HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI. Oleh ANI. K. D.

Transkripsi

1 HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Oleh ANI. K. D. PITAY NIM A006 PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016

2 HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 Ani K.D. Pitay Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran anikd.pitay@yahoo.com ABSTRAK Latar Belakang: Penyebab kematian bayi disebabkan oleh BBLR di Kabupaten Semarang sebesar 37% bahwa faktor yang mempengaruhi BBLR adalah paritas dan usia. Tujuan: mengatahui hubungan antara paritas dan usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Ambarawa tahun Metode: Penelitian ini merupkan data sekunder dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang dikumpulkan dengan menggunakan data rekam medic. Sampel yang di ambil menggunakan teknik aim purpose sampling dari populasi ibu yang melahirkan bayi hidup di RSUD Ambarawa Tahun 2016 sehingga dapat diperoleh 253 sampel. Uji stastistik yang dipakai adalah uji Chi- Square. Hasil penelitian: menunjukan kasus BBLR terjadi pada ibu paritas terbanyak pada primipara sebanyak 124 ( 49,0 ), kasus dengan P- value = 0,000 < α ( 0,05 ), maka Ho diterima. Pada ibu usia beresiko 140 (55,3% ) kasus dengan hasil P- value = 0,000 < α ( 0,05 ), maka Ho diterima. BBLR dengan berat badan lahir < 2500 ( BBLR ) sebanyak 182 ( 72% ) bayi Saran: Hendaknya tenaga kesehatan lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khusu bidan hendaknya secara aktif dapat tetap memberikan konseling tentang kesehatan yang cukup dan gizi selama kehamilan Kata Kunci : Paritas, Usia Ibu, BBLR Daftar Pustaka : 20 ( ) Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 1

3 ABSTRACT Background The cause of infant deaths due to low birth weight in Semarang regency is 37% the factors affecting LBW is parity and age. Objective: know the relationship between parity and maternal age with LBW in hospitals Ambarawa 2016 Methods This study constitute secondary data by using cross sectional collected using data recording medic. Samples were taken using purposive sampling of a population of women who give birth to a live infant in hospitals Ambarawa 2016 so as to obtain 253 samples. Statistical test used is the Chi-Square test. Result: The show cases of low birth weight occurred in women in the highest parity primipara were 124 (49.0), the case of the P-value = <α (0.05), then Ho is accepted. At the age of mothers at risk of 140 (55.3%) cases with the results of the P value = <α (0.05), then Ho is accepted. LBW birth weight <2500 (LBW) as many as 182 (72%) infants Suggestion: Should health professionals further improve health services should actively special midwives can still provide sufficient counseling on health and nutrition during pregnancy Keywords : Parity. age of mother low birth weight References : 25 books ( ) PENDAHULUAN Strategi pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia sehat tahun 2010 yang merupakan integral dari pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap upaya pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.tolak ukur derajat kesehatan masyarakat adalah status kesehatan Ibu dan Anak.Hal ini karena Ibu dan Anak dalam keluarga merupakan anggota keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan. Pada bagian ini derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Mortalitas, terdiri atas Angka Kematian Bayi ( AKB ), Angka Kematian Balita ( AKABA ), dan Angka Kematian Ibu ( AKI ), Angka Morbiditas: angka kesakitan beberapa penyakit serta status Gizi pada balita dan dewasa ( Profil Kota Semarang, 2013 ). Target Millenium Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 2005 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup.saat ini angka kematian bayi masih tinggi yaitu ebesar 67 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama tinggi nya angka kematian bayi, khusus nya pada masa prenatal adalah Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ), bayi yang terlahir dengan BBLR beresiko kematian 35 kali lebih tinggi di bandingkan dengan bayi yang berat badan lahir nya di atas 2500 gram. Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 SDKI ( 2012), Angka Kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian / 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi ( AKB ) sebesar 32 kematian / 1000 kelahiran hidup Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 2

4 dan Angka Kematian Balita ( AKABA ) 40 kematian / 1000 kelahiran hidup ( Kementriaan Kesehatan Republik Indonesia, 2012 ). Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga ( 2007 ), penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia di antara nya BBLR 29%, asfiksia 27%, tetanus nenonaturum 6%, maslah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6 %, infeksi 5% dan lain lain 13% ( Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 ). Angka Kematian Bayi ( AKB ) di Kabupaten Semarang tahun 2013 sebesar 11,95 per 100 kelahiran hidup (KH). Angka ini lebih rendah di bandingkan dengan angka kematian bayi tahun 2012 sebesar 23, 20 per 2000 KH. Hal ini sebabkan meningkatnya deteksi dini pada ibu hamil, kompetensi bidan dalam pentalaksanaan bayi resiko tinggi, sistem rujukan dan tindakan perajukan semakin abik yang berpengaruh pada menurun nya AKB tahun Secara terperinci, penyebab kematian AKB di kabupaten semarang tahun 2012 dari total kasus kematian sebanyak 186 kasus, di sebabkan oleh BBLR 34% kasus, Asfiksa 25,2% kasus, Infeksi 6% kasus, Aspirasi 6% kasus, Kelainan Kongenital 6,4% kasus, DBD 1,07% kasus, Pneumonia 5% kasus, Diare 2,1% kasus, lain- lain 15,5% kasus. Sedangkan pada tahun 2013 dari total kasus kematian sebanyak 169 kasus penyebab kematian bayi di sebabkan oleh BBLR sebanyak 37% kasus, Asfiksa 15% kasus, Infeksi 5% kasus, Aspirasi 9% kasus, Kelainan Kongenital 10% kasus, DBD 0,6% kasus, Pneumonia 2,3% kasus, Diare 3,5% kasus, lain lain 16,5% kasus ( Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2013 ). Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram di sebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tapi tidak memuaskan, sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neontaus tidak hanya beragntung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri ( Proverawati 2010 ). Kehamilan lebih dari 4 kali baik anak hidup maupun anak mati(grande multigrafida), ibu yang sering mengalami kehamilan dan persalinan mempunyai resiko tinggi pada kehamilan dan persalinan berikut nya. Kondisi berakaitan dengan kerja sisitem tubuh yang terlalu sering dan dalam jarak waktu yang relatif singkat, tidak ada jeda waktu bagi tubuh ibu untuk istirahat, akan berakibat muncul nya resiko yang berbahaya. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi sebelum/ sesudah bayi lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi perubahan jaringan alatalat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Ibu dengan paritas 1 dan > 4 beresiko melahirkan BBLR, pada primi muda, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa akibatnya di ragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan dan pada pri tua terjadi penyakit pada ibu dan organ kadungan menua, jalan lahir juga bertambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Sedangkan pada ibu dengan paritas 4, karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan timbul gangguan pada kesehatan nya seperti anemia, kurang gizi, Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 3

5 kekendoran pada diding perut dan rahim sehingga mengakibatkan terjadi nya BBLR. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2013 di daptkan kejadian BBLR di RSUD Ungaran 147 kasus, RS Ken Saras 104 kasus, Rs Bina Kasih 119 kasus dan RSUD Ambarawa 258 kasus. Berdasakan data di atas, kejadian BBLR yang tertinggi dari 4 rumah sakit yang berada di kabupaten semarang yaitu RSUD Ambarawa sebsar 258 kasus,. Menurut data yang di peroleh dari Rekam Medik RSUD Ambarawa, angka prevalensi BBLR dari tahun cukup tinggi pada tahun 2013 sebanyak 258 kejadian BBLR, komplikasi ( kematian ) 35 kasus. Tahun 2014 sebanyak 274 kejadian BBLR. Berdasakan studi pendahuluan pada bulan Januari- Desember Tahun 2015 jumlah 282 kasus di dapatkan hasil bahwa kasus BBLR terjadi pada usia beresiko yaitu < 20 tahun dan > 35 tahun sebesar 137 kasus dan pada ibu umur tidak beresiko tahun sebesar 145 kasus. Kasus BBLR tersebut terjadi pada ibu primipara sebanyak 132 kasus ibu yang beresiko melahirkan bayi BBLR sebesar 70 kasus dan tidak beresiko 62 kasus, pada ibu multipara sebanyak 108 kasus ibu beresiko melahirkan BBLR sebanyak 64 kasus dan tidak beresiko 44 kasus,dan pada ibu grandemultipara sebanyak 42 kasus ibu yang beresiko melahirkan bayi BBLR 26 dan yang tidak beresiko 16 kasus. BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir nya kurang dari 2500 gram, karena BBLR sangat membutuhkan penanganan khusus karena bayi BBLR sangat rentan terhadap infeksi maupun hipotermi. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meniliti tentang Hubungan Usiadan Paritas Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Tujuan Umum: Untuk mengatahui hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Tujuan Khusus : a. Mengetahui gambaran usia ibu di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang b. Mengetahui gambaran paritas ibu di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang c. Mengetahui gambaran kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang d. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang e. Mengetahui hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian ini digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Survey Analitik yaitu penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel ( Nursalam, 2013 ). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Cross Sectional.(Notoatmodjo, 2012), Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 4

6 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Ambarawa, Kabupaten Semarang pada tanggal 5 sampai 7 Agustus 2016 Populasi dan Sampel Populasi Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi yang lahir hidup di RSUD Ambarawa dari bulan Januari Juni 2016 denganjumlah 275 bayi. Sampel Tehnik pengambilan sampel kasus yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu tehnik Purposive Sampling adalah semua ibu yang melahirkan bayi yang lahir hidup di RSUD Ambarawa dengan jumlah 275 bayi. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoadmojo, 2010). Instrumen yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini berupa catatan rekam medis di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Analisis Data Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisis untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmojo, 2010). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah usia dan paritas ibu dan kejadian BBLR. Analisis data dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase kemudian dianalisis secara univariat untuk menggambarkan frekuensi setiap variabel yang di teliti. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2010). Dalam ujistatistik yang digunakan adalah uji Chi Square atau chi kuadrat. Uji chi-square (x²) dengan batasan kemaknaan α ( alpha ) = 0,05 apabila p < α maka hasil nya terdapat hubungan yang bermakna, dan apabila p > α maka hasil nya tidak terdapat hubungan yang bermakna, untuk uji pearson Chi- Squaresebagai berikut : Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Paritas Paritas Frekuensi Persentase (%) Primipara ,1 Multipara 94 36,8 Grande Multipara 41 14,1 Jumlah ,0 Berdasakan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 275 responden di RSUD Ambarawa paritas responden yang paling besar pada paritas Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 5

7 primipara yaitu 140 ( 49,1% ) disusun dengan paritas mulitipara yaitu 94 ( 36,8% ) dan paling sedikit yaitu pada paritas grande multipara yaitu 41 ( 14,1% ). b. Usia Umur Frekuensi Persentase (%) Beresiko (<20 dan> 35 Tahun) ,9 TidakBeresiko (20-35 Tahun) ,1 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 275 responden di RSUD Ambarawa kategori beresiko paling besar berumur < 20 dan > 35 tahun yaitu 151 ( 54,9% ), dan paling sedikit berada di kategori tidak beresiko yaitu 124 ( 4 5,1 % ). c. Kejadian BBLR Kejadian BBLR Frekuensi Persentase (%) BBLR ,9 Tidak BBLR 91 33,1 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 275 responden di RSUD Ambarawa kejadian BBLR yaitu 184 bayi ( 66,9% ), dan tidak BBLR sebanyak yaitu 91 bayi ( 33,1 % ). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Paritas Ibu Dengan Kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang, Tahun 2016 Paritas Primipara Multipara Grandemul tipara Kejadian BBLR Tidak Total BBLR BBLR f % f % F % ,1 46,8 61, ,9 53,2 39, χ 2 p value 32,479 0,000 Jumlah , , Responden yang mengalami kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu yang mempunyai paritas primipara yaitu 115 ( 82,1%) di susul dengan ibu yang mempunyai paritas multipara yaitu 44 ( 46,8% ) dan paling sedikit paritas grande multipara yaitu 25 (61,0%) dan responden yang tidak mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada paritas multipara yaitu 50 ( 53,2% ), disusul dengan paritas primipara yaitu 25 ( 17,9% ) dan paling sedikit paritas grande multipara yaitu 16 ( 39,0% ). Uji statistik menggunakan Chi Square didapatkan p value 0,000 α 0,05 sehingga ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 6

8 b. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang, Tahun 2016 Kejadian BBLR Total Usia Ibu χ 2 p BBLR Tidak BBLR value f % F % f % Beresiko , , ,241 0,000 Tidak 56 45, , beresiko Jumlah , , Responden yang mengalami kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu yang mempunyai usia beresiko yaitu 128 ( 84,8% ) dan responden yang tidak beresiko yaitu 56 ( 45,2% ) disusul dengan kejadian tidak BBLR terjadi pada ibu usia yang beresiko yaitu 23 ( 15,2% ) dan kejadian tidak BBLR pada usia tidak beresiko yaitu 68 ( 54,8% ). Uji statistic menggunakan Chi Square didapatkan p value 0,000 α 0,05 sehingga ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Paritas ibu yang melahirkan dengan BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Hasil penelitian di RSUD Ambarawa diketahui bahwa 275 responden di RSUD Ambarawa paritas responden yang paling besar pada paritas primipara yaitu 140 ( 49,1% ). Hal ini terjadi karena ibu sering hamil atau sering melahirkan disusun dengan paritas mulitipara yaitu 94 ( 36,8% ) dan paling sedikit yaitu pada paritas grande multipara yaitu 41 ( 14,1% ). Hal ini terjadi karena paritas grande multipara fungsi organ reproduksi sudah mulai menurun sehingga timbul berbagai masalah kesehatan yang dapat menyebabkan lahirnya bayi BBLR. Usia ibu yang melahirkan dengan BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Berdasakan hasil penelitian di RSUD Ambarawa diketahui bahwa 275 responden di RSUD Ambarawa kategori beresiko paling besar berumur < 20 dan > 35 tahun yaitu 151 ( 54,9% ), dan paling sedikit berada di kategori tidak beresiko yaitu 124 ( 4 5,1 % ). Kejadian BBLR Berdasakan hasil penelitian di RSUD Ambarawa diketahui bahwa sebagian besar responden ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan berat badan lahir < 2500 gram ( BBLR ) sebanyak 184 ( 66,9% ) bayi dan berat lahir > 2500 ( tidak BBLR ) sebanyak 91 ( 33,1% ) bayi jumlah sampel 275 bayi. Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan persalinan normal atau tindakan yang sudah cukup umur (37 minggu sampai 40 minggu), memiliki berat 2500 gram / 2,5 kg gram / 4 kg. Bayi Normal setelah dilahirkan akan langsung Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 7

9 menangis dan tidak memiliki kelainan cacat bawaan. Apabila Berat Bayi saat dilahirkan kurang, dikhawatirkan ada gangguan pada pertumbuhan oragan bayi.untuk menghindari Berat Badan Bayi dilahirkan rendah, maka perlu dilakukan pemantauan selama di dalam kandungan. Hal ini dilakukan dengan pemeriksaan USG secara rutin, saat melakukan pemeriksaan ke dokter atau bidan. Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR Dari hasil penelitian didapatkan data pada ibu primipara melahirkan dengan BBLR sebanyak 115 orang (83,3%) dan ibu yang melahirkan tidak BBLR 23 orang (16,7%), pada ibu multipara terdapat 44 (45,8%) yang melahirkan BBLR dan 52 orang (54,2%) ibu yang tidak melahirkan BBLR 25 (61,0%) dan pada ibu yang grande multipara terdapat 25 (61,0% ) yang melahirkan BBLR dan 16 orang (39,0%) yang tidak melahirkan BBLR. Dari uji statistic menggunakan Chi Square didapatkan hasil dengan X² hitung = 36,725 dengan P-value = 0,000. Oleh karena P-value 0,000 < α ( 0,05 ), maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Paritas ibu dengan kejadian BBLR. Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu yang mempunyai bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR. Paritas yang tidak aman yaitu pada paritas primipara yang masih memiliki pengalaman tentang kehamilan sehingga dapat berpengaruh dalam kehamilannya.kesiapan dalam kehamilan baik secara fisik maupun mental cenderung masih kurang sehingga dapat berpengaruh pada pola pemeliharaan kesehatan janin yang dikandung nya. Paritas > 3 jauh lebih berpngalaman dalam perawatan bayi dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan baik secara fisik maupun mental lebih baik dibandingkan dengan ibu paritas primi. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan dan kelahiran prematur atau BBLR. Hubungan Usia dengan Kejadian BBLR Dari hasil penelitian didapatkan data pada usia beresiko terdapat 128 orang (84,2%) yang melahirkan BBLR dan 24 orang (15,8%) yang tidak melahirkan BBLR, dan pada usia tidak beresiko terdapat 56 orang ( 45,5% ) malahirkan BBLR dan 91 orang (33,1%) yang tidak melahirkan BBLR. Dari uji statistic menggunakan Chi Square didapatkan hasil dengan X² hitung = 45,945 dengan P-value = 0,000 α 0,05. Oleh karena P-value < α (0,05), maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Usia ibu dengan BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada ibu usia< 20 tahun dan > 35 tahun ( Dian, 2010 ). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa kehamilan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 8

10 dengan umur > 35 tahun termasuk kedalam 4 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak persalinan dan terlalu banyak atau sering melahirkan. Dari hasil penelitian 91,4% BBLR terjadi pada usia beresiko hal ini berakaitan dengan kematangan alat- alat reproduksinya. Pada kehamilan < 20 tahun terjadi karena psikologinya belum optimal, emosinya juga cenderung labil sehingga muda mengalami gonjangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan zat zat gizi selama kehamilannya. Pada kehamilan > 35 tahun jaringan jaringan di dalam tubuh ibu tidak tumbuh lagi dan sudah mulai menurun fungsinya, hal ini dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi dan status gizi seorang ibu. Oleh karena itu ibu hamil berumur > 35 tahun mempertinggi resiko terjadi nya masalah masalah kesehtan seperti anemia, hipertensi dan terjadi cacat bawaan pada janin dan BBLR ( Arisman, 2007 ). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setyowati ( 2007 ) usia ibu sangat berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Kehamilan di usia < 20 tahun dan > 35 tahun dapat menyebabkan kejadian BBLR karena pada kehamilan di usia < 20 tahun secara biologis dan secara mental belum optimal, sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu dan janin selama kehamilannya. Sedangkan pada usia> 35 tahun merupakan usia dimana ibu mengalami kemunduran atau penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa di usia > 35 tahun sehingga resiko terjadinya BBLR cukup tinggi. KESIMPULAN Berdasakan hasil penelitian tentang Hubungan Paritas dan Usia Ibu Dengan Kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang periode bulan Januari Juni 2016 yang berjumlah 275 responden. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Paritas responden yang paling besar pada paritas primipara yaitu 140 ( 49,1% ) disusun dengan paritas mulitipara yaitu 94 ( 36,8% ) dan paling sedikit yaitu pada paritas grande multipara yaitu 41 ( 14,1% ). 2. Usia ibu yang beresiko paling besar berumur < 20 dan > 35 tahun yaitu 151 ( 54,9% ), dan paling sedikit berada di kategori tidak beresiko yaitu 124 ( 4 5,1 % ). 3. BBLR dengan berat badan< 2500 gram sebanyak 184 bayi ( 66,9% ) dan tidak BBLR berat 2500 sebanyak 91 bayi ( 33,1% ). 4. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. 5. Ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. DAFTAR PUSTAKA Anik Muryani ( 2013 ) Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta : CV. Trans Info Media Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta. Rhineka Cipta : 2013 Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 9

11 Aswar, A/Prihartono. S. (2007). Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Bina Rupa Aksara, Jakarta. Atikah, Proverawati & Cahyo Ismawati. ( 2010 ). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Yogyakarta: Nuha Medika Bartini Istri ( 2012 ). Asuhan Kebidanan Pada IbuH Hamil Normal. Yogyakarta: Flashbooks Depkes. Kebijakan Depkes Dalam Penurunan AKI &AKB. Jakarta engah. Semarang : Hartono, Hanafi ( 2010 ). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Ika Pantiawati ( 2010 ) Bayi Dengabn Bayi Lahir Rendah. Yogyakarta : Nuha Medika Krisnadi SR, Effendi JS, Pribadi A Prematuritas. Bandung : PT Refika Aditama Manuaba, I, (2010 ), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC. Jakarta. Marmi Anik. ( 2013 ). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Marmi dan Kukuh Rahardjo. ( 2012 ). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Notoatmodjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.2010 Nursalam Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika Pantiawati. Bayi dengan Berat Lahir Rendah. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo. Jakarta Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009 Riwidikdo. Statiksik kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press; 2009 Rukiyah, Ai Yeyeh. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Trans Info Media : 2010 Siyoto, Sandu Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta : Sukarni, Icesmi & Sudarti ( 2014 ). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, Dan Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta : Nuha Medika Turhayata, Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ). Yogyakarta : Genius Printika. Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 10

12 Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2016 page 11