BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan arsitektur. Meskipun tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan arsitektur. Meskipun tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Dipohusodo (1996), proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan infrastruktur, yang umumnya mencangkup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Meskipun tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industry, teknik mesin, teknik elektro, geoteknik, landskap dan sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut meliputi aspek kepentingan masyarakat yang sangat luas sejak berupa perumahan untuk tempat tinggal, apartemen dan gedung perkantoran belantai banyak, pabrik dan bangunan industri, jembatan, jalan raya termasuk jalan layang, jalan kereta api, pembangkit listrik tenaga nuklir, bendungan dan terowongan PLTA, saluran pengairan, system sanitasi dan drainasi, Bandar udara dan hanggar pesawat terbang, pelabuhan laut dan bangunan lepas pantai, jaringan kelistrikan dan komunikasi, kilang minyak dan jaringan plambing, dan sebagainya. Dilihat dari komponen kegiatan utamanya macam proyek dapat dikelompokkan sebagai berikut (Soeharto, 1999) : 1. Proyek Engineering-Konstruksi 2. Proyek Engineering-Manufaktur 3. Proyek Penelitian dan Pengembangan 4. Proyek Pelayanan Manajemen

2 7 5. Proyek Kapital 6. Proyek Radio-Telekomunikasi 7. Proyek Konservasi Bio-Diversity 2.2 Kegiatan Proyek Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir. 2. Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria mutu. 3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas. 4. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. 2.3 Siklus Proyek Setiap proyek berbeda-beda dalam hal kompleksitas, ukuran dan sumber daya yang diperlukan. Meskipun demikian setiap proyek memiliki pola tertentu yang merupakan ciri pokok yang melekat dan membedakannya dari kegiatan

3 8 operasional rutin. Makin besar dan kompleks suatu proyek ciri tersebut makin terlihat (Soeharto, 1999). 2.4 Manajemen Menurut Koontz (1982) dalam Soeharto (1999) mendefinisikan Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta suber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan. Yang dimaksud dengan proses ialah mengerjakan sesuatu dengan pendekatan tenaga, keahlian, peralatan, dana, dan informasi. Menurut Austen A.D dan Neale R.H (1984), yang dimaksud dengan proses manajemen adalah suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen tergantung pada komunikasi yang jelas, dan kemampuan untuk melontarkan pemikiran, gagasan, informasi serta instruksi dengan cepat dan efektif diantara orang-orang yang keterampilan teknis dan minatnya berbeda-beda. Proses manajemen atau sering disebut Fungsi Manajemen, dalam satu kesatuan sebagai berikut dibawah ini (Wulfram, 2004) : 1. Penetapan tujuan (goal setting). Penetapan tujuan merupakan tahapan awal dari proses manajemen. Tujuan merupakan misi sasaran yang akan tercapai. 2. Perencanaan (planning). Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan asumsi-asumsi mengenai keadaan dimasa yang akan datang untuk merumuskan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

4 9 3. Staffing adalah proses manajmen yang berkenaan dengan pengerahan (recruitment), penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dalam organisasi. Pada dasarnya prinsip dari tahapan proses manajemen itu adalah menempatkan orang yang sesuai pada tempat yang sesuai dan pas pada saat yang tepat (right people, right position, right time). 4. Directing. Directing adalah usaha untuk memobilisasi sumber-sumber daya yang dimiliki oleh organiasi agar dapat bergerak dalam satu kesatuan yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dalam tahapan proses ini terkandung usaha-usaha bagaimana memotivasi orang-orang agar dapat bekerja. 5. Supervising, supervising didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individu-individu dalam suatu organisasi untuk mencapai kinerja kerja serta tujuan organisasi tersebut. 6. Pengendalian (controlling). Controlling yaitu panduan atau aturan untuk melaksanakan aktivitas suatu usaha atau bagian-bagian lain dari usaha tersebut untuk tercapainya tujuan yang telah disepakati. 2.5 Manajemen Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang terorganisasi dengan menggunakan sumber-sumber yang dijalankan selama jangka waktu tertentu, yang mempunyai titik awal saat dimulainya kegiatan dan titik akhir yaitu pada saat berakhirnya kegiatan. Hal ini dapat diartikan bahwa manajemen proyek adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian) secara sistematis pada suatu proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Dalam pelaksanaan

5 10 suatu proyek ada beberapa pihak-pihak yang terkait dengan tugas dan wewenang sendiri. Berikut adalah penjelasan tentang piahak-pihak terkait, serta tugas dan wewenang pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan suatu proyek (Anonim, 2001) ; Pemilik Proyek (Owner) Adapun Owner atau pemilik proyek yang mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut: 1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor). 2. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan penyedia jasa. 3. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan. 4. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan. 5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan. 6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik. 7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi). 8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki Konsultan Perencana

6 11 Konsultan Perencana pada proyek ini adalah yang bertugas sejak tahap persiapan dari perancangan sampai penyerahan pertama oleh kontraktor. Adapun tugas dan wewenang konsultan perencana adalah sebagai berikut : 1. Persiapan perancangan, meliputi mengumpulkan data dan informasi lapangan, membuat interpretasi secara garis besar terhadap pedoman persyaratan (term of reference). Konsultasi dengan pemerintah setempat mengenai perijinan bangunan. 2. Penyusunan pra-rancangan, meliputi membuat rancangan tampak, perancangan dan perkiraan biaya, mengurus sampai mendapatkan ijin pendahuluan atau ijin prinsip (advice planning) dari pemerintah daerah tingkat II setempat. 3. Penyusunan rancangan pelaksanaan, meliputi membuat rancangan arsitektur berikut uraian teknis dan visualisasi dua atau tiga dimensi bila diperlukan, membuat rancangan utilitas beserta uraian dan perhitungan strukturnya. 4. Penyusunan rencana detail, meliputi membuat gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat, membuat rincian volume pekerjaan dan rancangan anggaran biaya pekerjaan konstruksi (pelaksanakan value engineering sebagai metode penyusunan program rancangan). 5. Persiapan pelelangan, meliputi membantu pemimpin proyek dalam mempersiapkan dokumen pelelangan, membantu panitia pelelangan dalam menyusun program pelelangan dan melaksanakan pelelangan. 6. Membantu pelelangan meliputi, membantu panitia lelang yaitu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan termasuk

7 12 dalam menyusun berita acara penjelasan pekerjaan (aanwizing), membantu panitia dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama bila terjadi pelaksanaan pelelangan ulang, serta menyusun dokumen pelaksanaan. 7. Pengawasan berkala meliputi memeriksa pelaksanaan pekerjaan secara berkala, memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa pekerjaan konstruksi, menyusun laporan akhir perancangan. 8. Menyusun petunjuk-petunjuk penggunaan dan perawatan bangunan Konsultan Manajemen Konstruksi Konsultan manajemen konstruksi adalah perusahaan atau instansi yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dengan sertifikasi keahlian. Untuk pelaksanaan tugas konsultan manajemen (konsultan pengawas) dibidang konstruksi dalam pembangunan meliputi item yang harus dilakukan. Adapun tugas dan wewenang konsultan manajemen konstruksi (konsultan pengawas) adalah: 1. Sebagai wakil pemberi tugas di lapangan Selama masa pelaksanaan kontrak sampai pembayaran terakhir dilaksanakan, dia berhak melakukan tindakan-tindakan atas nama pemilik sejauh sesuai dengan dokumen kontrak kecuali pemilik memberikan ketentuan lain secara tertulis. Segala instruksi dari pemberi tugas pada pemborong hanya dilakukan melalui konsultan pengawas

8 13 atau manajemen konstruksi dan kunsultan pengawas wajib memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan pada pemilik. 2. Administrasi Umum Konsultan pengawas atau manajemen konstruksi berkewajiban menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak, hingga tahap pelaksanaan selesai. 3. Pengawas Pelaksanaan Konsultan pengawas atau manajemen konstruksi menempatkan minimal 4 orang atau lebih pengawas lapangan yang bertugas di lapangan dalam jam bekerja pelaksanaan. Pengawas lapangan berkewajiban mengawasi pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas dan kuantitas serta laju pencapaian volume, serta berkewajiban untuk mengawasi pekerja serta produknya, mengawasi ketepatan waktu dan biaya pekerjaan konstruksi. Pengawas lapangan berhak untuk setiap saat memeriksa seluruh proyek dan tempat proyek di tempat lain selama masa pelaksanaan tanpa mengganggu jalannya pekerjaan. 4. Interpretasi dan Keputusan Apabila terdapat keraguan-keraguan dalam dokumen pelaksanaan baik pemberi tugas maupun kontraktor maka konsultan pengawas lapangan yang berhak memberikan interpretasi, segala interpretasi dan keputusan pengawas lapangan harus konsisten dengan isi dan maksud dokumen pelaksanaan. 5. Pemeriksaan dan Koreksi Gambar-gambar

9 14 Pengawas lapangan wajib memeriksa gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh pekerjaan perlu dipersiapkan oleh pemborong dan akan memberikan penjelasan yang dibutuhkan oleh pemborong serta memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi berlangsung. Pengawas lapangan berhak melakukan perubahan-perubahan serta penyesuaian yang perlu atas pekerjaan dan menertibkan berita acara perubahan. 6. Rapat-rapat Lapangan Konsultan Manajemen Konstruksi berkewajiban mengadakan rapatrapat lapangan secara berkala dan membuat laporan mingguan dan bulanan. 7. Kelalaian Pemborong Konsultan pengawas bertanggung jawab atas kelalaian pemborong atau pegawai-pegawai pemborong yang berpengaruh langsung terhadap jalannya proyek. Kelalaian ini sepenuhnya adalah tanggung jawab pemborong. 8. Penolakan Hasil Pekerjaan Pemborong Pengawas lapangan berhak menolak pekerjaan yang dinilainya tidak sesuai dengan dokumen pekerjaan. Bila perlu pengawas lapangan berhak melakukan pemeriksaan khusus test-test seperlunya dengan mengabaikan bahwa pekerjaan sudah dibuat atau belum. 9. Berita Acara Pembayaran Daftar-daftar kekurangan dan cacat-cacat pekerjaan pada masa waktu pelaksanaan dan menentukan waktu serah terima pertama pekerjaan

10 15 dapat dilakukan dan mengawasi pelaksanaan pemeliharaan serta menerima surat-surat jaminan dari pemborong yang ditentukan dalam dokumen pelaksanaan dan menerbitkan berita acara pembayaran. Berdasarkan hasil pengawasan lapangan dan surat permintaan pembayaran dari pemborong maka konsultan manajemen konstruksi menerbitkan berita acara pembayaran yang menyebutkan jumlah yang berhak diterima pemborong. 10. Penyelesaian Perselisihan Segala klaim atau segala persoalan mengenai jalannya pelaksanaan menurut dokumen pelaksanaan, akan diselenggarakan oleh dan melalui konsultan pengawas atau manajemen konstruksi. Apabila keputusan tertulis konsultan pengawas atau manajemen konstruksi menyatakan bahwa keputusan adalah final namun masih dapat dimintkan himbauan, maka permintaan arbitrase tidak dapat diajukan setelah sepuluh hari sesudah kedua pihak mengetahui keputusan tersebut. 11. Pemutusan Hubungan Kerja Apabila pemberi tugas memutuskan hubungan kerja dengan konsultan pengawas maka pemilik akan menunjuk konsultan pengawas pengganti yang kemudian akan memiliki status dan hak serta kewajiban yang sama dengan konsultan pengawas sebelumnya Kontraktor Kontraktor adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk melakukan pekerjaan konstruksi bangunan. Kontraktor melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara konstruktual kepada

11 16 pemilik proyek dalam bentuk kontrak langsung, yaitu kontrak untuk melaksanakan seluruh pekerjaan dengan nilai kontrak tertentu, yang mengikat berdasarkan pada gambar rencana serta Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) dari dokumen pelelangan. Tugas dan wewenang kontraktor adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pembangunan sesuai dengan RKS dan gambar bestek. 2. Menyediakan tenaga ahli sebagai tenaga pelaksana di lapangan. 3. Menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. 4. Membuat rencana kerja (time schedule), man power dan jadwal pengadaan bahan yang sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan. 5. Menyerahkan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan yang disertai dengan RKS dan bestek. 6. Berhak menerima pembayaran. Pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan bila dibuat suatu pembagian tugas yang jelas antara bagianbagian institusi dalam proyek. 2.6 Tahapan Pelaksanaan Proyek Konstruksi Ketika suatu pekerjaan proyek memasuki tahap pelaksanaan, langkahlangkah persiapan yang dilakukan yaitu (Asiyanto, 2010) : a. Prosedur izin pelaksanaan pekerjaan Konsultan Pengawas Owner (Pemberi Tugas) Kontraktor

12 17 Persiapan mulai pekerjaan Diperiksa Mengajukan izin pelaksanaan Tembusan informasi Sesuai perencanaan Ya Tidak Mempersiapkan kembali Pelaksanaan pekerjaan Diperiksa Pekerjaan selesai Permintaan tes hasil pekerjaan Pengetesan Diperiksa Hasil tes Sesuai spec Ya Proses pelaksaan berikutnya Tidak Tembusan Perintah perbaikan/bongkar Proses perbaikan/bongkaran b. Prosedur perubahan pekerjaan Tembusan Gambar 2.1 Prosedur Izin Pelaksanaan Pekerjaan n pengawas r Permintaan perubahan pekerjaan Permintaan perubahan pekerjaan Permintaan perubahan pekerjaan Rekomendasi Evaluasi permintaan perubahan pekerjaan Persetujuan RAPAT PEKERJAAN prinsip PERUBAHAN Usulan perubahan pekerjaan dibatalkan

13 18 Membuat perhitungan biaya pekerjaan Sesuai spec RAPAT NEGOSIASI HARGA Konsep instruksi perubahan pekerjaan Gambar 2.2 Prosedur Perubahan Pekerjaan

14 19 c. Prosedur pengajuan contoh material Konsultan pengawas Owner Kontraktor Permintaan contoh material Menyediakan material Diperiksa Perlu konsultasi Ya Informasi tertulis Diperiksa Tidak Komentar / saran Review Sesuai spec Tidak Ya Review Sesuai spec Tidak Tembusan Ya Pemesanaan dan pelaksanaan Gambar 2.3 Prosedur Pengajuan Contoh Material 2.7 Definisi dan Batasan Rework

15 20 Rework yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi pekerjaan ulang. Beberapa definisi rework menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut. 1. Josepson et al (2002) mendifinisikan rework sebagai mengerjakan sesuatu paling tidak satu kali lebih banyak, yang disebabkan oleh ketidakcocokan dengan permintaan. 2. Menurut CIDA (Construction Industry Development Agency, 1995) rework adalah efek yang tidak perlu dari mengerjakan ulang suatu proses atau aktivitas yang diimplementasikan secara tidak tepat pada awalnya dan dapat ditimbulkan oleh kesalahan ataupun adanya variasi. 3. Menurut CII (Construction Industry Institute oleh tim penelitinya, Cause and Effect of Field Rework Research Team 153, 2000) rework adalah melakukan pekerjaan di lapangan lebih dari sekali ataupun aktivitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek.(love., Holt., Shen., Li., and Irani. 2002). 4. Fayek et al (2002) mendifinisikan rework adalah aktivitas di lapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, atau aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek luar sumber daya, dimana tidak ada change order yang dikeluarkan dan change of scope yang diidentifikasi. Sedangkan batasan atau hal-hal yang tidak termasuk rework adalah : (COAA, 2002)

16 21 1. Perubahan scope pekerjaan mula-mula yang tidak berpengaruh pada pekerjaan yang sudah dilakukan. Misalnya : Sebuah balok beton memiliki permukaan yang tidak rata, jika permukaan yang tidak rata tadi dihilangkan/dikikis maka hal ini akan tergolong rework, tetapi jika balok tadi ditambah tebalnya untuk menjadikan permukaan tadi rata maka akan tergolong sebagai perubahan scope pekerjaan mula-mula (change). 2. Perubahan desain atau kesalahan yang tidak mempengaruhi pekerjaan dilapangan. Misalnya : Terjadi kesalahan / perubahan spesifikasi keramik, tetapi pada saat perubahan diberikan ke kontraktor dan sampai di pekerja lapangan, proyek belum berjalan sampai pekerjaan keramik. Bisa juga disebut sebagai perubahan yang belum terlambat. 3. Penambahan ataupun penghilangan scope pekerjaan karena kesalahan disainer dan kontraktor. Misalnya : penambahan jumlah unit jendela, hal ini dilakukan dengan menambah satu pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. 4. Kesalahan fabrikasi off site yang kebetulan off site. Misalnya : Tiang pancang yang dipesan ukurannya tidak sesuai dengan ukuran yang diminta, tetapi hal itu diketahui sebelumnya dan diperbaiki sebelum dipasang. 5. Kesalahan fabrikasi on-site tapi tidak mempengaruhi aktivitas di lapangan secara langsung (diperbaiki langsung tanpa mengganggu jalannya aktivitas konstruksi). Misalnya : Pengerjaan konstruksi atap baja yang dilakukan didalam lokasi proyek tetapi sebelum dipasang telah diketahui adanya kesalahan sehingga dapat segera

17 22 diperbaiki sebelum dipasang dalam bangunan, dalam hal ini aktivitas pngerjaan konstruksi tidak terlambat. Dengan banyaknya pengertian yang diberikan oleh pakar, maka untuk penelitian ini diambil satu pengertian yang dirasa tepat, Rework didefinisikan sebagai aktivitas di lapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, atau aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek di luar sumber daya, di mana tidak ada change order yang dikeluarkan. Pengertian/identifikasi ini dirasa paling tepat karena menyertakan batasan bagi terjadinya rework. 2.8 Faktor-faktor Penyebab Rework Gambar 2.1 mengilustrasikan faktor-faktor penyebab rework yang diambil dari literature (Love et al, 1997 & 2000; Josepshon et al, 2002). Faktor-faktor ini dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor desain dan dokumentasi, faktor manajerial, dan faktor sumber daya (resources). Faktor yang terkait dengan desain dan dokumentasinya biasanya lebih langsung berhubungan dengan proses desain yang melibatkan desainer (konsultan) dan pemilik proyek. Sebagai contoh, Kesalahan dan permintaan perubahan pada desain yang baru diketahui setelah pekerjaan konstruksi berjalan dapat menyebabkan pihak kontraktor harus membongkar dan mengerjakan ulang pekerjaan yang sama (Winata & Hendarlim, 2004). Penelitian ini mengidentifikasikan enam faktor yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya.

18 23 Rework Desain& Dokumentasi Manajerial Sumber Daya Kesalahan Desain Jadwal yg terlalu padat Material salah kirim Pekerja kurang pengalaman Perubahan Desain Kurangnya kontrol Material terlambat Pekerja kurang pengetahuan Disain tidak jelas Kurangnya teamwork Buruknya alur informasi Banyaknya kerja lembur Keadaan digambar dg dilapangan tidak sesuai Kurangnya informasi lapangan Kurangnya antisipasi thd keadaan alam Salah prosedur kerja Kurangnya pengetahuan tentang karakter bahan Buruknya koordinasi dokumen Salah keputusan Kurangnya peralatan Gambar 2.4. Faktor-faktor penyebab Rework Sumber: Literatur Love et al, 1997 & 2000; Josepshon et al, 2002 A. Faktor yang Berkaitan Dengan Desain dan Dokumentasinya Berikut beberapa kesalahan dan perubahan yang dapat terjadi pada disain dan dokumentasi (Winata dan Hendarlim. 2004). a. Kesalahan desain Kesalahan disain bisa terjadi jika arsitek, drafter, konsultan, ataupun kontraktor yang menggambarkan sesuai kondisi / bagian dari proyek tidak sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya, yang pada akhirnya

19 24 gambar itu telah diturunkan di lapangan dan dikerjakan. Hal ini akan menyebabkan komplain dari pihak pemilik yang akhirnya menghasilkan rework. b. Perubahan Desain Perubahan desain biasanya dilakukan untuk memenuhi permintaan dari salah satu konsumen, diantaranya adalah pemilik, dengan tujuan untuk memenuhi keinginan mereka atas misalnya : operasional dari fasilitas yang dibangun, atau untuk menjaga agar proyek tetap berada dalam jangkauan anggaran. Selain oleh pemilik sebenarnya perubahan desain dapat juga disebabkan oleh : 1. Kontraktor untuk meningkatkan constructability dari fasilitas. 2. Supplier untuk memungkinkan pemakaian produk yang sudah ada (standard) atau untuk memudahkan mobilitas dari material baik ketika menuju proyek ataupun ketika didalam proyek. 3. Desainer untuk memenuhi modifikasi desain. 4. Sub-kontraktor untuk menghilangkan konflik dalam pengaturan pekerjaan. Bagaimanapun juga perubahan tidak selalu mengakibatkan rework, disini yang dimaksudkan perubahan adalah perubahan yang tidak dimaksudkan. Jika muncul perubahan selama konstruksi, perubahan tersebut dapat menghasilkan rework atau perubahan manajerial tergantung dari keputusan manajerial. Perubahan menyebabkan rework jika dilakukan upaya untuk mengikuti desain awal dan menghilangkan perubahan yang terjadi tadi, baik dengan mengadakan penambahan atau pengurangan. Sedangkan jika perubahan yang tidak

20 25 dimaksudkan ini akhirnya diikuti dengan perubahan manajerial yang memutuskan mengubah disain awal mengikuti perubahan yang terjadi maka tidak terjadi rework meskipun pada akhirnya terjadi pengubahan ataupun pengurangan. c. Desain tidak jelas Desain yang tidak jelas sering membuat mandor/pekerja mempunyai pengertian yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh desainer. Hal ini akhirnya mengakibatkan kesalahan yang menyebabkan rework, contoh : pengaturan kembali service karena bentrokan dari buruknya informasi yang diberikan dalam gambar. Disini rework dapat berupa klaim karena variasi jika secara langsung mempengaruhi jalannya proyek dan menyebabkan gangguan. d. Kurangnya pengetahuan terhadap karakter bahan Dalam penggunaan bahan-bahan bangunan juga perlu diperhatikan karakteristik dari bahan yang dipakai. Karena kadang ada bahan yang tidak bisa dipakai secara bersama karena ketidak cocokan karakteristik kedua bahan tersebut. e. Keadaan di gambar dengan di lapangan tidak sesuai Hal ini sering diakibatkan kurangnya penyelidikan mengenai keadaan lapangan. Terutama sering terjadi pada pekerjaan pondasi. f. Buruknya koordinasi disain dan dokumentasi. Dalam proyek sering ditemui adanya ketidakcocokan antara gambar struktur dan gambar arsitektur, selain itu juga koordinasi antara gambar konstruksi dan gambar dari bagian lain seperti bagian instalasi listrik maupun plambing. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pengerjaan karena

21 26 gambar-gambar tadi saling berbentrokan satu sama lain dalam pelaksanaannya. Hal ini mengakibatkan perlunya dilakukan pembongkaran untuk memperbaiki kesalahan tadi agar dapat dibuat sesuai dengan keinginan gambar dan hal ini adalah termasuk rework. B. Faktor yang Berkaitan Dengan Manajerial Berikut beberapa kesalahan dan perubahan yang dapat terjadi berkaitan dengan manajerial (Winata dan Hendarlim, 2004). a. Jadwal yang terlalu padat atau tekanan oleh waktu Tekanan oleh waktu adalah salah satu dasar penyebab terjadinya kesalahan, pelaksanaan konstruksi yang terburu-buru dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yang dapat mengakibatkan terjadinya rework. b. Kurangnya kontrol dalam pekerjaan Kurangnya pengontrolan oleh kontraktor dalam pengerjaan dapat mengakibatkan kualitas/hasil dari pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan perencanaan awal. Dalam hal ini bisa terjadi klaim dari owner dan akhirnya menimbulkan rework. c. Kurangnya kerjasama antara pemilik, disainer, kontraktor, supplier dan pihakpihak lain yang terkait (team work) Dengan kerjasama yang kurang baik antara semua pihak yang terlibat pada pekerjaan proyek konstruksi maka akan timbul kesenjangan dalam pelaksanaannya, sehingga hasil dari pekerjaan tidak optimal. d. Kurangnya informasi mengenai keadaan lapangan Kurangnnya informasi mengenai keadaan lapangan dapat menyebabkan pekerjaan terganggu dan bisa juga menimbulkan rework. Contohnya adalah

22 27 ketika pemancangan pondasi tiang ternyata didalam tanah ada pondasi dari bangunan yang terdahulu, sehingga pemacangan gagal dan terjadilah rework karena harus mengulangi pemancangan ditempat tadi. e. Material salah kirim Jika bahan yang tidak sesuai dengan permintaan tadi terlanjur dipasang maka perlu dilakukan pembongkaran untuk memperbaikinya hal ini disebut rework. f. Material terlambat Misalnya pada proses pengecoran beton. Dua truk pengangkut telah tiba terlebih dahulu dan diadakan pengecoran, lalu truk berikutnya terlambat datang sehingga menyebabkan beton terlanjur setting. Hal ini akan membuat perlunya diadakan proses lebih lanjut untuk bisa melanjutkan pengecoran pada bagian yang belum selesai karena sebagian telah terlanjur setting. g. Buruknya alur informasi baik formal maupun informal Mengenai alur informasi contohnya adalah sebagai berikut ; masalah dalam konstruksi West Gate Bridge, Victoria, Australia, yang mengakibatkan robohnya pada tahun 1976: tidak ada yang memberitahu (tim konstruksi) bahwa komponen (box girder) tidak boleh dipaksa untuk tersambung. Bila mereka tidak tersambung atau tidak cocok mereka harus dimodifikasi. Konsultan tidak berusaha untuk memastikan bahwa kontraktor mengerti filosofi desain dan bahwa metode konstruksi yang lama tidak dapat digunakan. Mereka juga tidak memeriksa konstruksinya untuk melihat apakah telah dikerjakan dengan benar. h. Kurangnya antisipasi terhadap perubahan keadaan eksternal (alam)

23 28 Misalnya pada saat proses pengecoran tiba-tiba hujan dan pada saat tidak tersedia terpal untuk menutupi cor-coran sehingga menjadi rusak. C. Faktor yang Berkaitan Dengan Sumber Daya (Resource) Berikut beberapa kesalahan dan perubahan yang dapat terjadi pada sumber daya (Winata dan Hendarlim. 2004). a. Pekerja kurang pengalaman Pengalaman yang kurang biasanya menghasilkan pekerjaan yang kurang baik dan memerlukan perbaikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan. b. Pekerja kurang pengetahuan Pengetahuan pekerja yang kurang mengenai apa yang dikerjakan dapat menyebabkan kesalahan dalam pekerjaan, contoh : kurangnya pengetahuan mengenai pemakaian alat penggetar beton (digunakan untuk meratakan corcoran) dapat menyebabkan kualitas beton yang dihasilkan jelek. c. Banyaknya kerja lembur Dengan banyaknya jam kerja lembur akan mengakibatkan pekerja mengalami kelelahan. Kelelahan ini dapat menyebabkan kualitas pekerjaan seseorang kurang dan akibatnya sering terjadi kesalahan dalam bekerja yang mengakibatkan rework. d. Salah prosedur kerja Pekerjaan yang tidak sesuai prosedur tentu saja akan menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang lebih buruk, dan hal ini seringkali memerlukan perbaikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan.

24 29 e. Salah keputusan Seringkali jika dihadapkan pada situasi yang mendesak, misalnya karena jadwal yang padat, pekerja lapangan harus mengambil keputusan sendiri mengenai apa yang mereka kerjakan. Terkadang keputusan mereka itu salah dan mengakibatkan hasil yang berbeda dari keinginan desainer ataupun kontraktor. f. Kurangnya peralatan 2.9 Kajian dan Analisis Data Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti (Sugiyono, 2011) Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

25 30 tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili (Sugiyono, 2011) Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Pada dasarnya teknik sampling dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling. Teknik Sampling Probability sampling Non Probability sampling 1. Simpel random sampling 2. Proportionate stratified random sampling 3. Disproportionate stratified random sampling 4. Area (Cluster) sampling (sampling menurut daerah) 1. Sampling sistematis 2. Sampling kuota 3. Sampling insidential 4. Purposive sampling 5. Sampling jenuh 6. Snowball sampling Gambar 2.5 Macam-macam Teknik Sampling Sumber : Sugiyono, 2012

26 31 1. Probability Sampling Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang termasuk dalam probability sampling adalah : a. Simple Random Sampling Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. b. Proportionate Stratified Random Teknik ini dilakukan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. c. Disproportionate Stratified Random Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. d. Area (Cluster) Sampling (Sampling Menurut Daerah) Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

27 32 2. Non Probability Sampling Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi: a. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberikan nomer urut. b. Sampling Kuota Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. c. Sampling Insidental Sampling insidential adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidential bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. d. Purposive Sampling Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang akhli makan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah maka sampel

28 33 sumber datanya adalah orang yang akhli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitianpenelitian yang tidak melakukan generalisasi. e. Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin memebuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. f. SnowballSampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju uyang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat dilengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982;253) dalam Sugiyono (2012) memberikan saran-saran mengenai ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut.

29 34 1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-swasta, dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30 orang. 3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariante (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok konstrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing kelompok antara 10 s/d 20 orang Skala Pengukuran Penelitian Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan mengasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran maka nilai variabel yang diukur dengan instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efesien dan komunikatif (Sugiyono, 2011). Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan dan sosial antara lain adalah (Sugiyono, 2012) : 1. Skala Likert

30 35 Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertayaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skal likert mempunyai gradasi dari sangat postif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata, yakni : a. Sangat Besar : 5 b. Besar : 4 c. Sedang : 3 d. Kecil : 2 e. Sangat Kecil : 1 Atau juga dapat berupa kata-kata: a. Sangat Setuju : 5 b. Setuju : 4 c. Ragu-ragu : 3 d. Tidak Setuju : 2 e. Sangat tidak Setuju : 1 2. Skala Guttman Sakal pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, dan lain-lain. 3. Semantic Defferensial

31 36 Skala pengukuran yang berbentuk semantic differensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilih ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat posistifnya terletak dibagian kiri garis dan jawaban sangat negative terletak di bagian kanan garis. 4. Rating Scale Dari ketiga skala pengukuran seperti pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Sebelum dibagikan kepada responden, kuesioner dites lebih dahulu untuk kelayakannya. Untuk menguji kuesioner digunakan uji validitas dan reliabilitas. a. Uji Validitas Suatu instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan dan juga diungkapkan data dari variabel yang diteliti dengan tepat. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor variabel tersebut dengan menggunakan teknik korelasi product momen pearson, dengan rumusan sebagai berikut (Sugiyono2011 : 228) rxy = N. XY ( X)( Y) { N( X 2 ) ( X) 2 } { N( Y 2 ) ( Y) } 2 (2.1)

32 37 Keterangan : N = Ukuran Sampel X = Nilai per Butir Y = Total Skor dari masing-masing butir pernyataan Dasar pengambilan keputusan dalam uji validitas pada analisis menggunakan SPSS dilakukan dengan memperhatikan angka keluaran pada kolom Corrected Item Total Correlation (r) yaitu : a. Butir pertanyaan dikatakan valid jika angka yang tertulis pada kolom tersebut bernilai positif dan lebih besar dari nilai r tabel (>rtabel). b. Bila butir pertanyaan bernilai negative dan/atau bernilai lebih kecil dari r table, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid, sehingga butir pertanyaan diperbaiki dan proses validasi diulang kembali (<rtabel). b. Reliabilitas Reliabilitas merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrument itu digunakan oleh kelompok orang atau orang yang sama dalam waktu berlainan atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau waktu yang berlainan. Karena hasil konsisten, maka instrument dapat dipercaya (reliable) atau dapat di andalkan (Sugiyono, 2011).

33 38 r = k σi² (1 ) (2.2) k 1 σ² Keterangan : r = Reliabilitas k = Banyaknya pertanyaan Ʃσ² = Varian butir σ² = Varian skor tes Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil dari hasil analisis maka dapat berpedoman pada ketentuan pada Tabel 2.1 sebagai berikut (Sugiyono, 2011). Tabel 2.1 Tabel interpretasi koefisien korelasi Alpha Cronbach Interpretasi 0,00-0,199 Sangat rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat kuat

34 Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis atau membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2011) Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik Multivariate yang bertujuan untuk mereduksi data. Proses analisis faktor digunakan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa berbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Analisa faktor juga dapat dipakai untuk mengidentifikasi dan menemukan beberapa konsep faktor utama, atau biasa disebut exploratory factor analysis (Johnson, 2002). Adapun rumusan yang digunakan dalam analisis faktor adalah (Supranto, 2004) : Fi = Wi1 X1 + W2i X2 + Wi3 X3 + + Wik Xk (2.3) Keterangan : Fi : Perkiraan factor ke I (didasarkan pada nilai variabel X dengan koefisen Wi) Wi : Weight atau koefisien nilai factor ke i

35 40 k : Banyaknya variabel 1. Memilih variabel yang layak untuk analisis faktor Logika pengujian adalah, jika sebuah variabel memang mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk kelompok faktor, maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain (Santoso, 2012). Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan, nilai KMO dan MSA. a. Nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin) Untuk menguji kesesuaian analisa faktor maka di gunakan nilai KMO nilai tersebut harus lebih besar dari 0.5 dengan signifikasi <0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunkan. Nilai KMO yang lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor tidak layak digunakan. Karena analisis faktor berupaya untuk mengelompokkan sejumlah variabel maka seluruhnya ada korelasi yang cukup kuat diantara masing-masing variabel, jika variabel berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat ukur seperti MSA (Meassures of Sampling Adequency) dapat digunakan untuk persyaratan ini, yaitu nilai MSA dari masing-masing variabel harus lebih besar dari 0,5. b. Nilai MSA (Measure of Sampling Adequancy)

36 41 Tujuan pengukuran MSA adalah untuk mementukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak (Wibisono, 2000). Nilai MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan kriteria (Singgih, 2012) : 1. MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain. 2. MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. 3. MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. 2. Susun Ekstraksi Variabel Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel menjadi beberapa kelompok faktor, dengan menggunakan metode PCA (Principal Component Analysis). Penentuan terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan dengan melihat nilai eigen yang menyatakan kepentingan relative masing-masing faktor dalam menghitung varian dari variabelvariabel yang di analisis. Nilai eigen (eigen value) dibawah 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk (Singgih, 2012). faktor kedua memiliki kemampuan mejelaskan lebih tinggi dari pada kelompok faktor ketiga dan seterusnya (Wibisono, 2000). Atau dengan kata lain, faktor-faktor yang telah diekstraksi sedemikian rupa, menerangkan bahwa faktor pertama menyumbang terbesar terhadap seluruh varian dari seluruh varian asli, faktor kedua menyumbang terbesar kedua, faktor ketiga menyumbang terbesar ketiga dan begitu seterusnya. 3. Rotasi Kelompok Faktor

37 42 Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks komponen akan menunjukan distribusi variabel-variabel pada sejumlah kelompok faktor yang terbentuk. Angka-angka pada kelompok faktor tersebut disebut loading factor yang menunjukan besarnya korelasi antara variabel dan kelompok faktor. Suatu variabel akan masuk ke suatu kelompok faktor berdasarkan loading factor terbesar yang dimilikinya yang dapat dilihat pada matriks komponen masih kurang jelas dalam menggambarkan perbedaan diantara kelompok faktor yang ada. Sehingga untuk menjelaskan maka dilakukan proses rotasi yang menghasilkan matriks komponen rotasi (Rotated Component Matrix).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Batasan Rework Kata rework bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dapat berarti sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Di dalam suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan orang-orang yang terlibat di dalam proyek itu sendiri. Menurut Soeharto (1997),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005).

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan kata rework beberapa di antaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan kata rework beberapa di antaranya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Rework Ada beberapa ahli yang mendefinisikan kata rework beberapa di antaranya sebagai berikut: 1. Rework sebagai proses mengerjakan suatu bahan bangunan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada penelitian yang disajikan oleh Peter E. D. Love, David J. Edwards, Hunna Watson, dan Peter Davis dalam makalah Rework in Civil Infrastructure Projects:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata rework dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata rework dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Rework Kata rework dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai mengolah lagi; mengerjakan ulang, dan akan seterusnya dipakai. Beberapa definisi rework

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MALANG Kusnul Prianto 2

ANALISA FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MALANG Kusnul Prianto 2 ANALISA FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MALANG Kusnul Prianto 2 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuifaktor apa sajakah yang menyebabkan pekerjaan ulang pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual English First Bogor adalah lembaga kursus bahasa Inggris yang menggunakan tenaga pengajar penutur asli bahasa Inggris, memiliki jadwal kursus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dimana suatu penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dimana suatu penelitian yang 27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dimana suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Kabupaten Manggarai Barat Kabupaten Manggarai Barat merupakan hasil Pemekaran wilayah administratif Kabupaten Manggarai, melalui UU RI NO. 8 Tahun 2003. Hasil pemekaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah studi yang meneliti tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan di restoran Tairyo Indonesia yang terletak di

Lebih terperinci

ANALISIS REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG REWORK ANALYSIS IN BUILDING CONSTRUCTION PROJECTS IN THE DISTRICT BADUNG

ANALISIS REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG REWORK ANALYSIS IN BUILDING CONSTRUCTION PROJECTS IN THE DISTRICT BADUNG ANALISIS REWORK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG Nana Sutrisna 1, I N. Arya Thanaya 2, I Gst. Ketut Sudipta 2 Abstrak: Rework tidak dapat dihindari dari dunia konstruksi, Rework dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul yang diangkat yaitu: Pengaruh Promosi, Harga, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul yang diangkat yaitu: Pengaruh Promosi, Harga, dan 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Berdasarkan judul yang diangkat yaitu: Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota Avanza. PT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14 Surakarta kelas VII Tahun Pelajaran 2015/2016.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini jenis yang digunakan adalah kuantitatif, karena jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini jenis yang digunakan adalah kuantitatif, karena jenis BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis yang digunakan adalah kuantitatif, karena jenis kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah perhitungan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry.

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah konsumen di kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU TABRANI 1 Arifal Hidayat, MT 2 dan Anton Ariyanto, M.Eng 2 Program

Lebih terperinci

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 5.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai pelaksanaan survey untuk kemudian datanya dianalisa. Mulai dari kuisioner tahap I yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Skema Langkah-langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Skema Langkah-langkah Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Skema Langkah-langkah Penelitian Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode studi lapangan, wawancara dan penyebaran kuisioner yang dilakukan di lapangan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada hakekatnya penelitian merupakan wadah untuk mencari kebenaran atau untuk memberikan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proyek Menurut Yamit (2000), setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan awal dan memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain setiap pekerjaan yang dimulai pada waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI 7.1 Pengertian Manajemen Konstruksi Manajemen adalah suatu metode atau teknik untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui

Lebih terperinci

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh dimensi kualitas layanan dalam. menciptakan Word of Mouth (WOM) pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh dimensi kualitas layanan dalam. menciptakan Word of Mouth (WOM) pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar 37 III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh dimensi kualitas layanan dalam menciptakan Word of Mouth (WOM) pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lingkup Penelitian Pada bab ini akan dibahas metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi penelitian,

Lebih terperinci

POPULASI, SAMPEL DAN SUBJEK PENELITIAN

POPULASI, SAMPEL DAN SUBJEK PENELITIAN POPULASI, SAMPEL DAN SUBJEK PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi adalah suatu kelompok besar yang menjadi objek penelitian yang di dalamnya terdapat manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah level of explanation yaitu penelitian deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Siregar (2013, p.15)

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Selamat membaca, mempelajari dan memahami Selamat membaca, mempelajari dan memahami Materi kuliah elearning Metode Penelitian Kuantitatif POPULASI DAN SAMPEL Oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S Fakultas Psikologi UMBY Populasi Adalah wilayah generalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif. Menurut Sugiyono (2008:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif. Menurut Sugiyono (2008: BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif. Menurut Sugiyono (2008: p55), penelitian assosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian korelasional. Menurut Kuncoro (2003) penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian sangat diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, dimana metode ini merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2).

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilimiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). Tujuan adanya metode

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tentang sesuatu hal objektives, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tentang sesuatu hal objektives, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2010 : 13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif, melalui penyebaran kuesioner (angket) kepada responden. Teknik penggunaan angket adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh pemanfaatan fasilitas perpajakan Sunset Policy terhadap tingkat

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh pemanfaatan fasilitas perpajakan Sunset Policy terhadap tingkat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang digunakan 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah mengenai pengaruh pemanfaatan fasilitas perpajakan Sunset Policy

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan pengamatan dilapangan, merumuskan masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka

BAB 2 LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Istimawan Dipohusodo (1996:4) menyatakan bahwa proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan di dalamnya merupakan salah satu upaya manusia

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK 2.1 DATA PROYEK A. Lokasi Proyek Proyek Apartemen Green Bay dibangun di atas pantai,lalu di urug dengan tanah dengan luas total sebesar m2 127.881 dengan detail

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisa pada data angka yang

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN 27 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Sumber Data 3.1.1 Data Primer Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti Sanusi ( 2014 : 104). Data primer dalam penelitian

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 VARIABEL, POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING PENELITIAN. sampel, dan teknik sampling penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus

PERTEMUAN 12 VARIABEL, POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING PENELITIAN. sampel, dan teknik sampling penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus PERTEMUAN 12 VARIABEL, POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING PENELITIAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai variabel, populasi, sampel, dan teknik sampling penelitian. Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal. Menurut Umar (2008 : 5), desain penelitian kausal merupakan penelitian

Lebih terperinci

MENULIS PROPOSAL PENELITIAN: METODE PENELITIAN KUANTITATIF (PART IV)

MENULIS PROPOSAL PENELITIAN: METODE PENELITIAN KUANTITATIF (PART IV) SMART WRITER MENULIS PROPOSAL PENELITIAN: METODE PENELITIAN KUANTITATIF (PART IV) MUFID, S.AG., SS., M.HUM Disampaikan pada kegiatan pelatihan Smart Writer: Penulisan Proposal Penelitian yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL POPULASI DAN SAMPEL Dalam usaha meningkatkan suasana akademik yang maksimal dikampus, khususnya untuk mata kuliah metode penelitian dan penulisan skripsi, serta untuk menumbuhkan rasa pengalaman belajar,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di SMK Negeri 9 Garut, Jl. Raya Bayongbong Km.7 Desa Panembong Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan (Sumadi Suryabrata, 000:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Desain Penelitian Berdasarkan dari permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Larissa Aesthetic Center Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Larissa Aesthetic Center Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek penelitian ini adalah Larissa Aesthetic Center Semarang. 3.2 Populasi dan Sampling Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah usaha batik yang ada di Kabupaten Sleman. Sedangkan subyek yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penulis melakukan pengamatan di Katering Sarahfie yang berlokasi di Jalan Cipagalo Girang No. 47 Bandung. Dimana penelitian langsung dilakukan terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden Pada penelitian ini, peneliti telah menyusun profile responden yang dibagi kedalam beberapa macam, yakni berdasarkan: 1. Nama pusat kebugaran langganan responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN - Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka kerja atau rencana untuk mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data Donald R. Copper dan C. William Emory (2002, p122).

Lebih terperinci

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan pada pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid,

BAB III METODE PENELITIAN. mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid, BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU

PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU Hendra (1) Arifal Hidayat, ST,MT (2) Arie Syahruddin S, ST (2) Program Studi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2007) dalam penelitian ini, jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2007) dalam penelitian ini, jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2007) dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Definisi Populasi: Keseluruhan wilayah subjek penelitian Meliputi jumlah, karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti

Definisi Populasi: Keseluruhan wilayah subjek penelitian Meliputi jumlah, karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti Afid Burhanuddin, M.Pd. Definisi Populasi: Keseluruhan wilayah subjek penelitian Meliputi jumlah, karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti Sampel: Sebagian atau wakil populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplanatori (eksplanatory

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplanatori (eksplanatory 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplanatori (eksplanatory research). Penelitian eksplanatory bermaksud menjelaskan hubungan kausal antara

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) Objek penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. informasi-informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. informasi-informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian dan definisi operasional 1. Variabel Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana menggabungkan antara dua metode, yaitu metode deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset kausal. Riset kausal merupakan riset yang memiliki tujuan utama membuktikan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti harus menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih BMT Sidogiri pasuruan yang berada di jalan sidogiri barat RT 003/02, kraton kabupaten pasuruan.obyek yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Hos Cokroaminoto Ruko Grogol C2, Pekalongan. Alasan dipilihnya toko

BAB III METODE PENELITIAN. Hos Cokroaminoto Ruko Grogol C2, Pekalongan. Alasan dipilihnya toko 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil objeknya adalah Toko Arjuna Motor Jl. Hos Cokroaminoto Ruko Grogol C2, Pekalongan. Alasan dipilihnya toko ini sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2014:6) metode penelitian adalah Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid yang bertujuan dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian explanatory atau penelitian tingkat penjelasan. Berdasarkan jenis penelitian explanatory

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat descriptive research. Descriptive Research bertujuan menguji hipotesis penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Martha Tilaar Salon Day Spa Bogor tepatnya terletak di Jalan Pemuda No. 7 Bogor. Waktu penelitian adalah bulan April-Juni 2011

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pijakan dari serangkaian pelaksanaan kegiatan dalam penelitian. Memilih

BAB III METODE PENELITIAN. pijakan dari serangkaian pelaksanaan kegiatan dalam penelitian. Memilih BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian memerlukan sebuah pendekatan yang digunakan sebagai pijakan dari serangkaian pelaksanaan kegiatan dalam penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2008:11), penelitian asosiatif/ hubungan adalah penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya 44 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Pada Bandung. Dalam penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode bagi suatu penelitian merupakan suatu alat didalam pencapaian suatu tujuan untuk memecahkan suatu masalah. Metode penelitian (Sugiyono, 2010:2) pada

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah kegiatan dalam suatu proyek sebagai penilaian yang bertujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan pedoman perencanaan yang telah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian menurut metode, penulis menggunakan penelitian survey. Menurut Siregar (2013 : 10), Penelitian survey adalah penelitian yang tidak melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegagalan pada Proyek Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dalam hal ini adalah pengguna (Dosen dan Operator) Sistem Informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dalam hal ini adalah pengguna (Dosen dan Operator) Sistem Informasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pusat penelitian. Objek penelitian dalam hal ini adalah pengguna (Dosen dan Operator) Sistem Informasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

Lebih terperinci

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen 69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah

Lebih terperinci