PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK SISWA KELAS IV SDN WAKAH 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK SISWA KELAS IV SDN WAKAH 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK SISWA KELAS IV SDN WAKAH 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SUMARYADI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan hasil studi awal yang dilaksanakan di SDN Kabupaten Ngawi, didapatkan fakta bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV masih rendah. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan membaca pemahaman adalah penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan MIK. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui tiga tahapan membaca, yaitu tahap prabaca, saatbaca, dan pascabaca. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan penelitian ini meliputi studi pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Kabupaten Ngawi meningkat setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan MIK dari siklus I hingga siklus III. Peningkatan proses tampak pada setiap siklus. Pada siklus I siswa mencapai kualifikasi kurang, siklus II siswa mulai menunjukkan peningkatan, yaitu mencapai kualifikasi cukup, dan siklus III siswa sudah mencapai kualifikasi baik dan sangat baik. Peningkatan kemampuan membaca siswa dari segi hasil dapat dilihat dari skor LKS dan skor tes formatif pada masing-masing siklus. Berdasarkan analisis hasil LKS dan tes formatif tergambar bahwa siklus I mencapai hasil rata-rata rendah, siklus II mencapai hasil rata-rata sedang, dan siklus III dengan hasil rata-rata yang memuaskan dengan kata lain siswa mengalami peningkatan pada tiap-tiap siklus. Kata kunci: peningkatan, kemampuan, membaca pemahaman, MIK Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, mempertajam kepekaan perasaan, meningkatkan kemampuan berfikir dan bernalar, serta kemampuan memperoleh wawasan. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kompetensi dalam belajar berbahasa adalah keterampilan berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa produktif. Keterampilan berbahasa reseptif berupa keterampilan membaca dan menyimak, sedangkan keterampilan berbahasa produktif berupa keterampilan menulis dan NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 390

2 berbicara (Rofi uddin dan Zuhdi, 2001). Membaca merupakan salah satu kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kompetensi membaca di SD adalah agar siswa mampu membaca lancar beragam teks dan menjelaskan isinya, serta merespon isi dengan kata-katanya sendiri Puskur (2002:5). Membaca pemahaman merupakan proses memahami bacaan, dan menghubungkan gambaran dalam bacaan dengan skemata pembaca untuk memahami informasi secara menyeluruh. Untuk dapat memahami wacana yang dibacanya, siswa harus sudah menguasai sistem tulisan dan dapat memaknai isi yang terkandung dalam teks bacaan, kemudian dapat menginterpretasi menurut pikiran dan pengalaman yang ada (Aminuddin, 1997:104). Warsono dkk. (1998) menyatakan bahwa berdasarkan profil kemampuan membaca di SD secara keseluruhan, skor membaca pemahaman siswa termasuk kategori rendah. Rendahnya skor kemampuan membaca tersebut disebabkan oleh minat membaca yang rendah. Minat baca yang rendah cenderung disebabkan oleh metode yang digunakan guru mengajar tidak tepat, kemampuan siswa, dan sarana yang tersedia di sekolah. Hal ini selaras dengan pendapat Rofi uddin dan Zuhdi (2001:37) bahwa sampai saat ini penguasaan keterampilan baca tulis oleh lulusan SD masih jauh dari harapan. Penyebab rendahnya kemampuan membaca siswa di SD adalah (1) pelaksanaan pembelajaran yang masih konvensional dan tidak adanya inovasi, (2) guru kurang dapat membangkitkan skemata siswa, mengaitkan isi bacaan dengan pengalaman siswa, dan (3) dalam siswa terbiasa bekerja sendiri-sendiri. Guru jarang menyuruh siswa untuk melaksanakan diskusi sesama teman dalam upaya memahami isi bacaan. Pada dasarnya untuk memahami dan menginterpretasi bahan bacaan, siswa tidak hanya melakukan aktivitas membaca secara individual, tetapi diharapkan dapat memahami isi bacaan secara berkelompok (kooperatif). G hazali (2001:96) menyatakan bahwa pembel-ajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa untuk saling memberi informasi, saling mengajari anggota kelompok yang lain yang belum mampu, dan saling menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran secara kooperatif mempu-nyai beberapa tujuan, antara lain meningkatkan partisipasi siswa, memberi pelajaran kepemimpinan, memberi pengalaman dalam membuat keputusan kelompok, memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar dengan siswa lain yang berasal dari latar belakang budaya, jenis kelamin, serta kemampuan yang berbeda. Di samping itu, belajar kooperatif juga membantu menciptakan semangat kelompok dan mendorong siswa untuk saling membantu. Slavin dalam Nur dan Wikandari, (2000:26) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Adapun metode-metode dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari metode STAD (Student Teams Achievement Divisons), TAI ( TeamAssisted Individualization), CIRC (Cooperative Intergrated Reading NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 391

3 ang Composition), Jigsaw, dan Investigasi Kelompok. Untuk mengoptimalkan pemahaman salah satu solusi yang dapat dilaksanakan adalah pembelajaran kooperatif dengan Metode Investigasi Kelompok (MIK). Dengan MIK siswa dapat berbagi informasi dengan teman dalam kelompoknya dan berkesempatan untuk melakukan penyelidikan (investigasi) terhadap bahan bacaan. MIK memiliki tiga ciri utama, yakni (1) penyelidikan (investigasi), (2) pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman, dan (3) dinamika belajar kelompok yang ditandai dengan adanya interaksi untuk saling tukar pengalaman. MIK sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks karena melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi (Nurhadi, 2003:64). Secara umum permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan metode Investigasi Kelompok siswa Kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Secara khusus, masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah peningkatan proses pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi Kelompok Siswa Kelas IV SDN Kabupaten Ngawi? 2) Bagaimanakah peningkatan hasil pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi Kelompok siswa kelas IV SDN Kabupaten Ngawi? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan umum penelitian ini adalah Meningkatnya kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi Kelompok siswa kelas IV SDN Kabupaten Ngawi. Tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan peningkatan proses pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi Kelompok siswa kelas IV SDN Kabupaten Ngawi. 2) Mendeskripsikan peningkatan hasil pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi Kelompok siswa kelas IV SDN Kabupaten Ngawi. Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan pembaca pada umumnya, baik secara teoritis maupun praktis. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk memberikan sumbangan dalam bentuk deskripsi mengenai sebuah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang berguna bagi penggunaan dan pengembangan metode pembelajaran di Sekolah Dasar Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. (1) Bagi Guru NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 392

4 Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam melaksanakan pembelajaran membaca, khususnya membaca pemahaman. Di samping itu guru dapat memperoleh alternatif dalam pemilihan metode belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. (2) Bagi Kepala Sekolah Bagi Kepala Sekolah, metode yang dikembangkan melalui penelitian tindakan ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru dan membina guru dalam mengelola proses pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru menjadi lebih berkualitas. (3) Bagi Peneliti Lain Bagi Peneliti Lain, kegiatan yang dilakukan dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran. (4) Bagi Pengawas, Bagi Pengawas, sebagai sarana untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung, sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien. METODE Investigasi kelompok adalah metode belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Seperti strategi belajar kooperatif lainnya, investigasi kelompok menggunakan atau memanfaatkan bantuan dan kerja sama siswa sebagai alat dasar belajar. Perbedaannya adalah investigasi kelompok mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu objek atau topik khusus. Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif, karena metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Guru yang menggunakan MIK, paling sedikit mempunyai tiga tujuan yang saling berkaitan. Pertama, investigasi kelompok membantu siswa untuk melaksanakan investigasi terhadap suatu topik secara sistematik dan analitik. Hal ini berakibat pada pengembangan keterampilan penemuan dan membantu untuk mencapai tujuan. Kedua, yaitu pemahaman yang mendalam terhadap topik yang diberikan. Ketiga, dalam investigasi kelompok siswa belajar bagaimana bekerja secara kooperatif dalam memecahkan masalah. Belajar untuk bekerjasama merupakan keterampilan yang berharga dalam hidup bermasyarakat. Jadi dalam investigasi kelompok, guru dapat mencapai tiga hal yaitu penemuan, NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 393

5 belajar isi, dan belajar untuk bekerja secara kooperatif. Perencanaan pada MIK melibatkan lima tahap, yaitu (1) menentukan tujuan khusus, (2) merencanakan pengumpulan informasi, (3) membentuk kelompok, (4) mendesain aktivitas kelompok, dan (5) merencanakan aktivitas kelompok secara keseluruhan. Kelima tahapan perencanaan tersebut diuraikan sebagai berikut. Menentukan Tujuan Khusus Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aktivitas dalam investigasi kelompok didesain untuk mencapai tiga tujuan utama, yaitu (a) mengembangkan keterampilan penemuan (inkuiri), (b) memperole h pemahaman yang mendalam terhadap materi, dan (c) mengembangkan keterampilan bekerjasama. Masing-masing tujuan ini mendapat penekanan yang sama. Hal ini karena jika penekanan hanya pada tujuan yang kedua (butir b ), model belajar kooperatif yang lain mungkin lebih efektif. Metode investigasi kelompok adalah paling efektif untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan untuk bekerjasama. Merencanakan Pengumpulan Informasi Pemecahan masalah dan inkuiri tidak terjadi dalam kekosongan informasi. Siswa memerlukan akses terhadap informasi yang dapat digunakan untuk menga-rahkan usaha mereka. Pengumpulan informasi dapat berupa mengoleksi buku-buku teks atau bekerjasama dengan pihak perpustakaan untuk memastikan bahwa sumber-sumber yang dibutuhkan tersedia. Sumber informasi yang lain meliputi buku teks dari kelas atau tingkat lain, buku-buku dari perpustakaan umum, Ensiklopedia atau referensi yang lain, kaset atau rekaman video, dan sumber-sumber berupa manusia, misalnya ahli dan ilmuwan. Untuk mengembangkan keterampilan meneliti, guru dapat memandang pencarian informasi sebagai bagian dari investigasi. Intinya adalah bagaimana siswa mengakses informasi yang mereka miliki sendiri. Membentuk Kelompok Semua model belajar kooperatif mempunyai kelebihan yaitu membantu siswa dengan berbagai latar belakang yang berbeda untuk saling bekerjasama. Metode investigasi kelompok menawarkan kesempatan yang unik kepada siswa untuk saling meningkatkan kerjasama dan bekerja dalam kelompoknya. Investigasi kelompok dalam MIK tidak terlalu terstruktur seperti pada model pembelajaran yang lain. Langkah pertama adalah membentuk kelompok dengan anggota yang beragam. Anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan akademis, status sosial, jenis kelamin, maupun etnis. Mendesain Aktivitas Kelompok Investigasi kelompok membutuhkan tingkat kerja sama yang lebih besar daripada dalam STAD dan Jigsaw. Dalam STAD dan Jigsaw peran siswa sudah ditetapkan dengan baik. Dalam investigasi kelompok, siswa harus bekerjasama dalam membuat keputusan mengenai peran mereka. NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 394

6 Mendesain Aktivitas Kelompok Secara Keseluruhan Perencanaan terakhir adalah mendesain aktivitas untuk memperkenalkan tujuan investigasi kelompok. Aktivitas ini didesain agar siswa mengerti tujuan aktivitas dan bentuk hasil yang diharapkan. Perkenalan juga diperlukan untuk membantu siswa memahami prosedur yang harus diikuti untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Perkenalan dapat berupa menampilkan langkah-langkah penting melalui OHP, diagram, atau papan tulis. Sebagai suatu model belajar kooperatif, investigasi kelompok mempunyai kelemahan yang disebut dengan efek free rider. Efek free rider dapat terjadi dalam belajar kooperatif, jika seorang siswa bekerja keras untuk menyelesaikan tugas kelompok sedangkan siswa yang lain sedang asyik melakukan aktivitas lain yang tidak ditugaskan. Efek free rider dapat diartikan sebagai tindakan membon-ceng oleh siswa terhadap kerja teman sekelompoknya. Untuk menghindari efek ini, dianjurkan dalam satu kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapat tugas yang berbeda. Selain itu pengawasan guru sangat diperlukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tindakan Penelitian Siklus I Evaluasi hasil dilakukan melalui penilaian hasil LKS dan tes formatif siklus I. Berdasarkan hasil analisis LKS, diperoleh hasil bahwa sebagian besar kelompok masih salah dalam menentukan kalimat utama setiap paragraf. Untuk menentukan ide pokok/pokok pikiran setiap paragraf, hampir semua kelompok juga masih mengalami kesulitan. Dalam meringkas isi bacaan pada umumnya setiap kelompok masih mengalami hambatan juga, dan bahkan ada kelompok yang hanya menyalin, mengutip kalimat yang ada dalam bacaan. Adapun hasil masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Skor Masing-masing Kelompok pada Siklus I Kelompok Menjawab Pertanyaan Menentk Kal. Utama Menentukan Pokok Pikiran Meringkas Isi Bacaan I II III IV V VI PENCAP. 85,83 55,56 43,33 28,33 (%) RATA-RATA Jumlah total Skor 52,50 Berdasarkan hasil tersebut, maka kemampuan siswa dalam membaca pemahaman khususnya dalam menjawab pertanyaan bacaan menentukan kalimat utama setiap paragraf, menentukan ide NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 395

7 pokok/pokok pikiran setiap paragraf, serta membuat ringkasan bacaan masih jauh dari harapan. Secara umum disimpulkan bahwa masih diperlukan pengulangan siklus untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran siklus I. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain adalah peningkatan motivasi dan keaktivan siswa dan peningkatan prestasi siswa. Pelaksanaan tindakan perlu diulang dengan mengadakan siklus II. Hasil Tindakan Penelitian Siklus II Evaluasi hasil dilakukan melalui penilaian hasil LKS dan tes formatif siklus II. Berdasarkan hasil analisis LKS, diperoleh hasil bahwa semua kelompok sudah dapat menjawab pertanyaan dengan benar meskipun redaksinya berbeda. Untuk menentukan kalimat utama setiap paragraf, menentukan ide pokok, dan meringkas isi bacaan, secara umum dapat dikatakan prestasi siswa mengalami kemajuan bila dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Adapun hasil LKS masingmasing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut. Tabel 2 Skor Masing-masing Kelompok pada Siklus II Kelompok Menjawab Pertanyaan Menentk Kal. Utama Menentukan Pokok Pikiran Meringkas Isi Bacaan I II III IV V PENCAP 85,83 55,56 43,33 28,33 (%) RATA-RATA Jumlah total Skor 61,67 Berdasarkan kegiatan refleksi terhadap hasil LKS, hasil pengamatan, dan hasil catatan lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kegiatan pembelajaran dari segi guru dan siswa prosesnya telah berjalan dengan baik, namun hasil prestasi siswa masih kurang. Dengan demikian perlu pengulangan siklus untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa khususnya mengenai cara menentukan ide pokok/pokok pikiran, dan membuat ringkasan isi bacaan. Pelaksanaan tindakan perlu diulang dengan mengadakan siklus III. Hasil Tindakan Penelitian Siklus III Evaluasi hasil dilakukan melalui penilaian hasil LKS dan tes formatif siklus III. Berdasarkan hasil analisis LKS, diperoleh hasil bahwa hampir semua kelompok sudah dapat menjawab pertanyaan bacaan dengan baik dan benar. Untuk menentukan NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 396

8 kalimat utama, ide pokok setiap paragraf, dan membuat ringkasan isi bacaan, hampir semua kelompok dapat mengerjakan dengan benar. Adapun hasil LKS masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut. Tabel 3 Skor Masing-masing Kelompok pada Siklus III Kelompok Menjawab Pertanyaan Menentk Kal. Utama Menentukan Pokok Pikiran Meringkas Isi Bacaan I II III IV V Jumlah total Skor PENCAP 96,67 92,22 80,56 83,33 96,67 (%) RATA-RATA 87,83 Berdasarkan kegiatan refleksi terhadap hasil LKS, hasil pengamatan, dan hasil catatan lapangan, diketahui bahwa aktivitas siswa sudah baik. Siswa dari kelompok rendah sudah berani tampil menyajikan laporan, dan petugas dalam kelompok sudah bergiliran dan tidak ada yang merangkap tugas. Dari hasil catatan lapangan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran sudah berlangsung dengan cukup baik dan tidak perlu pengulangan siklus. PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti menyajikan pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori-teori yang menjadi acuannya. Hasil penelitian mengacu pada temuan penelitian dan refleksi tindakan yang telah dipaparkan pada bab IV. Fokus pembahasannya adalah peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan MIK siswa kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Karena metode yang digunakan adalah MIK, maka langkah-langkah pembelajarannya juga difokuskan pada langkahlangkah MIK berdasarkan tahaptahap dalam membaca pemahaman. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada peningkatan proses dan hasil tindakan pembelajaran dengan menggunakan MIK untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa yang meliputi (1) menjawab pertanyaan bacaan, (2) menentukan kalimat utama, (3) menemukan ide pokok setiap paragraf, dan (4) membuat ringkasan isi bacaan. Keempat fokus pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan, yaitu siklus I dengan menggunakan langkahlangkah MIK yang terdiri dari enam tahap yaitu, penentuan materi/topik, pembentukan rencana kerja kelompok, pelaksanaan investigasi, penyiapan laporan hasil investigasi, presentasi laporan, dan evaluasi. NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 397

9 Dengan demikian, pembahasan hasil penelitian ini diuraikan secara terinci sesuai dengan tahap-tahap pemahaman. Tahap-tahap tersebut adalah tahap prabaca, tahap saatbaca, dan tahap pascabaca. Peningkatan Proses Belajar Membaca Pemahaman dengan MIK pada Tahap Prabaca Hasil penelitian menunjukkan, pada tahap prabaca terjadi hambatan baik bagi guru maupun siswa. Kesulitan yang dihadapi guru adalah menggali skemata siswa. Sedangkan kesulitan yang dihadapi oleh siswa adalah perasaan malu dan takut salah dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Kegiatan prabaca ini diakhiri dengan pembagian LKS pada setiap kelompok untuk memulai melakukan kegiatan pembelajaran. Peningkatan Proses Belajar Membaca Pemahaman dengan MIK pada Tahap Saatbaca Berdasarkan temuan penelitian ini, bimbingan guru pada siswa dalam proses membaca dibutuhkan. Siswa harus dibimbing membaca cepat, membaca secara komprehensif, maupun mengemukakan pendapatnya dan mampu mengajukan pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyamartaya (1992:61) bahwa dalam membaca untuk menemukan jawaban, siswa perlu dibimbing membaca cepat karena siswa tersebut dipandu dengan pertanyaanpertanyaan yang harus dicari jawabannya. Peningkatan Proses Belajar Membaca Pemahaman dengan MIK pada Tahap Pascabaca Temuan keberhasilan tindakan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Tindakan yang dicapai guru pada siklus I berada pada kualifikasi sangat baik. Sedangkan tindakan yang dicapai siswa pada siklus I secara komulatif juga pada kualifikasi sangat baik. Peningkatan Hasil Belajar Membaca Pemahaman dengan MIK Peningkatan hasil belajar membaca pemahaman dengan MIK dapat dilihat dari skor LKS dan skor tes formatif pada masing-masing siklus. Berdasarkan analisis hasil LKS terungkap bahwa siklus I memperoleh rata-rata 52,50. Dari hasil LKS tersebut dapat dikatakan bahwa setiap siklus siswa mengalami kemajuan. Siswa mengalami peningkatan yang signifikan. SIMPULAN Simpulan yang diuraikan berkaitan dengan (1) Peningkatan proses belajar membaca pemahaman dengan MIK melalui tahap prabaca, saatbaca, dan pascabaca, dan (2) Peningkatan hasil relajar membaca pemahaman dengan MIK. Kedua tersebut diuraikan sebagai berikut. Peningkatan Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan MIK Melalui Tahap Prabaca, Saatbaca, dan Pascabaca Pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan MIK disimpulkan sebagai berikut. Pertama, kegiatan tahap prabaca. Pada tahap prabaca disimpulkan bahwa (a) pada kegiatan menentukan topik memudahkan siswa dalam mempelajari dan menguasai isi bacaan yang akan dipelajari, dan (b) kegiatan merencanakan investigasi NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 398

10 dari topik yang telah ditentukan membuat siswa lebih cepat untuk mengetahui topik yang dipelajari dalam teks bacaan karena maksud dan tujuan sudah dipahami terlebih dahulu. Kedua, tahap saatbaca. Pada tahap saatbaca disimpulkan bahwa (a) kegiatan membaca untuk menemukan jawaban pertanyaan bacaan melatih siswa membaca lebih cepat sesuai dengan kebutuhan, (b) kegiatan membaca dengan melakukan investigasi terhadap teks bacaan berupa menemukan kalimat utama, menemukan ide pokok setiap paragraf dapat memudahkan siswa untuk membuat ringkasan isi bacaan. Ketiga, kegiatan tahap pascabaca. Pada tahap ini disimpulkan bahwa (a) kegiatan meninjau kembali teks bacaan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi bacaan, dan (b) pemahaman siswa terhadap isi bacaan akan lebih mendalam apabila dapat menyajikan laporan hasil penyelidikan terhadap bacaan dan dilanjutkan dengan kegiatan mengomentari isi bacaan berdasarkan kemampuan dan menggunakan bahasanya sendiri. Peningkatan Hasil Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan MIK Evaluasi pembelajaran membaca pemahaman dengan MIK dapat disimpulkan seperti berikut. Pertama, melalui evaluasi hasil dapat diketahui perkembangan kemajuan belajar siswa pada akhir pembelajaran dalam setiap siklus. Kedua, pelaksanaan evaluasi hasil sangat bermanfaat untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan dengan baik. Ketiga, pelaksanaan tes setiap siklus dengan menggunakan LKS berupa menjawab pertanyaan dengan bentuk soal uraian atau esei, bertujuan untuk melatih siswa berpikir lebih kritis dan bebas untuk mengemukan pendapat pribadinya. Keempat, dengan menggunakan MIK dalam pemahaman dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata tes formatif siswa setiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 52,11, pada siklus II nilai rata-rata siswa 58,74, dan pada siklus III nilai ratarata siswa mencapai 86,04. SARAN Berdasarkan hasil penelitian pemahaman dengan MIK pada siswa kelas IV SDN Kabupaten Ngawi, maka beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1) Bagi sekolah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan MIK dalam pemahaman dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Oleh karena itu, diharapkan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia SD, khusunya di SDN Kabupaten Ngawi agar memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif pemahaman. 2) Bagi guru SD Disarankan kepada guru SD agar mengoptimalkan proses pemahaman melalui NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 399

11 pemanfaatan metode dengan MIK. Dalam hal ini, guru diharapkan mengembangkan perannya sebagai fasilitator, motivator partisipan, pemantau, konselor, dan evaluator dalam pemahaman. 3) Bagi peneliti Bagi peneliti selanjutnya, penelitian tentang pembelajaran membaca pemahaman masih perlu dilaksanakan. Penelitian selanjutnya hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan metode yang lain untuk memperkaya metode pemahaman khusunya di tingkat Sekolah Dasar. 4) Kepada Kepala SD Kepada Kepala SD, disarankan agar senantiasa mendorong dan membina guru binaannya untuk selalu berupaya meningkatkan pemahaman-nya terhadap pemahaman dengan MIK yang mendasarkan pada pendekatan proses membaca serta selalu memantau pelaksanaannya di kelas secara kontinu. Dengan upaya seperti itu, diharapkan pemahaman sebagai suatu proses dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa SD. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Airlangga. Ghazali, A. Syukur Strategi Belajar Kooperatif dalam Belajar Mengajar Kontekstual. Jurnal Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi. Nomor 1,8 Oktober Malang: LP3 UM. Nur, Muhamad & Wikandari Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa. Nurhadi Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannnya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Puskur Kurikulum Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Rofi uddin, A. dan Zuhdi, D Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: UM Press Warsono Profil Kemampuan Membaca Siswa SD di Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Dasar. II (3): Wiriaatmadja Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 400

SUGIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: keterampilan membaca, membaca pemahaman, teknik CIRC

SUGIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: keterampilan membaca, membaca pemahaman, teknik CIRC PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS IV SDN NGRAMBE 3 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI TEKNIK CIRC TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SUGIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran tidak dapat terlepas dari peranan guru dan kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Internet Comunication and Tehnology (ITC) dewasa ini tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan sejalan dengan adanya perubahan dalam sistem

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT UNTUK TEMAN SEBAYA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT UNTUK TEMAN SEBAYA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN MODEL STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT UNTUK TEMAN SEBAYA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR Iskandar SD Negeri Nomor. 005 Tanjungpinang Kota Kota Tanjungpinang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk saling berinteraksi dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

Ramadi, Eva Sarah Program Pendidikan Guru Pra Sekolah dan Dasr Universitas Lambung Mangkurat

Ramadi, Eva Sarah Program Pendidikan Guru Pra Sekolah dan Dasr Universitas Lambung Mangkurat MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RINGKASAN ISI CERITA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY, COOPERATIVE INTEGRATED, READING AND COMPOSITION (CIRC) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA MAN SUKOHARJO SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar

Lebih terperinci

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (Kelas VII Semester

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN TEKNIK SQ3R TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN TEKNIK SQ3R TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN TEKNIK SQ3R TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ijik Efendi Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI METODE KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN Dipresentasikan dalam Lomba Inovasi Pembelajaran yang diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan pada pendidikan di sekolah. Didalam kurikulum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN ABSTRAK

Lebih terperinci

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SD Negeri 01 Rembun Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran membaca merupakan salah satu materi yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Pendidik dituntut mampu menguasai berbagai metode

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Pendidik dituntut mampu menguasai berbagai metode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa (Pendidik) terhadap orang yang belum dewasa (Peserta Didik) untuk mencapai kedewasaannya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam pendidikan mengacu pada perubahan kurikulum yang menuntut guru agar lebih aktif dan inovatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS V SD NEGERI 106146 MULIOREJO MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri 106146 Muliorejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI (Penelitian dan Pengembangan pada Mata Pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : PENERAPAN METODE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah* 1 IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR Oleh Arif Firmansyah* Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN ABSTRAK Secara jujur harus diakui, pembelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan, karena dalam pelaksanaannya pelajaran matematika diberikan di semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan proses belajar mengajar sangatlah penting, terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, April 2016 ISSN 2087-3557 PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA SMA Negeri 1 Ulujami

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD 166492 TEBING TINGGI Usdin Simbolon Surel: usdinsimbolon23@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL MATEMATIKA MATERI SIFAT-SIFAT KESEBANGUNAN DAN SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL MATEMATIKA MATERI SIFAT-SIFAT KESEBANGUNAN DAN SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Dinamika Vol. 3, No. 2, Oktober 2012 ISSN 0854-2172 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL MATEMATIKA MATERI SIFAT-SIFAT KESEBANGUNAN DAN SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SD Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VB SD Negeri 03 Kota Bengkulu. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VB

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA TIAP PARAGRAF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA TIAP PARAGRAF Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA TIAP PARAGRAF Asep Saiful Alfazr 1, Diah Gusrayani

Lebih terperinci

Sumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember

Sumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember PENGGUNAAN METODE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG MENGIDENTIFIKASI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN PADA SISWA KELAS VI SDN DARUNGAN 02 TANGGUL Sumono 38 Abstrak. Penelitian ini diterapkan

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Akhmad Suyono Universitas Islam Riau gerhanabestari@yahoo.com Abstract: This

Lebih terperinci

Multiati¹, Dadan Djuanda², Julia³

Multiati¹, Dadan Djuanda², Julia³ Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN METODE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) DENGAN TEKNIK AWAN KATA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA DALAM MENULIS PUISI BERDASARKAN GAMBAR DENGAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 3 Kalirejo Kudus kurang efektif. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menyampaikan

Lebih terperinci

MENERAMPILKAN SISWA KELAS VII-G SMP NEGERI 18 MALANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SEGIEMPAT MELALUI CIRC DENGAN BANTUAN MEDIA PAPAN SOAL

MENERAMPILKAN SISWA KELAS VII-G SMP NEGERI 18 MALANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SEGIEMPAT MELALUI CIRC DENGAN BANTUAN MEDIA PAPAN SOAL MENERAMPILKAN SISWA KELAS VII-G SMP NEGERI 18 MALANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SEGIEMPAT MELALUI CIRC DENGAN BANTUAN MEDIA PAPAN SOAL Nur Ummah Widyanti *), Hery Susanto **) Universitas Negeri

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu

Lebih terperinci

Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kalimat utama dalam paragraf, STAD

Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kalimat utama dalam paragraf, STAD PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN KALIMAT UTAMA DALAM PARAGRAF PADA SISWA KELAS VIIB SMP 17 AGUSTUS 1945 CLURING MENGGUNAKAN METODE STAD TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sukabumi Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sukabumi Kecamatan 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sukabumi Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung. Alasan menggunakan lokasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kerjasama siswa merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Warsono dan Hariyanto (2012: 163) bahwa kerjasama tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran di sekolah, siswa didorong untuk lebih aktif agar dapat menghubungkan konsep materi yang telah didapatkan dengan konsep yang baru sehingga

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI Fitrianty Munaka 1, Zulkardi 2, Purwoko 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan berdasarkan pada fenomena alam yang ditemui pada kejadian sehari-hari. Sampai saat ini, fisika termasuk salah satu mata pelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO Ira Daniati Universitas Negeri Malang Abstrak Observasi awal diketahui bahwa metode pembelajaran Geografi

Lebih terperinci

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang dikenal

Lebih terperinci

ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 PENEBEL

ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 PENEBEL ISSN 18295282 84 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 PENEBEL Oleh: I Wayan Kariata SMA Negeri I Penebel ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG BIOLOGI DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANAWA Nurmah nurmaharsyad@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam adalah Ilmu yang merupakan terjemahan katakata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani&

BAB III METODE PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani& 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani& Wihardit, 2007:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa. Belajar bahasa pada hakikatnya merupakan belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI AKTIVITAS MEMBACA BERPIKIR TERBIMBING(AMBT) SISWA KELAS II DI SDN GONDOWANGI 01

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI AKTIVITAS MEMBACA BERPIKIR TERBIMBING(AMBT) SISWA KELAS II DI SDN GONDOWANGI 01 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI AKTIVITAS MEMBACA BERPIKIR TERBIMBING(AMBT) SISWA KELAS II DI SDN GONDOWANGI 01 Budi Mulyanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah yang sangat menonjol yang dihadapi oleh pendidikan matematika adalah pada umumnya hasil belajar para siswa yang belum memuaskan. Hal itu disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo Oleh : Siti Mutomimah Guru SMAN Negeri I Jogorogo mutomimah_siti@yahoo.co.id

Lebih terperinci