digunakan Lingkungan Industri Lingkungan industri adalah lingkungan yang berada di sekitar usaha yang mempengaruhi langsung terhadap operasional usaha. Kemampuan untuk memperoleh laba suatu usaha bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat industrinya saja, melainkan juga oleh kedudukan usaha di dalam industri tersebut, sehingga

97 181 hal-hal seperti ini seharusnya juga dipertimbangkan dalam penentuan strategi usaha. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pearce dan Robinson (1997), terkait dengan kekuatan-kekuatan persaingan, maka dalam analisis lingkungan industri penelitian ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang ini dapat dikatakan cukup kuat, hal ini disebabkan beberapa hal yaitu: (1) Pembeli cenderung membeli dalam jumlah yang kecil, (2) Pembeli produk keripik pisang belum mempunyai informasi yang lengkap dan terperinci tentang produk dan pasarnya dan (3) Pembeli mudah pindah ke produk lain sejenis. Kekuatan tawar menawar pembeli relatif besar dibandingkan dengan permintaan terhadap produk tersebut. Produk keripik pisang yang diproduksi oleh usaha kecil ini, selama ini cenderung berproduksi berdasarkan pesanan dari koperai BMT Al-Ikhlaash. Untuk menghadapi kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang ini dapat dikatakan cukup kuat, pihak pengusaha keripik pisang dan koperasi BMT Al-Ikhlaash harus berusaha untuk lebih gencar mempromosikan produk keripik pisang yang dihasilkan selain itu juga harus menjaga kontinuitasnya. 2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Usaha kecil keripik pisang koperasi BMT perumahan BSI Kota Bogor membeli bahan baku berupa pisang dari petani-petani pisang di sekitar Bogor, yaitu di daerah Parung Aleng, Kampung Pasir dan Leuwiliang. Dalam memperoleh bahan baku, usaha ini cukup mengalami kesulitan karena bahan baku berupa pisang jenis kepok banggala tidak mudah diperoleh di pasar.

98 182 Pemasok memiliki kekuatan tawar menawar yang cukup kuat. Usaha keripik pisang ini cenderung bergantung hanya pada beberapa pemasok. Artinya, jika bahan baku yang dibeli dari satu pemasok kurang memenuhi standar, baik dari segi harga, kualitas, maupun kuantitas, maka usaha ini tidak dapat membelinya dari pemasok lain. Terkait dengan pemasok lain, terdapat pemasok bahan baku di luar wilayah Bogor yaitu seperti di Cianjur dan Lampung, Namun bahan baku dari pemasok di luar wilayah Bogor tersebut baru dapat diakses jika jumlah yang diminta dalam jumlah besar karena jika hanya dalam jumlah kecil akan menyebabkan biaya yang jauh lebih besar bagi usaha kecil keripik pisang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa usaha kecil keripik pisang ini cukup mengalami kesulitan untuk mendapat pemasok. 3. Ancaman Produk Pengganti Terkait dengan produk-produk pengganti adalah yaitu mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Faktor harga dan kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari produk pengganti. Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif lebih murah dan biaya konsumen untuk beralih ke produk pun rendah. Pada industri keripik pisang, produk yang dapat digolongkan menjadi produk pengganti adalah berbagai jenis keripik, misalnya keripik nangka, keripik apel, keripik singkong, keripik bayam dan lain-lain. Tingginya barang substitusi dari keripik pisang memberikan ancaman bagi usaha untuk menguasai pasar dengan inovasi produk. Meskipun produk pengganti mempengaruhi industri keripik pisang dalam menarik pasar, konsumen bebas memilih produk makanan ringan yang sesuai dengan selera masing-masing. Pada kenyataannya keripik pisang yang

99 183 memiliki nilai gizi tinggi dan cita rasa yang enak dapat bersaing dengan produk makanan ringan lain yang memiliki fungsi sama. 4. Persaingan di Antara Para Pesaing yang Ada Persaingan diantara pesaing produk keripik pisang cukup ketat. Hal ini dapat dilihat dari persaingan harga oleh masing-masing usaha. Persaingan harga yang ditetapkan oleh masing-masing usaha dengan berbagai merek dagang yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Daftar Harga Produk Keripik Pisang Berbagai Merek Dagang di Kota Bogor Merk Dagang Harga (Rp/200 gr) Cap Pohon Kelapa Diva Keripik Pisang Eka Sari Indo Sari Sumber: Swalayan Ngesti dan Swalayan Greenmart ( Data Tanggal Januari, 2009 ) Berdasarkan Tabel 20, Perbedaan harga yang ditetapkan oleh masingmasing usaha dipengaruhi biaya produksi dan biaya promosi yang dilakukannya. Meskipun usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya belum banyak melakukan promosi sudah menetapkan harga yang relatif tinggi, dikarenakan usaha tersebut membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi. Dalam proses produksinya usaha ini menggunakan mentega yang harganya cukup tinggi serta minyak goreng yang harganya cenderung naik turun. Penggunaan mentega tersebut diperlukan untuk menjaga kualitas rasa keripik yang dihasilkan. 5. Ancaman Pendatang Baru

100 184 Keberadaan pendatang baru dalam industri dapat menunjukkan tingkat persaingan yang akan dihadapi oleh suatu usaha dalam industri tersebut. Jika semakin banyak pendatang baru yang memasuki wilayah industri maka akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi usaha yang ada, misalnya terjadi perebutan pangsa pasar yang ada dan perebutan sumberdaya produksi yang terbatas. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Untuk memulai usaha keripik pisang ini tidak membutuhkan investasi yang besar. Hal ini menyebabkan mudahnya para pendatang baru untuk masuk ke dalam usaha ini. Pada usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, pemiliki dapat memulai usahanya hanya dengan modal sebesar Rp

101 185 VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal Setelah dilakukan analisis faktor-faktor penentu untuk mengidentifikasi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap rumusan pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash, selanjutnya dapat dilakukan identifikasi untuk menentukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari analisis yang telah dilakukan. Hasil ini digunakan sebagi input analisis internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. Nilai yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE diplotkan ke matriks IE sehingga dapat terlihat peta posisi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya pada matriks tersebut. Selanjutnya hasil analisis ini juga digunakan untuk merumuskan alternatif strategi bisnis dalam analisis SWOT. Dalam identifikasi faktor internal terdapat faktor kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses) dari usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Aspekaspek yang terdapat dalam identifikasi kedua faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : Faktor Kekuatan Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kekuatan yang akan mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan harus digunakan semaksimal mungkin dalam upaya untuk mencapai tujuan pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, faktor-faktor itu terdiri dari :

102 186 a. Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja Usaha keripik pisang Kondang Jaya masih merupakan usaha kecil, sehingga memiliki majemen tenaga kerja yang bersifat informal. Dalam pengelolaan usahanya hubungan antar pengelola bersifat kekeluargaan. Antara pemilik dengan pekerja cenderung ke arah hubungan yang bersifat informal. Para pekerjanya berasal dari anggota keluarga, sehingga keharmonisan diantara pekerja dengan pemilik relatf mudah terjalin. b. Kondisi modal yang relatif tercukupi Terkait dengan modal, selama ini usaha keripik pisang ini memperoleh modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash. Dengan kondisi skala usaha yang masih relatif kecil, modal yang diberikan koperasi hingga saat ini masih dirasa cukup untuk menjalankan usaha yang ada. Bahkan untuk pengembangan usaha keripik pisang ini, koperasi juga akan terus menyediakan sejumlah modal dibutuhkan, sehingga dari sisi ketersediaan modal usaha keripik pisang ini relatif cukup terjamin. c. Produk yang berkualitas Usaha kecil ini hanya memproduksi keripik pisang dengan merek dagang usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Produk yang dihasilkan berukuran 200 gr dengan rasa alami pisang. Rasa alami dari produk keripik pisang ini, berasal dari rasa pisang yang telah di sortasi secara teliti oleh pemilik. Kebersihan dalam proses produksi yang terjamin dengan baik, membuat tingginya kualitas rasa dan gizi yang terkandung dalam keripik pisang. Keripik pisang memiliki daya tahan produk yang lama yaitu kurang lebih satu bulan. Kualitas produk yang cukup

