BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin Communication yang berarti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin Communication yang berarti"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Pengertian Komunikasi Massa Kata komunikasi berasal dari bahasa latin Communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Jadi dalam proses komunikasi, haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku. Semua makhluk hidup berkomunikasi baik itu manusia, hewan maupun tumbuhtumbuhan. Mereka berkomunikasi baik dengan makhluk lain dengan caranya sendiri. 3 Pengertian komunikasi menurut Hovland adalah proses mengubah perilaku orang lain. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima, dalam komunikasi yang efektif maka setidaknya harus diketahui bentuk-bentuk komunikasi. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas apa-apa penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan 3 Webster s New Collegiate diambil dari Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka, 1999, hl.7 9

2 10 objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan politik memainkan peran yang sangat penting. Bahkan dalam devinisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of the individuals). 4 Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radiio, televisi dan film. Komunikasi massa menurut Severin, Tan dan Wright merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan bentuk saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal jauh heterogen dan menimbulkan efek-efek tertentu. 5 Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarluaskan pesan kepada publik secara luas. Komunikasi massa juga berarti sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. 6 Komunikasi massa juga diartikan sebagai keterampilan. Pendapat Werner I Severin dan James W Tankard, Jr dalam bukunya Communication Theories, Origins, Methods, Uses, mengatakan secara tepat pengertian komunikasi massa sebagai berikut : Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, 4 Onong, Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1984, hl Jalaluddin Rakhmat, Teori Komunikasi Massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hl Elvinaro Ardianto & Lukiatkomaki Erdinaya, Komunikasi Massa, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, hl. 31

3 11 dan sebagian ilmu. Dia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoprasikan tape recorder atau mencatat ketika melakukan wawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangantantangan kreatif seperti menulis script untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estesis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. 7 Menurut Onong, ciri-ciri komunikasi massa adalah : 1. Komunikasi massa berlangsung satu arah (one way communication), ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan atau tidak langsung. 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga, media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisator 3. Pesan komunikasi massa bersifat umum. Karena pesan yang disampaikan atau disebarkan melalui media massa bersifat umum (public), di tujukan kepada umum dan mengenai kepantingan umum, jadi tidak di tujukan kepada perorangan atau kepada sekelompok orang tertentu. 4. Media komunikasi menimbulkan serempakan, karena kemampuannya dapat menimbulkan keserempakan pada khalayak dalam menerima pesanpesan yang disebarkan 5. Komunikasi massa bersifat heterogen, dimana khalayak keberadaannya terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan 7 Onong, Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja rosdakarya, Bandung 2001, hl. 21

4 12 tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal seperti jenis kelamin, usia, agama, ideology, keinginan cita-cita dan sebagainya. 8 Secara konseptual karakteristik dari komunikasi massa diantaranya : 9 1. Komunikasi melalui media massa pada dasarnya ditujukan ke khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar, serta tidak mengenal batas geografis kultural. 2. Bentuk kegiatan komunikasi bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. 3. Pola penyampaian pesan berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas, bahkan mungkin tidak terbatas baik secara geografis maupun kultural. 4. Penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah, umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima (khalayak) lazimnya tertunda. 5. Kegiatan komunikasi dilakukan terencana, terjadwal dan terorganisir 6. Penyampaian pesan dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa selain menyiarkan informasi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 8 Ibid. hl Sendjaja, Sasa Djursa, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka, Hl. 7

5 13 1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform) Fungsi menyiarkan informasi merupakan fungsi yang pertama dan utama. Khalayak menerima informasi mengenai berbagai hal yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain dan apa yang dipikirkan orang lain dan lain sebagainya. 2. Fungsi mendidik (to educate) Fungsi ini sebagai sarana pendidikan massa sebagai khalayak bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara emplisit dalam bentuk pendapat-pendapat membangun dari para dewan juri analisis. 3. Fungsi menghibur (to entertain) Hal-hal yang bersifat menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot yang tujuannya untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah dihidangkan berita yang berat. 4. Fungsi mempengaruhi (to persuasive) Fungsi ini menyebabkan sebuah program acara memegang peranan dalam kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi khalayak. 10 Fungsi komunikasi massa menurut pendapat Harold D. Lasswell antara lain: 1. Surveillance of the environment Yang berarti bahwa media massa bertindak sebagai pengamat lingkungan dan selalu akan memberikan berbagai informasi atas hal-hal yang tidak dapat terjangkau khalayak. 10 Jalaluddin, op.cit.,hl. 56

6 14 2. Correlation of parts of society in responding to the environment Berarti bahwa media massa itu lebih menekankan kepada pemilihan, penilaian, penafsiran tentang apa yang patut disampaikan kepada khalayak, dengan demikian media massa dapat di nilai sebagai Gatekeeper dari arus informasi. 3. Transmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya sebagai penerus atau pewaris sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. 11 Komunikasi massa dibedakan pada jenis komunikasi massa yang dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagain khusus populasi. Komunikasi massa mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikan dapat mencapai pada saat yang sama pada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. Komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, televisi, tabloid, radio dan film. 2.2 Film Pengertian Film Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah cinemathographie yang berasal dari cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya, agar kita dapat 11 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, PT.Grasindo, Jakarta, 2000, hl.11

7 15 melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus yang biasa kita kenal dengan kamera. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang atau benda (termasuk fantasi dan figura palsu) dengan kamera dan atau oleh animasi. Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya sesuai dengan perkembangan teknologi). Butiran silver halide yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halide yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer). 12 Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia ini, yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tingkah laku. 13 Seiring dengan terus berjalannya waktu, media massa terus mengalami perkembangannya baik dari segi jumlah maupun teknologinya termasuk juga film. Film kini tidak hanya bisa dinikmati di gedung-gedung bioskop melainkan bisa ditonton dihampir semua saluran televisi, karena stasiun-stasiun televisi menayangkan khusus program-program film baik dari dalam maupun luar negeri. Film merupakan salah satu bentuk hiburan hasil jangkauan kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia modern. Hingga saat ini, film masih juga terus berproses untuk mencapai kesempurnaan yang lebih baik. Di negara kita, film baru dikenal dan diperkenalkan pada tahun 1960 dan tidaklah mengalami proses pengembangan yang mendasar dan rumit, tetapi sekedar mengalami proses Elvanio, loc.cit.,

8 16 pengembangan lanjutan sesuai dengan kondisi dan kemampuan. Banyak karya filmis hasil garapan seniman bangsa kita dapat dinikmati masyarakat luas. 14 Dari beberapa pengertian diatas dapat disumpulkan bahwa, sejarah film merupakan kisah ratusan tahun dari sebuah perubahan, sehingga pembuat film berusaha menerjemahkan cerita-cerita ke dalam gambar bergerak. Kenyataannya film selalu mengandalkan teknologi sebagai sebuah bentuk seni yang berkenaan dengan teknologi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan teknologi terus mengalami kemajuan yang terus meningkat dan tak henti-hentinya. Komputer dan proses digital secara relatif merupakan perkembangan baru serta teknologi digital telah menawarkan fasilitas untuk menciptakan gambar-gambar, efek-efek yang berbeda dan memudahkan bagi penggunanya. Untuk membuat sebuah film ada proses yang harus dilalui, salah satu dari rangkaian proses pembuatan film tersebut adalah tahap editing yang dikerjakan pada tahap pasca produksi, editing bagian yang dapat berdiri sendiri seperti pada bagian-bagian lainnya dan editing merupakan keharusan dalam pembuatan sebuah film, film tidak akan menarik jika tidak ada proses editing maka proses editing ini adalah salah satu penentu juga terhadap sebuah film. Komunikasi yang tercipta melalui media film hanya berjalan satu arah, yakni kepada komunikan atau penonton. Untuk menyampaikan pesan film tersebut, dibutuhkan suatu media. Oleh karena itu terdapat tiga faktor utama yang mendasari bahasa film antara lain : 14 Askurifai, loc. cit.,

9 17 1. Gambar atau visual. Gambar dalam karya film berfungsi sebagai sarana utama. Oleh karena itu, andalkan terlebih dahulu kemampuan menyampaikan melalui media gambar tersebut untuk menanamkan informasi. Gambar menjadi daya tarik tersendiri di luar alur cerita, tidak mustahil bila pemain yang bagus lebih bisa mempertajam atau menarik perhatian penonton, disamping set, property dan tata cahaya yang mempesona sebagai pendukung suasana. 2. Suara atau audio. Keberadaan suara berfungsi sebagai saran penunjang untuk memperkuat atau mempertegas informasi yang hendak disampaikan melalui bahasa gambar. Hal tersebut dikarenakan sarana gambar belum mampu menjelaskan atau kurang efektif dan efisien, selain itu juga kurang realistis. Sound effect dan ilustrasi musik akan sangat berguna untuk menciptakan suasana kejiwaan dan memperkuat informasi. 3. Keterbatasan waktu. Faktor keterbatasan waktulah yang mengikat dan membatasi penggunaan kedua sarana bahasa film diatas. Oleh karena keterbatasan waktu itulah, perlu diingat bahwa hanya informasi yang penting saja yang diberikan. Penonton terbiasa menanggapi bahwa segala sesuatu yang ditampilkan pastilah merupakan informasi yang tidak penting, penonton akan tetap menganggapnya penting sehingga akan membingungkan imajinasi M Bayu Widagdo, Wianstwan Gora S, Bikin Film Indie Itu Mudah, Yogyakarta, CV. Andi Offset, 2007, hl. 2-3

10 Fungsi film Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahuan 1979, bahwa media edukasi untuk membina generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy, 1981 : 212). Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang Film sebagai Media Massa Film merupakan salah satu dari sekian media massa, dalam film melekat ciri-ciri media massa. Film diproduksi secara kolektif, diperuntukan khalayak yang menyebar dan heterogen. Bisa berfungsi menghibur, mendidik, memberi informasi. Sebagai suatu bentuk komunikasi massa, film dikelola menjadi suatu komuditi. Di dalamnya memang kompleks, dari produser, pemain hingga seperangkat kesenian lain yang sangat mendukung seperti musik, seni rupa dan seni suara. Semua unsur tersebut terkumpul menjadi komunikator dan bertindak sebagai agen transformasi budaya. Bersama dengan radio dan televisi, film termasuk kategori media massa prodik. Artinya, kehadirannya tidak secara terus menerus tetapi berperiode dan termasuk media elektronik, yakni media yang dalam penyajian pesanya sangat 16 Elvanio, op.cit.,hl. 145

11 19 bergantung pada adanya listrik. Sebagai media massa elektronik dan adanya banyak unsur kesenian lain, film menjadi media massa yang memerlukan proses lama dan mahal Jenis-Jenis Film Berdasarkan panjang pendek durasi, film bisa dibedakan ke dalam dua bagian yaitu : 1. Film Cerita Pendek (Short Films). Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. 2. Film Cerita Panjang (Feature-Lenghat Film). Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih dari 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit. 18 Adapun cerita dapat dikelompok ke dalam beberapa jenis. Setiap jenis tentunya memiliki cirinya masing-masing. Beberapa jenis itu adalah : 17 Askurifai, op.cit., hl Heru Effendy,Mari Membuat Film, Panduan, Jakarta, 2002, hl. 13

12 20 1. Drama Cerita drama adalah jenis cerita fiksi yang bercerita tentang kehidupan dan perilaku manusia sehari-hari. Jenis drama masih diklasifikasi menjadi beberapa jenis lagi di antaranya : a. Drama Tragedi Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara, kesedihan dan kematian b. Drama Komedi Jenis drama ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis lagi : 1) Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain melainkan karena situasinya. 2) Komedian Slapstik, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya atau dengan gerak vulgar dan kasar. 3) Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. 4) Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu. c. Drama Misteri Jenis ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian : 1) Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur ketegangan atau suspense, dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan atau pemerkosaan. Si pelaku biasanya akan menjadi misteri karena penulis skenario memperkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis

13 21 ini, beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh penonton. 2) Horor, misteri yang bercerai tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus atau makhluk yang menakutkan, semacam setan. Skenario jenis ini harus mampu membuat penonton merasa takut, ngeri dan tegang. 3) Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik, perdukunan atau unsur gaib. Dalam hal ini, obsevasi menjadi satu hal yang perlu dilakukan oleh penulis skenario, jika memang tidak paham tentang masalah klenik ini. d. Drama laga atau Action 1) Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. 2) Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara tradisional. e. Melodrama Cerita jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. f. Drama Sejarah Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya.

14 22 2. Dokumenter Dokumenter berisi kisah non fiksi atau non drama, biasanya jenis ini menampilkan sebuah kisah nyata dan dibuat ditempat aslinya, apa adanya tanpa rekayasa. Adapun jenis-jenisnya : a. Adat Istiadat Cerita ini berbicara seputar adat istiadat. Bisa yang bersifat keagamaan, hukum adat dan sebagainya. b. Tempat Bersejarah Cerita ini mengangkat cerita seputar tempat-tempat bersejarah c. Biografi Biografi bercerita tentang perjalanan seorang tokoh beserta kisah yang sesungguhnya, tanpa diberikan pemanis. 3. Propaganda Kisah ini bertujuan untuk mempromosikan sesuatu. Isi harus bisa mempengaruhi orang agar tertarik mengkonsumsi pereodik yang ditawarkan. Adapun jenisnya adalah : a. Layanan Masyarakat Berisi propaganda yang memuat hal-hal berkaitan masalah kemasyarakatan. Bahasa yang digunakan lebih sederhana, lugas dan mudah dipahami oleh orang banyak. b. Layanan Niaga, berisi penerangan atau promosi suatu produk Dari berbagai jenis cerita tersebut, bukannya tidak mungkin di buat sebuah skenario yang merupakan penggabungan dari beberapa cerita.

15 23 Misalnya, cerita komedi-misteri, misteri-laga, legenda-misteri, tragedikomedi, komedi-laga, dokumenter-drama atau yang lainnya Produksi Film Manajemen produksi film, merupakan semua aktifitas untuk mewujudkan sebuah karya film sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sangat berbeda dengan manajemen produksi umumnya, sebab film adalah hasil panduan antara unsur kesenian dan teknologi. Jadi disamping mengurusi hal fisik juga berhubungan dengan usaha penciptaan atau kreatifitas, artistik, teknologi dan manusia. Semua lagkah atau proses manajemen akan menggeluti semua unsur tersebut. Adapun langkah-langkah atau proses manajemen produksi film adalah sebagai berikut : 1. Merancang produk film, aktifitas merumuskan pesan, bentuk, karakter, cara atau teknik mewujudkan. 2. Merancang proses pembuatan (produksi) produk film, aktifitas merumuskan segala kegiatan dalam rangka mewujudkan rancangan produk film. 3. Menjadwalkan proses pembuatan produk film, menyusun waktu yang akan di gunakan untuk melaksanakan pembuatan. 4. Menyususn pembiayaan atau budget, menyususn biaya yang di perlukan untuk pembuatan produk yang telah di tetapkan. 19 Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, PT. Gramedia Widi Sarana, Jakarta, 2004, hl.35-40

16 24 5. Melaksanakan pembuatan produk, melaksanakan persiapan, melaksanakan shooting, processing I, editing, rekaman suara, processing II. 6. Melacak kemajuan, membuat laporan shooting, processing, editing, rekaman suara dan processing II. 7. Merevisi rencana, melakukan shooting ulang, memperbaiki anggaran biaya, memperbaiki editing dan sebagainya. Ada yang menyebutkan proses 1,2,3,4 adalah pre production, sedangkan shooting disebut production sedangkan processing, editing dan recording disebut post production. 20 Produksi adalah seluruh kegiatan shooting atau pengambilan gambar baik didalam maupun diluar studio. Adapun shooting format, kita dapat memilih antara dua format, yakni film dan video. Saat ini setidaknya ada tiga macam ukuran film yang diproduksi secara massal, yakni 35 mm, 16 mm, 8 mm. angka-angka tersebut menunjukkan lebarnya pita seluloid. Semakin lebar pita seluloid, semakin baik pula kualitas gambar yang dihasilkan. Namun, semakin lebar pita seluloid, semakin langka pula alat perekam dan alat proyeksi yang tersedia. Video merupakan format berbahan dasar pita magnetic. Pita magnetic ini bisa merekam gambar dan suara sekaligus, sementara film hanya mampu merekam gambar saja. Untuk suara digunakan medium lain, semisal DAT (digital audio tape). Seperti juga film, video mempunyai berbagai jenis untuk berbagai keperluan, seperti U Matic, Betacam SP, Digital Betacam, Betamax, VHS, S-VHS, Mini DV, DV, DVCAM dan DVCPRO. 20 Bustal Nawawi, Manajemen Produksi Film, Yayasan Citra, Jakarta, 1992, hl. 5-6

17 25 Hingga 1980-an, perbedaan format memunculkan dua kelompok-kelompok film dan kelompok video yang tak saling berurusan satu sama lain. Kelompok film pengguna pita seluloid nyaris tak pernah menyentuh ranah video. Sementara itu kelompok video menghasilkan karyanya tanpa pernah mengenal film. Selama dua puluh terakhir, format video mengalami perkembangan pesat sehingga saat ini dimungkinkan kedua kelompok melebur jadi satu dalam memproduksi film. Format film maupun video, keduanya sama-sama bisa dinikmati oleh publik televisi maupun bioskop Drama Thriller Pengertian Drama Thriller Thriller berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan secara bebas sebagai petualangan yang mendebarkan. Tipe alur ceritanya biasanya berupa para jagoan yang berpacu dengan waktu, penuh aksi menantang dan mendapatkan berbagai bantuan yang kebetulan sangat dibutuhkan yang harus menggagalkan rencana-rencana kejam para penjahat yang lebih kuat dan lebih lengkap persenjataannya Karakteristik Drama Thriller Tokoh yang bermain dalam Drama thriller biasanya adalah orang-orang berwatak keras yang terbiasa menghadapi bahaya, namun terkadang orang biasa yang terbawa pada bahaya secara tidak sengaja. Biasanya orang yang 21 Heru. Op.cit., hl

18 26 memerankan drama thriller adalah pria namun sekarang wanita menjadi semakin lumrah belakangan ini. Cerita-cerita thriller seringkali sangat mirip dengan cerita-cerita misteri, tapi dapat dibedakan lewat struktur alur ceritanya. Dalam sebuah thriller, seorang tokoh harus menggagalkan rencana seorang musuh dari pada membuka tabir sebuah tindakan kriminal yang telah terjadi. Thriller juga berlangsung dalam skala yang lebih besar, seperti : tindakan-tindakan kriminal yang harus digagalkan atau dihentikan adalah pembunuhan berantai atau massal, terorisme, pembunuhan orang-orang penting atau usaha-usaha untuk menggulingkan pemerintahan suatu negara. Konfrontasi yang penuh bahaya dan kekerasan adalah elemen alur cerita thriller yang standar. Kalau sebuah cerita misteri berakhir ketika misteri tersebut dibongkar, sebuah cerita thriller berakhir ketika pemeran utama akhirnya berhasil mengalahkan sang penjahat, menyelamatkan dirinya sendiri dan nyawa orang lain. Dalam thriller yang dipengaruhi oleh film noir dan tragedi, jagoannya sering kali kehilangan nyawan dalam usahanya tersebut. Belakangan ini, ketika thriller semakin banyak dipengaruhi oleh tampilantampilan horror dan horror-psikologi dalam budaya pop, sebuah elemen yang menakutkan atau menjijikan telah menjadi hal yang wajar untuk meningkatkan ketegangan. Thriller tidak ditentukan dari inti perkaranya tapi lebih dari bagaimana inti perkara tersebut dipecahkan. Banyak cerita thriller yang melibatkan petualangan mata-mata dan agen rahasia, tapi tidak semua cerita mata-mata adalah cerita

19 27 thriller. Sebaliknya, banyak cerita thriller yang mencampuri tipe cerita lainnya yang biasanya memiliki sedikit atau tidak ada elemen thriller sama sekali Macam-Macam Drama Thriller Berikut ini merupakan macam-macam drama Thriller : 1. Action Thriller, karya tipe ini seringkali berupa situasi berpacu dengan waktu, menampilkan banyak adegan kekerasan dan seorang tokoh antagonis yang jelas. Film-film tipe ini menggunakan banyak senjata, ledakan dan perlengkapan yang sangat banyak untuk merekam adeganadegannya. Film-film ini seringkali memiliki elemen film misteri dan film kriminal, tapi elemen-elemen ini tidak ditonjolkan. 2. Conspiracy Thriller, karya tipe ini menampilkan seorang tokoh yang menghadapi sebuah kelompok musuh yang berkuasa di mana suatu kebenaran dari perjuangannya itu hanya tokoh tersebut yang tahu. 3. Crime Thriller, karya tipe ini adalah gabungan dari Thriller dan film kriminal yang menampilkan cerita tegang dari sebuah atau beberapa tindakan kriminal yang sukses atau gagal. Film-film ini lebih berfokus pada tokoh penjahatnya dari pada pihak polisi. Tipe ini biasanya menekankan faktor adegan aksi dari pada aspek psikologis. Topik utama dari film-film ini termasuk pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, pengejaran, baku-temabak dan pengkhianatan. 4. Disaster Thriller, karya tipe ini menceritakan konflik yang terjadi karena bencana yang disebabkan oleh alam manapun oleh manusia, seperti banjir,

20 28 gempa bumi, badai, letusan gunung berapi dan bencana alam lainnya atau bencana nuklir sebagai bencana yang disebabkan oleh manusia. 5. Drama Thriller, karya tipe ini memiliki elemen thriller dan film drama. Film-film tipe ini biasanya berjalan lebih lambat dan melibatkan banyak pengembangan karakter tokoh-tokoh dan alur cerita yang penuh kejutan. 6. Eco- Thriller, dalam karya ini sang tokoh protagonist harus menghindarkan atau memperbaiki sebuah bencana alam atau bencana biologis, disamping harus berhadapan dengan musuh-musuh atau tantangan-tantangan yang ada dicerita thriller lainnya, komponen lingkungan hidup seringkali menjadi pesan utama atau tema dari cerita. 7. Erotic Thriller, tipe ini menggabungkan unsur erotis dan thriller. Tipe ini menjadi laris sejak era 1980-an dan berkembangnya penetrasi pasar VCR (salah satu tipe perangkat pemutar kaset video) 8. Horror Thriller, dalam tipe ini konflik antara tokoh-tokoh didalamnya terjadi secara mental, emosional dan fisik, yang paling membedakan Horror Thriller adalah elemen ketakutan yang dijunjung sepanjang cerita. Tokoh-tokoh utamanya tidak hanya berhadapan dengan musuh yang lebih kuat, tapi pada akhirnya mereka menjadi korban setelah merasakan ketakutan yang luar biasa akibat menarik perhatian sang musuh atau moster. 9. Legal Thriller, para pengacara tokoh berhadapan dengan musuh-musuh mereka dalam tipe thriller ini, baik didalam maupun diluar ruang

21 29 persidangan, baik membahayakan kasus yang mereka perjuangkan maupun nyawa mereka sendiri. 2.4 Editing Pengertian Editing Editing adalah proses penyambungan gambar dari banyak shot tunggal sehingga menjadi kesatuan cerita yang utuh. Editor menyusun shot-shot tersebut sehingga menjadi sebuah scene, kemudian dari penyusunan scene-scene tersebut akan tercipta sequence sehingga pada akhirnya akan tercipta sebuah film yang utuh. Ibarat menulis sebuah cerita, sebuah shot bisa dikatakan sebuah kata, scene adalah kalimat, sequence adalah paragraph. Sebuah cerita akan utuh bila terdapat semua unsur tersebut, begitu juga dengan film. Seorang editor harus tahu bagaimana berturut cerita yang baik, dia bertanggung jawab dalam pengerjaan akhir sebuah film. Tanpa proses editing yang baik, sebuah produksi yang telah mengorbankan uang dan tanaga menjadi sia-sia. Memang benar, seorang editor hanya bisa menghasilkan film yang baik, sebaik materi yang dia terima. Hanya saja, seorang editor yang baik dan kreatif mampu menutupi semua kekurangan yang dialami ketika proses pengambilan gambar, sehingga penonton tidak pernah tahu dimana letak ketidak sempurnaan itu. 23 Seorang editor untuk membuat keputusan setiap saat, dia menentukan shot mana yang akan dipakai, berapa lama shot itu akan dipakai, kapan sebuah shot harus dipotong, bagaimana urutan shot yang disusun dan sebagainya. Sebuah awal 23 Ahsan Adrian

22 30 adegan bisa saja di mulai dengan Establish Shot sebuah tempat kejadian, tapi bisa juga dimulai dengan Close Up aktor. Sebuah materi yang sama bisa menghasilkan banyak kemungkinan. Apalagi dikerjakan oleh editor yang berbeda. Jangan ragu untuk bereksperimen dalam menyusun shot-shot tersebut. Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari inggris. Editing berasal dari bahaasa latin editus yang artinya menyajikan kembali, editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audiovisual, termasuk film editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect dan musik sedah mencukupi. Inti dari pengertian editing merupakan perwujudan dari sebuah teks menjadi sebuah kesatuan gambar yang utuh sedangkan editor adalah seorang editor tidak perlu menjadi penulis akan tatapi dia harus memahami komposisi gambar dan kesesuaian sudut pandang dan bagaimana penampilan aktor atau suaranya terkesan dramatik atau komedi. Teknologi komunikasi terus mengalami perkembangan. Industri penyiaran film dan televisi terus pesat laju perkembangannya. Masing-masing production house juga stasiun televisi terus selalu berbenah baik dari segi infra struktur maupun supra strukturnya. Ragam film dan program yang di produksi semakin beragam dan cara penyajiannya pun terus memerlukan inovasi-inovasi baru demi meningkatkan kualitasnya. Begitupun dalam hal kemasan program atau editing,

23 31 dari waktu ke waktu mengalami kemajuan dari segi teknologi, gaya, tampilan. Ini semua demi memberikan nilai lebih pada film atau program yang diproduksinya. Dengan demikian kalau kita tinjau dari pelaksanaan dan bahan bakunya, editing dapat dibedakan menjadi : 24 a) Editing yang dilaksanakan pada saat itu juga, dimana pelaksanaannya melalui vision maxer. b) Editing yang dilaksanakan saat Post production dan pelaksanaannya menggunakan meja editing elektronik. c) Editing yang bahan bakunya berupa film Tahapan Editing Film akan lebih menarik setelah proses editing namun sebelum editing itu berlangsung maka ada beberapa tahapan yang harus dilalui diantaranya : Logging Mencatat dan memilih gambar yang akan kita pilih berdasarkan timecode yang ada dalam masing-masing kaset. 2. Ng Cutting Memisahkan shot-shot yang tidak baik (NG atau Not Good). 3. Asswmbly Menyusun gambar sesuai dengan skenario. 4. Rough Cut Hasil edit sementara, sangat dimungkinkan terjadinya perubahan. 24 Subroto, Darwanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Multi Media Training Center, Yogyakarta, 1994, hl

24 32 5. Fine Cut Hasil edit akhir, setelah mencapai tahapan ini susunan gambar sudah tidak bisa lagi berubah. 6. Visual Graphic Penambahan unsur-unsur graphic dalam film, seperti teks, animasi, color grading dll. 7. Sound Editing atau Mixing Proses editing dan penggabungan suara. Suara meliputi dialog, musik dan efek suara. 8. Married Print Proses penggabungan suara dan gambar yang tadinya terpisah menjadi satu kesatuan. 9. Master Edit Hasil akhir film Fungsi Editing Fungsi editing video mencakup capture video, editing dan outputting. Pada capture video, hasil video shooting yang masih dalam bentuk tape ditransfer ke dalam bentuk file komputer melalui proses video capture. Meskipun mungkin diketahui bahwa banyak hasil shooting yang tidak sesuai dengan tuntutan skenario (misalnya karena adegan gagal atau tes shooting), adalah kelaziman untuk mengcapture dulu semua hasil rekaman ke komputer untuk di edit kemudian, di peruses editing video inilah dilakukan pemotongan, pemilihan dan penyusunan

25 33 ulang gambar, agar sesuai dengan tuntutan scenario. Setelah dilengkapi dengan pekerjaan sound, animasi, visual efek dll dan dianggap selesai, proses editing pun diakhiri dengan outputting, yaitu ekspor ke format file tertentu yang diinginkan untuk proses selanjutnya Proses Editing Proses editing dimulai dengan menandai bagian gambar yang terdapat pada pita kaset bahan mentah yang akan dicopy ke master tape. Caranya adalah dengan memberikan batas awal (mark in) dan batas akhir (mark out) pada bagian yang akan dicopy. 27 Seorang editor dalam bertugas akan dihadapkan pada durasi gambar versi edit yang dibatasi dan durasi proses edit yang juga dibatasi oleh deadline, dimana hasil pekerjaan editor harus siap untuk ditayangkan. Editor juga harus mengingat berbagai gambar penyela atau cutaway, gambar penyela akan membantu editor ketika akan menyambung dua gambar yang mempunyai masalah dengan kontinuitas, hal ini bertujuan untuk mempercepat kerja dalam proses editing. 28 Tim liputan harus menyediakan cukup gambar penyela atau cutaway ketika merekam gambar dilokasi untuk membantu editor ketika melakukan proses editing, editor terlebih dahulu menyediakan cutaway jika akan menunjukkan perpindahan lokasi atau tempat paska produksi/november 24th,2009/by Buce 27 Morissan, op.cit., hl Ibid. hl

26 34 Dalam melaksanakan tugasnya editor mempunyai aturan dan hal yang tidak boleh dilakukan untuk menghasilkan tayangan yang baik untuk penontonnya. Berikut hal-hal yang dilarang editor dalam proses editing : 29 a. Memotong gambar seseorang atau sesuatu yang sedang melakukan aksinya, maksudnya prinsip yang penting dan mendasar yang harus dimiliki setiap editor gambar adalah pemahaman terhadap peraturan yang mengatakan, setiap gambar terhadap suatu objek orang atau sesuatu yang bergerak harus mengikuti garis aksinya editor tidak boleh memotong gambar tersebut ditengah aksi yang sedang dilakukan karena akan membingungkan penonton. b. Tidak boleh sembarangan meletakkan gambar penyela atau cutaway, cutaway yang dipilih harus sesuai dengan tema berita yang akan ditayangkan. Apabila hal tersebut dilakukan akan menyebabkan jump cut. 2.6 Teknik Editing Bebarapa dasar teknik editing diantaranya : 30 1). Cut Perpindahan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain secara mendadak atau tanpa intrupsi, oleh karena itu perlu diperhatikan komposisi serta kontinuitasnya dari gamabr yang akan digabungkan atau dihubungkan. Cut dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dan 29 Ibid. hl Setyawan, Diktat Editing, AKINDO, Yogyakarta, 2004, hl. 3

27 35 pengembangan dari suatu kejadian. Penjelsan berarti mempertunjukan kepada penonton suatu kejadian yang sejelas-jelasnya. Misalnya : Long Shot orang yang sedang membaca buku untuk membantu penonton untuk melihat buku apa yang sedang dibaca, ditampilkan judul buku dengan pengambilan secara Close Up. Pengembangan berarti mempertajam situasi kejadian. Misalnya Long Shot seorang yang sedang ditodong dengan pistol, kemudian shot berikutnya adalah Medium Shot yaitu memperlihatkan penodongan dengan pistol atau Medium Close Up wajah orang yang sedang ditodong. Fungsi Cut adalah untuk menunjukkan : a. Keseimbangan action, apabila suatu kamera tidak mampu mengikuti suatu action karena halangan objek lain, misalnya : kita potong shot tersebut dan diganti dengan shot lain yang meneruskan shot tersebut. b. Detail objek, misalnya dari Long Shot ke Medium Close Up. c. Perubahan tempat dan waktu, cut dari indoor (interior) ke outdoor (exterior), misalnya : menunjukan dalam rumah kemudian ke jalan d. Peningkatan atau penurunan kejadian, Cut to Close Up menunjukkan peningkatan, sedangkan Cut to Long Shot menunjukkan penurunan. Jenis penyambung Cut di antaranya: a. Jump Cut, suatu pergantian shot di mana kesinambungan waktunya terputus karena lompatan dari shot yang lain berbeda waktunya b. Cut In, insert suatu yang disisipkan pada shot utama dengan maksud untuk mewujudkan detail dari shot utama

28 36 c. Cut Away, Intercut, Reaction Cut, Shot action yang menunjukkan atau menggambarkan reaksi terhadap shot lain yang bisa dimasukan sebagai selingan. Selain harus memahami kontinuitas gambar, seorang editor juga harus memahami kontinuitas arah, yaitu pada saat menghubungkan dua buah shot setiap pergerakan harus dijaga agar menuju kesatuan arah yang sama. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka akan melanggar suatu peraturan dasar dalam dunia pertelevisian, yaitu melewati garis imaginasi. Untuk bisa memadukan gambar dengan baik, editor harus selalu memperhatikan gambar (visual) pada saat melakukan Cut, yaitu : 1. Dalam melakukan cutting dari satu shot ke shot yang lain, penonton harus tidak merasakan terjadinya perpindahan antar gambar. 2. Cut untuk memperlihatkan kepada penonton apa yang ingin dilihatnya, sehingga cutting harus dilakukan dengan sangat cermat, hati-hati dan pada saat yang tepat. 3. Dalam cutting keputusan pertama yang harus dilakukan adalah untuk menetukan apakah perlu untuk dilakukan cutting. 4. Pastikan bahwa shot berikut yang akan di cut mengandung sesuatu yang baru didalamnya (jangan cut to cut orang yang sama). 5. Jangan cut dari VLS (Very Long Shot) ke sebuah BCU (Big Close Up) objek yang sama, karena penonton akan bingung tentang apa yang ingin ditonjolkan.

29 37 6. Pada saat melakukan cutting dari VLS ke MS (Medium Shot) atau MS ke CU hendaklah dirubah sudut pengambilan gambarnya (sudut kameranya). Apabila shooting didalam studio dengan multi kamera, hal ini seharusnya tidak terjadi. Selain harus memperhatikan gambar pada saat melakukan cut, editor juga harus memahami kapan waktunya harus melakukan cutting, sehingga tidak mengganggu konsentrasi penonton. 1. Cutting on Action a. Cutting antara dua buah shot yang mengandung sebuah subjek yang sama, di pilih pada saat terdapat pergerakan (duduk, berdiri dll) b. Reaction shot yaitu salah satu shot yang mempunyai motivasi untuk melakukan cut c. Cutting pada titik Interest. 2). Dissolve Pergantian antara gambar yang satu dengan gambar yang lain secara perlahan-lahan (tanpa blank). Teknik ini dipergunakan untuk menghaluskan teknik pemindahan gambar sesuai dengan karakter dan kebutuhan sebuah program yang diproduksi. Penggunaan dissolve ini lebih leluasa dibandingkan dengan cut. Pada umumnya dissolve dipergunakan untuk jembatan penghubung dari shot action, pergantian tempat dan waktu dan menunjukkan hubungan yang erat antara dua shot, misalnya pergantian dari Long Shot ke Close Up seorang penari yang akan nampak luwes dengan menggunakan dissolve.

30 38 Scene yang namapk melompat sambungannya karena disebabkan perpindahan mendadak dari pusat perhatian (Center of Interest) boleh disambungkan dengan dissolve. Panjang dari dissolve dapat bermacammacam sesuai dengan tempo dramatik yang cocok. Berikut adalah macam-macam Dissolve : a. Matched Dissolve Dimana dua scene yang berkaitan saling bersamaan dalam bentuk gerakan atau isinya dapat digunakan untuk memberikan kesan lebih lunak atau untuk mengamankan laju penuturan dengan membantu pergantian gambar tidak begitu mendadak. Bentuk yang sama seperti bunga dengan perhiasan, kesamaan gerak seperti roda dan propeller, kesamaan isi seperti nyala ranting dengan kebakaran hutan adalah kombinasi-kombinasi yang baik. Pembuatan matched dissolve janganlah terlalu ganjil karena dapat mengganggu perhatian penuturan cerita, kecuali gambar-gambarnya berasal dari cerita itu sendiri, shotshot yang sudah cocok janganlah dipergunakan untuk dissolve. b. Dissolve yang di Distorsikan Pemburuan gambar bergoncang, berteriak, bergetar, berputar dari fokus ke out fokus atau keremangan boleh digunakan untuk menunjukan kejadian pergantian mendadak pada kesadaran pemain, retropeksi, tidak seimbang secara mental, mabuk atau keadaan tidak normal lainnya. Dissolve serupa ini sering kali diiringi dengan suara yang mengerikan digunakan untuk memberitahu akan munculnya flashback.

31 39 Dissolve sebaiknya digunakan untuk menandai flashback atau fastforward, tetapi tidak selalu unutk menandai ke cerita awal. Cara yang digunakan sekarang lebih sedikit menggunakan dissolve, yang terpenting adalah penonton terkejut, atau untuk memberikan perhatian atau penekanan pada adegan tertentu seperti cerita yang bergerak ke depan atau ke belakang. c. Frozen Dissolve Dissolve membeku dimana freme terakhir dari scene pertama dan frame pertama dari scene kedua membuka selama dissolve, dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu tidak berubah antara scene. Sangat variasi pikturial yang dapat digunakan untuk disambungkan secara tepat dengan lukisan atau gambar coretan. Gambar video yang bergerak dibekukan dan di dissolve dengan lukisan. Untuk mendapatkan hasil dissolve yang maksimal dan tidak mengganggu konsentrasi penonton, editor harus memahami kapan waktunya harus melakukan dissolve. a. Dissolve dipergunakan sebagai suatu hubungan yang halus dari suatu action, pergantian tempat dan waktu. b. Menyatakan hubungan yang erat antara dua buah gambar. c. Untuk membuat transisi yang halus dan menarik dari long shot ke close up atau dari close up ke long shot yang tidak mungkin dilakukan dengan cutting

32 40 1. Dissolve dipergunakan sebagai suatu hubungan yang halus dari suatu action, pergantian tempat dan waktu. 2. Menyatakan hubungan yang erat antara dua buah gambar. 3). Fade Pergantian antara gambar yang satu dngan gambar yang lainnya dengan melalui blank, fade dibagi menjadi dua jenis yaitu, fade in dan fade out. Fade in adalah suatu shot atau visual yang bermula dari keadaan gelap kemudian secara perlahan muncul gambar (visual) hingga normal. Sedangkan fade out adalah dari gambar terang (normal) berangsur secara perlahan menjadi gelap. Biasanya fade ini digunakan secara sepasang, fade in diikuti dengan fade out, tetapi ini bukanlah peraturan harga mati. Suatu sequence, beberapa sequence atau satu film lengkap, dapat dirangkum oleh fade. Fade dapat juga digunakan untuk memisahkan berbagai unit cerita. Sequence yang dipisahkan oleh fade adalah mirip dengan buku atau babak pada sandiwara. Fade antara sequence yang berlangsung ditempat yang sama dapat menunjukkan berlakunya waktu, seperti dari satu hari ke hari berikutnya atau sekian minggu atau sekian bulan kemudian. Fade dapat digunakan untuk menunjukan beralihnya ke setting lain. Fade harus digunakan secara hemat, karena dapat menimbulkan kesan terpotong-potong atau efek episodic, yang dapat merusak kelancaran penuturan cerita. Fade hanya boleh digunakan pada awal dan akhir gambar, kecuali materi subjek yang terpisah-pisah tempatnya.

33 41 4). Wipe Fungsi wipe sebenarnya sama dengan fungsi dissolve. Wipe adalah efek perpindahan gambar dimana atau frame disapu oleh frame berikutnya sehingga tampak terdorong keluar dari layar monitor dan digantikan oleh shot berikutnya. Wipe bisa jika digunakan untuk mengawali suatu adegan. Pola wipe dapat berkesinambung atau terpecah menjadi sejumlah bentuk dalam bingkai umpamanya seperti sejumlah lingkaran yang membesar dan memunculkan scene yang baru. Wipe adalah transisi secara mekanis, wipe sering digunakan pada program acara yang ada kaitannya dengan musik, khususnya video klip atau film musikal, untuk film cerita transisi ini jarang digunakan. Namun akhir-akhir ini wipe banyak dipergunakan untuk trailer sebuah film atau iklan televisi. 5). Superimpose Yang dimaksud dengan superimpose adalah perpaduan antar dua gambar atau lebih ke dalam satu fame gambar. Citra-citra yang ada di duperimpose boleh digunakan dalam penuntingan untuk menghubungkan dua gagasan atau lebih. Sejumlah shot-shot yang berbeda-beda dapat ditempatkan pada layar secara sendiri-sendiri dalam berbagai pola. Layar dapat dibagi menjadi empat atau lebih atau citra yang dipusatkan yang dikelilingi oleh sejumlah gambar lainnya. Selain teknik dasar yang telah dijelaskan sebelumnya maka ada juga teknik-teknik yang lain, dintaranya : Morissan, op.cit., hl

34 42 1.Live On Tape Adalah teknik editing yang dilakukan secara langsung pada program acara yang diproduksi secara live dan alat yang digunakan adalah vision mixer. 2.Retakes Adalah teknik edit dengan mengulang pengambilan gambar yang telah dilakukan, untuk menggantikan gambar yang salah dengan gambar yang lebih baik untuk meningkatkan mutu teknik maupun artistiknya. 3.Rekaman bagian demi bagian Adalah teknik edit dengan merekam sequence per sequence sesuai dengan breakdown script yang telah dibuat. 4.Single Source Recording Adalah teknik edit menggunakan gambar yang dihasilkan dari beberapa kamera, penyelesaiannya dilakukan saat pasca produksi. 5.Editing Intercat Adalah teknik pemotongan gambar dari berbagai kejadian yang terjadi serentak ditempat yang sama atau tempat yang berbeda. 6.Editing Analitis Adalah teknik edit yang menggunakan gambar-gambar yang mempunyai jenis ukuran yang berbeda. 7.Editing Kontinuitas Adalah teknik edit untuk mengikuti suatu peristiwa melalui satu tolak ukur tertentu.

35 43 8.Editing Pandangan Adalah teknik edit yang membangun hubungan antara 2 temapt yang berbeda 9.Picturization Picturization adalah teknik menghubungkan gambar satu dengan lainnya, sehingga menjadi satu seri gambar yang menarik, ini merupakan suatu kunci keberhasilan dari rangkaian gambar disetiap acara televisi. Ada pun teknik editing lain seperti : 32 a. Editing Intercat (Intercutting Editing), yaitu teknik pemotongan gambar dari berbagai aksi yang terjadi secara serentak di lokasi yang sama atau lokasi berbeda. Teknik editing ini mulai digunakan tahuan 1906 dan digunakan untuk meningkatkan kecepatan cerita atau ketegangan dalam cerita. b. Editing Analitis (Analytical Editing), yaitu teknik edit yang menggunakan beberapa gambar yang memiliki ukuran yang berbeda. c. Editing Kontiguitas (Contiguity Editing), yaitu teknik edit untuk mengikuti suatu aksi melalui satu patokan tertentu. d. Editing Pandangan (Point-of-View Editing), yaitu teknik edit yang membangun hubungan antara dua tempat yang berbeda. 32 Morissan, op.cit., hl. 240

36 Metode Editing Secara umum proses editing dibedakan menjadi dua metode, yakni : 1. Continuity Cutting Metode ini merupakan, metode editing film yang berisi penyambungan dari dua adegan yang mempunyai kesinambungan. 2. Dynamic Editing Metode editing film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang tidak mempunyai kesinambungan. Adapun teknik editing film dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu : a. Parallel Editing Yaitu kalau ada dua adegan yang mempunyai persamaan waktu, harus dirangkaikan silih berganti. b. Cross Cutting Yaitu beberapa adegan yang diselang atau penyulingan dua adegan dalam waktu tidak bersamaan. c. Contras Editing Yaitu susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan atau lebih. d. Montage Trope Yaitu sistem editing atau penyuntingan yang mempergunakan simbol atau lambang-lambang yang menimbulkan pemikiran pada penonton Askurifai, op.cit., hl. 88

37 Sistem Editing Berdasarkan sistem yang digunakan, secara teknis sistem editing digolongkan ke dalam dua bagian di antaranya : 34 1) Linear Editing Kebanyakan stasiun televisi di Indonesia menggunakan teknologi yang linier. Cara kerjanya adalah merekam atau mengkopi gambar yang berbeda pada satu kaset ke kaset lainnya, jadi mirip seperti kita merekam lagu dengan menggunakan tape recorder. Kelemahan cara ini adalah gambar yang sudah direkam tidak dapat disusun ulang atau dipindah-pindahkan tanpa merekam kembali semua gambar dari awal. Sistem linear ini natinya berangsur-angsur akan digantikan oleh sistem berdasarkan komputer yang nonlinear. Perangkat pokok alat editing linear terdiri dari : Sebuah alat pemutar player untuk menjalankan kaset bahan mentah. Satu alat perekam (recorder) untuk merekam gambar dari player Dua monitor televisi untuk melihat gambar dari player dan recorder Satu alat control editing untuk menjalankan player dan recorder Sebuah alat pencampuran suara (sound mixer) untuk mengontrol suara yang akan direkam. 2) Non linear Editing Dengan sistem ini, materi mentah akan dipindahkan atau disimpan terlebih dahulu ke dalam komputer yang memiliki software editing gambar. 34 Morissan, op.cit., hl

38 46 Keuntungan dari teknik non linear ini adalah hasil pengambilan gambar bisa diatur ulang kapan saja sebelum pemotongan terakhir direkam ke dalam kaset. Kelemahan cara ini adalah proses pemindahan gambar (capture) dari materi mentah ke dalam komputer memerlukan waktu relatif lama. Materi mentah dengan durasi satu jam memerlukan waktu satu jam pula untuk membuatnya menjadi digital. Apapun jenis editing yang dipakai, prinsip bagaimana mengedit gambar yang baik adalah sama. Langkah-langkah non linear editing adalah sebagai berikut : Logging, artinya pada sistem nonlinear editing yang dicatat dalam time code ini (angka perhitungan jalannya pita kaset) dan time code out dari sebuah shot secara utuh, dari klip awal hingga sutradara memutuskan cut pada sebuah shot. Pada umumnya, mesin nonlinear editing jenis apa pun memiliki keterbatasan dari hard disk yang sangat berhubungan erat dengan banyaknya gambar yang bisa disimpan dalam memorinya. Dengan keterbatasan ini, seorang editor harus betul-betul memilih shot yang baik. Selection of action sudah dilakukan pada tahap logging ini. Apabila ada kesempatan, alangkah baiknya editor melihat lebih dahulu materi shot yang akan di logging. Pada tahap ini dilakukan pengadministrasian yang efektif sebab hal-hal prinsip yang harus dilakukan dalam menuliskan deskripsi dari shot-shot itu. Pertama editor harus menulis terlebih dahulu nomor scene pada awal kalimat, kemudian disusul masing-masing dengan nomor shot, nomor take, baru 35

Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing

Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing Tahapan Editing & Teknik Dasar Editing By Abednego Diyan Pramudya, S.Sos Perangkat editing yang banyak digunakan televisi di Indonesia adalah menggunakan perangkat edit linear yang bekerja dengan merekam

Lebih terperinci

Modul ke: EDITING II EDITING LINIER DAN NON LINIER. Fakultas Ilmu Komunikasi. Bagus Rizki Novagyatna. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: EDITING II EDITING LINIER DAN NON LINIER. Fakultas Ilmu Komunikasi. Bagus Rizki Novagyatna. Program Studi Broadcasting. Modul ke: EDITING II EDITING LINIER DAN NON LINIER Fakultas Ilmu Komunikasi Bagus Rizki Novagyatna Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya

Lebih terperinci

Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing

Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing ADA DUA MACAM EDITING LINEAR EDITING Proses pasca produksi yang masih menggunakan banyak peralatan editing profesional, player, recorder, monitor, ECU ( editing

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT. Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT. Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh : Reni Apriliana 14148155 Sekar Manik Pranipta 14148157 FAKULTAS SENI

Lebih terperinci

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO TEKNIK EDITING EDITING Menggabungkan beberapa hasil pengambilan gambar dan suara dengan urutan urutan yang benar sesuai dengan naskah / script, dan juga menurut panjang dan irama tertentu yang tepat dengan

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 6. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 6. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 6 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn METODE DAN GAYA EDITING METODE DAN GAYA EDITING Metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

(Sumber: Film The Raid 2, TC 00:01:49-00:01:50)

(Sumber: Film The Raid 2, TC 00:01:49-00:01:50) A. METODE EDITING Dalam proses penyuntingan gambar, metode editing terbagi menjadi 2 yaitu cut dan transisi. 1. Cutting adalah proses pemotongan gambar secara langsung tanpa adanya manipulasi gambar. 2.

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI CUTTING TRANSITION PADA FILM DAN KESAN YANG DITIMBULKAN

MENGIDENTIFIKASI CUTTING TRANSITION PADA FILM DAN KESAN YANG DITIMBULKAN MENGIDENTIFIKASI CUTTING TRANSITION PADA FILM DAN KESAN YANG DITIMBULKAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Program Studi Televisi Dan Film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua orang tentu melakukan yang namanya komunikasi, baik dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media komunikasi massa sangatlah bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan BAB III TINJAUAN PUSTAKA Bab III merupakan, tinjauan pustaka, penulis menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pengerjaan menjadi editor

Lebih terperinci

- Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah cerita utuh dan lengkap. (kamus besar bahasa indonesia, P&K 1994)

- Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah cerita utuh dan lengkap. (kamus besar bahasa indonesia, P&K 1994) Tahapan Pelakasanaan Produksi Suatu produksi audio video yang melibatkan banyak orang, biaya yang besar dan banyak peralatan maka perlu pengorganisasian yang rapi dan perlu suatu tahapan produksi yang

Lebih terperinci

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89 SOSIAL MEDIA Munif Amin Romadhon munifamin Munif Amin munifamin89 Apa itu Sinematografi? Berasal dari bahasa Yunani Kinema (gerakan) dan Graphoo atau Graphein (menulis / menggambar) Menulis dengan gambar

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 3. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 3. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 3 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn Struktur Editing Drama STRUKTUR FILM yang baik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini sangat dirasakan semakin cepat dan menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat, Komunikasi pun dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan bagaimana bentuknya, kita pasti melakukan proses komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlibat secara emosional terhadap video yang akan di edit. 1

BAB I PENDAHULUAN. terlibat secara emosional terhadap video yang akan di edit. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Editor adalah sineas profesional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara indah dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan seni film mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan seni film mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan seni film mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat dan saat ini perfilman sudah mampu menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan film yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film masa kini yang penuh dengan efek, dan sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid 2.1 Definisi Film BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan media massa masyarakat dapat mengetahui apa saja yang sedang terjadi disekitarnya. Media massa

Lebih terperinci

Pertemuan 1 PENGERTIAN PENYIARAN

Pertemuan 1 PENGERTIAN PENYIARAN Pertemuan 1 PENGERTIAN PENYIARAN BROADCASTING SEBAGAI OBJEK STUDI ILMU KOMUNIKASI Apa sebenarnya komunikasi itu? Menurut pendapat Carl I Hovland yang mengetengahkan definisinya mengenai Science of Communication

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Obsesi Obsesi sendiri adalah dorongan yang tidak tertahankan atau memaksa dan tidak masuk akal untuk melakukan sesuatu (Frankl, 1968: 470). Pada dasarnya obsesi adalah keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Rubinson menyatakan bahwa multimedia merupakan presentasi intrusional yang mengkombinasikan tampilan teks, grafis, vidio dan audio, serta dapat menyediakan interaktifitas.

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT & CUTTING. Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn.

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT & CUTTING. Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT & CUTTING Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. Disusun Oleh : Fanny Setiawati (14148149) Candra Adi Pratama (14148160)

Lebih terperinci

Harwanto dan M. Arif, penulis mendapatkan penjelasan mengenai peran editor dalam. proses produksi Redaksi Pagi. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Harwanto dan M. Arif, penulis mendapatkan penjelasan mengenai peran editor dalam. proses produksi Redaksi Pagi. Hasilnya adalah sebagai berikut: 4.2 Hasil Penelitian Berdasarka wawancara yang penulis lakukan dengan editor Redaksi Pagi Trans 7, Fani Fuji pada tanggal 18 Desember 2009, dan produser Redaksi Pagi Ervi Harwanto dan M. Arif, penulis

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FEATURE Feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, baik yang bergabung dalam major label maupun indie label. Indie label dan

BAB I PENDAHULUAN. baru, baik yang bergabung dalam major label maupun indie label. Indie label dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia hiburan saat ini berkembang sangat pesat. Industri musik merupakan salah satu elemen dunia hiburan yang sifatnya menghibur dan sangat diminati oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan

BAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk komunikasi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial bermasyarakat adalah komunikasi melalu media massa seperti surat kabar, majalah,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA Oleh : Sutandi, ST, M.Pd Animasi merupakan gambar hidup yang digerakkan dari sekumpulan gambar, yang memuat tentang objek dalam posisi gerak yang beraturan. Objek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya 1.1.1 Alasan Pemilihan Tema Di Indonesia pada dasarnya sangat kental dengan cerita misteri, sampai saaat ini pun di radio-radio tanah air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program tayangan Professor Cilik. Praktikan bekerja pada bagian perencanaan pra production, creative production

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. wawancara dari para editor program berita kabar riau di Dumai Vision yang

BAB III PENYAJIAN DATA. wawancara dari para editor program berita kabar riau di Dumai Vision yang BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil wawancara dari para editor program berita kabar riau di Dumai Vision yang berperan penting dalam proses editing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian penting dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat menjadikannya sebagai sarana hiburan utama. Hampir di setiap rumah memiliki televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia pada saat ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa trandisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan.film adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan majunya teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai. mungkin hingga mampu menembus ruang dan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan majunya teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai. mungkin hingga mampu menembus ruang dan waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi massa di era globalisasi saat ini semakin berkembang cepat seiring dengan majunya teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai dengan adanya penemuan

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT PADA SEBUAH VIDEO SERTA KESAN YANG DITIMBULKAN

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT PADA SEBUAH VIDEO SERTA KESAN YANG DITIMBULKAN MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT PADA SEBUAH VIDEO SERTA KESAN YANG DITIMBULKAN Untuk Memenuhi Tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : RanangAgung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh Nopsi Marga H. - 14148118

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan untuk bersosialisasi dengan individu atau masyarakat. Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI Ditulis oleh : Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi Pada 08 November 2015 publikasi film SMART? dalam screening mononton pada rangkaian acara Kampung Seni 2015 pukul 20.30

Lebih terperinci

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi MODUL PERKULIAHAN TV PROGRAMMING PRODUKSI PROGRAM TELEVISI Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting TatapMuka 03 Kode MK A31415EL DisusunOleh Gunanto Abstract Kompetensi Pembahasan Suatu program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar umat manusia, baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu komunikasi saat ini berkembang pesat jika dibandingkan dengan masa lampau, hal

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu komunikasi saat ini berkembang pesat jika dibandingkan dengan masa lampau, hal BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Ilmu komunikasi saat ini berkembang pesat jika dibandingkan dengan masa lampau, hal ini membuat komunikasi pada saat ini dapat dilakukan, dimanapun, kapanpun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut symbol, komunikasi symbol dapat berupa gambar yang ada

Lebih terperinci

PENGANTAR EDITING SUTRADARA SKENARIO

PENGANTAR EDITING SUTRADARA SKENARIO PENGANTAR EDITING SUTRADARA SKENARIO KAMERAMAN EDITOR Judul : Lokasi/Shoo0ng : Bentuk Pencatatan Adegan NOMOR SCENE SHOT TAKE ADEGAN KET CASSETE 01 1 1 2 MCU - Rindu mendekati Angga, berbisik dan terjatuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini film adalah sebuah media yang sudah sangat berkembang, bukan sebagai penyaluran kreatifitas saja, tetapi juga sudah menjadi media penyampaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meresap banyak informasi secara langsung dari media. berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. 2 Komunikasi mengacu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. meresap banyak informasi secara langsung dari media. berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. 2 Komunikasi mengacu tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan serta pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan menggambarkan perkembangan manusia dalam berkomunikasi dan kesadaran dalam bermasyarakat. Komunikasi masa

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuntingan Digital II PUSPA INTAN FITRIAMURTI 14148101 SARTIKA DEVI PUTRI E.A.A 14148115 PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sebagai suatu proses yang berkesinambungan tanpa awal dan akhir merupakan bagian dari kehidupan, secara terminologis atau menurut asal katanya dari

Lebih terperinci

Week 5 C ne n ma ma Hist s o t r o y

Week 5 C ne n ma ma Hist s o t r o y Week 5 Cinema History Mutu Pertunjukan Awalnya film seringkali menampilkan akting aktor secara full body. Demi kepentingan penyajian cerita yang lebih menarik sudut pandang pengambilan gambar dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan oleh semua makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri berfungsi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat mudah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhannya itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari sutu pihak ke pihak lain. Pada umumnya komunikasi dilakukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan-pesan komunikasi yang didistribusikan secara terus menerus kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan-pesan komunikasi yang didistribusikan secara terus menerus kepada 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang, komunikasi massa menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan

Lebih terperinci

LAPORAN ASPEK EDITING DALAM TRAILER KAMPUNG SENI

LAPORAN ASPEK EDITING DALAM TRAILER KAMPUNG SENI LAPORAN ASPEK EDITING DALAM TRAILER KAMPUNG SENI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Program Studi Televisi Dan Film Jurusan Seni Media Rekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makhluk sosial memang merupakan istilah yang sangat tepat untuk manusia, yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konteks-konteks lainnya, yaitu organisasi, publik, kelompok, dan interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. konteks-konteks lainnya, yaitu organisasi, publik, kelompok, dan interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses komunikasi antar manusia relatif rumit. Tingkat kerumitan ini seiring dengan masing-masing konteks, dimana dengan cirinya menunjukkan bahwa kerumitan

Lebih terperinci