BAB IV HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah indeks harga saham gabungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah indeks harga saham gabungan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah indeks harga saham gabungan (JSX dan IDX), indeks Dow Jones (DJIA), indeks FTSE (FTSE), indeks Nikkei (N225), indeks StraitTimes (STI), dan Indeks Hangseng (HANGSENG) sejak 1 Januari 2006 hingga 31 Desember 2008 untuk JSX dan kurun waktu yang digunakan untuk penelitian dengan variable tetap IDX dilakukan sejak 1 Januari 2009 sampai dengan 30 Juni Data harian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dimana indeks DJIA, indeks FTSE, indeks N225, indeks STI, indeks HANGSENG dan indeks JSX serta indeks IDX sama-sama mengalami pergerakan. Data tidak dipakai apabila ada salah satu indeks tersebut tidak aktif (hari libur) dan data mengenai indeks DJIA, indeks FTSE, indeks N225, indeks STI, indeks HANGSENG dan indeks JSX serta indeks IDX pada saat harga penutupan yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. IV.2. IV.2.1. Analisis dan Pembahasan Analisis Statistik Deskriptif Statistika deskriptif merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan data sampel yang digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat diketahui nilai rata-rata, maksimum, minimum, standar deviasi dan keterangan lainnya dari data indeks JSX, indeks IDX, indeks DJIA, indeks FTSE, indeks N225, indeks STI, dan indeks HANGSENG. 75

2 76 Analisis ini berguna sebagai alat untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan sampel yang telah ada tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Hasil pengujian dapat dilihat berikut ini: Tabel IV.1 Statistik Deskriptif untuk JSX dan IDX Y_JSX DJI FTSE N225 STI HANGSENG Mean Median Maximum Minimum Std. Dev Jarque-Bera Probability Observations IDX DJI FTSE N225 STI HANGSENG Mean Median Maximum Minimum Std. Dev Jarque-Bera Probability Observations Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan hasil pengujian di atas tampak bahwa Observations = 648 dan 108 berarti jumlah data yang valid adalah 648 sampel JSX, DJIA, FTSE, N225, STI, dan HANGSENG serta 108 sampel IDX, DJIA, FTSE, N225, STI, dan HANGSENG. Mean adalah nilai rata-rata dari sejumlah data yang dianalisis pada periode tertentu, nilai ini menunjukan nilai dari indeks ketika berada dalam kondisi yang stabil. Nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari indeks yang merupakan puncak dari fase bullish pada periode tertentu. Nilai minimum adalah nilai terendah dari indeks yang merupakan bottom

3 77 dari fase bearish pada suatu periode tertentu. Standar deviasi adalah suatu nilai yang menunjukkan variasi, penyimpangan atau dispersi nilai indeks yang dianalisis pada periode tertentu. Pada tabel IV.1 terlihat nilai rata-rata (mean) JSX dari sampel yang diteliti adalah sebesar 1, Nilai maksimum JSX adalah 2, yaitu pada 9 Januari 2008, sedangkan nilai minimum JSX adalah 1, yaitu pada 28 Oktober Standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari JSX sebesar Nilai indeks Dow Jones mempunyai nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar 11, Nilai maksimum sebesar 14, seperti yang tercatat pada tanggal 21 September 2007, kemudian memiliki nilai minimum 7, yaitu pada tanggal 20 November Besarnya standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari Dow Jones sebesar 1, Nilai Indeks FTSE memiliki nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar 5, Nilai maksimum sebesar 6,732.4 yaitu pada 29 Mei 2007, kemudian nilai minimum 3,781 yaitu pada 21 November Besarnya standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari FTSE sebesar Nilai Indeks N225 memiliki nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar 15, Nilai maksimum sebesar 18, yaitu pada 9 Juli 2007, kemudian nilai minimum 7,162.9 yaitu pada 27 Oktober Besarnya standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari N225 sebesar 2, Nilai Indeks STI memiliki nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar 2, Nilai maksimum sebesar 3, yaitu pada 11 Oktober 2007,

4 78 kemudian nilai minimum 1, yaitu pada 24 Oktober Besarnya standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari STI sebesar Nilai HANGSENG memiliki nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar 20, Nilai maksimum sebesar 31, yaitu pada 17 Oktober 2007, nilai minimum 11, yaitu pada 23 Oktober Besarnya Standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari HANGSENG sebesar 4, dimana angka tersebut adalah yang terbesar diantara indeks lain yang menandakan indeks HANGSENG memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibanding indeks lainnya. Sedangkan untuk penelitian dalam jangka waktu IDX, terlihat nilai rata-rata (mean) IDX dari sampel yang diteliti adalah sebesar 1, Nilai maksimum IDX adalah 2, yaitu pada 10 Juni 2009, sedangkan nilai minimum IDX adalah 1, yaitu pada 2 Maret Standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari IDX sebesar Nilai Indeks Dow Jones mempunyai nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar Nilai maksimum sebesar 9,015.1 yaitu pada 6 Januari 2009, kemudian memiliki nilai minimum 6, yaitu pada 5 Maret Besarnya standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari Dow Jones sebesar Nilai Indeks FTSE memiliki nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar 4, Nilai maksimum sebesar 4,638.9 yaitu pada 6 Januari 2009, kemudian nilai minimum 3,512.1 yaitu pada 3 Maret Besarnya standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari FTSE sebesar Nilai Indeks N225 memiliki nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar 8, Nilai maksimum sebesar 10, yaitu pada 12 Juni 2009, kemudian

5 79 nilai minimum 7, yaitu pada 10 Maret Besarnya standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari N225 sebesar Nilai Indeks STI memiliki nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar 1, Nilai maksimum sebesar 2, yaitu pada 5 Juni 2009, kemudian nilai minimum 1, yaitu pada 10 Maret Besarnya standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari STI sebesar Nilai HANGSENG memiliki nilai rata-rata (mean) dari sampel yang diteliti adalah sebesar 15, Nilai maksimum sebesar 18, yaitu pada 12 Juni 2009, nilai minimum 11, yaitu pada 10 Maret Besarnya Standar deviasi atau penyimpangan yang terjadi dari HANGSENG sebesar 2, , yaitu yang paling tinggi dibanding indeks lain dan sejalan dengan penelitian dengan rentang waktu JSX sehingga indeks HANGSENG memiliki risiko penyimpangan yang lebih besar dibanding indeks lainnya. IV.2.2. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan penggunaan model regresi dan kelayakan variabel bebas. Menurut Winarno (2007:5.1) masalah yang sering dijumpai dalam analisis regresi dan korelasi adalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Dengan software EViews 5.1 uji asumsi klasik dapat dilakukan secara terintegrasi dengan pengujian model yang bersangkutan. Hal ini jelas sangat memudahkan pengguna dan meningkatkan efisiensi. Untuk uji normalitas, dalam Eviews 5.1 uji tersebut sudah digabungkan dengan uji statistic deskriptif yang dapat dilihat dari nilai probabilitas

6 80 Jarque-Bera yang harus lebih besar dari 0.05 dengan tingkat keyakinan 95%. Dan nilai Jarque-Bera yang lebih kecil dari 2. Dari tabel IV.1. dapat dilihat bahwa nilai probabilitas Jarque-Bera untuk JSX menunjukkan bahwa data telah normal: Jarque-Bera Probability Sama halnya dengan nilai probabilitas Jarque-Bera untuk IDX yang menunjukkan data telah normal: Jarque-Bera Probability IV Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen, model regresi yang baik seharusnya tidak mengandung multikolinearitas. Jika korelasi kuat terjadi antara variabel independen maka terjadi masalah multikolinearitas. Dalam penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dilakukan dengan correlation matrix test. Dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolinearitas adalah : 1. Dalam model regresi berganda tidak terdapat multikolinearitas, apabila memiliki nilai korelasi kurang dari 0,5 dalam correlation matrix test. 2. Dalam model regresi berganda terdapat multikolinearitas, apabila memiliki nilai korelasi lebih dari 0,5 dalam correlation matrix test. Hasil correlation matrix test dapat dilihat pada Tabel IV.2

7 81 Tabel IV.2 Correlation Matrix Test untuk JSX dan IDX Y_JSX DJI FTSE HANGSENG N225 STI Y_JSX DJI FTSE HANGSENG N STI IDX DJI FTSE N225 STI HANGSENG IDX DJI FTSE N STI HANGSENG Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Hasilnya menunjukan terjadi multikolinearitas, karena nilai korelasi pada penelitian periode waktu JSX antara: DJIA dengan FTSE sebesar 0,916329, DJIA dengan HANGSENG sebesar , DJIA dengan N225 sebesar , DJIA dengan STI sebesar , FTSE dengan HANGSENG sebesar , FTSE dengan N225 sebesar , FTSE dengan STI sebesar , HANGSENG dengan STI sebesar , dan N225 dengan STI sebesar , serta nilai korelasi pada penelitian periode waktu IDX antara: DJIA dengan FTSE sebesar 0,944909, DJIA dengan HANGSENG sebesar , DJIA dengan N225 sebesar , DJIA dengan STI sebesar , FTSE dengan HANGSENG sebesar , FTSE dengan N225 sebesar , FTSE dengan STI sebesar , HANGSENG dengan N225 sebesar , HANGSENG dengan STI sebesar , dan N225 dengan STI sebesar Dengan terdeteksinya multikolinearitas, untuk mengetahui pengaruh indeks

8 82 DJIA, indeks FTSE, indeks N225, indeks STI dan indeks HANGSENG terhadap JSX dan IDX pemodelan dibuat untuk masing-masing indeks terhadap JSX dan IDX, sebagai berikut: JSX = α + β 1 DJIA + e JSX = α + β 2 FTSE + e JSX = α + β 3 N225 + e JSX = α + β 4 STI + e JSX = α + β 5 HANGSENG + e IDX = α + β 1 DJIA + e IDX = α + β 2 FTSE + e IDX = α + β 3 N225 + e IDX = α + β 4 STI + e IDX = α + β 5 HANGSENG + e IV Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Suatu model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi terdapat heteroskedastisitas pada model regresi dapat dilakukan uji white. Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat dari nilai probability untuk Obs*Rsquared, jika nilai probability lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat heteroskedastis. Untuk pengolahan dengan software EViews 5.1 masalah heteroskedastisitas dapat di atasi dengan mudah, yaitu dengan menggunakan pemodelan ARCH (Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity) atau GARCH (Generalized Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity). Pemodelan dengan ARCH/GARCH secara langsung dapat mengatasi

9 83 heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari hasil uji hipothesis pada sub bab IV IV Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Panduan yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi akan dipakai besaran Durbin- Watson (D-W) yang secara umum dapat diambil patokan: 1. angka D-W; 0 1,10 berarti ada autokorelasi yang positif 2. angka D-W; 1,54 2,46 berarti tidak ada autokorelasi 3. angka D-W; 2,90-4 berarti ada autokorelasi negatif. Untuk uji autokorelasi dengan EViews 5.1 nilai D-W terintegrasi dengan output dari model regresi yang bersangkutan, jadi tidak perlu dilakukan pengujian secara khusus. IV.2.3. IV Uji hipotesis Granger Causality Test Uji kausalitas granger merupakan pengujian untuk melihat bentuk hubungan antar variabel (searah atau simultan). Pengujian ini dilakukan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Dasar yang dapat digunakan untuk menentukan apakah terjadi hubungan searah atau simultan yaitu nilai probability untuk uji yang bersangkutan. Jika kedua nilai probability lebih kecil dari 0.05 maka hasilnya adalah

10 84 hubungan yang simultan. Jika hanya salah satu nilai probability yang lebih kecil dari 0.05 maka hasilnya adalah hubungan searah. IV Analisa hubungan JSX, IDX dan DJIA berikut ini: Hasil granger causality test untuk JSX, IDX, dan DJIA dapat dilihat pada Tabel IV.3 Tabel IV.3 Granger Causality Test JSX, IDX dan DJIA Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability DJI does not Granger Cause Y_JSX E-13 Y_JSX does not Granger Cause DJI Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability DJI does not Granger Cause IDX IDX does not Granger Cause DJI Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan hasil pengujian kausalitas granger (granger causality test) dapat disimpulkan bahwa DJIA mempunyai pengaruh terhadap JSX pada α = 5%, dimana nilai probability = 5.0E-13; lebih kecil dari 0,05. Sedangkan JSX tidak mempunyai pengaruh terhadap DJIA, dimana nilai probability = 0,16572; lebih besar dari 0,05. Sedangkan untuk pengujian granger pada variabel IDX dapat disimpulkan bahwa IDX dan DJIA saling

11 85 mempengaruhi (hubungan pengaruh 2 arah) yang dinilai dari hasil probabilitas DJIA terhadap IDX pada α = 5%, dimana nilai probability = ; lebih kecil dari 0,05 dan hasil probabilitas IDX terhadap DJIA pada α = 5%, dimana nilai probability = 0,01654; juga lebih kecil dari 0,05. Dari output EViews pada Tabel IV.3 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara DJIA dan JSX adalah searah dan tidak simultan. Dengan demikian pemodelan yang akan digunakan untuk menunjukkan hubungan tersebut adalah model regresi dan hubungan antara DJIA dan IDX adalah dua arah dan dengan demikian pemodelan yang digunakan adalah model Vector Auto Regression (VAR). Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagus (2008), dimana developed market mempengaruhi emerging market sesuai contagion effect theory. Indonesia sebagai salah satu emerging market tentunya belum memiliki kemampuan untuk mempengaruhi Amerika Serikat (AS) sebagai developed market. Hal ini terlihat dari Indeks Dow Jones (DJIA) yang secara jelas mempengaruhi pergerakan JSX, tetapi JSX tidak dapat mempengaruhi DJIA. Hal itu dikarenakan New York Stock Exchange (NYSE) sebagai acuan utama dari bursa efek lain di seluruh dunia memiliki kapitalisasi pasar yang jauh lebih besar daripada BEI, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perekonomian AS tidak dipengaruhi oleh Indonesia, sedangkan Indonesia secara makro sangat tergantung pada AS, karena AS sampai saat ini masih merupakan salah satu tujuan ekspor utama Indonesia, jadi secara tidak langsung terjadi ketergantungan BEI terhadap NYSE. Namun, perlu ditambahkan bahwa saat terjadi kerontokan bursa saham seperti yang terjadi pada pertengahan pertama tahun 2009 menyebabkan NYSE mengalami penurunan dan IDX mengalami kestabilan sehingga menyebabkan pengaruh yang semula hanya searah berubah menjadi dua arah saling mempengaruhi antara Indonesia dan Amerika.

12 86 Dari artikel yang didapat yang berjudul Ekonomi Asia Lebih Tahan Krisis ( menyatakan bahwa ekonomi negara-negara di Asia terutama Asia Tenggara setelah terjadinya kasus Subprime Mortgage tidak terlalu bergantung dari Ekspor ke negara-negara maju sehingga saat krisis terjadi lebih cepat pulih dan dapat mempengaruhi pemulihan ekonomi di negara maju dengan angka impor negaranegara Asia Tenggara yang meningkat seiring pemulihan ekonomi yang meningkat. IV Analisa hubungan JSX, IDX dan FTSE Hasil granger causality test untuk JSX, IDX, dan FTSE dapat dilihat pada Tabel IV.4 Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Tabel IV.4 Granger Causality Test JSX, IDX dan FTSE Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability FTSE does not Granger Cause Y_JSX Y_JSX does not Granger Cause FTSE Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability FTSE does not Granger Cause IDX IDX does not Granger Cause FTSE Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan hasil pengujian kausalitas granger (granger causality test) dapat disimpulkan bahwa FTSE mempunyai pengaruh terhadap JSX pada α = 5%;dimana nilai

13 87 probability = 0,00021; lebih kecil dari 0,05. Sedangkan JSX tidak mempunyai pengaruh terhadap FTSE; dimana nilai probability = 0,26365, lebih besar dari 0,05. Dari output EViews pada Tabel IV.4 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara FTSE dan JSX adalah searah dan tidak simultan. Dengan demikian pemodelan yang akan digunakan untuk menunjukkan hubungan tersebut adalah model regresi. Lain halnya dengan hubungan antara IDX dan FTSE dimana IDX lah yang memiliki pengaruh terhadap FTSE sebagaimana ditunjukkan dari hasil uji granger bahwa dapat disimpulkan bahwa pengaruh FTSE terhadap IDX pada α = 5%; dimana nilai probability = 0,16070; lebih besar dari 0,05 dan pengaruh IDX terhadap FTSE; dimana nilai probability = 0,04859, lebih kecil dari 0,05. Pemodelan yang digunakan untuk menganalisa adalah model regresi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagus (2008), dimana developed market mempengaruhi emerging market. Sama seperti hubungan JSX dan DJIA, Indonesia sebagai salah satu emerging market belum memiliki kemampuan untuk mempengaruhi Inggris yang juga merupakan developed market. Inggris sebagai leader di bidang ekonomi untuk kawasan Eropa tentunya tidak akan terpengaruh oleh perekonomian Indonesia, selain karena perbedaaan kapitalisasi yang timpang, hubungan ekonomi diantara keduanya juga tidak signifikan. Namun sejak tahun 2009, dimana Indonesia memiliki pemulihan ekonomi yang lebih baik dibandingkan Inggris, sebagaimana terlihat dari resistensi harga indeks Indonesia yang mengalami kenaikan signifikan dipenghujung pertengahan tahun 2009.

14 88 IV Analisa hubungan JSX, IDX dan N225 Hasil granger causality test untuk JSX, IDX, dan Nikkei dapat dilihat pada Tabel IV.5 berikut: Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Tabel IV.5 Granger Causality Test JSX, IDX dan N225 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability N225 does not Granger Cause Y_JSX Y_JSX does not Granger Cause N Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability N225 does not Granger Cause IDX IDX does not Granger Cause N E-05 Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan hasil pengujian kausalitas granger (granger causality test) dapat disimpulkan bahwa N225 tidak mempunyai pengaruh terhadap JSX pada α = 5%;dimana nilai probability = 0,05017; lebih besar dari 0,05. Sedangkan JSX mempunyai pengaruh terhadap N225; dimana nilai probability = 0,00521, lebih besar dari 0,05. Dari output EViews pada Tabel IV.5 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara FTSE dan JSX adalah searah dan tidak simultan. Dengan demikian pemodelan yang akan digunakan untuk menunjukkan hubungan tersebut adalah model regresi. Sama halnya dengan hubungan antara IDX dan N225 dimana IDX lah yang memiliki pengaruh terhadap N225

15 89 sebagaimana ditunjukkan dari hasil uji granger bahwa dapat disimpulkan bahwa pengaruh N225 terhadap IDX pada α = 5%; dimana nilai probability = 0,10621; lebih besar dari 0,05 dan pengaruh IDX terhadap N225; dimana nilai probability = 0,000061, lebih kecil dari 0,05. Pemodelan yang digunakan untuk menganalisa adalah model regresi. Sejalan dengan hasil uji Granger tersebut di atas, Indonesia jelas memiliki dampak dan pengaruh terhadap bursa Jepang karena seperti yang disebutkan dalam artikel yang berjudul Revitalisasi hubungan dua bangsa ( yang mengatakan bahwa ada lebih dari 1,000 perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia. Selain itu, Jepang juga memiliki ketergantungan bahan baku yang harus diimpor dari Indonesia sehingga secara tidak langsung perekonomian Indonesia mempengaruhi bursa Jepang (N225). IV Analisa hubungan JSX, IDX dan STI Hasil granger causality test untuk JSX, IDX dan StraitTimes dapat dilihat pada Tabel IV.6 berikut: Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Tabel IV.6 Granger Causality Test JSX, IDX dan STI Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability STI does not Granger Cause Y_JSX Y_JSX does not Granger Cause STI

16 90 Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability STI does not Granger Cause IDX IDX does not Granger Cause STI Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan hasil pengujian kausalitas granger (granger causality test) dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan saling mempengaruhi antara STI dan JSX dimana STI mempengaruhi JSX pada α = 5%; dimana nilai probability = 0,00192; lebih kecil dari 0,05. JSX juga mempunyai pengaruh terhadap STI; dimana nilai probability = 0,00516, lebih besar dari 0,05. Dari output EViews pada Tabel IV.6 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara STI dan JSX adalah dua arah maka dengan demikian pemodelan yang akan digunakan untuk menunjukkan hubungan tersebut adalah model Vector Auto Regression (VAR). Hubungan antara IDX dan STI menunjukkan bahwa IDX lah yang memiliki pengaruh terhadap STI sebagaimana ditunjukkan dari hasil uji granger bahwa dapat disimpulkan bahwa pengaruh STI terhadap IDX pada α = 5%; dimana nilai probability = 0,53645; lebih besar dari 0,05 dan pengaruh IDX terhadap STI; dimana nilai probability = 0,02287, lebih kecil dari 0,05. Pemodelan yang digunakan untuk menganalisa adalah model regresi. Pada kondisi ekonomi yang seimbang Singapura dan Indonesia saling mempengaruhi secara ekonomi (dilihat dari keterkaitan indeks bursa saham kedua negara) karena pada beberapa perusahaan di Indonesia terdapat kepemilikan saham dari perusahaan Singapura sehingga kondisi ekonomi di Indonesia secara tidak langsung akan mempengaruhi bursa

17 91 Singapura. Sebaliknya kondisi ekonomi Singapura juga mempengaruhi bursa saham Indonesia (JSX) karena beberapa perusahaan Indonesia memiliki perwakilan atau kantor cabang di Singapura untuk pasar Singapura dan negara lainnya, sehingga saat kondisi ekonomi Singapura memburuk akan mempengaruhi kinerja perusahaan Indonesia yang mengakibatkan dampak negative terhadap bursa Indonesia (JSX) juga. Tidak demikian dengan kondisi saat awal tahun 2009 dimana Singapura tidak lagi memiliki pengaruh terhadap bursa Indonesia yang ditandai dengan kondisi bursa saham Singapura yang turun dan penguatan bursa Indonesia (IDX). Sebaliknya Indonesia mempengaruhi bursa Singapura yang terlihat dari fluktuasi bursa Singapura seiring dengan kenaikan dan penurunan IDX. Seperti yang disadur dari artikel yang berjudul Peluang Dari Perjanjian Perbatasan Indonesia-Singapura ( hal tersebut di atas disebabkan oleh pasang surutnya hubungan kedua negara dan pada tahun 2009 hubungan keduanya sedang tidak baik seiring permasalahan perluasan wilayah Singapura dengan reklamasi pantai yang mempengaruhi batas wilayah laut kedua negara dan pasir yang tergerus di Riau akibat penjualan secara besar-besaran ke Singapura. Karena hubungan tidak baik tersebut maka hubungan ekonomi kedua negara melambat sehingga berpengaruh terhadap bursa kedua negara yang tidak lagi saling mempengaruhi, kecuali Indonesia yang masih mempengaruhi Singapura karena impor dari Indonesia tetap dibutuhkan oleh Singapura yang memiliki keterbatasan sumber daya.

18 92 IV Analisa hubungan JSX, IDX dan HANGSENG Hasil granger causality test untuk JSX, IDX dan HANGSENG dapat dilihat pada Tabel IV.7 berikut: Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Tabel IV.7 Granger Causality Test JSX, IDX dan HANGSENG Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability HANGSENG does not Granger Cause Y_JSX Y_JSX does not Granger Cause HANGSENG Pairwise Granger Causality Tests Sample: Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability HANGSENG does not Granger Cause IDX IDX does not Granger Cause HANGSENG Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan hasil pengujian kausalitas granger dapat disimpulkan bahwa HANGSENG mempunyai pengaruh terhadap JSX pada α = 5%, dimana nilai probability = 0,00041; lebih kecil dari 0,05; sedangkan JSX tidak mempunyai pengaruh terhadap HANGSENG; dimana nilai probability = ; lebih besar dari 0,05. Dari output EViews pada Tabel IV.7 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara HANGSENG dan JSX adalah searah dan tidak simultan. Lain halnya dengan hasil uji granger yang ditunjukkan pada periode waktu IDX dimana IDX lah yang memiliki pengaruh terhadap HANGSENG dengan nilai

19 93 probabilitas = dan HANGSENG tidak memiliki pengaruh terhadap IDX dimana nilai probabilitas HANGSENG terhadap IDX di bawah 0.05, yaitu Dengan demikian pemodelan yang akan digunakan untuk menunjukkan hubungan JSX, IDX dengan HANGSENG adalah model regresi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagus (2008), dimana pasar modal negara yang berada dalam satu regional yang berdekatan akan cenderung saling mempengaruhi. JSX dan HANGSENG berada pada regional yang sama, tentunya memiliki hubungan ekonomi yang lebih erat, memiliki kondisi pasar yang cenderung serupa, dan struktur pasar yang sejenis sehingga keduanya dapat saling mempengaruhi. Jam buka bursa keduanya memiliki waktu yang sangat berdekatan, otomatis peristiwa ekonomi yang terjadi dapat langsung direspon oleh keduanya secara bersamaan, tetapi setelah tahun 2009 hal tersebut berbalik dimana IDX lebih mempengaruhi HANGSENG. Penguatan bursa Indonesia yang puncaknya terjadi pada tanggal 10 Juni 2009 mempengaruhi penguatan indeks HANGSENG yang mencapai titik tertingginya dua hari kemudian pada tanggal 12 Juni IV Perumusan model Berdasarkan pengujian kausalitas granger tersebut di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa hubungan antar pasar saham regional dengan pasar saham Indonesia tidak saling mempengaruhi, kecuali untuk IDX dengan DJIA dan JSX dengan STI yang saling mempengaruhi (dua arah). Berdasarkan kondisi ini khusus untuk IDX dan DJIA serta JSX dengan STI dibuat dengan pendekatan model VAR (Vector Auto Regression) sedangkan untuk hubungan lainnya digunakan pendekatan model regresi.

20 94 Suatu model dapat disebut sudah baik jika koefisien untuk setiap variabel sudah memiliki nilai yang signifikan secara statistik, hal ini dapat dilihat dari nilai probability dari koefisien yang bersangkutan. Nilai probability harus lebih kecil dari 0.05, barulah koefisien tersebut dapat dianggap signifikan secara statistik. Selain itu diperlukan analisis terhadap koefisien determinasi. Koefisien determinasi (R-squared) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R-squared pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R squared, hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar persentase dari variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai adjusted R-squared yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai adjusted R-squared yang mendekati seratus persen berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Terlebih dahulu akan dicoba pemodelan regresi untuk semua variabel independen secara bersama-sama, hasil output model regresi untuk semua variabel dapat dilihat pada Tabel IV.8 berikut:

21 95 Tabel IV.8 Pemodelan JSX dan IDX, DJIA, FTSE, N225, STI, dan HANGSENG Dependent Variable: Y_JSX Method: Least Squares Sample: Included observations: 648 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C DJI FTSE N STI HANGSENG R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Dependent Variable: IDX Method: Least Squares Sample: Included observations: 108 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C DJI FTSE N STI HANGSENG R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1

22 96 Berdasarkan hasil output EViews tersebut di atas, dapat disimpulkan hanya FTSE yang tidak signifikan secara statistik sedangkan variabel independen lainnya signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probability untuk FTSE sebesar 0,8918; dan yang signifikan lainnya adalah DJIA sebesar 0,0000, STI sebesar 0,0000, N225 sebesar 0,0000, dan HANGSENG sebesar 0,0000 dimana keempatnya lebih kecil dari 0,05 dengan tingkat keyakinan 95%; sedangkan untuk IDX, variabel yang berpengaruh adalah FTSE, STI, dan HANGSENG dengan probabilitas masing-masing sebesar , , dan DJI dan N225 tidak berpengaruh dengan nilai probabilitas dan Dengan banyaknya jumlah variabel independen yang signifikan mengindikasikan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil correlation matrix test pada Tabel IV.8 dimana nilai probabilitas F-statistik yang lebih kecil dari 0.05 dengan tingkat keyakinan 95% menunjukkan terjadinya multikorelasi. Melihat kondisi seperti ini maka untuk melihat pengaruh indekes-indeks tersebut terhadap JSX dan IDX maka pemodelan akan dibuat untuk masing-masing variabel independen terhadap variabel independen. IV Pemodelan Antara JSX, IDX dan DJIA Untuk melihat hubungan antara JSX dan DJIA, pertama dicoba dengan menggunakan metode regresi sederhana. Hasil pemodelan untuk JSX dan DJIA dapat dilihat pada Tabel IV.9 berikut ini:

23 97 Dependent Variable: Y_JSX Method: Least Squares Sample (adjusted): Included observations: 647 after adjustments Tabel IV.9 Pemodelan Regresi JSX dan DJIA Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C DJI(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Model regresi antara JSX dan DJIA menginformasikan bahwa DJIA t-1 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap JSX, nilai probabilitas untuk DJIA t-1 = 0,0000; lebih kecil dari 0,05. Akan tetapi model tersebut masih mempunyai nilai Durbin Watson (DW) kecil yaitu 1,022209; sehingga dapat disimpulkan masih mengandung autokorelasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagus (2008) dimana untuk model regresi menggunakan Least Squares, belum menghasilkan model yang baik karena masih mengandung autokorelasi. Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat masalah heteroskedastisitas dilakukan uji white. Hasil uji white untuk JSX dan DJIA dapat dilihat pada Tabel IV.8

24 98 White Heteroskedasticity Test (JSX): Tabel IV.10 Uji White JSX dan DJIA F-statistic Prob. F(2,644) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2) Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Sample: Included observations: 647 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C DJI(-1) DJI(-1)^ R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid 6.38E+12 Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan white heteroskedasitas test, hasil pengujian menunjukkan bahwa variance error masih heteroskedastis. Hasil pengujian menunjukan nilai probabilitas untuk Obs*Rsquared = 0,000000; lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan pemodelan regresi di atas asumsi bebas autokorelasi dan homoskedastisitas masih dilanggar maka pemodelan dilakukan dengan model ARCH untuk menghilangkan unsur heteroskedastisitas. Model ARCH merupakan model yang dapat digunakan jika residual tidak terbebas dari autokorelasi dan tidak bersifat konstan dari waktu ke waktu.

25 99 Pada langkah pertama dicoba model ARCH (1) yang merupakan model yang paling sederhana. Setelah dilakukan pengolahan data maka diperoleh output sebagai berikut : Dependent Variable: Y_JSX Method: ML - ARCH (Marquardt) Sample (adjusted): Included observations: 647 after adjustments Convergence achieved after 238 iterations Variance backcast: ON Tabel IV.11 Pemodelan ARCH (1) JSX dan DJIA Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C DJI(-1) Variance Equation C ARCH(1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid 1.26E+08 Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan output EViews pada Tabel IV.9, ternyata model ARCH (1) sudah menunjukkan hasil yang baik karena pada model regresinya variabel DJIA pada t-1 mempunyai koefisien yang signifikan secara statistik pada α = 5%; dimana nilai probabilitas = 0,0000; lebih kecil dari 0,05; yang berarti DJIA t-1 mempunyai pengaruh signifikan terhadap JSX. Untuk menganalisa hubungan antara IDX dan DJIA dilakukan

26 100 pengujian VAR, karena hubungan antara dua variabel tersebut adalah hubungan saling mempengaruhi dua arah seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut ini: Vector Autoregression Estimates Sample (adjusted): Included observations: 107 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] TABEL IV.12 VAR IDX dan DJI IDX DJI IDX(-1) ( ) ( ) [ ] [ ] DJI(-1) ( ) ( ) [ ] [ ] C ( ) ( ) [ ] [ ] R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC Mean dependent S.D. dependent Determinant resid covariance (dof adj.) Determinant resid covariance Log likelihood Akaike information criterion Schwarz criterion Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1

27 101 Dari model di atas dapat dinyatakan bahwa antara JSX dan DJIA mempunyai hubungan terbalik (dengan koefisien DJIA negatif seperti pada tabel IV.11), hubungan terbalik ini menunjukan bahwa peningkatan DJIA berakibat buruk terhadap JSX. Ada beberapa hal yang mungkin menyebabkan hubungan terbalik ini berdasarkan analisa penulis yang dihubungkan dengan kondisi ekonomi negara tersebut: 1. Periode 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2008 merupakan periode yang sangat dipengaruhi oleh adanya krisis subprime mortgage, dimana terjadi anomali pasar. Diawali oleh kenaikan harga saham-saham di NYSE hingga menembus level tertingginya sepanjang sejarah, namun kenaikan ini sama sekali tidak didukung oleh faktor fundamental, seperti perbaikan infrastruktur, efisiensi, maupun perbaikan struktur ekonomi. Kenaikan ini hanya dikarenakan terjadinya pembelanjaan besar-besaran yang mendorong terjadinya permintaan berlebihan untuk waktu sesaat. Pembelanjaan besarbesaran ini disebabkan adanya pasokan kredit yang melimpah, dimana yang dijadikan agunan adalah perumahan. Kondisi yang berbeda terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, dimana perputaran ekonomi mulai melambat, harga bahan pokok menjadi semakin tinggi, dan likuiditas berkurang. Jadi ketika AS sedang mengalami peningkatan, Indonesia justru mulai menghadapi penurunan di bidang ekonomi. 2. Sebagai emerging market, Indonesia masih berada dalam tahap perkembangan awal untuk pasar modalnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah emiten, frekuensi transaksi dan kapitalisasi pasar modal. Dalam transaksi harian normal terhitung untuk periode 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2008, rata-rata nilai transaksi yang terjadi di BEI berkisar di angka Rp 2 triliun, rasio dari jumlah ini jika dibandingkan indikator makro ekonomi seperti Gross Domestic Product dapat dikatakan masih kecil terutama jika

28 102 dibandingkan dengan negara-negara maju. Padahal dalam kenyataannya, banyak investor perorangan atau institusi yang memiliki dana lebih dari 1 triliun rupiah di Indonesia, hal ini tentunya berakibat terjadinya praktek perbandaran saham, dimana untuk saham-saham tertentu pergerakannya dapat diatur oleh investor yang bersangkutan, bahkan dapat berlawanan dengan pasar. 3. Pada saat krisis subprime mortgage sudah mulai terkuak dan memuncak, ditandai dengan bangkrutnya beberapa institusi keuangan raksasa di AS, terjadi arus pemindahan dana investasi. Para institusi keuangan yang semula menempatkan dananya di emerging market, termasuk Indonesia menarik dananya untuk menutupi kerugian investasi di negara asalnya yaitu AS. Tindakan penarikan dana investasi secara serentak ini memicu penurunan bursa saham di negara-negara berkembang. Dilihat dari hasil pemodelan VAR IDX dan DJI pada table IV.12 di atas, terdapat pengaruh signifikan dari IDX terhadap DJI yang berlaku sebaliknya. Model yang didapat dari pemodelan tersebut: 1. Pengaruh DJI terhadap IDX IDX = IDX t DJI t-1 Persamaan tersebut di atas diinterpretasikan sebagai berikut: a. Koefisien regresi variabel IDX t-1 sebesar yang berarti bahwa setiap kenaikan satu satuan IDX t-1 akan menaikkan IDX sebesar satuan, berlaku juga sebaliknya. b. Koefisien regresi variabel DJI t-1 sebesar dimana setiap kenaikan satu satuan DJI t-1 akan menurunkan IDX sebesar satuan, yang berarti hubungan

29 103 negatif antara DJI dan IDX. Semakin tinggi DJI t-1 maka akan semakin menurunkan IDX. 2. Pengaruh IDX terhadap DJI DJI = IDX t DJI t-1 Persamaan tersebut di atas diinterpretasikan sebagai berikut: a. Koefisien regresi variabel IDX t-1 sebesar yang berarti bahwa setiap kenaikan satu satuan IDX t-1 akan menaikkan DJI sebesar satuan, berlaku juga sebaliknya. b. Koefisien regresi variabel DJI t-1 sebesar dimana setiap kenaikan satu satuan DJI t-1 akan menurunkan DJI sebesar satuan, yang berarti hubungan negatif antara DJI dan DJI t-1. Semakin tinggi DJI t-1 maka akan semakin menurunkan DJI. Berbanding terbalik dengan hasil regresi JSX dan DJI, hasil korelasi positif antara IDX dan DJI dimana IDX t-1 mempengaruhi kenaikan DJI setiap kenaikan IDX t-1 menunjukkan bahwa Indonesia mempengaruhi keadaan ekonomi Amerika Serikat melalui indeks bursa saham DowJones dan sejalan dengan hasil penelitian yang disampaikan sebelumnya pada penelitian Granger di atas yang menyebutkan bahwa kestabilan ekonomi Indonesia sebagai bagian dari negara-negara di Asia Tenggara mempengaruhi secara positif perekonomian negara maju seperti Amerika Serikat.

30 104 Indeks Hubungan dengan JSX Hubungan dengan IDX DJI Hubungan 1 arah terbalik dimana kenaikan DJIA akan berpengaruh pada penurunan JSX Hubungan 2 arah dimana kenaikan DJIA mempengaruhi penurunan IDX dan sebaliknya kenaikan IDX berpengaruh positif terhadap kenaikan DJIA IV Pemodelan Antara JSX, IDX Dan FTSE Untuk melihat hubungan antara JSX dan FTSE, pertama akan dicoba dengan menggunakan metode regresi sederhana. Hasil pemodelan untuk JSX dan FTSE dapat dilihat pada Tabel IV.13 berikut: Dependent Variable: Y_JSX Method: Least Squares Sample (adjusted): Included observations: 647 after adjustments Tabel IV.13 Pemodelan Regresi JSX, IDX dan FTSE Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C FTSE(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid 1.23E+08 Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

31 105 Dependent Variable: IDX Method: Least Squares Sample (adjusted): Included observations: 107 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C FTSE(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Model regresi antara JSX, IDX dan FTSE menginformasikan bahwa FTSE t-1 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap JSX dan IDX, nilai probabilitas untuk FTSE t-1 = 0,0000; lebih kecil dari 0,05. Hal ini sejalan dengan hasil uji kausalitas granger, dimana FTSE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap JSX. Tetapi model tersebut masih memiliki nilai Durbin Watson kecil yaitu kurang dari 1.54, sehingga dapat disimpulkan masih mengandung autokorelasi. Untuk model regresi sederhana di atas, ternyata berdasarkan white heteroskedasitas test menunujukkan bahwa variance error masih heteroskedastis (lihat Tabel IV.13); karena nilai probabilitas untuk Obs*R-squared adalah 0,000000; lebih kecil dari 0,05.

32 106 White Heteroskedasticity Test (JSX): Tabel IV.14 Uji White JSX, IDX dan FTSE F-statistic Prob. F(2,644) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2) Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Sample: Included observations: 647 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C FTSE(-1) FTSE(-1)^ R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid 1.31E+13 Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

33 107 White Heteroskedasticity Test (IDX): F-statistic Prob. F(2,104) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2) Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Sample: Included observations: 107 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C FTSE(-1) FTSE(-1)^ R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid 2.33E+11 Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan pemodelan regresi pada Tabel IV.14 di atas asumsi bebas autokorelasi dan homoskedastisitas masih dilanggar maka pemodelan dilakukan dengan ARCH untuk menghilangkan unsur heteroskedastisitas. Pada langkah pertama dicoba model ARCH (1) yang merupakan model ARCH yang paling sederhana. Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat output sebagai berikut :

34 108 Dependent Variable: Y_JSX Method: ML - ARCH (Marquardt) Sample (adjusted): Included observations: 647 after adjustments Failure to improve Likelihood after 11 iterations Variance backcast: ON Tabel IV.15 Pemodelan ARCH (1) JSX, IDX dan FTSE Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C FTSE(-1) Variance Equation C ARCH(1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid 1.26E+08 Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

35 109 Dependent Variable: IDX Method: ML - ARCH (Marquardt) Sample (adjusted): Included observations: 107 after adjustments Convergence achieved after 95 iterations Variance backcast: ON Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C FTSE(-1) Variance Equation C ARCH(1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Berdasarkan output EViews di atas, ternyata model ARCH (1) pada JSX masih belum baik meskipun pada model regresinya, variabel FTSE pada t-1 mempunyai koefisien yang sudah signifikan secara statistik, nilai probabilitas = 0,0000; lebih kecil dari 0,05; yang berarti FTSE t-1 mempunyai pengaruh terhadap JSX. Hal ini tentunya sesuai dengan hasil uji kausalitas granger, tetapi kesalahan terlihat pada nilai Durbin Watson yang masih lebih kecil dari Sedangkan untuk model ARCH (1) pada IDX sudah menunjukkan hasil yang baik dan bebas dari autokorelasi (Durbin-Watson stat diantara 1.54 dan 2.46) dan tidak terdapat heteroskedastisitas karena nilai semua probabilitasnya di bawah 0.05 dengan tingkat signifikansi 95%.

36 110 Pemodelan untuk JSX selanjutnya dilakukan dengan GARCH (1,1), berdasarkan Tabel IV.15, hasilnya menunjukan bahwa model masih belum baik karena nilai Durbin Watson yang masih di bawah 1.54 meskipun nilai koefisien sudah signifikan sebesar 0,0000. Tabel IV.16 Pemodelan GARCH (1) JSX dan FTSE Dependent Variable: Y_JSX Method: ML - ARCH (Marquardt) Sample (adjusted): Included observations: 647 after adjustments Convergence achieved after 84 iterations Variance backcast: ON Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C FTSE(-1) Variance Equation C ARCH(1) GARCH(1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid 1.26E+08 Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Sumber : Hasil pengolahan EViews 5.1 Selanjutnya dicoba untuk membentuk model transformasi GARCH (1) dan menurunkan variabel independen JSX menjadi JSX t-1. Model yang dipilih adalah ARCH (1) karena

ANALISA HUBUNGAN INDEX HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) JAKARTA (JSX), LONDON (FTSE), TOKYO (NIKKEI) DAN SINGAPURA (SSI)

ANALISA HUBUNGAN INDEX HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) JAKARTA (JSX), LONDON (FTSE), TOKYO (NIKKEI) DAN SINGAPURA (SSI) ANALISA HUBUNGAN INDEX HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) JAKARTA (JSX), LONDON (FTSE), TOKYO (NIKKEI) DAN SINGAPURA (SSI) Pendekatan Model Ekonometri Autocorrelation Condition Heteroscedasticity (ARCH) / Generalized

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini alat analisis data yang digunakan adalah model regresi linear klasik (OLS). Untuk pembuktian kebenaran hipotesis dan untuk menguji setiap variabel

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 69 Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 2004-2010 Periode sbdepo Inflasi depo Jan-04 6.27 0.57 426.424 Feb-04 5.99-0.02 409.204 Mar-04 5.86 0.36 401.686 Apr-04

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis dan Hasil Regresi Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai Desember

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5. 1 Pengantar Bab 5 akan memaparkan proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data. Data diolah dalam bentuk persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat

Lebih terperinci

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2006-2013 INDAH AYU PUSPITA SARI 14213347/3EA16 Sri Rakhmawati, SE.,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut : 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), dan earning pershare (EPS) terhadap return

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heterokidastisitas Dalam uji white, model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini diregresikan untuk mendapatkan nilai residualnya. Kemudian

Lebih terperinci

BULAN

BULAN LAMPIRAN I Data Inflasi Bulanan Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Utara Periode Januari 2002 - Desember 2013 TAHUN 2002 2003 2004 2005 2006 2007 BULAN JANUARI

Lebih terperinci

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa)

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa) 81 Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Rumahtangga, dan Rata-rata Anggota Rumahtangga Tahun Jumlah Penduduk (ribu jiwa) Jumlah Rumahtangga Rata-rata Anggota Rumahtangga (1) (2) (3) (4) 2000 205.132 52.008,3 3,9

Lebih terperinci

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. LAMPIRAN Lampiran 1. Evaluasi Model Evaluasi Model Keterangan 1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. 2)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Variabel independen DJIA, FTSE, N225, STI, dan HANGSENG tidak dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Variabel independen DJIA, FTSE, N225, STI, dan HANGSENG tidak dapat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel independen DJIA, FTSE,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah kota Tebing Tinggi Tahun (juta rupiah)

Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah kota Tebing Tinggi Tahun (juta rupiah) Lampiran I Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2007 (juta rupiah) Tahun Penerimaan Pajak Pengeluaran Pemerintah 1983 150.392 1.627.530 1984 155.699 1.842300 1985 149.670

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan industri asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2010-2013.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan datatime series atau data runtun waktu sebanyak 12 observasi, yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar Bab 4 akan memaparkan proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data. Data akan diolah dalam bentuk persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Regresi. 71 Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Data Regresi. 71 Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Data Regresi I obs X1 X2 X3 X4 Y 1 5.000000 1.000000 2.000000 18.00000 20.00000 2 4.000000 1.000000 2.000000 20.00000 20.00000 3 4.000000 2.000000 3.000000 20.00000 20.00000 4 3.000000 5.000000

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA

REGRESI LINIER SEDERHANA REGRESI LINIER SEDERHANA Model fungsi : Y = f (X) LAHIR = F (WUS) LAHIR, yaitu data jumlah kelahiran setahun lalu di sejumlah Kecamatan di Jateng WUS, yaitu data jumlah wanita usia subur di sejumlah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode 38 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

Lebih terperinci

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata L A M P I R A N 95 96 Lampiran 1 (Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata TAHUN PAD Sektor Pariwisata Jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI sejak awal periode 2010-2014. Dari 14 perusahaan tercatat ada

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab 4 akan membahas lebih dalam mengenai proses pengolahan data, dimulai dari penjelasan mengenai statistik deskriptif sampai dengan penjelasan mengenai hasil dari analisis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN Dalam bab V ini akan diuraikan analisis hasil penelitian yaitu hasil analisis kovariansi (covariance anaysis) dan ekonometrika yang mencoba melihat pengaruh jumlah penduduk bekerja,

Lebih terperinci

Kredit (Y) Pendapatan (x1) Usia (x3) Modal Kerja (x2) Universitas Sumatera Utara

Kredit (Y) Pendapatan (x1) Usia (x3) Modal Kerja (x2) Universitas Sumatera Utara No Kredit (Y) Pendapatan (x1) Modal Kerja (x2) Usia (x3) Jumlah Tanggungan (x4) 1 1000000 80000 80000 20 0 2 1000000 275000 500000 21 1 3 1500000 400000 550000 25 1 4 2000000 400000 1000000 25 1 5 2000000

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Data. 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian

BAB IV. Analisis Data. 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian 62 BAB IV Analisis Data 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank bank yang beroperasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan output yang dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang telah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER

LAMPIRAN 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER LAMPIRAN 1 Kuisioner Penelitian No : KUISIONER ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MEMANFAATKAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS PT. BRI MEDAN) Oleh:

Lebih terperinci

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah:

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah: Rangga Handika Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah: Apakah berinvestasi pada saham bisa menutup penurunan pendapatan real kita yang tergerus inflasi? Untuk itu, marilah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Objek Penelitian Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia. Dahulu terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek

Lebih terperinci

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel Hasil Common Effect Method: Panel Least Squares Date: 12/06/11 Time: 18:16 C 12.40080 1.872750 6.621707 0.0000 LOG(PDRB) 0.145885 0.114857 1.270151

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif 50 A. Statistik Deskriptif BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean,dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data dari tiga variabel independen serta dua

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data dari tiga variabel independen serta dua BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan data dari tiga variabel independen serta dua variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu kepemilikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini, sampel yang dijadikan objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dari tahun 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan BAB IV STUDI KASUS 4.1 Indeks Harga Konsumen Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan sebelumnya menurut persentase untuk mengetahui turun naiknya harga barang. Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian No. Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel 1 2 3 Ke 1. ASII PT. Astra Internasional, Tbk. 1 2. AUTO PT. Astra Otoparts, Tbk. 2 3. BRAM PT. Indokordsa, Tbk. 3

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling No Nama Bank Kriteria 1 Kriteria 2 Yang memenuhi kriteria 1 dan 2 1 PT. BPD Aceh 2 PT. BPD Bali 3 PT. BPD Bengkulu - - 4 PT.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk membuktikan adanya

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk membuktikan adanya BAB IV HASIL PENGUJIAN IV.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif berdasarkan data empiris. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk

Lebih terperinci

Variabel Mempengaruhi IR untuk periode

Variabel Mempengaruhi IR untuk periode Variabel Mempengaruhi IR untuk periode 2007 2008 Oleh: Wilson R. L. Tobing Adler Haymans Manurung Abstract Paper ini bertujuan untuk mengeksplorasi variable yang mempengaruhi Initial Return. Metode Regressi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun

Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 72 Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 2005-2010 Kode Kabupaten/Kota Tahun Bekerja PDRB Pengeluaran Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kelayakan Data 4.1.1 Uji Stasioner Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series stasioner (tidak ada akar akar unit) atau tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Semua data yang digunkana dalam analisis ini merupakan data sekunder mulai tahun 1995 sampai tahun 2014 di Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan

Lebih terperinci

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian No. Nama Perusahaan 1 PT. Colorpak Indonesia 2 PT. Gudang Garam 3 PT. Sumi Indo Kabel 4 PT. Multi Bintang Indonesia 5 PT. Metrodata Electronics

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari 54 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari estimasi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia. Adapun variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, free cash flow dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, free cash flow dan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Sampel Penelitian ini menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, free cash flow dan leverage terhadap risiko saham pada perusahaan manufakur yang terdaftar dalam

Lebih terperinci

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1 BAB VI ANALISA DATA 6.1. Deskripsi Data Data yai g dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, terutama bersumber dari Badan Pusat Statistik, Intenational Financial Statistic dan situs Badan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pada deskripsi variabel penelitian akan dijelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standard deviasi pada masing-masing variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang telah berhasil dikumpulkan, serta permasalahan dan hipotesis yang telah ditetapkan pada bab bab sebelumnya, maka penulis akan membahas variabel variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang berturut-turut tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Dalam gambaran umum mengenai responden ini akan disajikan data yang telah diperolah dari penelitian yang telah dilakukan pada 100 orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau member gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

Lebih terperinci

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Menurut Ghozali (2011: 19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penawaran Bawang Merah di Sumatera Utara Tahun (Ton) Januari Februari

Lampiran 1. Penawaran Bawang Merah di Sumatera Utara Tahun (Ton) Januari Februari 76 Lampiran 1. Penawaran Bawang Merah di Sumatera Utara Tahun 2010 2014 (Ton) Bulan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Januari 570 1.277 1.091 1.264 511 Februari 880 1.058 1.486 1.254 447 Maret 1.095 1.078

Lebih terperinci

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia (ECONOMETRIC MODEL: SIMUTANEOUS EQUATION MODEL) The title of paper: ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia OLEH: S U R I A N I NIM: 1509300010009 UNIVERSITAS SYIAH KUALA PROGRAM DOKTOR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dilakukan pengujian terhadap data yang meliputi pemilihan model dengan membandingkan antara model linear dan model logarima, pengujian kausalitas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisis dari data-data penelitian yang telah diolah menggunakan Eviews, diikuti dengan pembahasan dari hasil pengolahan data.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisa Penelitian ini menggunakan data skunder berupa laporan keuangan audit yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta. Mattjik AS &M. Sumertajaya, (2000). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press. Bogor. Nataludin. (2001). Potensi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman No Nama Perusahaan Tanggal Listing Kriteria 1 2 3 1. PT. Cahaya Kalbar Tbk 9 Juli 1996 2. PT. Delta Djakarta Tbk 27 Februari 1984 3. PT.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Obyek Penelitian Deskripsi obyek dalam penelitian ini menjelaskan mengenai hasil perolehan sampel dan data tentang likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas

Lebih terperinci

Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang,

Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang, Lampiran 1. Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang, 2004-2010 Tahun Semester Produktivitas Padi (ton/ha) Luas Panen (ha) Produksi Padi (ton) 2004 1 4.585 40.187 184257.4

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TABEL RESPONDEN No. y x1 x2 x

LAMPIRAN 1 TABEL RESPONDEN No. y x1 x2 x LAMPIRAN 1 TABEL RESPONDEN No. y x1 x2 x3 1 1.12 8979000 3000000 4 2 1.15384 8979000 3500000 2 3 1.25 9000000 4000000 2 4 1.12 8900000 4000000 4 5 1.53846 10165900 7000000 3 6 1.875 10165900 9000000 2

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data yang berhasil dikumpulkan, hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan tersebut. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama periode Pengolahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama periode Pengolahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah seluruh obligasi korporasi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012. Pengolahan data dilakukan

Lebih terperinci

Bandung, 31 Desember Tim Peneliti

Bandung, 31 Desember Tim Peneliti Kegiatan penelitian ini merupakan kegiatan penelitian kerja sama antara Bursa Efek Jakarta dengan Fakultas Ekonomi Unpad dengan judul Kontribusi/Peranan Pasar Modal Terhadap Perekonomian Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN oleh PT. Danareksa Investment Management yang pada saat itu mengeluarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN oleh PT. Danareksa Investment Management yang pada saat itu mengeluarkan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Reksa Dana Syariah Di Indonesia Reksa Dana Syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management yang pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Koesioner

Lampiran 1. Koesioner Lampiran 1. Koesioner PENGENALAN TEMPAT DAN PROFIL PERUSAHAAN Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan Lokasi Klaster BDSP Nama Perusahaan Tanggal Berdiri Nomor Badan Hukum Tanggal Penetapan Badan Hukum Alamat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa perhitungan regresi dan efisiensi, serta pembahasan permintaan (konsumsi) energi listrik di Indonesia dalam periode 1990-2010, maka dapat ditarik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah dan Harga Emas Dunia terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa

Lebih terperinci

akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Maka dalam penelitian ini

akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Maka dalam penelitian ini 56 BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis 6.1.1. Pemilihan Model Regresi Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, white and Davidson (MWD) yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laba Bersih dan Arus Kas Operasi sebagai variabel independen (X) dan Dividen Kas sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2009-2013 yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis data yang dilakukan dalam bab ini pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun 2010 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik dekriptif menggambarkan tentang ringkasan datadata penelitian seperti nilai minimum, maksimum, rata rata dan standar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka, Suku Bunga Deposito dan Inflasi 4.1.1 Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka Pada periode pengamatan, yaitu Januari 2004

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN ANALISIS

BAB 1V HASIL DAN ANALISIS BAB 1V HASIL DAN ANALISIS 4.1 Diskripsi Data Penelitian 4.1.1 Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar adalah harga suatu mata uang suatu Negara dalam satuan mata uang asing, yang mana jumlah mata uang asing tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL

BAB IV ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL BAB IV ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL 4.1 Estimasi Regresi Model Akibat dari penggunaan Logaritma Natural (ln) pada sebagian variabel model, maka nilai koefisien dari model dengan (ln) menunjukkan besaran

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga SBI terhadap inflasi di Indonesia tahun 1984-2009 adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti jumlah data, rata-rata, nilai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian Setelah melalui berbagai tahapan penelitian yang telah direncanakan oleh peneliti di bagian awal, penelitian ini menghasilkan berbagai hal yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini.

BAB V PENUTUP. sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat dan akurat dibantu dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian Jenis data yang digunakan adalah data panel yang berbentuk dari tahun 2006 sampai tahun 2013 yang mencakup 33 propinsi di Indonesia. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penilaian. Tujuannya adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Dalam analisis statistik obyek penelitian pada sub bab ini, peneliti akan menjabarkan hasil perhitungan nilai minimum, nilai maksimum, ratarata

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 85 Lampiran 1. Daftar Populasi Dan Pemilihan Sampel Perusahaan No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel 1 2 3 1 ADES Akasha Wira Internasional Tbk,PT v v v 2 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tengah tahun dan apakah pengangguran berpengaruh terhadap

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tengah tahun dan apakah pengangguran berpengaruh terhadap BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu apakah jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Objek Penelitian Objek yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel-variabel yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci