BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
|
|
- Utami Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Kota Manggar Belitung Timur adalah kota kedua terbesar dan teramai di pulau Belitung. Kota ini adalah sebuah kecamatan dan sekaligus merupakan ibu kota Kabupaten Belitung Timur, propinsi kepulauan Bangka Belitung. Pusat kota Manggar Belitung Timur ini terletak di desa Baru, yang terdiri dari berbagai macam etnis yang bermukim disana, seperti Melayu, Cina, Bugis dan masih banyak yang lainnya. Perlu diketahui, kota Manggar juga sebagai tujuan wisatawan, karena memang dikota ini menyimpan berbagai macam objek wisata yang tidak kalah seru dan indahnya dengan kabupaten Belitong, khususnya di Tanjung Pandan Belitung. Manggar dulunya hanyalah kota kecamatan kecil yang baru beberapa tahun ini berdiri sendiri menjadi kota Kabupaten, selain sebagai kampung halaman Ahok, Manggar juga merupakan kampung halaman Andrea Hirata penulis Novel Best Seller Laskar Pelangi, tepatnya di kecamatan Gantung. ( Secara geografis Kabupaten Belitung terletak antara ' BT sampai ' BT dan 02 30' LS sampai 03 15' LS dengan luas seluruhnya ha atau kurang lebih 2.293,69 km2. Sebelah Utara berbatasan dengan laut Cina Selatan, sebalah Timur berbatasan dengan kabupaten Belitung Timur, Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah barat berbatasan dengan selat Gaspar. Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang juga merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 buah pulau besar dan kecil. ( Gantong merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Belitung Timur. Gantong merupakan kota terbesar kedua setelah Manggar. Letaknya sekitar 20 km dari ibukota kabupaten Manggar. Nama gantong diambil dari sebuah jembatan gantung terbesar yang membentang di atas sungai Lenggang.
2 Gantong merupakan salah satu lokasi penambangan timah yang ada di kepulauan Bangka Belitung. Matapencaharian penduduk mayoritas bekerja sebagai penambang timah. Perkembangan infrastruktur cukup baik, terutama karena ditunjang oleh keberadaan PT Timah di daerah tersebut. Perkembangan tersebut antara lain jaringan telepon yang memadai, pelabuhan 1 kecil di Sungai Lenggang, gedung bioskop dan teater, serta lapangan golf. Itu semua adalah milik PT Timah. Akan tetapi sejak pertengahan 1985, Gantong mengalami masalah penurunan ekonomi yang serius, terlebih karena penutupan aktivitas penambangan di pulau itu.( Perkembangan sarana komunikasi dan kemajuan teknologi yang semakin pesat menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap media massa. Media massa secara pasti mempengaruhi pemikirandan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Film merupakan media massa yang mampu menjadi media informasi bagi khalayak ramai. Film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan system proyeksi mekanik, elektronik dan lainnya. ( UU No. 8 thn 1992 tentang perfilman ). Menilik perfileman, di Indonesia, film pertama di negeri ini berjudul Lely Van Java yang di produksi di Bandung pada tahun 1926 oleh seorang yang bernama David. Lalu disusul oleh Eulis Atjih produksi Kouger Corporation pada tahun 1927/1928, yang kesemuanya masih film bisu dan produksinya masih didominasi oleh warga belanda dan warga cina. ( Selang beberapa waktu, muncullah film bicara yang pertama. Film itu ditulis oleh penulis Indonesia yang bernama saerun dengan judul Terang Bulan yang dibintangi oleh Roekiah dan R. Mochtar. (
3 Pada penghujung tahun 1941 pasca Perang Asia Timur Raya pecah, perfilman di Indonesia diambil alih oleh Jepang ketika pemerintahan Belanda takluk di hadapan Jepang. Perusahaan- Perusahaan film seperti Wong Brothers, South Pacific dan Multi Film pun tak luput diambil oleh pemerintahan Jepang. Pasca kemerdekaan, dunia perfilman Indonesia kembali berubah. Perusahaan film Nippon Eiga Sha ( nama pengganti perusahaan NV Multi Film pada zaman Belanda) diserahkan secara resmi pada tanggal 6 Oktober 1945 kepada pemerintahan Indonesia yang diwakili oleh R.M Soetanto di Ishimoto, Jepang. Sejak saat itulah lahir Berita Film Indonesia ( BFI ) ( Dan mulai saat itu pula perkembangan perfilman di Indonesia mulai marak hingga mencuat pada dekade pertengahan 1950-an. Dengan dipelopori Sticoting Hiburan Mataram yang sudah berdiri sejak zaman Revolusi, mulailah berdiri berbagai perusahaan film bertaraf Nasional hingga tercipta pula Persatuan Artis Republik Indonesia. Pasang surut dunia perfilman Indonesia terjadi pasca dekade tersebut. Permasalahan silih berganti hingga menyebabkan Panitia Perancang Undang- Undang Perfilman ( PPFU) tidak memadai lagi untuk mencakup seluruh kegiatan perfilman. Hingga pada akhirnya timbul dekadensi pada dunia perfilman Indonesia memasuki dekade 1980-an. Namun memasuki abad ke 20, perfilman Nasional telah bangun dari tidurnya, konspirasi ini ditandai dengan munculnya rasa optimistis insan muda film dalam berkarya. Mungkin hanya dunia filmlah yang akan mampu membanggakan hati mereka yang telah dilanda kerisis identitas, status dan kepercayaan sebagai bangsa Indonesia ( Prisgunanto, 2004:229 ). Film dilahirkan dari perpaduan unsur kesenian baik teater, musik, seni suara, seni tari dan seni rupa, serta perkembangan dari teknologi fotografi dan rekaman suara. Adapun pesan komunikasi dalam sebuah karya film tertuang dan diwujudkan dalam cerita dan misi yang dibawa film tersebut. Film yang dimaksudkan di sini adalah film teatrikal, yaitu film yang diproduksi secara khusus untuk dipertunjukkan di gedung-gedung pertunjukan atau gedung bioskop ( Effendi, 1993:205 ).
4 Seiring dengan perkembangan teknologi, film teatrikal yang dimaksud tidak hanya dapat diputar di gedung-gedung bioskop, tetapi sudah dapat dibuat dalam format VCD atau DVD. Harga DVD atau VCD semakin mudah untuk dijangkau kantong dan penyediaannya pun menyebar luas dimana-mana. ( Film diartikan sebagai gambar hidup juga sering disebut movie maupun sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan camera dan atau oleh animasi ( ). Film sebagai suatu bentuk komunikasi massa yang dikelola menjadi suatu bentuk komoditi. Di dalamnya ada produser, pemain dan seperangkat kesenian lain yang mendukung, seperti seni musik, seni rupa, seni teater, seni suara dan lainnya. Semua unsur tersebut terkumpul menjadi komunikator dan bertindak sebagai agen transformasi budaya. Terdapatlah berbagai jenis film yang dibedakan menurut sifatnya yang terdiri dari film cerita (story film), film berita (newsreel), film dokumenter (documentary film) dan film kartun (cartoon film). Adapun pengelompokkan film menurut Ardianto dan Komala (2004:138), antara lain: a. Film Cerita, jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan. b. Film Berita, film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi, terdapat nilai berita yang penting dan menarik bagi khalayak. c. Film Dokumenter, karya cipta mengenai kenyataan, hasil interpretasi pembuatannya mengenai kenyataan dari film tersebut. d. Film Kartun, film animasi yang sasaran utamanya adalah anak-anak, namun semua kalangan menyukainya dikarenakan sisi kelucuannya yang biasa hadir disetiap tayangannya. Jenis film yang digunakan dalam penelitian ini adalah film cerita. Film cerita adalah sebuah film yang sudah dituliskan dalam bentuk naskah (script), kemudian diperankan oleh bintang film yang namanya sudah tidak asing lagi di
5 telinga penontonnya. Film ini menyajikan cerita yang mengandung berbagai unsur yang menyentuh perasaan manusia. Film jenis ini bersifat auditif visual yang disajikan dalam bentuk gambar yang dapat dilihat serta suara yang dapat didengar dan dinikmati khalayak. Film ini lazimnya dipertunjukkan di gedung pertunjukan atau gedung bioskop (cinema) dan didistribusikan sebagai barang dagangan yang diperuntukkan untuk semua publik di manapun mereka berada. Maka tak salah bila para produser saling berlomba-lomba memproduseri film cerita ini sebaik-baiknya dan sebagusbagusnya demi memuaskan kebutuhan khalayak akan film yang berkualitas. Dunia perfilman Indonesia kembali bergairah pasca tayangnya film Ada Apa Dengan Cinta kemudian disusul dengan film yang bergenre anak-anak dengan tema petualangan, yakni kisah petualangan Sherina pada tahun 2000 silam. Hingga mampu pula melahirkan berbagai film bergenre anak-anak yang mengedepankan sisi pendidikan, seperti film untuk Rena, Joshua Oh Joshua, hingga film Denias. ( Dan pada akhir Oktober 2008 lalu, Miles Film dan Mizam Production memproduseri film bertajuk Laskar Pelangi. Film Laskar Pelangi merupakan film cerita panjang (feature length film). Film jenis ini merupakan film berdurasi lebih dari 60 menit, lazimnya berdurasi menit (Effendi, 2002: 13). Laskar Pelangi dapat dikatakan sebagai film fenomenal. Bahkan menurut harian Tempo 14 November 2008, Mira Lesmana selaku produser, mengatakan bahwa film ini berhasil mengalahkan film Ayat-Ayat Cinta dalam jumlah penonton, yakni hingga mencapai 4 juta penonton. Sedangkan film Ayat-Ayat cinta hanya mencapai 3 7 juta penonton ( ). Penonton film Laskar Pelangi tidak hanya dari kalangan pelajar saja yang menjadi segmentasi utama ditayangkannya film ini. Namun dari semua kalangan, tidak terkecuali orang nomor satu dinegri ini, yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan beberapa tokoh pemerintah lainnya yang turut serta menonton film tersebut. ( Film laskar pelangi adalah sebuah film yang merupakan adaptasi dari sebuah novel berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Film laskar pelangi berdurasi 125 menit, diproduseri oleh Mira Lesmana dan disutradarai oleh Riri
6 Riza. Cerita ini berawal dari Ikal yang diperankan oleh Lukman Sardi (anak asli Pulau Belitong) yang berkunjung ke kampung halamannya. Ia mengantarkan cerita pada masa kecil di pulau tersebut, cerita tentang pertama kalinya ia masuk sekolah SD Muhammadiyah. Kelas baru yang berusaha dibuka oleh 2 orang guru yang hebat Bu Muslimah dan Pak Harfan, sekolah yang memiliki syarat untuk membuka sekolah tersebut dimana harus memiliki 10 orang murid. Saat itu baru 9 orang, kemudian Harun yang menyelamatkan anak-anak yang ingin bersekolah sebagai siswa yang ke-10. Maka terbentuklah Laskar Pelangi dari 10 orang murid itu yang terdiri dari Ikal, Lintang, Mahar, Borek, A-Kiong, Kucai, Syahdan, Trapani, Sahara dan Harun ( 2011). Masyarakat memiliki persepsi bahwa masa depan yang adil, makmur dan sejahtera hanya dapat diraih oleh kemampuan seseorang yang memadai. Namun sedikit sekali yang sadar bahwa ada kekuatan struktur dan suprastruktur yang mempersulit seseorang menggapai kesuksesan hidup, diantaranya pemerintahan, ideologi, sistem keyakinan, politik bahkan pendidikan. Kemudian timbul anggapan bahwa kemampuan tersebut hanya dapat dikuasai dengan cara bersekolah. Sehingga baik guru, masyarakat dan pemerintah pun terjerat dalam kapitalis, hingga akhirnya takut menatap masa depan ketika tak membawa bekal kemampuan yang layak. Dan guru pun kini takut tak dapat membekali siswa mereka dengan kemampuan yang cukup. ( Ironisnya ketika tujuan utama bersekolah untuk mendapatkan pekerjaan, maka dunia kerja pun mematok harga yang sangat mahal, yakni dengan berbekal ijasah tanda lulus sekolah. Kontan saja segala cara dilakukan agar seseorang dapat lulus ujian meskipun penguasaan kompetensi yang semestinya diperlukan di dunia kerja diabaikan. Kebijakan pemerintah untuk mengembalikan kewenangan kelulusan siswa pada dewan guru pun masih menjadi problematika tersendiri bagi guru yang ingin siswanya meraih masa depan terbaik. ( Film Laskar Pelangi menyajikan kepada kita sebuah model pendidikan yang mendasarkan diri pada pendidikan akhlak dan budi pekerti, penanaman nilai humaniora (empati dan kepedulian kepada sesama), penanaman nilai-nilai spiritualitas. Model pendidikan yang ditekankan oleh Pak Harfan dan Bu
7 Muslimah kepada anak didiknya itu begitu menonjol digambarkan dalam film Laskar Pelangi. Dalam film Laskar Pelangi juga terdapat berbagai macam kesenjangan sosial yang terjadi dikalangan masyarakat bawah, yaitu suatu keadaan yang tidak seimbang yang dirasakan oleh para buruh PN Timah dan anak-anak yang menimba ilmu di SD Muhammadiyah yang memiliki keterbatasan dalam segi fasilitas, sekolah yang tidak memadai dan keadaan sekolah yang sudah tidak layak dibandingkan dengan anak-anak yang bersekolah di SD PN Timah yang memiliki fasilitas yang lengkap. ( Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kesenjangan sosial masyarakat di dalam film laskar pelangi tersebut. 2. Fokus Masalah Dari uraian dalam konteks masalah yang dipaparkan, fokus masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kesenjangan sosial masyarakat Belitung dalam film laskar pelangi?. 3. Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah agar menjadi lebih jeles dan terarah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu penelitian yang tidak terpaku pada jumlah namun lebih fokus pada kesenjangan sosial masyarakat Belitung dalam film laskar pelangi. 2. Subjek penelitian ini adalah film Laskar Pelangi. 3. Penelitian ini menggunakan Model Analisis Semiotik Roland Barthes. 4. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan sebagai berikut: Untuk mengetahui penggambaran kesenjangan sosial masyarakat Belitung dalam film Laskar Pelangi.
8 5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu komunikasi khususnya studi analisis semiotika. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3. Secara peraktis, penelitian ini diharapkan dapat menggugah masyarakat agar lebih peduli terhadap pendidikan bagi masyarakat pedesaan agar lebih terperhatikan.
BAB I PENDAHULUAN. para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin banyaknya film Indonesia yang bermunculan saat ini, membuat para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang terdiri dari beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kemajuan teknologi, informasi, dan telekomunikasi. jumlahnya relatif banyak pada saat yang sama secara bersama-sama.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Adanya revolusi teknologi komunikasi, menjadikan masyarakat dunia mengalami perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi. Sehingga aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi selama satu dekade ini sangatlah pesat khususnya komunikasi. Karena beberapa saat saja kita dapat berhubungan secara langsung dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi, untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara verbal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak asing lagi. Banyak orang yang mengisi waktu senggangnya atau untuk mencari hiburan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini film adalah sebuah media yang sudah sangat berkembang, bukan sebagai penyaluran kreatifitas saja, tetapi juga sudah menjadi media penyampaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. ditulis oleh Andrea Hirata. Film ini digarap oleh sutradara berbakat Riri Riza dan
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Film Laskar Pelangi Laskar Pelangi adalah sebuah film adaptasi dari novel fenomenal Laskar Palangi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Film ini digarap oleh sutradara berbakat
Lebih terperinciFilm yang mengupas proses pelestarian lingkungan. Film yang menceritakan pengabdian seorang pelestari bumi. Cara melestarikan lingkungan yang baik
1. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 7. TEKS ULASANLatihan Soal 7.3 Cermatilah teks berikut. Dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia, sederet film asing mengenai lingkungan hidup diputar. Film-film
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama, karena manusia berkomunikasi setiap hari. Dimana manusia sebagai mahluk sosial yang saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informatika yang berkembang dikalangan masyarakat pada saat ini, dunia hiburan untuk masyarakat luas dan khususnya untuk anak-anak dapat dikatakan mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerjasama serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerjasama serta berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Dengan demikian manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif di tanah air saat ini dapat dikatakan sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif di tanah air saat ini dapat dikatakan sedang berkembang pesat, sebagai contoh pada bidang perfilman, Laskar Pelangi merupakan sebuah judul film layar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media Massa saat ini, telah menjadi bagian penting dalam hidup. keseharian masyarakat. setiap orang pasti pernah menonton televisi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media Massa saat ini, telah menjadi bagian penting dalam hidup keseharian masyarakat. setiap orang pasti pernah menonton televisi, mendengarkan radio, membaca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang setiap jamannya. Film adalah sebuah produk seni yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, juga
Lebih terperinciRESENSI BUKU. : Lalu Faesal Amrullah. Kelas : X MIPA 3. No. absen : 33 SMA NEGERI 5 MATARAM
RESENSI BUKU Nama : Lalu Faesal Amrullah Kelas : X MIPA 3 No. absen : 33 SMA NEGERI 5 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017 1. IDENTITAS BUKU A. Judul Buku : Laskar Pelangi B. Penulis : Andrea Hirata C. Penerbit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang bergenre komedi, horor, action, sampai romantik semua dapat dengan mudah diperoleh dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.
Lebih terperinciRechtsVinding Online Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman
Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 22 Juli 2015; disetujui: 28 Juli 2015 Industri perfilman Indonesia pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telah mempengaruhi manusia dalam berbagai sisi kehidupan. Teknologi yang semakin canggih membuat media komunikasi juga berkembang dengan pesat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan aktivitas kehadiran orang lain. Menurut Johnson (1980, h. 181),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Solidaritas merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena pada hakekatnya manusia itu sendiri merupakan mahkluk sosial yang membutuhkan aktivitas
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1141, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Karya Cetak. Karya Rekam. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.49/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pemberdayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak atau sesaat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media informasi seperti media elektronik dan cetak semakin mendekatkan kita dengan arus informasi serta globalisasi yang kian deras. Pakar komunikasi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Menurut (Munir, 2012) secara umum, multimedia berhubungan dengan penggunaan lebih dari satu macam media untuk menyajikan informasi. Misalnya, video musik adalah bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan salah satu bagian dari perkembangan media masa. Film biasanya digunakan sebagai sarana hiburan ataupun digunakan sebagai sarana penyampaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia bisa dikatakan cukup signifikan. Terlihat dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini. Tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk komunikasi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial bermasyarakat adalah komunikasi melalu media massa seperti surat kabar, majalah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang, komunikasi sudah banyak cara penyaluran pesannya kepada masyarakat, salah satunya adalah film, disamping menggunakan media lain, seperti koran, televisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31, mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa Film sebagai media komunikasi massa pandangdengar mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. Film mempunyai kekuatan mendalam untuk memberikan pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Film adalah salah satu bentuk media komunikasi dengan cakupan massa yang luas. Biasanya, film digunakan sebagai sarana hiburan yang cukup digemari masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Perancis merupakan bahasa yang populer saat ini. Sudah banyak orang yang ingin belajar bahasa Perancis dan mengetahui kebudayaannya. Bahasa Perancis
Lebih terperinciNomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551);
SALINAN NOMOR 35/E, 2009 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGEDARAN, PERTUNJUKAN DAN PENAYANGAN FILM DI KOTA MALANG WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa demokrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan sajian teknisnya kepada masyarakat umum. 3 Film adalah sebuah karya cipta
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar khalayak. Batasan komunikasi massa ini lebih menitikberatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film bukan lagi menjadi fenomena baru di ranah media massa. Dengan tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film mampu merekonstruksi wacana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia lahir, sampai mati. Komunikasi ada dimana-mana: dirumah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi terjadi setiap saat dalam kehidupan manusia. Dimulai sebelum manusia lahir, sampai mati. Komunikasi ada dimana-mana: dirumah ketika anggota-anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi. Keberadaan new media yang semakin mudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia terus mengalami perkembangan. Dikatakan bahwa tahun 80-an adalah tahun emas dunia perfilman Indonesia. Produksi film lokal meningkat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring berjalannya perkembangan teknologi yang begitu pesat. efektif selain dari media cetak dan media elektronik lainnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak Perang Dunia Pertama film berfungsi dalam menyampaikan informasi, opini, dan juga hiburan. 1 Dunia perfilman memiliki daya tarik tersendiri yang membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman yang terus meningkat, masyarakat juga terus mengadopsi nilai-nilai seni dan budaya yang dihadirkan pada dunia industri hiburan. Hal ini menyebabkan
Lebih terperinciAnalisis Semiotika Film Laskar Pelangi Karya Riri Riza
Analisis Semiotika Film Laskar Pelangi Karya Riri Riza Dwi Haryanto Fakultas Sastra Universitas Jember Pos-el : haryantodwex@gmail.com Diterima 10 Januari 2015/Disetujui 01 April 2015 Abstract This research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa (mass communication) yaitu komunikasi melalui media massa modern. Film hadir sebagian kebudayaan massa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ismail dengan judul Lewat Djam Malam. Pada tahun 1950-an. film Indonesia bisa memasuki bioskop kelas 1 pada dekade 1950-an akhir.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Tayangan Sepeda Untuk Shania Adaptasi dari buku kumpulan Cerpen Another Name, Another Story judul; Sepeda Untuk Shania. 1.2 Latar Belakang Film Indonesia mulai dibuat pada
Lebih terperinciWACANA PENDIDIKAN POLITIK DALAM FILM GIE (ANALISIS SEMIOTIK KONSTRUKTIVISME)
WACANA PENDIDIKAN POLITIK DALAM FILM GIE (ANALISIS SEMIOTIK KONSTRUKTIVISME) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan IDHA KASIHATI A. 220040008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan
Lebih terperinciABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser
1 ABSTRAK Film pendek memiliki banyak genre mulai drama cerita, documenter, kartun, bisu, animasi, boneka, stop-motion, dll, dengan waktu yang pendek. Film ANTOMIME bergenre bisu atau silent movie. Proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan karya seni berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah ilusi gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Menurut
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 56 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA PERFILMAN DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 56 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA PERFILMAN DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa film sebagai media komunikasi massa pandang dengar mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dalam hal produksi ataupun dalam hal berakting. Film itu sendiri dapat juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, film telah menjadi suatu media massa yang sering digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan. Film juga merupakan media dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan video art adalah solusi logis yang lahir dari pensiasatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan video art adalah solusi logis yang lahir dari pensiasatan mahalnya teknologi film yang mendesak film art, sekaligus menunjukkan bagaimana inovasi teknologi
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sinematografi, memanfaatkan pencahayaan dan lensa serta sense of art yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perfilman tanah air kini memasuki era baru dalam segi sinematografi, memanfaatkan pencahayaan dan lensa serta sense of art yang dimiliki dari sineas-sineas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. Bahwa karya cetak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi berkembang semakin pesat dan menjadi sedemikian penting. Hal tersebut mendorong terciptanya media media yang menjadi alat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. Bahwa karya cetak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia pada saat ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa trandisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan.film adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada empat macam golongan media, antara lain media antarpribadi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karya yang maksimal, diadakan Festival Film Indonesia (FFI) sebagai ajang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, media massa pun berkembang dengan pesat. Begitu pula dengan film. Di Indonesia, film tidak hanya merupakan sebuah karya
Lebih terperinciKONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER MORAL PADA FILM CATATAN AKHIR SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. (Analisis Semiotika)
1 KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER MORAL PADA FILM CATATAN AKHIR SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Analisis Semiotika) NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi setiap minggunya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lagi bagi seluruh masyarakat di dunia. Peristiwa komunikasi yang diamati sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa-peristiwa komunikasi adalah peristiwa yang sudah tidak asing lagi bagi seluruh masyarakat di dunia. Peristiwa komunikasi yang diamati sangat luas dan kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa/i sering kali menggunakan media sosial path untuk mengutarakan konsep diri mereka. Cara yang dilakukan beraneka ragam seperti, memposting foto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ingin disampaikan kepada masyarakat luas tentang sebuah gambaran, gagasan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah media reproduksi informasi, media dari sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat luas tentang sebuah gambaran, gagasan, informasi, ungkapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa sebagai gambar hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana komunikasi massa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu sendiri mempunyai banyak unsur-unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia film, pada dasarnya juga bentuk pemberian informasi kepada masyarakat. Film juga memberi kebebasan dalam menyampaikan informasi atau pesan-pesan dari seorang pembuat
Lebih terperinciBAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
77 BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif. Dengan metode deskriptif masalah yang terjadi dapat dipecahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah
Lebih terperinci4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3473);
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciWALIKOTA TIDORE KEPULAUAN
WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang
Lebih terperinci1. Identitas Buku. Judul : Sang Pemimpi. Penulis : Andrea Hirata. Judul Resensi:3 Sahabat Mengejar Mimpi. Tahun Terbit:2009
1. Identitas Buku Judul : Sang Pemimpi Penulis : Andrea Hirata Judul Resensi:3 Sahabat Mengejar Mimpi Tahun Terbit:2009 Penerbit : PT Bentang Pustaka Cetakan:II Halaman :292 Halaman Tebal:7cm Warna:Ungu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana-sarana tertentu guna untuk mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam reaksi oleh lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi karena lesbian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lesbian merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal. Keberadaannya disadari sebagai sebuah realita didalam masyarakat dan menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sekitarnya. Media menjadi tujuan utama masyarakat setiap kali ingin mencari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring perkembangannya, media telah menjadi sumber utama bagi sebagian besar masyarakat dalam memperoleh informasi tentang dunia di sekitarnya. Media menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gambar 1. 1 Skema Latar Belakang Sumber : Penulis 17 1.1.1 Film Sebagai Media Hiburan Warga Kota Film merupakan salah satu media hiburan dalam mengusir kebosanan warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demikian, kata komunikasi menurut bahasa mengacu pada suatu upaya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi berasal dari bahasa latin communicatus atau communication atau communicare yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian, kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi
Lebih terperinciPESAN MORAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI (KARANGAN ANDREA HIRATA) Skripsi. Diajukan Oleh : EXVARIA YUANDA
PESAN MORAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI (KARANGAN ANDREA HIRATA) Skripsi Diajukan Oleh : EXVARIA YUANDA Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa Fakultas/Prodi : Dakwah/KPI Nomor
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN SERAH-SIMPAN DAN PENGELOLAAN KARYA REKAM FILM CERITERA ATAU FILM DOKUMENTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinci