BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Dan Letak Ruangan Server. Lampiran Kondisi ruang server

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Dan Letak Ruangan Server. Lampiran Kondisi ruang server"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Dan Letak Ruangan Server Lampiran Kondisi ruang server Ruang server sebagaimana sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, sebagai salah satu asset perusahaan yang harus di jaga keberadaanya, ada pertanyaan tentang bagaimanakah ruang server atau sering disebut sebagai data center 50 P a g e

2 yang dianggap ideal?. Dilihat dari kacamata IT, paling tidak harus ada control terhadap hal berikut ini: 1. Physical security control (misalnya: acces control pin/finger scan, closed room, log book). 2. Environment control (misalnya: AC, fire protection, leakage protection, raised floor, electrical fault protection). Namun pada prakteknya ruangan server atau data center yang ada sering kali tidak dalam kondisi ideal, hal ini dikarenakan banyak faktor seperti: 1. Salah kaprah fungsi data center. Seharusnya data center terlindungi dengan baik, dari akses-akses yang tidak dikehendaki. Seharusnya data center dalam ruangan tertutup yang tidak semua orang tahu. Tapi masalahnya Banyak perusahaan memandang datacenter adalah sesuatu yang harus di expose, dipajang dan ditampilkan. Hal ini terjadi mengingat biaya investasi yang tinggi. Sehingga seringkali datacenter justru merupakan ruangan yang dikelilingi oleh kaca tembus pandang. 2. Strategi pengembangan yang kurang tepat. Banyak perusahaan tidak membuat raised floor karena pada awal perencanaan tidak menduga bahwa data center akan menjadi besar. Tidak dilengkapi dengan AC khusus karena mengira konsumsi panas tidak terlampau tinggi. Dan lain sebagainya seperti kondisi ruangan dalam perusahaan itu sendiri. 3. Egoisme antar department. Pengembangan datacenter merupakan wewenang dari departement IT datacenter misalnya, tapi ada departement lain seperti IT security, IT planning 51 P a g e

3 yang merasa memiliki wewenang dalam data center tersebut. Akibatnya disharmonisasi, konflik antar system hingga lepas tangan menjadi pemandangan sehari-hari yang mengakibatkan data center tidak ideal. Berikut ini gambaran kondisi ruang server dalam penelitian, tidak seperti yang tergambarkan sebagai ruang server yang ideal, dan disi penulis hanya mengulas pada sisi beban kalor pendinginan yang diperlukan oleh ruangan ini. Hasil pengukuran pada siang hari suhu ruangan berkisar 23ºC dengan kelembababan ±60%, sedang suhu diluar ruangan sekitar 25ºC dengan kelembaban sekitar 70%, dan pengukuran yang lain yaitu pada saat AC sentral dari gedung sudah dimatikan dan menggunakan AC split 2 PK suhu di dalam ruang server 24ºC dengan kelembaban sekitar 62%, dan suhu di luar ruang server adalah 30ºC dengan kelembaban sekitar 75%. Dari kondisi tersebut suhu yang diinginkan dalam ruang server adalah 21ºC dengan kelembaban 50% Lebih simpelnya kami sajikan dalam tabel sbb: Tabel pengukuran: Pengukuran Suhu/Kelembaban (1) Suhu/Kelembaban (2) Interior ruangan 23 C / 60% 24 C / 62% Exterior ruangan 25 C / 70% 30 C / 75% Suhu diningikan 21 C / 50% 21 C / 50% 52 P a g e

4 4.1.2 Letak ruang server Seperti yang terlihat pada gabar 4.1 diatas, bahwa letak ruangan server ini berada di dalam gedung sebuah perkantoran Jl. Jend. Sudirman Kav Lot 25 Jakarta Selatan 12190, yaitu kantor yang bergerak pada bidang layanan jasa informasi real time Bursa Efek Indonesia, dimana tepatnya ruangan ini memiliki posisi berada di tengah-tengah gedung, sebelah barat bersisian dengan ruang sekretaris direksi (setdit), sebelah utara dan timur bersisian dengan kantor orang lain dan sebelah selatan bersebelahan dengan ruang meeting. Dengan demikian kalor radiasi dari sinar matahari secara langsung tidak berpengaruh terhadap suhu yang ada didalam ruangan server, namun kalor radiasi matahari terjadi pada ruangan sebelahnya sehingga secara tidak langsung memberikan dampak pemanasan pada ruangan sisi luar. 4.2 Jenis Kalor Yang Ada Pada Ruangan Server Lampiran 4 53 P a g e

5 Untuk menentukan kapasitas unit pendingin suatu ruangan, kita harus memperhatikan panas-panas yang dapat timbul pada ruangan itu, dimana panas tersebut nantinya akan menjadi beban yang harus diperhitungkan. Adapun beberapa faktor panas yang harus diperhitungkan antara lain : 1. Rambatan panas dari luar yang timbul dari dinding penyekat/partisi ruangan. 2. Rambatan panas atap dak beton dengan lapisan langit-langit. 3. Panas yang masuk bersamaan udara luar sewaktu pintu dibuka. 4. Panas yang timbul dari badan sipenghuni. 5. Panas yang timbul dari lampu penerangan. 6. Panas yang timbul dari alat perlengkapan listrik. 7. Rambatan panas melalui lantai. 8. Rambatan panas dari dinding kaca penyekat. 9. Rambatan panas dari pintu berbahan kayu. 4.3 Menghitung Kalor Pada Ruang Server Kalor sensibel dinding penyekat/partisi Menghitung kalor sensibel pada dinding penyekat atau partisi, berikut ini rumus dan tabel koefisien transmisi dari kalor sensibel dinding. Kalor sensibel pada dinding dapat ditentukan dengan perhitungan luas dinding (m²) dikalikan dengan koefisien transmisi kalor dari dinding (kcal/ m².h. C) dikali dengan selisih temperatur ekivalen dari radiasi matahari ditambah dengan selisih temperatur ekivalen dari temperatur atmosfir ( C). 54 P a g e

6 Perhitungan kalor sensibel pada dinding secara matematis dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut: Qd = Ad x Kd x ( tm + ta) Dimana: Qd = Kalor sensibel dinding (kcal/m².h. C) Ad = Luas permukaan dinding (m 2 ) Kd = Nilai koefisien transmisi kalor dinding (kcal/ m².h. C) tm = Beda temperatur ekivalen dari radiasi matahari ( C) ta = Beda temperatur ekivalen dari temperatur atmosfir ( C). Tabel 4.1 koefisien transmisi kalor dari dinding Koefisien Tebal dinding transmisi kalor K (kcal/m².h. C) Lapisan (biasa) Bagian utama Atap luar menonjol ke luar 5 mm 12 mm 3,08 Adukan semen di luar 15 mm Beton 150 mm 2,89 Adukan di luar 15 mm 200 mm 2,62 Plester 3mm 250 mm 2,05 Batu bata 210 mm 1,62 50 mm 4,75 Tanpa lapisan Beton 100 mm 4, mm 3,15 Tabel 4.2 Koefisien transmisi kalor jendela Satu pelat kaca Tidak tergantung tebal kaca 5,5 kcal/m².h. C Kaca ganda Tidak tergantung tebal kaca 2,2 kcal/m².h. C Blok kaca Tidak tergantung tebal kaca 5,5 kcal/m².h. C 55 P a g e

7 Tabel 4.3 Koefisien kalor gypsum Tabel 4.4 Nilai konversi (W/m².K) terhadap kcal/m².h. C Sesuai dengan hasil konversi 0,170 W/m².K = 0.15 kcal/m².h. C 56 P a g e

8 Tabel 4.5 Temperatur Ekivalen Radiasi Matahari Waktu, pukul Temperatur ( C) ,1 7 26,1 8 29,1 9 25, ,4 11 9, a. Menghitung luas dinding. Berdasarkan hasil pengkukuran dilapangan berikut ini dimensi ruangan server yang didapat seperti pada tabel dibawah ini: Pengukuran Panjang tinggi Luas Jumlah Dinding 1 9,5m 2,7 m 25,65 m² 1 Dinding 2 9,5 m 2,7 m 25,65 m² 1 Kaca jendela 2,0 m 2,0 m 4 m² 1 Pintu Kayu 0.2 m 7,0 m 1,4 m² 1 Sesuai dengan nilai pengukuran yang tertera pada tabel diatas berikut ini hasil perhitungan dan penjabarannya. 57 P a g e

9 Jawab: Luas dinding 1 = (p. l) = (9,5 x 2,7) = 25,65 m 2 Luas dinding 2 = (p. l) = (9,5 x 2,7) = 25,65 m 2 Luas Kaca jendela = (p. l) = (2,0 x 2,0) = 4 m 2 Luas Pintu Kayu = (p. l) = (0,2 x 7,0) = 1,4 m 2 Luas total dinding = 51,30 Luas kaca jendela = 2 x 2 = 4 m 2 Luas Pintu Kayu = 0,2 x 7 = 1,4 m 2 Luas dinding sebenarnya = Luas dinding penuh Luas kaca luas pintu =,, =, m 2 b. Mengitung transmisi kalor K dari dinding. Berdasarkan hasil perhitungan luas total dinding penyekat ruangan server yang berbentuk bangun ruang balok, termasuk bagian kaca dan kayu adalah 55,30m 2, dan hasil pengamatan dilapangan dinding partisi pembatas Ruangan server terbuat dari gypsum, sesuai dengan tabel koefisien K gypsun adalah kcal/m².h. C. Jawab: Diketahui sampling dari hasil pengukuran suhu dilapangan sebagai berikut, (pengukuran dilakukan pada siang hari): 58 P a g e

10 Pengukuran Suhu/Kelembaban (1) Suhu/Kelembaban (2) Interior ruangan 21 C / 50% 21 C / 50% Exterior ruangan 25 C / 70% 30 C / 75% Jawab: ΔT = Te Ti = (25 21) C = 4 C (Kondisi 1) ΔT = Te Ti = (30 21) C = 9 C (Kondisi 2) Keterangan: ΔT = Selisih temperatur interior dan exterior ( C). Ti = Temperatur interior ( C). Te = Temperatur exterior ( C). c. Hitung selisih temperatur ekivalen dari radiasi matahari + selisih temperatur ekivalen dari temperatur atmosfer. R1 = r x tebal dinding = 0,714 x 0,14 = 0,099 K = = K = = K = ( ) K = (. ).. 59 P a g e

11 K = (. ) K = 3.64 kcal/m².h. C Kalor masuk = {(26,1 x 1,031) + ((29,1-26,1) x 0,699) + ((25,1-29,1) x 0,312)-((25,1-18,4) x 0,046)} kcal/m 2 jam. Keterangan : R1 = Tahanan kalor dan kapasitas kalor dan bahan bangunan Rsi = Tahanan perpindahan kalor dan lapisan permukaan dalam dinding. (Tabel) Rso = Tahanan perpindahan kalor dan lapisan permukaan luar dinding. (Tabel) ETD = selisih temperatur ekivalen dan radiasi matahari + selisih temperatur ekivalen dan temperatur atmosfir. Q dinding = 69,3312 x 2,89 x 7,541 kcal/h. Q dinding = 1511,01 kcal/h = Luas dinding (m²) Koefisien mission transmisi kalor dari dinding (kcal/ m².h. C) Selisih temperatur ekivalen dari radiasi matahari + selisih temperatur ekivalen dari temperatur atmosfir ( C). Q dinding = 49, kcal/h. Q dinding=. cal/h (Hasil 1) 60 P a g e

12 Q dinding = 49, kcal/h. Q dinding=. cal/h (Hasil 2) d. Hitung kalor sensibel pada dinding kaca Kalor sensibel jendela dapat dihitung dengan perkalian dari luas jendela (m²) dikali dengan nilai koefisien transmisi kalor yang melalui jendela (kcal/ m².h. C) dan dikalikan dengan selisih temperatur interior dan exterior ( C). Secara matematis perhitungan tersebut dapat dituangkan dalam persamaan sebagai berikut: Qkc = Akc x Kkc x t Dimana: Qkc = Kalor sensibel pada dinding kaca (kcal/ m².h. C) Akc = Luas permukaan dinding kaca (m²) Kkc = Nilai koefisien transmisi kalor yang melalui kaca (kcal/ m².h. C) t = Beda temperatur interior dan exterior ( C). Diketahui Hasil Pengukuran: Luas Kaca jendela = (p. l) = (2,0 x 2,0) = 4 m 2 Pengukuran Suhu/ Kelembaban Kelembaban Interior ruangan 21 C / 50% 21 C / 50% 61 P a g e

13 Exterior ruangan 25 C / 70% 30 C / 75% Jawab: ΔT = Te Ti = (25 21) C = 4 C (Kondisi 1) ΔT = Te Ti = (30 21) C = 9 C (Kondisi 2) Keterangan: ΔT = Selisih temperatur interior dan exterior ( C). Ti = Temperatur interior ( C). Te = Temperatur exterior ( C). = Akc = 4 m² x 5,5 kcal/m². h. Cx 4 C = kcal/h. (Hasil 1) = 4 m² x 5,5 kcal/m². h. Cx 9 C = kcal/h. (Hasil 2) e. Hitung kalor sensibel pada Pintu Kayu Menghitung kalor pada pintu kayu: Diketahui Luas Pintu Kayu = 0,2 x 7 = 1,4 m 2 Rumus kalor sensibel pada kayu: Kalor sensibel pintu kayu dpat diperoleh dengan menghitung luas pintu kayu (m²) dikali dengan nilai koefisien transmisi kalor yang melalui 62 P a g e

14 jendela (kcal/ m².h. C) dikali dengan selisih temperatur interior dan exterior ( C)". Secara matematis perhitungan kalor sensibel pada kayu dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: Qk = Ak x Kk x t Dimana: Qk = Kalor sensibel pada kayu (kcal/ m².h. C) Kk = Nilai koefisien kayu (kcal/ m².h. C) t = Beda temperatur interior dan exterior ( C) Tabel 4.6 Koefisien transmisi kalor dari beberapa bahan Tebal atap (mm) Koefisien transmisi kalor K (kcal/m²h C) Kapasitas kalor per 1 m² ( kcal/m²h C) Kayu, asbeton semen, langit-langit (12 mm HARDTEX) Adukan Semen rapat air 20 mm Lapisan adukan semen 20 mm Bia sa Bia sa Bia sa Tebal beton 100 mm Tebal beton 150 mm Tebal beton 120 mm Dengan Langitlangit Tanpa Langitlangit Dengan Langitlangit Tanpa Langitlangit Dengan Langitlangit 2,86 7,5 1,94 53,8 3,45 57,8 1,81 77,9 3,78 81,9 1,58 63,4 63 P a g e

15 Beton sinder 60 mm Aspal rapat air 10 mm Tebal beton 150 mm Tanpa Langitlangit Dengan Langitlangit Tanpa Langitlangit 2,46 67,4 1,13 77,9 2,34 81,9 Diketahui Hasil Pengukuran: Sesuai dengan tabel diatas koefisien K Pintu Kayu = 2,86 (kcal/m²h C) Luas Kaca jendela = (p. l) = (0,2 x 7,0) = 1,4 m 2 Pengukuran Suhu/Kelembaban Suhu/Kelembaban Interior ruangan 21 C / 50% 21 C / 50% Exterior ruangan 25 C / 70% 30 C / 75% Jawab: ΔT = Te Ti = (25 21) C = 4 C (Kondisi 1) ΔT = Te Ti = (30 21) C = 9 C (Kondisi 2) Keterangan: ΔT = Selisih temperatur interior dan exterior ( C). Ti = Temperatur interior ( C). Te = Temperatur exterior ( C). 64 P a g e

16 = = 1,4 m² x 2,86 kcal/m². h. Cx 4 C k = kcal/h ². (Hasil 1) = 1,4 m² x 2,86 kcal/m². h. Cx 9 C k = kcal/h ². (Hasil 2) Kalor sensibel atap Menghitung kalor sensibel pada atap dengan rumus sebagai berikut: Kalor sensibel atap dapat diperoleh dengan menghitung jumlah luas lantai atap (m²) dikali dengan nilai koefisien transmisi kalor K dari atap (kcal/m².h. C) dan dikalikan dengan selisih temperatur dalam dan luar ruangan ( C). Perhitungan ini dapat dituliskan secara matematis dalam persamaan sebagai berikut: Qa = Aa x Ka x t Dimana: Qa = Kalor sensibel atap (kcal/h) Aa = Luas penampang atap (m 2 ) Ka = Koefisian transmisi kalor atap 120 mm dengan langit-langit (1,58 kcal/m 2 /h) t = Beda temperatur dalam dan luar ruangan ( C). a. Menghitung luas atap. 65 P a g e

17 Diketahui: Pengukuran Panjang Lebar Ruangan 5,5 m 3,0 m Jawab: = = ( x ) =,, 0 =, m 2 b. Hitung koefisien transmisi kalor K dari atap. Menghitung koefisien transmisi kalor K dari atap: Diketahui bahwa Ruangan server menggunakan atap berbahan beton dan disertai langit-langit. Jawab: Berdasarkan tabel 4.6, koefisien transmisi kalor K dari atap yang terbuat dari beton solid, yaitu 1,94 kcal/m².h. C. c. Hitung selisih temperatur dalam dan luar ruangan. Hasil pengukuran dilapangan diketahui data sebagai berikut: Pengukuran Suhu/Kelembaban Suhu/Kelembaban Interior ruangan 21 C / 50% 21 C / 50% Exterior ruangan 25 C / 70% 30 C / 75% Jawab:ΔT = Te Ti = (25 21) C = 4 C (Kondisi 1) 66 P a g e

18 ΔT = Te Ti = (30 21) C = 9 C (Kondisi 2) Keterangan: ΔT = Selisih temperatur interior dan exterior ( C). Ti = Temperatur interior ( C). Te = Temperatur exterior ( C). Qa = Aa x Ka x t = = 16,5x 1,94 x 4 =, kcal/h. (Hasil 1) = 16,5x 1,94 x 9 =, kcal/h. (Hasil 2) Kalor sensibel infiltrasi Menghitung kalor sensibel infiltrasi pada saat pintu dibuka, diketahui hasil dari pengukuran sebagai berikut: Pengukuran Panjang Lebar Tinggi Dinding 5,5m 3,0 m 2,7 m Volume ruangan = p x l x t = 5,5 x 3,0 x 2,7 = 44,55 m 3 Jumlah penggantian ventilasi = 7 kali 67 P a g e

19 Volume spesifik = DB = 32 WB = 27 spv = 12,45 (berdasarkan standar ruangan) Diketahui: Pengukuran Suhu/Kelembaban Suhu/Kelembaban Interior ruangan 21 C / 50% 21 C / 50% Exterior ruangan 25 C / 70% 21 C / 75% Jawab: ΔT = Te Ti = (25 21) C = 4 C (Kondisi1) ΔT = Te Ti = (30 21) C = 9 C (Kondisi 2) Keterangan: ΔT = Selisih temperatur interior dan exterior ( C). Ti = Temperatur interior ( C). Selisih Δt = 4 ⁰C Qi = V x Cu x t x (0.24/Vs) Dimana : Qi = Kalor sensibel infiltrasi (kcal/m².h. C) V = Volume ruangan (m 3 ) Cu = Jumlah pertukaran udara (satuan) t = Beda temperatur exterior dan interior ( C) 68 P a g e

20 Vs = Volume spesifik ruangan (m 3 ) Qi = (44,55 x 7 ) x,, = x 0, x 4 = 24,05 kcal /h (Hasil 1) Qi = (44,55 x 7 ) x,, = x 0, x 9 = 54,10407 kcal /h (Hasil 2) Kalor sensibel dari manusia Kalor sensibel manusia dapat diperoleh hitunganya dengan cara jumlah orang yang ada dilokasi server dikali dengan faktor koefisien manusia (kcal/h). Perhitungan secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: Qm = M x Km Dimana: Qm = Kalor sensibel manusia (kcal/h) M = Jumlah manusia yang yang ada di dalam ruangan Km = Faktor koefisi manusia (0,897 kcal/h) 69 P a g e

21 Tabel 4.7 Faktor koefisien manusia dan Faktor kelompok Kondisi kerja Bangunan Jumlah Kalor Total Orang Dewasa Faktor Kelompok Orang yang Bekerja Duduk di kursi Gedung 87 kcal/h 0,897 Bekerja di belakang meja Berdiri atau berjalan lambat Dansa Kantor hotel Toko eceran Ruang dansa 106 kcal/h 0, kcal/h 0, kcal/h 0,944 Bekerja di belakang meja Pabrik 335 kcal/h 0,967 Diketahui: Jumlah orang yang mempunyai akses masuk ke ruangan server yaitu dalam rata2 setiap hari ada 5 orang. Kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan server adalah mengecek atau install server berdiri atau duduk di kursi. Jawab: Berdasarkan tabel 4.7, faktor koefisien manusia, yaitu 0,897 kcal/h. Rumus kalor pada manusia adalah: Qm = M x Km = 5 0,897x87 70 P a g e

22 =, / Kalor sensibel dari lampu penerangan Kalor sensibel penerangan dapat diperoleh dengan menghitung jumlah lampu (kw) yang digunakan dikali dengan faktor koefisien transmisi lampu (kcal/kwh). Secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: Q p = P t x K l Dimana: Q p = Kalor sensibel penerangan (kcal/h) P t = Jumlah daya lampu yang digunakan (kw) K l = Koefisien lampu neon (1,080 kcal/kwh) Tabel 4.8 Faktor Koefisien Transmisi Kalor Peralatan Listrik Pemanas per 1 kw 0,860 kcal/kwh Motor listrik per 1 kw 0,860 kcal/kwh Lampu per 1 kw 0,860 kcal/kwh ( Pijar ) 1,080 kcal/kwh ( Neon ) Sesuai dengan data properti yang tercatat diketahui penggunaan lampu penerangan sebagai berikut: Jumlah lampu = 4 40 Watt = 160 Watt = 0,16 kw. 71 P a g e

23 Jumlah lampu = 2 x 10 Watt = 20 Watt = 0,02 kw. Total lampu yang digunakan = 0.16kW + 0,02 kw = 0,18kW Lampu yang dugunakan dalam ruangan server adalah lampu neon. Jawab: Berdasarkan tabel 4.8, faktor koefisien lampu, yaitu 1,080 kcal/kwh. Q p = P t x K l = h = 0,18 1,08 kcal/ kwh =, kcal/h Kalor sensibel dari alat yang bermuatan listrik Kalor sensibel pada peralatan dapat diperoleh dengan menghitung jumlah daya dari peralatan (kw) dikali dengan faktor koefisien peralatan (kcal/kwh). Secara matematis rumusan tersebut dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut: Qp = Pp x Kp Dimana: Qp = Kalor sensibel pada peralatan (kcal/h) Pp = Jumalah daya dari peralatan (kw) Kp = Nilai koefisien peralatan bermuatan lsitrik (0.860 kcal/kwh) 72 P a g e

24 Berdasarkan tabel 4.8, faktor koefisien pada peralatan listrik yaitu 0,860 kcal/kwh. berdasrkan hasil survei langsung lokasi penelitian berikut ini peralatan- peralatan yang ada di ruangan tersebut, dan aktif menggunakan arus listrik adalah sebagai berikut: No Nama Perangkat Nilai Daya 1 CT DEV (Server 2U) Watt 2 SN DEV (Server 2U) Watt 3 Storage (Server 1U) Watt 4 CPCA Server (Server 1U) Watt 5 SCF DEV (server 1U) Watt 6 Server DSI (Server 1U) Watt 7 CTB (Server 2U) Watt 8 SN-DF3 (Server 2U) Watt 9 SN-PSN (server 1U) Watt 10 CT-A (Server 2U) Watt 11 SOLACE Server (Server 2U) Watt 12 Tools-50 (Server 1U) Watt 13 SN-DF2 (Server 1U) Watt 14 CT-Greep (server 1U) Watt 15 SN-IDX-Virtual Line (Server 1U) Watt 16 PABX Panasonic 16SLC 135 Watt 73 P a g e

25 17 AC Split panasonic 2PK 1920 Watt 18 Modem Telepon (Huawei) 240 Watt 19 Adaptor modem Huawei 240 Watt 20 Switch Cisco 20 port 240 Watt 21 Switch publik 8 port 240 Watt 22 Switch 3com 24 port 240 Watt 23 Switch Cisco 24 port 240 Watt 24 Switch Cisco Catalys Port 240 Watt 25 Router Mikrotik 10 Port 240 Watt 26 Modem Internet Circle One 240 Watt 27 Decoder CCTV 240 Watt 28 Router Mikrotik 10 Port 240 Watt 29 Modem Leased Line NAP 240 Watt 30 Modem internet Arthatel 240 Watt 31 Modem Clear Chanel PSN 240 Watt 32 Router Cysco Watt 33 Mail Server (Tower) Watt 34 Proxy Squid (Tower) Watt 35 SC-44 (Tower) Watt 36 SC-55 (Tower) Watt 37 SN-BEI-Leased Line (Tower) Watt 38 UPS Thosiba 1400XL 4200 Watt 39 UPS LAPLACE TX6000 VA 4200 Watt 74 P a g e

26 40 FAN NLG 60 Watt 41 Monitor CRT 14 Inchi 60 Watt Jawab: Berdasarkan tabel 4.8, kalor sensibel yang dipancarkan oleh peralatan listrik adalah 0,860 kcal/kwh. = Kp 1000 = 1 = 0, , = 12,9 Kcal 2 =, = 0,1161 Kcal 3 =, = 1,6512 Kcal 4 =, = 3,096 Kcal 5 =, = 7,224 Kcal 6 =, = 0,1032 Kcal Qp Total = 12,9 Kcal + 0,1161 Kcal +1,6512 Kcal + 3,096 Kcal + 7,224 Kcal +0,1032 Kcal = 25, 0905 Kcal 75 P a g e

27 4.3.7 Kalor sensibel lantai beton Sesuai dengan hasil pengamatan lantai dari rungan server ini terbuat dari beton, tidak dibuat lantai seperti ruangan server yang sebagaimana mestinya, untuk menghitung kalor sensibel lantai yang terbuat dari beton adalah: Kalor sensibel lantai dapat diperoleh dengan perhitungan luas lantai (m²) dikali dengan nilai koefisien transmisi kalor K dari lantai (kcal/m².h. C) dan dikalikan dengan selisih temperatur dalam dan luar ruangan ( C). Secara matematis perhitungan tersebut dapat dibuat dalam persamaan sebagai berikut: Ql = Al x Kl x t Dimana: Ql = Kalor sensibel lantai (kcal/m².h. C) Al = Luas permukaan lantai (m²) Kl = Nilai koefisien lantai (kcal/m².h. C). t = Beda temperatur dalam dan luar ruangan ( C). a. Hitung luas lantai. Menghitung luas lantai sesuai dengan pengukuran dilapangan dimensi lantai dari ruang server diketahui sebagai berikut: 76 P a g e

28 Pengukuran Panjang Lebar Ruangan 5,5 m 3,0 m Jawab: = =,, =. m 2 b. Hitung koefisien transmisi kalor K dari lantai. Diketahui: Ruangan Server menggunakan atap berbahan beton dan disertai langit-langit. Jawab: Berdasarkan tabel 4.3.6, koefisien transmisi kalor K dari lantai, yaitu 1,94 kcal/m².h. C. c. Hitung selisih temperatur dalam dan luar ruangan. Diketahui: Pengukuran Suhu / Kelembaban Suhu/Kelembaban Interior ruangan 21 C / 50% 21 C / 50% Exterior ruangan 25 C / 70% 30 C / 75% Jawab:ΔT = Te Ti = (25 21) C = 4 C (Kondisi 1) 77 P a g e

29 ΔT = Te Ti = (30 21) C = 9 C (Kondisi 2) Keterangan: ΔT = Selisih temperatur interior dan exterior ( C). Ti = Temperatur interior ( C). Te = Temperatur exterior ( C). Ql = Al x Kl x t Q Lantai = Luas Lantai x K Lantai x t Q Lantai = 16,5x 1,94 x 4 =. kcal/h. (Hasisl 1) Q Lantai = 16,5x 1,94 x 9 =. kcal/h. (Hasil 2) 4.4 Hasil Penghitungan Beban Kalor Ruang Server Berikut ini adalah rekapitulasi dari hasil pengukuran beban pendinginan pada ruang server sebuah perkantoran, berdasarkan hasil penelitian seperti tertulis pada tabel dibawah ini: No. Kalor yang dihitung Hasil kondisi 1 Hasil kondisi 2 Satuan 1 Q Dinding kcal/h 2 Q Kaca kcal/h 3 Q Pintu Kayu kcal/h 78 P a g e

30 4 Q Atap kcal/h 5 Q Infiltrasi kcal/h 6 Q Manusia kcal/h 7 Q Lampu penerangan kcal/h 8 Q Peralatan Listrik kcal/h 9 Q Lantai kcal/h Q Total kcal/h Jadi nilai Q total dari masing-masing pengukuran sebagai berikut: Pengukuran pada kondisi 1 yaitu: kondisi dimana lingkungan terkondisikan oleh AC central dari gedung yang beroperasi adalah: = kcal/h Pengukuran pada kondisi 2 yaitu: kondisi pengukuran dimana lingkungan tidak terkondisikan oleh AC central dari gedung karena sudah dimatikan adalah: = kcal/h Nilai Konversi 1Kcal/h = 3.97 BTU/h Q total 1 = kcal/h x 3.97 = BTU/h Q total 2 = kcal/h x 3.97 = BTU/h 79 P a g e

31 4.5 Analisa Pengkondisian Udara Ruang Server Tahapan analisa pengkondisin udara ruang server Tujuan analisa sistem pengkondisian udara pada pokoknya adalah untuk menentukan laju aliran udara dingin dan kapasitas mesin pendingin yang diperlukan bagi sistem pengkondisian udara. Sedangkan tahapan analisanya adalah sebagai berikut : Berangkat dari kondisi udara ruangan server yang diinginkan terjadi di dalam ruangan yang akan dikondisikan udaranya maka kita lakukan perhitunganperhitungan di bawah ini : a) Memperkirakan besarnya temperatur udara dingin yang masuk ke dalam ruangan atau yang berasal dari hasil pendinginan di coil pendingin (T 1 ) b) Memperkirakan laju aliran udara dingin yang diperlukan masuk ke dalam ruangan : c) Memperkirakan besarnya enthalpi udara dingin di tingkat keadaan (1) d) Memperkirakan besarnya kebutuhan udara segar dari luar ruangan (tk.0) e) Memperkirakan besarnya laju aliran massa udara by-pass (m 3 ) f) Memperkirakan besarnya enthalpi aliran refrigeran masuk ke coil pendingin (h 5 ) g) Memperkirakan besarnya kapasitas mesin pendingin yang diperlukan Untuk mendukukung dan mempermudah dalam memahami konsep tersebut di atas maka berikut ini pembahasan permasalahan tersebut secara sederhana di bawah ini: Data hasil pengukuran dan perhitungan yang diperoleh sbb: 80 P a g e

32 Selanjutnya melakukan perhitungan analisa termal bagi sistem pengkondisian udara pada ruangan ruangan server, sebuah gedung perkantoran, kondisi udara yang diinginkan adalah sebagai berikut : Temperatur udara kering: 20 0 C 25 0 C (680F-770F), dengan rata-rata keadaan temperatur normal diset menjadi 22 0 C ±10C. Kelembapan relatif: 40%-50%, dengan titik normal berada pada 45% ±5%. Titik embun maksimum: 21 0 C (69.80F) perubahan maksimum yang boleh terjadi dari batas suhu sekarang adalah sebesar 50C (90F) per jam, titik embun maksimum 21 0 C. Sesuai dengan data tersebut udara yang diinginkan di dalam ruangan tersebut bertemperatur 21 o C dengan kelembaban 50% Udara luar ruangan dianggap rata-rata bertemperatur 30 kelembaban 75% (panas dan lembab). o C dengan Hasil perkiraan beban termal yang terus menerus masuk ke dalam ruangan adalah pada kondisi AC sentral beroperasi kcal/h, dengan beban panas sensibelnya sebesar kcal/h, dan pengkuran pada kondisi AC sentral dimatikan beban termal yang dibutuhkan adalah kcal/h dengan beban pasnas sensibel kcal/h. Tujuan analisa perhitungan adalah memperkirakan berapa besar temperatur dan laju aliran udara dingin yang harus dihembuskan ke dalam ruangan untuk dapat mempertahankan kondisi udara ruangan agar tetap stabil bertemperatur 21 o C dengan kelembaban 50%, dan berapa besarnya kapasitas mesin pendingin (cooling coil) yang harus dipasang pada saluran intake sistem pengkondisian udara. Temperatur udara yang diinginkan ada di dalam ruangan yang ingin kita pertahankan harganya adalah (T 2 ) = 21 o C, yaitu dengan kelembaban relatif 50%. Standar perancang yang disarankan bahwa pada umumnya besarnya beda temperatur antara temperatur udara di dalam ruangan dengan temperatur 81 P a g e

33 udara dingin yang keluar dari cooling coil (T 2 T 1 ) dapat dipilih di sekitar harga : 7 o C sampai dengan 8 o C. Pada perhitungan ini kita memilih harga (T 2 T 1 ) = 7 o C. Sehingga dalam perancangan ini kita tetapkan bahwa temperatur udara dingin yang keluar dari cooling coil adalah T 1 = 16 o C. Gambar 4.1 sistem kesetimbangan energi aliran udara ruangan Memperkirakan laju aliran udara dingin yang diperlukan masuk ke dalam ruangan Laju aliran atau kapasitas aliran udara dingin yang bertemperatur 16 o C yang diperlukan masuk ke dalam ruangan untuk melaksanakan fungsinya mempertahankan tingkat keadaan udara nyaman di dalam ruangan dengan menyerap sejumlah energi panas pada kondisi saat AC sentral nyala sebesar 82 P a g e

34 kcal/h dan pengkukuran saat AC central dimaikan sebesar kcal/h adalah bergantung kepada kenaikan energi panas yang terjadi pada udara yang bersirkulasi di dalam ruangan (E 2 E 1 ) dan dapat ditentukan dari penerapan prinsip kesetimbangan energi bagi aliran udara yang bersirkulasi di dalam ruangan tersebut. Gambar sistem kesetimbangan energi pada aliran udara di dalam ruangan, yang masuk dengan tingkat keadaan (1), kemudian aliran udara dingin yang bersirkulasi di dalam ruangan menyerap energi panas dari beban termal total Btu/h sehingga menjadi hangat atau panas, dan selanjutnya mengalir keluar ruangan dengan tingkat keadaan (2) diperlihatkan pada gambar 4.1. Selanjutnya apabila beda energi kinetik dan beda energi potensial di antara aliran udara di (1) dan di (2) kita abaikan karena bisa dianggap kecil, maka persamaan di atas menjadi : Beban panas yang masuk ke ruangan (Q) = kenaikan energi enthalpi udara (h 2 h 1 ) Atau : Q = m ud (h 2 h 1 ) (J/s) Atau, besarnya laju aliran massa udara yang diperlukan bagi ruangan tersebut adalah : m ud = Q / (h 2 h 1 ) (kg udara kering /s) Di mana : Q : beban panas yang masuk ke ruangan (J/s) h 2 adalah enthalpi udara saat akan meninggalkan ruangan (J/kg udara kering ) h 1 adalah enthalpi udara dingin saat masuk ke dalam ruangan (J/kg udara kering ) 83 P a g e

35 Dalam persoalan ini besarnya h 2 dapat ditentukan dengan menggunakan diagram psikrometrik, karena tingkat keadaan (2) telah diketahui yaitu : dengan Temperatur udara nyaman yang ada di dalam ruangan (T 2 ) = 21 o C, dan kelembaban relatif 50%. Sedangkan harga h 1 enthalpi udara dingin saat masuk ke dalam ruangan belum diketahui, karena di tingkat keadaan (1) baru temperaturnya yang diketahui, yaitu T 1 = 16 o C Gambar 4.2 Diagram psikhometrik udara atmosfir Memperkirakan besarnya enthalpi udara dingin di tingkat keadaan (1) Untuk memperkirakan besarnya enthalpi udara dingin di tingkat keadaan (1) Terlebih dahulu kita tentukan besarnya SHF (Sensibel Heat Factor) bagi sistem aliran udara di dalam ruangan : SHF = Q sensibel / Q total 84 P a g e

36 Dalam persoalan kita di sini diketahui bahwa beban termal total yang masuk ke dalam ruangan pada kondisi AC cenral beroperasi adalah sekitar kcal/h, dan beban panas sensibelnya sebesar kcal/h sehingga kita memiliki SHF = 0.8, dan pengukuran saat AC sentral dimatikan beban termal sekitar kcal/h, dan beban panas sensibelnya sebesar kcal/h sehingga kita memiliki SHF = 0.8. Tingkat keadaan (1) atau titik (1) pada diagram psikrometrik dapat ditentukan dengan menarik garis temperatur T 1 = 16 o C vertikal ke atas, dan kemudian mensuperposisikan dengan garis SHF = 0,8 yaitu garis yang sejajar dengan garis SHF = 0,8 pada diagram psikrometrik. Setelah Tingkat keadaan (1) atau titik (1) pada diagram psikrometrik dapat ditentukan letaknya maka dengan mudah kita dapat menentukan harga enthalpi h 1 dan volume jenisnya ν 1 (m 3 /kg udara kering ) Selanjutnya, pada pengukuran kondisi 1 dengan menggunakan persamaan : m ud = Qtotal / (h 2 h 1 ) (kg udara kering /s) m ud = / ( ) m ud = /6.5 m ud = 160 kg udara kering /s Kemudian, pada pengukuran kondisi 2 dengan menggunakan persamaan : m ud = Qtotal / (h 2 h 1 ) (kg udara kering /s) m ud = / ( ) m ud = /6.5 m ud = 259 kg udara kering /s Catatan: m ud = m 1 = m 5 85 P a g e

37 kita dapat menghitung besarnya laju aliran massa udara kering per detik. Kemudian, debit aliran atau kapasitas aliran udara (Q v ) dapat dihitung menggunakan persamaan, dengan kondisi masing-masing : Pengkuran pada kondisi AC Sentral dimatikan: Q v1 = m ud. ν 1 (m 3 /s) Q v1 = 160 kg udara kering /s x m 3 /s Q v1 = 132,64 m 3 /s Pengkuran pada kondisi AC Sentral dimatikan: Q v2 = m ud. ν 1 (m 3 /s) Q v2 = 259 kg udara kering /s x m 3 /s Q v2 = m 3 /s Gambar 4.3 Garis sensible heat factor 86 P a g e

38 4.5.4 Memperkirakan besarnya kebutuhan udara segar dari luar ruangan (tk.0) Sistem pengkondisian udara ruangan, terutama ruang perkantoran, pada umumnya diasumsikan kebutuhan udara segar bagi seorang dewasa untuk memenuhi kebutuhan oksigennya adalah sekitar 40 m 3 /h. Pada persoalan kita, rancangan sistem pengkondisian udara yang diperuntukan bagi sebuah ruangan server, sehingga debit aliran udara atmosfir dari luar ruangan yang diperlukan masuk ke dalam sistem adalah m 3 /h. Di samping itu, udara luar ruangan masuk ke dalam sistem pada tingkat keadaan (0) (lihat gambar 4.1 ) di mana temperaturnya pada saat AC sentral nyala adalah 25 o C dengan kelembaban 70% dan saat AC sentral mati suhunya adalah 30 o C dan kelembaban 75%. Dari data tersebut dengan menggunakan diagram psikrometrik kita dapat menentukan besarnya : - Entahlpinya, h o1 = 62 kj/kg-udara kering - Entahlpinya, h o2 = 83 kj/kg-udara kering - Volume jenisnya, v o1 = m 3 /kg-udara kering - Volume jenisnya, v o2 = m 3 /kg-udara kering - Kemudian kita dapat menentukan besarnya laju aliran massa udara atmosfir dari luar ruangan yang diperlukan masuk ke dalam sistem yaitu : m o = debit aliran ( m 3 /s) / volume jenisnya (..m 3 /kg-udara kering) m o1 = 132,64 m 3 /s dengan volume jenis = m 3 /kg-udara kering 87 P a g e

39 m o2 = m 3 /s dengan volume jenis = m 3 /kg-udara kering Memperkirakan besarnya laju aliran massa udara by-pass (m 3 ) Laju aliran massa udara by-pass (m 3 ) adalah laju aliran udara yang meninggalkan ruangan tetapi kemudian dibelokkan kembali ke arah hulu intake sistem pengkondisian udara untuk bercampur dengan aliran udara atmosfir dari luar ruangan yang akan masuk ke dalam sistem. Tinjau daerah pencampuran antara aliran udara atmosfir yang masuk dari tk (0) dengan aliran udara dari dalam ruangan yang masuk dari tk (3), kemudian keduanya bergabung menjadi tk (5) (lihat gambar 4.1 ). Penerapan prinsip kesetimbangan massa aliran udara pada titik pencampuran tersebut memberikan persamaan, Dan besarnya laju aliran massa udara bypass (m 3 ) dapat dihitung menggunakan persamaan : m o + m 3 = m 5 m 3 = m 5 - m o Dimana saat AC central beropersai: M o1 = 132,64 m 3 /s (ρ= m/v) = (m= ρv) M 5 = M 1 = M ud = 160 kg udara kering /s M 3 = m 5 m o M 3 = M 3 = kg udara kering /s Kondisi saat AC sentral dimatikan: M o2 = m 3 /s (ρ= m/v) = (m= ρv) M 5 = M 1 = M ud = 259 kg udara kering /s 88 P a g e

40 M 3 = m 5 -m 0 M 3 = M 3 = kg udara kering /s Sementara itu, laju aliran massa udara yang kemudian melewati tk (5) selanjutnya akan mengalir melewati coil pendingin dan masuk ke dalam ruangan dengan laju aliran massa m 1. Oleh karena itu kondisi saat AC sentral hidup: m 5 = m 1 M 5 = M 1 = 160 kg udara kering /s Sedang kondisi saat AC sentral dimatiakan adalah: m 5 = m 1 M 5 = M 1 = 259 kg udara kering /s Memperkirakan besarnya enthalpi refrigeran saat masuk ke coil pendingin (h 5 ) Untuk menentukan besarnya enthalpi refrigeran saat mengalir masuk ke dalam coil pendingin maka kita Tinjau daerah pencampuran antara aliran udara atmosfir yang masuk dari tk (0) dengan aliran udara dari dalam ruangan yang masuk dari tk (3), kemudian keduanya bergabung menjadi tk (5) (lihat gambar 4.1 ). Penerapan prinsip kesetimbangan energi pada aliran udara pada titik pencampuran tersebut memberikan persamaan pada saat AC sentral masih beroperasi : m o h o + m 3 h 3 = m 5 h 5 h 5 = ( ) ( ) 89 P a g e

41 h 5 = (, ) (. ) h 5 =.. h 5 =. h 5 = h 3 = h 2 =46.5 Penerapan prinsip kesetimbangan energi pada aliran udara pada titik pencampuran tersebut memberikan persamaan pada saat AC sentral dimatikan: m o h o + m 3 h 3 = m 5 h 5 h 5 = ( ) ( ) h 5 = (. ) (.. ) h 5 =.. h 5 =. h 5 = h 3 = h 2 =46.5 Laju aliran massa udara di tk (0), m o pada prinsipnya telah dapat ditentukan besarnya dari perhitungan sebelum ini. Begitu pula dengan Laju aliran massa udara di tk (3), m 3 dan m 5 = m 1 Kemudian enthalpi di tk (0) h o juga telah diketahui. Sementara itu enthalpi di tk (3) h 3 adalah sama dengan enthalpi di tk (2) h 2 Oleh karena itu, melalui persamaan di atas, kita dapat dengan mudah menghitung besarnya h 5 90 P a g e

42 4.5.7 Memperkirakan besarnya kapasitas mesin pendingin Kapasitas mesin pendingin adalah kemampuan mesin pendingin menyerap energi panas yang diangkut oleh aliran udara hangat yang melewatinya. Besarnya laju Energi panas yang diserap oleh mesin pendingin dari aliran udara, dan kemudian dibuang ke lingkungan udara luar sehingga udara saat masuk ke dalam ruangan memiliki temperatur yang lebih rendah (lihat gambar 4.1 ) dapat dihitung pada saat AC sentral beroperasi menggunakan persamaan berikut : Q p = m 5 ( h 5 h 1 ) Q p = ( ) Q p = 160 x 19 Q p = 3040 kcal/h = 3040 x 3.9 = BTU/h ( ± 1.5 PK) Kemudian dapat dihitung juga pada saat AC sentral dimatikan menggunakan persamaan berikut : Q p = m 5 ( h 5 h 1 ) Q p = ( ) Q p = 259 x Q p = kcal/h = x3.9 = BTU/h (± 4 PK) Berdasarkan hasil dari analisa perhitungan kebutuhan kapasitas AC untuk mendinginkan ruangan jika kita sesuaikan dengan kapasitas AC di pasaran biasanya kita akan menemukan data kapaistas AC rata-rata adalah: ½ PK >> 5000 BTU/h sekitar 1281 kcal/h ¾ PK >> 7000 BTU/h sekitar 1795 kcal/h 91 P a g e

43 1 PK >> 9000 BTU/h sekitar 2308 kcal/h 2 PK >> BTU/h sekitar 4103 kcal/h 3 PK >> BTU/h seitar 6154 kcal/h Sesuai dengan pengukuran pada kondisi AC sentral gedung menyala untuk mendinginkan ruangan dengan suhu 21ºC kelembaban 50% dibutuhkan energi sekitar 3040 kcal/h atau BTU/h (± 1.5 PK), dan kebutuhan kalor yang diperlukan untuk mendinginkan saat AC sentral gedung dimatikan adalah kcal/h atau setara dengan BTU/h (± 4 PK) Berikut ini lampiran beberapa daftar AC yang ada di pasaran: Lampiran 5 92 P a g e

44 Lampiran 6 93 P a g e

45 Lampiran 6 94 P a g e

46 Lampiran 7 95 P a g e

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC Dalam perancangan pemasangan AC pada Ruang Dosen dan Teknisi, data-data yang dibutuhkan diambil dari berbagai buku acuan. Data-data

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA BEBAN KALOR PADA RUANGAN SERVER SEBUAH GEDUNG PERKANTORAN

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA BEBAN KALOR PADA RUANGAN SERVER SEBUAH GEDUNG PERKANTORAN LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA BEBAN KALOR PADA RUANGAN SERVER SEBUAH GEDUNG PERKANTORAN Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

JTM Vol. 04, No. 1, Februari JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 20 ANALISA OPTIMALISASI KEBUTUHAN DAYA KOIL PENDINGIN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA RANGKAIAN RUANG KELAS LANTAI 4 GEDUNG D UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Fikry Zulfikar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN Dalam perhitungan beban pendingin gedung yang akan dikondisikan oleh mesin pendingin didapat data-data dari gedung tersebut, sebagai berikut : IV.1 Nama

Lebih terperinci

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Alat Pendingin Central Alat pendingin central merupakan alat yang digunakan untuk mengkondisikan udara ruangan, dimana udara dingin dari alat tersebut dialirkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Data Pengumpulan data di maksudkan untuk mendapatkan gambaran dalam proses perhitungan beban pendingin pada ruang kerja lantai 2, data-data yang di perlukan

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA Data analisa dan perhitungan dihitung pada jam terpanas yaitu sekitar jam 11.00 sampai dengan jam 15.00, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN. Tugas Akhir

BAB III PERHITUNGAN. Tugas Akhir BAB III PERHITUNGAN 3.1 Beban Pendingin Ruangan Beban pendingin ruangan adalah beban laju aliran panas yang harus dipindahkan dari udara ruangan untuk mempertahankan temperatur ruangan sesuai yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Kemas Ridhuan, Andi Rifai Program Studi Teknik Mesin Universitas muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN.

BAB III PERANCANGAN. BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Tentang Kalor 2.1.1 Sekilas tentang kalor Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya.

Lebih terperinci

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA UNIT 9 SUMBER-SUMBER PANAS Delapan unit sebelumnya telah dibahas dasar-dasar tata udara dan pengaruhnya terhadap kenyamanan manusia. Juga

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Tata Udara [sumber : 5. http://ridwan.staff.gunadarma.ac.id] Sistem tata udara adalah proses untuk mengatur kondisi suatu ruangan sesuai dengan keinginan sehingga dapat memberikan

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Tata Udara

Pengantar Sistem Tata Udara Pengantar Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu, mengatur aliran udara

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. Perhitungan Total Beban Kalor Dalam Ruangan Dalam bahasan ini total beban kalor tersimpan dalam ruangan adalah penjumlahan dari tambahan panas dari transmisi radiasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Perhitungan beban pendinginan office PT. XX yang berlokasi di Jakarta

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Perhitungan beban pendinginan office PT. XX yang berlokasi di Jakarta BAB III PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN Perhitungan beban pendinginan office PT. XX yang berlokasi di Jakarta selatan, terdiri dari dua lantai yaitu: Lantai 1, terdiri dari : firs aid, locker female, toilet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki suhu yang nyaman yang dianggap cukup baik sehingga dapat memberikan kebebasan bagi orang-orang

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING 3.1 Perngertian dan Standar Pengkondisian Udara Bangunan Pengkondisian udara adalah suatu usaha ang dilakukan untuk mengolah udara dengan cara mendinginkan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Penemuan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi merintis jalan bagi pembuatan dan penggunaan mesin penyegaran udara. Komponen utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Hasil Pengujian Beban Kalor Setelah dilakukan perhitungan beban kalor didalam ruangan yang meliputi beban kalor sensible dan kalor laten untuk ruangan dapat

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioning) Di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioning) Di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak 13 Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pendingin an (Air Conditioning) Di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak Rina Dwi Yani Program Studi Manajemen Energi, Magister Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG

BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG 4.1. Survey Penggunaan Gedung Survey yang dilakukan pada PT.FOOD STATION di jalan raya Cipinang (Pasar Induk), Jakarta Timur. Posisi gedung menghadap dari utara ke selatan

Lebih terperinci

Universitas Mercu Buana 49

Universitas Mercu Buana 49 BAB III METODE PENELITIAN Ada dua faktor yang menjadi beba dalam sebuah mesin pendingin yaitu beban internal dan beban ekternal. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya beban internal terjadi karena

Lebih terperinci

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS Oleh : LAURA SUNDARION 2107 030 075 Dosen Pembimbing : Ir. Denny M.E SOEDJONO, MT LATAR BELAKANG Sistem pengkondisian udara

Lebih terperinci

BAB IV. ducting pada gedung yang menjadi obyek penelitian. psikometri untuk menentukan kapasitas aliran udara yang diperlukan untuk

BAB IV. ducting pada gedung yang menjadi obyek penelitian. psikometri untuk menentukan kapasitas aliran udara yang diperlukan untuk BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN PENGKONDISI UDARA Pada bab ini akan dilakukan perhitungan rancangan pengkondisian udara yang meliputi perhitungan beban pendinginan, analisa psikometri, dan perhitungan rancangan

Lebih terperinci

Udara luar = 20 x 30 cmh = 600 cmh Area yang di kondisikan = 154 m². Luas Kaca (m²)

Udara luar = 20 x 30 cmh = 600 cmh Area yang di kondisikan = 154 m². Luas Kaca (m²) BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Beban Pendingin AC Sentral Lantai = 1 Luas = 154 m² Kondisi = CDB CWB R Kg/kg Luar ruangan = 33 27 7,24 Dalam ruangan = 24 16 45,11 Selisih = 9 11 25,13

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN 57 BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN 3.1 Beban Pendingin Tabel 3.1.1 Flow Chart Perhitungan Beban kalor gedung secara umum ada 2 macam yaitu kalor sensible dan kalor laten. Beban kalor laten dan sensible

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4 BAB II TEORI DASAR Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu, mengatur aliran udara dan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III Perhitungan beban pendinginan pada penelitian. Bangunan yang digunakan dalam melakukan penelitian berlokasi di daerah 40 o LU. Temperature didalam ruangan dan diluar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran. 159

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran. 159 DAFTAR ISI LEMBARAN PENGESAHAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI. v DAFTAR TABEL. x DAFTAR GAMBAR. xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 1.2. Rumusan Masalah 5 1.3. Batasan Masalah..

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK Rio Bagas Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI Ozkar F. Homzah 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tridinanti Palembang Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. refrijerasi. Teknologi ini bisa menghasilkan dua hal esensial yang

BAB I PENDAHULUAN. refrijerasi. Teknologi ini bisa menghasilkan dua hal esensial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengkondisian udara merupakan salah satu aplikasi penting teknologi refrijerasi. Teknologi ini bisa menghasilkan dua hal esensial yang diperlukan dalam pengkondisian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN PADA LANTAI 2 GEDUNG SENTRA BISNIS & DISTRIBUSI PT. CITRA NUSA INSAN CEMERLANG (CNI)

PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN PADA LANTAI 2 GEDUNG SENTRA BISNIS & DISTRIBUSI PT. CITRA NUSA INSAN CEMERLANG (CNI) TUGAS AKHIR PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN PADA LANTAI 2 GEDUNG SENTRA BISNIS & DISTRIBUSI PT. CITRA NUSA INSAN CEMERLANG (CNI) Diajukan Sebagai Syarat Akademis Untuk Menempuh Gelar Sarjana Strata (S 1) Teknik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan manusia modern delapan puluh persennya dilakukan di dalam ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Fasilitas Fisik Sekarang 1. Meja Kasir Ukuran ketinggian meja kasir saat ini sudah ergonomis, namun tinggi monitor ke lantai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk memberikan udara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pengkondisian Udara Berdasarkan Variasi Kondisi Ruangan (Studi Kasus Di Politeknik Terpikat Sambas)

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pengkondisian Udara Berdasarkan Variasi Kondisi Ruangan (Studi Kasus Di Politeknik Terpikat Sambas) Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pengkondisian Udara Berdasarkan Variasi Kondisi (Studi Kasus Di Politeknik Terpikat Sambas) Iman Syahrizal ), Seno Panjaitan ), Yandri ) ) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PADA KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN CHILLER WATER REFRIGERASI ABSORPSI MENGGUNAKAN REFRIGERANT AMMONIA-WATER (NH 3 -H 2 O) Nama Mahasiswa : Radityo Dwi Atmojo

Lebih terperinci

OPTIMASI RANCANGAN TERMAL SISTEM PENGKONDISIAN UDARA RUANGAN PASCA SARJANA UNISMA BEKASI

OPTIMASI RANCANGAN TERMAL SISTEM PENGKONDISIAN UDARA RUANGAN PASCA SARJANA UNISMA BEKASI OPTIMASI RANCANGAN TERMAL SISTEM PENGKONDISIAN UDARA RUANGAN PASCA SARJANA UNISMA BEKASI Taufiqur Rokhman 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin Universitas Islam 45 Bekasi rokhman_taufiq@yahoocom wwwtaufiqurrokhmancom

Lebih terperinci

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE

STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE M. N. Hanifan, 1 I.G.D Arjana, 2 W. Setiawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, FakultasTeknik,UniversitasUdayana

Lebih terperinci

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

Bab 7 Kesimpulan dan Saran Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik Aktual o Meja Kerja Dimensi meja kerja aktual, yaitu panjang meja sebesar 1400 mm, lebar meja 700 mm, dan tinggi meja 750 mm. Panjang meja aktual

Lebih terperinci

SOFTWARE PERHITUNGAN KAPASITAS SISTEM PENYEJUK UDARA DALAM RANGKA KONSERVASI ENERGI TATA UDARA PADA BANGUNAN GEDUNG

SOFTWARE PERHITUNGAN KAPASITAS SISTEM PENYEJUK UDARA DALAM RANGKA KONSERVASI ENERGI TATA UDARA PADA BANGUNAN GEDUNG Makalah Seminar Tugas Akhir SOFTWARE PERHITUNGAN KAPASITAS SISTEM PENYEJUK UDARA DALAM RANGKA KONSERVASI ENERGI TATA UDARA PADA BANGUNAN GEDUNG Sendi Surya Raharja - L2F 001 640 Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE

BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE Green Medical Box Portable dirancang dengan menggunakan sistem refrigerasi yang terintegrasi dengan box. Box terdiri dari dua tingkat, tingkat pertama/bawah

Lebih terperinci

Ada beberapa rumus cara menentukan PK AC yang sesuai untuk ruangan, saya akan me nuliskan 2 diantaranya.

Ada beberapa rumus cara menentukan PK AC yang sesuai untuk ruangan, saya akan me nuliskan 2 diantaranya. Cara Menghitung PK AC Berdasarkan Luas Ruangan Dipublikasi pada Desember 24, 2011 oleh henrynuryani Air Conditioner atau yang lebih dikenal dengan sebutan AC merupakan sistem atau mesin yang dirancang

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

3. Sebuah sinar laser dipancarkan ke kolam yang airnya tenang seperti gambar

3. Sebuah sinar laser dipancarkan ke kolam yang airnya tenang seperti gambar 1. Pembacaan jangka sorong di samping yang benar adalah. cm a. 1,05 c. 2, 05 b. 1,45 d. 2, 35 2. Adi berangkat ke sekolah pukul 06.15. Jarak rumah Ardi dengan sekolah 1.8 km. Sekolah dimulai pukul 07.00.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA Sumanto 1), Wayan Sudjna 2), Harimbi Setyowati 3), Andi Ahmad Rifa i Prodi Teknik Industri 1), Prodi Teknik Mesin 2), Prodi Teknik Kimia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL Oleh : RIVALDI KEINTJEM 13021024 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI MANADO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO 2016 BAB

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA)

PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA) PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA) DOSEN PEMBIMBING: ARY BACHTIAR KRISHNA PUTRA, S.T, M.T, Ph.D TANTY NURAENI 2107100631 JURUSAN

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal 64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Ir. Wiratno Argo Asmoro, MSc. NIPN. 196002291987011001 Latar Belakang Akustik Ruang

Lebih terperinci

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN AR-3121: SISTEM BANGUNAN & UTILITAS Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN 12 Oktober 2009 Dr. Sugeng Triyadi PENDAHULUAN Penghawaan pada bangunan berfungsi untuk mencapai kenyamanan thermal. Dipengaruhi:

Lebih terperinci

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan Variasi bahan dan warna atap bangunan untuk Menurunkan Temperatur Ruangan akibat Pemanasan Global Nasrul Ilminnafik 1, a *, Digdo L.S. 2,b, Hary Sutjahjono 3,c, Ade Ansyori M.M. 4,d dan Erfani M 5,e 1,2,3,4,5

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM

PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM Krisanto Elim 1, Anthony Carissa Surja 2, Prasetio Sudjarwo 3, dan Nugroho Susilo 4 ABSTRAK : Tujuan penelitian sistem tata udara

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PENGHITUNGAN DATA

BAB III ANALISA DAN PENGHITUNGAN DATA BAB III ANALISA DAN PENGHITUNGAN DATA 3.1 Perhitungan Beban Pendingin dan Kapasitas Mesin Pendingin Pesawat Sebelum menghitung beban pendingin ada beberapa faktor yang mempengaruhi beban pendinginan pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

Jurnal Pembuatan Dan Pengujian Alat Uji Prestasi Sistem Pengkondisian Udara (Air Conditioning)Jenis Split

Jurnal Pembuatan Dan Pengujian Alat Uji Prestasi Sistem Pengkondisian Udara (Air Conditioning)Jenis Split PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UJI PRESTASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AIR CONDITIONING)JENIS SPLIT ZUBERI, Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian E-mail: zuberi2016@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage BAB II DASAR TEORI 2.1 Cold Storage Cold storage merupakan suatu ruang penyimpanan yang digunakan untuk menjaga dan menurunkan temperatur produk beserta kelembabannya agar kualitas produk tetap terjaga

Lebih terperinci

ANALISA KOMPARASI PENGGUNAAN FLUIDA PENDINGIN PADA UNIT PENGKONDISIAN UDARA (AC) KAPASITAS KJ/H

ANALISA KOMPARASI PENGGUNAAN FLUIDA PENDINGIN PADA UNIT PENGKONDISIAN UDARA (AC) KAPASITAS KJ/H ANALISA KOMPARASI PENGGUNAAN FLUIDA PENDINGIN PADA UNIT PENGKONDISIAN UDARA (AC) KAPASITAS 19010 19080 KJ/H Koos Sardjono, Ahmad Puji Prasetio Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN PENDINGIN PADA RUANG KULIAH PRODI NAUTIKA JURUSAN KEMARITIMAN

ANALISIS BEBAN PENDINGIN PADA RUANG KULIAH PRODI NAUTIKA JURUSAN KEMARITIMAN ANALISIS BEBAN PENDINGIN PADA RUANG KULIAH PRODI NAUTIKA JURUSAN KEMARITIMAN Mika Patayang (1), Erry Yadie (2) Staf Pengajar Jurusan Kemitraan Polnes Samarinda 1, 2 ) jl. batu cermin sempaja ujung kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Tugas Akhir Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang. Alasan pemilihan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk menciptakan suatu kondisi pada suatu ruang agar sesuai dengan keinginan. Sistem tata udara

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO 4205 100 009 TUJUAN PENELITIAN Membuat desain alat penukar panas yang optimal

Lebih terperinci

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1 By The Nest We do you Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1. Sebuah benda diukur menggunakan termometer Celcius menunjukan 20 o C jika diukur menggunakan termometer Fahrenheit menunjukan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Tata Udara Hampir semua aktifitas dalam gedung seperti kantor, hotel, rumah sakit, apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu penerangan,

Lebih terperinci

Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1)

Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1) Kusuma Vol. 10 No. 2 April 2003 urnal TEKNIK SIPIL Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah I G B Wijaya Kusuma 1) Abstrak Karena terbatasnya lahan yang tersedia di kodya Denpasar,

Lebih terperinci