Ksemakin ketat, menuntut pembudidaya ikan dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ksemakin ketat, menuntut pembudidaya ikan dalam"

Transkripsi

1

2

3 KATA PENGANTAR ecenderungan tuntutan masyarakat konsumen global terhadap persyaratan mutu dan keamanan pangan yang Ksemakin ketat, menuntut pembudidaya ikan dalam memproduksi ikan untuk menerapkan Prinsip Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) yang memperhatikan kualitas produk yang memiliki daya saing, ramah lingkungan, berkelanjutan aman dikonsumsi dan mampu telusur. Dalam upaya untuk menjamin dan sekaligus mendorong keberlanjutan penerapan Prinsip CBIB bagi pembudidaya ikan yang telah mendapatkan sertifikat CBIB dipandang perlu untuk dibangun sistem pengendalian yang efektif melalui kartu pembudidaya ikan (AQUACARD). AQUACARD diberikan kepada pembudidaya ikan yang telah menerima sertifikat CBIB dan telah tergabung dalam organisasi Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) yang efektif (Kelompok efektif). Penerbitan AQUACARD dimaksudkan untuk menjamin dan sekaligus mendorong keberlanjutan penerapan prinsip-prinsip CBIB bagi pembudidaya ikan yang telah menerima sertifikat CBIB, sehingga AQUACARD dapat difungsikan sebagai instrumen untuk : (1) mendorong peningkatan kemampuan dan keahlian pembudidaya ikan dalam penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), (2) membangun daya saing dan kemandirian melalui penguatan kelembagaan organisasi POKDAKAN (3) menguatkan profesionalisme dan mengokohkan budaya disiplin dalam menerapkan Standar Operasional dan Prosedur yang mengacu pada prinsip CBIB, dan (4) meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan melalui pengembangan kemitraan penguatan jiwa enterpreneurship dan penguatan skala usaha. Untuk memandu agar pelaksanaan penerbitan AQUACARD dapat berjalan lancar dan mampu mencapai target sesuai yang diharapkan, maka dipandang perlu disusun PEDOMAN TEKNIS PENERBITAN AQUACARD sebagai acuan teknis dalam penerbitan AQUACARD bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. i

4 Atas nama Jajaran Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan PEDOMAN TEKNIS PENERBITAN AQUACARD ini. Semoga buku ini dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan penerbitan AQUACARD. Jakarta, Juli 2014 Direktur Produksi Ditjen Perikanan Budidaya, Ir. Coco Kokarkin Soetrisno, MSc ii

5 Daftar Isi Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Lampiran... Daftar Gambar... i i ii iv KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR : 7/ KEP-DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) 1 LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 7/ KEP-DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) 5 BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud Dan Tujuan Ketentuan Umum Ruang Lingkup... 8 BAB II. JENIS KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) DAN KRITERIA PEMOHON Jenis Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Pembudidaya B Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Pembenih H Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Pembina Teknis T Kriteria Pemohon Kriteria Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Untuk Pembudidaya Kriteria Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Untuk Pembenih Kriteria Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Untuk Pembina Teknis BAB III. ORGANISASI PELAKSANA DAN MEKANISME PENERBITAN KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) Struktur Organisasi Pengelola Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Penanggung Jawab Redaktur Editor Editor WEB Developer Administrator Pusat Administrator Provinsi Administrator Kabupaten/Kota Pembina Teknis iii

6 3.2 Mekanisme Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) untuk Pembudidaya Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Untuk Pembenih Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Untuk Pembina Teknis Masa Berlaku AQUACARD Tahapan Pelaksanaan Tahapan Pendaftaran Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Tahapan Pencetakan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Tahap Penyerahan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) BAB IV. PENGELOLAAN DATA Database Dan Arsip Otoritas Pengelola Data BAB V. MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN Monitoring Dan Evaluasi Pelaporan BAB VI. PENUTUP LAMPIRAN II KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 7/ KEP-DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) 67 TIM PENGELOLA WEBSITE SISTEM KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) 67 LAMPIRAN III KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 7/ KEP-DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) 71 PETUNJUK OPERASIONAL APLIKASI KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA A. Cara Install Aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B. Browser C. Memasukan Alamat/Link Halaman Administrator D. Log In E. Beranda Administrator Sistem Manajemen Kartu Anggota F. Menu Dashboard Pembudidaya G. Menu Data Pembudidaya H. Menu Entitas Data I. Menu Manajemen User J. Pencetakan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Lampiran-lampiran iv

7 Daftar Gambar LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 7/KEP- DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD)... 5 Gambar 1. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B... 8 Gambar 2. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) H... 9 Gambar 3. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) T Gambar 4. Struktur Organisasi Pengelola Kartu Pembudidaya Ikan Gambar 5. Struktur Organisasi Pengelola Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) LAMPIRAN III KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 7/KEP- DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD)... 5 Gambar 1. Instalasi Software Gambar 2. Folder Aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Gambar 3. Pilih Bahasa Gambar 4. Proses Instalasi Gambar 5. Proses Instalasi Gambar 6. Proses Instalasi Gambar 7. Proses Instalasi Gambar 8. Proses Instalasi Gambar 9. Proses Instalasi Gambar 10. Proses running Apache dam Mysql Server Gambar 11. Proses Running Apache dan Mysql Server Gambar 12. Tipe Browser yang Bisa Digunakan Gambar 13. Alamat Web Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD ) Gambar 14. Halaman Login Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Gambar 15. Halaman Logout (Beranda) Gambar 16. Halaman Dashboard AQUACARD Gambar 17. Cara Unduh Grafik Gambar 18. Halaman Input Data Pembudidaya Gambar 19. Halaman Tambah Pembudidaya Gambar 20. Halaman Form Pendataan Pembudidaya Gambar 21 Peta Lokasi Pembudidaya Gambar 22. Tambah Data Pembudidaya H Gambar 23. Form Pendaftran Pembudidaya Gambar 24. Peta Lokasi Pembudidaya H Gambar 25. Form Tambah Pembudidaya T Gambar 26. Form Pendaftaran Pembudidaya H Gambar 27. Peta Lokasi Pembudidaya T Gambar 28. Form Status Pembudidaya Gambar 29. Form Komoditas Budidaya Gambar 30. Form Simpan Komoditas Budidaya v

8 Gambar 31. Form Peningkatan Skor Gambar 32. Form Editing Kriteria Peningkatan Skor Gambar 33. Form Pengurangan Skor Gambar 34. Form Editing Kriteria Pengurangan Skor Gambar 35. Form Penambahan Provinsi Gambar 36. Form Penambahan Kabupaten/Kota Gambar 37. Form Editing Kabupaten/Kota Gambar 38. Form Penambahan Kecamatan Gambar 39. Form Editing Kecamatan Gambar 40. Form Penambahan Kelurahan/Desa Gambar 41. Form Editing Kelurahan/Desa Gambar 42. Form Penambahan Jenis Budidaya Gambar 43. Form Editing Jenis Budidaya Gambar 44. Form Penambahan Status CBIB Gambar 45. F orm Editing Status CBIB Gambar 46. Form Penambahan Status CPIB Gambar 47. Form Editing Status CPIB Gambar 48. Form Penambahan Jenjang Pendidikan Gambar 49. Form Editing Jenjang Pendidikan Gambar 50. Form Editing Teknologi Budidaya Gambar 51. Form Editing Teknologi Budidaya Gambar 52. Form Manajemen User Gambar 53. Form Penambahan User Gambar 54. Form Editing User Gambar 55. Form Data Pembudidaya B Gambar 56. Form Unduh Gambar Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Gambar 57. Form Data Pembudidaya H Gambar 58. Form Unduh Gambar Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Gambar 59. Form Data Pembudidaya T Gambar 60. Form Unduh Gambar Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Gambar 61. Printer Terinstal dengan Benar Gambar 62. Pilih Aplikasi Windows Picture Viewer Gambar 63. Jendela Aplikasi Windows Picture Viewer Gambar 64. Jendela Aplikasi Windows Picture Viewer untuk Mencetak Kartu vi

9 Daftar Lampiran Lampiran 1 : Form F Lampiran 2 : Form FS Lampiran 3 : Form FS Lampiran 4 : Form FST vii

10 viii

11 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR :7/KEP-DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN(AQUACARD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA, Menimbang : a. bahwa kecenderungan masyarakat global terhadap persyaratan mutu dan keamanan pangan produk perikanan budidaya yang semakin ketat, menuntut pembudidaya dalam memproduksi ikan untuk menerapkan Prinsip Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) yang memperhatikan kualitas produk, ramah lingkungan, berkelanjutan, aman dikonsumsi dan mampu telusur; b. bahwa untuk menjamin dan sekaligus mendorong Penerapan Prinsip CBIB bagi pembudidaya ikan yang telah mendapat sertifikat CBIB, dipandang perlu dibangun sistem pengendalian melalui KartuPembudidayaIkan(AQUACARD); c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal P e r i k a n a n B u d i d a y a t e n t a n g K a r t u PembudidayaIkan (AQUACARD); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan 1

12 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 126); 5. Peraturan Presiden nomor 27/M tahun 2012 dan Peraturan Presiden Nomor 28/M tahun 2012; 6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.01/MEN/2007 tentang Pengendalian System Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2010; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2010 tentang pengadaan dan peredaran pakan ikan; 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor PER.15/MEN/2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA TENTANG KARTU PEMBUDIDAYAAN IKAN (AQUACARD). Pasal 1 Menetapkan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) sebagai suatu sistem 2

13 pengendalian dalam upaya untuk menjamin dan sekaligus mendorong keberlanjutan penerapan Prinsip CBIB bagi pembudidaya ikan yang telah menerima Sertifikat CBIB. Pasal 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran I, II, dan III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 3 Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) diberikan kepada pembudidaya ikan yang telah menerima sertifikat CBIB yang tergabung dalam Organisasi Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) yang efektif (Kelompok Efektif). Pasal 4 Biaya untuk pembuatan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dibebankan pada Anggaran Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 7 Juli 2014 DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA, Ttd SLAMET SOEBJAKTO Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA Agung Witjaksono 3

14

15 LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 7/KEP-DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perikanan Budidaya diyakini mampu menjadi salah satu landasan yang kokoh bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan sekaligus juga dipercaya memiliki kemampuan untuk mewujudkan 4 (empat) pilar pembangunan nasional, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), pro-growth (pertumbuhan), dan pro-sustainability (keberlanjutan). Hal ini mengingat sumberdaya lahan akuakultur yang masih sangat besar dan belum sepenuhnya dimanfaatkan, serta memiliki beberapa karakteristik unggul, seperti: (a) dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari pedesaan sampai dengan perkotaan, (b) usaha akuakultur cepat menghasilkan (quick yielding) dengan margin keuntungan yang besar yang memungkinkan menjadi pilihan mata pencaharian penduduk, (c) mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas, sehingga dapat memacu pembangunan industri hulu maupun hilir, (d) telah tersedia teknologi terapan yang cukup beragam sesuai dengan kebutuhan, (e) dapat merupakan pilihan mata pencaharian masyarakat yang layak untuk sekaligus mengatasi kemiskinan penduduk. Memahami bahwa fokus utama pembangunan perikanan budidaya adalah masyarakat pembudidaya ikan, maka dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan serta sekaligus untuk menguatkan efektifitas kelembagaan organisasi kelompok pembudidaya ikan (POKDAKAN) dalam pengawasan penerapan standar mutu serta peningkatan 5

16 efisiensi dan produktivitas usaha perikanan budidaya, mulai tahun 2014 Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memandang perlu untuk melakukan pengawasan terhadap keberlanjutan pelaksanaan CBIB pada pembudidaya yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing produk dan peningkatan kesejahteraan pembudidaya ikan melalui penerbitankartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) adalah sebagai landasan acuan teknis untuk pelaksanakan penerbitan Kartu Pembudidayaan Ikan (AQUACARD) bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten/Kota, sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah memberikan arah dan pedoman secara teknis yang diperlukan dalam proses Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)di Provinsi dan Kabupaten/Kota. 1.3 KETENTUAN UMUM Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan: 1. Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) adalah cara memelihara dan/atau membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, benih, pakan, obat ikan dan bahan kimia serta bahan biologis. 2. Cara pembenihan ikan yang baik, yang selanjutnya disingkat CPIB adalah cara mengembangbiakan ikan dengan cara melakukan manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/benih dalam lingkungan yang terkontrol, melalui penerapan teknologi yang memenuhi persyaratan biosecurity, mampu telusur (traceability) dan keamanan pangan (food safety). 6

17 3. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. 4. Sertifikasi CBIB adalah serangkaian kegiatan penerbitan dan pengendalian sertifikat melalui penilaian kesesuaian yang dipersyaratkan dalam CBIB. 5. Sertifikat CBIB adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal bagi unit pembudidayaan ikan yang memenuhi persyaratan CBIB. 6. Sertifikasi CPIB adalah serangkaian kegiatan penerbitan dan pengendalian sertifikat pembenihan ikan melalui penilaian kesesuaian yang dipersyaratkan dalam CPIB. 7. Sertifikat CPIB adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal bagi unit pembenihan ikan yang telah disertifikasi CPIB. 8. Pengendalian adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh otoritas kompeten untuk melakukan verifikasi terhadap kesesuaian antara penerapan sistem mutu oleh pelaku usaha pembudidayaan dan atau pembenihan ikan dengan peraturan/ ketentuan dalam rangka memberi jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. 9. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) adalah Kartu yang diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan cq Ditjen Perikanan Budidaya yang difungsikan sebagai suatu sistem pengendalian dalam upaya untuk menjamin dan sekaligus mendorong keberlanjutan penerapan Prinsip CBIB/CPIB bagi pembudidaya ikan yang telah menerima Sertifikat CBIB/CPIB. 10. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) terdiri dari 3 jenis yaitu Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B untuk Pembudidaya, Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) T untuk Pembina Teknis, dan Kartu Pembudidaya (AQUACARD) H untuk Pembenih. 7

18 11. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) diberikan kepada pembudidaya ikan yang tergabung dalam Kelompok Efektif. 12. Kelompok Efektif adalah kelompok pembudidaya ikan yang sudah mempunyai tenaga Pembina Teknis dan memiliki SOP pembudidayaan ikan/pembenihan ikan yang ditaati secara efektif oleh semua anggota dan telah sejalan dengan prinsip CBIB/CPIB. 13. Pembina Teknis adalah Petugas Penyuluh Perikanan atau Kepala Cabang Dinas Kecamatan yang ditunjuk sebagai pembina teknis dari sebuah kelompok efektif. 14. Dinas Kelautan dan Perikanan adalah dinas yang membidangi sektor kelautan dan perikanan baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. 15. ID adalah Identitas berupa angka unik yang diberikan kepada pembudidaya ikan dan Pembina Teknis yang memiliki Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). 1.4 RUANG LINGKUP Ruang lingkup dalam Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) meliputi : Pendataan lengkap Pembudidaya Ikan yang sudah menerima sertifikat CBIB/CPIB dan menjadi anggota kelompok efektif dan Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). Pendataan lengkap Pembudidaya Ikan meliputi: penyiapan basis data Rumah Tangga Perikanan Budidaya yang sudah memiliki sertifikat CBIB/CPIB, pendataan lengkap pembudidayaan ikan yang menjadi anggota kelompok efektif. Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD), meliputi : (1) Kriteria dan Persyaratan Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD), (2) Organisasi Pelaksana, (3) Tahapan Pelaksanaan 8

19 yang mencakup pendaftaran Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) baru, perpanjangan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) sesuai dengan scoring yang didapatkan setiap akhir tahun, pengelolaan database, monitoring, evaluasi dan pelaporan. 9

20 BAB II JENIS KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) DAN KRITERIA PEMOHON 2.1 JENIS KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) terdiri dari 3 jenis yaitu Kartu Pembudidayaan Ikan (AQUACARD) B untuk Pembudidaya, Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) T untuk Pembina Teknis, dan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) H untuk Pembenih. 1. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B adalah Kartu Pembudiyaan Ikan (AQUACARD) yang didalamnya dilengkapi dengan ID untuk pembudidaya ikan diberikan kepada pembudidaya ikan yang telah menjadi anggota kelompok efektif dan telah dilaksanakan sertifikasi CBIB, dan sudah mendapat sertifikat CBIB. ID dalam Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B tersebut adalah rangkaian angka yang menjadi kode unik pembudidaya ikan, sebagaimana terlihat pada contoh Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)B berikut : Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)Untuk Pembudidaya : Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B Gambar 1. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B 10

21 Id Anggota Pembudidaya Terdiri dari 14 digit angka yang Mewakili : 33 = Kode Provinsi 24 = Kode Kabupaten 01 = Kecamatan 2001 = Tahun Pendaftaran 654 = Nomor Registrasi 2. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Pembenih H Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) H adalah Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang didalamnya dilengkapi dengan id untuk pembenih ikan yang diberikan kepada pembenih ikan yang telah menjadi anggota kelompok efektif dan telah dilaksanakan sertifikasi CPIB dan sudah mendapat sertifikat CPIB. ID dalam Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) H tersebut adalah rangkaian angka yang menjadi kode unik pembenih ikan, sebagaimana terlihat pada contoh Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) H berikut: Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Untuk Pembenih : Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) H Gambar 2. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) H 11

22 Id Anggota Pembenih Terdiri dari 14 digit angka yang Mewakili : 31 = Kode Provinsi 75 = Kode Kabupaten 08 = Kecamatan 1005 = Tahun Pendaftaran 01 = Nomor Registrasi 3. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Pembina Teknis T Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) T adalah Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang didalamnya dilengkapi dengan ID untuk pembina teknis yang diberikan kepada pembina teknis yang memenuhi syarat. ID pembina teknis tersebut adalah rangkaian angka yang menjadi kode unik pembina teknis, sebagaimana terlihat pada contoh Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) T berikut : Kartu Pembudidaya Ikan(AQUACARD) untuk Teknisi Budidaya : Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)T PHOTO Gambar 3. Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) T 12

23 Id Anggota Pembina Teknis Terdiri dari 14 digit angka yang Mewakili : 31 = Kode Provinsi 75 = Kode Kabupaten 08 = Kecamatan 1005 = Tahun Pendaftaran 0001 = Nomor Registrasi 2.2 KRITERIA PEMOHON Kriteria yang harus dipenuhi bagi pembudidaya ikan atau pembina teknis untuk mendapatkan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) adalah sebagai berikut : 1. KRITERIA PENERBITAN KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) UNTUK PEMBUDIDAYA Pembudidaya ikan yang dapat mengajukan untuk mendapatkan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B harus memenuhi kriteria : a. pembudidaya yang sudah memiliki Sertifikat CBIB; b. menjadi Anggota Kelompok Efektif. 2. KRITERIA PENERBITAN KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) UNTUK PEMBENIH Pembenih ikan yang dapat mengajukan untuk mendapatkan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) H harus memenuhi kriteria : a. pembudidaya yang sudah memiliki Sertifikat CPIB; b. menjadi Anggota Kelompok Efektif. 13

24 3. KRITERIA PENERBITAN KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) UNTUK PEMBINA TEKNIS Pembina Teknis yang dapat mengajukan untuk mendapatkan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) T harus memenuhi kriteria : a. memiliki kelompok binaan dan tercantum dalam struktur organisasi kelompok binaan. b. memilikipengetahuan tentang CBIB/CPIB. 14

25 BAB III ORGANISASI PELAKSANA DAN MEKANISME PENERBITAN KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) 3.1 S T R U K T U R O R G A N I S A S I P E N G E L O L A K A R T U PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) Untuk mengelola pengolahan data dan penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD), diperlukan struktur organisasi yang terdiri dari Pengarah, Penanggung Jawab, Editor, Administrator Pusat, Administrator Provinsi, Administrator Kabupaten/Kota dengan struktur dan tugas sebagai berikut : Gambar 4. Struktur Organisasi Pengelola Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Tugas dan fungsi dari setiap komponen organisasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penanggung Jawab a. Penanggung Jawab adalah pemegang otoritas tertinggi Sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Perikanan 15

26 Budidaya bertugas untuk memberikan arahan pada semua tingkatan pengelola Kartu Pembudidaya Ikan sehingga Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dapat berjalan dan berfungsi sebagaimana mestinya. b. Pengarah berkewenangan untuk memberikan punishment dalam bentuk teguran dan peringatan kepada struktur di bawahnya agar Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dapat berjalan dan berfungsi sebagaimana mestinya. 2. Redaktur a. Redaktur adalah pemegang otoritas yang bertanggung jawab terhadap jalannya sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dan ditetapkan dengan SK Dirjen Perikanan Budidaya. b. Redaktur bertugas untuk memberikan arahan kepada Editor untuk (i) melakukan validasi database sistem aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD), (ii) mengelola database sistem Aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). c. Dalam pelaksanaan tugasnya, Redaktur bertangung jawab kepada penanggung jawab. 3. Editor 1 a. Editor adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap validitas database sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dan pengembangan sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) bekerjasama dengan Administrator. b. Editor bertugas untuk (i) memvalidasi database sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) (ii) mengelola database sistem Aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Indonesia Bagian Barat, (iii) memberikan persetujuan untuk Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang akan diterbitkan. 16

27 c. Editor ditunjuk langsung oleh Direktur Produksi dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya dan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada redaktur. 4. Editor 2 a. Editor adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap validitas database sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dan pengembangan system Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) bekerjasama dengan Administrator Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). b. Editor bertugas untuk (i) memvalidasi database sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD), (ii) mengelola database sistem Aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Indonesia Bagian Timur, (iii) memberikan persetujuan untuk Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang akan diterbitkan. c. Editor ditunjuk langsung oleh Direktur Produksi dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya dan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada redaktur. 5. WEB Developer a. Web Developer bertugas untuk (i) melakukan pemerikasaan dan pemeliharaan secara berkala terhadap server aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)(ii) melakukan pemeriksaaan terhadapkoneksi Internet (iii) memberikan masukan yang dianggap perlu untuk pengembangan sistem aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). b. Web Developer ditunjuk langsung oleh Direktur Produksi dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya dan bertanggung jawab kepada Redaktur. 6. Administrator Pusat a. Administrator Pusat adalah orang yang bertanggung jawab terhadap database Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). 17

28 b. Admintrator Pusat bertugas memverifikasi database serta mengkompilasi laporan provinsi tentang perkembangan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD), yang meliputi : (i) jumlah pembudidaya yang sudah terdaftar, (ii) jumlah Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang sudah diterbitkan, dan (iii) Rekapitulasi berita acara serah terima Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) kepada pembudidaya ikan yang sudah dilaksanakan pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. c. Administrator Pusat ditetapkan melalui SK Dirjen Perikanan Budidaya. 7. Administrator Provinsi a. Administrator Provinsi adalah orang yang bertanggung jawab terhadap database Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Provinsi. b. Administrator Provinsi memiliki tugas untuk memantau dan memverifikasi database provinsi dalam sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) serta mencetak Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dan mengkompilasi laporan Kabupaten/Kota tentang perkembangan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) meliputi : (i) jumlah pembudidaya yang sudah terdaftar, (ii) jumlah Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang sudah diterbitkan, dan (iii) rekapitulasi berita acara serah terima Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) kepada pembudidaya ikan yang sudah dilaksanakan pada tingkat Kabupaten/Kota. c. Administrator Provinsi ditetapkan melalui SK Dirjen Perikanan Budidaya sesuai dengan usulan dari Kepala Dinas Provinsi. 8. Administrator Kabupaten/Kota a. Administrator Kabupaten/Kota adalah orang yang bertanggung jawab terhadap database Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Kabupaten/Kota. 18

29 b. Administrator Kabupaten/kota memiliki tugas untuk melakukan entry dan update data pada sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)termasuk melakukan verifikasi terhadap form-form isian hasil penilaian yang dilakukan oleh Pembina Teknis dari setiap kelompok dari form FS (Lampiran 2). c. Administrator Kabupaten/kota bertugas untuk memantau kegiatan yang dilakukan oleh Pembina Teknis dengan mengunakan form FST-1 (Lampiran 3) dan FST-2 (Lampiran 4). d. Administrator Kabupaten/Kota ditetapkan melalui SK Dirjen Perikanan Budidaya atas usulan dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota. 9. Pembina Teknis a. Pembina Teknis adalah petugas penyuluh atau kepala cabang Dinas kecamatan yang ditunjuk sebagai pembina teknis kelompok efektif. b. Pembina Teknis bertugas untuk memantau dan mencatat kegiatan pembudidayaan dan atau pembenihan ikan yang dilakukan oleh pembudidaya anggota kelompok efektif binaannya dengan menggunakan form FS (Lampiran 2). c. Pembina Teknis melaporkan data hasil pemantauannya kepada Administrator Kabupaten/Kota. 3.2 MEKANISME PENERBITAN KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) untuk Pembudidaya Pembudidaya yang akan mendapatkan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) (B) harus melengkapi: 19

30 a. Mengisi Form Isian F1 (Lampiran 1); b. Melampirkan Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)/NIK yang masih berlaku; c. Menjadi Anggota Kelompok Efektif, dalam pengusulan harus ada pernyataan dari Pembina Teknis bahwa yang bersangkutan memang anggota kelompok binaan; d. Diusulkan oleh Dinas Kab/Kota; e. Disetujui oleh Dinas Provinsi. 2. Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Untuk Pembenih Pembudidaya yang akan mendapatkan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) (H) harus melengkapi: a. Mengisi Form Isian F1 (Lampiran 1); b. Melampirkan Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)/NIK yang masih berlaku; c. Menjadi Anggota Kelompok Efektif, dalam pengusulan harus ada pernyataan dari Pembina Teknis bahwa yang bersangkutan memang anggota kelompok binaan; d. Diusulkan oleh Dinas Kabupaten/Kota; e. Disetujui oleh Dinas Provinsi. 3. Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Untuk Pembina Teknis Pembina Teknis yang akan mendapatkan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)(T) harus melengkapi: a. Mengisi Form Isian F1 (Lampiran 1); b. Melampirkan Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)/NIK yang masih berlaku; 20

31 c. Memiliki kelompok binaan dan tercantum dalam struktur organisasi kelompok binaan; d. Diusulkan oleh Dinas Kab/Kota; e. Disetujui oleh Dinas Provinsi. 4. Masa Berlaku AQUACARD Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)berlaku sesuai dengan skor yang didapatkan di akhir tahun, pembudidaya ikan akan dicabut Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)-nya jika skor yang diakumulasi pada akhir tahun jumlah nilainyanegatif selama dua tahun berturut-turut. Skoring Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dimaksudkan agar pemegang sertifikat CBIB/CPIB secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip CBIB/CPIB.Skor Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)dalamskoring Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) ditentukan oleh kekonsistenan pembudidaya ikan dalam menerapkan prinsip CBIB/CPIB. Skor Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) ditetapkan berdasarkan pada 18 Prinsip CBIB yangmeliputi: (1) Lokasi budidaya, (2) Suplai Air, (3) Tata letak dan design, (4) Kebersihan fasilitas dan perlengkapan, (5) Persiapan wadah budidaya (6) Pengolahan air, (7) Benih, (8) Pakan, (9) penggunaan bahan kimia, bahanbiologi dan obat ikan, (10)Penggunaan es dan air, (11) Panen, (12) Penanganan hasil, (13) Pengangkutan, (14) Pembuangan limbah, (15) Pencatatan, (16) Tindakan perbaiakn, (17) Pelatihan dan (18) Kebersihan personil, dapat dilihat pada tabel scoring form FS (lampiran 2). Oleh karena itu perlu dibuat aturan dalam skoring Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) meliputi prinsip: 1. LOKASI BUDIDAYA Unit usaha budidaya berada pada lingkungan yang sesuai, dimana resiko keamanan pangan dari bahaya kimiawi, biologis dan fisik diminimalisir, dengan kriteria penilaian: a. konsisten : kondisi lokasi sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; 21

32 b. agak kurang konsisten : kondisi Lokasi berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi Lokasi berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi Lokasi berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi Lokasi berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. SUPLAI AIR Unit usaha mempunyai sumber air yang baik dan sumber air pasok terhindar dari sumber polusi, dengan kriteria penilaian: a. konsisten : Kondisi suplai airsesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : Kondisi suplai air berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : Kondisi suplai airberada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : Kondisi suplai air berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : Kondisi suplai air berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 3. TATA LETAK DAN DESIGN Unit budidaya seharusnya di desain dengan baik dengan tata letak yang meminimalkan resiko yang berhubungan dengan kontaminasi, yang terdiri dari 5 sub komponen yaitu: 1. Area usaha hanya digunakan untuk pembudidayaan ikan (dengan bobot 20 % dari prinsip 3). a. konsisten : kondisi area usaha sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; 22

33 b. agak kurang konsisten : kondisi area usaha berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi area usaha berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi area usaha berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi area usaha berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. Unit usaha budidaya mempunyai desain dan tata letak yang dapat mencegah kontaminasi silang (dengan bobot 20 % dari nilai prinsip 3). a. konsisten : kondisi desain dan tata letak sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi desain dan tata letak berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi desain dan tata letak berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi desain dan tata letak berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi desain dan tata letak berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 3. Toilet septic tank, gudang dan fasilitas lainnya terpisah dan tidak berpotensi mengontaminasi produk budidaya (dengan bobot 20 % dari nilai prinsip 3). a. konsisten : kondisi toilet septic tank, gudang dan fasilitas lainnya sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; 23

34 b. agak kurang konsisten : kondisi toilet septic tank, gudang dan fasilitas lainnya berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi toilet septic tank, gudang dan fasilitas lainnya berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi toilet septic tank, gudang dan fasilitas lainnya berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi toilet septic tank, gudang dan fasilitas lainnya berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. Unit usaha budidaya memiliki fasilitas pembuangan limbah cair ataupun padat yang ditempatkan di area yang sesuai (dengan bobot 20 % dari nilai prinsip 3). a. konsisten : kondisi fasilitas pembuangan limbah cair atau pun padat sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi fasilitas pembuangan limbah cair ataupun padat berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi fasilitas pembuangan limbah cair atau pun padat berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi fasilitas pembuangan limbah cair atau pun padat berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi fasilitas pembuangan limbah cair ataupun padat berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 24

35 5. Wadah budidaya seperti karamba dan jaring apung di desain dan dibangun agar menjamin kerusakan fisik ikan yang minimal selama pemeliharaan dan panen (dengan bobot 20 % dari nilai prinsip 3). a. konsisten : kondisi wadah budidaya sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi wadah budidaya berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi wadah budidaya berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi wadah budidaya berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi wadah budidaya berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. KEBERSIHAN FASILITAS DAN PERLENGKAPAN Prinsip kebersihan fasilitas dan perlengkapan terdiri dari 5 subkomponen, yaitu: 1. Unit usaha budidaya dan lingkungannya dijaga kondisi kebersihan dan higienis (dengan bobot 20 % dari nilai prinsip 4). a. konsisten : kondisi unit usaha budidaya dan lingkungannya sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi unit usaha budidaya dan lingkungannya berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi unit usaha budidaya dan lingkungannya berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; 25

36 d. terlalu kurang konsisten : kondisi unit usaha budidaya dan lingkungannya berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi unit usaha budidaya dan lingkungannya berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. Dilakukan tindakan pencegahan terhadap binatang dan hama yang menyebabkan kontaminasi (dengan bobot 20 % dari nilai prinsip 4). a. konsisten : kondisi dilakukan tindakan pencegahan terhadap binatang dan hama sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi dilakukan tindakan pencegahan terhadap binatang dan hama berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi dilakukan tindakan pencegahan terhadap binatang dan hama berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi dilakukan tindakan pencegahan terhadap binatang dan hama berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi dilakukan tindakan pencegahan terhadap binatang dan hama berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 3. BBM, bahan kimia ( desinfektan, pupuk, reagen ) pakan dan obat ikan disimpan dalam tempat terpisah dan aman (dengan bobot 20 % dari nilai prinsip 4). a. konsisten : kondisi BBM, bahan kimia (desinfektan, pupuk, reagen) pakan dan obat ikan disimpan dalam 26

37 tempat terpisah dan aman sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi BBM, bahan kimia (desinfektan, pupuk, reagen) pakan dan obat ikan disimpan dalam tempat terpisah dan aman berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi BBM, bahan kimia (desinfektan, pupuk, reagen) pakan dan obat ikan disimpan dalam tempat terpisah dan aman berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi BBM, bahan kimia (desinfektan, pupuk, reagen) pakan dan obat ikan disimpan dalam tempat terpisah dan aman berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi BBM, bahan kimia (desinfektan, pupuk, reagen) pakan dan obat ikan disimpan dalam tempat terpisah dan aman berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. Wadah perlengkapan dan fasilitas budidaya dibuat dari bahan yang tidak menyebabkan kontaminasi (dengan bobot 20 % dari nilai prinsip 4). a. konsisten : kondisi wadah perlengkapan dan fasilitas budidaya sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi wadah perlengkapan dan fasilitas budidaya berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi wadah perlengkapan dan fasilitas budidaya berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; 27

38 d. terlalu kurang konsisten : kondisi wadah perlengkapan dan fasilitas budidaya berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi wadah perlengkapan dan fasilitas budidaya berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 5. Fasilitas dan perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis dan dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan serta bila perlu di disinfeksi dengan desinfektan yang diizinkan (dengan bobot 20 % dari nilai prinsip 4). a. konsisten : kondisi fasilitas dan perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi fasilitas dan perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi fasilitas dan perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi fasilitas dan perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi fasilitas dan perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis dan perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 5. PERSIAPAN WADAH BUDIDAYA Prinsip persiapan wadah budidaya terdiri dari 2subkomponen, yaitu: 28

39 1. Wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih (dengan bobot 50 % dari nilai prinsip 5). a. konsisten : kondisi wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. Dalam persiapan wadah dan air hanya menggunakan pupuk dan bahan kimia yang di rekomendasikan (dengan bobot 50 % dari nilai prinsip 5). a. konsisten : kondisi persiapan wadah dan air hanya menggunakan pupuk dan bahan kimia yang direkomendasikan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi persiapan wadah dan air hanya menggunakan pupuk dan bahan kimia yang direkomendasikan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi persiapan wadah dan air 29

40 hanya menggunakan pupuk dan bahan kimia yang direkomendasikan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi persiapan wadah dan air hanya menggunakan pupuk dan bahan kimia yang direkomendasikan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. Paling Tidak Konsisten : Kondisi persiapan wadah dan air hanya menggunakan pupuk dan bahan kimia yang direkomendasikan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 6. PENGOLAHAN AIR Mutu air dan sedimen seharusnya dijaga pada level yang mencukupi untuk kesehatan lingkungan budidaya, dengan melakukan angka penebaran benih dan pakan yang sesuai, air pasok dan keluar di wadah budidaya seharusnya difiltrasi/ saring untuk mencegah masuknya spesies yang tidak diinginkan termasuk parasit dalam air pasok. Yang terdiri dari 2 subkomponen yaitu : 1. Dilakukan upaya filterisasi air atau pengendapan serta menjamin kualitas air yang sesuai untuk ikan yang dibudidayakan (dengan bobot 50 % dari nilai prinsip 6). a. konsisten : kondisi upaya filterisasi air atau pengendapan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi upaya filterisasi air atau pengendapan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi upaya filterisasi air atau pengendapan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi upaya filterisasi air atau pengendapan berada pada kondisi ketidak 30

41 sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi upaya filterisasi air atau pengendapan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. Monitor kualitas air sumber secara rutin untuk menjamin kesehatan & kebersihan ikan yang dibudidayakan (dengan bobot 50 % dari nilai prinsip 6). 7. BENIH a. konsisten : kondisi monitor kualitas air sumber sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi monitor kualitas air sumber berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi monitor kualitas air sumber berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi monitor kualitas air sumber berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi monitor kualitas air sumber berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. Penggunaan obat ikan dan bahan kimia selama pembenihan dapat menimbulkan residu dan beresiko pada keamanan pangan. Mutu benih yang buruk dapat pula mengganggu kesehatan selama pembudidayaan dan akan memicu penggunaan obat dan atau bahan kimia. Benih yang ditebar dalam kondisi sehat dan berasal dari unit pembenihan bersertifikat & tidak mengandung penyakit berbahaya maupun obat ikan. 31

42 a. konsisten : kondisi benih yang ditebar sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi benih yang ditebar berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi benih yang ditebar berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi benih yang ditebar berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. Paling Tidak Konsisten : kondisi benih yang ditebar berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB; 8. PAKAN Pakan dapat menyebabkan masalah keamanan pangan, yang disebabkan oleh datangnya hama pengerat, penanganan pakan tidak tepat atau menjadi media penular pada udang/ ikan,bahan baku pakan yang seharusnya tidak menggunakan pestisida, bahan kimia, termasuk logam berat dan kontaminan lain yang dilarang dan membahayakan. Yang terdiri dari 6 subkomponen yaitu: 1. Pakan ikan yang digunakan memiliki nomor pendaftaran/ sertifikasi yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal atau surat jaminan dari Institusi yang berkompeten dengan penilaian sebagai berikut (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 8). a. konsisten : kondisi pakan ikan yang digunakan memiliki nomor pendaftaran/ sertifikasi sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi pakan ikan yang digunakan memiliki nomor pendaftaran/ sertifikasi berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; 32

43 c. kurang konsisten : kondisi pakan ikan yang digunakan memiliki nomor pendaftaran/ sertifikasi berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi pakan ikan yang digunakan memiliki nomor pendaftaran/ sertifikasi berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi pakan ikan yang digunakan memiliki nomor pendaftaran/ sertifikasi berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. Pakan ikan disimpan dengan baik dalam ruang yang kering dan sejuk untuk menjaga kualitas serta digunakan sebelum tanggal kadaluarsa (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 8). a. konsisten : kondisi pakan ikan disimpan dengan baik sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi pakan ikan disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi pakan ikan disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi pakan ikan disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi pakan ikan disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 3. Pakan tidak dicampur bahan tambahan seperti antibiotik, obat ikan, bahan kimia lainnya atau hormon yang dilarang dan bahan tambahan harus terdaftar (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 8). 33

44 a. konsisten : kondisi pakan tidak dicampur bahan tambahan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi pakan tidak dicampur bahan tambahan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi pakan tidak dicampur bahan tambahan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi pakan tidak dicampur bahan tambahan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi pakan tidak dicampur bahan tambahan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. Pakan buatan sendiri harus dibuat dari bahan yang direkomendasikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) dan tidak dicampur dengan bahan-bahan terlarang (antibiotik, pestisida, logam berat) (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 8). a. konsisten : kondisi pakan buatan sendiri harus dibuat dari bahan yang direkomendasikan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi pakan buatan sendiri harus dibuat dari bahan yang direkomendasikan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi Pakan buatan sendiri harus dibuat dari bahan yang direkomendasikan pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi pakan buatan sendiri harus dibuat dari bahan yang direkomendasikan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; 34

45 e. paling tidak konsisten : kondisi pakan buatan sendiri harus dibuat dari bahan yang direkomendasikan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 5. Pemberian pakan dilakukan dalam efisiensi sesuai dengan dosis yang direkomendasikan (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 8). a. konsisten : kondisi pemberian pakan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi pemberian pakan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi pemberian pakan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi pemberian pakan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi pemberian pakan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 6. Pakan berlabel/memiliki informasi yang mencantumkan komposisi, tanggal kadaluarsa, dosis dan cara pemberian dengan jelas dalam bahasa Indonesia (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 8). a. konsisten : kondisi pakan berlabel/memiliki informasi sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi pakan berlabel/ memiliki informasi berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; 35

46 c. kurang konsisten : kondisi pakan berlabel/memiliki informasi berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi pakan berlabel/memiliki informasi berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi pakan berlabel/ memiliki informasi berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 9. PENGGUNAAN BAHAN KIMIA, BAHAN BIOLOGI DAN OBAT IKAN Target utama dari prinsip 9 ini adalah meningkatkan sistem keamanan hayati dan menurunkan insiden wabah dan resiko yang ditimbulkan daripenggunaan bahan kimia, bahan biologi dan obat ikan. Oleh karena itu, target penerapan CBIB seharusnya dapat menurunkan penggunaan obat ikan dan lain-lainnya. Prinsip 9 ini terdiri dari6 subkomponen, yaitu : 1. Hanya menggunakan obat ikan, bahan kimiawi dan biologis yang diizinkan (dengan nomor registrasi dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya) (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 9). a. konsisten : kondisi hanya menggunakan obat ikan, bahan kimiawi dan biologis yang diizinkan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi hanya menggunakan obat ikan, bahan kimiawi dan biologis yang diizinkan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi hanya menggunakan obat ikan, bahan kimiawi dan biologis yang diizinkan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; 36

47 d. terlalu kurang konsisten : kondisi hanya menggunakan obat ikan, bahan kimiawi dan biologis yang diizinkan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi hanya menggunakan obat ikan, bahan kimiawi dan biologis yang diizinkan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. Penggunaan obat yang diizinkan sesuai petunjuk dan pengawasan (obat keras harus digunakan dibawah pengawasan petugas yang berkompeten) (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 9). a. konsisten : kondisi penggunaan obat yang diizinkan sesuai petunjuk dan pengawasan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi penggunaan obat yang diizinkan sesuai petunjuk dan pengawasan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. Kurang Konsisten : kondisi penggunaan obat yang diizinkan sesuai petunjuk dan pengawasan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi penggunaan obat yang diizinkan sesuai petunjuk dan pengawasan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi penggunaan obat yang diizinkan sesuai petunjuk dan pengawasan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 3. Obat ikan, bahan kimia dan biologis disimpan dengan baik sesuai spekifikasi (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 9). 37

48 a. konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan biologis disimpan dengan baik sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan biologis disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan biologis disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan biologis disimpan dengan baik, bahan kimia dan biologis disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan biologis disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. Penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologis sesuai instruksi dan ketentuan / petunjuk pada label (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 9). a. konsisten : kondisi penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologis sesuai instruksi dan ketentuan/ petunjuk pada label sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologis sesuai instruksi dan ketentuan/petunjuk pada label berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologis sesuai instruksi dan ketentuan/petunjuk pada label berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologis sesuai instruksi 38

49 dan ketentuan/petunjuk pada label berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologis sesuai instruksi dan ketentuan/petunjuk pada label berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 5. Dilakukan test untuk mendeteksi residu obat ikan dan bahan kimia dengan hasil di bawah ambang batas (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 9). a. konsisten : kondisi dilakukan test untuk mendeteksi residu obat ikan dan bahan kimia dengan hasil di bawah ambangbatas sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi dilakukan test untuk mendeteksi residu obat ikan dan bahan kimia dengan hasil di bawah ambang batas berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi dilakukan test untuk mendeteksi residu obat ikan dan bahan kimia dengan hasil di bawah ambang batas berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi dilakukan test untuk mendeteksi residu obat ikan dan bahan kimia dengan hasil di bawah ambang batas berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi dilakukan test untuk mendeteksi residu obat ikan dan bahan kimia dengan hasil di bawah ambang batas berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 6. Obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi yang digunakan mempunyai label yang menjelaskan: dosis dan aturan pemakaian, tanggal kadaluarsa dan masa henti obat yang 39

50 ditulis dalam bahasa Indonesia (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 9). a. konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi yang digunakan mempunyai label sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi yang digunakan mempunyai label berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi yang digunakan mempunyai label berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi yang digunakan mempunyai label berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi yang digunakan mempunyai label berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 10. PENGGUNAAN ES DAN AIR Air bersih digunakan dan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk panen, penanganan hasil dan pembersihan yang terdiri dari 4 subkomponen yaitu : 1. Air bersih digunakan dan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk panen, penanganan hasil dan pembersihan (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 10). a. konsisten : kondisi air bersih digunakan dan tersedia dalam jumlah yang cukup sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; 40

51 b. agak kurang konsisten : kondisi air bersih digunakan dan tersedia dalam jumlah yang cukup berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi air bersih digunakan dan tersedia dalam jumlah yang cukup berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi air bersih digunakan dan tersedia dalam jumlah yang cukup berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi air bersih digunakan dan tersedia dalam jumlah yang cukup berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. Es hanya berasal dari pemasok yang disetujui dan menggunakan air minum/bersih (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 10). a. konsisten : kondisi es hanya berasal dari pemasok yang disetujui sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi es hanya berasal dari pemasok yang disetujui berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi es hanya berasal dari pemasok yang disetujui berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi es hanya berasal dari pemasok yang disetujui berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi es hanya berasal dari pemasok yang disetujui berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 41

52 3. Es diterima dalam kondisi saniter (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 10). a. konsisten : kondisi es diterima dalam kondisi saniter sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi es diterima dalam kondisi saniter berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi es diterima dalam kondisi saniter berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi es diterima dalam kondisi saniter berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. palingtidak konsisten : kondisi es diterima dalam kondisi saniter berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. Es ditangani dan disimpan dalam kondisi bersih hingga higienis (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 10). a. konsisten : kondisi es ditangani dan disimpan dalam kondisi bersih hingga higienis sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi es ditangani dan disimpan dalam kondisi bersih hingga higienis berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi es ditangani dan disimpan dalam kondisi bersih hingga higienis berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi es ditangani dan disimpan dalam kondisi bersih hingga higienis berada 42

53 11. PANEN pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi es ditangani dan disimpan dalam kondisi bersih hingga higienis berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. Keamanan pangan dan kualitas bahaya yang muncul dari teknik panen yang tidak sesuai berhubungan dengan kontrol temperatur, temperatur yang tinggi dapat menyebabkan pembusukan produk selama kegiatan panen. bahaya keamanan pangan tambahan muncul dari penggunaan air atau es yang tercemar dan kurang bersihnya fasilitas dan peralatan. Kerusakan pada ikan selama panen dapat menyebabkan pencemaran yang mengarah kepada saluran usus atau pembusukan produk. Teknik panen yang sesuai akan memperkecil resiko pencemaran, kerusakan fisik & stress ikan. Yang terdiri dari 4 subkomponen yaitu : 1. Perlengkapan dan peralatan mudah dibersihkan dan dijaga dalam kondisi bersih dan higienis (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 11). a. konsisten : kondisi perlengkapan dan peralatan mudah dibersihkan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi perlengkapan dan peralatan mudah dibersihkan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi perlengkapan dan peralatan mudah dibersihkan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi perlengkapan dan peralatan mudah dibersihkan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; 43

54 e. paling tidak konsisten : kondisi perlengkapan dan peralatan mudah dibersihkan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. Panen dipersiapkan dengan baik untuk menghindari pengaruh temperatur yang tinggi pada ikan (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 11). a. konsisten : kondisi Panen dipersiapkan dengan baik untuk menghindari pengaruh temperatur yang tinggi pada ikan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi panen dipersiapkan dengan baik untuk menghindari pengaruh temperatur yang tinggi pada ikan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi panen dipersiapkan dengan baik untuk menghindari pengaruh temperatur yang tinggi pada ikan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi panen dipersiapkan dengan baik untuk menghindari pengaruh temperatur yang tinggi pada ikan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi panen dipersiapkan dengan baik untuk menghindari pengaruh temperatur yang tinggi pada ikan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 3. Pada saat panen dilakukan upaya untuk menghindari terjadinya penurunan mutu dan kontaminasi ikan (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 11). a. konsisten : kondisi saat panen dilakukan upaya untuk menghindari terjadinya penurunan mutu dan kontaminasi ikan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; 44

55 b. agak kurang konsisten : kondisi saat panen dilakukan upaya untuk menghindari terjadinya penurunan mutu dan kontaminasi ikan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi saat panen dilakukan upaya untuk menghindari terjadinya penurunan mutu dan kontaminasi ikan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi saat panen dilakukan upaya untuk menghindari terjadinya penurunan mutu dan kontaminasi ikan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi saat panen dilakukan upaya untuk menghindari terjadinya penurunan mutu dan kontaminasi ikan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. Penanganan ikan dilakukan secara higienis dan efisien sehingga tidak menimbulkan kerusakan fisik (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 11). a. konsisten : kondisi penanganan ikan dilakukan secara higienis dan efisien sehingga tidak menimbulkan kerusakan fisik sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi penanganan ikan dilakukan secara higienis dan efisien sehingga tidak menimbulkan kerusakan fisik berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi penanganan ikan dilakukan secara higienis dan efisien sehingga tidak menimbulkan kerusakan fisik berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi penanganan ikan dilakukan secara higienis dan efisien sehingga tidak 45

56 menimbulkan kerusakan fisik berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi penanganan ikan dilakukan secara higienis dan efisien sehingga tidak menimbulkan kerusakan fisik berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 12. PENANGANAN HASIL Prinsip penanganan hasil terdiri dari 4 subkomponen yaitu : 1. Peralatan dan perlengkapan untuk penanganan hasil mudah dibersihkan dan didisinfeksi (bila perlu) serta selalu dijaga dalam keadaan bersih (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 12). a. konsisten : kondisi peralatan dan perlengkapan untuk penanganan hasil sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi peralatan dan perlengkapan untuk penanganan hasil berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi peralatan dan perlengkapan untuk penanganan hasil berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi peralatan dan perlengkapan untuk penanganan hasil berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi peralatan dan perlengkapan untuk penanganan hasil berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB Ikan mati segera didinginkan dan diupayakan suhunya 0 C di seluruh bagian (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 12). 46

57 a. konsisten : kondisi ikan mati segera didinginkan dan 0 diupayakan suhunya 0 C di seluruh bagian sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi ikan mati segera 0 didinginkan dan diupayakan suhunya 0 C di seluruh bagian berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi ikan mati segera 0 didinginkan dan diupayakan suhunya 0 C di seluruh bagian berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi ikan mati segera 0 didinginkan dan diupayakan suhunya 0 C di seluruh bagian berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi ikan mati segera 0 didinginkan dan diupayakan suhunya 0 C di seluruh bagian berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 3. Proses penanganan seperti pemilihan, penimbangan, pencucian, pembilasan, dll dilakukan dengan cepat dan higienis tanpa merusak produk (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 12). a. konsisten : kondisiproses penanganan dilakukan dengan cepat dan higienis tanpa merusak produk sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi proses penanganan dilakukan dengan cepat dan higienis tanpa merusak produk berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; 47

58 c. kurang konsisten : kondisi proses penanganan dilakukan dengan cepat dan higienis tanpa merusak produk berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi proses penanganan dilakukan dengan cepat dan higienis tanpa merusak produk berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi proses penanganan dilakukan dengan cepat dan higienis tanpa merusak produk berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. Berdasarkan persyaratan yang berlaku, bahan tambahan & kimia yang dilarang tidak digunakan pada ikan yang diangkut (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 12). a. konsisten : kondisi bahan tambahan & kimia yang dilarang tidak digunakan pada ikan yang diangkut sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi bahan tambahan & kimia yang dilarang tidak digunakan pada ikan yang diangkut berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi bahan tambahan & kimia yang dilarang tidak digunakan pada ikan yang diangkut berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi bahan tambahan & kimia yang dilarang tidak digunakan pada ikan yang diangkut berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi bahan tambahan & kimia yang dilarang tidak digunakan pada ikan yang 48

59 13. PENGANGKUTAN diangkut berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. Prinsip pengangkutan terdiri dari 4 subkomponen yaitu: 1. Peralatan dan fasilitas pengangkutan yang digunakan mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihannya (boks, wadah, dll) (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 13) a. konsisten : kondisi peralatan dan fasilitas pengangkutan yang digunakan mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihannya (boks, wadah, dll) sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi peralatan dan fasilitas pengangkutan yang digunakan mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihannya (boks, wadah, dll) berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi peralatan dan fasilitas pengangkutan yang digunakan mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihannya (boks, wadah, dll) berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi peralatan dan fasilitas pengangkutan yang digunakan mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihannya (boks, wadah, dll) berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi peralatan dan fasilitas pengangkutan yang digunakan mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihannya (boks, wadah, dll) berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 49

60 2. Pengangkutan dalam kondisi higienis untuk menghindari kontaminasi (seperti udara, tanah, air, bahan kimia, dll) dan kontaminasi silang (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 13). a. konsisten : kondisi pengangkutan dalam kondisi higienis untuk menghindari kontaminasi sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi pengangkutan dalam kondisi higienis untuk menghindari kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi pengangkutan dalam kondisi higienis untuk menghindari kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi pengangkutan dalam kondisi higienis untuk menghindari kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi pengangkutan dalam kondisi higienis untuk menghindari kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 3. Suhu produk selama pengangkutan mendekati suhu cair es 0 (0 C) pada seluruh bagian produk (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 13). a. konsisten : kondisi suhu produk selama pengangkutan 0 mendekati suhu cair es (0 C) pada seluruh bagian produk sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi suhu produk selama 0 pengangkutan mendekati suhu cair es (0 C) pada seluruh bagian produk berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; 50

61 c. kurang konsisten : kondisi suhu produk selama 0 pengangkutan mendekati suhu cair es (0 C) pada seluruh bagian produk berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi suhu produk selama 0 pengangkutan mendekati suhu cair es (0 C) pada seluruh bagian produk berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi suhu produk selama 0 pengangkutan mendekati suhu cair es (0 C) pada seluruh bagian produk berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. Ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan kerusakan fisik atau kontaminasi (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 13). a. konsisten : kondisi Ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan kerusakan fisik atau kontaminasi sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan kerusakan fisik atau kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan kerusakan fisik atau kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan kerusakan fisik atau kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan 51

62 kerusakan fisik atau kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 14. PEMBUANGAN LIMBAH Prinsip ke 14 menekankan pada limbah (cair, padat dan berbahaya) yang harus dikelola (dikumpulkan & dibuang) dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi. a. konsisten : kondisi limbah (cair, padat dan berbahaya) yang harus dikelola (dikumpulkan & dibuang) dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi limbah (cair, padat dan berbahaya) yang harus dikelola (dikumpulkan & dibuang) dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi limbah (cair, padat dan berbahaya) yang harus dikelola (dikumpulkan & dibuang) dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi limbah (cair, padat dan berbahaya) yang harus dikelola (dikumpulkan & dibuang) dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi limbah (cair, padat dan berbahaya) yang harus dikelola (dikumpulkan & dibuang) dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 52

63 15. PENCATATAN Prinsip 15 terdiri dari 6 subkomponen yaitu : 1. Dilakukan rekaman pada jenis dan asal pakan (pakan pabrikan) serta bahan baku pakan ikan (untuk pakan buatan sendiri) (dengan bobot 25 % dari nilai prinsip 15). a. konsisten : kondisi dilakukan rekaman pada jenis dan asal pakan (pakan pabrikan) serta bahan baku pakan ikan (untuk pakan buatan sendiri) sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi dilakukan rekaman pada jenis dan asal pakan (pakan pabrikan) serta bahan baku pakan ikan (untuk pakan buatan sendiri) berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi dilakukan rekaman pada jenis dan asal pakan (pakan pabrikan) serta bahan baku pakan ikan (untuk pakan buatan sendiri) berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi dilakukan rekaman pada jenis dan asal pakan (pakan pabrikan) serta bahan baku pakan ikan (untuk pakan buatan sendiri) berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi dilakukan rekaman pada jenis dan asal pakan (pakan pabrikan) serta bahan baku pakan ikan (untuk pakan buatan sendiri) berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 2. Penyimpananan rekaman penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi atau perlakuan lain selama masa pemeliharaan (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 15). 53

64 a. konsisten : kondisi penyimpananan rekaman penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi atau perlakuan lain selama masa pemeliharaan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi penyimpananan rekaman penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi atau perlakuan lain selama masa pemeliharaan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi penyimpananan rekaman penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi atau perlakuan lain selama masa pemeliharaan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi penyimpananan rekaman penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi atau perlakuan lain selama masa pemeliharaan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi penyimpananan rekaman penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi atau perlakuan lain selama masa pemeliharaan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 3. Penyimpanan rekaman kualitas air (air sumber, air pasok, air pemeliharaan dan limbah cair) sesuai kebutuhan (lihat poin 6) (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 15). a. konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kualitas air (air sumber, air pasok, air pemeliharaan dan limbah cair) sesuai kebutuhan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kualitas air (air sumber, air pasok, air pemeliharaan 54

65 dan limbah cair) sesuai kebutuhan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kualitas air (air sumber, air pasok, air pemeliharaan dan limbah cair) sesuai kebutuhan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kualitas air (air sumber, air pasok, air pemeliharaan dan limbah cair) sesuai kebutuhan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kualitas air (air sumber, air pasok, air pemeliharaan dan limbah cair) sesuai kebutuhan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 4. Penyimpanan rekaman kejadian penyakit yang mungkin berdampak pada keamanan pangan produk perikanan (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 15). a. konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kejadian penyakit yang mungkin berdampak pada keamanan pangan produk perikanan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kejadian penyakit yang mungkin berdampak pada keamanan pangan produk perikanan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kejadian penyakit yang mungkin berdampak pada keamanan pangan produk perikanan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; 55

66 d. terlalu kurang konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kejadian penyakit yang mungkin berdampak pada keamanan pangan produk perikanan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi penyimpanan rekaman kejadian penyakit yang mungkin berdampak pada keamanan pangan produk perikanan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 5. Rekaman panen disimpan dengan baik (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 15). a. konsisten : kondisi rekaman panen disimpan dengan baik sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi rekaman panen disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi rekaman panen disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi rekaman panen disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi rekaman panen disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 6. Catatan / rekaman pengangkutan ikan disimpan dengan baik (dengan bobot 15 % dari nilai prinsip 15). a. konsisten : kondisi catatan / rekaman pengangkutan ikan disimpan dengan baik sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; 56

67 b. agak kurang konsisten : kondisi catatan / rekaman pengangkutan ikan disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi catatan / rekaman pengangkutan ikan disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi catatan / rekaman pengangkutan ikan disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi catatan / rekaman pengangkutan ikan disimpan dengan baik berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB; 16. TINDAKAN PERBAIKAN Tindakan perbaikan (atas bahaya keamanan pangan) dilakukan sebagai kegiatan yang rutin & terkendali. Tindakan perbaikan dilakukan dengan tepat & segera sesuai masalah yang ditemukan. a. konsisten : kondisi tindakan perbaikan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi tindakan perbaikan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi tindakan perbaikan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi tindakan perbaikan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; 57

68 e. paling tidak konsisten : kondisi tindakan perbaikan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 17. PELATIHAN Pemilik unit usaha atau pekerja sadar dan terlatih (pelatihan, seminar, workshop, sosialisasi, dsb) dalam mencegah dan mengendalikan bahaya keamanan pangan dalam perikanan budidaya. a. konsisten : kondisi pemilik unit usaha atau pekerja sadar dan terlatih dalam mencegah dan mengendalikan bahaya keamanan pangan sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi pemilik unit usaha atau pekerja sadar dan terlatih dalam mencegah dan mengendalikan bahaya keamanan pangan berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi pemilik unit usaha atau pekerja sadar dan terlatih dalam mencegah dan mengendalikan bahaya keamanan pangan berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi pemilik unit usaha atau pekerja sadar dan terlatih dalam mencegah dan mengendalikan bahaya keamanan pangan berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi pemilik unit usaha atau pekerja sadar dan terlatih dalam mencegah dan mengendalikan bahaya keamanan pangan berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. 58

69 18. KEBERSIHAN PERSONIL Prinsip ke 18 ini menekankan perlunya pekerja yang menangani ikan dalam kondisi sehat. a. konsisten : kondisi perlunya pekerja yang menangani ikan dalam kondisi sehat sesuai dengan persyaratan kesesuaian dalam persyaratan CBIB; b. agak kurang konsisten : kondisi perlunya pekerja yang menangani ikan dalam kondisi sehat berada pada kondisi ketidak sesuaian minor dalam persyaratan CBIB; c. kurang konsisten : kondisi perlunya pekerja yang menangani ikan dalam kondisi sehat berada pada kondisi ketidak sesuaian major dalam persyaratan CBIB; d. terlalu kurang konsisten : kondisi perlunya pekerja yang menangani ikan dalam kondisi sehat berada pada kondisi ketidak sesuaian serius dalam persyaratan CBIB; e. paling tidak konsisten : kondisi perlunya pekerja yang menangani ikan dalam kondisi sehat berada pada kondisi ketidak sesuaian kritis dalam persyaratan CBIB. Pembudidaya yang sudah memiliki sertifikat CBIB akan diberikan 100 poin yang berguna untuk perhitungan masa berlaku Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD), dimana poin ini bisa berkurang maupun bertambah sesuai dengan kekonsistenan pembudidaya dalam melaksanakan aturan-aturan dalam prinsipprinsip CBIB, setiap pelanggaran yang dibuat akan mengurangi poin sesuai dengan aturan scoring yang telah ditetapkan. Sebaliknya jika ada perlakuan dalam budidaya yang sesuai dengan prinsip CBIBakan menambahkanscore sesuai dengan aturan scoring yang telah ditetapkan. Score yang didapat dari setiap kegiatan yang dilakukan bisa dilihat pada FS (lampiran2) untuk pembudidaya dan pembenih, (FST-1dan FST-2) untuk Pembina Teknis. 59

70 3.3 TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Pelaksanaan Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dibagi menjadi 3 Tahapan yaitu : (1) Tahapan Pendaftaran Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Baru, (2) Pencetakan, dan (3) Penyerahan Kartu. 1. Tahapan Pendaftaran Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)meliputi : a. Mengisi Form dan Melengkapi Persyaratan Pembudidaya, Pembenih dan Pembina Teknis yang masuk dalam daftar data awal hasil tahapan Identifikasi mengisi Form F1 dan melengkapi persyaratan yang telah di tetapkan. b. Validasi Form F1, Petugas Administrator Kabupaten melakukan validasi terhadap kebenaran dan kelengkapan data form F1 yang disampaikan oleh pembudidaya melalui Pembina Teknis dengan membubuhkan tanda tangan pada form F1 dimaksud. Form F1 yang telah di validasi oleh Administrator kabupaten kemudian dibuatkan daftar calon penerima Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) di lokasi kegiatan (lampiran 5). 2. Tahapan Pencetakan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) meliputi : a. Input Data Data Form F1 yang telah diisi baik oleh Pembudidaya, Pembenihataupun Pembina Tekniskemudian dilakukan entry data melalui SistemKartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang telah disiapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). Seluruh data Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) akan disimpan dalam database Sistem dan diberi nomor registrasi pembudidaya yang bersifat unik. Pemberian Nomor Registrasi ini mengikuti tatacara sebagaimana yang dijelaskan pada id anggota. 60

71 b. Pengiriman Data Pada tahapan ini petugas dinas membuat Daftar Cetak Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) (lampiran 5),Daftar Cetak Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan disampaikan ke Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Cq. Direktorat Produksi dengan tembusan Dinas tingkat Propinsi. Pengiriman data daftar cetak Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dilakukan setiap saat. c. Pencetakan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) PencetakanKartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dilakukan oleh Direktorat Dinas Provinsi setelah sebelumnya dilakukan verifikasi ulang oleh Administrator pusat untuk kesesuaian data yang dikirim dengan database dan kelengkapan dokumen. PencetakanKartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)akan dilengkapi dengan barcode sebagai alat untuk penelusuran. 3. Tahap Penyerahan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)yang telah dicetak kemudian didistribusikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan setempat / kepada Pembudidaya ikan, Pembenih ataupun Pembina Teknis secara langsung atau melalui Kelompok pembudidaya ikan (POKDAKAN), dengan dilengkapi Berita Acara Serah Terima (lampiran 6). 61

72 BAB IV PENGELOLAAN DATA 4.1 DATABASE DAN ARSIP Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD)merupakan identitas profesi bagi pembudidaya yang melekat secara individu setiap pembudidaya, dan sekaligus merupakan basis data jumlah pembudidaya dan variable query data lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan. Melalui Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) diharapkan pembangunan perikanan budidaya dapat dilakukan tepat sasaran, efektif dan efisien. Untuk itu pengelolaan data yang benar adalah mutlak dilaksanakan pada setiap tingkat. Dinas yang membidangi Kelautan dan Perikanan dan penyelenggara kegiatan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) harus menyimpan Form F1 asli dan daftar Cetak Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Asli pada setiap pelaksanaan Kegiatan Kartu dan melakukan export template data digital dari database sistemkartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) secara berkala ke Kementerian Kelautan dan Perikanan Cq. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya untuk selanjutnya menjadi bagian tabulasi data Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) secara Nasional. 4.2 OTORITAS PENGELOLA DATA 1. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya; Adalah pemegang otoritas penuh dalam pengelolaan data Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) di setiap Kabupaten/Kota di Indonesia, informasi yang disimpan adalah hasil himpunan dari seluruh laporan yang disampaikan oleh Dinas Daerah serta hasil Monitoring yang dilakukan secara terus menerus. Data yang diperoleh dikelola melalui sebuah sistem manajemen informasi yang telah disiapkan dan dipublikasikan didalam situs resmi Direktorat Produksi serta dapat dipakai sebagai validasi yang sah terhadap keaslian nomor induk Pembudidaya. 62

73 2. Dinas yang membidangi Kelautan dan Perikanan Provinsi; Pengelolaan data Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang merupakan kompilasi dari laporan Daftar Cetak Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) di tingkat Kabupaten/Kota, informasi ini dapat dipakai dalam rangka pengelolaan dan pembangunan Perikanan Budidaya di tingkat Provinsi tersebut. 3. Dinas yang membidangi Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota. Data yang dikelola adalah berupa arsip asli Form F1 dan daftar cetak Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) pada setiap periode pelaksanaan kegiatan. 63

74 BAB V MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN 5.1 MONITORING DAN EVALUASI Kegiatan Monitoring adalah kegiatan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) di Provinsi maupun Kabupaten yang dilakukan oleh administrator Pusat dan Provinsi untuk memastikan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang diterbitkan tepat sasaran dan sesuai dengan pedoman pelaksanaan penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). Kegiatan Evaluasi adalah kegitan yang dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan maupun ketidaksempurnaan yang masih ditemukan dalam pelaksanaan penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) sebagai bahan untuk perbaikan. 5.2 PELAPORAN 1. Pelaporan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali untuk memantau perkembangan pelaksanaan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). 2. Pelaporan dilaksanakan secara bertahap Kabupaten/Kota melaporkan ke Provinsi, Provinsi melaporkan ke Pusat. 3. Hal-hal yang yang harus dilaporkan pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat) : a. Jumlah dokumen permohonan terbaru (Form F1) b. Jumlah Form FS, FST-1 dan FST-2 yang terkumpul c. Berita Acara Serah Terima(BAST) yang terkumpul d. Jumlah Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang sudah diterbitkan (harus sesuai dengan BAST) e. Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan 64

75 BAB VI PENUTUP Demikian Pedoman Teknis Penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) ini dibuat untuk dapat dipedomani dan dilaksanakan di semua tingkatan baik Kabupaten/Kota, Provinsi maupun Nasional.Namun demikian disadari pedoman teknis penerbitan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) ini masih banyak memerlukan perbaikan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan diterima, demi kesempurnaan pengembangan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) untuk pembangunan Perikanan Budidaya. DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA, Ttd SLAMET SOEBJAKTO Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA Agung Witjaksono 65

76 66

77 LAMPIRAN II KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 7/KEP-DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) TIM PENGELOLA WEBSITE SISTEM KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) 1. Penanggung Jawab : Direktur Produksi 2. Redaktur : Kasubdit Data dan Statistik 3. Editor 1 : Kasi Analisis dan Publikasi Data 4. Editor 2 : Kasi Pengumpulan dan Pengolahan data 5. Web Developer : Staff Subdit Datik 6. Web Administrasi : Staff Subdit Datik Tim Pengelola Website Sistem Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Penanggung Jawab : a. Memberikan arahan terhadap pengelolaan sistem aplikasi KartuPembudidayaIkan (AQUACARD) agar dapat berjalan dengan baik. b. Dalam melaksanakan tugasnya, Penanggung Jawab bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. 2. Redaktur : a. Memberikan arahan kepada editor untuk : (i) melakukan validasi database sistem aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD), (ii) mengelola database sistem aplikasi Kartu PembudidayaIkan (AQUACARD). b. Dalam melaksanakan tugasnya, Redaktur bertanggung jawab kepada Penanggung Jawab. 67

78 3. Editor 1 : a. Melakukan validasi database sistem aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD), b. Mengelola database sistem aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Indonesia Bagian Barat. c. Memberikan persetujuan untuk Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) yang akan diterbitkan. d. Dalam melaksanakan tugasnya, Editor bertanggung jawab kepada Redaktur. 4. Editor 2 : a. Melakukan validasi database sistem aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). b. Mengelola database sistem aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan(AQUACARD) Indonesia Bagian Timur. c. Memberikan persetujuan untuk Kartu Pembudidaya Ikan(AQUACARD) yang akan diterbitkan. d. Dalam melaksanakan tugasnya, Editor bertanggung jawab kepada Redaktur. 5. Web Developer : a. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala terhadap server sistem aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dan koneksi internet. b. Memberikan masukan yang dianggap perlu untuk pengembangan sistem aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). c. Dalam melaksanakan tugasnya, Web Developer bertanggung jawab kepada Redaktur. 6. Web Administrasi : a. Melakukan kompilasi dan entri data database sistem aplikasi Kartu PembudidayaIkan (AQUACARD). 68

79 b. Mengumpulkan berita acara serah terima Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). c. Dalam melaksanakan tugasnya, Web Administrasi bertanggung jawab kepada Editor. 69

80 70

81 LAMPIRAN III KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 7/KEP-DJPB/2014 TENTANG KARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD) PETUNJUK OPERASIONAL APLIKASIKARTU PEMBUDIDAYA IKAN (AQUACARD)DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA Untuk membuka aplikasi Sistem Manajemen Kartu Anggota Perikanan Budidaya terlebih dahulu pastikan anda terhubung dengan jaringan internet dan mempunyai aplikasi browser (Mozillafirework / Google Chrome / yang lainya) pada PC anda. A. Cara Install Aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) 1. Langkah pertama untuk memulai aplikasi offline ini anda harus memasukan CD terlebih dahulu setelah itu akan terbuka file dr CD. Gambar 1. Instalasi Software 71

82 2. Setelah folder CD terbuka, double Klik pada file Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). Gambar 2. Folder Aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) 3. Setelah itu tunggu sampai tampil Kotak Select Language, pilih English lalu klik OK. Gambar 3.Pilih Bahasa 4. Langkah kedua setelah anda memasukan cd kedalam laptop/pc dan telah mengklik ok akan muncul aplikasi Welcome to the AquaCard setup Wizard seperti dibawah ini dan klik next: 72

83 Gambar 4. Proses Instalasi 1 5. Setelah mengklik next pada aplikasi welcome to the Kartu Pembudidaya (AQUACARD), akan muncul aplikasi choose Install Location dan pastikan ada pada folder C:\xampp kemudian klik next. Gambar 5. Proses Instalasi 2 73

84 6. Setelah choose Install ada pada folder c:\xampp dan klik next anda klik Install untuk menginstal laptop/pc anda. Gambar 6. Proses Instalasi 3 7. Setelah itu akan muncul tampilan seperti dibawah, berarti laptop/pc anda sedang mangalami proses instalasi aplikasi Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD). Tunggu proses Instalasi hingga selesai Gambar 7. Proses Instalasi 4 74

85 8. Jika Instalasi telah selesai klik finish pada aplikasi yang seperti dibawah ini. Gambar 8. Proses Instalasi 5 9. Setelah itu jika ada yang perlu persetujuan, anda hanya tinggal klik Yes. Gambar 9. Proses Instalasi 6 75

86 10. Setelah semua Instalasi telah selesai akan muncul XAMPP control panel diaplikasi ini anda klik start pada tombol sebelah Start Apache dan MYsql tunggu sampai muncul running. Tunggu hingga muncul tulisan Running Gambar 10. Proses running Apache dam Mysql Server 1 Gambar 11. Proses Running Apache dan Mysql Server 2 76

87 B. Browser Langkah pertama anda harus membuka browser untuk memulai aplikasi ini anda bisa membukanya, melalui googlechrome/mozila Firefox yang seperti gambar dibawah ini: Berikut ini beberapa macam browser, yakni Internet Exploler, Google Chrome dan Mozilla Firefox : Gambar 12. Tipe Browser yang Bisa Digunakan C. Memasukan Alamat/Link Halaman Administrator Untuk mengakses halaman administrasi aplikasi Sistem Manajemen Kartu Anggota Perikanan Budidaya, masukan alamat/link pada addres bar yang ditandai merah pada gambar berikut ini : Gambar 13. Alamat Web Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) 77

88 D. Log In Setelah memasukan alamat akan muncul tampilan berikutnya adalah Halaman Log In, pada halaman ini yang harus anda lakukan sebagai administrator adalah memasukan Username dan Password lalu klik Log In. Berikut adalah halaman administrator untuk menginput data Sistem Manajemen Kartu Anggota Perikanan Budidaya. Gambar 14. Halaman Login Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) E. Beranda Administrator Sistem Manajemen Kartu Anggota Perikanan Budidaya Klik menu Dashboard Pembudidaya : Keterangan : Klik Log Out untuk keluar dari Sistem Manajemen Kartu Anggota Perikanan Budidaya Gambar 15. Halaman Logout (Beranda) 78

89 F. Menu Dashboard Pembudidaya Pada menu ini ada beberapa bagian yang perlu anda perhatikan. Halaman ini merupakan tampilan dari hasil input Sistem Manajemen Kartu Anggota Perikanan Budidaya berupa grafik. Grafik tersebut bisa kita unduh dengan langkah klik logo yang ditandai merah. Keterangan : Gambar 16. Halaman Dashboard AQUACARD Logo Garis Tiga Logo tersebut merupakan Shortcut untuk menunduh gambar grafik pada halaman Dashboard. Klik logo tersebut dan pilih format gambar yang anda inginkan, maka akan tampil kotak dialog Save klik Save untuk menyimpan gambar grafik. Perhatikan gambar dibawah ini : Gambar 17. Cara Unduh Grafik 79

90 G. Menu Data Pembudidaya Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput atau menambahkan Data Pembudidaya pada Sistem Manajemen Kartu Anggota Perikanan Budidaya, selain itu kita juga bisa mengedit bila pada inputan sebelumnya yang sudah tersimpan ada kesalahan, dan juga selain itu kita bisa menghapus langsung data yang sudah tersimpan pada sistem ini. Berikut tampilan untuk menu Data Pembudidaya dan tahap untuk menginput atau menambahkan data : Keterangan : Dropdown Gambar 18. Halaman Input Data Pembudidaya Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akan diinput dan dikelompokan berdasarkan Provinsi dan Kabupaten. Logo Logo yang ditandai tersebut adalah logo yang berfungsi untuk kebutuhan mencetak data yang ada pada sistem 80

91 a.) Data Pembudidaya B Klik B pada deretan sub menu dibawah menu Data Pembudidaya, maka tampilan yang muncul adalah halaman menu B. Klik Tambah Pembudidaya : Gambar 19. Halaman Tambah Pembudidaya Berikut ini adalah form pengisian untuk data pembudidaya B yang baru. Pertama anda isi Nama, klik Choose File (untuk kebutuhan pengunggahan pasphoto), isi Alamat, pilihprovinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Kelurahan/Desa, isi nomor Telepon, Kelompok, Tempat Lahir, Tanggal Lahir,Nomor e-ktp, pilih Pendidikan Formal, dan isi keterangandaerah Usaha. Gambar 20. Halaman Form Pendataan Pembudidaya Keterangan : 1. Upload Klik Upload untuk kebutuhan mengupload File Pasphoto 2. Dropdown 81

92 Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akan diinput dan dikelompokan berdasarkan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Kelurahan/Desa. Selanjutnya tentukan Latitude dan Longitude, pilih Status CBIB, Jenis Budidaya, Komoditas Budidaya, Teknologi Budidaya dan untuk mengakhiri anda klik Simpan dipojok kanan bawah pada halaman ini: Keterangan : Peta Lokasi Untuk menentukan Latitude dan Longitude Gambar 21 Peta Lokasi Pembudidaya b.) Data Pembenih (H) Klik H pada deretan sub menu dibawah menu DataPembudidaya, maka tampilan yang muncul adalah halaman menu H. Klik Tambah Pembudidaya: Gambar 22.Tambah Data Pembudidaya H 82

93 Berikut ini adalah form pengisian untuk data pembudidaya H yang baru. Pertama anda isi Nama, klik Choose File (untuk kebutuhan pengunggahan pasphoto), isi Alamat, pilih Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Kelurahan/Desa, isi nomor Telepon, Kelompok, Tempat Lahir, Tanggal Lahir, Nomor e-ktp, pilih Pendidikan Formal, dan isi keterangandaerah Usaha. Keterangan : Upload Gambar 23. Form Pendaftran Pembudidaya H Klik Upload untuk kebutuhan mengupload File Pasphoto Dropdown Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akan diinput dan dikelompokan berdasarkan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Kelurahan/Desa. Selanjutnya tentukan Latitude dan Longitude, pilih Status CBIB, Jenis Budidaya, Komoditas Budidaya, Teknologi Budidaya dan untuk mengakhiri anda klik Simpan dipojokkanan bawah pada halaman ini: Keterangan :Peta Lokasi Untuk menentukan Latitude dan Longitude 83

94 Gambar 24. Peta Lokasi Pembudidaya H a.) Data Pembudidaya T Klik T pada deretan sub menu dibawah menu Data Pembudidaya, maka tampilan yang muncul adalah halaman menu data pembudidaya T. Klik Tambah Pembudidaya : Gambar 25. Form Tambah Pembudidaya T Berikut ini adalah form pengisian untuk data pembudidaya H yang baru. Pertama anda isi Nama, klik Choose File (untuk kebutuhan pengunggahan pasphoto), isi Alamat, pilih Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Kelurahan/Desa, isi nomor Telepon, Kelompok, Tempat Lahir, Tanggal Lahir, Nomor e-ktp, pilih Pendidikan Formal, dan isi keterangan Daerah Usaha. 84

95 Gambar 26. Form Pendaftaran Pembudidaya H Keterangan : Upload Klik Upload untuk kebutuhan mengupload File Pasphoto Dropdown Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akandi input dan dikelompokan berdasarkan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Kelurahan/Desa. Selanjutnya tentukan Latitude dan Longitude, pilih Status CBIB, Jenis Budidaya, Komoditas Budidaya, Teknologi Budidaya dan untuk mengakhiri anda klik Simpan dipojok kanan bawah pada halaman ini: Keterangan : Peta Lokasi Untuk menentukan Latitude dan Longitude 85

96 Gambar 27. Peta Lokasi Pembudidaya T H. Menu Entitas Data Menu Entitas Data adalah menu yang menyediakan fasilitasuntuk input data pendukung Sistem Manajemen Kartu Anggota Perikanan Budidaya : a.) Status Pembudidaya Menu Status Pembudidaya ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Status Pembudidaya. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Status Pembudidaya. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Baru : Keterangan : Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit StatusPembudidaya Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus StatusPembudidaya 86

97 Berikut ini form untuk pengisian data input untuk Status Pembudidaya yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nomor Urut, Status Pembudidaya, dan Alias. Klik Simpan untuk menyimpan: Gambar 28. Form Status Pembudidaya b.) Komoditas Budidaya Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Komoditas Budidaya. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Komoditas Budidaya. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Baru: Gambar 29. Form Komoditas Budidaya 87

98 Keterangan : Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit KomoditasBudidaya Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Komoditas Budidaya Berikut ini form untuk pengisian data input untuk Komoditas Budidaya yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nomor Urut, Komoditas Budidaya, dan Alias. Klik Simpan untuk menyimpan : Gambar 30. Form Simpan Komoditas Budidaya c.) Kriteria Skor Skor Peningkatan Nilai Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Kriteria Skor (Skor Peningkatan Nilai). Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Kriteria Skor (Skor Peningkatan Nilai).Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Baru. 88

99 Gambar 31. Form Peningkatan Skor Keterangan : Dropdown Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akan diinput dan dikelompokan berdasarkan Status. Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Kriteria Skor (Skor Peningkatan Nilai) Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Kriteria Skor(Skor Peningkatan Nilai) Berikut ini form untuk pengisian data input untuk Kriteria Skor (Skor Peningkatan Nilai) yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nomor Urut, pilih Status Pembudidaya, isi Kriteria, Alias dan Nilai Skor. Tahap terakhir klik Simpan untuk menyimpan. 89

100 Gambar 32. Form Editing Kriteria Peningkatan Skor Keterangan : Dropdown Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akan diinput dan dikelompokan berdasarkan Status Pembudidaya. Skor Pengurangan Nilai Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Kriteria Skor (Skor Pengurangan Nilai). Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Kriteria Skor (Skor Pengurangan Nilai). Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Baru. 90

101 Gambar 33. Form Pengurangan Skor Keterangan : Dropdown Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akan diinput dan dikelompokan berdasarkan Status. Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Kriteria Skor (Skor Peningkatan Nilai) Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Kriteria Skor (Skor Peningkatan Nilai) Berikut ini form untuk pengisian data input untuk Kriteria Skor (Skor Pengurangan Nilai) yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nomor Urut, pilih Status Pembudidaya, isi Kriteria, Alias dan Nilai Skor. Tahap terakhir klik Simpan untuk menyimpan : 91

102 Gambar 34. Form Editing Kriteria Pengurangan Skor Keterangan : Dropdown Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akan diinput dan dikelompokan berdasarkan StatusPembudidaya. d.) Master Wilayah Provinsi Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Provinsi. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Provinsi. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah andaklik Tambah Provinsi : 92

103 Keterangan : Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Provinsi Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Provinsi Berikut ini form untuk menambah Provinsi yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nama Provinsi, Kode Provinsi, Nomor Urutan, Latitude dan Longitude, dan Klik Choose File (untuk kebutuhan pengunggahan gambar). Tahap terakhir klik Simpan untuk menyimpan: Gambar 35. Form Penambahan Provinsi Keterangan : Choose File Untuk kebutuhan pengunggahan gambar Kabupaten/Kota Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Kabupaten/Kota. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Kabupaten/Kota. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Kabupaten/Kota : 93

104 Gambar 36. Form Penambahan Kabupaten/Kota Keterangan : Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Kabupaten/Kota Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Kabupaten/Kota Dropdown Spesifikasi data berdasarkan Provinsi Berikut ini form untuk menambah Kabupaten/Kota yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nama Kabupaten/Kota, Kode Kabupaten/Kota, Nomor Urutan, Latitude dan Longitude, dan Klik Choose File (untuk kebutuhan pengunggahan gambar). Tahap terakhir klik Simpan untuk menyimpan : 94

105 Gambar 37. Form Editing Kabupaten/Kota Keterangan : Choose File Untuk kebutuhan pengunggahan gambar Kecamatan Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Kecamatan. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Kecamatan. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Kecamatan: Gambar 38. Form Penambahan Kecamatan 95

106 Keterangan : Dropdown Spesifikasi data berdasarkan Provinsi dankabupaten/kota Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Kecamatan Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Kecamatan Berikut ini form untuk menambah Kecamatan yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nama Kecamatan, Kode Kecamatan, Nomor Urutan, Latitude dan Longitude, dan Klik Choose File (untuk kebutuhan pengunggahan gambar). Tahap terakhir klik Simpan untuk menyimpan : Gambar 39. Form Editing Kecamatan Keterangan : Choose File Untuk kebutuhan pengunggahan gambar 96

107 Kelurahan/Desa Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Kelurahan/Desa. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Kelurahan/Desa. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Kelurahan/Desa : Gambar 40. Form Penambahan Kelurahan/Desa Keterangan : Dropdown Spesifikasi data berdasarkan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Provinsi, Kabupaten/ Kota, dan Kecamatan Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Provinsi, Kabupaten/ Kota, dan Kecamatan 97

108 Berikut ini form untuk menambah Kelurahan/Desa yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nama Kelurahan/Desa, Kode Kelurahan/Desa, Nomor Urutan,Latitude dan Longitude, dan Klik Choose File (untuk kebutuhan pengunggahan gambar). Tahap terakhir klik Simpan untuk menyimpan : Keterangan : Gambar 41. Form Editing Kelurahan/Desa Choose FileUntuk kebutuhan pengunggahan gambar e.) Jenis Budidaya Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Jenis Budidaya. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Jenis Budidaya. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Baru : 98

109 Gambar 42. Form Penambahan Jenis Budidaya Keterangan : Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Jenis Budidaya Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Jenis Budidaya Berikut ini form untuk pengisian data input untuk Jenis Budidaya yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nomor Urut, Jenis Budidaya, dan Alias. Klik Simpan untukmenyimpan : Gambar 43. Form Editing Jenis Budidaya 99

110 f.) Status CBIB Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Status CBIB. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Status CBIB. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Baru : Gambar 44. Form Penambahan Status CBIB Keterangan : Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Status CBIB Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Status CBIB Berikut ini form untuk pengisian data input untuk Status CBIB yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nomor Urut, pilih Status, isi Status CBIB dan Alias. Klik Simpan untuk menyimpan : 100

111 Keterangan : Dropdown Gambar 45. Form Editing Status CBIB Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akan diinput dan dikelompokan berdasarkan Status Pembudidaya. g.) Status CPIB Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Status CPIB. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Status CPIB. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Baru : Gambar 46. Form Penambahan Status CPIB Keterangan : Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Status CPIB 101

112 Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Status CPIB Berikut ini form untuk pengisian data input untuk Status CPIB yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nomor Urut, pilih Status, isi Status CPIB dan Alias. Klik Simpan untuk menyimpan : Keterangan : Dropdown Gambar 47. Form Editing Status CPIB Deretan dropdown yang ditandai tersebut berfungsi untuk memilih kebutuhan spesifikasi data yang akan diinput dan dikelompokan berdasarkan Status Pembudidaya. h.) Jenjang Pendidikan Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Jenjang Pendidikan. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Jenjang Pendidikan. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Baru: 102

113 Gambar 48. Form Penambahan Jenjang Pendidikan Keterangan : Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit Jenjang Pendidikan Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Jenjang Pendidikan Berikut ini form untuk pengisian data input untuk Jenjang Pendidikan yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nomor Urut, isi Jenjang Pendidikan dan Alias. Klik Simpan untuk menyimpan : Gambar 49. Form Editing Jenjang Pendidikan 103

114 i.) Teknologi Budidaya Menu ini menyediakan fasilitas untuk menginput data pendukung untuk Teknologi Budidaya. Kita juga bisa menambahkan, mengedit, dan menghapus Entitas Data untuk Teknologi Budidaya. Tahap untuk menambahkan entitas tersebut adalah anda klik Tambah Baru: Keterangan : Logo Pensil Gambar 50. Form Editing Teknologi Budidaya Logo pensil berfungsi untuk mengedit Teknologi Budidaya Logo Silang Logo silang berfungsi untuk menghapus Teknologi Budidaya Berikut ini form untuk pengisian data input untuk Teknologi Budidaya yang baru. Tahap pengisian yaitu pertama isi Nomor Urut, isi Teknologi Budidaya dan Alias. Klik Simpan Gambar 51. Form Editing Teknologi Budidaya 104

115 I. Menu Manajemen User Menu Manajemen User, menu ini menyediakan fasilitas untuk menambahkan ataupun menghapus User yang ada pada Sistem Manajemen Kartu Anggota Perikanan Budidaya, dan yang harus anda lakukan adalah Klik Tambah User pada pojok kanan atas di halaman ini : Keterangan : Logo Silang Gambar 52. Form Manajemen User Logo silang berfungsi untuk menghapus User Logo Pensil Logo pensil berfungsi untuk mengedit User Berikut form pengisian untuk menginput data Manajemen User, isi data pada kolom yang kosong : Gambar 53. Form Penambahan User 105

116 Keterangan : Dropdown Level Dropdown Level berfungsi untuk memilih level, dan level menentukan hak akses Dropdown Status Dropdown Status berfungsi untuk memilih status Klik Simpan dan pastikan data yang anda input tersimpan dengan benar :Jika data tersebut benar tersimpan setelah anda klik Simpan. Gambar 54. Form Editing User Pada bagian atas dihalaman ini terdapat notifikasi Pembaharuan user berhasil dilakukan : 106

117 J. Pencetakan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Pencetakan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) harus didahului dengan pengunduhan (Pendownloadan) gambar-gambar kartu sesuai dengan kartu yang akan di cetak setelah gambar terunduh gambar Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dicetak secara manual seperti mencetak dokumen biasa tetapi menggunakan printer yang khusus untuk mencetak kartu a.) Download (unduh) Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Pembudidaya B. Pencetakan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) B ada dalam form data pembudidaya B seperti terlihat pada gambar berikut : Keterangan : Gambar 55. Form Data Pembudidaya B Gambar Kartu Klik Gambar kartu untuk menampilkan kartu yang ingin dicetak sehingga muncul halaman seperti gambar berikut : Gambar 56. Form Unduh Gambar Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) 107

118 Klik unduh untuk menunduh gambar kartu dan melakukan proses cetak menggunaka printer kartu (Card Printer) b.) Unduh Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Pembudidaya H Pencetakan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) H ada dalam form data pembudidaya H seperti terlihat pada gambar berikut : Keterangan : Gambar Kartu Gambar 57. Form Data Pembudidaya H Klik Gambar kartu untuk menampilkan kartu yang ingin dicetak sehingga muncul halaman seperti gambar berikut : Gambar 58. Form Unduh Gambar Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Klik unduh untuk menunduh gambar kartu dan melakukan proses cetak menggunaka printer kartu (Card Printer) 108

119 c.) Unduh Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Pembudidaya T Pencetakan AQUACARD T ada dalam form data pembudidaya T seperti terlihat pada gambar berikut : Gambar 59. Form Data Pembudidaya T Keterangan : Gambar Kartu Klik Gambar kartu untuk menampilkan kartu yang ingin dicetak sehingga muncul halaman seperti gambar berikut : Gambar 60. Form Unduh Gambar Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) Klik unduh untuk menunduh gambar kartu dan melakukan proses cetak menggunaka printer kartu (Card Printer) 109

120 d.) Pencetakan Kartu AQUACARD Pencetakan AQUACARD bisa dilakukan dengan semua software atau aplikasi yang biasa digunakan untuk digital imaging seperti paint, windows picture viewer, photoshop dan masih banyak lagi yang lainnya, dalam petunjuk operasional ini akan digunakan aplikasi yang paling mudah dan biasanya selalu tersedia pada paket instalasi windows tanpa membutuhkan keterampilan yang khusus untuk mengoperasionalkannya langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pencetakan Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) ini adalah sebagai berikut : 1. Pastikan driver printer kartu yang akan digunakan sudah terinstal dengan benar, dan tidak ada tanda yang mengindikasikan bahwa printer tidak terinstal dengan benar. Gambar 61. Printer terinstal dengan benar 2. Buka file gambar Kartu Pembudidaya Ikan (AQUACARD) dalam buku ini akan digunakan aplikasi Windows Picture Viewer, klik kanan pada gambar yang dimaksud dan pilih aplikasi windows picture viewer. Gambar 62. Pilih Aplikasi Windows Picture Viewer 110

121 3. Selanjutnya akan muncul jendela aplikasi Windows Picture Viewer sebagai berikut : Gambar 63. Jendela Aplikasi Windows Picture Viewer 4. Klik Menu Print dan pilih printer yang akan digunakan, pilih ukuran kertas sesuai dengan jenis kartu (kartu yang digunakan adalah CR80) selanjutnya klik Print jika semuanya sudah sesuai. Gambar 64. Jendela Aplikasi Windows Picture Viewer untuk Mencetak Kartu 111

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER /MEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER /MEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER /MEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan.. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 02/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 02/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 02/MEN/2007 TENTANG MONITORING RESIDU OBAT, BAHAN KIMIA, BAHAN BIOLOGI, DAN KONTAMINAN PADA PEMBUDIDAYAAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor No. 1576, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. CPIB. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2016 TENTANG CARA PEMBENIHAN IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, \ PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PERMEN-KP/2015 TENTANG PENGENDALIAN RESIDU OBAT IKAN, BAHAN KIMIA, DAN KONTAMINAN PADA KEGIATAN PEMBUDIDAYAAN IKAN KONSUMSI DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PERMEN-KP/2017 TENTANG KARTU PELAKU USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PERMEN-KP/2017 TENTANG KARTU PELAKU USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PERMEN-KP/2017 TENTANG KARTU PELAKU USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

FORMULIR. 1. Formulir 1 surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan

FORMULIR. 1. Formulir 1 surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan LAMPIRAN II KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 215 /KEP-DJPB/2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH PREMI ASURANSI PERIKANAN BAGI PEMBUDI DAYA IKAN KECIL TAHUN 2018

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN. PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG =DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN KETENTUAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 505/Kpts/SR.130/2/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2016 TENTANG CARA PEMBENIHAN IKAN YANG BAIK

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2016 TENTANG CARA PEMBENIHAN IKAN YANG BAIK PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2016 TENTANG CARA PEMBENIHAN IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG KEMITRAAN PADA BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Good Agricultural Practices (GAP) GAP menjamin keamanan dan kualitas pangan viabilitas

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PANGAN SEGAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR KEP 11/KEP-DJPB/2015 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR KEP 11/KEP-DJPB/2015 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR KEP 11/KEP-DJPB/2015 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN LAPANG DALAM RANGKA PENERBITAN SERTIFIKAT CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG BAIK DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2014 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS PENGAWAS PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2014 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS PENGAWAS PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2014 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS PENGAWAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 08/MEN/2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN IKAN JENIS ATAU VARIETAS BARU KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 11/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 11/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 11/MEN/2007 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN BENIH IKAN YANG DIBERIKAN BANTUAN SELISIH HARGA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 79/PER-DJPB/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang:

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 21/M-DAG/PER/6/2008 T E N T A N G

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 21/M-DAG/PER/6/2008 T E N T A N G MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 21/M-DAG/PER/6/2008 T E N T A N G PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2016 TENTANG JAMINAN PERLINDUNGAN ATAS RISIKO KEPADA NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.126, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Sistem Logistik. Nasional. Ikan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH MENTERI PERTANIAN, Menimbang: a. Mengingat : 1. bahwa pupuk organik dan pembenah tanah sangat

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA TEBING

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 16/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 66/PER-DJPB/2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 66/PER-DJPB/2015 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 66/PER-DJPB/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENDELEGASIAN SEBAGIAN TUGAS SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK KEPADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/PK.110/11/2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN KUANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2017 KEMTAN. Impor Produk Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 07/MEN/2004 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN BENIH IKAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 07/MEN/2004 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN BENIH IKAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 07/MEN/2004 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN BENIH IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 65/PER-DJPB/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 65/PER-DJPB/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 65/PER-DJPB/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENILAIAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PADA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 1. Jaminan Mutu Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.427, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Produksi. Peredaran. Benih. Bibit. Ternak. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SALINAN BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA Menimbang MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS, SERTA TATA KERJA PADA DINAS KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

Regulasi sanitasi Industri Pangan

Regulasi sanitasi Industri Pangan Regulasi sanitasi Industri Pangan Nur Hidayat Regulasi Undang Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang : Pangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang: Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PENERAPAN SISTEM KETERTELUSURAN (TRACEABILITY) PADA PRODUK PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2017 BPOM. Pangan Olahan. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat. PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DAN PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SUB SEKTOR

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BELITUNG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN/KOTA SE-NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS,

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa sumberdaya ikan sebagai bagian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah No.1230, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMENTAN/PK.230/9/2017

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa produk pangan segar asal tumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 13/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SELAKU OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG REKOMENDASI PERSETUJUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK KE DALAM DAN KE LUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI SERUYAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI, REALOKASI DAN RENCANA KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR3 TAHUN2017 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETENSI KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.37/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci