MANAJEMEN PENGENDALIAN KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI FASILITAS RSG GAS *)
|
|
- Handoko Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 MANAJEMEN PENGENDALIAN KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI FASILITAS RSG GAS *) Slamet Suprianto, Naek nababan **) ABSTRAK MANAJEMEN PENGENDALIAN KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI FASILITAS RSG GAS. RSG GAS merupakan fasilitas nuklir dimana potensi bahaya radiasi dapat ditimbulkan. Untuk menanggulangi potensi bahaya tersebut diperlukan program pengendalian kesiapsiagaan nuklir agar dapat menyiapkan dan memelihara peralatan yang berhubungan dengan keselamatan nuklir serta untuk menyiapkan personil dengan tindakan tindakan yang kongkrit guna menangani kondisi kesiapsiagaan nuklir pada daerah tindakan pencegahan segera (Precautionary Action Zone, PAZ) antara radius 0 s/d 0,4 km dan daerah rencana penanggulangan segera (Urgent Protective Action Planning Zone, UPZ) antara radius 0,4 km s/d 5 km serta daerah rencana penanggulangan jangka panjang (Long Term Protective Action Planning Zone, LPZ) antara radius 5 km s/d 50 km dari koordinat lokasi RSG GAS. Kata kunci: kesiapsiagaan nuklir, tindakan penanggulangan, pengendalian. ABSTRACT MANAGEMENT OPERATION OF NUCLEAR EMERGENCY PREPAREDNESS IN FACILITY OF RSG GAS. RSG GAS is the nuclear facility where radiation danger potency can be generated. To overcome the danger potency, it was needed program operation of nuclear emergency preparedness so that can be prepared and look after equipments related to nuclear safety and also to prepare personnel with concrete action utilize to handle Precautionary Action Zone, (PAZ) immediately between radius 0 to 0.4 km and Urgent Protective Action Planning Zone (UPZ) between radius 0.4 km to 5 km and also Long Term Protective Action Planning Zone (LPZ) between radius 5 km to 50 km from RSG GAS location co ordinate. Keyword: nuclear emergency preparedness, protective action, operation. *). Disajikan pada Seminar Keselamatan Nuklir, Jakarta 2 3 Agustus 2006 **) Staf Pusat Reaktor Serba Guna BATAN 834
3 I. PENDAHULUAN Kesiapsiagaan nuklir merupakan suatu usaha atau tindakan yang dilakukan secara terpadu untuk mencegah atau memperkecil dampak radiologi yang ditimbulkan dari pemanfaatan tenaga nuklir baik pada kondisi normal ataupun abnormal. Kesiapsiagaan nuklir diatur oleh peraturan dan tanggung jawab pelaksanaan fasilitas nuklir yang ada di BATAN, oleh SK Ka. BATAN No. 077 / KA/ II/2003 yaitu setiap pusat yang memiliki fasilitas nuklir di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional membuat dan melaksanakan program kesiapsiagaan nuklir dan penanggulangannya. Di PRSG telah memiliki prosedur prosedur untuk mengimplementasikan kesiapsiagaan nuklir dan secara berkala tahunan telah memprogramkan dalam bentuk latihan latihan kesiapsiagaan nuklir baik latihan kesiapsiagaan nuklir maupun kesiapsiagaan non nuklir. Teknis pembuatan dan pelaksanaan program kesiapsiagaan nuklir mengacu kepada peraturan dari badan tanaga nuklir internasional (IAEA) yang telah diadopsi oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir, dengan menerbitkan SK. Ka. BAPETEN No.05 P/Ka BAPETEN/I 03, tentang pedoman rencana penanggulangan Keadaan Darurat. Kesiapsiagaan nuklir di RSG GAS bertujuan untuk menyiapkan dan memelihara peralatan yang berhubungan dengan keselamatan nuklir serta untuk menyiapkan personil dengan tindakan tindakan yang kongkrit dan komprehensif guna menangani kondisi kesiapsiagaan nuklir dengan menjaga serendah rendahnya tingkat radiasi dan kontaminasi serta untuk menyelamatkan fasilitas semaksimal mungkin. Pemahaman personil terhadap kesiapsiagaan nuklir perlu ditingkatkan dan beberapa kendala pengendalian kesiapsiagaan di fasilitas RSG GAS masih kurangnya pemahaman dalam menerapkan prosedur prosedur dan program pelatihan kesiapsiagaan nuklir, hal ini masih diperlukan adanya peningkatan pada program dan prosedur, persyaratan pelatihan serta keberadaan SDM dalam pengelolaan kesiapsiagaan nuklir. Metode pembuatan program dan tindakan kesiapsiagaan nuklir dilakukan dengan melakukan kajian dasar program kesiapsiagaan nuklir, diantaranya penyebab terjadinya kecelakaan, kondisi dan tindakan penyebab kecelakaan, klasifikasi dan karakteristik kecelakaan radiasi, kategori program, dan termasuk pelaksanaan tingkat fasilitas (on site), tingkat kawasan (off site) dan tingkat nasional. II. PROGRAM DAN TINDAKAN KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI RSG GAS Program pembuatan kesiapsiagaan nuklir untuk mencapai fungsi yang benar, 835
4 dilakukan dengan 2 (dua) tinjauan yaitu: Kondisi normal: sebagai tindakan pemenuhan spesifikasi teknis yang telah ditentukan dan pencegahan terjadinya kecenderungan penyimpangan spesifikasi teknis, serta memastikan bahwa instalasi nuklir beroperasi dalam kerangka (frame) kesiapsiagaan nuklir. Kondisi abnormal: sebagai usaha atau tindakan untuk mencegah membesarnya kecelakaan, mengakhiri kecelakaan dengan mengembalikan statusnya kepada keadaan normal. II.1. Program Kesiapsiagaan Nuklir. Program kesiapsiagaan nuklir di RSG GAS dilakukan dalam kondisi Normal maupun abnormal (darurat). Lingkup kegiatan yang menjadi tanggung jawab PRSG adalah perlakuan dan penanganan kondisi kesiapsiagaan yang terjadi di RSG GAS dan instalasi yang masih berada dalam kawasan RSG GAS serta melakukan penanggulangan dan menyusun program kesiapsiagaan dan rencana kesiapsiagaan nuklir di PRSG yang mengacu kepada Katagori II. Sedangkan pananganan kesiapsiagaan nuklir tingkat kawasan PPTN Serpong menjadi tanggung jawab Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) Batan dan untuk tingkat nasional dikendalikan oleh organisasi tanggap darurat nuklir nasional. Program kesiapsiagaan nuklir bertujuan untuk menyiapkan dan memelihara peralatan peralatan keselamatan yang akan digunakan dalam kesiapsiagaan nuklir sehingga siap digunakan setiap saat, menyiapkan personil serta menyiapkan tim kesiapsiagaan untuk dapat merespon dengan cepat dan tepat dalam kondisi kesiapsiagaan nuklir serta mengendalikan dan menangani kondisi tersebut sehingga dapat meminimalkan efek yang terjadi pada personil RSG GAS, lingkungan sekitar serta pada fasilitas yang ada. Program kesiapsiagaan nuklir di PRSG telah disusun dan secara periodik selalu dilakukan uji coba dan atau latihan kesiapsiagaan nuklir dan kesiapsiagaan non nuklir. Pada kondisi kesiapsiagaan abnormal RSG GAS diasumsikan bahwa SPR (Sistem Proteksi Reaktor) gagal mengantisipasi timbulnya effluen gas atau partikel radioaktif yang terlepas ke atmosfir melalui cerobong RSG GAS. Dari penglepasan effluen tersebut dapat dihitung dosis efektif dari jalur imersi, inhalasi, dan paparan permukaan tanah sebagai fungsi jarak dengan menggunakan program perangkat lunak Caldose. Selanjutnya akan ditentukan daerah kesiapsiagaan nuklir yang dibagi atas 3 (tiga) daerah kesiapsiagaan nuklir yaitu ; 836
5 1. Daerah tindakan pencegahan segera (Precautionary Action Zone, PAZ), adalah daerah sekitar fasilitas nuklir dimana tindakan penanggulangan (shieltering atau evakuasi) yang direncanakan segara diterapkan setelah adanya deklarasi kesiapsiagaan nuklir secara umum sebelum lepasan benar benar terjadi pada radius 0 s/d 0,4 km dari koordinat lokasi RSG GAS. 2. Daerah rencana penanggulangan segera (Urgent Protective Action Planning Zone, UPZ), adalah daerah di sekitar fasilitas nuklir dimana tindakan penanggulangan dilakukan setelah lepasan terjadi pada radius 0,4 km s/d 5 km dari koordinat lokasi RSGGAS. 3. Daerah rencana penanggulangan jangka panjang (Longer Term Protective Action Planning Zone, LPZ), adalah daerah paling jauh dari fasilitas nuklir namun di dalamnya termasuk daerah PAZ dan UPZ, berada pada radius 5 km s/d 50 km dari koordinat lokasi RSG GAS. II.1.a. Program Kesiapsiagaan Kondisi Normal Melakukan pembuatan dan mengimplementasikan segala prosedur yang dibuat sesuai dengan lingkup pekerjaan masing masing pekerja yang terkait dengan pengoperasian reaktor, perawatan reaktor, Keselamatan reaktor. Utamanya pada keselamatan manusia {pekerja radiasi) dan sistem fasilitas instalasi reaktor yang sesuai dengan program jaminan mutu RSG GAS. Prosedur prosedur yang terkait pada kondisi normal dirangkum oleh 83 buah prosedur prosedur dalam pengoperasian reaktor RSGGAS. II.1.b. Program Kesiapsiagaan Kondisi Abnormal A) Merawat dan uji fungsi peralatan pendukung kesiapsiagaan nuklir yang tersedia di RSG GAS secara kontinyu antara lain : 1. Peralatan keselamatan daerah kerja, yang terdiri dari Gamma Surveymeter, Beta Surveymeter, Neutron Surveymeter 2. Peralatan keselamatan personil, yang terdiri dari Shoes cover, Jas Lab., sarung tangan, Masker debu, Wearpack, P3K, Protective clothing For (Baju tahan api), peralatan pelindung pernafasan, Dosimeter (Swa baca dan permanen), dan sepatu pengaman, sarana kesehatan seperti peralatan P3K, tandu, pil Kalium Iodida, dan lain lain. 3. Peralatan pemadam kebakaran, yang terdiri dari pemadam api cepat, Hydrant, APAR, Sprinkler, Booster pump, Alarm line, dan Partisi. 4. Peralatan dekontaminasi, yang terdiri dari perlengkapan dekontaminasi personil, 837
6 tangki tempat air, saluran air bertekanan, Vacuum cleaner basahkering, tutup plastik, kantong sampah, dan kantong untuk limbah radioaktif. 5. Peralatan komunikasi, yang terdiri dari peralatan komunikasi radio jinjing, sistem komunikasi Telkom dan sistem komunikasi BSS (Batan Security System) 6. Peralatan perlengkapan umum, Badge identifikasi anggota tim, lampu senter, lampu darurat, batere cadangan, label peringatan radiasi, dan rambu label untuk peralatan yang terkontaminasi, perlengkapan administrasi (meja kursi, papan tulis dan ATK pada ruang krisis RSG GAS), plastik untuk mencegah kontaminasi instrumen, Log book, Tool kit portable equipment, catu daya (Diesel), jam dinding, dan Stop watch. 7. Peralatan proteksi phisik, yaitu CCTV 8. Peralatan sampling, yang terdiri sampler udara jinjing, filter aerosol, dan flter arang aktif. 9. Peralatan booster pump, pompa hidran, sistem fire alarm, sistem smoke detector, sprinkler, masker, pompa hisap, bahan dekontaminasi, perlengkapan P3K dll, secara berkala. B) Pemeriksaan dan kalibrasi alat ukur radiasi yang portable dan terpasang, Multi Channel Analyzer (MCA). C) Merawat ruang krisis dan peralatan (tool kit) serta bahan khusus yang digunakan jika terjadi keadaan darurat dengan mengacu kepada prosedur pengolahan ruang krisis RSG GAS D) Mengimplementasikan prosedur akses kontrol RSG GAS E) Melakukan penyempurnaan/penambahan peralatan di Ruang Krisis untuk digunakan jika terjadi keadaan darurat. F) Evaluasi penerapan prosedur kerja untuk meningkatkan keselamatan kerja bagi personil. G) Melaksanakan latihan kesiapsigaan nuklir atau non nuklir minimal satu kali dalam setahun. H) Mengimplementasikan program Budaya keselamatan secara berkala ke seluruh pekerja radiasi reaktor RSG GAS. II.2. Tindakan Penanggulangan Kesiapsiagaan Nuklir II.2.a. Laporan Kejadian. 1. Setiap kecelakaan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada Kepala Bidang 838
7 Keselamatan (Ka. BK) dengan memberikan keterangan sebagai berikut: a) ldentitas dan tempat pelapor berada. b) Jenis kecelakaan yang terjadi. c) Jumlah korban. d) Keterangan lain yang dianggap perlu. 2. Selanjutnya apabila Ka. BK. menganggap kecelakaan tersebut dapat menimbulkan kesiapsiagaan nuklir, maka Ka. BK segera melapor kepada PIN. 3. Selanjutnya apabila oleh PIN dianggap kecelakaan tersebut termasuk dalam kondisi kesiapsiagaan nuklir, maka seluruh penanggung jawab organisasi penanggulangan kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas RSG GAS akan diaktifkan dan berkumpul di ruang krisis RSG GAS untuk melaksanakan langkah langkah penanggulangan kesiapsiagaan. 4. Kondisi kesiapsiagaan nuklir dilaporkan kepada Ka. PKTN sebagai Ketua Penanggulangan Kedaruratan Tingkat kawasan dan Bapeten. 5. Bila kecelakaan terjadi di luar jam kerja, maka Supervisor dapat menyatakan kesiapsiagaan nuklir dan segera melapor kepada Ka. BK dan PIN untuk melaksanakan koordinasi seperti disebutkan di atas. II.2.b. Tindakan Kesiapsiagaan Nuklir RSG GAS 1. Kepala PRSG selaku PIN segera mengumumkan keadaan darurat lewat pengeras suara kepada seluruh karyawan dengan menyebutkan: Tempat terjadinya kecelakaan. Luas daerah yang terlibat. Hal hal lain yang dianggap perlu. 2. Tindakan yang harus diambil oleh karyawan: Menghentikan semua pekerjaan yang dilakukan. Menghindari memasuki daerah terlarang. Segera berkumpul di tempat yang telah dtentukan untuk evakuasi. Menunggu instruksi lebih lanjut. 3. Organisasi penganggulangan kesiapsiagaan tingkat fasilitas RSG GAS melakukan peran aktif : 0a. Koordinasi organisasi penanggulangan kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas Organisasi penanggulangan kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas setelah diaktifkan oleh Koordinator Umum segera berkumpul di Ruang Krisis RSG GAS, yaitu Ruang Thompson di Lobi gedung PRSG untuk melakukan koordinasi tentang langkah langkah penanggulangan kedaruratan nuklir dan melaporkan setiap tindak pelaksanaan kesiapsiagaan nuklir di bawah koordinator Ka. BK serta di bawah tanggung jawab PIN b. Evakuasi Selama terjadi suatu kesiapsiagaan nuklir di fasilitas RSG GAS, 839
8 maka fasilitas harus dikosongkan dari semua personil yang diumumkan melalui pengeras suara dan disertai dengan bunyi Gong atau Alarm yang warna suaranya (fimbre) telah disepakati bersama. Evakuasi akan dilaksanakan di bawah koordinasi Ka. UPN. Seluruh personil sebelum dievakuasi berkumpul di lobi gedung PRSG, selanjutnya dilakukan pencacatan jumlah personil dan setiap personil disurvei tingkat kontaminasinya. Untuk tamu yang kebetulan berada di gedung reaktor, pencacatan didasarkan pada catatan yang berada pada buku tamu di ruang jaga petugas, Unit Pengamanan Nuklir. c. Pertolongan pertama bagi personil/korban kesiapsiagaan Dalam kondisi kesiapsiagaan nuklir RSG GAS, seseorang atau lebih kemungkinan dibutuhkan tenaganya untuk memasuki daerah yang berbahaya dan terkontaminasi, untuk melakukan pertolongan kepada korban yang terjebak di lokasi kesiapsiagaan. Mengaktifkan organisasi penanggulangan kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas RSG GAS didampingi oleh staf Subbidang Pengendalian Personil didampingi oleh Petugas Proteksi Radiasi yang bersertifikat akan memasuki daerah yang berbahaya tersebut untuk menentukan paparan radiasi pada tempat tersebut serta menetapkan batasan waktu untuk melakukan pertolongan. d. Penggunaan dan pemanfaatan perlengkapan kesiapsiagaan nuklir Pakaian pelindung dan perlengkapan proteksi lainnya seperti alat bantu pernafasan di RSG GAS, disimpan di lemari yang terletak di ruang krisis dan ruang pelayanan Proteksi Radiasi yang berada di lantai dasar gedung utama. Pakaian tersebut dapat digunakan untuk melindungi diri selama kesiapsiagaan nuklir di dalam gedung reaktor. e. Pengendalian kontaminasi Perlu diambil tindakan untuk mengurangi kontaminasi pada lantai ataupun permukaan permukaan lainnya. Selanjutnya akses akan diawasi/dikendalikan untuk daerah daerah terkontaminasi. Bentangan kontaminasi serta paparannya untuk personil dari sumber ini harus diminimalkan. f. Dekontaminasi dan P3K Staf Sub bidang Pengendalian Personil bertanggung jawab untuk mendekontaminasi seluruh personil yang terkena kontaminasi, baik terhadap korban maupun petugas penanggulangan. Bila diperlukan bantuan tenaga, teknisiteknisi medis kedaruratan nuklir dapat dimintakan bantuannya. g. Transportasi medis (kendaraan Ambulan) Staf Sub bidang Pengendalian 840
9 Personil akan mengantarkan korban yang terluka ke Poliklinik Batan, Puskesmas atau rumah sakit terdekat. Transportasi menggunakan kendaraan Ambulan yang disiapkan oleh Unit Pelayanan Umum PKTN. Setiap kendaraan Ambulan beranggotakan minimum dua orang teknisi medis yang memiliki kemampuan mengangkut korban yang terkontaminasi. III. STRUKTUR ORGANISASI DAN PENANGGUNGJAWAB KESIAPSIAGAAN NUKLIR RSG GAS III.1. Organisasi Kesiapsiagaan Nuklir RSG GAS Untuk menanggulangi keadaan darurat di lingkungan PRSG Batan, disusun Organisasi Penanggulangan keadaan Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Fasilitas RSG GAS, Tingkat Kawasan Puspiptek. Struktur organisasi Penanggulangan keadaan kesiapsiagaan nuklir diperlihatkan pada Gambar 1dan Gambar 2 (terlampir). A. Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Fasilitas Terjadi suatu kecelakaan (keadaan darurat) di Intalasi nuklir, dampak kecelakaan terbatas di dalam Instalasi atau disebut kecelakaan tingkat Fasilitas (on site). Pada keadaan ini yang berperan aktif untuk penanggulangan adalah organisasi kesiapsiagaan nuklir tingkat fasilitas RSG GAS. Keadaan kedaruratan ini disampaikan ke tingkat kawasan dan BAPETEN. B. Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Kawasan Terjadi suatu kecelakaan (keadaan darurat) di Intalasi, yang dampak kecelakaan tersebut sampai ke luar fasilitas (di luar pagar kuning PPTN Serpong) yang disebut kecelakaan tingkat di luar fasilitas (Off Site). Pada kondisi ini penanggulangan keadaan darurat sebagai penanggungjawab adalah Ka. Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) yang dibantu oleh Pengusaha Instalasi Nuklir RSG GAS dalam hal ini Ka. PRSG. C. Kesiapsiagaan Lepas Kawasan Terjadi suatu kecelakaan (keadaan darurat) di Intalasi, yang dampak kecelakaan sampai ke luar kawasan PPTN Serpong bahkan sampai ke luar kawasan Puspiptek yang disebut kecelakaan tingkat Nasional. Pada kondisi ini penanggulangan keadaan darurat sebagai penanggung jawab adalah Ka. Badan Pengawas Teknologi Nuklir (BAPETEN). dan jika diperlukan dapat meminta bantuan ke Badan Tenaga Nuklir Internasional (IAEA), guna mengatasi keadaan darurat yang terjadi. 841
10 III. 2. Penanggungjawab Kesiapsiagaan Nuklir RSG GAS A. Penguasa Instalasi Nuklir Penanggung jawab dan pengarah kesiapsiagaan nuklir, yaitu Penguasa Instalasi Nuklir (PIN) RSG GAS, dalam hal ini Ka. PRSG mempunyai tugas sebagai berikut: Mengaktifkan organisasi penanggulangan kesiapsiagaan nuklir RSG GAS; Memberikan pengarahan tindak penanggulangan; Menyatakan keadaan sudah normal; 1. Bertanggung jawab atas hasil pelaksanaan penanggulangan keadaan kesiapsiagaan nuklir; 2. Melaporkan kejadian abnormal, kecelakaan dan atau kecelakaan parah sesegera mungkin kepada pihak berwenang (Ka. PKTN, Bapeten, dan atau Koordinator Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Nasional). B. Koordinator umum Koordinasi pelaksanaan tindak penanggulangan kesiapsiagaan nuklir dipegang oleh penanggung jawab Bidang Keselamatan (koordinator umum). Tugas koordinator umum adalah sebagai berikut: Menyatakan keadaan kesiapsiagaan nuklir telah terjadi dan perlu dilaksanakan tindakan kesiapsiagaan nuklir di lingkungan RSG GAS. Melaporkan kepada PIN RSG GAS (Ka. PRSG) bahwa telah terjadi kecelakaan dan perlu dilakukan tindakan kesiapsiagaan nuklir, serta meminta pengarahan lebih lanjut. Mengkoordinasikan tindakan penanggulangan kesiapsiagaan nuklir. Mengadakan hubungan/koordinasi dengan Tim kesiapsiagaan di lingkungan PPTN Serpong. C. Unit proteksi radiasi/pemantauan daerah kecelakaan Unit proteksi radiasi/pemantauan daerah kecelakaan mempunyai tugas berikut: 1. Menentukan besar sumber radiasi/kontaminasi. 2. Mengeluarkan korban dari daerah yang mengalami kondisi abnormal 3. Menentukan area tersebarnya zat radioaktif. 4. Memantau daerah tempat terjadinya kesiapsiagaan, dengan mengukur aktivitas, paparan dan jenis sumber radiasi/kontaminasi dan mendokumentasikan hasilnya. 5. Memberi laporan secara kontinyu kepada Kepala Bidang Keselamatan sebagai koordinator umum tentang kondisi daerah dimana terjadi kondisi 842
11 abnormal serta kondisi lingkungan sekitarnya sejak terjadinya kondisi abnormal hingga kondisi dinyatakan selamat. D. Unit pengamanan Unit pengamanan nuklir mempunyai tugas berikut: 1. Melaksanakan evakuasi. 2. Melakukan pembersihan daerah kedaruratan nuklir dari pekerja/personil yang tidak memiliki akses dalam menangani kesiapsiagaan 3. Memasang tanda tanda bahaya untuk tempat tempat yang mengandung bahaya radiasi/kontaminasi. 4. Pengamanan gedung reaktor dan fasilitas penunjang lainnya. E. Unit pemadam kebakaran Unit ini mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Melaksanakan pemadaman kebakaran dengan menggunakan peralatan yang telah ada. 2. Melakukan penaksiran akibat dari adanya kebakaran. F. Unit bantuan medis Unit bantuan medis mempunyai tugas berikut: 1. Melaksanakan evakuasi bersama unit pengamanan. 2. Melakukan tindakan P3K terhadap korban akibat keadaan darurat. 3. Membawa korban untuk tes WBC ke fasilitas perawatan medis di kawasan PPTN Serpong. 4. Mendampingi korban bila korban dibawa ke rumah sakit. Melaksanakan dekontaminasi ruangan bersama Operator reactor dan PPR. Melakukan evaluasi besarnya paparan radiasi interna/eksterna yang diterima korban. G. Unit transportasi Unit Transportasi mempunyai tugas berikut: 1. Menyiapkan kendaraan untuk evakuasi. 2. Menyiapkan Ambulan untuk membawa korban ke fasilitas perawatan. 3. Menyiapkan akomodasi yang diperlukan selama evakuasi berlangsung. H. Supervisor dan Operator Reaktor Supervisor dan Operator, mempunyai tugas berikut: 843
12 1. Melaporkan kondisi kesiapsiagaan nuklir kepada Koordinator Umum. 2. Memonitor kondisi reaktor dan daerah kedaruratan dari Ruang Kendali Utama dan Ruang Kendali Darurat. Melaporkan kondisi terkini dari daerah dan peralatan yang dipantau. Melaksanakan dekontaminasi bersama Unit Bantuan Medis. IV. PEMBAHASAN Pada kondisi kesiapsiagaan abnormal, diperlukan informasi awal dari keselamatan operasi reaktor (KOR) untuk mengetahui kajian terhadap jenis dan potensi bahaya yang terdapat di instalasi nuklir, dari bahan bahan radioaktif dan bahan nuklir yang dipergunakan serta risiko atau dampaknya terhadap pekerja dan lingkungan. Identifikasi jenis sumber radiasi dapat berasal dari reaksi berantai di dalam kolam reaktor, radiasi yang berasal dari fasilitas iradiasi, misalnya Hot Cell, Rabbit System, perbaikan peralatan yang teriradiasi, dll. (sumber terbuka dan terbungkus). Potensi Bahaya Radiasi dapat berasal dari adanya kegiatan operasi Instalasi nuklir dengan prasyarat beroperasi suatu insatalasi nuklir harus memiliki ijin pengoperasian dari BAPETEN, maka segala risiko dan dampak radiasi yang mungkin akan terjadi telah dianalisis sedemikian rupa dan dijelaskan di dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK), sehingga pembuatan rencana program dan tindak penanggulangan dari potensi bahaya dapat ditentukan. Potensi ini secara teknis belum sepenuhnya sesuai dengan LAK yang dibuat, karenanya perlu pengendalian kesiapsiagaan nuklir dalam hal hal pemantauan pada saat proses nuklir dan pasca iiradiasi terjadi. Potensi bahaya radiasi juga timbul akibat terjadinya suatu kecelakan radiasi. Dalam kondisi ini diperlukan tindakan penanggulangan untuk mengurangi penerimaan penyinaran yang lebih tinggi, agar dosis yang diterima personil serendah mungkin dan demikian pula jika terjadi kecelakaan radiasi yang menyebabkan tercemarnya lingkungan maka diperlukan tindakan untuk mengembalikan kondisi lingkungan seperti semula. Dengan demikian pembuatan rencana program dan tindak penanggulangan dari potensi bahaya dapat diperkirakan dan dikendalikan secara teknis keselamatan radiasi. Kesiapsiagaan nuklir di RSG GAS telah memperhatikan penyebab kecelakaan dari faktor manusia, faktor peralatan teknis dan faktor sarana dukung kerja. Penyebab timbulnya kecelakaan yang berkaitan dengan ketiga faktor tersebut secara umum dapat kelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu: Kelompok fasilitas nuklir dan kelompok pekerja radiasi (Operator). Pada kelompok fasilitas nuklir, keadaan sarana fisik atau lingkungan instalasi yang berbahaya sehingga memungkinkan atau terdapat peluang 844
13 terjadinya suatu kecelakaan. Kondisi instalasi yang tidak aman dapat dikendalikan dengan peralatan yang mempunyai sistem pengaman yang baik dan teruji, serta adanya prosedur keselamatan kerja yang memadai, hal ini telah diterapkan pada linkungan fasilitas RSGGAS dengan mengacu pada jaminan mutu RSG GAS. Kelompok Pekerja Radiasi (Operator) dapat saja terjadi menyimpang yang dilakukan pekerja radiasi (operator) terhadap prosedur keselamatan dan segala ketentuan keselamatan yang dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang cara kerja peralatan, mesin, instalasi atau sifat bahan yang digunakan, tidak memiliki keterampilan, memiliki cacat tubuh yang tidak tampak karena usia pekerja, bekerja dalam keadaan letih dan lesu serta memiliki sikap dan tingkah laku pekerja yang tidak sesuai ketentuan. Pendekatan program kesiapsiagaan nuklir untuk kelompok pekerja radiasi dilakukan dengan mengimplementasikan budaya keselamatan kepada para pekerja RSG GAS. Uji coba dan pelatihan kesiapsiagaan nuklir dan non nuklir setiap tahun dilakukan secara berkala, evaluasi terhadap pelatihan ini dapat dilihat dari sikap dan prilaku peserta latihan kesiapsiagaan nuklir di RSG GAS, beberapa penilaian terhadap pelaksanaan pelatihan kesiapsiagaan maupun penerapan prosedur prosedur yang terkait masih perlu ditingkatkan baik dari peran aktif organisasi maupun kualitas prosedur yang sesuai dengan kondisi terkini. V. KESIMPULAN Untuk pusat pengendalian kesiapsiagaan nuklir di RSG GAS telah dilengkapi dengan Ruang Krisis RSG GAS, yaitu Ruang Thompson di Lobi Gedung PRSG dimana Ruang ini dilengkapi dengan peralatan kesiapsiagaaan nuklir sebagai pusat pengendalian kesiapsiagaan yang baik dan masih diperlukan peningkatan program pengendalian latihan kesiapsiagaan nuklir. 845
14
15 DAFTAR PUSTAKA 1. S.K. Ka. BATAN nomor 077/KA/II/2003, tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional 2. SK Ka. Bapeten No. 05 P/Ka BAPETEN/I 03 tentang Pedoman RPKD. 3. IAEA, IAEA TECDOC 953, Vienna, Pedoman Umum Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Pusat Penelitian Tenaga Nuklir Serpong di Kawasan Puspiptek Serpong, Revisi 2, BATAN, PPTN Serpong, Program Kesiapsiagaan dan Rencana Penanggulangan Kedaruratan Nuklir RSG GAS, No.: TRR.KK , Rev Prosedur Pelaksanaan Latihan Penanggulangan Kedaruratan Non Nuklir di PRSG, No.: TRR.KH , Rev Prosedur Pelaksanaan Latihan Penanggulangan Kedaruratan Nuklir di PRSG, No.: TRR.KH , Rev Prosedur Penanggulangan Kedaruratan Nuklir Tingkat Fasilitas RSG GAS, No. Ident: TRR.BK , Rev
16 847
17 DISKUSI DAN TANYA JAWAB Penanya: Maryakam ( Dept. Radiologi RSCM ) Pertanyaan: a.gunanya alat pantau harga batas operasi? b.sistem kerjanya bagaiman? c.gunanya alat bantu pemantau visual teras? Sama tidak dengan gama camera di Kesiapsiagaan Nuklir? Jawaban: a.harga batas yang ada difasilitas nuklir mempunyai 3 level harga batas: High High Level High level Low level b.harga batas keselamatan di setting sesuai dengan daerah atau medan radiasinya. c.guna alat bantu camera direaktor adalah untuk mengetahui secara visual tentang kejadian yang ada didalam teras reaktor ( under water ) dan tidak dilengkapi dengan deselator yang dapat mendeteksi radiasi. Jadi tidak sama dengan gama camera yang ada di RSCM. Penanya: Ambyah S ( PETIR BATAN ) Pertanyaan: a.monitor radiasi terpasang, apa persyaratan alat tersebut dipasang? b.dimana saja alat itu dipasang? c.berapa lama bisa dipakai atau diperbarui? Jawaban: a.syarat syarat alat monitor radiasi yang terpasang adalah: Respon alat tersebut harus terkalibrasi dan dapat memonitor jenis radiasi baik radiasi alpha, beta, gamma dan neutron. Respon alat dapat terkirim kepada ruang kendali utama, baik nilai absolut maupun sinyal alarm. b.alat terpasang pada lokasi lokasi atau level yang urgen baik di balai operasi maupun di eksperimen hall. c.bekerjanya alat secara kontinue ( terus menerus ) dan setiap berkala dilakukan perawatan dan kalibrasinya. 848
18 849
EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010
No. 07 / Tahun IV April 2011 ISSN 1979-2409 EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010 Budi Prayitno, Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
Lebih terperinciEVALUASI LEGALISASI KEGIATAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI DI LINGKUNGAN RSG-GAS
YOGYAKARTA, 21-22 NOVEMBER 2007 EVALUASI LEGALISASI KEGIATAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI DI LINGKUNGAN RSG-GAS ANTHONY SIMANJUNTAK Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek, Serpong, Tengerang
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :
Lebih terperinciSTUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010
STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010 Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK STUDI
Lebih terperinciPROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR
PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR Budi Prayitno, Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR PUSAT
Lebih terperinciPENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI
PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI Unggul Hartoyo 1), Nazly Kurniawan, Suhadi, Subiharto 1) PRSG Batan Serpong Indonesia unggul@batan.go.id
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG KESIAPSIAGAAN DAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG KESIAPSIAGAAN DAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15310, Telp (021)
Lebih terperinciPENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM
ISSN 1979-2409 Penanganan Llmbah Radioaktif Padat Aktivitas Rendah Pasca Penggantian Hepa Filter Di IRM (Susanto, Sunardi, Bening Farawan) PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN
Lebih terperinciKRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI
Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun
Lebih terperinciUPAYA PENGENALAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR PADA DESA SIAGA
UPAYA PENGENALAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR PADA DESA SIAGA ANTHONY SIMANJUNTAK Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310, Banten Telp. 021.7560908, Faks. 7560573 Abstrak
Lebih terperinciKEDARURATAN NUKLIR DI INDONESIA DAN PENANGGULANGANNYA
ISSN 1979-2409 Kedaruratan Nuklir di Indonesia dan Penanggulangannya (Budi Prayitno) KEDARURATAN NUKLIR DI INDONESIA DAN PENANGGULANGANNYA Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciEVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI
No.04 / Tahun II Oktober 2009 ISSN 1979-2409 EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK EVALUASI
Lebih terperinciCONTOH FORMULIR PERSETUJUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
LAMPIRAN V PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN REAKTOR NONDAYA CONTOH FORMULIR PERSETUJUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN a. Persetujuan pelaksanaan pekerjaan
Lebih terperinciPROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT
PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur
Lebih terperinci2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.107, 2012 NUKLIR. Instalasi. Keselamatan. Keamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5313) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah
BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperincipelaksanaan program proteksi dan keselamatan sumber radioaktif yang berada di Batakan base PT. Halliburton Indonesia Balikpapan-Kalimantan Timur dapat
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan tentang pelaksanaan program proteksi dan keselamatan sumber radioaktif yang berada di Batakan base PT. Halliburton Indonesia
Lebih terperinciREFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA
SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA NUGRAHA LUHUR, UNGGUL HARTOYO, YULIUS SUMARNO, SUKINO Pusat Reaktor Serba
Lebih terperinciSISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciKETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1
KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 Dewi Prima Meiliasari, Zulfiandri, dan Taruniyati Handayani Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir ABSTRAK.
Lebih terperinciFORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA FORMAT DAN
Lebih terperinciDIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
PANDUAN PENYUSUNAN PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN GAUGING INDUSTRI BAB I PENDAHULUAN I.1. I.2. I.3. I.4. I.5. Latar Belakang Uraikan latar belakang disusunnya program proteksi
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciORGANISASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR BATAN YOGYAKARTA DAN PENANGANAN FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA BUMI
ORGANISASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR BATAN YOGYAKARTA DAN PENANGANAN FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA BUMI M. Yazid, Elisabeth.S, Sudjatmoko Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Badan Tenaga Nuklir Nasional
Lebih terperinciPENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009
PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009 L.Kwin Pudjiastuti, Syahrir,Untara, Sri widayati*) ABSTRAK PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN
Lebih terperinciRENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH
RSU BINA KASIH RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH I. LATAR BELAKANG Ketidaksiapan beberapa Rumah Sakit dalam menanggulangi bencana gempa bumi, tsunami, wabah penyakit
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN RADIASI DAN PENGENDALIAN AKSES LABORATORIUM DI IEBE
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 PENGELOLAAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN RADIASI DAN PENGENDALIAN AKSES LABORATORIUM DI IEBE Akhmad Saogi Latif, Arnik Charleni Prasetyawati ABSTRAK PENGELOLAAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 106, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2015 BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. Penilaian. Verifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA
KP PERKA- 24 OKT 2014 RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA DIREKTORAT PENGATURAN PENGAWASAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
Lebih terperinciANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS
YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 9 ISSN 98-6 ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS SUBIHARTO, NAEK NABABAN, UNGGUL HARTOYO PRSG-BATAN Kawasan Puspiptek Gedung 5 Tangerang Abstrak ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.672, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Radiasi Proteksi. Keselamatan. Pemanfaatan. Nuklir. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET
KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET Rr.Djarwanti Rahayu Pipin Sudjarwo Pusat Radioisotop Dan Radiofarmaka BATAN, Gedung 11 kawasan Puspiptek Serpong Sekretaris
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING
DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING Suliyanto, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang ABSTRAK DEKONTAMINASI
Lebih terperinciSihana
Surabaya, 5-9 Oktober 2015 Sihana Email: sihana@ugm.ac.id Pendahuluan Keamanan nuklir Sistem proteksi fisik SPF Fasilitas nuklir SPF pengangkutan bahan nuklir 2 Industrial Medical Isotopes Isotopes Application
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.234, 2015 BAPETEN. Tanggap Darurat. Penatalaksanaan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENATALAKSANAAN TANGGAP DARURAT BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA
SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENATALAKSANAAN TANGGAP DARURAT BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENATALAKSANAAN TANGGAP DARURAT BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Instansi Nuklir. Bahan Nuklir. Perizinan. Pemanfaatan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.844, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Unit Kerja. Rinvian Tugas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 2007 LINGKUNGAN HIDUP. Tenaga Nuklir. Keselamatan. Keamanan. Pemanfaatan. Radioaktif. Radiasi Pengion.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciI Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana. PRR-Batan, kawasan Puspiptek Serpong, ABSTRAK ABSTRACT
PERANCANGAN SISTEM MONITORING DAN KENDALI JARAK JAUH BERBASIS SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) PADA SISTEM KESELAMATAN DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA (PRR) I Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana PRR-Batan,
Lebih terperinci2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERALATAN KESELAMATAN UMUM DAN KEDARURATAN NUKLIR IRM PERIODE TAHUN 2009
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 PENGELOLAAN PERALATAN KESELAMATAN UMUM DAN KEDARURATAN NUKLIR IRM PERIODE TAHUN 2009 Muradi ABSTRAK PENGELOLAAN PERALATAN KESELAMATAN UMUM DAN KEDARUTAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus..
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus.. 06 BAB II OBJEK PENGAWASAN 07 1. Instalasi Nuklir 07 2.
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI INSTALASI RADIOMETALURGI KE KH-IPSB3 TAHUN 2010
EVALUASI PELAKSANAAN PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI INSTALASI RADIOMETALURGI KE KH-IPSB3 TAHUN 2010 Antonio Gogo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang ABSTRAK EVALUASI
Lebih terperinciPEDOMAN PERENCANAAN KESIAPSIAGAAN DAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN REAKTOR NUKLIR
DIREKTORAT KETEKNIKAN DAN KESIAPSIAGAAN NUKLIR Prosedur Penunjukan lembaga kursus bidang ketenaganukliran No Dokumen: RND/PD/DKKN/09/0 PEDOMAN PERENCANAAN KESIAPSIAGAAN DAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN REAKTOR
Lebih terperinciIMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*)
IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*) Pranto Busono, Warsono, Rohadi, Rofei**) ABSTRAK IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS. Jaminan Mutu merupakan prasyarat untuk pengoperasian instalasi nuklir sehingga
Lebih terperinciPENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS
PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS Nugraha Luhur, Yulis Sumarno, Tri Anggono, Sunarningsih ABSTRAK PENGEDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS. Pemanfaatan RSG GAS
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH SURAT IZIN BEKERJA BAGI PETUGAS TERTENTU DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN SUMBER RADIASI PENGION DENGAN
Lebih terperinciKAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI
KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI Liliana Yetta Pandi* dan Berthie Isa S** * Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir ** Direktorat Perizinan
Lebih terperinciBAB V Ketentuan Proteksi Radiasi
BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi Telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion dan Surat Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR I. UMUM Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia meliputi berbagai
Lebih terperinciASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT
ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT Suhaedi Muhammad Pusat Teknologi Keselamatan Dan Metrologi Radiasi BATAN Pasar Jum at email : suhaedi.muhammad@yahoo.com Rimin Sumantri
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr
PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA
Lebih terperinciHIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014 BUKU III Biro Peraturan Perundang-undangan, Humas dan Tata Usaha Pimpinan BKPM 2015 DAFTAR ISI 1. PERATURAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA. BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.653, 2012 BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI
Lebih terperinciEVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009
No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009 ABSTRAK Endang Sukesi, Sudaryati, Budi Prayitno Pusat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, salah satunya dalam bidang kesehatan atau medik di bagian radiologi khususnya profesi kedokteran
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA
Lebih terperinciEVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)
PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I) Khoirul Huda Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. Gajah Mada 8, Jakarta 1 KESELAMATAN NUKLIR M I S I Misi keselamatan nuklir adalah untuk melindungi personil, anggota masyarakat
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
- 1 - RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN TANGGAP DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN TANGGAP DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah
Lebih terperinciBERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Laporan. Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
No.758, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Laporan. Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU
IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar
Lebih terperinciRuang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:
Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi: Izin pembangunan dan Pengoperasian termasuk dekomisioning reaktor nuklir Izin pembangunan dan Pengoperasian Instalasi Nuklir Non Reaktor Izin
Lebih terperinciBADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF
PENGIRIMAN LIMBAH RADIOAKTIF KE BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (PTLR - BATAN) PT-002/PTLR/SMM-06.00/II-00/2010 2010 Dilarang mengcopy/memperbanyak dokumen ini tanpa sepengetahuan dan izin tertulis dari Unit
Lebih terperinciPEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009
ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009 Sri Wahyuningsih ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009. Pemantauan radioaktivitas
Lebih terperinciSOSIALISASI PENANGGULANGAN RADIASI KECELAKAAN NUKLIR RSG-GAS MELALUI PENGEMBANGAN DESA SIAGA
SOSIALISASI PENANGGULANGAN RADIASI KECELAKAAN NUKLIR RSG-GAS MELALUI PENGEMBANGAN DESA SIAGA ANTHONY SIMANJUNTAK PRSG-BATAN Kaw. PUSPIPTEK Ged. No. 31, Serpong, Tangerang, 15310 Abstrak SOSIALISASI PENANGGULANGAN
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Pertanyaan : 1. Apakah RSUP H Adam Malik mempunyai
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI
PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI Suliyanto, Muradi, Endang Sukesi I. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan puspiptek Gedung 20, Serpong
Lebih terperinciJUDUL : Managemen Tanggap Darurat
JUDUL : Managemen Tanggap Darurat DESKRIPSI : Bagian ini menjelaskan identifikasi kompetensi yang dibutuhkan dalam mengelola operasional tanggap darurat, memeriksa peralatan dan fasilitas tanggap darurat,
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN. TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT
INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT Kecelakaan kerja di Indonesia telah menghabiskan uang negara sebesar 280 triliun rupiah (Kemenkes RI 2014). Dalam rangka memberikan
Lebih terperinciOPTIMASI PENGELOLAAN RUANG KRISIS SISTEM KEDARURA TAN DI RSG GAS. Anthony Simanjuntak, Naek Nababan Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset-Batan
f'''o.'ihlmg,.\'i.'i11/1u/i ffa.'ij! /Jel1t!/IIWH/) l7rr {"/11111 ~on.j OPTIMASI PENGELOLAAN RUANG KRISIS SISTEM KEDARURA TAN DI RSG GAS Anthony Simanjuntak, Naek Nababan Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor
Lebih terperinci