Tabel 9 Standard Kriteria Kebutuhan Air
|
|
- Siska Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Sarana Prasarana Air Bersih Kota Tangerang Selatan Standar Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan air domestik atau rumah tangga meliputi minum, mandi, cuci dan memasak. Kegiatan rumah tangga diatas menjadi menjadi kebutuhan seharihari sehingga dapat dihitung jumlah air bersih yang diperlukan. Kebutuhan air tersebut dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan standar air yang diperlukan dalam satu hari. Standar kebutuhan air disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Standard Kriteria Kebutuhan Air No. Kategori Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Pemakaian Air (Ltr/org/hari) 1. Metropolitan > Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Kecamatan Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU Non Domestik Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air diluar rumah tangga, diantaranya industri, sarana prasarana (kantor pemerintah daerah, puskesmas, rumah sakit) dan cadangan air. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU besaran kebutuhan air non domestik sekitar 20% dari jumlah air domestik dan cadangan air sebesar 10% disesuaikan dengan luas wilayahnya. Identifikasi Sebaran Sarana Prasarana Air Kota Tangerang Selatan Berdasarkan data Instalasi Pengolahan Air Serpong (IPA) tahun 2010, Kota Tangerang Selatan memperoleh sumber air dari Kabupaten Tangerang melalui PDAM Tirta Kerta Raharja. Sumber air baku Kabupaten Tangerang diperoleh dari Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian kemudian diolah di Instalasi Pengolahan Air minum. Instalasi air berfungsi mengolah air dari sumbernya sehingga di hasilkan air bersih sesuai standar pemakaian. Instalasi air Kota Tangerang Selatan di wakili IPA Serpong. Produksi air PDAM Tirta Kerta Raharja sebesar 5040 liter/detik, hasil pengolahan air didistribusikan ke DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Bandara Soekarno Hatta dan Perumahan Lippo Karawaci. Instalasi Pengolahan Air Serpong (IPA). IPA
2 47 Serpong mempunyai kapasitas produksi sebesar 3000 liter/detik, sebanyak 2800 liter/detik distribusi langsung ke wilayah DKI Jakarta, sisa produksi sebesar 200 liter/detik di distribusi ke wilayah Tangerang Selatan. Wilayah distribusi IPA Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 Wilayah Distribusi IPA Tangerang Selatan Sumber Air Wilayah Pelayanan Pengelola IPA Serpong Kecamatan Serpong PDAM Tirta Kerta Raharja Perumahan Alam Sutera Perumahan Bintaro Jaya sektor 9 Water Treatment Plant Perumahan Bumi Serpong Pengembang Perumahan Damai Sumber: IPA Serpong, 2011 Tabel 10 memperlihatkan sumber air dikelola oleh IPA Serpong dan pihak swasta yang diwakili pengembang Perumahan Bumi Serpong Damai (BSD). Perumahan Bumi Serpong Damai mempunyai pusat pengelolaan air yang dikelola mandiri oleh pihak pengembang dan mengelola air curah dari IPA Serpong. Beberapa pusat pengelolaan air bersih BSD diantaranya berlokasi di Menara Air PUSPITEK kecamatan Setu bagian selatan wilayah Tangerang Selatan dan 5 titik lain tersebar di pusat-pusat perumahan penduduk. Titik-titik sebaran air disajikan Gambar 9. Sebaran pengolahan air digambarkan dengan warna kuning, 5 titik berlokasi di kecamatan Serpong, 1 titik di kecamatan Serpong Utara dan 1 titik di kecamatan Setu. Pengelola titik air di kecamatan Serpong terdiri dari: 1 titik dikelola PDAM, 4 titik lainnya dikelola pengembang perumahan BSD. Sebaran titik air di kecamatan Serpong dan Setu dikelola pengembang perumahan BSD. IPA Serpong melayani wilayah kecamatan Serpong, perumahan Alam Sutera dan perumahan Bintaro Jaya sektor 9 digambarkan dengan warna biru tua. Pengembang BSD khusus melayani kebutuhan internal perumahannya (warna biru tua). Wilayah pelayanan air bersih bersumber dari pengelolaan air digambarkan dengan warna biru tua pada Gambar 9. Wilayah kecamatan Pamulang, Setu, Pondok Aren, Ciputat dan Ciputat Timur memperoleh air bersih dengan memanfaatkan air tanah disajikan dengan warna biru muda pada Gambar 9
3 48 Gambar 9 Peta Sebaran Sarana Prasarana Air Kota Tangerang Selatan. Pemanfaatan ait tanah sebagai sumber air bersih sebesar 80%. Air tanah diperoleh dengan menggali sumur dengan kedalaman tertentu. Air tanah dikelola secara bersama didalam perumahan atau mandiri per rumah tangga. Penduduk memperoleh air bersih melalui sumur pompa dengan kedalaman meter. Pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan melalui penggalian air tanah melalui pompa tangan dan pompa mesin berdasarkan laporan Fakta Analisa RTRW Kota Tangerang Selatan (BAPPEDA, 2010). Sebaran sarana prasarana air kota Tangerang Selatan per kecamatan di sajikan dalam Tabel 11. Tabel 11 Sebaran Pelayanan Sarana Prasarana Air Kota Tangerang Selatan tahun 2010 Kecamatan Sumber Pengolahan Air (titik) Status Pelayanan Setu 1 Tidak Terlayani Serpong 5 Terlayani Pamulang 0 Tidak Terlayani Ciputat 0 Tidak Terlayani Ciputat Timur 0 Tidak Terlayani Pondok Aren 0 Tidak Terlayani Serpong Utara 1 Tidak Terlayani Sumber: Hasil Analisis, 2011
4 49 Tabel 11 menunjukkan di kecamatan Setu terdapat 1 titik lokasi sumber pengolahan air bersih tetapi sumber air tersebut tidak melayani wilayah Setu. Hasil pengolahan air didistribusikan ke wilayah kecamatan Serpong. Sumber pengolahaan air dikelola pihak swasta untuk konsumsi perumahan Bumi Serpong Damai. Di Kecamatan Serpong ada 5 titik lokasi sumber pengolahan air bersih, hasil pengolahan air digunakan untuk melayani seluruh wilayah kecamatan Serpong. Kecamatan Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur dan Pondok Aren tidak mempunyai sumber pengolahan air bersih dan wilayah-wilayah ini tidak terlayani. Kecamatan Serpong Utara terdapat 1 lokasi sumber pengolahan air bersih. Hasil pengolahan air didistribusikan ke wilayah kecamatan Serpong untuk konsumsi perumahan Bumi Serpong Damai. Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Air Bersih Kota Tangerang Selatan Kebutuhan air bersih Kota Tangerang Selatan berkisar liter/hari/jiwa disesuaikan dengan standar kriteria kebutuhan air Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU. Analisis kebutuhan air bersih Kota Tangerang Selatan tahun 2010 di sajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Kebutuhan Air Bersih Kota Tangerang Selatan tahun 2010 Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Air/hari (120l/hari) Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Total Domestik Non domestik (20%) Cadangan (10%) Total Sumber: Hasil Analisis, 2011 Tabel 12 menunjukkan bahwa total kebutuhan air Kota Tangerang Selatan 2010 sebesar liter/hari, terbagi atas kebutuhan air bersih untuk kegiatan rumah tangga (domestik) sebesar liter/hari dan kebutuhan non domestik sarana prasarana umum diantaranya :pasar, rumah sakit, pompa umum sebesar liter/hari.
5 50 Untuk mengetahui besarnya ketersediaan sarana prasarana air Kota Tangerang Selatan maka diperlukan perhitungan produksi air IPA Serpong disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13 Produksi Air Kota Tangerang Selatan 2010 Indikator Satuan Jumlah Produksi Air liter/detik 200 Total Produksi Air/hari 24 jam/hari Kehilangan air 10%/hari Jumlah produksi air liter/hari Sumber: Hasil Analisis, 2011 Produksi IPA Serpong sebesar liter/hari menunjukkan bahwa sarana prasarana air Kota Tangerang Selatan belum memenuhi kebutuhan air bersih penduduknya. Kebutuhan sarana prasarana air Kota Tangerang Selatan per kecamatan berdasarkan Tabel 11, kecamatan Setu membutuhkan liter/hari. Kebutuhan air bersih kecamatan Setu 50% dari total produksi air IPA Serpong, dari ketersediaan produksi air dapat terpenuhi untuk wilayah Setu. Kecamatan Serpong membutuhkan liter/hari sedangkan ketersediaan air IPA Serpong sebesar liter/hari, jumlah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air kecamatan Serpong. Kebutuhan air kecamatan Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur dan Pondok Aren secara total berkisar diantara liter/hari, tidak dapat dipenuhi dari ketersediaan air hasil pengolahan IPA Serpong. Kebutuhan air kecamatan Serpong Utara sebesar liter/hari, memerlukan seluruh ketersediaan air kota Tangerang Selatan. Hasil ketersediaan air PDAM Kota Tangerang Selatan tidak dapat memenuhi kebutuhan air wilayahnya. Kekurangan kebutuhan air menjadi permasalahan utama di wilayah Kota Tangerang Selatan. Produksi IPA Serpong tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kota Tangerang saat ini. Pemanfaatan air tanah melalui pompa menjadi alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Kekurangan ketersediaan air bersih dipenuhi melalui air tanah.
6 51 Akses Pencapaian Sarana Prasarana Air Wilayah pelayanan air bersih Kota Tangerang Selatan masuk dalam zona layanan PDAM kabupaten Tangerang. Produksi air IPA Serpong didistribusikan ke: 1. Langsung melalui pipa ke wilayah DKI Jakarta. 2. Wilayah layanan kecamatan Serpong. 3. Wilayah layanan perumahan Bintaro Jaya sektor 9 4. Pelayanan kerjasama bentuk air curah (dikelola mandiri) oleh Perumahan Alam Sutera di kecamatan Serpong Utara. Sebaran sumber pengolahan air yang dikelola pengembang BSD sebanyak 6 titik didistribusikan khusus untuk penghuni BSD. Hasil pengolahan air Kota Tangerang Selatan didistribusikan langsung melalui pemipaan terkait dengan jaringan jalan. Air bersih dari sumber pengolahan air di kecamatan Setu, Serpong dan Serpong utara disebarkan melalui jalan kolektor sekunder ke jalan lingkungan perumahan kemudian ke pipa kran meter ke masing-masing rumah pelanggan. Wilayah kecamatan Pamulang, Setu, Pondok Aren, Ciputat, Ciputat Timur dan Serpong Utara yang berada diluar wilayah pelayanan IPA Serpong tidak dapat mengakses fasilitas air bersih. Walaupun lokasi sumber pengolahan air berada di wilayah kecamatan Setu dan Serpong Utara tetapi wilayah pelayanannya tidak diperuntukkan untuk didalam wilayah. Jaringan distribusi air di 6 kecamatan tersebut diatas belum terpenuhi. Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Sumber Pembangkit Listrik Listrik digunakan untuk menunjang dan memudahkan kegiatan manusia sehari-hari. Energi diperlukan untuk menghasilkan listrik, beberapa energi penghasil listrik diantaranya: air, diesel, uap, gas dan nuklir. Wilayah penghasil listrik disebut pusat listrik dengan energi sebagai pembangkit. Pembangkit adalah bagian yang memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik. Kota Tangerang Selatan memperoleh listrik dari Perushaan Listrik Negara (PLN) unit Jakarta Raya dan Tangerang. Khusus untuk wilayah Tangerang Selatan ada 3 kantor PLN di kecamatan Serpong, Pamulang dan Ciputat.
7 52 Sistem Distribusi Jaringan distribusi dan jumlah daya terpasang menjadi hal utama dalam pemenuhan energi listrik. Daya listrik yang diproduksi oleh pusat pembangkit tenaga listrik disalurkan ke gardu induk melalui jaringan transmisi selanjutnya diteruskan ke gardu-gardu distribusi kemudian disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Identifikasi Sebaran Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Sebaran gardu distribusi di kota Tangerang Selatan terdiri dari 71 titik disajikan Tabel 14. Tabel 14 Sebaran Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Keterangan Serpong Serpong Ciputat Pondok Pamulang Ciputat Utara Timur Aren Setu Jumlah Gardu Listrik Kantor PLN Sambungan Listrik Sumber: BAPPEDA Tangerang Selatan, 2009 Tabel 14 menunjukan bahwa kantor pelayanan PLN berada di 3 kecamatan yaitu: Serpong, Pamulang dan Ciputat melayani sambungan listrik. Pasokan daya listrik di sebarkan melalui gardu-gardu listrik, gardu listrik berfungsi menyebarkan daya listrik ke pelanggan (rumah tangga). Sebaran titik gardu listrik disajikan pada Gambar 10. Gambar 10 menggambarkan jumlah sebaran gardu listrik per kecamatan dan kepadatan masing-masing wilayah. Kecamatan Setu mempunyai 4 titik gardu dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2 warna coklat muda, 4 gardu di kecamatan Serpong Utara warna abu-abu muda dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2, 14 gardu di kecamatan Serpong warna kuning muda kepadatan penduduknya sebesar jiwa/km 2. Ketiga wilayah tersebut mempunyai kepadatan penduduk rendah. Wilayah dengan jumlah penduduk dan kepadatan tinggi terletak di kecamatan Pamulang warna oranye dengan kepadatan jiwa/km 2 dan 20 gardu, kecamatan Ciputat warna krem dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2 jumlah gardu 10, kecamatan Pondok Aren warna coklat muda dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2 jumlah gardu 8 dan
8 53 Gambar 10 Peta Sebaran Gardu Listrik Kota Tangerang Selatan 2010 Ciputat Timur warna abu-abu tua dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2 jumlah gardu 11. Sebaran gardu listrik Kota Tangerang Selatan merata, setiap wilayah kecamatan mempunyai gardu listrik yang melayani wilayahnya. Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Listrik Kota Tangerang Selatan Evaluasi ketersediaan sarana prasarana listrik dianalisis berdasarkan jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah pelayanan. Besaran daya dalam wilayah layanan dipengaruhi jumlah dan kepadatan rumah tangga (KK) wilayah tersebut. Pasokan daya yang dibutuhkan disebar melalui jaringan transmisi (gardu listrik). Parameter ketersediaan sarana prasarana listrik disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15 Kriteria KetersediaanSarana Prasarana Listrik Keterangan Kebutuhan Daya Listrik Jaringan Distribusi Listrik Sumber: Hasil Analisis, 2011 Ketersediaan Daya Terpasang Sebaran Gardu Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui kebutuhan listrik Kota Tangerang Selatan per Kepala Keluarga (rumah tangga) dan jumlah sebaran yang diperlukan.
9 54 Kebutuhan daya listrik mempengaruhi daya terpasang, jaringan distribusi mempengaruhi jumlah/sebaran gardu listrik. Kecamatan Tabel 16 Jumlah Sarana Prasarana Listrik Tangerang Selatan Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Listrik (Watt) Kapasitas Gardu Beton Kebutuhan Gardu Jumlah Gardu Terpasang Setu Serpong Pamulang x 630 Ciputat kva Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Sumber: Hasil Analisis, 2011 Tabel 16 menunjukkan kebutuhan listrik Kota Tangerang Selatan tahun 2009 sebesar watt, pasokan daya listrik kemudian didistribusikan melalui gardu beton sebanyak 199 gardu. Jumlah gardu listrik saat ini lebih rendah dari yang dibutuhkan. Kekurangan daya listrik tertinggi terjadi di kecamatan Pondok Aren yang hanya memiliki 8 gardu, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah tersebut diperlukan 44 gardu listrik Ketersediaan daya listrik wilayah Pondok Aren kurang sehingga jumlah daya listrik yang dibutuhkan tidak terpenuhi. Rata-rata ketersediaan daya listrik di setiap kecamatan Kota Tangerang Selatan hanya terpenuhi sebesar 35.6%. Kekurangan daya listrik dengan meningkatkan kapasitas daya gardu, penambahan jumlah gardu listrik dan membagi zona wilayah pelayanan dengan wilayah tetangga terdekat diluar wilayah Kota Tangerang Selatan. Akses Pencapaian Sarana Prasarana Listrik Parameter akses pencapaian distribusi listrik berdasarkan jarak gardu listrik (beton) ke pelanggan. Jarak tersebut mempengaruhi daya listrik yang diterima oleh pelanggan. Akses pencapaian dari gardu ke permukiman menjadi standar perhitungan wilayah pelayanan. Jarak gardu listrik dekat dengan pelanggan, maka
10 55 akses pelayanannya semakin baik. Analisis akses pencapaian disajikan dalam Tabel 17. Tabel 17 Analisis Akses Pencapaian Gardu Listrik Kecamatan Jarak Terjauh dari Gardu Jarak Terdekat dari Gardu (km) (km) Setu 2,8 1,50 Serpong 1,9 1,00 Pamulang 3,8 1,06 Ciputat 2,3 1,04 Ciputat Timur 2,3 1,20 Pondok Aren 2,4 1,00 Serpong Utara 3,1 2,30 Sumber: Hasil Analisis, 2011 Jarak terjauh 3.8 km dan jarak terdekat 1.06 km dari gardu ke permukiman di kecamatan Pamulang. Wilayah lain yang mempunyai jarak terjauh kecamatan Serpong Utara sejauh 3.1 km dan kecamatan Setu sejauh 2.8 km. Wilayah dengan jarak terdekat sejauh 1 km kecamatan Serpong dan Pondok Aren. Rata-rata jarak terdekat sejauh 1.5 km dari gardu dan rata-rata jarak terjauh 2.5 km. Wilayah dengan jarak terdekat memperoleh daya listrik lebih baik dibandingkan dengan wilayah dengan jarak terjauh mengalami kekurangan daya atau daya yang diterima buruk. Penambahan jumlah gardu listrik diperlukan untuk meningkatkan kekurangan daya listrik yang diterima. Kerjasama Perusahaan Listrik Negara dan Pemerintah Kota diperlukan untuk penyediaan lahan bagi pembangunan gardu listrik. Sarana Prasarana Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan Jaringan jalan berfungsi sebagai sarana prasarana penghubung di dalam wilayah dan antar wilayah. Keterkaitan antara satu wilayah dengan wilayah lain secara hirarki dihubungkan oleh jaringan jalan. Jaringan jalan berfungsi sebagai pendukung akses pencapaian ke sarana prasarana di dalam dan antar wilayah. Jaringan jalan berfungsi sebagai pendukung roda perekonomian wilayah, jalan memghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi sehingga kebutuhan barang dan jasa dapat tersebar. Hirarki jaringan jalan dari jenjang terendah yaitu: jalan lingkungan, jalan lokal, jalan kolektor dan jalan arteri.
11 56 Identifikasi Sarana Prasarana Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan Jaringan jalan membentuk pola transportasi antar wilayah dalam dan keluar wilayah Kota Tangerang Selatan. Jaringan jalan kota Tangerang Selatan secara berjenjang terdiri dari: 1. Jalan Arteri Primer, menghubungkan antar kota antar wilayah dari jenjang satu kota ke kota lainnya. Jalan arteri primer kota Tangerang Selatan adalah jalan Toll Jakarta Serpong dengan panjang jalan 11,07 km. Lebar jalan minimal tidak kurang 8 meter dengan akses jalan masuk tidak boleh lebih pendek dari 500 meter. 2. Jalan Arteri Sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder satu, kawasan sekunder satu dengan kawasan sekunder kedua. Lebar jalan tidak kurang dari 8 meter. Lalu lintas cepat pada jalan ini tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. Akses langsung dibatasi tidak lebih pendek dari 250 meter. Panjang Arteri Sekunder di Kota Tangerang Selatan adalah 29,26 km. 3. Jalan Kolektor Primer, jaringan jalan dari batas propinsi DKI Jakarta Ciputat Timur sampai batas wilayah Depok merupakan jaringan jalan nasional dengan ruang milik jalan (Rumija) 40 meter dan panjang ± 9 km. 4. Jalan Kolektor Sekunder, menghubungkan antar kawasan sekunder kedua, kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter. Kendaraan angkutan berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah permukiman. Jalan kolektor sekunder Kota Tangerang Selatan diantaranya adalah jalan yang menghubungkan batas Kota Tangerang Serpong Utara Serpong Setu Batas Kabupaten Bogor yang merupakan jalan provinsi dengan ruang milik jalan 40 meter dan panjang ± 16 km. Ruas jalan yang menghubungkan Serpong dan Setu dengan ruang milik jalan 30 meter dan panjang ± 6 km. Ruas jalan yang menghubungkan jalan raya Serpong dengan jalan raya Ciputat dengan Rumija 30 meter dan panjang ± 6,5 km. 5. Jalan Lokal Primer, dalam wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan terusan jalan lokal primer luar Kota Tangerang Selatan melalui atau menuju
12 57 kawasan primer atau jalan primer lainnya. Kendaraan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini. Lebar jalan tidak kurang dari 6 meter. Termasuk dalam jalan ini diantaranya adalah ruas jalan Pamulang II Rawa Buntu, ruas jalan Pondok Kacang Jombang. 6. Jalan Lokal Sekunder, menghubungkan antar kawasan ketiga atau dibawahnya, kawasan sekunder dengan perumahan. Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 meter. Jalan lokal sekunder adalah jalan di kawasan perumahan-perumahan Kota Tangerang Selatan. Peta jaringan jalan Kota Tangerang Selatan disajikan Gambar 11. Gambar 11 Peta Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan 2010 Gambar 11 menunjukkan jalan arteri primer disajikan dengan warna merah, jalan arteri sekunder disajikan dengan warna oranye dan kolektor sekunder di sajikan dengan warna abu-abu. Jaringan jalan kota Tangerang Selatan berfungsi sebagai pendukung akses pencapaian berpengaruh kepada jarak dan waktu tempuh di dalam dan antar wilayah. Jaringan jalan Kota Tangerang Selatan merata, terlihat dari hubungan keluar wilayah didukung jalan arteri primer, antar wilayah dalam kota didukung jalan kolektor sekunder dan antar permukiman didukung jalan lokal/lingkungan.
13 58 Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan Ketersediaan sarana prasarana jaringan jalan mengacu dari kondisi fisik jalan tersebut. Kondisi fisik adalah: keadaaan badan jalan secara fisik (mulus, cacat/rusak atau berlubang). Kondisi fisik terkait dengan pergerakan, perpindahan dalam wilayah dan antar wilayah, distribusi komoditi antar wilayah dan akses pencapaian antar permukiman dan dari permukiman ke sarana prasarana wilayah. Kondisi jalan Kota Tangerang Selatan di sajikan dalam Tabel 18. Tabel 18 Kondisi Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan 2010 Status Jalan Nama Jalan Kondisi Jalan Arteri Primer Jalan Toll Serpong Baik Arteri Sekunder Jl. Raya Serpong Pahlawan Seribu Baik Jl. Kapten Subianto Rawa Buntu Baik Jl. Otista Pasar Ciputat Baik Jl. Pajajaran Pamulang Baik Jl. Ir. H. Juanda Pasar Jumat Baik Kolektor Jl. Ciater Raya Bukit Indah Baik Sekunder Jl. Astek Jombang Cukup Jl. Jombang Raya Aria Putra Cukup Jl. Aria Putra Pasar Ciputat Jl. Setia Budi Cabe Raya Cukup Jl. Cabe Raya Cirendeu Cukup Jl. Tegal Rotan Cendrawasih Ki Hajar Cukup Dewantara Pasar Ciputat Jl. Rempoa Gintung Agak Buruk Sumber: Hasil Analisis, 2011 Tabel 18 menunjukkan kondisi jalan arteri primer baik, kondisi jalan arteri sekunder baik. Kerusakan banyak terjadi di jalan kolektor sekunder yang berlokasi yang menghubungkan antar wilayah. Kondisi jalan kolektor sekunder rusak akibat sistem drainase air kurang baik sehingga timbul genangan air pada hari hujan dan lubang pada jalan. Kerusakan jalan kolektor sekunder berdampak kemacetan di beberapa titik, terutama perbatasan antar wilayah kecamatan. Kemacetan akibat kerusakan di ruas jalan kolektor sekunder berdampak waktu tempuh menuju lokasi sarana prasarana menjadi bertambah. Perbaikan sistem drainase air, pengawasan dan pengelolaan jaringan jalan secara intensif dan terpadu diperlukan untuk mendukung penyebaran dan pergerakan barang dan jasa didalam dan diluar wilayah Kota Tangerang Selatan.
14 59 Akses Pencapaian Sarana Prasarana Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan Wilayah pelayanan jaringan jalan berjenjang mulai dari arteri primer, arteri sekunder, kolektor sekunder hingga jalan lokal/lingkungan. Dampak kerusakan di beberapa ruas jalan terutama jalan kolektor sekunder yang berfungsi sebagai penghubung di dalam dan antar wilayah, waktu tempuh menjadi bertambah. Akses pencapaian jaringan jalan di analisis berdasarkan kerapatan jalan yaitu hasil perbandingan luas wilayah dibagi panjang jalan. Semakin rapat jalan semakin mudah akses di dalam wilayah artinya jaringan jalan di wilayah tersebut mempunyai wilayah pelayanan dan jarak tempuh memadai. Panjang jalan wilayah Kota Tangerang Selatan di sajikan dalam Gambar 12. Total panjang jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder wilayah kota Tangerang 190 km 2. Gambar 12 Peta Panjang Jalan Kota Tangerang Selatan tahun 2010 Kerapatan per wilayah kota Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 19 menunjukkan kecamatan Ciputat Timur dan Serpong mempunyai kerapatan jalan penuh terlihat dari perbandingan luas wilayah lebih kecil dari panjang jalan. Akses pencapaian jaringan wilayah ini terpenuhi dan sangat rapat. Luas wilayah kecil, panjang jalan tinggi maka semakin rapat dan semakin mudah dicapai/diakses.
15 60 Tabel 19 Kerapatan Jalan Kecamatan Panjang Jalan (km2) Luas Wilayah (km 2 ) Rapat Jalan (km) Setu 10,33 15,61 1,51 Serpong 28,91 24,87 0,86 Serpong Utara 35,94 18,85 0,52 Pondok Aren 47,79 28,83 0,60 Pamulang 32,37 27,66 0,85 Ciputat 15,07 18,54 1,23 Ciputat Timur 30,67 16,42 0,54 190,75 150,78 Sumber: Hasil Analisis, 2010 Gambar 13 menunjukkan jalan lokal/lingkungan di kecamatan Serpong Utara. Rapat jalan 0.52 km menunjukkan perbandingan luas wilayahnya lebih kecil dari panjang jalan. Kerapatan jalannya sangat tinggi berdampak pada pergerakan/mobilitas moda transportasi di wilayah Serpong Utara cukup tinggi. Waktu tempuh ke sarana prasarana semakin cepat dan pencapaian menuju sarana prasarana menjadi lebih mudah. Gambar 13 Jalan Lingkungan di Serpong Utara Gambar 14 menunjukkan menunjukkan jalan lingkungan di kecamatan Serpong, luas wilayahnya km2 dengan panjang jalan km2. Perbandingan luas wilayah dengan panjang jalan hampir sama, menunjukkan kerapatan jalan yang merata di kecamatan Serpong sebesar 0.82 km. Kerapatan
16 61 permukiman sama dengan kerapatan jalan lokal/lingkungan. Akses pencapaian dari dan ke sarana prasarana tinggi. Gambar 14 Jalan Lingkungan di Serpong Gambar 15 Jalan Lingkungan di Pamulang Gambar 15 menunjukkan jalan lokal/lingkungan di kecamatan Pamulang, luas wilayahnya km2 dengan panjang jalan km2. Perbandingan luas wilayah dengan panjang jalan hampir sama, menunjukkan kerapatan jalan yang merata di kecamatan Pamulang sebesar 0.85 km. Kerapatan permukiman sama dengan kerapatan jalan lokal/lingkungan. Akses pencapaian dari dan ke sarana prasarana tinggi.
17 62 Gambar 16 Jalan Lingkungan di Setu Gambar 16 menunjukkan jalan lokal/lingkungan kecamatan Setu. Panjang jalan km2 dengan luas wilayah 15,61 km2, perbandingan panjang jalan dengan luas wilayah hampir sama dengan rapat jalan 1,51 km. Akses jaringan jalan kecamatan Setu cukup terlayani terlihat wilayah layanan jalan terpenuhi di seluruh wilayah. Gambar 17 Jalan Lingkungan di Pondok Aren Gambar 17 memperlihatkan jalan lokal/lingkungan kecamatan Pondok Aren dengan panjang jalan km2 dengan luas wilayah km2. Perbandingan
18 63 panjang jalan dengan lebih besar dari luas wilayah dengan rapat jalan 0.6 km menunjukkan kerapatn jalan sangat tinggi. Akses jaringan jalan kecamatan Pondok Aren sangat terlayani berdampak kemudahan pencapaian dan waktu tempuh yang singkat. Gambar 18 memperlihatkan jalan lokal/lingkungan kecamatan Ciputat Timur dengan panjang jalan km2 dan luas wilayah km2. Panjang jalannya lebih besar dari luas wilayah maka akses pencapaian menjadi semakin mudah karena kerapatan jalannya sangat tinggi sebesar 0.54 km. Waktu tempuh semakin singkat menuju ke sarana prasarana. Gambar 18 Jalan Lingkungan Ciputat Timur Gambar 19 memperlihatkan jalan lokal/lingkungan kecamatan Ciputat dengan panjang jalan km 2 dan luas wilayah km 2. Panjang jalan dan luas wilayah sama besar dengan kerapatan jalan 1.23 km. Jaringan jalan di wilayah Ciputat cukup terlayani. Kerapatan jalan wilayah Kota Tangerang Selatan terpenuhi tetapi jumlah kendaraan saat ini lebih banyak dari panjang jalan, sehingga jalan tidak dapat menampung kendaraan yang melintas. Dampak kelebihan jumlah kendaraan adalah kemacetan, kemacetan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) terhambatnya penyebaran barang dan jasa sehingga menghambat kemajuan sektor
19 64 ekonomi. Pembangunan jalan lingkar luar dan jalan lintas (fly over) menjadi alternatif penyelesaian masalah kemacetan di ruas jalan kolektor sekunder. Gambar 19 Jalan Lingkungan di Ciputat Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Kota Tangerang Selatan Pendidikan Dasar Pendidikan merupakan program nasional pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu elemen pendidikan formal di Indonesia adalah pendidikan dasar, dikenal dengan program wajib belajar 9 tahun. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal masa sekolah anak-anak selama 9 tahun. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 50 tahun 2007, penyelenggaraan pendidikan, pengembangan sistem pendanaan pendidikan, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan antar-kabupaten/kota menjadi kewajiban pemerintah provinsi. Pemerintah propinsi berkoordinasi dengan pemerintah daerah/kota untuk menyelenggarakan program wajib belajar 9 tahun. Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan
20 65 menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Jenjang Pendidikan Dasar Secara berjenjang pendidikan dasar terdiri dari pendidikan anak usia dini; taman kanak-kanak, raudhatul athfal, kelompok bermain lama pendidikan 2 3 tahun, pendidikan dasar 6 tahun; sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, kelompok belajar paket A, pendidikan dasar 3 tahun: sekolah menengah pertama, madrasah tsanawiyah dan kelompok belajar paket B. Penyedian sarana prasarana pendidikan di wilayah mempertimbangkan pendekatan ruang setiap unit dalam lingkungan, memperhatikan jangkauan radius area layanan dan kemampuan untuk melayani wilayah tertentu. Berdasarkan SNI kebutuhan sarana prasarana pendidikan dianalisis dari jumlah penduduk secara berjenjang dari unit terkecil. Kebutuhan taman kanak-kanak per penduduk dengan radius 500 meter di dalam lingkungan perumahan. Sekolah Dasar per penduduk berada dalam lingkungan perumahan bergabung dengan taman dan ruang terbuka hijau dengan radius 1 kilometer. Sekolah Menengah Pertama per penduduk dengan radius 1 km dapat bergabung dengan Sekolah Dasar dan akses pencapaian dengan kendaraan dan berlokasi di jalan lokal atau jalan lingkungan perumahan. Identifikasi Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Kota Tangerang Selatan Sebaran sarana prasarana pendidikan dasar di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2010 sebanyak, jumlah TK sebesar 340 unit, SD sebesar 322 unit, jumlah SMP sebesar 127 unit, jumlah Madrasah Ibtidaiyah 78 unit, jumlah Madrasah Tsanawiyah sebesar 43 unit. Sebaran sarana prasarana pendidikan dasar merata di masing-masing wilayah per kecamatan. Sebaran sarana prasarana pendidikan dasar pada setiap jenjang dikaitkan dengan jumlah peserta didik dan jumlah tenaga pendidik. Jumlah sarana prasarana pendidikan dasar di Kota Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 20. Jumlah peserta didik setiap jenjang per kecamatan di wilayah Kota Tangerang Selatan disajikan dalam Tabel 21.
21 66 Tabel 20 Sarana Prasarana Pendidikan kota Tangerang Selatan 2010 Kecamatan TK SD SMP Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Tsanawiyah Pamulang Setu Ciputat Ciputat Timur Serpong Pondok Aren Serpong Utara Jumlah Total Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Tangerang selatan Tabel 21 Jumlah Peserta Didik Kota Tangerang Selatan 2010 Jumlah murid Jumlah murid Jumlah murid Kecamatan TK SD SMP Pamulang Setu Ciputat Ciputat Timur Serpong Pondok Aren Serpong Utara Jumlah Total Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Tangerang selatan 2010 Tabel 20 dan Tabel 21 menunjukkan jumlah peserta didik wilayah Kota Tangerang Selatan tertampung di sebaran sarana prasarana pendidikan dukungan jumlah tenaga pendidik tercukupi. Jumlah murid TK Kota Tangerang jiwa didukung jumlah tenaga didik (guru) terlihat dalam Tabel 22 untuk jenjang TK jiwa (Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil) dengan ratio perbandingan 1 guru untuk 6 murid secara teknis pengajaran tercukupi. Jumlah murid SD jiwa dengan jumlah tenaga didik jiwa. Ratio perbandingan antara tenaga didik dan murid 1:17, dari jumlah masih ada kekurangan tenaga pendidik untuk tingkat SD. Jumlah murid di jenjang SMP jiwa, jumlah tenaga didik jiwa. Ratio perbandingan tenaga didik dengan murid 1:21, terjadi kekurangan jumlah tenaga pendidik di jenjang SMP. Tabel 22 Jumlah Tenaga Pendidik Kota Tangerang Selatan 2010 Jenjang PNS Non PNS TK SD SMP Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Tangerang selatan 2010
22 67 Jumlah sarana prasarana pendidikan dasar di Kota Tangerang Selatan tersebar merata, tidak ada sarana prasarana pendidikan pada jenjang SMP di kecamatan Setu berdampak peserta didik harus keluar wilayah untuk mendapatkan pendidikan. Peningkatan jumlah sarana prasarana pada jenjang SMP diperlukan ditiap wilayah Kota Tangerang Selatan untuk menampung peserta didik sekolah lanjutan. Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Kota Tangerang Selatan Parameter evaluasi ketersediaan sarana prasarana pendidikan dasar Kota Tangerang Selatan adalah jumlah sarana pendidikan. Analisisi deskriptif berdasarkan jumlah penduduk dan jenjang pendidikan adalah dengan membagi jumlah penduduk usia sekolah (Pendidikan Dasar 9 tahun) per kecamatan berdasarkan jumlah ratio standar berlaku sebagai berikut; TK/RA per jiwa, SD per jiwa, SMP per jiwa, taman bacaan per jiwa. 1. Jumlah sarana pendidikan dasar sesuai dengan ratio jumlah penduduk usia sekolah. 2. Jumlah ratio murid di tiap jenjang dengan sebanding dengan jumlah tenaga didik di tiap jenjang. Tabel 23 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenjang Usia Sekolah tahun 2010 Kecamatan UMUR 0-4 UMUR 5-9 UMUR Ciputat Ciputat Timur Pamulang Pondok Aren Serpong Serpong Utara Setu Sumber: Data Sementara Sensus Penduduk BPS Kota Tangerang Selatan, 2010 Tabel 23 menunjukkan asumsi rata-rata jumlah usia 2-4 tahun sebesar jiwa maka 1 unit sekolah dapat menampung 178 siswa didik. Setiap sekolah diasumsikan mempunyai murid 180 siswa. Hasilnya daya tampung sekolah jenjang TK cukup padat. Jumlah peserta didik jenjang SD terbanyak di kecamatan Pondok Aren sebesar dengan jumlah sarana prasarana SD 75 unit dan Madrasah
23 68 Ibtidaiyah 20 unit jumlah total sarana prasarana SD di kecamatan Pondok Aren sebesar 95 unit.. Analisis ketersediaan sarana prasarana SD dengan asumsi 288 siswa persekolah dengan jumlah 6 kelas. Ketersediaan sarana prasarana SD terlayani. Ketersediaan sarana prasarana SMP sebesar 818 siswa per sekolah. Jumlah siswa SMP banyak tetapi daya tampung kurang. Kekurangan ketersediaan sarana prasarana SMP berdampak siswa tak tertampung bersekolah diluar wilayah diantaranya Tangerang, Bogor atau Jakarta. Sebaran sarana prasarana pendidikan dasar mulai dari jenjang TK, SD dan SMP disajikan di Gambar 20, 21 dan 22. Gambar 20 Peta Sebaran TK Kota Tangerang Selatan 2010 Jumlah sarana prasarana pendidikan Kota Tangerang Selatan terpenuhi tetapi, daya tampung peserta didik setiap kelas masing-masing terlalu penuh/padat. Jumlah tenaga pendidik kurang untuk melayani jumlah peserta didik didalam kelas sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Peningkatan jumlah unit kelas dan penambahan sumber daya manusia tenaga diperlukan untuk mendukung tujuan pembelajaran sebagai bagian dari pelayanan sarana prasarana pendidikan.
24 69 Gambar 21 Peta Sebaran SD Kota Tangerang Selatan 2010 Gambar 22 Peta Sebaran SMP Kota Tangerang Selatan 2010
25 70 Akses Pencapaian Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Kota Tangerang Selatan Sebaran sarana prasarana pendidikan di wilayah kota Tangerang Selatan secara spasial merata di tiap kecamatan. Program pendidikan dasar 9 tahun bagian dari program nasional di bawah kordinasi Kementerian Pendidikan Nasional, wilayah kordinasi di tingkat propinsi, kabupaten/kota di bawah Dinas Pendidikan Nasional. Jarak tempuh untuk mencapai sarana pendidikan dari permukiman terjangkau. Wilayah layanan jenjang TK dan SD berada dalam lingkungan permukiman sehingga pencapaian lebih mudah didukung jalan lokal/ lingkungan.waktu tempuh terlama sekitar 30 menit berjalan kaki dan 5-10 menit dengan kendaraan bermotor. Wilayah layanan jenjang SMP Kota Tangerang Selatan terlayani, khusus kecamatan Setu dilayani keluar wilayahnya karena kecamatan Setu tidak mempunyai gedung SMP. Penduduk memanfaatkan layanan keluar wilayah yang berbatasan dengan kecamatan Setu diantaranya: kecamatan Serpong, Pamulang atau ke kabupaten Tangerang. Tabel 24 Akses Pencapaian Sarana Prasarana Pendidikan Kecamatan Radius Pencapaian Radius Pencapaian SD Radius Pencapaian TK (km) (km) SMP (km) Setu 1,0-2,0 0,5-1,0 2,0-2,5 (keluar wilayah) Serpong 1,5-2,0 1,5-2,0 1,0-1,5 Pamulang 1,0-2,0 1,5-2,0 1,5-2,0 Ciputat 1,0-1,5 1,0-1,5 1,0-1,5 Ciputat Timur 1,0-1,5 1,0-1,5 1,0-1,5 Pondok Aren 1,0-1,5 1,0-2,0 1,0-2,0 Serpong Utara 1,0-1,5 1,0-1,5 1,5-2,0 Sumber: Hasil Analisis, 2011 Tabel 24 menunjukkan radius pencapaian terdekat sarana prasarana pendidikan jenjang TK sejauh 1 km dan jarak terjauh 2 km. Wilayah kecamatan Setu, Serpong dan Pamulang mempunyai radius pencapaian terjauh menuju TK. Rata-rata seluruh kecamatan di Kota Tangerang Selatan mempunyai radius pencapaian dekat menuju TK. Terlihat bahwa sarana prasarana TK berada dalam lingkungan perumahan dengan wilayah pelayanan lokal. Waktu tempuh menuju TK dilakukan dengan berjalan kaki selama menit atau 5 menit kendaraan bermotor. Ketersediaan dan wilayah pelayanan sarana prasarana TK terpenuhi.
26 71 Radius pencapaian terdekat menuju lokasi SD sejauh 0.5 km dan jarak terjauh 2 km. Wilayah yang mempunyai radius pencapaian terjauh dari SD yaitu kecamatan Serpong, Pondok Aren dan Pamulang. Lokasi SD berada di lingkungan perumahan dengan wilayah pelayanan lokal. Waktu tempuh menit dilakukan berjalan kaki atau 5 menit berkendaraan bermotor. Ketersediaan dan wilayah pelayanan sarana prasarana SD terpenuhi. Radius pencapaian terjauh menuju SMP sejauh 2.5 km karena sarana prasarana berada diluar wilayahnya, jarak terdekat sejauh 1 km. Kecamatan Setu tidak memiliki sarana prasarana SMP, sehingga peserta didik keluar wilayah untuk mendapat pelayanan. Radius pencapaian terjauh didalam wilayah berjarak 2 km di kecamatan Pamulang, Pondok Aren dan Serpong Utara. Ketersediaan dan wilayah pelayanan sarana prasarana SMP terpenuhi. Jaringan dan kerapatan jalan menjadi faktor penentu akses pencapaian menuju sarana prasarana. Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat menjadi wewenang pemerintah dan pihak swasta yang berperan aktif dalam menyelenggarakan kesehatan masyarkat. Sarana prasarana kesehatan masyarakat terdiri dari: 1. Balai pengobatan warga. 2. Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA / Klinik Bersalin), 3. Puskesmas dan balai pengobatan. 4. Puskesmas pembantu dan balai pengobatan. 5. Tempat praktek dokter. 6. Apotik. Penyediaan sarana kesehatan berdasarkan jumlah penduduk. Penempatan penyediaan fasilitas mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Kebutuhan balai pengobatan warga ratio pelayanan per jiwa dengan radius pelayanan 1 km 2, balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA)/klinik per jiwa dengan radius pelayanan 4 km 2, puskesmas pembantu dan balai pengobatan per jiwa dengan radius pelayanan 1,5 km 2, puskesmas dan
27 72 balai pengobatan per 120,000 jiwa dengan radius pelayanan 3 km 2, tempat praktek dokter per jiwa dengan radius pelayanan 1,5 km 2, Apotik per jiwa dengan radius pelayanan 1,5 km 2. Identifikasi Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan Sebaran sarana prasarana kesehatan masyarakat di Kota Tangerang Selatan: balai pengobatan swasta 176, rumah bersalin swasta 32, puskesmas pembantu 14, puskesmas 10, praktek dokter umum swasta 660, apotik 33 dan rumah sakit 13 disajikan dalam Tabel 25. Tabel 25 Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan 2010 Jenis Serpong Serpong Utara Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Puskesmas Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Swasta Praktek Dokter Umum Swasta Apotik Rumah Bersalin Swasta Rumah Sakit Sumber: Profil Tangerang Selatan 2010 Tabel 25 menunjukkan sebaran sarana prasarana kesehatan wilayah Tangerang Selatan secara kasat mata merata di tiap kecamatan, terutama wilayah kecamatan Pondok Aren, Ciputat Timur dan Ciputat. Ketiga wilayah tersebut mampu melayani kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Wilayah kecamatan Serpong Utara, Serpong dan Setu sebarannya tidak merata. Kecamatan Setu yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Tangerang tidak tersedia pelayanan rumah sakit. Praktek dokter, balai pengobatan swasta dan apotik tersebar merata di tiap kecamatan. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan sarana prasarana kesehatan masyarakat wajib di setiap kecamatan dan merupakan standar pelayanan minimum kesehatan masyarakat. Sebaran sarana prasarana kesehatan masyarakat di sajikan dalam Gambar 23. Setu Jum lah
28 73 Gambar 23 Peta Sebaran Sarana Prasarana Kesehatan Kota Tangerang Selatan 2010 Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan Ketersediaan sarana prasarana kesehatan masyarakat dianalisis berdasarkan ratio jumlah penduduk terlayani dalam wilayah pelayanannya. Khusus puskesmas merupakan sarana prasarana kesehatan masyarakat yang wajib ada di jenjang kecamatan. Jumlah sarana prasarana kesehatan masyarakat mengacu kepada SNI disajikan dalam Tabel 26. Evaluasi ketersediaan sarana prasarana kesehatan masyarakat berdasarkan jumlah layanan dari jenjang terendah yaitu puskesmas hingga jenjang tertinggi rumah sakit. Puskesmas berfungsi sebagai layanan terendah dan menjadi rujukan untuk ke jenjang layanan tertinggi. Tabel 26 menunjukkan bahwa terjadi kekurangan jumlah puskesmas di wilayah Pamulang, Ciputat Timur dan Pondok Aren. Jumlah puskesmas tidak sesuai dengan ratio perbandingan jumlah penduduk di wilayah tersebut. Dampaknya terjadi kepadatan pelayanan di wilayah-wilayah diatas.
29 74 Tabel 26 Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan 2010 Kecamatan Jumlah Puskesmas RSB RS Apotik Penduduk (unit) (unit) (unit) (unit) Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Sumber: Hasil Analisis, 2011 Jumlah rumah sakit bersalin di tiap wilayah Kota Tangerang Selatan mengalami kekurangan. Jumlah rumah sakit bersalin saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan sarana prasarana persalinan. Kekurangan pelayanan persalinanan dapat dilayani di jenjang puskesmas kecamatan dan praktek bidan swasta yang tidak terdata. Kota Tangerang Selatan kekurangan jumlah rumah sakit, saat ini rata-rata jumlah rumah sakit di tiap wilayah kecamatan 2 yaitu Serpong, Ciputat dan Pondok Aren. Kecamatan Serpong dan Ciputat Timur memiliki 3 rumah sakit. Kebutuhan pelayanan gawat darurat dan rawat inap di jenjang rumah sakit mengalami kekurangan. Jumlah rumah sakit per kecamatan masih jauh dari standar pelayanan minimum berdasarkan jumlah penduduk. Jumlah sarana prasarana kesehatan merata di setiap wilayah tetapi perlu perluasan wilayah pelayanan dan peningkatan jumlah pada jenjang rumah sakit untuk layanan rawat inap. Pengobatan penyakit khusus yang memerlukan perawatan intensif dapat merujuk ke rumah sakit umum daerah/wilayah diluar Kota Tangerang Selatan. Akses Pencapaian Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan Akses pencapaian dari permukiman menuju sarana prasarana kesehatan didukung jaringan jalan dan lokasi sarana prasarana. Wilayah pelayanan puskesmas berjarak 1-1,5 km dari permukiman dengan waktu tempuh menit. Jalan kolektor sekunder menjadi sarana pencapaian menuju sarana prasarana kesehatan. Kondisi jaringan jalan yang baik menjadi titik tolak terpenting untuk melayani pertolongan pertama/tindakan darurat kecelakaan.
30 75 Akses pencapaian ke sarana prasarana kesehatan berkaiatan erat dengan jaringan jalan dari jenjang jalan lingkungan hingga kolektor sekunder. Jarak pencapaian ke sarana prasarana kesehatan masyarakat disajikan dalam Tabel 27. Tabel 27 Jarak Pencapaian Sarana Prasarana Kesehatan Masyarakat Radius Radius Radius Pencapaian Pencapaian Pencapaian Puskesmas (km) RSB (km) RS (km) Kecamatan Radius Pencapaian Apotik (km) Setu 1,0-4,0 4,0-5,0 4,0-5,0 1,0-4,0 Serpong 0,8-3,5 0,3-3,5 0,3-3,5 0,5-1,0 Pamulang 2,5-3,5 0,02-4,0 0,02-4,0 0,8-3,0 Ciputat 1,0-3,5 0,008-3,5 2,0-4,0 1,0-2,5 Ciputat Timur 1,0-3,5 1,0-3,5 2,5-4,0 0,5-3,0 Pondok Aren 1,5-3,5 0,02-3,0 1,0-2,0 0,8-3,0 Serpong Utara 0,8-3,8 1,0-2,5 1,5-2,5 0,5-4,0 Sumber: Hasil Analisis, 2011 Tabel 27 menunjukkan radius pencapaian terjauh menuju puskesmas berjarak 3.8 km di wilayah kecamatan Serpong Utara sedangkan jarak terdekat 800 m di wilayah kecamatan Serpong Utara dan Serpong. Wilayah pelayanan puskesmas berlokasi di lingkungan perumahan bersifat lokal. Jarak yang dekat memudahkan akses pencapaian dan mempersingkat waktu tempuh. Waktu tempuh menit berjalan kaki dan 5 menit berkendaraan bermotor. Rata-rata radius pencapaian rumah sakit bersalin terdekat berjarak 500 m. Jarak terdekat dengan rumah sakit bersalin berlokasi di kecamatan Ciputat yang berjarak kurang dari 10 m. Radius pencapaian terjauh berjarak 5 km di kecamatan Setu. Radius pencapaian terdekat menuju rumah sakit berjarak 200 m berlokasi di kecamatan Pamulang. Akses pencapaian dengan jarak terdekat 8 m di wilayah kecamatan Ciputat dari permukiman ke rumah sakit bersalin. Sebaran sarana prasarana kesehatan masyarakat rata-rata berjarak 1-2,5 km. Pencapaian dari permukiman ke sarana prasarana kesehatan masyarakat terlayani mulai dari lingkungan hingga ke jenjang kecamatan. Jarak pencapaian terpenuhi, kendala terjadi pada waktu tempuh menuju sarana prasarana karena jumlah kendaraan bermotor melintasi Kota Tangerang Selatan padat. Sarana Prasarana Persampahan Kota Tangerang Selatan Sistem pengelolaan sampah wilayah menjadi bagian penting pelayanan wilayah untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Pengelolaan sampah dilakukan
31 76 dari unit terkecil wilayah di jenjang Rukun Warga hinga ke jenjang tertinggi di Kota. Sistem pengelolaan sampah terdiri dari pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Sarana prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang sistem pengelolaan sampah dari jenjang terendah terdiri dari: 1. Rumah Tangga : Bak Sampah 2. Rukun Warga : Bak sampah lingkungan dan gerobak sampah kecil (TPS). 3. Kelurahan : Bak sampah lingkungan dan gerobak sampah besar (TPS). 4. Kecamatan : Bak sampah besar dan mobil sampah (TPS lokal). 5. Kota : Bak sampah akhir dan tempat pengelolaan sampah akhir (TPA). Kebutuhan sarana prasarana sampah dihitung berdasarkan jumlah penduduk dengan acuan SNI , di jenjang Rukun Warga per jiwa ada 1 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dengan volume 6 m 3, jenjang kelurahan per jiwa, 1 TPS bervolume 12 m 3 dan jenjang kecamatan per jiwa, 1 TPS dengan kapasitas volume 25 m 3 dan untuk wilayah kota per jiwa diperlukan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berfungsi untuk mengelola sampah wilayah. Identifikasi Sarana Prasarana Persampahan Kota Tangerang Selatan Sebaran sarana prasarana sampah kota Tangerang Selatan berdasarkan data tahun tiap kecamatan mempunyai TPS. Sistem pengelolaan sampah saat ini adalah, diolah secara mandiri di lingkungan perumahan dan dikelola dinas terkait diwakili Dinas Kebersihan. Sebaran di tiap kecamatan wilayah Tangerang Selatan terlihat merata disajikan Tabel 28. Tabel 28 Sarana Prasarana Sampah Kota Tangerang Selatan 2008 No. Jenis Serpong Serpong Ciputat Pondok Pamulang Utara Ciputat Timur Aren Setu Jumlah 1 TPS Water Treatment Plant Sumber: Profil Kota Tangerang Selatan 2010 Tabel 28 menunjukkan sebaran tempat pembuangan sementara sampah Kota Tangerang Selatan merata terlihat di setiap kecamatan. Wadah penampungan
32 77 sampah tersedia di setiap kecamatan. Kecamatan Setu mempunyai sebaran yang lebih banyak dari kecamatan lainnya. Data sebaran TPS tahun 2008 belum ada tempat pembuangan akhir (TPA) yang berfungsi mengumpulkan dan mengelola sampah. Sebaran TPS dan TPA dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24 menunjukkan sebaran TPS dan TPA Kota Tangerang Selatan 2010 dari peta tematik rencana sarana prasarana persampahan sumber dari BAPPEDA Kota Tangerang Selatan. Titik sebaran TPS berwarna hijau dan warna merah muda untuk TPA. TPA Kota Tangerang Selatan berlokasi di Cipeucang kecamatan Setu. Jumlah TPS mengalami penambahan di beberapa wilayah yaitu Serpong, Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur dan Pondok Aren. TPS di kecamatan Setu berkurang karena berubah fungsinya menjadi TPA. Gambaran ini mewakili TPS yang dikelola Dinas Persampahan dan tidak mewakili TPS-TPS yang dikelola secara mandiri oleh penduduk atau tempat pembuangan sampah liar di bantaran sungai. Warna hijau muda hingga biru laut tua melambangkan jumlah penduduk per kecamatan. Gambar 24 Peta Sebaran Sarana Prasarana Sampah Kota Tangerang Selatan 2010 Jumlah TPS di wilayah Kota Tangerang Selatan merata, setiap wilayah mempunyai layanan tampungan sampah. Penampungan sampah mandiri yang
33 78 dikelola masyarakat tidak terdata, penampungan sampah yang tidak dikelola dengan baik menimbulkan timbunan-timbunan sampah baru. Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Persampahan Kota Tangerang Selatan Data sebaran dianalisis berdasarkan jumlah volume bangkitan sampah yang dihasilkan penduduk per hari. Kriteria ketersediaan sarana prasarana persampahan adalah: 1. Volume bangkitan sampah dari jumlah penduduk 2. Kapasitas tampung TPS/TPA Volume bangkitan sampah hasil dari perkalian jumlah penduduk masing-masing kecamatan. Bangkitan sampah yang dihasilkan 910 gr /jiwa/hari (Hartono, 2006). Volume bangkitan sampah dari jenjang terendah di tampung pada tempat sampah di lingkungan rukun tetangga kemudian di distribusikan ke TPS kecamatan. Frekuensi pengumpulan dan daya tampung TPS mempengaruhi kelayakan sarana prasarana persampahan. Hasil analisis jumlah penduduk, volume sampah yang dihasilkan dan kapasitas tampung TPS disajikan dalam Tabel 28. Tabel 29 Analisis Ketersediaan Sarana Prasarana Sampah Kota Tangerang Selatan 2010 Kecamatan Jumlah Penduduk Standar TPS per (unit) TPA per (unit) TPS saat ini Jumlah Bangkitan /hari (ton) Kapasitas Vol TPS (ton) /hari Setu , Serpong , Pamulang , Ciputat , Ciputat Timur , Pondok Aren , Serpong Utara , Total Sumber: Hasil Analisis, Tabel 29 menunjukkan ketersediaan TPS Kota Tangerang Selatan berjumlah 31 unit dengan kapasitas sebesar m 3. Berdasarkan bangkitan sampah yang ditimbulkan sebesar ton, sesuai standar JICA jumlah bangkitan per jiwa sebesar 910 gram/hari atau 9x10-6 ton.
34 79 TPS di kecamatan Setu berjumlah 6 TPS dengan kapasitas sebesar 300 m 3. Masing-masing sebaran dapat menampung 50 m 3 sampah dengan berat sekitar 10 ton per TPS, sehingga cukup tersedia menampung sampah kecamatan Setu. Sebaran 5 TPS kecamatan Pamulang mampu menampung sampah sebesar 250 m 3 dengan kapasitas berat 10 ton per TPS, kapasitas seluruh TPS Pamulang sebesar 50 ton per hari. TPS Pamulang tidak dapat menampung seluruh bangkitan sampah wilayahnya. Kekurangan ketersediaan TPS di kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara dan Pamulang. Kekurangan kapasitas TPS dapat diatasi dengan penampahan jumlah TPS atau perluasan TPS disajikan dalam Tabel 30. Tabel 30 Analisis Ketersediaan TPS Kota Tangerang Selatan tahun 2010 Kecamatan Jumlah Bangkitan Jumlah TPS kapasitas 10 ton (ton) Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Setu 59 6 Sumber: Hasil Analisis, 2011 Sebaran TPS Kota Tangerang Selatan merata tetapi kapasitasnya tidak dapat menampung bangkitan sampah. Sistem pengelolaan sampah terpadu diperlukan dari jenjang terendah dengan menambah frekuensi pengangkutan, penambahan dan perluasan kapasitas kapasitas tampung TPS setiap kecamatan sehingga tidak terjadi bangkitan sampah tak terkelola. Pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan terkait pengelolaan sampah dan meningkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi barang-barang bernilai ekonomi. Akses Pencapaian Sarana Prasarana Persampahan Kota Tangerang Selatan Akses pencapaian dari pusat permukiman ke TPS kecamatan melalui pengukuran jarak wilayah pelayanan. Jarak wilayah pelayanan dihitung dari titik sebaran TPS per kecamatan. Tabel 31 menunjukkan radius pencapaian terjauh dari permukiman ke TPS
35 80 berada di kecamatan Serpong dan Pamulang dengan jarak tempuh 4,5 km. Jarak terdekat sejauh 1 km di kecamatan Setu dan Serpong. Jarak tempuh terjauh harus diimbangi dengan jumlah frekuensi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Wilayah pelayanan dengan jarak terjauh dapat dilayani dari lokasi TPS terdekat di luar wilayahnya. Tabel 31 Analisis Akses Pencapaian TPS Kota Tangerang Selatan Kecamatan Radius Pencapaian TPS terdekat (km) Radius Pencapaian TPS terjauh (km) Setu 1,0 2,0 Serpong 1,0 4,5 Pamulang 1,5 4,5 Ciputat 2,0 3,5 Ciputat Timur 2,0 4,0 Pondok Aren 1,5 3,5 Serpong Utara 1,5 4,0 Sumber: Hasil Analisis, 2011 Pengelolaan sampah mandiri yang dilakukan bersama di beberapa perumahan menjadi alternatif. Pengangkutan dan pengumpulan sementara bangkitan sampah di TPS mempengaruhi kapasitas tampung dan frekuensi pengambilan sampah. Sistem pengelolaan sampah mandiri dari jenjang rumah tangga menjadi alternatif program yang dapat dilakukan pemerintah daerah. Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Sarana prasarana niaga dan perdagangan di lingkungan perumahan dimulai dari unit terkecil dari jenjang terendah dengan radius pelayanan kecil. Urutan sarana prasarana perdagangan dari jenjang terendah adalah sebagai berikut: 1. Toko/warung. 2. Pertokoan, Rumah Toko. 3. Pasar di Lingkungan tingkat Kelurahan dan Kecamatan. 4. Mini Market/Swalayan kecil. 5. Supermarket/Pasar Swalayan. 6. Pusat Perbelanjaan/Plaza/Mall.
36 81 Kebutuhan sarana prasarana niaga berdasarkan SNI di wilayah lingkungan hingga wilayah kota di hitung berdasarkan ratio jumlah penduduk terlayani dan radius pelayanannya. Kebutuhan toko/warung ratio per 250 jiwa dengan radius 300 m, pertokoan/ruko per jiwa dengan radius 2 km berlokasi di pusat kegiatan sub lingkungan. Pasar ratio per jiwa berlokasi di pusat lingkungan jenjang kelurahan atau kecamatan dengan radius pelayanan 5-10 km. Mini market/swalayan kecil ratio per jiwa dengan radius pelayanan 500 meter dari pasar tradisional dijangkau dengan berkendaraan. Kebutuhan supermarket/pasar swalayan dan pusat perbelanjaan/plaza/mall ratio per jiwa berlokasi di jalan utama dan pusat kegiatan dengan fasilitas parkir mandiri. Identifikasi Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Pengelolaan sarana niaga dan perdagangan di bawah koordinasi BUMN atau Dinas Perdagangan bekerjasama pihak swasta salahsatunya pengembang perumahan. Berdasarkan data sarana prasarana niaga kota Tangerang Selatan tahun 2010 disajikan Tabel 32. Tabel 32 menunjukkan sebaran sarana prasarana niaga dan perdagangan Kota Tangerang Selatan dari jenjang terendah hingga tertinggi merata. Lokasi sebaran niaga dan perdagangan berlokasi di jalan arteri dan kolektor sekunder sehingga berperan aktif menunjang mobilisasi penduduk menuju layanan. Tabel 32 Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan 2010 Uraian Serpong Serpong Ciputat Pondok Pamulang Ciputat Utara Timur Aren Setu Jumlah Pasar Modern Pasar Tradisional Pusat Perbelajaan Kompleks Ruko Minimarket Sumber: Profil Tangerang Selatan, 2010 Warung, toko di lingkungan perumahan tidak terdata dan tidak disajikan karena mempunyai layanan sama dengan minimarket. Perkembangan minimarket sangat pesat di wilayah Kota Tangerang Selatan terlihat dari sebaran dan lokasinya yang saling berdekatan.
37 82 Gambar 25 Peta Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Gambar 25 menunjukkan sebaran plaza/mall, pasar modern (pasar swalayan) dan minimarket berlokasi di jalan arteri sekunder berfungsi sebagai jalan utama penghubung antar wilayah. Radius pelayanan antar sarana prasarana terfokus di pusat-pusat kegiatan wilayah di masing-masing kecamatan. Kecamatan Setu terletak di bagian Selatan wilayah kota Tangerang Selatan dilayani oleh pasar tradisional dan mini market. Pusat perbelanjaan di kecamatan Setu saat ini tidak terlayani, penduduk memanfaatkan jalan lokal sekunder dan arteri sekunder untuk mencapai pusat perbelanjaan di wilayah lain. Waktu tempuh menuju pusat perbelanjaan sekitar menit berkendaraan Sebaran pasar tradisional ada di tiap wilayah Kota Tangerang Selatan kecuali kecamatan Serpong Utara yang tidak terdata. Pemenuhan kebutuhan sembako dilayani pasar modern (pasar swalayan) mall/plaza Kota Tangerang Selatan terbanyak di wilayah Serpong sebanyak 8 unit berlokasi di jalan arteri sekunder terhubungi arteri primer. Sepanjang jalan arteri sekunder Jl. Pahlawan Seribu dan Jl. Kapten Subianto berlokasi mall/plaza, pasar modern dan minimarket. Sarana prasarana niaga dan perdagangan Kota Tangerang Selatan di wilayah lainnya berlokasi di jalan kolektor sekunder.
SEBARAN DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA AIR DI KOTA TANGERANG SELATAN
SEBARAN DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA AIR DI KOTA TANGERANG SELATAN Nia Rachmawati Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Pancasila Jl. Srengseng Sawah Jakarta 12640 e-mail: noiaja@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciKeywords: spreading, availability,water infrastructure.
SEBARAN DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA AIR DI KOTA TANGERANG SELATAN (Spreading and availability infrastructure in The South Tangerang City) Nia Rachmawati 1 ABSTRACT The expansion and development requires
Lebih terperinciGambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kota Tangerang Selatan yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tangerang propinsi Banten. Kota Tangerang Selatan mempunyai luas wilayah
Lebih terperinciFISIK PRASARANA WILAYAH
FISIK PRASARANA WILAYAH GAMBAR. Peta Wilayah Administrasi Kota Tangerang Selatan A. FISIK DASAR DAN PEMANFAATAN LAHAN Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pasanggrahan dan Sungai
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten
Lebih terperinciKatalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA
Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku
Lebih terperinci2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah
2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013
Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013
Lebih terperinciPENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA
PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUBANG JAWA BARAT KOTA SUBANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Subang merupakan ibukota Kecamatan Subang yang terletak di kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciKONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI
BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki
Lebih terperinciDOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar belakang
PENDAHULUAN Latar belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di ibukota berdampak pada peningkatan jumlah penduduk dan dinamika penggunaan lahan. Pertumbuhan sektor perdagangan, jasa dan industri mendominasi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciKOTA TANGERANG SELATAN
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA TANGERANG BANTEN KOTA TANGERANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang memiliki keuntungan dan sekaligus kerugian.
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA MOJOKERTO JAWA TIMUR KOTA MOJOKERTO ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota yang terkenal dengan makanan khas ondeondenya ini menyandang predikat kawasan pemerintahan dengan luas
Lebih terperinciBAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN IV.1 Umum Dalam merencanakan instalasi pengolahan air minum diperlukan informasi mengenai kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. Kebutuhan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA TEBING TINGGI SUMATERA UTARA KOTA TEBING TINGGI ADMINISTRASI Profil Wilayah Sebagai sebuah kota yang termasuk kategori sedang, dalam dua dasawarsa terakhir perekonomian Tebing
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013
Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PEKERJAAN UMUM A. Panjang Jalan
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa pengelolaan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI
33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk
Lebih terperinciPROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS
PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah
Lebih terperinciKata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.
Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian
Lebih terperinciRENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SATKER/SKPD : DINAS KEBERSIHAN PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN PA/KPA : Drs. H. Chaerul Soleh, M.Si PPK :. Tahun Anggaran : 2013 NO KEGIATAN NAMA PAKET PEKERJAAN
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif
Lebih terperinciGEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian
GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA RANTAU PRAPAT SUMATERA UTARA KOTA RANTAU PRAPAT ADMINISTRASI Profil Wilayah Luas wilayah Kota Rantau Prapat menurut Data Sarana dan Prasarana Kota adalah seluas 17.679 Ha.
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013
Katalog BPS : 1101002.6271010 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013 ISSN :
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO
Sabua Vol.6, No.1: 199-206, Mei 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO Alfath S.N. Syaban 1, Sonny Tilaar
Lebih terperinciBAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105
Lebih terperinciBAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan. Pada tahun 1923 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan sebuah pengolahan air bersih yang diberi nama WATER LEIDENG BEDRYF. Pengolahan air bersih ini didirikan
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PADANG SIDEMPUAN SUMATERA UTARA KOTA PADANG SIDEMPUAN ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Padang Sidempuan merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Bagian selatan Bagian barat Secara astronomis, Kota Situbondo yang terdiri dari 9 desa/kelurahan, terletak diantara 7º35 7º 44 Lintang
Lebih terperinciTUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM
BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KISARAN SUMATERA UTARA KOTA KISARAN ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan
Lebih terperinciBAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi
BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BEKASI JAWA BARAT KOTA BEKASI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Bekasi terkenal dengan kesemrawutan lalu lintas dan kemacetan yang terjadi setiap hari. Juga padatnya lahan perumahan
Lebih terperinciBAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE
BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah air. Air harus tersedia dalam kehidupan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan juga
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM
DAFTAR TABEL GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Tabel 1.1.1. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat Di Kabupaten Subang, 6 Tabel 1.1.2. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Kemiringan Lereng Di Kabupaten
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN
BAB 5 INFRASTRUKTUR 5.1. PERHUBUNGAN Pembangunan infrastruktur perhubungan bertujuan memperlancar aksesibilitas dan membuka keterisolasian wilayah yang dapat meningkatkan kegiatan perekonomian wilayah
Lebih terperinciKota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Kota ini merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BINJAI SUMATERA UTARA KOTA BINJAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Posisi Kota cukup strategis untuk menjadikannya berkembang pesat sebagai kota perdagangan karena terletak di jalur
Lebih terperinciKEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG
KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG Nelya Eka Susanti, Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang nelyaeka@unikama.ac.id, hamdani_af@ymail.com
Lebih terperinciA. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya
Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANGKA BELITUNG KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kondisi tanah dan keterbatasan lahan Kota Pangkal Pinang kurang memungkinkan daerah ini mengembangkan kegiatan pertanian. Dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI DAERAH RAWA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
STRATEGI PENINGKATAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI DAERAH RAWA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Juli Wibowo, Ali Masduqi, Andon Setyo Wibowo Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA BEKASI
BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA BEKASI Kota Bekasi merupakan salah satu kota dari 5 kota dengan populasi terbesar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa, Kota Bekasi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT
BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT Dalam bab ini menjelaskan tentang Analisis Identifikasi
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PURWAKARTA JAWA BARAT KOTA PURWAKARTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Purwakarta merupakan Ibukota Kabupaten Purwakarta yang merupakan wilayah administrasi Propinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air memiliki peran penting bagi kehidupan makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik untuk menunjang proses metabolisme
Lebih terperinciKatalog BPS :
Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DAERAH
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10
Lebih terperinciEVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.
EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh : Arif Mudianto Abstrak Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha
69 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pemakaian Air Bersih 5.1.1 Pemakaian Air Untuk Domestik Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel di wilayah usaha PAM PT. TB, menunjukkan bahwa pemakaian air bersih
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciKondisi Prasarana di Indonesia KULIAH KE-3
Kondisi Prasarana di Indonesia KULIAH KE-3 Kompas Selasa, 26 Maret 2013 Indonesia berada pada peringkat 78/100 (World Economic Forum) Melemahkan daya saing untuk menarik investasi, dan infrastruktur yang
Lebih terperinciPERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL Yurista Vipriyanti 1 Heri Suprapto 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016
Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDA ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA BANDA ACEH ADMINISTRASI Profil Wilayah Aceh Utara berada pada jalur yang sangat strategis yang merupakan titik tengah antara Banda
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUMATERA SELATAN KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Ibukota kabupaten Musi Rawas masih mengambil tempat di kota Lubuk Linggau sebab calon ibukota bagi kabupaten Musi, Rawas belum
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada
V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.
Lebih terperinciMerasakan Perjalanan di Jalan Sholeh Iskandar
Merasakan Perjalanan di Jalan Sholeh Iskandar Oleh : Octadian Pratiwanggono Pendahuluan Pagi itu, hari Rabu tanggal 17 Februari 2016, waktu penunjukan pukul 07.00 wib, perjalanan setiap hari yang dilakukan
Lebih terperinciPANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN
PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN NO. 010/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap
1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA METRO LAMPUNG KOTA METRO ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Metro berkembang menjadi kota transit bagi pendatang yang ingin menikamti keindahan alam dan kesejukan udara di sekitarnya.
Lebih terperinciVII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.
VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH 7.1 Memperoleh Sumber Air Tanah Air tanah merupakan salah satu sumber air bersih utama yang masih digunakan oleh sebagian besar
Lebih terperinci