PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN MELALUI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN NOMOR 33-12/23/600

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN MELALUI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN NOMOR 33-12/23/600"

Transkripsi

1

2 PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN MELALUI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN NOMOR 33-12/23/600.1/2012 DI WILAYAH PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA GORONTALO ABSTRAK RISTANTIO RAIS, 1 NIM : , PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN MELALUI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN NOMOR 33-12/23/600.1/2012 DI WILAYAH PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA GORONTALO Pembimbing I Moh. R. Puluhulawa, 2 SH. MHum, Pembimbing II Bayu Lesmana Taruna, SH,. MH 3 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan undang undang nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan melalui keputusan direktur jenderal nomor 33-12/23/600.1/2012 di wilayah perusahaan listrik Negara gorontalo, serta hambatan dalam penerapan undang undang nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan melalui keputusan direktur jenderal nomor 33-12/23/600.1/2012 di wilayah perusahaan listrik Negara gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode empiris, teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi dan wawancara, dan kemudian di analisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh menunjukan bahwa penerapan undang undang nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menggunakan surat keputusan Direktur Jenderal ketenagalistrikan nomor 33-12/23/600.1/2012 tentang penertiban pemakaian tenaga listrik.dalam penerapannya karyawan akan menerima sanksi yang lebih berat apabila ditemukan sebuah pelanggaran,tapi yang lebih banyak melakukan pelanggaran adalah masyarakat biasa atau pelanggan listrik.ada juga tenaga kontrak yang sering melakukan pelanggaran.apabila ditemukan seseorang atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran terhadap pemakaian tenaga listrik akan diberikan sanksi Administrasi. Sanksi administrasi untuk karyawan terbagi atas tiga jenis yaitu pelanggaran ringan,sedang,dan berat serta untuk pelanggan listrik dengan membayar tagihan susulan.selama masalah pelanggaran pemakaian tenaga listrik masih bisa diselesaikan dengan membayar sanksi administrasi maka prosesnya hanya sampai pada tingkat pemeriksaan pihak yang berwenang atau petugas dari PLN,dengan demikian akan menghapuskan pelanggan yang melakukan pelanggaran dari segala tuntutan. Akan tetapi jika di temukan melakukan pelanggaran namun tidak mau membayar sanksi administrasi maka akan di serahkan kepada pihak kepolisian dengan ancaman Sanksi Pidana Kata Kunci : Penerapan undang undang,keputusan direktur jenderal,ketenagalistrikan. 1 Ristantio Rais Mahasiswa ilmu hukum fakultas hukum 2 Moh.R Puluhulawa Dosen ilmu hukum fakultas hukum 3 Bayu Lesmana Taruna Dosen ilmu hukum fakultas hukum

3 PENDAHULUAN Di dalam kehidupan bermasyarakat, manusia sebagai anggota masyarakat yang masing-masing mempunyai perbedaan antara yang satu dengan yang lain seperti sifat maupun kepribadiannya sehingga mengakibatkan setiap tindakan dan perilaku seseorang akan mengakibatkan yang berbeda pula. Hukum bersifat mengatur atau membatasi setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap masyarakat (individu). Yang pada garis besarnya hukum merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan hidup diantara manusia akan tetap terjaga demi terciptanya kedamaian dalam hidup bermasyarakat yang pada kenyataannya kalau diperhatikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dimana setiap anggota masyarakat mempunyai kepentingan yang tidak sama, sering kali tidak menghiraukan aturan hukum yang telah atau sudah ditetapkan. 4 Ini terjadi karena kurang menyadari akan pentingnya serta akibat hukum yang ditimbulkan baik pada dirinya maupun pada orang lain yang menjadi korban, bahkan mungkin akan mengakibatkan korban jiwa pada orang lain. Mengingat arti pentingnya tenaga listrik sebagai sumber energi bagi negara dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang dan sejalan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang secara nyata menegaskan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan kebijakan-kebijakan, pengaturan, pengawasan, dan pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik. Dalam rangka peningkatan penyediaan tenaga listrik kepada masyarakat diperlukan pula upaya penegakan hukum di bidang ketenagalistrikan. Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan usahausaha ketenagalistrikan, termasuk pelaksanaan pengawasan di bidang keteknikan. Pembangunan di sekitar kelistrikan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Sudarsono, 2007, Pengantar Ilmu Hukum, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 209.

4 Tenaga listrik sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam, mempunyai peranan penting bagi negara dalam mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan nasional. Pada pelaksanaan pembangunan saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat baik yang dikelola oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah baik perusahaan pemerintah maupun perusahaan swasta. Padahal listrik yang dibutuhkan oleh masyarakat secara perorangan maupun untuk usaha-usaha yang lain dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Ditengah perubahan dan kemajuan serta berbagai kemudahan teknologi dengan listrik sebagai alat baik di kota maupun di desa-desa atau di berbagai pelosok, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat sejalan dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang semakin pesat itulah, maka pemerintah bertekad terus meningkatkan program pembangunan sarana dan prasarana tenaga listrik untuk menjangkau wilayah yang luas termasuk program listrik masuk desa, sehingga hampir tidak ada sejengkal pun wilayah baik di kota maupun di desa yang gelap gulita, karena listrik telah termasuk kebutuhan pokok semua masyarakat membutuhkan listrik, tidak terkecuali baik masyarakat yang berekonomi lemah sampai atas semua akan membutuhkan aliran listrik. Dengan terjadinya perubahan yang semakin cepat di dalam era globalisasi ternyata menuntut bahwa semua ini kegiatan jasa maupun barang harus bermuara pada kepuasan pelanggan, hal ini terjadi karena pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pelanggan harus dipenuhi. Kebutuhan pelanggan tidak hanya meliputi aspek produk jasa, tetapi juga aspek pelayanan, disini sebenarnya teknologi listrik dapat dijadikan sarana sekaligus sebagai pendorong kuat untuk mengubah nasib mereka atau nasib masyarakat. Namun di balik kegemerlapan itu semua masih dihadapkan pada persoalan pelik karena terlalu banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pemakai jasa listrik atau pelanggan listrik, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti masalah penyalahgunaan aliran listrik yang pada akhir-akhir ini sering dilakukan oleh masyarakat, baik di kota maupun di pedesaan, baik perorangan maupun kelompok bahkan perusahaan-perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar. Namun ditengah banyaknya persoalan yang menyangkut permasalahan tindak pidana pencurian listrik, sangat sulit untuk mendapatkan data tentang adanya tindak pidana yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, baik melalui informasi langsung maupun tidak langsung. Hal ini terjadi karena adanya perang kepentingan dari

5 masing-masing individu yang ingin menyamarkan perbuatannya sehingga sulit untuk di ekspos ke publik. Dengan demikian sangat sulit untuk mencari dan membuktikan fakta yang rill dilapangan. Adanya tantangan akan hal ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara hukum social (sosiologis legal research) dengan mengangkat permasalahan ini dalam suatu penelitian empiris dengan judul Penerapan undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan melalui keputusan Direktur Jenderal ketenagalistrikan Nomor 33-12/23/600.1/2012 di wilayah PLN Gorontalo 1. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut bagaimana penerapan undang undang nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan melalui keputusan direktur jenderal nomor 33-12/23/600.1/2012 di wilayah perusahaan listrik Negara gorontalo, serta hambatan dalam penerapan undang undang nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan melalui keputusan direktur jenderal nomor 33-12/23/600.1/2012 di wilayah perusahaan listrik Negara gorontalo. METODE PENULISAN jenis penulisan yang digunakan adalah jenis penelitian empiris/sosiologis.menurut suratman dan Philips Dilla, dalam buku metode penelitian hukum dikemukakan bahwa: Penelitian non doctrinal, yaitu penelitian berupa studi-studi empiris untuk menemukan teoriteori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di masyarakat. Tipologi penelitian ini sering juga disebut socio legal reseach. Pada umumnya suatu suatu penelitian social termasuk penelitian hukum dapat ditinjau dari segi dan sudut-sudut: sifat, bentuk, penerapan dan tujuan serta dari sudut disiplin ilmu. 5 Sementara Syahrudin Nawi dalam bukunya penelitian hukum normatif versus penelitian hukum empris, menjelaskan, bahwa: penelitian hukum sosial adalah penelitian yang dilakukan dengan pendekatan pada realitas hukum dalam masyarakat.penelitian ini didasarkan pada adanya gejala berupa kesenjangan 5 Suratman dan Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Alfabeta Bandung, hlm. 45.

6 antara harapan(das solen) dengan kenyataan (das sain) dibidang hukum.dalam hubungan ini orientasi penelitian adalah realitas hukum dalam masyarakat atau law in action. 6 Hasil Pembahasan Dalam proses penegakan hukum tindak pidana bagi pengguna tenaga listrik secara illegal milik pemerintah dalam hal ini Perusahaan Listrik Negara (PLN), maka untuk wilayah PLN Gorontalo selama ini telah menggunakan Surat Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor /23/600.1/2012 tentang penertiban pemakaian tenaga listrik, sebagai berikut: 1. Karyawan akan menerima sanksi yang lebih berat apabila ditemukan sebuah pelanggaran sesuai bukti nyata dilapangan. 2. Masyarakat yang lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap penggunaan tenaga listrik 3. Ada juga tenaga kontrak (OS) yang sering melakukan pelanggaran terhadap penggunaan tenaga listrik. Dalam penerapanya; 1. Apabila ditemukan seseorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran terhadap pemakaian tenaga listrik, maka akan diberikan sanksi administrasi. 7 Adapun ancaman sanksi yang diberikan adalah sebagai berikut: 1) Terhadap Karyawan PLN Sanksi yang diberikan kepada karyawan PLN yang melakukan pelanggaran terbagi atas 3 macam yaitu: 1. Hukuman Ringan Artinya seseorang yang terbukti melakukan pelanggaran sesuai temuan dilapangan akan diberikan sanksi peringatan secara tertulis maupun sanksi disiplin berupa pemotongan gaji. Pelanggaran ringan seperti hilangnya segel PLN pada alat pembatas,alat pembatas rusak atau hilang,dan kemampuan alat batas sudah berubah 6 Syahruddin Nawi, 2013, Penelitian Hukum Normatif versus Penelitian Hukum Empiris, PT. UMI TOHA UKHUWA Grafika, Makassar, hlm Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor 33-12/23/600.1/2009 Tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik

7 2. Hukuman Sedang Artinya seseorang yang terbukti melakukan pelanggaran sesuai temuan dilapangan akan diberikan sanksi penundaan kenaikan pangkat dan dituntut membayar ganti rugi sesuai pelanggaran yang dibuat. Pelanggaran sedang seperti memperbesar daya meteran,membiarkan orang yang tidak memiliki meteran tapi mempunyai listrik,dan tidak melaporkan pelanggaran sesuai temuan dilapangan ke kantor karena alasan keluarga maupun kerabat. 3. Hukuman berat Artinya seseorang yang terbukti melakukan pelanggaran sesuai temuan dilapangan akan diberikan sanksi berupa pemecatan secara tidak hormat dan diwajibkan membayar ganti rugi atas segala kerugian yang ditimbulkan atas perbuatan tersebut. Pelanggaran berat : memperbesar daya,mempengaruhi meteran,memberikan fasilitas kelistrikan secara illegal,dan memgajarkan segala sesuatu tentang kelistrikan yang mengakibatkan kerugian PLN dan Negara. 2) Terhadap pelanggan listrik Sanksi yang diberikan kepada pelanggan yang melakukan pelanggaran sesuai temuan dilapangan akan diberikan sanksi berupa pemutusan aliran listrik dan diwajibkan membayar TS atau tagihan susulan sesuai pelanggaran yang dibuat. Dengan catatan selama belum membayar tagihan susulan atau TS maka di pastikan belum bisa mendapatkan aliran listrik. 2. Apabila seseorang melakukan pelanggaran terhadap pemakaian tenaga listrik dan tidak mau menerima sanksi administrasi yang ditetapkan maka pihak terkait akan memberikan sanksi pidana dengan menyerahkan semua permasalahan ini kepada pihak kepolisian.

8 Selama masalah pelanggaran pemakaian tenaga listrik masih bisa. diselesaikan dengan membayar sanksi administrasi maka proses penyelesaiannya hanya sampai pada tingkat pemeriksaan yang berwenang (orang PLN), artinya prosedur yang dilakukan dengan cara membayar biaya sanksi administrasi di PLN dan membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut.dengan demikian akan menghapuskan pelanggan yang melakukan pelanggaran dari segala tuntutan. Akan tetepi jika ditemukan melakukan pelanggaran namun tidak mau membayar sanksi administrasi maka pihak yang terlibat akan diserahakan kepada pihak kepolisian dengan ancaman sanksi pidana Hambatan dalam penerapan sanksi 1. Tidak mengakui Ketika ada pelanggan yang dicurigai maupun ditemukan melakukan pelanggaran pemakaian tenaga listrik pada dasarnya tidak mau mengakui perbuatan tersebut. 2. Tidak mengerti listrik Alasanya tidak mugkin melakukan pelanggaran tenaga listrik apabila tidak mengerti segala sesuatu tentang kelistrikan. 3. Marah dan emosi Apabila ditemukan melakukan pelanggaran dengan bukti yang cukup bisa dipastikan pelanggaran akan marah-marah dan berkata-kata kasar kepada petugas bahkan mengusir petugas dengan berbagai cara. Dalam pembuktian yang diterapkan oleh PLN itu berupa temuan langsung dilapangan,artinya setiap pelanggan yang diketahui melakukan pelanggaran itu hanya sesuai bukti yang ditemukan bukan sesuai tuduhan oleh petugas. Akan tetapi masyarakat berhak memberikan pembelaan diri kepada petugas dengan mengajukan bukti dan alasan yang bisa melepaskan dari segala tuduhan. Dengan catatan bahwa ancaman sanksi administrasi tetap pasti untuk pelanggan yang diketahui melakukan pelanggaran berdasarkan bukti yang ada,walaupun mengajukan pembelaan diri dalam bentuk apapun. Jenis Pelanggaran 1. Pelanggaran golongan 1 (P 1) merupakan pelanggaran yang mempengaruhi batas daya. 2. Pelanggaran goloongan 2 (P 2) merupakan pelanggaran yang mempengaruhi pengukuran energi.

9 3. Pelanggaran golongan 3 (P 3) merupakan pelanggaran yang mempengaruhi batas daya dan mempengaruhi pengukuran energy. 4. Pelanggaran golongan 4 (P 4) merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh bukan pelanggan. Sanksi penertiban pemakaian tenaga listrik (P2TL) 1. Sanksi terhadap pelanggan a) Pemutusan sementara b) Pembongkaran rampung c) Pembayaran tagihan susulan d) Pembayaran biaya P2TL lainnya. 2. Sanksi terhadap bukan pelanggan a) Pembongkaran rampung b) Pembayaran TS4 c) Pembayaran biaya P2TL lainnya. Besaran sanksi Administrasi 1. Pelanggaran golongan 1 (P 1) Perhitungan unutuk pelanggaran ini sebagai berikut TS1 = 6 X (2 x daya tersambung x biaya beban) 2. Pelanggaran golongan 2 (P 2) Perhitungan untuk pelanggaran ini sebagai berikut TS2 = 9 X 720 jam X daya tersambung X harga per kwh 3. Pelanggaran golongan 3 (P 3) Perhitungan untuk pelanggaran ini sebagai berikut TS3 = TS1 + TS2 4. Pelanggaran golongan 4 (P 4) Perhitungan untuk pelanggaran ini adalah sebagai berikut TS4 = 9 X (2 x daya kedapatan x biaya beban) + (9 x 720 jam x daya kedapatan x tarif tertinggi pada golongan) Pelanggaran 1 hari itu dihitung selama 9 bulan. 8 8 Yayan Gobel : Asisten Manager Transaksi Energi Listrik PT PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Area Gorontalo

10 Dibawah ini akan diuraikan Rincian pelanggaran dan Sanksi Target Tahun Tagihan Susulan Realisas Pelanggan Pemeriksa Energi Energi N o Unit Area an Pelanggan (KWH) (Rp) Jum Peme rik Saan Ju m Pelanggaran P P P I II III P IV Tahun GTLO GTLO GTLO GTLO Laporan Pendapatan P2TL (penertiban pemakaian tenaga listrik) PT PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Area Gorontalo Akumulasi S/D Bulan Desember 2013

11 Berikut adalah penjelasan dari tabel diatas: 1. Tahun 2010 Pada tahun 2010 untuk area Gorontalo yang dilakukan pemeriksaan itu sejumlah 360 kasus,dan terbukti melakukan pelanggaran sejumlah 300 kasus,dengan rincian pelanggaran P1 sejumlah 180 kasus,pelanggaran P2 sejumlah 63 kasus,pelanggaran P3 sejumlah 47 kasus,dan pelanggaran P4 itu sejumlah 10 kasus. Dengan total kerugian energi sejumlah kwh dan apabila dirupiahkan menjadi Rp Catatan : pelanggaran P1 menjadi jenis pelanggaran yang sering ditemukan dilapangan. 2. Tahun 2011 Pada tahun 2011 untuk area gorontalo yang dilakuan pemeriksaan itu sejumlah 469 kasus,dan terbukti melakukan pelanggaran sejumlah 105 kasus,dengan rincian pelanggaran P1 sejumlah 63 kasus,pelanggaran P2 sejumlah 27 kasus,pelanggaran P3 sejumlah 11 kasus,dan pelanggaran P4 sejumlah 4 kasus. Dengan total kerugian energi sejumlah kwh dan apabila dirupiahkan menjadi Rp Catatan : pada tahun 2011 pelanggaran pemakaian tenaga listrik menurun dari 300 kasus menjadi 105 kasus atau selisih 195 kasus akan tetapi pelanggaran P1 masih mendominasi pelanggaran dengan 63 jumlah kasus yang terjadi. 3. Tahun 2012 Pada tahun 2012 untuk area gorontalo yang dilakukan pemeriksaan sejumlah 317 kasus dan terbukti melakukan pelanggran sejumlah 107 kasus dengan rincian pelanggaran P1 sejumlah 74 kasus,pelanggaran P2 sejumlah 18 kasus,pelanggaran P3 sejumlah 12 kasus,dan pelanggaran P4 sejumlah 3 kasus. Dengan total kerugian energi sejumlah kwh dan apabila dirupiahkan menjadi Rp Catatan : pada tahun 2012 pelanggaran pemakaian tenaga listrik mengalami peningkatan dari 105 kasus menjadi 107 kasus atau naik 2 kasus dengan

12 kerugian energi listrik yang meningkat tajam dengan pelanggaran P1 menjadi pelanggaran yang paling banyak terjadi yaitu sebanyak 74 kasus. 4. Tahun 2013 Pada tahun 2013 untuk area gorontalo yang dilakukan pemeriksaan sejumlah dan terbukti melakukan pelanggaran sejumlah 759 kasus,dengan rincian pelanggaran P1 sejumlah 673 kasus,pelanggaran P2 sejumlah 5 kasus,pelanggaran P3 sejumlah 62 kasus,dan pelanggaran P4 sebanyak 19 kasus. Dengan total kerugian energi sejumlah 1.274,271 kwh dan apabila dirupiahkan menjadi Rp Catatan : pada tahun ini merupakan tahun yang paling buruk untuk PLN karena pada tahun ini yang paling parah terjadi pelanggaran pemakaian tenaga listrik,sebagai buktinya pada tahun ini terjadi 759 kasus yang sebelumnya hanya 107 kasus pada tahun Dengan pelangaran yang paling menonjol adalah P1 dengan 673 kasus. Berdasarkan data diatas membuktikan bahwa masih tingginya pelanggaran terhadap penggunaan tenaga listrik yang menimbulkan kerugian yang begitu besar bagi bangsa ini,sehingganya dibutuhkan upaya-upaya yang luar biasa untuk menekan angka pelanggaran pemakaian tenaga listrik itu sendiri. Jumlah kerugian energi yang didapatkan hanya sesuai yang ditemukan dilapangan,sehingga antara jumlah daya yang terdaftar dengan jumlah daya yang keluar itu sangat jauh berbeda karena diakibatkan dari pelanggaran yang dilakukan.sehingga sosialisasi menjadi cara yang diandalkan guna menekan angka pelanggaran dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyalahgunaan aliran listrik itu sendiri. Penutup Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada Bab IV di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa bentuk kesimpulan tentang penerapan sanksi tindak pidana ketenagalistrikan diwilayah perusahaan listrik Negara gorontalo menurut undang-undang nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, adalah sebagai berikut :

13 1. Pihak PLN selama ini telah menggunakan Surat Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor /23/600.1/2012 tentang penertiban pemakaian tenaga listrik. 2. Bahwa Karyawan akan menerima sanksi yang lebih berat apabila ditemukan sebuah pelanggaran. 3. Tapi yang lebih banyak melakukan pelanggaran adalah masyarakat biasa. 4. Ada juga tenaga kontrak (os) yang sering melakukan pelanggaran. Dalam penerapanya; 5. Apabila ditemukan seseorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran terhadap pemakaian tenaga listrik, maka akan diberikan sanksi administrasi. Sanksi administrasi yang dimaksud sebagai berikut 1. Terhadap karyawan PLN a) Pelanggaran ringan b) Pelanggaran sedang c) Pelanggaran berat 2. Terhadap pelanggan listrik Dengan membayar sanksi administrasi berupa tagihan susulan (TS) 6. Apabila seseorang melakukan pelanggaran terhadap pemakaian tenaga listrik dan tidak mau menerima sanksi administrasi yang ditetapkan maka pihak terkait akan memberikan sanksi pidana dengan menyerahkan semua permasalahan ini kepada pihak kepolisian. Selama masalah pelanggaran pemakaian tenaga listrik masih bisa. diselesaikan dengan membayar sanksi administrasi maka proses penyelesaiannya hanya sampai pada tingkat pemeriksaan yang berwenang (orang PLN), artinya prosedur yang dilakukan dengan cara membayar biaya sanksi administrasi di PLN dan membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut.dengan demikian akan menghapuskan pelanggan yang melakukan pelanggaran dari segala tuntutan. Akan tetepi jika ditemukan melakukan pelanggaran namun tidak mau membayar sanksi administrasi maka pihak yang terlibat akan diserahakan kepada pihak kepolisian dengan ancaman sanksi pidana

14 Saran Meskipun PLN telah melakukan upaya penegakan hukum terhadap pengguna listrik secara illegal, akan tetapi masih ditemukan banyaknya masyarakat yang memiliki tenaga listrik secara illegal. Selain kepemilikan listrik secara illegal, terkadang PLN tidak secara adil dan profesional dalam melakukan penegakan hukum terhadap pengguna listrik secara illegal. Karena itu penulis menyarankan: 1. Harus ada regulasi atau aturan yang yang lebih khusus memberi efek jera terhadap pengguna listrik secara illegal, agar efek jera tersebut menjadi pelajaran bagi semua warga masyarakat yang memiliki tenaga listrik milik pemerintah. 2. Menyarankan kepada PLN agar lebih profesional dan adil dalam melakukan penertiban dan penegakan hukum terhadap warga masyarakat yang terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pelanggaran terhadap penggunaan tenaga listrik. 3. Harus ada sosialisasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyalahgunaan aliran listrik,baik itu tiap sebulan sekali maupun tiga bulan sekali asalkan rutin.dan sasarannya seperti disekolah dan ke desa-desa.temanya pun bisa diambil seperti bahaya jika mencuri listrik,dampak dari penyalahgunaan aliran listrik maupun penghematan listrik agar masyarakat bisa lebih tau dan mengerti akan manfaat listrik sendiri. Dengan sosialisasi seperti ini bukan tidak mungkin antara petugas dan pelanggan bisa mengerti tentang kewajiban masing-masing mengenai listrik. 4. Terbukanya kritik dan saran artinya dengan membuka kritik dan saran melalui telepon maupun melalui online yang didalamnya berisi segala sesuatu tentang PLN. Manfaatnya selain untuk mengabarkan segala hal yang terjadi,itu juga bisa dipakai untuk memberikan masukan dan saran secara cepat.walaupun itu terlihat sederhana,tetapi hal yang luar biasa juga berasal dari ide-ide yang sederhana terlebih dahulu. 5. Kinerja pegawai harus ditingkatkan,artinya kualitas dari para pegawai harus diperhatikan.tegas dalam memecat pegawai PLN yang curang walaupun itu pegawai senior dan menaikkan jabatan untuk orang-orang yang jujur dalam pekerjaannya serta sering mengecek hasil usaha pekerjaan dilapangan dan orang-orang kantor.

15 Daftar Pustaka Bayu Lesmana Taruna Dosen Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor 33-12/23/600.1/2009 Tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik Moh.R Puluhulawa Dosen Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo Ristantio Rais Mahasiswa Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum. PT Rineka Cipta. Jakarta. Suratman dan Philips Dilla Metode Penelitian Hukum, Penerbit Alfabeta Bandung. Syahruddin Nawi Penelitian Hukum Normatif versus Penelitian Hukum Empiris. PT. UMI TOHA UKHUWA GRAFIKA. Makassar. Yayan Gobel : Asisten Manager Transaksi Energi Listrik PT PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Area Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT. PLN (Persero) adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberikan kewenangan oleh Pemerintah dan diserahi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan cepat, karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian canggihnya dan kian

Lebih terperinci

P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK)

P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK) P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK) Anggota Kelompok : Hasbulah Hendra Alam Ariwibowo M. Mandala Putra Wily Silviyanty Kelas : 5 ELC PT. PLN RAYON KENTEN Sampai Oktober 2013: - Memiliki 110.630

Lebih terperinci

2 Menetapkan: 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembar

2 Menetapkan: 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembar No.1790, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tingkat Mutu. Pelayanan. Biaya. Penyaluran. Tenaga Listrik. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini membawa dampak terhadap perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini membawa dampak terhadap perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang terjadi saat ini membawa dampak terhadap perekonomian di seluruh negara di dunia. Di Indonesia salah satu dampak dari globalisasi adalah

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang Terkait dengan Penyaluran Tenaga Listrik oleh PT Perusahaan Listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

2017, No Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang T

2017, No Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang T No.485, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyaluran Tenaga Listrik PT. PLN. Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PROSEDUR PENAGIHAN REKENING LISTRIK DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR CABANG JEMBER

PROSEDUR PENAGIHAN REKENING LISTRIK DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR CABANG JEMBER PROSEDUR PENAGIHAN REKENING LISTRIK DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.) Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. No.314, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perlindungan oleh hukum (protection by law) yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perlindungan oleh hukum (protection by law) yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah perlindungan oleh hukum (protection by law) yang bertujuan untuk melindungi hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini menuntut organisasi ataupun perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini menuntut organisasi ataupun perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menuntut organisasi ataupun perusahaan untuk senantiasa meningkatkan pelayanan secara professional sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Cengkareng

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Cengkareng BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Cengkareng 2.1 Struktur Organisasi PLN Area Cengkareng yang diresmikan pada tanggal 7 Juni 2010, merupakan gabungan dari Area

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aliran tenaga listrik. Tenaga listrik merupakan cabang produksi yang penting bagi

I. PENDAHULUAN. aliran tenaga listrik. Tenaga listrik merupakan cabang produksi yang penting bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat Indonesia terus maju dan berkembang sehingga kebutuhan hidup menjadi semakin beragam, salah satunya adalah kebutuhan akan adanya aliran tenaga listrik.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai untuk membantu kesejahteraan masyarakat banyak dan didorong oleh kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regulator maupun sebagai pelaku ekonomi itu sendiri, peran negara sebagai

BAB I PENDAHULUAN. regulator maupun sebagai pelaku ekonomi itu sendiri, peran negara sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan perekonomian nasional merupakan pilar penting dalam pembangunan suatu negara guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Negara di dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Dapat dikatakan bahwa listrik telah menjadi sumber energi utama dalam setiap kegiatan baik di rumah tangga

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen atau biasa disingkat dengan UUPK dan mulai diberlakukan pada tanggal 20 April UUP

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen atau biasa disingkat dengan UUPK dan mulai diberlakukan pada tanggal 20 April UUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan aktivitas masyarakat banyak menyebabkan perubahan dalam berbagai bidang di antaranya ekonomi, sosial, pembangunan, dan lain-lain. Kondisi ini menuntut

Lebih terperinci

I. Historis Penumpukan Angka Pembayaran Tagihan Rekening Pelanggan Paska Bayar.

I. Historis Penumpukan Angka Pembayaran Tagihan Rekening Pelanggan Paska Bayar. Kutipan dari Halaman Twett dan facebook saya : https://twitter.com/idhamtriple4 Pembacaan Angka meter, PLN Ranting Ampana-Bunta, http://www.pln.co.id/, PLN 123 Kesalahan Oknum Pegawai PLN ===) Pelanggan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan Masyarakat dan sebagaian Masyarakat merasa dirugikan oleh pihak yang berbuat kejahatan tersebut,

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Karyawan adalah setiap pegawai IKIP Veteran Semarang baik sebagai tenaga administrasi maupun tenaga penunjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai negeri bukan saja unsur Aparat Negara tetapi juga merupakan Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

VII. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN Nomor : 1128/J04/P/2006 TENTANG KETENTUAN KETERTIBAN MAHASISWA DALAM KAMPUS

VII. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN Nomor : 1128/J04/P/2006 TENTANG KETENTUAN KETERTIBAN MAHASISWA DALAM KAMPUS VII. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN Nomor 1128/J04/P/2006 TENTANG KETENTUAN KETERTIBAN MAHASISWA DALAM KAMPUS Rektor Universitas Hasanuddin Menimbang Mengingat Memperhatikan a. bahwa untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa tujuan negara adalah : 1. Membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk lancarnya

Lebih terperinci

-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN -1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA BAB I Pasal 1 Ketentuan Umum (1) Tata tertib kehidupan kampus bagi dosen adalah ketentuan yang mengatur hak dan

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN TARIF TENAGA LlSTRIK YANG DISEDIAKAN OlEH PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ABSTRAK. Pengadilan Negeri Gorontalo. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terhadap penerapan Pasal 56 KUHAP tentang

PENDAHULUAN ABSTRAK. Pengadilan Negeri Gorontalo. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terhadap penerapan Pasal 56 KUHAP tentang ABSTRAK Ririn Yunus, Nim : 271409027. Hukum Pidana, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Penerapan Pasal 56 KUHAP Tentang Hak Terdakwa Untuk Mendapatkan Bantuan Hukum Dalam Proses Peradilan

Lebih terperinci

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari BAB I INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan perlindungan hukum menuntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara (PLN) masih merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus

I. PENDAHULUAN. Negara (PLN) masih merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua warga negara Indonesia diharapkan memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga pemerintah berupaya untuk membuat peraturan perundangan yang mengatur warga

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa pengelolaan ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa tempat/ kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana telah diamanatkan di dalam peraturan perundangundangan, aparatur negara dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) DAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA No. 011/SKB/BPH-UMS/2007

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) DAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA No. 011/SKB/BPH-UMS/2007 KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) DAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA No. 011/SKB/BPH-UMS/2007 TENTANG PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H 1 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H A. LATAR BELAKANG Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Perubahan manajemen dalam UU ASN hanya mengenal 2 jenis pegawai

BAB V PENUTUP. 1. Perubahan manajemen dalam UU ASN hanya mengenal 2 jenis pegawai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perubahan manajemen dalam UU ASN hanya mengenal 2 jenis pegawai yaitu PNS dan PPPK, mengakibatkan kedudukan tenaga honorer dalam struktur kepegawaian pemerintah menjadi tidak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, ! ^- _ ^s.tcr ti. ^;. ^ ^n... ''j "", 'wi.. r^c % ^. ^ : ^,. ^^..::_.Jr:.: ^Jli'.^,._..^_1\_ r. -.^ :^, y zy `^ n ^ - - ^3 ^..^=:^`` ^_^.JLJ ^^- ^:r_ PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2011 TENTANG PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI

IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI Ponirah ABSTRAK Implementasi pasal 3 angka 11 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG SUBSIDI LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SULA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG SUBSIDI LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SULA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SULA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG SUBSIDI LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SULA, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 14 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI LATIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan energi listrik di Indonesia. Pada awalnya PT. PLN ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terus menerus dilaksanakan melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala aspek. Salah satu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi didunia telah berkembang sangat pesat. Didorong dengan kemajuan manusia untuk dapat berfikir lebih modern dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan mengenai pemberhentian Pegawai

Lebih terperinci

PERATURAN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG NOMOR: 2273/PL1.R/KM/2012 TENTANG KEDISIPLINAN MAHASISWA DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

PERATURAN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG NOMOR: 2273/PL1.R/KM/2012 TENTANG KEDISIPLINAN MAHASISWA DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG PERATURAN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG NOMOR: 2273/PL1.R/KM/2012 TENTANG KEDISIPLINAN MAHASISWA DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Menimbang : a. bahwa Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) sebagai perguruan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan untuk mengupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk dalam negara hukum, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk dalam negara hukum, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk dalam negara hukum, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Konsep negara hukum telah membawa Indonesia menjadi negara hukum modern yang berkembang

Lebih terperinci

Mengingat : 1 Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2 MEMUTUSKAN:

Mengingat : 1 Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2 MEMUTUSKAN: PERATURAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA No: 1/PK-STIKES/Au/V/2013 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA Bismillahirrahmanirrahiim

Lebih terperinci

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia +622183782121 info@tiket.com http://www.tiket.com SURAT PERJANJIAN KERJA NO. 069/GTN/SPK-III/2013 Surat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan usaha penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan operasi industri semakin meningkat. Sehingga peran inovasi tentunya akan

BAB I PENDAHULUAN. dan operasi industri semakin meningkat. Sehingga peran inovasi tentunya akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, diketahui bahwa abad telah memasuki era globalisasi. Dimana pada abad globalisasi ini mobilitas informasi, investasi, teknologi, sumber daya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma yang pada hakekatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan bersama yang tertib dan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DITINJAU DARI STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (STUDI KASUS SATLANTAS GORONTALO KOTA) ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DITINJAU DARI STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (STUDI KASUS SATLANTAS GORONTALO KOTA) ABSTRAK 1 EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DITINJAU DARI STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (STUDI KASUS SATLANTAS GORONTALO KOTA) Moh Andika B Koniyo 1, Moh Rusdiyanto U. Puluhulawa 2, Dian Ekawaty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan kehidupan bernegara secara tegas dirumuskan dalam Alinea. ke Empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan kehidupan bernegara secara tegas dirumuskan dalam Alinea. ke Empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengemukakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan kehidupan bernegara secara tegas dirumuskan dalam Alinea ke Empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengemukakan bahwa tujuan dari Negara Indonesia

Lebih terperinci

PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik

PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik 1 I. PENDAHULUAN Kode Etik ini merangkum dasar-dasar berperilaku yang sudah lama dianut PT Indosat Tbk. ( Perseroan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 51 dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkompetensi dan memiliki dedikasi tinggi pada Pancasila dan Undang. Negara. Pegawai Negeri merupakan tulang punggung Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. berkompetensi dan memiliki dedikasi tinggi pada Pancasila dan Undang. Negara. Pegawai Negeri merupakan tulang punggung Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada pembukaan Undang - Undang Dasar Tahun 1945 alinea ke IV menegaskan bahwa tujuan Bangsa Indonesia adalah membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa tenaga listrik mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang dagang perusahaan. Ada dua cara yang dilakukan untuk mengukur kefektifitasan

BAB I PENDAHULUAN. piutang dagang perusahaan. Ada dua cara yang dilakukan untuk mengukur kefektifitasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang ketat seiring dengan perkembangan perekonomian dan teknologi dalam memasuki era globalisasi menuntut perusahaan untuk terus menggembangkan produk,

Lebih terperinci

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Dasar 1945 Pasal 25A Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Seperti yang tercantum di dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Seperti yang tercantum di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah kita ketahui bahwa tujuan pembangunan bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata baik material maupun spiritual

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUUXIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati I. PEMOHON a. Perkumpulan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (Pemohon I) b. Lembaga Pengawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA 5 BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA 2.1 Sejarah Perusahaan Di Indonesia cahaya listrik mulai bersinar pada akhir abad XIX, yaitu pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Kelistrikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang terus berupaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun material berdasarkan Pancasila dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci