ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MAS DI KECAMATAN PAGELARAN, KABUPATEN TANGGAMUS, PROVINSI LAMPUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MAS DI KECAMATAN PAGELARAN, KABUPATEN TANGGAMUS, PROVINSI LAMPUNG"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MAS DI KECAMATAN PAGELARAN, KABUPATEN TANGGAMUS, PROVINSI LAMPUNG FAJARWULAN SETIORINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MAS DI KABUPATEN TANGGAMUS, KECAMATAN PAGELARAN, PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI Sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh : FAJARWULAN SETIORINI C PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN - KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MS DI KECAMATAN PAGELARAN, KABUPATEN TANGGAMUS, PROVINSI LAMPUNG adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, Juli 2008 Fajarwulan Setiorini C

4 ABSTRAK FAJARWULAN SETIORINI. Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan NARNI FARMAYANTI Pemasaran menjadi permasalahan utama yang dialami oleh pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya harga jual Ikan Mas yang diperoleh pembudidaya. Perbedaan harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat menggambarkan seberapa efisien saluran pemasaran yang ditempuh oleh pembudidaya. Semakin besar selisih antara harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi akan semakin tidak efisiennya saluran pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat saluran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran. Saluran 1 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar kecamatan dan rumah makan. Saluran 2 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengecer. Saluran 3 pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar kecamatan. Saluran 4 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul lua kecamatan, pemancingan. Farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya (total) pada saluran 1 sebesar 34,36% dan 44,06%, pada saluran 2 sebesar 89,66% dan 120,40%, saluran 3 sebesar 72,22% dan 59,91%, saluran 4 sebesar 65% dan 107,89%. Dari keempat saluran pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, berdasarkan farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya (total) saluran yang paling efisien adalah saluran 2 yang melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pada saluran 2, farmer s share yang diterima lebih besar dibandingkan saluran yang lainnya karena melibatkan sedikit pedagang perantara sehingga memungkinkan Ikan Mas lebih cepat sampai ke tangan konsumen dan margin yang terbentuk diantara pedagang perantara tidak terlalu besar. Kata Kunci : Ikan Mas, Efisiensi Pemasaran

5 SKRIPSI Judul penelitian Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung : Fajarwulan Setiorini : C : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Menyetujui Komisi Pembimbing, Pembimbing I Pembimbing II

6 Ir.Wawan Oktariza,M.Si. Ir. Narni Farmayanti.M.Sc. NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc NIP Tanggal lulus : KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada akhir Maret 2008 sampai akhir April 2008 dengan judul Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir.Wawan Oktariza,M.Si. dan Ir. Narni Farmayanti.M.Sc., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan hingga penyelesaian skripsi; segenap pihak dan seluruh responden yang telah memberi data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian; serta keluarga dan teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

7 Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan Bogor, Juli Setiorini Fajarwulan 2

8 Hak cipta milik Fajarwulan Setiorini, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya. RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Metro, Lampung pada tanggal 27 Agustus 1986 dari ayah H. M.Yunus dan Hj. Sulastri. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui adalah SMUN 1 Metro, lulus tahun Pada tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa, diantaranya : 3

9 staf Kewirausahaan HIMASEPA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan) Koordinator Economic Resources Development (ERD) KOPEL (Kelompok Pelaut) staf Creative Inovatif For Allah (CIA) FKM-C (Forum Keluarga Muslim Perikanan) staf PPSDM BEM-C tahun Bendahara HIMASEPA DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Komoditas Ikan Mas Pendapatan Usaha Rasio Penerimaan terhadap Biaya Analisis Pemasaran Saluran Pemasaran Fungsi-fungsi Pemasaran Struktur Pasar Perilaku Pasar Efisiensi Pemasaran Marjin Pemasaran Farmer s Share Rasio Keuntungan dan Biaya Hasil Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODOLOGI

10 4.1. Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Analisis Data Analisis Pendapatan Usaha Analisis Penerimaan Terhadap Biaya Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran Analisis Struktur Pasar Analisis Perilaku Pasar Analisis Marjin Pemasaran Analisis Farmer s Share Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Waktu dan Tempat Penelitian Halaman 4.9. Batasan dan Pengukuran V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kondisi Fisik Wilayah Sosial Kependudukan Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Mata Pencarian Gambaran Umum Usaha Budidaya Ikan Mas Kondisi Kelompok Budidaya Ikan Mas Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas Persiapan Kolam Pengangkutan dan Penebaran Benih Pemeliharaan /Pembesaran Pemanenan dan Pengangkutan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Mas Karakteristik Pedagang Perantara Karakteristik Pemilik Rumah Makan Analisis Usaha Pembudidaya Ikan Mas Analisis Pendapatan Usaha Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C) Lembaga dan Saluran Pemasaran Lembaga Pemasaran Ikan Mas Saluran Pemasaran Ikan Mas Fungsi-fungsi Pemasaran Fungsi Pemasaran Pembudidaya Ikan Mas Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan Fungsi Pemasaran Pedagang Pengecer Fungsi Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan Fungsi Pemasaran Pemilik Rumah Makan

11 6.7. Analisis Struktur Pasar Jumlah Lembaga Pemasaran Sifat Produk Kemudahan Keluar Masuk Pasar Informasi Pasar Perilaku Pasar Praktek Pembelian dan Penjualan Praktek Penentuan Harga Praktek Pembayaran Harga Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Ikan Mas Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer s Share Saluran Halaman Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer s Share Saluran Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer s Share Saluran Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer s Share Saluran VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Data Produksi Berdasarkan Jenis Ikan Tahun di Provinsi Lampung Produksi Perikanan Air Tawar dan Kabupaten Tahun Produksi Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kecamatan Tahun Karakteristik (Ciri) Struktur Pasar Berdasarkan Sudut Penjual dan Pembeli Jumlah Responden Penelitian Pola Penggunaan Lahan Kecamatan Pagelaran Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Menurut Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Berdasarkan Mata Pencaharian Kelompok Usaha Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Karakteristik Pembudidaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Mata Pencaharian, Umur dan Luas Kolam Umur, Jumlah Tanggungan dan Tingkat Pendidikan Pedagang Perantara Tahun Total Penerimaan, Biaya, Keuntungan dan Keuntungan per Musim Tanam Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Rentang Biaya dan Keuntungan Pembudidaya

13 15. Rentang Rasio Keuntungan dan Biaya Pembudidaya Keadaan Produk pada Tiap Lembaga Pemasaran yang Terlibat Pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran pada Tiap Lembaga Pemasaran Farmer s share, Rasio Keuntungan dan Biaya, dan Marjin Pemasaran Tiap Saluran...71 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Ikan Mas Pola Pemasaran Hasil Perikanan Bahan Konsumsi Hubungan Antara Fungsi-Fungsi Pertama dan Turunan Terhadap Margin Tataniaga dan Nilai Margin Tataniaga Kerangka Pemikiran Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Karakteristik Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Karakteristik Pedagang Pengumpul Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Karakteristik Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Karakteristik Pedagang Pengecer Ikan Mas di Kaecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Karakteristik Pedagang Pengecer Luar Kecamatan Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Karakteristik Pemilik Kolam Pemancingan di Kecamtan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Karakteristik Pemilik Rumah Makan Luar Kecamatan di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Analisis Pendapatan Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul Rincian Biaya Pedagang Pengumpul per Kg Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan Rincian Biaya Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan per Kg Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer

15 15. Rincian Biaya Pedagang Pengecer per Kg Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer Luar Kecamatan Rincian Biaya Pedagang Pengecer Luar Kecamatan per Kg Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Rumah Makan Harga Jual, Harga Beli, Biaya Pemasaran, Margin dan Keuntungan Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan Dokumentasi Penelitian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan adalah suatu proses perubahan dan pembaharuan yang berencana menuju tatanan masyarakat, khususnya masyarakat perikanan yang lebih baik. Perikanan mempunyai peranan yang cukup penting, terutama dikaitkan dengan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produk perikanan, menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, menyediakan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta mendukung pembangunan wilayah dan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup. Pertumbuhan sektor perikanan dan kelautan berasal dari produksi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Selama ini kegiatan budidaya ikan air tawar lebih banyak dilakukan oleh petani kecil yang belum mempunyai 10

16 akses terhadap manajemen usaha, pasar dan permodalan. Dalam rangka pemerataan pembangunan, kegiatan budidaya perikanan dapat dijadikan alternatif komoditi di bidang agroindustri yang cukup berprospek bila dikembangkan. Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya adalah Ikan Mas (Cyprinus carpio). Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) banyak dilakukan antara lain karena mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan yang ditempatinya dengan kisaran 4-32 Celcius, tahan terhadap berbagai penyakit, dan tahan terhadap perubahan fisik lingkungan, seperti adanya proses seleksi, penampungan, penimbangan, atau pengangkutan. Ikan Mas juga dikenal sebagai ikan pemakan segala (omnivora), makanannya antara lain serangga kecil, siput, cacing, ikan-ikan kecil, sampah-sampah dapur, dan lain sebagainya. Dari sifatnya yang pantang menolak segala macam makanan ini, maka tidak heran bila Ikan Mas ini paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat (Afrianto 1998). Ikan Mas merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan digemari oleh masyarakat Jawa Barat. Seiring berjalannya waktu, Ikan Mas telah memasyarakat dan hampir tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia salah satunya adalah Provinsi Lampung. Tabel 1. Data Produksi Perikanan Air Tawar di Provinsi Lampung Tahun No Jenis Ikan * 1 Ikan Mas ,7 2 Tawes ,5 3 Mujair ,6 4 Nilem ,0 5 Nila ,5 6 Gurami ,6 7 Sepat Siam Tambakan ,1 9 Lele ,8 10 Sidat Patin ,7 12 Jelawat Toman Betutu Udang Galah

17 16 Ikan Lainnya ,7 17 Gabus Baung Betok Bawal JUMLAH ,2 Sumber : DKP tahun ; *: DKP Provinsi Lampung tahun 2006 Berdasarkan data produksi perikanan air tawar tahun Propinsi Lampung, diketahui bahwa produksi Ikan Mas mempunyai kontribusi cukup besar terhadap produksi perikanan air tawar di Propinsi Lampung. Pada tahun , Ikan Mas menempati urutan pertama dengan jumlah produksi sebesar ton dan ton. Sedangkan pada tahun 2006, Ikan Mas menempati posisi ketiga dibawah Ikan Lele dan Ikan Patin dengan jumlah produksi sebesar 3.206,7 ton. Pada tahun , produksi Ikan Mas menurun karena banyak pembudidaya yang beralih ke Ikan Gurami dan Ikan Patin, hal ini dikarenakan harga Ikan tersebut lebih tinggi daripada harga Ikan Mas. Tetapi walaupun terjadi peningkatan di beberapa jenis ikan, Ikan Mas tetap merupakan komoditi unggulan dikarenakan kualitasnya yang telah diakui oleh konsumen dan pengalaman masyarakat akan budidaya Ikan Mas yang selalu menghasilkan keuntungan. 12

18 Tabel 2. Produksi Perikanan Air Tawar Provinsi Lampung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2006 Satuan : Ton Kabupaten/Kota Jumlah Ikan Mas Tawes Nila Nilem patin Gurami Tambakan lele Mujair Ikan Lainnya Kab. Lampung Timur 1.575,1 255,3-250,6 43,6 192,4 72,1 5,1 631,3 72,8 51,9 Kab. Lampung Tengah 4.115,4 468,8 180,2 414, ,5 783,4 35,3 483,8 65,2 7,1 Kab. Lampung 1.933,5 57,4-430,5-957,8 196,9-276,7-14,2 Selatan Kota Bandar 76,7 18,6 1,5 9,5-14,5 4,0 2,0 22,4 4,2 - Lampung Kab. Lampung 350,7 83,8 23,7 44,6 17,4 12,1 36,2 10,7 12,3 20,8 89,1 Barat Kab. Tulang 107,8 42,0 1,2 16,1-14,0 16,0-17,6-0,9 Bawang Kab , ,7-137, , ,7 53,6 - Tanggamus Kab. Lampung 72,0 51,0-10,0-3,0-3,0-2,0 3,0 Utara Kota Metro 922, ,5-312,0 9,0-597,0-0,5 Kab. Way Kanan 897,7 314,1 359,5 359,5-38,4 33,8-125,0 - - Jumlah Total , ,7 233, ,5 61, , ,6 56, ,8 218,6 166,7 Sumber : DKP Provinsi Lampung tahun

19 Berdasarkan Tabel 2, daerah produksi Ikan Mas tersebar di 8 kabupaten dan 1 kota yaitu Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, Kota Bandar lampung, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Way Kanan. Kabupaten Tanggamus memiliki produksi Ikan Mas terbesar dibandingkan daerah lainnya dengan jumlah 1.915,7 ton atau sekitar 59,7 % dari produksi keseluruhan Ikan Mas Provinsi Lampung. Kabupaten Tanggamus mempunyai 28 kecamatan. Sebagian besar Ikan Mas yang dihasilkan oleh Kabupaten Tanggamus berasal dari Kecamatan Pagelaran. Pada tahun 2007, Kecamatan Pagelaran berkontribusi sebesar 46,25% terhadap produksi ikan air tawar, dan 55,2% terhadap produksi Ikan Mas di Kabupaten Tanggamus. Tabel 3. Produksi Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kecamatan Tahun 2007 Kecamatan Jumlah Jenis Ikan (Ton) Mas Nila Gurami Lele Mujair Pringsewu ,3 48,9 10, ,9 Pugung 1.514,9 996,3 73,9 13,2 426,3 4,2 Pagelaran 3.071, ,9 113,7 24,7 837,3 10,8 Gading Rejo 200,6-14,9 7,2 175,3 32 Gisting 285, ,1 7,5 65,2 1,6 Kecamatan ,2 281, ,3 Lainnya Jumlah (ton) 6.641, , ,1 109 Sumber : DKP Kabupaten Tanggamus Berdasarkan Tabel 3, Kecamatan Pagelaran merupakan sentra penghasil Ikan Mas di Provinsi Lampung. Jumlah ikan air tawar yang dihasilkan Kecamatan Pagelaran pada tahun 2007 berjumlah 3.071,4 ton. Kecamatan Pagelaran menyumbangkan produksi Ikan Mas terbanyak dibandingkan dengan jumlah ikan yang lainnya yaitu sebesar 2.084,9 ton atau 31,4% dari jumlah total ikan. Jumlah ini menempati urutan pertama dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Kondisi air yang bagus, lingkungan yang baik serta pengalaman secara turun-temurun, 4

20 menjadikan hampir keseluruhan masyarakat Kecamatan Pagelaran bermata pencaharian sebagai pembudidaya ikan. Potensi perikanan budidaya Kecamatan Pagelaran sebagai sentra produksi Ikan Mas memerlukan informasi pasar dan identifikasi pasar untuk mengetahui ke mana, bagaimana, kapan dan kepada siapa produk akan dipasarkan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengamati efisiensi pemasaran produksi perikanan terutama pada pemasaran Ikan Mas. 1.2 Perumusan Masalah Kecamatan Pagelaran merupakan salah satu sentra produksi Ikan Mas untuk Provinsi Lampung. Sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah pembudidaya Ikan Mas. Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pegelaran sudah berlangsung cukup lama, tetapi dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut usaha budidaya Ikan Mas tidak mengalami perkembangan. Modal yang dimiliki pembudidaya umumnya kecil dan tidak dikelola dengan manajemen yang baik. Modal usaha dan keperluan rumah tangga dan biaya keperluan sehari-hari sering dicampur aduk, sehingga pendapatan bersih pembudidaya Ikan Mas juga tidak diketahui dengan jelas. Salah satu aspek yang juga menjadi permasalahan yang dialami oleh pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yaitu pemasaran. Sifat dasar ikan yang mudah rusak (perishable) serta adanya jarak antara lokasi pembudidaya dan lokasi konsumen dapat menyebabkan berkurangnya kualitas ikan dan menimbulkan biaya untuk memasarkan ikan. Sedangkan konsumen menginginkan kualitas ikan yang baik dan segar. Ketersediaan informasi juga mempengaruhi kegiatan pemasaran terutama informasi mengenai harga dan permintaan konsumen. Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran umumnya tidak mengetahui informasi pasar sehingga hanya berperan sebagai penerima harga. Pedagang pengumpul yang mengetahui informasi pasar mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembudidaya, sehingga pembudidaya menerima harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul selama minimal menutupi biaya produksi. 5

21 Posisi tawar yang kuat diantara pedagang perantara akan mempengaruhi margin ditingkat pedagang perantara dan pembudidaya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara maupun pembudidaya.. Marjin pemasaran yang diperoleh dari perbedaan harga jual pembudidaya dan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat menggambarkan seberapa efisienkah saluran pemasaran yang ditempuh oleh pembudidaya. Semakin besar selisih harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi akan semakin tidak efisien saluran pemasaran, dan semakin sedikit farmer s share yang diterima oleh pembudidaya. Besarnya margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya akan menentukan efisiensi pemasaran di Kecamatan Pagelaran. Sistem pemasaran yang efisien akan menciptakan kondisi usaha yang menguntungkan bagi pembudidaya dan pelaku-pelaku pemasaran yang terlibat, sehingga untuk meningkatkan harga jual dan keuntungan pembudidaya diperlukan saluran pemasaran yang paling efisien dalam menyalurkan Ikan Mas ke konsumen. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pendapatan usaha yang diterima pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran? 2. Bagaimana pola saluran pemasaran Ikan Mas, fungsi pemasaran serta lembaga pemasaran yang terlibat di Kecamatan Pagelaran? 3. Bagaimana efisiensi pemasaran Ikan Mas berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen (farmer s share), dan rasio keuntungan dan biaya? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pendapatan usaha yang diterima pembudidaya Ikan Mas. 2. Menganalisis pola saluran pemasaran Ikan Mas, fungsi pemasaran dan lembaga pemasaran yang terlibat. 6

22 3. Mengetahui efisiensi pemasaran Ikan Mas berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima pembudidaya (farmer s share), dan rasio keuntungan dan biaya. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memahami lebih mendalam tentang teori yang telah didapat guna menganalisis permasalahan perikanan di pembudidaya dan memberikan alternatif pemecahannya. 2. Pembudidaya dan lembaga pemasaran sebagai tambahan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam hal pemasaran Ikan Mas serta demi terwujudnya kerjasama yang saling menguntungkan dan juga sebagai bahan pertimbangan pembudidaya untuk mengetahui saluran pemasaran yang lebih efisien. 3. Bagi Unit Pengembangan Pelayanan, penelitian ini diharapkan dapat membantu kelompok pembudidaya ikan untuk terus dapat mengontrol dan meningkatkan perkembangan usaha budidaya Ikan Mas. 7

23 77 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Ikan Mas Ikan Mas sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1810-an dan mulai dibudidayakan sejak tahun 1860 di sekitar provinsi Jawa Barat. Tahun 1978 oleh Balai Penelitian Perikanan darat (sekarang balai Penelitian Perikanan Air Tawar), ikan ini secara resmi diperkenalkan dan disebarluaskan kepada petani untuk dibudidayakan. Budidaya Ikan Mas yang banyak dilakukan oleh masyarakat dan petani budidaya yakni di kolam, keramba, dan jaring apung (Rokhdianto 1991). Klasifikasi Ikan Mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Ostheichthyes Sub-kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Subordo : Cyprinoidea Famili : Cyprinidea Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio, l. Gambar 1. Ikan Mas Ciri- ciri morfologi adalah ciri-ciri yang menunjukkan bentuk dan struktur suatu organisme. Secara umum, karakteristik Ikan Mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan memipih tegak (compressed) dengan mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian ujung mulut

24 78 memiliki dua pasang sungut (berbel). Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharingeal teeth) yang tersusun dari tiga baris gigi geraham. Sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari keras, sementara di bagian akhir bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) memiliki ciri seperti punggung, yaitu berjari keras dan bergerigi. (Afrianto 1998). Ikan Mas (Cyprinus carpio) termasuk ikan yang bersifat termofil karena mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan yang ditempatinya. Dalam hal makanan, Ikan Mas tidak memilih-milih makanannya dan mudah menyesuaikan diri dengan makanan yang tersedia karena Ikan Mas tergolong omnivora (pemakan segala). Ikan Mas memiliki proses pertumbuhan yang cepat tetapi proses pematangan kelaminnya lambat sehingga sebagian besar energi pertumbuhan Ikan Mas digunakan untuk menambah berat badan tubuhnya. Hal ini menyebabkan Ikan Mas memiliki produktivitas yang tinggi. Sifat-sifat unggul inilah yang menyebabkan Ikan Mas banyak dibudidayakan oleh masyarakat dan petani budidaya, baik dalam skala kecil maupun skala besar Pendapatan Usaha Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua komponen pokok, yaitu penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Kegunaan analisis ini adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan dan menggambarkan keadaan di masa yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong 1973) Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi (1985) mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut : 1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Misalnya sewa lahan, pajak, penyusutan alat-alat, bangunan, dan lain lain. 2. Biaya variabel (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang

25 79 diproduksi. Misalnya biaya tenaga kerja, bibit, pupuk, obat-obatan, dan lain-lain. 3. Penerimaan usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang diterima dari penjualan produk usaha. 4. Pembayaran usahatani (farm payment) didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa usaha. 5. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) yaitu nilai produksi total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual, dan peningkatan nilai investasi. 6. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) yaitu nilai semua input yang habis dipakai (tunai dan tidak tunai), tidak termasuk tenaga kerja keluarga. 7. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) yaitu ukuran yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja modal sendiri, ditambah pinjaman dan pengelolaan atau selisih antara penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usahatani. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tani terbagi menjadi faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang masih bisa dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan contohnya adalah iklim dan tanah. Sedangkan faktor yang masih bisa dikendalikan dan perbaikannya masih dalam batas kemampuan petani, yaitu luas usahatani, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi (Soeharjo dan Patong 1973) Rasio Penerimaan Terhadap Biaya Perbandingan penerimaan dan biaya (R-C ratio) menunjukkan besarnya pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. R-C ratio dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak. Ukuran tersebut penting karena dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani dalam kemungkinan pengembangan produksi (Hernanto, 1988).

26 80 Semakin tinggi nilai R/C menunjukkan semakin besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik. Suatu usahatani dikatakan layak dan menguntungkan apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu dan sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan atau tidak layak apabila nilai R/C kurang dari satu Analisis Pemasaran Pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke titik konsumen (Limbong dan Sitorus 1987). Pemasaran menurut Kotler (1993), adalah proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dengan cara menciptakan, menawarkan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Pertukaran adalah konsep yang yang melandasi pemasaran. Agar terjadi pertukaran maka lima kondisi berikut harus dipenuhi, yaitu: (1) sekurangkurangnya ada dua pihak, (2) masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang bernilai bagi pihak lain, (3) masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan mengirim suatu produk kepada pihak lain, (4) masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran pihak lain, (5) masing-masing pihak percaya dan berhubungan baik dengan pihak lain (Kotler 1993) Tujuan akhir dari pemasaran menurut Hanafiah dan Saeffudin (1986) adalah menempatkan barang-barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan tataniaga yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi). Proses konsentrasi merupakan tahap pertama dari arus barang. Barangbarang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah lebih besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien. Equalisasi (pengimbangan) merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi di antara proses konsentrasi dan proses dispersi. Proses equalisasi ini merupakan tindakan-

27 81 tindakan penyesuaian permintaan dan penawaran, berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas. Dispersi atau penyebaran merupakan proses tahap terakhir dari arus barang, di mana barang-barang yang telah terkumpul disebarkan ke arah konsumen atau pihak yang menggunakannya. Pemasaran dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang dan pendekatan yang berbeda. Seperti pendekatan fungsional atau fungsi pemasaran, pendekatan organisasional atau kelembagaan yang meliputi seluruh partisipan yang terlibat dalam pendekatan subsistem komoditas yang menggabungkan kedua pendekatan sebelumnya. Dalam pendekatan subsistem komoditas, analisis kelembagaan didasarkan pada identifikasi saluran pemasaran utama. Dimana analisis mengenai saluran pemasaran tersebut menyediakan pengetahuan yang sistematis bagaimana arus barang dan jasa mengalir dari titik asal (produsen) sampai titik akhir (konsumen). Pendekatan ini meliputi mengenai marjin dan biaya pemasaran Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah cara atau sistem untuk menyampaikan produk yang dihasilkan oleh produsen kepada konsumen. Dalam saluran pemasaran terdapat lembaga-lembaga pemasaran seperti produsen (petani), pedagang pengumpul, pedagang antar kota dan sebagainya.menurut Hanafiah dan Saeffudin (1986) lembaga pemasaran (tataniaga) adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dengan mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Ke dalam istilah lembaga pemasaran ini termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa. Lembaga Pemasaran menurut Sudiyono (2001), menurut penguasaan terhadap komoditi yang diperjualbelikan dapat dibedakan atas tiga : 1. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti perantara, makelar (Broker, Selling Broker dan Buying Broker). 2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan importer.

28 82 3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditikomoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian (surveyor). Banyaknya lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran dipengaruhi oleh jarak dari produsen ke konsumen, sifat komoditas, skala produksi dan kekuatan modal yang dimiliki (Saefuddin dan Hanafiah 1986). Saluran pemasaran yang dilalui oleh barang dan jasa akan sangat menentukan nilai keuntungan dari suatu produk dan berpengaruh pada pembagian penerimaan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran. Dalam memilih saluran pemasaran ada beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan (Sudiyono 2001), yaitu : 1. Pertimbangan pasar, meliputi konsumen sasaran akhir dengan melihat potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli, dan volume pemasaran. 2. Pertimbangan barang, meliputi nilai barang per unit, besar dan berat harga, tingkat kerusakan dan sifat teknis barang. 3. Pertimbangan intern perusahaan, meliputi sumber permodalan, pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan pelayanan. 4. Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai pemasaran, meliputi segi kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan perusahaan. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung serta terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa yang siap digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orangorang yang membutuhkan atau menginginkannya (Kotler 1993). Saluran pemasaran dikarakteristikan dengan jumlah tingkat saluran pemasaran. Setiap perantara yang menjalankan pekerjaan tertentu untuk mengalihkan produk dan kepemilikannya agar lebih mendekati pembeli akhir bisa akan memebentuk tingkat saluran, karena produsen dan pelanggan akhir, kedua-duanya

29 83 melaksanakan pekerjaan terntentu dan keduanya merupakan bagian dari setiap saluran pemasaran. Terdapat tiga kelompok yang secara langsung terlibat dalam penyaluran barang atau jasa mulai dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen, yaitu : (1) pihak produsen, (2) lembaga perantara, (3) pihak konsumen akhir. Pihak produsen adalah pihak yang memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan. Pihak lembaga perantara adalah yang memberikan pelayanan dalam hubungannya dengan pembelian atau penjualan barang dan jasa dari produsen dan konsumen, yaitu pedagang besar (wholeseller) dan pedagang pengecer (retailer). Sedangkan konsumen akhir adalah pihak yang langsung menggunakan barang dan jasa yang dipasarkan (Limbong dan Sitorus 1987). Panjang-pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil perikanan menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), tergantung pada beberapa faktor, antara lain : a. Jarak antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk. b. Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen, dan dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat. c. Skala produksi Apabila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal mana akan tidak menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan dan dengan demikian saluran yang akan dilalui produk cenderung panjang. d. Posisi keuangan pengusaha Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran. Pola saluran pemasaran untuk produk perikanan relatif agak berbeda dengan pola saluran pemasaran produk non perikanan. Hal ini dikarenakan produk perikanan yang mempunyai sifat mudah rusak (perishable). Pergerakan hasil

30 84 perikanan sebagai barang konsumsi (segar atau produk olahan) dari produsen sampai konsumen pada dasarnya menggambarkan proses pengumpulan maupun penyebaran. Pola saluran pemasaran produk perikanan barang konsumsi adalah seperti terlihat pada Gambar 2. Produsen Produsen Produsen Produsen Pedagang pengumpul lokal Pedagang pengumpul lokal Pedagang besar Pedagang eceran Pedagang eceran Pedagang eceran Institutio nal market Konsu men Produsen Gambar 2. Pola Pemasaran Hasil Perikanan Bahan Konsumsi Sumber : Hanafiah dan Saeffudin Fungsi Fungsi Pemasaran Fungsi-fungsi pemasaran merupakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memindahkan barang-barang atau jasa-jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi (Hanafiah dan Saeffudin, 1986). Fungsi pemasaran menurut Mubyarto (1994) adalah mengusahakan agar pembeli atau konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu dan harga yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dalam pelaksanaan aktivitasnya dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran ini yang akan terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa dari produsen sampai ke tangan konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), dapat dikelompokkan sebagai berikut :

31 85 1. Fungsi Pertukaran : - Penjualan - Pembelian 2. Fungsi pengadaan secara fisik : - Pengangkutan - Penyimpan 3. Fungsi Pelancar : - Permodalan - Penanggung resiko - Standardisasi dan grading - Informasi pasar Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari dua fungsi, yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualan adalah kegiatan yang bertujuan mencari atau mengusahakan agar ada pembeli atau ada permintaan pasar yang cukup baik pada tingkat harga yang menguntungkan. Fungsi pembelian adalah pembelian persediaan produksi untuk diolah dan dijual kembali. Fungsi pengadaan secara fisik adalah semua kegiatan atau tindakan yang menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu pada barang dan jasa. Fungsi fisik meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pelancar adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dengan konsumen. Fungsi pelancar meliputi dari fungsi permodalan, penangungan resiko, standardisasi dan grading, informasi pasar Struktur Pasar Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan atau industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagi ukuran, deskripsi produk atau deferensiasi produk, syarat-syarat masuk atau penguasaan pangsa pasar (Limbong dan Sitorus, 1987). Terdapat ada empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam

32 86 menentukan struktur pasar, yaitu : jumlah atau ukuran pasar, kondisi atau keadaan produk, kondisi keluar atau masuk pasar, tingkat pengetahuan informasi pasar yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran misalnya biaya, harga, dan kondisi pasar antara partisipan (Dahl dan Hammond 1977). Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar menurut Limbong dan Sitorus (1987) diklasifikasikan menjadi dua struktur pasar yaitu : 1. Pasar bersaing sempurna yang mempunyai ciri-ciri antara lain : terdapat banyak jumlah pembeli maupun penjual, pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang dan jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga (penjual dan pembeli berperan sebagai penerima harga, barang atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen, serta penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar). 2. Pasar bersaing tidak sempurna, dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi pembeli dan sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari pasar monopolistik, monopoli, oligopoli dan duopoli. Karakteristik pasar persaingan murni adalah jumlah penjual dan pembeli relatif banyak dan seimbang dalam jumlah sehingga harga yang terbentuk merupakan hasil akhir dari interaksi penawaran dan permintaan. Petani secara individu tidak dapat mempengaruhi harga bebas sebab pangsa pasar (market share) yang dimiliki petani tersebut sangat kecil sekali (Sudiyono 2001). Pasar persaingan monopolistik mempunyai 3 karakteristik utama yaitu, produk yang dihasilkan berbeda corak, jumlah penjual relatif banyak dan adanya persaingan tidak sempurna, terdiri dari banyak penjual dan pembeli yang melakukan transaksi pada berbagai harga dan bukan atas harga dengan produk yang berbeda corak (Sudiyono 2001). Karakteristik utama pasar oligopoli adalah adanya beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang homogen ataupun berbeda corak, sehingga tindakan perusahaan satu mempengaruhi dan mendapatkan reaksi perusahaan lain. Oligopoli yang menghasilkan produk yang homogen disebut oligopoli murni, sedangkan oligopoli yang menghasilkan produk berbeda corak disebut oligopoli terdeferensiasi (Sudiyono 2001).

33 87 Struktur pasar produk perikanan yang banyak dijumpai dalam praktek adalah pasar persaingan monopolistik dan oligopoli (Sudiyono 2001). Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : 1. Bagian pangsa pasar (market share) yang dimiliki petani umumnya sangat kecil, sehingga petani dalam pemasaran produk pertanian bertindak sebagai penerima harga (price taker). 2. Produk pertanian pada umumnya diproduksi secara masal dan homogen, sehingga apabila petani menaikkan harga komoditi yang dihasilkan akan menyebabkan konsumen beralih untuk mengkonsumsi komoditi yang dihasilkan petani lainnya. 3. Komoditi yang dihasilkan mudah rusak (perishable), sehingga harus secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga. 4. Lokasi produksi terpencil dan sulit dicapai oleh alat transportasi yang mudah dan cepat. 5. Petani kekurangan informasi harga dan kualitas serta kuantitas yang diinginkan konsumen, sehingga petani mudah diperdaya lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan dengan petani langsung. 6. Adanya kredit dan pinjaman dari lembaga kepada petani yang bersifat mengikat. Tabel 4. Karakteristik (ciri) Struktur Pasar Berdasarkan Sudut Penjual dan Pembeli. No Karakteristik Struktur Pasar Jumlah Penjual dan Pembeli Sifat Produk Sudut Penjual Sudut Pembeli 1 Banyak Homogen Persaingan Murni Persaingan murni 2 Banyak Diferensiasi Persaingan Monopolistik Persaingan monopsomistik 3 Beberapa Homogen Oligopoli Murni Oligopsoni murni 4 Beberapa Diferensiasi Oligopoli Diferensiasi Oligopsoni diferensiasi 5 Satu Unik monopoli Monopsoni Sumber : Dahl dan Hammond 1977

34 Perilaku Pasar Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar di mana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian. Perilaku sebagi pola tanggapan dan penyesuaian mengantisipasi keadaan pasar di dalam usaha untuk mencapai tujuannya. Perilaku ini juga memahami bagaimana suatu produk yang dipasarkan mengalir dari tangan tangan produsen ke tangan konsumen. Perilaku suatu pemasar akan sangat jelas pada saat beroperasi, misalkan dalam penentuan harga, promosi usaha, pangsa pasar, penjualan, pembelian, siasat pemasaran dan lain sebagainya (Dahl dan Hammond 1977 ) Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input berupa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan hasil perikanan. Sedangkan output adalah kepuasan dari konsumen. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran. (Soekartawi 1985) Marjin Pemasaran Marjin didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (Saefuddin dan Hanafiah 1986). Perlakuan yang berbeda-beda yang diberikan masing-masing pelaku pemasaran terhadap komoditas yang dipasarkan menyebabkan perbedaan harga jual antar tiap lembaga yang terlibat hingga sampai ke konsumen akhir. Perbedaan harga inilah yang disebut dengan marjin pemasaran.

35 89 Harga Sr Sf Pr Margin pemasaran Pf Df Dr Qr, f Jumlah Gambar 3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin tataniaga dan nilai margin tataniaga Sumber : Hammond dan Dahl 1977 Keterangan : Pr : Harga retail Sr : Supply retail Dr : Demand retail Pf : Harga farmer Sf : Supply farmer Df : Demand farmer Qr, f : Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan konsumen Pada gambar 3 diatas dapat dilihat besarnya margin pemasaran adalah hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan (Pr Pf) x Qr,f. Besaran (Pr Pf) menunjukkan marjin pemasaran komoditi per unit. Rendahnya marjin pemasaran suatu komoditas belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayar konsumen akhir (farmer s share). Share yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam persentase (Limbong dan Sitorus 1987) Farmer s Share Farmer s share adalah bagian yang diterima oleh petani dari kegiatan usaha budidaya dalam menghasilkan komoditas tertentu yang merupakan

36 90 perbandingan harga jual petani dengan harga beli konsumen (Sarma 1995). Farmer s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran sehingga semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah. Semakin tinggi farmer s share berfungsi untuk mengukur seberapa besar bagian yang diterima oleh petani ketika melakukan pemasaran komoditi perikanan Rasio Keuntungan dan Biaya Rasio keuntungan dan biaya dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya mendefinisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus 1987) Hasil Penelitian Terdahulu Harahap (2007) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan pemasaran ikan hias air tawar (kasus Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor). Dari hasil penelitian, pendapatan atas biaya total dan pendapatan atas biaya tunai tertinggi sebesar Rp ,72 dan Rp ,05 per tahunnya. Penelitian tersebut juga menghasilkan 5 saluran pemasaran ikan hias air tawar. a. Saluran I : Petani Ikan hias Tengkulak Agen Pengecer Konsumen b. Saluran 2 : Petani Ikan hias Tengkulak Agen Konsumen c. Saluran 3 : Petani Ikan hias Tengkulak Agen Eksportir d. Saluran 4 : Petani Ikan hias Kelompok tani Agen Eksportir Konsumen luar negeri e. Saluran 5 : Petani Ikan hias Kelompok tani Eksportir Konsumen luar negeri Pada saluran 1, keuntungan total yang diperoleh sebesar Rp. 686,65 per ekor, total marjin pemasaran sebesar 888% per ekor, rasio keuntungan dan biaya yang diterima sebesar 2,86% per ekor, dan farmer s share sebesar 11,20%. Pada saluran 2, keuntungan total yang diterima sebesar Rp. 416,45 per ekor, total

37 91 marjin pemasaran sebesar 209,05% per ekor, rasio keuntungan dan biaya yang diterima sebesar 1,99% per ekor, farmer s share sebesar 17,86%. Saluran 3, keuntungan total yang diterima Rp. 92,10 per ekor, total marjin pemasaran 125% per ekor, rasio keuntungan dan biaya sebesar 1,12% per ekor, farmer s share sebesar 50%. Pada saluran 4, total keuntungan yng diterima sebesar Rp. 382,80 per ekor, total marjin pemasaran 500% dan rasio keuntungan dan biaya sebesar 2,66%, farmer s share sebesar 16,67%. Saluran 5 menghasilkan total keuntungan sebesar Rp.83,23 per ekor, total marjin pemasaran sebesar 125% per ekor, rasio keuntungan dan biaya sebesar 8,61% per ekor dan farmer s share sebesar 50%. Fungsi pemasaran yang dilakukan pleh lembaga pemasaran tersebut meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terdiri dari aktivitas pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa pengemasan dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas berupa aktivitas grading, pembiayaan, dan penanggungan resiko. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani adalah pasar oligopsoni begitu pula dengan tengkulak dan kelompok tani. Bila ditinjau dari sisi penjual, pasar yang dihadapi oleh agen ikan hias adalah pasar oligopoli dan pasar monpsoni merupakan struktur yang dihadapi oleh pedagang pengecer. Dari kelima saluran pemasaran tersebut, semua saluran pemasaran memilki marjin pemasaran yang tinggi dan farmer s share yang rendah. Hal ini disebabkan rantai pemasaran yang cukup panjang sehingga menyebabkan biaya pemasaran yang rendah.

38 92 III. KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian kinerja pemasaran Ikan Mas membahas mengenai kegiatan budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yang akan dinilai dari kegiatan pemasaran Ikan Mas dari mulai produsen sampai ke konsumen akhir, lembagalembaga pemasaran, struktur pasar yang terjadi dan marjin pemasaran,serta menganalisis pendapatan usaha yang didapatkan oleh pembudidaya Ikan Mas. Analisis struktur dan perilaku pasar dilakukan untuk menjelaskan tingkat persaingan yang ada di dalam pasar dan melihat pengaruhnya dalam penentuan harga juga kesepakatan atau kerjasama antara lembaga pemasaran yang terjadi di dalam pasar. Margin pemasaran digunakan untuk melihat perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen yang diakibatkan oleh struktur dan perilaku pasar yang terjadi. Farmer s share digunakan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang sering dinyatakan dalam persentase. Rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Marjin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya merupakan komponen untuk menilai efisiensi pemasaran. Pendapatan usaha diukur dengan pengurangan penerimaan usaha Ikan Mas yang dinilai dari total nilai produk yang dihasilkan, yaitu hasil kali dari jumlah output dengan harga yang terjadi dan alokasi biaya usaha yang meliputi biaya untuk sarana produksi yang habis terpakai, biaya alat-alat produksi dan biaya tenaga kerja. Pendapatan usaha dilakukan dengan menilai pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Rasio penerimaan terhadap biaya dilakukan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak. Agar mendapatkan keuntungan maksimum maka pengusaha harus menggunakan input-input produksinya secara efisien. Untuk lebih jelasnya, kerangka pendekatan studi dapat silihat pada Gambar 3.

39 93 Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. Pembudidaya Ikan Mas Lembaga Pemasaran Ikan Mas : - Pembudidaya - Pedagang Pengumpul - Pengecer - Konsumen akhir - Analisis pendapatan Usaha - R-C Ratio - Lembaga dan Saluran Pemasaran - Fungsi-fungsi Pasar - Struktur Pasar - Perilaku Pasar - Margin Pemasaran - Farmer s Share - Rasio keuntungan dan Biaya Efisiensi pemasaran Gambar 4. Kerangka Pemikiran

40 94 IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus (case study) dengan satuan kasusnya adalah pedagang yang terlibat dalam kegiatan pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus. Studi kasus ini diharapkan bisa memberikan gambaran tentang kekhasan unit-unit studi yang menjadi subjek mendalam. Studi kasus menurut Nazir (1998) adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Unit kasus dalam penelitian ini adalah pengumpul, grosir dan pengecer dalam pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah sejumlah data yang diperoleh melalui observasi langsung di lapang (Singarimbun dan Effendi 1989). Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pemilik kolam pemancingan dan pemilik rumah makan. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui informasi pustaka. Data sekunder diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung, DKP Kabupaten Tanggamus, Kantor Kecamatan Pagelaran, Unit Pengembangan Pelayanan dan data dari buku-buku penunjang sebagai bahan acuan. Adapun datadata yang diperlukan untuk penelitian ini, yaitu : 1. Data yang diperlukan untuk mengetahui saluran pemasaran, meliputi : a. Tingkat Pembudidaya, yaitu : 1. Karakteristik pembudidaya (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman usaha budidaya). 2. Gambaran usaha (jumlah produksi, tekhnik dan peralatan yang digunakan serta jumlah ikan dan luas kolam). 3. Cara penjualan ikan 4. Tujuan penjualan ikan (dijual kemana).

41 95 5. Volume penjualan dan harga jual b. Tingkat pengumpul, yaitu : 1. Karekteristik pengumpul (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman usaha). 2. Cara pembelian ikan (sumber pembelian ikan, frekuensi pembelian dan jumlah yang dibeli serta harga beli produk). 3. Tujuan penjualan ikan (dijual kemana). 4. Volume penjualan dan harga jual. 2. Data yang diperlukan untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran, meliputi : a. Fungsi Pertukaran 1. Pembudidaya (jumlah atau volume penjualan kepada pedagang, frekuensi penjualan, proses penjualan). 2. Pengumpul (jumlah pembelian dari pembudidaya atau pedagang lain, frekuensi pembelian, jumlah atau volume penjualan ke pedagang lain atau ke konsumen, frekuensi penjualan). b. Fungsi pengadaan secara fisik 1. Pembudidaya (biaya transportasi atau pengangkutan (bila ada)). 2. Pengumpul (jumlah produk yang disimpan, lokasi penyimpanan produk, lama penyimpanan, biaya transportasi, alat transportasi yang digunakan.) c. Fungsi Pelancar 1. Pembudidaya (proses sortiran dan grading, jumlah yang disortir (hasil sortiran dijual kemana), pembiayaan usaha budidaya, biaya pengangkutan, sumber informasi pasar, cara memperoleh informasi pasar). 2. Pengumpul (proses penyortiran dan grading, biaya yang dikeluarkan : biaya pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya tenaga kerja, resiko usaha yang ditanggung pedagang, sumber informasi pasar, cara memperoleh informasi pasar). 3. Data yang diperlukan untuk mengetahui struktur pasar, meliputi : a. Jumlah pelaku yang terlibat (jumlah pembeli dan penjual) b. Keragaman produk

42 96 c. Hambatan keluar masuk pasar : 1. Hambatan yang dialami pembudidaya 2. Hambatan yang dialami pedagang pengumpul 3. Hambatan yang dialami oleh pedagang pengecer 4. Modal yang diperlukan oleh masing-masing lembaga pemasaran 5. Jumlah pesaing di pasar d. Informasi pasar 1. Sumber informasi pasar atau harga 2. Sarana informasi yang digunakan 4. Data yang diperlukan untuk mengetahui perilaku pasar, adalah : a. Praktek pembelian dan penjualan antara lembaga-lembaga pemasaran b. Sistem penentuan harga c. Cara pembayaran harga dari pedagang ke pembudidaya d. Cara pembayaran harga diantara lembaga pemasaran e. Praktek kerjasama antara lembaga pemasaran 5. Data yang diperlukan untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani (farmer s share) dan margin pemasaran, rasio keuntungan dan biaya, R-C ratio serta pendapatan usaha, meliputi : a. Harga jual pembudidaya b. Harga beli dari pedagang pengumpul c. Biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul d. Keuntungan pedagang pengumpul e. Harga jual dari pedagang pengumpul f. Harga beli dari pedagang pengecer g. Biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengecer h. Keuntungan pedagang pengecer i. Harga jual dari pedagang pengecer ke konsumen 4.3. Metode Pengambilan Contoh Pengambilan responden pembudidaya dipilih secara sengaja (purposive sampling). Purposive sampling adalah metode pengambilan responden yang dilakukan sengaja tetapi dengan pertimbangan tertentu (Made 2006).

43 97 Pertimbangan dalam penelitian ini dalah pembudidaya yang telah melakukan usahanya minimal satu tahun. Berdasarkan pertimbangan statistik jumlah responden yang akan diambil berjumlah 30 orang (Walpole 1982). Penarikan responden terhadap beberapa kelompok pedagang perantara dilakukan dengan cara snowball sampling, dimana sampel ditentukan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari sampel unit yang dapat lebih menunjang tujuan penelitian yang bersangkutan. Jumlah sampel pedagang perantara sebanyak 13 orang dan pedagang pecel lele sebanyak 3 orang. Tabel 5. Jumlah Responden Penelitian No Responden Jumlah (orang) 1 Pembudidaya 30 2 Pedagang Pengumpul 3 3 P. Pengumpul Luar Kecamatan 2 4 Pedagang Pengecer 3 5 P. Pengecer Luar Kecamatan 3 6 Kolam Pemancingan 2 7 Rumah Makan 3 Sumber : Diolah dari Lampiran Metode Analisis Data Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis dilakukan dengan mengadakan saluran dan lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar, keragaan pasar, marjin pemasaran, farmer s share, rasio keuntungan terhadap biaya dan analisis pendapatan usaha Analisis Pendapatan Usaha Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran. Penerimaan total adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu (Lipsey dan Richard 1995). Pengeluaran total usaha adalah semua nilai input yang dikeluarkan dalam proses produksi. Rumus penerimaan total, biaya dan pendapatan adalah : Keuntungan (П) = Total Penerimaan Total Biaya (1)

44 98 Nilai total penerimaan lebih besar dari total biaya (TR>TC) usaha tersebut menguntungkan. Nilai total penerimaan kurang dari total biaya (TR<TC) usaha tersebut rugi Analisis Rasio Penerimaan Terhadap Biaya (R-C Ratio) Analisis R-C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya (Soekartawi 1995). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Rumus R - C rasio, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Total Penerimaan R - C Ratio = x100%.(2) Total Pengeluaran Dimana : R = Revenue (Penerimaan) C = Cost (Biaya) Total biaya yang diperhitungkan dalam perhitungkan dalam perhitungan R- C rasio, meliputi biaya tunai dan biaya. Rasio R - C menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang akan dilakukan dalam budidaya Ikan Mas. Semakin tinggi nilai R-C ratio, maka semakin menguntungkan usaha tersebut Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasikan saluran pemasaran yang ada untuk mengetahui proses penyampaian produk dari tangan produsen ke konsumen. Selain itu, melalui analisis saluran dan lembaga pemasaran dapat dilihat fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Dengan analisis lembaga pemasaran ini dapat dilihat sejauh mana peran lembaga pemasaran dalam menjaga mutu produk sebelum sampai ke tangan konsumen (Limbong dan Sitorus 1987) Analisis Struktur pasar Analisis struktur pasar Ikan Mas dilihat berdasarkan saluran pemasaran, keadaan produk yang diperdagangkan, pengetahuan konsumen akan harga dan

45 99 biaya serta mudah tidaknya keluar atau masuk dari pasar. Struktur pasar dapat diketahui dengan melihat jumlah penjual atau pembeli yang telibat, keadaan atau sifat produk, informasi pasar, serta hambatan untuk masuk dan keluar dari pasar (Sudiyono 2001) Analisis Perilaku Pasar Perilaku pasar Ikan Mas dapat dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, dan kerjasama diantara lembaga-lembaga pemasaran. Perilaku pasar akan sangat jelas pada saat beroperasi, misalkan dalam penentuan harga, promosi usaha, pangsa pasar, penjualan, siasat pemasaran dan lain sebaginya (Dahl dan Hammond 1977) 4.5. Analisis Marjin Pemasaran Analisis marjin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi produk Ikan Mas. Marjin pemasaran adalah merupakan perbedaan harga yang yang dibayar kepada produsen dan harga yang dibayar konsumen (Saefudin dan Hanafiah 1986). Perhitungan analisis marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui perbedaan harga per satuan di tingkat produsen atau tingkat konsumen yang terjadi pada rantai pemasaran (Sudiyono 2001). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Mi = Pk i Pp i. (3) Dimana : Mi = Marjin pemasaran pasar tingkat ke-i Pk i = Harga beli konsumen tingkat ke-i Pp i = Harga jual produsen ke-i Margin pemasaran dapat pula diperoleh dengan menjumlah biaya pemasaran dan keuntungan setiap lembaga. Secara sistematis margin pemasaran dapat ditulis sebagai berikut : Mi = Ci + i...(4) Dimana : Ci = Biaya lembaga pemasaran ditingkat ke-i Пi = Keuntungan lembaga di tingkat ke-i

46 Analisis Farmer s Share Analisis ini digunakan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang biasa disebut dengan farmer s share (Limbong dan Sitorus 1987). Farmer s share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh produsen atau petani semakin rendah. Secara matematis, farmer s share dapat dirumuskan sebagai berikut: Pf Fs = Pr x100%.(5) Keterangan : Fs : Persentase yang diterima oleh petani Pf : Harga di tingkat petani Pr : Harga di tingkat konsumen 4.7. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Tingkat efisiensi sebuah sistem pemasaran juga dapat dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Semakin meratanya rasio keuntungan terhadap pemasaran, maka secara teknis (operasional) sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Rasio keuntungan dan biaya dalam Hanapi (2006) dirumuskan sebagai berikut: KPi / C =...(6) BPi Keterangan : KPi = Keuntungan lembaga pemasaran (Rp/kg) BPi = Biaya pemasaran (Rp/kg) Nilai П/C lebih dari satu (П/C > 1), maka usaha tersebut efisien dan apabila П/C kurang dari satu (П/C < 1) maka kegiatan tersebut tidak efisien Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data di lapang dilaksanakan mulai tanggal 25 Maret sampai dengan 24 April 2008 di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung.

47 Batasan dan Pengukuran 1. Responden adalah pembudidaya Ikan Mas dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalam saluran atau jaringan pemasaran Ikan Mas. 2. Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang menjalankan fungsifungsi pemasaran ketika komoditas mulai bergerak dari (produsen) pembudidaya kepada konsumen. 3. Saluran pemasaran adalah rangkaian penyaluran produk dari produsen (pembudidaya) ke tangan konsumen akhir. 4. Struktur pasar adalah bentuk pasar berdasarkan atas karakteristik atau sifat yang dimiliki lembaga pemasaran yang terlibat. 5. Perilaku pasar adalah tingkah laku peserta pasar, dapat dilihat dari proses praktek pembelian dan penjualan, penentuan harga, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga. 6. Fungsi pemasaran adalah kegiatan lembaga pemasaran dalam menyalurkan Ikan Mas. 7. Efisiensi pemasaran adalah kondisi pemasaran dimana pengusaha dapat bekerja atas dasar biaya input yang rendah tanpa mengurangi kepuasan konsumen. Efisiensi pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran diukur dengan margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya. 8. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga antara pembayaran konsumen dengan harga yang diterima oleh pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran. 9. Farmer s share adalah perbandingan antara harga yang diterima pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase. 10. Rasio keuntungan dan biaya adalah perbandingan besarnya keuntungan atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. 11. Pendapatan usaha adalah pendapatan pembudidaya dari pengurangan total penerimaan dengan biaya pada satu tahun usaha. 12. R-C ratio adalah perbandingan antara penerimaan yang diterima pembudidaya dengan biaya yang dikeluarkan pembudidaya selama satu tahun usaha.

48 102 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Tanggamus memiliki 28 kecamatan, salah satunya Kecamatan Pagelaran. Kecamatan Pagelaran merupakan salah satu sentra produksi perikanan budidaya Ikan Mas di Kabupaten Tanggamus. Batas wilayah Kecamatan Pagelaran yaitu : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Air Naningan - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung Kecamatan Pagelaran mempunyai 24 pekon/desa, berjarak 114 km dari Ibukota Kabupaten dan 50 km dari Ibukota Provinsi. Kecamatan Pagelaran terletak pada ketinggian meter diatas permukaan laut (dpl) dengan bentuk wilayah berupa daratan. Kisaran suhu antara 20 C-25 C dengan curah hujan sebesar 1952 mm per tahun (data monografi Kecamatan Pagelaran 2007). Kecamatan Pagelaran mempunyai luas wilayah sebesar ,5 Ha. Wilayah tersebut antara lain terdiri dari tanah sawah, tanah kering, tanah basah, tanah hutan, dan tanah keperluan fasilitas umum.tanah sawah mempunyai luasan Ha dengan persentase sebesar 26,58%. Tanah Kering terdiri dari pekarangan atau bangunan, tegal atau kebun, ladang atau tanah huma memiliki luasan terbesar yaitu Ha dengan persentase sebesar 44,40%. Tanah basah berupa kolam atau balong memiliki luasan sebesar 260 Ha dengan persentase 2,13%. Tanah perkebunan yang merupakan perkebunan rakyat memiliki luas 326,3 Ha dengan persentase 26,69%. Sedangkan tanah keperluan fasilitas umum terdiri dari lapangan olah raga dan kuburan memiliki luasan sebesar 25 Ha dengan persentase 0,2%. Rincian penggunaan lahan Kecamatan Pagelaran dapat dilihat pada Tabel 6.

49 103 Tabel 6. Pola Penggunaan Lahan Kecamatan Pagelaran Tahun 2007 No Rincian Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Tanah sawah 26,58 - Irigasi teknis 816,00 - Irigasi setengan teknis Tadah hujan/sawah rendengan Tanah Kering 44,40 - Pekarangan/bangunan Tegal/Kebun Ladang/tanah huma Tanah Basah 2,13 - Balong/empang Tanah Perkebunan 26,69 - Perkebunan rakyat 3.263,5 5. Tanah Keperluan Fasilitas Umum 0,20 - Lapangan Olah raga 15 - Kuburan 10 Total ,5 100,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Tahun Sosial Kependudukan Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Penduduk merupakan faktor yang penting dari suatu wilayah. Karakteristik penduduk akan mempengaruhi kinerja suatu wilayah dan aktifitas sosial ekonomi yang dilakukan penduduk. Sebaran penduduk Kecamatan Pagelaran menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Menurut Kelompok Umur Tahun 2007 No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) > Total Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Tahun 2007

50 104 Berdasarkan Tabel 7 diatas, Jumlah penduduk Kecamatan Pagelaran pada tahun 2007 sebanyak jiwa terdiri atas penduduk laki-laki jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) sebesar KK. Penduduk usia produtif (13-59 tahun) mendominasi jumlah penduduk di Kecamatan Pagelaran sebanyak jiwa. Penduduk usia non produktif (0 6 dan >60 tahun) sebanyak jiwa. Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2007 Keterangan Jumlah (orang) Rasio Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah ,53 Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 8 jumlah penduduk laki-laki sebesar orang dan penduduk perempuan sebesar orang. Rasio jenis kelamin dimana jumlah laki-laki per 100 orang perempuan sebesar 105, Mata Pencaharian Lapangan pekerjaan masyarakat di Kecamatan Pagelaran cukup beragam. Penduduk Kecamatan Pagelaran sebagian besar bekerja pada sektor pertanian dan sebagian kecil bekerja di sektor pemerintahan. Tabel 9. Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007 No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Petani ,76 - Petani pemilik Pemilik penggarap Penggarap/Penyekap Penyewa Nelayan 778 5,97 3 Buruh bangunan 215 1,65 4 PNS 471 3,62 Total ,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 9, pekerja di sektor pertanian mempunyai persentase 88,76% dari jumlah penduduk keseluruhan, sedangkan pekerja di Pemerintahan mempunyai persentase sebesar 3,62%.

51 Gambaran Umum Usaha Budidaya Ikan Mas Kondisi Kelompok Budidaya Ikan Mas Usaha budidaya Ikan Mas merupakan salah satu sektor usaha yang sedang berkembang di Kecamatan Pagelaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jumlah pembudidaya baik secara kelompok maupun mandiri. Menurut data Unit Pengembangan Pelayanan (UPP) Kabupaten Tanggamus, terdapat 12 kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) di Kecamatan Pagelaran. Kelompok Pembudidaya Ikan berada di bawah naungan Unit Pengembangan Pelayanan (UPP) Kabupaten Tanggamus yang diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. UPP telah berdiri sejak tahun 2005 yang mempunyai tugas untuk menyalurkan bantuan dana penguatan modal (DPM) kepada petani melalui kelompok pembudidaya ikan (pokdakan). Setiap pokdakan beranggotakan petani-petani yang mempunyai visi dan misi yang sama. Anggota pokdakan mempunyai kebebasan seperti halnya pembudidaya mandiri dalam hal menjual hasil produksinya kepada beberapa pengumpul, tidak mengharuskan menjual kepada pengumpul yang sama dengan ketua kelompok, karena ketua kelompok belum tentu merangkap sebagai pedagang pengumpul. Tabel 10. Kelompok usaha budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Tahun 2007 Pekon / Desa Nama Kelompok Jumlah anggota (orang) Panutan Ulam Sai 10 Polaman Mina Karya Lestari 12 Panutan Ikan Semesta Lestari 11 Panutan Lumbung Ulam Rakyat 10 Panutan Mina Usaha Lestari 9 Pamenang Mina Sejahtera 10 Blitar Serbaguna 13 Panutan Mina Sentosa Abadi 11 Panutan Mina Rakyat Desa 9 Sukaratu Bina Usaha 9 Panutan Mina Jaya 5 Umbul Solo Metropolis 5 Sumber : Unit Pengembangan Pelayanan Kabupaten Tanggamus Tahun 2007

52 106 Ketua kelompok biasanya bekerja sama dengan koperasi dalam hal peminjaman pakan ikan. Selama proses pembesaran, apabila terjadi kekurangan pakan maka anggota kelompok akan meminjam pakan dari ketua kelompok. Setelah panen, anggota kelompok hanya membayar sejumlah pakan yang dipinjamnya kepada ketua kelompok. Tidak semua kelompok dapat diakui oleh Unit Pengembangan Pelayanan. Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, seperti harus mempunyai visi dan misi yang sama setiap anggota kelompok, berperilaku jujur, pekerja keras dan ulet. Setelah itu akan ada tim verifikasi dari UPP yang akan menilai apakah pokdakan tersebut bisa diterima atau tidak. Pembudidaya Ikan Mas yang masuk dalam kelompok selain memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memelihara ikan berdasarkan pengalaman sendiri dan orang lain juga mendapat tambahan pengetahuan dan informasi dari penyuluh perikanan. Penyuluh perikanan melakukan pertemuan dengan kelompok pembudidaya untuk membahas permasalah dan memberikan teknik budidaya Ikan Mas Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas Persiapan Kolam Kolam yang digunakan pembudidaya berupa kolam tanah dengan pemeliharaan dalam air tenang. Awal kegiatan budidaya Ikan Mas dimulai dengan persiapan kolam. Luasan kolam berbeda-beda antara m² per kolam. Berdasarkan wawancara dengan responden pembudidaya, kegiatan budidaya diawali dengan pengeringan kolam. Pengeringan air dilakukan 2-3 hari sebelum siap untuk dilakukan pengapuran. Pengapuran dimaksudkan agar ikanikan kecil, seperti ikan sapu-sapu, yang merupakan hama bisa hilang. Kapur disebar ke seluruh kolam dan didiamkan selama 1 hari. Kapur yang digunakan tergantung dari luasan kolam dan banyaknya ikan dan hama pengganggu. Ratarata penggunaan kapur sebesar 0,016-0,02 kg per m². Setelah itu kolam diberi pupuk yang diperlukan untuk pertumbuhan plakton sebagai makanan awal benih Ikan Mas. Pupuk yang diberikan tergantung dari luas kolam dan jumlah benih yang ditebar. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, rata-rata penggunaan pupuk sebesar 0,01-0,012 kg per m². Setelah kolam diberi kapur dan pupuk, maka

53 107 kolam sudah bisa diisi air kembali dengan terlebih dahulu menutup saluran outlet. Kolam dapat diisi benih ikan setelah mencapai air mencapai kisaran 1-1,5 meter. Pergantian air secara keseluruhan dilakukan sebelum pemeliharaan dan setelah pemanenan. Sumber air yang digunakan berasal dari sungai terdekat dan dari saluran irigasi. Dalam budidaya Ikan Mas air harus masuk dan keluar terusmenerus agar ketersediaan oksigen terjamin, karena Ikan Mas akan stres dan mati jika tidak terjadi pergantian air Pengangkutan dan Penebaran Benih Penanganan dalam pengangkutan benih sangat berpengaruh terhadap tingkat kematian benih selama pembesaran. Penanganan yang salah akan mengakibatkan kematian yang tinggi. Untuk mencegah tingkat kematian yang tinggi, pengangkutan benih dilakukan pada kondisi suhu rendah (pagi atau sore hari). Jumlah benih dalam wadah angkut disesuaikan dengan besarnya wadah angkut dan lamanya perjalanan. Pembudidaya di Kecamatan Pagelaran memilih menggunakan plastik yang berisikan oksigen untuk membawa benih. Benih diperoleh dari petani lokal di Kecamatan Pagelaran dengan mengunakan motor selama menit. Pembudidaya di Kecamatan Pagelaran melakukan pemilihan benih berdasarkan ukuran yang seragam dan kondisi fisik yang terlihat sehat. Pembudidaya pada umumnya membeli benih Ikan Mas dengan ukuran yang sama yaitu sekitar 5-7 cm dengan harga Rp120,00-Rp125,00 per ekor, karena pembudidaya menargetkan setiap dua bulan atau 70 hari melakukan panen. Sebelum benih ditebar dilakukan proses aklimatisasi agar suhu air dalam wadah angkut sama dengan kolam. Penebaran benih disesuaikan dengan luasan kolam yang tersedia. Jumlah benih yang ditebar juga tergantung pada kemampuan pemberian pakan dan hasil panen yang diinginkan. Rata-rata benih yang ditebar adalah 2-3 ekor/m² Pemeliharaan/Pembesaran Benih yang baru ditebar tidak langsung diberi makanan berupa pelet, tetapi diberi pakan alami berupa plakton selama 2-3 hari. Setelah itu pembudidaya

54 108 hanya memberikan pakan Ikan Mas berupa pelet, sehingga jumlah hasil panen sangat tergantung pada jumlah pemberian pelet. Siklus pemeliharaan Ikan Mas membutuhkan waktu selama 70 hari hingga panen. Dalam pemeliharaan Ikan Mas, penyortiran dilakukan pada saat ikan siap untuk dipanen. Penyortiran dilakukan karena ukuran Ikan Mas yang akan di panen belum tentu semuanya mencapai ukuran konsumsi. Berdasarkan wawancara dengan pembudidaya, hampir keseluruhan Ikan Mas yang akan dipanen mencapai ukuran konsumsi dengan ukuran 1 kg berisi 3 8 ekor, dan hanya sebagian kecil dengan ukuran konsumsi 1 kg berisi 8-10 ekor. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebnyak 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari. Berdasarkan wawancara dengan pembudidaya, jumlah pemberian pakan tidak berdasarkan bobot ikan tetapi pakan diberikan hingga Ikan Mas kenyang yang ditandai dengan ikan tidak mau makan lagi. Pemberian pakan dilakukan di satu tempat di kolam, sehingga pemberian pakan dapat merata dan agar semua ikan mengetahui letak pemberian pakan. Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran jarang yang terjangkit penyakit, dalam 1 tahun usaha hanya 1-2 kali terkena penyakit. Hal ini dimungkinkan karena kondisi air yang bagus serta benih yang dipakai merupakan hasil dari perkawinan induk lokal. Apabila Ikan Mas terkena penyakit, pembudidaya biasanya memberikan obat PK, dan kapur dulumit untuk mencegah menyebaran penyakit Pemanenan dan Pengangkutan Pemanenan Ikan Mas biasanya dilakukan pada suhu rendah atau sore hari pada hari ke-70. Sebelum panen ikan dipuasakan atau tidak diberi pakan untuk mencegah ikan muntah pada saat perjalanan. Biaya pemanenan ditanggung oleh pembudidaya dengan kisaran Rp ,00-Rp ,00 per orang. Sedangkan biaya untuk plastik dan oksigen ditanggung oleh pedagang pengumpul. Oleh karena itu harga jual pembudidaya adalah sama Rp13.000,00 per kg. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan tong besar atau plastik. Untuk plastik, satu kantongnya dapat menampung sekitar 10 kg Ikan dengan 1 kilo berisi 8-10 ekor. Sementara untuk pengangkutan dengan menggunakan tong besar dapat menampung 30 kg. Ikan Mas hasil panen dijual oleh pedagang pengumpul ke

55 109 pedagang pengumpul luar kecamatan yang berada di sekitar Kabupaten Tanggamus, Bandar Lampung dan Kota Metro dan ke pedagang pengecer. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 97,92 per kg.

56 110 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Mas Pembudidaya Ikan Mas yang diwawancara sebanyak 30 orang. Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan keikutsertaannya dalam kelompok pembudidaya ikan (pokdakan). Pembudidaya yang masuk dalam kelompok sebanyak 15 orang atau 50% dan pembudidaya yang tidak masuk kelompok sebanyak 15 orang atau 50% dari jumlah total responden yang diwawancara. Tabel 11. Karakteristik Pembudidaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Mata Pencaharian, Umur dan Luas Kolam Tahun 2008 Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Tingkat Pendidikan - SD 5 16,67 - SMU 19 63,33 - D1 3 10,00 - D3 3 10,00 Total ,00 2. Mata Pencaharian - Pembudidaya 26 86,66 - Pedagang 2 6,67 - Perangkat Desa 2 6,67 Total ,00 3. Tingkat Umur , , , , ,67 Total ,00 4. Luas Kolam , , , , ,33 Total ,00 Sumber : Diolah dari Lampiran 2

57 111 Berdasarkan Tabel 11, pembudidaya Ikan Mas memiliki tingkat pendidikan yang rendah hanya menempuh pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 5 orang atau 16,67% dari jumlah total responden yang diwawancara. Pembudidaya Ikan Mas rata-rata menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 19 orang atau 63,33% dari jumlah total responden. Pendidikan mayoritas pembudidaya tidak menjadikan adanya kemampuan mempengaruhi penjualan kepada pengumpul. Karena keterikatan dan juga tidak tersedianya modal untuk melakukan pemasaran secara langsung. Responden yang menjadikan budidaya Ikan Mas sebagai pekerjaan utama sebanyak 26 orang atau 86,67%. Jumlah tanggungan berkisar antara 1-6 orang. Umur pembudidaya berkisar antara tahun. Pembudidaya yang mempunyai luas kolam m² sebanyak 14 orang atau 46,67% dari jumlah keseluruhan responden, sedangkan jumlah responden yang memiliki luas kolam m² berjumlah 1 orang atau 3,33% Karakteristik Pedagang Perantara Pedagang perantara di Kecamatan Pagelaran terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, pedagang pengecer luar kecamatan dan pemilik kolam pemancingan. Pedagang pengumpul adalah orang yang aktif membeli dan mengumpulkan barang dari produsen (pembudidaya) di daerah produksi dan menjualnya kepada pedagang perantara berikutnya dan jarang menjualnya kepada konsumen akhir (Hanafiah dan Saefudin 1986). Pedagang pengumpul luar kecamatan adalah orang yang membeli dari pengumpul dan menjualnya dalam jumlah lebih kecil kepada pedagang eceran. Pedagang eceran adalah perantara yang menjual barang-barang dalam jumlah kecil secara langsung kepada konsumen akhir. Pemilik kolam pemancingan adalah orang yang menjual Ikan Mas kepada pemancing atau hobiis yang memancing di tempat pemancingan. Berdasarkan Tabel 12, jumlah pedagang perantara yang menjadi responden sebanyak 13 orang terdiri dari pedagang pengumpul 3 orang, pedagang pengumpul luar kecamatan 2 orang, pedagang pengecer 3 orang, pedagang pengecer luar kecamatan 3 orang, pemilik kolam pemancingan 2 orang. Umur

58 112 pedagang berkisar antara tahun, jumlah tanggungan keluarga antara 1 11 orang. Bedasarkan tingkat pendidikan SMA 9 orang, Diploma 1 orang dan Sarjana 3 orang. Pedagang pengecer berpendidikan sarjana memiliki kemampuan usaha yang lebih tinggi. Karena selain memiliki lapak di pasar sebagai tempat penjualan ikan, juga memiliki kolam budidaya Ikan Mas. Tabel 12. Umur, Jumlah Tanggungan dan Tingkat Pendidikan Pedagang Perantara Tahun 2008 Pedagang perantara Umur Jumlah Pendidikan Jumlah (tahun) Tanggungan SMA Diploma Sarjana (orang) (orang) Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul luar kecamatan Pedagang pengecer Pedagang pengecer luar kecamatan Pemilik kolam pemancingan Sumber : Diolah dari Lampiran Karakteristik Pedagang Rumah Makan Jumlah pedagang rumah makan yang menjadi responden sebanyak 3 orang. Umur pedagang rumah makan berkisar antara tahun, jumlah tanggungan keluarga 2-5 orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya, ketiga responden menempuh pendidikan sampai tingkat SMA. Pedagang rumah makan yang menjadi responden menjadikan rumah makan sebagai pekerjaan utama. Untuk lebih jelasnya, umur, jumlah tanggungan dan tingkat pendidikan pedagang rumah makan dapat dilihat pada Lampiran Analisis Usaha Pembudidaya Ikan Mas Analisis Pendapatan Usaha Analisis pendapatan usaha pembudidaya Ikan Mas bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Pendapatan usaha diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya dalam satu tahun. Total biaya yang dimaksud adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya Ikan Mas untuk menghasilkan produksi dalam satu tahun.

59 113 Total penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk. Tabel 13. Total Penerimaan, Biaya, Keuntungan, dan Keuntungan per Musim Tanam Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Tahun 2007 Keterangan Total (Rp) Rata-rata Maksimum (Rp) Minimum (Rp) (Rp/orang) Penerimaan , , , ,00 Biaya , , , ,00 Keuntungan , , , ,00 Keuntungan Per musim tanam , , , ,75 Sumber : Diolah dari Lampiran 9 Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa total penerimaan rata-rata budidaya Ikan Mas dalam satu tahun sebesar Rp ,77. Total biaya ratarata sebesar Rp ,00. Sehingga diperoleh keuntungan rata-rata sebesar Rp ,7 per tahun. Keuntungan rata-rata yang diperoleh pembudidaya dari satu musim tanam sebesar Rp ,28. Tabel 14. Rentang Biaya dan Penerimaan Pembudidaya Luas Kolam Rentang Biaya (Rp) Rentang Penerimaan (Rp) (m 2 ) Sumber : Lampiran 9 Berdasarkan Tabel 14, biaya terkecil berada pada luas kolam 1500 m 2 yaitu sebesar Rp ,00, dimana dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan budidaya menghasilkan penerimaan terkecil sebesar Rp ,00. Biaya terbesar dikeluarkan pada luas kolam 3500 m 2 sebesar Rp ,00, dari biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan budidaya menghasilkan penerimaan terbesar sebesar Rp ,00. Jenis-jenis input yang digunakan oleh

60 114 pembudidaya terdiri dari benih berukuran 5-7 cm, pakan, obat-obatan, pupuk dan kapur. Obat-obatan yang digunakan adalah NASA, Kapur dulumit dan PK Analisis Rasio Penerimaan Terhadap Biaya (R/C) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) bertujuan untuk melihat seberapa jauh setiap rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dan untuk melihat usaha untung, rugi, atau tidak untung dan tidak rugi (impas). Tabel 15. Rentang Rasio Keuntungan dan Biaya Pembudidaya Luas Kolam R/C Terkecil - R/C Terbesar 1500 m m m m m m m m m m Sumber : Diolah dari Lampiran 9 Berdasarkan Tabel 14, nilai R/C dari masing-masing pembudidaya Ikan Mas memperoleh R/C lebih dari 1 artinya usaha budidaya Ikan Mas menguntungkan. R/C terbesar yang terdapat pada pembudidaya dengan luas kolam 300 m 2 yaitu sebesar 1,96 artinya setiap satu rupiah biaya yang digunakan dalam usaha akan menghasilkan penerimaan Rp.1,96. Sedangkan R/C terkecil yang terdapat pada pembudidaya dengan luas kolam 2500 m 2 yaitu sebesar 1,13 yang artinya setiap satu rupiah biaya yang digunakan dalam usaha akan menghasilkan penerimaan Rp.1,13. Pembudidaya dengan luas kolam 3000 m 2 dapat memaksimalkan produksi dari volume luas kolamnya dengan biaya yang lebih rendah dari luas kolam diatasnya, sehingga memperoleh R/C terbesar. Sedangkan pembudidaya dengan luas kolam 2500 m 2 walaupun mengeluarkan biaya yang rendah tetapi tidak memaksimalkan volume produksinya sehingga memperoleh R/C terkecil.

61 Lembaga dan Saluran Pemasaran Ikan Mas Lembaga Pemasaran Ikan Mas Lembaga pemasaran Ikan Mas yang terdapat di kecamatan Pagelaran terdiri dari pembudidaya Ikan Mas sebagai produsen, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, pedagang rumah makan dan pemilik kolam pemancingan. Pembudidaya menjual Ikan Mas kepada pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul Ikan Mas dijual kepada pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang eceran, dan pemancingan. Pedagang rumah makan membeli Ikan Mas dari pedagang eceran di pasar. Pembudidaya umumnya menjual Ikan Mas kepada pedagang pengumpul karena adanya keterikatan dengan pedagang pengumpul dan keterbatasan modal. Tetapi pembudidaya tidak harus menjual kepada pedagang pengumpul yang sama setiap kali panen, tergantung pada banyaknya stok Ikan Mas dan harga beli pedagang. Penjualan langsung kepada pedagang pengumpul membuat pembudidaya tidak perlu mencari tempat penjualan lain dan tidak menanggung biaya pemasaran Saluran Pemasaran Ikan Mas Saluran pemasaran yang terbentuk di Kecamatan Pagelaran terdiri dari 4 saluran. Saluran pemasaran tersebut terdiri dari : 1. Saluran pemasaran 1 : Pembudidaya pengumpul pedagang luar kecamatan pedagang pengecer luar kecamatan rumah makan konsumen 2. Saluran pemasaran 2 : Pembudidaya pengumpul pedagang pengecer di Kecamatan konsumen 3. Saluran pemasaran 3 : Pembudidaya pengumpul pedagang luar kecamatan pedagang eceran luar kecamatan- konsumen 4. Saluran pemasaran 4 : Pembudidaya pengumpul pedagang luar kecamatan pemancingan pemancing Saluran pemasaran yang terdapat di Kecamatan Pagelaran merupakan saluran distribusi tidak langsung yang ditandai dengan adanya pedagang perantara

62 116 pada masing-masing tipe saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang terbentuk di Kecamatan Pagelaran dapat dilihat pada Gambar 5. Kec. Pagelaran Luar Kecamatan Pembudidaya Ikan Mas Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul luar kecamatan Pedagang pengecer luar Kecamatan Rumah Makan Pedagang pengecer Konsumen Kolam Pemancingan Konsumen Pemancing Gambar 5. Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran 6.6. Fungsi-fungsi Pemasaran Fungsi Pemasaran Pembudidaya Ikan Mas Fungsi pemasaran yang dilakukan pembudidaya yaitu fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pembudidaya adalah penjualan. Pembudidaya umunya menjual hasil panennya kepada pengumpul langganannya, kegiatan penjualan dilakukan di kolam pada saat panen. Biaya panen ditanggung oleh pembudidaya dengan membayar tenaga kerja untuk menjaring Ikan Mas. Uang pembayaran Ikan Mas diterima pembudidaya kurang lebih 1 minggu setelah ikan berada di tangan pedagang pengumpul. Setiap pedagang pengumpul harus menyediakan oksigen dan plastik atau tong besar sebagai tempat mengangkut Ikan Mas. Harga jual Ikan Mas dari pembudidaya sebesar Rp13.000,00. Harga tersebut merata di pembudidaya, karena di Kecamatan Pagelaran setiap pembudidaya menjual Ikan Mas dengan harga yang sama. Fungsi pengadaan secara fisik yang dilakukan oleh pembudidaya yaitu fungsi penyimpanan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan jarang dilakukan oleh pembudidaya. Penyimpanan terjadi pada saat pembudidaya panen secara

63 117 bersamaan. Hal ini ditandai dengan tingginya penawaran sedangkan permintaan dari konsumen tetap. Kelebihan penawaran ini membuat pembudidaya kesulitan dalam memasarkan produknya, pembudidaya harus mengantri berhari-hari dengan pembudidaya yang lain agar pengumpul mau membeli produk mereka. Fungsi pengangkutan tidak dilaksanakan oleh pembudidaya di Kecamatan Pagelaran. Pada saat panen, pedagang pengumpul mendatangi pembudidaya dan menyediakan semua kebutuhan untuk pengangkutan Ikan Mas. Fungsi pelancar yang dilaksanakan oleh pembudidaya terdiri dari fungsi permodalan, dan informasi pasar. Fungsi permodalan dilaksanakan dalam bentuk perjanjian berupa penyediaan pakan dengan ketua kelompok serta bantuan dana dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung bagi kelompok pembudidaya ikan (pokdakan), sedangkan pembudidaya mandiri berkerjasama dengan pedagang pakan. Setelah panen, kelompok pembudidaya ikan membayar pinjaman pakan sesuai dengan harga jual di pasar dan membayar bantuan dana secara kredit, sedangkan bagi pembudidaya mandiri membayar pakan kepada pedagang pakan dengan melebihkan Rp 1000,00-Rp 2000,00 untuk setiap karung pakan. Fungsi informasi pasar yang dilaksanakan oleh pembudidaya yaitu memberikan informasi kepada pedagang pengumpul ketika akan panen, harga yang berlaku di sesama pembudidaya Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul Fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu fungsi pertukaran, fungsi pengadaaan secara fisik, dan fungsi pelancar. Fungsi pertukaran yang dilaksanakan oleh padagang pengumpul terdiri dari fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul melakukan pembelian dari pembudidaya Ikan Mas. Volume pembelian pedagang pengumpul pada saat penelitian antara kg per hari. Harga beli Ikan Mas ditingkat pedagang pengumpul pada saat dilakukan penelitian adalah sebesar Rp13.000,00 per kg untuk ukuran konsumsi yaitu 3-10 ekor per kg. Harga ini relatif tinggi dikarenakan di Kecamatan Pagelaran penawaran Ikan Mas sedang turun. Cara pembayaran kepada pembudidaya dilakukan secara kredit selama kurang lebih 1 minggu. Fungsi penjualan yang dilaksanakan oleh pedagang pengumpul yaitu

64 118 menjual Ikan Mas kepada pedagang perantara diatasnya. Harga jual Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran antara Rp14.500,00-Rp15.000,00. Berdasarkan saluran pemasaran Ikan Mas di Kecamatan pagelaran, pedagang pengumpul menjual Ikan Mas kepada pedagang pengecer dan pedagang pengumpul luar kecamatan. Cara pembayaran Ikan Mas yang dilakukan oleh pedagang perantara diatas pedagang pengumpul dilakukan secara tunai. Pedagang pengumpul melaksanakan fungsi pengadaan secara fisik yang terdiri dari pengangkutan dan penyimpanan. Penyimpanan dilakukan dengan menggunakan jaring di kolam penampungan. Kegiatan penyimpanan ini dilakukan tidak berlangsung lama hanya sehari, sehingga tidak ada biaya penyimpanan. Fungsi pengangkutan dilaksanakan apabila pembeli meminta untuk mengantarkan Ikan Mas ke tempatnya. Pengangkutan akan menambah biaya pemasaran, sehingga akan berpengaruh kepada peningkatan harga jual. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pengangkutan rata-rata sebesar Rp 97,92 per kg. Fungsi pelancar yang dilaksanakan pedagang pengumpul terdiri dari permodalan, penanggungan resiko, standardisasi dan grading, dan informasi pasar. Modal usaha yang digunakan oleh pedagang pengumpul berasal dari modal sendiri. Modal ini digunakan pedagang pengumpul untuk pembelian ikan, biaya transportasi, biaya terminal dan biaya penyusutan bobot. Pembiayaan yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk transportasi, terminal, dan penyusutan bobot adalah Rp 982,03 per kg. Fungsi penanggungan resiko yang dialami oleh pedagang pengumpul adalah penyusutan bobot dan kematian pada saat penyimpanan, dan pengangkutan ke tempat pembeli. Fungsi standardisasi dan grading yang dilaksanakan pedagang pengumpul yaitu pada saat terdapat permintaan dari tempat pemancingan. Tempat pemancingan biasanya menginginkan Ikan Mas dengan ukuran 3-5 ekor per kg. Fungsi informasi pasar dilakukan pedagang pengumpul yaitu dengan mengumpulkan informasi mengenai waktu panen pembudidaya dan harga yang sedang berlaku di kalangan pembudidaya, juga mengenai stok Ikan Mas yang terdapat di pasar.

65 Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan Pedagang pengumpul luar kecamatan melaksanakan fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, dan fungsi pelancar. Fungsi pertukaran yang dilakukan berupa penjualan dan pembelian. Pedagang pengumpul luar kecamatan membeli Ikan Mas dari pedagang pengumpul. Volume pembelian pengumpul luar kecamatan berkisar antara kg per hari. Harga beli Ikan Mas dari pedagang pengumpul antara Rp14.500,00-Rp15.000,00 per kg. Fungsi penjualan yang dilaksanakan pengumpul luar kecamatan yaitu menjual Ikan Mas ke pedagang pengecer dan pemancingan. Cara pembayaran untuk pembelian dan penjual yang dilakukan pengumpul luar kecamatan dilakukan secara tunai. Harga jual Ikan Mas dari pedagang pengumpul luar kecamatan antara Rp17.000,00-Rp18.000,00 per kg. Pedagang pengumpul luar kecamatan melaksanakan fungsi pengadaan secara fisik yang terdiri dari pengangkutan dan penyimpanan. Pengangkutan dilaksanakan pengumpul luar kecamatan dengan menggunakan plastik berisikan oksigen. Mobil angkut yang digunakan adalah mobil truk kecil yang berkapasitas kg ikan. Pedagang pengumpul luar kecamatan rata-rata mengeluarkan Rp 375,00 per kg untuk biaya transportasi. Penyimpanan dilaksanakan pengumpul luar kecamatan untuk menampung ikan mas dari pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul luar kecamatan membeli Ikan Mas pada malam hari dan langsung membawa ke daerahnya. Penyimpanan dilakukan hanya sampai pagi kira-kira pukul wib, karena pada waktu tersebut pedagang pengumpul luar kecamatan menjual kepada pedagang pengecer serta membagi-bagikan kepada pekerjanya untuk di jual di pasar. Fungsi pelancar yang dilaksanakan oleh pedagang pengumpul luar kecamatan terdiri dari fungsi permodalan, standardisasi dan grading, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Umumnya, pedagang pengumpul luar kecamatan menggunakan modal sendiri dalam melaksanakan usahanya. Pembiayaan yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul luar kecamatan rata-rata sebesar Rp1593,33 per kg yang meliputi biaya transportasi, biaya terminal dan biaya penyusutan bobot. Pengumpul luar kecamatan melakukan standardisasi dan

66 120 grading untuk memisahkan ikan yang akan dijual ke pedagang pengecer dan ikan yang akan di jual ke tempat pemancingan. Ikan Mas yang dijual ke pedagang pengecer adalah Ikan Mas ukuran konsumsi dengan ukuran 8-10 ekor per kg, sedangkan Ikan Mas yang dijual ke tempat pemancingan berukuran 3-5 ekor per kg. Penanggungan resiko juga dilaksanakan oleh pedagang luar kecamatan yaitu meliputi kerusakan alat, penyusutan bobot, dan kematian selama pengangkutan dan penyimpanan. Resiko tersebut ditanggung sendiri oleh pedagang luar kecamatan. Fungsi informasi pasar dilakukan pedagang pengumpul luar kecamatan yaitu dengan memberikan informasi harga Ikan Mas di tingkat pedagang pengecer kepada pedagang pengumpul dan masuknya Ikan Mas dari Jawa yang mempengaruhi harga jual Fungsi Pemasaran Pedagang Pengecer Pedagang pengecer yang ditemukan pada saluran pemasaran yaitu pedagang pengecer di Kecamatan Pagelaran dan pedagang pengecer luar kecamatan. Pedagang pengecer di Kecamtan Pagelaran hanya membeli dari pedagang pengumpul di Kecamatan, sedangkan pedagang pengecer di luar kecamatan membeli Ikan Mas dari pedagng pengumpul luar kecamatan. Fungsi pemasaran yang dilaksanakan masing-masing pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, dan fungsi pelancar. Fungsi pertukaran terdiri dari pembelian dan penjualan. Pedagang pengecer melakukan pembelian Ikan Mas dari pedagang pengumpul dari Kecamatan Pagelaran atau dari pedagang pengumpul luar kecamatan. Pedagang pengecer membeli ikan dari pedagang pengumpul di Kecamatan Pagelaran dengan harga Rp17.000,00 per kg, sedangkan jika membeli dari pedagang luar kecamatan berkisar antara Rp14.500,00- Rp15.000,00 per kg. Volume pembelian Ikan Mas berkisar antara kg. Fungsi penjualan dilaksanakan padagang pengecer dengan menjual Ikan Mas kepada konsumen yang berada di pasar. Konsumen yang membeli Ikan Mas dari pedagang pengecer merupakan konsumen rumah tangga dan rumah makan. Pedagang pengecer di Kecamatan Pagelaran menjual Ikan Mas seharga Rp16.000,00 per kg, sedangkan harga jual dari pedagang pengecer luar kecamatan sebesar Rp18.000,00 per kg. Harga jual pedagang pengecer kepada konsumen

67 121 rumah tangga dan rumah makan adalah sama. Lokasi penjualan Ikan Mas dari pedagang pengecer dalam kecamatan adalah pasar pagelaran, sedangkan pedagang pengecer luar kecamatan yaitu pasar tradisional shopping, dan pasar pagi 24. Pedagang pengecer melaksanakan fungsi fisik yang terdiri dari fungsi pengangkutan. Fungsi pengangkutan yang dilaksanakan pedagang pengecer menggunakan jerigen. Pedagang pengecer dalam kecamatan rata-rata mengeluarkan Rp 311,11 per kg untuk biaya transportasi, sedangkan pedagang pengecer luar kecamatan Rp 91,11 per kg. Masing-masing pedagang pengecer tidak melaksanakan penyimpanan, karena Ikan Mas yang di beli dari pedagang pengumpul langsung dibawa ke pasar untuk dijual. Pedagang pengecer juga melaksanakan fungsi pelancar yang terdiri dari permodalan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Modal usaha yang digunakan pedagang pengecer berasal dari modal sendiri. Pembiayaan yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer dalm kecamatan rata-rata sebesar Rp 658,81 per kg yang meliputi biaya transportasi, biaya terminal dan biaya penyusutan bobot. Pedagang pengecer luar kecamatan mengeluarkan biaya untuk transportasi, terminal dan penyusutan bobot sebesar Rp 551,3 per kg. Penanggungan resiko oleh pedagang pengecer berasal dari penyusutan bobot. Fungsi informasi pasar yang dilaksanakan pedagang pengecer yaitu memberikan informasi mengenai harga Ikan Mas yang berlaku di pasar. Pedagang pengecer tidak melakukan fungsi standardisasi dan grading, karena baik konsumen rumah tangga maupun konsumen rumah makan memilih sendiri Ikan Mas yang akan dibelinya Fungsi Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan Pemilik kolam pemancingan melaksanakan fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, dan fungsi pelancar. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pemilik kolam pemancingan adalah pembalian dan penjualan. Pemilik kolam pemancingan melakukan pembelian Ikan Mas dari pedagang pengumpul di Kecamatan Pagelaran atau dari Pedagang Pengumpul luar kecamatan. Ikan Mas yang dibeli adalah Ikan Mas dengan uluran 3-5 ekor per kg. Harga beli Ikan Mas dari pedagang pengumpul Kecamatan Pagelaran adalah Rp17.500,00 per kg dengan volume pembelian 50 kg per hari, sedangkan harga

68 122 beli dari pedagang pengumpul luar kecamatan sebesar Rp18.500,00 per kg dengan volume pembelian 40 kg per hari. Fungsi penjual yang dilaksanakan yaitu menjual Ikan Mas di tempat pemancingan dengan harga jual Rp per kg. Fungsi pengadaan secara fisik yang dilaksanakan terdiri dari fungsi penyimpanan. Pemilik kolam pemancingan melakukan penyimpanan dengan menampung Ikan Mas di kolam pemancingan. Pemilik kolam pemancingan tidak melaksanakan fungsi pengangkutan. Pengangkutan Ikan Mas dilakukan dengan menggunakan plastik yang berisi oksigen yang diantarkan langsung oleh pedagang pengumpul baik di Kecamatan Pagelaran maupun di luar kecamatan. Fungsi pelancar yang dilaksanakan terdiri dari fungsi permodalan, penangungan resiko, dan informasi pasar. Modal usaha kolam pemancingan berasal dari modal sendiri. Pembiayaan yang dikeluarkan oleh pemilik kolam pemancingan rata-rata sebesar Rp 791,67 per kg yang meliputi biaya terminal dan biaya penyusutan bobot. Pemilik kolam pemancingan juga menanggung resiko dari kematian dan penyusutan bobot Ikan Mas. Fungsi informasi pasar yang dilakukan mengenai usaha pemancingan Ikan Mas kepada masyarakat sekitar Fungsi Pemasaran Pemilik Rumah Makan Fungsi pemasaran yang dilakukan pemilik rumah makan meliputi fungsi pertukaran, pengadaan secara fisik, dan pelancar. Fungsi pertukaran yang dilaksanakan oleh pemilik rumah makan adalah fungsi pembelian dan penjualan. Pemilik rumah makan membeli Ikan Mas dari pedagang pengecer yang ada di pasar. Pemilik rumah makan tidak membeli dari pedagang pengumpul dikarenakan pemilik rumah makan hanya melakukan pembelian dalam jumlah kecil. Jenis masakan yang ditawarkan oleh rumah makan bermacam-macam tidak hanya berbahan Ikan Mas, hal itu pula yang menyebabkan pembelian Ikan Mas untuk rumah makan bejumlah sedikit. Harga beli pemilik rumah makan adalah Rp18.000,00 per kg. Volume pembelian Ikan Mas berkisar antara 1-3 kg dengan ukuran 6-8 ekor per kg. Pemilik rumah makan menjual masakan Ikan Mas kepada konsumen. Harga jual Ikan Mas antara Rp 4500,00-Rp 7000,00 per porsi (tanpa nasi), harga ini tergantung dari jenis makanan yang dihidangkan. Menu Ikan Mas bakar lebih murah daripada menu Ikan Mas goreng.

69 123 Fungsi fisik yang dilaksanakan terdiri dari fungsi pengangkutan. Fungsi pengangkutan dilaksanakan oleh pemilik rumah makan setelah melakukan pembelian dari pedagang pengecer. Pengangkutan dilakukan dengan mengunakan plastik. Pemilik rumah makan rata-rata mengeluarkan Rp 63,71 per kg untuk biaya transportasi. Pemilik rumah makan tidak melakukan penyimpanan, dikarenakan Ikan Mas yang dijual setiap hari umumnya laku terjual dan apabila terdapat sisa biasanya dimakan sendiri oleh keluarga dari pemilik rumah makan. Fungsi pelancar yang dilaksanakan oleh pemilik rumah makan meliputi permodalan, standardisasi dan grading, serta informasi pasar. Modal yang digunakan oleh pemilik rumah makan adalah modal sendiri. Pembiayaan yang dikeluarkan oleh pemilik rumah makan rata-rata sebesar Rp 3148,33 per kg yang meliputi biaya transportasi dan biaya terminal. Standardisasi dan grading dilakukan oleh pemilik rumah makan pada saat pembelian dari pedagang pengecer, umumnya pemilik rumah makan memilih sendiri Ikan Mas yang akan di beli. Fungsi informasi pasar yang dilakukan adalah menyebarkan informasi mengenai rumah makan yang dikelola kepada masyarakat sekitar Analisis Struktur Pasar Struktur pasar Ikan Mas diidentifikasikan dengan melihat jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar, serta informasi pasar Jumlah Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran Ikan Mas yang terlibat di Kecamatan Pagelaran terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, pemilik kolam pemancingan dan pemilik rumah makan. Responden pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan pagelaran berjumlah 30 orang, yang terbagi 15 orang pembudidaya yang masuk kelompok dan 15 orang pembudidaya mandiri. Pembudidaya sebagai pihak produsen hanya menjual Ikan Mas kepada pedagang pengumpul. Kondisi ini menyebabkan posisi tawar (bargaining position) dari pembudidaya sangat lemah. Tidak ada keterikatan hubungan antara pembudidaya dan pedagang pengumpul, menyebabkan setiap pembudidaya

70 124 memiliki kebebasan dalam menjual produksinya kepada pedagang pengumpul mana saja. Dalam keadaan normal, untuk terus menjaga kelangsungan dari penjualan Ikan Mas umumnya pembudidaya menjual kepada pedagang pengumpul langganannya. Pada saat panen raya, pembudidaya harus menerima harga yang diberikan oleh pedagang pengumpul dan juga harus mengantri dengan pembudidaya lain untuk mendapatkan waktu panen. Sedangkan pada waktu penawaran ikan dari pembudidaya sedang turun, maka pedagang pengumpul harus berlomba-lomba dengan pedagang pengumpul lainnya dalam mendapatkan ikan. Pedagang pengumpul yang menjadi responden berjumlah 3 orang. Tiap pedagang pengumpul dapat menjual kepada lebih dari satu pedagang luar kecamatan dan pedagang pengecer. Kondisi permintaan Ikan Mas yang cukup tinggi memberi peluang kepada pedagang pengumpul untuk mengembangkan usahanya. Pedagang pengumpul luar kecamatan yang menjadi responden berjumlah 2 orang. Berdasarkan wawancara dengan pedagang pengumpul luar kecamatan, Ikan Mas yang dihasilkan dari Kecamatan Pagelaran hanya dipasarkan di Provinsi Lampung saja untuk memenuhi permintaan pasar yang besar. Pedagang pengumpul dalam kecamatan dan pedagang pengumpul luar kecamatan kemudian menyalurkan Ikan Mas ke pedagang pengecer. Pedagang pengecer yang menjadi responden berjumlah 6 orang, 3 orang pedagang pengecer dalam kecamatan dan 3 orang pedagang pengecer luar kecamatan. Jumlah pedagang pengecer lebih banyak daripada jumlah pedagang pengumpul luar kecamatan. Pedagang pengecer sebagai penjual yang berhadapan dengan konsumen akhir yang jumlahnya relatif lebih banyak. Pemilik rumah makan merupakan salah satu konsumen dari pedagang pengecer. Pemilik rumah makan yang dijadikan responden berjumlah 3 orang. Kolam pemancingan yang menjadi responden berjumlah 2. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik kolam pemancingan, masih jarang masyarakat yang mencoba dalam bidang pemancingan. Sehingga tidak banyaknya pesaing menyebabkan pemilik kolam pemancingan memiliki posisi tawar yang tinggi dalam penentuan harga jual.

71 Sifat Produk Produk Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran dari mulai pembudidaya sampai ke tangan pedagang pegecer bersifat homogen (seragam). Dalam penentuan pembeliannya, konsumen tidak tergantung pada siapa yang menjual Ikan Mas melainkan pada tingkat harga komoditas tersebut. Pedagang pengecer menjual Ikan Mas hingga sampai ke tangan konsumen rumah tangga dan rumah makan. Konsumen rumah makan menjual produk yang bersifat berbeda karakteristik (deferensiasi). Perbedaan karakteristik dari komoditas yang dihasilkan rumah makan dirasakan oleh konsumen. Perbedaan tersebut meliputi rasa, isi per porsi, jenis hidangan dam pelayanan rumah makan. Untuk lebih jelasnya keadaan produk pada tiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Keadaan Produk pada Tiap Lembaga Pemasaran yang Terlibat Pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran tahun 2008 Tingkatan Pemasaran Keadaan Produk Pembudidaya Homogen Pedagang pengumpul Homogen Pedagang pengumpul luar kecamatan Homogen Pedagang pengecer Homogen Pemilik kolam Pemancingan Homogen Pemilik rumah makan Heterogen Sumber : Data Primer Kemudahan Keluar Masuk Pasar Kondisi keluar masuk pasar berkaitan dengan kemampuan lembaga pemasaran untuk memasuki dan meninggalkan pasar. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya hambatan untuk memasuki pasar yang dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain, tinggi rendahnya modal atau biaya yang dimiliki untuk bertindak sebagai pesaing dalam rangka memasuki pasar dan keterikatan antara lembaga pemasaran atau hubungan dengan lembaga pemasaran. Keseluruhan pembudidaya menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul, hal ini dikarenakan pembudidaya tidak mampu memasarkan sendiri hasil-hasil produksinya karena dibutuhkan modal yang cukup besar untuk membayar biaya pemasaran dan juga pengetahuan akan lembaga-lembaga perantara diatasnya yang membutuhkan produk Ikan Mas. Sementara hambatan yang dirasakan di pedagang pengumpul untuk memasuki pasar pada keadaan penawaran Ikan Mas turun, cukup besar. Hal ini

72 126 disebabkan karena untuk mendapatkan Ikan Mas cukup sulit dan harus bersaing dengan pedagang pengumpul lainnya. Pada keadaan normal, seseorang yang mempunyai relasi dengan pedagang perantara diatasnya yang membutuhkan Ikan Mas dan memiliki modal untuk membiayai biaya transportasi serta penyediaan oksigen dan plastik dapat sewaktu-waktu menjadi pedagang pengumpul, karena pembayaran atas pembelian Ikan Mas dilakukan dengan cara kredit dengan jangka waktu kurang lebih 1 minggu. Hambatan yang dialami oleh pedagang pengumpul luar kecamatan cukup besar, yaitu ketersediaan modal yang besar karena pembayaran yang dilakukan adalah secara tunai, dan harus mempunyai hubungan dengan pedagang pengumpul di Kecamatan Pagelaran untuk mendapatkan stok Ikan Mas serta harus mempunyai pengetahuan tentang kualitas ikan yang baik. Pada tingkat pedagang pengecer tidak diperoleh hambatan yang berarti dalam memasuki pasar. Hambatan yang paling besar adalah modal namun jumlahnya relatif kecil karena pembelian Ikan Mas yang dilakukan dalam jumlah kecil. Pemilik kolam pemancingan tidak mengalami hambatan yang berarti, karena umumnya pemilik kolam pemancingan memiliki modal yang besar untuk penyediaan stok Ikan Mas. Pemilik rumah makan juga tidak mengalami hambatan yang berarti. Dalam penyediaan menu Ikan Mas, pemilik rumah makan langsung dapat membeli dari pedagang pengecer di pasar. Hambatan yang dialami oleh pemilik rumah makan adalah bagaimana caranya agar konsumen mengenal dan dapat membeli hidangan yang disajikan di rumah makan tersebut Informasi Pasar Informasi pasar sangat penting bagi lembaga-lembaga pemasaran jika yang diinginkan adalah terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. Pembudidaya memerlukan informasi tentang kemungkinan jumlah permintaan dan harga dari produk sebagai dasar untuk membuat keputusan tentang harga jual yang ditetapkan. Informasi harga bagi pedagang pengumpul diperoleh secara langsung dari pedagang perantara yang berada diatasnya. Sumber informasi ini diperoleh dari harga yang dibayar oleh konsumen akhir dan sumber tersebut kemudian menjadi patokan para pedagang dibawahnya. Harga yang berlaku di Kecamatan

73 127 Pagelaran sesuai harga pasar, pada saat permintaan naik harga Ikan Mas naik dan pada saat permintaan turun harga Ikan Mas turun. Karena harga yang berlaku adalah harga pasar, baik harga jual pembudidaya dan harga beli penjual umumnya seragam. Pertukaran informasi umumnya hanya terbatas pada sesama pedagang perantara, sehingga biasanya pembudidaya tidak mengetahui kondisi harga di tingkat pengecer. Berdasarkan uraian mengenai jumlah pedagang perantara yang terlibat, keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar dan informasai pasar, dapat diketahui struktur pasar Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus. Struktur pasar yang terbentuk di antara pembudidaya dan pedagang pengumpul adalah struktur pasar oligopsoni dimana jumlah pembudidaya lebih banyak daripada jumlah pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul mempunyai bargaining position yang lebih kuat dibandingkan pembudidaya. Sehingga pedagang pengumpul berperan sebagai price maker dan pembudidaya sebagai price taker. Saling ketergantungan yang ada antar pelaku menyebabkan tindakan suatu pelaku (misalnya menurunkan harga) akan berdampak nyata terhadap para pesaing. Pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan membentuk struktur pasar oligopoli, dimana jumlah pedagang pengumpul sebagai penjual lebih sedikit daripada jumlah pedagang pengumpul luar kecamatan sebagai pembeli. Pada saat penawaran tinggi, pedagang pengumpul luar kecamatan memiliki bargaining position yang lebih kuat, sedangkan pada saat penawaran turun pedagang pengumpul memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Struktur pasar yang terbentuk antara pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan dengan pedagang eceran adalah struktur pasar oligopoli. Jumlah pedagang pengumpul sebagai penjual lebih sedikit daripada jumlah pedagang pengecer. Pada kondisi ini, pedagang pengecer memiliki pengetahuan yang lebih mengenai harga di kalangan konsumen daripada pedagang pengumpul. Tetapi pedagang pengumpul tetap memiliki bargaining position yang kuat dibandingkan pedagang pengecer. Hal ini disebabkan oleh pembelian Ikan Mas oleh pedagang pengecer hanya dalam jumlah kecil. Pedagang pengecer dengan rumah makan membentuk struktur pasar oligopoli, hal ini disebabkan jumlah pedagang pengecer sebagai penjual daripada rumah makan

74 128 sebagai pembeli. Rumah makan bebas menentukan harga jual dari produk hasil olahannya kepada konsumen walaupun masih bersaing dengan rumah makan yang menjual produk yang sama. Pedagang pengumpul luar kecamatan dengan kolam pemancingan membentuk pasar oligopsoni, dimana jumlah pedagang pengumpul luar kecamatan sebagai penjual lebih banyak daripada jumlah kolam pemancingan sebagai pembeli. Pada kondisi ini, pemilik kolam pemancingan bebas menentukan harga jual dari Ikan Mas walaupun masih bersaing dengan tempat pemancingan yang lain. Para pemancing, umumnya mau mengeluarkan biaya yang relatif mahal untuk meyalurkan hobinya dan menikmati fasilitas yang tersedia Perilaku Pasar Perilaku pasar menunjukkan tingkah laku lembaga pemasaran pada struktur pasar tertentu dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Perilaku pasar dalam penelitian ini ditinjau dari praktek pembelian dan penjualan, proses penentuan atau pembentukan harga, pembayaran harga dan kerjasama antar lembaga pemasaran Praktek Pembelian dan Penjualan Pembudidaya Ikan Mas biasanya menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul yang sama setiap kali panen dan cara pembayarannya adalah kredit. Ikatan seperti ini biasanya terjadi karena pembudidaya sudah percaya kepada pedagang pengumpul, baik dari penetapan harga dan juga pembayaran hasil panen. Pedagang pengumpul mempunyai modal yang berasal dari modal sendiri. Pedagang pengumpul menjual Ikan Mas ke pedagang pengumpul luar kecamatan yang sudah menjadi langganannya. Hal ini dikarenakan, agar pedagang pengumpul mudah dalam menyalurkan Ikan Mas baik pada keadaan normal maupun panen raya. Dari pedagang pengumpul sampai ke tangan konsumen pembelian dan penjual dilakukan secara tunai. Pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan memasarkan Ikan Mas salah satunya kepada pedagang pengecer. Setiap pedagang pengumpul umumnya mempunyai lebih dari 2 pedagang

75 129 pengecer yang menjadi langanannya. Pedagang pengecer membeli secara tunai dari pedagang pengumul dan menjual langsung kepada konsumen rumah tangga dan rumah makan. Konsumen memiliki kebebasan dalam memilih Ikan Mas yang akan dibelinya. Pemilik rumah makan mengolah Ikan Mas menjadi berbagai bentuk masakan yang berdampak pada perbedaan harga jualnya. Rumah makan menjual hidangan Ikan Mas berkisar antara Rp 4.000,00-Rp 7.000,00 per porsi. Selain menjual ke pedagang pengecer, pedagang pengumpul juga memasarkan ke kolam pemancingan. Kolam pemancingan membeli Ikan Mas dengan ukuran 3-5 ekor per kg. Minat yang tinggi dari para pemancing untuk memuaskan hobi memancingnya, menjadikan pemilik kolam pemancingan harus menyiapkan Ikan Mas untuk pancingan kg per hari dan pemilik kolam pemancingan dapat menjual dengan harga tinggi yakni Rp ,- per kg Praktek Penentuan Harga Penentuan harga merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi pendapatan nelayan. Pada kegiatan penentuan harga di Kecamatan Pagelaran, Pembudidaya memiliki posisi tawar (bargaining position) yang lemah. Posisi tawar yang lemah disebabkan oleh keterbatasan modal pembudidaya dan lemahnya akses pasar yang dimiliki. Keuntungan yang dimiliki oleh pembudidaya ketika pedagang pengumpul kesulitan dalam mencari Ikan Mas karena sedikitnya hasil Ikan Mas yang dihasilkan oleh pembudidaya. Pada saat itu, pembudidaya dapat menaikkan harga jualnya dan umumnya pedagang pengumpul menyetujui. Pedagang pengumpul merupakan pihak pertama yang menentukan harga Ikan Mas, kemudian diikuti oleh lembaga pemasaran yang ada di atasnya. Harga yang ditentukan berdasarkan dari kesepakatan kedua belah pihak walaupun masih terdapat lembaga pemasaran yang memegang kendali terhadap harga Praktek Pembayaran Harga Praktek pembayaran harga Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran terbagi menjadi dua cara :

76 Sistem Pembayaran Tunai Sistem pembayaran tunai artinya begitu Ikan Mas diterima, langsung dibayarkan sesuai dengan harga yang disepakati bersama. Sistem pembayaran ini terjadi pada pedagang pengumpul luar kecamatan sampai ke tangan konsumen. 2. Sistem Pembayaran Kemudian (Kredit) Sistem pembayaran ini dilakukan oleh pedagang pengumpul kepada pembudidaya. Hal ini dilakukan karena jumlah Ikan Mas yang dibeli dari pembudidaya dalam jumlah besar sehingga belum tersedianya modal untuk membayar langsung kepada pembudidaya. Pembayaran berjangka kurang lebih satu minggu setelah barang diterima oleh pedagang pegumpul. Cara pembayaran seperti ini biasanya didasari oleh rasa saling percaya antara kedua belah pihak Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran Hubungan kerjasama yang menguntungkan terjadi antara pembudidaya dengan pedagang pengumpul. Kerjasama didasarkan pada lamanya hubungan dagang dan rasa saling percaya. Kerjasama yang dilakukan oleh pedagang pengumpul bukanlah dalam penyediaan pakan tetapi dalam tempo waktu pembayaran hasil panen yang lebih cepat. Dan juga apabila terjadi panen raya, pembudidya tersebut akan didahulukan dalam waktu panen. Kerjasama dalam bentuk penyediaan pakan dilakukan oleh ketua kelompok yang berhubungan dengan koperasi, dan dari pedagang pakan. Bagi kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) kerjasama yang terjadi bukan hanya dari penyediaan pakan oleh ketua kelompok, juga adanya bantuan dana dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung. Hubungan kerjasama diantara pedagang perantara lainnya hanya merupakan hubungan yang sifatnya sebagai mitra kerja (penjual dan pembeli), untuk memperlancar dan mempermudah penjualan dan pembelian. Beberapa pedagang pengumpul saling bertukar informasi mengenai kondisi harga. Kejujuran sangat diperlukan oleh para pelaku pemasaran untuk terus bertahan menghadapi persaingan usaha.

77 Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Ikan Mas Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer s Share Saluran 1 Pada saluran 1 perantara yang terlibat terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, dan rumah makan. Saluran pemasaran 1 mempunyai saluran yang lebih panjang dari pada saluran yang lainnya karena melibatkan 5 pedagang perantara. Pembudidaya menjual Ikan Mas ke pedagang pengumpul dengan harga jual rata-rata Rp13.000,00 per kg. Pedagang pengumpul mendapatkan margin pemasaran rata-rata sebesar Rp1833,33 per kg dengan menjual kepada pedagang luar kecamatan rata-rata sebesar Rp14.833,33 per kg. Pedagang luar kecamatan menjual kepada pedagang eceran luar kecamatan dengan harga rata-rata Rp16.750,00 per kg sehingga memperoleh marjin pemasaran rata-rata sebesar Rp 2.000,00. Pedagang eceran luar kecamatan pada saluran 1 menjual ke konsumen rumah makan dengan harga rata-rata Rp17.666,67 per kg dan memperoleh marjin pemasaran rata-rata Rp 833,3 per kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah biaya terminal dan biaya transportasi. Biaya terminal yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 234,11 per kg yang terdiri dari upah, plastik dan oksigen. Biaya transportasi yang dikeluarkan pedagang pengumpul rata-rata sebesar Rp 97,92 per kg. Pedagang pengumpul luar kecamatan mengeluarkan biaya terminal untuk upah, plastik dan oksigen rata-rata sebesar Rp 479,17 per kg. Biaya transportasi rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 375,00. Biaya terminal dan biaya transportasi juga dikeluarkan oleh pedagang pengecer. Biaya terminal yang terdiri dari uang sampah, keamanan dan listrik rata-rata sebesar Rp 31,3 per kg, sedangkan untuk biaya transportasi sebesar Rp 91,11 per kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pemilik rumah makan terdiri dari biaya terminal untuk upah, listrik, dan keperluan dapur rata-rata sebesar Rp 2.035,18 per kg dan biaya transportasi yang dikeluarkan rata-rata Rp 63,71 per kg. Total margin pada keseluruhan pedagang perantara di saluran 1 sebesar Rp ,33. Total keuntungan yang diperoleh pedagang perantara adalah Rp7.992,45, sedangkan bagian yang diterima oleh pembudidaya (farmer s share) pada saluran 1 sebesar 34,91%.

78 132 Tabel 17. Distribusi Margin Ikan Mas Pada Saluran Pemasaran 1 Lembaga Pemasaran Rp/Kg Pembudidaya Harga jual ,00 Pengumpul Harga beli ,00 Harga jual ,00 Biaya transportasi 97,92 Biaya terminal 234,11 Biaya penyusutan bobot 650,00 Margin 1.750,00 Keuntungan 767,97 Rasio Keuntungan dan biaya (%) 86,29 Pedagang pengumpul luar kecamatan Harga beli ,00 Harga jual ,34 Biaya transportasi 375,00 Biaya terminal 479,17 Penyusutan bobot 739,17 Margin 2083,34 Keuntungan 490,00 Rasio keuntungan dan biaya 45,26 Pengecer Luar Kecamatan Harga beli ,34 Harga jual ,00 Biaya transportasi 91,11 Biaya terminal 31,30 Penyusutan bobot 428,89 Margin 1.166,66 Keuntungan 615,36 Rasio keuntungan dan biaya (%) 176,30 Rumah makan Harga beli ,00 Harga jual ,33 Biaya transportasi 451,07 Biaya terminal ,65 Margin ,33 Keuntungan 5.721,61 Rasio keuntungan dan biaya (%) 43,38 Total margin ,33 Total keuntungan 7.992,45 Farmer s share 34,36 Sumber : Diolah dari Lampiran 10-19

79 Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer s Share Saluran 2 Jumlah pedagang perantara yang terlibat dalam kegiatan pemasaran di saluran 2 adalah 3 orang yang terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengecer. Pada saluran ini, Ikan Mas dipasrkan hanya ke wilayah Kecamatan Pagelaran saja tidak sampai keluar kecamatan. Pada saluran 2, pembudidaya menjual Ikan Mas kepada pedagang pengumpul dengan harga jual Rp13.000,00 per kg. Pedagang pengumpul kemudian menjual kepada pedagang pengecer dengan harga Rp14.500,00 per kg. Pedagang pengumpul mendapatkan margin sebesar Rp1.500,00 per kg. Ikan Mas oleh pedagang pengecer dijual langsung ke konsumen dengan harga Rp16.000,00 per kg. Margin yang diterima oleh pedagang pengecer atas penjualannya ke konsumen sebesar Rp1.500,00 per kg. Pedagang perantara pada saluran 2 mengeluarkan biaya-biaya untuk memasarkan Ikan Mas. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya transportasi, biaya terminal dan juga penyusutan bobot. Biaya transportasi yang dikeluarkan adalah sebesar Rp97,92, per kg, sedangkan biaya terminal yang terdiri dari upah pekerja, plastik, dan oksigen yang dikeluarkan sebesar Rp 234,11 per kg. Penyusutan bobot yang dibayarkan oleh pedagang pengumpul Rp 650 per kg. Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 517,97 per kg, rasio keuntungan dan biaya sebesar 52,74%. Pedagang pengecer mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp 311,11 dan biaya terminal yang dikeluarkan sebesar Rp 73,48 per kg. Biaya terminal yang dikeluarkan pedagang pengecer terdiri dari uang keamanan, uang sampah dan uang listrik. Pedagang pengecer mendapatkan keuntungan sebesar Rp 843,19 per kg, dan rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh sebesar 128,38%. Berdasarkan Tabel 18, menjelaskan total margin yang diterima pedagang perantara adalah sebesar Rp 3.000,0 per kg. Keuntungan total yang diterima adalah sebesar Rp 1.361,16 per kg. Farmer s share atau bagian yang diterima oleh pembudidaya pada saluran 2 adalah 89,66%.

80 134 Tabel 18. Distribusi Margin Ikan Mas Pada Saluran Pemasaran 2 Lembaga Pemasaran Rp/Kg Pembudidaya Harga jual ,00 Pengumpul Harga beli ,00 Harga jual ,00 Biaya transportasi 97,92 Biaya terminal 234,11 Biaya penyusutan bobot 650,00 Margin 1.500,00 Keuntungan 517,97 Rasio Keuntungan dan biaya (%) 52,74 Pengecer Harga beli ,00 Harga jual ,00 Biaya transportasi 311,11 Biaya terminal 73,48 Penyusutan bobot 272,22 Margin 1.500,00 Keuntungan 843,19 Rasio keuntungan dan biaya (%) 128,38 Total margin 3.000,00 Total keuntungan 1.361,16 Farmer s share 89,66 Sumber : Diolah dari Lampiran 9,10 dan Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer s Share pada Saluran 3 Pada saluran 3, pedagang perantara yang terlibat adalah pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan dan pedagang pengecer. Berdasarkan Tabel 19, Biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan terdiri dari biaya transportasi, biaya terminal dan biaya penyusutan bobot. Biaya terminal merupakan biaya yang dikeluarkan hingga Ikan Mas siap angkut yang terdiri dari upah pekerja, plastik dan oksigen. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer meliputi biaya transportasi dan biaya terminal. Biaya terminal yang dikeluarkan meliputi uang keamanan, uang kebersihan dan uang listrik.

81 135 Tabel 19. Distribusi Margin Ikan Mas Saluran Pemasaran 3 Lembaga Pemasaran Rp/Kg Pembudidaya Harga jual ,00 Pengumpul Harga beli ,00 Harga jual ,00 Biaya transportasi 97,92 Biaya terminal 234,11 Biaya penyusutan bobot 650,00 Margin 2.000,00 Keuntungan 1.017,97 Rasio Keuntungan dan biaya (%) 103,66 Pedagang pengumpul luar kecamatan Harga beli ,00 Harga jual ,00 Biaya transportasi 375,00 Biaya terminal 479,17 Penyusutan bobot 739,17 Margin 2.000,00 Keuntungan 406,66 Rasio keuntungan dan biaya 25,52 Pengecer Luar Kecamatan Harga beli ,00 Harga jual ,00 Biaya transportasi 91,11 Biaya terminal 31,30 Penyusutan bobot 428,89 Margin 1.000,00 Keuntungan 448,61 Rasio keuntungan dan biaya (%) 81,37 Total margin 5.000,00 Total keuntungan 1.873,24 Farmer s share 72,22 Sumber : Diolah dari Lampiran 9,10,12 dan 16 Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer meliputi biaya transportasi dan biaya terminal. Biaya terminal yang dikeluarkan meliputi uang keamanan, uang kebersihan dan uang listrik. Pembudidaya menjual Ikan Mas kepada pedagang pengumpul adalah sebesar Rp13.000,00 per kg. Harga jual yang ditetapkan pedagang pengumpul ke pedagang pengumpul luar kecamatan adalah sebesar Rp15.000,00 per kg, dan mendapatkan margin sebesar Rp2.000,00 per kg. Biaya transportasi yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 7,92 per kg, sedangkan untuk biaya terminal sebesar Rp 234,11 per kg. Biaya penyusutan bobot yang dikeluarkan sebesar Rp 650,00 per kg. Pedagang pengumpul

82 136 mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.017,97 per kg dan rasio keuntungan dan biaya 103,66%. Pedagang luar kecamatan menjual Ikan Mas dengan harga sebesar Rp ,00 per kg kepada pedagang pengecer luar kecamatan. Margin dan keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul luar kecamatan masingmasing Rp 2.000,00 per kg dan Rp 406,66 per kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul luar kecamatan untuk biaya transportasi sebesar Rp 37 per kg. Biaya terminal dan penyusutan bobot masing-masing sebesar Rp 479,17 per kg dan Rp 793,17 per kg. Rasio keuntungan yang diterima pedagang pengumpul luar kecamatan 25,52 %. Pedagang pengecer luar kecamatan menjual kepada konsumen dengan harga Rp18.000,00 per kg dan memperoleh margin sebesar Rp1.000,00 per kg. Biaya yang dikeluarkan untuk tansportasi sebesar Rp 91,11 per kg. Biaya terminal sebesar Rp 31,3 dan penyusutan bobot sebesar Rp 428,89 per kg. Keuntungan yang diterima sebesar Rp 448,61 per kg dan rasio keuntungan dan biaya sebesar 81,37%. Bagian yang diterima oleh pembudidaya (farmer s share) pada saluran 3 sebesar 72,22% Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer s Share pada Saluran 4 Pedagang perantara yang terlibat pada saluran 4 adalah pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, dan kolam pemancingan. Pembudidaya menjual Ikan Mas ke pedagang pengumpul dengan harga Rp13.000,00 per kg. Pedagang pengumpul kemudian menjual ke pedagang pengumpul luar kecamatan sebesar Rp15.000,00, dan memperoleh margin sebesar Rp 2.000,00 per kg. Ikan Mas dari pedagang pengumpul luar kecamatan di pasarkan ke kolam pemancingan dengan harga Rp ,00 per kg, dan memperoleh margin sebesar Rp 2.500,00 per kg. Pemilik kolam pemancingan yang menjual Ikan Mas kepada pemancing Rp ,00 per kg, dan mendapatkan margin sebesar Rp 2.500,00 per kg.

83 137 Tabel 20. Distribusi margin Ikan Mas saluran Pemasaran 4 Lembaga Pemasaran Rp/Kg Pembudidaya Harga jual ,00 Pengumpul Harga beli ,00 Harga jual ,00 Biaya transportasi 97,92 Biaya terminal 234,11 Biaya penyusutan bobot 650,00 Margin 2.000,00 Keuntungan 1.017,97 Rasio Keuntungan dan biaya (%) 103,66 Pedagang pengumpul luar kecamatan Harga beli ,00 Harga jual ,00 Biaya transportasi 375,00 Biaya terminal 479,17 Penyusutan bobot 739,17 Margin 2.500,00 Keuntungan 906,66 Rasio keuntungan dan biaya 56,90 Pemancingan Harga beli Harga jual Biaya terminal 554,17 Penyusutan bobot 237,50 Margin 2.500,00 Keuntungan 1.708,33 Rasio keuntungan dan biaya (%) 215,79 Total margin 7.000,00 Total keuntungan 3632,96 Farmer s share 65,00 Sumber : Diolah dari Lampiran 9,10,12, dan 19 Berdasarkan Tabel 21, biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 97,92 per kg untuk biaya transportasi dan Rp 234,11 per kg unuk biaya terminal. Biaya terminal yang dikeluarkan pedagang pengumpul terdiri dari upah pekerja, plastik dan oksigen. Biaya penyusutan bobot yang dibayarkan sebesar Rp 650,00 per kg. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp 1.017,97 per kg, dan rasio keuntungan dan biaya yang didapatkan 103,66%. Pedagang pengumpul luar kecamatan juga mengeluarkan biaya transportasi dan terminal. Biaya transportasi dan biaya terminal yang dikeluarkan masing-masing sebesar Rp 375,00 per kg dan Rp 479,17 per kg. Biaya penyusutan bobot yang dikeluarkan sebesar Rp 739,17 per kg. Keuntungan yang didapat oleh pedagang luar kecamatan sebesar Rp 906,66 per kg. Rasio keuntungan dan biaya sebesar

84 138 56,90%. Pemilik kolam pemancingan hanya mengeluarkan biaya terminal dan penyusutan bobot tanpa biaya transportasi. Ikan Mas di antarkan langsung oleh pedagang pengumpul luar kecamatan ke kolam pemancingan, sehingga tidak ada biaya tansportasi yang dikeluarkan pemilik kolam pemancingan. Biaya terminal yang terdiri dari upah pekerja, listrik dikeluarkan pemilik kolam pemancingan sebesar Rp 554,17 per kg. Biaya penyusutan bobot yang dikeluarkan sebesar Rp 237,5 per kg. Keuntungan yang didapatkan pemilik kolam pemancingan sebesar Rp 1.708,33 per kg. Rasio keuntungan dan biaya sebesar 215,79%. Farmer s share atau bagian yang diterima oleh pembudidaya sebesar 65%. Margin pemasaran total pada saluran 4 sebesar Rp 7.000,00 per kg dan keuntungan total sebesar Rp 3.632,96 per kg. Berdasarkan uraian diatas (Tabel 17,18,19,20) dapat diketahui bahwa margin pemasaran total terbesar terdapat pada saluran 1 sebesar Rp ,99 per kg. Pada saluran 1, pemilik rumah makan menjual Ikan Mas olahan dengan harga yang relatif tinggi per ekornya sehingga setelah dikonversi harga jual Ikan Mas per kg menjadi tinggi, yang menyebabkan margin pemasaran yang besar. Sedangkan margin pemasaran total terkecil berada pada saluran 2 sebesar Rp 3.000,00 per kg. Pedagang pengecer menjual Ikan Mas langsung ke konsumen dengan jumlah yang diinginkan oleh konsumen. Jual beli dilakukan dengan proses tawar-menawar sehingga margin yang diperoleh kecil. Bagian yang diterima pembudidaya (farmer s share) terbesar terdapat pada saluran 2 sebesar 89,66%, sedangkan farmer s share terkecil terdapat pada saluran 1 sebesar 34,36%. Dilihat dari farmer s sharenya, saluran pemasaran yang relatif efisien adalah saluran pemasaran 2. Tabel 21. Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran pada Tiap Lembaga Pemasaran Lembaga Pemasaran Keuntungan per Biaya Pemasaran Saluran 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran 4 Pedagang pengumpul 86,29 52,74 103,66 103,66 Pedagang pengumpul luar 45,26 25,52 56,90 kecamatan Pedagang pengecer 128,38 Pedagang pengecer luar 176,3 81,37 kecamatan Pemilik kolam pemancingan 215,79 Rumah makan 43,38 Sumber : Diolah dari Lampiran 10-19

85 139 Berdasarkan Tabel 21, di tingkat pedagang pengumpul rasio keuntungan dan biaya pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran 3 dan 4 yaitu sebesar 103,66 artinya setiap Rp100,00 biaya pemasaran yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar Rp103,66. Rasio keuntungan dan biaya terkecil terdapat pada saluran 52,74. Nilai rasio keuntungan dan biaya pemasaran belum efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada jumlah keuntungan yang didapatkan. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran terbesar pada tingkat pedagang pengumpul luar kecamatan berada di saluran 4 yaitu 56,90,sedangkan rasio keuntungan dan biaya terkecil berada pada saluran 3 yaitu sebesar 25,52. Rasio keuntungan dan pemasaran pada masing-masing saluran belum efisien karena jumlah biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada keuntungan yang didapatkan. Pada tingkat pedagang pengecer dalam kecamatan, pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer pada saluran 2 adalah efisien. Hal ini ditunjukkan dengan rasio keuntungan dan biaya sebesar 128,38 yang berarti keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya pemasaran yang dikeluarkan. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran pedagang pengecer luar kecamatan yang terbesar terdapat pada saluran 1 yaitu 176,3%, sedangkan rasio keuntungan dan biaya terkecil berada pada saluran 3 yaitu sebesar 81,37%. Pada saluran 3 pemasaran yang dilakukan pedagang pengecer luar kecamatan belum efisien kerena biaya yang dikeuarkan lebih besar daripada jumlah keuntungan yang diperoleh. Rasio keuntungan dan biaya pada rumah makan pada saluran 1 sebesar 43,38% menunjukan bahwa pemasaran yang dilakukan belum efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh. Pada tingkat pemilik kolam pemancingan rasio keuntungan dan biaya pada saluran 4 yang diperoleh sebesar 215,79%. Nilai ini menunjukkan bahwa pemasaran yang dilakukan pemilik kolam pemancingan efisien karena keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

86 140 Tabel 22. Farmer s share, Rasio Keuntungan dan Biaya, dan Marjin Pemasaran Tiap Saluran Saluran Pemasaran Farmer s share (%) Rasio keuntungan dan biaya (total) Marjin pemasaran (total) (Rp) Saluran 1 34,36 44, ,33 Saluran 2 89,66 120, ,00 Saluran 3 72,22 59, ,00 Saluran 4 65,00 107, ,00 Sumber : Diolah dari lampiran 9-19 Berdasarkan Tabel 22, rasio keuntungan terbesar berada pada saluran 2 sebesar 120,40% dimana setiap Rp100,00 biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.120,40. Marjin pemasaran total pada saluran 2 mempunyai nilai yang paling kecil yaitu sebesar Rp 3.000,00. Pada saluran 2, farmer s share yang diterima lebih besar dibandingkan saluran yang lainnya sehingga saluran pemasaran 2 lebih efisien dibandingkan saluran yang lain karena melibatkan sedikit pedagang perantara sehingga memungkinkan Ikan Mas lebih cepat sampai ke tangan konsumen dan margin yang terbentuk diantara pedagang perantara tidak terlalu besar. Volume penjualan rata-rata yang dilakukan pedagang pengumpul yang langsung menjual ke pedagang pengumpul luar kecamatan lebih besar dibandingkan penjualan yang dilakukan ke pedagang pengecer dalam kecamatan. Hal ini disebabkan, sebagian besar masyarakat Kecamatan Pagelaran bermata pencarian sebagai pembudidaya Ikan Mas sehingga permintaan konsumen akan Ikan Mas rendah. Kemudahan fasilitas jalan menuju ke Kecamatan Pagelaran sehingga memperlancar proses penyampaian barang dari pusat produksi. Kompetisi pasar yang berlaku umumnya bersifat oligopoli kecuali antara pembudidaya dengan pengumpul yang bersifat oligopsoni dan antara pedagang pengumpul luar kecamatan dengan kolam pemancingan yang juga bersifat oligopsoni. Struktur pasar oligopoli mencerminkan adanya penekanan harga dari pihak yang memiliki informasi lebih banyak. Struktur pasar yang bersifat oligopsoni menyebabkan pasar menjadi tidak efisien. Jumlah pembudidaya yang banyak selaku produsen menyebabkan jumlah barang di pasar menumpuk pada panen raya sehingga dapat dipastikan harga menjadi lebih rendah. Hal ini akan merugikan pembudidaya karena biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan penerimaan. Kelompok pembudidaya diharapkan menjadi tempat bertukar informasi dan kegiatan pemasaran bersama sehingga posisi tawar (bargaining

87 141 position) pembudidaya menjadi lebih kuat. Dengan dukungan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kabupaten Tanggamus dalam bantuan dana serta penyuluhan-penyuluhan, diharapkan pembudidaya Ikan Mas tidak hanya dapat meningkatkan kuantitas tetapi juga kualitas dari Ikan Mas.

88 142 DAFTAR PUSTAKA Anonim Data Produksi Ikan Mas. Januari 208] Afrianto E Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta: Kanisius. Dahl D.C., Hammond J.W Market and Price Analysis. The Agricultural Industries. Mc.Graw. Hill Book Caompany, Inc. Hanapi, Meiriza Anaisis Efisiensi pemasaran Bunga Potong pada Pusat Promosi Bunga dan Tanaman Hias Rawa belong, Jakarta. (Skripsi). Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Harahap Analisis Pendapatan Dan Pemasaran Ikan Hias Air Tawar (Kasus Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor). Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hernanto F Ilmu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya. Kotler P Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan dan Pengendalian. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Limbong W. H, P.Sitorus Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Made I Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES. Nazir M., Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Rokhdianto Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Jakarta: Penebar Swadaya. Saanin H Taksanomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Vol I dan II. Jakarta Bina Cipta. Saefuddin AM, Hanafiah AM Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta : UI. Press. Sarma M Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Singarimbun M, S Efendi Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Soeharjo A., D. Patong Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Bogor : Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

89 143 Soekartawi, A. Soeharjo., J.l. Dillon., J.B. Hardaker Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta : UI-Press. Sudiyono A Pemasaran Pertanian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Walpole R. E Pengantar Statistik.. Ed 3. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Total penerimaan rata-rata pembudidaya per tahun sebesar Rp ,7. Total biaya rata-rata yang dikeluarkan pembudidaya Rp ,00. Keuntungan rata-rata yang dihasilkan sebesar Rp ,7. Keuntungan per musim tanam sebesar Rp , Terdapat empat saluran pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus. Saluran pertama melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar kecamatan, rumah makan. Saluran kedua melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang eceran. Saluran ketiga melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang eceran luar kecamatan. Saluran keempat melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan dan pemancingan. 3. Keseluruhan lembaga pemasaran melakukan fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar. Pada tingkat pembudidaya ada fungsi pertukaran dan fungsi pengadaan secara fisik yang tidak dilaksanakan yaitu fungsi pembelian dan fungsi pengangkutan. Fungsi standardisasi dan grading hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan. Pemilik kolam pemancingan tidak melaksanakan fungsi pengadaan secara fisik yaitu fungsi pengangkutan.

90 Berdasarkan margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya (total) saluran yang paling efisien adalah saluran 2 dengan nilai masingmasing Rp 3.000,00 per kg, 89,66% dan 120, Saran 1. Diperlukan upaya baik dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat, Unit Pengembangan dan Pelayanan (UPP) maupun dari pembudidaya sendiri agar informasi pasar dapat sampai ke tangan pembudidaya. Informasi dapat diperoleh melalui dua cara yaitu dari pembudidaya sendiri dengan membentuk kelompok pemasaran dan melalui informasi-informasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat. 2. Unit Pengembangan dan Pelayanan (UPP) diharapkan dapat membentuk kelompok-kolompok yang beranggotakan pembudidaya dan pedagang pengumpul, dimana terjadi hubungan timbal balik antara kedua belah pihak. Pembudidaya mempunyai posisi tawar yang lebih baik dimana pedagang pengumpul membeli Ikan Mas dengan harga lebih tinggi dan ketersediaan stok Ikan Mas di pedagang pengumpul selalu terjaga. 3. Kelompok Pembudidaya Ikan (pokdakan) mengajak pembudidaya yang lain untuk menjadi anggota kelompok, dan menjaga serta meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksinya.

91 Lampiran 1. Denah Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus 145

92 146 Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Tahun 2007 Lampiran 2. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus

93 147 No. Responden Jenis Kelamin Umur (tahun) Pekerjaan Pendidikan Jumlah Tanggungan (orang) Pengalaman Usaha (tahun) Luas kolam Alamat (m2) Umbul solo 2000 Umbul solo Pria 33 Pedagang SMU 4 8 Perangkat 2 Pria 32 desa SMU Pria 29 pembudidaya SMU 4 10 Panutan 2000 Umbul 4 Pria 35 pembudidaya SMU 3 10 solo 2500 Umbul 5 Pria 50 pembudidaya SMU 5 7 solo Pria 44 pembudidaya SMU 5 28 Panutan Pria 29 pembudidaya SMU 4 5 Lugu sari Pria 42 pembudidaya D Lugu sari Pria 40 pembudidaya SMU 2 12 Panutan Pria 35 pembudidaya SD 4 10 Panutan Pria 32 pembudidaya SD 3 7 Panutan Pria 35 pembudidaya SMU 4 10 Panutan Pria 35 pembudidaya SMU 6 10 Pamenang Pria 29 pembudidaya SD 3 5 Pamenang Pria 40 pembudidaya SMU 4 2 Pamenang Pria 24 pembudidaya D1 1 2 Rawa Harum Pria 25 pembudidaya SMU 1 5 Rawa Harum Pria 25 Pedagang D1 2 5 Rawa Harum Pria 29 pembudidaya SMU 3 10 Umbul solo Pria 30 Perangkat desa D3 3 9 Panutan Pria 32 pembudidaya SMU 4 10 Rawa Harum Pria 26 pembudidaya SMU 2 5 Rawa Harum Pria 55 pembudidaya SD 6 30 Umbul solo Pria 30 pembudidaya D3 4 8 Umbul solo Pria 45 pembudidaya D Umbul solo Pria 43 pembudidaya SD 6 18 Umbul solo Pria 35 pembudidaya SMU 2 10 Umbul solo Pria 28 pembudidaya SMU 3 6 Lugu sari Pria 28 pembudidaya SMU 4 8 Lugu sari Pria 40 pembudidaya SMU 5 9 Lugu sari 1500 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 Lampiran 3. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus

94 148 No. Responden Jenis Kelamin Umur (tahun) Pekerjaan Pendidikan Jumlah Tanggungan (Orang) Pengalaman Usaha (Tahun) Alamat 1 Laki-laki 29 2 Laki-laki 44 Pembudidaya dan pengumpul SMU 6 10 Panutan Pembudidaya dan pengumpul SMU 5 25 Pamenang 3 Laki-laki 37 Pengumpul SMU 4 5 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 Umbul Solo Lampiran 4. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus

95 149 No. Responden Jenis Kelamin Umur (tahun) Pekerjaan Pendidikan Jumlah Tanggungan (orang) Pengalaman Usaha (tahun) Alamat 1 Wanita 55 Pedagang SMU c 2 Laki-laki 39 Pedagang Sarjana Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 Lampiran 5. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus No. Responden Jenis Kelamin Umur (tahun) Pekerjaan Pendidikan Jumlah Tanggungan Pengalaman Usaha (tahun) Alamat

96 150 (orang) 1 Laki-laki 25 pengecer D Laki-laki 23 pengecer SMU - 5 Rawa harum Rawa harum 3 Laki-laki 29 pengecer SMU 5 5 Panutan Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 Lampiran 6. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Luar Kecamatan Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus No. Responden Jenis Kelamin Umur (tahun) Pekerjaan Pendidikan Jumlah Tanggungan Pengalaman Usaha Alamat

97 151 (orang) (tahun) 1 Perempuan 32 Pedagang SMU c 2 Perempuan 50 Pedagang SMU Selikur 3 Laki-laki 39 Pedagang Sarjana Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 Lampiran 7. Karakteristik Responden Pemilik Kolam Pemancingan di Kecamtan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus No. Responden Jenis Kelamin Umur (tahun) Pekerjaan Pendidikan Jumlah Tanggungan (orang) Pengalaman Usaha (tahun) Alamat Laki-laki 35 PNS S1 4 5 Tejosari

98 Perempuan 50 Pedagang SMU 11 7 Selikur Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 Lampiran 8. Karakteristik Responden Pemilik Rumah Makan Luar Kecamatan di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus No. Responden Jenis Kelamin Umur (tahun) Pekerjaan Pendidikan Jumlah Tanggungan (orang) Pengalaman Usaha (Tahun) Alamat Laki-laki 31 Pedagang SMU a

99 Laki-laki 39 Pedagang SMU 3 5 Koramil 3 Laki-laki 66 Pedagang SMU 5 10 Kampus Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

100 154 Lampiran 9. Analisis Pendapatan Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Keterangan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Luas (m2) Jumlah kolam Frekuensi penanaman ikan A. Biaya investasi (Rp.) a. Pembuatan kolam b. Cangkul c. Jaduk (ut= d. Buleng (ut= e. Waring (ut= g. Paralon (ut= h. Baskom (ut= Total Investasi B. Biaya tetap (Rp.) 1. Pajak (PBB) Sewa lahan Perawatan a. Cangkul b. Jaduk c. Buleng d. Waring e. Paralon f. Baskom Perbaikan kolam/tahun Penyusutan a. Cangkul b. Jaduk c.buleng

101 155 Lanjutan Lampiran 9 d.waring f. Paralon g. Baskom Total Biaya tetap C. Biaya variabel 1. Benih (5-7 cm) Pelet Obat-obatan Pupuk Kapur Listrik Biaya panen Total Biaya Variabel Total Biaya Penerimaan a. Volume Produksi Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) b. Harga Jual Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) Total Penerimaan Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) Keuntungan Keuntungan per periode tanam R/C Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

102 156 Lanjutan Lampiran 9 Keterangan P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 Luas (m2) Jumlah kolam Frekuensi penanaman ikan A. Biaya investasi (Rp.) a. Pembuatan kolam b. Cangkul c. Jaduk (ut= d. Buleng (ut= e. Waring (ut= g. Paralon (ut= h. Baskom (ut= Total Investasi B. Biaya tetap (Rp.) 1. Pajak (PBB) Sewa lahan Perawatan a. Cangkul b. Jaduk c. Buleng d. Waring e. Paralon f. Baskom Perbaikan kolam/tahun Penyusutan a. Cangkul b. Jaduk c.buleng d.waring

103 157 Lanjutan Lampiran 9 f. Paralon g. Baskom Total Biaya tetap C. Biaya variabel 1. Benih (5-7 cm) Pelet Obat-obatan Pupuk Kapur Listrik Biaya panen Total Biaya Variabel Total Biaya Penerimaan a. Volume Produksi Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) b. Harga Jual Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) Total Penerimaan Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) Keuntungan Keuntungan per periode tanam R/C Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

104 158 Lanjutan lampiran 9 Keterangan P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 Luas (m2) Jumlah kolam Frekuensi penanaman ikan A. Biaya investasi (Rp.) a. Pembuatan kolam b. Cangkul c. Jaduk (ut= d. Buleng (ut= e. Waring (ut= g. Paralon (ut= h. Baskom (ut= Total Investasi B. Biaya tetap (Rp.) 1. Pajak (PBB) Sewa lahan Perawatan a. Cangkul b. Jaduk c. Buleng d. Waring e. Paralon f. Baskom Perbaikan kolam/tahun Penyusutan a. Cangkul b. Jaduk c.buleng d.waring

105 159 Lanjutan Lampiran 9 f. Paralon g. Baskom Total Biaya tetap C. Biaya variabel 1. Benih (5-7 cm) Pelet Obat-obatan Pupuk Kapur Listrik Biaya panen Total Biaya Variabel Total Biaya Penerimaan a. Volume Produksi Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) b. Harga Jual Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) Total Penerimaan Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) Keuntungan Keuntungan per periode tanam R/C Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

106 160 Lanjutan lampiran 9 Keterangan P25 P26 P27 P28 P29 P30 Luas (m2) Jumlah kolam Frekuensi penanaman ikan A. Biaya investasi (Rp.) a. Pembuatan kolam b. Cangkul c. Jaduk (ut= d. Buleng (ut= e. Waring (ut= g. Paralon (ut= h. Baskom (ut= Total Investasi B. Biaya tetap (Rp.) 1. Pajak (PBB) Sewa lahan Perawatan a. Cangkul b. Jaduk c. Buleng d. Waring e. Paralon f. Baskom Perbaikan kolam/tahun Penyusutan a. Cangkul b. Jaduk c.buleng d.waring f. Paralon

107 161 Lanjutan Lampiran 9 g. Baskom Total Biaya tetap C. Biaya variabel 1. Benih (5-7 cm) Pelet Obat-obatan Pupuk Kapur Listrik Biaya panen Total Biaya Variabel Total Biaya Penerimaan a. Volume Produksi Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) b. Harga Jual Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) Total Penerimaan Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor) Keuntungan Keuntungan per periode tanam R/C Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 Asumsi : 1. Biaya Perawatan = 2% x nilai investasi 2. Pemeliharaan kolam/panen = Rp Rp (3-8) x jumlah panen 3. Biaya panen = (4-10) orang (Rp Rp ) x jumlah panen

108 162 Lampiran 10. Perhitungan Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul a. Biaya dan Keuntungan Total Respond en ke Volume penjualan /pembelian (Kg) Harga jual (Rp) Harga beli (Rp) Penjualan (Rp) Harga Pokok Penjualan (Rp) Keuntungan kotor (Rp) Biaya transportasi (Rp) Biaya Terminal (Rp) Penyusutan bobot (Rp) Keuntungan pemasaran (Rp) Lama penjualan (hari) Keuntungan per hari (Rp) Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 b. Biaya dan Keuntungan per Kg Respond en ke Harga beli (Rp/kg) Harga jual (Rp/kg) Biaya transportasi (Rp/Kg) Biaya terminal (Rp/Kg) Biaya penyusutan bobot (Rp/Kg) Margin (Rp/kg) Keuntungan pemasaran (Rp/kg) Biaya pemasaran (Rp/kg) Keuntungan/biaya (%) Total Ratarata Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

109 163 Lampiran 11. Rincian Biaya Pedagang Pengumpul per Kg Responden ke Keterangan Biaya (Rp/hari) Biaya (Rp/Kg) Biaya terminal (Rp/kg) 1 1. Transportasi ,00 68,75 233,33 2. Upah Pekerja (ambil dan bongkar muat) ,00 30,00 3. Penyusutan ,00 650,00 4. Plastik ,00 150,00 5. Oksigen ,67 53, Transportasi ,00 100,00 230,33 2. Upah Pekerja (ambil dan bongkar muat) ,00 75,00 3. Penyusutan ,00 650,00 4. Plastik ,00 150,00 5. Oksigen 5.333,33 5, Transportasi , ,67 2. Upah Pekerja (ambil dan bongkar muat) ,00 83,33 3. Penyusutan ,00 122,50 4. Plastik ,00 150,00 5. Oksigen 3.200,00 5,33 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

110 164 Lampiran 12. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan a. Biaya dan Keuntungan Total Responden ke Volume penjualan /pembelian (Kg) Harga jual (Rp) Harga beli (Rp) Penjualan (Rp) Harga Pokok Penjualan (Rp) Keuntungan kotor (Rp) Biaya transportasi (Rp) Biaya Terminal (Rp) Penyusutan bobot (Rp) Keuntungan pemasaran (Rp) Lama penjualan (hari) Keuntungan per hari (Rp) Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 b. Biaya dan Keuntungan per Kg Responden ke Harga beli (Rp/kg) Harga jual (Rp/kg) Biaya transportasi (Rp/Kg) Biaya terminal (Rp/Kg) Biaya penyusutan bobot (Rp/Kg) Margin (Rp/kg) Keuntungan pemasaran (Rp/kg) Biaya pemasaran (Rp/kg) Keuntungan/biaya (%) ,33 753, , , jumlah , , , , rata-rata ,17 739, , , Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

111 165 Lampiran 13. Rincian Biaya Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan per Kg Responden ke Keterangan Biaya (Rp/hari) Biaya (Rp/Kg) Biaya terminal (Rp/Kg) 1 1. Transportasi Upah Pekerja Penyusutan bobot Plastik Oksigen Transportasi ,33 2. Upah Pekerja ,7 3. Penyusutan bobot ,33 4. Plastik Oksigen ,67 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

112 166 Lampiran 14. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer a. Biaya dan Keuntungan Total Responden ke Volume penjualan /pembelian (Kg) Harga jual (Rp) Harga beli (Rp) Penjualan (Rp) Harga Pokok Penjualan (Rp) Keuntungan kotor (Rp) Biaya transportasi (Rp) Biaya terminal (Rp) Penyusutan bobot (Rp) Keuntungan pemasaran (Rp) Lama penjualan (hari) Keuntungan per hari (Rp) , , , , , , , ,67 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 b. Biaya dan Keuntungan per Kg Responden ke Harga beli (Rp/kg) Harga jual (Rp/kg) Biaya transportasi (Rp/Kg) Biaya terminal (Rp/Kg) Biaya penyusutan bobot (Rp/Kg) Margin (Rp/kg) Keuntungan pemasaran (Rp/kg) Biaya pemasaran (Rp/kg) Keuntungan/biaya (%) Farmer's share (%) ,33 28,79 266, ,21 628,79 138,55 81, , , ,33 48,76 81,25 Total , ,67 333, , ,33 220,45 816, , ,45 rata-rata ,11 73,48 272, ,19 656,82 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

113 167 Lampiran 15. Rincian Biaya Pedagang Pengecer per Kg Responden ke Volume penjualan (kg/hari) Keterangan Biaya (Rp/hari) Biaya (Rp/Kg) Biaya terminal (Rp/Kg) 1 Mas = 30 kg 1. Transportasi ,91 28,79 lele = 20 Kg 2. Uang sampah ,09 nila = 40 Kg 3. Uang keamanan ,64 patin = 20 kg 4. Listrik 666,67 6,06 5. Penyusutan total = 110 kg bobot ,67 2 Mas = 20 kg 1. Transportasi ,33 lele = 20 Kg 2. Uang sampah Nila =30 kg 3. Uang keamanan patin =10 kg 4. Listrik 666,67 33,33 5. Penyusutan total = 80 bobot Mas = Transportasi ,33 Total = Uang sampah Uang keamanan Listrik 833,33 8,33 5. Penyusutan bobot Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

114 168 Lampiran 16. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer Luar Kecamatan a. Biaya dan Keuntungan Total Responden ke Volume penjualan /pembelian (Kg) Harga jual (Rp) Harga beli (Rp) Penjualan (Rp) Harga Pokok Penjualan (Rp) Keuntungan kotor (Rp) Biaya transportasi (Rp) Biaya terminal (Rp) Penyusutan bobot (Rp) Keuntungan pemasaran (Rp) Lama penjualan (Hari) Keuntungan per hari (Rp) , , , , , , Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 b. Biaya dan Keuntungan per Kg Responden ke Harga beli (Rp/kg) Harga jual (Rp/kg) Biaya transportasi (Rp/Kg) Biaya terminal (Rp/Kg) Biaya penyusutan bobot (Rp/Kg) Margin (Rp/kg) Keuntungan pemasaran (Rp/kg) Biaya pemasaran (Rp/kg) Keuntungan/biaya (%) Farmer's share % , ,26 394,74 153,33 72, , ,83 159,79 72, ,33 33,33 466, ,67 633,33 215,79 72,22 jumlah ,33 93, , , ,91 528,91 216,67 rata-rata , ,11 31,30 428, ,33 990,64 551,30 176,30 72,22 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

115 169 Lampiran 17. Rincian Biaya Pedagang Pengecer Luar Kecamatan per Kg Volume penjualan (kg/hari) Biaya terminal (Rp/Kg) Responden ke Keterangan Biaya (Rp/hari) Biaya (Rp/Kg) 1 Mas = 250 Kg 1. Transportasi ,46 14,74 Nila = 10 kg 2. Uang sampah ,85 Total = Uang keamanan ,69 4. Listrik 833,33 3,21 5. Penyusutan bobot Mas = Transportasi ,5 45,83 patin = Uang sampah ,5 total = 80 kg 3. Uang keamanan Listrik 666,67 8,33 5. Penyusutan bobot Mas = 75 Kg 1. Transportasi ,96 33,33 lele = 20 Kg 2. Uang sampah ,69 Patin = 20 Kg 3. Uang keamanan ,39 Total= 115 kg 4. Listrik 833,33 7,25 5. Penyusutan bobot ,35 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

116 170 Lampiran 18. Biaya Pemasaran Keuntungan Pemasaran Rumah Makan a. Biaya dan Keuntungan Total Responden ke Volume penjualan /pembelian (Kg) Jumlah porsi Harga jual (Rp) Harga beli (Rp) Penjualan (Rp) Harga Pokok Penjualan (Rp) Keuntungan kotor (Rp) Biaya transportasi (Rp) Biaya Terminal (Rp) Keuntungan pemasaran (Rp) Keuntungan/biaya , , , , , , ,97 23, , , ,58 23,4 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 b. Biaya dan Keuntungan per Porsi Responden ke Jumlah Pembelian (Kg) Jumlah isi per Kg (ekor) Jumlah porsi Harga jual (Rp) Biaya transportasi (Rp) Biaya terminal (Rp) Keuntungan pemasaran (Rp) Keuntungan/biaya , , ,39 233, , , ,07 189, , , ,87 115,97 jumlah , , ,33 538,61 rata-rata , , , ,11 179,54 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

117 171 Lanjutan Lampiran 18 c. Rincian Biaya per Porsi Responden ke Volume penjualan (porsi) Keterangan Biaya (Rp/hari) Biaya (Rp/porsi) Biaya pemasaran (Rp/porsi) 1 Mas = 8 porsi 1. Biaya transportasi , ,11 Lele = 39 porsi 2. Upah pekerja ,33 Ayam = 28 porsi 3. Listrik 3.333,33 44,44 Total = 75 porsi 4. Minyak goreng ,33 5. Minyak tanah Bumbu+lalapan ,33 2 mas = Biaya transportasi , ,49 tongkol = Upah pekerja ,41 daging = Minyak Goreng ,14 ayam = Minyak tanah ,70 telur = Bumbu ,68 total = 74 3 mas = Biaya transportasi , ,94 lele = Upah pekerja ,79 simba = 8 3. Listrik 4.666,67 49,65 tongkol = Minyak goreng ,06 Kembung sate = Minyak tanah ,57 daging = Bumbu ,68 total = 94 Sumber : Data Primer, Maret-April

118 172 Lanjutan Lampiran 18 d. Biaya per Kg Responden ke Jumlah pembelian (kg) Jumlah isi per kg Harga beli per kg Harga jual (Rp/kg) Biaya transportasi (Rp/kg) Biaya terminal (Rp/kg) Margin(Rp/kg) Keuntungan pemasaran (Rp/kg) Keuntungan/biaya % Farmer's share % , , ,17 83,38 32, , , ,48 23,95 41, , , ,19 23,41 30,95 Jumlah , , ,84 130,74 104,72 Rata-rata ,33 451, , , ,61 43,58 34,91 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

119 173 Lampiran 19. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan a. Biaya dan Keuntungan Total Responden ke Volume penjualan /pembelian (Kg) Harga jual (Rp) Harga beli (Rp) Penjualan (Rp) Harga Pokok Penjualan (Rp) Keuntungan kotor (Rp) Biaya terminal (Rp) Penyusutan bobot (Rp) Keuntungan pemasaran (Rp) Lama penjualan (hari) Keuntungan per hari (Rp) , , , , , ,33 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008 b. Biaya dan Keuntungan per Kg Responden ke Harga beli (Rp/kg) Biaya terminal (Rp/Kg) Biaya penyusutan bobot (Rp/Kg) Keuntungan pemasaran (Rp/kg) Biaya pemasaran (Rp/kg) Harga jual (Rp/kg) Margin (Rp/kg) Keuntungan/biaya (%) farmer's share % , ,33 691,67 261, , ,33 891,67 68,22 65 Total , , ,33 Rata-rata ,17 237, ,33 791,67 164,84 Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

120 174 Lanjutan Lampiran 19 Rincian Biaya Pedagang Pemancingan per Kg Responden ke Keterangan Biaya (Rp/hari) Biaya (Rp/Kg) Biaya terminal (Rp/Kg) 1 1. Upah ,67 2. Listrik 1.666,67 16,67 3. Penyusutan Listrik 1.666,67 41,67 716,67 2. Penyusutan Upah Sumber : Data Primer, Maret-April 2008

121 Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian a. Persiapan Kolam Pengisian Kolam Kolam Budidaya Pemilihan benih Ikan Mas b. Pemeliharaan/Pembesaran

122 2 Pemberian pakan Ikan Mas Ukuran Konsumsi c. Pengepakan dan Penampungan Pengepakan Ikan Mas Bak Penampungan d. Kolam Pemancingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah mendefinisikan pemasaran atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR Faisol Mas ud dan Slamet Hariyanto Fakultas Perikanan Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN SRI DIAH NOVITA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pemasaran Mubyarto (1977), mengemukakan bahwa di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan November 2013 di Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon yang berada di sebelah timur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam 1 VI. I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Subsektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu dari sektor pertanian yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor TINJAUAN PUSTAKA Saluran dan Lembaga Tataniaga Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SKRIPSI WINDI LISTIANINGSIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Koi Ikan koi merupakan keturunan dari ikan karper hitam atau ikan mas yang melalui proses perkawinan silang yang menghasilkan keturunan dengan bentuk tubuh indah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia menjadi titik berat dalam pembangunan bidang ekonomi. Konsep pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok ditanam didaerah tropis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN 06114023 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ANALISIS TATANIAGA

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut: Pemasaran komoditas pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi yaitu penjualan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ilmu Usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Tataniaga Tataniaga adalah suatu kegiatan dalam mengalirkan produk dari produsen (petani) sampai ke konsumen akhir. Tataniaga erat

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI CARRAGEENAN POWDER PADA PT PHONIX MAS PERSADA, KOTA MATARAM, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABDUL FALAH

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI CARRAGEENAN POWDER PADA PT PHONIX MAS PERSADA, KOTA MATARAM, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABDUL FALAH PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI CARRAGEENAN POWDER PADA PT PHONIX MAS PERSADA, KOTA MATARAM, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABDUL FALAH PROGRAM STUDI MANAJEMEM BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian dilakukan oleh Sabang (2008), tentang Sistem Pemasaran Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tenggarong Seberang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pupuk Bersubsidi Pupuk bersubsidi ialah pupuk yang pengadaanya dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebtuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pasar Definisi yang tertua dan paling sederhana bahwa pasar adalah sebagai suatu lokasi secara fisik dimana terjadi jual beli atau suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani 6 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Kelayakan Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dkk (1973) dalam Assary (2001) Suatu usahatani dikatakan layak atau berhasil apabila usahatani tersebut dapat menutupi

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII RESEARCH BY Ricky Herdiyansyah SP, MSc Ricky Herdiyansyah SP., MSc rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII PEMASARAN : Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis Kubis juga disebut kol dibeberapa daerah. Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan pada sektor agribisnis yang dapat memberikan sumbangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol Karo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan pemasaran kembang kol di Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci