LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NIAS BARAT
|
|
- Sri Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NIAS BARAT NOMOR : 4 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NIAS BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NIAS BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung perkembangan Otonomi Daerah, Retribusi Daerah merupakan sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah sangat menunjang Pembangunan Daerah; b. bahwa Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah perlu menetapkan jenis Retribusi Jasa Usaha yang merupakan wewenang Daerah Kabupaten; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dah huruf (b) perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retirbusi Jasa Usaha; Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
2 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4930); 9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia - 2 -
3 Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 /PMK.07/2010 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Ketentuan di Bidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NIAS BARAT dan BUPATI NIAS BARAT MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Daerah adalah Kabupaten Nias Barat. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaran Pemerintahan Daerah. 4. Bupati adalah Bupati Nias Barat. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias Barat yang merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 6. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
4 7. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Barat. 8. Badan Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 9. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa/pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. 10. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. 11. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. 12. Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan dengan menganut prinsip komersial yang meliputi : pelayanan dengan menggunakan /memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh swasta. 13. Pemungutan Retribusi adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terhutang sampai dengan kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetoran. 14. Surat Pemberitahuan Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPTRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran retribusi, objek retribusi dan atau harta dan kewajiban menurut peraturan perundang-undangan. 15. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang oleh wajib Retribusi digunakan untuk melakukan - 4 -
5 pembayaran/ penyetoran yang terhutang ke Kas Daerah atau ketempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. 16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menetapkan besarnya jumlah pokok retribusi. 17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok, jumlah kredit retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang harus dibayar. 18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari retribusi yang terhutang atau tidah seharusnya terhutang. 20. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. 21. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan. 22. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 23. Insentif Pemungutan Retribusi yang selanjutnya disebut insentif adalah tambahan penghasilan yang diberikan sebagai penghargaan atas kinerja tertentu dalam melaksanakan pemungutan retribusi. 24. Kas Umum Daerah adalah Kas Umum Daerah Kabupaten Nias Barat. BAB II JENIS RETRIBUSI JASA USAHA Pasal 2 Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi: - 5 -
6 a. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau b. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh Pihak Swasta. Pasal 3 Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah: a. retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. retribusi Tempat Pelelangan; c. retribusi Terminal; d. retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa; e. retribusi Rumah Potong Hewan; f. retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; g. retribusi Penyeberangan di Air; dan h. retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. Bagian Pertama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Paragraf 1 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 4 Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan daerah. Pasal 5 (1) Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a adalah pemakaian kekayaan daerah. (2) Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut. Pasal 6 (1) Subjek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan jasa pemakaian kekayaan daerah. (2) Wajib Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran - 6 -
7 retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. Paragraf 2 Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 7 Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah diukur berdasarkan jenis dan tipe serta waktu yang digunakan. Paragraf 3 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 8 Besarnya retribusi ditetapkan sebagai berikut : (1) Pemakaian alat berat a. Tandem Roller (Mesin Gilas) 4-6 T 1) Total biaya sewa alat/jam = (G+P) : Rp ,73/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) : Rp ,11/hari b. Water Pump 1) Total biaya pemeliharaan dan biaya operasional/jam = (A+B) : Rp ,00,-/jam 2) Total biaya pemeliharaan dan biaya operasional alat/hari = (5x(A+B) : Rp ,00.-/hari c. Trailer 20 Ton 1) Total biaya sewa alat/jam = (G+P) : Rp ,06,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) : Rp ,42-/hari d. Excavator HP 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,40,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) : Rp ,80,-/hari e. Motor Grader> 100 HP 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,33.-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,31,-/hari f. Pedestrian Roller 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,78.-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,46,-/hari g. Bulldozer HP 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,03,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,21,-/hari - 7 -
8 h. Tire Roller 8-10 T. Single Drum 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,69,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,83-/hari i. Pneumatic Tiret Roller (PTR) 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,54,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,78,-/hari j. Dum Truck 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,55,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,85,-/hari k. Water Tanker 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,84,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,88,-/hari l. Tamper 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,54,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,78,-/hari m. Wheel Loader 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,87,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,09,-/hari n. Aphalt Finisher 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,02,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,14,-/hari o. Tandem Roller Mesin Gilas) T 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,18,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,26,-/hari p. Trado SPM 23 S 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,75,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,25,-/hari q. Loader-WA 180 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,07,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,49,-/hari - 8 -
9 r. Loader Excavator 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,-/hari s. Jonder Ford (Tracktor) (TT 77, 95) 1) Total biaya sewa alat/jam =(G+P) : Rp ,-/jam 2) Total biaya sewa alat/hari = (Sx7) jam : Rp ,-/hari (2) Tarif sebagaimana diatur pada ayat (1) huruf a sampai s pemakaian alat berat, lebih dari 4 (empat) jam retribusi dihitung 1 (satu) hari atau 7 (tujuh) jam, dan apabila kurang dari 4 (empat) jam maka retribusinya dihitung per jam. (3). Pemakaian Tanah Pemerintah Daerah yang terdiri dari : a. Ibu Kota Kabupaten, tarifnya ditetapkan sebesar Rp ,- /m 2 /Tahun b. Ibu kota Kecamatan, tarifnya ditetapkan sebesar Rp ,- /m 2 /Tahun c. Kawasan Industri, tarifnya ditetapkan sebesar Rp ,-/ m 2 /Tahun d. Kawasan Pariwisata, tarifnya ditetapkan sebesar Rp ,- /m 2 /Tahun e. Kawasan Pelabuhan, tarifnya ditetapkan sebesar Rp ,- /m 2 /Tahun f. Kawasan Pasar / Pekan, tarifnya ditetapkan sebesar Rp ,-/ m 2 / Tahun (4) Pemakaian tanah milik pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a sampai f diatas wajib memperoleh izin pemakaian dari Kepala Daerah. (5) Pemberian izin pemakaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatas ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang apabila tidak digunakan oleh Pemerintah Daerah. (6) Apabila pada batas waktu izin pemakaian belum berakhir Pemerintah Daerah menggunakan kembali tanah dimaksud maka Pemerintah Daerah wajib mengembalikan seluruh retribusi yang telah diterima masa 1 (satu) tahun izin pemakaian. (7) Pemakaian Gedung pemerintah Aula serba guna dan Perlengkapannya, tarifnya ditetapkan sebesar Rp ,-/Hari (8) Pemakaian barang inventaris yang terdiri dari : a. Traktat, tarifnya ditetapkan sebesar Rp ; - 9 -
10 b. Meja, Kursi tamu (sice), tarifnya ditetapakan sebesar Rp ,-/set ; c. Kursi plastik, tarifnya ditetapkan sebesar Rp. 500,-/buah. (9) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai s dan ayat (8) huruf a,b dan c diatas tidak termasuk biaya mutasi, operasional, perbaikan kerusakan, mekanik, dan pemasangannya. (10) Biaya yang dimaksud pada ayat (9) ditanggung oleh Pihak Ketiga yang secara teknis ditetapkan melalui Peraturan Bupati. Paragraf 4 Wilayah Pemungutan Pasal 9 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah yang terutang dipungut di wilayah Daerah. Bagian Kedua Retribusi Tempat Pelelangan Paragraf 1 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 10 Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian fasilitas untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan. Pasal 11 (1) Objek Retribusi Tempat Pelelangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan. (2) Termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan. (3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta
11 Pasal 12 (1) Subjek Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan jasa pemakaian tempat pelelangan. (2) Wajib Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tempat pelelangan. Paragraf 2 Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 13 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan harga nilai transaksi jual beli di tempat pelelangan. Paragraf 3 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 14 Besarnya retribusi ditetapkan sebagai berikut : (1) Besarnya Retribusi ditetapkan sebesar 5 % (lima persen) dari harga nilai pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan dan/atau harga nilai transaksi jual beli dihitung dari harga dasar ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan; (2) Harga dasar ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan nilai jual yang dilelangkan dengan memperhitungkan harga pokok ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan ditambah 10 % (sepuluh persen) keuntungan yang wajar bagi pedagang. (3) Apabila harga dasar ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan sulit untuk mengetahuinya secara pasti maka harga dasar ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati setiap awal bulannya. Paragraf 4 Wilayah Pemungutan Pasal 15 Retribusi Tempat Pelelangan yang terutang dipungut di wilayah Daerah. Bagian Ketiga Retribusi Terminal Paragraf 1 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 16 Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi sebagai pembayaran atas fasilitas yang disediakan di lingkungan terminal yang dikelola Pemerintah Daerah
12 Pasal 17 (1) Objek Retribusi Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. (2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta. Pasal 18 (1) Subjek Retribusi Terminal adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa terminal. (2) Wajib Retribusi Terminal adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi terminal. Paragraf 2 Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 19 Tingkat penggunaan jasa retribusi terminal diukur berdasarkan frekuensi, luas dan jangka waktu pelayanan fasilitas terminal, jumlah, luas ruangan terpakai dan waktu pemakaian. Paragraf 3 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 20 Struktur dan besarnya tarif retribusi terminal ditetapkan sebagai berikut : a. izin pemanfaatan Loket Rp /M 2 /Bulan b. izin pemanfaatan Kios Rp /M 2 /Bulan c. masuk Terminal : 1. Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Rp.3.000,-/sekali masuk 2. Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) Rp.3.000,-/sekali masuk 3. Angkutan Kota/Pedesaan : a. Mobl Bus Umum (MDU) Rp.2.000,-/sekali masuk b. Mobil Penumpang Umum (MPU) Rp.2.000,-/sekali masuk 4. Angkutan Sewa/Pariwisata sekali berangkat Rp.2.000,- 5. Taxi Rp.2.000,-/sekali masuk 6. Kendaraan Pengantar pada Terminal Tipe A :
13 a. Mobil Penumpang Rp.1.000,-/sekali masuk b. Sepeda Motor Rp.1.000,-/sekali masuk c. Pejalan Kaki Rp.500,-/sekali masuk d. WC/Sarana Kebersihan Umum : 1. Buang air kecil Rp /sekali pemakaian. 2. Buang air besar Rp /sekali pemakaian. 3. Mandi Rp /sekali pemakaian. Paragraf 4 Wilayah Pemungutan Pasal 21 Retribusi Terminal yang terutang dipungut di wilayah Daerah. Bagian Keempat Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa Paragraf 1 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 22 Dengan nama Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa dipungut retribusi sebagai pembayaran atas fasilitas pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa. Pasal 23 (1) Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d adalah pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. (2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta. Pasal 24 (1) Subjek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan jasa tempat penginapan/pesanggrahan/villa. (2) Wajib Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan
14 pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa. Paragraf 2 Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 25 Tingkat penggunaan jasa tempat penginapan/pesanggrahan/villa diukur berdasarkan fasilitas kamar yang disediakan dan lamanya waktu menginap. Paragraf 3 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 26 Besarnya retribusi ditetapkan sebagai berikut : a. klasifikasi kamar/ruangan VIP Rp ,-/kamar/hari b. klasifikasi kamar/ruangan ekonomi Rp ,-/kamar/hari c. klasifikasi kamar/ruangan standar Rp ,-/kamar/hari d. klasifikasi ruangan tamu Rp ,-/ruangan/hari e. klasifikasi ruangan pertemuan Rp ,-/ruangan/hari f. klasifikasi restoran Rp ,-/ruangan/hari Paragraf 4 Wilayah Pemungutan Pasal 27 Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa yang terutang dipungut di wilayah Daerah. Bagian Kelima Retribusi Rumah Potong Hewan Paragraf 1 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 28 Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas fasilitas rumah pemotongan hewan ternak. Pasal 29 (1) Objek Retribusi Rumah Potong Hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan
15 kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. (2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta. Pasal 30 (1) Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa rumah potong hewan. (2) Wajib Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi rumah potong hewan. Paragraf 2 Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 31 Tingkat penggunaan jasa rumah potong hewan diukur berdasarkan jenis pelayanan dan jumlah ternak yang akan dipotong. Paragraf 3 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 32 Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : (1) Biaya tempat pemotongan : a. Sapi dan kerbau sebesar Rp ,- b. Babi sebesar Rp ,- c. Kambing, atau domba sebesar Rp 5.000,- d. Unggas sebesar Rp 500,- (2) Biaya pemeriksaan kesehatan hewan/ternak/daging : a. Sapi dan kerbau sebesar Rp ,- b. Babi sebesar Rp 5.000,- c. Kambing atau domba sebesar Rp 5.000,- d. Unggas sebesar Rp 500,- Pasal 33 (1) Pelayanan pemotongan hewan untuk keperluan hajat (pesta) diluar rumah hewan, dikenakan retribusi sebesar 50 % (lima puluh persen)
16 dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d. (2) Untuk memotong hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemilik hewan harus dapat menunjukkan surat keterangan pemilikan dari Kepala Desa/Kelurahan yang bersangkutan. (3) Pemotongan hewan darurat atau pemotongan akibat hewan mendapat kecelakaan harus diperiksa oleh petugas setempat sebelum dikonsumsi masyarakat. Paragraf 4 Wilayah Pemungutan Pasal 34 Retribusi Rumah Potong Hewan yang terutang dipungut di wilayah Daerah. Bagian Keenam Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan Paragraf 1 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 35 Dengan nama Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa pelayanan kepelabuhan termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang dikelola Pemerintah Daerah. Pasal 36 (1) Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. (2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan jasa kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta. Pasal 37 (1) Subjek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa pelayanan kepelabuhanan. (2) Wajib Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang
17 undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi pelayanan kepelabuhanan. Paragraf 2 Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 38 Tingkat penggunaan jasa pelayanan kepelabuhanan diukur berdasarkan jangka waktu pemakaian fasilitas pelayanan pelabuhan kapal. Paragraf 3 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 39 Besarnya retribusi ditetapkan sebagai berikut : 1. Retribusi Terminal Pelabuhan a. Pas masuk pelabuhan/terminal (penumpang tujuan dalam negeri) dikenakan biaya Rp 1.000/orang/sekali masuk b. Pas masuk pelabuhan/terminal (pengantar/penjemput) dikenakan biaya sebesar Rp 1.000/orang/sekali masuk. c. Tanda masuk kendaraan roda 2 (dua) dikenakan biaya Rp 1.000/sekali masuk. d. Tanda masuk kendaraan roda 3 (tiga) dikenakan biaya Rp 2.000/sekali masuk. e. Tanda masuk kendaraan roda 4 (empat) dikenakan biaya Rp 2.000/sekali masuk. f. Tanda masuk kendaraan roda 6 (enam) atau lebih dikenakan biaya Rp 5.000/sekali masuk. g. Pas masuk pelabuhan/terminal penumpang kapal tujuan Luar Negeri bagi penumpang pasfor Republik Indonesia dikenakan biaya sebesar Rp /orang/sekali masuk. h. Pas masuk pelabuhan/terminal penumpang kapal tujuan luar negeri bagi penumpang pasfor luar negeri dikenakan biaya sebesar Rp /orang/sekali masuk. 2. Untuk kapal angkutan dalam negeri : a. Kapal niaga - GT lebih kecil dari 7 dikenakan biaya Rp 1.000,-/sandar/jam - GT lebih besar sama dengan 7 dikenakan biaya Rp 2.000,- /GT/sandar/jam. b. Kapal bukan niaga : - GT lebih kecil dari 7 dikenakan biaya Rp 500,-/sandar/jam
18 - GT lebih besar dengan 7 dikenakan biaya Rp 1.000,- /GT/sanda/jam. Paragraf 4 Wilayah Pemungutan Pasal 40 Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan yang terutang dipungut di wilayah Daerah. Bagian Ketujuh Retribusi Penyeberangan di Air Paragraf 1 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 41 Dengan nama Retribusi Penyeberangan di Air dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dikelola Pemerintah Daerah. Pasal 42 (1) Objek Retribusi Penyeberangan di Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. (2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyeberangan yang dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta. Pasal 43 (1) Subjek Retribusi Penyeberangan di Air adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa penyeberangan di air. (2) Wajib Retribusi Penyeberangan di Air adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi penyeberangan di air. Paragraf 2 Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 44 Tingkat penggunaan jasa penyeberangan di air diukur berdasarkan jenis, frekuensi, jumlah orang dan barang
19 Paragraf 3 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 45 Besarnya Retribusi ditetapkan sebagai berikut: (a) antar pulau-pulau 1. Pulau Hinako Rp ,-/orang sekali penyebrangan. 2. Pulau Asu Rp ,-/orang sekali penyebrangan. 3. Pulau Bawa Rp ,- /orang sekali penyebrangan. 4. Pulau imana Rp ,-/ orangsekali penyebrangan. 5. Pulau si ite Rp ,- /orang sekali penyebrangan. 6. Pulau fari i dan faro a Rp ,-/orang sekali penyebrangan. Paragraf 4 Wilayah Pemungutan Pasal 46 Retribusi Penyeberangan di Air yang terutang dipungut di wilayah Daerah. Bagian Kedelapan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Paragraf 1 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 47 Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah. Pasal 48 (1) Objek Retribusi Penjualan Usaha Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf h adalah penjualan hasil produksi usaha Daerah yang meliputi : a. benih/bibit tanaman, perkebunan, peternakan dan perikanan serta kehutanan; b. komoditi hasil tanaman pangan, hortikultura perkebunan, peternakan, perikanan serta kehutanan; c. produksi usaha daerah lainnya. (2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penjualan produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta
20 Pasal 49 (1) Subjek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa penjualan produksi usaha daerah. (2) Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi penjualan produksi usaha daerah. Paragraf 2 Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 50 Tingkat penggunaan jasa penjualan produksi usaha daerah diukur berdasarkan jenis benih/bibit dan jumlah serta kualitas. Paragraf 3 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 51 Besarnya retribusi ditetapkan sebagai berikut : (1) Bibit a. Bibit Karet Okulasi : Rp.5.000/batang.- b. Bibit Kelapa Hibrida : Rp.2.500/batang.- c. Kelapa Sawit : Rp.2.500/batang.- d. Bibit Coklat : Rp.2.000/batang.- e. Bibit Kueni : Rp.2.000/batang.- f. Bibit Rambutan : Rp.2.000/batang.- g. Bibit Sawo : Rp.2.000/batang.- h. Bibit Mangga : Rp.2.000/batang.- i. Bibit Duku : Rp.2.000/batang.- j. Bibit Apel : Rp.2.000/batang.- k. Bibit Anggur : Rp.2.000/batang.- l. Bibit Salak : Rp.2.000/batang.- m. Bibit Jeruk Manis : Rp.2.000/batang.- n. Bibit Kopi : Rp.2.000/batang.- o. Bibit Kayu Jati, Mauso, Mahoni,dll : Rp.2.000/batang.- (2) Bibit Ikan a. Ikan Mas, Nila, Gurami, dll : Rp2.000/Ekor /Ons b. Ikan Lele, Belut, Mozair, dll : Rp.1.500/Ekor/Ons
21 C. Udang Lopter/Kepiting, dll : Rp.2.000/Ekor/Ons (3) Bibit Ternak a. Bibit Sapi/Kerbau : Rp /kg b. Bibit Babi : Rp /Kg c. Bibit Kambing/Domba/Kelinci : Rp /Kg d. Bibit Ayam pedaging : Rp /Ekor e. Bibit Petelur : Rp /Ekor f. Bibit Ayam Kampung : Rp /Ekor g. Bibit Unggas, Dll : Rp /Ekor. Paragraf 4 Wilayah Pemungutan Pasal 52 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang terutang dipungut di wilayah Daerah. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 53 Golongan retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi rumah potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi penyeberangan di air, dan retribusi penjualan produksi usaha daerah termasuk dalam Retribusi Jasa Usaha. BAB IV PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 54 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. (2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. BAB V PENINJAUAN TARIF Pasal 55 (1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali
22 (2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB VI TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 56 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi, diatur dengan Peraturan Bupati. BAB VII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 57 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB VIII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 58 (1) Pembayaran retribusi yang terutang dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati. BAB IX TATA CARA PENAGIHAN Pasal 59 (1) Penagihan retribusi terutang didahului dengan surat teguran
23 (2) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang. (4) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang dihunjuk. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan dan penagihan retribusi, diatur dengan Peraturan Bupati. BAB X KEBERATAN Pasal 60 (1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi. (5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi. Pasal 61 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Buapti. (3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang
24 (4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Pasal 62 (1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan. (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB. BAB XI PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 63 (1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKPDLB atau SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi. (7) Ketentuan lebih lanjut menegenai tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati
25 BAB XII KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 64 (1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika: a. diterbitkan Surat Teguran; atau b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung. (3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut. (4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah. (5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi. Pasal 65 (1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. (2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XIII PEMERIKSAAN Pasal 66 (1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah. (2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:
26 a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Retribusi yang terutang; b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau c. memberikan keterangan yang diperlukan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XIV INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 67 (1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu. (2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. BAB XV PENYIDIKAN Pasal 68 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
27 b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang dan Retribusi Daerah; d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang dan Retribusi Daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dan Retribusi Daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB XVI KETENTUAN PIDANA Pasal 69 Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 70 Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, merupakan penerimaan Negara
28 BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 71 Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah tentang Retribusi mengenai jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 72 Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan Peraturan Daerah ini diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 73 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nias Barat. Ditetapkan di Lahomi pada tanggal 9 November 2011 BUPATI NIAS BARAT, dto ADRIANUS AROZIDUHU GULO Diundangkan di Lahomi pada tanggal 10 November 2011 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NIAS BARAT, ZEMI GULO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NIAS BARAT TAHUN 2011 NOMOR :
29 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN NIAS BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA I. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Pemakaian kekayaan daerah, antara lain penyewaan tanah dan bangunan, laboratorium, ruangan, dan kendaraan bermotor. Ayat (2) Penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah, antara lain pemancangan tiang listrik/telepon atau penanaman/pembentangan kabel listrik/telepon ditepi jalan umum. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Contoh Perhitungan retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah khusus alat berat sebagai berikut :
30 No. U R A I A N KODE KOEF. SATUAN KET. URAIAN A. PERALATAN 1. Jenis Peralatan BULLDOZER HP E04 2. Tenaga Pw 140,0 HP 3. Kapasitas Cp Alat Baru : a. Umur Ekonomis A 5,0 Tahun b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W 2.000,0 Jam c. Harga Alat B Rupiah 5. Alat Yang Dipakai: a. Umur Ekonomis A' 5,0 Tahun Alat Baru b. Jam Kerja Dalam 1 Tahun W' 2.000,0 Jam Alat Baru c. Harga Alat (*) B' Rupiah Alat Baru B. 1. BIAYA PASTI PER JAM KERJA Nilai Sisa = 10 % Alat x B C Rupiah Faktor Angsuran Modal = i x (1 + i)^a' D 0, (1 + i)^a' - 1 Biaya Pasti per Jam : a. Biaya Pengembalian Modal = ( B' - C ) x D E ,22 Rupiah W' b. Asuransi, dll = 0,002 x B' F 588,03 Rupiah W'
31 Biaya Pasti per Jam = ( E + F ) G ,25 Rupiah C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA 1. Bahan Bakar = ( Ltr/HP/Jam) x Pw x Ms H ,00 Rupiah 2. Pelumas = ( Ltr/HP/Jam) x Pw x Mp I ,00 Rupiah 3. Perawatan dan (12,5 % - 17,5 %) x B K ,81 Rupiah perbaikan = W' 4. Operator Pembantu 5. Operator = ( 1 Orang / Jam ) x U1 L ,00 Rupiah = ( 1 Orang / Jam ) x U2 M 7.250,00 Rupiah Biaya Operasi per Jam = (H+I+K+L+M) P ,81 Rupiah D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT / JAM = ( G + P ) S ,05 Rupiah LAIN - E. LAIN Tingkat 1. Suku Bunga i 20,00 % / Tahun 2. Upah Operator / Sopir U ,00 Rp./Jam 3. Upah Pembantu Operator / Pmb.Sopir U ,00 Rp./Jam 4. Bahan Bakar Bensin Mb 9.342,60 Liter
32 Bahan Bakar Solar Ms ,40 Liter Minyak Pelumas Mp ,00 Liter PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Cukup jelas Pasal
33 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal
34 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 Pasal 54 Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pasal 58 Pasal 59 Pasal 60 Pasal 61 Pasal 62 Pasal 63 Pasal
35 Pasal 65 Pasal 66 Pasal 67 Pasal 68 Pasal 69 Pasal 70 Pasal 71 Pasal 72 Pasal 73 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NIAS BARAT TAHUN 2011 NOMOR :
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG, Menimbang : a. bahwa Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan daerah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 huruf
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN
PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : Mengingat: a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2012 DAFTAR ISI NO.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG, Menimbang : a. bahwa Retribusi merupakan salah satu
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2013
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 15 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,
PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang
Lebih terperinciBUPATI GOWA RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,
BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 huruf e
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciBUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 17 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG,
BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 17 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 huruf d
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,
PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2013 1 DAFTAR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya UndangUndang Nomor 28 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciBUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR: G TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR: G TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 Undang-Undang
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 21 TAHUN 2012 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 21 TAHUN 2012 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan
Lebih terperinciWALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG, Menimbang : a. bahwa dengan telah diberlakukannya Undang- Undang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS, TENTANG
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU dan WALIKOTA LUBUKLINGGAU MEMUTUSKAN:
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Menimbang : a. bahwa dengan telah berlakunya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan telah
Lebih terperinciBUPATI BOMB AN A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR \ 0 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA
BUPATI BOMB AN A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR \ 0 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN
QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG Menimbang: a. ATAS RAHMAT ALLAH YANG
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,
GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Retribusi Jasa Usaha Daerah sebagaimana
Lebih terperinciBUPATI GOWA RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal
Lebih terperinciBI PATI BOMBAN \ PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR (2 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR
BI PATI BOMBAN \ PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR (2 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
- - 1 - Desaign V. Santoso Edit Nopember 2011 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, : a. bahwa Retribusi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSIIZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSIIZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa salah satu sumber
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT
1 WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal
Lebih terperinciWALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciBUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 110 ayat (1) huruf
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah
Lebih terperinciBUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciBUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin kesinambungan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG, Menimbang : a. bahwa dengan telah diberlakukannya Undang-
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOM BAÑA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA
Lebih terperinci-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN
-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA dan BUPATI TORAJA UTARA MEMUTUSKAN :
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/ VILLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/ VILLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN
PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciBUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN
BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. b. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a.
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa tempat khusus
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciBUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal
Lebih terperinciX PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 07 TAHUN 2013
X PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Diterbitkan oleh; Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan
Lebih terperinciBUPATI SUMBAWA BARAT
BUPATI SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciRETRIBUSI TERMINAL TANAH LAUT. Daerah
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH NOMOR 2 TAHUN 2013 LAUT TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PASURUAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DI KABUPATEN CILACAP
BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TEBO
PEMERINTAH KABUPATEN TEBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 4 TAHUN 2012 Menimbang : Mengingat TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DITEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEBO, a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU
Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU bahwa berdasarkan pasal 127 huruf g Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,
PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah yang luas,
Lebih terperinciB U P A T I B A L A N G A N
-1- B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BOMBANA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR ' f TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR ' f TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 141
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN
PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 110
Lebih terperinciBUPATI TELUK WONDAMA
BUPATI TELUK WONDAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TELUK WONDAMA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TELUK WONDAMA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9, TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9, TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, Menimbang : a. bahwa retribusi
Lebih terperinci