penilaian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan wilayah Kepulauan Mentawai, percepatan pembangunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "penilaian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan wilayah Kepulauan Mentawai, percepatan pembangunan"

Transkripsi

1

2 RINGKASAN EKSEKUTIF RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA, SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN Kejadian bencana gempa bumi berkekuatan 7,2 SR (atau 7,5 SR menurut USGS) yang terjadi di Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 25 Oktober 2010 telah memicu terjadinya gelombang tsunami. Kedalaman gempa bumi yang cukup dangkal dan terletak pada zona subduksi dibawah dasar laut tersebut telah memicu terjadinya gelombang tsunami yang menurut informasi dari BPBD Provinsi Sumbar ketinggian gelombang mencapai 3 meter telah menghasilkan landaan tsunami sejauh 1 km ke arah daratan. Akibat bencana gempa bumi dan tsunami tersebut telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan juga kerusakan serta kerugian diberbagai sektor pembangunan yang melanda 4 (empat) kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, yaitu: Kecamatan Sipora Selatan, Kecamatan Pagai Selatan, Kecamatan Pagai Utara dan Kecamatan Sikakap. Berdasarkan data dan informasi dari posko BNPB dan Pusat Pengendalian Operasional Penanggulangan Bencana Sumatera Barat per tanggal 22 November 2010, bencana gempa bumi dan tsunami tersebut telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 509 orang meninggal dunia, 17 orang mengalami luka-luka, dan masyarakat mengungsi sebanyak jiwa, yang tersebar di titik-titik pengungsian di Kecamatan Sipora Selatan, Kecamatan Pagai Selatan, Kecamatan Pagai Utara, dan Kecamatan Sikakap. Berdasarkan penilaian kerusakan dan kerugian yang dilakukan, jumlah rumah rusak sebanyak unit rumah, dengan rincian kerusakan meliputi 879 unit rumah rusak berat, 116 unit rumah rusak sedang, dan 274 unit rumah rusak ringan. Dampak bencana juga mengakibatkan kerusakan sarana jalan, kantor pemerintahan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas perdagangan, dan resort pariwisata. Hasil penilaian kerusakan dan kerugian berdasarkan data per tanggal 22 November 2010, menunjukkan bahwa kejadian bencana gempa bumi dan tsunami tersebut telah menimbulkan kerusakan dan kerugian sebesar Rp. 348,92 miliar. Kerusakan dan kerugian terbesar terjadi pada sektor ekonomi produktif dengan perkiraan kerusakan dan kerugian mencapai Rp. 117,82 milyar (33,9% dari total nilai kerusakan dan kerugian), dimana hampir 80% kerusakan dan kerugian terjadi pada sub-sektor perkebunan dan sub-sektor perikanan. Kemudian diikuti kerusakan dan kerugian yang dialami sektor perumahan sebesar Rp. 115,82 miliar (33,2%), sektor infrastruktur Rp. 19,16 miliar (5,50%), sektor sosial Rp. 16,03 miliar (4.60%) dan lintas sektor sebesar Rp. 79,44 miliar (22,81%). i

3 Selanjutnya berdasarkan penilaian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan wilayah Kepulauan Mentawai, dengan memperhatikan arahan Presiden RI dan rekomendasi sektoral terhadap penanganan pascabencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai, perlu dilakukan relokasi permukiman masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai ke lokasi yang lebih aman. Disamping itu, kawasan Kepulauan Mentawai merupakan daerah yang rawan bencana alam (gempa bumi dan tsunami), sehingga perlu dilakukan upaya mitigasi bencana secara menyeluruh dalam menghadapi kejadian bencana di masa mendatang. Untuk itu, proses penilaian kebutuhan pemulihan wilayah pascabencana di Kabupaten Kepulauan Mentawai dilakukan dengan memperhitungkan aspek kebutuhan relokasi perumahan masyarakat serta pembangunan sarana dan prasarana pendukungnya. Sehingga, total kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi serta relokasi mencapai Rp. 432,25 milyar, dimana hampir 50% merupakan kebutuhan untuk pembangunan rumah dan prasarana lingkungan permukiman di lokasi baru, yakni sebesar Rp. 202, 84 milyar. Sementara dalam konteks percepatan pembangunan, mengingat bahwa wilayah Kepulauan Mentawai merupakan salah satu daerah tertinggal, maka diperkirakan dampak bencana gempa bumi dan tsunami tersebut akan semakin memperparah kondisi perekonomian serta sarana dan prasarana di wilayah Kepulauan Mentawai serta berimplikasi terhadap bertambahnya jumlah penduduk miskin sebesar 16,28%. Untuk itu, proses pemulihan wilayah pascabencana di Kepulauan Mentawai perlu diintervensi dengan kebijakan-kebijakan khusus guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain dengan strategi percepatan pembangunan, yang difokuskan untuk peningkatan dan pembangunan akses transportasi darat, laut maupun udara, yang diharapkan akan dapat mengurangi keterisoliran wilayah Kepulauan Mentawai serta dapat meningkatkan roda perekonomian wilayah tersebut. Melalui intervensi kebijakan percepatan pembangunan wilayah Kepulauan Mentawai, total kebutuhan percepatan pembangunan wilayah pascabencana gempabumi dan tsunami Mentawai mencapai Rp. 674,44 milyar. Dengan demikian, maka secara keseluruhan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan wilayah pascabencana di Kepulauan Mentawai berjumlah sebesar Rp. 1,106 triliun. Potensi bencana alam di wilayah Kepulauan Mentawai yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, merupakan gugusan pulau-pulau besar dan kecil dengan jumlah pulau sebanyak 98 (sembilan puluh delapan) buah. Dilihat dari potensi ancaman bencana alam, Kepulauan Mentawai memiliki indeks risiko yang tinggi terhadap ancaman bencana alam, baik berupa gempa bumi (tektonik), tsunami maupun abrasi pantai. Dari 43 desa yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai, 33 desa diantaranya terletak di daerah pesisir yang ii

4 merupakan kawasan rawan terhadap bencana tsunami dan abrasi pantai. Namun, hal ini telah di tindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan menerapkan berbagai upaya-upaya pengurangan risiko bencana dalam sistem perencanaan pembangunan daerah, yaitu dengan mengintegrasikan ke dalam perencanaan pembangunan jangka menengah RPJMD Kabupaten Kepulauan Mentawai serta melakukan revisi terhadap RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai berbasis mitigasi bencana yang saat ini sedang dalam inisiasi proses penyusunan. Kerangka kerja rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Berdasarkan pertimbangan perencanaan yang telah diuraikan sebelumnya, ruang lingkup rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi dalam kerangka pemulihan kehidupan masyarakat yang terdampak bencana gempa bumi dan tsunami di adalah Rehabilitasi dan Rekonstruksi dengan pendekatan Relokasi permukiman yang dilaksanakan secara bertahap pada tahun anggaran 2011 dan 2012, pada daerah terdampak tsunami yaitu Pulau Pagai Utara, Pulau Pagai Selatan dan Pulau Sipora. Percepatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap pada tahun anggaran 2012 dan 2013, terutama pada daerah terdampak tsunami dengan pendekatan penyediaan infrastruktur vital untuk membuka akses antar pulau termasuk Pulau Siberut. Dengan pertimbangan skala dan dampak kerusakan serta kebutuhan percepatan pembangunan wilayah Kepulauan Mentawai, pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan direncanakan akan berlangsung selama 3 tahun anggaran; yaitu dimulai pada tahun 2011, selama tahun 2012 dan berakhir pada tahun Perencanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dan percepatan pembangunan wilayah pascabencana di Kepulauan Mentwai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun Pendanaan penanggulangan bencana sebagaimana di atur dalam Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dana penanggulangan bencana adalah dana yang digunakan bagi penanggulangan bencana pada tahap prabencana, saat tanggap darurat dan/atau pascabencana yang bencana berasal dari: (a) APBN, (b) APBD; dan/atau (c) Masyarakat. Pendanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kota/Kabupaten dan masyarakat. Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi dan Percepatan Pembangunan Wilayah Kepulauan Mentawai merupakan kebijakan yang diintegrasikan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Dalam kaitannya dengan mekanisme perencanaan dan penganggaran pembangunan tahunan, Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi dan Percepatan Pembangunan Wilayah Kepulauan Mentawai dituangkan iii

5 dalam Rencana Kerja Pemerintah untuk penyusunan RAPBN, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk penyusunan RAPBD, sesuai dengan mekanisme dalam peraturan dan perundang-undangan. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi disusun melalui koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan BNPB serta UKP4, dengan pertimbangan bahwa fungsi pemerintah daerah tidak terpengaruh oleh kejadian bencana banjir bandang ini, maka pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan di wilayah Kepulauan Mentawai dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dengan dukungan dari kementerian/lembaga terkait yang di koordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Penyelenggaraan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dan percepatan pembangunan dilakukan secara sistematis, terpadu dan terkoordinasi sehingga kebutuhan untuk pembangunan sarana dan parasarana di setiap sektor dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemantauan penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan sebagai upaya pengendalian proses rehabilitasi dan rekonstruksi dan perpcepatan pembangunan, sedangkan evaluasi pelaksanaan dilakukan dalam rangka pencapaian standar minimum pelayanan dan peningkatan kinerja penanggulangan bencana serta sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dan percepatan pembangunan yang bersumber dari APBN dilaksanakan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Nasional. Untuk sumber pendanaan APBD Provinsi dan APBD Kabaupaten/Kota maka kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Pengakhiran masa tugas dan kesinambungan pemulihan pasca rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan disusun sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran guna memastikan kesinambungan operasi dan pemeliharaan asset rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai kewenangan lembaga berdasarkan peraturan dan perundang-undangan. Kesinambungan pemulihan pasca rehabilitasi dan rekonstruksi menuju pembangunan yang lebih baik berkelanjutan (Build Back Better) dilaksanakan melalui integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam kerangka perencanaan pembangunan daerah jangka menengah dan panjang serta reformasi kelembagaan penanggulangan bencana sesuai amanat Undang Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. iv

6 DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i v vii ix BAB I PENDAHULUAN I.1 I.1. LATAR BELAKANG I.1 I.2. MAKSUD DAN TUJUAN I.3 I.3. RUANG LINGKUP I.4 I.4. SISTEMATIKA PENULISAN I.4 BAB II KONDISI UMUM WILAYAH BENCANA II.1 II.1. KONDISI PERUMAHAN, SARANA DAN PRASARANA PUBLIK II.4 II.2. KONDISI SOSIAL BUDAYA II.9 II.3. II.4. KONDISI PEREKONOMIAN II.12 POTENSI BENCANA ALAM DAN TATA RUANG WILAYAH II.20 BAB III PENANGANAN WILAYAH PASCABENCANA III.1 III.1. PENILAIAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN III.4 III.2. PENILAIAN KEBUTUHAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI III.9 III.3. PEMULIHAN AWAL III.13 BAB IV PRINSIP, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMULIHAN SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN WILAYAH PASCABENCANA IV.1 IV.1. IV.2. PRINSIP DASAR DAN KEBIJAKAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI IV.1 PERTIMBANGAN PERENCANAAN BAGI PEMULIHAN WILAYAH PASCABENCANA DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI IV.5 IV.3. RUANG LINGKUP REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH PASCABENCANA DI MENTAWAI IV.13 IV.4. IV.5. REHABILITASI DAN RELOKASI DENGAN PENDEKATAN RELOKASI PEMUKIMAN -- IV.14 PERCEPATAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI IV.21 v

7 IV.6. IV.7. IV.8. SKIM PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN IV.22 STRATEGI PENYELENGGARAAN RELOKASI PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN IV.25 JADWAL PELAKSANAAN PEMULIHAN PASCABENCANA TSUNAMI DI MENTAWAI - IV.28 BAB V PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA, SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS MITIGASI BENCANA V.1 V.1. PENDANAAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI V.1 V.2. MEKANISME DAN KELEMBAGAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI V.5 V.3. PEMULIHAN EKONOMI MASYARAKAT KORBAN BENCANA V.8 V.4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI V.10 V.5. KESINAMBUNGAN PEMULIHAN PASCA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN BERBASIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA ---- V.13 BAB VI PENUTUP VI.1 VI.1. VI.2. VI.3. ASPEK LEGAL RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI VI.1 JANGKA WAKTU RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI VI.2 ASPEK AKUNTABILITAS PELAKSANAAN RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN VI.2 LAMPIRAN vi

8 DAFTAR GAMBAR GAMBAR I.1. GAMBAR I.2. LOKASI KEJADIAN GEMPA BUMI DI WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT I.1 WILAYAH TERKENA DAMPAK BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KEPULAUAN MENTAWAI I.2 GAMBAR II.1. PETA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI II.1 GAMBAR II.2. PROSENTASE KONTRIBUSI SEKTORAL TERHADAP PDRB KEPULAUAN MENTAWAI II.14 GAMBAR II.3. PROSPEK EKONOMI SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN - II.18 GAMBAR II.4. PETA INDEKS ANCAMAN BENCANA TSUNAMI DI INDONESIA II.21 GAMBAR II.5. PETA INDEKS ANCAMAN GEMPA BUMI DI INDONESIA II.22 GAMBAR III.1. DAMPAK KERUSAKAN PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KEPULAUAN MENTAWAI, 25 OKTOBER III.4 GAMBAR IV.1. STRATEGI PEMBANGUNAN RUMAH IV.1 GAMBAR IV.2. RENCANA RELOKASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN POROS -- IV.9 GAMBAR IV.3. PETA USULAN LOKASI RELOKASI PULAU PAGAI UTARA IV.10 GAMBAR IV.4. PETA USULAN LOKASI RELOKASI PULAU PAGAI SELATAN IV.11 GAMBAR IV.5. PETA USULAN LOKASI RELOKASI PULAU SIPORA IV.12 GAMBAR V.1. SKIM PENYELENGGARAAN KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI V.6 GAMBAR V.2. MEKANISME REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NON-BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT V.7 GAMBAR V.3. MEKANISME PELAKSANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG MILIK PEMERINTAH, PRASARANA DAN INFRASTRUKTUR (KONTRAKTUAL) V.8 GAMBAR V.4. KERANGKA KOORDINASI PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -- V.16 GAMBAR V.5. KONSTRUKSI RANGKA BAJA REKONSTRUKSI PERUMAHAN NAD NIAS - V.20 GAMBAR V.6. PERMODELAN PEMBANGUNAN RUMAH KAYU TAHAN GEMPA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM V.21 vii

9 GAMBAR V.7. PERMODELAN PEMBANGUNAN RUMAH TAHAN GEMPA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI V.22 GAMBAR V.8. PERMODELAN PEMBANGUNAN RUMAH RAMAH BENCANA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN V.23 GAMBAR V.9. PERMODELAN PEMBANGUNAN RUMAH TEMBOK TAHAN GEMPA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM V.24 viii

10 DAFTAR TABEL TABEL II.1. JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN II.4 TABEL II.2. PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN II.5 TABEL II.3. KONDISI JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI II.6 TABEL II.4. TABEL II.5. JUMLAH PELABUHAN / DERMAGA DAN PPI DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN JUMLAH KELAS, GURU DAN MURID DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN II.7 II.9 TABEL II.6. TABEL II.7. TABEL II.8. DISTRIBUSI SEKOLAH DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN II.10 FASILITAS DAN TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN II.11 SEBARAN FASILITAS RUMAH IBADAH DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN II.12 TABEL II.9. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH) II.13 TABEL II.10. KONDISI BIDANG PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN II.16 TABEL II.11. OBJEK WISATA DAN PENGINAPAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN II.17 TABEL II.12. PROSPEK EKONOMI SEKTORAL KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI II.19 TABEL III.1. DATA KORBAN BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KEPULAUAN MENTAWAI III.5 TABEL III.2. IKHTISAR REKAPITULASI KERUSAKAN DAN KERUGIAN (RP JUTA) III.6 TABEL III.3. RINCIAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN PADA SEKTOR EKONOMI PRODUKTIF (RP JUTA) III.8 ix

11 TABEL III.4. REKAPITULASI PENILAIAN KEBUTUHAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN WILAYAH PASCABENCANA DI KEPULAUAN MENTAWAI (RP JUTA) III.11 TABEL III.5. KEBUTUHAN PEMULIHAN PASCABENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI III.13 TABEL III.6. PERKIRAAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMULIHAN AWAL PASCABENCANA DI KEPULAUAN MENTAWAI III.14 TABEL IV.1. REKOMENDASI KEMENTERIAN/LEMBAGA BAGI PENANGANAN PASCABENCANA DI MENTAWAI DAN DAERAH PASCABENCANA LAINNYA IV.3 TABEL IV.2. TABEL IV.3. IKHTISAR KERUSAKAN DAN KERUGIAN PER SEKTOR AKIBAT TSUNAMI 25 OKTOBER IV.6 RENCANA SISTEM PERKOTAAN IV.7 TABEL IV.4. DATA REKAPITULASI PENDUDUK BAGI RELOKASI PERMUKIMAN PASCABENCANA MENTAWAI IV.8 TABEL IV.5. TABEL IV.6. TABEL V.1. TABEL V.2. SKIM SUMBER PENDANAAN IV.24 JADWAL PELAKSANAAN RELOKASI PERMUKIMAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN IV.28 INDIKASI KEBUTUHAN PENDANAAN KOMPONEN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SERTA KOMPONEN PERCEPATAN V.3 MEKANISME PELAPORAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI SUMBER DANA APBN V.10 x

12 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Bencana gempa bumi berkekuatan 7,2 SR (atau 7,5 SR menurut USGS) kembali terjadi di Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 25 Oktober 2010 telah memicu terjadinya gelombang tsunami. Kedalaman gempa bumi yang cukup dangkal dan terletak pada zona subduksi dibawah dasar laut tersebut telah memicu terjadinya gelombang tsunami yang menurut informasi dari BPBD Provinsi Sumbar ketinggian gelombang mencapai 3 meter telah menghasilkan landaan tsunami sejauh 1 km ke arah daratan. Gambar I.1. Lokasi Kejadian Gempa bumi di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010

13 Guncangan gempa dan gelombang tsunami tersebut telah menyebabkan kerusakan dan kerugian di 4 wilayah kecamatan di Kepulauan Mentawai, yaitu Kecamatan Pagai Utara, Pagai Selatan, Sipora Selatan, dan Sikakap.Wilayah Kecamatan Pagai Selatan dan Kecamatan Pagai Utara merupakan daerah yang paling parah terkena dampak gempa bumi dan gelombang tsunami yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerusakan bangunan rumah serta sarana dan prasarana. Hal ini juga turut dipengaruhi oleh letak geografis wilayah Kecamatan Pagai Selatan yang berada dekat dengan pusat kejadian gempa dan terletak di pesisir pantai barat. Gambar I.2. Wilayah Terkena Dampak Bencana Gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai Sumber : USGS, 25 Oktober 2010 I.2

14 I.2. MAKSUD DAN TUJUAN Buku Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi serta Percepatan Pembangunan Wilayah Pascabencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat Tahun ini disusun sebagai rencana program dan kegiatan untuk: 1. Membangun kesepahaman dan komitmen antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dunia usaha, masyarakat, perguruan tinggi/akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat, dalam membangun kembali seluruh sendi kehidupan masyarakat yang terkena dampak bencana di Kabupaten Kepulauan Mentawai; 2. Menyelaraskan seluruh kegiatan perencanaan rehabilitasi pascabencana yang disusun oleh pemerintah pusat, dalam hal ini adalah kementerian/lembaga, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai; 3. Menyesuaikan perencanaan yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); 4. Memaduserasikan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dengan perencanaan tahunan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten yang dituangkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah; 5. Memberikan gambaran yang jelas kepada pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya mengenai pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi; 6. Mengembangkan sistem dan mekanisme mobilisasi pendanaan dari sumber APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten dan masyarakat secara efisien, efektif, transparan, partisipatif dan akuntabel, sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance); 7. Mempersiapkan wilayah Kepulauan Mentawai dalam menghadapi risiko bencana di masa mendatang dengan melakukan percepatan pembangunan wilayah pascabencana yang berbasis mitigasi bencana. Sedangkan tujuan diterbitkannya Buku Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat Tahun ini adalah: I.3

15 1. Terbentuknya saling pengertian antara pemerintah pusat dan daerah serta unsurunsur swasta, masyarakat nasional dan daerah agar pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dapat berlangsung dengan baik; 2. Perencanaan program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana sesuai dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan, sesuai dan selaras dengan dokumen perencanaan nasional dan daerah; 4. Perencanaan dan penganggaran yang partisipatif dan konsultatif, yakni program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana telah dikonsultasikan dan memuat masukan dari dan kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders); 5. Memudahkan dilakukannya pemantauan dan pengendalian atas kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana; 6. Penggunaan dan pengelolaan sumber dana untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang mematuhi prinsip "prudent" (kehati-hatian) dan "accountable" (bertanggung-jawab). I.3. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi ini meliputi: (1) Sektor perumahan dan prasarana lingkungan permukiman; (2) Sektor infrastruktur yang terdiri dari transportasi (darat, laut dan udara), air dan sanitasi, energi dan telekomunikasi; (3) Sektor sosial yang terdiri dari pendidikan, kesehatan, agama, sosial dan kebudayaan; (4) Sektor ekonomi produktif yang terdiri dari pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan, perikanan, pariwisata, perindustrian, koperasi dan UKM; (5) Lintas sektor yang meliputi sektor pemerintahan dan ketertiban dan keamanan (TNI/POLRI) dan lingkungan hidup serta keuangan dan perbankan. I.4. SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan buku Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kepualauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat Tahun terdiri dari 6 bab yaitu: I.4

16 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang perlunya penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana gempa bumi dan tsunami, maksud dan tujuan yang ingin dicapai, ruang lingkup pembahasan, serta sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BENCANA Bab II mengulas gambaran singkat terhadap karakteristik wilayah sebelum kejadian bencana, yang ditinjau dari: (1) kondisi perumahan, sarana dan prasarana; (2) kondisi sosial dan budaya; dan (3) kondisi perkonomian serta (4) potensi bencana dan rencana tata ruang wilayah. BAB III PERKIRAAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN, KEBUTUHAN PEMULIHAN Bab III membahas tentang metodologi penilaian kerusakan dan kerugian dan hasil penilaian kerusakan dan kerugian pascabencana, serta hasil penilaian kebutuhan pemulihan atas 5 sektor, meliputi: (1) Sektor perumahan dan prasarana lingkungan permukiman; (2) Sektor infrastruktur; (3) Sektor sosial; (4) Sektor ekonomi produktif; dan (5) Lintas sektor. BAB IV PRINSIP, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMULIHAN SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN WILAYAH PASCABENCANA Bab IV berisikan prinsip dasar, ruang lingkup pemulihan, kebijakan, serta strategi dan pentahapan pelaksanaan pemulihan pascabencana. BAB V PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA, SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS MITIGASI BENCANA Bab V membahas tentang proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pendanaan, kelembagaan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, serta kesinambungan pemulihan dalam kerangka percepatan pembangunan yang berbasis mitigasi bencana. BAB VI PENUTUP Bab VI merupakan bagian penutup yang berisikan tentang regulasi, tanggungjawab dan jangka waktu pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, serta percepatan pembangunan Kepulauan Mentawai. I.5

17 BAB II KONDISI UMUM WILAYAH BENCANA Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan posisi geografis yang terletak diantara 0 O O Lintang Selatan dan 98 O O Bujur Timur dengan luas wilayah sebesar 6.011,35 km 2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara geografis, daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai ini terpisahkan dari Provinsi Sumatera Barat oleh Laut, yaitu dengan batas sebelah utara adalah Selat Siberut, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan selat Mentawai, serta sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 4 pulau besar ditambah pulau-pulau kecil sebanyak 98 buah. Keempat pulau besar ini adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. Secara geografis dan administratif, Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 10 kecamatan, 43 desa dan 202 dusun. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah sebagai berikut 1 : 1. Kecamatan Pagai Selatan dengan luas wilayah 901,08 km 2 (14,99 %) dan ibukota kecamatan adalah Malakopak, 2. Kecamatan Sikakap dengan luas wilayah 278,45 km 2 (4,63 %) dan ibukota kecamatan adalah Sikakap, 3. Kecamatan Pagai Utara dengan luas wilayah 342,02 km 2 (5,69 %) dan ibukota kecamatn adalah Saumanganyak, 4. Kecamatan Sipora Selatan dengan luas wilayah 268,47 km 2 (4,47 %) dan ibukota kecamatan adalah Sioban, 5. Kecamatan Sipora Utara dengan luas wilayah 383,08 km 2 (6,37 %) dan ibukota kecamatan adalah Sido Makmur, 6. Kecamatan Siberut Selatan dengan luas wilayah 508,33 km 2 (8,46 %) dan ibukota kecamatan adalah Muara Siberut, 7. Kecamatan Siberut Barat Daya dengan luas wilayah 649,08 km 2 (10,80 %) dan ibukota kecamatan adalah Pasakiat Tailelu, 8. Kecamatan Siberut Tengah dengan luas wilayah 739,87 km 2 (12,31 %) dan ibukota kecamatan adalah Saibi Samukop, 1 Kondisi Geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2009, (BPS Kab.Kepulauan Mentawai), Hal.1-2

18 9. Kecamatan Siberut Utara dengan luas wilayah 816,11 km 2 (13,58 %) dan ibukota kecamatan adalah Muara Sikabaluan, 10. Kecamatan Seberut Barat dengan luas wilayah 1.124,86 km 2 (18,71 %) dan ibukota kecamatan adalah Suimatalu. Secara topografi, permukaan wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi antara dataran, sungai, dan berbukit-bukit, dimana rata-rata ketinggian daerah seluruh ibukota kecamatan dari permukaan laut (DPL) adalah 2 meter. Kabupaten Kepulauan Mentawai beribukota Tuapejat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak tempuh ke kota Padang sepanjang 153 km. Untuk mencapai ibukota Provinsi Sumatera Barat ini harus ditempuh melalui jalan laut. Begitu pula halnya transportasi dari masing-masing ibukota kecamatan ke kota Padang ataupun ke ibukota kabupaten juga harus ditempuh melalui jalur laut. Gambar II.1. Peta Kabupaten Kepulauan Mentawai PADANG 150 Km 175 Km Daerah Bencana Sumber: Paparan Gubernur Sumatera Barat Pada Rakor di Bappenas, 3 Desember II.2

19 Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 memiliki 10 kecamatan, 43 desa, dan 202 dusun. Kesepuluh kecamatan baru tersebut merupakan hasil pemekaran dari empat kecamatan lama (induk). Kecamatan Pagai Utara Selatan mengalami pemekaran menjadi tiga kecamatan baru, yaitu Kecamatan Pagai Selatan, Kecamatan Sikakap dan Kecamatan Pagai Utara, Kecamatan Sipora mengalami pemekaran menjadi dua kecamatan baru, yaitu kecamatan Sipora Selatan dan Kecamatan Sipora Utara. Sementara itu Kecamatan Siberut Selatan mengalami pemekaran menjadi tiga kecamatan baru, yaitu Kecamatan Siberut Selatan, Kecamatan Siberut Barat Daya dan Kecamatan Siberut Tengah; Kecamatan Siberut Utara mengalami pemekaran menjadi dua kecamatan baru, yaitu Kecamatan Siberut Utara dan Kecamatan Siberut Barat. Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah orang dengan penduduk laki-laki sebanyak orang dan penduduk perempuan sebanyak orang. Tahun 2009, jumlah penduduk meningkat 1,68 % jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 ( orang). Sedangkan komposisi jumlah penduduk dan kepadatan penduduk untuk masing-masing kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Dari total 10 Kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai, jumlah penduduk terbanyak adalah di Kecamatan Sikakap dengan jumlah penduduk tercatat sekitar orang atau 12,42 % dari total jumlah penduduk. Kemudian Kecamatan Sipora Utara sebagai ibukota kabupaten menempati urutan ke dua dengan jumlah penduduk sebanyak orang atau 12,04 % dari total jumlah penduduk, selanjutnya Kecamatan Pagai Selatan dengan jumlah penduduk sebanyak orang atau 11,75 % dari total jumlah penduduk, dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Pagai Utara yakni sebanyak orang atau 6,68 % dari total jumlah penduduk. Kepadatan penduduk untuk masing-masing kecamatan menunjukkan distribusi yang cukup bervariasi, dimana kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Sikakap dengan kepadatan 31 orang/ km 2. Adapun kepadatan penduduk di Kecamatan Sipora Utara selaku ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sekitar 22 orang/ km 2. Sedangkan Kecamatan Siberut Barat merupakan kecamatan yang relatif jarang penduduknya, yakni sekitar 5 orang/km 2. Dan rata-rata kepadatan penduduk untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai tercatat sekitar 12 orang/ km 2. II.3

20 No. Kecamatan Tabel II.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 Jumlah Jiwa L P Jumlah Luas Daerah (km2) Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Pagai Selatan 4,312 3,931 8, ,08 9,15 2 Sikakap 4,528 4,187 8, ,45 31,30 3 Pagai Utara 2,429 2,261 4, ,02 13,71 4 Sipora Selatan 4,145 3,758 7, ,47 29,44 5 Sipora Utara 4,401 4,047 8, ,08 22,05 6 Siberut Selatan 3,997 3,746 7, ,33 15,23 7 Siberut Barat Daya 2,887 2,668 5, ,08 8,56 8 Siberut Tengah 2,908 2,678 5, ,87 7,55 9 Siberut Utara 3,667 3,455 7, ,11 8,73 10 Siberut Barat 3,205 2,964 6, ,86 5,48 Jumlah 36,479 33,695 70,174 6, Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Jika dilihat dan berdasarkan angka kepadatan penduduk tersebut, untuk 1 km 2 di Kabupaten Kepulauan Mentawai hanya dihuni oleh penduduk secara rata-rata sekitar 12 orang. Kemudian karateristik penduduk di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang cenderung tinggal mengelompok pada spot area tertentu untuk masing-masing dusun, sehingga penduduk antara satu dusun dengan dusun lainnya cenderung terpisah meskipun dalam satu desa. Selain itu kebanyakan penduduk di Kabupaten Kepulauan Mentawai juga cenderung tinggal di daerah pesisir atau dekat pantai dan sungai. Hal ini akan mengakibatkan suatu wilayah dusun atau desa tertentu tidaklah merata dihuni oleh penduduk, sehingga menyebabkan distribusi penduduk di Kabupaten Kepulauan Mentawai kurang merata. II.1. KONDISI PERUMAHAN, SARANA DAN PRASARANA PUBLIK Kondisi geografis dan alam Kabupaten Kepulauan Mentawai saat ini sebagian besar merupakan kawasan hutan. Total kawasan hutan (terdiri dari hutan lebat, hutan sejenis, semak belukar) memiliki presentase terbesar yaitu mencapai 85,19 % dari luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai atau sebesar hektar atau sebagaian berpotensi sebagai lahan tidur, meliputi hektar berupa hutan lebat (76,02 %), hektar berupa hutan sejenis (2,05 %) dan selebihnya sebesar hektar berupa semak belukar (7,11 %). Sementara itu komposisi luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya sektor pertanian adalah sebesar hektar atau 14,26 persen dari total luas wilayah, meliputi II.4

21 446 hektar luas lahan untuk sawah (0,07 %), 40 hektar luas lahan untuk tegalan (0,01 %), hektar luas lahan untuk kebun campuran (11,36 %), dan hektar luas lahan untuk perkebunan (2,82 %). No 1 Kecamatan Pagai Selatan Tabel II.2. Penggunaan Lahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 Luas Lahan (ha) Kebun Permukiman Sawah Tegalan Perkebunan Campuran ,436 2,300 Hutan Semak Belukar 68,608 8,228 2 Sikakap ,772 1,088 17,509 3,760 3 Pagai Utara ,232 2,444 27, Sipora 16,080 1, , Selatan 5 Sipora Utara ,605 4,432 19,168 5,148 6 Siberut 41,561 5, , Selatan 7 Siberut 48,940 7, ,300 1,876 Barat Daya 8 Siberut 61,851 2, ,416 1,000 Tengah 9 Siberut 58,759 5, , Utara 10 Siberut 97,222 2, ,236 2,144 Barat Jumlah 3, ,419 16, ,956 42,740 Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Luas lahan untuk permukiman atau rumah hanya sebesar hektar atau 0,52 persen dari total luas wilayah. Keadaan lahan untuk permukiman di Kabupaten Kepulauan Mentawai ini tersebar untuk masing-masing kecamatan. Terkadang untuk mencapai daerah permukiman disuatu dusun atau desa pada kecamatan yang sama memerlukan waktuyang lama. Hampir sebagian besar transportasi utama masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah dengan menggunakan jalur laut. 1. Transportasi Transportasi merupakan kebutuhan sarana dan prasarana yang sangat penting dalam menunjang perkembangan suatu daerah. Transportasi memegang peranan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah, termasuk menunjang kelancaran interaksi II.5

22 antar daerah, perdagangan dan jasa pelayanan. Sistem transportasi yang dimaksud adalah transportasi darat (jaringan jalan raya), transportasi laut dan transportasi udara. Transportasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah transportasi darat dan transportasi laut. A. Transportasi Darat Seluruh Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai mempunyai total panjang jalan hingga 728,53 Km, dimana jumlah panjang jalan terbesar berada di Kecamatan Pagai Utara Selatan, yakni mencapai 359,0 Km, sedangkan panjang jalan di Kecamatan Sipora, Kecamatan Siberut Selatan, Kecamatan Siberut Utara berturut-turut adalah 193,2 Km, 46,2 Km dan 84,5 Km. Sementara itu total jalan di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang memiliki kondisi baik hanya 21,17 km, sedangkan 63,30 km rusak ringan, 139,95 km kondisinya rusak berat dan sepanjang 504,11 km kondisi jalannya belum tembus. Tabel II.3. Kondisi Jalan dan Jembatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Kondisi Jalan (Km) Kondisi Jembatan (Km) No Kecamatan Rusak Rusak Rusak Rusak Panjang Baik Panjang Baik Ringan Berat Ringan Berat 1 Pagai Selatan Sikakap Pagai Utara Sipora Selatan Sipora Utara Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah Siberut Utara Siberut Barat Jumlah Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka B. Transportasi Laut Kabupaten Kepulauan Mentawai hingga tahun 2009 memiliki 11 buah pelabuhan laut dan terdiri atas 8 pelabuhan beton dan 1 pelabuhan berkonstruksi besi, sedangkan pelabuhan kayu yang sebelumnya sudah ada rusak berat dan tidak berfungsi lagi. Sebanyak 3 pelabuhan terdapat di Kecamatan Sikakap (3 buah Pelabuhan Laut Sikakap), 3 pelabuhan terdapat di kecamatan Sipora (3 buah Pelabuhan Laut di Sioban dan Tuapejat), 2 II.6

23 Pelabuhan di Kecamatan Siberut Selatan (Pelabuhan Laut Maileppet), dan 1 pelabuhan di Kecamatan Siberut Utara (Pelabuhan Laut Pokai). Tabel II.4. Jumlah Pelabuhan/ Dermaga dan PPI di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 No Kecamatan Jenis Pelabuhan/ Demaga Beton Besi Kayu PPI 1 Pagai Utara Selatan (Sikakap) Sipora (Sioban dan Tuapajet) Siberut Selatan (Maileppet) Siberut Utara (Pokai) Jumlah Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Jumlah kunjungan kapal di pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai. Jumlah kunjungan kapal di pelabuhan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2009 ini mencapai kapal atau mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu 52,44 % (tahun 2008 : kapal), Sementara itu jumlah penumpang yang naik - turun di pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai juga mengalami kenaikan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2008, yaitu sebanyak orang atau turun 34,60 persen (tahun 2008 : orang). Total penumpang yang naik dari pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2009 ada sebanyak orang (tahun 2008 : orang), sedangkan total penumpang yang turun ke pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2009 ada sebanyak orang (tahun 2008 : orang). Frekuensi terbanyak dari total penumpang yang naik turun ini terdapat di Kecamatan Sipora Utara yaitu di Pelabuhan Tuapejat mengingat kecamatan ini merupakan lokasi dari ibukota kabupaten. C. Transportasi Udara Disamping transportasi darat dan laut, Kabupaten Kepulauan Mentawai juga memiliki sarana transportasi udara, yaitu pelabuhan udara khusus (milik swasta) di Pagai Utara Selatan. Saat ini kebutuhan akan layanan transportasi udara di Kabupaten Kepulauan Mentawai masih sangat rendah. Kebanyakan pengguna adalah kalangan-kalangan tertentu yang melakukan bisnis dalam skala besar, ketika itu pengusaha-pengusaha kayu di Kabupaten Kepulauan Mentawai sedang gencar-gencarnya beroperasi, namun seiring II.7

24 dengan semakin surutnya perusahaan hutan, maka sejak tahun 1999 kedua pelabuhan udara itupun tidak beroperasi lagi. Selain itu Kabupaten Kepulauan Mentawai juga memiliki sarana transportasi udara, yaitu bandara Rokot yang terletak di Kecamatan Sipora yang dapat dilandasi pesawat dengan kapasitas orang dan melayani rute penerbangan dari Mentawai ke Kota Padang secara reguler. Namun dengan ketersediaan sarana transportasi udara diharapkan akan semakin memperlancar arus transportasi keluar daerah baik dari kecepatan maupun jarak. 2. Listrik dan Air Pada Tahun 2009 ada sebanyak pelanggan yang tersebar di 10 (sepuluh) kecamatan atau terjadi peningkatan sebesar 3,86 % dari tahun 2008 Jumlah pelanggan terbesar ada di Kecamatan Sipora Utara yaitu sebanyak pelanggan (33,57 %) dengan Pusat Daerah Aliran Listrik berada di Desa Tuapejat, diikuti oleh Kecamatan Sikakap dengan jumlah pelanggan sebanyak 881 pelanggan (25,19 %) dengan Pusat Daerah Aliran Listrik berada di Desa Sikakap, dan Taikako, kemudian Kecamatan Siberut Selatan dengan jumlah pelanggan sebanyak 765 pelanggan (21,88 %) dengan Pusat Daerah Aliran Listrik berada di Desa Muara Siberut dan Maileppet, kemudian Kecamatan Sipora Selatan dengan jumlah pelanggan 283 pelanggan (8,09 %) dengan Pusat Daerah Aliran Listrik berada di Desa Sioban. Mengenai jumlah produksi, distribusi dan penjualan air minum, bahwa hingga tahun 2009 hanya Kecamatan Sipora Utara saja yang baru memperoleh fasilitas air minum ini, dimana jumlah produksi air tahun 2009 mencapai m 3, dengan jumlah distribusi sebanyak m 3 dan jumlah terjual sebanyak m 3. Sedangkan jumlah air yang terjual ke pelanggan mencapai 76,77 % dari total distribusi air dengan jumlah persentase distribusi sebesar 53,78 % terhadap total produksi. 3. Pos dan Telekomunikasi Kabupaten Kepulauan Mentawai hanya memiliki Kantor Pos Pembantu sebanyak 4. Kantor Pos Pembantu ini hanya berlokasi di empat kecamatan induk saja (Sikakap, Sipora Selatan, Siberut Selatan, dan Siberut Utara). Sementara itu informasi yang berhasil dihimpun dari PT Telkom Tuapejat bahwa total kapasitas sst yang terpasang dan terisi pada tahun 2009 adalah sebanyak sst. Sedangkan sarana telekomunikasi seperti telepon II.8

25 dan handphone sudah dapat dinikmati oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Ibukota Kabupaten serta ibukota kecamatan dan sekitarnya. II.2. KONDISI SOSIAL BUDAYA 1. Pendidikan Pada bidang pendidikan, jumlah sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) pada tahun 2009 masing-masing sebanyak 58 TK Swasta, 112 SD (104 Negeri dan 8 Swasta), 18 SLTP (14 Negeri dan 4 Swasta), serta 6 SLTA (5 Negeri dan 1 Swasta). No Kecamatan Tabel II.5. Jumlah Kelas, Guru dan Murid di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 TK SD SLTP SLTA Kelas Guru Murid Kelas Guru Murid Kelas Guru Murid Kelas Guru Murid 1 Pagai Selatan Sikakap Pagai Utara Sipora Selatan Sipora Utara Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah Siberut Utara Siberut Barat Jumlah Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Berdasarkan tabel diatas digambarkan jumlah kelas, guru dan murid se-kabupaten Kepulauan Mentawai yang dimulai dari Taman Kanak-Kanan dengan 117 ruang kelas, 116 guru dan murid. Pada Sekolah Dasar terdiri atas 761 kelas, 552 guru, dan murid SD, untuk tingkat SLTP se-kabupaten Kepulauan Mentawai sebanyak 125 kelas, 240 guru, dan 3.687murid. Sedangkan untuk tingkat SLTA berjumlah 87 kelas, 207 guru, dan murid. II.9

26 No Tabel II.6. Distribusi Sekolah di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 Kecamatan TK SD SLTP SLTA Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1 Pagai Selatan Sikakap Pagai Utara Sipora Selatan Sipora Utara Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah Siberut Utara Siberut Barat Jumlah Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Sekolah Islam di Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan data dari Departemen Agama Kabupaten Kepulauan Mentawai, jumlah Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Kepulauan Mentawai hanya ada 1 buah (Swasta) dan berlokasi di Kecamatan Sikakap, sedangkan jumlah Madrasah Tsanawiyah ada 3 buah (2 Negeri dan 1 Swasta), masingmasing Negeri satu buah di Kecamatan Sikakap dan Kecamatan Sipora Selatan, serta 1 buah Madrasah Tsanawiyah Swasta di Kecamatan Siberut Utara, sedangkan untuk Madrasah Aliyah hanya ada 1 buah (Swasta) di Kecamatan Sipora Utara. 2. Kesehatan Bidang Kesehatan merupakan salah satu bidang yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan suatu daerah. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai setiap tahunnya terus meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan. Jumlah Puskesmas, Pustu, Poskesdes dan Posyandu di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2009 ini masing-masing sebanyak 25 unit (7 unit Puskesmas dan 18 unit Pustu), 22 unit Poskesdes dan 225 unit Posyandu. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan seperti Dokter, dan Perawat/Bidan di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2009 masing-masing sebanyak 6 Dokter, 118 Perawat dan 28 Bidan. II.10

27 No Kecamatan Tabel II.7. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 Fasilitas Kesehatan Tenaga Kesehatan Puskesmas Pustu Poskesdes Posyandu Dokter Perawat Bidan 1 Pagai Selatan Sikakap Pagai Utara Sipora Selatan Sipora Utara Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah Siberut Utara Siberut Barat Jumlah Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas di Kabupaten Kepulauan Mentawai selama 4 triwulan tahun 2009 mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan tahun 2008, yaitu lebih dari 6 kali lipat, dengan jumlah kunjungan kunjungan (tahun 2008 sebanyak kunjungan). Selama tahun 2009, rata-rata kunjungan pasien pada Puskesmas untuk tiap triwulannya di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebanyak kunjungan. 3. Agama Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai mayoritas memeluk Agama Kristen Protestan, yakni mencapai 54,70 persen, diikuti oleh Agama Kristen Katholik dengan jumlah pemeluk mencapai 27,90 persen, sedangkan pemeluk Agama Islam hanya mencapai 17,40 persen. Sementara itu, jumlah rumah ibadah secara keseluruhan di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2009 tidak mengalami perubahan dibandingkan kondisi tahun 2008, yaitu menjadi 336 rumah ibadah, yang dirinci sebagai berikut : Mesjid sebanyak 50 buah, Mushalla sebanyak 17 buah, Gereja Kristen Protestan sebanyak 185 buah, dan Gereja Katholik sebanyak 83 buah. Selanjutnya informasi lebih detail mengenai rumah ibadah berdasarkan agama dapat dilihat dalam tabel berikut: II.11

28 No Kecamatan Tabel II.8. Sebaran Fasilitas Rumah Ibadah di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 Islam Kristen Protestan Kristen Katholik Masjid Mushalla GKPM GPDI GISI GBI Permanen Kayu 1 Pagai Selatan Sikakap Pagai Utara Sipora Selatan Sipora Utara Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah Siberut Utara Siberut Barat Jumlah Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka II.3. KONDISI PEREKONOMIAN A. Perkembangan PDRB Salah satu indkator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu wilayah dalam satu periode tertentu di tunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Kinerja pembangunan ekonomi pada tahun 2009 di Kabupaten Kepulauan Mentawai sedikit meningkat dibandingkan pada tahun Meningkatnya kinerja pembangunan ekonomi ini disebabkan karena kondisi sosial, politik dan keamanan yang lebih stabil daripada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2009, secara nominal terjadi kenaikan nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 195, juta rupiah. Dimana, pada tahun 2008 nilainya sebesar ,46 juta rupiah maka pada tahun 2009 naik menjadi ,53 juta rupiah. Namun kenaikan tersebut belum dapat dikatakan terjadi perbaikan produktivitas ekonomi secara riil karena masih adanya elemen inflasi di dalamnya. Dari nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 dapat kita lihat produktivitas ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai secara riil. Dimana pada tahun 2009 nilainya mencapai ,33 juta rupiah atau meningkat sebesar ,62 juta rupiah dibandingkan pada tahun 2008 tercatat sebesar ,71 juta rupiah. Dengan kata lain, Kabupaten Kepulauan Mentawai mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,67 %. II.12

29 Secara keseluruhan pada tahun 2009 ini, semua sektor mengalami pertumbuhan positif walaupun beberapa sektor berada di bawah nilai rata-rata pertumbuhan Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar 4,67%. Laju pertumbuhan beberapa sektor yang berada di bawah nilai pertumbuhan Kabupaten Kepulauan Mentawai, kecuali sektor Pertambangan dan Penggalian (5,30%), Perdagangan, Hotel, & Restoran (5,35%), Jasa-jasa (5,51%), Pengangkutan dan Komunikasi (7,03%), dan Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan (7,61%) serta sektor Bangunan (9,41 %). Dimana sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan kontribusi terhadap PDRB sebesar 56%. Tabel II.9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Mentawai Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha (Juta Rupiah) No. Lapangan Usaha Pertanian 507, , , Pertambangan 4, , , Industri Pengolahan 67, , , Listrrik,Gas dan air bersih 1, , , Bangunan 32, , , Perdagangan,hotel dan restoran 176, , , Pengangkutan dan Komunikasi 60, , , Keuangangan,penyewaan dan jasa perusahaan 10, , , Jasa-jasa 51, , , Produk Domestik Regional Bruto (PDRB 912, ,099, ,294, Sumber: Indikator Ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai 2009 II.13

30 Gambar II.2. Prosentase Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kepulauan Mentawai Sumber: Tim P3B Bappenas, diolah dari Indekon Kepulauan Mentawai Pertanian Tanaman Pangan Pada bidang pertanian, terutama pada tanaman pangan, perkembangan tanaman padi sawah pada tahun 2009 di Kabupaten Kepulauan Mentawai mengalami penurunan hampir separuh dibandingkan dengan tahun 2008 dari segi luas tanam dan luas panen. Sedangkan jumlah produksinya hanya sedikit berkurang. Luas tanam padi sawah pada tahun 2009 ini adalah 363 hektar dengan luas panen mencapai 224 hektar. Seiring dengan kondisi diatas, jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Kepulauan Mentawai juga mengalami penurunan dari ton pada tahun 2008 menjadi 1.376,30 ton pada tahun 2009 atau terjadi penurunan sekitar 13,00 persen. Tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan talas (keladi) bervariasi. Tanaman jagung meskipun luas tanam dan luas panennya mengalami kenaikan, tetapi produksinya malah menurun. Sedangkan untuk kacang tanah, baik luas tanam, luas panen, maupun produksinya seluruhnya mengalami kenaikan. Sedangkan tanaman sayuran (tanaman kacang panjang, terong, ketimun, cabe besar, cabe rawit, kangkung, dan tomat) rata-rata mengalami peningkatan yang cukup bervariasi dalam hal luas tanam, luas panen dan jumlah produksi jika dibandingkan pada tahun Namun tanaman buah-buahan yang meliputi durian, alpukat, mangga, rambutan, duku, jeruk, jambu biji, jambu air, pepaya, manggis, pisang, nangka, melinjo, petai, nenas, salak, II.14

31 dan sawo. Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan daerah yang memiliki jumlah tanaman pisang terbesar diantara jenis tanaman buah-buahan yang lain. Jumlah tanaman pisang yang terdaftar pada tahun 2009 di Kabupaten Kepulauan Mentawai mencapai pohon atau meningkat 33 kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2008 ( pohon), jumlah produksinya meningkat sebesar 17,94 kali ( ,44 kwintal) jika dibandingkan dengan produksi pada tahun 2008 (10.801,12 kwintal). 2. Peternakan Pada tahun 2009, populasi peternakan sapi mencapai 226 ekor dengan jumlah pemotongan sebanyak 61 ekor atau berkisar 26,99 % dari total populasi. Persentase populasi terbesar terdapat di Kecamatan Sipora Utara yang mencapai 26,55 % dari total populasi sapi yang terdapat pada 10 (sepuluh) Kecamatan. Sementara itu populasi hewan kerbau sebanyak 167 ekor dengan persentase terbesar terdapat di Kecamatan Siberut Selatan, yakni mencapai 32,93 %. Sedangkan untuk jenis ternak kambing terbanyak ada di Kecamatan Sipora Utara, yakni sebanyak 130 ekor dari 714 ekor total kambing di Kabupaten Kepulauan Mentawai (18,21 %), sedangkan jumlah pemotongan kambing di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebanyak 134 ekor (18,77 %). Sementara itu jumlah populasi ternak babi mencapai ekor dengan persentase terbesar di Kecamatan Pagai Utara, yakni sebanyak 650 ekor atau mencapai 17,93 % dari total populasi sedangkan populasi babi terkecil ada di Kecamatan Sikakap dengan jumlah babi hanya 175 ekor atau hanya mencapai 4,82 % dari total populasi keseluruhan. Jumlah pemotongan babi yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai mencapai 55,44 % atau mencapai ekor. 3. Perikanan Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan dan BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, menunjukkan jumlah nelayan perikanan laut mencapai nelayan, dengan perincian nelayan penuh (full time) dan sisanya sebanyak 540 merupakan nelayan sambilan (paruh waktu). Terkait dengan hal tersebut jumlah produksi ikan laut untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2009 mencapai ton, atau mengalami kenaikan 10 kali lipat sebesar 1.003,13 % jika dibandingkan dengan tahun 2008 (224 ton). Produksi ikan laut terbesar pada tahun 2009 ini berasal dari jenis tuna, yakni mencapai 520 ton. II.15

32 No Kecamatan Tabel II.10. Kondisi Bidang Perikanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 Penuh Nelayan Sambilan Perikanan Laut Produksi (ton) Persentase Perikanan Darat (Peterakan Rakyat) Luas (ha) Produksi (ton) 1 Pagai Selatan ,00 3,64 0,00 0,00 2 Sikakap ,00 20,64 0,00 0,00 3 Pagai Utara ,00 4,82 0,00 0,00 4 Sipora Selatan ,00 4,53 0,00 0,00 5 Sipora Utara ,00 21,04 5,00 0,50 6 Siberut Selatan ,00 17,81 2,1 4,00 7 Siberut Barat Daya ,00 3,24 0,00 0,00 8 Siberut Tengah ,00 4,86 0,00 0,00 9 Siberut Utara ,00 17,00 1,5 2,5 10 Siberut Barat ,00 2,43 0,00 0,00 Jumlah ,00 100,00 8,6 15,5 Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Kehutanan Kawasan hutan di Kabupaten Kepulauan Mentawai menunjukkan bahwa luas hutan paling banyak ditatagunakan untuk Hutan Produksi, yakni seluas hektar atau mencapai 45,50 % dari total luas hutan, sedangkan hutan yang digunakan sebagai Hutan Lindung memiliki persentase terkecil, yakni hanya mencapai 1 % saja atau hanya 4.833,65 hektar. Persentase luas hutan yang digunakan untuk Hutan Suaka Alam dan Wisata (HSAW) sebesar 29,96 % ( ,21 hektar). Sedangkan luas hutan yang digunakan untuk areal penggunaan lain adalah ,19 hektar atau mencapai 15,38 % dari total luas Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sedangkan perkebunan meliputi tanaman kelapa dengan luas hektar dengan luas produksi sebesar hektar dan jumlah produksi ton. Sedangkan tanaman cengkeh yang menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai dari sektor perkebunan ini memiliki total luas lahan sebesar hektar dengan luas produksi hektar dan jumlah produksi 459 ton. Sementara itu luas lahan tanaman perkebunan nilam di Kabupaten Kepulauan Mentawai mencapai hektar dengan luas produksi hektar, sedangkan jumlah produksinya mencapai 15,78 ton. II.16

33 5. Pariwisata Jumlah dan jenis objek wisata di Kabupaten Kepulauan Mentawai, terlihat bahwa ada sebanyak 20 objek wisata dengan berbagai jenis yang tersebar di sepuluh kecamatan. Dari 20 objek wisata tersebut, terdapat 3 objek wisata berupa panorama alam, 13 objek wisata berupa wisata bahari, 1 objek wisata sumber air, dan 3 objek wisata berjenis budaya. Tabel II.11. Objek Wisata dan Penginapan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 Objek Wisata Penginapan No Kecamatan Panorama Sumber Bahari Alam Air Budaya Resort Wisma Penginapan 1 Pagai Selatan Sikakap Pagai Utara Sipora Selatan Sipora Utara Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah Siberut Utara Siberut Barat Jumlah Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka Dari kesepuluh kecamatan dalam Kabupaten Kepulauan Mentawai, terlihat bahwa kecamatan dengan jumlah objek wisata terbanyak adalah Kecamatan Siberut Barat Daya. B. Kinerja Keuangan Daerah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2009 berdasarkan Data yang diperoleh dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah dan BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai menunjukkan laporan realisasi APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai Kondisi 31 Desember 2009 yang dirinci menurut Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan, dimana realisasi total APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 adalah sebesar Rp ,96 dengan realisasi total Pendapatan dan Belanja masing-masing sebesar Rp ,22 dan Rp ,74 dengan nilai Minus sebesar Rp ,52. II.17

34 Khusus untuk sektor Pendapatan, realisasi pendapatan yang berhasil diterima oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan sebesar 96,59 persen, atau lebih kecil 3,41 persen nilai yang telah ditargetkan, sedangkan dari sektor anggaran belanja hanya terealisasi 59,81 persen. Realisasi Kontribusi PAD Kabupaten Kepulauan Mentawai terhadap Realisasi Pendapatan adalah sebesar Rp ,22 atau hanya mencapai 7,65 persen dari total Anggaran Pendapatan. Sedangkan kontribusi terbesar masih berasal dari Dana Pendapatan Transfer (Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan) yaitu sebesar Rp ,00 atau mencapai 91,41 persen. Kontribusi Lain-lain Pendapatan Yang Sah hanya menyumbang 0,93 persen atau sebesar Rp ,00. Adapun sumber PAD Kabupaten Kepulauan Mentawai berasal dari Pajak Daerah (1,22 persen), Retribusi Daerah (7,88 persen), Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah (28,46 persen) dan Lain-lain PAD Yang Sah (62,44 persen). Adapun sumber PAD yang berasal dari sektor Lainlain PAD yang sah ini meliputi Pendapatan Hibah, Pendapatan Dana HWS dan Penerimaan Lainnya. Sedangkan sumber Dana Perimbangan yang diterima oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai berasal dari Dana Bagi Hasil Pajak (5,68 persen), Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (1,77 persen), Dana Alokasi Umum (81,57 persen) dan Dana Alokasi Khusus (10,98 persen). Gambar II.3. Prospek Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Prospek Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Rp. Miliar Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun Sumber : RPJMD kabupaten Kepulauan Mentawai. Realisasi Anggaran Belanja pada APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2009 hanya mencapai 59,81 persen dari yang telah ditargetkan yaitu sebesar Rp ,37 dengan perincian sebagai berikut : Untuk Belanja Operasional II.18

35 menghabiskan anggaran sebesar Rp ,26 atau mencapai 74,08 persen dari total Anggaran Belanja, untuk Belanja Modal menghabiskan anggaran sebesar Rp ,11 atau mencapai 25,90 persen dari total Anggaran Belanja, sedangkan sisanya 0,33 persen dari total Anggaran Belanja adalah Belanja Tak Terduga (Rp ,00). Khusus untuk Belanja Operasional, sebanyak 50,42 persen digunakan untuk Belanja Pegawai, 34,65 persen digunakan untuk Belanja Barang dan Jasa, 8,91 persen digunakan untuk hibah, 4,07 persen digunakan untuk Bantuan Sosial, dan sisanya 1,95 persen digunakan untuk Bantuan Keuangan. Tabel II.12. Prospek Ekonomi Sektoral Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun No Sektor Ekonomi (Rp. Juta) (Rp. Juta) (Rp. Juta) (Rp. Juta) (Rp. Juta) 1. Pertanian 271, , , , , Pertambangan & Penggalian 1, , , , , Industri dan Pengolahan 41, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan 12, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 100, , , , , Pengangkutan dan Komunikasi 24, , , , , Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan 4, , , , , Jasa-jasa 23, , , , , PDRB 480, , , , , Sumber : RPJMD kabupaten Kepulauan Mentawai. Sedangkan untuk Belanja Modal, sebanyak 62,76 persen digunakan untuk Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan, sebanyak 17,22 persen digunakan untuk Belanja Gedung dan Bangunan, 19,70 persen digunakan untuk Belanja Peralatan dan Mesin, 0,21 persen digunakan untuk Belanja Aset Tetap Lainnya, dan hanya 0,11 persen digunakan untuk Belanja Aset Lainnya. II.19

36 II.4. POTENSI BENCANA ALAM DAN TATA RUANG WILAYAH A. Potensi Ancaman Bencana Wilayah Kepulauan Mentawai yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, merupakan gugusan pulau-pulau besar dan kecil dengan jumlah pulau sebanyak 98 (sembilan puluh delapan) buah. Dimana terdapat 4 (empat) pulau besar yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. Dilihat dari potensi ancaman bencana alam, Kepulauan Mentawai memiliki potensi yang tinggi terhadap ancaman bencana alam, baik berupa gempa bumi (tektonik), tsunami maupun abrasi pantai. Dari 43 desa yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai, 33 desa diantaranya terletak di daerah pesisir yang merupakan kawasan rawan terhadap bencana tsunami dan abrasi pantai. Berdasarkan informasi United State Geological Survey (USGS) kondisi kerawanan gempa bumi di Kabupaten Kepulauan Mentawai termasuk dalam kategori VIII. Dimana, gempa dengan kategori kekuatan seperti itu dapat menimbulkan kerusakan pada bangunan yang cukup parah. Jika dilihat pada Gambar II.4. dibawah, wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawau memiliki risiko yang tinggi terhadap ancaman gemlombang tsunami. Demikian juga halnya dengan gempa bumi, yang ditunjukkan pada Gambar II.5. dibawah ini. II.20

37 Gambar II.4. Peta Indeks Ancaman Bencana Tsunami di Indonesia Sumber: II.21

38 Gambar II.5. Peta Indeks Ancaman Bencana Gempa Bumi di Indonesia Sumber: Akan tetapi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menyadari betul akan bahaya yang setiap saat dapat mengancam kehidupan sosial ekonomi masyarakat di wilayahnya. Hal ini telah di tindaklanjuti dengan menerapkan berbagai upaya-upaya pengurangan risiko bencana dalam sistem perencanaan pembangunan daerah serta revisi terhadap RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai berbasis mitigasi bencana, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dengan mengintegrasikan aspek pengurangan risiko bencana ke dalam perencanaan pembangunan jangka menengah RPJMD Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan memfokuskan pembangunan dibidang Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Pembangunan Berkelanjutan, yang diselenggarakan dengan kebijakan umum yang diarahkan untuk 2 : 1) Memperbaiki sistem manajemen dengan menerapkan pendekatan pengelolaan sumberdaya alam secara terpadu (antara pemanfaatan dan konservasi) untuk menjaga kondisi fisik sumberdaya pada tingkat yang dapat memberi manfaat secara berkelanjutan; 2 RPJMD Kabupaten Kepulauan Mentawai. II.22

39 2) Meningkatkan peran serta dan mengoptimalkan pemanfaatan potensi dan program pengelolaan sumberdaya alam (termasuk penyediaan jasa lingkungan) untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat; 3) Melaksanakan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam (proses produksi dan pemanfaatan) dengan mengacu kepada prinsip-prinsip keberlanjutan (ekologi, pertumbuhan ekonomi, dan keadilan sosial); 4) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian melalui pembuatan peraturan daerah, monitoring dan evaluasi yang diperlukan untuk perbaikan system manajemen dan peningkatan pengelolaan dan penegakan hukum; 5) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kemampuan teknis pengelolaan sumberdaya alam baik oleh pemerintah maupun masyarakat dalam kerangka penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan; 6) Meningkatkan pelaksanakan rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumberdaya alam yang rusak/terdegradasi dan mengendalikan pencemaran; 7) Mengembangkan sistem informasi sumberdaya alam untuk mendukung pengambilan keputusan dan mitigasi bencana (banjir, kekeringan, longsor, gempa bumi, tsunami dan bencana alam lainnya) dan pengendalian daya rusak air; 8) Memperkuat kapasitas dan kesiapan (preparedness) pengelolaan dan penanganan dampak bencana alam; 9) Memperkuat kapasitas kelembagaan dan masyarakat dalam kesiapsiagaan, tanggap darurat serta pencegahan dan pengurangan bencana. Berdasarkan arah kebijakan umum di atas, dilaksanakan beberapa program pembangunan daerah, yang meliputi: a. Program pelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan b. Program pelestarian pemanfaatan sumberdaya kelautan c. Program pengendalian kualitas lingkungan hidup B. Rencana Tata Ruang Kabupaten Kepulauan Mentawai yang merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman, dimana sebelumnya terdiri dari 4 Kecamatan dan 43 Desa menjadi 10 (sepuluh) kecamatan berdasarkan Peraturan Dearah Nomor 15 Tahun Dimana kesepuluh kecamatan tersebut tesebar pada 4 (empat) buah pulau besar yaitu: Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. II.23

40 Untuk tindak lanjut dari pengembangan wilayah tersebut sesuai dengan UU No. 24 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang, maka disusun dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2001 yang ditetapkan dengan Perda Nomor 4 Tahun Dalam 2 (dua) tahun perjalanannya, dinamika pembangunan belum mampu menjawab upaya percepatan pembangunan yan terjadi di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagaimana yang diharapkan. Atas dasar tersebut dilakukan peninjauan, koreksi dan kajian kembali terhadap Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun Dimana hasil kajian tersebut akan digunakan sebagai dasar masukan bagi penyusunan Revisi Recana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulaun Mentawai pada tahun Dari hasil penyusunan Dokumen Revisi RTRW 2005 Kabupaten Kepulauan Mentawai tersebut, selanjutnya dituangkan dalam bentuk Draf Rancangan Perda RTRW Namun, seiring dengan diberlakukanya Pedoman Penataan Ruang yang baru pada tahun 2007, yaitu Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dengan berlakunua UU No. 27 Tahun 2007, maka Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang tidak berlaku lagi. Maka dokumen Revisi RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2005 dan Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW perlu dilakukan penyesuaian, antara lain terhadap masa berlaku RTRW Kabupaten dari 10 tahun menjadi 20 tahun, penetapan kawasan-kawasan strategis sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Untuk itu harus di lakukan penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Memtawai , yang saat ini sedang dalam proses inisiasi penyusunan. II.24

41 BAB III PENANGANAN WILAYAH PASCABENCANA Kejadian bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tanggal 25 Oktober 2010 telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta kehilangan dan kerusakan harta benda masyarakat di 3 pulau yang terkena dampak bencana. Terkait dengan kejadian bencana di wilayah Kepulauan Mentawai, sebagaimana yang telah disebutkan dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi pra-bencana, tanggap darurat dan pascabencana. Dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Kepulauan Mentawai, pada tahapan tanggap darurat beberapa langkah-langkah penanganan telah dilaksanakan, diantaranya: 1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya; 2. penentuan status keadaan darurat bencana; 3. penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana; 4. pemenuhan kebutuhan dasar; 5. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan 6. pemulihan sarana dan prasarana vital. Guna mengoptimalkan penanganan korban, pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat telah memberlakukan status tanggap darurat di wilayah yang terkena dampak bencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai terhitung sejak tanggal 26 Oktober 2010 sampai dengan 8 November Dalam penanganan darurat pascabencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai, Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah mengalokasikan dana untuk penanganan darurat yang diperuntukkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban pengunsgi. Selain itu, beberapa respon yang telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemda Provinsi Sumatera Barat, Pemda Kabupaten Kepulauan Mentawai serta masyarakat dalam negeri maupun internasional, diantaranya: 1. Pada tanggal 26 Oktober 2010, Kementerian Sosial telah mengirimkan bantuan berupa mie instant bungkus, kg beras, tenda pleton 2 unit, family kit 50 paket, kit ware 50 paket, tikar 100 lembar, kain sarung 300 potong, alat dapur lapangan 1 unit, sardencis kaleng, 6000 botol, sambal pedas 6000 botol, minyak goreng 1000 botol, tacpack 1 unit.

42 2. BNPB : - Mengerahkan 1 (satu) unit Helikopter dan memberikan dana siap pakai untuk penanganan darurat bencana sebesar Rp. 1 miliyar. - Pada tanggal 27 Oktober 2010 telah mengirimkan bantuan sebanyak 16 ton dengan menggunakan kapal kargo. Bantuan tersebut berupa: tenda 500 lembar, tenda keluarga 50 unit dan tikar 500 lembar, 1998 buah makanan siap saji, lauk pauk 650 paket, makanan siap saji 398 paket. 3. Pada tanggal 27 Oktober 2010 telah mengirimkan bantuan permakanan sebanyak 3 ton beras, 8000 bungkus mie instant, 7000 kg sarden, kecap manis 1200 botol, sambal- saos 1200, minyak goreng 200 botol, tenda pengungsi 5 unit, tenda regu 15 unit, tenda keluarga 30 unit, beras 3 ton, tenda pleton 2 unit, tenda regu 8 unit,family kit 50 paket, kit ware 24 paket, tikar 40 lembar, matras 50 lembar, selimut 100 lembar serta peralatan dapur dan kemudian dilanjutkan pengiriman bantuan pada tanggal 28 oktober 2010 berupa family kit 100 buah, tenda gulung 400 lembar. 4. Pada hari Kamis, 28 Oktober 2010 Presiden RI meninjau ke lokasi gempa dan tsunami di Mentawai dan memberikan bantuan kepada korban bencana. 5. Pada hari Kamis, 28 Oktober 2010 telah dikirim bantuan dengan pesawat Hercules TNI AU sebanyak 2 sorti: - Sorti pertama ke Padang pukul WIB pesawat Hercules A 1328 bantuan dari Presiden RI, Kemenkes, Kementerian PU dan Mabes TNI sebanyak 13,993 ton. - Sorti kedua ke Mentawai pukul WIB Herclues A 1321 kelokasi bantuan dari Mabes TNI sebanyak 3,4 ton. 6. Pada hari Jum at, 29 oktober 2010 Presiden RI telah memberikan bantuan berupa air mineral karton, biskuit karton, mie instan karton, mie cup karton, susu karton, super bubur 379 karton, sardencis 70 karton, Cerevita 50 karton, selimut karton, kain sarung karton yang di kirim melalui jalur laut. 7. Kementerian Kesehatan : - Kementerian Kesehatan mengirimkan tenaga medis yang berjumlah 38 orang, beserta obat-obatan dengan mengunakan KRI Teluk Manado, 7 ton obat melalui KRI Teluk Gilimanuk dan bantuan uang tunai 100 juta untuk dana operasinal. - Pada tanggal 28 Oktober 2010 telah mengirim bantuan berupa: terpal 45 koli dan family kit 950 kg dengan menggunakan pesawat Hercules berangkat yang di berangkatkan dari bandara Halim Perdana Kusuma. - Pada tanggal 28 Oktober 2010 mengirimkan bantuan berupa biskuit MP Asi 744 dus dan obat-obatan dengan menggunakan Kapal KRI Gilimanuk. III.2

43 8. Kementerian PU : - Pada tanggal 27 Oktober 2010 mengirimkan bantuan berupa 10 unit THD, 3 unit mobil tangki air, 2 unit IPA, 21 unit hidran umum, 10 WC darurat, buah jerigen air dan 50 unit PAC. - Pada tanggal 28 Oktober 2010 mengirimkan bantuan berupa : 50 umit PAC (pengolah air cepat), 20 unit HU (hidran umum) dan 10 unit WC Portable dan menyusul kemudian 50 unit HU (Hidran umum), 50 unit PAC (pengolah air bersih), unit jerigen air dan 2 unit perahu karet. 9. TNI : - Menyediakan pesawat Hercules, KRI Gilimanuk dan KRI TMO. - Tanggal 27 Oktober 2010, telah memberangkatkan personil, tim medis, peralatan kesehatan dan obat-obatan dengan menggunakan Kapal KRI TMO. - Tanggal 28 Oktober 2010 mengirim bantuan berupa: tenda serbaguna 21 unit, matras 450 buah, sleeping bag 450 buah, jas hujan 450 stel, ponco loreng 450 buah, selimut 450 ptg dan kompor lapangan BBG 9 set dengan menggunakan Kapal KRI TMO. - Pada tanggal 29 Oktober 2010 mengirimkan bantuan dari Presiden RI, Kemenkes, Kemeterian PU, dan Mabes TNI sebanyak 781 koli, ton serta bantuan dari Mabes TNI sebanyak 8 koli, 3,4 ton. - Kolinlamil telah menyediakan 2 kapal yaitu KRI Teluk Manado, KRI Gilimanuk, ditambah lagi dengan KRI Teluk Hading yang siap dioperasikan untuk mengirimkan bantuan dan relawan. 10. WAKASAU - Pada tanggal 31 oktober 2010 telah mengirimkan bantuan mengunakan pesawat terbang TNI AU type Fokker A 2701 dengan membawa beras 45 koli, selimut dan kaos 3 koli, daster 1 koli, sarung dan celana pendek 1 koli, gula 1 koli, minuman afiat 37 koli, biskuit 4 koli, gula dan teh 1 koli, mie 45 koli. - Tanggal 5 November 2010, bantuan kepada korban bencana di Mentawai kembali dikirim melalui Lanud Halim dengan menggunakan Pesawat Hercules A Bantuan tersebut terdiri dari 376 koli, dimana 18 koli dari Kasad AD, 25 koli dari DANKOOPSAU 1, 167 koli dari WAKASAU. 11. PMI menyediakan 3 helicopter untuk pendistribusian bantuan kebeberapa daerah yang sulit di jangkau mengunakan kapal laut & tranportasi darat. III.3

44 Hingga tanggal 8 November 2010, penyaluran bantuan ke berbagai lokasi yang terkena dampak masih belum merata. Beratnya medan serta keadaan cuaca yang sering tidak mendukung menjadi kendala utama dalam penyaluran bantuan dan logistik kepada korban bencana. Selain karena beberapa dusun tidak bisa terjangkau akibat kerusakan dan tidak tersedianya sarana transportasi darat maupun transportasi laut yang memadai. Melalui surat Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai No: 361/249/BUP-KM/XI-2010 perihal Permohonan Perpanjangan Masa Tanggap Darurat, telah meminta kepada Gubernur Sumatera Barat untuk memperpanjang status tanggap darurat selama 2 (dua) minggu dan berakhir pada tanggal 22 November Hal ini dilakukan mengingat masih terdapat lokasi yang belum tersentuh oleh bantuan dikarenakan kesulitan penyaluran bantuan logistik. Berdasarkan rapat koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Nasional dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemkab Kepulauan Mentawai pada tanggal 15 Desember 2010 di Rumah Dinas Guberbur Sumatera Barat. Dalam rapat tersebut telah disepakati untuk memperpanjang pelaksanaan masa tanggap darurat hingga 31 Desember 2010 dengan pertimbangan masih banyak pengungsi yang membutuhkan hunian sementara, dimana sebelumnya direncanakan akan dibangun sejumlah unit naik menjadi unit serta guna memastikan distribusi bantuan logistik berjalan lancar dan dapat menjangkau seluruh korban bencana. III.1. PENILAIAN KERUSAKAN, KERUGIAN, DAN DAMPAK BENCANA Akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tanggal 25 Oktober 2010, telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan juga kerusakan serta kerugian diberbagai sektor pembangunan di 4 (empat) kecamatan yang terkena dampak, yaitu: Kecamatan Sipora Selatan, Kecamatan Pagai Selatan, Kecamatan Pagai Utara dan Kecamatan Sikakap. III.4

45 Gambar III.1. Dampak Kerusakan Pascabencana Gempa bumi dan Tsunami di Kepulauan Mentawai, 25 Oktober 2010 Sebelum tsunami (IKONOS 23 Juli 2006) Sesudah tsunami (GEOEYE 28 Oktober 2010) Sampai dengan tanggal 22 November 2010, berdasarkan data dan informasi dari posko BNPB dan Pusdalops PB Provinsi Sumatera Barat, pasca kejadian bencana gempabumi dan tsunami tersebut telah mengakibatkan 509 jiwa meninggal dunia, 17 orang mengalami luka-luka. Selain itu, kejadian bencana tersebut juga mengakibatkan orang mengungsi yang tersebar di titik-titik pengungsian di Kecamatan Sipora Selatan, Pagai Selatan, Pagai Utara dan Sikakap. Masyarakat mengungsi karena kehilangan tempat tinggal maupun karena trauma akan gempa susulan. Tabel III.1. Data Korban Bencana Gempabumi dan Tsunami di Kabupaten Mentawai No Kecamatan Meninggal Luka-Luka Hilang Pengungsi (jiwa) 1. Sipora Selatan Pagai Selatan Pagai Utara Sikakap Dirujuk ke RS di Padang 12 Total Sumber: BNPB dan Pusdalops PB Sumatera Barat, 22 November 2010 III.5

46 Berdasarkan data per tanggal 22 November 2010 yang, hasil penilaian kerusakan dan kerugian dengan menggunakan metode penilaian ECLAC, bahwa akibat bencana gempabumi dan tsunami di Kabupaten Mentawai 25 Oktober 2010 menimbulkan kerusakan dan kerugian mencapai Rp. 348,92 milyar. Kerusakan dan kerugian terbesar terjadi pada sektor ekonomi produktif dengan perkiraan kerusakan dan kerugian mencapai Rp. 117,82 milyar (33,9 % dari total nilai kerusakan dan kerugian), dimana hampir 80% kerusakan dan kerugian terjadi pada sub-sektor perkebunan dan sub-sektor perikanan. Akibatnya, sebagian besar masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan kehilangan pendapatan karena kerusakan pada lahan pertanian dan kegagalan panen serta kerusakan pada peralatan tangkap nelayan. Selanjutnya, kerusakan dan kerugian yang di alami sektor perumahan sebesar Rp. 115,82 milyar (33,2 %). Kerusakan dan kerugian juga terjadi pada sektor infrastruktur, sektor sosial dan lintas sektor. Rincian kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai yang meliputi 4 kecamatan yang terkena dampak, dapat dilihat pada Tabel III.2 dibawah ini. Tabel III.2. Ikhtisar Rekapitulasi Kerusakan dan Kerugian (Rp. Juta) No Sektor / Subsektor Nilai Kerusakan Nilai Kerugian Total Kerusakan dan Kerugian 1 Perumahan 105, , , Infrastruktur 17, , , Ekonomi 53, , , Sosial 16, , Lintas Sektor 79, , TOTAL 271, , , Sumber: Penilaian Tim Gabungan BNPB, Bappenas, Pemda Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 22 November 2010 Rincian hasil penilaian kerusakan dan kerugian akibat gempabumi dan tsunami di Kabupaten Mentawai 25 Oktober 2010 untuk masing-masing sektor tersebut diatas disajikan secara lengkap dalam tabel lampiran dokumen rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi ini. III.6

47 A. Sektor Perumahan Berdasarkan data potensi desa tahun 2008, rumah di Kabupaten Kepulauan Mentawai diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) tipe rumah, yaitu: rumah permanen, rumah semi permanen dan rumah non permanen dengan komposisi secara berturut-turut adalah 20%, 26,5%, dan 53,5%. Dimana, data dasar ini juga digunakan menjadi acuan bagi pengelompokkan kerusakan rumah yang disesuaikan dengan kriteria kerusakan rumah dilapangan. Berdasarkan data per tanggal 19 November 2010 dan Keputusan Bupati Kepulauan Mentawai No Tahun 2010 tentang Penetapan Lokasi Relokasi Pembangunan Hunian Sementara Masyarakat Korban Gempa Bumi dan Tsunami tanggal 25 Oktober 2010, jumlah rumah rusak berat mencapai 879 unit yang tersebar di 4 kecamatan terkena dampak tersebut. Sementara untuk rumah rusak sedang 116 unit dan rusak ringan 274 unit. Berdasarkan hasil penilaian kerusakan dan kerugian, total kerusakan pada sektor perumahan akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai mencapai Rp. 105,41 milyar rupiah. Perkiraan ini diperoleh melalui pendekatan, yaitu: (1) luasan rumah permanen dan semi permanen 45 m2, sementara luasan rumah non 36 m2; dan (2) harga satuan pembangunan rumah per meter persegi: rumah permanen Rp. 3,5 juta; rumah semi permenen Rp. 2 juta; dan rumah non-permanen Rp. 1 juta. Sementara kerugian dihitung berdasarkan biaya tambahan yang timbul sebagai akibat kerusakan kerusakan rumah, yakni sebesar Rp. 10,41 milyar. Selain menimbulkan dampak kerusakan fisik, bencana tersebut juga telah menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat. Akibat kehilangan rumah, masyarakat terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat. Demikian halnya dengan penduduk yang tidak mengalami kerusakan rumah, terpaksa mengungsi pada malam harinya karena sudah tidak merasa aman lagi untuk menghuni rumahnya. B. Sektor Infrastruktur Dampak bencana gempa bumi dan tsunami terhadap sektor infrastruktur secara umum tidak signifikan dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Dimana, Kabupaten Kepulauan Mentawai yang merupakan salah satu wilayah tertinggal di Kawasan Barat Indonesia sangat minim akan infrastruktur, baik infrastruktur transportasi darat, udara maupun laut. Demikian juga halnya dengan infrastruktur energi, telekomunikasi dan sumber daya air, masih sangat minim. Sehingga tidak banyak berdampak terhadap sektor infrastruktur pada umumnya. Secara keseluruhan dampak akibat bencana gempa bumi dan tsunami terhadap sektor infrastruktur mencapai Rp. 19,16 milyar, dimana hampir seluruhnya terjadi pada sub-sektor III.7

48 transportasi dengan kerusakan dan kerugian terbesar pada transportasi darat yang meliputi kerusakan pada jalan dan jembatan mencapai Rp. 17,24 milyar serta kerugian mencapai Rp. 1,80 milyar. C. Sektor Ekonomi Produktif Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2009 mengalami peningkaatan dibandingkan tahun sebelumnya. Bila dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor yang paling dominan adalah sektor pertanian yang meliputi sub-sektor pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan. Sehingga bisa dipastikan dampak bencana gempa bumi dan tsunami pada tanggal 25 Oktober yang melanda pesisir pantai barat Kepulauan Mentawai sangat terasa pada roda perekonomian masyarakat diwilayah tersebut, dimana sebagian besar masyarakat di Kepulauan Mentawai hampir 87% bertumpu pada sub-sektor tersebut 1. Berdasarkan hasil penilaian kerusakan dan kerugian pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai mencapai Rp. 117,82 milyar yang di dominasi oleh kerusakan dan kerugian pada sub-sektor perkebunan dan perikanan mencapai hampir 80% dari total kerusakan dan kerugian pada sektor ekonomi produktif. Tabel III.3. Rincian Kerusakan dan Kerugian Pada Sektor Ekonomi Produktif (Rp. Juta) No. Sub Sekkor Kerusakan Kerugian Total Kerusakan dan Kerugian Prosentase (%) 1 Pertanian 4, , , ,7 2 Perkebunan 18, , , ,0 3 Peternakan , , ,5 4 Perdagangan ,3 5 Perikanan 21, , , ,1 6 Pariwisata 7, , , ,6 7 Perindustrian ,5 8 Koperasi dan UKM ,2 TOTAL EKONOMI PRODUKTIF 53, , , Sumber: Penilaian Tim Gabungan BNPB, Bappenas, Pemda Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 22 November Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka 2009 III.8

49 D. Sektor Sosial Prasarana pendidikan, kesehatan dan prasarana keagamaan adalah sub sektor yang terkena dampak bencana gempa bumi dan tsunami pada 25 Oktober Total nilai kerusakan dan kerugian pada sektor ini mencapai Rp. 16,66 milyar, merupakan sektor yang paling kecil terkena dampak bencana atau setara dengan 4,8%. Akibat kerusakan sarana dan prasarana sektor sosial dan budaya tersebut berdampak pada terhentinya akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, pendidikan, serta melaksanakan kegiatan sosial dan peribadatan. E. Lintas Sektor Dampak kerusakan dan kerugian akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai tanggal 25 Oktober terhadap lintas sektor yang meliputi pemerintahan, keamanan dan ketertiban, serta lingkungan hidup mencapai Rp. 79,44 milyar atau 22,9% dari total kerusakan dan kerugian. Sub sektor pemerintahan, meliputi kerusakan bangunan kantor pemerintah seperti bangunan kantor desa, kantor camat serta bangun rumah dinas pemerintah senilai Rp. 2,96 milyar, sehingga mengakibatkan terhentinya atau terganggunya fungsi penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam pelayanan administrasi pemerintahan, jasa, dan juga pelayanan keamanan dan ketertiban. Sub sektor keamanan dan ketertiban, adapaun prasarana yang rusak akibat bencana tersebut adalah kantor kepolisian dan Koramil dengan nilai kerusakan Rp. 1,03 milyar. Sub sektor lingkungan hidup, kerusakan lingkungan permukiman dan bentang alam akibat gempa bumi dan tsunami di Mentawai sangat parah. Kerusakan lingkungan yang meliputi kerusakan lahan di pesisir pantai barat yang diakibatkan oleh gelombang tsunami yang masuk ke daratan sepanjang m dari bibir pantai. Selain itu, gempa bumi juga mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang akibat terangkatnya terumbu karang di sekitar pantai barat Kepulauan Mentawai, kerusakan lahan dan perkebunan kelapa milik masyarakat, serta kerusakan hutan manggrove. Total kerusakan dan kerugian yang diakibatkan gempa bumi dan tsunami terhadap sub-sektor lingkungan hidup mencapai Rp.75,45 milyar (95% total lintas sektor). III.9

50 III.2. PENILAIAN KEBUTUHAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI Sesuai tahapan dalam penanggulangan bencana, dengan berakhirnya masa pelaksanan tanggap darurat pasca bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, tahapan selanjutnya adalah penanggulangan bencana dalam konteks pascabencana yaitu pemulihan awal dan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Mengingat kawasan Kepulauan Mentawai merupakan daerah yang rawan bencana alam (gempa bumi dan tsunami) perlu dilakukan upaya-upaya mitigasi bencana secara menyeluruh dalam menghadapi kejadian bencana di masa mendatang. Berdasarkan instruksi Presiden RI ketika meninjau lokasi bencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai serta rekomendasi sektoral perlu dilakukan relokasi permukiman masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai ke lokasi yang lebih aman. Sehingga proses penilaian kebutuhan pemulihan wilayah pascabencana di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah dilakukan oleh BNPB, Bappenas bersama-sama dengan Pemda Provinsi Sumatera Barat, Pemda Kabupaten Kepulauan Mentawai dan UKP4 dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait diperhitungkan dengan aspek kebutuhan relokasi perumahan masyarakat serta sarana dan prasarana pendukungnya. Adapun ruang lingkup pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi serta relokasi tersebut, meliputi: sektor perumahan, sektor infrastruktur, sektor ekonomi produktif, sektor sosial dan lintas sektor. Sehingga, total kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi serta relokasi mencapai Rp. 432,25 milyar, dimana hampir 50% merupakan kebutuhan untuk relokasi perumahan dan prasarana lingkungan permukiman, yakni sebesar Rp. 202,84 milyar. Sebagai salah satu daerah tertinggal, dampak bencana gempa bumi dan tsunami akan semakin memperparah kondisi sarana dan prasarana serta perekonomian wilayah Kepulauan Mentawai dan juga akan berimplikasi terhadap bertambahnya jumlah penduduk miskin sebesar 16,28 % 2. Untuk itu, proses pemulihan wilayah pascabencana di Kepulauan Mentawai perlu di intervensi dengan kebijakan-kebijakan khusus guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain dengan strategi percepatan pembangunan, yang difokuskan untuk peningkatan dan pembangunan akses transportasi darat, laut maupun udara, yang diharapkan akan dapat mengurangi keterisoliran wilayah Kepulauan Mentawai serta dapat meningkatkan roda perekonomian wilayah tersebut. Melalui intervensi kebijakan percepatan 2 Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2009 sebanyak jiwa dan jumlah pengungsi pascabencana gempabumi dan tsunami sebanyak jiwa (per tanggal 22 November 2010) III.10

51 pembangunan wilayah Kepulauan Mentawai, total kebutuhan dalam rangka percepatan pemulihan pascabencana gempabumi dan tsunami Mentawai mencapai Rp. 674,43 milyar. Sehingga total keseluruhan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan wilayah pascabencana di Kepulauan Mentawai sebesar Rp. 1,106 triliun. Tabel III. 4. Rekapitulasi Penilaian Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi serta Percepatan Pembangunan Wilayah pascabencana di Kepulauan Mentawai (Rp. Juta) No Sektor / Subsektor Nilai Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Indikasi Pendanaan 1 Perumahan* 202, , Perumahan dan Huntara 156, , Prasarana Lingkungan 46, , Infrastruktur 20, Transportasi 1, Air dan Sanitasi Energi 18, Ekonomi 114, , Pertanian Perkebunan 67, , Peternakan 5, Perdagangan 2, Perikanan 39, , Sosial 52, , Kesehatan 3, Pendidikan 25, , Agama 18, Lembaga Sosial 5, Lintas Sektor 41, , Lingkungan Hidup 11, Pemerintahan 14, , Ketertiban dan Keamanan Pengurangan Risiko Bencana 15, Sub Total R3 432, ,520.3 Percepatan Pembangunan 1 Infrastruktur 674, , Transportasi 674, , Telekomunikasi Sub Total Percepatan 674, ,500.0 Total 1,106, ,020.3 Sumber: Penilaian Tim Gabungan Bappenas, BNPB, UKP4, Pemda Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 7 Desember 2010 III.11

52 Hasil penilaian kebutuhan pendanaan relokasi permukiman pasca bencana diperhitungkan dengan asumsi bahwa kebutuhan penyediaan lahan relokasi disediakan oleh pemerintah daerah, land clearing, penyiapan kawasan dan lingkungan siap bangun, dan biaya pemindahan pengungsi ke lokasi baru. Kebutuhan relokasi permukiman tersebut masih harus didukung dengan penyediaan sarana dan prasaran pendukung seperti prasarana perhubungan, prasarana sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan dan lembaga sosial), prasarana perdagangan dan pemerintahan (Tabel III.5). Selain itu perlu ditunjang dengan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat utamanya terkait dengan sosialisasi pengurangan risiko bencana, dan kapasitas pembangunan perumahan melalui bantuan keahlian. Sektor infrastruktur yang terkena dampak bencana gempa bumi dan tsunami relatif kecil dibandingkan sektor lainnya, hal ini dikarenakan ketersediaan sarana prasarana transportasi yang tidak memadai ataupun tidak tersedia. Sehingga pembangunan infrastruktur dipandang perlu dilakukan dalam kerangka aspek percepatan pembangunan wilayah pasca bencana yang meliputi pembangunan transportasi darat baik berupa jalan dan jembatan maupun transportasi udara yang meliputi perpanjangan landasan pacu (airstrip) di Pagai Selatan, Pulau Sikakap dan Siberut dan pembangunan landasaran pacu baru di Pulau Pagai Utara, serta pembangunan dermaga dan penyediaan kapal cepat untuk meningkatkan akses transportasi antar pulau dan luar wilayah Kepulauan Mentawai, dengan kebutuhan pendanaan mencapai Rp. 674,43 milyar. Sektor ekonomi produktif, merupakan sektor yang paling parah terkena dampak bencana gempa bumi dan tsunami seperti sub-sektor perkebunan dan perikanan. Namun, seiring dengan relokasi masyarakat di pesisir pantai ke lokasi perbukitan, diperlukan strategi pengembangan perekonomian masyarakat yang lebih berorientasi pada perkebunan. Dalam rangka pemulihan ekonomi masyarakat, beberapa kebijakan pemulihan telah diarahkan untuk pengembangan perkebunan rakyat dan pembangunan infrastruktur perdagangan berupa pasar lingkungan, dengan kebutuhan pendanaan mencapai Rp. 114,60 milyar. Sektor sosial, dengan dibangunnya permukiman baru maka diperlukan fasilitas layanan masyarakat berupa: (1) infrastruktur kesehatan, yang meliputi: puskesmas, puskesmas pembantu dan balai kesehatan ibu dan anak; (2) infrastruktur pendidikan yang terdiri dari bangunan taman kanak-kanak dan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas; (3) pembangunan infrastruktur sosial peribadatan berupa masjid dan gereja dan; (4) lembaga sosial berupa panti asuhan atau panti rehabilitasi trauma. Sehingga, total kebutuhan pembangunan infrastrutur sosial di lokasi baru mencapai Rp. 52,44 milyar. Selain itu, kegiatan pembangunan infrastruktur sosial tersebut diikuti dengan kegiatan pendampingan terhadap masyarakat yang meliputi pendampingan III.12

53 konseling kesehatan, kesehatan, serta pendampingan masyarakat lainnya bidang sub sektor kesehatan dan pendidikan. Lintas sektor, meliputi pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan yang rusak berupa kantor camat, kantor desa, kantor polisi dan rumah dinas termasuk pemulihan layanan administrasi kepemerintahan dan kependudukan serta penguatan kapasitas penanggulangan bencana daerah. Termasuk pemulihan lingkungan juga tidak terlepas dari kerangka rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Kepulauan Mentawai seperti permulihan terumbu karang, rehabilitasi maupun penanaman wilayah sempadan pantai dengan manggrove, total kebutuhan pemulihan lintas sektor mencapai Rp. 41,90 milyar. Tabel III. 5. Kebutuhan Pemulihan pascabencana Gempa Bumi di Wilayah Kepulauan Mentawai Sektor Perumahan Infrastruktur Ekonomi Kebutuhan Pemulihan Lahan relokasi dan pembangunan perumahan serta prasarana lingkungan permukiman Untuk kemudahan akses transportasi, diperlukan pembangunan jaringan jalan dan jembatan koneksinya dengan transportasi laut termasuk pembangunan airstrip di Kec. Pagai Utara dan perbaikan/perpanjangan airstrip di Kec. Pagai Selatan. Pembangunan kembali ekonomi masyarakat. Sosial Pembangunan kembali prasarana sekolah, kesehatan, peribadatan dan lembaga sosial dilokasi permukiman baru Lintas Sektor 1. Pemulihan lingkungan ekosistem wilayah pesisir. 2. Pembangunan kantor pemerintahan (kantor camat dan kantor desa) dilokasi permukiman baru. III.3. PEMULIHAN AWAL Pada prinsipnya kegiatan pemulihan awal merupakan kegiatan penanganan pasca bencana transisi yang dilaksanakan setelah berakhirnya kegiatan tanggap darurat sebelum dimulainya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan pemulihan awal difokuskan pada pemulihan terhadap fungsi dan layanan dasar masyarakat serta pemulihan pada sarana dan prasarana vital. Dasar pelaksanaan pemulihan awal diantaranya adalah berdasarkan hasil kajian kebutuhan pemulihan kemanusiaan dan hasil penilaian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi yang prioritas mendesak untuk dilaksanakan. Untuk itu Badan Nasional III.13

54 Penanggulangan Bencana pada tahun 2010 telah merencanakan kegiatan dan alokasi pendanaan selama 2 (dua) bulan masa pelaksanaan pemulihan awal sebelum memasuki masa pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan total kebutuhan pendanaan mencapai Rp. 65,57 milyar. Sedangkan ruang lingkup pelaksanaan kegiatan pemulihan awal meliputi (1). Sektor perumahan, yang meliputi kegiatan pemulihan struktur sosial masyarakat, sosialisasi dan pendampingan keterampilan pertukangan, bantuan peralatan dan perlengkapan pertukangan, serta sosialisasi terhadap rencana relokasi; (2). Sektor Infrastruktur, yang meliputi pembersihan infarstruktur sarana dan prasarana publik, serta pembangunan infrastruktur sementara; (3). Sektor sosial, yang meliputi pemulihan layanan pendidikan dan layanan kesehatan melalui penyediaan infrastruktur layanan sementara, bantuan tenaga pelaksana layanan pendidikan dan kesehatan, serta kegiatan pemulihan trauma korban bencana; (4). Sektor ekonomi produktif, melalui pemberian bantuan bagi pemulihan kegiatan ekonomi masyarakat bidang kelautan dan perikanan, peternakan dan pertanian; (5). Lintas sektor, difokuskan pada pemulihan layanan pemerintahan dasar dan infrastruktur pemerintahan. Tabel III.6. Perkiraan Kebutuhan Pendanaan Pemulihan Awal pascabencana di Kepulauan Mentawai No. Uraian Kegiatan Kebutuhan Harga Satuan Total Volume satuan (Rp). (Rp). 1 PERUMAHAN 877,600,000 a. Pematangan dan pembersihan lahan pekarangan 122 ha 2,000, ,000,000 b. Pemulihan kerukunan sosial 7 pkt 13,700,000 95,900,000 c. Sosialisasi rencana relokasi 7 pkt 13,700,000 95,900,000 d. Fasilitasi pengelolaan hunian sementara e. Pelatihan ketrampilan membangun rumah, MCK 7 pkt 13,700,000 95,900,000 7 pkt 13,700,000 95,900,000 f. Mobilisasi antar pulau ls 250,000, ,000,000 2 INFRASTRUKTUR 3,000,000,000 a. Pembersihan jalan ls 1,500,000,000 1,500,000,000 b. Jembatan darurat ls 1,500,000,000 1,500,000,000 3 SOSIAL 4,749,080,000 Pendidikan unit 1,020,000,000 a. TK 252 OB 1,000, ,000,000 b. SD 576 OB 1,000, ,000,000 III.14

55 No. Uraian Kegiatan Kebutuhan Harga Satuan Total Volume satuan (Rp). (Rp). c. SMP 120 OB 1,000, ,000,000 d. SMA 72 OB 1,000,000 72,000,000 Sekolah sementara a. TK 7 pkt 140,000, ,000,000 b. SD 8 pkt 160,000,000 1,280,000,000 c. SMP 2 pkt 40,000,000 80,000,000 d. SMA/SMK 1 pkt 20,000,000 20,000,000 e. Perlengkapan sekolah 18 pkt 50,000, ,000,000 Kesehatan 3,729,080,000 a. Pembersihan Lingkungan b. Fogging 7 pkt 30,000, ,000,000 c. Desinfektan 7 pkt 2,500,000 17,500,000 d. Penyuluh 14 OB 1,000,000 14,000,000 e. Puskesmas/Pustu (bangunan sementara) 1 pkt 20,000,000 20,000,000 f. Obat-obatan 84 pkt 5,000, ,000,000 g. Pelayanan Kesehatan (tenaga dokter) h. Pelayanan Kesehatan (tenaga Perawat) i. Pelayanan Kesehatan (tenaga non Medis) j. Peningkatan Gizi (balita dan manula) k. Pendampingan Psikososial (konseling) 84 OB 7,500, ,000, OB 3,500, ,000, OB 2,000, ,000,000 29,358 pkt 10, ,580, bln 100,000,000 1,200,000,000 4 EKONOMI PRODUKTIF 56,743,750,000 Perkebunan 55,246,250,000 a. Pembukaan lahan perkebunan 8,155 ha 2,000,000 16,310,000,000 b. Benih 8,155 ha 1,500,000 12,232,500,000 c. Pupuk 8,155 ha 2,500,000 20,387,500,000 d. Biaya perawatan 8,155 ha 750,000 6,116,250,000 e. Peralatan Pertanian 1 pkt 100,000, ,000,000 f. Sosialisasi/ pendampingan usahatani 1 pkt 100,000, ,000,000 Kelautan 682,500,000 a. Pengadaan Freezer 1 unit 100,000, ,000,000 b. Cool Box 30 unit 1,000,000 30,000,000 c. Rehabilitasi tempat usaha 1 unit 250,000, ,000,000 d. Peralatan tangkap (jaring, pancing, dll) 5 pkt 50,000, ,000,000 e. peralatan pendukung 5 pkt 500,000 2,500,000 III.15

56 No. Uraian Kegiatan Kebutuhan Harga Satuan Total Volume satuan (Rp). (Rp). f. Sosialisasi usaha perikanan 1 unit 50,000,000 50,000,000 Peternakan 565,000,000 a. Pengadaan bibit ternak 10 pkt 48,000, ,000,000 b. Pengadaan obat hewan 1 pkt 15,000,000 15,000,000 c. Pengadaan peralatan kesehatan hewan 1 pkt 20,000,000 20,000,000 d. Sosialisasi usaha peternakan 1 pkt 50,000,000 50,000,000 Koperasi dan UKM 250,000,000 Tempat Usaha 1 unit 250,000, ,000,000 5 LINTAS SEKTOR 200,000,000 Pemulihan daerah pesisir 1 ls 200,000, ,000,000 Total 65,570,430,000 Sumber: Penilaian Tim Gabungan Bappenas, BNPB, UKP4, Pemda Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 7 Desember 2010 Dalam melaksanakan pemulihan awal perlu diperhatikan beberapa prinsip penting dalam pelaksanaan pemulihan wilayah pasca bencana di Kabupaten Kepulauan Mentawai, diantaranya: 1. Inisiasi terhadap pembangunan infrastruktur dasar, terutama jalan utama dalam 1 tahun, termasuk jalan alternative dilakukan menyesuaikan dengan kantong permukiman yang ada dan yang akan dibangun. 2. Penanganan perumahan secara cepat, dengan memperhatikan alternatif huntara (hunian sementara) sehingga pengungsi sementara ditampung segera. 3. Pembangunan wilayah permukiman baru dengan berkonsentrasi pada dataran tinggi. sehingga tetap memperhatikan penduduk yang bermata pencaharian dibidang perikanan. 4. Pembangunan sentra ekonomi alternatif/sementara dengan merubah orientasi (seperti dari bidang kelautan menjadi perkebunan/ darat). 5. Meningkatkan kesiagaan terhadap bencana yang berbasis komunitas yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh masyarakat. III.16

57 BAB IV PRINSIP, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMULIHAN SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN WILAYAH PASCABENCANA IV.1. PRINSIP DASAR DAN KEBIJAKAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Pada masa tanggap darurat pasca bencana tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, opsi mengenai strategi rehabilitasi dan rekonstruksi telah ditelaah dan dikonsultasikan dengan Wakil Presiden RI pada tanggal 8 November 2010, sebagai berikut: Gambar IV.1. Strategi Pembangunan Rumah Sumber: Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai mendukung konsep Relokasi Permukiman dari kawasan pesisir terdampak tsunami ke area yang lebih aman pada ketinggian ± 25 dpl, yang saat ini merupakan area kehutanan, yang kemudian ditindak lanjuti dengan penentuan lokasi baru bagi relokasi perumahan dan pembangunan prasarana lingkungan permukiman. Untuk percepatan pembangunan wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang pada saat ini merupakan daerah tertinggal, diusulkan pembangunan infrastruktur vital berupa jalan poros antar pulau, pembangunan prasarana transprtasi udara

58 (airstrip) dan transportasi laut (dermaga) dan pembangunan jalan lingkungan dengan fungsi feeder termasuk jalur evakuasi. Dalam kerangka relokasi permukiman, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tanggal 19 November 2010 telah menerbitkan keputusan Bupati Kepulauan Mentawai nomor tahun 2010 tentang Penetapan Lokasi Relokasi Pembangunan Hunian Sementara Masyarakat Korban Gempa Bumi dan Tsunami tanggal 25 Oktober 2010; yang mencantumkan data jumlah KK dan penduduk desa asal, jumlah pengungsi, jumlah rumah rusak berat dan tujuan relokasi. Pemilihan lokasi hunian sementara terkait dengan konsep pembangunan hunian tetap yang mempertimbangkan: 1) Penanganan permukiman kembali penduduk korban bencana akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap: a. Tahap pertama, hunian sementara: penduduk ditampung ditenda sementara sampai pembangunan huntara selesai b. Tahap kedua, hunian tetap: pembangunan hunian tetap disekitar lokasi huntara c. Tahap ketiga, mitigasi dan pengurangan risiko bencana: relokasi semua dusun di tepi pantai barat ke jalan poros kawasan HPH 2) Penduduk korban tsunami menempati tenda darurat selama-lamanya 2 bulan sampai dengan bangunan hunian sementara selesai. 3) Hunian sementara ditempati selama-lamanya 2 tahun sampai dengan hunian tetap selesai dibangun. 4) Hunian tetap akan di bangun di lahan seluas 25x30m disekitar lokasi hunian sementara dengan pertimbangan agar supaya penduduk yang di relokasi dapat melanjutkan kegiatan usaha baru sebagai sumber mata pencaharian 5) Jumlah penduduk yang akan direlokasi adalah KK terdiri dari KK terdampak dan KK yang bertempat tinggal di pesisir yang bersedia dipindahkan, berdasarkan SK Bupati Kepulauan Mentawai nomor tahun 2010 tanggal 19 november Pada Sidang Kabinet Penanganan Bencana di Wasior, Mentawai dan Merapi pada tanggal 25 November 2010; terdapat berbagai masukan dari Kementerian/Lembaga untuk penanganan pasca bencana tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, sebagai berikut: IV.2

59 Tabel IV.1. Rekomendasi Kementerian/Lembaga bagi penanganan pasca bencana di Mentawai dan daerah pasca bencana lainnya ISU Pemulihan fungsi lingkungan hidup Penanggulangan sektor perikanan dan kelautan Relokasi perumahan Penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi Pemulihan KUKM pada daerah yang terkena bencana Aspek kehutanan di Kepulauan Mentawai REKOMENDASI Revegetasi dan pemanfaatan kawasan sempadan pantai untuk komoditi unggulan lokal yang memiliki nilai ekonomis Pengujian kualitas air untuk penyediaan air bersih pada lokasi permukiman baru Review rencana tata ruang Rehabilitasi dan rekonstruksi PPP Sikakap, rumah nelayan dan mata pencaharian nelayan dan pembudidaya ikan Penyusunan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Mengantisipasi gempa dan tsunami susulan di Pulau Siberut Mendirikan rumah tahan bencana Pembangunan hunian sementara yang kemudian akan difungsikan sebagai pusat pelayanan dusun sementara yang terdiri dari berbagai fasilitas umum Hunian tetap dibangun untuk menampung penduduk dusun pada pantai barat Memperhatikan PP 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan Perlu segera diterbitkan Inpres Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca bencana untuk prasarana publik yang diselenggarakan oleh Kementerian/Lembaga dan anggarannya dialokasikan pada Kementerian/Lembaga terkait Restrukturisasi kredit bagi nasabah KUR Penyelenggaraan program padat karya Pelatihan kewirausahaan Bantuan modal usaha untuk pengrajin dan usaha lainnya Peningkatan akses pasar dan bantuan peralatan eco-product pada daerah bencana Mengurangi konflik horizontal akibat penebangan skala besar untuk mengurangi dan menghentikan kerusakan sumber daya hutan Menata ulang ruang kelola masyarakat, permukiman, kawasan lindung dengan mengadaptasi aspek kebencanaan dan pelestarian keragaman hayati Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berbasis kecamatan Revisi RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai berbasis pengurangan risiko bencana INSTANSI TERKAIT Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Koordinasi bidang Kesejahteraan Rakyat Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kementerian Kehutanan IV.3

60 ISU Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Ruang lingkup pemulihan Kabupaten Kepulauan Mentawai pasca bencana REKOMENDASI Mendorong pola pembangunan berbasis budaya dan potensi kelautan, yang dikelola masyarakat Kepulauan Mentawai Identifikasi potensi usaha tani Bantuan benih perkebunan Pendampingan/pembinaan kelompok tani Pelatihan teknik budidaya dan pemulihan lahan Perbaikan infrastruktur lahan, irigasi dan jalan usaha tani Pembangunan perumahan dengan pendekatan relokasi ketempat aman disertai prasarana lingkungan permukiman Untuk percepatan pembangunan dan kemudahan akses transportasi, diperlukan pembangunan jaringan jalan dan jembatan koneksinya dengan transportasi laut termasuk pembangunan airstrip di Kec. Pagai Utara dan perbaikan/perpanjangan airstrip di Kec. Pagai Selatan Pembangkitan ekonomi masyarakat yang berganti mata pencaharian Pembangunan kembali prasarana sekolah, kesehatan dan peribadatan. Pembangunan kantor pemerintahan yang rusak. Pemulihan lingkungan ekosistem wilayah pesisir. INSTANSI TERKAIT Kementerian Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Sumber: Sidang Kabinet Paripurna penanganan bencana di Wasior, Mentawai dan Merapi 25 November 2010 Arahan Presiden Republik Indonesia pada Sidang Kabinet Paripurna 25 November 2010 tersebut adalah: 1. Pemulihan pasca bencana Mentawai agar dipercepat, dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat 2. Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat bertugas mengkoordinasikan Kementerian/Lembaga dalam upaya pemulihan pasca bencana tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai 3. Pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai melakukan penataan ulang tata ruang yang lebih baik dalam menghadapi bencana alam sesuai dengan potensi ancaman bencana 4. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dan percepatan pembangunan Kabupaten Kepulauan Mentawai dikoordinasikan oleh Gubernur Sumatera Barat IV.4

61 Selaras dengan prinsip pengurangan risiko pada konteks pasca bencana alam, termasuk didalamnya pembelajaran dari peristiwa tsunami 25 Oktober 2010 di wilayah Kepulauan Mentawai; serta perubahan paradigma penanggulangan bencana berdasarkan Undang Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; maka dengan pertimbangan bahwa dampak kerusakan sangat dominan bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat korban bencana, maka kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Kabupaten Kepulauan Mentawai mengutamakan prinsip dasar yang ditetapkan dalam peraturan dan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Dilaksanakan dengan memperhatikan UU nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana; 2. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan; 3. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dalam proses perencanaan tata ruang, proses pemanfaatan ruang dan proses pengendalian pemanfaatan ruang; 4. Dilaksanakan dengan memperhatikan UU 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil dalam perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau pulau kecil; 5. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. IV.2. PERTIMBANGAN PERENCANAAN BAGI PEMULIHAN WILAYAH PASCA BENCANA DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana alam pada prinsipnya adalah upaya mengembalikan kondisi dan kehidupan masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana pada situasi yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan memperhatikan Undang Undang no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pasal 32, Pemerintah dapat menetapkan daerah rawan bencana menjadi daerah terlarang untuk permukiman dan/atau mencabut atau mengurangi sebagian atau seluruh hak kepemilikan perorangan atas suatu benda sesuai peraturan dan perundang-undangan. Beberapa IV.5

62 pedoman mitigasi bencana yang mendasari rencana pemulihan daerah pasca bencana di Wasior diantaranya adalah: 1. Peraturan Pemerintah nomor 64 tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; 2. Keputusan Presiden no. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 63/Prt/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai; dan 4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.35/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah Aliran Sungai. 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Berdasarkan penilaian kerusakan dan kerugian pada Bab III, diperoleh gambaran dampak tsunami 25 Oktober 2010, sebagai berikut: Tabel IV.2. Ikhtisar Kerusakan dan Kerugian per Sektor Akibat Tsunami 25 Oktober 2010 No Sektor/ Subsektor Nilai Kerusakan Nilai Kerugian Total Kerusakan dan Kerugian Pemerintah Kepemilikan Non Pemerintah (Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta) 1 Perumahan 105, , , , , Infrastruktur 17, , , , Ekonomi 53, , , , Sosial 16, , , Lintas Sektor 79, , , TOTAL 271, , , , , Sumber: Data BNPB, 3 Desember 2010 Berdasarkan gambaran diatas, sektor perumahan, ekonomi dan lintas sektor mengalami kerusakan yang cukup signifikan dan mempengaruhi kehidupan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai, yang merupakan daerah tertinggal. Kerusakan pada sektor infrastruktur terlihat minim, karena pada situasi sebelum bencana transportasi darat dan laut dalam keadaan rusak dan memerlukan peningkatan. Kegiatan perekonomian IV.6

63 masyarakat masih subsisten, meskipun terdapat berbagai potensi pemanfaatan sumber daya perkebunan dan kelautan. Kebijakan RTRW Nasional yang berlaku untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah: 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) : adalah Muara Siberut 2. Pulau Sinyayau dan Pulau Sibaru-Baru adalah Pulau terluar 3. Instalasi Militer di Sikakap 4. Pelabuhan Sikakap dan Pelabuhan Sioban Merupakan Pelabuhan Nasional Kebijakan RTRW Provinsi dalam rencana struktur ruang Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut: 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKL) : adalah Kota Tuapejat dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa. 2. Penetapan Jalan Kabupaten dengan Jumlah Ruas 53 dan Panjang Ruas 682,90 KM. 3. Pelabuhan Pokai dan Pelabuhan Maillepet Merupakan Pelabuhan Regional. 4. Pelabuhan Tuapeijat dan Pelabuhan Bake Merupakan Pelabuhan Lokal. 5. Pelabuhan Tuapeijat, Pelabuhan Maillepet, Pelabuhan Sikakap sebagai pelayanan angkutan dan pengembangan lintasan baru penyeberangan. Rencana struktur pusat kegiatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai (perkotaan) berdasarkan rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun terdiri dari 1 kota PKW, 2 kota PKL, 1 Kota PPK dan 5 Kota PPL, sebagai berikut ini: Tabel IV.3. Rencana Sistem Perkotaan NO IBU KOTA KECAMATAN FUNGSI KOTA 1 Muara Siberut PKW 2 Tuapeijat PKL 3 Sikakap PKL (p) 4 Saibi PPK 5 Sikabaluan PPL 6 Sioban PPL 7 Simalegi betaet PPL 8 Pey-pey PPL 9 Saumanganyak PPL 10 Bulasat PPL Sumber: Rancangan RTRW Kabupaten Mentawai tahun IV.7

64 Dampak kerusakan pasca bencana gempa bumi dan tsunami terjadi pada 4 kecamatan terdiri dari 35 dusun yang berada pada 8 desa, sesuai dengan SK Bupati Kepulauan Mentawai nomor tahun 2010, sebagaimana disampaikan pada tabel berikut ini: Tabel IV.4. Data Rekapitulasi Penduduk bagi Relokasi Permukiman Pasca Bencana Mentawai No Nama Desa Jumlah Dusun Jumlah KK Jumlah Pengungsi Rumah Rusak Berat Jumlah rumah direlokasi Tujuan Relokasi 1 Kecamatan Pagai Selatan Malakopa Km. 37 poros jalan Pagai Selatan Bulasat (1) Km. 2 Lokpon Lakkau Bulasat (2) Km. 41 poros jalan Pagai Selatan Jumlah Kecamatan Pagai Utara Betumonga Km. 8 Trans Taikako Silabu Km. 17 poros jalan Pagai Utara Saumanganya Belakang perkampungan lama Jumlah Kecamatan Sikakap Taikako Belakang perkampungan lama Jumlah Kecamatan Sipora Selatan Bosua dan Beriulou Km. 4 desa Beriulou Jumlah T O T A L Sumber: SK Bupati Kabupaten Mentawai nomor tahun Sebagai gambaran umum, rencana relokasi permukiman dan pengembangan jaringan jalan poros menggunakan jalan existing yang telah dirintis perusahaan HPH adalah sebagai berikut: IV.8

65 Gambar IV.2. Rencana Relokasi dan Pengembangan Jaringan Jalan Poros Sipora Pagai Utara Pagai Selatan Rencana Jalan Km. 27 Km. 37 Km. 41 Taikako Km. 52 Sumber: UKP4 19 November Untuk penyediaan lahan relokasi, Bupati Kepulauan Mentawai telah menyampaikan permohonan kepada Gubernur Sumatera Barat melalui surat nomor 261/276/BKM/XI-2010 tanggal 29 November 2010 tentang permohonan pelepasan kawasan hutan untuk relokasi permukiman korban gempa dan tsunami Mentawai, sesuai arahan Presiden RI bahwa seluruh warga masyarakat agar tidak bermukim di pesisir pantai. Usulan pelepasan kawasan hutan untuk relokasi permukiman masyarakat korban tsunami, peladangan/perkebunan warga masyarakat Mentawai adalah seluas ± Ha (tidak termasuk Pulau Siberut), dengan rincian sebagai berikut: a. Pulau Pagai Utara seluas ± Ha b. Pulau Pagai Selatan seluas ± Ha c. Pulau Sipora seluas ± Ha Peta usulan perubahan kawasan hutan di Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora dapat dicermati pada halaman berikut ini. IV.9

66 IV.10 Gambar IV.3. Peta Usulan Lokasi Relokasi Pulau Pagai Utara

67 IV.11 Gambar IV.4. Peta Usulan Lokasi Relokasi Pulau Pagai Selatan

68 IV.12 Gambar IV.5. Peta Usulan Lokasi Relokasi Pulau Sipora

69 IV.3. RUANG LINGKUP REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH PASCA BENCANA DI MENTAWAI Berdasarkan pertimbangan perencanaan yang telah diuraikan sebelumnya, ruang lingkup rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi dalam kerangka pemulihan kehidupan masyarakat yang terdampak bencana gempa bumi dan tsunami di Tsunami adalah: 1. Rehabilitasi dan Rekonstruksi dengan pendekatan Relokasi permukiman yang dilaksanakan secara bertahap pada tahun anggaran 2011 dan 2012, pada daerah terdampak tsunami yaitu Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora; 2. Percepatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap pada tahun anggaran 2011, 2012 dan 2013, pada daerah terdampak tsunami dan terutama dengan pendekatan penyediaan infrastruktur vital untuk membuka akses antar pulau termasuk dengan Pulau Siberut. Dalam kerangka pemulihan kehidupan masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai pasca bencana gempa bumi dan tsunami 25 Oktober 2010, pendekatan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan sarana pengembangan kapasitas masyarakat dalam peningkatan kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana; 2. Menggunakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk menstimulasi ekonomi masyarakat; dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan jangka menengah dan panjang; 3. Menggunakan pendekatan mitigasi bencana dalam penataan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten Kepulauan Mentawai bagi pengembangan permukiman. 4. Menggunakan pendekatan penggunaan atas sebagian kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan diluar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan 5. Rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, dengan cara memberikan pedoman, bimbingan teknis dan informasi yang akurat mengenai hak dan kewajiban masyarakat korban dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang mengedepankan pengurangan risiko bencana; IV.13

70 IV.4. REHABILITASI DAN RELOKASI DENGAN PENDEKATAN RELOKASI PERMUKIMAN Ruang lingkup rehabilitasi dan rekonstruksi dirumuskan berdasarkan data kerusakan dan kebutuhan relokasi permukiman yang terdiri dari komponen: 1. Perumahan dan prasarana lingkungan permukiman 2. Prasarana publik yang terdiri dari sub-komponen transportasi jalan raya, transportasi laut,, energi, air dan sanitasi; 3. Sosial yang terdiri dari sub-komponen pendidikan, kesehatan, agama dan lembaga sosial; 4. Ekonomi yang terdiri dari sub-komponen perkebunan, peternakan, perikanan, dan perdagangan; 5. Lintas Sektor yang terdiri dasri sub-komponen lingkungan hidup, pemerintahan, ketertiban dan keamanan, dan pengurangan risiko bencana ini: Strategi mitigasi terhadap setiap komponen kerusakan diuraikan pada matriks berikut IV.4.1. PERUMAHAN DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN Khususnya Perumahan dan Prasarana Lingkungan Permukiman, strategi umum mitigasi adalah sebagai berikut ini: 1) Mempertimbangkan analisis risiko bencana dalam penyusunan Rencana Detil Tata Ruang kawasan permukiman baru sebagai bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai yang menjadi pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. 2) Memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan dan kepadatan penduduk pada permukiman kepadatan rendah berbasis kegiatan kehutan. 3) Memperhatikan ketentuan mengenai pemanfaatan kawasan hutan berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 24 tahun ) Memperhatikan pedoman garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai, daerah bekas sungai dan sempadan pantai. 5) Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang berkaitan dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan persyaratan lainnya, yang diatur oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. IV.14

71 6) Memperkuat struktur/konstruksi bangunan rumah terhadap bencana kegempaan. 7) Memperhatikan SNI tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. No Komponen Lokasi Strategi mitigasi KK bermukim di daerah pesisir, 367 unit rumah rusak berat KK bermukim di daerah pesisir, 217 unit rumah rusak berat 3 18 KK bermukim di daerah pesisir, 16 unit rumah rusak berat KK bermukim di daerah pesisir, 278 rumah rusak berat 5 Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan baru sesuai fungsi Pusat Pelayanan Kegiatan 6 Penyediaan utilitas pelayanan seperti air bersih, air limbah dan persampahan 16 dusun pada 3 desa di Kecamatan Pagai Selatan, Pulau Pagai Selatan 7 dusun pada 3 desa di Kecamatan Pagai Utara, Pulau Pagai Utara 1 dusun pada 1 desa di Kecamatan Sikakap, Pulau Pagai Utara 11 dusun pada 2 desa di Kecamatan Sipora Selatan, Pulau Sipora Lokasi baru: Km.27, Km 37, Km 41 dan Km 52 poros jalan Pagai Selatan, Km 8 dan Km 17 poros jalan Pagai Utara, Km 4 desa Beriulou dan yang berdekatan dengan lokasi permukiman lama Lokasi baru: Km.27, Km 37, Km 41 dan Km 52 poros jalan Pagai Selatan, Km 8 dan Km 17 poros jalan Pagai Utara, Km 4 desa Beriulou dan yang berdekatan dengan lokasi permukiman lama 785 KK direlokasi ke kawasan Km.27, Km 37, Km 41 dan Km 52 poros jalan Pagai Selatan 785 unit rumah direlokasi, luas persil/unit rumah 750m2, kebutuhan lahan 58,875 Ha 310 KK direlokasi ke kawasan Km 8 dan Km 17 poros jalan Pagai Utara dan belakang perkampungan lama 217 unit rumah direlokasi, luas persil/unit rumah 750m2, kebutuhan lahan 16,275 Ha 16 unit rumah direlokasi ke belakang perkampungan lama, luas persil/unit rumah 750m2, kebutuhan lahan 1,2 Ha 613 unit rumah direlokasi ke Km 4 desa Beriulou luas persil/unit rumah 750m2, kebutuhan lahan 45,975 Ha, Perencanaan teknis jalan lingkungan disesuaikan fungsinya sebagai penghubung pusat lingkungan dengan jalan akses yang lebih tingi hirarkinya Pusat-pusat lingkungan terdiri dari berbagai sektor kegiatan (ekonomi, sosial, budaya), mulai dari skala lingkungan terkecil (250 penduduk) yang ditempatkan dan ditata terintegrasi dengan pengembangan desain dan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan. Minimum penyediaan kran umum; satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa dengan radius pelayanan maksimum 100 meter dan kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. Penyediaan (minimum) sarana IV.15

72 No Komponen Lokasi Strategi mitigasi pelayanan umum MCK bersama, melayani 12 KK 60 orang, sarana dan prasarana air bersih, saluran pembuangan, peresapan, dan septitank Penyediaan bak sampah kecil kapasitas minimal 6 m3 sebagai tempat pembuangan sementara sampah dari rumah yang diangkut gerobak sampah dengan kapasitas 1-3 m3 Mempertimbangkan bekas lokasi hunian sementara sebagai bangunan prasarana dan sarana lingkungan, melalui peningkatan kualitas konstruksi bangunan Indikasi kebutuhan pendanaan untuk komponen Perumahan dan Prasarana Lingkungan Permukiman adalah Rp 202,8 Milyar, dengan rincian yang diuraikan pada Lampiran 8. Penetapan lokasi Hunian Tetap dilokasi baru adalah disekitar lokasi Hunian Sementara, yang dilakukan berdasarkan aspirasi masyarakat dan pertimbangan aspek penataan ruang berbasis kebencanaan dengan memperhatikan aspek sbb: 1) Lokasi berada pada Zona Aman Tsunami (ketinggian > 25 meter diatas muka laut); 2) Lokasi berada dekat dengan lokasi permukiman sebelumnya, agar dapat tetap menggarap ladang /sumber mata pencaharian dilokasi semula; 3) Tersedia sumber air dengan kualitas yang memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan air bersih; 4) Satuan pemukiman dikelompokkan dengan pertimbangan kelompok penduduk satu dusun yang sama dan dari satu sub etnik yang sama agar pola kehidupan kekerabatan tidak terganggu; 5) Dapat tetap menggunakan nama desa/dusun dan memfungsikan aparat desa sebelumnya; 6) Lokasi berada dalam jangkauan layanan sarana/prasarana umum sehingga dapat dikembangkan secara efektif & efisien. IV.4.2. PRASARANA PUBLIK No Komponen Lokasi Strategi mitigasi 1 Transportasi Darat: Pada lokasi baru Menyusun perencanaan teknis IV.16

73 No Komponen Lokasi Strategi mitigasi Pembersihan jalan kehutanan eksisting untuk ditingkatkan sebagai jalan poros antar pulau 2 Transportasi Air: Pembangunan 1 unit dermaga Air dan Sanitasi: Sarana Air Bersih Dusun Bulasat (Bake) permukiman di Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Kecamatan Sipora Selatan di Pulau Sipora Kecamatan Pagai Selatan, Pulau Pagai Selatan jalan dengan memperhatikan penggunaan kawasan hutan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Rencana teknis jaringan jalan merupakan bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Penyusunan rencana jalur evakuasi Memperhatikan pedoman konstruksi tahan gempa dan gerakan tanah Dapat diselenggarakan dengan pendekatan cash for work untuk pembangkitan ekonomi masyarakat pengungsi pada lokasi baru Rencana teknis pembangunan dermaga pelabuhan merupakan bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Memperhatikan pedoman garis sempadan pantai dan tinggi gelombang pasang. Memperhatikan pedoman konstruksi tahan gempa Penyusunan rencana kawasan untuk mengurangi risiko tsunami Penyusunan rencana jalur evakuasi Penelitian mengenai kualitas air untuk penyelenggaraan pelayanan air bersih bagi permukiman Rencana pemanfaatan sumber air merupakan bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Indikasi kebutuhan pendanaan untuk komponen Infrastruktur adalah Rp 20,46 Miliar, dengan rincian yang diuraikan pada lampiran 9. IV.4.3. SOSIAL No Komponen Lokasi Strategi mitigasi 1 Kesehatan: Penyediaan Pada lokasi baru permukiman di Pulau Perencanaan teknis prasarana kesehatan mempertimbangkan IV.17

74 No Komponen Lokasi Strategi mitigasi Puskesmas, Pustu, pelayanan kesehatan, pelayanan gizi dan pengobatan psikososial 2 Pendidikan: Penyediaan fasilitas pendidikan TK, SD, SMP dan SMA 3 Agama: Penyediaan langgar, gereja mesjid, 4 Lembaga Sosial: Rehabilitasi dan perlindungan sosial anak, Pembangunan panti asuhan, Penyuluhan untuk pengarusutamaan gender Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Pada lokasi baru permukiman di Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Pada lokasi baru permukiman di Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Pada lokasi baru permukiman di Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora jumlah penduduk yang dilayani serta radius pelayanan Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan gempa Merupakan bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Penyediaan jumlah sarana pendidikan dan pembelajaran yang harus disediakan berdasarkan daya daya tampung paling efektif dan efisien untuk kondisi lingkungan siswa/ruang belajar Mempertimbangkan radius pelayanan Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan gempa Merupakan bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Diselenggarakan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani serta radius pelayanan Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan gempa Merupakan bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Diselenggarakan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani dan radius pelayanan Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan gempa Merupakan bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Indikasi kebutuhan pendanaan untuk komponen Sosial adalah Rp 52,4 Miliar, dengan rincian yang diuraikan pada lampiran 11. IV.4.4. EKONOMI No Komponen Lokasi Strategi mitigasi 1 Perkebunan: Pembukaan perkebunan, penanaman lahan dan Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Rencana pembukaan lahan perkebunan perlu mempertimbangkan peraturan mengenai pemanfaatan kawasan IV.18

75 No Komponen Lokasi Strategi mitigasi pendampingan sebagai stimulan mata pencaharian di lokasi baru 2 Peternakan: Pengadaan bibit ternak, penyelenggaraan kesehatan hewan dan sosialisasi usaha ternak sebagai stimulan mata pencaharian di lokasi baru 3 Perikanan: Rekonstruksi pelabuhan perikanan Sikakap, penggantian peralatan nelayan, pengembangan mata pencaharian berbasis perikanan 4 Perdagangan: Pembangunan pasar lingkungan dan kios/warung sebagai sarana perniagaan di lingkungan permukiman Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora hutan berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 2010 Memperhatikan pedoman garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai, daerah bekas sungai Apabila diselenggarakan berdekatan dengan kawasan permukiman perlu memperhatikan akses bagi pengangkutan hasil produksi ke pusat perniagaan Rencana pemanfaatan lahan perkebunan dan peternakan merupakan bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Rencana pelabuhan memperhatikan garis sempadan pantai dan menyediakan jalan evakuasi Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan gempa Merupakan bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Rencana pusat-pusat perniagaan merupakan bagian dari Rencana Detil Tata Ruang sebagai bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Diselenggarakan berdasarkan skala dan radius pelayanan Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan gempa Indikasi kebutuhan pendanaan untuk komponen Ekonomi adalah Rp 114,6 Miliar, dengan rincian yang diuraikan pada lampiran 10. IV.4.5. LINTAS SEKTOR No Komponen Lokasi Strategi mitigasi 1 Pemerintahan: Rekonstruksi bangunan kantor, rumah dinas, pendataan ulang dan penguatan penanggulangan bencana Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Rencana pembangunan kantor pemerintahan dan komplek rumah dinas merupakan bagian dari Rencana Detil Tata Ruang sebagai bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Diselenggarakan berdasarkan IV.19

76 No Komponen Lokasi Strategi mitigasi 2 Ketertiban dan Keamanan (TNI/POLRI): Bangunan kantor dan Pos Hansip 3 Lingkungan Hidup: Rehabilitasi hutan pantai, pemulihan daerah pesisir, pemetaan batas wilayah, pengembangan kawasan transmigrasi dan pendidikan pola hidup ramah lingkungan bagi masyarakat 4 Pengurangan Risiko Bencana: a b Program Penanggulangan Bencana Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora Kepulauan Mentawai Kepulauan Mentawai kebutuhan dan radius pelayanan Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan gempa Rencana pembangunan kantor pemerintahan dan komplek rumah dinas merupakan bagian dari Rencana Detil Tata Ruang sebagai bagian dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Diselenggarakan berdasarkan kebutuhan dan radius pelayanan Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan gempa Pemulihan daerah pesisir diselenggarakan berdasarkan zonasi sesuai UU nomor 27 tahun 2007 Pemetaan batas wilayah diselenggarakan terkait dengan ketentuan pemanfaatan kawasan hutan Pengembangan kawasan transmigrasi diselenggarakan berpedoman pada Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Dan Menteri Kehutanan tentang pelepasan kawasan hutan dalam rangka penyelenggaraan transmigrasi Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana Penguatan dan pengembangan INA-TEWS Sosialisasi dan diseminasi serta Pengembangan SOP Diseminasi sistem peringatan dini tsunami dan informasi gempa Pengelolaan gempa bumi dan tsunami Pengelolaan Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim Pengelolaan Database Indikasi kebutuhan pendanaan untuk komponen Lintas Sektor adalah Rp 41,9 Miliar, dengan rincian yang diuraikan pada lampiran 12. IV.20

77 IV.5. PERCEPATAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Sesuai dengan arahan Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna 25 November 2010, bahwa pemulihan pasca bencana Mentawai agar dipercepat, dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat, maka fokus utama percepatan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah pembangunan prasarana vital jaringan jalan poros antar pulau termasuk ke Pulau Siberut, pembangunan dermaga pelabuhan antar pulau serta pembangunan dan/atau rehabilitasi airstrip yang sudah ada namun tidak berfungsi pada saat ini. Terkait dengan upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di masa mendatang, diperlukan percepatan pembangunan wilayah Kepulauan Mentawai berbasis mitigasi bencana dengan fokus kegiatan berikut ini. No Komponen Lokasi Strategi mitigasi 1 Transportasi Darat: Pembangunan Jalan Poros antar pulau sepanjang 300 Km 2 Transportasi Air Dermaga/pelabuhan Pasapuat Dermaga/pelabuhan Pokai Pengadaan Kapal tipe RO-RO 500 GT 3 Transportasi Udara: Perbaikan/pengerasan landasan pacu (airstrip) di Kecamatan Pagai Selatan Perpanjangan airstrip Bandara Sipora Rokot (750x23m) Perpanjangan airstrip Bandara Siberut (650 Kabupaten Kepulauan Mantawai (termasuk Pulau Siberut) Kabupaten Kepulauan Mantawai (termasuk Pulau Siberut) Kabupaten Kepulauan Mantawai (termasuk Pulau Siberut) Perencanaan teknis jalan dan jembatan mempertimbangkan peraturan mengenai pemanfaatan kawasan hutan Status dan fungsi jalan ditingkatkan menjadi jalan Negara Memperhatikan pedoman konstruksi jalan tahan gempa dan gerakan tanah Menjadi bagian tidak terpisahkan dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Perencanaan teknis pelabuhan mempertimbangkan peraturan sempadan pantai Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan gempa dan tinggi gelombang pasang Menjadi bagian tidak terpisahkan dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Perencanaan teknis pelabuhan udara mempertimbangkan peraturan keselamatan penerbangan, pemanfaatan fungsi hutan Status pengelolaan pelabuhan udara diserahkan kepada pemerintah pusat Memperhatikan pedoman konstruksi bangunan tahan IV.21

78 No Komponen Lokasi Strategi mitigasi x23m) Pembangunan landasan pacu /airstrip (1500 x25m) di Kecamatan Pagai Utara 4 Pos dan Telekomunikasi Pengembangan Penyelenggaraan Telekomunikasi Kabupaten Kepulauan Mantawai (termasuk Pulau Siberut) gempa Menjadi bagian tidak terpisahkan dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Perencanaan teknis lokasi prasarana dan sarana telekomunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Indikasi kebutuhan pendanaan untuk komponen Infrastruktur bagi percepatan pembangunan adalah Rp 674,43 Miliar, dengan rincian yang diuraikan pada lampiran 7. Percepatan pembangunan dilaksanakan setelah kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi diselesaikan, yaitu dimulai pada tahun anggaran 2012 dan seterusnya. IV.6. SKIM PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN Secara umum, indikasi kebutuhan pendanaan untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah Rp 432,25 Miliar dan untuk Percepatan Pembangunan adalah Rp 674,43 Miliar, sehingga total indikasi kebutuhan pendanaan adalah Rp 1,1 Triliun, yang dijelaskan lebih terinci pada Bab V dan Lampiran 7. Sumber pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dan percepatan pembangunan pada prinsipnya adalah dari anggaran penanggulangan bencana dalam APBN dan APBD sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2008, Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah sesuai kewenangan. Dalam anggaran penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN pada pasal 5, Pemerintah menyediakan: a) Dana kontinjensi bencana: untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana b) Dana siap pakai: disediakan melalui BNPB untuk kegiatan pada saat tanggap darurat c) Dana bantuan sosial berpola hibah: disediakan dalam APBN untuk kegiatan pada tahap pasca bencana Selain pendanaan dari sumber pemerintah, mengingat bencana tsunami Mentawai merupakan bencana daerah yang juga memperoleh simpati masyarakat internasional, masih terdapat potensi pendanaan dari sumbangan masyarakat, Donor Bilateral/Multilateral dan IV.22

79 Indonesia Multi Donor Fund Facility for Disaster Recovery (IMDFF-DR) yang berfungsi sebagai fasilitas dana perwalian untuk menampung bantuan internasional bagi kegiatan pasca bencana. Berdasarkan potensi sumber pendanaan tersebut, maka Skim Sumber Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dan Percepatan Pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut: IV.23

80 Tabel IV. 5. Skim Sumber Pendanaan Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten Perusahaan dan LSM Donor dan IMDFF Tanggap darurat dan pemulihan awal Dana siap pakai Dana siap pakai Dana siap pakai Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah, difasilitasi oleh pemerintah Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah sesuai peraturan yang berlaku Perumahan & prasarana permukiman a) Dana bantuan sosial berpola hibah b) PNPM c) Dana K/L APBD untuk koordinasi perencanaan dan pelaksanaan APBD untuk fasilitasi pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan keberlanjutan Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah, difasilitasi oleh pemerintah Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah sesuai peraturan yang berlaku IV.24 Infrastruktur Sosial a) Dana bantuan sosial berpola hibah b) Dana K/L a) Dana bantuan sosial berpola hibah b) Dana K/L APBD untuk koordinasi perencanaan dan pelaksanaan APBD untuk koordinasi perencanaan dan pelaksanaan APBD untuk fasilitasi pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan keberlanjutan APBD untuk fasilitasi pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan keberlanjutan Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah, difasilitasi oleh pemerintah Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah, difasilitasi oleh pemerintah Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah sesuai peraturan yang berlaku Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah sesuai peraturan yang berlaku Ekonomi a) Dana bantuan sosial berpola hibah b) PNPM c) Dana K/L APBD untuk koordinasi perencanaan dan pelaksanaan APBD untuk fasilitasi pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan keberlanjutan Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah, difasilitasi oleh pemerintah Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah sesuai peraturan yang berlaku Lingkungan Hidup a) Dana bantuan sosial berpola hibah b) Dana K/L APBD untuk koordinasi perencanaan dan pelaksanaan APBD untuk fasilitasi pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan keberlanjutan Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah, difasilitasi oleh pemerintah Diselenggarakan sebagai komplemen program pemerintah sesuai peraturan yang berlaku Keterangan: Dana bantuan sosial berpola hibah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi dengan mekanisme Bantuan Langsung Masyarakat dan non-bantuan Langsung Masyarakat diselenggarakan lebih lanjut melalui Peraturan Kepala BNPB berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan-Kementerian Keuangan. IV.24

81 Khususnya pendanaan yang bersumber dari IMDFF-DR, mekanisme penerimaan dana, penyaluran dana, pemantauan dan pelaporan telah diatur dalam Pedoman Operasional IMDFF-DR untuk selanjutnya ditetapkan oleh Tim Pengarah dan Tim Teknis IMDFF-DR yang telah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas nomor Kep.8/M.PPN/HK/01/2010. IV.7. STRATEGI PENYELENGGARAAN RELOKASI PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN IV.7.1. PENYEDIAAN LAHAN DAN PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN Pada uraian sebelumnya telah disampaikan bahwa penyediaan lahan untuk relokasi permukiman adalah melalui permohonan pelepasan kawasan hutan seluas ± Ha, untuk pengembangan pusat-pusat kegiatan jangka panjang dan jangka menengah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mentawai Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2010 tentang Pemanfaatan Kawasan Hutan; penggunaan kawasan hutan dapat dilakukan berdasarkan iin pinjam pakai kawasan hutan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dalam jangka waktu tertentu. Berpedoman pada Undang Undang nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pokokpokok pemanfaatan kawasan hutan adalah sebagai berikut: 1) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. 2) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan. 3) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. 4) Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka. 5) Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Lingkup kegiatan penggunaan kawasan hutan yang masih diperbolehkan adalah: a) religi; b) pertambangan; IV.25

82 c) instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru dan terbarukan; d) pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun relay televisi; e) jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api; f) sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau air limbah; g) fasilitas umum; h) industri terkait kehutanan; i) pertahanan dan keamanan; j) prasarana penunjang keselamatan umum; atau penampungan sementara korban bencana alam. Dalam rangka pemanfaatan kawasan hutan untuk hunian tetap, terdapat 2 opsi pengembangan yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut oleh pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, yaitu sebagai berikut: Pengembangan linier sepanjang jalan Poros pulau Pengembangan berkelompok disekitar jalan poros pulau Kohesi sosial: konsep pengelompokan dusun belum tentu dapat dicapai apabila lahan yang tersedia sempit Penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum: disepanjang jalan poros diantara daerah perumahan, berpotensi menyebabkan tidak meratanya pelayanan Pengendalian pertumbuhan jangka menengah dan panjang: merupakan tantangan karena kegiatan yang bersifat pelayanan perkotaan tumbuh disepanjang jalan poros dan mendorong perubahan fungsi di dalam persil perumahan Kohesi sosial: konsep pengelompokan dusun masih dapat dapat dicapai dengan penataan tapak perumahan Penyediaan fasilitas sosial sosial dan fasilitas umum: disediakan pada satuan permukiman berdasarkan standar yang berlaku, Pengendalian pertumbuhan jangka menengah dan panjang: perubahan fungsi di dalam persil perumahan tidak berpengaruh pada fungsi jalan poros IV.26

83 Pengembangan linier sepanjang jalan Poros pulau Estetika: pertumbuhan tidak terkendali akan berdampak pada estetika dan kualitas lingkungan Pengembangan berkelompok disekitar jalan poros pulau Estetika: jalur disepanjang poros jalan dapat ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau dan pengembangan kegiatan terbatas bagi pelayanan perkotaan Sebagai gambaran, sketsa pengembangan daerah permukiman pada lokasi di Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora dapat dilihat pada lampiran 13. IV.7.2. MATERIAL KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA Filosofi bangunan tahan gempa adalah: 1. Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural (dinding retak, genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah, dsb) maupun pada komponen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas, dsb) 2. Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen struktural tidak boleh rusak. 3. Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar/mengungsi ketempat aman. Pengertian rumah sederhana adalah rumah yang dibangun oleh masyarakat tanpa direncanakan dan dilaksanakan oleh para akhli pembangunan. Dengan demikian, denah bangunan dibuat sederhana, simetris dan tidak terlalu panjang, dengan konstruksi atap menggunakan bahan yang ringan dan sederhana, dan pondasi tapak atau umpak sesuai standar. Sistem konstruksi rumah kayu masih relevan untuk ketahanan gempa dan mempunyai banyak kelebihan dibandingkan pembuatan rumah dari batako atau bata yang menekankan keawetan bahan. Rumah konstruksi kayu adalah bangunan rumah dengan menggunakan sistem struktur rangka pemikul dari bahan kayu, dengan ciri-ciri yaitu seluruh komponen balok dan kolom serta dinding yang digunakan adalah kayu, kelebihan tersebut diantaranya adalah kelenturan kayu ketika terjadi guncangan. Penelitian yang dilakukan dengan pembuatan model rumah kayu masih mempunyai beberapa kekurangan atau kelemahan, diantaranya adalah rawannya kayu karena factor biologis dan mudah rusak oleh kondisi lingkungan, namun untuk menjaga ketahanan kayu dapat mengikuti ketentuan IV.27

84 tentang cara pengawetan kayu. Untuk daerah yang rawan terhadap gempa sebaiknya pembangunan rumah jangan terlalu membebankan pada kontruksi beton ataupun bata dan batako karena kurang fleksibel dan parahnya kerusakan akibat gempa. Apabila bahan kayu tidak mudah diperoleh di Kepulauan Mentawai, maka bahan baja ringan untuk rumah sederhana dapat menjadi alternative. Rumah baja ringan adalah rumah yang komponen-komponennya dibuat dan dirakit atau dipasang di pabrik (off-site) menjadi bagian-bagian berupa panel atau modul, di lokasi bagian-bagian rumah (modul/panel) disusun dan kemudian dilengkapi utilitas dan finishing. Beberapa kelebihan rumah baja ringan dengan modul/panel ini adalah: lebih murah, waktu pekerjaan konstruksi lebih cepat karena tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca, kualitas bahan terkontrol dan dapat didaur ulang tidak merambatkan api dan tahan terhadap iklim tropis, dan yang terpenting adalah tahan gempa. Rumah baja ringan tahan gempa yang biasanya disebut Rumah Baja Ringan K Steel telah diaplikasikan pada lokasi pasca bencana seperti misalnya: Rumah BRR Type 36 Plus di Simelue (450 unit), ADB House di Banda Aceh (200 unit), BRR House di Banda Aceh (1380 unit). Contoh sketsa rumah kayu dan baja ringan tahan gempa dapat dilihat pada Bab V. IV.8. JADWAL PELAKSANAAN PEMULIHAN PASCA BENCANA TSUNAMI DI MENTAWAI Berdasarkan strategi pemulihan yang terdiri dari rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan yang telah diuraikan sebelum ini, maka rancangan jadwal pelaksanaan pemulihan adalah sebagai berikut: Tabel IV.6. Jadwal pelaksanaan Relokasi Permukiman dan Percepatan Pembangunan No Komponen Kegiatan A Rehabilitasi dan Rekonstruksi 1 Relokasi Permukiman Persiapan Perencanaan Teknis Pembangunan Hunian Tetap Pendampingan Prasarana Lingkungan Permukiman Penyediaan Air Bersih 2 Infrastruktur Transportasi Darat Transportasi Air IV.28

85 No Air dan Sanitasi Energi 3 Ekonomi Perkebunan Peternakan Perikanan Perdagangan 4 Sosial Pendidikan Kesehatan Agama Lembaga Sosial 5 Lintas Sektor B Pemerintahan Komponen Kegiatan Keamanan dan Ketertiban Lingkungan Hidup Pengurangan Risiko Bencana Percepatan Pembangunan Transportasi darat: Jalan poros antar pulau Transportasi laut: Dermaga/pelabuhan Transportasi udara: Airstrip Keterangan: Jadwal pelaksanaan disusun berdasarkan kebutuhan dan rencana pendanaan pada Lampiran IV.29

86 BAB V PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA, SERTA PERCEPATAN PEMBANGUNAN YANG BERBASIS MITIGASI BENCANA V.1. PENDANAAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Pendanaan penanggulangan bencana sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dengan pokokpokok sebagai berikut: Dana penanggulangan bencana adalah dana yang digunakan bagi penanggulangan bencana pada tahap prabencana, saat tanggap darurat dan/atau pascabencana. Dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dana penanggulangan bencana berasal dari: a) APBN, b) APBD; dan/atau c) Masyarakat. Dana penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN menyediakan juga dana kontijensi bencana, dana siap pakai dan dana bantuan sosial berpola hibah. Pendanaan penanggulangan bencana dari sumber APBD (Provinsi/Kabupaten/Kota), baik sistem perencanaan dan penganggarannya maupun pelaksanaan, penata usahaan keuangan dan pertanggungjawabanya perlu disesuaikan dengan pengaturan mengenai pengelolaan keuangan daerah (APBD), yaitu: 1. Peraturan Pemerintah nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun 2006 junto nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD (diterbitkan tiap tahun anggaran; 4. Peraturan lainnya yang terkait dengan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah. Dengan kebijakan dan strategi yang telah disampaikan pada Bab IV, maka dalam upaya mencapai tujuan pembangunan yang lebih baik pasca Pendanaan untuk pemulihan

87 pascabencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai ditujukan bagi 2 (dua) kelopok utama, yaitu; 1. Komponen rehabilitasi dan rehabilitasi; dan 2. Komponen percepatan pembangunan secara menyeluruh untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kebutuhan dana komponen rehabilitasi dan rekonstruksi di peroleh berdasarkan hasil Penilaian Kerusakan dan Kerugian (Damages and Losses Assessment), yang mencakup: a) Perumahan dan prasarana permukiman, b) Infrastruktur, c) Sosial, (d) Ekonomi, dan (e) Lintas Sektor. Sebagaimana strategi yang telah ditetapkan di muka, upaya percepatan pembangunan di perlu dilakukan seiring dengan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi bagi fasilitas yang rusak karena bencana gempa bumi dan tsunami. Percepatan pembangunan ini akan memberikan manfaat yang lebih baik dari hasil pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi bagi masyarakat Kepulauan Mentawai (Building Back Better). Percepatan pembangunan ini pada prinsipnya hanya mencakup infrastruktur transportasi yang dimaksudkan untuk membuka akses di Kepulauan Mentawai secara menyeluruh sehingga akan menjadi stimulan bagi pembangunan ekonomi. Fasilitas infrastruktur transportasi meliputi transportasi darat, laut dan udara, yaitu pembangunan lintas poros utama, pembangunan dermaga pelabuhan termasuk pengadaan kapal Ro-Ro serta peningkatan bandara (airstrip) di Pagai Selatan, Pagai Utara, Pulau Siberut dan Pulau Sipora. Berdasarkan hasil perhitungan total nilai kebutuhan untuk komponen pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana gempa bumi dan tsunami yaitu Rp. 432,25 milyar. Namun demikian dana yang sudah diindikasikan tersedia baru sebesar Rp. 50,30 milyar. Demikian juga untuk Komponen Percepatan Pembangunan, yang mana total nilai kebutuhan Rp. 674,43 milyar, namun dana yang tersedia saat ini baru diindikasi sebesar Rp. 28,50 milyar. Namun demikian, BNPB juga dapat mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN Mata Anggaran BA 999 untuk pemulihan pasca bencana gempa bumi dan sekaligus upaya percepatan pembangunan Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. Tabel berikut secara ringkas memperlihatkan indikasi kebutuhan pendanaan untuk komponen percepatan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Mentawai beserta indikasi dana yang tersedia. V.2

88 Tabel V.1. Indikasi Kebutuhan Pendanaan Komponen Rehabilitasi dan Rekonstruksi serta Komponen Percepatan V.3 No Sektor / Subsektor Nilai Kebutuhan REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Indikasi Pendanaan (tersedia) APBN (dalam Rp. Juta) Kebutuhan Pendanaan APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah 1 PERUMAHAN* 202, , , Perumahan dan Huntara 156, , , Prasarana Lingkungan 46, , , INFRASTRUKTUR 20, , Transportasi 1, , Air dan Sanitasi Energi 18, , EKONOMI 114, , , , Pertanian Perkebunan 67, , , Peternakan 5, , Perdagangan 2, , Perikanan 39, , , Pariwisata Perindustrian Koperasi dan UKM SOSIAL 52, , , , Kesehatan 3, , Pendidikan 25, , , Agama 18, ,000.00

89 V.4 No Sektor / Subsektor Nilai Kebutuhan Indikasi Pendanaan (tersedia) APBN (dalam Rp. Juta) Kebutuhan Pendanaan APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah 4 Lembaga Sosial 5, , , LINTAS SEKTOR 41, , , Lingkungan Hidup 11, , Pemerintahan 14, , , Ketertiban dan Keamanan Pengurangan Risiko Bencana 15, , SUB TOTAL R3 432, , , , , PERCEPATAN PEMBANGUNAN 1 INFRASTRUKTUR 674, , , Transportasi 674, , , Telekomunikasi SUB TOTAL PERCEPATAN 674, , , TOTAL 1,106, , , , , Sumber: Tim Penilaian Kebutuhan (Bappenas, BNPB, UKP4, Pemkab Mentawai); Desember 2010

90 V.2. MEKANISME DAN KELEMBAGAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana gempa bumi dan tsunami Kabupaten Kepulauan Mentawai ditujukan sebagai sarana membangun kembali komunitas, membuka lapangan kerja dan menstimulasi ekonomi masyarakat; dengan mengintegrasikan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana dalam kegiatan pemulihan serta pengurangan risiko bencana dalam kerangka kebijakan pembangunan daerah jangka menengah dan jangka panjang. Di samping itu juga sesuai dengan Kerangka Kerja untuk Aksi Hyogo (Hyogo Framework for Action) yang memuat proses rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai kesempatan strategis untuk pengurangan risiko bencana dan membangun kembali secara lebih baik (building back better) serta memperhatikan tujuan Millenium Development Goals (MDGs). Segera setelah masa tanggap darurat diumumkan oleh Pemerintah, maka langsung dimulai pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, yang ditetapkan untuk jangka waktu tahun 2011 sampai dengan tahun Berdasarkan hasil keputusan pada pada Sidang Kabinet tentang Penanganan Bencana di Wasior, Mentawai dan Merapi pada tanggal 25 November 2010, maka pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di kepulauan Mentawai dan sekaligus pelaksanaan percepatan pembangunan di Kepulauan Mentawai, dikoordinasikan langsung oleh Gubernur Sumatera Barat, melalui dukungan dari kementerian/lembaga di tingkat pusat yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Berdasarkan keputusan pada Sidang Kabinet ini, maka secara umum skim penyelenggaraan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sebagaimana di gambarkan pada bagan berikut. V.5

91 Gambar V.1. Skim Penyelenggaraan Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi serta Percepatan Pembangunan Pascabencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai KEBIJAKAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN Presiden Kemenkeu Bappenas Kemenko KESRA BNPB Gubernur SUMBAR K/L Bupati Kepulauan Mentawai Dana Hibah (IMDFF-DLL) Dana K/L Dana Bencana Alam BPBD Provinsi BPBD Kabupaten SKPD Provinsi SKPD Kabupaten Dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengemban tugas dan fungsi sebagai berikut: 1. Menetapkan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana; 2. Merumuskan strategi dan kebijakan operasional 3. Membantu mengkoordinasikan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi; 4. Menyiapkan petunjuk teknis dan pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi; serta 5. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana gempa bumi dan tsunami. Berdasarkan jenis kegiatannya, maka secara garis besar mekanisme penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi yang di bedakan menjadi: 1. Rehabilitasi Rekonstruksi non-bantuan langsung masyarakat, baik untuk kegiatan konstruksi maupun non konstruksi. Kegiatan konstruksi ini di utamakan untuk pembangunan hunian relokasi penduduk, sedangkan non-konstruksi lebih V.6

92 diutamakan untuk tujuan pemulihan ekonomi masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan dengan kontraktual swakelola oleh SKPD terkait. Sumber pendanaan berasal dari APBN BNPB yang di berikan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui mekanisme yang akan ditetapkan kemudian oleh Kepala BNPB. Gambar V.2. Mekanisme Rehabilitasi dan Rekonstruksi Non-bantuan Langsung Masyarakat. 2. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk gedung milik pemerintah, prasarana dan infrastruktur perkotaan yang dilakukan oleh SKPD terkait melalui kontrak dengan pihak ketiga (kontraktor). Sumber pendanaan berasal dari APBN BNPB BA-999 sesuai dengan mekanisme yang akan ditetapkan kemudian oleh Kepala BNPB. V.7

93 Gambar V.3. Mekanisme Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi untuk Pembangunan Gedung Milik Pemerintah, Prasarana dan Infrastruktur (Kontraktual) 3. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pembangunan, termasuk pembangunan di areal relokasi, yang bersumber dari kementerian / lembaga dilakukan dengan mekanisme yang ditetapkan oleh kementerian / lembaga terkait sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. V.3. PEMULIHAN EKONOMI MASYARAKAT KORBAN BENCANA Berdasarkan jenis kerusakan yang terjadi, pemulihan ekonomi masyarakat korban bencana gempa bumi dan tsunami yang cukup signifikan yaitu di subsektor perkebunan dan perikanan, dan sebagian kecil di subsektor peternakan dan perdagangan. Sesuai arahan Presiden RI dan masukan sektoral, bahwa masyarakat yang bermukim di pesisir pantai perlu di relokasi ke tempat yang lebih aman, yaitu di daerah perbukitan dengan ketinggian minimal 25 m dpl. Dimana hal ini, akan berimplikasi terhadap perubahan mata pencaharian penduduk yang sebelumnya lebih berorientasi pada kelautan (perikanan) menjadi perkebunan. Guna mendukung pemulihan ekonomi masyarakat di lokasi permukiman baru yang lebih berorientasi pada perkebunan, pemerintah telah merencanakan untuk melakukan pengembangan perkebunan sesuai dengan potensi yang di V.8

94 miliki oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai. Jumlah kebutuhan pemulihan ekonomi msayarakat sebagaimana hasil perhitungan pada tabel di atas adalah sebesar Rp. 114,60 milyar, dengan dukungan pemulihan meliputi: Sektor Ekonomi Dukungan Pemulihan Perkebunan Penanaman kembali di wilayah terkena dampak bencana, untuk tanaman kelapa, pinang dan pandan laut; Penanaman kebun bibit rakyat; Pembukaan lahan perkebunan, termasuk penamaman, pengadaaan benih, pupuk dan peralatan, serta kegiatan pendampingan Perikanan Peternakan Perdagangan Rehabilitasi dan rekonstruksi pelabuhan laut; Rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana perikanan tangkap, termasuk pengadaan perahu motor, kapal nelayan dan pengadaan peralatan; Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pesisir; Pengembangan usaha mina pedesaan (PUMP) Pengadaan bibit ternak (babi dan ayam), beserta pakan, dan obat hewan; Pengadaaan peralatan kesehatan hewan; Sosialisasi usaha peternakan Pembangunan kembali pasar lingkungan, kios dan warung. Dalam Upaya bantuan pemulihan ekonomi masyarakat secara cepat atau jangka pendek, maka pembangunan sector ekonomi akan dilakukan melalui skim Cash for Work (CfW)/padat karya di mana sekaligus dapat menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat secara cepat guna memberi stimulus bagi perekonomian lokal dan menyediakan peluangpeluang ekonomi produktif dengan mempromosikan pengambilan keputusan di tingkat komunitas dan individu. Agar tepat sasaran, maka pelaksanaan Cash for Work (CfW)/padat karya perlu dilengkapi dengan: 1. Mekanisme monitoring untuk menjaga produktivitas kerja dan target kerja yang jelas; 2. Penentuan tingkat upah program yang tepat supaya tidak menjadi disinsentif bagi masyarakat yang sudah bekerja atau masuknya pekerja dari daerah non-bencana ke dalam program Cash for Work (CfW)/padat karya. Dalam hal ini maka upah Cash for Work (CfW)/padat karya sebaiknya ditetapkan di bawah upah tingkat lokal yang ada; dan V.9

95 3. Kriteria kegiatan yang ditujukan untuk membangun infrastruktur sosial atau membangun keahlian (skill) komunitas dalam jangka panjang yang dapat meningkatkan pendapatan dan memperbaiki distribusi pendapatan, serta meningkatkan fleksibilitas pasar tenaga kerja. Misalnya pembangunan infrastruktur public dan sektor ekonomi yang akan bermanfaat dalam jangka panjang V.4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Pemantauan penyelenggaraan penanggulangan bencana diperlukan sebagai upaya pengendalian proses rehabilitasi dan rekonstruksi, sedangkan evaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan dalam rangka pencapaian standar minimum pelayanan dan peningkatan kinerja penanggulangan bencana. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang diamanatkan Undang-undang nomor 25 tahun 2004 adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam perspektif jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Tahap perencanaan terdiri dari: a) penyusunan rencana, b) penetapan rencana, c) pengendalian pelaksanaan rencana dan d) evaluasi kinerja. Untuk pembiayaan yang bersumber dari APBN, Peraturan Pemerintah no. 39 tahun 2006 telah mengatur tentang tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan. Pelaporan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mekanisme pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan, seperti disampaikan pada tabel berikut ini: Tabel V.2. Mekanisme Pelaporan Pemantauan dan Evaluasi Sumber Dana APBN Jenis Laporan Laporan dalam rangka pelaksanaan rencana pembanguna n K/L laporan dalam rangka pelaksanaan Periode Pelaporan Triwulan Triwulan Pelapor Penerima Laporan Tembusan a. Penganggungjawab Kegiatan (Kepala Unit Kerja) b. Penanggungjawab Program (Kepala Unit Organisasi) c. Para Menteri/ Pimpinan Lembaga a. Penganggungjawab Kegiatan b. Penanggungjawab a. Penanggungjawab Program (Kepala Unit Organisasi) b. Menteri/Pimpinan LPND c. Menteri Perencanaan, Menteri Keuangan, dan Menteri PAN a. Penanggungjawab Program b. Kepala SKPD Kepala Bappeda dimana kegiatan berlokasi V.10

96 Jenis Laporan Dana Dekonsentras i di SKPD Provinsi laporan dalam rangka pelaksanaan Dana Pembantuan di SKPD Kabupaten/ Kota Periode Pelaporan Triwulan Pelapor Penerima Laporan Tembusan Program c. Kepala SKPD d. Kepala Bappeda Provinsi a. Penganggungjawab Kegiatan b. Penanggungjawab Program c. Kepala SKPD d. Kepala Bappeda Kabupaten/Kota c. Menteri/Pimpinan LPND dan Kepala Bappeda Provinsi d. Menteri Perencanaan, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri a. Penanggungjawab Program b. Kepala SKPD c. Menteri/Kepala lembaga terkait dan Kepala Bappeda Kab/Kota d. Kepala Bappeda Provinsi Kepala SKPD Provinsi dengan tugas dan kewenangan yang sama Sumber: Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 2006 Untuk pembiayaan dengan sumber APBD, perlu dicermati Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Keuangan Daerah dan Permendagri nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya, yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 31 Ayat 4 yang berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penatausahaan dan penyusunan laporan pertanggungjawaban bendahara serta penyampaiannya untuk tingkat pusat diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan dan untuk tingkat Pemda diatur dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Pelaporan kinerja keuangan dan instansi pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 2006, yang berpedoman pada Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Daerah. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah dalam satu periode, sedangkan Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam pelaksanaan APBN/APBD. Pada prinsipnya, Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja harus menunjukkan konsistensi antara input (pengerahan sumber daya manusia, peralatan, dana) dengan V.11

97 keluaran / output (dalam bentuk barang/jasa) dengan indikator kinerja yang terukur. Mekanisme Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota telah diatur dengan rinci dalam Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2006 untuk dilaksanakan. Dalam peraturan ini terkandung upaya pengawasan dan pengendalian yang berpedoman pada peraturan dan perundangundangan yang berlaku. Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana mengatur bahwa pelaporan keuangan penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN dan APBD dilakukan sesuai dengan standar akutansi pemerintahan. Selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini juga diatur bahwa sistem akuntansi dana penanggulangan bencana yang bersumber dari masyarakat dilakukan sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Selanjutnya, dalam rangka melakukan pengendalian terhadap partisipasi masyarakat dunia usaha dan masyarakat international, penatausahaan akan berpedoman pada Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 2006, Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2008 dan peraturan pelaksanaan yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan. Untuk mengevaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, akan digunakan 5 (lima) indikator yaitu: 1. Konsistensi pelaksanaan kebijakan dan strategi pemulihan, kegiatan prioritas, dan pendanaan dengan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi; 2. Koordinasi antara Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, yang menghasilkan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran; 3. Partisipasi melalui mekanisme konsultasi yang menjaring aspirasi masyarakat penerima manfaat; 4. Kapasitas lembaga pelaksana rehabilitasi dan rekonstruksi dalam perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi melalui laporan keuangan dan laporan kinerja; serta kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana; 5. Potensi keberlanjutan dalam kerangka pembangunan jangka menengah dan panjang. Kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Nasional. V.12

98 V.5. KESINAMBUNGAN PEMULIHAN PASCA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN BERBASIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA Strategi pengakhiran masa tugas Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi harus disusun sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran guna memastikan kesinambungan operasi dan pemeliharaan asset rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai kewenangan lembaga berdasarkan peraturan dan perundang-undangan. Sesuai amanat Undang-undang nomor 24 tahun 2007, maka dalam situasi tidak terjadi bencana maupun pada situasi terdapat potensi terjadinya bencana, pemerintah daerah diamanatkan untuk melaksanakan: 1. Perencanaan penanggulangan bencana, melalui pengenalan dan pengkajian ancaman bencana, melakukan kajian analisis risiko bencana, melakukan analisis kerentanan dan Kapasitas daerah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana, identifikasi tindakan pengurangan risiko bencana dan penyusunan dokumen RPB dan RAD PRB; 2. Pengurangan faktor-faktor penyebab risiko bencana, melalui pengendalian dan pelaksanaan penataan ruang melalui review tata ruang berbasis mitigasi bencana, pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam RPJMD, RKPD, RKA-SKPD dan RTRW; 3. Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana dan Kesiapsiagaan melalui penyelenggaraan pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam sistem pendidikan formal dan informal dan penyelenggaraan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat di daerah rawan bencana; 4. Mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana dari sumber APBD secara memadai. 5. Berdasarkan potensi bencana, pencegahan dan pengurangan risko bencana, mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah melalui mekanisme perijinan dan persyaratan teknis pembangunan sesuai kewenangan lembaga yang terkait. Sehubungan dengan amanat tersebut di atas, maka jembatan yang akan memastikan adanya kesinambungan dari tahap rehabilitasi dan rekonstruksi menuju pembangunan yang V.13

99 lebih baik berkelanjutan (Building Back Better) yaitu melalui upaya Pengurangan Risiko Bencana. Beberapa aspek yang perlu disiapkan untuk menuju upaya Building Back Better adalah sebagaimana hal-hal yang di sarankan berikut. 1. Aspek Peraturan dan Kelembagaan terkait Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana. Beberapa hal yang perlu disiapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai terkait aspek peraturan dan kebijakan sebagai dasar pelaksanaan Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan peraturan pemerintah yang terkait lainnya yaitu sebagai berikut: a. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Barat. Sebagaimana mandat dalam UU nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, maka selain pemerintah provinsi diwajibkan untuk membentuk BPBD, perlu diterbitkan peraturan daerah terkait penyelenggaraan penanggulangan bencana yang mencerminkan perubahan paradigm penanggulangan bencana yang sudah mengedepankan aspek pengurangan risiko bencana. Hal ini juga dimaksudkan sebagai pelengkap, di mana Provinsi Sumatera Barat pada saat ini telah memiliki BPBD Provinsi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun b. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Bencana Kabupaten Kepulauan Mentawai yang akan melengkapi berfungsinya peran BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai nomor 17 tahun c. Pembentukan Forum PRB multi pemangku kepentingan di tingkat provinsi dan kabupaten yang akan mempunyai peran utama dalam membantu pemerintah untuk advokasi upaya-upaya pengurangan risiko bencana. 2. Aspek Perencanaan dan Mitigasi Bencana Salah satu hal yang penting untuk kepastian implementasi pengurangan risiko bencana (PRB) adalah pengarusutamaan PRB ke dalam sistem perencanaan pembangunan daerah. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kepulauan Mentawai melalui dukungan arahan dan pedoman dari BNBP dan kementerian / lembaga terkait di tingkat pusat, yaitu: V.14

100 a. Penyusunan analisisi risiko bencana dan peta risiko bencana tingkat provinsi dan tingkat kabupaten sesuai ancaman bencana yang ada. b. Pengembangan data dan informasi bencana yang di integrasikan dengan sistem data dan informasi bencana (DIBI) BNPB. c. Pengesahan Revisi RTRW Provinsi Sumatera Barat tahun yang disusun berbasis mitigasi bencana dengan peta multi ancaman (hazard map) masih dipandang perlu dilengkapi dengan analisis dan peta risiko bencana (risk analysis & risk map). d. Penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai berbasis mitigasi bencana yang mengacu pada revisi Rencana Tata Ruang Provinsi Sumatera Barat dengan mempertimbangkan strategi rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami 25 Oktober 2010; yang menjadi dasar penyusunan Rencana Detil Tata Ruang Kawasan relokasi permukiman pasca bencana. e. Integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sistem perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pada periode perencanaan jangka menengah tahap berikutnya tahun 2012, maka aspek pengurangan risiko bencana harus menjadi bagian dari visi dan misi pemerintah daerah dan selanjutnya harus masuk dalam salah satu agenda prioritas pembangunan yang dicerminkan dalam RPJMD. Hal ini untuk menjamin keberlangsungan program pengurangan risiko bencana. f. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) tingkat kabupaten. RPB disusun dengan dasar analisis risiko bencana guna dapat mengembangkan strategi, kebijakan dan pilihan tindakan pada tahap pra-bencana, saat terjadi bencana dan tahap pasca bencana. Sebagaimana Undang-undang nomor 24 tahun 2007, RPB memiliki perioda waktu 5 (lima) tahun, dan ini harus sejalan dengan RPJMD. g. Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) tingkat provinsi dan tingkat kabupaten. Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana mengatur bahwa RAD PRB di susun juga berdasarkan pengkajian risiko bencana untuk periode waktu 3 (tiga) tahun. h. Penyusunan rencana mitigasi di kawasan pesisir Kepulauan Mentawai yang terpadu dengan RTRW dan Rencana Penanggulangan Bencana, sesuai Peraturan V.15

101 Pemerintah nomor 64 tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil 3. Pengarusutamaan PB dan PRB ke Dalam Sistem Perencanaan Pembanganan Daerah Untuk menjamin keberlangsungan pengurangan risiko bencana sesuai kebijakan dan strategi yang disusun, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai perlu memastikan implementasi PB dan PRB yang sudah diintegrasikan kedalam sistem perencanaan pembangunan. Gambar berikut memperlihatkan kerangka koordinasi perencanaan penanggulangan bencana dengan sistem perencanaan pembangunan nasional/daerah secara menyeluruh. Gambar V.4. Kerangka Koordinasi Perencanaan Penanggulangan Bencana dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah V.16

102 4. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai berbasis Mitigasi Bencana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Mentawai yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai nomor 4 tahun 2003 pada saat ini dalam kaji ulang sehubungan dengan adanya Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, termasuk juga dengan adanya pertimbangan untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan kesinambungan perkembangan antar wilayah di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penyusunan RTRW ini juga perlu mempertimbangkan Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Ketiga undang undang tersebut pada prinsip nya akan merupakan dasar dalam menentukan strategi dan pengaturan tata ruang wilayah, terutama terkait pengelolaan kawasan budidaya, kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan. Terkait dengan strategi rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan di Kepulauan Mentawai, maka revisi rencana tata ruang wilayah harus memperhatikan analisis risiko bencana yang bersumber dari ancaman bencana (hazard) di wilayah Kepulauan Mentawai, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, serta ancaman bencana karena perubahan iklim seperti abrasi pantai dan kenaikan muka air laut. Pola permukiman masyarakat yang saat ini cenderung berkembang mengikuti garis pantai dan sepanjang sungai perlu di atur lebih tegas lagi berdasarkan peta zonasi dan peta risiko bencana dengan skala yang lebih rinci untuk ancaman gempa bumi, tsunami dan abrasi pantai. Pengaturan dan penegakan hukum pengaturan kawasan permukiman di sepanjang garis pantai ini juga harus memperhatikan persyaratan ketinggian minimum dari permukaan laut dalam rangka mengantisipasi terjadinya tsunami, gelombang pasang dan ancaman naiknya permukaan laut karena dampak perubahan iklim. Dalam melakukan kaji ulang RTRW ini, di perlukan adanya koordinasi yang lebih intensif lagi terkait mitigasi bencana dengan kementerian / lembaga terkait ancaman bencana, seperti BMKG, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PU, Bakorsutanal, LIPI serta Kementerian RISTEK. 5. Sektor Perumahan, Bangunan Umum dan Infrastruktur Perkotaan. Pembangunan perumahan, fasilitas permukiman, bangunan umum dan infrastruktur perkotaan harus mempertimbangkan unsur pengurangan risiko bencana melalui V.17

103 berbagai peraturan, kebijakan dan penegakan hukum. Beberapa hal yang perlu disiapkan antara lain: a. Peraturan terkait pembangunan rumah dan bangunan tahan gempa, tsunami dan ancaman bencana lainnya (building codes). Hal ini perlu diatur mulai dari penerbitan peraturan daerah sampai dengan pengaturan dalam rencana tata bangunan dan tata lingkungan; b. Retrofitting atau renovasi bangunan sekolah, rumah sakit, bangunan kantor dan bangunan umum lainnya sesuai dengan standar konstruksi tahan gempa, angin puting beliung dan ancaman bencana lainnya; c. Pengembangan Early Warning System (EWS) tsunami yang diintegrasikan sistem regional yang ada, yaitu Indian Ocean Tsunami EWS (IO-TWES) sampai dengan tingkat komunitas (community-based EWS), termasuk penyusunan SOP dan pengadaaan peralatannya. 6. Percepatan Pembangunan berbasis Mitigasi Bencana Dalam periode pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, telah di arahkan pula perlunya pembangunan infrastruktur utama yang ditujukan untuk upaya percepatan pembangunan wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sesuai dengan rencana indikasi kebutuhan dana dicantumkan pada table di atas, maka komponen percepatan pembangunan difokuskan pada pembangunan prasarana transportasi darat / jalan raya, pelabuhan dan pengembangan bandar udara, serta pengembangan penyelenggaraan telekomunikasi. Penyusunan rencana detail pembangunan komponen percepatan, termasuk pengembangan disain pola jaringan jalan dan konstruksi, perlu di buat berdasarkan pada pengkajian dan analisis risiko bencana untuk pembangunan infrastruktur, termasuk juga peta risiko bencana. Jika memungkinkan, maka pola jaringan jalan ini perlu mempertimbangkan dan diintegrasikan dengan jalur evakuasi utama. BNPB akan mengkoordinasikan penyusunan pengkajian dan penilaian risiko bencana untuk pembangunan infrastruktur ini. 7. Pemberdayaan Masyarakat terkait PRB melalui Peningkatan Pemahaman dan Pendidikan PRB. Salah satu aspek yang sangat penting dalam tercapainya pembangunan berkelanjutan melalui upaya pengurangan risiko bencana secara sistematis dan bersinambungan dengan memberikan pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat, aparat pemerintah dan V.18

104 berbagai multi pemangku kepentingan. Upaya-upaya ini dapat dilakukan dengan fasilitasi arahan dan dukungan baik dari BNPB, kementerian/lembaga terkait, organisasi donor internasional dan nasional serta dunia usaha, antara lain meliputi: a. Peningkatan pemahaman masyarakat melalui berbagai macam metode, seperti kampanye dan sosialisasi melalui media media cetak, diskusi interaktif di radio dan televisi, serta integrasi ke dalam acara budaya lokal. b. Mengembangkan kearifan lokal terkait peringatan dini ancaman bencana. c. Melakukan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan sekolah sebagaimana yang di tuangkan dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional kepada seluruh Kepala Daerah tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota nomor No.70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan PRB di Sekolah. d. Penyelenggaraan pelatihan penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana kepada aparat pemerintah daerah dan berbagai multi pemangku kepentingan. e. Melakukan pemberdayaan masyarakat untuk upaya mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas sesuai dengan ancaman bencana yang ada melalui kegiatan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK). f. Perkuatan kesiagaan bencana berbasis komunitas (community based DRR) yang dilaksanakan dalam konteks pembangunan kapasitas sosial-ekonomi masyarakat. V.19

105 Gambar V.5. Konstruksi Rangka Baja Rekonstruksi Perumahan NAD Nias V.20

106 Gambar V.6. Permodelan Pembangunan Rumah Kayu Tahan Gempa Kementerian Pekerjaan Umum V.21 Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya; 2006

107 Gambar V.7. Permodelan Pembangunan Rumah Tahan Gempa Kementerian Riset dan Teknologi V.22 Sumber: Kementerian Riset dan Teknologi

108 Gambar V.8. Permodelan Pembangunan Rumah Ramah Bencana Kementerian Kelautan dan Perikanan V.23 Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan

109 Gambar V.9. Permodelan Pembangunan Rumah Tembok Tahan Gempa Kementerian Pekerjaan Umum Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya; 2006 V.24

110 BAB VI PENUTUP VI.1. ASPEK LEGAL RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Sebagai pedoman rehabilitasi dan rekonstruksi, Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dan Percepatan Pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat tahun dapat ditetapkan melalui Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) atau peraturan perundangan lain sesuai kebutuhan. Bilamana diperlukan, dan didukung oleh data yang telah diverifikasi oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai dan rencana pelaksanaan kegiatan yang memperoleh persetujuan Kepala BNPB, maka Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dan Percepatan Pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat dapat direvisi sebagai amandemen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dan Percepatan Pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat untuk ditetapkan oleh Kepala BNPB. Dalam kerangka pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, mengingat sebagian besar sumber pendanaan bersumber dari anggaran APBN untuk penanggulangan bencana, selanjutnya perlu diterbitkan ketetapan dan pedoman sebagai berikut: 1) Peraturan Kepala BNPB tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dan Percepatan Pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat; 2) Surat Keputusan tentang Sekretaris Utama BNPB selaku KPA atas nama Kepala BNPB penetapan tentang Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara Pengeluaran Pembantu rehabilitasi dan rekonstruksi, khususnya untuk pelaksanaan kegiatan yang didanai melalui Bagian Anggaran 103; 3) Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat tentang penyelenggaraab koordinasi perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi; 4) Surat Keputusan Bupati Kepulauan Mentawai tentang penetapan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dan Percepatan Pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai;

111 5) Surat Keputusan dan pedoman lainnya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dan Percepatan Pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun VI.2. JANGKA WAKTU RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Jangka waktu Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dan Percepatan Pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah 3 tahun anggaran, yaitu dimulai pada tahun anggaran 2011 dan diselesaikan pada tahun anggaran Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi diprioritaskan untuk diselesaikan sampai dengan tahun anggaran 2012, sedangkan percepatan pembangunan dapat diselesaikan secara bertahap sampai dengan tahun anggaran VI.3. ASPEK AKUNTABILITAS PELAKSANAAN RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN Dalam kerangka pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam pelaksanaan rehabilitas dan rekonstruksi, Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) akan menyelenggarakan pengawasan internal terhadap akuntabilitas keuangan negara termasuk kegiatan kebendaharaan umum negara dan meminta keterangan atas tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil pengawasan BPKP sendiri, hasil pengawasan BPK dan lembaga pengawasan lainnya. Badan Pengawas Keuangan (BPK) akan memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dan perbendaharaan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan lembaga Negara lainnya sesuai ketentuan perundangundangannya dan menyerahkan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. Akuntabilitas pendanaan dari sumber bantuan luar negeri diselenggarakan sesuai peraturan yang berlaku. Khususnya bagi akuntabilitas pendanaan dari sumber non pemerintah terutama dari dana masyarakat donatur yang disalurkan melalui perusahaan swasta; melihat besarnya dana yang terkumpul, diperlukan peran pemerintah untuk mengatur agar supaya pengelola bantuan masyarakat memiliki laporan keuangan yang memenuhi standar sehingga pengelola dapat melakukan audit yang hasilnya diumumkan VI.2

112 melalui media cetak nasional. Untuk memfasilitasi penyaluran bantuan masyarakat pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi, pemerintah daerah melalui BPBD dapat menggunakan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dan Percepatan Pembangunan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagai pedoman untuk memberikan fasilitasi penyelenggaraan bantuan masyarakat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program pasca bencana yang dilaksanakan pemerintah daerah, melalui mekanisme konsultasi dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bupati Kepulauan Mentawai. Bilamana diperlukan, Gubernur Sumatera Barat selaku koordinator pelaksana pemulihan pasca bencana dapat membangun system pengendalian pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi termasuk pengelolaan informasi sebagai perangkat koordinasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan sekaligus untuk penanganan pengaduan masyarakat korban bencana selama penyelenggaraan pemulihan pasca bencana. VI.3

113 Lampiran 1 KORBAN JIWA PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT 25 OKTOBER 2010 Status Tanggal 22 November 2010 Provinsi Sumatera Barat No Lokasi Meninggal Luka- Pengungsi Hilang Luka KK Jiwa 1 Kecamatan Sipora Selatan 23 1,248 2 Kecamatan Pagai Selatan ,495 3 Kecamatan Pagai Utara ,129 4 Kecamatan Sikakap 10 2,553 5 Dirawat di rujuk ke Padang 12 TOTAL ,425 Sumber: Pusdalops PB Sumbar, 22 November 2010

114 Lampiran 2 REKAPITULASI KERUSAKAN DAN KERUGIAN PASCABENCANA GEMPABUMI DAN TSUNAMI di KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT 25 Oktober 2010 Status Tanggal 19 November 2010 NO SEKTOR/ SUBSEKTOR Nilai Kerusakan Nilai Kerugian Total Kerusakan dan Kerugian Pemerintah Kepemilikan Non Pemerintah (Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta) 1 PERUMAHAN 105, , , , , Perumahan 91, , , , Prasarana Lingkungan 13, , , INFRASTRUKTUR 17, , , , Transportasi 17, , , , Air dan Sanitasi EKONOMI 53, , , , Pertanian 4, , , , Perkebunan 18, , , , Peternakan , , , Perdagangan Perikanan 21, , , , Pariwisata 7, , , , Perindustrian Koperasi dan UKM SOSIAL 16, , , Kesehatan 1, , , Pendidikan 7, , , Agama 7, , , LINTAS SEKTOR 79, , , Lingkungan Hidup 75, , , Pemerintahan 3, , , Ketertiban dan Keamanan , , TOTAL 271, , , , ,061.41

115 Lampiran 3 INVENTARISASI DATA KERUSAKAN DAN KERUGIAN PASCABENCANA GEMPABUMI DAN TSUNAMI di KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT 25 Oktober 2010 Status Tanggal 19 November 2010 Sektor / Sub Sektor PERMUKIMAN Sarana dan Prasarana dalam juta rupiah Data Kerusakan Nilai Kerusakan (Rp. Juta) Luas/ Jumlah Harga Perkiraan Prakiraan Total Kerusakan Lokasi Berat Sedang Ringan Satuan Rata2 Satuan Berat Sedang Ringan Kerusakan Kerugian dan Kerugian 105, , , Perumahan 91, , , A. Perumahan ,269 83, , , , , , Permanen Kep. Mentawai unit , , , , Semi permanen Kep. Mentawai unit , , , , , Non Permanen Kep. Mentawai unit , , , Hunian Sementara Kep. Mentawai 1,225 unit , , Pras Lingk 13, , Prasarana Lingkungan Permukiman 13, INFRASTRUKTUR 17, , , Transportasi 17, , , A Transportasi Darat 16, , , Jembatan - 1, , Bosua 1 (kayu, L=4 m; P=15m) Sipora Selatan 15 m Beriulo 1 (kayu, L=4m; P=30m) Sipora Selatan 30 m Masokut (kayu, L=2m) Sipora Selatan 60 m Sibaibai 2 (kayu, L=5m) Sikakap 14 m Sibaibai (kayu, L=5m) Sikakap 12 m Sabeugunggung (kayu,l=2m) Pagai Utara 10 m Saumanganyak (kayu, L=4m) Pagai Utara 40 m Patutukat (kayu, L=4m) Pagai Utara 25 m Mapinang Utara (kayu, L=4m) Pagai Utara 15 m Pinairuk (kayu= 4m) Pagai Utara 25 m Pasapuat (beton, L=2m; P=20m) Pagai Utara 20 m , , , Sabiret (P=15m) Pagai selatan 15 m Eruparaboat (beton+kayu) Pagai selatan 10 m Muntei kecil Pagai selatan 15 m Muntei Besar Pagai selatan 20 m , , , Purourogat Pagai selatan 15 m Tapak Pagai selatan 15 m Bulasat Pagai selatan 20 m , , , Maonai Pagai selatan 15 m Taikako Sikakap 60 m , , , Pasosoat Sipora Selatan 60 m , , , Keterangan Gorong Gorong (Box curvert) Dusun Katiet 1 (L=2m) 2 unit Dusun Katiet 2 (L=2m) 2 unit B Transportasi Air Dermaga/pelabuhan Sipora Selatan 1 unit Pos Pengawasan Sipora Selatan 1 unit Air dan Sanitasi Sarana Air Bersih Dusun Bulasat (Bake) Pagai Selatan 1 jaringan EKONOMI 53, , , Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan 23, , , A Pertanian 4, , , Penataan Lahan Kep. Mentawai 110 Ha Recovery kesuburan lahan Kep. Mentawai 110 Ha , , , Replanting Kep. Mentawai Padi Kep. Mentawai 50 Ha , , Talas Kep. Mentawai 10 Ha

116 Lampiran 3 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana INVENTARISASI DATA KERUSAKAN DAN KERUGIAN PASCABENCANA GEMPABUMI DAN TSUNAMI di KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT 25 Oktober 2010 Status Tanggal 19 November 2010 Data Kerusakan Nilai Kerusakan (Rp. Juta) Luas/ Jumlah Harga Lokasi Berat Sedang Ringan Satuan Rata2 Satuan Berat Sedang Ringan Perkiraan Kerusakan Prakiraan Kerugian dalam juta rupiah Total Kerusakan dan Kerugian Keterangan - Pisang Kep. Mentawai 50 Ha Pemeliharaan Kep. Mentawai Padi Kep. Mentawai 50 Ha , , Talas Kep. Mentawai 10 Ha Pisang Kep. Mentawai 50 Ha Peralatan Kep. Mentawai Hand Tracktor Kep. Mentawai 5 Unit Cangkul Kep. Mentawai 270 Unit Alat Penyiraman Kep. Mentawai 100 Unit B Perkebunan 18, , , Penataan Lahan Kep. Mentawai 438 Ha , , , Recovery kesuburan lahan Kep. Mentawai 438 Ha , , , Replanting Kep. Mentawai Kakao Kep. Mentawai 21 Ha , , Kelapa Kep. Mentawai 335 Ha , , Pinang Kep. Mentawai 15 Ha Durian Kep. Mentawai 50 Ha Nilam Kep. Mentawai 17 Ha Pemeliharaan Kep. Mentawai Kakao Kep. Mentawai 21 Ha Kelapa Kep. Mentawai 335 Ha Pinang Kep. Mentawai 15 Ha Durian Kep. Mentawai 50 Ha Nilam Kep. Mentawai 17 Ha C Peternakan , , Kandang Ayam Kep. Mentawai 1,160 m Kandang Babi Kep. Mentawai 1,300 m , , Kandang Itik Kep. Mentawai 24 m Perdagangan Kios/warung (rumah) Pagai Utara 13 unit Pagai Selatan 14 unit Perikanan 21, , , Cool Boks 100 liter Pagai Selatan 12 unit Sikakap 82 unit Pagai Utara 17 unit Sipora Selatan 8 unit Cool Boks 500 liter Sikakap 14 unit Cool Boks 1000 liter Sikakap 6 unit Keramba Jaring Apung Pagai Selatan 6 unit Sikakap 7 unit Pagai Utara 3 unit Sipora Selatan 2 unit Rumpon Pagai Selatan 17 unit Pagai Utara 22 unit

117 Lampiran 3 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana INVENTARISASI DATA KERUSAKAN DAN KERUGIAN PASCABENCANA GEMPABUMI DAN TSUNAMI di KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT 25 Oktober 2010 Status Tanggal 19 November 2010 Data Kerusakan Nilai Kerusakan (Rp. Juta) Luas/ Jumlah Harga Lokasi Berat Sedang Ringan Satuan Rata2 Satuan Berat Sedang Ringan Perkiraan Kerusakan Prakiraan Kerugian dalam juta rupiah Total Kerusakan dan Kerugian Keterangan Perahu Tanpa Motor Pagai Selatan 182 unit , , Sikakap 43 unit , Pagai Utara 105 unit , , Sipora Selatan 68 unit , , Perahu Motor 5 HP Pagai Selatan 43 unit , , Sikakap 28 unit , , Pagai Utara 72 unit , , Sipora Selatan 42 unit , , Perahu Motor 15 HP Pagai Selatan 17 unit , Sikakap 7 unit Pagai Utara 21 unit , Sipora Selatan 17 unit , Perahu Motor 25 HP Pagai Selatan 11 unit Sikakap 8 unit Pagai Utara 12 unit , Sipora Selatan 9 unit Kapal Nelayan 5 GT Pagai Utara 2 unit Sipora Selatan 2 unit Jaring Gilnet Pagai Selatan 300 unit Pagai Utara 586 unit Sipora Selatan 289 unit Pancing Ulur Pagai Selatan 200 unit Sikakap 75 unit Pagai Utara 362 unit Sipora Selatan 274 unit Rewai/Longline Sikakap 350 unit , , , Pagai Utara 519 unit , , , Pariwisata 7, , , Resort Pagai Utara 1 unit 3, , , , Sipora Selatan 1 unit 2, , , , Peralatan resort Pagai Utara 1 unit 1, , , Sipora Selatan 1 unit Perindustrian Industri Menengah - Bangunan Pagai Selatan 1 unit Industri Kecil - - Barang dan Peralatan Sipora Selatan 14 unit Koperasi dan UKM Koperasi - Bangunan Pagai Utara 1 unit Sikakap 1 unit

118 Lampiran 3 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana INVENTARISASI DATA KERUSAKAN DAN KERUGIAN PASCABENCANA GEMPABUMI DAN TSUNAMI di KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT 25 Oktober 2010 Status Tanggal 19 November 2010 Data Kerusakan Nilai Kerusakan (Rp. Juta) Luas/ Jumlah Harga Lokasi Berat Sedang Ringan Satuan Rata2 Satuan Berat Sedang Ringan Perkiraan Kerusakan Prakiraan Kerugian dalam juta rupiah Total Kerusakan dan Kerugian Keterangan - Barang Pagai Utara 1 unit Sikakap 1 unit SOSIAL 16, , Kesehatan 1, , Polindes Pagai Selatan 3 unit Peralatan dan Perlengkapan Polindes 3 pkt Puskesmas Pembantu Pagai Selatan 1 unit Peralatan dan Perlengkapan Puskesmas Pembantu 1 pkt Puskesmas Pagai Selatan 1 unit Peralatan dan Perlengkapan Puskesmas 0 pkt Pendidikan 7, , Gedung TK (1 ruangan) Pagai Selatam 1 unit Peralatan dan Perlengkapan TK pkt Gedung SD (4 ruangan) Sipora Selatan 1 unit Peralatan dan Perlengkapan SD pkt Gedung SD (7 ruangan) Pagai Selatan 3 unit , , , Peralatan dan Perlengkapan SD pkt Gedung SD (7 ruangan) Pagai Utara 3 unit , , , Peralatan dan Perlengkapan SD pkt Gedung SMP (4 ruangan) Pagai Selatan 1 unit Peralatan dan Perlengkapan SMP pkt Agama 7, , Gereja Sipora Selatan 3 unit , , , Peralatan dan Perlengkapan Gereja unit Gereja Pagai Selatan 3 unit , , , Peralatan dan Perlengkapan Gereja unit Gereja Pagai Utara 4 unit , , , Peralatan dan Perlengkapan Gereja unit Mesjid Sipora Selatan 2 unit , , , Peralatan dan Perlengkapan Mesjid unit Mesjid Pagai Utara 1 unit Peralatan dan Perlengkpan Mesjid unit LINTAS SEKTOR 79, , Pemerintahan 3, , Bangunan Kantor - Kantor Kepala Desa Dusun Tapak 1 unit Gudang Perhubungan Dusun Tapak 1 unit Kantor Camat Pagai Utara Ds.Saumangan 1 unit Malakopak, Pagai Selatan 1 unit Rumah Dinas Camat Sipora selatan 1 unit unit Malakopak, Pagai Selatan Rumah Dinas Guru SD 1 unit Pagai Utara Ds.Betumonga 4

119 Lampiran 3 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana INVENTARISASI DATA KERUSAKAN DAN KERUGIAN PASCABENCANA GEMPABUMI DAN TSUNAMI di KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT 25 Oktober 2010 Status Tanggal 19 November 2010 Data Kerusakan Nilai Kerusakan (Rp. Juta) Luas/ Jumlah Harga Lokasi Berat Sedang Ringan Satuan Rata2 Satuan Berat Sedang Ringan Perkiraan Kerusakan Prakiraan Kerugian dalam juta rupiah Total Kerusakan dan Kerugian Keterangan 2 Ketertiban dan Keamanan (TNI/POLRI) Pagai Utara Ds.Saumanganya, Dsn.Beubukuk Pagai Utara Ds.Saumanganya, Dsn.Pasapuat Sipora Selatan, Ds. Bosua 1 unit unit unit unit Sipora Selatan, Ds Berulo - Rumah Dinas Dokter Malakopak, Pagai Selatan 1 unit Rumah Dinas Paramedis Malakopak, Pagai Selatan 1 unit Tower Telepon Desa Bulasat 1 unit Basua 1 unit Beriulou 1 unit Nilai kerusakan peralatan perkantoran , Bangunan Kantor Pos Polisi Semua Kecamatan 15 unit Pos Polisi Sementara Kantor Koramil Sipora Selatan 1 unit Kantor Koramil Sikakap 1 unit Kantor POLSEK Sikakap 1 unit Kantor POLSEK Sipora Selatan 1 unit Nilai kerusakan peralatan perkantoran Biaya pembersihan Lingkungan Hidup: 75, , Hutan Bakau Semua Kecamatan 150 ha Terumbu Karang Semua Kecamatan 10,000 ha , , , TOTAL 271, , ,

120 Lampiran 4 ASUMSI PENILAIN KERUSAKAN dan KERUGIAN PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI, 25 OKTOBER 2010 No. Sektor/Sub Sektor 1. Sektor Perumahan Bangunan Rumah Permanen Asumsi Penilaian Kerusakan Rusak Berat Rusak Sedang Rusak Ringan penilaian kerusakan berat bangunan rumah permanen menggunakan asumsi luas bangunan 45m² dengan asumsi harga satuan bangunan Rp. 3.5 juta/m² x 100% (luas bangunan x harga satuan x bobot kerusakan ) Jumlah rumah rusak sedang diasumsikan 10% dari jumlah rumah rusak berat. penilaian kerusakan berat bangunan rumah permanen menggunakan asumsi luas bangunan 45m² dengan asumsi harga satuan bangunan Rp. 3.5 juta/m² x 50% (luas bangunan x harga satuan x bobot kerusakan ) penilaian kerusakan berat bangunan rumah permanen menggunakan asumsi luas bangunan 45m² dengan asumsi harga satuan bangunan Rp. 3.5 juta/m² x 10% (luas bangunan x harga satuan x bobot kerusakan ) Asumsi Penilaian Kerugian Keterangan kerusakan: harga satuan bangunan per /m² bersumber dari SK. Kadis PU Mentawai Bangunan Rumah Semi Permanen penilaian kerusakan berat bangunan rumah semi permanen menggunakan asumsi luas bangunan 45m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan Rp. 2 juta/m² x 100% (luas bangunan x harga satuan x bobot kerusakan) penilaian kerusakan berat bangunan rumah semi permanen menggunakan asumsi luas bangunan 45m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan Rp. 2 juta/m² x 50% (luas bangunan x harga satuan x bobot kerusakan) penilaian kerusakan berat bangunan rumah semi permanen menggunakan asumsi luas bangunan 45m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan Rp. 2 juta/m² x 10% (luas bangunan x harga satuan x bobot kerusakan) Bangunan Non Permanen penilaian kerusakan berat bangunan rumah tidak permanen menggunakan asumsi luas bangunan 36m² dengan asumsi harga satuan bangunan Rp. 1 juta/m² x 100% (luas bangunan x harga satuan x bobot kerusakan) penilaian kerusakan berat bangunan rumah tidak permanen menggunakan asumsi luas bangunan 36m² dengan asumsi harga satuan bangunan Rp. 1 juta/m² x 50% (luas bangunan x harga satuan x bobot kerusakan) penilaian kerusakan berat bangunan rumah tidak permanen menggunakan asumsi luas bangunan 36m² dengan asumsi harga satuan bangunan Rp. 1 juta/m² x 10% (luas bangunan x harga satuan x bobot kerusakan) Hunian Sementara (Huntara) Prasarana Lingkungan (jalan lingkungan dan sanitasi 2. Sektor Infrastruktur Transportasi Jalan Kabupaten Jembatan Kabupaten Gorong gorong (Box Curvet) Air dan Sanitasi Jaringan air bersih 3. Sektor Sosial Kesehatan Kebutuhan jumlah hunian sementara lazimnya dihitung berdasarkan jumlah rusak berat, akan tetapi kondisi di Kepulauan Mentawai berbeda, dimana ada kebijakan relokasi. Sehingga kebutuhan huntara dihitung berdasarkan jumlah KK yang akan direlokasi. Faktor pengali rusak berat (bobot kerusakan) = 1 Tidak terdapat data kerusakan jalan kabupaten Sebagian besar konstruksi jembatan terbuat dari kayu dengan asumsi pembangunan jembatan per m² senilai Rp. 15 juta (panjang x harga satuan per m x faktor pengali rusak berat) penilaian kerusakan berat goronggorong menggunakan asumsi pembangunan 1 unit gorong gorong senilai Rp. 5 juta (unit x harga satuan x faktor pengali rusak berat) Faktor pengali rusak sedang (bobot kerusakan) = 0,5 Tidak terdapat data kerusakan jalan kabupaten Sebagian besar konstruksi jembatan terbuat dari kayu dengan asumsi pembangunan jembatan per m² senilai Rp. 15 juta (panjang x harga satuan per m x faktor pengali rusak sedang) penilaian kerusakan berat goronggorong menggunakan asumsi pembangunan 1 unit gorong gorong senilai Rp. 5 juta (unit x harga satuan x faktor pengali rusak sedang) Faktor pengali rusak ringan (bobot kerusakan) = 0,1 Tidak terdapat data kerusakan jalan kabupaten Sebagian besar konstruksi jembatan terbuat dari kayu dengan asumsi pembangunan jembatan per m² senilai Rp. 15 juta (panjang x harga satuan per m x faktor pengali rusak ringan) penilaian kerusakan berat goronggorong menggunakan asumsi pembangunan 1 unit gorong gorong senilai Rp. 5 juta (unit x harga satuan x faktor pengali rusak ringan) merupakan data dan informasi dari pengelola jaringan air bersih di Kabupaten Mentawa Sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan oleh BNPB dengan luasan 24 m² per unit seharga Rp. 8,8 jt dengan jumlah kebutuhan huntara unit. Nilai kerusakan prasarana lingkungan diasumsikan 15% dari total nilai kerusakan perumahan. 1

121 Lampiran 4 ASUMSI PENILAIN KERUSAKAN dan KERUGIAN PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI, 25 OKTOBER 2010 No. Puskesmas Sektor/Sub Sektor Asumsi Penilaian Kerusakan Rusak Berat Rusak Sedang Rusak Ringan penilaian kerusakan sedang bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan berat bangunan puskesmas menggunakan asumsi luas bangunan 120m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 3,5 juta (luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan ringan bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) Asumsi Penilaian Kerugian Keterangan Peralatan Puskesmas 10% dari nilai bangunan rusak berat 10% dari nilai bangunan rusak sedang 10% dari nilai bangunan rusak ringan Puskesmas pembantu penilaian kerusakan berat bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi luas bangunan 56m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 3,5 juta (luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan sedang bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan ringan bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) Peralatan Puskesmas Pembantu 10% dari nilai bangunan rusak berat 10% dari nilai bangunan rusak sedang 10% dari nilai bangunan rusak ringan Polindes penilaian kerusakan berat bangunan posyandu menggunakan asumsi luas bangunan 56m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 3,5 juta (luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan sedang bangunan posyandu menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan ringan bangunan posyandu menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) Peralatan polindes 10% dari nilai bangunan rusak berat 10% dari nilai bangunan rusak sedang 10% dari nilai bangunan rusak ringan Pendidikan Sekolah Dasar SMP TK penilaian kerusakan berat bangunan sekolah dalam satuan ruang kelas belajar (RKB) dengan asumsi 1 RKB seluas 56m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 3,5 juta (luas bangunan x RKB x harga satuan) penilaian kerusakan berat bangunan sekolah dalam satuan ruang kelas belajar (RKB) dengan asumsi 1 RKB seluas 72m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 3,5 juta (luas bangunan x RKB x harga satuan) penilaian kerusakan berat bangunan sekolah dalam satuan ruang kelas belajar (RKB) dengan asumsi 1 RKB seluas 56m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 3,5 juta (luas bangunan x RKB x harga satuan) penilaian kerusakan sedang bangunan RKB menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan sedang bangunan RKB menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan sedang bangunan RKB menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan ringan bangunan RKB menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan ringan bangunan RKB menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan ringan bangunan RKB menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) 2

122 Lampiran 4 ASUMSI PENILAIN KERUSAKAN dan KERUGIAN PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI, 25 OKTOBER 2010 No. Agama Masjid Sektor/Sub Sektor Asumsi Penilaian Kerusakan Rusak Berat Rusak Sedang Rusak Ringan penilaian kerusakan berat bangunan puskesmas menggunakan asumsi luas bangunan 300m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 3,5 juta (luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan sedang bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan ringan bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) Asumsi Penilaian Kerugian Keterangan Gereja penilaian kerusakan berat bangunan puskesmas menggunakan asumsi luas bangunan 300m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 3,5 juta (luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan sedang bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan ringan bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) 4. Sektor Ekonomi Pertanian Perikanan Peternakan Industri Perdagangan Pariwisata Hotel/Penginapan/ fasilitas pariwisata Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil Data diperoleh berdasarkan hasil Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh penilaian kerusakan yang dilakukan oleh penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Perindagkop Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Perindagkop Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Perindagkop Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Perindagkop Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Perindagkop Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Perindagkop Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh berdasarkan hasil Data diperoleh berdasarkan hasil Data diperoleh berdasarkan hasil penilaian kerusakan yang dilakukan oleh penilaian kerusakan yang dilakukan oleh penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Mentawai Dinas Pariwisata Kabupaten Mentawai Dinas Pariwisata Kabupaten Mentawai 5. Lintas Sektor Lingkungan Hidup 3

123 Lampiran 4 ASUMSI PENILAIN KERUSAKAN dan KERUGIAN PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI, 25 OKTOBER 2010 No. Hutan Manggrove Terumbu Karang Sektor/Sub Sektor Pemerintahan Bangunan Kantor Desa Rumah Dinas Asumsi Penilaian Kerusakan Rusak Berat Rusak Sedang Rusak Ringan Data diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai Mentawai Data diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai Data diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai penilaian kerusakan berat bangunan puskesmas menggunakan asumsi luas bangunan 45m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 4 juta (luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan berat bangunan puskesmas menggunakan asumsi luas bangunan 45m² dengan asumsi harga satuan tertinggi bangunan per m² senilai Rp. 4 juta (luas bangunan x harga satuan) Data diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai penilaian kerusakan sedang bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan sedang bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 50% dari nilai kerusakan berat (50% x luas bangunan x harga satuan) Data diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Data diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai penilaian kerusakan ringan bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) penilaian kerusakan ringan bangunan puskesmas pembantu menggunakan asumsi 10% dari nilai kerusakan berat (10% x luas bangunan x harga satuan) Asumsi Penilaian Kerugian Keterangan 4

124 Lampiran 5 REKAPITULASI PENILAIAN DAMPAK TERHADAP KEMANUSIAAN (HRNA) PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI, 25 0KTOBER 2010 NO SEKTOR Penyediaan Pemfungsian Pengurangan Risiko TOTAL % A SEKTOR PERUMAHAN Perumahan E INFRASTRUKTUR 1, , Energi 1, , B SEKTOR SOSIAL 6, , , Kesehatan 3, , Pendidikan 2, , , Agama Lembaga Sosial 1, , C SEKTOR EKONOMI , , Pertanian , , Perikanan , , Industri Koperasi D LINTAS SEKTOR , Pemerintahan , Lingkungan E INFRASTRUKTUR 1, , Energi 1, , TOTAL 7, , , ,

125 Lampiran 6 RINCIAN PENILAIAN DAMPAK TERHADAP KEMANUSIAAN (HRNA) PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI, 25 0KTOBER 2010 Sektor / Sub Sektor SEKTOR PERUMAHAN Lokasi (Kab/Kota/ Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Harga Satuan (Rp. dalam juta) Penyediaan Pemfungsian Pengurangan Risiko a Fasilitasi untuk pengelolaan hunian sementara Pagai Selatan 4 Komunitas (desa) HRNA Total Kebutuhan (Rp. Juta) Keterangan SEKTOR SOSIAL 1. Kesehatan b Musyawarah untuk sosialisasi rencana pemukiman kembali penduduk (relokasi) c Pelatihan ketrampilan membangun rumah, fasilitasi air bersih dan jamban Sikakap 2 Komunitas (desa) Pagai Utara 3 Komunitas (desa) Sipora Selatan 3 Komunitas (desa) Pagai Selatan 4 Komunitas (desa) Sikakap 2 Komunitas (desa) Pagai Utara 3 Komunitas (desa) Sipora Selatan 3 Komunitas (desa) Pagai Selatan 4 Komunitas (desa) Sikakap 2 Komunitas (desa) Pagai Utara 3 Komunitas (desa) Sipora Selatan 3 Komunitas (desa) , , , HRNA 3, , a Penyediaan layanan kesehatan umum utk masyarakat terdampak Pagai Selatan 4,040 Jiwa Sikakap 322 Jiwa Pagai Utara 1,710 Jiwa Sipora Selatan 1,320 Jiwa b Penyediaan makanan tambahan untuk balita 4 Kecamatan 3,209 Balita , , c Revitalisasi posyandu Pagai Selatan 3 Komunitas (posyandu) Sikakap 1 Komunitas (posyandu) Pagai Utara 7 Komunitas (posyandu) Sipora Selatan 1 Komunitas (posyandu)

126 Lampiran 6 RINCIAN PENILAIAN DAMPAK TERHADAP KEMANUSIAAN (HRNA) PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI, 25 0KTOBER 2010 Sektor / Sub Sektor d Pemberdayaan masyarakat untuk lingkungan sehat e Penyusunan rencana kontingensi dinas kesehatan Lokasi (Kab/Kota/ Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Harga Satuan (Rp. dalam juta) Penyediaan HRNA Pemfungsian Pengurangan Risiko Total Kebutuhan (Rp. Juta) Pagai Selatan 4 Desa Sikakap 2 Desa Pagai Utara 3 Desa Sipora Selatan 3 Desa Mentawai 1 Unit Pendidikan 2, , , a Bantuan biaya sekolah dan peralatan untuk siswa SD terdampak Sipora Selatan 94 Orang b Bantuan biaya sekolah dan peralatan untuk siswa SMP terdampak c Bantuan biaya sekolah dan peralatan untuk siswa SMA terdampak Pagai Selatan 301 Orang Pagai Utara 477 Orang Sikakap 12 Orang Sipora Selatan 33 Orang Pagai Selatan 14 Orang Pagai Utara 35 Orang Sikakap 9 Orang kecamatan 198 Orang d Analisis risiko bencana berbasis sekolah Paket 1 Paket e Pengurangan risiko bencana berbasis sekolah Sipora Selatan 16 Unit Sekolah (pemberdayaan) Pagai Selatan 20 Unit Sekolah Pagai Utara 10 Unit Sekolah Sikakap 16 Unit Sekolah Agama a Pemulihan kegiatan keagamaan masyarakat Pagai Selatan 15 Unit tempat ibadah Keterangan Sikakap 1 Unit tempat ibadah Pagai Utara 12 Unit tempat ibadah Sipora Selatan 6 Unit tempat ibadah Lembaga Sosial 1, , a Stimulan untuk ketahanan pangan keluarga Pagai Selatan 143 Rumah Tangga

127 Lampiran 6 RINCIAN PENILAIAN DAMPAK TERHADAP KEMANUSIAAN (HRNA) PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI, 25 0KTOBER 2010 Sektor / Sub Sektor Lokasi (Kab/Kota/ Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Harga Satuan (Rp. dalam juta) Penyediaan HRNA Pemfungsian Pengurangan Risiko Total Kebutuhan (Rp. Juta) Sikakap 5 Rumah Tangga Pagai Utara 203 Rumah Tangga Sipora Selatan 29 Rumah Tangga b Penyuluhan untuk pengarusutamaan gender Pagai Selatan 4 Desa Keterangan Sikakap 2 Desa Pagai Utara 3 Desa Sipora Selatan 3 Desa SEKTOR EKONOMI PRODUKTIF - 21, , Pertanian - 18, , a Pemberdayaan kelompok tani (termasuk peternakan) Pagai Selatan 44 Kelompok , , Sikakap 3 Kelompok Pagai Utara 71 Kelompok , , Sipora Selatan 17 Kelompok , , Perikanan - 2, , a Pemberdayaan usaha nelayan Pagai Selatan 3 Kelompok Sikakap 1 Kelompok Pagai Utara 10 Kelompok , , Sipora Selatan 2 Kelompok Industri dan Perdagangan a Pemberdayaan Industri Kecil Menengah Sipora Selatan 14 Unit Usaha b Permberdayaan Usaha Perdagangan (kios) Pagai Utara 13 Unit Usaha Pagai Selatan 14 Unit Usaha Sikakap 60 Unit Usaha Koperasi a Revitalisasi koperasi Pagai Utara 1 Unit Sikakap 1 Unit LINTAS SEKTOR , Pemerintahan , a Revitalisasi fungsi layanan dasar pemerintah melalui rapat koordinasi 4 Kecamatan

128 Lampiran 6 RINCIAN PENILAIAN DAMPAK TERHADAP KEMANUSIAAN (HRNA) PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI WILAYAH KEPULAUAN MENTAWAI, 25 0KTOBER 2010 Sektor / Sub Sektor Lokasi (Kab/Kota/ Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Harga Satuan (Rp. dalam juta) Penyediaan HRNA Pemfungsian Pengurangan Risiko Total Kebutuhan (Rp. Juta) Keterangan b Revitalisasi sistem dan data kependudukan (pendataan ulang) 865 Rumah Tangga c Penyusunan rencana kontingensi sektor pemerintahan 1 Unit Pemerintah d Penyusunan, penguatan dan penyelenggaraan PB Daerah 1 Unit Pemerintah Lingkungan a Pendidikan pola hidup ramah lingkungan pasca bencana Pagai Selatan 4 Desa INFRASTRUKTUR a Penyediaan generator diesel untuk pembangkit listrik desa Sikakap 2 Desa Pagai Utara 3 Desa Sipora Selatan 3 Desa , , Pagai Selatan 2 Desa b Revitalisasi sistem pengelolaan pembangkit listrik desa TOTAL Pagai Utara 3 Desa Sipora Selatan 2 Desa Pagai Selatan 2 Desa Pagai Utara 3 Desa Sipora Selatan 2 Desa , , , ,

129 Lampiran 7 INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 NO SEKTOR/ SUBSEKTOR Kebutuhan Pendanaan Indikasi Pendanaan** APBN Sumber Pendanaan APBD Prov APBD Kab/Kota Non Pemerintah REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI (R2) 1 PERUMAHAN* 202, , Perumahan dan Huntara 156, , , , , Prasarana Lingkungan 46, , , , INFRASTRUKTUR 20, Transportasi 1, , , Air dan Sanitasi Energi 18, , , EKONOMI 114, , Pertanian Perkebunan 67, , , , , , Peternakan 5, , , Perdagangan 2, , , Perikanan 39, , , , SOSIAL 52, , Kesehatan 3, , , Pendidikan 25, , , , Agama 18, , , Lembaga Sosial 5, , , , , , LINTAS SEKTOR 41, , Lingkungan Hidup 11, , , , , Pemerintahan 14, , , , Ketertiban dan Keamanan Pengurangan Risiko Bencana 15, , , , SUB TOTAL R2 432, ,307.3 PERCEPATAN PEMBANGUNAN (P2) 1 INFRASTRUKTUR 674, , Transportasi 674, , , , , , Telekomunikasi SUB TOTAL P2 674, ,500.0 TOTAL 1,106, , ,075,098 7,549-25, , , ,202 Keterangan: * Bersumber dari dana bencana BA 999 ** Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait. Kebutuhan TA

130 Lampiran 7 (lanjutan) INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 NO SEKTOR/ SUBSEKTOR Kebutuhan Pendanaan Indikasi Pendanaan** APBN APBD Prov APBD Kab/Kota Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab/Kota Non Pemerintah APBN APBD Prov REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI 1 PERUMAHAN* 202, , , , Perumahan dan Huntara 156, , , , Prasarana Lingkungan 46, , , INFRASTRUKTUR 20, , Transportasi 1, , Air dan Sanitasi Energi 18, , EKONOMI 114, , , , , , Pertanian 2 Perkebunan 67, , , , , Peternakan 5, , Perdagangan 2, , Perikanan 39, , , Pariwisata 7 Perindustrian 8 Koperasi dan UKM APBD Kab/Kota Non Pemerintah 4 SOSIAL 52, , , , , , Kesehatan 3, , Pendidikan 25, , , Agama 18, , Lembaga Sosial 5, , , , , LINTAS SEKTOR 41, , , , , Lingkungan Hidup 11, , , , Pemerintahan 14, , , Ketertiban dan Keamanan Pengurangan Risiko Bencana 15, , ,025.0 SUB TOTAL R3 432, , , , , , , , ,000.0 PERCEPATAN PEMBANGUNAN 1 INFRASTRUKTUR 674, , , , , Transportasi 674, , , , , Telekomunikasi SUB TOTAL PERCEPATAN 674, , , , ,000.0 TOTAL 1,106, , , , , , , , ,000.0 Keterangan: * Bersumber dari dana bencana BA 999 ** Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait. Kebutuhan Pendanaan 2011 (Rp Juta) Kebutuhan` Pendanaan 2012 (Rp Juta) Kebutuhan Pendanaan 2013 (Rp Juta)

131 Lampiran 8 Sektor / Sub Sektor INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN Sarana dan Prasarana di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Lokasi (Kecamatan) 25 Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 Unit Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan dalam juta rupiah Keterangan PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 202, ,948 1 Perumahan 202, ,948 Perumahan dan huntara 156, ,046 Relokasi Perumahan dan Permukiman 1,631 unit 147, Pulau Sipora 613 unit , Pagai Selatan 785 unit , Pagai Utara 217 unit , Sikakap 16 unit , Pematangan dan pembersihan lahan perumahan Kep. Mentawai 122 ha Sosialisasi rencana relokasi Kep. Mentawai 7 pkt Fasilitasi pengelolaan hunian sementara Kep. Mentawai 7 pkt Pelatihan keterampilan membangun rumah, MCK Kep. Mentawai 7 pkt Hunian Sementara* Pagai Utara , , BNPB Pagai Selatan , , PMI 2 Prasarana Lingkungan Permukiman 46, , Prasarana lingkungan Relokasi Permukiman Baru Kep. Mentawai 1,631 unit 22, Huntara Kep. Mentawai 1,028 unit Penyediaan Air Bersih Relokasi Permukiman Baru Kep. Mentawai 1,631 unit 2, Huntara Kep. Mentawai 1,028 unit Perencanaan Teknis Relokasi Permukiman Baru Kep. Mentawai 1,631 unit 1, Huntara Kep. Mentawai 1,028 unit Pendampingan Relokasi Permukiman Baru Kep. Mentawai 1,631 unit 2, Huntara Kep. Mentawai 1,028 unit PNPM Mandiri Perdesaan pasca bencana* Pagai Utara 1 paket 4, , , PNPM Mandiri Sipora Selatan 1 paket 4, , , PNPM Mandiri 1

132 Lampiran 8 dalam juta rupiah Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Unit Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan Keterangan Sikakap 1 paket 4, , , PNPM Mandiri Pagai Selatan 1 paket 4, , , PNPM Mandiri TOTAL 202, ,948 Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah 2

133 Lampiran 8 (lanjutan) Sektor / Sub Sektor INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 10 Desember 2010 Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 Sarana dan Prasarana APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah dalam juta rupiah Keterangan PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 198, , Perumahan 198, , Perumahan dan huntara 151, , Relokasi Perumahan dan Permukiman 147, , , , , Pematangan dan pembersihan lahan perumahan Sosialisasi rencana relokasi Fasilitasi pengelolaan hunian sementara Pelatihan keterampilan membangun rumah, MCK Hunian Sementara* 4, BNPB 4,540.8 PMI 2 Prasarana Lingkungan Permukiman 46, Prasarana lingkungan Relokasi Permukiman Baru 22, Huntara Penyediaan Air Bersih Relokasi Permukiman Baru 2, Huntara Perencanaan Teknis Relokasi Permukiman Baru 1, Huntara Pendampingan Relokasi Permukiman Baru 2, Huntara PNPM Mandiri Perdesaan pasca bencana* 4, PNPM Mandiri 4, PNPM Mandiri 4, PNPM Mandiri 4, PNPM Mandiri TOTAL 198, , Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah

134 Lampiran 9 INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan Keterangan RENCANA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI (R2) INFRASTRUKTUR 20,462-1 Transportasi 1,750 - A. Transportasi Darat 1,500 - Pembersihan jalan 1 ls 1, ,500 B. Transportasi Air Dermaga/pelabuhan Sipora Selatan 1 unit Air dan Sanitasi 120 Sarana Air Bersih Dusun Bulasat (Bake) Pagai Selatan jaringan Energi 18,592 - Program Pengelolaan Listrik dan Pemanfaatan Energi Penyediaan dan Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Pelaksanaan Konservasi Energi Pembangunan Energi terbarukan (PLTS) Pagai Selatan 785 unit 7 5,495 1,086 Pagai Utara 217 unit 7 1,519 Sikakap 16 unit Sipora Selatan 613 unit 7 4,291 Pembangunan Energi terbarukan (PLTB) Pagai Selatan 35 unit 50 1,750 Pagai Utara 34 unit 50 1,700 Sikakap 1 unit Sipora Selatan 30 unit 50 1,500 Sistem pengelolaan pembangkit listrik desa Kep. Mentawai 7 pkt Penyediaan generator diesel untuk pembangkit listrik desa Kep. Mentawai 7 pkt 150 1,050 SUB TOTAL R2 20, PERCEPATAN PEMBANGUNAN (P2) INFRASTRUKTUR 674,430 28,500 1 Transportasi 674,000 28,500 A. Transportasi Darat 600,000 - Jalan dan Jembatan Kep. Mentawai 300 km 2, ,000 B. Transportasi Air 53,500 28,500 Dermaga/pelabuhan Pasapuat Pagai Utara 1 unit 15, ,000 Dermaga/pelabuhan Pokai Siberut Utara 1 unit 10, ,000 1

135 Lampiran 9 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Indikasi Harga Satuan Total Kebutuhan Keterangan Pendanaan Pengadaan Kapal tipe RO-RO 500 GT * Kep. Mentawai 1 unit 28,500 28, Kementerian Perhubungan C. Transportasi Udara 20,500 - Perbaikan/pengerasan landasan pacu (airstrip) Pagai Selatan 600 m ,500 Perpanjangan airstrip Bandara Sipora Rokot (750x23m) Pulau Sipora 750 m ,875 Perpanjangan airstrip Bandara Siberut (650 x23m) Pulau Siberut 850 m ,125 Pembangunan landasan pacu /airstrip (1500 x25m) Pagai Utara 1,500 m ,000 2 Pos dan Telekomunikasi Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika Pengembangan Penyelenggaraan Telekomunikasi 43 pkt SUB TOTAL P2 674,430 28,500 TOTAL 694, ,500 Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah 2

136 Lampiran 9 (lanjutan) INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah Keterangan RENCANA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI (R2) INFRASTRUKTUR 20, Transportasi 1, A. Transportasi Darat 1, Pembersihan jalan 1,500 B. Transportasi Air Dermaga/pelabuhan Air dan Sanitasi Sarana Air Bersih Dusun Bulasat (Bake) Energi 18, Program Pengelolaan Listrik dan Pemanfaatan Energi Penyediaan dan Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Pelaksanaan Konservasi Energi 1,086 Pembangunan Energi terbarukan (PLTS) 5,495 1, ,291 Pembangunan Energi terbarukan (PLTB) 1,750 1, ,500 Sistem pengelolaan pembangkit listrik desa 39 Penyediaan generator diesel untuk pembangkit listrik desa 1,050 SUB TOTAL R2 20, PERCEPATAN PEMBANGUNAN (P2) INFRASTRUKTUR 5, , , Transportasi 5, , , A. Transportasi Darat , , Jalan dan Jembatan 300, ,000 B. Transportasi Air 5, , , Dermaga/pelabuhan Pasapuat 5,000 10,000 Dermaga/pelabuhan Pokai 5,000 5,000 Pengadaan Kapal tipe RO-RO 500 GT* 5,000 23,500 Kementerian Perhubungan C. Transportasi Udara , , Perbaikan/pengerasan landasan pacu (airstrip) 1,500 Perpanjangan airstrip Bandara Sipora Rokot (750x23m) 1,875 Perpanjangan airstrip Bandara Siberut (650 x23m) 2,125

137 Lampiran 9 (lanjutan) Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah Keterangan Pembangunan landasan pacu /airstrip (1500 x25m) 5,000 10,000 2 Pos dan Telekomunikasi Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika Pengembangan Penyelenggaraan Telekomunikasi 430 SUB TOTAL P2 5, , , TOTAL 25, , , Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah

138 Lampiran 10 INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan Keterangan EKONOMI 114, , Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan 73, ,887.8 A. Pertanian - B. Perkebunan 67, ,887.8 Replanting wilayah sempadan pantai Kelapa Kep. Mentawai 1,000 Ha 1.5 1,500.0 Pinang Kep. Mentawai 100 Ha Pandan laut Kep. Mentawai ls 1,000.0 Penanaman kebun bibit rakyat (KBR) 2010* Kep. Mentawai 1,250 ha Kementerian Kehutanan Kebun bibit rakyat (KBR) 2011* Kep. Mentawai 11 unit Kementerian Kehutanan Penanaman kebun bibit rakyat (KBR) 2011* Kep. Mentawai 1,375 ha Kementerian Kehutanan Pembukaan lahan perkebunan Kep. Mentawai 8,155 ha ,310.0 Benih Kep. Mentawai 8,155 ha ,232.5 Penanaman lahan Kep. Mentawai 8,155 ha 1.0 8,155.0 Pupuk Kep. Mentawai 8,155 ha ,387.5 Biaya perawatan Kep. Mentawai 8,155 ha 0.8 6,116.3 Peralatan Perkebunan Kep. Mentawai 1 pkt Sosialisasi/ pendampingan usahatani Kep. Mentawai 1 pkt C. Peternakan 5, Pengadaan bibit ternak 10 pkt Ternak babi Kep. Mentawai 2,407 ekor 1.5 3,610.5 Ternak ayam Kep. Mentawai 3,452 ekor Pengadaan pakan ternak Ternak babi Kep. Mentawai 2,407 ekor ,083.2 Ternak ayam Kep. Mentawai 3,452 ekor Pengadaan obat hewan Kep. Mentawai 1 pkt Pengadaan peralatan kesehatan hewan Kep. Mentawai 1 pkt Sosialisasi usaha peternakan Kep. Mentawai 1 pkt Perdagangan 2, Kios/warung Pagai Utara KM 17 6 unit KM 4 (UPT Taikako) 8 unit Pagai Selatan KM 27 6 unit

139 Lampiran 10 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan Keterangan KM unit KM unit Sipora 9 unit Pembangunan pasar lingkungan Pagai Selatan KM unit 1, Perikanan 39, ,685.0 Rehabilitasi dan Rekonstruksi sarana dan prasarana perikanan tangkap Cool Boks 100 liter Pagai Selatan 12 unit Sikakap 82 unit Pagai Utara 17 unit Sipora Selatan 8 unit Cool Boks 500 liter Sikakap 14 unit Cool Boks 1000 liter Sikakap 6 unit Keramba Jaring Apung Pagai Selatan 6 unit Sikakap 7 unit Pagai Utara 3 unit Sipora Selatan 2 unit Rumpon Pagai Selatan 17 unit Pagai Utara 22 unit Perahu Tanpa Motor Pagai Selatan 182 unit Sikakap 43 unit Pagai Utara 105 unit Sipora Selatan 68 unit Perahu Motor 5 HP Pagai Selatan 43 unit Sikakap 28 unit Pagai Utara 72 unit Sipora Selatan 42 unit Perahu Motor 15 HP Pagai Selatan 17 unit Sikakap 7 unit Pagai Utara 21 unit Sipora Selatan 17 unit Perahu Motor 25 HP Pagai Selatan 11 unit Sikakap 8 unit Pagai Utara 12 unit Sipora Selatan 9 unit

140 Lampiran 10 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan Keterangan - Kapal Nelayan 5 GT Pagai Utara 2 unit Sipora Selatan 2 unit Jaring Gilnet Pagai Selatan 300 unit Pagai Utara 586 unit Sipora Selatan 289 unit Pancing Ulur Pagai Selatan 200 unit Sikakap 75 unit Pagai Utara 362 unit Sipora Selatan 274 unit Rewai/Longline Sikakap 350 unit ,127.5 Pagai Utara 519 unit ,603.4 Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pesisir* Pembangunan rumah ramah bencana bagi nelayan* Kep. Mentawai 1, ,500.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Akses IPTEK pembangunan solar energi Kep. Mentawai Kementerian Kelautan dan Perikanan Community based management, mata pencaharian alternatif (COREMAP II) Kep. Mentawai 5, ,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Rehabilitasi ekosistem Kep. Mentawai Kementerian Kelautan dan Perikanan Pengembangan usaha mina pedesaan (PUMP) Kep. Mentawai - - Kementerian Kelautan dan Perikanan PUMP perikanan tangkap Kep. Mentawai 1, ,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan PUMP perikanan budidaya Kep. Mentawai 2, ,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan 3

141 Lampiran 10 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan Keterangan PUMP penogalahan Kep. Mentawai Kementerian Kelautan dan Perikanan Penyiapan zonasi (tata ruang) Kep. Mentawai 1, ,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Pengembangan pelabuhan perikanan Sikakap Kep. Mentawai 2, ,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Bantuan kapal nelayan Kep. Mentawai 3, ,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Bantuan cool box Kep. Mentawai Kementerian Kelautan dan Perikanan Bantuan pendidikan untuk putra-putri korban bencana Kep. Mentawai Kementerian Kelautan dan Perikanan 4 Pariwisata - 5 Perindustrian - 6 Koperasi dan UKM - TOTAL 114, ,572.8 Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah 4

142 Lampiran 10 (lanjutan) INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah Keterangan EKONOMI 85, , , , Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan 46, , , , A. Pertanian B. Perkebunan 46, , , Replanting wilayah sempadan pantai Kelapa 1,500.0 Pinang 50.0 Pandan laut 1,000.0 Penanaman kebun bibit rakyat (KBR) 2010* Kementerian Kehutanan Kebun bibit rakyat (KBR) 2011* Kementerian Kehutanan Penanaman kebun bibit rakyat (KBR) 2011* Kementerian Kehutanan Pembukaan lahan perkebunan 16,310.0 Benih 12,232.5 Penanaman lahan 8,155.0 Pupuk 4, ,155 8,155 Biaya perawatan 1, ,447 2,447 Peralatan Perkebunan Sosialisasi/ pendampingan usahatani C. Peternakan - 5, Pengadaan bibit ternak Ternak babi 3,611 Ternak ayam 17 Pengadaan pakan ternak Ternak babi 1,083 Ternak ayam 104 Pengadaan obat hewan 15 - Pengadaan peralatan kesehatan hewan 20 - Sosialisasi usaha peternakan Perdagangan - 2, Kios/warung Pembangunan pasar lingkungan 1, Perikanan 39, Rehabilitasi dan Rekonstruksi sarana dan prasarana perikanan tangkap Cool Boks 100 liter

143 Lampiran 10 (lanjutan) Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah Keterangan Cool Boks 500 liter 98.0 Cool Boks 1000 liter 66.0 Keramba Jaring Apung Rumpon Perahu Tanpa Motor Perahu Motor 5 HP Perahu Motor 15 HP Perahu Motor 25 HP Kapal Nelayan 5 GT Jaring Gilnet Pancing Ulur Rewai/Longline 5, ,603.4 Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pesisir* Pembangunan rumah ramah bencana bagi nelayan* 1,500.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Akses IPTEK pembangunan solar energi Kementerian Kelautan dan Perikanan Community based management, mata pencaharian alternatif (COREMAP II) 5,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Rehabilitasi ekosistem Kementerian Kelautan dan Perikanan Pengembangan usaha mina pedesaan (PUMP)

144 Lampiran 10 (lanjutan) Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah Keterangan PUMP perikanan tangkap 1,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan PUMP perikanan budidaya 2,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan PUMP penogalahan Kementerian Kelautan dan Perikanan Penyiapan zonasi (tata ruang) 1,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Pengembangan pelabuhan perikanan Sikakap 2,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Bantuan kapal nelayan 3,000.0 Kementerian Kelautan dan Perikanan Bantuan cool box Kementerian Kelautan dan Perikanan Bantuan pendidikan untuk putra-putri korban bencana Kementerian Kelautan dan Perikanan 4 Pariwisata Perindustrian Koperasi dan UKM TOTAL 85, , , , Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah

145 Lampiran 11 INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan 2011 Keterangan SOSIAL 52,445 1, Kesehatan 3, Puskesmas/Pustu (bangunan sementara) Kep. Mentawai 1 pkt Penyediaan obat-obatan Kep. Mentawai 84 pkt Pelayanan Kesehatan (tenaga dokter) Kep. Mentawai 84 OB Pelayanan Kesehatan (tenaga Perawat) Kep. Mentawai 168 OB Pelayanan Kesehatan (tenaga non Medis) Kep. Mentawai 168 OB Peningkatan Gizi (balita dan manula) Kep. Mentawai 29,358 pkt Pendampingan Psikososial (konseling) Kep. Mentawai 12 bln , Pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan Fogging 10 Kec. di Kep. Mentawai 10 pkt Desinfektan 10 Kec. di Kep. Mentawai 10 pkt Penyuluh 10 Kec. di Kep. Mentawai 20 OB Pendidikan 25, , Pendidikan TK dan SD Sarana pendidikan* 1, Sekolah TK Sipora 1 unit Kementerian Pendidikan Nasional Sekolah TK Pagai Selatan - KM 27 (Camp Jaya) 1 unit Sekolah TK Pagai Selatan - KM unit , Sekolah TK Pagai Selatan - KM 1-7 (Lakkau) 1 unit Sekolah TK Pagai Utara - KM 17 (Persemaian) 1 unit Sekolah TK Pagai Utara - KM 4 (UPTaikako) 2 unit Sekolah SD Sipora 1 unit , Sekolah SD Pagai Selatan - KM 27 (Camp 1 unit , Jaya) Sekolah SD Pagai Selatan - KM unit , Sekolah SD Pagai Selatan - KM 1-7 (Lakkau) 1 unit , Sekolah SD Pagai Utara - KM 17 (Persemaian) 1 unit , Sekolah SD Pagai Utara - KM 4 (UPTaikako) 1 unit , Taman Bacaan Sipora 1 unit Taman Bacaan Pagai Selatan - KM 27 (Camp Jaya) 1 unit

146 Lampiran 11 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan 2011 Keterangan Taman Bacaan Pagai Selatan - KM 1-7 (Lakkau) 1 unit Taman Bacaan Pagai Utara - KM 17 (Persemaian) 1 unit Taman Bacaan Pagai Utara - KM 4 (UPTaikako) 1 unit Pendidikan Menengah Sekolah SMP Pagai Selatan - KM 27 (Camp Jaya) 1 unit , Sekolah SMP Pagai Selatan - KM unit , Sekolah SMA Pagai Selatan - KM unit , Taman Bacaan Pagai Selatan - KM unit Pengadaan guru bantu TK Kep. Mentawai 252 OB SD Kep. Mentawai 576 OB SMP Kep. Mentawai 120 OB SMA Kep. Mentawai 72 OB Sekolah sementara TK Kep. Mentawai 7 pkt SD Kep. Mentawai 8 pkt 160 1, SMP Kep. Mentawai 2 pkt SMA/SMK Kep. Mentawai 1 pkt Perlengkapan sekolah Kep. Mentawai 18 pkt Bantuan biaya sekolah dan peralatan untuk siswa SD terdampak Sipora Selatan 94 pkt Bantuan biaya sekolah dan peralatan untuk siswa SMP terdampak Bantuan biaya sekolah dan peralatan untuk siswa SMA terdampak Pagai Selatan 301 pkt Pagai Utara 477 pkt Sikakap 12 pkt Sipora Selatan 33 pkt Pagai Selatan 14 pkt Pagai Utara 35 pkt Sikakap 9 pkt kecamatan 198 pkt Pengembangan sekolah siaga bencana (SSB) 4 kecamatan 11 pkt Agama 18, Gereja Sipora 1 unit , Pagai Selatan - KM 27 1 unit , Pagai Selatan - KM unit , Pagai Selatan - KM unit , Pagai Utara - KM 17 1 unit ,

147 Lampiran 11 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan 2011 Keterangan Pagai Utara - KM 4 (UPTaikako) 1 unit , Mesjid Sipora 1 unit , Pagai Selatan - KM 27 1 unit , Pagai Selatan - KM unit , Pagai Selatan - KM unit , Pagai Utara - KM 17 1 unit , Pagai Utara - KM 4 (UPTaikako) 1 unit , Lembaga Sosial 5,084 - Rehabilitasi dan perlindungan sosial anak Kep. Mentawai 1 ls 3,000 3,000 Pembangunan panti asuhan Kep. Mentawai 2 unit 1,000 2,000 Penyuluhan pengarusutamaan gender Kep. Mentawai 7 pkt TOTAL 52, , Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah 3

148 Lampiran 11 (lanjutan) INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah Keterangan SOSIAL 32, , , , Kesehatan 3, Puskesmas/Pustu (bangunan sementara) Penyediaan obat-obatan Pelayanan Kesehatan (tenaga dokter) Pelayanan Kesehatan (tenaga Perawat) Pelayanan Kesehatan (tenaga non Medis) Peningkatan Gizi (balita dan manula) Pendampingan Psikososial (konseling) 1, Pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan Fogging Desinfektan Penyuluh Pendidikan 27, Pendidikan TK dan SD Sarana pendidikan* 1, Kementerian Pendidikan Nasional Sekolah TK Sekolah TK Sekolah TK 1, Sekolah TK Sekolah TK Sekolah TK Sekolah SD 1, Sekolah SD 1, Sekolah SD 3, Sekolah SD 1, Sekolah SD 1, Sekolah SD 1, Taman Bacaan Taman Bacaan Taman Bacaan Taman Bacaan Taman Bacaan Pendidikan Menengah - Sekolah SMP 1, Sekolah SMP 1, Sekolah SMA 1, Taman Bacaan Pengadaan guru bantu - TK SD SMP SMA Sekolah sementara - TK SD 1,280.00

149 Lampiran 11 (lanjutan) Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah Keterangan SMP SMA/SMK Perlengkapan sekolah Bantuan biaya sekolah dan peralatan untuk siswa SD terdampak Bantuan biaya sekolah dan peralatan untuk siswa SMP terdampak Bantuan biaya sekolah dan peralatan untuk siswa SMA terdampak Pengembangan sekolah siaga bencana (SSB) Agama , Gereja 1, , , , , ,500.0 Mesjid 1, , , , , , Lembaga Sosial 2, , , ,000 Rehabilitasi dan perlindungan sosial anak 1,000 1,000 1,000 Pembangunan panti asuhan 2,000 Penyuluhan pengarusutamaan gender TOTAL 32, , , , Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah

150 Lampiran 12 INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan 2011 Keterangan LINTAS SEKTOR 41,907 3, Pemerintahan 14, , Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Ditjen Pemerintahan Umum Bangunan Kantor Kantor Kepala Desa Dusun Tapak 1 unit Gudang Perhubungan Dusun Tapak 1 unit Kantor Camat Pagai Utara Ds.Saumanganya 9 unit , Rumah Dinas Camat Sipora selatan unit Balai Pertemuan warga Sipora 1 unit Balai Pertemuan warga Pagai Selatan - KM 27 1 unit Balai Pertemuan warga Pagai Selatan - KM unit Balai Serbaguna Pagai Selatan - KM unit , Balai Pertemuan warga Pagai Selatan - KM unit Balai Pertemuan warga Pagai Utara - KM 17 1 unit Balai Pertemuan warga Pagai Utara - KM 4 (UPT Taikako) 1 unit Kantor BPBD* Kep. Mentawai 1 unit 2,500 2, , Kementerian Dalam Negeri Revitalisasi sistem dan data kependudukan (pendataan ulang) Kep. Mentawai Penyusunan, penguatan dan penyelenggaraan PB Daerah Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Ditjen Mandikdasmen Kep. Mentawai 1 pkt 1, pkt Rumah Dinas Guru SD Pagai Utara 1 unit Rumah Dinas Guru SD Pagai Utara Ds.Saumanganya 1 unit Pagai Utara Ds.Saumanganya 2 unit Rumah Dinas Guru SD Pagai Selatan - KM unit Pagai Selatan - KM unit Pagai Selatan - KM 27 2 unit Rumah Dinas Guru SMP Pagai Selatan - KM unit Rumah Dinas Guru SMA Pagai Selatan - KM unit Rumah Dinas Guru SD Sipora 2 unit Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Kementerian Kesehatan Rumah Dinas Dokter Pagai Selatan KM unit

151 Lampiran 12 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sasaran Satuan Luas/ Jumlah Rata2 Harga Satuan Total Kebutuhan Indikasi Pendanaan 2011 Keterangan 2 Ketertiban dan Keamanan (TNI/POLRI) Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Uo. Kemhan Bangunan Kantor Kantor Koramil Sipora Selatan unit Kantor Koramil Sikakap unit Kantor POLSEK Sikakap unit Kantor POLSEK Sipora Selatan unit Pos hansip Sipora 1 unit Pos hansip Pagai Selatan - KM 27 1 unit Pos hansip Pagai Selatan - KM unit Pos hansip Pagai Selatan - KM unit Pos hansip Pagai Utara - KM 17 1 unit Pos hansip Pagai Utara - KM 4 (UPT Taikako) 1 unit Lingkungan Hidup: 11, Rehabilitasi hutan manggrove Kep. Mentawai 100 ha Kementerian Kehutanan Pemulihan daerah pesisir Kep. Mentawai 1 ls Program pengelolaan pertanahan nasional Pengaturan dan Penetapan Hak Tanah Pulau Pagai dan Sipora ls 7,500 Pengaturan dan Penetapan Hak Tanah Siberut ls 2,500 Pendidikan pola hidup ramah lingkungan Kep. Mentawai 10 pkt Pengurangan Risiko Bencana 15,550 0 Program Penanggulangan Bencana Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana Kep. Mentawai ls 2,500 Penguatan dan pengembangan INA-TEWS Kep. Mentawai ls 5,000 Sosialisasi dan diseminasi serta Pengembangan SOP Kep. Mentawai ls 500 Diseminasi sistem peringatan dini tsunami dan informasi Kep. Mentawai 202 pkt ,050 Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi, Pengelolaan gempa bumi dan tsunami BMKG Kep. Mentawai 9 pkt 1,000 Pengelolaan Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim Bmkg Kep. Mentawai ls 1,000 Pengelolaan Database Bmkg Kep. Mentawai ls 500 TOTAL 41,907 3,287 Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah 2

152 Lampiran 12 (lanjutan) INVENTARISASI KEBUTUHAN PENDANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI serta PERCEPATAN PEMBANGUNAN di WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Oktober 2010 Status : 15 Desember 2010 Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah Keterangan LINTAS SEKTOR 29, , , Pemerintahan 14, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Ditjen Pemerintahan Umum Bangunan Kantor Kantor Kepala Desa 300 Gudang Perhubungan 500 Kantor Camat 4,500 Rumah Dinas Camat 23 Balai Pertemuan warga 375 Balai Pertemuan warga 375 Balai Pertemuan warga 375 Balai Serbaguna 1,250 Balai Pertemuan warga 375 Balai Pertemuan warga 375 Balai Pertemuan warga 375 Kantor BPBD* 2,500 Kementerian Dalam Negeri Revitalisasi sistem dan data kependudukan (pendataan ulang) 1,000 Penyusunan, penguatan dan penyelenggaraan PB Daerah 400 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Ditjen Mandikdasmen Rumah Dinas Guru SD 113 Rumah Dinas Guru SD Rumah Dinas Guru SD Rumah Dinas Guru SMP 225 Rumah Dinas Guru SMA 225 Rumah Dinas Guru SD 225 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Kementerian Kesehatan - Rumah Dinas Dokter Ketertiban dan Keamanan (TNI/POLRI) Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Uo. Kemhan Bangunan Kantor Kantor Koramil 11 Kantor Koramil 11 Kantor POLSEK 11 Kantor POLSEK 11 Pos hansip 30 Pos hansip 30 Pos hansip 90

153 Lampiran 12 (lanjutan) Sektor / Sub Sektor Sarana dan Prasarana Kebutuhan Pendanaan 2011 Kebutuhan Pendanaan 2012 Kebutuhan Pendanaan 2013 APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah APBN APBD Prov APBD Kab Non Pemerintah Pos hansip 30 Pos hansip 30 Pos hansip 30 3 Lingkungan Hidup: 4, , , Rehabilitasi hutan manggrove Pemulihan daerah pesisir Program pengelolaan pertanahan nasional Pengaturan dan Penetapan Hak Tanah 2,500 2, , Pengaturan dan Penetapan Hak Tanah 1,000 1, Pendidikan pola hidup ramah lingkungan 450 Keterangan Kementerian Kehutanan 4 Pengurangan Risiko Bencana 9, , Program Penanggulangan Bencana Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana 2,500 Penguatan dan pengembangan INA-TEWS 2,500 2, Sosialisasi dan diseminasi serta Pengembangan SOP 500 Diseminasi sistem peringatan dini tsunami dan informasi gempa 2,525 2, Klimatologi dan Geofisika Pengelolaan gempa bumi dan tsunami BMKG Pengelolaan Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim Bmkg Pengelolaan Database Bmkg 500 TOTAL 29, , , Keterangan: * Alokasi pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang sudah dianggarkan oleh dari Kementerian/Lembaga terkait dan Non Pemerintah

154 PETA USULAN LOKASI RELOKASI DIRJEN PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

155

156

157

158

159

160

161

162 PETA USULAN LOKASI RELOKASI PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

163

164 MODEL HUNIAN TETAP DI LOKASI RELOKASI KM 27, PULAU PAGAI SELATAN Jalan Poros HPH FASUM/FASO S DUSUN FASUM/FASO S DUSUN FASUM FASOS DUSUN FASUM FASOS DUSUN G C B E D D H BP F FASUM/FASOS DUSUN FASUM/FASOS DUSUN FASUM/FASOS DUSUN A A FAS UM DUS/FASO UN S FAS UM /FA DU SO SUN S FASUM/FASO S DUSUN FASUM/FASO S DUSUN KETERANGAN LUAS LAHAN A. PASAR NAMA DUSUN JML KK B. TK DUSUN ERUK PARABOAT 80 KK DUSUN POROUROGAT 84 KK DUSUN MALAKOPAK 20 KK DUSUN SABIRET 60 KK DUSUN MUNTEI KECIL 32 KK DUSUN MUNTEI BESAR 48 KK C. SD D. POSYANDU E. BALAI PERTEMUAN F. GEREJA G. MESJID H. BALAI KESEHATAN LAHAN FASUM/ FASOS

165 MODEL HUNIAN TETAP DI LOKASI RELOKASI KM 37 s.d. KM 41, PULAU PAGAI SELATAN E N L N G EX CAMP PT. MINAS EX CAMP PT. MINAS KM 37 J F K F S SO FA M/ N SU DU SU FA Ja la n Po ro s HPH Jalan Poros HPH B A C D SO FA M/ N SU DU SU FA S PETA ORIENTASI n la Ja s ro Po PH H Ja la n Po ro s H PH FA SU M DU / FA SU SO N S FA SU M DU / FA SU S N OS F Jala n Por os HPH F n la Ja NAMA DUSUN 36 KK DUSUN LAKGIGI 72 KK DUSUN TAPAK 28 KK DUSUN MAURAU 21 KK I. GEREJA BATAS DESA J. MASJID SUNGAI M. TAMAN/ TEMPAT BERMAIN N. LAPANGAN OLAH RAGA O. PEMAKAMAN UMUM S DUSUN BAKE O AS /F M UN SU DUS LAHAN FASUM/ FASOS L. BALAI SERBAGUNA LUAS LAHAN 56 KK H. BALAI PENGOBATAN WARGA K. PASAR LINGKUNGAN JML KK DUSUN ASAHAN FA G. POSYANDU PH F. WARUNG/ TOKO H E. SMA s C. SD D. SMP ro A. TAMAN BACAAN B. TK Po KETERANGAN U O

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan berkualitas. Dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1570, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. Pencabutan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BENCANA ALAM GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT 25 OKTOBER 2010

BENCANA ALAM GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT 25 OKTOBER 2010 BENCANA ALAM GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT 25 OKTOBER 2010 GAMBARAN UMUM Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan kabupaten kepulauan yang terletak memanjang dibagian paling

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN DOKUMEN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL UPL) RENCANA PEMBANGUNAN PELABUHAN A. LATAR BELAKANG Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

ANALISIS POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ANALISIS POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Iprisman 1, Nurul Huda 1, Firdaus 1 1 Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta E-mail: ipris_man@yahoo.com E-mail: Nurulhuda114@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH PROVINSI BENGKULU DAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN

RINGKASAN EKSEKUTIF RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH PROVINSI BENGKULU DAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN RINGKASAN EKSEKUTIF RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH PROVINSI BENGKULU DAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2007-2009 Gempa bumi berkekuatan 7,9 SR telah terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Pedoman

Lebih terperinci

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124 /PMK.02/2005 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 Menimbang : a. bahwa sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Bungus yang luasnya ± 17 km 2 atau 1383,86 Ha berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kecamatan ini merupakan kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK.07/2003 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS NON DANA REBOISASI TAHUN ANGGARAN 2004 Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir Aceh dan Nias pada hari Minggu tanggal

Lebih terperinci

No.1553, 2014 BNPB. Pasca Bencana. Rekonstruksi. Rehabilitasi. Pedoman. PERATURAN

No.1553, 2014 BNPB. Pasca Bencana. Rekonstruksi. Rehabilitasi. Pedoman. PERATURAN No.1553, 2014 BNPB. Pasca Bencana. Rekonstruksi. Rehabilitasi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan : (a) latar belakang, (b) perumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup penelitian dan (f) sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS NON DANA REBOISASI TAHUN ANGGARAN 2005 Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Sekilas Berdirinya BNPB Indonesia laboratorium bencana Terjadinya bencana besar : Tsunami NAD dan Sumut, 26 Desember 2004,

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. H. Paskah Suzetta Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS. Laporan Penilaian Perkiraan Kerusakan dan Kerugian

KATA PENGANTAR. H. Paskah Suzetta Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS. Laporan Penilaian Perkiraan Kerusakan dan Kerugian KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Berdasarkan laporan BMG dan USGS, gempa berkekuatan 7,9 SR, atau yang belakangan telah dikoreksi menjadi 8,4 SR, telah terjadi di bagian pesisir barat pulau Sumatera pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN ANGKONA

PROFIL KECAMATAN ANGKONA PROFIL KECAMATAN ANGKONA Link Website Kecamatan Angkona 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Angkona terletak 32 km di jazirah timur ibukota Kabupaten LuwuTimur. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Nuha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128 / PMK.07 / 2006 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2007

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128 / PMK.07 / 2006 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2007 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128 / PMK.07 / 2006 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2007 MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. No.1602, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT

Lebih terperinci

Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I

Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I Percepatan Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara Sebagai Pusat Industri Pertambangan Nasional Oleh, Gubernur Sulawesi Tenggara H. Nur Alam S U L A W E S I T E

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, APRIL 2017

KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, APRIL 2017 K E M E N T E R I A N R E P U B L I K K E U A N G A N I N D O N E S I A KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, 10-21

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Bab 4: Menatap ke Depan Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Sejumlah proyek baru diharapkan dapat mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan di Aceh

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Terhadap Hasil Pemeriksaan BPK pada Bidang Ekonomi dan Usaha TA 2007 dan 2008 Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD NIAS Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 1. Dasar Hukum : a. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Mengatur antara lain pemisahan peran,

Lebih terperinci

REVIEW UPAYA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI TAHUN dan INA DRI

REVIEW UPAYA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI TAHUN dan INA DRI REVIEW UPAYA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI TAHUN 2013-2014 dan INA DRI DEPUTI BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA VISI: KETANGGUHAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar populasi dunia bermukim dan menjalani kehidupannya di kawasan pesisir (Bird, 2008), termasuk Indonesia. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 26 tahun 2007 mengamanatkan perlunya suatu perencanaan pembangunan yang berbasis penatagunaan ruang yang mengharuskan setiap daerah menyusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1903, 2017 BNPB. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. PERATURAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci