PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FUNGSIONAL DAN IMPLIKASINYA PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FUNGSIONAL DAN IMPLIKASINYA PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK"

Transkripsi

1 PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FUNGSIONAL DAN IMPLIKASINYA PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi kasus pada KPP Pratama Bandung Cicadas) Oleh : ANNISA MEDINA Pembimbing I : Dr. Wawan Sukmana, SE., M.Si., Ak., CA Pembimbing II : Rita Tri Yusnita, SE., MM. ABSTRAK Objek penelitian dalam skripsi ini sistem administrasi perpajakan modern, efektivitas pelaksanaan pemeriksaan fungsional, dan kepatuhan wajib pajak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan fungsional terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif studi kasus, pengumpulan data melalui penelitian lapangan dan kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan melalui observasi, kuesioner, dokumentasi dan wawancara, sedangkan penelitian kepustakaan yaitu melalui berbagai literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Untuk menganalisis data maka digunakan analisis jalur. Hasil pembahasan dapat diketahui bahwa sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan fungsional berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas. Kata kunci : sistem administrasi perpajakan modern, efektivitas pelaksanaan pemeriksaan fungsional, kepatuhan wajib pajak

2 PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang membutuhkan anggaran yang cukup besar setiap tahunnya untuk melaksanakan berbagai macam pembangunan. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan negara, menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Penerimaan dari sektor pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara yang dipergunakan untuk membiayai anggaran pendapatan belanja negara. Dari jumlah Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun anggaran 2013, dapat disimpulkan bahwa 76% Anggaran Pendapatan Negara diperoleh dari penerimaan pajak. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran pemerintah. Terkait dengan hal ini, Direktorat Jenderal Pajak merupakan salah satu institusi pemerintah yang secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan yang menjalankan tugas administrasi perpajakan. Dengan visi menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan salah satu misinya, yaitu misi fiskal, untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Visi dan misi DJP tersebut akan sulit diwujudkan jika hanya mengandalkan sistem administrasi yang lama, untuk itulah DJP harus melakukan reformasi. Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak salah satunya dengan melakukan reformasi terhadap Peraturan Perundangundangan Perpajakan, serta terhadap sistem administrasi perpajakan. Reformasi perpajakan sebenarnya telah mulai dilakukan sejak tahun 1983 dengan perubahan official assesment system menjadi self assesment system, sedangkan dalam program reformasi perpajakan tahun 2008 terdapat konsep

3 modernisasi administrasi perpajakan. Pada official assessment system, besarnya pajak terutang Wajib Pajak ditentukan sepenuhnya oleh fiskus selaku pemungut pajak, sedangkan self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Hal ini tentu saja memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam mengurus masalah pajak. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tidak optimalnya pelaksanaan Self Assesment System. Rahayu (2006:82) memaparkan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. Penerapan self assessment system yang dianut dalam sistem perpajakan Indonesia sekarang ini, dan fenomena masyarakat terhadap tingkat kepatuhan pajak yang rendah menuntut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah melalui pemeriksaan. Kewenangan DJP untuk melakukan pemeriksaan tersebut diatur dalam Pasal 29 UU KUP. Pentingnya pemeriksaan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tidak lain adalah untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, agar Wajib Pajak berada pada peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga penyelewengan pajak yang dilakukan akan mudah diatasi oleh pihak pajak. Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Pajak mempunyai kewenangan melakukan pemeriksaan untuk menguji pemenuhan kewajiban perpajakan. Pelaksanaan pemeriksaan tersebut adalah dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan. Reformasi administrasi perpajakan memiliki beberapa aspek penting yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan perpajakan. Apek yang pertama dalam hal struktur organisasi. Aspek yang kedua dalam hal sistem dan prosedur kerja, serta kelengkapan lainnya yang menyangkut teknologi informasi dan sumber daya manusia. Aspek terakhir adalah hal yang berkaitan dengan pelaksanaan good governance, yang seringkali dihubungkan dengan integritas dan pegawai institusi.

4 Reformasi administrasi perpajakan selain dapat berpengaruh pada kinerja pelayanan perpajakan yang lebih baik, reformasi administrasi perpajakan juga berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, yang salah satunya diindikasikan dengan peningkatan penerimaan pajak. Perbaikan administrasi perpajakan diharapkan dapat mendorong meningkatkan kepatuhan wajib pajak, karena program reformasi administrasi perpajakan ini mempunyai tujuan tercapainya : (1) tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, (2) tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan (3) produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi. Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus 5 pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Good governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal (internal control) yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak. Apabila sistem perpajakan telah dilaksanakan dengan baik, maka pelaksanaan pemeriksaan akan berjalan sesuai dengan jangka waktu dan tahapan pemeriksaan akan terpenuhi. Direktorat Jenderal Pajak sebagai lembaga yang berwenang menangani masalah perpajakan harus berbenah memberi pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak.Perbaikan Pelayanan lewat program perubahan (change program), penegakan hukum dan pelaksanaan kode etik yang lebih baik harus diprioritaskan agar administrasi perpajakan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sistem administrasi perpajakan modern merupakan perwujudan dari program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerjanya, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar sistem administrasi tersebut lebih efisien, ekonomis dan cepat. Sistem modernisasi pepajakan dilakukan bertujuan untuk membuat Kantor Pelayanan Pajak menjadi baru, kantor unit yang baru melayani Wajib

5 Pajak dengan kondisi yang nyaman dan aman. Perbedaan Kantor pelayanan pajak lama sangat kontras dengan Kantor pelayanan pajak yang baru, kantor pelayanan pajak yang baru sudah diberikan fasilitas pelayanan seperti: 1. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) yang merupakan sarana untuk meningkatkan pelayanan Wajib Pajak yang terintegrasi dalam penerimaan dokumen dan laporan semua jenis pajak seperti SSP dan SPT yang diserahkan langsung oleh Wajib Pajak. 2. Account Representative (AR) yang bertugas mengawasi kepatuhan perpajakan dan konsultasi Wajib Pajak melalui data dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) dan Sistem Informasi DJP (SIDJP). 3. Help Desk yang diletakkan di lobby gedung untuk memudahkan mendapatkan informasi yang dibutuhkan Wajib Pajak. 4. Complain Center yang berfungsi untuk menampung keluhan-keluhan Wajib Pajak yang terdaftar, mengenai pelayanan, pemeriksaan, keberatan, dan banding. 5. Call Center terkait pelayanan konfirmasi prosedur, peraturan, material perpajakan dan lainnya. 6. Media Informasi Pajak dengan fasilitas touch screen disediakan di KPP guna memberikan informasi peraturan perpajakan. 7. Website. Yang paling umum adalah yang berisi mengenai peraturan-peraturan perpajakan, formulir-formulir, berita, artikel, dan lain lain terkait perpajakan. Beberapa KPP masing-masing membuat website khusus untuk memudahkan wajib pajak tapi tidak semuanya memiliki website khusus. 8. Pojok Pajak yang merupakan sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi masyarakat maupun Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, yang berada di pusat-pusat perbelanjaan, pusat bisnis dan tempat tertentu lainnya. 9. e-system Perpajakan terdiri dari e-registration, e-spt, dan e-filling. E- Registration adalah sistem pendaftaran, perubahan data Wajib Pajak dan atau pengukuhan maupun pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui sistem yang terhubung langsung secara online dengan DJP. e-spt adalah

6 penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer. E-filling merupakan cara penyampaian SPT melalui sistem online dan real time. Penerimaan pajak yang setiap tahun terus meningkat, ternyata tidak lepas dari masalah-masalah seperti SPT lebih bayar, maka petugas pemeriksaan akan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Contoh yang cukup jelas adalah Wajib Pajak menyampaikan SPT dengan melampirkan informasi laporan keuangan yang tidaksesuai dengan kondisi keuangannya. Penyampaian SPT lebih bayar diakibatkan oleh kurangnya ketelitian atau kesalahan dalam mengisi SPT yang telah diisioleh Wajib Pajak guna menentukan pajak yang harus dibayarnya. Pemeriksaan pajak dilakukan karena Wajib Pajak dianggap tidak melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik. Pelaksanaan pemeriksaan rutin merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas kinerja terkait dengan sistem administrasi perpajakan modern. Rahayu (2009:17) menyatakan bahwa, Sistem administrasi perpajakan modern memiliki program-program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah DJP, diantaranya yaitu program meningkatkan efektivitas pemeriksaan. Selanjutnya, Rahayu (2009:113) menjelaskan: Untuk kegiatan law enforcement, dapat dikembangkan program pemeriksaan berbasis analisis risiko (risk analysis), sehingga sumber daya yang ada dapat secara efektif melakukan pemeriksaan berdasarkan skala prioritas dengan membuat segmentasi risiko yang dihadapi. Apabila sistem perpajakan modern telah dilaksanakan dengan baik, maka pelaksanaan pemeriksaan akan efektif sesuai dengan jangka waktu, tahapan pemeriksaan yang dipenuhi, dan kualitas SDM. Direktorat Jenderal Pajak berharap dengan dikembangkannya program pemeriksaan dapat memacu sumber daya yang ada khususnya pemeriksa agar lebih efektif dalam melakukan pemeriksaan berdasarkan skala prioritas. Oleh karena itu, sistem administrasi perpajakan modern memiliki pengaruh terhadap efektivitas pemeriksaan rutin.

7 Menurut Rahayu (2009:110) sistem administrasi modern perpajakan yang dilakukan pemerintah ditandai dengan digunakannya sistem modern pada kantorkantor pajak meliputi: 1. Perubahan struktur organisasi dan sistem kerja Kantor Pelayanan Pajak. 2. Bussiness process dan teknologi informasi dan komunikasi. 3. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia. 4. Pelaksanaan good governance. Sistem perpajakan modern dalam pemeriksaan mempunyai dua tujuan yaitu 1) pemanfaatan perangkat teknologi informasi yang disebut dengan Computer Assisted Audit Technique (CAAT), pelaksanaan pemeriksaan akan lebih efektif, dan 2) Business Process yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi kontak langsung antara pemeriksa dengan Wajib Pajak yang bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya KKN. Adanya penerapan pemeriksaan pajak diharapkan dapat memberikan motivasi positif agar kedepannya masalah-masalah mengenai SPT bisa berkurang. Oleh karena itu, pemeriksaan pajak diharapkan tidak hanya dapat menjadi sarana pembinaan tetapi juga pengawasan terhadap Wajib Pajak. Salah satu jenis pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan rutin. KERANGKA PEMIKIRAN Suran Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE-10/PJ.04/2008 menyatakan bahwa, pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau karena diwajibkan oleh Undang-Undang KUP. Tujuan pemeriksaan rutin adalah untuk memenuhi hak dan kewajiban Wajib Pajak yang diharapkan membayar pajak sesuai dengan kondisinya. Pemeriksaanrutin juga dilakukan untuk memeriksa SPT lebih bayar. Bagi Wajib Pajak yang melakukan kecurangan atau kesalahan dalam membayar pajak dan telat dalam menyampaikan SPT dapat dikenakan sanksi baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana karena dengan sanksi tersebut pemerintah berharap wajib Pajak akan patuh dalam

8 memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak sesuai dengan undang-undang yang telah ditentukan. Teori kepentingan adalah pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar (Mardiasmo, 2003:3). Wajib Pajak telah diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya sesuai dengan beban pajak yang harus dibayar.oleh karena itu, wajib pajak harus jujur dalam melaporkan kewajibannya. Apabila terjadi penyelewengan atau ketidakjujuran dalam pelaporan kewajibannya, maka akan dilakukan pemeriksaan terhadap WajibPajak tersebut. Menurut Djoko Slamet Surjoputro dan Junaedi eko Widodo, pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement. Langkahlangkah perbaikan administrasi diharapkan dapat mendorong kepatuhan wajib pajak melalui dua cara yaitu pertama, wajib pajak patuh karena mendapatkan pelayanan yang baik, cepat dan menyenangkan serta pajak yang mereka bayar akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Kedua, wajib pajak akan patuh karena mereka berpikir bahwa mereka akan mendapat sanksi berat akibat pajak yang tidak mereka laporkan terdeteksi sistem informasi dan administrasi perpajakan serta kemampuan crosschecking informasi dengan instansi lain. Menurut Gunadi administrasi perpajakan harus dapat meningkatkan kepatuham pembayar pajak. Hadi Purnomo menyatakan tiga strategi dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui administrasi perpajakan yaitu pertama, dengan membuat program dan kegiatan yang diharapkan dapat menyadarkan dan meningkatkan kepatuhan sukarela, khususnya bagi wajib pajak yang belum patuh, kedua adalah meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak yang relative sudah patuh sehingga tingkat kepatuhannya dapat dipertahankan atau ditingkatkan, ketiga meningkatkan kepatuhan dengan program dan kegiatan yang dapat mengurangi ketidakpatuhan (combating noncompliance).

9 Menurut Guillermo Perry dan John Whalley, ketika sistem perpajakan suatu negara telah maju, pendekatan reformasi diletakkan pada peningkatan dalam kepatuhan dan administrasi perpajakan.peningkatan kepatuhan sangat penting dalam reformasi perpajakan, dan mungkin lebih penting daripada perubahan struktural dalam sistem perpajakan. HIPOTESIS Berdasarkan keseluruhan pemaparan diatas maka peneliti merumuskan hipotesis untuk kemudian kebenarannya diuji oleh peneliti. Hipotesis yang dirumuskan tersebut adalah: 1. Sistem Administrasi Perpajakan Modern berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional. 2. Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. 3. Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. PEMBAHASAN Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional dan Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada KPP Pratama Bandung Cicadas Untuk mengetahui klasifikasi indikator yang termasuk variabel Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern secara keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut : Nilai tertinggi dari indikator : 10 x 5 x 15 = 750

10 Nilai terendah dari indikator : 10 x 1 x 15 = 150 Jumlah kriteria pertanyaan = 5 NJI = Nilai Tertinggi - Nilai Terendah Jumlah Kriteria Pertanyaan = = 120 Klasifikasi penilaian indikator Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern secara keseluruhan : Nilai Sangat baik Nilai Baik Nilai Cukup Nilai Kurang Nilai Buruk Total skor secara keseluruhan untuk penerapan sistem administrasi perpajakan modern sebesar 568 (Tabel 4.2), sehingga penerapan sistem perpajakan modern pada KPP Pratama Bandung Cicadas secara keseluruhan termasuk klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa sistem perpajakan modern mampu memberikan kemudahan bagi para petugas pajak dalam rangka pengadministrasian pajak secara mutakhir, baik ditinjau dari persiapan perangkat kerja organisasi kantor pajak, kesiapan wajib pajak, pelaksanaan pendaftaran, proses data, sampai dengan surat pemberitahan pajak. Selain itu infrastruktur, fasilitas dan prarasana online juga sangat mendukung terciptanya sistem perpajakan modern sehingga mampu memberikan segala kemudahan dalam pelayanan, baik untuk para petugas pajak itu sendiri maupun wajib pajak. Dalam hal ini sistem administrasi perpajakan modern berperan penting dalam kondisi terkini. Kebijakan perpajakan yang dianggap baik dapat dapat menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran lainnya karena administrasi perpajakan modern dapat dilaksanakan secara efektif pada KPP Pratama Bandung Cicadas.

11 Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional pada KPP Pratama Bandung Cicadas Untuk mengetahui klasifikasi indikator yang termasuk variabel pemeriksaan fungsional secara keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut : Nilai tertinggi dari indikator : 10 x 5 x 8 = 400 Nilai terendah dari indikator : 10 x 1 x 8 = 80 Jumlah kriteria pertanyaan = 5 Nilai Tertinggi - Nilai Terendah NJI = Jumlah Kriteria Pertanyaan 400 = 5 = keseluruhan : Klasifikasi penilaian indikator pemeriksaan rutin fungsional secara Nilai Sangat baik Nilai Baik Nilai Cukup Nilai Kurang Nilai Buruk Total skor secara keseluruhan untuk efektivitas pelaksanaan pemeriksaan fungsional sebesar 331 (Tabel 4.3), sehingga pelaksanaan pemeriksaan fungsional pada KPP Pratama Bandung Cicadas secara keseluruhan termasuk klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan fungsional pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Cicadas Bandung sangat efektif dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, Wajib Pajak berada pada peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga penyelewengan pajak yang dilakukan akan mudah diatasi oleh pihak pajak. Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Pajak mempunyai kewenangan melakukan pemeriksaan untuk menguji pemenuhan kewajiban perpajakan. Pelaksanaan pemeriksaan tersebut adalah dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.

12 Dalam menjalankan sebuah pemeriksaan maka aparat pajak KPP Pratama Bandung Cicadas menetapkan tahap-tahap yang harus dilakukannya diantaranya mulai dari persiapan, pelaksanaan pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan. Laporan Pemeriksaan Pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir Laporan Pemeriksaan pelaksaan yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Laporan hasil pemeriksaan pajak yang telah disusun harus ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak, Ketua Tim, Supervisor dan Kepala Kantor. Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas Untuk mengetahui klasifikasi indikator yang termasuk variabel kepatuhan wajib pajak secara keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut : Nilai tertinggi dari indikator : 10 x 5 x 9 = 450 Nilai terendah dari indikator : 10 x 1 x 9 = 90 Jumlah kriteria pertanyaan = 5 Nilai Tertinggi - Nilai Terendah NJI = Jumlah Kriteria Pertanyaan 450 = 5 = Klasifikasi penilaian indikator kepatuhan wajib pajak secara keseluruhan : Nilai Sangat baik Nilai Baik Nilai Cukup Nilai Kurang Nilai Buruk Total skor secara keseluruhan untuk kepatuhan wajib pajak sebesar 333 (Tabel 4.4), sehingga kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas secara keseluruhan termasuk klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak dalam memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya sudah baik. Dalam hal ini KPP Pratama Bandung Cicadas selalu berupaya untuk memonitor dan mengendalikan

13 pembayaran pajak dengan sistem administasi perpajakan yang diharapkan dapat dilaksanakan dengan sistematis, terkendali, sederhana dan mudah dimengerti oleh anggota masyarakat Wajib Pajak. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional pada KPP Pratama Bandung Cicadas Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional pada KPP Pratama Bandung Cicadas maka digunakan koefsien determinasi. Dimana dalam struktur hubungan atau diagram jalur secara keseluruhan, struktur antara sistem administrasi perpajakan modern (X 1 ) dan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan fungsional (X 2 ) merupakan sub struktur 1. Sub struktur ini memperlihatkan hubungan fungsional antara Variabel X 1 dengan Variabel X 2, dipandang dari sudut persamaan regresi, struktur merupakan struktur linier sederhana dengan hasil analisis seperti nampak pada gambar sebagai berikut : Ɛ ρχ 2 ε 1 =0,347 X 1 X 2 ρχ 2 Χ 1 = 0,653 Gambar 4.1 Hubungan Sub Struktur 1 antara X 1 terhadap X 2 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan bantuan komputer melalui program software SPSS (lampiran 3, halaman 114) besarnya koefisien determinasi sebesar 0,653 ini berarti bahwa sistem administrasi perpajakan modern mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pemeriksaan rutin sebesar 65,3 % pada KPP Cicadas Bandung. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rahayu (2009:17) menyatakan bahwa, Sistem administrasi perpajakan modern memiliki program-

14 program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah, diantaranya yaitu program meningkatkan efektivitas pemeriksaan. Hipotesis yang penulis ajukan adalah : Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pemeriksaan fungsional pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas. Dalam pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui tahapan yang penulis sajikan pada BAB III. Hasil perhitungan SPSS for Window Versi (lampiran) maka diperoleh P value = 0,005 a pada tingkat kesalahan adalah sebesar 5 % atau ( = 0,05), yaitu P value < atau 0,005 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan sistem administrasi perpajakan modern terhadap efektivitas pemeriksaan fungsional pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas, artinya semakin baik sistem administrasi perpajakan modern maka efektivitas pemeriksaan fungsional yang dicapai cenderung akan semakin meningkat. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional, secara parsial, terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Sistem administrasi perpajakan modern (X 1 ) terhadap Kepatuhan Wajib pajak (Y) pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas maka dilakukan dengan analisis jalur. Hasil dari perhitungan SPSS Versi pada Lampiran 4, diperoleh koefisien jalur antara sistem administrasi perpajakan modern dan kepatuhan wajib pajak adalah sebesar 0,525 atau memberikan penjelasan bahwa setiap kenaikan sistem administrasi perpajakan modern dapat memberikan pengaruh sebesar 52,5 % terhadap keaptuhan wajib pajak pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh secara parsial efektitivitas pelaksanaan pemeriksaan rutin (X 2 ) terhadap Kepatuhan Wajib pajak (Y) pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas maka dilakukan dengan analisis jalur. Hasil dari perhitungan SPSS Versi pada Lampiran 4, diperoleh koefisien jalur antara efektitivitas pelaksanaan pemeriksaan rutin dan kepatuhan wajib pajak

15 adalah sebesar 0,459 atau memberikan penjelasan bahwa setiap efektitivitas pelaksanaan pemeriksaan rutin dapat memberikan pengaruh sebesar 45,9 % terhadap keaptuhan wajib pajak pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian sebelumnya menurut Fitriana Patsal (2012), hasil penelitiannya menunjukan bahwa sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan pemeriksaan fungsional Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Makassar. Langkah selanjutnya yaitu menguji hipotesis : sistem administrasi perpajakan modern secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak di Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas dengan uji signifikansi. Hasil perhitungan SPSS Versi dengan menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95 % (α = 0,05) diperoleh Nilai P value X 1 = 0,027. Jadi, P value X 1 < 0,05 sehingga dapat diartikan variabel sistem administrasi perpajakan modern secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari hasil pengujian tersebut mengandung arti bahwa hipotesis yang menyatakan sistem administrasi perpajakan modern secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dapat diterima. Kemudian untuk menguji hipotesis : efektivitas pelaksanaan pemeriksaan rutin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak di Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas dengan uji signifikansi. Hasil perhitungan SPSS Versi dengan menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95 % (α = 0,05) diperoleh Nilai P value X 2 = 0,037. Jadi, P value X 1 < 0,05 sehingga dapat diartikan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan rutin secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari hasil pengujian tersebut mengandung arti bahwa hipotesis yang menyatakan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan rutin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dapat diterima.

16 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional, secara simultan, terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas Pada sub bagian atas telah dikemukakan mengenai besarnya sistem administrasi perpajakan modern terhadap efektivitas pemeriksaan fungsional. Selanjutnya penulis akan menganalisis dan menguraikan pengaruh secara simultan Sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pemeriksaan fungsional terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas. Dalam hal ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti, yaitu terdiri dari Sistem administrasi perpajakan modern sebagai variabel bebas ke-1 (X 1 ) dan efektivitas pemeriksaan fungsional sebagai variabel bebas ke-2 (X 2 ) dan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel terikat (Y). Hasil perhitungan SPSS Versi 16 diperoleh nilai R Square = 0,876 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pemeriksaan fungsional berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas sebesar 87,6 %, artinya sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pemeriksaan fungsional mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian semakin tinggi sistem administrasi perpajakan modern maka efektivitas pemeriksaan fungsional akan meningkat sehingga akan berdampak terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak di Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas. Sedangkan sisanya sebesar 13,4 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hipotesis yang penulis diajukan adalah : Secara simultan sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pemeriksaan fungsional berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dalam pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui tahapan yang penulis sajikan pada BAB III. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Sig. = 0,001 dan nilai F = 24,825 sedangkan tingkat kesalahan sebesar 5 % atau ( =0,05) sehingga P Value < atau 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis diterima. Artinya, secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh yang signifikan

17 Sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pemeriksaan fungsional terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas, sehingga hipotesis teruji kebenarannya. Dari hasil pengolahan data secara keseluruhan (Lampiran 5), penulis dapat memvisualisasikan ke dalam struktur pengaruh Sistem administrasi perpajakan modern (X 1 ) dan efektivitas pemeriksaan fungsional (X 2 ) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y) sebagai berikut : X 1 Ɛ PYX 1 =0,525 PYX Ɛ =0,13,4 Px1x2 = 0,653 r1x2 = 0,808 Y PYX 2 =0,459 X 2 Gambar 4.2 Hubungan Struktural II antara Variabel X 1 dan X 2 Terhadap Y Dari Gambar 4.2 di atas, dapat diketahui nilai koefisien jalur antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai koefisien jalur variabel sistem administrasi perpajakan modern (X 1 ) dengan kepatuhan wajib pajak (PYX 1 ) sebesar 0,525, nilai koefisien jalur variabel efektivitas pemeriksaan fungsional (X 2 ) dengan kepatuhan wajib pajak (PYX 2 ) yaitu sebesar 0,459. Dari nilai koefisien jalur tersebut, kemudian digunakan untuk mencari pengaruh proporsional setiap variabel independen terhadap variabel dependen, rinciannya dapat dilihat pada tabel adalah sebagai berikut :

18 Tabel 4.5 Hasil Analisis Jalur untuk Pengaruh Langsung dan Tidak langsung Antara Variabel Penelitian No. Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung 1. ( ) 2 ( ) 2 (0,525) x (0,525) x 2 (0,525) x (0,808) x (0,459) x 2 Pengaruh X 1 terhadap Y (a + b) (0,276) + (0,389) 2. ( ) 2 ( ) 2 (0,459) x (0,459) 3. Total Pengaruh X 1 dan X 2 (c + d) terhadap Y (0,470) + (0,211) 4. Pengaruh Variabel Residu (1 e) (1 0,876) Sumber : Diolah oleh Penulis, 2014 Total Pengaruh 0,276 (a) 0,389 (b) 0,665 (c) 0,211 (d) 0,876 (e) 0,134 (f) Berdasarkan lampiran halaman 116, menunjukkan bahwa nilai R square yang diperoleh sebesar 0,808 atau 80,8% yang menunjukan bahwa efektivitas pelaksanaan pemeriksaan rutin pada KPP Pratama Bandung Cicadas dipengaruhi oleh variabel sistem administrasi perpajakan modern. Sisanya sebesar 19,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian sebelumnya menurut Fitriana Patsal (2012), hasil penelitiannya mengkaji bahwa Sistem Administrasi Perpajakan Modern berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Fungsional Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Makassar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pemeriksaan fungsional terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

19 1. Penerapan sistem perpajakan modern pada KPP Pratama Bandung Cicadas secara keseluruhan termasuk klasifikasi baik, artinya setiap petugas telah mampu melaksanakan sistem ini sesuai prosedur yang baik dan benar. Efektivitas pemeriksaan fungsional juga termasuk klasifikasi baik, hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan fungsional telah berjalan efektif sesuai peraturan yang berlaku. Selanjutnya kepatuhan wajib pajak juga termasuk klasifikasi baik, artinya kesadaran wajib pajak dalam membayar beban pajak juga sesuai dengan hak dan kewajibannya. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pemeriksaan fungsional pada Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas. Artinya semakin baik penerapan sistem administrasi perpajakan modern maka pelaksanaan pemeriksaan fungsional akan semakin efektif. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pemeriksaan fungsional berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas, hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel mempunyai kontribusi yang nyata terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak. 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan sistem administrasi perpajakan modern dan efektivitas pemeriksaan fungsional terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas, hal ini menunjukkan bahwa secara besama-sama variabel tersebut mempunyai kontribusi yang nyata terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak. Saran Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembahasan, penulis memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi kemajuan Kantor Pajak Pratama di masa yang akan datang yaitu sebagai berikut : 1. Hasil perolehan skor untuk variabel sistem administrasi modern, menunjukan bahwa pembagian tugas dan wewenang antar bagian dalam KPP menempati skor terkecil, untuk itu diharapkan pembagian tugas dan wewnang harus

20 sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing bagian sehingga tidak akan ada tumpang tindih pekerjaan dan saling melempar tanggung jawab. 2. Sebaiknya KPP Pratama Bandung Cicadas dapat membangun komunikasi dengan wajib pajak, selain sanksi juga harus ada penghargaan bagi para wajib pajak yang sudah memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak. DAFTAR PUSTAKA Ismawan, Indra Reformasi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat Mardiasmo Perpajakan (edisi revisi). Yogyakarta: Andi Offset Sofyan, Marcus Taufan Pengaruh Sistem Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi. Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Pandiangan, Liberti Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan UU Terbaru. Jakarta: Elex Media Komputindo Rahayu, Siti Kurnia Perpajakan: Konsep, Teori dan isu. Jakarta: Kencana Rahayu, Siti Kurnia Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu Resmi, Siti Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Sofyan, Marcus Taufan Pengaruh Sistem Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi. Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif&Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE-19/PJ/2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah DJP dan Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Seluruh Indonesia Tahun Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Waluyo, dan Wiryawan B Ilyas Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

21 Gunadi, 2006, Reformasi Administrasi Perpajakan Dalam Rangka Kontribusi Menuju Good Governance, Pidato Pengukuhan Guru Besar Perpajakan FISIP UI, Jakarta. Nasucha, Chaizi Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Grasindo,Jakarta Rahayu, Sri. 2009, Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Patsal, Fitriana. 2012, Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan fungsional Pada KPP Pratama di Wilayah Kota Makassar. Skripsi. Makassar. Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang membutuhkan anggaran yang cukup besar setiap tahunnya untuk melaksanakan berbagai macam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara. Tiap negara membuat aturan dan ketentuan dalam mengenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbesar nomor empat di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa (www.bps.go.id). Pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut memberikan berbagai definisi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pajak merupakan pendapatan negara yang cukup potensial untuk dapat mencapai keberhasilan pembangunan. Pajak juga merupakan sumber penerimaan negara yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi dan uji hipotesis serta pembahasan, maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebijakan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam negeri menjadi semakin diperhitungkan. Dengan adanya pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi negara serta masyarakatnya. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan

Lebih terperinci

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan kegiatan penting bagi suatu negara, selain demi meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan. Bagi Indonesia penerimaan pajak sangat besar peranannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peranan penerimaan perpajakan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase terhadap seluruh pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan sosial dan ekonomi negara serta masyarakat yang berkembang akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang dinamis. Tuntutan akan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap masyarakat,

Lebih terperinci

PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KOTA MALANG

PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KOTA MALANG PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KOTA MALANG Oleh: Arruuman Nurfanani, 1) Tubandrijah Herawati, SE., MM., Ak 2), Penelitian ini bertujuan: 1)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Rendezvous,2012). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Rendezvous,2012). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Reasoned Action (TRA) Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Rendezvous,2012). Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang digunakan untuk pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan sebagai alat bagi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah sebuah Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Namun, dewasa ini banyak kasus terjadi dalam bidang perpajakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan negara.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAHAMAN TENTANG PAJAK, PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK DAN MODERNISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENGARUH PEMAHAMAN TENTANG PAJAK, PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK DAN MODERNISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PENGARUH PEMAHAMAN TENTANG PAJAK, PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK DAN MODERNISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Oleh: Bimanda Yuswandono, 1 Drs. Kuspandi, Ak.. 2, Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang akan digunakan dalam pembiayaan pembangunan di pemerintahan. Pajak berkontribusi di dalam Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengeluaran rutin pemerintah dibiayai oleh sumber utama penerimaan pemerintah yaitu pajak. Proses pengenaan dan pemungutan pajak ini memerlukan adanya administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar. Penerimaan pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring dengan hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini negara Indonesia akan terus melakukan pembangunan nasional di berbagai bidang yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur (Punarbhawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak memiliki peranan penting dalam penerimaan negara bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Besar kecilnya pajak akan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Besar kecilnya pajak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran

Lebih terperinci

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI Disusun oleh : M.E Ivone Kartikaputri P. NPM : 09

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengeluaran negara untuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan dibiayai oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Menurut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumber pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri yaitu untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awalnya pajak merupakan suatu pungutan yang bersifat sukarela yang digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN E-SPT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MELAPORKAN SPT

PENGARUH PENERAPAN E-SPT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MELAPORKAN SPT PENGARUH PENERAPAN E-SPT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MELAPORKAN SPT Nur Anissa 1, Harlina Widyanti 2 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Satya Negara Indonesia Email: nissadmaja@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, pemerintah melakukan terobosan upaya meningkatkan lagi penerimaan negara. Demi terealisasinya hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkesinambungan dengan tujuan untuk memberikan keadilan dan kemakmuran bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan pembangunan, baik pembangunan ditingkat pusat maupun daerah. Pembangunan yang merata

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENGARUH PENERAPAN E-SYSTEM PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA SURAKARTA) Irma Indrianti, Suhendro, Endang Masitoh Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil. Dari sektor pajak diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil. Dari sektor pajak diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku di berbagai negara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku di berbagai negara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua negara di dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Pembangunan di segala bidang merupakan tanggung jawab pemerintah dan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah pusat maupun daerah. Bagi masyarakat pajak dirasakan sebagai beban, sedangkan bagi negara

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK

PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK ( Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Tasikmalaya ) Disusun oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak sebagai sumber penerimaan Negara digunakan untuk mebiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak berasal dari iuran masyarakat dan dapat dipaksakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap masyarakat, oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai perkembangan yang sangat pesat.keunggulan dari internet tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai perkembangan yang sangat pesat.keunggulan dari internet tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.pajak berasal dari iuran masyarakat dan dapat dipaksakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus melakukan upaya-upaya agar pengelolaan penerimaan pajak semakin baik. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa berjalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat 25 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak Adapun yang menjadi visi Direktorat Jenderal Pajak adalah : Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat vital bagi negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa pajak memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan pembangunan di segala sektor yang bertujuan agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah kewajiban warga negara yang merupakan wujud. langsung oleh wajib pajak dan bersifat memaksa. Saat ini peranan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah kewajiban warga negara yang merupakan wujud. langsung oleh wajib pajak dan bersifat memaksa. Saat ini peranan pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kewajiban warga negara yang merupakan wujud pengabdian terhadap negara yang timbal baliknya tidak dapat dirasakan secara langsung oleh wajib pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: EINVRI ARDIAN

Disusun Oleh: EINVRI ARDIAN Disusun Oleh: EINVRI ARDIAN 21108125 Tingkat Kepatuhan SPT di KPP Pratama Bandung Karees Tahun Pajak SPT yang Masuk Total Wajib Pajak terdaftar Rasio Kepatuhan Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang melakukan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang melakukan pembangunan nasional secara terus menerus. Untuk melakukan pembangunan nasional ini, pemerintah memerlukan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Bastian, 2008 : 1 pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK -1- JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK Kebijakan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya menggantungkan dana dari luar negeri saja, melainkan harus menggali sendiri terutama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan tanpa mendapat jasa timbal secara langsung dan digunakan untuk membayar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang penting dalam menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Perkembangan yang ada di Indonesia dapat dilihat dari adanya peningkatan pembangunan yang direncanakan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi, dan informasi telah mengubah berbagai aspek perilaku bisnis dan perekonomian dunia. Salah satu ciri utama globalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut pasal 1 angka 1 Undang-undang perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 23 mengamanatkan: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan setiap tahun dengan Undang- Undang dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan tentang perpajakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan,

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan tentang perpajakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah selalu berusaha dalam peningkatan kualitas perpajakan, pemerintah terus mengeluarkan kebijakan tentang perpajakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di Indonesia merupakan program pemerintah dalam memajukan bangsa dengan cara membangun dalam segala bidang, misalnya pembangunan dalam bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Peranan pajak dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penerimaan pajak merupakan sumber utama pendapatan negara dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pemerintah, pembangunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pemerintah, pembangunan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peran penting dalam sumber penerimaan pajak. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Yang Relevan 1. Teori Pengharapan Teori pengharapan kadang disebut juga teori ekspektansi atau expectancy theory of motivation dikemukakan oleh Victor Vroom pada tahun 1964.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di Indonesia sangatlah penting untuk mensejahterakan masyarakat. Pembangunan tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia memiliki beberapa bentuk penerimaan bagi pendapatan negara. Salah satu bentuk penerimaan terbesar negara adalah dari sektor

Lebih terperinci

Cendekia Akuntansi Vol. 4 No. 2, Mei 2016 ISSN

Cendekia Akuntansi Vol. 4 No. 2, Mei 2016 ISSN PENGARUH PENERAPAN APLIKASI ELECTRONIC FILLING (E-FILLING) TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MELAPORKAN SPT TAHUNAN (Studi Kasus Pada Penyampaian SPT Tahunan Dosen, Karyawan dan Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor perpajakan. Penerimaan dalam sektor perpajakan cenderung stabil dan terus meningkat setiap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sampai saat ini masih memberikan dampak bagi perekonomian dunia. Indonesia pun

PENDAHULUAN. sampai saat ini masih memberikan dampak bagi perekonomian dunia. Indonesia pun Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis keuangan global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2008 lalu, sampai saat ini masih memberikan dampak bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan suatu kondisi dimana seseorang taat terhadap perintah atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan suatu kondisi dimana seseorang taat terhadap perintah atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Teori kepatuhan (compliance theory) merupakan teori yang menjelaskan suatu kondisi dimana seseorang taat terhadap perintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. lain: Pengertian pajak yang telah diterjemahkan oleh R. Santosa Brotohardijo

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. lain: Pengertian pajak yang telah diterjemahkan oleh R. Santosa Brotohardijo BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pemahaman Umum Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian pajak yang telah dikemukakan oleh para ahli, antara lain: Pengertian pajak yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sendiri. Semua potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus digali dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sendiri. Semua potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus digali dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara merata akan menghadapi banyak tantangan. Cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa salah satu penopang pendapatan nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari seluruh penerimaan negara. Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunannya tentu memerlukan anggaran yang sangat besar. Penerimaan anggaran

Lebih terperinci