103 187 baik, rasa yang enak, kandungan gizi yang tinggi, tidak menggunakan bahan kimia dan daya tahan produk yang lama merupakan kekuatan bagi usaha ini untuk mempertahankan pelanggan. Kualitas dari produk harus senantiasa dipertahankan oleh usaha ini. Kualitas produk yang baik tercermin dari rasa yang terbentuk tanpa bahan pengawet dan penyedap buatan, warna yang dihasilkan alami warna pisang, bukan pewarna buatan, sehingga produk keripik pisang ini cenderung memiliki kandungan gizi yang baik dan penampilan yang menarik. Bentuk produk keripik pisang Kondang Jaya dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Produk Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Sumber : Greenmart Darmaga, Juli 2009 d. Letak usaha yang strategis Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya memiliki letak yang cukup stategis. Usaha ini terletak di pusat Kota Bogor yaitu sekitar 6 kilometer dari terminal Baranangsiang Kota Bogor. Akses dengan jalan raya yang cukup dekat ini didukung dengan fasilitas yang ada seperti jalan beraspal, listrik, telepon, dan

104 188 PDAM. Lokasi usaha yang terletak dekat dengan pusat Kota Bogor memudahkan usaha kecil keripik pisang ini dalam hal pemasaran. Masyarakat Kota Bogor, umumnya belum cukup mengenal produk ini karena daya jangkau jaringan pemasaran produk keripik pisang ini masih cenderung rendah. Letak usaha yang strategi menjadi modal dasar yang baik bagi pemilik untuk mengembangkan jaringan pemasaran produknya. Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya terletak bersebelahan dengan perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor, sedangkan letak koperasi BMT Al-Ikhlaash terletak tepat di perumahan Baranangsiang Indah kota bogor Faktor Kelemahan Faktor kelemahan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kelemahan yang akan mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Faktor-faktor yang menjadi kelemahan harus diminimalisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, faktor-faktor kelemahan tersebut terdiri dari : a. Keterbatasan dalam pencatatan keuangan Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya tidak selalu melakukan pencatatan secara akutansi terhadap pengelolaan keuangan dan modal usahanya. Manajemen keuangan dari usaha ini belum tertata dengan baik, sehingga keuangan usaha keripik pisang dengan keuangan rumah tangga pemilik tidak dapat dibedakan. Selain itu pencatatan keuangan yang biasanya dilakukan hanya mengandung komponen besarnya jumlah produksi yang dihasilkan per satu kali produksi. Dalam pencatatan keuangan belum memasukkan kandungan biaya-

105 189 biaya yang dikeluarkan. Sehingga tidak terdapat catatan yang jelas mengenai besarnya keuntungan yang diperoleh oleh usaha keripik pisang ini. b. Harga produk keripik pisang Pada usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya harga yang ditawarkan relatif tinggi, dikarenakan usaha tersebut membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga produk keripik pisang lainnya. Harga jual yang ditetapkan oleh pemilik usaha keripik pisang merupakan harga untuk distributor. Adapun harga yang diterima konsumen ditentukan oleh distributor, sehingga harga keripik pisang untuk konsumen dapat berbeda di tiap distributor. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pada beberapa tempat penjualan produk keripik pisang dari usaha kecil ini harga yang diterima konsumen di Greenmart (baik yang berlokasi di Darmaga maupun di daerah Sentul) sebesar Rp 8.150, sedangkan di Warung milik koperasi BMT Al-Ikhlaash di perumahan BSI seharga Rp Harga produk keripik pisang tersebut relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan harga produk keripik pisang usaha lain. Harga yang cukup tinggi menjadi salah satu kelemahan bagi keberlangsungan usaha ini. c. Belum memiliki sertifikat halal dan izin Depkes Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya belum memilki sertifikat halal dan juga izin dari Departemen Kesehatan. Saat ini konsumen sangat berhati-hati dalam mengkonsumsi suatu produk dikarenakan banyaknya produk-produk kadarluarsa yang beredar di pasaran. Sehingga untuk mengembangkan usahanya keripik pisang ini harus memilki sertifikat halal dan juga izin dari Departemen Kesehatan. Namun hal tersebut belum terwujud, hal ini

106 190 dikarenakan biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan sertifikat halal dan juga izin dari Departemen Kesehatan cukup besar dan memberatkan bagi pemilik usaha kecil keripik pisang ini. d. Penggunaan alat produksi yang masih sederhana Usaha keripik pisang Kondang Jaya merupakan usaha kecil yang berproduksi dengan menggunakan peralatan yang relatif sederhana. Alat yang digunakan dalam usaha ini berupa alat press untuk mengikat kemasan keripik pisang, sedangkan untuk memotong pisang dilakukan dengan alat tradisional yang biasanya dipakai oleh rumah tangga, sehingga proses produksi keripik pisang berjalan cukup lambat. e. Kemasan produk keripik pisang Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya memproduksi keripik pisang menggunakan plastik. Plastik yang digunakan berukuran cukup besar yaitu ½ kg. produk yang dihasiklan berukuran 200 gram. Dalam kemasan produk keripik pisang Kondang Jaya bentuk kemasan masih sederhana bentuknya. Pada kemasan hanya tercantum merek dagang usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, alamat dari koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor dan lambang BMT Al-Ikhlaash. Penampilan kemasan masih sangat sederhana dan secara keseluruhan kemasan keripik pisang tersebut tanpak kurang menarik bagi konsumen untuk membelinya. f. Daerah pemasaran produk keripik pisang Sebagai binaan dari Koperasi BMT Al-Ikhlaash perumahan BSI Kota Bogor, usaha kecil keripik pisang selain mendapat bantuan modal bagi usahanya juga mendapat bantuan berupa bantuan dalam memasarkan produknya. Usaha

107 191 keripik pisang menjual semua produk yang dihasilkannya kepada Koperasi BMT Al-Ikhlaash kemudian koperasi tersebut memasarkannya ke daerah-daerah di sekitar Kota Bogor. Daerah yang menjadi sasaran pemasaran relatif masih kecil yaitu baru mencapai daerah sekitar Kota Bogor. Tempat pemasaran diantaranya meliputi Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary. g. Kegiatan Promosi produk Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya hingga saat ini belum melalukan kegiatan promosi, layaknya sebuah usaha. Promosi yang bersifat lokal hanya dilakukan oleh koperasi BMT Al-Ikhlaash sebagai pemasar yaitu melalui pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh para anggota koperasi baik pengajian bapak-bapak maupun ibu-ibu Darmawanita. Dalam rangka pengembangan usahanya, usaha kecil keripik pisang ini harus mulai memikirkan strategi promosi terhadap produknya, sehingga dapat lebih dikenal oleh masyarakat. h. Kurangnya inovasi produk Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya memproduksi keripik pisang dengan rasa yang ditawarkan dengan rasa pisang alami dan asin. Rasa yang dihasilkan dari rasa alami keripik pisang dan tambahan garam. Hingga saat ini belum terdapat inovasi produk baik dai sisi rasa maupun bentuk. Rasa yang dihasilkan hanya rasa asin. Usaha ini belum mampu menghasilkan keripik pisang dengan rasa yang beragam seperti rasa manis, keju atupun rasa lain yang digemari konsumennya.

108 192 Aspek-aspek faktor kekuatan dan kelemahan yang telah dijabarkan di atas saling berinteraksi dalam pengembang usaha kecil keripik pisang Koperasi BMT Al-Ikhlaash. Secara keseluruhan aspek pada faktor kekuatan dan kelemahan dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 18. Tabel 18. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Sumberdaya Manusia Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja Keuangan dan Akuntasi Produksi dan Operasi Pemasaran Sumber : Hasil Analisis Kondisi modal yang relatif tercukupi Produk yang berkualitas baik Letak usaha yang strategis Keterbatasan dalam pencatatan keuangan Harga relatif mahal Belum memiliki sertifikat halal dan izin Depkes Penggunaan alat produksi yang masih sederhana Kemasan produk yang relatif sederhana Daerah pemasaran masih terbatas Kegiatan Promosi produk kurangnya inovasi produk 7.2. Identifikasi Faktor Eksternal Berdasarkan wawancara dan pengisian kuisioner dan analisis terhadap pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, didapatkan faktor-faktor strategi eksternal yaitu berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Aspekaspek pada faktor peluang dan Ancaman tersebut dapat dapat dijabarkan sebagai berikut : Peluang Faktor peluang adalah bagian dari faktor strategis eksternal, faktor-faktor tersebut dianggap sebagai suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Potensi tersebut harus

109 193 dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, peluang tersebut terdiri dari: a. Adanya kredit bagi usaha kecil Kredit yang ditawarkan baik oleh pemerintah atau lembaga keuangan untuk industri kecil juga merupakan peluang bagi industri kecil untuk meningkatkan modal kerja. Modal kerja yang selama ini menjadi masalah klasik bagi pengusaha industri kecil untuk mengembangkan usahanya. Sebagai contohnya kredit yang ditawarkan oleh BNI (Bank Negara Indonesia) yaitu BNI mentargetkan penyerapan kredit bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran kredit UMKM di provinsi tersebut ditingkatkan dari Rp 1,6 Miliar menjadi 1,8 Miliar. Bank BRI juga mempunyai Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dinikmati oleh perusahaan kecil. Selain itu pemerintah juga memberikan berbagai macam kredit untuk usaha kecil KUK seperti (Kredit Usaha Kecil) serta Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yang didalamnya memuat pasal-pasal yang memberikan ruang pembiayaan bagi syariah bagi bank umum, sehingga saat ini banyak bank umum yang membuka divisi syariah denga tujuan untuk memperluas jangkauan layanan kepada segmentasi yang tidak dapat dijangkau secara konvensional. Sejak tahun 2007 Pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Salah satu kegiatan dalam PNPM adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Selain itu adanya dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor serta adanya Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Garda Emas).

110 194 Adanya berbagai program pemerintah dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Bogor yang salah satunya dicapai melalui pemberian kredit, maka sudah sewajarnya UMKM di Kota Bogor seperti usaha kecil keripik pisang dapat lebih berkembang. b. Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan merupakan wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan Kota Bogor merupakan salah satu tujuan wisata bagi masyarakat yang berasal dari wilayah-wilayah di sekitarnya seperti dari Jakarta, Depok, Tanggerang, Bekasi, Cianjur dan sebagainya. Objek wisata yang dapat di kunjungi di Kota Bogor antara lain Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, The Jungle dan sebagainya. Berkembangnya objek tujuan wisata tersebut secara langsung akan berdampak terhadap berkembangnya industria makanan di wilayah Kota Bogor. Selain itu, Kota Bogor sebagai wilayah yang dilalui oleh jalur puncak menjadi salah satu pasar potensial bagi para pengusaha. Karena semakin ramainya menuju jalur puncak, semakin mudah berkembangnya berbagai jenis usaha termasuk usaha di bidang makanan. Di sepanjang jalur menuju wisata puncak dapat dilihat saat ini berkembang banyak toko-toko kue dan minimarket. Berdasarkan data Pemerintah Kota Bogor, di sepanjang jalur puncak terdapat sekitar 105 toko-toko kue dan minimarket yang menawarkan berbagai macam makanan ringan. Hal ini juga menjadi peluang bagi pengembangan usaha kecil keripik pisang dalam memasarkan produknya Ancaman Faktor ini merupakan bagian dari faktor eksternal, faktor tersebut dianggap sebagai ancaman yang bisa menjadi hambatan dalam pengembangan usaha kecil

111 195 keripik pisang Kondang Jaya. Faktor-faktor tersebut harus dihindari dan diusahakan upaya penanggulannya secara baik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Faktor-faktor ancaman tersebut terdiri dari : a. Bargaining position pembeli kuat Kekuatan tawar menawar pembeli dikatakan cukup kuat, hal ini disebabkan (1) Pembeli produk keripik pisang cenderung membeli dalam jumlah yang relatif kecil, (2) Pembeli produk keripik pisang belum mempunyai informasi yang lengkap dan terperinci tentang produk dan pasarnya (3) Menghadapi biaya pengalihan yang relatif kecil. Kekuatan tawar menawar pembeli relatif besar dibandingkan dengan permintaan terhadap produk tersebut. Pembeli produk keripik pisang mudah pindah ke produk lain yang sejenis, karena biaya pengalihan pembeli relatif kecil. b. Pasokan bahan baku relatif tidak kontinu Pemasok bahan dasar keripik pisang memiliki kekuatan tawar menawar yang cukup kuat. Bahan baku berupa pisang kepok Banggala tidak mudah didapat di pasaran. Sumber bahan baku pisang ini masih cukup sulit diperoleh di sekitar wilayah Bogor, yaitu hanya ada di beberapa wilayah seperti daerah Parung Aleng, Kampung Pasir, dan Leuwiliang. sehingga tingkat kontinuitasnya cenderung rendah. Usaha keripik pisang Kondang Jaya cenderung masih bergantung hanya pada beberapa pemasok. Artinya, jika bahan baku yang dibeli dari satu pemasok kurang memenuhi standar, baik dari segi harga, kualitas, maupun kuantitas, maka usaha ini tidak dapat membelinya dari pemasok lain. Oleh karena itu, dalam industri keripik pisang ini cukup mengalami kesulitan untuk mendapat bahan baku pisang. Adanya pasokan bahan baku yang

112 196 relatif tidak kontinu dari pemasok akan mengancam kelangsungan produksi keripik pisang dalam memenuhi permintaan distributor dan konsumen. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, jika pasaran produk keripik pisang sudah luas maka untuk ke depannya pemilik akan membuka jaringan bahan baku sampai ke wilayah Cianjur dan Lampung yang hanya dapat diakses dengan jumlah pembelian pisang dalam jumlah cukup besar. c. Barang subtitusi tinggi Pada industri keripik pisang, produk yang dapat digolongkan menjadi produk substitusi adalah berbagai jenis keripik lainnya, misalnya keripik nangka, keripik apel, keripik singkong, keripik bayam dan lain-lain. Tingginya barang subtitusi dari keripik pisang memberikan ancaman bagi perusahaan untuk menguasai pasar dengan inovasi produk. Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif lebih terjangkau dan biaya konsumen untuk beralih ke produk pun rendah. Berbagai barang substitusi dan pesaing memberikan ancaman yang kuat bagi perkembangan usaha kecil keripik pisang ini. Selain mendapat hambatan dari berbagai jenis keripik lain, usaha kecil keripik pisang ini juga mendapatkan persaingan dari usaha keripik pisang lainnya. Di wilayah sekitar Bogor, terdapat cukup banyak produsen keripik pisang dengan berbagai merek diantaranya keripik pisang dengan merek dagang Cap Pohon Kelapa, Diva Keripik Pisang, Eka Sari dan Indo Sari. Bentuk produk-produk tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.

113 197 Gambar 12. Produk Keripik Pisang berbagai Merek Dagang Di Kota Bogor d. Jaringan pemasaran pesaing lebih luas Usaha-usaha sejenis melakukan kegiatan promosi dan membangun jaringan pemasaran untuk mempermudah konsumen dalam mendapatkan produk yang mereka pasarkan. Jaringan pemasaran dibangun dengan mendirikan toko, etalase di suatu distributor dan adanya agen-agen penjual produk untuk meningkatkan pangsa pasar. Hal itu, sudah dilakukan oleh beberapa usaha yang memproduksi keripik pisang untuk meningkatkan pangsa pasar produknya, sedangkan usaha keripik pisang Kondang Jaya cenderung masih tertingggal dalam kegiatan promosi dan membangun jaringan pemasaran. Upaya promosi cenderung masih minim, karena hingga saat ini usaha ini hanya melakukan promosi yang bersifat lokal yang hanya dilakukan oleh koperasi BMT Al- Ikhlaash yaitu melalui pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh para anggota koperasi baik pengajian kaum bapak maupun Kaum Ibu Darmawanita, sehingga cenderung sulit berkembang. e. Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah

114 198 ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Memulai usaha keripik pisang ini membutuhkan investasi yang tidak terlalu besar, sehingga tidak memberi hambatan bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri keripik pisang. Biaya investasi untuk mendapatkan formula keripik pisang yang layak konsumsi relatif murah. Hal ini menyebabkan mudahnya pendatang baru memasuki industri keripik pisang. Berdasarkan hal tersebut, hal wajar yang dibutuhkan oleh usaha kecil keripik pisang ini adalah berkreativitas dalam meningkatkan mutu dan kualitas produk yang dihasilkan. Aspek-aspek faktor peluang dan ancaman yang telah dijabarkan di atas saling berinteraksi dalam pengembang usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Secara keseluruhan aspek pada faktor peluang dan ancaman dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 19. Tabel 19. Peluang dan Ancaman Usaha Keripik Pisang Kondang Jaya Faktor Peluang Ancaman Eksternal Demografi Ekonomi Kekuatan tawar menawar pembeli Kekuatan tawar menawar pemasok Ancaman produk pengganti Persaingan diantara pesaing yang ada Adanya kredit bagi usaha kecil Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit menuju kota/kabupaten lain, mampu membangkitkan sektor industri makanan Harga bahan baku yang semakin meningkat Bargaining position pembeli kuat Pasokan bahan baku pisang jenis kepok banggala relatif tidak kontinu Barang subtitusi tinggi Jaringan pemasaran pesaing lebih luas

115 199 Ancaman pendatang baru Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri Sumber : Hasil Analisis 7.3 Analisis Matriks IFE dan EFE Berdasarkan informasi pada identifikasi faktor internal dan eksternal, maka disusunlah matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (External Factor Evaluation) yang akan dibahas sebagai berikut: Matriks IFE Matriks IFE diperoleh dari hasil analisis lingkungan internal usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor kunci internal usaha kecil keripik pisang berupa kekuatan dan kelemahan. Kemudian dilakukan pembobotan oleh responden, sehingga diperoleh bobot dari masingmasing faktor kunci internal usaha kecil keripik pisang. Langkah selanjutnya adalah dengan memberikan peringkat (rating) pada faktor-faktor kunci internal tersebut, maka dapat diperoleh hasil seperti pada Tabel 20. Tabel 20. Matriks IFE Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya No Faktor-Faktor Strategis Internal Bobot Rating 1 Total Skor Kekuatan Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja 0, ,182 2 Kondisi modal yang relatif tercukupi 0, ,151 3 Kualitas produk 0, ,348 4 Letak usaha yang strategis 0, ,286 Kelemahan 5 Keterbatasan dalam pencatatan keuangan 0, ,199 6 Harga relatif mahal 0, ,139 Belum memiliki sertifikat halal dan izin 7 Depkes 0, ,217 8 Penggunaan alat produksi yang relatif masih 0, ,215

116 200 sederhana 9 Kemasan produk yang relatif sederhana 0, , Daerah pemasaran masih terbatas 0, , Kegiatan Promosi produk 0, , Inovasi produk 0, ,108 1,000 2,154 Sumber : Hasil Analisis (Diolah) Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa faktor kunci internal yang mempunyai skor kekuatan tertinggi adalah kualitas produk keripik pisang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,087 dengan rating 4 dan skor sebesar 0,348. Faktor kunci ini merupakan peluang utama bagi usaha kecil keripik pisang ini karena kualitas produk keripik pisang memiliki tingkat kepentingan terbesar bagi pengembangan usahanya ke depan. Selain identifikasi terhadap kekuatan internal usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, matriks IFE juga menunjukkan berbagai kelemahan yang selama ini dimiliki usaha kecil keripik pisang ini. Faktor kunci internal yang menjadi kelemahan terbesar usaha ini adalah daerah pemasaran produk keripik pisang, yang memiliki bobot 0,061 dengan rating 1 sehingga skornya adalah 0,061. Hasil analisis matriks IFE pada usaha kecil keripik pisang ini yang meliputi seluruh faktor kunci internal (kekuatan dan kelemahan) adalah nilai skor sebesar 2,154. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha kecil keripik pisang ini berada pada level rata-rata di dalam kekuatan internal seluruhnya, sehingga usaha ini dituntut lebih optimal dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki serta mereduksi kelemahan yang ada dalam mencapai keberhasilan usahanya Matriks EFE Matriks EFE mengidentifikasi faktor-faktor kunci eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil keripik pisang pada kondisi

117 201 aktual saat ini. usaha kecil keripik pisang ini dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dari pengaruh lingkungan eksternal untuk keberlanjutan usahanya. Peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Matriks EFE Usaha Kecil Keripik Psang Kondang Jaya No Faktor-Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Total Skor Peluang 1 Adanya kredit bagi usaha kecil 0, ,353 2 Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit, mampu membangkitkan 0, ,478 sektor industri makanan Ancaman 3 Harga bahan baku yang semakin meningkat 0, ,104 4 Bargaining position pembeli kuat 0, ,253 Pasokan bahan baku pisang jenis 5 kepok banggala relatif tidak kontinu 0, ,249 6 Barang subtitusi tinggi 0, ,105 7 Jaringan pemasaran pesaing lebih luas 0, ,194 Tidak ada hambatan bagi pendatang baru 8 untuk memasuki industri 0, ,332 1,000 2,068 Sumber : Hasil Analisis (Diolah) Berdasarkan Tabel 21. menunjukkan bahwa faktor kunci eksternal yang memberikan peluang terbesar bagi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya, adalah Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan. Hal ini ditunjukkan oleh bobot terbesar yang dimiliki faktor kunci eksternal ini, yaitu sebesar 0,159 dengan rating sebesar 3 dan Total Skor sebesar 0,478. Kota Bogor sebagai wilayah hinterland Kota Jakarta memberikan banyak memberikan peluang bagi usaha untuk berkembang. Faktor kunci eksternal yang memberikan ancaman terbesar bagi usaha kecil keripik pisang adalah harga bahan baku yang semakin meningkat. Hal ini

118 202 ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,104 dengan rating 1 dan skor sebesar 0,104. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga bahan baku yang semakin meningkat memiliki pengaruh yang signifikan dalam biaya operasional usaha ini. Biaya operasional yang meningkat, menyebabkan harga produk keripik pisang yang ditawarkan usaha ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk pesaing, dan sekaligus memberikan ancaman bagi keberlangsungan usaha. Perubahan tersebut harus ditanggapi dengan bijak oleh pemilik usaha kecil keripik pisang ini, sehingga kelangsungan hidup usaha terjamin. Sejauh ini respon usaha kecil keripik pisang terhadap ancaman ini berada pada tingkatan dibawah rata-rata, hal ini terlihat dari besarnya rating yang diberikan. Hasil analisis matriks EFE pada usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya yang meliputi seluruh faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) adalah nilai skor sebesar 2,068. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berada pada level menengah dalam usahanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang eksternal atau menghindari ancaman yang ada dalam mencapai keberhasilan usahanya. 7.4 Matriks IE dan SWOT Hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks EFE, maka dapat disusun selanjutnya dalam matriks Internal-Eksternal. Analisis Matriks IE ini digunakan untuk mengetahui posisi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash saat ini. Matriks IE didasarkan pada nilai tertimbang yang diperoleh pada matriks EFE dan IFE. Nilai tertimbang IFE sebesar yang menggambarkan perusahaan berada pada kondisi internal ratarata, tidak terlalu kuat dan tidah terlalu lemah. Nilai tertimbang EFE sebesar 2.068

119 203 menggambarkan respon yang diberikan oleh usaha kecil keripik pisang kepada lingkungan eksternalnya tergolong sedang dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Matriks IE dari usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dapat terlihat pada Gambar 13. Total Nilai Tertimbang IFE (2,154) Total Tinggi Nilai 3,0-4,0 Tertimbang EFE (2,069) Rata-Rata 2,0-2,99 Rendah 1,0-1,99 3,0-4,0 2,0-2,9 1,0-1,99 Kuat Rata- Rata Lemah I II III IV Usaha Kecil Keripik Pisang KOperasi BMT Al-Ikhlaash (Hold and Maintain) VI VII VIII IX Gambar 13. Matriks IE Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Berdasarkan Gambar 15 posisi dari usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya berada pada sel V (Hold and Maintain). Sehingga strategi yang sebaiknya diterapkan usaha tersebut pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar dari produk yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih gencar. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk yang sudah ada atau mengembangkan yang baru. Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal usaha maka dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi strategi ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT, yang nantinya akan menjadi

120 204 bahan acuan dalam penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai penentu prioritas strategi. Formulasi strategi pada usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dapat dilihat pada Gambar 14.

121 104 EKSTERN INTERNA L Peluang (O-Oppurtuities) 1.Adanya kredit bagi usaha kecil 2.Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan Ancaman (T-Threats) 1.Harga bahan baku yang semakin meningkat 2.Bargaining position pembeli kuat 3.Pasokan bahan baku pisang jenis kepok banggala relatif tidak kontinu 4.Barang subtitusi tinggi 5.Jaringan pemasaran pesaing lebih luas 6.Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri Kekuatan (S-Strenghts) 1. Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja 2. Kondisi modal yang relatif tercukupi 3. Kualitas produk 4. Letak usaha yang strategis Strategi S-O 1. Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (S1, S2, S3, S4, O1, dan O2) Strategi S-T 1. Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama secara kontinu (S2, S3, S4, T1, T5 dan T6) 2. Melakukan efisiensi biaya produksi (S1,S2,S3, T1, T2, T3,T4,T5, T6) Kelemahan (W-Weakness) 1. Keterbatasan dalam pencatatan keuangan 2. Harga relatif mahal 3. Belum memiliki sertifikat halal dan izin Depkes 4. Penggunaan alat produksi yang masih sederhana 5. Kemasan produk yang relatif sederhana 6. Daerah pemasaran masih terbatas 7. Kegiatan Promosi produk 8. Inovasi produk Strategi W-O 1. Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran (W1,W2, W3, W4, W5,W6,W7,W8, O1, dan O2,) 2. Memperbaiki sistem manajemen usaha (W1, W3, W4,W5,W6,W7,W8, dan O1) Strategi W-T 1. Melakukan mengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi barang subtitusi yang tinggi ((W1,W2, W3, W4, W5,W6,W7,W8, T1, T2, T3,T4,T5, dan T6) 2. Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikat halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image produk (W4,W5,W7,T2,T3,T4,T5) Gambar 14. Analisis Matriks SWOT Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya

122 105 Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada Gambar 8, maka, maka dapat diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash, yaitu Strategi S-O, Stategi W-O, Strategi S-T dan Strategi W-T. STRATEGI SO Strategi S-0 adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi S-0 bagi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang Produk usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya berasal dari bahan baku alami, tanpa bahan pengawet dan tanpa ditambah pewarna buatan. Mempertahankan kualitas produk dapat dilakukan oleh usaha kecil keripik pisang ini dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki, sebagai salah satu contohnya perusahaan tetap menggunakan bahan baku pisang kepok jenis Banggala dalam proses produksinya, sehingga kualitas produksi dapat terus dipertahankan. Usaha keripik pisang ini harus dapat mempertahankan kualitas produk tersebut sehingga kepuasan konsumen dapat terpenuhi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa harga yang ditetapkan pada prduk keripik pisang ini relatif tinggi, namun dengan kualitas produk yang baik produk keripik pisang Kondang Jaya ini dapat terus ditingkatkan pengembangannya. STRATEGI W-O

123 106 Strategi W-0 adalah strategi yang bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi W-0 bagi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya terdiri dari: 1. Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran Pemasaran produk keripik pisang Kondang Jaya yang ada saat ini masih terfokus pada beberapa minimarket dan warung-warung kecil di Kota Bogor. Perusahaan dapat mencoba mencari pasar baru seperti jalur puncak yang merupakan jalur daerah wisata, dimana di sepanjang jalur tersebut terdapat banyak cafe-cafe, toko-toko makanan ringan dan mini market. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan penguasaan pangsa pasar. Pada strategi ini usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya diharapkan dapat terus menjalin hubungan baik dengan konsumen, bahkan untuk kedepannya diharapkan usaha ini dapat menjalin hubungan kepada Pemerintah Daerah Kota Bogor khususnya Dinas Perindustian dan Perdagangan Kota Bogor. Hubungan yang baik akan membentuk citra yang baik pula bagi perusahaan, sehingga jaringan yang ada semakin mudah dibentuk dan dikembangkan. Strategi pengembangan pasar dilakukan untuk merebut peluang pasar yang belum tergarap atau dengan memenuhi permintaan pasar tersebut. Posisi suatu perusahaan di pasar ditentukan seberapa besar usaha yang bersangkutan menguasai pasar yang ada. Potensi yang dimiliki usaha kecil keripik pisang ini sangat mendukung untuk melakukan strategi ini. 2. Memperbaiki sistem manajemen usaha Strategi ini bertujuan membenahi struktur usaha yang telah dijalankan secara lebih baik dan terarah. Dalam usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya,

124 107 kegiatan manajemen seluruhnya dilakukan oleh pemilik perusahaan, hal ini dapat menyebabkan tidak tersusun dan hanya mengandalkan pada satu orang yaitu pemilik usaha saja, sehingga dirasa perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam usaha kecil keripik pisang tersebut. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting yang dapat menunjang keberhasilan usaha. Cara untuk memperbaiki sistem manajemen dalam perusahaan adalah dengan menjalankan bagian-bagian fungsional dalam manajemen usaha seperti bagian produksi dengan memberikan tugas dan fungsi yang jelas dan juga keteraturan dalam bagian keuangan, dengan adanya perbaikan pada sistem manajemen ini diharapkan usaha kecil keripik pisang mampu menggunakan peluang-peluang yang ada untuk mengembangkan usahanya. STRATEGI ST Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi S-T bagi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya adalah : 1. Mengupayakan ketersediaan bahan baku secara kontinu Strategi ini diperlukan untuk menjamin keberlanjutan usaha kecil keripik pisang ini. Selama ini sulitnya bahan baku masih menjadi persoalan dalam usaha keripik pisang ini, karena jenis pisang yang digunakan sebagai bahan baku cukup langka. Selama ini bahan baku keripik pisang pada usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya berasal dari wikayah-wilayah di sekitar Bogor, antara lain: Luewiliang, Parung Aleng, dan Kampung Pasir dan juga wilayah-wilayah di luar Bogor seperti Cianjur dan Lampung. Bahan baku yang berasal dari luar wilayah

125 108 Bogor umumnya dapat diakses jika jumlah pembeliannya dalam jumlah besar. Namun karena selama ini tingkat pembelian bahan baku relatif kecil jumlahnya, maka pemilik usaha kecil keripik pisang ini hanya dapat mengandalkan bahan baku yang bersumber dari daerah Bogor saja. Berdasarkan hal tersebut, maka hal yang harus dilakukuan untuk mempermudah akses terhadap bahan baku adalah memperluas pasar produk keripik pisang terlebih dahulu. Saat pasar produk sudah besar maka bahan baku dapat diakses dengan lebih efisien. 2. Melakukan efisiensi biaya produksi Kenaikan harga minyak goreng, mentega dan kenaikan bahan baku minyak (BBM) membuat usaha kecil keripik pisang ini harus melakukan efisiensi biaya produksi. Kenaikan harga BBM menyebabkan industri-industri cenderung melakukan konversi bahan bakarnya dari minyak tanah kepada gas, tidak terkecuali usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Untuk melindungi industri-industrinya, Pemerintah Kota Bogor melalui Himpunan Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswana Migas) menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET), secara resmi minyak tanah (mitan) di Bogor sebesar Rp 2.300,- per liter. Kebijakan itu dilakukan guna menstabilkan harga eceran minyak tanah di sejumlah agen yang ada di Bogor. Kebijakan tersebut diambil berdasarkan keputusan bersama Disperindag, agen, DPRD dan perwakilan konsumen di Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya harus dilibatkan dalam program pemerintah tersebut, agar efisiensi biaya produksi dalam proses produksi dan operasi dapat tercapai dan akhirnya usaha ini mampu bersaing dengan pesaing. STRATEGI W-T

126 109 Strategi W-T adalah strategi yang bertujuan mengurangi kelemahan internal yang dimiliki untuk menghindari ancaman lingkungan. Strategi W-T bagi usaha kecil keripik pisang ini adalah : 1. Melakukan pengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi barang subtitusi yang tinggi Pengembangan produk dilakukan agar konsumen mempunyai alternatif untuk membeli produk-produk yang dihasilkan. Strategi pengembangan produk mempunyai tujuan agar perusahaan yang ada di dalam suatu industri dapat meningkatkan penjualan dengan cara mebuat suatu perbedaan atau memodifikasi produk-produk yang ada. Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya belum melakukan diversifikasi terhadap produk yang dihasilkan, yaitu usaha ini hanya menghasilkan satu rasa keripik pisang yaitu rasa asin alami. Padahal dalam proses produksi keripik pisang dapat dibuat inovasi produk keripik dengan beraneka rasa yiatu rasa manis dengan rasa coklat, rasa asin dengan rasa keju seperti yang dilakukan usaha keripik pisang Suseno di Bandar Lampung. Sehingga untuk pengembangan ke depannya perlu dilakukan penganekaragaman rasa dari produk keripik pisang yang dihasilkan usaha kecil keripik pisang ini. 2. Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk meningkatkan image produk Produk usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya perlu memperbaiki kondisi kemasan yaitu kemasan harus didesain lebih menarik, misalnya dengan memberi warna yang menarik pada kemasan. Selain itu upaya untuk memperoleh sertifikasi halal dan izin Depkes harus terus dilakukan. Upaya ini diperlukan untuk meningkatkan kemudahan bagi pemilik usaha dalam memasarkan

127 110 produknya, karena saat ini masyarakat cenderung berhati-hati terhadap produk yang dibelinya Tahap Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha Berdasarkan hasil analisis matriks IE (Internal-External) dan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) diperoleh alternatif strategi sebanyak delapan alternatif. Alternatif-alternatif strategi tersebut nantinya diharapkan dapat diterapkan di dalam manajemen usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Setelah mendapatkan alternatif-alternatif strategi kemudian dilakukan penentuan prioritas. Alternatif strategi yang telah diperoleh dianalisa untuk memilih strategi yang akan diprioritaskan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). yang memakai softvare Expert Choice Kriteria strategi harus sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, penentuan kriteria strategi dilakukan berdasarkan hasih pengisian kuisioner dan wawancara dengan para pelaku usaha. Model hirarki usaha kecil keripik pisang koperasi ini terbagi menjadi tiga level. Level pertama merupakan goal atau fokus dari hirarki yaitu stretegi utama pengembangan usaha, level dua merupakan faktor yang mempengaruhi formulasi strategi yang terdiri dari beberapa kriteria strategi yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk, dan level tiga merupakan alternatif strategi yang dirumuskan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diformulasikan dalam matriks IE (Internal-External) dan SWOT {Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Alternatif strategi yang terdapat pada level

128 111 tiga dapat menentukan prioritas strategi yang aapat diimplementasikan oleh usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dalam mengembangkan usahanya. Tingkat 1 : Tujuan Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang Kondang Jaya Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor Tingkat 2 : Kriteria Strategi Penetrasi Pasar Pengembangan Produk Tingkat 3 : Alternatif Strategi SO1 WO1 WO2 ST1 ST2 WT1 WT2 Keterangan : SOI = Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang WOl = Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran W02 = Memperbaiki sistem manaemen usaha ST1 = Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama secara kontinu ST2 = Melakukan efisiensi biaya produksi WT1 = Melakukan mengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi WT2 = barang Memperbaiki subtitusi bentuk yang tinggi kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image produk Gambar 15. Model Hirarki Strategi Utama Pengembangan Usaha Analisis Hasil Pengolahan Horisontal Analisis horisontal diketahui untuk mengetahui prioritas relatif setiap elemen terhadap level diatasnya. Pengolahan horisontal belum memperlihatkan prioritas seluruh elemen strategi terhadap fokus hirarki.

129 Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi Level dua dari model hirarki strategi pengembangan usaha menunjukkan dua kriteria strategi yang mendukung pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Hasil pengolahan horisontal pada kriteria strategi menunjukkan prioritas dari kriteria strategi dalam menetapkan strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Penetapan prioritas kriteria dilakukan melalui penggabungan hasil analisis dari pendapat individu sehingga diperoleh hasil analisis pendapat gabungan dengan menggunakan software Expert Choice Level dua dari hirarki keputusan menunjukkan tiga elemen kriteria strategi perusahaan dalam pengembangan usahanya, yaitu : 1. Penetrasi pasar 2. Pengembangan produk Hasil pengolahan horisontal elemen-elemen kriteria strategi dalam menetapkan strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi Kriteria Strategi Bobot Gabungan Prioritas Penetrasi pasar 0,645 1 Pengembangan produk 0,355 2 Rasio Inkonsistensi 0,00 Sumber: Hasil olahan, 2009 Kriteria strategi penetrasi pasar merupakan kriteria yang memiliki prioritas utama dengan bobot sebesar 0,645. Kriteria tersebut ditentukan oleh usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Menurut pemilik usaha penetrasi pasar merupakan suatu hal yang penting dalam menjalankan sebuah usaha. Adanya

130 113 penetrasi pasar yang dilakukan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya diharapkan mampu mencari pangsa pasar yang lebih besar melalui pemasaran yang lebih gencar. Hasil perhitungan AHP dari hasil pengolahan horisontal elemen kriteria strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang koperasi BMT Al-Ikhlaash dapat dilihat pada Lampiran Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi Hasil pengolahan horisontal alternatif strategi merupakan hasil pengolahan hirarki pada tingkat tiga. Pengolahan tersebut dilakukan untuk mengetahui prioritas strategi terhadap masing-masing kriteria strategi yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Tingkat tiga dari hirarki keputusan berisi tentang alternatif-alternatif strategi yang dapat dilaksanakan oleh usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dalam melakukan pengembangan usahanya. Alternatif-alternatif strategi yang terdapat pada tingkat tiga disusun berdasarkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diformulasikan dalam matriks IE dan matriks SWOT. Tabel 23. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi Kriteria Strategi SOI WOl W02 ST1 ST2 VVT1 WT2 CR Penetrasi Pasar Pengembangan Sumber : Hasil olahan, 2009 Hasil pengolahan horisontal terhadap alternatif strategi pada Tabel 23 menunjukkan bahwa pada kriteria penetrasi pasar, strategi yang menempati prioritas pertama adalah meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran (WOI) dengan bobot 0,285. Jaringan pemasaran merupakan salah satu faktor

131 114 yang dapat mempengaruhi keberlanjutan dari usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Prioritas kedua adalah Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (S01) dengan bobot sebesar 0,148. Melalui penciptaan kualitas yang produk yang baik akan menyebabkan kemampuan menjaring konsumen dari berbagai kalangan. Berbagai prioritas yang ada pada kriteria strategi penetrasi pasar dapat dilihat pada Tabel 23. Hasil pengolahan AHP kriteria starategi penetrasi pasar dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil pengolahan horisontal pada kriteria pengembangan pasar menunjukkan bahwa prioritas pertama strategi adalah Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (SOI) dengan bobot 0,206. Mutu produk keripik pisang merupakan hal dasar bagi konsumen dalam memilih produk keripik pisang tersebut. Prioritas kedua dalam kriteria pengembangan produk adalah Meningkatkan dan memperkuat jaringan untuk pengembangan pasar (S02) dengan bobot sebesar 0,141 dan juga Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image produk dengan bobot yang sama yaitu 0,141. Melalui pengembangan jaringan pemasaran diharapkan konsumen semakin meningkat. Urutan strategi selanjutnya dalam kriteria pengembangan produk dapat dilihat pada Tabel 23, dan hasil pengolahan AHP kriteria starategi penetrasi pasar dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dapat dilihat pada Lampiran 5.

132 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Pengolahan vertikal dilakukan untuk mengetahui prioritas secara menyeluruh setiap elemen pada tingkat tertentu terhadap fokus utama hirarki. Pengolahan vertikal dilakukan setelah matriks pendapat individu diolah menjadi matriks pendapat gabungan secara horisontal dan telah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi sebesar < 10 persen Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi Pengolahan vertikal pada elemen kriteria strategi dilakukan untuk melihat prioritas secara menyeluruh setiap elemen pada tingkat dua terhadap sasaran utama (fokus) hirarki yaitu strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Hasil pengolahan vertikal terhadap elemen kriteria strategi dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi Kriteria Strategi Bobot Gabungan Prioritas Penetrasi pasar 0,645 1 Pengembangan produk 0,355 2 Rasio Inkonsistensi 0,00 Sumber : Hasil Olahan, 2009 Hasil pengolahan vertikal elemen kriteria strategi menunjukkan bahwa hasil tersebut memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi sebesar < 10 persen. Kriteria strategi yang menjadi prioritas utama perusahaan dalam mengembangkan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya adalah penetrasi pasar dengan bobot sebesar 0,645. Prioritas kedua adalah pengembangan produk yang memiliki bobot sebesar 0,355. Lebih jelas hasil olahan AHP dapat dilihat pada Lampiran 6.

133 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi Pengolahan vertikal terhadap alternatif strategi dilakukan untuk mengetahui prioritas menyeluruh masing-masing alternatif kriteria strategi pada tingkat tiga terhadap sasaran utama (fokus) hirarki yang terdapat pada tingkat satu. Tabel 25. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi Alternatif Strategi Bobot Prioritas SOI 0,168 2 WOl 0,234 1 WO2 0,124 4 ST1 0,128 3 ST2 0,121 5 WT1 0,108 8 WT2 0,117 6 Rasio Inkonsistensi 0,03 Sumber : Hasil Olahan, 2009 Hasil pengolahan vertikal terhadap alternatif strategi pada Tabel 25 menunjukkan bahwa prioritas utama untuk mengembangkan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya adalah dengan melakukan strategi peningkatan jaringan untuk pengembangan pasar (WOI) dengan bobot 0,234. Strategi tersebut merupakan salah satu langkah penting dalam mengembangkan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya. Prioritas kedua hasil pengolahan vertikal adalah mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (S01) dengan bobot sebesar 0,168. Melalui pengembagan kualitas produk diharapkan pemilik usaha akan memperoleh laba lebih besar dan keberlanjutan usaha terjamin. Hasil pengolahan AHP kriteria starategi pengembangan usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya dapat dilihat pada Lampiran 7.

134 117 DAFTAR PUSTAKA Astono, Yuli Widy Strategi Pengembangan Bisnis Jagung Manis (zea mays saccharata, Sturth) pada CV. Bintang Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Basri, F Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta, Penerbit Erlangga. David, R. F Manajemen Strategi : Konsep-Konsep. Edisi Ketujuh. Indeks. Jakarta. Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Hortikultura Road Map Pisang. Pasca Panen, Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pisang Departemen Koperasi UKM Diperoleh dari " (Diakses Tanggal 7 Agustus 2008). Departemen Pertanian Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang. Edisis ke 2. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Elvas Peramalan Penjualan Keripik Pisang dan Nangka pada PD Andalas Mekar Sentosa di Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Husen, A Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Perekonomian Indonesia. Deskriptif. Preskripsi dan kebijakan. A E. Yustika. Malang. Bayumedia Publishing. Gamal, Merza Membangun Koperasi Berbasis Masjid. (Diakses Tanggal 6 Agustus 2008). Ginardi, Eko Gerry Strategi Pengembangan Komoditas Teh di PTPN VIII Goalpara Sukabumi. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Iriani, Cicin Ruli Strategi Pengembangan Bisnis Teh, Studi Kasus di Perkebunan Gedeh PTPN VIII, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

135 118 Karo-Karo, F. W Strategi Pengembangan Kabupaten Karo sebagai Kawasan Agropolitan. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lestari, Sri Perkembangan dan Strategi Pengembangan Pembiayaan usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM). layakan+investasi+usaha+mikro+kecil+dan+menengah+(umkm). (Diakses Tanggal 6 Agustus 2008) Manurung, A. Haymans Wirausaha: Bisnis UKM. Jakarta: Buku Kompas. Marimin, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Gramedia, Jakarta. Pearce, I.I. dan R.B. Robinson, Jr Strategic Management, Formulation, Implementation, and Control. 6 th Ed. Irwin Times Mirror Higher Education Group, Inc. Chicago. Prawirokusumo, S Ekonomi Rakyat (Konsep, Kebijakan, dan Strategi). Yogyakarta, BPFE. Prihatin, Zakiah Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Perusahaan Suseno di Bandar Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rangkuti, Freddy analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Saaty, Thomas L Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Penerjemah: Liana Setiono. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Sidabutar, Juanda H Perancangan Arsitektur Strategik Di Perusahaan Furnitur Panel Wood PT. Cahaya Sakti Furintraco, Bogor. PROGRAM STUDI Manajemen Dan Bisnis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sinurat, Bari Analisis Strategi Pengembangan Usaha Sari Buah mengkudu (Morinda Citrifolia L) pada CV Morinda House, Bogor. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Umar, H Strategic management in Action: konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategis Strategic Business Unit Berdasarkan Konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan Wheelen-Hunger. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wheelen, T. L. Dan J. D. Hunger Manajemen Strategis. Penerbit ANDI, Yogyakarta

136 119 Wibowo, R. P Strategi Pengembangan Bisnis Karet Alam Olahan. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian- IPB. Bogor. Yudhoyono, S. B Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan Pengangguran : Analisis Ekonomi, Politik Kebijakan Fiskal. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana-Institut Pertanian Bogor. Bogor.

137 120 Lampiran 1. Kuesioner SWOT ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH PERUMAHAN BARANGSIANG INDAH, KOTA BOGOR Naamaa IInnffoorrmaann : JJeenni iss PPeekkeerrj jaaaann : JJaabbaat taann : Taannggggaal l PPeennggi issi iaann : Taannddaa Taannggaann : Data ini akan digunakan sebagai bahan penyusunan penelitian atas nama Faisal Onassis Siregar (A ) Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR Oleh: Faisal Onassis Siregar A14105670 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. 100 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian cukup besar saat Indonesia menghadapi tantangan krisis ekonomi yang berkepanjangan. UMKM dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tropika) namun dikenal luas sejak dahulu oleh orang-orang yang tinggal di sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tropika) namun dikenal luas sejak dahulu oleh orang-orang yang tinggal di sekitar 109 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prospek dan Arah Pengembangan Pisang Pisang berasal dari daerah Malesia (Asia Tenggara dan Australia tropika) namun dikenal luas sejak dahulu oleh orang-orang yang tinggal

Lebih terperinci

VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta peluang (opportunities)

VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta peluang (opportunities) 185 VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal Setelah dilakukan analisis faktor-faktor penentu untuk mengidentifikasi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta

Lebih terperinci

BAB VI IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA. lingkungan usaha disebut analisis lingkungan. Lingkungan usaha mencakup

BAB VI IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA. lingkungan usaha disebut analisis lingkungan. Lingkungan usaha mencakup 160 BAB VI IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA Proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan usaha disebut analisis lingkungan. Lingkungan usaha mencakup semua faktor baik yang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusan-keputusan atau tindakan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusan-keputusan atau tindakan 123 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategis Manajemen dalam suatu organisasi meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusan-keputusan

Lebih terperinci

USAHA SUSU KEDELAI. Oleh : A

USAHA SUSU KEDELAI. Oleh : A ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SUSU KEDELAI BUBUK INSTAN (Studi Kasus: PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor) Oleh : AGUS SATRIYO BUDI A14104072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR Disusun Oleh : SYAIFUL HABIB A 14105713 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA. merupakan usaha kecil hasil binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash perumahan

BAB V GAMBARAN UMUM USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA. merupakan usaha kecil hasil binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash perumahan 154 BAB V GAMBARAN UMUM USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA 5.1. Sejarah Usaha Keripik Pisang Kondang Jaya Usaha keripik pisang Kondang Jaya yang menjadi fokus penelitian merupakan usaha kecil hasil

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) Oleh : CITRA WIDYALESTARI A 14105522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A.14105704 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting. Bukan hanya di Indonesia, kenyataannya bahwa posisi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG KABUPATEN KUNINGAN. Oleh UUM SUMIATI H

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG KABUPATEN KUNINGAN. Oleh UUM SUMIATI H STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG KABUPATEN KUNINGAN Oleh UUM SUMIATI H34066126 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SEPATU PADA CV. MULIA CIOMAS, BOGOR. Oleh : Arief Widiatmoko A

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SEPATU PADA CV. MULIA CIOMAS, BOGOR. Oleh : Arief Widiatmoko A ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SEPATU PADA CV. MULIA CIOMAS, BOGOR Oleh : Arief Widiatmoko A14102135 DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN ARIEF

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA Oleh : NURSYAMSIYAH A14102046 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pengembangan agribisnis yang dicanangkan pemerintah saat ini ditujukan dalam rangka untuk menempatkan sektor pertanian dengan wawasan agribisnis sebagai motor

Lebih terperinci

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS Oleh TUTUT RETNO LESTARI A 14102716 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk olahan yang bernilai ekonomi, sekaligus menjadi suatu tahapan pembangunan pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : SUHENDRI A 14105610 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditas pangan yaitu pangan potensial ekspor. Besarnya produksi, luas panen

I. PENDAHULUAN. komoditas pangan yaitu pangan potensial ekspor. Besarnya produksi, luas panen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia pada tahun 2015-2019 memfokuskan pembangunan pertanian pada pengolahan produk pangan. Pengolahan akan menyasar lima kelompok komoditas pangan, yakni

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGIK (Studi Kasus BANISI, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat)

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGIK (Studi Kasus BANISI, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat) PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGIK (Studi Kasus BANISI, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat) BAIQUNI ARDHI A14104067 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Sentra Produksi Pisang di Lampung. Tanjung Karang merupakan Ibukota sekaligus pusat pemerintahan provinsi Lampung, sebagai salah satu provinsi sentra produksi utama

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan 144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

4.1.2 Struktur Organisasi Milkfood Barokah

4.1.2 Struktur Organisasi Milkfood Barokah 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Milkfood Barokah Milkfood Barokah merupakan usaha mikro yang memiliki kegiatan usaha memproduksi minuman susu olahan. Milkfood Barokah

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul Program KERIPIK PISANG ANEKA RASA BERBASIS PEMASARAN KOPERASI SISWA SEKOLAH SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA MUTUALISME.

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul Program KERIPIK PISANG ANEKA RASA BERBASIS PEMASARAN KOPERASI SISWA SEKOLAH SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA MUTUALISME. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul Program KERIPIK PISANG ANEKA RASA BERBASIS PEMASARAN KOPERASI SISWA SEKOLAH SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA MUTUALISME. B. Latar Belakang Potensi produksi buah pisang di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi buah-buahan di Indonesia seperti nanas, salak, pisang, dan pepaya cukup tinggi. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2009), produksi buah-buahan Indonesia

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

Oleh : THOMSON BERUTU A

Oleh : THOMSON BERUTU A ANALISIS MANAJEMEN STRATEGI GIANT (PT. HERO SUPERMARKET, Tbk.) DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN RITEL DI KOTA BOGOR (Studi Kasus di Giant PT. Hero Supermarket, Tbk. Botani Square) Oleh : THOMSON BERUTU A 14105616

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM. Oleh. MASTA HERAWATI br SINULINGGA

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM. Oleh. MASTA HERAWATI br SINULINGGA ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM Oleh MASTA HERAWATI br SINULINGGA A07400002 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah. UMKM merupakan bentuk usaha yang lebih sering kita jumpai dibandingkan dengan Usaha Besar (UB).

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) Oleh: NAOMI MUTIARA ERITA S. A14103571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang biasa disingkat UMKM, selama

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang biasa disingkat UMKM, selama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang biasa disingkat UMKM, selama ini merupakan salah satu sektor yang menjaga pertumbuhan ekonomi nasional khususnya ketika terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1. Kuesioner kajian. STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR ( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet )

STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR ( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet ) STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR ( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet ) Oleh : ZULYAN FIRDAUS AFIF A14105630 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak: Perubahan lingkungan industri dan peningkatan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah pelaku usaha yang dalam menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp 1.000.000.000 per tahun dan biasanya

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. Pisang selain mudah didapat karena

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA Irma Wardani,Mohamad Hanif Khoirudin Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi UNIBA

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI 7.1 Analisis Lingkungan Perusahaan Hasil analisis lingkungan perusahaan dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu Lampiran 2. Kegiatan Wawancara dan Lokasi Penelitian Wawancara dengan Pemilik Usaha Lokasi Usaha Gebyar Cakalang Lampiran 3. Kegiatan pemindangan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A14105695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan beriklim tropis merupakan kawasan yang hanya memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas dan musim hujan di kawasan ini memiliki intensitas

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI ITA FUSFITAWATI H34053987 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketela pohon (Manihot utilissima) adalah salah satu komoditas pangan yang termasuk tanaman penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A 14105587 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, dari jumlah penduduk tersebut sebagian bekerja dan menggantungkan sumber perekonomiannya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR Oleh : NOVA RESKI SEPTINA K A14104117 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan

VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN 6.1. Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan Faktor-faktor strategis merupakan beberapa elemen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional sangat penting karena sektor ini mampu menyerap sumber daya yang paling besar dan memanfaatkan sumber daya yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis pada saat itu telah mengganggu seluruh

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

IX. FORMULASI STRATEGI. pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis

IX. FORMULASI STRATEGI. pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis IX. FORMULASI STRATEGI Formulasi strategi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap masukan, tahap pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis matriks IFE dan EFE, tahap pencocokkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian. Ekspor negara Indonesia banyak dihasilkan dari sektor pertanian, salah satunya hortikultura

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan kategori bisnis berskala kecil menengah yang dipercaya mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA Oleh AIDI RAHMAN H 24066055 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PERTANIAN OLEH RIFI YANTI 0810221051 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI DE AULIA RAMADHAN H34066030 PROGRAM PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci