BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA
|
|
- Susanto Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Akusisi Data Akuisisi dilakukan di lapangan X daerah Sumatera Selatan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 10 Mei-5 Juni 2003 dan 20 September 11 Oktober Pengukuran pertama dan kedua dilakukan pada musim kemarau dengan jumlah titik ±1650 dengan jarak antar stasiunnya m. Daerah penelitian ini memiliki luas sekitar 2 x 4.5 km² N 0 1km Gambar 4.1 Distribusi titik gayaberat mikro 4D daerah penelitian penelitian X 32
2 4.2 Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah: a) Gravimeter Lacoste&Romberg tipe G1168 dengan Alliod System digunakan sebagai gravimeter pada titik ukur di lapangan. b) Gravimeter Scientrex tipe CG3 juga digunakan sebagai gravimeter untuk mengukur gayaberat pada titik ukur di lapangan. c) Gravimeter Lacoste&Romberg tipe G508 dengan feedback factor system digunakan sebagai gravimeter base untuk mengukur variasi gaya berat harian akibat efek matahari dan bulan. d) GPS V Garmin dan GPSmap CS60 Garmin. e) 2 set Altimeter Sunto dan 1 set Altimeter. f) 4 set Alat Komunikasi, timer, buku Lapangan dan alat tulis, serta alat transportasi Gambar 4.2. Gravimeter Lacoste&Romberg Tipe G 168 dengan Alliod Sistem Gambar 4.3 Scientrex CG3 33
3 Gambar 4.4 Gravimeter Lacoste&Romberg G508 Dengan feedback factor a) b) Gambar 4.5 (a) GPSmap CS60 Garmin (b) GPS V garmin Gambar 4.6 Altimeter Sunto 34
4 4.3 Perangkat Lunak Pada penelitian ini digunakan beberapa perangkat lunak (software), antara lain : 1. Microsoft Excel, program ini digunakan untuk menghitung dan mengolah data lapangan. 2. Surfer versi 8, program ini digunakan untuk membuat dan menampilkan peta. 3. Corel Draw versi X3, program ini digunakan untuk mengedit dan menggabungkan tampilan grafis dari berbagai perangkat lunak 4. NUMERI, program ini digunakan untuk melakukan tranformasi fourier dari data lapangan. 5. Geomodel, digunakan untuk pemodelan kedepan. 6. GRAV3D UBC GIF, digunakan untuk pemodelan kebelakang. 4.4 Pengolahan Data Gayaberat Observasi Koreksi Data Dengan asumsi bahwa anomali gayaberat hanya disebabkan oleh perubahan rapat massa bawah permukaan, dimana posisi dan ketinggian titik pengukuran serta geometri reservoir diasumsikan konstan, maka koreksi yang dilakukan pada gayaberat pembacaan (g read) adalah koreksi apungan (drift) dan koreksi pasang surut (tidal). Dari hasil ini akan diperoleh nilai G obs (lokal). Berikut akan dijelaskan reduksi yang dilakukan pada proses pengolahan data gayaberat mikro 4D : 1. Koreksi Pasang Surut Gayaberat (tide correction) Pengukuran koreksi pasang surut gayaberat dilakukan dengan cara melakukan pembacaan gayaberat secara kontinu disatu titik pengukuran setiap 5 menit. Setelah itu dibuat grafik waktu terhadap pembacaan gayaberat (merupakan nilai tide), yang selanjutnya dibuat persamaan polinomial. Persamaan polinomial ini digunakan untuk memperoleh nilai gayaberat terkoreksi tidal. Gambar 4.7 merupakan contoh pengukuran tide pada tanggal 16 Mei
5 0.08 Koreksi Pasang Surut Gayaberat Pengukuran Tanggal 16 Mei 2003 Daerah Lapangan "X" 0.06 Tide observation (miligal) Time 0 6:00 8:24 10:48 13:12 15:36 18: Gambar 4.7 Pengukuran tide observasi pada 16 Mei 2003 g = alliod... (4.1) st g td keterangan : g st = gayaberat stasiun, alliod = selisih pembacaan gayaberat stasiun terhadap titik referensi tide = koreksi tidal. 2. Koreksi Apungan (drift correction) Gayaberat observasi dapat diketahui dengan menggunakan persamaan berikut : g obs = g st drift... (4.2) keterangan : g obs = gayaberat observasi g st = gayaberat stasiun 36
6 3. Gayaberat Lokal Nilai gayaberat lokal merupakan variasi nilai gayaberat dari satu titik ke titik lain sehingga dalam setiap pengukuran diperlukan adanya titik ikat atau base. Titik ikat ini bersifat tetap, aman dan relatif stabil. Nilai gayaberat lokal didapat dari selisih nilai gayaberat observasi titik pengukuran terhadap titik ikat atau base. g lokal = g obs g ikat... (4.3) dengan : g lokal : gayaberat observasi lokal g obs g ikat : gayaberat observasi titik pengukuran : gayaberat observasi dititik ikat atau base 4.5 Anomali Gayaberat Mikro Time-Lapse 4D Tujuan dari dilakukannya koreksi data adalah untuk mendapatkan nilai gayaberat lokal relatif terhadap base, sehingga kita dapat membuat peta anomaly gayaberat lokal pada periode saat itu. Gambar (4.8) memperlihatkan peta anomali gayaberat lokal pada periode Mei 2003 yang dioverlay dengan stasiun gayaberat, sedangkan Gambar 4.9 merupakan peta anomali gayaberat lokal pada periode September 2003 yang dioverlay dengan stasiun gayaberat. 37
7 N 0 1 km Gambar 4.8 Peta gayaberat observasi lokal Bulan Mei 2003 beserta distribusi titik pengukuran 38
8 N 0 1 km Gambar 4.9 Peta gayaberat observasi lokal Bulan September 2003 beserta distribusi titik pengukuran Anomali gayaberat mikro time-lapse minimal didapatkan dari dua nilai gayaberat lokal. Oleh karena anomali pada daerah penelitian diperoleh dengan mengurangkan nilai gayaberat lokal periode September 2003 dengan nilai gayaberat lokal periode Mei Gambar 4.10 merupakan peta anomali gayaberat mikro time-lapse periode September Mei 2003 yang dioverlay dengan pola struktur dan sumur pada daerah penelitian. 39
9 Penampang A-A dan B-B pada Gambar 4.10 dibuat pada daerah yang interest, karena pada daerah ini terdapat perubahan densitas positif pada arah barat dan densitas negatif pada arah timur dan juga tegak lurus dengan sesar yang ada pada daerah penelitian. Sehingga kita dapat melihat perubahan densitas yang terjadi antara Bulan Mei sampai dengan Bulan September N 0 1km Gambar 4.10 Peta anomali gayaberat mikro time-lapse yang dioverlay dengan sesar yang diturunkan dari data seismik, sumur dan penampang (A-A dan B-B ) 40
10 4.6 Filtering data gayaberat 4D Informasi yang berupa sinyal yang diberikan dari perubahan massa bawah permukaan tidak seutuhnya mengandung informasi-informasi mengenai perubahan massa bawah permukaan saja atau yang mejadi target event kita tetapi ada juga sebagai sinyal pengganggu atau noise. Perubahan muka air tanah yang merupakan noise, akan memberikan anomali gayaberat dengan panjang gelombang yang kecil karena sumber berada di tempat yang dangkal sedangkan anomali gayaberat akibat injeksi dan proses produksi akan memberikan panjang gelombang yang lebih besar. Untuk mendapatkan informasi dari target event atau perubahan massa pada reservoar maka kita harus melakukan proses filtering terhadap nilai anomali gayaberat untuk menghilangkan noise yang ada sehingga mempermudah interpretasi. Metoda yang digunakan dalam proses filtering ini adalah metode moving average. Bagian-bagian daerah yang akan diteliti harus ditentukan terlebih dahulu pada peta anomali gayaberat mikro time-lapse, setelah itu ditarik beberapa penampang pada daerah-daerah target tersebut untuk menentukan lebar jendela yang akan digunakan dalam metoda moving average. Pada daerah penelitian dibuat dua penampang Gambar 4.10 kemudian dilakukan Transformasi Fourier untuk setiap penampang sehingga diperoleh grafik hubungan bilangan gelombang (k) dengan ln amplitude anomali gayaberat mikro time-lapse (ln A). Dari grafik tersebut didapat batas k yang merupakan batas anomali gayaberat mikro time-lapse dan noise. Untuk mendapatkan lebar jendela digunakan persamaan 2π k = λ λ = n Δx... (4.5) Kett; n : lebar jendela λ : panjang gelombang x : interval jarak pengukuran 41
11 Gambar 4.11 merupakan grafik hubungan antara nilai k dengan ln A yang didapat setelah dilakukan Transformasi Fourier pada profil A-A dan B-B. Nilai k pada profil A-A adalah k= sedangkan nilai k pada profil B-B adalah k= Dengan mensubtitusi nilai k dari masing-masing profil ke persamaan (4.5) maka akan didapat nilai n. Pada profil A-A besarnya nilai n= dan pada profil B-B besarnya nilai n= Dari profile A-A dan B-B memberikan nilai k yang berbeda. Untuk mencari lebar jendela penulis menggunakan nilai k terkecil. Dari kedua profile didapat nilai k terkecil, yaitu k= sehingga didapat lebar jendela n=5 yang digunakan untuk proses filtering pada daerah penelitian ini. Karena spasi grid 50 m, maka lebar jendela yang digunakan untuk melakukan moving average adalah m 2. Ini mengartikan bahwa anomali yang ditampilkan dalam peta anomali gayaberat mikro time-lapse memiliki panjang gelombang lebih dari 200 m, sedangkan panjang gelombang yang kurang dari 200 m telah dihilangkan dalam proses filtering karena dianggap hanya sebagai noise. 42
12 N 0 1km Line A-A' ln A 1 K K= Line B-B' ln A 1 K K= Gambar 4.11 Grafik hubungan antara ln A dan K 43
13 4.7 Pemodelan kedepan data gayaberat 4D Untuk pemodelan kedapan data gayaberat 4D, penulis menggunakan software Geomodel untuk merekonstruksi distribusi perubahan densitas bawah permukaan. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan pada pemodelan dengan menggunakan Geomodel, yaitu : 1) Berdasarkan asumsi awal bahwa perubahan kontras densitas akibat adanya injeksi air dan produksi hidrokarbon hanya terjadi pada daerah reservoir saja. Oleh karena itu pembuatan bodi densitas awalnya hanya terkonsen pada daerah reservoir. 2) Berdasarkan data geologi daerah penelitian (Gambar 2.3) top reservoir berada pada kedalaman 1250 m dengan ketebalan ±100 m. Dari data ini, maka pembuatan bodi densitas dibuat pada kedalaman 1250 m dengan ketebalan 100 m. 3) Hal awal yang dilakukan pada pembuatan bodi densitas ini adalah membuat bodi reservoirnya, setelah itu didalam bodi reservoir dibuat bodi densitas air dengan nilai kontras densitas positif yang kemungkinan akibat dari injeksi air atau bodi densitas minyak dengan nilai kontras densitas negatif yang kemungkinan akibat produksi hidrokarbon. 4) Kurva gayaberat observasi merupakan salah satu kontrol dari pemodelan kedepan ini sehingga penambahan beberapa bodi densitas di atas reservoir perlu dilakukan jika kurva gayaberat model belum match degan kurva gayaberat observasi. 5) Data sumur yang dimiliki terbatas hanya dari kedalaman 1200 m kebawah. Informasi geologi yang lain diperoleh dari penampang geologi daerah penelitian (Gambar 3.3). 44
14 4.8 Pemodelan kebelakang data gayaberat 4D Pada pemodelan kebelakang, penulis menggunakan software Grav3D yang dikembangkan oleh University British Columbia. Sama seperti pemodelan kedepan, data yang digunakan pada pemodelan kebelakang ini adalah menggunakan data gayaberat 4D yang menggunakan ukuran grid data 50x50. Berbeda dengan pemodelan kedepan, pada pemodelan kebelakang ini ada beberapa input yang harus dimasukkan yaitu data observasi, data topografi dan data mesh (model sel bumi). Gambar 4.12 Flowchart pemodelan inverse modeling dari Grav3D 45
15 Setiap input data ini memiliki parameter dan desain yang berbeda-beda, yaitu : 1) Data observasi Data observasi merupakan data gayaberat 4D dengan ekstensi *.grv dan memiliki format khusus yaitu : Gambar 4.13 Format data observasi (Manual Grav3D, 2001)! comments adalah komentar mengenai data, namun bersifat optional artinya bisa dicantumkan bisa juga tidak dicantumkan. Biasanya komentar diperlukan jika data observasi kita terdiri dari beberapa lapangan sehingga mudah untuk identifikasi. ndat adalah jumlah data observasi, data observasi sudah harus digrid tanpa digrid program tidak akan menampilkan data observasi dan tidak dapat diproses lebih lanjut. E 1 hingga E ndat adalah posisi arah timur (UTM X). N 1 hingga N ndat adalah posisi arah utara (UTM Y). Elev 1 hingga Elev 2 adalah elevasi/ topografi. Grav 1 hingga Grav ndat adalah anomali gayaberat/data observasi. Err 1 hingga Err ndat adalah error dari data observasi gayaberat 4D. Nilai error diperoleh dari standar deviasi data gayaberat 4D. 46
16 2) Data Topografi Input data topografi memiliki ekstensi *.dat dan memiliki format sbb : Gambar 4.14 Format data topografi (Manual Grav3D, 2001) Berdasarkan gambar di atas, dapat diuraikan sbb:! comment adalah komentar. npt adalah jumlah titik. E i, N i, elev i adalah arah timur, utara dan elevasi dari titik ke- i. 3) Model sel bumi (mesh) Berbeda dengan data observasi dan data topografi, file mesh memiliki desain tersendiri. File mesh tidak memiliki suatu ekstensi data dan tidak memiliki nilai input data seperti data observasi dan data topografi. Model sel bumi ini dibuat dari software Grav3D dengan memasukkan batasan-batasan daerah yang sesuai dengan luas daerah penelitian. Gambar 4.15 Format data mesh (Manual Grav3D, 2001) Dari gambar di atas, dapat diuraikan sbb: NE adalah jumlah sel bumi pada arah timur. NN adalah jumlah sel bumi pada arah utara. NV adalah jumlah sel bumi pada arah vertikal/ kedalaman. 47
17 E 0, N 0 dan V 0 adalah UTM X, UTM Y dan Elevasi, nilainya diperoleh dari bagian atas file topografi atau data observasi. ΔE n adalah lebar sel bumi pada arah timur ( dari barat ke timur). Δ N n adalah lebar sel bumi pada arah utara ( dari selatan ke utara). Δ V n adalah kedalaman sel bumi (kedalaman maksimum dari lapisan paling atas sampai ke lapisan terbawah). Gambar 4.16 Tampilan mesh3d tools yang dibuat pada Grav3D Pada penelitian ini, input ukuran sel dari daerah penelitian dimodelkan dalam sel (120 x 90 x 60), dimana tiap sel akan memiliki nilai kontras densitas yang sama. 48
18 X Y Z Gambar 4.17 Ukuran sel yang digunakan pada inverse modeling 4) Batasan (bounds) Pembuatan batasan densitas harus mengikuti pola mesh yang terlebih dahulu dibuat. Asumsi awal yang menyatakan bahwa perubahan nilai densitas hanya terjadi didaerah reservoir dan lapisan permeable dijadikan patokan pada saat memasukkan nilai-nilai densitas. Penulis memasukkan nilai-nilai densitas tertentu pada setiap lapisan yang diperkirakan merupakan reservoir dan lapisan permeable. Diluar lapisan-lapisan ini, densitas dinasukkan menuju nol pada setiap selnya (-10-7 gr/cc s/d 10-7 gr/cc), sehingga hasil dari pemodelan hanya memperlihatkan perubahan densitas yang terjadi direservoir dan lapisan-lapisan permeable saja. Reservoir pada daerah penelitian terdapat pada kedalaman 1250 m, lapisan permeable yang diduga merupakan reservoir (Gambar 3.3) terdapat pada kedalaman 350 m dan air permukaan yang timbul akibat adanya perbedaan curah hujan mengisi lapisan pada kedalaman 10 m. 49
19 Kedalaman 10 m - 15 m (-0.3gr/cc s/d 10-7 gr/cc) Kedalaman 350 m 420 m (-0.3gr/cc s/d 0.3gr/cc) Kedalaman 1250 m 1350 m (-0.1gr/cc s/d 0.1gr/cc) Gambar 4.18 Model sel dan mesh pada pengaturan nilai densitas File ekstensi dari file batasan ini adalah *.den dengan format data sebagai berikut: lb1,1,1 ub1,1,1 lb1,1,2 ub1,1,2 : lb1,1,nv ub1,1,nv lb1,2,1 ub1,1,1 : lbi,j,k ubj,j,k : lbnn,ne,nv ubnn,ne,nv lbi,j,k lower bound on cell [i j k]. ubi,j,k upper bound on cell [i j k]. Gambar 4.19 Format data batasan densitas (Manual Grav3D, 2001) 50
20 Pemodelan inverse 3D yang menggunakan software Grav3D diproses pada komputer dengan sistem operasi Windows XP pada PC yang mempunyai spesifikasi processor Intel Xeon 3GHz, Memori 2GB, VGA Nvidia Quadro 128 MB. Waktu komputasi yang dibutuhkan dalam pemodelan ini ±12 jam 20 menit. Dari pengalaman penulis, pemodelan inverse 3D dengan menggunakan software Grav3D tidak cukup hanya dilakukan sekali saja. Kita harus membandingkan error yang terkecil dari beberapa model inverse 3D. Oleh karena itu pembuatan mesh dan masukan batasan densitas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. 51
Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.
4.3 Pemodelan Data yang digunakan dalam pemodelan adalah data anomali gayaberat 4D akibat perubahan fluida. Data dari titik pengukuran sangat sedikit untuk mencakup inversi daerah semarang yang luas, maka
Lebih terperinciV. INTERPRETASI DAN ANALISIS
V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. : Pertamina Upstream Technology Center. : Jl. Medan Merdeka Timur No. 6 Jakarta Pusat. Tanggal : 3 November 24 Desember 2014
IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Waktu dan Tema Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di : Tempat Alamat : Pertamina Upstream Technology Center : Jl. Medan Merdeka Timur No. 6 Jakarta Pusat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengukuran lapangan, tahap pemrosesan data, dan tahap interpretasi
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Februari 2015 di Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) Bandung dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Metode dan Desain Penelitian Data variasi medan gravitasi merupakan data hasil pengukuran di lapangan yang telah dilakukan oleh tim geofisika eksplorasi Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam pencapaian tujuan. Berikut adalah gambar diagram alir dalam menyelesaikan penelitian ini: Data Anomali Bouguer Lengkap
Lebih terperinciPemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan
Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah
Lebih terperinciBAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.
BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengukuran Gayaberat Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. G-804. Nomor yang digunakan menunjukkan nomor produksi alat yang membedakan
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO 4D UNTUK IDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI AIR PADA LAPANGAN MINYAK AREA X DAERAH SUMATRA SELATAN
APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO 4D UNTUK IDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI AIR PADA LAPANGAN MINYAK AREA X DAERAH SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam pencapaian tujuan. Berikut adalah gambar diagram alir dalam menyelesaikan penelitian ini: Data lapangan (Anomali
Lebih terperinciSecara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :
GEOMAGNET AKUSISI DATA Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut : Menentukan posisi setiap lokasi pengukuran (lintang dan bujur), dan diplotkan pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah Garut Utara hasil pengamatan Tim Geoteknologi LIPI Bandung dengan menggunakan gravitimeter
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER Tahapan pengolahan data gaya berat pada daerah Luwuk, Sulawesi Tengah dapat ditunjukkan dalam diagram alir (Gambar 4.1). Tahapan pertama yang dilakukan adalah
Lebih terperinciPEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY
PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY Anis Faul Fiyah NRP. 1108 100 067 Pembimbing: Dr. Ayi Syaeful Bahri, MT JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis. Penelitian gaya berat yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur bidang
Lebih terperinciBAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding
14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya
Lebih terperinciBAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.
BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Konsep Dasar Gayaberat Dasar teori dari metode gayaberat adalah Hukum Newton. Hukum umum gravitasi menyatakan bahwa gaya tarik-menarik antara dua buah benda sebanding dengan kedua
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran struktur geologi Dasar Laut
Lebih terperinciBAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching
BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching Penampang hasil pengolahan dengan perangkat lunak Ipi2win pada line 08 memperlihatkan adanya struktur antiklin. Struktur ini memiliki besar tahanan jenis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dari suatu data berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/ pengolahan,
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel
BAB III TEORI DASAR 3.1 PRINSIP DASAR GRAVITASI 3.1.1 Hukum Newton Prinsip dasar yang digunakan dalam metoda gayaberat ini adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik dua titik massa m
Lebih terperinciTEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).
III. TEORI DASAR 3.1. Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal maupun
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Dekonvolusi Gayaberat Secara Umum Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter fisis bumi dengan metode yang tidak langsung. Konsep
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN
BAB LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN. PRINSIP DASAR GRAVITASI Gaya tarik-menarik antara dua buah partikel sebanding dengan perkalian massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR HAK CIPTA... i ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB
Lebih terperinciBAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA
KLO-68 KLO-5 KLO-18 KLO-55 KLO-113 KLO-75 KLO-110 KLO-3 KLO-51 KLO-96 KLO-91 KLO-14 KLO-192 KLO-41 KLO-185 KLO-45 KLO-76 KLO-184 KLO-97 KLO-129 KLO-17 KLO-112 KLO-100 KLO-43 KLO-15 KLO-111 KLO-90 KLO-12
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Data geomagnet yang dihasilkan dari proses akusisi data di lapangan merupakan data magnetik bumi yang dipengaruhi oleh banyak hal. Setidaknya
Lebih terperinciMAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH 1. Tutik Annisa (H1E007005) 2. Desi Ari (H1E00700 ) 3. Fatwa Aji Kurniawan (H1E007015) 4. Eri Widianto (H1E007024) 5. Puzi Anigrahawati
Lebih terperinciIII. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori
18 III. TEORI DASAR 3.1. Hukum Newton Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori medan potensial. Newton menyatakan bahwa besar gaya tarik menarik antara dua buah partikel
Lebih terperinciBAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN
BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada diagram alir survei mineral (bijih besi) pada tahap pendahuluan pada Gambar IV.1 yang meliputi ; Akuisisi data Geologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Leuwidamar, kabupaten Lebak, Banten Selatan yang terletak pada koordinat 6 o 30 00-7 o 00 00 LS dan 106 o 00 00-106 o
Lebih terperinciIDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT
IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT Diah Ayu Chumairoh 1, Adi Susilo 1, Dadan Dhani Wardhana 2 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Distribusi Data Gayaberat Daerah pengukuran gayaberat yang diambil mencakup wilayah Kabupaten Magelang, Semarang, Salatiga, Boyolali, Klaten dan Sleman,Yogyakarta. Dengan batas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan variasi kerentanan magnet batuan, dilakukan pemisahan atau koreksi terhadap medan magnet bumi utama, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori
Lebih terperincicommit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Dasar Metode Gravitasi Metode gravitasi merupakan salah satu metode survei geofisika yang memanfaatkan sebaran densitas di permukaan bumi sebagai bahan studi untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Daerah dan data penelitian Data yang digunakan merupakan data sekunder gayaberat di daerah Bogor pada tahun 2008-2009 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsia Bandung dengan
Lebih terperinciTeori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2
GEOMAGNETIK Metoda magnetik merupakan metoda pengolahan data potensial untuk memperoleh gambaran bawah permukaan bumi atau berdasarkan karakteristik magnetiknya. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA tahun ketiga dari rencana tiga tahun Ketua/ Anggota Tim
Lebih terperinciYesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.
PEMODELAN KONFIGURASI BATUAN DASAR DAN STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA ANOMALI GRAVITASI DI DAERAH PACITAN ARJOSARI TEGALOMBO, JAWA TIMUR Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan
Lebih terperinciISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA
ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA Oleh : Gusti Ayu Esty Windhari Dosen Tetap pada Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gaya Gravitasi merupakan gaya yang terjadi antara dua massa yang saling berinteraksi berupa gaya tarik-menarik sehingga kedua benda mengalami percepatan yang arahnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam pencapaian tujuan. Berikut adalah gambar diagram alir dalam menyelesaikan penelitian ini: Data lapangan (AB/2, resistivitas
Lebih terperinci2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satuan tektonik di Jawa Barat adalah jalur subduksi Pra-Eosen. Hal ini terlihat dari batuan tertua yang tersingkap di Ciletuh. Batuan tersebut berupa olisostrom yang
Lebih terperinciINVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA
Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA Oleh : Gusti Ayu Esty Windhari Dosen Tetap pada Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPREDIKSI DISTRBUSI INTRUSI AIR LAUT MENGGUNAKAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU STUDI KASUS DI SEMARANG UTARA
PREDIKSI DISTRBUSI INTRUSI AIR LAUT MENGGUNAKAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU STUDI KASUS DI SEMARANG UTARA Supriyadi 1* Sulhadi 2 Pradana Adi Wibowo 3 1,2,3 Universitas Negeri Semarang *Email :
Lebih terperinciGambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat.
BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN PEMODELAN INVERSI 4.1 Data Pengukuran data gayaberat di Semarang untuk penelitian ini dilakukan sebanyak tujuh kali pengukuran yaitu: Juli 2002, September 2002, Juni 2003, Desember
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membutuhkan data sebagai input untuk dianalisis lebih lanjut. Data yang diperoleh penulis adalah data sekunder
Lebih terperinciIII. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.
III. TEORI DASAR A. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 1. Teori gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik
Lebih terperinciGambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu
BAB IV INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN GRAVITASI Salah satu metode geofisika yang digunakan dalam menentukan potensi suatu daerah panas bumi adalah metode gravitasi. Dengan metode gravitasi diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi sumber daya alam umumnya memerlukan biaya sangat mahal. Oleh karena itu biasanya sebelum melakuka kegiatan eksplorasi dilakukan survey awal, survey
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Sambengwetan Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dan Laboratorium Fisika Eksperimen MIPA Unsoed pada bulan
Lebih terperinciBAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI. 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida
BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida Secara umum, pada Gambar 5.1 dapat diamati 2 macam anomali gayaberat 4D, yaitu anomali rendah (mencapai -2 mgal) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di setiap tempat di permukaan bumi berbeda-beda, disebabkan oleh beberapa faktor seperti
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii iv v vi viii xi xiii
Lebih terperinciSTUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH
STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH Dian Erviantari, Muh. Sarkowi Program Studi Teknik Geofisika
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)
UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN) SKRIPSI INDRA GUNAWAN 0806399003 FAKULTAS MATEMATIKA DAN
Lebih terperinciSTUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH
STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH Dian Erviantari dan Muh. Sarkowi Program Studi Teknik Geofisika
Lebih terperinci2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah
IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BENDUNGAN SUTAMI DAN SEKITARNYA BERDASARKAN ANOMALI GAYABERAT Elwin Purwanto 1), Sunaryo 1), Wasis 1) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. oleh: NIM
INTERPRETASI DATA ANOMALI GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK MENENTUKAN POLA PERGERAKAN AIR TANAH DI SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Teknik Strata Satu di Program Studi
Lebih terperinciIII. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh
III. TEORI DASAR 3.1 Prinsip Dasar Gayaberat Metode gayaberat merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan berdasarkan adanya variasi medan gravitasi
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Daerah Penelitian...3. Gambar 2. Peta Fisiografi Daerah Lampung...5. Gambar 3. Peta Mendala Geologi Sumatera...
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Peta Daerah Penelitian...3 Gambar 2. Peta Fisiografi Daerah Lampung...5 Gambar 3. Peta Mendala Geologi Sumatera...7 Gambar 4. Peta Geologi Lembar Tanjung Karang...8 Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran bentuk dan ukuran bumi termasuk medan gayaberat bumi. Bentuk bumi tidak teratur menyebabkan penentuan bentuk dan
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat
BAB III TEORI DASAR 3.1 Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah metode dalam geofisika yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat massa cebakan mineral dari daerah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM
BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi
Lebih terperinciBAB IV INTERPRETASI SEISMIK
BAB IV INTERPRETASI SEISMIK Analisa dan interpretasi struktur dengan menggunakan data seismik pada dasarnya adalah menginterpretasi keberadaan struktur sesar pada penampang seismik dengan menggunakan bantuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metoda Mikrozonasi Gempabumi Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya batuan sedimen yang berada di atas basement dengan perbedaan densitas dan kecepatan
Lebih terperinciGambar 3.1. Daerah Penelitian (Sumber : Google Earth)
3.1 Daerah dan Data Penelitian BAB III METODOLOGI Gambar 3.1. Daerah Penelitian (Sumber : Google Earth) Gambar 3.1 menggambarkan area yang diteliti pada penelitian ini dengan batas pengukuran terletak
Lebih terperinciUnnes Physics Journal
UPJ 3 (1) (2014) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA GAYA BERAT S. Imam, Supriyadi Prodi Fisika, Fakultas
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Untuk menjalankan aplikasi ini ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pengguna. Spesifikasi kebutuhan berikut ini merupakan spesifikasi
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN
45 BAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software Rancangan ini dibuat dan dites pada konfigurasi hardware sebagai berikut: Processor : Intel Pentium 4 CPU 1500 MHz. Memory :
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili
Lebih terperinciBab III. Pelaksanaan Penelitian
Bab III. Pelaksanaan Penelitian III.1. Deskripsi Daerah Penelitian Penelitian dilakukan diwilayah Kota Tangerang dengan mengambil sampel penelitian pada 4 blok pada wilayah kelurahan Sukasari dan Babakan,
Lebih terperinci2014 PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan energi dan kekayaan mineral yang sangat melimpah sebagaimana Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral merilis bahwa Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki tatanan tektonik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)
3.1 Diagram Alur Pengolahan Data BAB III METODOLOGI PENELITIAN Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi) Pemilahan data geolistrik dan GPS Pemodelan 1D Pemodelan 2D Pemodelan 3D
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada
V. PEMBAHASAN 5.1 Tuning Thickness Analysis Analisis tuning thickness dilakukan untuk mengetahui ketebalan reservoar yang dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada
Lebih terperinciTESIS PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH YAPEN DAN MAMBERAMO, PAPUA BERDASARKAN ANOMALI GRAVITASI
59 TESIS PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH YAPEN DAN MAMBERAMO, PAPUA BERDASARKAN ANOMALI GRAVITASI NOPER TULAK 09/293146/PPA/03150 PROGRAM STUDI S2 ILMU FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Distributor Seragam Aneka Jaya merupakan satu distributor seragam merk Teladan yang berada di kota sidoarjo. Distributor Seragam Aneka Jaya sendiri berdiri
Lebih terperinciPengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik
Modul 1 Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik Di antara sifat fisis batuan yang mampu membedakan antara satu macam batuan dengan batuan lainnya adalah massa jenis dan suseptibiltas batuan.
Lebih terperinciPENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT (GRAVITY)
PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT (GRAVITY) Oleh : Syamsuriadi/H22107034 1, Muhammad Hamzah 2, Sabrianto Aswad 2 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Penelitian dilakukan di Desa Gerbosari,
Lebih terperinciBAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA
BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA 5.1 Desain Survey Pengukuran data VLF dilakukan 4 8 November 2007 di daerah Semanu, pada sistem sungai bawah permukaan Bribin, meliputi 2 lokasi pengukuran, yakni:
Lebih terperinciPemisahan Anomali Regional-Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average, Polynomial dan Inversion
ISSN :89- Indonesian Journal of Applied Physics () Vol. No. halaman April Pemisahan Anomali Regional-Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average, Polynomial dan Inversion Jarot Purnomo,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Akuisisi Data Mulai Pengukuran Resistivitas Pengukuran
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non
39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non Preserve. Data sumur acuan yang digunakan untuk inversi adalah sumur
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut: Studi Literatur dan Konsultasi
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Bone, Perairan Sulawesi dan sekitarnya, Indonesia (Gambar 6). Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Teluk Bone,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Pengolahan Data 1 Dimensi Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data terhadap 21 titik pengamatan yang tersebar pada tiga lintasan, yaitu Lintasan 1, Lintasan 2 dan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
25 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Analisis Permasalahan Pada regresi berganda terdapat beberapa masalah yang dapat terjadi sehingga dapat menyebabkan estimasi koefisien regresi menjadi tidak stabil.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki tatanan tektonik
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software Dalam pembuatan program aplikasi ini digunakan komputer dengan spesifikasi hardware sebagai berikut: 1) Processor : Pentium IV 2.80
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Anomali Bouguer U 4 3 mgal 4 3 Gambar 5.1 Peta anomali bouguer. Beberapa hal yang dapat kita tarik dari peta anomali Bouguer pada gambar 5.1 adalah : Harga anomalinya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. nilai resistivitas di bawah permukaan. Data primer yang didapat adalah data
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data primer untuk mengetahui nilai resistivitas di bawah permukaan. Data primer yang didapat adalah data geolistrik
Lebih terperinciPENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN
PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN Syamsuddin1, Lantu1, Sabrianto Aswad1, dan Sulfian1 1 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Keutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah:
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR
BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR Pemodelan petrofisika reservoir meliputi pemodelan Vshale dan porositas. Pendekatan geostatistik terutama analisis variogram, simulasi sekuensial berbasis grid (Sequential
Lebih terperinciJurnal MIPA 36 (1): (2013) Jurnal MIPA.
Jurnal MIPA 36 (1): 34-43 (2013) Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm IDENTIFIKASI ZONA PENGURANGAN AIR TANAH BERDASARKAN MODEL 3D GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU Supriyadi 1, WGA Kadir
Lebih terperinci