PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG DISPERSI TAKLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI LILIS SURYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG DISPERSI TAKLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI LILIS SURYANI"

Transkripsi

1 PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG DISPERSI TAKLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI LILIS SURYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya enyaakan bahwa esis Penyelesaian Masalah Gelobang Dispersi Taklinear dengan Menggunakan Meode Hooopi adalah karya saya dengan arahan dari koisi pebibing dan belu diajukan dala benuk apapun kepada perguruan inggi anapun. Suber inforasi yang berasal aau kuipan dari karya yang dierbikan dari penulis lain elah disebukan dala eks dan dicanukan dala Dafar Pusaka di bagian akhir esis ini. Bogor, Juli Lilis Suryani NIM G5597

3 ABSTRACT LILIS SURYANI. Solving Nonlinear Wave Dispersion Probles using Hooopy Mehod. Supervised by JAHARUDDIN and SISWANDI. Many naural phenoena can be presened in aheaical odels, such as he nonlinear Whiha-Broer-Koup (WBK) wave equaion. WBK equaion describes wave propagaion in shallow waers conaining dispersion facor. In his paper, WBK equaion will be solved by using hooopy ehod. Hooopy ehod is an approxiaed analyical ehod, which can be used o obain he soluion of nonlinear probles. The resuls of his sudy indicae ha hooopy ehod is highly efficien o solve he WBK equaion. Errors resuling fro his ehod are very sall, so he soluion obained is very close o is exac soluion. One special case of WBK equaion discussed in his sudy is Boussinesq equaion, which has a wave nuber of. and a frequency of.4. The wave iniially for a single wave, bu hen i breaks ino wo waves, each oving in opposie direcions a equal speed. Keywords: Hooopy ehod, nonlinear wave dispersion, WBK equaion..

4 RINGKASAN LILIS SURYANI. Penyelesaian Masalah Gelobang Dispersi Taklinear dengan Menggunakan Meode Hooopi. Dibibing oleh JAHARUDDIN dan SISWANDI. Salah sau perisiwa ala yang erjadi di danau, sungai, uara dan saudera adalah gerak gelobang. Munculnya gerak gelobang pada perukaan air disebabkan oleh perbedaan rapa assa anara air dan udara. Gerak gelobang yang erjadi dapa juga disebabkan oleh hal lain seperi gerak gelobang sunai yang disebabkan oleh pergerakan lepeng bui aau leusan gunung berapi di bawah lau, sera gerak gelobang pasang yang disebabkan oleh gaya arik benda-benda langi. Kajian aeais engenai gerak gelobang sanga kopleks dan idak dapa diruuskan secara epa. Oleh karena iu, kajian aeais dari fenoena gerak gelobang yang erjadi di ala dilakukan dengan enabahkan beberapa asusi. Salah sau persaaan aeais yang enyaakan perabaan gelobang yang akan diinjau adalah persaaan Whiha-Brour-Kaup (WBK) yang erupakan kobinasi dari dua persaaan, yaiu persaaan Whiha dan persaaan Broer-Koup. Persaaan WBK endeskripsikan perabaan gelobang aklinear pada perairan dangkal yang eua fakor dispersi. Salah sau kasus khusus dari persaaan WBK adalah persaaan Boussinesq. Selain iu, unuk enenukan penyelesaian dari asalah persaaan gelobang aklinear sangalah suli, baik secara analiik aupun secara nuerik, sehingga banyak penelii yang elakukan peneliian unuk enyelesaikan asalah persaaan gelobang aklinear. Salah sau eode pendekaan analiik yang digunakan unuk enyelesaikan asalah gelobang aklinear adalah eode hooopi. Dala peneliian ini, peraa akan diurunkan persaaan gelobang aklinear. Selanjunya, dengan enggunakan relasi dispersi diperoleh persaaan gelobang yang elibakan fakor dipersi. Persaaan gelobang aklinear yang elibakan fakor dispersi yang bersesuaian adalah persaaan WBK. Selanjunya, persaaan WBK akan diselesaikan dengan enggunakan eode hooopi dengan enggunakan dua pendekaan awal yang berbeda. Masing-asing penyelesaian persaaan WBK dengan enggunakan eode hooopi akan dibandingkan dengan dua penyelesaian persaaan WBK dala benuk gelobang berjalan yang bersesuaian. Dala eode ini, erlebih dahulu dikonsruksi suau persaaan hooopi berdasarkan persaaan WBK, keudian diruuskan benuk dari deforasi orde inggi berdasarkan penyelesaian pendekaan awal yang diberikan pada deforasi orde nol. Penyelesaian persaaan WBK dengan enggunakan eode hooopi diperoleh dala benuk dere yang suku-sukunya diperoleh dari deforasi orde nol dan deforasi orde inggi. Penyelesaian dengan eode ini digabarkan dengan banuan sofware Maeaica. Inerpreasi hasil dilakukan berdasarkan orde deforasi dere yang digunakan. Hasil yang diperoleh dala peneliian ini enunjukkan bahwa eode hooopi sanga efisien unuk enyelesaikan persaaan WBK. Gala yang dihasilkan dari eode ini sanga kecil sehingga penyelesaian yang diperoleh dengan eode ini endekai penyelesaian yang sesungguhnya sedangkan gala erkecil diperoleh pada saa paraeer abahan bernilai -. Selain iu, dala

5 peneliian ini dikaji suau kasus khusus dari persaaan WBK yaiu persaaan Boussinesq. Pada persaaan Boussinesq yang dikaji, jika bilangan gelobang sebesar.,aka berdasarkan relasi dispersi diperoleh frekuensi gelobang sebesar.4, sehingga diperoleh kecepaan gelobang sebesar.. Berdasarkan besaranbasaran ersebu, aka gelobang Boussinesq yang diperoleh erupakan gelobang yang awalnya berupa gelobang unggal, eapi seakin laa gelobang erpecah enjadi dua bagian yang asing-asing begerak dala dua arah yang berlawanan yaiu ke kiri dan ke kanan dengan kecepaan yang saa dan apliudo yang idak berubah.

6 Hak Cipa ilik Insiu Peranian Bogor, ahun Hak Cipa dilindungi Undang-Undang. Dilarang enguip sebagian aau seluruh karya ulis ini anpa encanukan aau enyebukan suber. a. Penguipan hanya unuk kepeningan pendidikan, peneliian, penulisan karya iliah, penyusunan laporan, penulisan kriik, aau injauan suau asalah b. Penguipan idak erugikan kepeningan yang wajar Insiu Peranian Bogor. Dilarang enguukan dan eperbanyak sebagian aau seluruh Karya ulis dala benuk apa pun anpa izin Insiu Peranian Bogor.

7 PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG DISPERSI TAKLINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI LILIS SURYANI Tesis sebagai salah sau syara unuk eperoleh gelar Magiser Sains pada Progra Sudi Maeaika Terapan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

8 Penguji Luar Koisi pada Ujian Tesis: Dr. Toni Bakhiar, M.Sc.

9 Judul Tesis : Penyelesaian Masalah Gelobang Dispersi Taklinear dengan Menggunakan Meode Hooopi Naa : Lilis Suryani NIM : G5597 Diseujui Koisi Pebibing Dr. Jaharuddin, M.S. Keua Drs. Siswandi, M.Si. Anggoa Dikeahui Keua Progra Sudi Maeaika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjakan kepada Allah SWT aas segala karunia- Nya sehingga karya iliah ini dapa diselesaikan. Tea yang dipilih dala peneliian yang dilaksanakan sejak bulan Nopeber ini adalah gelobang perukaan, dengan judul Penyelesaian Masalah Gelobang Dispersi Taklinear dengan Menggunakan Meode Hooopi. Teria kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Jaharuddin, M.S. dan Bapak Drs. Siswandi, M.Si. asing-asing selaku keua dan anggoa Koisi Pebibing, sera bapak Dr. Toni Bakhiar, M.Sc. selaku penguji luar Koisi dan selaku Dosen Progra Sudi Maeaika Terapan yang elah banyak eberikan saran. Ucapan eria kasih juga penulis sapaikan pada Keenrian Agaa Republik Indonesia yang elah eberikan beasiswa, dan ungkapan eria kasih juga disapaikan kepada Suai David Ryan, S.Pd.I dan buah haiku Zakiyyah Hibaullah sera seluruh keluarga, aas segala doa dan kasih sayangnya. Seoga karya iliah ini beranfaa. Bogor, Juli LILIS SURYANI

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Curup Bengkulu pada anggal 7 Mei 979 dari bapak Abdul Rozak (Al) dan ibu Asara Juia. Penulis erupakan puri kelia dari ena bersaudara. Tahun 997 penulis lulus dari SMU Negeri Curup, Bengkulu dan pada ahun yang saa enepuh pendidikan sarjana di Progra Sudi Pendidikan Maeaika, Fakulas Keguruan dan Ilu Pendidikan, Universias Bengkulu, lulus pada ahun. Tahun penulis enjadi saf pengajar di Madrasah Aliyah Negeri Curup, ahun 5 enjadi guru MTs Negeri Padang Ulak Tanding dan pada ahun 7 penulis dipindah ugaskan sebagai saf pengajar di Mandrasah Aliyah Negeri Curup. Pada ahun 9, penulis dieria di Progra Sudi Maeaika Terapan pada Sekolah Pascasarjana Insiu Peranian Bogor elalui jalur Beasiswa Uusan Daerah Keenerian Agaa Republik Indonesia.

12 DAFTAR ISI H Halaan DAFTAR GAMBAR.. xiii DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN.... Laar Belakang.... Tujuan Peneliian..... Meode Peneliian.4. Siseaika Penulisan.. II LANDASAN TEORI..... Persaaan Dasar Fluida.... Penyelesaia Persaaan WBK dala Benuk Gelobang Berjalan... Meode Hooopi... III PEMBAHASAN DAN HASIL.... Analisis Meode. Aplikasi Meode IV KESIMPULAN DAN SARAN. DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... xiv xv

13 DAFTAR GAMBAR Halaan. Fluks assa yang keluar - asuk pada eleen luas.... Benuk gelobang Boussinesq..... Kecepaan arus dari persaaan Boussinesq

14 DAFTAR TABEL Halaan. Tabel gala aara penyelesaian dengan enggunakan eode hooopi dan penyelesaian eksak.... Tabel gala anara penyelesaian dengan eode hooopi dan penyelesaian gelobang berjalan dari nilai.. Tabel gala anara penyelesaian dengan eode hooopi dan penyelesaian gelobang berjalan dari nilai u.. Tabel gala anara penyelesaian dengan eode hooopi dan penyelesaian gelobang berjalan pada persaaan (.7)

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaan. Lapiran.. a. Penurunan persaaan (.).. b. Penurunan Persaaan (.8) dan persaaan (.9)... c. Penyelesaian nilai awal (.46). Lapiran.. a. Penurunan persaaan (.).. b. Penurunan persaaan (.8).. c. Penurunan persaaan (.) dan persaaan (.)

16 I PENDAHULUAN. Laar Belakang Salah sau perisiwa ala yang erjadi di sungai, danau, uara dan lauan adalah gerak gelobang. Munculnya gerak gelobang pada perukaan air disebabkan oleh perbedaan rapa assa anara air dan udara. Gerak gelobang yang erjadi dapa juga disebabkan oleh hal lain seperi gerak gelobang sunai yang disebabkan oleh pergerakan lepeng bui aau leusan gunung berapi di bawah lau, sera gerak gelobang pasang yang disebabkan oleh gaya arik benda-benda langi. Selain uncul di perukaan lau, gerak gelobang juga uncul di bawah perukaan air lau. Gelobang yang uncul di bawah perukaan air lau disebu gelobang inernal. Keberadaan gelobang ini idak dapa diliha secara kasa aa, naun dapa dideeksi elalui pola gelap dan erang yang uncul di perukaan lau yang napak pada foo saeli. Kajian aeais engenai gerak gelobang sanga kopleks dan idak dapa diruuskan secara epa. Oleh karena iu, kajian aeais dari fenoena gelobang yang erjadi di ala dilakukan dengan enabahkan beberapa asusi. Selain iu, unuk enenukan penyelesaian dari asalah persaaan gelobang sangalah suli, baik secara analiik aupun secara nuerik. Banyak penelii yang erarik unuk encari penyelesaian asalah persaaan gelobang dengan berbagai eode yang dierapkan pada beberapa jenis dari persaaan gelobang. Salah sau persaaan aeais yang enyaakan perabaan gelobang yang akan diinjau adalah persaaan Whiha-Brour-Kaup (WBK) yang erupakan kobinasi dari dua persaaan, yaiu persaaan Whiha dan persaaan Broer-Koup. Persaaan WBK endeskripsikan perabaan gelobang aklinear pada perairan dangkal yang eua fakor dispersi dan salah sau kasus khusus dari persaaan WBK adalah persaaan Boussinesq. Beberapa penelii elah engkaji perabaan gelobang baik di perairan yang cukup dala aupun di perairan dangkal dengan beberapa eode. Guiqiong dan Zhibin [] elah enenukan penyelesaian dari persaaan WBK dala benuk gelobang berjalan. Rhasidi [-] dan Ganji, e al. [4] elah

17 enenukan penyelesaian persaaan WBK dala benuk gelobang berjalan asing-asing dengan enggunakan Hooopy Analysis Mehod (HAM), Differenial Transfor Mehod (DTM) dan Hooopy Perurbaion Mehod (HPM). Mainfar, e a.l [5] enggunakan Variaional Ieraion Mehod (VIM) unuk enenukan penyelesaian persaaan WBK yang idak perlu berupa gelobang berjalan. Dala peneliian ini, persaaan WBK yang idak perlu berupa gelobang berjalan akan diselesaikan dengan enggunakan eode hooopi. Meode Hooopi dikebangkan oleh Liao pada ahun 99. Meode Hooopi adalah suau eode pendekaan analiik unuk enyelesaikan asalah ak linear [6]. Dala peneliian ini, air lau dianggap sebagai suau fluida ideal, yaiu fluida yang akapa (incopressible) dan akkenal (inviscid). Doain fluida diisalkan hanya berdiensi dua, eskipun kenyaaannya berdiensi iga.. Tujuan Peneliian Berdasarkan laar belakang di aas, ujuan dari peneliian ini adalah: Menurunkan persaaan gerak unuk perabaan gelobang dispersi aklinear. Menggunakan eode hooopi unuk enghapiri penyelesaian odel aeais yang elah diperoleh. Meberikan penafsiran erhadap gerak gelobang unuk kasus gelobang Boussinesq.. Meodologi Peneliian Dala Peneliian ini akan dibahas persaaan gerak gelobang perukaan pada perairan dangkal yang erupakan persaaan Whiha-Brour- Koup (WBK). Persaaan WBK erupakan kobinasi dari dua persaaan, yaiu persaaan Whiha dan persaaan Broer-Koup. Persaaan WBK endeskripsikan perabaan gelobang perukaan yang aklinear dan dispersif pada perairan dangkal. Persaaan WBK eua benuk aklinear, sehingga suli diselesaikan baik secara analiik aupun secara nuerik. Dala peneliian ini

18 diusulkan suau eode pernyelesaian persaaan WBK yang disebu eode hooopi. Dala eode hooopi unuk enyelesaikan persaaan WBK diperlukan suau fungsi real yang disebu hooopi, yang erdefinisi pada,, dengan adalah doain dari penyelesaian persaaan WBK. Dala fungsi hooopi ini dilibakan suau paraeer q dala,. Keberhasilan eode hooopi ini dipengaruhi oleh peilihan fungsi hooopi dan paraeer q pada,. Perubahan nilai q dari nol ke sau akan enenukan keberhasilan eode ini. Selanjunya diberikan suau penyelesaian pendekaan awal dari persaaan WBK, yang disebu deforasi orde nol. Dala deforasi orde nol akan uncul suau besaran baru yang akan dienukan dala deforasi orde yang lebih inggi. Dala deforasi orde yang lebih inggi diperlukan suau paraeer yang harus dipilih. Peilihan paraeer ini sanga epengaruhi validias dari eode hooopi ini. Dala hal ini doain penyelesaian persaaan WBK dengan eode hooopi akan endekai doain penyelesaian eksaknya..4 Siseaika Penulisan Karya iliah ini erdiri dari epa bab. Bab peraa erupakan pendahuluan yang berisi laar belakang, ujuan peneliian, eodologi peneliian, dan siseaika penulisan. Bab kedua berupa landasan eori yang berisi persaaan dasar fluida, penyelesaian persaaan WBK dala benuk gelobang berjalan dan konsep dari eode hooopi yang akan digunakan unuk enyelesaikan persaaan WBK. Bab keiga berupa hasil dan pebahasan yang berisi analisis eode hooopi yang akan digunakan unuk enyelesaikan persaaan WBK dan aplikasinya. Bab keepa berisi kesipulan dan saran.

19 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8]. Penyelesaian gelobang berjalan persaaan WBK yang disarikan dari Xie, e a.l [9] dan konsep eode hooopi berdasarkan rujukan Liao [6].. Persaaan Dasar Fluida Secara uu fluida dikenal eiliki kecenderungan unuk bergerak aau engalir. Dala penurunan persaaan dasar fluida diperlukan asusi bahwa air dianggap sebagai fluida akapa (incopressible), akberoasi (irroaional) dan akkenal (inviscid). Unuk enurunkan persaaan dasar fluida diperlukan huku kekekalan assa dan huku kekekalan oenu. Huku kekekalan assa pada suau sise enyaakan laju perubahan assa, yaiu selisih anara assa yang asuk dengan assa yang keluar pada sise ersebu. Huku kekekalan oenu pada suau sise enyaakan laju perubahan oenu, yaiu oenu yang asuk dan yang keluar diabah gaya-gaya yang bekerja pada sise ersebu. Gabar.. Fluks assa yang keluar - asuk pada eleen luas Unuk endapakan persaaan koninuias, aka perhaikan Gabar.. Jika rapa assa dan kecepaan parikel pada arah horizonal u, aka fluks

20 5 assa yang asuk dari sisi kiri dengan keinggian ( h ) adalah uh ( ), dengan sipangan gelobang dan h kedalaan air. Fluks assa yang keluar dari sisi kanan adalah uh ( ) dievaluasi di x x. Jika uraian Taylor digunakan, aka diperoleh u ( h ) u ( h ) u ( h ). xx x Jadi fluks assa yang keluar dari sisi kanan adalah u( h ) ( u( h )) x. x Pada sisi aas, kecepaan perukaan erupakan kecepaan parikel di perukaan, yaiu, sehingga fluks assanya adalah x. Karena diasusikan fluida berupa fluida akapa (incopressible), aka julah fluks assa yang asuk dikurangi dengan fluks assa yang keluar saa dengan nol, sehingga aau aau u( h ) u( h ) ( u( h )) x x uh ( ) x x x uh ( ) x x, x Jika persaaan (.) dibagi dengan x, aka diperoleh aau uh ( ) x Jika peranan h u h u. x x digani dengan, aka diperoleh (.) u u. x x (.)

21 6 Selanjunya diasusikan doain fluida dibaasi oleh dasar raa. Jadi kecepaan aliran fluida idak berganung pada kedalaan fluida, sehingga kecepaan parikel pada arah verikal dianggap sanga kecil. Berdasarkan huku kekekalan oenu pada arah verikal diperoleh persaaan beriku: v v v p u v g. (.) x y y dengan u adalah kecepaan parikel dala arah horizonal dan v adalah kecepaan parikel pada arah verikal, p ekanan fluida dan g gaya graviasi. Jika percepaan fluida pada arah verikal diabaikan, aka persaaan (.) enjadi p g y aau p g. (.4) y Jika persaaan (.4) diinegralkan erhadap y, aka diperoleh p p g y (.5). Selanjunya berdasarkan huku kekekalan oenu pada arah horizonal diperoleh u u u u v p. (.6) x y x Jika urunan oal dari u adalah Du u u u v u, D x y aka persaaan (.6) dapa diulis Du p. (.7) D x Karena u u( x, ), aka persaaan (.6) enjadi u u p u. x x Jika persaaan (.5) diurunkan erhadap x, aka diperoleh (.8)

22 7 p g x x sehingga persaaan (.8) enjadi u u u, x x dan diasusikan g. (.9) Persaaan (.) dan (.9) adalah persaaan gelobang aklinear yang engabaikan fakor dispersi. Selanjunya akan diinjau gelobang dengan relasi dispersi yang diberikan sebagai beriku: k 4 (.) dengan frekuensi gelobang, k bilangan gelobang sera dan suau konsana. Gelobang yang diperoleh eiliki sifa dispersi, yaiu kecepaan gelobang c berganung kepada bilangan gelobang k yang diruuskan sebagai beriku: c. (.) k Apabila diabil dan, aka relasi dispersi yang diperoleh erupakan relasi dispersi bagi persaaan Boussinesq. Sedangkan apabila dan, relasi dispersi yang diperoleh erupakan relasi dispersi bagi persaaan gelobang panjang [9]. Persaaan Boussinesq adalah suau persaaan gerak gelobang yang eraba dala dua arah. Relasi dispersi yang diberikan pada persaaan (.) dapa diulis i ( ik) ik ( ik) i ( ik). (.) Jika k berkorespondensi dengan i dan berkorespondensi dengan i, x aka relasi dispersi pada persaaan (.) berkorespondensi dengan persaaan beriku xx u x xx aau

23 8 u u x xx u. xxx xx (.) Penurunan persaaan (.) diberikan pada Lapiran a. Persaaan (.) erupakan persaaan gelobang yang elibakan fakor dispersi. Dengan deikian persaaan gelobang aklinear dan bersifa dispersi diberikan sebagai beriku: u u u u x x x (.4) u u u, x x x x dengan adalah sipangan gelobang yang diukur dari dasar fluida. Persaaan (.4) disebu persaaan Whiha-Broer-Koup (WBK). Berdasarkan Xie, e al. [9] diperoleh penjelasan engenai penyelesaian persaaan WBK dala benuk gelobang berjalan seperi yang akan dibahas pada bagian selanjunya. Selain iu, persaaan WBK akan diselesaikan dengan eode hooopi dan ebandingkan kedua hasil yang diperoleh.. Penyelesaian persaaan WBK dala benuk gelobang berjalan Misalkan penyelesaian persaaan (.4), dinyaakan dala benuk gelobang berjalan beriku: u( x, ) ( ), ( x, ) ( ), (.5) dengan k( x x ), dan x adalah konsana sebarang. Jika persaaan (.5) disubsiusikan ke dala persaaan (.4), aka diperoleh k k k k, k k k k. Jika persaaan di aas dibagi dengan k, aka diperoleh

24 9 k, k k. (.6) Dengan enggunakan eode koefisien peubah, isalkan penyelesaian persaaan (.6) eiliki benuk beriku: ( ) b acosh bsinh, ( ) B A cosh B sinh A cosh sinh B sinh, (.7) dengan b, b, B, A, B, A, B akan dienukan, sedangkan berganung pada dan eenuhi diperoleh sinh. Jika persaaan (.7) disubsiusikan ke dala persaaan (.6), aka A ab b k b b B b ab A a a b B a k sinh cosh sinh sinh cosh sinh A ab bk sinh b A ba ab B k A sinh aa bb b B b k A k B cosh sinh b A ab ba ab 4ak 4B k A sinh aa b B bb A k B cosh sinh b A ab ba B k A sinh aa bb 6bk 6A k cosh sinh ba ab ba ab 6a k 6B k sinh 4 (.8) (.9) Karena sinh, dan cosh unuk seiap, aka dari persaaan (.8) dan (.9) diperoleh sise persaaan beriku:

25 A ab bk b b B b ab A a a b B ak A ab b k b A ba ab B k A aa bb b B b k A k B b A ab ba ab 4ak 4B k A aa b B bb A k B b A ab ba B k A aa bb 6bk 6A k ba ab ba ab 6ak 6B k. (.) Penurunan persaaan (.8) dan (.9) dapa diliha pada Lapiran b. Dengan enggunakan banuan sofware Maheaica diperoleh dua kasus penyelesaian dari persaaan (.). Kasus peraa diperoleh penyelesaian sebagai beriku: B B A A b, b B a k.5.5 k, sedangkan kasus kedua diperoleh penyelesaian sebagai beriku: B B A, b, a k b a,.5 a b( a k ), B a( a k )., (.) (.) Dengan deikian penyelesaian persaaan (.6) berdasarkan kasus peraa, diperoleh: k.5 cosh k.5 sinh dan berdasarkan kasus kedua, diperoleh: (.)

26 k cosh k.5 k cosh.5.5 sinh sinh.5 k sinh (.4) d Karena sinh, aka diperoleh d sinh csch, dan cosh coh. (.5) Selanjunya dengan enggunakan persaaan (.5), (.), (.4) dan (.5), sera k, aka persaaan (.) berbenuk u x k k x x.5 (, ) ( ) coh[ ( ) )],.5 ( x, ) k ( ( ) )csch [ k( x x) )], (.6) dan persaaan (.4) berbenuk csch [ k( x x ) ]..5.5 u( x, ) k coh[ k( x x ) ] k csch[ k( x x ) ] x, k coh[ k( x x ) ] csch[ k( x x ) ] k.5.5 (.7) Persaaan (.6) dan (.7) erupakan penyelesaian gelobang berjalan unuk persaaan WBK. Persaaan (.6) dan (.7) adalah persaaan yang akan digunakan sebagai pebanding dengan penyelesaian persaaan WBK dengan enggunakan eode hooopi. Konsep dasar eode hooopi akan diberikan pada bagian beriku.. Meode Hooopi Beriku ini diberikan ilusrasi dari konsep eode hooopi. Misalkan diberikan persaaan diferensial beriku: v( ), (.8)

27 dengan operaor urunan, variabel bebas dan v fungsi yang akan dienukan. Selanjunya didefinisikan pula suau operaor linear eenuhi yang f, bila f. (.9) Misalkan v () erupakan pendekaan awal dari penyelesaian persaaan (.8) q suau paraeer. Didefinisikan fungsi real q ; :Ω, dan [,] dan suau fungsi H sebagai beriku : dengan ; H q q v q suau fungsi sebarang. R, (.) Berdasarkan persaaan (.), unuk q dan q asing-asing eberikan persaaan beriku: dan H ; ; [ ; v ] H ( ;); ;. (.) Menuru persaaan (.8), (.9) dan (.) diperoleh bahwa fungsi ( ;) v ( ) dan ( ;) v( ) asing-asing erupakan penyelesaian dari persaaan H[ ( ;);] dan H[ ( ;);]. Selanjunya, isalkan fungsi ( q, ) penyelesaian dari persaaan aau H[ ; q] q v q. (.) Selanjunya, penurunan kali persaaan (.) erhadap q, dengan q dan dibagi! akan diperoleh benuk persaaan orde ke- beriku: diana [ x( ) x ( )] R ( v) (.) [ ( q ; )] R ( v) ( )! q q (.4)

28 dan,., Dengan enggunakan dere Taylor, ( q, ) dapa diuraikan enjadi (.5) diana ( ; q) v ( ) v ( ) q, (.6) ( q ; ) v ( ).! q q (.7) Jika persaaan (.7) dengan q, aka diperoleh v( ) v ( ) v ( ) q, (.8) dengan v () adalah pendekaan penyelesaian awal dan v () diperoleh dari penyelesaian persaaan (.). nilai H[ ; q] deforasi. Dengan deikian peningkaan nilai q dari ke enyaakan perubahan dari v [ ] ke. Dala opologi hal ini disebu dengan Selanjunya, unuk lebih eahai eode ini, isalkan diberikan suau asalah nilai awal beriku: d x ( ) 4 y ( ) e 4 4, d d y ( ) x ( ) e, d dengan syara awal x() dan y(). Penyelesaian eksak dari asalah nilai awal ersebu adalah x e e ( ), y e ( ). (.9) (.4) Beriku ini akan dicari penyelesaian persaaan (.9) dengan enggunakan eode hooopi. Unuk iu, isalkan operaor aklinear diberikan sebagai beriku:

29 4 ( q ; ) [ ( ; q), ( ; q)] ( ; q) e 4, ( q ; ) [ ( ; q), ( ; q)] ( ; q) e, dan operor linear diberikan sebagai beriku: ( q ; ) [ ( q ; )], ( q ; ) dan [ ( q ; )]. Selanjunya x () dan y () diperoleh dari persaaan beriku: (.4) (.4) diana x( ) x ( ) x ( ) q, y( ) y ( ) y ( ) q, x ()! y ( q ; ) q ( q ; ) q ( ).! q q (.4) (.44) Keudian x () dan y () diperoleh dengan enggunakan persaaan beriku: [ ( ; q), ( ; q)] x ( ) x ( ) d, ( )! q q [ ( ; q), ( ; q)] y( ) y ( ) d. ( )! q q (.45) Dengan diberikan pada persaaan (.5), yang berganung pada nilai awal x () dan y(). Misalkan penyelesaian pendekaan awal x (), aka enuru persaaan (.45) diperoleh x e 4 ( ) 5, dan y ( ), dan 4 x( ) e e 5 6,

30 5 y( ) e, y( ) e 8 8e 9 4 deikian seerusnya hingga diperoleh serangkaian penyelesaian x, x, x, x,... dan y, y, y, y,... Jika dipilih, aka penyelesaian asalah nilai awal (.9) dengan eode hooopi adalah: x( ) 9 9e y( ) e Penurunan persaaan (.46) diberikan pada lapiran c. Beriku ini akan digunakan, (.46) banuan sofware Maheaicha unuk enggabarkan hapiran penyelesaian asalah nilai awal dengan enggunakan eode hooopi pada persaaan (.9) hingga orde ke- dan dibandingkan dengan penyelesaian pada persaaan (.). Jika paraeer abahan yang dipilih adalah, aka akan eberikan gala yang sanga kecil jika dibandingkan dengan penyelesaian pada persaaan (.), seperi diunjukkan pada Tabel.. Pada Tabel. erliha bahwa seakin inggi orde yang digunakan aka akan seakin endekai penyelesaian eksak dan daerah kekonvergenan akan seakin berabah. Penabahan daerah kekonvergenan juga berganung pada paraeer dan nilai pendekaan penyelesaian awal x () dan y ( ).

31 6 Tabel. Gala anara penyelesaian hooopi dan secara eksak x() y() dengan enggunakan eode Orde Orde 5 Orde Orde Orde 5 Orde

32 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Meode Dala peneliian ini akan digunakan eode hooopi unuk enyelesaikan persaaan Whiha-Broer-Koup (WBK), yaiu persaaan gerak bagi perabaan gelobang pada perairan dangkal yang benuknya berupa sise persaaan diferensial aklinear. Perluasan konsep dasar eode hooopi yang elah diuraikan pada landasan eori dilakukan sebagai beriku. Tinjau sise persaaan beriku: [ u( x, ), ( x, )] [ u( x, ), ( x, )] (.) dengan dan operaor urunan yang benuknya aklinear, sedangkan fungsi u dan erupakan fungsi yang eenuhi persaaan (.) yang akan dienukan. Selanjunya didefinisikan fungsi real ( x,, q) dan ( x,, q) dan suau fungsi H dan H sebagai beriku: H [, ; q] ( q) [ ( x,, q) u ( x, )] q [ ( x,, q), ( x,, q)] H [, ; q] ( q) [ ( x,, q) ( x, )] q [ ( x,, q), ( x,, q)], (.) dengan dan suau operaor linear dan u dan asing-asing fungsi pendekaan awal dari penyelesaian persaaan (.). Berdasarkan persaaan (.) unuk q ebenuk persaaan beriku: H [, ;] [ ( x,,) u ( x, )] H [, ;] [ ( x,,) ( x, )], dan unuk q eberikan H [, ;] [ ( x,,), ( x,,)] H [, ;] [ ( x,,), ( x,,) ]. Berdasarkan persaaan (.) diperoleh bahwa fungsi ( x,,) u ( x, ) (.) (.4) dan ( x,,) ( x, ),

33 8 asing-asing erupakan penyelesaian dari persaaan H [, ;], H [, ;]. Selain iu, berdasarkan persaaan (.) dan (.4) diperoleh fungsi dan ( x,,) u( x, ) ( x,,) ( x, ), yang asing-asing erupakan penyelesaian dari persaaan H [, ;], H [, ;]. Selanjunya, karena paraeer q bernilai dari sapai, aka ( x, ; q) dan ( x, ; q) asing-asing akan eeakan pendekaan awal u ( x, ) ke penyelesaian eksak u( x, ) dan eeakan pendekaan awal ( x, ) ke penyelesaian eksak ( x, ). Dengan enggunakan dere Taylor dari ( x, ; q) dan ( x, ; q) erhadap q, diperoleh dengan ( x, ; q) u ( x, ) u ( x, ) q, ( x, ; q) ( x, ) ( x, ) q, u ( x, ; q) ( x, ),! q q ( x, ; q) ( x, ).! q q (.5) (.6) Jadi unuk q diperoleh ( x,,) u ( x, ) u ( x, ). (.7) Karena ( x,,) u ( x, ), aka u( x, ) u ( x, ) u ( x, ). (.8) Hal yang saa diperoleh

34 9 ( x,,) ( x, ) ( x, ). (.9) Karena ( x,,) ( x, ), aka ( x, ) ( x, ) ( x, ). (.) Selanjunya akan dienukan Berdasarkan deforasi orde nol diperoleh u dan,,,... beriku ini. ( q) [ ( x, ; q) u ( x, )] q [ ( x, ; q), ( x, ; q)] ( q) [ ( x, ; q) ( x, )] q [ ( x, ; q), ( x, ; q)]. (.) Jika kedua ruas dari persaaan (.) diurunkan erhadap q hingga kali, keudian engevaluasi di q dan dibagi!, aka diperoleh benuk persaaan beriku: dengan dan R R [ u ( x, ) u ( x, )] R [ u ( x, ), ( x, )], [ ( x, ) ( x, )] R [ u ( x, ), ( x, )],, ( u, ), ( u, ),,., ( )! ( x, ; q), ( x, ; q) ( )! q ( x, ; q), ( x, ; q) Berdasarkan persaaan (.) dapa dienukan u dan,,,... q Penurunan persaaan (.) diberikan pada Lapiran a. q, q, (.) Secara ringkas penggunaan eode hooopi unuk enyelesaikan sise persaaan diferensial (.) dilakukan sebagai beriku:. Misalkan diberikan pendekaan awal dari penyelesaian sise persaaan diferensial (.) asing-asing u ( x, ) dan ( x, ).. Tenukan u( x, ) dan ( x, ),,,... berdasarkan persaaan (.) dengan dan dipilih sebarang. Peilihan dan dapa epengaruhi perluasan selang kekonvergenan dari dere (.8) dan (.).

35 . Penyelesaian pendekaan dengan eode hooopi dienukan berdasarkan dere (.8) dan (.). Unuk lebih jelasnya, aka bagian selanjunya akan dibahas aplikasi dari eode hooopi unuk enyelesaikan persaaan WBK.. Aplikasi Meode Tinjau persaaan WBK (.4) beriku: u u u u x x x u u u, x x x x Operaor urunan aklinear yang dipilih adalah (.) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) x x x ( x, ; q) [ ( x, ; q) ( x, ; q)] ( x, ; q) ( x, ; q) x x x (.4) [ ( x, ; q), ( x, ; q)] ( x, ; q) [ ( x, ; q), ( x, ; q)] dan operaor linear ( x, ; q) [ ( x, ; q)], ( x, ; q) [ ( x, ; q)]. (.5) Selanjunya dipilih pendekaan penyelesaian awal berdasarkan pada penyelesaian gelobang berjalan dari persaaan WBK dala dua kasus, yaiu kasus peraa dipilih pendekaan awal berdasarkan pada penyelesaian pada persaaan (.6) aka diperoleh persaaan beriku u ( x, ) u( x,) k( ) coh[ k( x x )],.5 ( x, ) ( x,) k ( ( ) )csch [ k( x x )],.5 (.6) sedangkan unuk kasus kedua akan dipilih pendekaan awal berdasarkan penyelesaian pada persaaan (.7) beriku u ( x, ) k coh[ k( x x )] k csch[ k( x x )] x, k coh[ k( x x )]csch[ k( x x )].5 k csch [ k( x x )]. (.7)

36 Berdasarkan definisi operaor dan pada persaaan (.4) diperoleh benuk R, ( u, ) sebagai beriku: R ( u, ) yang diberikan pada persaaan (.) dan, u ( x, ) u ( x, ) ( x, ) R u u x x x n, (, ) n(, ) n u ( x, ), x ( x, ) u ( x, ) R, ( u, ) un( x, ) n ( x, ) x n x ( x, ), x Penurunan persaaan (.8) dapa diliha pada Lapiran b. Berdasarkan persaaan (.) dan definisi operaor dan, diperoleh aau u ( x, ) u ( x, ) R, R u u,,,,,,, u ( x, ) u R u, d, ( x, ) R u, d, dengan u ( u, u,..., u) dan (,,..., ). Karena u( x,) dan ( x,), aka diperoleh (.8) (.9) (.) u ( x, ) u ( x, ) R u, ds, ( x, ) ( x, ) R u, ds., (.) Unuk penyederhanaan, aka dipilih, sehingga dari persaaan (.6), (.8) dan (.) diperoleh:.5 csc u ( x,) k h k x x,

37 .5 csch.5 ch cosh k( x x) sinh k( x x), ( x, ) 4 k coh k x x k x x, u (, ) cs ( ) x k k x x k ( ) k( x).5 4 ( x, ) k ( ) csch k( x x ) k cosh k x x h sinh x, u ( x, ) csch ( ) 4 k k x x k 6 k cosh k( x x) 6 k sinh k( x x),.5 4 ( ) ( ) ( x, ) csch.5 5 k k x x h k coshk( x x ) 6 k cosh k( x x) k sinhk x x k x x 6 ( ) sinh ( ), sedangkan dari persaaan (.7), (.8) dan (.) diperoleh:.5 (, ) hk u x cosh[ k( x x) ]).5 4 (, ) sec x hk h k( x x) 4 sin h [ k( x x) ] (.).5 u( x, ) hk ( ) sech [ k( x x)] 4 ( h) hk anh k( x x)

38 sech h ( x, ) hk ( k( x x) 4hk ( k(4 4 (4 hk sech k( x x) k 6 6 ( 6 Penurunan persaaan (.) dan (.) dapa diliha dala Lapiran c. abahan.5. (.) Barisan penyelesaian pada persaaan (.) asih eua paraeer. Validias dari eode hooopi didasarkan pada peilihan sehingga dere (.8) dan (.) konvergen [6]. Selanjunya dengan enggunakan persaaan (.8) dan (.) diperoleh pendekaan penyelesaian eksak dari persaaan WBK sebagai beriku: u( x, ) u ( x, ) u ( x, ) u ( x, ) u ( x, )... ( x, ) ( x, ) ( x, ) ( x, ) ( x, )... (.4) dengan u ( x, ) dan ( x, ) pada persaaan (.6), dan u ( x, ), ( x, ), ( i,,) diberikan pada persaaan (.). Beriku ini akan digunakan banuan sofware Maheaica unuk enggabarkan hapiran penyelesaian persaaan WBK (.) dengan enggunakan eode hooopi pada persaaan (.) hingga orde ke-5, dan dibandingkan dengan penyelesaian pada persaaan (.6). Jika diberikan paraeer x, k. dan.5, aka unuk peilihan yang berbeda-beda eberikan gala yang sanga kecil anara penyelesaian dengan enggunakan eode hooopi dibandingkan dengan penyelesaian pada persaaan (.4), seperi diunjukkan pada Tabel. dengan dan. i i

39 4 x Tabel. Gala anara penyelesaian dengan eode hooopi dan penyelesaian gelobang berjalan dari nilai x Tabel. Gala anara penyelesaian dengan eode hooopi dan penyelesaian gelobang berjalan dari nilai u Selanjunya akan digabarkan hapiran penyelesaian persaaan WBK (.) dengan enggunakan eode hooopi pada persaaan (.) hingga orde ke-5, dan dibandingkan dengan penyelesaian pada persaaan (.6). Jika diberikan paraeer x, k. dan.4, aka unuk peilihan akan eberikan gala yang sanga kecil anara penyelesaian dengan enggunakan eode hooopi dibandingkan dengan penyelesaian pada persaaan (.6), seperi diunjukkan pada Tabel. dengan dan.

40 5 Tabel. Gala anara penyelesaian dengan eode hooopi dan penyelesaian gelobang berjalan pada persaaan (.7) x U = = = = = = Berdasarkan Tabel.,. dan. dapa disipulkan bahwa eode hooopi yang digunakan dala peneliian ini sanga cocok unuk enyelesaikan persaaan WBK. Hal ini disebabkan oleh gala yang diibulkan anara penyelesaian dengan eode hooopi dan penyelesaian gelobang berjalan yang diberikan pada persaaan (.6) dan (.7) sanga kecil dengan gala erbesear adalah unuk. Selanjunya berdasarkan Tabel. dan. erliha pula bahwa peilihan nilai akan epengaruhi daerah kekonvergenan dere (.8) dan (.), sehingga dala hal ini dipilih eberikan nilai gala yang erkecil dan daerah kekonvergenan yang lebih luas. Beriku ini akan digabarkan gelobang yang engikui persaaan Boussinesq, dala hal ini dan. Misalkan gelobang yang diinjau eilki bilangan gelobang k., aau berdasarkan (.) diperoleh.4. Grafik penyelesaian dari diberikan dala Gabar. unuk, 4, 65, 9, 5 dan.

41 6. x, x.98 x, x, x.965 x x, 5 x, x x Gabar. Benuk gelobang Boussinesq Berdasarkan Gabar. erliha bahwa gelobang yang diinjau pada awalnya erupakan gelobang unggal, keudian erpisah enjadi dua gelobang, diana asing-asing gelobang bergerak dala dua arah yang

42 7 berlawanan, yaiu ke kanan dan ke kiri, yang asing-asing eiliki kecepaan c. sauan kecepaan. Selanjunya akan digabarkan benuk kecepaan arus dari persaaan Boussinesq, seperi pada Gabar. beriku: u x, u x, x 5 5 x 5 5 u x, 5 u x, x 5 5 x 5 5 u x, u x, x 5 5 x 5 5 Gabar. Kecepaan arus dari persaaan Boussinesq Berdasarkan Gabar. diperoleh bahwa pada persaaan Boussinesq arus bergerak dala dua arah, yaiu ke kiri dan ke kanan asing-asing dengan kecepaan yang saa.

43 8 IV KESIMPULAN DAN SARAN 4. Kesipulan Persaaan gerak gelobang dispersi aklinear diurunkan berdasarkan huku kekekalan assa dan huku kekekalan oenu pada fluida akapa dan akkenal. Persaaan gerak gelobang yang diperoleh berupa persaaan Whiha-Broer-Koup (WBK). Persaaan WBK adalah suau persaaan yang enggabarkan perabaan gelobang aklinear pada perairan dangkal yang eua fakor dispersi. Penyelesaian persaaan WBK dilakukan dengan eode hooopi. Meode hooopi adalah suau eode pendekaan analiik unuk enyelesaikan suau asalah aklinear. Penggunaan eode hooopi unuk enyelesaikan persaaan WBK eerlukan suau operaor aklinear yang dienukan berdasarkan benuk aklinear dari persaaan WBK ersebu. Berdasarkan operaor aklinear ersebu, diperoleh benuk rekursif dari basis penyelesaian persaaan WBK. Penyelesaian hapiran persaaan WBK ersebu erupakan dere dari basis-basis penyelesaian yang diperoleh. Seakin inggi orde yang digunakan, aka seakin endekai penyelesaian eksak dari persaaan WBK. Penyelesaian eksak persaaan WBK yang diinjau berupa gelobang berjalan. Efisiensi dari eode ini erliha pada prosesnya, diana hanya enggunakan penginegralan biasa. Dala peneliian ini, penyelesaian pendekaan awalnya idak harus berupa gelobang berjalan. Hal ini erupakan kelebihan eode hooopi yang digunakan dala peneliian ini. Dala peneliian ini, diinjau kasus gelobang Boussinesq. Meode hooopi yang digunakan dala kasus ini enggunakan pendekaan awal dala benuk gelobang berjalan. Hasil yang diperoleh enunjukkan bahwa gala yang ibul anara penyelesaian hapiran dengan penyelesaian eksak sanga kecil (Gala erbesarnya adalah ). Gelobang yang engikui persaaan Boussinesq dengan bilangan gelobang sebesar., eberikan frekuensi sebesar.4 dan gelobang bergerak dala dua arah, yaiu ke kanan dan ke kiri asing-asing dengan kecepaan. sauan kecepaan.

44 9 4. Saran Dala karya iliah ini digunakan eode hooopi unuk enyelesaikan asalah perabaan gelobang dispersi dan aklinear. Meode ini sanga efisien unuk enyelesaikan asalah aklinear, sehingga peneliian dala karya iliah ini asih erbuka unuk dikebangkan pada asalah-asalah dari fenoena ala yang berbenuk aklinear.

45 DAFTAR PUSTAKA [] Guiqiong X, Zhibin L. 5. Exac ravelling wave soluions of he Whiha Broer Kaup and Broer Kaup Kupershid equaions. Chaos, Solions and Fracals. 4: [] Rashidi MM, Ganji DD, Dinarvand S. 8. Approxiae raveling wave soluion of coupled Whiha-Broer-Kaup shallow waer equaions by hooopy analysis ehod. Differenial Equaion and Nonlinear Mechanics, Aricle ID 4459, doi:.55/8/4459. [] Rashidi MM, Erfani E.. Traveling wave soluion of WBK shallow waer equaion by differenial ransfor ehod. Adv. Theor. Appl. Mech. :6-7. [4] Ganji DD, Houan BR, Sfahani M.G, Ganji S.S. Approxiae raveling wave soluion for coupled Wiha-Broer-Kaup shallow waer. Advaces in Engineering Sofware. 4: [5] Mainfar M, Fereidoon A, Aliasgharoyeh A, Ghanbari M. 9. Variaional ieraion ehod for solving nonlinear WBK equaion. Inernaional Journal of Nonlinier Science. 8:49-4. [6] Liao. 4. Beyond Perurbaion: Inroducion o he Hooopy Analysis Mehod. Boca Raon, New York Washingon, D.C. [7] Billingha J, King A.C.. Wave Moion, Cabridge Universiy Press: Biringha, Inggris. [8] Wiha G.B Linearr and Nonlinear Waves, Wiley Inerscience: New York. [9] Xie F, Yan Z, Zhang H.. Explici and raveling wave of Whiha- Broer-Koup shallow waer equaion. Physics Laer A. 85:76-8.

46 LAMPIRAN

47 Lapiran a. Penurunan persaaan (.) Tinjau persaaan (.) beriku: aau aau aau aau k 4 k k k k 4 i k k i k i k k 4 Jika diuliskan dala benuk deerinan, aka diperoleh i k ki k i i k. aau i ik ki k i i ik, yang erupakan persaaan karakerisik suau ariks. Jika k berkorespondensi dengan i dan berkorespondensi dengan i, x aka ariks yang bersesuaian dengan persaaan karakerisik di aas berbenuk: x xx x xx, sehingga diperoleh sise persaaan diferensial beriku: xx x u x xx aau u u x xx u u. xxx xx

48 b. Penurunan persaaan (.8 ) dan (.9) Tinjau persaaan (.7) beriku: ( ) b a cosh bsinh, (.7a) (.7b) ( ) B A cosh B sinh A cosh sinh B sinh, dengan berganung pada dan eenuhi sinh. Jika persaaan (.7a) diurunkan erhadap, aka diperoleh asinh sinh bcosh sinh aau b cosh sinh asinh. Turunan kedua dari persaaan (.7a) erhadap adalah (.7c) b cosh cosh sinh sinh sinh sinh asinh cosh sinh aau bcosh sinh bsinh a cosh sinh Karena aau cosh sinh, aka b sinh sinh bsinh a cosh sinh bsinh a cosh sinh bsinh. (.7d) Turunan keiga dari persaaan (.7a) erhadap adalah aau bcosh sinh a cosh sinh cosh sinh sinh sinh sinh 6bsinh cosh sinh

49 4 aau bcosh sinh 4a cosh sinh asinh 6bcosh sinh 4 bcosh sinh 4a sinh sinh asinh 4 6b cosh sinh aau 4 bcosh sinh 4asinh 6asinh 6b cosh sinh. Turunan peraa dari persaaan (.7b) erhadap adalah (.7e) aau A B A sinh sinh cosh sinh cosh sinh sinh B sinh cosh sinh A sinh B cosh sinh A sinh sinh sinh B cosh sinh aau A sinh B cosh sinh A sinh B cosh sinh A sinh. (.7f) Turunan kedua dari persaaan (.7b) erhadap adalah aau aau A cosh sinh B cosh sinh sinh A sinh cosh B sinh sinh cosh sinh cosh sinh 6A sinh cosh sinh A cosh sinh B ( sinh ) sinh sinh A sinh cosh B sinh ( sinh ) sinh 6A sinh cosh 4

50 5 B sinh A cosh sinh 4B sinh A cosh sinh B sinh 6A cosh sinh 6B sinh 4 Selanjunya, injau persaaan (.6) Beriku: k, k k. (.7g) (.a) (.6b) Penurunan persaaan (.8) Sebsiusikan persaaan (.7c ), (.7d), dan (.7f) ke dala persaaan (.6a), aka diperoleh aau aau aau bcosh sinh asinh b a cosh bsinh Bcosh sinh Asinh k bsinh a cosh sinh b sinh bcosh sinh asinh A sinh B cosh sinh A sinh b cosh sinh a sinh b b cosh sinh b a sinh ab cosh sinh a cosh sinh b cosh sinh absinh bsinh A sinh B cosh sinh A sinh B cosh sinh A sinh bk sinh ak cosh sinh b k sinh b cosh sinh a sinh b bcosh sinh b asinh ab sinh sinh a cosh sinh b cosh sinh absinh bsinh A sinh B cosh sinh A sinh B cosh sinh A sinh bk sinh ak cosh sinh bksinh A ab b k b b B b ab A a a b B a k sinh cosh sinh sinh cosh sinh A ab bk sinh

51 6 Penurunan persaaan (.9) Subsiusikan persaaan (. 7c), (.7e), (.7f), dan (.7g) ke dala persaaan (.6b), aka diperoleh aau aau A sinh B cosh sinh A sinh B cosh sinh A sinh b a cosh bsinh A sinh B cosh sinh A sinh B cosh sinh A sinh bcosh sinh asinh B A cosh B sinh A cosh sinh B sinh 4 k bcosh sinh 4asinh 6asinh 6b cosh sinh k B sinh A cosh sinh 4B sinh A cosh sinh 4 B sinh 6A cosh sinh 6B sinh A sinh B cosh sinh A sinh B cosh sinh A sinh b A sinh b B cosh sinh b A sinh b B cosh sinh b A sinh aa cosh sinh ab cosh sinh aa cosh sinh ab cosh sinh aa cosh sinh 4 4 ba sinh bb cosh sinh ba sinh bb cosh sinh ba sinh bb cosh sinh ba cosh sinh bb cosh sinh ba cosh sinh bb cosh sinh ab sinh aa cosh sinh ab sinh aa cosh sinh ab sinh b k cosh sinh 4a k sinh 4 6b k cosh sinh 6a k sinh B k sinh A k cosh sinh 4B k sinh A k cosh sinh B k sinh 6A k cosh sinh 6B k sinh 4

52 7 b A ba ab B k A sinh aa bb b B b k A k B cosh sinh b A ab ba ab 4ak 4B k A sinh aa b B bb A k B cosh sinh b A ab ba B k A sinh aa bb 6bk 6A k cosh sinh ba ab ba ab 6a k 6B k sinh 4 c. Penyelesaian asalah nilai awal (.46) Perhaikan asalah syse peraaan diferensial (.46) beriku: d x ( ) 4 y ( ) e 4 4, d d y ( ) x ( ) e, d dengan syara awal x() dan y(). Misalkan dan ( q ; ) [ ( ; q), ( ; q)] 4 ( ; q) e 4 4, ( q ; ) [ ( ; q), ( ; q)] ( ; q) e, ( q ; ) ( q ; ) [ ( q ; )], [ ( q ; )]. Dengan enggunakan persaaan beriku: diperoleh [ x ( ) x ( ) ] R ( x ),, [ y ( ) y ( ) ] R, ( y ). [ x ( ) x ( )] R, ( x ), [ y( ) y ( )] R, ( y ),

53 8 aau aau dengan dan x ( ) x ( ) R ( x ) d,, y ( ) y ( ) R ( y ) d,, x ( ) x ( ) R ( x ) d,, y ( ) y ( ) R ( y ) d, R R, [ ( ; q), ( ; q)] ( ), ( )! q, x, y q [ ( ; q), ( ; q)] ( ), ( )! q,., Karena x () dan y(), aka diperoleh q [ ( ; q), ( ; q)] ( )! q q x ( ) x ( ) ds, [ ( ; q), ( ; q)] ( )! q q y ( ) y ( ) ds. Karena x( ) ( ; q), y ( ), y ( ) ( ; q), dan dipilih pendekaan awal x () sera unuk penyederhanaan dipilih, aka Unuk x( ) x ( ) [ ( ;), ( ;)] ds dan ( ;) 4 ( ;) e 4 4ds x () 4 y( ) e 4 4ds 4 e 4 4 ds

54 9 dan 4 e 5. y( ) y ( ) [ ( ;), ( ;)] ds ( ;) ( ;) e ds y() x( ) e ds e ds y() e. Unuk x ( ) x ( ) [ ( ; q), ( ; q)] q q ds ( q ; ) ( ) 4 ( ; ) 4 4 q q x q e ds ( ; q) ( ; q) x ( ) 4 q q q q x ( ) ( ) 4 ( ) x y ds ds 5 e 4 (5 4 4 ) 4 e e ds 4 e 5 7 5e 4 ds

55 4 dan 4 e e 6. y ( ) y ( ) [ ( ; q), ( ; q)] q q ds ( q ; ) () ( ; ) q q y q y( ) q q e ds ( ; ) ( ; q) q q y () ( y ) x ( ) ds 4 e e e 5 ds q 4 e 6e 8 ds 4 e 8 9 8e. Dengan cara yang saa unuk nilai yang lainnya, diperoleh barisan x, x,... sebagai beriku: ds x () e x() e e 6 dan barisan y, y,... sebagai beriku: y ( ) e y() 4 e 8 9 8e., Dengan deikian penyelesaian asalah sise persaaan diferensial (.5) dengan enggunakan eode hooopi adalah

56 4 x( ) x ( ) x ( x) x ( ) x ( )... aau 4 x( ) e e 6... dan y( ) y ( ) y ( ) y ( ) y ( )... aau 4 y( ) e 8 9 8e... Jika dipilih, aka diperoleh dan x( ) 9 9e y( ) e Lapiran a. Penurunan persaaan (.) Tinjau persaaan (.)

57 4 ( q) [ ( x, ; q) u ( x, )] q [ ( x, ; q), ( x, ; q)] ( q) [ ( x, ; q) ( x, )] q [ ( x, ; q), ( x, ; q)]. Jika kedua ruas pada persaaan di aas diurunkan erhadap q, aka diperoleh Turunan peraa ( x, ; q) ( x, ; q) q ( x, ; q) u ( x, ) q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q, q dan ( x, ; q) ( x, ; q) q ( x, ; q) ( x, ) q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q. q Turunan kedua q dan ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q q q ( x, ; q), ( x, ; q), q ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q q q q ( x, ; q), ( x, ; q). q aau

58 4 ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q, q q dan ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q. q q Turunan keiga ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q q q dan ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q ( x, ; q), ( x, ; q), q ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q q q q aau ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q ( x, ; q), ( x, ; q). q q ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q, q q dan

59 44 ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( x, ; q), ( x, ; q) q. q q Dengan cara yang saa dengan sebelunya, aka diperoleh urunan ke- unuk q sebagai beriku: dan ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q h ( x, ; q), ( x, ; q) q q ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q h ( x, ; q), ( x, ; q) q Jika kedua ruas dari kedua persaaan di aas dibagi!, aka diperoleh dan Karena u, q ( x, ; q) ( x, ; q)! q ( )! q q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( )! q. q, ( x, ; q) ( x, ; q)! q ( )! q q q ( x, ; q), ( x, ; q) ( )! ( x, ; q) q ( x, ),! q q q.

60 45 dan ( x, ; q) ( x, ),! q q aka persaaan di aas enjadi dengan R R [ u ( x, ) u ( x, )] R [ u ( x, ), ( x, )], [ ( x, ) ( x, )] R [ u ( x, ), ( x, )],, ( u, ), ( u, ), ( )! ( x, ; q), ( x, ; q) ( )! q ( x, ; q), ( x, ; q) q q, q, b. Penurunan Persaaan (.8) Tinjau persaaan (.) beriku: dengan dan R R [ u ( x, ) u ( x, )] R [ u ( x, ), ( x, )], [ ( x, ) ( x, )] R [ u ( x, ), ( x, )],, ( u, ), ( u, ),,., ( )! ( x, ; q), ( x, ; q) ( )! Beriku ini benuk R, ( u, ) Unuk R q ( x, ; q), ( x, ; q) q dan,, ( u, ) [ ( x, ;), ( x, ;)] q, q R ( u, ) akan disederhanakan ( x, ;) ( x, ;) ( x, ;) ( x, ;) ( x, ;) x x x,

61 46 R u ( x, ) (, ) (, ) (, ) (, ) u x u x x u x, x x x, ( u, ) [ ( x, ;), ( x, ;)] Unuk R, ( x, ;) [ ( x, ;) ( x, ;)] ( x, ;) x x ( x, ;) x ( x, ) [ u( x, ) ( x, )] u( x, ) ( x, ). x x x [ ( x, ; q), ( x, ; q)] ( u, )! q q ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q x x ( x, ; q) x q ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q x q ( x, ; q) ( x, ; q) x q x q q q u( x, ) ( x, ; q) ( x, ;) x q q q x x x q q ( x, ; q) ( x, ;) ( x, ) u( x, ) u ( x, ) u ( x, ) u( x, ) ( x, ) u( x, ) u( x, ) x x x u( x, ), x

62 47 R ( u, )!, [ ( x, ;), ( x, ;)] q q q x x ( x, ; q) [ ( x, ; q) ( x, ; q)] ( x, ; q) ( x, ; q) x q ( x, ; q) [ ( x, ; q) ( x, ; q)] q x q q q ( x, ; q) ( x, ; q) x q x q q q Unuk = ( x, ) ( x, ; q) ( x, ;) x q q ( x, ; q) u( x, ) ( x, ) ( x, ;) q x x q ( x, ) u ( x, ) ( x, ) u ( x, ) ( x, ) x u( x, ) ( x, ). x x R [ ( x, ; q), ( x, ; q) ]! q q,( u, ) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q)! q x x ( x, ; q) x q ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q)! q! q x q ( x, ; q) ( x, ; q) x q x q!! q q q

63 48 u ( x, ) ( x, ; q)! q x q ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ) u( x, ) q x x x q u( x, ) ( x, ; q) ( x, ;)! x q q ( x, ; q) ( x, ; q) q x q q q ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ;) q x q q x q q q ( x, ) u( x, ) x x R u( x, ) u ( x, ) u ( x, ) u( x, ) u( x, ) x x u( x, ) ( x, ) u( x, ) u( x, ) x x x u ( x, ) u ( x, ) ( x, ) u ( x, ) (, ), x x x n un x n [ ( x, ; q), ( x, ; q) ]! q q,( u, ) ( x, ; q) [ ( x, ; q) ( x, ; q)] ( x, ; q)! q x x ( x, ; q) x q ( x, ; q) [ ( x, ; q) ( x, ; q)]! q x! q q q ( x, ; q) ( x, ; q) x! q x! q q q

64 49 ( x, ) ( x, ; q) ( x, ; q) x! q q q ( x, ; q) u( x, ) ( x, ) ( x, ; q) q x x q ( x, ) ( x, ; q) ( x, ;) x! q q ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) ( x, ; q) q q q q q q q q ( x, ; q) u( x, ) ( x, ) ( x, ;) q x x q ( x, ) u ( x, ) ( x, ) u ( x, ) ( x, ) u ( x, ) ( x, ) x u( x, ) ( x, ) x x ( x, ) u ( x, ) ( x, ) (, ) (, ). un x n x n x x Secara uu dapa dinyaakan dala benuk: R R u ( x, ) u ( x, ) ( u, ), n un( x, ) n x x ( x, ) u ( x, ) ( x, ) x, ( u, ) n n n dengan,,,... u ( x, ) ( x, ) u ( x, ) ( x, ). x x

65 5 c. Penurunan persaaan (.) dan (.) Tinjau persaaan (.) beriku: dengan dan u ( x, ) u ( x, ) R u, ds, ( x, ) ( x, ) R u, ds. R R,, u ( x, ) u ( x, ) ( u, ) n un( x, ) n x x ( x, ) u ( x, ) ( x, ) x, ( u, ) n n n,., u ( x, ) ( x, ) u ( x, ) ( x, ). x x beriku ini akan dienukan u( x, ) dan ( x, ), dengan,,,... Unuk, u ( x, ) u ( x, ) ( x, ) u x u x u x x x (, ) (, ) (, ) u( x, ) d x Jika nilai u ( x, ) dan ( x, ) pada persaaan (.6) disubsiusikan ke dala persaaan di aas, aka diperoleh

66 coh u ( x, ) u ( x, ) k coh k x x csch k k x x 4 csch k k x x k csch k x x k x x.5 4 csch k k x x coh k csch k x x k x x d.5 k k x x csch csch.5.5 4k coh k x x k x x d.5 k k x x csch. Selanjunya unuk ( x, ) ( x, ) ( x, ) ( x, ) ds. x ( x, ) [ u( x, ) ( x, )] u( x,) x x Jika nili u ( x, ) dan ( x, ) disubsiusikan ke dala persaaan di aas, aka diperoleh.5 x k k x x (, ) ( ) coh[ ( )] 4.5 k h k x x k x x ( ( ) )csc [ ( )]coh[ ( )] 4k ( ) k coh [ k( x x )]csch [ k( x x )].5 4 csch [ ( )] k k x x ds

67 5.5 4 coh[ ( )] k k x x.5 k coh[ k( x x)] csch [ k( x x)] k csch [ k( x x)] k coh [ k( x x)]c sch [ k( x x)] k ( ) csch [ k( x x)] 8k 4.5 coh [ k( x x)] csch [ k( x x)] k ( ( ) ) csch [ k( x x)].5.5 coh csch k csch [ k( x x) ].5 8 coh 4 k coh[ k( x x )] csch [ k( x x)].5.5 coh csch 8 k [ k( x x )] [ k( x x)] k csch [ k( x x)] 8 k [ k( x x )] [ k( x x)] k [ k( x x )] csch [ k( x x)] k csch [ k( x x)].5 4 csch 8k 8k.5 coh csch 4k 4k.5 4 k coh[ k( x x )] [ k( x x)] k [ k( x x )] [ k( x x)] k csch [ k( x x)].5 coh h 4 k [ k( x x )] csc [ k( x x)]

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida

II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida 4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Analisa Haronik Elevasi pasang suru adalah penulahan dari beberapa konsana pasang suru dan fakor eeorologis yang diasusikan konsan, seperi diunukkan pada persaaan beriku:

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

MODEL OSILASI HARMONIK LOGARITMIK PADA GERAK BEBAN DENGAN MASSA YANG BERUBAH SECARA LINIER TERHADAP WAKTU

MODEL OSILASI HARMONIK LOGARITMIK PADA GERAK BEBAN DENGAN MASSA YANG BERUBAH SECARA LINIER TERHADAP WAKTU 1 MODEL OSILASI HARMONIK LOGARITMIK PADA GERAK BEBAN DENGAN MASSA YANG BERUBAH SECARA LINIER TERHADAP WAKTU MODEL OF HARMONIC LOGARITHMIC MOTION OSCILLATION WITH THE MASSCHANGING LINEARLY WITH TIME Kunlesiowai

Lebih terperinci

BAB VI SUHU DAN KALOR

BAB VI SUHU DAN KALOR BAB VI SUHU DAN KALOR STANDAR KOMPETENSI : 5. Meneapkan konsep dan prinsip kalor, konservasi energi dan suber energi dengan berbagai perubahannya dala esin kalor. Kopeensi Dasar : 5.1 Melakukan percobaan

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERAMALAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING SATU PARAMETER BROWN DAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING DUA PARAMETER HOLT

PERBANDINGAN PERAMALAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING SATU PARAMETER BROWN DAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING DUA PARAMETER HOLT aisika, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016 PERBANDINGAN PERAMALAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL MOOTHING ATU PARAMETER BROWN DAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL MOOTHING DUA PARAMETER HOLT Julnia Bidangan 1, Ika Purnaasari

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL LEE-CARTER

BAB 3 MODEL LEE-CARTER BAB 3 MODEL LEE-CARTER 3. Pendahuluan Model Goperz yang elah dibahas di Bab 2 banyak diodifikasi oleh para Saisikawan. Pada waku iu (sekiar ahun 980-990), Saisikawan eliha odel ini cukup bagus unuk erepresenasikan

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK AUS DAN TEGANGAN BOAK BAK GG nduksi yang dihasilkan jika kuparan berpuar di dala edan agne aau kuparan yang dipengaruhi oleh perubahan fluks agneik, berupa egangan yang arah nya berubah ubah seiap seengah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. Waktu : 3 jam

SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. Waktu : 3 jam SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 05 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA Waku : 3 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR

MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol. 14, No. 3, Juli 011, hal 75-80 MASSA KLASIK SOLITON PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINEAR T.B. Prayino Jurusan Fisika, Fakulas MIPA, Universias Negeri Jakara Jl. Pemuda Rawamangun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

DISKRETISASI MODEL LORENZ DENGAN ANALOGI PERSAMAAN BEDA

DISKRETISASI MODEL LORENZ DENGAN ANALOGI PERSAMAAN BEDA DISKRETISASI MODEL LOREN DENGAN ANALOGI PERSAMAAN BEDA Sii Shifaul Azizah Polieknik Koa Malang e-ail: shifa_9@yahoo.ac.id ABSTRAK Diskreisasi odel erupakan prosedur ransforasi odel koninu ke odel diskre.

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO. Naufal Helmi, Mariatul Kiftiah, Bayu Prihandono Bulein Ilmiah Ma. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 5, No. 3 (216), hal 195 24. PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI ARTION-FUNDO Naufal Helmi, Mariaul

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB VIII DAYA PADA RANGKAIAN RLC

BAB VIII DAYA PADA RANGKAIAN RLC 8 BAB DAYA PADA ANGKAAN L Pengerian daya : perkalian anara egangan yang diberikan dengan hasil arus yang engalir. Secara aeais : P suber searah aau D Daya dikaakan psiif, keika arus yang engalir bernilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Berlaku Perbandingan. A. Konsep Suhu

Berlaku Perbandingan. A. Konsep Suhu Suhu erupakan ukuran relaif (deraja) panas aau dingin suau benda aau sise. Pada kasus dua buah benda yang berbeda suhu dan keduanya disenuhkan sau saa lain, aka kr akan engir dari benda yang lebih panas

Lebih terperinci

Modul #04. PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) Kelas TE-29-02

Modul #04. PM (Phase Modulation) & FM (Frequency Modulation) Kelas TE-29-02 Modul #04 TE3113 SISTEM KOMUNIKASI 1 MODULASI ANALOG: PM (Phase Modulaion) & FM (Frequeny Modulaion) Kelas TE-29-02 Progra Sudi S1 Teknik Telekounikasi Depareen Teknik Elekro - Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI ISSN: 3-989 Vol. V, No. II, April 6 ERSAMAAN DIFFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo endidikan Maemaika FKI UMT E-mail: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id Absrak Dalam peneliian

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

Analisis Faktorisasi Matriks Tak Negatif

Analisis Faktorisasi Matriks Tak Negatif Jurnal Maemaa, Saisa, & Kompuasi Vol. 3 No. Januari 07 Jurnal Maemaa, Saisa & Kompuasi Edisi Khusus Juli 007 Vol. 3, No.,, 4-46, 47-5, Januari January 07 07 47 57 nalisis Fakorisasi Mars ak Negaif bsrak

Lebih terperinci

=====O0O===== c) Tumbukan tidak lenting, e = 0 A. MOMENTUM DAN TUMBUKAN. Hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku.

=====O0O===== c) Tumbukan tidak lenting, e = 0 A. MOMENTUM DAN TUMBUKAN. Hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku. A. MOMENTUM DAN TUMUKAN Teori Singka :. Perkalian anara assa dan keceaan disebu oenu P P. Hasil kali anara gaya F dan selang waku enghasilkan erubahan oenu P disebu ula Iuls I I P F d c Tubukan idak lening,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci