Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN KOORDINATOR LAPANGAN PADA FCG UNTUK PROYEK KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG WILAYAH DISTRIBUSI KABUPATEN SURAKARTA Rindra Yusianto 1 Putut Satriya Baskara 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No Semarang rindra@staff.dinus.ac.id Abstraksi Salah satu sumber kerumitan masalah pengambilan keputusan adalah adanya beragam kriteria pemilihan. Oleh karena iti maka Analythical Hierarchy Process (AHP) merupakan teknik untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Dalam perkembangan AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan banyak kriteria, tetapi penerapannya telah meluas sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah. Seperti halnya dalam penelitian ini yaitu dalam penentuan koordinator lapangan pada FCG untuk proyek konversi minyak tanah ke LPG 3 kg wilayah distribusi kabupaten Surakarta. Pada akhirnya hasil dari metode ini diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam meningkatkan produktivitas koordinator lapangannya. Keywords : AHP, koordinator lapangan, produktivitas kerja 1. PENDAHULUAN Menurut Hendra Putra (2003), sumber daya manusia (SDM) merupakan bagian yang paling kritis dalam keberhasilan setiap organisasi. Karyawan yang kompeten dan berkualitas membantu tercapainya keuntungan, produktivitas pertumbuhan dan umur panjang perusahaan. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu tiang pendukung produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Sebagai faktor utama penggerak perusahaan, tenaga kerja haruslah mendapat perhatian yang lebih spesifik guna mencapai tingkat produktivitas yang diinginkan. Tingkat produktivitas pun dapat menunjukkan sejauh mana dan bagaimana keberhasilan suatu organisasi dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuannya. Kualitas SDM merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi atau instansi. Oleh karena itu, diperlukan SDM yang mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi akan dapat mendukung peningkatan prestasi kinerja karyawan (Nurmianto dkk, 2006). Menipisnya persediaan minyak dunia membuat pemerintah mengalihkan penggunaan minyak tanah ke gas elpiji dimana diketahui persediaan gas Indonesia saat ini mencukupi. Program Pemerintah Konversi minyak tanah ke gas saat ini tengah digalakan guna mengatasi menipisnya persediaan minyak dunia dan harga minyak dunia yang terus merangkak naik. Pertamina selaku pemegang kendali pendistribusian BBM di Indonesia bekerja sama dengan PT. Marketing Sentratama Indonesia (PT. MSI) untuk proyek Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji 3 Kg untuk Wilayah Jawa Tengah. PT.MSI adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penelitian pemasaran yang berdiri pada tanggal 9 September Dimana perusahaan ini mempunyai beberapa divisi, yang diantaranya adalah divisi riset. Perkembangan untuk divisi riset menjadi Frontier yang sekarang ini atau yang lebih dikenal dengan Frontier Consulting Group (FCG). Proyek Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji 3 Kg, PT.MSI akan menjalankan divisi riset FCG untuk menangani proyek tersebut mulai dari pencacahan hingga pendistribusian berakhir untuk satu wilayah kerja. PT. MSI dalam perjalanan bisnisnya banyak dihadapkan pada permasalahan prosesproses pengambilan keputusan. Salah satu permasalahan yang paling menonjol adalah penempatan pegawai untuk menduduki jabatan Koordinator Lapangan. Setelah pendistribusian tabung gas elpiji 3 Kg, kompor dan asesorisnya untuk wilayah Kabupaten Salatiga dan Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

2 Kabupaten Klaten selesai di distribusikan PT. MSI mendapatkan kepercayaan dari PT. Pertamina untuk pendistribusian tabung gas elpiji 3 Kg, kompor dan asesorisnya untuk wilayah Kabupaten Surakarta. Kekurangan-kekurangan dan kesalahan yang terjadi selama pendistribusian untuk wilayah Kabupaten Salatiga dan Kabupaten Klaten mendapatkan perhatian serius dari pimpinan pusat PT. MSI yang berada di Jakarta. Salah satunya adalah kinerja dan kepemimpinan Koordinator Lapangan, dimana diketahui Koordinator Lapangan memegang peranan penting dalam kesuksesan pendistribusian tabung gas elpiji 3 Kg, kompor dan asesorisnya. Mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang terjadi selama proyek pendistribusian, maka PT. MSI memutuskan untuk melakukan evaluasi kinerja Koordinator Lapangan untuk wilayah Kabupaten Klaten apakah memenuhi target dan layak untuk wilayah selanjutnya. Adapun beberapa alternatif calon yang diajukan untuk mengganti mempunyai kesamaan dalam kriteria yang sudah ditentukan termasuk Koordinator Lapangan yang masih menjabat untuk wilayah kerja Kabupaten Klaten yang kemungkinan diajukan kembali untuk menduduki jabatan Koordinator Lapangan, membuat permasalahan menjadi kompleks. Sistem yang akan dibuat untuk pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). 2. TEORI PRESTASI KERJA Menurut Dessler (1997) dalam Nurmianto, dkk (2006) penilaian prestasi kinerja adalah suatu proses penilaian prestasi kinerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Menurut Handoko (1996) penilaian prestasi kinerja adalah proses mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Menurut Supriyono, dkk (2007) metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu kerangka berfikir manusia. Metode ini mulamula dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70-an. Dasar berpikirnya metode AHP adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan. Model ini dapat membantu kerangka berpikir manusia karena memasukkan persepsi manusia sebagai masukan kualitatif. Persepsi manusia yang dimasukan disini adalah persepsi dari para ahli (expert), yaitu orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah, atau mempunyai kepentingan terhadap masalah tersebut. Pada dasarnya AHP adalah motode memecahkan suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam komponen-komponennya, mengatur komponenkomponen tersebut dalam suatu hierarki, memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif, dan akhirnya menghasilkan suatu sintesa yang menetapkan urutan dan nilai prioritas dari komponen-komponen tersebut. Metode ini dikembangkan pada tahun 70-an oleh TL. Saaty. Sedangkan menurut Sari (2006), metode AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang melibatkan nilai privasi atau nilai preferensi dari seseorang, dengan cara menginputkan prioritas berupa matriks terhadap kriteria-kriteria yang ada, kemudian komputer akan melakukan komputasi, dari hasil tersebut akan didapatkan nilai persentase setiap pilihan, dan pilihan yang terbaik merupakan nilai prioritas yang memiliki persentase paling besar. AHP merupakan metode yang relative baru yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang berbasis multi kriteria, AHP sangat baik dipakai untuk kriteria yang tidak saja melibatkan nilai riil, tetapi juga juga yang melibatkan nilai preferensi. KOORDINATOR LAPANGAN Koordinator adalah kelompok atau individu yang bertugas mengkoordinir bawahannya yang berada di dalam lingkup tugasnya. Disini Koordinator Lapangan diartikan sebagai pemegang komando ketika proyek pendistribusian proyek Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

3 3 Kg sedang berjalan. Setiap individu dari jajaran struktur organisasi yang berada di bawahnya harus mentaati setiap arahan dari Korlap. Korlap memperoleh masukan informasi dari perangkat lain yang akan digunakannya untuk mengambil keputusan-keputusan penting. KRITERIA KEMAMPUAN DASAR Kemampuan dasar adalah yang harus sudah dikuasai oleh calon dan mampu menggunakannya baik dalam forum formal maupun informal serta mudah dimengerti, diantaranya pendidikan, pelatihan, pengalaman, Bahasa Indonesia, salah satu bahasa asing dan komunikasi lisan dan tertulis. KRITERIA KEMAMPUAN UMUM Kemampuan umum adalah kemampuan individu untuk mengaplikasikan prinsip, proses, metode dalam menjalankan aktifitasnya pada pekerjaan dan penugasannya. Diantaranya pengambilan keputusan, kepemimpinan, tanggung jawab terhadap pekerjaan, kerjasama baik vertical maupun horisontal dan prestasi kerja. KRITERIA KEAHLIAN DAN KECAKAPAN Keahlian Kecakapan adalah kemampuan untuk mengaplikasikan penguasaan di bidang tertentu yang dimiliki individu dan menerapkannya pada bidang pekerjaan dan penugasannya. Diantaranya mendistribusikan pekerjaan dan kewenangan, menyusun perencanaan kegiatan distribusi, memimpin dan melakukan pembinaan kemampuan personil serta melaksanakan kegiatan opersional. KRITERIA PENGETAHUAN PEMAHAMAN Pengetahuan Pemahaman adalah kemampuan khusus yang dimiliki individu dan menguasai bidang tertentu serta mampu menerapkannya pada bidang pekerjaan dan penugasannya. PENGOLAHAN DATA PERBANDINGAN BERPASANGAN Hasil dari pengumpulan data dan penyebaran kuesioner, selanjutnya diolah. Data hasil kuesioner kemudian dirata- ratakan dengan menggunakan metode rata- rata ukur atau ratarata geometrik yaitu data hasil penilaian preferensi responden dipangkatkan dengan jumlah responden yang memberikan nilai tersebut dan diakar dengan jumlah keseluruhan responden yang memberikan penilaian. Penetapan nilai menggunakan skala perbandingan berpasangan, yaitu: 1 : Kedua Kriteria sama penting. 3 : Kriteria yang satu sedikit lebih penting dibanding yang lainnya. 5 : Kriteria yang satu kuat pentingnya dibanding yang lainnya. 7 : Kriteria yang satu sangat kuat pentingnya dibanding yang lainnya. 9 : Kriteria yang satu mutlak pentingnya dibanding yang lainnya. 2,4,6,8 : Nilai diantara 2 pertimbangan yang berdekatan. 3. PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pegawai yang terlibat dalam pendistribusian tabung gas elpiji 3 Kg, kompor dan asesorisnya untuk wilayah Kabupaten Klaten, namun pembagian kuesioner hanya untuk jabatan tertentu seperti hanya untuk jabatan SPV Project, SPV (Supervisor), DE (Data Entry), Administrasi, Bagian Gudang, QC (Quality Control) dan Checker karena pegawai pada jabatan ini memiliki tingkat pendidikan yang cukup dan merupakan suatu bentuk tim untuk wilayah pendistribusian selanjutnya. Kuesioner yang dibagikan berisi item-item mengenai kriteria-kriteria dan subkriteria yang diajukan kepada responden untuk melakukan penilaian bukan membuat perbandingan. Nilai yang didapat dari pengisian kuesioner akan dimasukan ke dalam tabel untuk dilakukan pengolahan. Dari kuesioner yang dibagikan kepada 10 responden untuk mengisi nilai setiap calon alternatif berpasangan untuk setiap sukriteria. Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

4 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENGISIAN BILANGAN MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA Pengisian Persepsi responden pada intinya adalah pengisian matriks perbandingan. Untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan, digunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen atau criteria dibanding yang lainnya yang berkenaan dengan sifat diatasnya. Untuk pengisian matriks simetris berukuran 3 x 3 tersebut responden cukup mengisi sel a12, a13 dan a23. Sedangkan sel a21, a31 dan a32 hanyalah kebalikan atau resiprokal dari sel-sel tersebut. Tiga sel lainnya yang terletak dalam posisi diagonal dari kiri atas ke kanan bawah sudah pasti diisi dengan angka satu (1) karena yang dibandingkan adalah dua elemen yang sama. Angka terkecil yang mungkin dalam matriks tersebut adalah 1/9 dan yang terbesar 9/1. Cara pengisian matriks perbandingan berpasangan adalah sebagai berikut : a) Hasil rata-rata ukur atau rata-rata geometric dimasukan dalam setiap sel atau entry pada matriks perbandingan berpasangan. b) Perhitungan bobot prioritas dengan cara membagi setiap angka (skala) dalam suatu kolom dengan jumlah kolom tersebut dan dilakukan hal yang sama pada setiap kolom c) Kemudian angka (skala) baru yang dihasilkan dari pembagian tersebut dijumlahkan menurut baris untuk setiap elemen. d) Jumlah setiap baris dibagi dengan totalnya agar didapatkan prioritas akhir dari setiap elemen dengan total bobot prioritas sama dengan satu. Proses yang dilakukan untuk membuat total bobot prioritas sama dengan satu biasa disebut proses normalisasi. 4.2 MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA KEMAMPUAN DASAR Pengisian bilangan matriks dan penentuan bobot prioritas untuk sub criteria kemampuan dasar adalah sebagai berikut : Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

5 Tabel 1 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pendidikan PENDIDIKAN A 1,00 2,00 3,00 B 0,50 1,00 3,00 C 0,33 0,33 1,00 JUMLAH 1,83 3,33 7,00 PENDIDIKAN A 0,546 0,601 0,429 0,525 B 0,273 0,300 0,429 0,334 C 0,180 0,099 0,143 0,141 Tabel 2 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pelatihan PELATIHAN PELATIHAN A 1,00 0,50 2,00 B 2,00 1,00 3,00 C 0,50 0,33 1,00 JUMLAH 3,50 1,83 6,00 Tabel 3 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pengalaman A 0,286 0,273 0,333 0,297 B 0,571 0,546 0,500 0,539 C 0,143 0,180 0,167 0,163 PENGALAMAN A 1,00 2,00 4,00 B 0,50 1,00 3,00 C 0,25 0,33 1,00 JUMLAH 1,75 3,33 8,00 PENGALAMAN A 0,571 0,601 0,500 0,557 B 0,286 0,300 0,375 0,320 C 0,143 0,099 0,125 0,122 Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

6 Tabel 4 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Bahasa Indonesia BAHASA INDONESIA BAHASA A 1,00 4,00 1,00 INDONESIA B 0,25 1,00 0,50 A 0,444 0,571 0,400 0,472 C 1,00 2,00 1,00 B 0,111 0,143 0,200 0,151 JUMLAH 2,25 7,00 2,50 C 0,444 0,286 0,400 0,377 Tabel 5 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Salah Satu Bahasa Asing SALAH SATU BAHASA ASING SALAH SATU A 1,00 2,00 0,25 BAHASA ASING B 0,50 1,00 0,20 A 0,182 0,250 0,172 0,201 C 4,00 5,00 1,00 JUMLAH 5,50 8,00 1,45 B 0,091 0,125 0,138 0,118 C 0,727 0,625 0,690 0,681 Tabel 6 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Komunikasi KOMUNIKASI A 1,00 1,00 0,50 KOMUNIKASI B 1,00 1,00 1,00 A 0,250 0,333 0,200 0,261 C 2,00 1,00 1,00 B 0,250 0,333 0,400 0,328 JUMLAH 4,00 3,00 2,50 C 0,500 0,333 0,400 0, MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA KEMAMPUAN UMUM Pengisian bilangan matriks dan penentuan bobot prioritas untuk sub criteria kemampuan umum adalah sebagai berikut : Tabel 7 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pengambilan Keputusan PENGAMBILAN KEPUTUSAN A 1,00 1,00 2,00 B 1,00 1,00 3,00 C 0,50 0,33 1,00 JUMLAH 2,50 2,33 6,00 PENGAMBILAN KEPUTUSAN A 0,400 0,429 0,333 0,388 B 0,400 0,429 0,500 0,443 C 0,200 0,142 0,167 0,169 Tabel 8 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Kepemimpinan KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN A 1,00 1,00 2,00 B 1,00 1,00 1,00 C 0,50 1,00 1,00 JUMLAH 2,50 3,00 4,00 A 0,400 0,333 0,500 0,411 B 0,400 0,333 0,250 0,328 C 0,200 0,333 0,250 0,261 Tabel 9 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Tanggung Jawab Terhadap Pekerjaan TANGGUNG JAWAB A 1,00 0,33 2,00 B 3,00 1,00 4,00 C 0,50 0,25 1,00 JUMLAH 4,50 1,58 7,00 TANGGUNG JAWAB A 0,222 0,209 0,286 0,239 B 0, ,571 0,624 C 0, ,143 0,137 Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

7 Tabel 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Kerja Sama KERJASAMA A 1,00 2,00 0,25 B 0,50 1,00 0,25 C 4,00 4,00 1,00 JUMLAH 5,50 7,00 1,50 KERJASAMA A 0,182 0,286 0,167 0,211 B 0,091 0,143 0,167 0,133 C 0,727 0,571 0,667 0,655 Tabel 11 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Prestasi Kerja PRESTASI KERJA A 1,00 2,00 1,00 B 0,50 1,00 1,00 C 1,00 1,00 1,00 JUMLAH 2,50 4,00 3,00 PRESTASI KERJA A 0,400 0,500 0,333 0,411 B 0,200 0,250 0,333 0,261 C 0,400 0,250 0,333 0, MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA KEAHLIAN/KECAKAPAN Pengisian bilangan matriks dan penentuan bobot prioritas untuk sub criteria Keahlian dan kecakapan adalah sebagai berikut : Tabel 12 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Mendistribusikan Pekerjaan dan Kewenangan MENDISTRIBUSIKAN PEKERJAAN DAN KEWENANGAN MENDISTRIBUSIKAN PEKERJAAN DAN KEWENANGAN A 1,00 3,00 3,00 A 0,602 0,667 0,500 0,590 B 0,33 1,00 2,00 B 0,199 0,222 0,333 0,251 C 0,33 0,50 1,00 C 0,199 0,111 0,167 0,159 JUMLAH 1,66 4,50 6,00 Tabel 13 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Menyusun Perencaaan Kegiatan Distribusi MENYUSUN MENYUSUN PERENCANAAN PERENCANAAN A 1,00 2,00 5,00 B 0,50 1,00 1,00 C 0,20 1,00 1,00 JUMLAH 1,70 4,00 7,00 A 0,588 0,500 0,714 0,601 B 0,294 0,250 0, C 0,118 0,250 0,143 0,170 Tabel 14 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Memimpin dan Melakukan Pembinaan MEMIMPIN DAN MELAKUKAN PEMBINAAN A 1,00 2,00 3,00 B 0,50 1,00 1,00 C 0,33 1,00 1,00 JUMLAH 1,83 4,00 5,00 MEMIMPIN DAN MELAKUKAN PEMBINAAN PERSONIL A 0,546 0,500 0,600 0,549 B 0,273 0,250 0,200 0,241 C 0,180 0,250 0,200 0,210 Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

8 Tabel 15 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Melaksanakan Kegiatan Operasional MELAKSANAKAN KEGIATAN OPERASIONAL A 1,00 2,00 0,33 B 0,50 1,00 0,25 C 3,00 4,00 1,00 JUMLAH 4,50 7,00 1,58 MELAKSANAKA N KEGIATAN OPERASIONAL A 0,222 0,286 0,209 0,239 B 0,111 0,143 0,158 0,137 C 0,667 0, ,624 MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN Pengisian bilangan matriks dan penentuan bobot prioritas untuk sub criteria pengetahuan dan pemahaman adalah sebagai berikut : Tabel 16 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pemahaman Tentang Sistem Distribusi PEMAHAMAN TENTANG SISTEM DISTRIBUSI PEMAHAMAN TENTANG SISTEM DISTRIBUSI A 1,00 1,00 4,00 A 0,444 0,455 0,400 0,433 B 1,00 1,00 5,00 B 0,444 0,455 0,500 0,466 C 0,25 0,20 1,00 C 0,111 0,091 0,100 0,101 JUMLAH 2,25 2,20 10,00 Tabel 17 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pemahaman Tentang Kegiatan Distribusi PEMAHAMAN PEMAHAMAN TENTANG TENTANG KEGIATAN KEGIATAN DISTRIBUSI DISTRIBUSI A 1,00 3,00 0,33 B 0,33 1,00 0,20 C 3,00 5,00 1,00 JUMLAH 4,33 9,00 1,53 A 0,231 0,333 0,216 0,260 B 0,076 0,111 0,131 0,106 C 0,693 0,556 0,654 0,634 Tabel 18 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pengetahuan Kepemimpinan PENGETAHUAN KEPEMIMPINAN A 1,00 0,33 0,50 B 3,00 1,00 2,00 C 2,00 0,50 1,00 JUMLAH 6,00 1,83 3,50 PENGETAHUAN KEPEMIMPINAN A 0,167 0,180 0,143 0,163 B 0,500 0,546 0,571 0,539 C 0,333 0,273 0,286 0,297 Tabel 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Kerja Sama MANAJEMEN OPERASIONAL A 1,00 2,00 2,00 B 0,50 1,00 0,50 C 0,50 2,00 1,00 JUMLAH 2,00 5,00 3,50 MANAJEMEN OPERASIONAL A 0,500 0,400 0,571 0,490 B 0,250 0,200 0,143 0,198 C 0,250 0,400 0,286 0,312 Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

9 HASIL PERHITUNGAN PRIORITAS 1. Kemampuan Dasar Sub Kriteria Calon A Calon B Calon C Pendidikan 0,525 0,334 0,141 Pelatihan 0,297 0,539 0,163 Pengalaman 0,557 0,320 0,122 Kemampuan Bahasa Indonesia 0,472 0,151 0,377 Kemampuan Menguasai Bahasa Asing 0,201 0,118 0,681 Komunikasi 0,261 0,328 0, Kemampuan Umum Sub Kriteria Calon A Calon B Calon C Pengambilan Keputusan 0,388 0,443 0,169 Kepemimpinan 0,411 0,328 0,261 Tanggung Jwab Terhadap Pekerjaan 0,239 0,624 0,137 Kerjasama baik Vertikal dan Horisontal 0,211 0,133 0,655 Prestasi Kerja 0,411 0,261 0, Keahlian dan Kecakapan Sub Kriteria Calon A Calon B Calon C Mendistribusikan Pekerjaan dan Kewenangan 0,590 0,251 0,159 Menyusun Perencanaan Kegiatan Distribusi 0,601 0,229 0,170 Memimpin dan Pembinaan Kemampuan Personil 0,549 0,241 0,210 Melaksanakan Kegiatan Operasional 0,239 0,137 0, Pengetahuan dan Pemahaman Sub Kriteria Calon A Calon B Calon C Pemahaman Tentang Sistem Distribusi 0,433 0,466 0,101 Pemahaman Tentang Kegiatan Distribusi 0,260 0,106 0,634 Pengetahuan Tentang Kepemimpinan 0,163 0,539 0,297 Pengetahuan Tentang Penyelenggaraan Manajemen Operasional 0,490 0,198 0,312 PENETAPAN KONSISTENSI MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN CALON ALTERNATIF ANTAR SUB KRITERIA Pengukuran konsitensi suatu hirarki dilakukan dengan cara mengalikan setiap entri matriks berpasangan dengan prioritas kriterianya, kemudian menjumlahkannya dalam setiap baris. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan suatu bilangan serupa yang diperoleh untuk matriksmatriks dengan ukuran yang sama. Nilai rasio konsistensi harus 10 % atau kurang. Jika lebih dari 10 %, pertimbangan itu mungkin agak acak dan perlu diperbaiki. Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, hanya menurut beberapa eksperiman dan pengalaman tingkat inkonsitensi sebesar 10 % kebawah adalah tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima. Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, jeruk dan bola tennis dapat dikelompokan dalam himpunan yang seragam, jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tidak dapat jika rasa sebagai kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek- obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5 X lebih manis dibanding gula, dan gula 2 X lebih manis dibanding sirup, maka seharusnya madu dinilai 10 X lebih manis dibanding sirup. Jika madu hanya dinilai 4 X manisnya dibanding sirup, maka penilaian tidak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang lebih tepat. Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

10 Berdasarkan hasil perhitungan semua antar sub kriteria untuk masing masing calon adalah konsisten yaitu CR <10% ANALISIS DATA Setelah semua matriks perbandingan lengkap terisi dan diperiksa konsistensinya, maka langkah selanjutnya adalah menentukan sintesa akhir dari hirarki yang merupakan tujuan utama dibuatnya suatu model AHP. 1) Sasaran Kriteria Kemampuan Dasar Dalam sasaran kemampuan dasar ini yang memberikan pengaruh urutannya adalah pengalaman, pendidikan, komunikasi, pelatihan, bahasa indonesia dan salah satu bahasa asing dan hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan = 0,263 x 0,173 = 0, Pelatihan = 0,263 x 0,126 = 0, Pengalaman = 0,263 x 0,395 = 0, Bahasa Indonesia = 0,263 x 0,103 = 0, Salah Satu Bahasa Asing = 0,263 x 0,061 = 0, Komunikasi = 0,263 x 0,142 = 0,037 2) Sasaran Kriteria Kemampuan Umum Dalam sasaran kemampuan umum ini yang memberikan pengaruh urutannya adalah tanggung jawab terhadap pekerjaan, pengambilan keputusan, kerjasama vertical maupun horizontal dan prestasi kerja. Dan hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan Keputusan = 0,431 x 0,235 = 0, Kepemimpinan = 0,431 x 0,077 = 0, Tanggung Jawab Terhadap Pekerjaan = 0,431 x 0,469 = 0, Kerjasama Vertikal Maupun Horisontal = 0,431 x 0,129 = 0, Prestasi Kerja = 0,431 x 0,090 = 0,039 3) Sasaran Kriteria Keahlian dan Kecakapan Dalam sasaran keahlian dan kecakapan ini yang memberikan pengaruh urutannya adalah mendistribusikan pekerjaan dan kewenangan, menyusun perencanaan kegiatan distribusi, melaksanakan kegiatan operasional, memimpin dan melakukan pembinaan personil. Dan hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Mendistribusikan Pekerjaan dan Kewenangan = 0,211 x 0,493 = 0, Menyusun Perencanaan Kegiatan Distribusi = 0,211 x 0,265 = 0, Memimpin dan Melakukan Pembinaan Personil = 0,211 x 0,090 = 0, Melaksanakan Kegiatan Operasional = 0,211 x 0,152 = 0,032 4) Sasaran Kriteria Keahlian dan Kecakapan Dalam sasaran keahlian dan kecakapan ini yang memberikan pengaruh urutannya adalah mendistribusikan pekerjaan dan kewenangan, menyusun perencanaan kegiatan distribusi, melaksanakan kegiatan operasional, memimpin dan melakukan pembinaan personil. Dan hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Mendistribusikan Pekerjaan dan Kewenangan = 0,096 x 0,472 = 0, Menyusun Perencanaan Kegiatan Distribusi = 0,096 x 0,107 = 0, Memimpin dan Melakukan Pembinaan Personil = 0,096 x 0,111 = 0, Melaksanakan Kegiatan Operasional = 0,096 x 0,310 = 0,030 Untuk langkah selanjutnya adalah menghitung prioritas akhir setiap alternatif terhadap semua criteria dalam semua sasaran. Prioritas akhir setiap alternatif ditentukan dengan cara menjumlahkan semua prioritas dari criteria tiap calon alternatif atau kandidat. Prioritas tersebut diperoleh dengan cara mengalikan bobot nilai setiap kcriteria dan sub kriteria dengan prioritas masing-masing alternatif calon kandidat. Bobot prioritas akhir untuk masing-masing calon kandidat adalah sebagai berikut : Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

11 A. Alternatif I : Calon A a. Kriteria Kemampuan Dasar ( 0,045 x 0,525 ) + ( 0,033 x 0,297 ) + ( 0,104 x 0,557 ) + ( 0,027 x 0,472) + ( 0,016 x 0,201 ) + ( 0,037 x 0,261 ) = 0,116 b. Kriteria Kemampuan Umum ( 0,101 x 0,388 ) + ( 0,033 x 0,411 ) + ( 0,202 x 0,239 ) + ( 0,056 x 0,211) + ( 0,039 x 0,411 ) = 0,117 c. Kriteria Keahlian dan Kecakapan ( 0,104 x 0,590 ) + ( 0,056 x 0,601 ) + ( 0,019 x 0,549 ) + ( 0,032 x 0,239) = 0,113 d. Pengetahuan dan Pemahaman ( 0,045 x 0,433 ) + ( 0,010 x 0,260 ) + ( 0,011 x 0,163 ) + ( 0,030 x 0,490) = 0,039 Sehingga jumlah keseluruhan dari tiap criteria adalah : 0, , , ,039 = 0,385 Artinya bahwa calon alternatif A menempati urutan pertama ( 1 ) dengan prioritas akhir 0,385. Dan terhadap keempat kriteria yang diajukan sebagai prioritas sasaran, calon A sangat dominan pada criteria kemampuan dasar dan keahlian dan kecakapan dibanding calon yang lain, dengan prioritas akhir 0,116 dan 0,117. Terlihat sekali bahwa calon A sangat dominan dengan prioritas akhir tertinggi pada tiga criteria yang diajukan sebagai prioritas sasaran, yaitu kemampuan dasar, kehlian dan kecakapan, pengetahuan dan pemahaman. B. Alternatif I : Calon B a. Kriteria Kemampuan Dasar ( 0,045 x 0,334 ) + ( 0,033 x 0,539 ) + ( 0,104 x 0,320 ) + ( 0,027 x 0,151) + ( 0,016 x 0,118 ) + ( 0,037 x 0,328 ) = 0,084 b. Kriteria Kemampuan Umum ( 0,101 x 0,443 ) + ( 0,033 x 0,328 ) + ( 0,202 x 0,624 ) + ( 0,056 x 0,133) + ( 0,039 x 0,261 ) = 0,192 c. Kriteria Keahlian dan Kecakapan ( 0,104 x 0,251 ) + ( 0,056 x 0,229 ) + ( 0,019 x 0,241 ) + ( 0,032 x 0,137 ) = 0,048 d. Kriteria Keahlian dan Kecakapan ( 0,045 x 0,466) + ( 0,010 x 0,106 ) + ( 0,011 x 0,539 ) + ( 0,030 x 0,198 ) = 0,034 Sehingga jumlah keseluruhan : 0, , , ,034 = 0,357 Artinya bahwa calon alternatif B menempati urutan kedua ( 2 ) dengan prioritas akhir 0,357. Dan terhadap keempat kriteria yang diajukan sebagai prioritas sasaran, calon B sangat dominan pada criteria kemampuan umum dibanding calon yang lain, dengan prioritas akhir 0,192. Namun calon B sangat lemah pada criteria keahlian dan kecakapan dengan prioritas akhir 0,048 dan menduduki peringkat paling bawah untuk criteria ini. C. Alternatif I : Calon C a. Kriteria Kemampuan Dasar ( 0,045 x 0,141 ) + ( 0,033 x 0,163 ) + ( 0,104 x 0,122 ) + ( 0,027 x 0,377) + ( 0,016 x 0,681 ) + ( 0,037 x 0,411 ) = 0,061 b. Kriteria Kemampuan Umum ( 0,101 x 0,169 ) + ( 0,033 x 0,261 ) + ( 0,202 x 0,137 ) + ( 0,056 x 0,655) + ( 0,039 x 0,328 ) = 0,093 c. Kriteria Keahlian dan Kecakapan ( 0,104 x 0,159 ) + ( 0,056 x 0,170 ) + ( 0,019 x 0,210 ) + ( 0,032 x 0,624) = 0,050 d. Kriteria Pengetahuan dan Pemahaman ( 0,045 x 0,101) + ( 0,010 x 0,634 ) + ( 0,011 x 0,297 ) + ( 0,030 x 0,312 ) = 0,024 Sehingga jumlah keseluruhan : 0, , , ,024 = 0,227 Artinya bahwa calon alternatif C menempati urutan tketiga ( 3 ) atau terakhir dengan prioritas akhir 0,227. Dan terhadap keempat kriteria yang diajukan sebagai prioritas sasaran, calon C sangat lemah. Prioritas akhirnya pada setiap kriteria menempati urutan terakhir dibanding Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

12 calon yang lain, hanya untuk kriteria kehlian dan kecakapan calon C menempati urutan kedua dengan prioritas akhir 0,050. PENENTUAN PERINGKAT ALTERNATIF Setelah data tentang prioritas dikumpulkan, sebagai langkah terakhir untuk menentukan peringkat masing masing hasil calon alternatif adalah mengambil hasil prioritas akhir kemudian dibuat suatu peringkat seperti pada tabel berikut ini : Penetuan Peringkat Alaternatif Peringkat Alternatif Bobot Prioritas Akhir I Calon / Kandidat A 0,385 II Calon / Kandidat B 0,357 III Calon / Kandidat C 0,227 Dari perhitungan diatas, maka dapat ditentukan calon kandidat yang dipilh adalah calon kandidat A dengan nilai prioritas akhir 0, KESIMPULAN DAN SARAN Hasil perhitungan dengan menggunakan Metode AHP dapat ditarik kesimpulan bahwa Kriteria yang paling berpengaruh terhadap penempatan karyawan untuk menduduki jabatan sebagai Koordinator Lapangan adalah Kemampuan Umum dengan bobot prioritas = 0,431 dan Kemampuan Dasar = 0,263, Keahlian dan Kecakapan = 0,211 dan Pengetahuan Pemahaman dengan bobot prioritas = 0,096. Berdasarkan kriteria didapatkan besarnya bobot prioritas akhir secara keseluruhan untuk Calon A = 0,385, Calon B = 0,357, dan Calon C = 0,227. Dari bobot prioritas akhir keseluruhan, maka calon yang terpilih adalah calon A dengan nilai prioritas tertinggi yaitu 0,385. Berdasarkan peringkat bobot prioritas maka Calon B Koordinator Lapangan untuk wilayah distribusi Kabupaten Klaten, masih merupakan calon terkuat untuk menduduki jabatan Koordinator Lapangan untuk wilayah distribusi Kabupaten Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah untuk jabatan Koordinator Lapangan A merupakan alternatif terbaik untuk menduduki jabatan tersebut dengan nilai prioritas akhir tertinggi diantara tiga calon alternatif yang lain. DAFTAR PUSTAKA [1] Hendra Putra Faktor Yang Paling Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada PT Sunan Rubber Palembang. Kompilasi Jurnal Skripsi TI STT Musi Palembang [2] Nurmianto, Eko Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Surabaya [3] Nurmianto, Eko. Nurhadi Siswanto. Sapuan Perancangan Penilaian Kinerja Karyawan Berdasarkan Kompetensi Spencer dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus di Sub Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum, Kota Probolinggo). JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 8, NO. 1, JUNI 2006 : [4] Sari, Olga Ceria Optimasi Pemilihan Ruko Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP), JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA [5] Supriyono. Wisnu Arya Wardhana. Sudaryo Sistem Pemilihan Pejabat Struktural Dengan Metode AHP, SEMINAR NASIONAL III SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA NOVEMBER. ISSN [6] Wignjosoebroto. 200., Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya. Surabaya. Techno Science Vol. 2 No. 2 Oktober

IMPLEMENTASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN CALON PRESIDEN RA PADA PEMILIHAN UMUM SECARA LANGSUNG TAHUN 2009

IMPLEMENTASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN CALON PRESIDEN RA PADA PEMILIHAN UMUM SECARA LANGSUNG TAHUN 2009 IMPLEMENTASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN CALON PRESIDEN RA PADA PEMILIHAN UMUM SECARA LANGSUNG TAHUN 2009 Rindra Yusianto 1, M Arif 2, Vendy Antono 3 Program Pasca Sarjana Magister

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal METODE AHP INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit. Intro analytical

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

SISTEM PEMILIHAN PEJABAT STRUKTURAL DENGAN METODE AHP

SISTEM PEMILIHAN PEJABAT STRUKTURAL DENGAN METODE AHP MINAR NASIONAL III SISTEM PEMILIHAN PEJABAT STRUKTURAL DENGAN METODE AHP SUPRIYONO, WISNU ARYA WARDHANA, SUDARYO Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008 Yogyakarta 55010Telp.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Dwi Prasetyanto 1, Indra Noer Hamdhan

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan arah yang dapat dijadikan pedoman bagi para

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI bidang TEKNIK PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI SRI NURHAYATI, SRI SUPATMI Program Studi Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Tujuan dari Perguruan

Lebih terperinci

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasok merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMA 1 BOJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMA 1 BOJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMA 1 BOJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Bagas Dista Ariyadi Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK Surmayanti, S.Kom, M.Kom Email : surmayanti94@yahoo.co.id Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Padang Sumatera

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Jurusan Teknik Industri Universitas 17 Agustus

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS) Hafidh Munawir, Eko Wahyu Nugroho Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan 3.1.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini, jenis desain yang digunakan

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096 PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) SEBAGAI TEMPAT KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) 1. Permasalahan Pemilihan Perusahaan

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Terdapat perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Mia Rusmiyanti Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Bandung

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa beberapa materi yang ada di kamus kompetensi saat ini tidak terdapat pada materi yang ada dalam form penilaian saat ini sehingga perlu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16

Lebih terperinci

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN LAPTOP DI LINGKUNGAN MASYARAKAT UMUM

IMPLEMENTASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN LAPTOP DI LINGKUNGAN MASYARAKAT UMUM IMPLEMENTASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN LAPTOP DI LINGKUNGAN MASYARAKAT UMUM Jerry Ariesta Hermawan, Wendi Wirasta *) Program Studi Teknik Infmatika, STMIK & Ilmu Komputer LPKIA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7 BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Wiwik Suharso Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process) K O M P U Vol13, No.2, Juli 2016, pp. 94-104 ISSN: 1693 7-554 Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical A Hierarchy Process) S I, Lis. Uta.ri V

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming. PENENTUAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN PELAKSANA PROYEK Chintya Ayu Puspaningtyas, Alvida Mustika Rukmi, dan Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BARANG ELEKTRONIK DENGAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BARANG ELEKTRONIK DENGAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BARANG ELEKTRONIK DENGAN METODE AHP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN X KALIMANTAN TENGAH

PENGEMBANGAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN X KALIMANTAN TENGAH PENGEMBANGAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN X KALIMANTAN TENGAH Eko Nurmianto Jurusan Teknik Industri, ITS, Surabaya, Email : nurmi@sby.centrin.net.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pemasok terbaik untuk produkproduk yang paling laris dijual di Toko Besi Nusantara Semarang. Prioritas pemasok terbaik ditentukan

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih JURNAL INFORMATIKA, Vol.4 No.1 April 2017, pp. 103~107 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 103 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih 1 Sri Hadianti,

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

S u n a r t o

S u n a r t o SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) BERBASIS PHP S u n a r t o 7406 030 208 Sunarto 1, Rengga Asmara 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen

Lebih terperinci

1. KUESIONER KEPADA MANAJEMEN (MENCARI BOBOT FAKTOR) Responden Yangterhormat, Mulai

1. KUESIONER KEPADA MANAJEMEN (MENCARI BOBOT FAKTOR) Responden Yangterhormat, Mulai 1. KUESIONER KEPADA MANAJEMEN (MENCARI BOBOT FAKTOR) Responden Yangterhormat, Terima kasih atas kesediaannya mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan bagian dari penelitian untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir 29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP) ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP) Hadi Setiawan 1, Shanti Kirana Anggraeni 2, dan Fitri Purnamasari 3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PONDOK PESANTREN DI PURWOKERTO (STUDI KASUS : MAHASISWA STAIN PURWOKERTO)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PONDOK PESANTREN DI PURWOKERTO (STUDI KASUS : MAHASISWA STAIN PURWOKERTO) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PONDOK PESANTREN DI PURWOKERTO (STUDI KASUS : MAHASISWA STAIN PURWOKERTO) Nur Atikah Fitriani 1, Imam Tahyudin 2 1 Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Purwokerto, 2 Sistem

Lebih terperinci

TELAAH PUSTAKA Pengertian Ritel Menurut Utami (2006), ritel berasal dari bahasa Prancis (ritellier) yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Usaha

TELAAH PUSTAKA Pengertian Ritel Menurut Utami (2006), ritel berasal dari bahasa Prancis (ritellier) yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Usaha Jurnal Skripsi Manajemen Jakarta, 24 September 2011 ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMILIHAN TEMPAT BELANJA DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT DI KOTA DEPOK).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA Yuli Astuti 1, M. Suyanto 2, Kusrini 3 Mahasiswa 1, Pembimbing 1 2, Pembimbing 2 3 Program Studi Magister Informatika STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam menyelesaikan permasalahan di atas, terdapat beberapa landasan teori untuk mendukung dalam penerapan aplikasi ini. Berikut akan dijelaskan tentang landasan teori yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA Deni Andrianto 1), Eddie Krishna Putra 2), Fajri Rakhmat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan agroindustri kelapa sawit sebagai strategi pembangunan nasional merupakan suatu keniscayaan guna memperkecil kesenjangan pembangunan

Lebih terperinci

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia Sistem Promosi Jabatan Karyawan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Multi-Attribute Utility Theory (MAUT) (Studi Kasus pada PT. Ginsa Inti Pratama) 1) Eka Andrita Gusdha M, 2) Asep Wahyudin,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa data, termasuk gambaran umum data yang di analisa guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Metodologi penelitian adalah salah satu cara dalam penelitian yang menjabarkan tentang seluruh isi penelitian dari teknik pengumpulan data sampai pada

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian mengenai strategi bauran pemasaran pertama kali peneliti akan mempelajari mengenai visi misi dan tujuan perusahaan, dimana perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II MAKALAH. Analytic Hierarchy Process (AHP) Dipresentasikan : Seminar Nasional Matematika yang diselenggarakan oleh.

BAB II MAKALAH. Analytic Hierarchy Process (AHP) Dipresentasikan : Seminar Nasional Matematika yang diselenggarakan oleh. BAB II MAKALAH Makalah I. Judul : Pengambilan Keputusan untuk Penilaian Kinerja Menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) Dipresentasikan : Seminar Nasional Matematika yang diselenggarakan oleh Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengalaman yang lalu hanya beberapa hari saja TPA Leuwigajah ditutup, sampah di Bandung Raya sudah menumpuk. Oleh karena itu sebagai solusinya Pemerintah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ) J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 17 26 Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ) Mardlijah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono (008 : 3) mengemukakan secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

Lebih terperinci

Perancangan Penilaian Karyawan di Bank X

Perancangan Penilaian Karyawan di Bank X Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Penilaian Karyawan di Bank X 1 Andre Wardhana, 2 Dewi Shofi, 3 Asep Nana 1,2,3 Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci