BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH"

Transkripsi

1 BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH Untuk mewujudkan lembaga demokrasi yang makin kukuh, seperti pada periode- periode sebelumnya, pada kuartal terakhir tahun 2006 dan semester pertama tahun 2007 ini pemerintah telah berusaha sekuat tenaga memikul dan melaksanakan amanat yang sesungguhnya tidak lebih ringan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas bebannya dibandingkan dengan periode-periode awal pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu. Semua itu tentu dalam upaya merealisasikan janji-janji kepada masyarakat termasuk di dalamnya upaya menjaga dan mendorong proses demokrasi. I. Permasalahan yang Dihadapi Pilkada secara demokratis dan jurdil tetap merupakan salah satu perhatian terpenting pemerintah dalam melaksanakan amanat demokrasi pada tahun ini. Pilkada langsung merupakan suatu cermin adanya jaminan dan penghormatan terhadap hak politik masyarakat pada tingkat daerah dan lokal. Secara umum, permasalahan utama Pilkada yang dihadapi di lapangan adalah (1) kurang akuratnya penetapan data pemilih; (2) persyaratan calon yang

2 tidak lengkap atau tidak memenuhi persyaratan (ijazah palsu/tidak punya ijazah); (3) permasalahan internal parpol dalam hal pengusulan pasangan calon; dan (4) masyarakat seringkali mengeluhkan kinerja KPUD yang seringkali dianggap kurang transparan, tidak independen dan memberlakukan pasangan calon secara kurang antara satu dengan lainnya karena berbagai adanya hambatan teknis dan pengawasan yang kurang. Proses pelembagaan demokrasi pada tingkat penyelenggaraan negara, walaupun telah mengalami peningkatan kapasitas yang cukup besar selama setahun terakhir, permasalahan yang dihadapi adalah masih relatif belum optimalnya kemampuan lembagalembaga penyelenggara negara dalam menjalankan akuntabilitas politik dan publiknya. Akuntabilitas politik dan publik merupakan tuntutan masyarakat terhadap lembaga-lembaga penyelenggara negara tersebut. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah terkait dengan persoalan hubungan antarlembaga. Selama setahun terakhir ini makin kuat munculnya aspirasi-aspirasi bagi penyempurnaan mekanisme checks and balances, terutama yang menyangkut keterkaitan hubungan kelembagaan antara DPR dan DPD sebagai konsekuensi dari sistem bikameral parlemen kita. Apakah semua aspirasi masyarakat mengenai penguatan sistem parlemen bikameral akan berujung kepada perlunya amendemen UUD 1945 bagi penyempurnaan peran DPD di dalam parlemen. Yang penting semua proses politik yang mengarah kepada amendemen UUD 1945 atau perundang-undangan yang lebih rendah diharapkan tetap berada di dalam koridor konsolidasi demokrasi dan tidak mengorbankan persatuan bangsa. Perubahan struktur dan substansi UUD 1945, serta disahkannya berbagai peraturan perundang-undangan yang ada dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan koridor hukum pelaksanaan peran dan fungsi kelembagaan politik yang ada. Pelaksanaan peran dan fungsi lembaga-lembaga dimaksud secara lebih optimal akan menciptakan hubungan kekuasaan yang seimbang yang pada gilirannya akan menentukan pula keberhasilan pelaksanaan konsolidasi demokrasi. Berkaitan dengan perundang-undangan, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) untuk membatalkan UU No. 27 Tahun 2004 tentang 15-2

3 Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (UU KKR) sangat penting untuk dicatat. MK menyatakan bahwa Pasal 27 UU No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (UU KKR) yang berbunyi Kompensasi dan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dapat diberikan apabila permohonan amnesti dikabulkan bertentangan dengan UUD Akan tetapi, karena seluruh operasionalisasi UU KKR bergantung dan bermuara pada pasal tersebut, implikasi hukumnya mengakibatkan seluruh pasal berkaitan dengan amnesti tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sehingga seluruh ketentuan dalam UU KKR menjadi tidak mungkin untuk dilaksanakan. Pembatalan ini dinyatakan Mahkamah Konstitusi dalam sidang pembacaan putusan perkara 006/PUU-IV/2006 yang dimohonkan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras), Solidaritas Nusa Bangsa (SNB), Inisiatif Masyarakat Partisipatif untuk Transisi Berkeadilan (Imparsial), Lembaga Penelitian Korban Peristiwa 65 (LPKP 65), Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Rezim Orba (LPR-KROB), Raharja Waluya Jati, dan H. Tjasman Setyo Prawiro dengan kuasa hukum Tim Advokasi Keadilan dan Kebenaran, pada tanggal 7/12/2006. Hal yang melatarbelakangi Pasal 27 UU KKR dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 adalah karena tidak memberikan kepastian hukum dan keadilan kepada korban karena pemberian kompensasi dan rehabilitasi digantungkan kepada sesuatu yang belum pasti, yaitu amnesti. Amnesti itu sepenuhnya merupakan kewenangan presiden untuk memberikan atau tidak setelah mendengar pertimbangan DPR sekali pun, misalnya telah terbukti bahwa yang bersangkutan adalah korban. Hal itu dianggap tidak adil bagi korban sebab di satu pihak, pemberian amnesti kepada pelaku pelanggaran hak asasi manusia yang berat secara implisit dinyatakan sebagai hak (Pasal 29 Ayat (3) UU KKR), tetapi kompensasi dan rehabilitasi secara implisit pun tidak disebut sebagai hak. Selain itu, ketentuan Pasal 27 UU KKR juga dianggap tidak memberikan kepastian hukum dan keadilan kepada pelaku karena tidak terdapat jaminan bahwa pelaku akan dengan sendirinya memperoleh amnesti setelah mengakui kesalahan, mengakui kebenaran fakta-fakta, menyatakan penyesalan atas 15-3

4 perbuatannya, dan bersedia meminta maaf kepada korban dan atau keluarga korban yang merupakan ahli warisnya. Dengan pembatalan UU No.27 Tahun 2004 itu, semua pihak hendaknya memikirkan alternatif perundangan yang lebih tepat dan dapat diterima sebagai dasar dilakukan rekonsiliasi nasional pada masa mendatang. Hal ini sangat berkaitan dengan keprihatinan tentang masih adanya persoalan-persoalan mengganjal pada masa lalu yang belum tuntas, seperti pelanggaran HAM berat dan tindakan-tindakan kejahatan politik. Demokratisasi akan sulit berjalan atau akan mengalami hambatan jika persoalan-persoalan masa lalu, seperti pelanggaran HAM dan tindakan-tindakan kejahatan politik, belum diselesaikan terlebih dahulu. Di sisi masyarakat disadari bahwa dari segi ekonomi maupun pendidikan, kondisi masyarakat sipil masih cukup lemah. Padahal, dengan menurunnya peran pemerintah pusat, sejalan dengan asas checks and balances dan berlanjutnya desentralisasi politik dan otonomi daerah maupun otonomi khusus, masyarakat sipil pada saat yang sama diharapkan mampu mengambil inisiatif berpartisipasi dalam mengisi peran-peran publik yang sebelumnya dimainkan pemerintah. Begitu pun halnya dengan peran partai politik yang masih relatif belum optimal dalam menjalankan fungsi wadah penyalur aspirasi politik rakyat serta fungsi pendidikan dan agregasi politik. Pola hubungan negara dan masyarakat yang konstruktif akan mendorong proses konsolidasi demokrasi. Untuk itu, masyarakat perlu mendapatkan ruang kebebasan dan tanggung jawab yang lebih besar sehingga pada saatnya nanti akan memiliki dinamika tersendiri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berada di dalam domain kemasyarakatan secara lebih otonom dan independen, dengan kekayaan inovasi dan kreasi sendiri. Walaupun kedewasaan masyarakat secara umum dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa semakin meningkat baik dilihat dari partisipasi politik maupun peran serta memperluas ruang kebebasan yang ada secara lebih bertanggung jawab, pada saat yang sama tetap saja ada orang atau kelompok yang tidak segan memanfaatkan ruang politik untuk mengadu domba, memprovokasi kerusuhan sosial untuk memancing di air keruh, serta menimbulkan masih adanya potensi-potensi 15-4

5 ekstrem dari kelompok penganut ideologi terlarang dan kelompok yang berorientasi separatis. Di bidang komunikasi dan informasi, kemerdekaan pers dan media massa saat ini masih belum mampu dipahami dan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh semua pihak, termasuk oleh kalangan pers sendiri sebagai sarana pencerdasan dan peningkatan kesadaran sosial politik masyarakat. Keluhan dari pihak masyarakat pers adalah bahwa hal itu dimungkinkan, antara lain, oleh belum kokohnya peraturan perundangan yang menjadi jaminan kemerdekaan pers dan media massa, karena sifatnya yang kurang implementatif serta berpotensi menimbulkan banyak penafsiran sehingga kurang efektif dalam memberikan arah perkembangan pers. Pemerintah juga berharap pihak-pihak yang bersangkutan dengan perkembangan pers dan media massa ikut mawas diri untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional kalangan pers dan media massa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Di sisi lain, pemerintah menerima keluhan masyarakat yang mengatakan bahwa kebijakan komunikasi dan informasi nasional juga masih belum optimal dalam menjamin hak-hak masyarakat dalam memperoleh informasi. Masyarakat Indonesia secara keseluruhan hingga saat ini masih belum dapat menjangkau dan mengakses informasi yang diperlukannya termasuk informasi pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Persoalan itu terkait dengan ketersediaan infrastruktur dan juga profesionalitas media massa dalam menjalankan perannya dalam mencerdaskan bangsa. II. Langkah Kebijakan dan Hasil yang Dicapai Beberapa upaya telah dilakukan dan akan ditempuh oleh pemerintah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang diarahkan untuk tetap memelihara momentum awal konsolidasi demokrasi, yaitu: (1) meningkatkan kualitas dan kredibilitas sistem dan proses penyelenggaraan pemilu; (2) melaksanakan perbaikan peraturan perundangan dan penegakan hukum; (3) memperkuat kapasitas dan kredibilitas lembaga-lembaga penyelenggara negara; (4) mendukung peningkatan kapasitas masyarakat sipil dan partai politik; dan (5) 15-5

6 memperkuat akses masyarakat sipil melalui berbagai media dan informasi publik dalam proses pengambilan keputusan publik dan pengawasan jalannya penyelenggaraan negara. Berbagai pelaksanaan kebijakan tersebut telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan terutama sumbangannya yang positif terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia. Salah satu perkembangan demokrasi terpenting di tanah air pada beberapa tahun terakhir ini adalah diselenggarakannya pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung. Pilkada langsung merupakan cermin adanya jaminan dan penghormatan terhadap hak politik masyarakat pada tingkat daerah dan lokal. Persoalan umum dalam pilkada yang tentunya menjadi keprihatinan kita semua adalah terkait politik uang, daftar pemilih, persyaratan calon dan kelengkapan dokumendokumen peserta pilkada dan adanya ketidakpuasan para pendukung pasangan calon terhadap proses dan hasil pilkada, terutama perhitungan suara. Persoalan-persoalan itu merupakan potensi menimbulkan konflik dan ketidakharmonisan di dalam masyarakat dan perlu mendapatkan perhatian dan perbaikannya segera sehingga pilkada selanjutnya di daerah lainnya dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Berbagai persoalan pilkada itu dapat dijadikan pembelajaran untuk mempersiapkan penyelenggaraan pemilu pada tahun 2009 dengan lebih baik. Dari aspek sosiologis psikologis, upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah melaksanakan sosialisasi dan dialog interaktif antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memantapkan persiapan pelaksanaan pilkada. Untuk para kandidat pemimpin provinsi dan kabupaten/kota telah pula diupayakan pengembangan budaya berkompetisi siap menang siap kalah sebagai bentuk nyata penerapan nilai demokrasi. Sebagai tindak lanjut pemberlakuan UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh pada 1 Agustus 2006 telah pula difasilitasi pembentukan partai lokal yang diatur melalui PP No. 20 Tahun 2007 tentang Partai Politik Lokal di Aceh. Pilkada di Aceh yang dilaksanakan serentak di 19 kabupaten/kota di Provinsi NAD telah berlangsung dengan adil, aman dan demokratis. Namun, barubaru ini muncul kontroversi dengan dibentuknya Partai GAM yang menggunakan atribut-atribut GAM, seperti bendera GAM. Padahal, 15-6

7 salah satu syarat pendirian organisasi adalah tidak menggunakan nama lambang atau simbol yang menjurus atau mendorong pada disintegrasi NKRI. Secara umum, hampir seluruh penyelenggaraan pilkada dapat dilaksanakan dengan kualitas demokrasi yang cukup baik. Mulai 1 Juni 2005 hingga akhir Juni 2007 telah dilaksanakan proses pilkada di 304 daerah, yang terdiri atas 15 provinsi, 242 kabupaten dan 47 kota. Sebanyak 90% dari kepala daerah yang terpilih pada periode itu telah dilantik untuk menduduki jabatan-jabatannya masing-masing. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan sebagian besar pilkada di hampir seluruh wilayah Republik Indonesia. Masyarakat dengan segala kekurangan dan kelebihan pemahaman politiknya telah menjadi tulang punggung keberhasilan pelaksanaan pilkada di berbagai daerah tersebut. Tanpa ada dukungan kesadaran politik masyarakat, tingkat keberhasilan pilkada tidak akan setinggi seperti sekarang ini. Pelaksanaan pilkada Indonesia adalah sebuah pekerjaan besar, yang hanya dapat dibandingkan dengan pelaksanaan pemilihan demokratis di tingkat negara bagian di Amerika Serikat maupun India. Indonesia berhasil memantapkan posisinya sebagai negara demokrasi terbesar ke tiga di dunia setelah dua negara itu. Dengan mengingat belum berpengalamannya Indonesia dalam melaksanakan proses itu, keberhasilan yang ada makin bernilai artinya dalam meningkatkan rasa percaya diri. Masyarakat relatif sudah cukup matang dalam berdemokrasi, serta pada umumnya sudah mampu membedakan sengketa pilkada yang berdimensi demokratis dengan yang berdimensi anarki dan kriminal. Masyarakat umumnya cukup menyadari bahwa pilkada dilaksanakan untuk kepentingan rakyat dan pelaksanaannya merupakan cerminan terhadap hak-hak sah masyarakat di tingkat daerah dan lokal. Bahkan, masyarakat cukup menyadari dan memahami bahwa permasalahan dalam pelaksanaan pilkada sesungguhnya bukan berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Masyarakat sudah dapat menilai bahwa berbagai kelemahan yang berasal dari luar dirinya, terkait dengan peserta pilkada, kelemahan peraturan-peraturan pilkada, kelemahan dalam proses pelaksanaan dan pengawasan pilkada, serta kelemahan-kelemahan di dalam 15-7

8 penegakan hukum, khusus yang menyangkut penyelesaian konflik pilkada atau yang berkaitan dengan pilkada. Potensi dan kelebihan yang dimiliki masyarakat inilah yang mampu meredam setiap konflik, atau paling tidak, setiap konflik tidak pernah berlanjut dengan menghasilkan konflik yang sangat begitu parah. Dari hasil evaluasi pilkada tahun , dalam rangka meminimalisasi konflik yang berkembang di masyarakat dan untuk mengefektifkan serta mengefisienkan anggaran pelaksanaan pilkada, saat ini muncul wacana agar pilkada gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam satu provinsi dilaksanakan secara serentak dan dengan pendanaan bersama antara pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/ kota, serta wacana calon independen. Hal itu akan menjadi bahan masukan dan bahan pengkajian dalam rangka penyempurnaan peraturan perundangan yang berkaitan dengan pelaksanaan Pilkada. Mahkamah Konstitusi pada tanggal 23 Juli 2007 telah mengabulkan judicial review terhadap UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang tidak memberikan ruang keikutsertaan calon independen dalam pilkada. Dengan demikian, kesesuaian dengan keputusan MK tersebut, para calon independen akan dapat mempergunakan hak politiknya menjadi calon pemimpin daerah. Implikasi dikabulkannya judicial review ini akan membawa konsekuensi pada tuntutan untuk diberikannya hak bagi calon independen ikut dalam mekanisme seleksi kepemimpinan politik pada pemilu 2009 mendatang. Adanya tuntutan masyarakat agar calon independen menggunakan hak politiknya merupakan cermin adanya ketidakpercayaan parpol menjadi wadah penyalur aspirasi politik masyarakat. Tuntutan calon independen ini pun mencerminkan adanya ketidakpercayaan masyarakat kepada para elit politik yang berasal dari parpol. Dengan dikabulkannya judicial review tersebut dapat menjadi pengalaman dan pembelajaran bagi parpol di Indonesia untuk lebih meningkatkan peranannya sebagaimana yang dikehendaki oleh masyarakat konstituennya. Respon yang positif dengan pengalaman ini telah ditunjukan oleh berbagai partai politik untuk memperbaiki perannya. Bagi pemerintah keputusan MK ini perlu didukung sepenuhnya dan 15-8

9 pemerintah akan mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaannya. Masih terkait dengan mekanisme seleksi kepemimpinan politik, khususnya dalam menghadapi pemilu 2009, perjalanan dan dinamika politik dalam negeri telah melahirkan kebutuhan untuk menyempurnakan kembali paket undang-undang bidang politik yang antara lain dimaksudkan untuk menegaskan keberadaan partai politik sebagai institusi penyaluran aspirasi politik, dan mengatur lebih lanjut hal-hal yang terkait dengan pendidikan politik, keuangan partai politik serta aspek-aspek kelembagaan dan proses politik lainnya. Hingga saat ini telah disusun UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Sementara itu, empat RUU di bidang politik lainnya saat ini telah diajukan kepada DPR-RI untuk dibahas bersama pemerintah dan selanjutnya akan menjadi dasar dan piranti untuk penyelenggaraan pemilu tahun Keempat rancangan undang-undang tersebut adalah RUU tentang Partai Politik; RUU tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD; RUU tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; dan RUU tentang Susunan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD selanjutnya disampaikan ke DPR RI untuk dibahas bersama. Pengesahan undang-undang bidang politik tersebut diharapkan selesai sebelum berakhirnya tahun Keterlambatan penyelesaiannya akan berakibat pada terbatasnya waktu yang tersedia dalam penyusunan jadual alokasi waktu untuk tahapan dan program/kegiatan penyelenggaraan pemilu Sebagai tindak lanjut UU No. 22 Tahun 2007 telah dibentuk tim seleksi calon anggota komisi pemilihan umum yang berasal dari unsur akademisi, profesional dan masyarakat untuk membantu menjaring calon anggota komisi pemilihan umum (KPU) yang diajukan ke DPR-RI. Tim seleksi anggota KPU tersebut ditetapkan dengan Keppres RI No. 12 Tahun 2007 tentang pembentukan Tim Seleksi Anggota KPU. Saat ini sebanyak 45 calon anggota KPU hasil seleksi telah diinformasikan kepada masyarakat luas untuk memperoleh penilaiannya. Diharapkan pada bulan Oktober 2007, 7 anggota KPU akan ditetapkan. Undang-undang No. 22 Tahun 2007 pasal 129 telah menetapkan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) sebagai lembaga 15-9

10 permanen, bukan lagi lembaga adhoc. Panwaslu harus dibentuk lima bulan setelah terbentuknya anggota KPU baru. Berdasarkan undangundang yang baru ini, petugas pengawas lapangan akan ada sampai dengan tingkat desa/kelurahan dan akan ada juga di setiap kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Pada pemilu 2004 keberadaan institusi Panwaslu hanya sampai dengan tingkat kecamatan dan hanya ada di dalam negeri saja. Dalam penguatan pelembagaan demokrasi, pemerintah tetap berupaya melanjutkan dan mempertajam upaya pemerintah sebelumnya dalam melaksanakan proses konsolidasi demokrasi. Dukungan berbagai program capacity building tidak saja untuk lembaga eksekutif, melainkan juga legislatif dan yudikatif telah secara intensif dilakukan dalam dua tahun terakhir ini walaupun kinerja lembaga-lembaga tersebut belum sepenuhnya dikatakan baik oleh masyarakat. Peningkatan kapasitas DPRD, DPRP, dan MRP pun telah mendapatkan dukungan fasilitasi dalam dua tahun terakhir ini. Terkait dengan persoalan aspirasi untuk memperbaiki posisi kekuasaan DPD, apa pun pilihan yang diputuskan hendaknya harus dilakukan dengan cara-cara konstitusional. Di samping itu, pada prinsipnya keputusan mengenai fungsi, hak, dan kedudukan DPD pada masa mendatang diharapkan dapat memperkuat parlemen sebagai lembaga legislasi dan bukan sebaliknya memperlemah parlemen dalam konteks konsolidasi demokrasi pada masa mendatang. Berkaitan dengan upaya kelanjutan dan percepatan upaya untuk meningkatkan peran masyarakat sipil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan negara, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai forum konsultasi terbuka untuk memperoleh masukan bagi penyempurnaan UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang oleh banyak kalangan di masyarakat sudah tidak relevan lagi di dalam mengakomodasi perkembangan proses demokrasi saat ini dan pada masa depan. UU Ormas tersebut saat ini sudah masuk dalam daftar undang-undang yang diprioritaskan untuk diselesaikan pada tahun

11 Dalam rangka peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam konteks ketatanegaraan melalui dukungan pembangunan infrastruktur dan suprastruktur politik, salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui pelaksanaan kebijakan PP No. 29 tahun 2005 Tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik. Di bidang komunikasi dan informasi, sudah cukup disadari sepenuhnya bahwa media massa yang terjamin kebebasan dan independensinya pada gilirannya akan menguntungkan semuanya, baik negara maupun masyarakat. Walaupun seringkali dianggap merugikan kepentingan-kepentingan politik tertentu (vested interest), precision journalism (berdasarkan investigative reporting) justru dapat menjadi semacam early warning system terhadap ancamanancaman laten terhadap negara dan masyarakat, termasuk praktikpraktik yang merongrong kekayaan rakyat, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Perkembangan akhir-akhir ini yang terkait dengan revisi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers adalah terdapatnya perbedaan pendapat di kalangan publik yang melihat bahwa upaya revisi ini berpotensi besar untuk mengembalikan kontrol pemerintah terhadap kebebasan pers yang telah dijamin melalui undang-undang tersebut. Untuk itu, pemerintah melihat bahwa Revisi UU Pers tidak bisa dilakukan jika tidak ada inisiatif dari jurnalis untuk mendorong melakukan hal tersebut. Esensi revisi UU Pers sebenarnya untuk peningkatan kualitas dari jurnalis dalam memberikan informasi yang sehat dan bertanggung jawab. Informasi yang sehat sangat diperlukan oleh masyarakat sebab pada saat ini hal itu merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Pemerintah bersama pers diharapkan dapat mengembangkan kerja sama yang sinergis dalam memberikan informasi yang sehat kepada masyarakat karena tujuan keduanya adalah memberikan nilai edukasi dan kontrol sosial. Terkait dengan pelayanan komunikasi dan informasi publik di berbagai bidang sebagai upaya untuk menyediakan informasi kepada publik secara meluas, beberapa hal yang telah dilakukan adalah penyebaran informasi publik melalui berbagai penerbitan media cetak, media elektronik (seperti Kominfo News Room), siaran radio dan televisi daerah, forum dialog interaktif, forum publik, saresehan, jajak pendapat, media luar ruang, forum pemberdayaan lembaga 15-11

12 komunikasi perdesaan, pemantau media, pemanfaatan media tradisional dan pentas pertunjukan rakyat, dan penyelenggaraan Meet The Press/Media Gathering dengan perwakilan asing. Untuk mengatasi hambatan penyebaran informasi ke daerah, upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga komunikasi pemerintah daerah. Untuk meminimalkan kendala akses terhadap informasi publik, pemerintah pun menyediakan mobil unit operasional yang akan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berada pada lokasi terpencil dan sulit terjangkau oleh teknologi informasi modern. Berbagai program layanan komunikasi dan informasi yang telah dan akan dilaksanakan tentu berdampak positif bagi upaya memperkuat masyarakat melalui penciptaan berbagai akses masyarakat terhadap informasi yang dibutuhkannya. Hal itu menjadi modal penting bagi berjalannya proses konsolidasi demokrasi yang semakin kuat didalam masyarakat. Pemerintah bersama-sama DPR dalam dua tahun terakhir ini sedang berupaya menuntaskan pengesahan Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik agar transparansi lembaga-lembaga publik terhadap informasi kepada masyarakat dijamin pelaksanaannya. Diharapkan pada akhir tahun 2007, undang-undang tersebut dapat disahkan. III. Tindak Lanjut yang Diperlukan Pada dasarnya, tindak lanjut yang diperlukan di dalam penyelesaian berbagai konflik dalam proses Pilkada adalah perlunya pemerintah dan masyarakat terus mendukung pelaksanaan pilkada langsung dengan aman, tertib, dan lancar, serta melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pilkada untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan negatif yang timbul yang justru akan menghambat perlaksanaan pilkada itu sendiri. Peningkatan pemahaman mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam konteks peningkatan partisipasi politik di dalam pilkada dan sikap berbudaya politik demokratis harus pula dilakukan secara sistematis dan terukur, dan harapannya adanya peningkatan pemahaman tersebut dapat mendorong perubahan sikap dan perilaku masyarakat, yang pada 15-12

13 gilirannya secara sistematis dapat mengikis perilaku yang mempergunakan money politics. Dengan demikian, menurut hemat pemerintah, tekanantekanan penting yang perlu diberikan dalam penyelenggaraan pilkada pada masa penyelenggaraan pilkada mendatang adalah berupa perlunya memperhatikan tahap-tahap rawan dalam keseluruhan proses penyelenggaraan pilkada, yakni peningkatan kapasitas pengawasan proses kampanye calon dan proses verifikasi calon untuk menghindarkan adanya manipulasi suara melalui politik uang dan pemalsuan dokumen-dokumen riwayat hidup peserta pilkada. Selain itu, aparat penyelenggara, badan pengawas, aparat keamanan harus ekstra hati-hati di dalam menjaga netralitas, transparansi dalam pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan oleh negara kepada mereka. Tugas penyelenggaraan pilkada, seperti halnya penyelenggaraan pemilu nasional adalah tugas yang sangat mulia dan terhormat. Oleh karena itu, perlu dihargai tinggi sebagai bagian dari pelaksanaan amanat penderitaan rakyat dan pemenuhan amanat kedaulatan rakyat Indonesia. Di samping itu, penyempurnaan atas peraturan perundangan di bidang politik harus segera dituntaskan pada tahun 2007 ini mengingat keempat undang-undang tersebut menjadi instrumen penting peningkatan kualitas mekanisme seleksi kepemimpinan politik pada Pemilu Yang perlu mendapatkan perhatian adalah penyempurnaan tersebut harus meletakkan secara lebih tepat dan kokoh peran dan fungsi lembaga-lembaga demokrasi yang ada di Indonesia saat ini. Khusus yang terkait dengan pembentukan partai lokal, pada masa yang akan datang komitmen dan kesepakatan bersama seluruh pihak terhadap implementasi PP No. 20 Tahun 2007 agar kontroversi pembentukan partai lokal yang mengarah pada tidak dilaksanakannya semangat UU Pemerintahan Aceh dan PP No. 20 Tahun 2007, seperti disintegrasi, dapat dihindarkan. Intinya, komitmen ini harus direfleksikan dalam bentuk apa pun di dalam kehidupan sosial politik masyarakat termasuk dalam pembentukan partai lokal

14 Proses konsolidasi demokrasi akan terjaga apabila kapasitas lembaga eksekutif, legislatif, dan yudiktif terus-menerus ditingkatkan pada tahun 2007 dan seterusnya. Begitupun dengan dorongan untuk memperkuat kemampuan kapasitas masyarakat sipil agar dapat melaksanakan fungsi pengawasan terhadap jalannya penyelenggaraan negara yang akuntabel. Partai politik perlu diberikan dorongan terutama untuk dapat meningkatkan perannya dalam menyalurkan aspirasi politik, melaksanakan kaderisasi dan seleksi kepemimpinan politik, serta melaksanakan pendidikan politik rakyat. Penyempurnaan struktur, peraturan, dan perundang-undangan untuk mendukung proses politik terutama dalam konteks hubungan antarlembaga perlu untuk ditindaklanjuti pada masa yang akan datang. Pada tingkat masyarakat, upaya mewujudkan dan memperkuat masyarakat sipil perlu dilakukan, antara lain melalui upaya mempercepat pembentukan UU Keormasan yang baru sebagai pengganti UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Pada tahun 2007, penguatan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan merupakan kebijakan politik yang sebaiknya jangan ditunda-tunda dalam pembangunan demokrasi. Sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai demokrasi ke dalam semangat masyarakat dan bangsa Indonesia perlu untuk dilakukan pada tahun depan dan tahuntahun mendatang. Pemerintah bersama-sama DPR tetap perlu menargetkan penyelesaian UU tentang Keterbukaan Informasi Publik pada tahun 2007 ini. Dengan diberlakukannya UU ini kemudian diharapkan tidak ada lagi keragu-raguan terhadap itikad pemerintah untuk menjamin kebebasan masyarakat dalam mendapatkan informasi yang seluas-luasnya tanpa pembatasan-pembatasan yang tidak perlu. Di samping itu, pemerintah akan selalu mengadakan kerjasama dengan berbagai pemangku pihak di luar pemerintah terkait dengan revisi UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran beserta PP-nya. Tujuan dilakukan revisi adalah untuk lebih menjamin agar masyarakat memperoleh nilai-nilai edukasi yang positif dan menempatkan media massa sebagai alat kontrol sosial yang sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara. Penyebaran informasi kepada masyarakat yang 15-14

15 semakin meluas, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana akses informasi bagi rakyat, serta melanjutkan program kegiatan yang diarahkan pada peningkatan kerja sama dengan lembaga informasi masyarakat dan media, serta melakukan fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi tetap menjadi prioritas yang akan dilakukan selanjutnya

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH A. KONDISI UMUM Keberhasilan menempatkan proses pembangunan kelembagaan politik demokrasi pada jalur dan arah yang benar selama tahun 2004 dan 2005

Lebih terperinci

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH Dalam upaya mewujudkan lembaga demokrasi yang makin kukuh, kita memasuki tahap yang sangat krusial sejak kuartal terakhir tahun 2007 dan semester pertama

Lebih terperinci

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH Pada kuartal akhir tahun 2005 hingga semester pertama tahun 2006 ini, terlihat kecenderungan adanya pemanfaatan ruang publik yang kurang sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH Tahun 2009 merupakan tahun terakhir masa pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu periode 2004 2009. Selama lima tahun terakhir, berbagai upaya dilakukan

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 006/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl 25 April 2006

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 006/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl 25 April 2006 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 006/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl 25 April 2006 I. PEMOHON 1. Asmara Nababan, SH. Ketua (ELSAM) ( Pemohon I) 2. Ibrahim Zakir. Ketua (KONTRAS) (Pemohon II) 3. Ester Indahyani

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.792, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemberian Keterngan. Perselisihan Hasil Pemilu. MK. Bawaslu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA NO NO. PUTUSAN TANGGAL ISI PUTUSAN 1 011-017/PUU-I/2003 LARANGAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT A. KONDISI UMUM Konflik berdimensi kekerasan di beberapa daerah yang antara lain dilatarbelakangi oleh adanya faktor kompleksitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan. Tahapan. Pencalonan. Pemilu, Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

Konsekuensi dari Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara Langsung?

Konsekuensi dari Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara Langsung? Konsekuensi dari Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara Langsung? Perubahan Konstitusi dan Pengaruhnya terhadap Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, dan Bupati dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye Pemilihan Umum. Anggota DPR, DPD, DPRD. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PERGERAKAN KOTAK SUARA, REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA, DAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab *

Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab * Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 20 November 2015; disetujui: 7 Desember 2015 Latar Belakang Pilkada Serentak pada tanggal 9

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) A. Pengertian Politik POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan rangkaian

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTAR KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM BAB III PEMBANGUNAN HUKUM A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang kedua, yaitu mewujudkan supremasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati, PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI

H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI Ceramah Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan Pemerintah Daerah Bupati, Walikota, dan Ketua DPRD kabupaten/kota Angkatan III 2010 di Lembaga Ketahanan Nasional(Lemhannas-RI).

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Mas Soeroso, SE. (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Wahyu Naga Pratala, SE. (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik. Rakyat, hakikatnya memiliki kekuasaan tertinggi dengan pemerintahan dari, oleh, dan untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009 72 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pengawas pemilu adalah Panitia Pengawas dengan tingkatan yang berbeda yang melakukan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan pemilu. Pengawas pemilu adalah lembaga

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.387, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawas. Dana Kampanye. Pemilu. Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2012

Lebih terperinci

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS ; ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD, & PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Kuliah ke 13) suranto@uny.ac.id 1 A. UUD adalah Hukum Dasar Tertulis Hukum dasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Hukum dasar tertulis yaitu UUD, dan

Lebih terperinci

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 PEMILIHAN UMUM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Memahami Sistem Pemilu dalam Ketatanegaraan

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda YURISKA, VOL. 2, NO. 1, AGUSTUS 2010 72 PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK Hubungan

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

Pertama-tama perkenankan saya secara tulus mengucapkan puji. syukur ke hadirat Allah SWT atas ridha Nya sehingga kita dapat hadir

Pertama-tama perkenankan saya secara tulus mengucapkan puji. syukur ke hadirat Allah SWT atas ridha Nya sehingga kita dapat hadir REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAI{ PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NAS IONAL/KE PALA BAP P E NAS Pada Rapat Kerja (RAKERNAS)

Lebih terperinci

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :)

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :) Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :) Berikut ini adalah contoh soal tematik Lomba cerdas cermat 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Ayoo siapa yang nanti bakalan ikut LCC 4 Pilar

Lebih terperinci

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1985, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pemilihan Umum. Penyelenggaraan. Tata Laksana. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

PILKADA lewat DPRD?

PILKADA lewat DPRD? http://www.sinarharapan.co/news/read/30485/mengorbankan-rakyat-untuk-menutupi-kelemahan-parpol PILKADA lewat DPRD? Mengorbankan Rakyat untuk Menutupi Kelemahan Parpol 04 January 2014 Vidi Batlolone Politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016 DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016 Dinamika perkembangan ketatanegaraan di Indonesia terusterjadi. Hal yang kembali mencuat

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman. ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006/PUU-IV TAHUN 2006 TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Pembentukan Mahkamah Konstitusi Ketatanegaraan dan penyelenggaraan pemerintahan Indonesia mengalami perubahan cepat di era reformasi. Proses demokratisasi dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online IMPLIKASI PUTUSAN MK NOMOR 92/PUU-XIV/2016 DI DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN KPU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah Diterima: 18 Juli 2017, Disetujui: 26 Juli 2017 Pasal yang diuji dan dibatalkan dalam perkara

Lebih terperinci

KEBANGKITAN INDONESIA BARU

KEBANGKITAN INDONESIA BARU REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada SEMINAR SEHARI Dalam

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014 I. PEMOHON 1. dr. Naomi Patioran, Sp. M (selanjutnya sebagai Pemohon I);

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 2.1 Sejarah Singkat Organisasi Keberadaan Mahkamah Konstitusi (MK) baru diperkenalkan oleh pakar hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen menyatakan

Lebih terperinci

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 21 Mei 2008 Pokok

Lebih terperinci

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14 1 of 14 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada

Lebih terperinci

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK I. PENGANTAR Pemilihan Umum adalah mekanisme demokratis untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD), dan Eksekutif (Presiden-Wakil Presiden, serta kepala daerah). Pemilu

Lebih terperinci

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TAHUN 2014 SUMATERA Disampaikan pada: Rapat KALIMANTAN Koordinasi Nasional dalam rangka Pemantapan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) www.kpud-banyumaskab.go.id PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS www.kpud-banyumaskab.go.id PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS PENETAPAN

Lebih terperinci

bab IIi Agenda Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis III -

bab IIi Agenda Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis III - bab IIi Agenda Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis III - Laporan Kinerja Dua Tahun Pemerintahan SBY-JK Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang 12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUDNRI 1945) pada Pasal 1 Ayat (2) mengamanatkan bahwa kedaulatan

Lebih terperinci