BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan tujuan dari kebijakan luar negeri ialah untuk memperoleh keuntungan dari luar agar dapat memenuhi kepentingan dalam negeri. Dengan kata lain, kebijakan luar negeri adalah perwujudan dari kepentingan nasional suatu Negara, yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai akan selalu berpatokan pada apa yang menjadi kebutuhan dalam negerinya. Kebutuhan tersebut misalnya kebutuhan politik dan keamanan, sosial budaya juga ekonomi. Secara umum, arah kebijakan luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terdiri dari beberapa program dimana salah satunya yaitu meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN dan pembentukan Komunitas ASEAN 2015, yang menempati posisi teratas atau nomor satu. 1 Oleh karena itu, Indonesia kemudian berkomitmen untuk menjadikan ASEAN sebagai pilar utama pelaksanaan kebijakan luar negerinya. Salah satu wujud komitmen Indonesia ialah dengan selalu memastikan kesiapannya dalam menuju Komunitas ASEAN Komitmen Indonesia di atas lantas mendapat dukungan penuh oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) selaku pelaksana Kebijakan Luar Negeri dengan mensosialisasikan Komunitas ASEAN 2015 melalui laman resminya juga kepada Pemangku kepentingan di dalam negeri 3. Di samping itu, upaya lain yang dilakukan oleh Kemlu RI ialah dengan selalu berpartisipasi aktif 1 Arah kebijakan luar negeri Indonesia secara menyeluruh dapat dilihat pada situs resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 6 September 2009, Arah Kebijakan Luar Negeri, diakses pada 27 oktober Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI, 16 Agustus 2013, diakses pada 10 Maret Pemangku kepentingan yang dimaksud mencakup Pemerintah Daerah, masyarakat sipil, pengusaha, pemuda, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum. 1

2 dalam setiap forum ASEAN, terutama yang berhubungan dengan pembentukan Komunitas ASEAN Semua langkah atau strategi yang dilakukan oleh Kemlu RI di atas menjadi bukti bahwa kebijakan luar negeri Indonesia terhadap ASEAN menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia terhadap ASEAN memiliki kesan eksklusif dibandingkan dengan kebijakan luar negeri Indonesia di tempat lainnya. Hal ini dibuktikan oleh Pemerintahan SBY dengan menjadikan ASEAN sebagai fokus kebijakan luar negerinya. Salah satu wujudnya ialah peran serta Indonesia dalam proses perealisasian Komunitas ASEAN Bagaimanapun, di dalam proses menuju Komunitas ASEAN 2015, yang perlu untuk diperhatikan dan dijadikan bahan pertimbangan ialah hadirnya berbagai tantangan yang dihadapi oleh komunitas itu sendiri, baik secara internal maupun eksternal. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan peran dan fungsi dari Komunitas ASEAN nantinya, maka langkah awal yang perlu untuk dilakukan oleh negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, ialah menyusun sejumlah strategi untuk menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Komunitas ASEAN yakni dalam bidang politik dan keamanan. Untuk itu, ASEAN telah membentuk satu pilar yang memiliki tujuan untuk menjamin seluruh Negara anggota ASEAN beserta masyarakatnya agar dapat hidup dengan damai satu sama lain juga dengan dunia pada umumnya, berdemokrasi dan berada dalam lingkungan yang harmonis, yang diberi nama Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Dalam mencapai Komunitas Politik Keamanan ASEAN, disusun langkah-langkah yang tertuang dalam Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN sebagai kelanjutan dari Rencana Aksi Komunitas Keamanan ASEAN dan Vientiane Action Programme (VAP), yang disusun berdasarkan kesepakatan KTT ASEAN ke-13 tahun 2007 di Singapura. Tantangan dalam bidang tersebut sangat perlu untuk dituntaskan sebelum komunitas ini terealisasi pada 31 Desember Hal ini disebabkan oleh keberadaan dari tantangan itu sendiri yang berpotensi menghambat perealisasian Komunitas 2

3 ASEAN. Jika tidak, hadirnya berbagai tantangan tersebut akan membuat tujuan pembentukan Komunitas ASEAN akan menjadi kurang optimal. 1.2.Rumusan Masalah Lantas, tantangan-tantangan apa sajakah yang dihadapi oleh Komunitas Politik Keamanan ASEAN dalam proses menuju Komunitas ASEAN 2015? Bagaimana pula upaya yang dilakukan oleh negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia dalam menyelesaikan berbagai tantangan tersebut? Hal inilah yang menjadi fokus penulis dalam tesis ini dengan pertanyaan penelitian, yakni: Apa dan bagaimana kontribusi Kebijakan Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan SBY terhadap Komunitas Politik Keamanan ASEAN 2015? 1.3.Studi Literatur Dari beberapa literatur seperti buku, jurnal dan artikel yang mengulas mengenai Kebijakan Luar Negeri RI yang dikaitkan dengan ASEAN termasuk yang membahas isu Komunitas ASEAN, penulis menyimpulkan bahwa kerja sama ASEAN tetap ditempatkan sebagai prioritas Kebijakan Luar Negeri RI. Hal tersebut terutama dalam upaya mendorong proses integrasi dan mewujudkan Komunitas ASEAN Tetapi di sisi lain, terdapat pula akademisi yang memiliki pendapat yang berbeda. Mereka berpendapat bahwa prioritas Kebijakan Luar Negeri RI sudah seharusnya tidak pada takaran ASEAN lagi, melainkan lebih ke tingkat global. Di sisi lain, para akademisi juga masih ramai memperdebatkan mengenai kesiapan Indonesia untuk menghadapi Komunitas ASEAN nantinya. Mereka lebih banyak mempertanyakan mengenai prospek Komunitas ASEAN bagi Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh adanya sejumlah tantangan yang harus dihadapi dan dituntaskan oleh Indonesia agar dapat menjadi negara yang paling diuntungkan dari Komunitas ASEAN. 3

4 Prioritas Kebijakan Luar Negeri RI di ASEAN, Komunitas ASEAN atau lainnya? Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional telah menekankan bahwa ASEAN akan tetap menjadi sokoguru pelaksanaan diplomasi Indonesia dalam upayanya untuk meningkatkan ketahanan regional di Asia Tenggara. Untuk itu, Indonesia akan tetap memperjuangkan terwujudnya Komunitas ASEAN yang telah dicanangkan sejak Bali Concord II pada Dengan terlaksananya komunitas tersebut, diharap dapat menciptakan stabilitas dan kesejahteraan masyarakat Asia Tenggara di masa akan datang, juga pada saat yang bersamaan memiliki dampak positif bagi pembinaan stabilitas di kawasan yang berdekatan. Di antara tiga pilarnya, kerja sama politik dan keamanan ASEAN masih merupakan prioritas utama Indonesia, selain kerja sama di bidang lainnya. 4 Hal tersebut mengingat kerja sama ini memiliki kaitan yang erat dengan kerja sama ekonomi, karena bagaimana pun juga ia tak dapat berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pembangunan ekonomi. Berbeda dengan anggapan sebelumnya, Leonard C. Sebastian justru menyangsikan apakah ASEAN masih tetap menjadi landasan kebijakan luar negeri Indonesia atau hanya sekedar formalitas diplomatik yang hampa. Hal tersebut dikarenakan respon Indonesia yang cenderung diam dalam menanggapi isu-isu tertentu di ASEAN dalam beberapa tahun terakhir, misalnya pada konflik Laut Tiongkok Selatan dimana Indonesia berupaya untuk tidak memihak pada Amerika Serikat ataupun Republik Rakyat Tiongkok dengan dasar politik luar negeri yang bebas-aktif. Ia juga menambahkan bahwa prioritas Kebijakan Luar Negeri RI di ASEAN telah menjadi hambatan bagi pelaksanaan Kebijakan Luar Negeri RI di tempat lainnya, meskipun sentralitas ASEAN telah dianggap sebagai obat mujarab 4 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2005, BAB 8: Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan Kerja Sama Internasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun , diakses pada 27 Mei

5 untuk perpecahan yang mungkin akan terjadi di kawasan. 5 Sebastian juga menambahkan bahwa seiring dengan meningkatnya profil ekonomi Indonesia, ASEAN tidak harus menjadi landasan dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Sebaliknya, Indonesia harus mencari kebijakan luar negeri pasca-asean. Akademisi yang mendukung gagasan tersebut menyarankan bahwa Indonesia harus memperluas prioritasnya ke dalam wilayah yang lebih global seperti Bali Democracy Forum (BDF) dan G20. 6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul Indonesian Foreign Policy: A Wounded Phoenix, mengilustrasikan politik luar negeri Indonesia layaknya burung Phoenix yang terluka. Weatherbee beranggapan bahwa Indonesia pada saat itu sedang berupaya untuk bangkit kembali pasca krisis finansial dan politik yang melanda Indonesia di tahun Hal tersebut juga meliputi upaya Indonesia untuk meredefinisi fokus kebijakan luar negerinya di lingkup ASEAN. Weatherbee menambahkan bahwa yang semestinya menjadi prioritas utama Indonesia di ASEAN bukanlah investasi politik dari ASEAN Security Community atau ASEAN itu sendiri, melainkan bagaimana membangun hubungan yang baik dengan negara tetangga terdekatnya, seperti Malaysia, Singapura, Timor Leste, dan Australia. Untuk itu, kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas-aktif harus dapat mengembalikan kemampuannya yang telah habis terkuras pasca jatuhnya rezim Soeharto, agar dapat menjamin kepentingan nasionalnya. 7 Pendapat Weatherbee di atas senada dengan apa yang diungkapkan oleh komite redaksi Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), yang memperkirakan Indonesia akan berlanjut memainkan peran yang tidak signifikan di luar posisinya sebagai central power di Asia Tenggara. Beberapa pengamat dari ISEAS 5 L.C. Sebastian, 2013, Indonesia s Dynamic Equilibrium and ASEAN Centrality, Tokyo, Jepang, The National Institute for Defense Studies, 01.pdf, diakses pada 15 Juli R. Sukma, 5 Oktober 2009, A post-asean Foreign Policy for a Post-G8 World, The Jakarta Post, dalam L.C. Sebastian, Indonesia s Dynamic Equilibrium and ASEAN Centrality, p.6. 7 D.E. Weatherbee, 2005, Indonesian Foreign Policy: A Wounded Phoenix, Southeast Asian Affairs, Singapore, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), p

6 berpendapat bahwa ketika Indonesia ikut serta dalam suatu isu kawasan (termasuk Komunitas ASEAN) dan internasional, ia akan mengadopsi sikap defensif dan agresif seperti pada kasus sengketa dengan Malaysia pada Peluang dan Tantangan Komunitas ASEAN bagi Indonesia Dari tiga pilar Komunitas ASEAN, selain memprioritaskan kerja sama politik dan keamanan Pemerintah Indonesia juga saat ini mengedepankan pembangunan ASEAN Economic Community (AEC). 9 Hal tersebut dilakukan mengingat banyaknya peluang yang akan diperoleh Indonesia dari bidang tersebut. Dari data yang dirilis oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia, setidaknya ada lima potensi Indonesia untuk bersaing di bidang ini, yakni: a. Dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN (sekitar 40% dari total penduduk ASEAN), menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial di kawasan. Hal inilah yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang diharapkan dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi. b. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN dengan proporsi mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negaranegara ASEAN lain di ASEAN yang hanya sebesar 15%. c. Indonesia berpeluang untuk meningkatkan nilai ekspornya ke intra-asean, dimana nilai ekspor saat ini hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya. d. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN membuat Indonesia sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan 8 Institute of Southeast Asian Studies, 2012, Regional Outlook Southeast Asia , Singapore, ISEAS Publishing, p Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2014, Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015, diakses pada 15 Juli 2014, p. 2. 6

7 keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri. e. Indonesia juga diuntungkan dari segi demografi. Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia, yang diharapkan dengan jumlah tersebut akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. 10 Di samping itu, antara tahun 2005 dan 2011, Indonesia tercatat mampu untuk mempertahankan laju pertumbuhan tahunan lebih dari 5%. Bahkan pada akhir tahun 2011, Gross Domestic Product (GDP) Indonesia mencapai US$ 1,124 milyar. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia sebagai negara dengan jumlah ekonomi yang cukup besar di lingkup ASEAN, berperan penting dalam usaha untuk mengintegrasi kawasan melalui partisipasinya di AEC. 11 Akan tetapi, yang perlu untuk diperhatikan ialah dengan adanya mekanisme atau sistem perdagangan bebas, hal ini berarti peluang ekonomi akan terbuka luas bagi semua negara anggota tanpa adanya diskriminasi. Maka yang perlu untuk ditelaah lebih lanjut yakni mengenai kesiapan Indonesia dalam menghadapi situasi tersebut, apakah produkproduk Indonesia sudah siap untuk bersaing dengan produk dari negara lain? Hal tersebut penting untuk dijadikan pertimbangan bagi pembuat kebijakan agar konsumen Indonesia tidak menjadi target pasar utama oleh para eksportir regional, melainkan sebaliknya. Untuk itu, diperlukan perhatian khusus pada kebijakan investasi dan perdagangan khususnya mengenai pembatasan aliran barang, agar Indonesia dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari AEC. Misalnya, meningkatkan aliran barang menengah yang dibutuhkan untuk aktivitas produksi di Indonesia melalui 10 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015, p J.J. Losari dan J.W. Koesnaidi, 2014, Indonesia and the Establishment of the ASEAN Economic Community 2015: Are We There Yet?, OREI Policy Briefs, No. 10, Maret, p. 1. 7

8 pemulihan ukuran non tarif. 12 Dengan mempertimbangkan hal tersebut ditambah dengan keuntungan demografi, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang paling diuntungkan dari AEC. Di samping peluang-peluang yang telah diuraikan sebelumnya, untuk mewujudkan AEC dengan prinsip pasar tunggalnya, ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Indonesia. Tantangan-tantangan tersebut ialah: a. Dari segi infrastruktur, Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara-negara inti ASEAN lainnya 13. Untuk itu, Indonesia perlu untuk mempersiapkan beberapa infrastruktur menjelang AEC 2015, antara lain: darat, laut, udara, teknologi informasi dan keamanan energi. b. Biaya Logistik yang semakin mahal akibat rendahnya infrastruktur yang membuat perdagangan menjadi kurang efisien mengingat biaya logistik yang mahal dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya. Untuk itu, diperlukan pengurangan biaya logistik, sehingga dapat menaikkan daya saing Indonesia. c. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang memerlukan perbaikan kualitas. Masalah ini disebabkan oleh ketidakmerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan di seluruh Indonesia yang berakibat pada rendahnya kesadaran untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan tenaga kerja Indonesia hanya dilirik sebagai buruh atau tenaga kerja kasar di pasar tenaga kerja internasional. d. UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang kurang mendapatkan perhatian oleh pemerintah. Padahal, keanekaragaman yang dimiliki UMKM Indonesia berpeluang untuk membentuk pasar ASEAN, contohnya adalah kerajinan tangan, furniture, makanan daerah, dan industri lainnya. e. Pertanian yang merupakan salah satu jantung perekonomian Indonesia yang pembangunannya dirasa perlu untuk terus dilakukan. Hal ini mengingat bahwa 12 J.J. Losari dan J.W. Koesnaidi, Indonesia and the Establishment of the ASEAN Economic Community 2015: Are We There Yet?, p Peringkat ke-5 berdasarkan The Global Competitiveness Report 2013/2014 yang dibuat oleh World Economic Forum (WEF), berdasarkan data dari Sekretariat Negara Republik Indonesia. 8

9 luas daratan yang dimiliki Indonesia lebih besar dan tingkat konsumsi yang tinggi terhadap hasil pertanian. 14 Selain itu, Losari dan Koesnaidi menambahkan ada empat tantangan yang harus diselesaikan agar memperoleh keuntungan penuh dari AEC. Pertama, subsidi modal yang rendah yang membatasi usaha Indonesia untuk mengembangkan kapasitas produksinya dan menjadi pusat produksi di kawasan. Kedua, infrastruktur yang terbatas, baik soft (kebijakan) maupun hard (rel kereta api, Bandar udara, pelabuhan dan jalan raya), untuk memfasilitasi aliran perdagangan yang besar. Ketiga, korupsi dan desentralisasi, dimana desentralisasi telah berkontribusi pada terbukanya kesempatan baru untuk aktivitas korupsi. Keempat, peraturan investasi kontra-produktif ditambah dengan sarana prasarana yang kurang memadai, yang dapat mempengaruhi aktivitas para investor sehingga dikhawatirkan mereka akan termotivasi untuk berinvestasi di tempat (negara) lain. 15 Di samping itu, satu hal yang patut untuk menjadi bahan pertimbangan Pemerintah dalam upaya untuk mewujudkan Komunitas ASEAN ialah partisipasi masyarakat umum dalam proses pembentukannya. Guido Benny and Kamarulnizam Abdullah dalam tulisannya yang berjudul Indonesian Perceptions and Attitudes toward the ASEAN Community, berpendapat bahwa hal itulah yang telah menjadi bahan kritik utama yang ditujukan kepada gagasan Komunitas ASEAN. Padahal, komponen tersebut berperan penting dalam keberhasilan organisasi regional serupa lainnya seperti Uni Eropa. 16 Dari beberapa literatur yang telah dijabarkan di atas, maka yang membedakan antara bahasan literatur-literatur sebelumnya dan riset ini yaitu bahwa riset ini berusaha untuk mendeskripsikan juga menganalisis apa dan bagaimana Kebijakan 14 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015, pp J.J. Losari dan J.W. Koesnaidi, Indonesia and the Establishment of the ASEAN Economic Community 2015: Are We There Yet?, pp G. Benny dan K. Abdullah, 2011, Indonesian Perceptions and Attitudes toward the ASEAN Community, Journal of Current Southeast Asian Affairs no.1, p.40. 9

10 Luar Negeri RI di bawah Pemerintahan SBY berkontribusi terhadap perealisasian Komunitas Politik Keamanan ASEAN Maka yang ingin ditunjukkan oleh riset ini ialah bahwa Kebijakan Luar Negeri RI di bawah Pemerintahan SBY memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perealisasian Komunitas Politik Keamanan ASEAN Hal itu diwujudkan dalam strategi-strategi yang dilaksanakan oleh Kemlu RI termasuk di dalamnya pencapaian Indonesia selama menjadi Ketua ASEAN Hal tersebut membuktikan bahwa Indonesia memegang komitmennya untuk terus mendukung upaya mewujudkan komunitas tersebut. 1.4.Kerangka Teoritis Kebijakan Luar Negeri Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pola hubungan internasional antara negara satu dengan yang lainnya, pada hakikatnya didasari oleh kepentingankepentingan di berbagai aspek kehidupan yang tentunya ingin dicapai oleh masingmasing negara. Kepentingan-kepentingan semacam itulah yang dikenal dengan istilah kepentingan nasional. Kepentingan nasional ini erat kaitannya dengan kebijakan luar negeri. Hal ini dikarenakan kebijakan luar negeri ialah salah satu cara atau alat untuk mewujudkannya, selain kebijakan dalam negeri. Salah satu wujud kebijakan luar negeri ialah kerjasama internasional. Kerjasama ini misalnya kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial budaya dan politik yang juga terdapat dalam kerangka Komunitas ASEAN. Kerjasama itulah yang merupakan bentuk dari kerjasama internasional yang menjadi elemen penting dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia. Hal ini karena melalui kerjasama internasional, Indonesia dapat memanfaatkan peluang-peluang untuk menunjang dan melaksanakan pembangunan nasionalnya D.T. Djani, 2008, Kata Pengantar ASEAN Selayang Pandang, Jakarta, Kementerian Luar Negeri RI. 10

11 Kerjasama juga merupakan agenda utama dari para liberalis. Mereka meyakini bahwa dengan bekerjasama, maka kepentingan dapat terpenuhi, dimana kepentingan ini juga termasuk kepentingan nasional. Liberalis juga mengatakan bahwa dalam sistem yang anarki, keteraturan atau order dapat tercapai ketika negaranegara saling bekerja sama untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Pemikiran tersebut didasari oleh keyakinan bahwa sifat dasar manusia yang sebenarnya ialah baik, meski terkadang kepentingan negara dapat menyebabkan adanya perang. Akan tetapi, perang ini masih dapat dihindari dengan membentuk suatu International Society, dimana Komunitas ASEAN merupakan salah satu perwujudannya. 18 Lalu, kebijakan luar negeri menurut pemikiran liberalisme dapat dipahami dengan cara memfokuskan bagaimana individu beserta ide-ide dan cita-cita yang mereka dukung (seperti hak asasi manusia, kebebasan, dan demokrasi), kekuatan sosial (kapitalisme, pasar), dan lembaga-lembaga politik (demokrasi, perwakilan) dapat memiliki pengaruh langsung pada hubungan luar negeri. 19 Maka secara tidak langsung dapat dipahami bahwa dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri, negara harus melibatkan para individu dalam hal ini aktor non-negara. Pemikiran inilah yang turut melatarbelakangi pemerintah Indonesia melalui Kemlu RI untuk menggunakan jalur diplomasi total (diplomasi multijalur) dalam pelaksanaan kebijakan luar negerinya, demi mencapai kepentingan nasional negara Indonesia. Sementara itu, kepentingan nasional Indonesia sendiri diterjemahkan ke dalam visi Kementerian Luar Negeri yang disebut sebagai Sapta Dharma Caraka, yang salah satu diantaranya yaitu meningkatkan peranan dan kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi ASEAN. 20 Hal ini ditunjukkan oleh pemerintah dengan 18 Berdasarkan pemikiran S. Burchill, 2005, Theories of International Relations (3rd Edition), New York, St.Martin Press.Inc. 19 Kutipan tulisan M.W. Doyle, Chapter 3: Liberalism and Foreign Policy Introduction to Liberalism, df, California State University, diakses pada 01 Nopember 2014, p M.A. Soenanda, Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional, diakses pada 8 Juni

12 senantiasa berkomitmen untuk memastikan kesiapan menuju pembentukan Komunitas ASEAN 2015, yang didukung penuh oleh Kemlu RI sebagai pelaksana Kebijakan Luar Negeri. Konsep tersebutlah yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dalam riset ini. Konsep kebijakan luar negeri yang dihubungkan dengan kepentingan nasional digunakan untuk menjelaskan apa yang menjadi dasar dalam pembuatan dan pelaksanaan Kebijakan Luar Negeri RI terhadap ASEAN khususnya dalam merealisasikan Komunitas Politik Keamanan ASEAN Hal ini didasari oleh posisi kebijakan luar negeri yang merupakan perwujudan dari kepentingan nasional suatu negara, dimana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai tercantum pada apa yang menjadi tujuan nasionalnya, yang kemudian diperjuangkan dalam pelaksanaan kebijakan luar negerinya. 1.5.Argumentasi Utama Sejauh ini, Indonesia telah banyak memberikan kontribusi dalam perealisasian APSC yang mengacu pada Cetak Birunya. Kontribusi tersebut terutama dimaksimalkan oleh Pemerintah Indonesia pada masa keketuaannya di ASEAN tahun Meskipun demikian, di luar tahun tersebut Indonesia juga giat menunjukkan bahwa ia memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan APSC yang sekaligus memberikan bukti adanya bentuk kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Kebijakan-kebijakan inilah yang berupaya untuk dimaksimalkan pelaksanaannya sebagai wujud dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Komunitas ASEAN. Bagaimanapun juga, Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN memiliki kepentingan nasional yang perlu untuk dicapai. Kepentingan-kepentingan ini kemudian diperjuangkan oleh Pemerintah melalui pelaksanaan Kebijakan Luar Negerinya. Dalam kasus kebijakan luar negeri terhadap APSC, yang ingin diraih oleh Indonesia ialah meningkatkan peran dan kepemimpinannya dalam pembentukan 12

13 Komunitas tersebut. Hal ini dikarenakan adanya bentuk kerjasama dalam bidang politik dan keamanan, yang apabila dimaksimalkan pelaksanaannya dapat membuat Indonesia menjadi negara yang paling diuntungkan di ASEAN sehingga dapat memenuhi kepentingan nasionalnya sekaligus memberikan kontribusi terhadap perealisasian APSC. Untuk itu, Pemerintah Indonesia perlu untuk mempersiapkan diri dalam rangka menghadapi Komunitas ASEAN Metode Penelitian Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analitik, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena secara mendalam melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Metode ini tidak mengutamakan pada banyaknya (kuantitas) data, melainkan lebih menekankan pada kualitas data. Untuk memperoleh data sebagai penunjang utama dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui studi pustaka dan wawancara. Studi pustaka yakni teknik yang dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan data dari dokumen-dokumen, artikel-artikel, serta literatur-literatur yang relevan dan memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan wawancara merupakan pelengkap yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 13 April 2015 di Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, tepatnya pada bidang Kerjasama Politik Keamanan Komunitas ASEAN. 1.7.Jangkauan Penelitian Sesuai dengan jenis metode penelitiannya, untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan maka analisis tesis ini hanya dibatasi pada Periode Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, dengan tidak menafikan kebijakan yang dilakukan Indonesia pada tahun-tahun lainnya, tesis ini lebih banyak membahas mengenai 13

14 kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Komunitas ASEAN selama tahun 2011 disaat Indonesia menjabat sebagai Ketua ASEAN. 1.8.Organisasi Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari apa yang melatarbelakangi penulis untuk menulis riset mengenai Komunitas Politik Keamanan ASEAN 2015, termasuk di dalamnya ialah pertanyaan penelitian yang diajukan, pembahasan beberapa literatur yang relevan dengan riset, konsep yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, argumen atau hipotesis atas pertanyaan penelitian yang diajukan, batasan serta metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan riset. Bab kedua membahas mengenai gambaran umum ASEAN menuju Komunitas ASEAN 2015, yakni apa yang dimaksud dengan Komunitas ASEAN yang mencakup tujuan pembentukan serta perjalanannya menuju 2015 yang dideskripsikan penulis dengan mengelaborasi ketiga pilarnya. Di samping itu, pada bab ini penulis juga menjabarkan pencapaian apa saja yang telah diraih oleh ASEAN dalam menuju Komunitas ASEAN 2015, beberapa tantangan yang dihadapi oleh Komunitas Politik Keamanan ASEAN dalam menuju perealisasiannya di 2015, dan signifikansi Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN bagi Komunitas ASEAN. Bab ketiga menjelaskan mengenai persiapan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk menghadapi Komunitas ASEAN Hal tersebut meliputi strategi-strategi apa saja yang dibuat lalu dilaksanakan oleh Pemerintah di dalam negeri dalam rangka mempersiapkan diri menuju Komunitas ASEAN. Selain itu, bab ini juga menjelaskan mengenai prioritas-prioritas Indonesia selama menjadi Ketua ASEAN pada 2011 disertai dengan alasan yang mendorongnya. Bab keempat kemudian menganalisis apa saja yang menjadi Kebijakan Luar Negeri RI pada masa Pemerintahan SBY terhadap Komunitas Politik Keamanan 14

15 ASEAN, termasuk bagaimana kemudian kebijakan-kebijakan tersebut dilaksanakan. Kebijakan-kebijakan yang dimaksud ialah tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam upaya mewujudkan Komunitas Politik Keamanan ASEAN Hal ini dihubungkan dengan peranan Indonesia untuk menyelesaikan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh ASEAN dalam bidang politik keamanan dalam menuju Komunitas ASEAN Terakhir, bab kelima yang menutup tesis ini menyajikan kesimpulan dari riset yang telah dijalankan bahwa Indonesia dengan sejumlah kebijakan luar negerinya telah memberikan kontribusi positif terhadap perealisasian Komunitas Politik Keamanan ASEAN

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014

Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014 Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014 Komunitas ASEAN 2015 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

PERANAN PENDIDIKAN SAINS DAN TEKNOLOGI PADA ERA ASEANEconomic Community. Oleh Sarwanto

PERANAN PENDIDIKAN SAINS DAN TEKNOLOGI PADA ERA ASEANEconomic Community. Oleh Sarwanto PERANAN PENDIDIKAN SAINS DAN TEKNOLOGI PADA ERA ASEANEconomic Community Oleh Sarwanto A. Pendahuluan Perkembangan sejarah masyarakat Asia Tenggara menunjukkan pada 8 Agustus1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. -Peter M. Haas. Council on Foreign Relations, <http:www.jstor.org/stable/ >, diakses pada , 1993, p.78.

BAB IV KESIMPULAN. -Peter M. Haas. Council on Foreign Relations, <http:www.jstor.org/stable/ >, diakses pada , 1993, p.78. BAB IV KESIMPULAN Control over knowledge and information is an important dimension of power and that the diffusion of new ideas and information can lead to new patterns of behavior and prove to be an important

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Menghadapi MEA 2015 SEKILAS TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)/ MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi global merujuk kepada ekonomi yang berdasarkan ekonomi nasional masing-masing negara yang ada di belahan dunia. Saat ini, fenomena krisis global menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 % BAB V KESIMPULAN Perkembangan pariwisata ASEAN sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, peningkatan tersebut didorong dengan meningkatnya jumlah wisatawan baik wisatawan dari negara anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional, dan internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan bentuk integrasi ekonomi regional ASEAN dalam artian sistem perdagaangan bebas antar negara dalam satu lingkup

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Ma ruf Habibie Siregar TMJ 6 AeU 4811020011 Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Rangkuman Pada chapter ini dibahas tentang apa- apa yang akan dilakukan ASEAN menuju ke

Lebih terperinci

ASEAN Tanpa RDTL: Kegagalan Diplomasi Indonesia. Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011 ini tinggal menghitung hari sebelum posisi itu

ASEAN Tanpa RDTL: Kegagalan Diplomasi Indonesia. Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011 ini tinggal menghitung hari sebelum posisi itu ASEAN Tanpa RDTL: Kegagalan Diplomasi Indonesia Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011 ini tinggal menghitung hari sebelum posisi itu diserahkan pada Kamboja 1 Januari 2012. Dapat dipastikan bahwa upaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN kedalam. hukum nasional Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor

BAB V PENUTUP. pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN kedalam. hukum nasional Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk integrasi regional di kawasan Asia Tenggara, yang dibangun melalui penciptaan pasar tunggal dan basis produksi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA Yang Mulia Presiden ASEAN Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS DR. Mhd. Saeri, M.Hum (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah wadah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan umum merupakan cita-cita luhur yang ingin dicapai setelah lahirnya bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

Pidato Penutupan Menlu RI Dr. R.M. Marty Natalegawa Pada Forum Pertemuan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum ASEAN

Pidato Penutupan Menlu RI Dr. R.M. Marty Natalegawa Pada Forum Pertemuan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum ASEAN Pidato Penutupan Menlu RI Dr. R.M. Marty Natalegawa Pada Forum Pertemuan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum ASEAN Rabu, 05 Oktober 2011 PIDATO PENUTUPAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DR. R.M.

Lebih terperinci

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

MEMBANGUN TIM EFEKTIF MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of South-East Asian Nation), sebuah asosiasi 10 Negara di

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of South-East Asian Nation), sebuah asosiasi 10 Negara di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang ada di benua Asia. Asia Tenggara merupakan daerah tropis dengan potensi alam yang luar biasa. ASEAN (Association

Lebih terperinci

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Peningkatan Kerjasama Indonesia India Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro Pendahuluan Kemandirian ekonomi semestinya didefinisikan secara fleksibel dan bersifat dinamis. Kemandirian lebih dilihat dari kemampuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama kita masih kalah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. utama kita masih kalah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Terkait BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pada akhir tahun 2015 mendatang, kesepakatan Masyakarat Ekonomi ASEAN (MEA)atau pasar bebas ASEAN mulai berlaku. Jika ingin tetap bisa bersaing, Indonesia harus

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak

Lebih terperinci

SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017

SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017 SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017 Yth. Dirjen Kerja Sama ASEAN selaku Koordinator Sekretariat Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun 1997 1998 bermula di Thailand, menyebar ke hampir seluruh ASEAN dan turut dirasakan juga oleh Korea Selatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia telah memiliki hubungan bilateral dengan Amerika Serikat untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun 1949. Pada tahun tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : Pertama, terkait Pengaruh Penerapan ASEAN Community

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci