BAB II KAJIAN TEORITIS. Kata konsumsi berasal dari bahasa inggris Consumption yang berarti
|
|
- Dewi Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsumtif Kata konsumsi berasal dari bahasa inggris Consumption yang berarti memanfaatkan atau menikmati sesuati yang bersifat mateiral maupun non material. Mary Douglas dan Baraon Isherwood berpendapat bahwa konsumsi merupakan proses sosial, sebagai bagian dari intergral dari sistim yang di pakai sosial yang dipakai untuk bertindak dan menjadi bagian dari kebutuhan sosial untuk berhubungan dengan orang lain melalui perantara benda-benda. Mereka berdua menyabutkan ada tiga alasan mengapa seseorang membeli suatu barang, yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan materi, (2) untuk memenuhi kebutuhan psikis dan (3) untuk penampilan atau display. Dua alasan pertama, alasanya pada pemenuhan kebutuhan sebagai individu, yaitu makan, berpakaian, berlibur atau rekreasi. Sementara alasan ketiga lebih berkaitn dengan tuntutan masyarakat. 1 Konsumsi bukanlah semata-mata urusan belanja atau pengambil alihan benda-benda untuk menjadi milik pribadi, tetapi merupakan pembelian identitas. Hal ini dijuntukan melalui pilihan-pilihan yang mereflesikan diri, selera, image mengenal tubuh dan pembedaan sosial. 2 dengan mengkonsumsi sebuah barang yang dibutuhkan bukan lagi atas dasar kebutuhan melaikan penegasan identitas terhadap masyarakat luas, juga sarana komunikasi secara simbolis melalui 1 Susanto, Budi (Editor); Penghiburan Masa lalu dan budaya hidup masa kini indonesia. KANISIUS, Yogyakarta Hal 65 2 Ibid. hal. 86 8
2 konsumsi barang tersebut. Persoalan identitas menjadi penting bagi masyarakat modern sebagai sesuatu yang di anggap sebuah pembuktian diri akan sebuah keberadaan dalam lingkungan yang ada. Seorang sosiolog inggris, Robert Boccock, berpendapat bahwa sebuah identitas adalah proses meniru dan menggunakan barang-barang (pakaian, sepatu, musik populer, dan olahraga yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok pemusik, penyanyi atau orahragawan tertentu. Membahas konsumerisme tidak lepas kaitanya dengan porsoalan identitas karena persoalan representasi identitaslah yang menjadi lokus utama aktivitas konsumsi individu mereka tidak hanya menkonsumsi nilai guna dari prosduk yang di belinya, tetapi juga nilai simbolik yang dimunculkan lewat produk tersebut dan dapat menegaskan posisinya di masyarakat. 3 Pola konsumsi dari para Clubber dengan dugem sebagai gaya hidup merupakan salah satu dari pola konsumsi simbolik, para clubber melakukan dugem dengan tujuan awalnya memperoleh kesenangan dan penyegaran bagi pikiran mereka yang telah terisi penuh dengan berbagai masalah kehidupan. Namun pada perkembanganya nilai-nilai guna dan fungsional dari dugem berubah kearah nilai simbolik. Sebagian besar Clubber melakukan dugem dengan tujuan menunjukan keberadaan kelas didalam maupun diluar masyarakat, dengan kata lain aktivitas Clubbing merupakan sebuah sarana untuk menunjukan kelas atau kedudukan dalam masyarakat. 3 Ibid. hal,
3 Proses konsumsi simbolik merupaka proses pemaknaan lain terhadap suatu barang dan jasa. Berdasarkan proses konsumsi maka dapat di lihat bahwa bahwa konsumsi juga dapat bersifat citra ( image ) dimana citra yang di pancarkan oleh suatu produk ( seperti pakaian dan makanan ) merupakan alat ekspresi dari kelompok yang mampu menegaskan keberadaanya dan identitasnya. 4 Makna lain yang di timbulkan dari pola konsumtif terjadi tidak dengan sendirinya, pembentukan dalam hal pola konsumsi simbolik dapat dilakukan dalam berbagai hal. Pengaruh kekuatan promosi dan iklan yang dilakukan oleh sebuah produsen bukan hanya sanggup membuat kebutuhan yang terpendam muncul kepermukaan melaikan, lebih dari itu dia dapat menciptakan kebutuhan semu yang di ciptakan yang dipaksakan dari luar dan tidak ada hubungan dengan kebutuhan real seserorang. 5 Media merupakan salauran yang berpengaruh dalam distribusi kebudayaan Global yang secara langsung mempengaruhi gaya hidup. Iklan cenderung untuk membentuk pasar baru dan mendidik kaum muda untuk menjadi konsumen. 6 Keadaan masayarakat kota yang di beri kemudahan akses tehnologi infomasi merupakan daktor pendorong dari timbulnya kunsumerisme dalam masyarakat kota, kemajuan teknologi informasi merupakan bagian penting dari proses mempromosikan pola hidup konsumtif. 4 Liyansyah, Muhhamad. Dugem Gaya Hidup Para Clubbers. Skripsi, Universitas Sumatra Utara. Hal 16 5 Ibid. hal, 99 6 Ibid hal
4 Praktek konsumsi yang kita lakukan setidaknya merupakan cermianan dari siapa diri kita, barang apa yang kita beli, kendaraan ap yang kita pakai, dan pakaian bagaimana yang kita gunakan, setidaknya menentukan siapa diri kita dan bagaimana posisi kita dalam masyarakat atau kelompok dan orang-orang di sekeliling kita. 7 Dengan praktek konsumsi pula kita dapat melihat perbedaan dalam masyarakat melalui cara mereka mengkonsumsi barang untuk memperoleh indetitas mereka dalam strata sosialnya, dengan kata lain sesuatu kemlompok masyarakat terbedakan dengan kelompok masayarakat lain berdasarkan atas objek konsumsi. 2.2 Fenomenologi Fenomenologi secara esensial merupakan perspektif modern tentang manusia dan dunianya. Gerakan filsafat sangat dekat berhubungan dengan abad 20. Perspektif ini seperti semua gerakan-gerakan filsafat lainnya dapat ditelusuri dari naskah-naskah kuno dan yang lebih penting lagi berakar dari filsafat skolastik abad pertengahan. Meskiun demikian, para teori fenomenologi, ada umumnya berkiblat pada karya-karya Edmund Husserl sebagai titik pijakan (point of departure), dan Husserl mengulangi apa yang menjaadi perhatian Rene Descrates dan filsafat sebelumnya sebagai permulaan perspektif fenomenologi secara meyakinkan. 8 7 Lihat Clemmer, dalam Susanto Budi, Penghiburan masa lalu budaya hidup masa kini di indonesia. KANISIUS, Yogyakarta hal Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial (Dari Klasik hingga Postmodern), Jogjakarta: Ar-Ruzz Meia, 2012, hal
5 Memahammi realitas sosial dari sudut pandang dan presfektif yang murni di tunjukan secara alami oleh objek kajian merupakan paradigma dasar untuk memahami teori fenomenologi. Fenomenologi merupakan perspektif sosiologi yang concern pada kehidupan sehari-hari selain interaksionisme simbolik, dramaturgi, teori labeling, ethnometodologi, sosiologi eksistensial, dan sosiologi postmodern. Di antara persepektif-perspektif teoritis tersebut terdapat ide yang sama, yakni dengan mempertahankan integritas fenomena. Peneliti harus mencurahkan waktu dengan anggota masyarakat yang ditelitinya untuk memperoleh sebuah pemahaman tentang bagaimana pandangan kelompok dan menjelaskan kehidupan sosial tempat anggota masyarakat menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Peneliti tidak boleh menyertakan asumsi teoritis dalam studinya akan tetapi menderivikasikan ide-ide yang berasal dari anggota masyarakat. Jadi, seluruh sosiologi kahidupan sehari-hari menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam, atau keduanya dan juga penalaran induktif untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan meminimalkan distorsi dari fenomena yang ditelitinya. 9 Fenomenologi memfokuskan studinya pada masyarakat berbasis makna yang dilekatkan oleh anggota. Apabila filsafat Edmund Husserl yang memfokuskan pada pemahaman fenomena dunia, fenomenologi yang diterapkan dalam sosiologi, khususnya Alfred schutz (1962) yang bekerja sama dengan teori yang memegang tegu pragmatisme Med, dan menjelaskan mengenai sosiologi kehidupan sehari-hari. Schutz dan Mead keduanya memfokuskan pada proses 9 Ibid. Hal
6 sosiaisasi yang menjadi cadangan pengetahuan umum (common stock of knowledge) dari anggota masyarakat, kemampuan mereka berinteraksi (perspektif resiprositas), dan relevansi pemahaman makna yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. 10 Dalam hal ini teori Fenomenologi sangat relevan digunakan untuk kajiankajian sosiologis mengenai fenomena dan realitas sosial, bagaimana dengan teori fenomenologi akan di dapat senuah gambaran realitas dari sebuah fenomena tertentu yang timbul dari prilaku masyarat itu sendiri. Dengan demikian penjelasan-penjelasan akan timbul dari proses memahami fenomena dari apa yang di lihat secara langsung. 2.2 Gaya Hidup Menurut pandangan David Chaney gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dan orang lain. Gaya hidup tergantung pada kultural yang masing-masing merupakan gaya, tatakrama, cara menggungakan barang dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik suatu individu dan kelompok, namun bukanlah suatu pengalaman sosial, akan tetapi lebih cenderung kepada seperangkat praktik dan sikap-sikap yang masuk akal dalam konteks tertentu. 11 Penulis dalam hal ini memfokuskan penelitian pada fenomena Clubbing dan kecenderungan mereka lebih memilih kehidupan malam sebagai ajang ekspresi diri. 10 Ibid hal Chaney, David, Lifestyles sebuah pengantar komperhensif. Yogyakarta: lembaga penerbit jalasutra Hal:
7 Gaya hidup yang dipahami David Chaney sebagai proyeksi refleksi dan penggunaan fasilitas konsumen secara sangat kreatif. Refleksi dalam artian bahwa perlu keterbukaan yang tidak terbatas dalam makna-makna gaya hidup dalam konteks apapun. Cara khusus yang dipilih seseorang untuk mengekspresikan diri, tak disangsikan merupakan bagian dari usahanya mencari gaya hidup pribadi. Gaya hidup merupakan cara terpola dalam menginfestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik, tetapi ini juga bahwa gaya hidup merupakan cara bermain dengan identitas. Dengan cara-cara tersebut gaya hidup berkaitan dengan kompetensi simbolik, Chaney mengemukakan gaya hidup sebagai pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup membantu memahami apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial seharihari dunia modern. 12 Gaya dalam hal ini menjadi faktor penting dalam mendefinisikan diri karena gaya adalah suatu ajalan untuk menghadirkan diri dan jalan untuk menilai orang lain. Apa yang ditawarkan oleh pasar merupakan suatu yang sangat penting dalam proses mendefinisikan diri. 13 Selanjutnya Menurut Adler faktor yang menentukan gaya hidup seseorang sebagian besar ditentukan oleh inferioritas-inferioritas khusus, entah khayalan atau nyata yang dimiliki orang. Gaya hidup merupakan kompensasi dari suatu inferioritas khusus. Apabila anak memiliki kelemahan fisik, maka gaya hidupnya 12 Ibid. Hal Susanto, Budi (Editor); Penghiburan Masa lalu dan budaya hidup masa kini indonesia. Yogyakarta: Kanisius, Hal 67 14
8 akan berwujud melakukan hal-hal yang akan menghasilkan fisik yang kuat. Sementara itu, faktor pembentuk gaya hidup menurut teori Bordieu dicerminkan dalam sebuah 3 rangkaian atau lingkup proses sosial yang lebih panjang atau luas, yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik gaya hidup, sistem tanda, dan selera Sementara itu, penggolongan gaya hidup mengukur halhal sebagai berikut: a. Bagaimana orang-orang menghabiskan waktu luang dalam suatu kegiatan atau aktivitas. b. Apa yang paling menarik atau paling penting bagi mereka dalam lingkungannya ketika itu. c. Pendapat dan pandangan mereka mengenai mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. 14 Menurut Adler faktor yang menentukan gaya hidup seseorang sebagian besar ditentukan oleh inferioritas-inferioritas khusus, entah khayalan atau nyata yang dimiliki seseorang. Gaya hidup merupakan kompensasi dari suatu inferioritas khusus. Ketiga Subjek memiliki inferioritas atau kelemahankelemahan yang berbeda, tetapi tidak terdapat data yang menyatakan gaya hidup ketiga Subjek merupakan kompensasi dari inferioritas tersebut. Jadi, teori mengenai inferioritas adalah faktor yang menentukan gaya hidup seseorang tidak sesuai dengan penelitian ini. 14 Dimitri, Nindyastari, Gaya Hidup Remaja yang Melakukan Clubbing, Skripsi: Universitas Gunadarma, Hal: 3 15
9 2.3 Clubbing Clubbing menurut Longman Dictionary of Contemporary English didefinisikan sebagai pergi ke klub malam secara reguler. Terdapat beberapa ciri dari para pelaku clubbing atau mereka yang pantas menyandang status sebagai seorang clubbers diantaranya sebagai berikut. a. Mereka dapat dipastikan mempunyai kelompok masyarakat di tempat mereka berkumpul. Biasanya kelompok tersebut mempunyai kekhasan, orang-orang yang mapan dan jelas jati dirinya. Di Jakarta, kebanyakan clubbers adalah orangorang yang profesional dibidangnya. Kalangannya beragam dari seorang pengusaha, artis, model, perancang, seniman. b. Mereka mempunyai wawasan yang luas dan lingkup pergaulan yang juga luas. c. Mereka biasanya adalah orang-orang apresiatif. Mempunyai pengetahuan mengenai selera makan, selera pergaulan, dan mengerti bagaimana cara untuk menampilkan diri karena mereka tidak hanya sekedar berkumpul di kafe atau restoran untuk makan saja, tetapi juga ingin memperhatikan orang lain dan diperhatikan orang lain. d. Mereka sering menghadiri pesta-pesta yang unik dan khas, acara-acara berkelas dan yang sedang populer. Para clubber biasanya adalah orang yang menyenangkan untuk diajak bergaul karena mereka sudah masuk dalam lingkup pergaulan yang beragam dan masa kini. 15 Dapat dikatakan bahwa para Clubber identik dengan kalangan 15 Dimitri, Nindyastari, Gaya Hidup Remaja yang Melakukan Clubbing, Skripsi: Universitas Gunadarma, Hal:
10 menengah keatas yang menginginkan kesenangan dan kebahagian melalui aktifitas clubbing tersebut. Menurut Perdana, mayoritas para clubbers adalah para generasi muda yang memiliki status sosiol-ekonomi yang cukup baik. Ini terlihat dari kebutuhankebutuhan material yang menopang aktivitas clubbing yang jelas membutuhkan dana ekstra. Mulai dari pemilihan pakaian yang bermerek, properti, kendaraan, hingga perangkat clubbing itu sendiri. 16 Selain itu menurut Susanto, konsumen atau para pelaku clubbing itu tidak hanya para generasi muda yang notabennya sebagai pelajar dan mahasiswa, para eksekutif muda, pengusaha-pengusaha sukses, bahkan ibu rumah tangga ada juga yang menjadi para pelaku clubbing. Seorang remaja melakukan clubbing ada kemungkinan besar karena terinspirasi akan kehidupan para selebritis, orangorang terkenal, orang-orang yang bekerja di bidang intertainmen dalam memperoleh kesenangan. Clubbing dipandang oleh individu sebagai gaya hidup yang modern. Mereka sampai rela menghabiskan waktu dan uang hingga berapa pun demi membayar tarif masuk dan makanan, minuman yang mengandung alkohol dan non-alkohol yang mereka nikmati saat clubbing. Mungkin juga mereka melakukan clubbing untuk mendapatkan perhatian dari orang tua yang tidak memberikan perhatian tetapi hanya memberikan kebebasan kepada anak, kerena mereka merasa kesepian dan kurang perhatian dari orang tua sehingga mereka melakukan kegiatan clubbing untuk mendapatkan kebutuhan berafiliasi Tiska, Sri Yola. Hubungan antara kesepian dan kebutuhan afisiliasi pada remaja akhir yang senang Clubbing, Skripsi. Universitas Gunadarma Hal: Ibid. hal: 7 17
11 Dijelaskan bahwa hampir semua kalangan melakukan ektivitas Clubbing dengan berbagai alasan dan motif-motif tertentu mereka lebih memiih aktivitas Clubing. 18
BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertumbuhan dan perkembangan industri di daerah perkotaan di Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di tengah kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka dengan sendirinya akan menimbulkan adanya perubahan di segala bidang seperti mode, informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berkembangnya pasar modern akhir-akhir ini membuat para produsen bersaing untuk menawarkan produk dan jasa yang sesuai dengan perkembangan pasar, produsen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah realita kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang ini masih terbilang cukup unik. Karena dengan menawarkan begitu banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat untuk mengunjungi suatu tempat didasari dari rencana konsumen untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen untuk berkunjung ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rosandi (2004) membagi masa remaja menjadi beberapa tahap yaitu: a. Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja awal biasanya berada pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi kehidupan manusia. Inti perspektif sosiologis ialah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Perspektif sosiologis (Sosiological perspective) menekankan pada konteks sosial dimana manusia hidup. Perspektif sosiologis mengkaji bagaimana konteks tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Mobil adalah kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak (bensin atau solar)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepemilikan barang. Hal tersebut sesuai dengan Fadila dan Hidayati (2013) yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Status sosial ekonomi adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga di tengah kelompoknya dan posisi yang disandangnya dilengkapi dengan berbagai faktor di antaranya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Sifat konsumtif merupakan suatu yang wajar dan pasti dimiliki oleh setiap manusia. Wedangan modern telah membuat pergeseran fungsi makan dari awalnya yang sebagai pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan tersebut. menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya agar terus berkembang dan mendapatkkan laba semaksimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia
dibayar. Di Eropa tempat duduk seperti ini biasanya dihuni petinggi klub, pejabat, atau konglomerat sementara suporter biasa duduk di tempat biasa. Ada pula semacam anggapan yang berlaku bahwa suporter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai kota pendidikan karena banyaknya mahasiswa luar Bandung yang kuliah di sana. Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin modern membuat arus globalisasi menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga mengikuti arus globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak dan dewasa adalah fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis A. Gaya Hidup Hedonis Hedonisme dikembangkan oleh dua orang filosof Yunani, Epicurus (341-270 SM) dan Aristippus of Cyrine (435-366 SM). Mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Hiburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja yang mempunyai tujuan ideologi yang sama. Hal ini biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini dengan adanya globalisasi banyak sekali kebudayaan yang masuk ke Indonesia, sehingga tidak dapat dipungkiri lagi muncul banyak sekali kelompok-kelompok
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol gaya hidup yang sama. Ketika
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Gaya hidup Menurut Max Weber, gaya hidup merupakan persamaan status kehormatan yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol gaya hidup yang sama. Ketika seorang individu berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah 11 24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan usia 11 tahun adalah usia ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu
12 BAB II KERANGKA TEORI A. Kajian Pustaka Perilaku Konsumtif Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perancangan ini penulis membuat Desain Merchandise Dalam Event Benyamin Days. Untuk membuat masyarakat mengetahui sejarah dari Benyamin Sueb itu lebih dalam. Bernama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membicarakan komunikasi dalam pemasaran berarti membicarakan. bagaimana pengaruh komunikasi dalam pemasaran dan bagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan komunikasi dalam pemasaran berarti membicarakan bagaimana pengaruh komunikasi dalam pemasaran dan bagaimana relevansi keduanya, dengan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa
Lebih terperinciBAB I I.1. Latar Belakang
BAB I I.1. Latar Belakang Fokus dalam penelitian ini akan membahas bagaimana penggambaran gaya hidup remaja melalui film Not For Sale. Dalam penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah gaya hidup remaja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota
BAB II LANDASAN TEORI II. A. Pria Metroseksual II. A. 1. Pengertian Pria Metroseksual Definisi metroseksual pertama kalinya dikemukakan oleh Mark Simpson (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan dunia usaha saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat sehingga tingkat persaingan semakin ketat. Tingkat perkembangan industri yang menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya semua orang yang hidup di dunia ini memiliki kebutuhan untuk membuatnya bertahan hidup. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam kamus bahasa Mongondow Boli yang berarti utang sedangkan Monomboli adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Monomboli (Hutang) Dalam kamus bahasa Mongondow Boli yang berarti utang sedangkan Monomboli adalah menghutang. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian Jejaring Informasi Garage Sale di Kalangan Kaum
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian Jejaring Informasi Garage Sale di Kalangan Kaum Muda Yogyakarta ini dapat ditarik kesimpulan bahwa 10 pelaku usaha garage saleyang dijadikan informan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, gaya hidup dan pola pikir masyarakat berkembang yang. konsumen yang berhasil menarik konsumen.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Zaman globalisasi saat ini banyak kemajuan dan perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis modern. Perubahan yang terjadi ditandai dengan adanya kemajuan teknologi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat, perubahan lingkungan yang cepat, dan kemajuan teknologi yang pesat mendorong pelaku usaha untuk selalu melakukan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli seseorang termasuk remaja usia sekolah. Setiap hari remaja baik laki-laki maupun perempuan
Lebih terperinci2015 MANFAAT HASIL BELAJAR FASHION PACKAGING SEBAGAI KESIAPAN MENJADI FASHION PACKAGING DESIGNER
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Fashion packaging menjadi faktor penting yang tak terpisahkan dalam pemasaran produk busana di industri fashion. Fashion packaging tidak hanya berfungsi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, mall mall berkembang dengan sangat pesat di pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya arus globalisasi, masyarakat saat ini lebih memilih mall untuk menghabiskan waktu liburannya, daripada mengunjungi tempat tempat wisata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok bahasan yang dipaparkan pada bagian ini adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
Lebih terperincidiarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, eraglobalisasi memperluas pasar produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2005 merupakan tahun saat penulis memasuki masa remaja awal, yakni 15 tahun dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat itu, masa remaja
Lebih terperinciBAB I. bereksplorasi dengan bunyi, namun didalamnya juga termasuk mendengarkannya
BAB I I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan bermusik tidak hanya perkara menciptakan suatu komposisi dan bereksplorasi dengan bunyi, namun didalamnya juga termasuk mendengarkannya sebagai bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia malam. Dua patah kata ini rasanya semakin sering beredar di telinga kita,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia malam. Dua patah kata ini rasanya semakin sering beredar di telinga kita, dan semakin banyak pula sosok-sosok yang melakoni kehidupan dalam dunia malam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan paling luar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan paling luar biasa dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, dengan kelebihannya tersebut manusia dapat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia telah berkembang ke arah yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia telah berkembang ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat sejalan dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis, dimana semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menciptakan keunikan dari sebuah produk, salah satu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keunikan suatu produk, merupakan salah satu cara yang sering digunakan perusahaan untuk meningkatkan daya saing produknya, karena semakin unik suatu produk, maka konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uang ataupun alat tukar yang sah, di mana konsumen akan mengalokasikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan konsumsi dapat dilakukan oleh siapapun yang memiliki modal baik uang ataupun alat tukar yang sah, di mana konsumen akan mengalokasikan pendapatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia jumlah muslimnya terbesar dan keanekaragaman budaya daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. Oleh karena itu konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda. Perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang terus memiliki kebutuhan untuk segera dipenuhi, selalu dalam batas kurang dan kurang, dan tidak pernah merasa cukup dengan apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan
Lebih terperinciINTISARI BAB I PENDAHULUAN
INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula
Lebih terperinciBerdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana. Jika kita berbicara tentang pakaian, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah banyak merubah dan meninggalkan paradigma lama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah banyak merubah dan meninggalkan paradigma lama dalam segala bidang salah satunya dalam bidang pemasaran. Suatu perusahaan harus berhadapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja Identitas merupakan bentuk dari eksistensi diri seseorang. Identitas berhubungan dengan tahap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan
Lebih terperinciPERMAINAN TIMEZONE BAGI KALANGAN REMAJA DI SOLO GRAND MALL (Studi Fenomenologi tentang Gaya Hidup Remaja yang Gemar Bermain di Timezone)
PERMAINAN TIMEZONE BAGI KALANGAN REMAJA DI SOLO GRAND MALL (Studi Fenomenologi tentang Gaya Hidup Remaja yang Gemar Bermain di Timezone) ARTIKEL Oleh: DESI MULYANTI YUNIAR K8409014 FAKULTAS KEGURUAN ILMU
Lebih terperinciGAYA HIDUP REMAJA YANG MELAKUKAN CLUBBING. Dimitri Nindyastari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 2008 ABSTRAK
GAYA HIDUP REMAJA YANG MELAKUKAN CLUBBING Dimitri Nindyastari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 2008 ABSTRAK Clubbing saat ini merupakan kehidupan malam anak muda perkotaan yang sedang menjadi tren.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era moderenisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mengikuti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era moderenisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mengikuti setiap perubahan sekecil apapun. Tidak terkecuali terhadap perubahan perilaku seseorang saat ini,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan, baik itu belanja barang maupun jasa. Recreational Shopper
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Recreational Shopper Identity dapat didefinisikan sebagai kegiatan berbelanja yang dicirikan dengan perasaan senang dalam diri pelakunya (Guiry, Magi, Lutz,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. manusia dan media. Baudrillard banyak mengkaji tentang fenomena media,
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Baudrillard mendasarkan diri pada beberapa asumsi hubungan manusia dan media. Baudrillard banyak mengkaji tentang fenomena media, terutama peran media elektronik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, perdagangan bebas menjadi suatu fenomena yang harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor prooduksi yang dimiliki perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan
Lebih terperinciBAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN
BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
Lebih terperinciPROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR SAPPTK-ITB
Kuliah Umum Mata Kuliah AR4151 SEMINAR ARSITEKTUR PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR SAPPTK-ITB Idi Subandy Ibrahim 4 November 2013 Makna Gaya Hidup Lifestylization of everyday life, the stylization of life,
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Analisa Kecukupan Data Data yang telah didapat, baik itu berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan sebagai referensi dan literatur dari perancangan media promosi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena
Lebih terperinciPENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Lukman Aryo Wibowo, S.Pd.I. 1 Siapa yang tidak kenal dengan televisi atau TV? Hampir semua orang kenal dengan televisi, bahkan mungkin bisa dibilang akrab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini tidak terlepas dari modernisasi yang memposisikan pencitraannya sebagai suatu bentuk globalisasi yang terus bergulir. Selaras
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik perhatian bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Televisi memiliki keunggulan yang menyebabkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsumsi tidak lagi sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan
7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat modern adalah sebuah masyarakat konsumtif dimana merupakan masyarakat yang terus menerus berkonsumsi. Namun konsumsi yang dilakukan bukan lagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pengaruh zaman yang memang tak terelakkan telah begitu kuat melanda negara-negara Barat di mana keterbukaan dan kebebasan menjadi ciri sekaligus aspirasi masyarakatnya.
Lebih terperinciuntuk penampilan mereka yang nantinya akan menunjukkan identitas mereka.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa kontemporer, identitas adalah suatu permasalahan yang sangat menarik untuk dikaji. Identitas manusia dalam skripsi ini berusaha penulis bahas dalam lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maraknya pertumbuhan sarana Sports Club atau sarana olahraga di kota kota besar,tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Maraknya pertumbuhan sarana Sports Club atau sarana olahraga di kota kota besar,tidak lepas dari derasnya permintaan dan kebutuhan pengguna jasa kebugaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan kepada para pelaku bisnis untuk memulai usahanya, menimbulkan banyak sekali bermunculan industri-industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, manusia dimanjakan dengan kemajuan teknologi yang semakin maju, sehingga manusia cenderung berfikir konsumtif yang mencerminkan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah era globalisasi dan berkembangnya zaman membuat kebutuhan konsumen menjadi sangat beragam. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Feist,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar merupakan image yang menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116 perguruan tinggi yang tiap tahunnya menarik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UKDW. yang sangat penting untuk di perhatikan adalah pemasaran produk.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar dan pertumbuhan ekonomi yang semakin maju menuntut perusahaan melakukan pengembangan pada segala aspek pendukung bisnis sehingga kelangsungan bisnis
Lebih terperinci