BAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata membedakan dengan jelas antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki oleh para pihak, karena perjanjian yang dibuat oleh para pihak tersebut didasarkan atas kesepakatan yaitu persesuaian kehendak oleh para pihak. Unsur kesepakatan di sini menjadi pertimbangan hukum bahwa segala sesuatu yang merupakan perbuatan pelanggaran terhadap apa yang telah disepakati, maka pelanggaran tersebut dikategorikan perbuatan wanprestasi yaitu suatu bentuk perbuatan yang mengingkari atau tidak melaksanakan sebuah prestasi yang telah disepakati dalam perjanjian. Gugatan wanprestasi diajukan sebagai akibat dari hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian dengan kata lain, gugatan wanprestasi sebagai akibat pelanggaran kontraktual yang menyebabkan kerugian atas kehilangan keuntungan yang diharapkan sebagai akibat langsung dari perikatan. Ciri ciri yang dapat dikategorikan perbuatan wanprestasi adalah manakala telah tidak dipenuhinya prestasi yang telah disepakati bersama di dalam perjanjian atau prestasi yang muncul dari hubungan kontraktual para pihak yang harus dipenuhi. Kata harus dipenuhinya suatu prestasi adalah

2 2 sebagai bentuk implikasi yuridis terhadap asas Pacta Sunt Servanda yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum Perdata,bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat sebagai undang undang bagi para pihak yang membuatnya. Perkembangannya berbagai aspek hukum perjanjian yang diterapkan dalam praktek praktek perjanjian bisnis sangat kompleks. Di dalam dunia bisnis, pertukaran kepentingan antara pelaku bisnis merupakan hal yang sangat lazim terjadi. Kesepakatan yang tertuang di dalam perjanjian bisnis tersebut dapat saling menguntungkan para pihak untuk melakukan kerjasama bisnis. Dari sudut pandang tersebut, hukum perjanjian memainkan peran krusial yang diharapkan dapat mendukung dan memfasilitas kebutuhan para pelaku bisnis serta meminimalisasi terjadinya sengketa di masa yang akan datang. Berdasarkan peran hukum perjanjian tersebut diatas, sebelum didiskripsikan tentang pengertian dan definisi kontrak di dalam konteks hukum perjanjian, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai latar belakang munculnya kontrak bisnis sebagai perkembangan dari hukum perjanjian yaitu bahwa pada dasarnya, perjanjian berawal dari perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan di antara para pihak. Perumusan hubungan kontraktual tersebut pada umumnya senantiasa diawali dengan proses negosiasi di antara para pihak. Melalui negosiasi para pihak berupaya menciptakan bentuk bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar menawar. Dengan kata lain bahwa

3 3 kontrak bisnis berawal dari perbedaan kepentingan yang mencoba dipertemukan melalui perjanjian. Melalui perjanjian, perbedaan tersebut diakomodasi dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak. Kontrak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak dimana masing masing pihak yang ada didalamnya dituntut untuk melakukan suatu atau lebih prestasi. Dalam pengertian ini, kontrak merupakan perjanjian, namun lebih merupakan suatu perjanjian tertulis. Kontrak bisnis merupakan suatu perjanjian dalam bentuk tertulis dimana substansi yang disetujui oleh para pihak yang terikat didalamnya bermuatan unsur bisnis yang berarti bernilai komersial. Dengan kata lain, kontrak bisnis adalah perjanjian tertulis antara dua pihak atau lebih yang mempunyai nilai komersial. Kontrak dari segi pembuktian dibagi menjadi empat yaitu : 1. Dibuat di bawah tangan bermaterai 2. Didaftarkan (waarmerking) atau didaftarkan oleh notaris 3. Kontrak yang dilegalisir didepan notaris 4. Kontrak yang dibuat notaris dan dituangkan dalam akte notaris. Dalam perkembangannya penerapan kontrak didalam praktik sebagai suatu bentuk kesepakatan, diwujudkan dalam suatu kontrak bisnis. Sebagai upaya untuk menjamin kepentingan para pihak dan kepastian hukum adanya suatu kesepakatan untuk menjalankan bisnis, para pihak membuat kontrak bisnis untuk menjalankan suatu bisnis tertentu. Di dalam praktik komersial atau dunia usaha, sebagai tindak lanjut dari isi kontrak atau perjanjian yang

4 4 telah disepakati tersebut para pelaku bisnis bersepakatan untuk mendirikan sebuah badan usaha, sebagai legalitas atau alat instrumen dan legalitas untuk menjalankan kegiatan usaha yang disepakati, selain itu kedudukan badan usaha yang dibentuk tersebut memberikan kepastian kedudukan dan kepastian hukum dalam kapasitas dan posisi para pihak untuk melaksanakan kesepakatan menjalankan usaha sesuai dengan isi kontraknya. Kesepakatan dalam isi kontrak atau perjanjian sebelumnya, dapat berbentuk tertulis dibawah tangan yang dibuat sendiri oleh para pihak pelaku bisnis yang saling berkepentingan tersebut, atau dapat juga terjadi dalam bentuk kesepakatan lisan sebagai tahap negosiasi dalam pembuatan kontrak atau disebut dengan tahapan pra kontrak. Pendirian sebuah badan usaha sebagai tindak lanjut dari kesepakatan atau kontrak yang diperjanjikan merupakan suatu bentuk prestasi yang harus dipenuhi apabila memang diperjanjikan atau disepakati di dalam kontrak, bahwa pendirian badan usaha yang dilakukan oleh para pihak pelaku bisnis yang membuat kesepakatan tersebut adalah sebagai tindak lanjut langkah selanjutnya di dalam kesepakatan, sebagai bentuk kepastian hukum bagi para pihak dalam pelaksanaan kegiatan bisnis. Kedudukan badan usaha yang dibentuk tersebut adalah sebagai bukti hasil kesepakatan atau perjanjian yang dibuat, apalagi kedudukan dan keberadaan badan usaha tersebut adalah dalam rangka menindaklanjuti kesepakatan bisnis untuk mencapai tujuan kerjasama bisnis yang dikehendaki para pihak. Ditinjau dari bentuk bentuk kontrak, salah satu jenis kontrak tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris dalam bentuk akta

5 5 notariil. Akta notariil merupakan akta autentik yaitu sutau akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Pejabat yang berwenang untuk itu adalah Notaris, Camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan alat bukti sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak ketiga. Kedudukan untuk memposisikan adanya unsur perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak di dalam perjanjian atau kontrak harus dicermati secara seksama menurut kategori wanprestasi, jenis prestasi maupun kontra prestasi di dalam perjanjian, yang harus dicermati pada posisi atau keadaan bagaimana manakala perbuatan itu dapat dikategorikan wanprestasi. Pada umumnya, bentuk-bentuk kontrak atau perjanjian tertulis yang dibuat oleh pejabat umum Notaris yang disebut sebagai akta autentik yang muncul di dalam praktik bisnissebagai contoh adalah akta pendirian suatu badan usaha atau akta lain yang berkaitan dengan badan usaha, munculnya akta tersebut adalah berasal dari hasil kesepakatan para pihak sebelumnya, yang kemudian para pihak menindaklanjutinya dengan membuat sebuah akta berkaitan dengan suatu badan usaha guna untuk mewujudkan tujuan dari yang telah diperjanjikan oleh para pihak, sebagai tindak lanjut dari perjanjian yang mereka sepakati bersama. Keberadaan suatu Akta Perubahan Perseroan Komanditer ( Commanditaire Vennootschap ) sebagai salah satu bentuk kontrak atau perjanjian tertulis yang dibuat oleh pejabat umum Notaris baik berkaitan dengan keluar masuk pesero atau hal hal lain berkaitan dengan

6 6 perubahan anggaran dasar suatu badan usaha, bentuk kontrak tertulis tersebut merupakan implikasi yuridis terhadap apa yang dikehendaki para pihak di dalam kesepakatan atau perjanjian bisnis yang telah dibuat diantara para pihak sebelumnya baik dalam bentuk perjanjian tertulis atau berdasarkan kesepakatan lisan. Dengan kata lain, maksud dibuatnya akta tersebut adalah dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya kerja sama bisnis diantara para pihak yang membuatnya. Akta atau perjanjian tertulis tersebut adalah untuk menjamin kepastian hukum pihak yang akan melakukan kerja sama dalam kegiatan bisnis, sebagai legalitas suatu bentuk usaha dan dasar kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum dalam kesepakatan bisnis sehingga secara implisit bahwa akta atau kontrak tertulis yang dibuat oleh Notaris tersebut adalah sebagai implikasi yuridis dari kesepakatan bisnis yang telah terjalin diantara para pihak yang tertuang di dalam perjanjian. Melihat perkembangan masalah perjanjian dalam praktik kontrak bisnis, ditemukan studi kasus mengenai gugatan pembatalan dokumen akta perubahan Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap) yang masih dalam proses oleh Notaris. Uraian kasus dan duduk perkara pada kasus tersebut dijelaskan di dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor K/Pdt/2012. Dalam pemeriksaan tingkat kasasi, para pihak di dalam kasasi terdiri dari : Pihak pihak yang berperkara 1. Tuan SS, bertempat tinggal di Kp. BTN Cibogo Blok A No. 3 RT.01- RW.02, Desa Mekargalih, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur.

7 7 2. Nyonya EF, bertempat tinggal di Kp. BTN Cilobo Blok A No. 3 RT.01-RW.02, Desa Mekargalih, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur. Para pihak tersebut selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon Kasasi yang dahulu sebelumnya disebut sebagai Para Penggugat/Para Pembanding. Para Pemohon Kasasi diatas melawan Tuan TW, semula bertempat tinggal di Jalan Bantaran Barat III, No 33, RT.03-RW.15 Kelurahan Tulusrejo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, yang sekarang keberadaannya tidak diketahui lagi, dan selanjutnya disebut sebagai Termohon Kasasi yang dahulu sebelumnya disebut sebagai Tergugat/Terbanding, selain penggugat dan tergugat tersebut, terdapat pihak-pihak lain yang disebut sebagai Turut Termohon Kasasi yang dahulu sebelumnya disebut sebagai Turut Tergugat/Turut Terbanding yaitu Tuan AS, bertempat tinggal di Jalan Mesjid Agung No. 135, Cianjur. Gugatan tersebut bermula ketika SS (Penggugat I) dan EF (Penggugat II) pada tanggal 13 Agustus 2005 telah mendirikan Perseroan Komanditer di Notaris AS (Turut Tergugat) dengan Akta Nomor 9 dan memakai nama CV. BL yang berkedudukan di Cianjur, dengan susunan kepengurusan adalah SS sebagai Direktur dan EF sebagai Pesero Komanditer (Pemodal Perseroan). Selanjutnya, pada tanggal 3 Februari 2009, SS dan EF membuat Akta Perubahan No.4 tentang Pengeluaran Pesero, Pemasukan Pesero dan

8 8 Perubahan Anggaran Dasar CV. BL di Notaris BA dengan perubahan komposisi kepengurusan yaitu Saudari EF mengundurkan diri atau keluar sebagai Pesero Komanditer, dan diganti dalam kedudukan yang sama semula oleh ES sebagai Pesero Komanditer. SS dan TW kemudian membuat kesepakatan kerjasama usaha dalam pembangunan pertokoan gelanggang Ciranjang yang kemudian dituangkan ke dalam Perjanjian Kerjasama Usaha antara SS dan TW pada tanggal 11 Desember Dikarenakan telah adanya Perjanjian Kerjasama Usaha tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan perubahan kembali Akta CV. BL, dengan rencana perubahan susunan kepengurusan, yaitu TW sebagai Direktur, SS sebagai Wakil Direktur, dan EF sebagai Pesero Komanditer, sedangkan ES yang semula sebagai Pesero Komanditer pada Akta Perubahan CV. BL No. 4 mengundurkan diri atau keluar. Dengan adanya perubahan susunan pengurus tersebut, SS, EF, dan TW bersepakat untuk melakukan perubahan terhadap akta CV. BL No 4 pada tanggal 18 Januari 2010 di kantor Notaris AS, kemudian Notaris AS telah membuat draft Akta Perubahan Pengeluaran Pesero, Pemasukan Pesero, dan Perubahan Anggaran Dasar CV. BL dengan nomor register Notaris yaituakta Nomor 13, dan pada saat pembuatan akta perubahan yang dilakukan di Notaris AS tersebut, SS dan TW telah melakukan penandatanganan terhadap akta perubahan tersebut, akan tetapi EF sendiri belum melakukan penandatanganan sampai sekarang. Kondisi tersebut menyebabkan Akta Perubahan CV BL Nomor 13 belum diterbitkan oleh Notaris AS. Akibat lainnya adalah dengan

9 9 belum dilakukannya penandatanganan lengkap dari EF selaku kedudukannya sebagai Pesero Komanditer, hal itu menyebabkan TW tidak melakukan kewajibannya sebagaimana tertuang di dalam isi Perjanjian Kerjasama Usaha. Akibat tidak dilaksanakannnya isi Perjanjian Kerjasama Usaha oleh TW, menimbulkan kerugian materiil dan terbengkalainya pelaksanaan pembangunan pertokoan gelanggang Ciranjang. Dalam hal ini penggugat berpendapat bahwa isi Perjanjian Kerjasama Usaha yang telah dibuat dan ditandatangani tersebut berlaku dan harus dilaksanakan oleh tergugat, sementara telah 11 (sebelas) bulan sejak penandatanganan Perjanjian Kerjasama Usaha tersebut, pihak tergugat belum melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud di dalam perjanjian. Kondisi tersebut menyebabkan penggugat meminta kepada tergugat untuk menandatangani pembatalan perubahan akta yang masih dalam proses pembuatan di Notaris AS (turut tergugat) dan bermaksud mencari investor lain, namun permintaan pembatalan akta perubahan tersebut ditolak oleh tergugat. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, SS dan EF mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri Cianjur dengan pokok gugatan sebagai berikut : Gugatan primair berisi yaitu: 1. mengabulkan gugatan para penggugat untuk seluruhnya; 2. menyatakan membatalkan Akta Nomor 13 tertanggal 18 Januari 2010 tentang Pengeluaran Pesero, Pemasukan Pesero dan Perubahan Anggaran Dasar CV. BL yang masih dalam proses di

10 10 Notaris AS, dan dengan sendirinya tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat; 3. menyatakan sah menurut hukum dan mempunyai kekuatan hukum Akta Nomor 4 tentang Pengeluaran Pesero, Pemasukan Pesero dan Perubahan Anggaran dasar CV. BL yang dibuat dan diterbitkan di Notaris BA Tertanggal 3 Februari 2009; 4. menghukum tergugat dan turut tergugat untuk tunduk dan taat terhadap putusan dalam perkara ini; 5. menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu/serta merta (uitvoerbaar bij voorraad), meskipun ada verzet, banding maupun kasasi; 6. menghukum tergugat dan turut tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini. Gugatan subsidair memohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Dalam pemeriksaan di persidangan, setelah dilakukan pemeriksaan dalam pokok perkara, Pengadilan Negeri Cianjur dalam Putusan Nomor: 65/Pdt.G/2010/PN.Cj tanggal 16 Juni 2011dalam pokok perkara telah memutuskan : 1. menolak gugatan penggugat untuk seluruhnya; 2. menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara. Para penggugat selanjutnya mengajukan banding, dan pada tingkat banding yang diajukan oleh para penggugat, Pengadilan Tinggi Bandung telah menguatkan putusan Pengadilan Negeri Cianjur dengan dikeluarkannya

11 11 Putusan Nomor : 345/Pdt/2011/PT.Bdg. tanggal 02 Januari Dengan adanya putusan banding yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Cianjur tersebut, maka sebagai upaya hukum terakhir, para penggugat selanjutnya mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 22 Februari 2012 kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia. Mahkamah Agung atas permohonan kasasi tersebut telah melakukan pemeriksaan penerapan hukum judex jurist terhadap judex facti (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi), dan selanjutnya Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam putusan Nomor K/Pdt/2012 menyatakan menolak permohonan kasasi yang diajukan oleh pemohon kasasi. Deskripsi singkat mengenai uraian kasus posisi tersebut diatas adalah bahwa pada awalnya, para penggugat (pemohon kasasi) dan tergugat (termohon kasasi) sebelumnya telah melakukan perbuatan hukum yang dapat disebut sebagai fakta hukum bahwa keduanya telah bersepakat untuk melakukan kerja sama usaha dalampembangunan pertokoan gelanggang Ciranjang yang dikuatkan dengan perjanjian tertulis, yaitu perjanjian kerja sama antara penggugat dan tergugat sehingga, sebagai tindak lanjut atas adanya perjanjian tersebut, maka para pihak bersepakat membuat akta perubahan CV / Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap) yang isinya tentang perubahan susunan pengurus. Selain itu, mereka telah bersepakat membuat akta keluar masuknya pesero dikarenakan salah satu penggugat akan keluar sebagai pesero komanditer dan digantikan pesero baru di dalam Perseroan Komanditer sehingga, dalam hal ini telah terdapat

12 12 perbuatan hukum yang akan dilakukan berdasarkan apa yang telah disepakati oleh para pihak sebelumnya di dalam perjanjian kerja sama, dalam rangka untuk mencapai maksud dan tujuan terhadap apa yang diperjanjikan sebelumnya. Namun demikian, pada saat proses pembuatan akta dihadapan Notaris, hal itu menjadi terhambat dikarenakan salah satu pihak penggugat (pemohon kasasi) tidak bersedia melakukan penandatanganan akta berkaitan dengan akta akta yang telah dibuat diatas, sehingga pihak tergugat tidak melaksanakan dan mengindahkan klausula yang terdapat di dalam Perjanjian Kerja Sama yang semula telah disepakati. Dengan demkian, hal itu mengakibatkan proyek pekerjaan yang telah diperjanjikan dalam kesepakatan kerja sama menjadi terbengkelai dan menimbulkan kerugian bagi pihak penggugat. Penggugat I dan penggugat II selanjutnya akan melakukan pembatalan atas Akta Perubahan yang masih dalam proses di Notaris yang masih berupa draft akta, dengan dalil bahwa akta tersebut belum sah menurut hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum, sehingga apabila dibiarkan akan mengganggu jalannya perusahaan. Selain itu, para penggugat tersebut bermaksud mencari investor lainnya sebagai pengganti tergugat yang saat ini berkedudukan sebagai investor. Dalil dalil itulah yang pada akhirnya digunakan oleh pihak penggugat untuk melakukan gugatan wanprestasi dan pembatalan dokumen Akta Perubahan yang masih dalam proses di Notaris. Di dalam uraian kasus ini, penulis berpendapat bahwa perlu dilakukan analisis secara cermat mengenai unsur unsur / dalil wanprestasi dengan mencermati fakta hukum dan peristiwa hukum yang ada. Analisis akan dilakukan secara

13 13 yuridis normatif sehingga ditemukan dalil dalil perbuatan yang mengandung atau tidak mengandung unsur perbuatan wanprestasi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka kasus ini menarik untuk diteliti. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah yang hendak diteliti adalah : 1. Apakah akta perubahan Perseroan Komanditer yang masih dalam proses di Notaris dapat dibatalkan oleh penggugat secara sepihak dan apakah penggugat secara sepihak dapat membatalkan pula perjanjian kerja sama dilihat dari aspek hukum nya? 2. Bagaimanakah penerapan hukum dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 1568 K/Pdt/2012? C. Keaslian Penelitiaan Sebelum memulai penelitian ini, terlebih dahulu telah dilakukan penelusuran kepustakaan, penelitian yang berkaitan dengan studi kasus penolakan gugatan wanprestasi dalam kasus diatas belum ada, namun ditemukan beberapa karya ilmiah lain yang hampir memiliki kesamaan dalam keterkitan studi kasus tentang wanprestasi dimana terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan wanprestasi perjanjian antara lain : 1. Tesis Magister Kenotariatan yang disusun oleh Meylla Qurrata Ainy pada tahun 2013 yang berjudul Penyelesaian Gugatan Wanprestasi Dalam Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama Bantul ( Analisis Putusan Perkara No. 0318/ Pdt.G /2011/PA. Btl ). Dalam penelitian ini mempunyai pokok

14 14 permasalahan diantaranya membahas bagaimana penyelesaian gugatan wanprestasi dalam ekonomi syariah di Pengadilan Agama Bantul serta bagaimana pelaksanaan putusan Pengadilan Agama Bantul atas gugatan wanprestasi dalam ekonomi Syariah. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dalam penyelesaian gugatan wanprestasi adalah sesuai dengan perjanjian akad formal yang dibuat oleh para pihak. Majelis hakim mempelajari lebih jauh perjanjian / akad yang mendasari kerja sama tersebut, kemudian Majelis Hakim menjatuhkan putusan sesuai dengan substansi akad yang terkandung di dalam perjanjian Tesis Magister Konatariatan yang disusun oleh Andika Pandu Sidik pada tahun 2013 yang berjudul Analisis Yuridis Gugatan Wanprestasi Perjanjian Jual Beli Kavling terhadap PT. Sarwo Indah Yang Dikabulkan melalui Putusan Pengadilan Negeri Sleman No. 96/Pdt.G/2011/PN. Slmn. Dalam penelitian ini mempunyai pokok permasalahan diantaranya membahas tentang faktor faktor yang menjadi dasar pertimbangan Hakim mengabulkan gugatan wanprestasi perjanjian jual beli kavling PT. Sarwo Indah dalam Putusan Pengadilan Negeri Sleman No. 96/Pdt.G/2011/PN. Slmn, serta akibat hukum gugatan wanprestasi perjanjian jual beli kavling yang dikabulkan melalui Putusan Pengadilan Negeri Sleman. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor faktor 1 Meylla Qurrata Ainy, Penyelesaian Gugatan Wanprestasi Dalam Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama Bantul ( Analisis Putusan Perkara No. 0318/ Pdt.G /2011/PA. Btl ), Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2013, hlm.5

15 15 yang menjadi dasar pertimbangan hakim mengabulkan gugatan wanprestasi perjanjian jual beli kavling terhadap PT. Sarwo Indah adalah karena telah terbukti para penggugat telah melakukan pembayaran secara tunai terhadap PT. Sarwo Indah / tergugat tidak memproses penerbitan sertifikat hak milik atas tanah dan bangunan yang telah dibeli melakukan wanprestasi dan sebagai akibat hukumnya, tergugat dikenakan sanksi ganti kerugian kepada penggugat. 2 Berdasarkan penelusuran yang dilakukan dan dibandingkan dengan kedua judul tersebut di atas, Penelitian mengenai Analisis Yuridis Tidak Dikabulkannya Gugatan Wanprestasi Terhadap Perjanjian Kerjsama Usaha dan Pembatalan Dokumen Akta Perubahan Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap) yang masih dalam Proses di Notaris Studi Putusan Mahkamah Agung No K/ Pdt/ 2012 yang diputus pada bulan April tahun 2013, merupakan penelitian yang berbeda khususnya tentang objek kasus yang akan diteliti dan sudut pandang permasalahan hukum yang diajukan. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian asli. Apabila ternyata pernah dilakukan penelitian serupa, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapinya. D. Manfaat Penelitiaan Peneliti berharap hasil tulisan atau penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 2 Andika Pandu Sidik, Analisis Yuridis Gugatan Wanprestasi Perjanjian Jual-Beli Kavling Terhadap PT Sarwo Indah Yang Dikabulkan melalui Putusan Pengadilan Negeri Sleman No. 96/Pdt.G/2011/PN. Slmn, 2013, hlm. 7

16 16 1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran bagi peningkatan dan pengembangan ilmu hukum pada khususnya bagi praktisi Notaris. 2. Secara Praktis penelitian ini memberikan informasi sehingga menambah pengetahuan hukum mengenai aspek hukum di dalam praktik-praktik kontrak bisnis. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis aspek hukum tentang pembatalan sepihak oleh penggugat terhadap perjanjian kerja sama dan akta perubahan Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap) yang masih dalam proses di Notaris tersebut dapat dilakukan. 2. Menganalisis penerapan hukum di dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 1568 K/Pdt/ 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam mencapai kebutuhan hidupnya saling berinteraksi dengan manusia lain. Masing-masing individu dalam berinteraksi adalah subjek hukum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya kehidupan manusia dalam bermasyarakat, banyak sekali terjadi hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut, baik peristiwa hukum maupun perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi guna mencapai kesejahteraan rakyat berkembang semakin pesat melalui berbagai sektor perdangangan barang dan jasa. Seiring dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepemilikan terhadap harta benda baik bergerak maupun tidak bergerak diatur secara komplek dalam hukum di Indonesia. Di dalam hukum perdata, hukum adat maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan notaris sangat penting ditengah-tengah masyarakat. Notaris memberikan jaminan kepastian hukum pada masyarakat menyangkut pembuatan akta otentik. Akta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam menjalankan hubungan hukum terhadap pihak lain akan membutuhkan suatu kesepakatan yang akan dimuat dalam sebuah perjanjian, agar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

PEMBANDING, semula TERGUGAT;

PEMBANDING, semula TERGUGAT; PUTUSAN Nomor 337/Pdt/2016/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI JAWA BARAT di BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG.

PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG. PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari

Lebih terperinci

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK A. Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding dalam Perjanjian Berdasarkan Buku III Burgerlijke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sengketa atau konflik hakekatnya merupakan bentuk aktualisasi dari suatu perbedaan dan atau pertentangan antara dua pihak atau lebih. Sebagaimana dalam sengketa perdata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam masyarakat, individu yang satu senantiasa berhubungan dengan individu yang lain. Dengan perhubungan tersebut diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah mengalami beberapa kali revisi sejak pengajuannya pada tahun 2011, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang tercatat di Kantor Pertanahan harus sesuai dengan keadaan atau status sebenarnya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara masyarakat dan hukum diungkapkan dengan sebuah istilah yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana ada hukum ) 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris sebagai pejabat umum merupakan salah satu organ Negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum kepada masyarakat, teristimewa dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 160/Pdt/2014/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 160/Pdt/2014/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 160/Pdt/2014/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 101 kepemilikannya, bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut. Namun kepastian hukum dan perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Mochtar Kusumaatmadja mengatakan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TANGGAL 18 JULI DALAM PERKARA NOMOR 3277 K/ Pdt/ 2000

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TANGGAL 18 JULI DALAM PERKARA NOMOR 3277 K/ Pdt/ 2000 BAB III DESKRIPSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TANGGAL 18 JULI 2003 DALAM PERKARA NOMOR 3277 K/ Pdt/ 2000 A.. Kasus Posisi Pada tanggal 12 November 1993 melalui seorang teman yang sama-sama sebagai guru Wetty

Lebih terperinci

A.Latar Belakang Masalah

A.Latar Belakang Masalah A.Latar Belakang Masalah Setiap manusia hidup mempunyai kepentingan. Guna terpenuhinya kepentingan tersebut maka diperlukan adanya interaksi sosial. Atas interaksi sosial tersebut akan muncul hak dan kewajiban

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 57 /PDT/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 396/Pdt/2014/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 396/Pdt/2014/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 396/Pdt/2014/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Perdata dalam tingkat banding telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa terlepas dari hubungan manusia lainnya hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan mahkluk sosial. Interaksi atau hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting dalam kehidupan karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada tanah. Dalam berbagai

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06 P U T U S A N No. 62 K/TUN/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan penurunan nilai rupiah terhadap nilai dolar Amerika yang dimulai sekitar bulan Agustus 1997, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisnis perumahan di perkotaan maupun di pinggiran merupakan sektor yang sangat menjanjikan. Dewasa ini banyak orang yang membeli rumah di perumahan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hukum perdata mengenal mengenal tentang adanya alat-alat bukti. Alat bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata)

Lebih terperinci

- 1 - P U T U S A N NOMOR : 176 / PDT / 2013 /PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

- 1 - P U T U S A N NOMOR : 176 / PDT / 2013 /PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA - 1 - P U T U S A N NOMOR : 176 / PDT / 2013 /PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara perkara perdata dalam tingkat Banding

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 176 /PDT/ 2014 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI TERSEBUT ;

P U T U S A N. Nomor : 176 /PDT/ 2014 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI TERSEBUT ; P U T U S A N Nomor : 176 /PDT/ 2014 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang mengadili perkara-perkara Perdata dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG 0 KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG (Studi terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor Register 318.K/Pdt/2009 Tanggal 23 Desember 2010) TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga karena dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum. Tugas dan pekerjaan notaris sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan dengan manusia lain. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Kebutuhan akan rumah menempati kedudukan kedua setelah makanan. Tanpa rumah, manusia akan

Lebih terperinci

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Judul : FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : Premanti NPM : 11102114 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah Mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 506 / PDT / 2013 / PT. Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 506 / PDT / 2013 / PT. Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 506 / PDT / 2013 / PT. Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran jabatan Notaris dikehendaki oleh aturan hukum dengan tujuan untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Transaksi bisnis, dewasa ini sangat berkembang di Indonesia. Masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi untuk melakukan suatu transaksi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang perumahsakitan.

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang perumahsakitan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bentuk pemenuhan hak atas kesehatan, pemerintah memberikan jalan bagi pihak swasta yang ingin berpartisipasi dalam memberikan pelayanan publik dibidang kesehatan.

Lebih terperinci

- 1 - P U T U S A N. Nomor : 347 / PDT / 2013 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

- 1 - P U T U S A N. Nomor : 347 / PDT / 2013 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. - 1 - P U T U S A N Nomor : 347 / PDT / 2013 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 407 K/Pdt/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam

P U T U S A N Nomor : 407 K/Pdt/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam P U T U S A N Nomor : 407 K/Pdt/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 91/Pdt.G/2009/PN.Ska) Oleh : Dyah Kristiani (12100038)

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 111/PDT/2015/PT. BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA,

P U T U S A N NOMOR : 111/PDT/2015/PT. BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, P U T U S A N NOMOR : 111/PDT/2015/PT. BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam peradilan tingkat banding telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA GRESIK NOMOR: 0085/ PDT.P/ 2012/ PA. G.S TENTANG PENETAPAN AHLI WARIS

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA GRESIK NOMOR: 0085/ PDT.P/ 2012/ PA. G.S TENTANG PENETAPAN AHLI WARIS BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA GRESIK NOMOR: 0085/ PDT.P/ 2012/ PA. G.S TENTANG PENETAPAN AHLI WARIS A. Dasar Pembuktian Penetapan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Agama Gresik Nomor: 0085/ Pdt.P/

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia P U T U S A N Nomor 644 PK/Pdt/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata pada peninjauan kembali telah memutus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak milik atas tanah sangat penting bagi negara, bangsa dan rakyat Indonesia sebagai masyarakat yang sedang membangun ke arah perkembangan industri. Tanah yang

Lebih terperinci

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan surat edaran mahkamah agung nomor 3 tahun 2000 tentang putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan provisionil dalam eksekusi putusan serta merta di Pengadilan Negeri Pati Oleh Ariwisdha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DUALISME AKAD DALAM PUTUSAN MAHKAMAH. AGUNG No. 272 K/Ag/2015

BAB III DESKRIPSI DUALISME AKAD DALAM PUTUSAN MAHKAMAH. AGUNG No. 272 K/Ag/2015 BAB III DESKRIPSI DUALISME AKAD DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG No. 272 K/Ag/2015 A. Gambaran Dualisme Akad Dalam Putusan Mahkamah Agung No. 272 K/Ag/2015 Perkara wanprestasi dalam putusan Mahkamah Agung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut (Subekti, 1979:7-8). Selain lahir

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut (Subekti, 1979:7-8). Selain lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-sehari adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari interaksi antara satu dengan yang lain. Interaksi sehari-hari itu dilakukan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 466/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N Nomor 466/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor 466/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak 1 A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari keterikatan dengan sesamanya. Setiap individu mempunyai kehendak dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain untuk melaksanakan sesuatu hal. Peristiwa ini menimbulkan hubungan hukum antara para

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1 HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA I. Pengertian, asas & kompetensi peradilan TUN 1. Pengertian hukum acara TUN Beberapa istilah hukum acara TUN, antara lain: Hukum acara peradilan tata usaha pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga negaranya. Di dalam menjalankan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 2030 K/Pdt/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam

P U T U S A N Nomor : 2030 K/Pdt/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam P U T U S A N Nomor : 2030 K/Pdt/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum positif yang berlaku di Indonesia menyatakan adanya Asas

BAB I PENDAHULUAN. Hukum positif yang berlaku di Indonesia menyatakan adanya Asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum positif yang berlaku di Indonesia menyatakan adanya Asas Kebebasan Berkontrak dalam suatu perjanjian. Asas ini membuat setiap orang dengan bebas dapat membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perusahaan untuk pertama kalinya terdapat di dalam Pasal 6 KUHD yang mengatur mengenai penyelenggaraan pencatatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 216/PDT/2017/PT.BDG.

P U T U S A N Nomor 216/PDT/2017/PT.BDG. P U T U S A N Nomor 216/PDT/2017/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Jawa Barat yang memeriksa dan memutus perkara perdata pada tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM 57 BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan N0.251/Pdt.G/2013 PA.Sda Dalam memutuskan setiap Perkara di dalam persidangan hakim tidak serta merta memutuskan perkara

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 163 K/TUN/2004

P U T U S A N NOMOR : 163 K/TUN/2004 P U T U S A N NOMOR : 163 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G Memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu perjanjian tertulis merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini

Lebih terperinci

P U T U S A N NO : 453/PDT/2017/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N NO : 453/PDT/2017/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N NO : 453/PDT/2017/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI JAWA BARAT DI BANDUNG yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam tingkat banding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia sudah berjalan dua dekade lebih. Hal ini ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 410/PDT/2015/PT.Bdg.

P U T U S A N Nomor 410/PDT/2015/PT.Bdg. P U T U S A N Nomor 410/PDT/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

KEPADA YTH BAPAK KETUA PENGADILAN NEGERI (DOMISILI) DI (DOMISILI)

KEPADA YTH BAPAK KETUA PENGADILAN NEGERI (DOMISILI) DI (DOMISILI) KEPADA YTH BAPAK KETUA PENGADILAN NEGERI (DOMISILI) DI (DOMISILI) Domisili, tgl/bulan/tahun KEPADA YTH. BAPAK KETUA PENGADILAN NEGERI (DOMISILI) Di Domisili GUGATAN PERDATA Dengan segala hormat mepermaklumkan,

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 236/PDT/2011/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N Nomor : 236/PDT/2011/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor : 236/PDT/2011/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, berdasarkan Penetapan penunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses hidup manusia secara kodrati berakhir dengan suatu kematian yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan menimbulkan akibat hukum

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 231/PDT/2014/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. sebagai berikut dibawah ini dalam perkara antara :

P U T U S A N NOMOR : 231/PDT/2014/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. sebagai berikut dibawah ini dalam perkara antara : P U T U S A N NOMOR : 231/PDT/2014/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum antar manusia maupun badan hukum sebagai subjek hukum, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hukum antar manusia maupun badan hukum sebagai subjek hukum, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dewasa ini sangat berdampak pada hubungan hukum antar manusia maupun badan hukum sebagai subjek hukum, yaitu hubungan yang terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pokok-pokok pikiran yang tercantum di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menekankan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 278/PDT/2015/PT.Bdg.

P U T U S A N Nomor 278/PDT/2015/PT.Bdg. P U T U S A N Nomor 278/PDT/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG, yang memeriksa dan memutus perkara-perkara perdata dalam Peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa

P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 271/PDT/2011/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N Nomor : 271/PDT/2011/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor : 271/PDT/2011/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, berdasarkan Penetapan penunjukan

Lebih terperinci

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Kebutuhan pokok dalam istilah lainnya disebut kebutuhan primer. Kebutuhan primer terdiri dari sandang,

Lebih terperinci

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD 4.1. POSISI KASUS 4.1.1. Para Pihak Para pihak yang berperkara dalam kasus gugatan perdata ini diantaranya adalah: 1) Penggugat Pihak yang menjadi Penggugat dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 248/Pdt/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 248/Pdt/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 248/Pdt/2014/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 521/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n

P U T U S A N Nomor 521/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n P U T U S A N Nomor 521/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada peradilan tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 245/PDT/2014/PT.PBR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;

P U T U S A N NOMOR 245/PDT/2014/PT.PBR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; P U T U S A N NOMOR 245/PDT/2014/PT.PBR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; Pengadilan Tinggi Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia ( naturlijk person) sebagai subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban sehingga dapat melakukan perbuatan hukum. Mempunyai atau menyandang hak dan kewajban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial yang dialami, setiap manusia memiliki kepentingankepentingan tertentu yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginannya untuk mempertahankan

Lebih terperinci