BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (a) auditor independen, (b) auditor pemerintah, (c) auditor internal.
|
|
- Hartanti Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Jenis Auditor Siti dan Eli (2009) menyatakan bahwa auditor dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (a) auditor independen, (b) auditor pemerintah, (c) auditor internal. Auditor Independen berasal dari kantor akuntan publik, bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis auditeenya. Independen dimaksudkan sebagai sikap mental auditor yang memiliki integritas tinggi, objektif pada permasalahan yang timbul dan tidak memihak pada kepentingan manapun. Auditor pemerintah adalah auditor yang berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga pada tingkat tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah. Auditor Internal adalah pegawai dari suatu organisasi/perusahaan yang bekerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan dengan tujuan untuk membantu manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana
2 operasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. Tabel 2.1 Perbandingan Jenis Auditor Jenis Auditor Pelaksana Jenis Pekerjaan Auditor Akuntan Publik a. Assurance Services Independen Auditor registered berdasarkan perikatan kerja Pegawai berasal dari b. Attestation Services c. Accounting & Compilation Service d. Other Services a. Financial Audits Pemerintah lembaga pemeriksa b. Audit Kinerja pemerintah 1. Audit ekonomis dan efisiensi organisasi 2. Audit atas Program Pemerintah dan BUMN (Efektivitas) Auditor Pegawai dari suatu Audit Kepatuhan Internal organisasi perusahaan (Compliance Audit) yang bekerja di dan Audit Operasional organisasi (Management Operasinal atau Audit)
3 secara rutin Sumber: Siti dan Eli (2009) Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 entang BPK, pemeriksa adalah orang yang melaksankan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dan atas nama BPK. Oleh karena itu, Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP) adalah jabatan yang mempunyai lingkup, tugas, tanggung jawab, da wewenang untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang didudukli oleh Pegawai Negri Sipil di instansi BPK. Jenjang jabatan dalam JFP adalah (a) Pemeriksa Pertama, (b) Pemeriksa Muda, (c) Pemeriksa Madya, (d) Pemeriksa Utama. Pemeriksa pertama memiliki pangkat Penata Muda golongan/ruang III/a atau Penata Muda Tingkat I golongan/ruang III/b. Pemeriksa Muda memiliki golongan/ruang III/c atau Penata Tingkat I golongan/ ruang III/d. Pemeriksa Madya memiliki pangkat Pembina golongan/ ruang IV/a atau pangkat Pembina Tingkat I golongan/ ruang IV/b atau Pembina Utama Muda golongan/ruang IV/c. Pemeriksa Utama memiliki pangkat Pembina Utama Madya golongan/ ruang IV/d atau Pembina Utama golongan/ ruang IV/e. Peran Pemeriksa dalam JFP dari yang terendah hingga ke yang tertinggi adalah sebagai berikut:
4 a. anggota tim yang terdiri dari dua jenjang peran yaitu anggota tim yunior, dan anggota tim senior, b. ketua tim terdiri dari dua jenjang peran yaitu ketua tim yunior dan ketua tim senior, c. pengendali teknis, d. pengendali mutu. Pengertian masing-masing peran tersebut di atas adalah sebagai berikut: a. anggota tim yunior adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab melaksanakan pemeriksaan dengan kompleksitas rendah dan dapat dapat disandang oleh pemeriksa pertama, b. anggota tim senior adalah peran yang dimiliki oleh peeriksa dengan tanggung jawab melaksanakan pemeriksaan dengan kompleksitas tinggi dan dapat disandang oleh pemeriksa pertama atau pemeriksa muda, c. ketua tim yunior adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab memimpin pelaksanaan tugas pemeriksaan dengan kompleksitas rendah dan dapat disandang oleh pemeriksa pertama atau pemeriksa muda, d. ketua tim senior adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab memimpin pelaksanaan tugas pemeriksaan dengan kompleksitas tinggi serta dapat disandang oleh pemeriksa muda atau pemeriksa madya, e. pengendali teknis adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab terhadap teknis pelaksanaan dan dapat disandang oleh pemeriksa muda atau pemeriksa madya,
5 f. pengendali mutu adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung jawab terhadap mutu hasil pemeriksaan dan dapat disandang oleh pemeriksa mdaya atau pemeriksa utama. 2. Pemahaman Auditor Pemahaman sering juga dikatakan dengan persepsi. Persepsi mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Persepsi dapat juga dikatakan bagaimana individu melihat dan menafsirkan suatu objek. Individu akan bertindak berdasarkan persepsi mereka terhadap suatu objek, tanpa memperhatikan apakah persepsi tersebut menggambarkan realitas sesungguhnya. Menurut Mahmud (1990), di dalam ilmu psikologi pengertian persepsi ataupun pemahaman adalah menafsirkan stimulus yang telah ada dalam otak. Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu, tetapi interpretasinya bisa berbeda-beda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) pemahaman didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Walgito dan Bimo (1997) agar individu dapat menyadari dan membuat persepsi, ada bebrapa syarat yang harus dipenuhi yaitu: a. adanya obyek yang dipersepsikan, b. alat indera atau reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus (fisisologis), c. adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).
6 Robins (1996) secara tegas menyatakan bahwa persepsi seorang individu terhadap suatu objek sangat mungkin berbeda dengan persepsi individu orang lain terhadap objek yang sama. Fenomena ini menurutnya dikarenakan oleh beberapa faktor yang digambarkan pada gambar di bawah. Faktor pada Pemersepsi Sikap Motif Kepentingan Faktor dalam Situasi Waktu Keadaan/ Tempat Kerja Keadaan Sosial Faktor pada Target Hal baru; Gerakan; Bunyi; Ukuran; Latar Belakang kedekatan Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sumber: Stephen P. Robins, 1996 Persepsi merupakan suatu proses, dengan demikian apabila stimulus yang diterima bersifat kompleks maka proses yang berlangsung juga akan semakin
7 kompleks. Jika stimulus itu kompleks, maka persepsi merupakan reaksi terhadap keseluruhan situasi dari lingkungan. Jadi dapat dikatakan apabila proses terbentuknya persepsi berhubungan dengan berbagai rangkaian kejadian dan pengalaman, serta pengharapan dan penilaian terhadap sesuatu. Auditor mempunyai kewajiban untuk melihat dan menafsirkan kode etik dalam lingkup instansi mereka bekerja. Dengan adanya pemahaman terhadap kode etik, auditor mampu untuk berperilaku etik sesuai dengan peraturan yang ada dalam kode etik. Untuk menghasilkan perilaku terbaik, auditor akan selalu dihadapkan dengan masalah etik yaitu situasi yang dihadapi bila harus membuat pilihan diantara berbagai alternatif. 3. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia dan dapat dipergunakan oleh akuntan yang bukan atau belum menjadi anggota Ikatan akuntan Indonesia (IAI). Menurut Sriwahjoeni (2000) kode etik adalah norma atau perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan sejawat, dan antara profesi dan masyarakat. Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan etik, yang pada dasarnya bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat menggunakan jasa profesi. Menurut Keraf (1998) terdapat dua sasaran pokok dari kode etik ini yaitu:
8 a. kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dari kaum professional, b. kode etik bertujuan melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilakuperilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku dirinya professional. Di Indonesia, penegakan kode etik dilaksanakan oleh sekurangkurangnya enam unit organisasi yaitu: (a) Kantor Akuntan Publik, (b) Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik-IAI, (c) Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik-IAI, (d) Dewan Pertimbangan Profesi IAI, (e) Departemen Keuangan RI, (f) Badan Pemeriksa Keuangan. Selain keenam unit di atas organisasi di atas, pengawasan terhadap kode etik juga dapat dilakukan sendiri oleh para anggota pimpinan KAP. Menurut Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia adalah Kode Etik BPK, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan Pemeriksa menjalankan tugasnya. Menu rut Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Pasal 2 Setiap Anggota BPK dan Pemeriksa wajib: a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku
9 b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. c. Menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas d. Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK 4. Etika Profesi Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti karakter. Kata lain untuk etika dalah moralitas (morality), yang berasal dari bahasa latin yaitu mores yang berarti kebiasaan. Moralitas berpusat pada benar dan salah dalam perilaku manusia. Istilah Etika dilihat dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2007), memiliki arti adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Dalam hal etika profesi, sebuah profesi memilki memiliki komitmen moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi setiap profesi. Menurut Chua dkk(1994) menyatakan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada pola kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu. Etika merupakan konsepsi yang paling mendasar dari tekstur kehidupan manusia. Etika memberikan pola didik dan pola asuh kepada individu untuk bertindak, berbuat, atau tidak berbuat. Etika dapat juga memberikan kerangka berpikir manusia menyadari hakikat kehidupan dalam segala dimensinya.
10 Dalam etika terdapat komponen-komponen moral, martabat, kultural, kemajemukan kaidah serta nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakannya dengan profesi lain yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku anggotanya (Boynton dan Kell, 2001). Kode etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, terdapat empat prinsip dalam etika profesi (Keraf, 1998) yaitu: a. prinsip tanggung jawab, b. prinsip keadilan, c. prinsip otonomi, d. prinsip integritas moral. Arens, Elder dan Beasley (2000) etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai-nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita memperhatikannya secara eksplisit. Menurut Arens dan Lobbecke (2000) karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan dan prinsip perilaku etika yaitu (a) tanggung jawab, (b) kepentingan masyarakat, (c) integritas, (d) Objektifitas dan independensi, (e) keseksamaan, (f) lingkup dan sifat jasa. Akuntan harus mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional. Akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang mendahulukan kepentingan masyarakat menghargai
11 kepentingan masyarakat dan mewujudkan komitmen pada profesionalisme. Akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab professional dan integritas tinggi untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat,. Akuntan harus mempertahankan objektifitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab professional. Akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik yang harus bersikap independensi dalam kenyataan dan penampilan pada waktu melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya. Akuntan harus mematuhi standar teknik dan etika profesi, berusaha keras untuk meningkatkan kompetensi dan mutu jasa dan melaksanakan tanggung jawab professional dengan melakukan kemampuan terbaik. Seorang akuntan dalam menjalankan praktik sebagai akuntan publik harus mematuhi prinsip-prinsip perlaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan. 5. Hambatan Penegakan Kode Etik Ada dua alasan mengapa orang bertindak tidak etis, yang pertama adalah standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum, dan alasan yang kedua seseorang memilih bertindak semaunya. Baik alasan pertama maupun alasan yang kedua tetap saja bahwa tindakan seseorang tersebut tidak etis dan perlu adanya penanganan atas tindakan etis tersebut. Pelanggaran serupa banyak dilakukan oleh anggota masyarakat atau anggota profesi perlu dipertanyakan apakah aturan-aturan yang berlaku masih perlu tetap dipertahankan atau dipertimbangkan untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan lingkungan.
12 Beberapa hambatan dalam penegakan kode etik antara lain: a. sikap anggota profesi yang mendua, pada satu sisi menolak setiap pelanggaran terhadap kode etik tetapi pada sisi lain memberikan pembenaran atas pelanggaran tersebut, b. adanya sifat sungkan dari sesama anggota profesi untuk saling mengadukan pelanggaran kode etik, c. belum jelasnya tentang mekanisme pemberian sanksi dan proses peradilan atas kasus-kasus baik dalam anggran dasar maupun anggaran rumah tangga. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Variabel yang digunakan Hasil Penelitian Ananto (2002) Siek Yen (2003) Independen Persepsi auditor Independen, auditor Internal Dependen Kode Etik IkatanAkuntan Indonesia Independen Persepsi akuntan publik, akuntan non-publik Dependen Auditor memahami kode etik Ikatan Akunta Indonesia Akuntan tidak memiliki persepsi positif terhadap kode etik akuntan Indonesia
13 kode etik akuntan Indonesia Sumber: Penulis, 2011 Penelitian yang dilakukan Ananto (2002) bertujuan untuk membandingkan pendapat atau persepsi secara empiris terhadap kode etik umum akuntan Indonesia antara auditor independen yang bekerja pada KAP (Kantor Akuntan Publik) dengan auditor intern perusahaan manufaktur maupun dagang yang beroperasi di wilayah Surakarta. Adapun instrumen kode etik yang dipakai mengadopsi dari kode etik berdasarkan kongres tahun 1994, yaitu kode etik untuk akuntan secara umum yang mempunyai lima faktor yaitu: kepribadian, kecakapan profesional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik, dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik. Sehubungan dengan masalah tersebut, hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah Ho: tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor independen dan auditor intern terhadap kode etik akuntan Indonesia dan H 1 : terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara dua kelompok responden tersebut. Alat analisis instrumen yang digunakan adalah Pearson Correlation Product Moment untuk uji validitas, cronbach alpha untuk uji reliabilitas,one Sample Kolmogorov Smirnov untuk melihat normalitas data. Untuk mengetahui bahwa varian antar kelompok tidak berbeda secara signifikan (homogen) menggunakan Levene s Test of Equality of Variances. Sedangkan alat uji hipotesis menggunakan Independent Sample T Test, hal ini karena
14 data yang dihasilkan terdistribusi normal dan terdiri dari dua kelompok sampel yang diuji secara independen. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan persepsi auditor independen dan auditor intern di wilayah penelitian di Surakarta atau Ho diterima. Sedangkan hasil perhitungan untuk mean menunjukkan bahwa mean auditor independen dan mean auditor intern perusahaan sama-sama mempunyai mean positif. Dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa persepsi kedua kelompok responden tersebut baik. Penelitian ini masih mempunyai banyak keterbatasan diantaranya adalah kemungkinan kesalahan interpretasi dari instrumen pernyataan yang disajikan sehingga respon bias kemungkinan terjadi dalam penelitian ini. Keterbatasan yang lain adalah mengenai teknik pengambilan sampel sebaiknya menggunakan metode convenience sampling karena peneliti mempermudah dalam pengambilan sampel tersebut. Implikasi dari penelitian ini, meskipun secara umum hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa etika auditor independen dan auditor intern sudah baik, namun ada juga temuan yang menunjukkan beberapa auditor baik independen maupun intern perusahaan yang masih memiliki etika yang kurang sesuai dengan aturan yang ada. Harapan dari penelitian ini agar supaya para auditor dalam melaksanakan profesinya tetap mengacu kepada aturan yang sudah ada yaitu kode etik akuntan Indonesia dan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik). Penelitian yang dilakukan Siek Yen (2003) bertujuan untuk menguji secara empiris apakah akuntan memiliki persepsi yang positif terhadap kode
15 etik akuntan Indonesia,apakah terdapat perbedaan persepsi terhadap kode etik antara akuntan publik dan akuntan non publik. Penelitian ini dilakukan pada akuntan publik dan akuntan non publik yang berada di kota Medan. Adapun instrument kode etik yang dipakai dalam penelitian ini adalah kode etik akuntan Indonesia yang telah disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 22 September Hipotesis yang dipakai dalam penelitian ini H 1 : Akuntan di kota Medan memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik, H 2 : Akuntan di kota Medan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik. Alat analisis instruen yang digunakan adalah reliabilitas dengan menggunakan teknik analisis varians (Anova) Hyot, One Sample Kolmogorov Smirnov untuk melihat normalitas data, uji homogenitas, dan uji t. Sedangkan alat uji hipotesis menggunakan Independent Sample T Test, hal ini karena data yang dihasilkan terdistribusi normal dan terdiri dari dua kelompok sampel yang diuji secara independen. Hasil dari penelitian yang dilakukan Siek Yen menunjukkan bahwa akuntan di Medan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik dan tidak adanya perbedaan persepsi antara akuntan publik dan akuntan non publik terhadap kode etik. Akuntan publik dan akuntan non publik memiliki persepsi yang negative terhadap kode etik. Harapan dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi antara akuntan publik dan akuntan non-publik.
16 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ananto dan Siek Yen memiliki perbedaan dalam hal teknik pengambilan sampel, item kode etik yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan obyek penelitian yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan kemampuan responden untuk menjawab kuesioner yang ciukur dari pengalaman, motif, sikap dan pengetahuan responden. Alat instrument untuk menganalisis data juga terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan. C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah uatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu maslah tertentu. Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut: BPK Perwakilan Auditor Pelaksanaan Kode Pemaha Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
17 Bada n Pemeriksa Keuangan di setiap provinsi hanya mempunyai satu perwakilan. Setiap anggota BPK adalah seorang auditor ataupun pemeriksa. Dalam melaksanakan tugas auditor harus berpedoman kepada kode etik. Pemahaman Auditor berpengaruh terhadap pelaksanaan kode etik sehingga tidak terjadi pelanggaran seperti tidak menerapkan sistem pengendalian mutu, tidak mematuhi kode etik, dan tidak mematuhi peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan kode etik menunjukkan bagaimana seorang auditor berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku yang ada di instansi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 2. Hipotesis Berd asarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: H 0 : Tidak terdapat perbedaan pemahaman antara auditor yunior dan senior dalam pelaksanaan kode etik akuntan H 1 : Terdapat perbedaan pemahaman antara auditor yunior dan senior dalam pelaksanaan kode etik akuntan
BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu sistem yang mengolah data keuangan menjadi suatu informasi yang digunakan unuk pengambilan keputusan bagi pemakainya adalah akuntansi. Pemakai informasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Auditing Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah, Kode Etik Akuntan merupakan salah satu faktor penting dalam profesi akuntan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat
Lebih terperinciJABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH (JFP2UPD) DAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR (JFA)
JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH (JFP2UPD) DAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR (JFA) Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan harus memiliki integritas, independen dan bebas dari semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan profesionalisme harus selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik yang dianggap terpercaya dan independen, menyebabkan profesi akuntan publik di tuntut untuk meningkatkan
Lebih terperinciJenis jenis audit Tujuan
Jenis jenis audit Tujuan Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Perencanaan Audit Pengujian :- Pengendalian Intern - Prosedur analitis Pengujian Substantif atas - Transaksi - Saldo Hasil Pemeriksaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi yang mengarah pada perdagangan bebas kini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Derasnya arus globalisasi yang mengarah pada perdagangan bebas kini tengah melanda Negara-negara di dunia terutama di Indonesia yang sekarang ini sedang
Lebih terperinciJurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2013, Hal JURNAL AKUNTANSI INDONESIA
Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2013, Hal. 147-156 JURNAL AKUNTANSI INDONESIA TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN Abstraksi Tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi akuntan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi Persepsi merupakan proses untuk memahami lingkungannya meliputi objek, orang, dan simbol atau tanda yang melibatkan proses kognitif (pengenalan). Proses
Lebih terperinci2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA
40 4. Standar pelaporan Ke-4: Tujuan standar pelaporan adalah untuk mencegah salah tafsir tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan: 01. Seorang akuntan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya etika untuk dilaksanakan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Literatur 2.1.1 Etika Auditor Munawir (1995), mengemukakan etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2016 KEUANGAN BPK. Kode Etik. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 5904) PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Lebih terperinci2016, No atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta
No. 1178, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Auditor. Penugasan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN AUDITOR DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Sistem pengendalian mutu memberikan panduan bagi Kantor Akuntan Publik dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya. Dalam perikatan jasa profesional, Kantor Akuntan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, audit terhadap laporan keuangan sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan laporan keuangan selain digunakan untuk memberikan informasi tentang keadaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Profesionalisme Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku Etis Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Harianto dan Sudomo dalam Rofiaoh (2002:342) agency theory
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Menurut Harianto dan Sudomo dalam Rofiaoh (2002:342) agency theory menjelaskan hubungan antara pemberi kerja dan penerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan keadaan ekonomi saat ini mengacu pada globalisasi, yang berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara di dunia. Pengaruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi seorang akuntan publik merupakan salah satu profesi kepercayaan bagi para pihak yang berkepentingan, di antaranya adalah kreditor, investor, pemilik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis dan usaha sekarang ini sudah sangat pesat. Hal ini membuat profesi akuntan juga semakin berkembang karena para pelaku bisnis dituntut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut
6 BAB II LANDASAN TEORI A. AUDITING 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audire yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. responden yang terdiri atas lima Kantor Akuntan Publik dan 4 Universitas Negeri dan
64 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Data pada penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang terdiri atas lima Kantor Akuntan Publik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami peningkatan yang sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Keberadaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Penentuan Sampel Populasi merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan atau organisasi.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Kognitif 1. Definisi Teori Kognitif Teori kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir. Istilah Cognitive
Lebih terperinciKUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN
KUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN Identitas Responden Nama : ( boleh tidak diisi ) Umur : tahun Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Lama
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
-1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya etika untuk dilaksanakan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era masa kini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu persaingan yang semakin meningkat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. objektif dengan bantuan indera, (2) kesadaran dari proses-proses organis, (3)
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Persepsi Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). laporan keuangan tersebut, jasa audit yang dimaksud adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat pelaku bisnis meningkatkan kinerja perusahaan untuk mempertahankan dalam persaingan usaha yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Etika II.1.1 Etika dan Etika Profesi Etika atau norma moral adalah aturan mengenai sikap perilaku dan tindakan manusia sebagai manusia yang hidup bermasyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi
Lebih terperinciPedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal
1. Definisi a) Audit Internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi auditor merupakan suatu profesi yang memiliki pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi auditor merupakan suatu profesi yang memiliki pertumbuhan yang sangat pesat pada masa modern seperti sekarang ini, yang disebabkan semakin banyaknya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian dari Ivan dan Nurul ini mengenai Faktor-faktor yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Ivan dan Nurul (2015) Penelitian dari Ivan dan Nurul ini mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Keuangan Negara (Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang ditujukan kepada pihak pemakai baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian di beberapa KAP di wilayah Tangerang. Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan dimulai
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Kualitas Audit Sebagaimana dijelaskan oleh De Angelo (dalam Mulyadi, 2009), bahwa kualitas audit adalah probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya usaha-usaha dalam berbagai bidang menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Manajemen perusahaan bersaing merebut perhatian para investor agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi para pengguna (Purn amasari dan Hernawati,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan. Salah satu jasa akuntan publik adalah memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh para pengelola perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa akuntan publik yang diberikan bagi pemakai informasi keuangan dalam suatu perusahaan. Dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya. Saat ini perkembangan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Jenjang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Audit 2.1.1 Pengertian Kualitas Audit Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan kualitas sebagai kemungkinan dimana or akan menemukan dan melaporkan
Lebih terperinciSKRIPSI PEMAHAMAN AUDITOR PEMERINTAH TERHADAP PELAKSANAAN KODE ETIK AKUNTAN PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN SUMATERA UTARA
SKRIPSI PEMAHAMAN AUDITOR PEMERINTAH TERHADAP PELAKSANAAN KODE ETIK AKUNTAN PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN SUMATERA UTARA OLEH : GLORY N 070503222 PROGRAM STUDI STRATA SATU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan tidak memihak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penulisan ini adalah Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Ketaatan Kualitas Audit. Unit Penelitian yang penulis
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Atribusi Menurut Fritz Heider pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan profesi kepercayaan dari masyarakat. Dalam melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik atau yang lebih dikenal dengan auditor eksternal merupakan profesi kepercayaan dari masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BUMN mempunyai tanggung jawab yang semakin besar. (Trimanto dan Lena,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu pelaku ekonomi, dengan misi dan peran yang dimilikinya saat ini yang menghadapi
Lebih terperinciDAFTAR ISI v. ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR ISI ABSTRAK i KATA PENGANTAR. ii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penelitian. 1 2 Identifikasi Masalah.. 3 3 Maksud dan Tujuan Penelitian.. 4
Lebih terperinciStandar Auditing & Kode Etik
Standar Auditing & Kode Etik ( Pertemuan ke-7) Antariksa Budileksmana antariksa_b@yahoo.com www.antariksa.info 2007 Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 7-1 Standar Auditing Suatu ukuran pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi perkembangan dunia usaha yang sangat pesat para pelaku bisnis dituntut untuk lebih transparan dalam mengolah laporan keuangan usahanya. Salah satunya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Bagian ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran-saran. Kesimpulan menjelaskan bagaimana
BAB V PENUTUP Bagian ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran-saran. Kesimpulan menjelaskan bagaimana hasil penelitian keseluruhan secara ringkas. Pada bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terdapat tuntutan sektor publik khususnya pemerintah yaitu terlaksananya akuntabilitas pengelolaan keuangan sebagai bentuk terwujudnya praktik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Atribusi Attribution Theory merupakan teori yang menjelaskan tentang prilaku seseorang. Teori ini mengacu pada bagaimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang perekonomianya.negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
Lebih terperinciPENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)
PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang memadai saja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akuntan publik merupakan auditor yang menyediakan jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas
Lebih terperinci2. Pertanyaan Mengenai Persepsi terhadap Kode Etik Akuntan
2. Pertanyaan Mengenai Persepsi terhadap Kode Etik Akuntan Di bawah ini adalah pernyataan-pernyataan yang ditujukan untuk mengetahui persepsi Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap Kode Etik. Bapak/Ibu/Saudara/i
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi berbagai permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan dalam bentuk badan hukum di Indonesia. Perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan profesi akuntan publik atau auditor tidak terlepas dari perkembangan perekonomian suatu Negara. Semakin maju perekonomian suatu Negara maka akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipologi Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey, dimana penelitian ini akan mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin transparan dan akuntabel terhadap pengelolaan dana keuangan negara. Semakin tingginya permasalahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian. 1. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yang dimulai dari November 2014 sampai dengan Januari 2015. Data yang digunakan hanya
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci : Profesionalisme, Komitmen organisasi, Locus of Control Internal, Etika profesi dan Kinerja.
Judul : Pengaruh Profesionalisme, Komitmen Organisasi, Locus of Control dan Etika Profesi Pada Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali) Nama : I Made Artha Budi Susila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sample 3.1.1 Populasi Populasi yang digunakan ialah pemeriksa-pemeriksa audit yang berprofesi pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak memihak terhadap informasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Audit secara umum memiliki unsur penting yang diuraikan Mulyadi (2009:9) yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting lainnya, sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Data
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data 4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Sulawesi
Lebih terperinci