PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK MINI PULE PANDAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK MINI PULE PANDAK"

Transkripsi

1 PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK MINI PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina BENTH.) HASIL KULTUR IN VITRO PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN ZEOLIT ZAMZAM NURZAMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 RINGKASAN Zamzam Nurzaman. E Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap Pertumbuhan Stek Mini Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) Hasil Kultur In Vitro pada Media Arang Sekam dan Zeolit. Di bawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, M.Si. dan Ir. Siswoyo, M.Si. Pemanfaatan obat tradisional yang berbahan baku tumbuhan sudah sejak lama dilakukan oleh manusia. Salah satu spesies tumbuhan tersebut adalah pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth.). Pule pandak merupakan salah satu tumbuhan obat yang keberadaannya di alam sudah sangat langka. Akar tumbuhan ini mengandung alkaloid reserpin yang dapat dijadikan sebagai bahan baku obat antihipertensi dan mengandung ajmalina, yang bersifat tranquilizer (penenang). Sifat ini bisa meniadakan kegelisahan dan kegugupan yang biasa dirasakan penderita tekanan darah tinggi (Wahyono, 1989). Kebutuhan bahan baku tumbuhan pule pandak bagi keperluan industri jamu maupun farmasi semakin meningkat. Tingginya permintaan bahan baku dari jenis ini menyebabkan frekuensi pemanenan yang selama ini dilakukan di alam semakin besar, sehingga keberadaannya berkurang drastis. Oleh karena itu berbagai tindakan pengembangbiakan tumbuhan ini perlu dilakukan agar keberadaannya terjaga dan mampu memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu cara untuk menghasilkan kualitas tumbuhan pule pandak yang baik dan seragam dapat dilakukan dengan melakukan pembiakan secara vegetatif, yaitu dengan kultur jaringan dan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan stek mini tumbuhan pule pandak hasil kultur jaringan pada media arang sekam dan zeolit setelah diberi zat pengatur tumbuh NAA dan IBA dengan konsentrasi 0.1mg/l, 0.5 mg/l, 1.0 mg/l, 1.5 mg/l, dan 2.0 mg/l. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukkan dalam memproduksi pule pandak secara cepat. Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain zat pengatur tumbuh indole butyric acid (IBA), napthalene acetic acid (NAA), fungisida, hyponex, liquinox B1, liquinox fish emulsion, stek tanaman pule pandak (R. serpentina) umur tiga bulan hasil kultur in-vitro yang telah diaklimatisasi, tanah liat, arang sekam dan zeolit. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain silet, gunting, ember, gelas ukur, pipet, neraca analitik, pengaduk, bak kecambah, plastik, karet, kompor, minyak tanah, drum untuk sterilisasi media, alat tulis, tally sheet, penggaris, termometer, hygrometer dan kamera. Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi persentase hidup, persentase stek berakar, tinggi stek dan panjang akar pada akhir pengamatan, pertambahan jumlah daun setiap minggu dan jumlah total daun di akhir pengamatan. Data penunjang yang juga dikumpulkan adalah suhu dan kelembaban harian rata-rata. Pengamatan dilakukan se lama 8 minggu dimulai dari satu minggu setelah tanam. Data yang dihasilkan disajikan dalam bentuk tabulatif dan deskriptif. Untuk mengetahui pengaruh pemberian NAA dan IBA dilakukan

3 analisis sidik ragam dengan rancangan acak lengkap kelompok satu faktor da n uji wilayah berganda Duncan. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah stek yang hidup sampai dengan akhir pengamatan berjumlah 352 dari 440 sampel, sehingga persentase stek yang hidup adalah 80%. Penyebab kematian diduga karena bakteri, jamur serta serangga renik. Serangan bakteri dan serangga renik ditunjukkan dengan membusuknya batang dan pangkal stek kemudian tanaman mati, sedangkan serangan jamur ditunjukkan dengan adanya benang-benang halus di sekitar stek. Hasil pengamatan menunjukkan sebanyak 94,6% stek yang masih hidup mempunyai akar. Stek yang berakar seluruhnya membentuk akar serabut. Stek yang diberi perlakuan NAA menunjukkan persentase stek berakar sebesar 91,14% atau sebanyak 144 stek, sedangkan pada stek dengan perlakuan IBA persentase stek beraka r sebesar 96,55% atau sebanyak 168 stek. Persentase stek berakar pada akhir pengamatan untuk stek yang ditanam pada media arang sekam sebesar 46,37% atau sebanyak 154 stek, sedangkan pada media zeolit sebesar 53,63% atau sebanyak 179 stek. Penggunaan NAA dan IBA sebagai zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) pada parameter pertumbuhan tinggi tanaman dan panjang akar dan sangat nyata (P<0,01) pada parameter pertambahan daun. Penggunaan arang sekam dan zeolit sebagai media tumbuh stek berpengaruh sangat nyata pada parameter panjang akar (P<0,01) tetapi tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun (P<0,05) Hasil pengamatan menunjukkan umumnya pada 1 4 minggu setelah tanam terjadi penyesuaian atau adaptasi dengan lingkungan fisik. Penyesuaian berupa pengguguran daun, perubahan warna daun dan penghentian pertumbuhan atau dorman. Penyesuaian dilakukan karena adanya tekanan dari lingkungan berupa suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan media perakaran. Faktor-faktor fisik tersebut mempengaruhi keberhasilan stek di samping zat pengatur tumbuh dan bahan stek itu sendiri. Kisaran suhu rata -rata yang terjadi selama penelitian berlangsung adalah C. Suhu terendah tercatat 23 0 C dan suhu tertinggi 42 0 C. Kisaran kelembaban rata-rata yang terjadi selama penelitian berlangsung adalah 65% - 97%. Kelembaban terendah tercatat 45% dan kelembaban tertinggi tercatat 100%. Untuk menjaga kelembaban bak tanam ditutup dengan plastik dan disimpan di rumah kaca. Media ya ng digunakan sebagai media perakaran stek adalah arang sekam dan zeolit. Masing-masing media ditempatkan pada wadah terpisah. Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya tumbuh stek setelah dipindah ke polybag dan setelah ditanam di lapangan. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian mengenai persentase hidup tanaman pada saat aklimatisasi dari laboratorium kultur jaringan.

4 PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK MINI PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina BENTH.) HASIL KULTUR IN VITRO PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN ZEOLIT ZAMZAM NURZAMAN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

5

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 20 Desember 1980 dari Ayah H. Usep Romli HM dan Ibu Hj. Neneng Susilawati. Pendidikan formal yang telah ditempuh adalah Sekolah Dasar di SDN Linggar III, Rancaekek, Bandung ( ), SDN Sukadana, Bl. Limbangan, Garut ( ), Sekolah Menengah Pertama di SMPN I Limbangan, Bl. Limbangan, Garut ( ) dan Sekolah Menengah Umum di SMUN I Leuwigoong, Garut ( ). Pada bulan Juni 1999 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Getas, Jawa Timur dan Cilacap-Baturaden, Jawa Tengah, pada tahun pada bulan Juni-Agustus 2004 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cisande, Kec. Cicantayan, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Selama kuliah penulis pernah menjadi pengurus DKM Ibaadurrahmaan, Fakultas Kehutanan IPB tahun , Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (Himakova) tahun , Tim Mahasiswa Peduli Lingkungan Lingkar Kampus (TMPLLK) BEM KM IPB ( ). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB, penulis menyusun skripsi dengan judul Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap Pertumbuhan Stek Mini Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) Hasil Kultur In Vitro pada Media Arang Sekam dan Zeolit dibawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, MSi. dan Ir. Siswoyo, MSi.

7 PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap Pertumbuhan Stek Mini Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) Hasil Kultur In Vitro pada Media Arang Sekam dan Zeolit. Karya ilmiah ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ir. Edhi Sandra, MSi. dan Ir. Siswoyo, MSi. atas segala bantuan, bimbingan, arahan dan kesabaran selama penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi ini. 2. Ir. Andi Sukendro, MSi. selaku Dosen penguji dari Departemen Silvikultur dan Ir. Rita Kartika Sari, MSi. selaku Dosen penguji dari Depa rtemen Hasil Hutan. 3. Mama dan Bapak atas dukungan moril dan materiil serta do a-do a panjang yang terlantun di penghujung malam. 4. Prof. Dr. Cecep Kusmana, Dr. Muh. Yusram Massijaya, Dr. Rinekso Soekmadi, Dr. Sri Hartoyo, Dr. Ibnul Qoyyim, Dr. A. Mahmud. Thohari, dan Ir. Jarwadi B. Hernowo, MSc., serta staf pengajar lainnya yang telah mentransfer ilmu selama kuliah di IPB. Allah pasti membalas keikhlasan yang telah menyertai setiap kebaikan Bapak dan Ibu sekalian. Semoga Allah memberikan karunia yang lebih ba ik di masa mendatang. 5. Pak Husen, Pak Santa, Pak Ganda, Mas Eko dan teman-teman satu lab atas dorongan semangat dan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi. 6. Staf AJMP Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 7. Emak, Kakak Jelly dan Teh Nia, Teh Yeti dan A Dadang, Teh Reni dan A Endang, A Wildan, Teh In In dan A Basit, Teh Wawang dan adik-adikku (Lani, Poppy, Fuji, Ayu, Icha, Galih, Rizal dan Dinda) serta para

8 keponakan (Dara, Zara, Bara, Nati, Najmi, Salwa, Celci dan Raya) yang telah mewarnai hidup tidak hanya dengan warna jingga. 8. Bapak Dade Nursahid Ahmad Yasin, Ak. MSc. dan keluarga, Ir. Fitriani Zaenab serta Keluarga Besar H. Abdul Syukur atas do a dan nasihatnya. 9. Dr. Djamhur Effendi, DEA., beserta ibu dan keluarga (A Yorga, Teh Diar, Celine, Louiza, Marham, Fikar, Wildan, Asfiya, Fathiya, dan Aida) atas do a, kebaikan dan keramahannya selama ini. Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan rahmat-nya. 10. Keluarga kecil di Bogor (FathEr dan saudara fillah), Masyarakat Madani, Ahlul Madina h, tim futsal serta warga sekitar Balio Dewi Ratih, Wikea, Abien, Rhino, Mawan, Dodo, Bei, Beghenk, Ghodeg, Dogen, Andri, Putro, Iful, Al dan warga Casanova lainnya, Semoga kita bisa terus bersama untuk merajut masa depan yang lebih baik. 12. Awi, Ary, Agus, Tatang, Effendi, Rizal, Jaya, Hendri, Wawan, Witrie, Dina, Eni, Tina, Utie dan Ully (alm) juga saudara sewaktu di Fahutan atas keindahan ukhuwah selama di Bogor. Ya Allah, kumpulkan kami di syurga-mu kelak. Amin. 13. My Gank di Bandung (Dedi, Ujang, Enjang, Novvy, Prita, dan Nella), terima kasih atas do a, dorongan, kehangatan dan kebersamaannya. 14. Moh. Van Togirooy Teguh, Eki, Lia Kudang, Iman, Eva, Elis, Halimah, Yayan, Reni, Ai dan Lia Cangkudu. Terima kasih atas support dan kebersamaan untuk kemajuan SMP N I Limbangan. 15. Teman-teman Fahutan angkatan Badak 36, 37, 38, 39 dan pihak-pihak yang tak tersebutkan yang telah membantu, mendo akan dan menemani dalam penyelesaian penelitian dan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia kehutanan dan pihak-pihak yang menggunakannya. Bogor, Desember 2005

9 Penulis DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 2 C. Hipotesis... 2 D. Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Pule Pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) Taksonomi dan Morfologi Habitat dan Penyebaran Kandungan Alkaloid Manfaat Perbanyakan... 5 B. Kultur Jaringan Pule Pandak... 5 C. Aklimatisasi... 6 D. Stek Mini... 7 E. Zat Pengatur Tumbuh dan Pengaruhnya terhadap Perakaran Stek... 8 F. Media Tumbuh Zeolit Arang Sekam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat C. Metode Penelitian Persiapan Penelitian a. Persiapan Media Tumbuh b. Persiapan Zat Pengatur Tumbuh c. Penyediaan Bahan Stek Pelaksanaan Penelitian a. Penanaman Stek b. Pengamatan dan Pengambilan Data D. Pengolahan dan Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

10 A. Persentase Stek yang Hidup B. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Persentase Stek Berakar Panjang Akar Pertambahan Daun Tinggi Tanaman C. Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Persentase Stek Berakar Panjang Akar Pertambahan Daun Tinggi Tanaman V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 32

11 DAFTAR TABEL No Teks Halaman 1. Kandungan Kimia pada Akar Pule Pandak dengan Persentase yang Dihasilkannya Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam terhadap Berbagai Peubah Pertumbuhan Stek Pule Pandak Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Panjang Akar Stek Pule Pandak Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Daun Stek Pule Pandak Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Stek Tanaman Pule Pandak... 22

12 DAFTAR GAMBAR No Teks Halaman 1. Rumus bangun indolebutyric acid dan naphthaleneacetic acid Histogram Persentase Stek Berakar pada Perlakuan NAA dan IBA Histogram Rata-rata Panjang Akar Stek Pule Pandak dengan Perlakuan NAA, IBA dan Kontrol Grafik Pertambahan Daun Stek Pule Pandak dengan Perlakuan NAA, IBA dan Kontrol Histogram Rata-rata Tinggi Tanaman dengan perlakuan NAA, IBA dan Kontrol Histogram Persentase Stek Berakar pada Media Tumbuh Histogram Rata-rata Panjang Akar pada Media Tumbuh Histogram Jumlah Total Daun pada Media Arang Sekam dan Zeolit Histogram Rata-rata Tinggi Tanaman pada Media Arang Sekam dan Zeolit... 25

13 DAFTAR LAMPIRAN No Teks Halaman 1. Pertambahan Jumlah Daun Stek Pule Pandak Pertambahan Jumlah Daun Stek Pule Pandak pada Media Zeolit Pertambahan Jumlah Daun Stek Pule Pandak pada Media Arang Sekam Rekapitulasi Data Pengaruh IBA dan NAA serta Media Zeolit dan Arang Sekam terhadap Peubah Pertumbuhan Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan dan Kelompok terhadap Panjang Akar Stek Pule Pandak Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan dan Kelompok terhadap Pertambahan Daun Stek Pule Pandak Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan dan Kelompok terhadap Tinggi Stek Pule Pandak Rata-rata Panjang Akar (PA), Tinggi Tanaman (TT) dan Pertambahan Daun (PD) Stek Tanaman Pule Pandak Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Rumah Kaca Perakaran Stek yang Berupa Akar Serabut dengan Perlakuan NAA dan IBA serta Kontrol pada Media Zeolit dan Arang Sekam Stek Pule Pandak dengan Perlakuan IBA 0.1 mg/l pada Media Zeolit dan Arang Sekam Stek Pule Pandak dengan Perlakuan IBA 0.1 mg/l; 0.5 mg/l dan 1.0 mg/l (kiri) dan Perlakuan NAA 0.1 mg/l; 0.5 mg/l dan 1.0 mg/l (kanan) pada Media Zeolit dan Arang Sekam... 38

14 13. Stek Pule Pandak yang Telah Dipindahkan ke Polybag Indukan Stek Pule Pandak (kiri) dan Bunga Pule Pandak (kanan) Stek yang Mengalami Busuk Batang dan Daun (kiri); Stek yang Berkalus (kanan)... 39

15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian tanaman obat dalam dekade terakhir ini cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu ata u obat tradisional, farmasi, kosmetik, makanan dan minuman. Tanaman obat yang digunakan biasanya dalam bentuk simplisia. Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, terna dan kulit batang (Syukur dan Hernani, 2002). Jumlah spesies tumbuhan obat yang telah berhasil diidentifikasi tidak kurang dari spesies tumbuhan obat. Dari jumlah tersebut, tidak kurang dari 95 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat liar yang saat ini dieksploitasi dalam jumlah besar dari hutan maupun dari laha n liar lainnya sebagai bahan baku industri obat tradisional Indonesia (Zuhud dan Siswoyo, 2001). Menurut Syukur dan Hernani (2002) dari jenis flora yang tumbuh di dunia, diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional. Pule pandak sudah lama dikenal masyarakat sebagai tumbuhan yang berkhasiat obat. Akarnya bisa menurunkan tekanan darah dan sekaligus obat penenang. Akar tumbuhan ini memiliki senyawa aktif yang mampu menurunkan tekanan darah, yaitu reserpina. Selain reserpina, akar pule pandak juga mengandung ajmalina, yang bersifat tranquilizer (penenang). Sifat ini bisa meniadakan kegelisahan da n kegugupan yang biasa dirasakan penderita tekanan darah tinggi (Wahyono, 1989). Seperti tumbuhan obat lainnya, kebutuhan bahan baku tanaman pule pandak bagi keperluan industri jamu maupun farmasi juga meningkat. Menurut hasil olahan Balitro (1990) dalam Sandra dan Kemala (1994), rata-rata kebutuhan pule pandak pada tahun adalah sebesar 1.579,86 kg. Pertambahan per tahun mencapai 409,07 kg dengan trend pertambahan sebesar 25,89% per tahun. Diperkirakan pada tahun 2000 permintaan akan mencapai kg. Apabila tidak

16 segera dilakukan tindakan penyelamatan (budidaya), maka dikhawatirkan akan terjadi kepunahan dari spesies tersebut di alam. Tingginya permintaan bahan baku dari jenis ini menyebabkan frekuensi pemanenan yang selama ini dilakukan di ala m semakin besar. Terjadinya kelangkaan jenis, pada akhirnya menyebabkan suplai bahan baku dari tanaman ini semakin menurun. Untuk dapat mengimbangi tingkat permintaan bahan baku simplisia pule pandak dan menyelamatkannya dari kepunahan, perlu dilakukan kegiatan konservasi maupun budidaya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kehutanan memudahkan kegiatan tersebut. Kultur in vitro sebagai salah satu altenatif penerapan teknologi dapat ditujukan untuk kepentingan budidaya/ekonomis maupun konservasi. Kultur jaringan dan stek merupakan salah satu alternatif pilihan dalam perkembangbiakan secara vegetatif. Melalui metode ini diharapkan dapat menghasilkan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas bahan baku simplisia pule pandak. B. Tujuan Mengetahui pertumbuhan stek mini pule pandak hasil kultur jaringan pada media arang sekam dan zeolit setelah diberi zat pengatur tumbuh NAA dan IBA pada konsentrasi yang berbeda. C. Hipotesis 1. Pemberian zat pengatur tumbuh akan memacu pertumbuhan akar, daun dan pertambahan tinggi. 2. Pengaruh zat pengatur tumbuh akan berbeda untuk setiap konsentrasi. 3. Media yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pada proses pertumbuhan stek tanaman. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk memproduksi pule pandak secara cepat bagi industri obat tradisional maupun modern, sehingga secara tidak langsung kelestarian spesies ini di alam dapat tercapai.

17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pule Pandak ( Rauwolfia serpentina Benth.) 1. Taksonomi dan Morfologi Tanaman pule pandak (Rauwolfia serpentina BENTH.) atau sering disebut akar tikus termasuk famili Apocynaceae bersama dengan pulai, pulai pipit, tapak dara, alamanda serta jelutung. Taksonomi dari tanaman ini menurut Heyne (1987) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledonae Sub Kelas : Sympetalae Ordo : Contortae Famili : Apocynaceae Genus : Rauwolfia Spesies : Rauwolfia serpentina BENTH. Secara morfologis tumbuhan ini memiliki ciri-ciri antara lain : habitus tanaman berupa perdu dengan tinggi 0,3-1,5 meter, bergetah putih, daun berpasangan atau tiga helaian, bunga putih dengan lebar 12 mm, buah 1-2, membulat hitam (PT EISAI Indonesia, 1995). Menurut Mardisiswojo dan Rajakmangunsudarso (1985), pule pandak merupakan tumbuhan perdu, banyak bergetah, tinggi sampai 55 cm, daunnya berbentuk taji atau telur terbalik. Bunganya berwarna putih atau merah dalam payung tambahan. Kulit akar tumbuhan ini mengandung zat-zat alkaloida ajmalin, ajmalinin, serpentin, serpentinin, fitosterol, asam-oleat dan alkohol tak jenuh. 2. Habitat dan Penyebaran Pule pandak mulai tersebar dari India sampai Jawa; meliputi India, Ceylon, Kepulauan Andaman, Burma, Siam dan Jawa (Heyne, 1987). Pule pandak juga tersebar di Vietnam, Malaysia dan Filipina (Wahyono, 1989).

18 Di alam terbuka, pule pandak yang terkenal sebagai akar tikus banyak tumbuh liar di ladang-ladang dan hutan-hutan jati yang berhawa panas dan kering, pada ketinggian m dpl, tumbuh di atas tanah regosol, mediteran dan litosol (Wahyono, 1989). Sifat kimia tanah pada habitat pule pandak antara lain adalah ph berkisar antara netral sampai agak alkalis (7,4 7,7), kapasitas tukar kation tinggi sampai sangat tinggi (36,9 49,2 me/100 gr) dan persen kejenuhan basa sangat tinggi (81,4 100 %). Kandungan unsur hara tanah rata-rata berkisar antara rendah sampai sedang, terutama ketersediaan N, Mg, K dan Na. Kandungan P dan C sangat rendah sedangkan Ca sangat tinggi (Yahya, 2001). 3. Kandungan Alkaloid Senyawa alkaloid yang terkandung dalam pule pandak diantaranya reserpine, ajmalinine, rescinnamine, vinblastine, vincristine. Vinblastine, vincristine dan reserpine termasuk mayor alkaloid (Lewis, 1977). Persentase kandungan alkaloid akar pule pandak menurut Biswas (1956) dalam Basori (1993) adalah seperti yang tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Kimia pada Akar Pule Pandak dengan Presentase yang Dihasilkannya No Nama Kimia Persentase Hasil (%) 1. Ajmaline Isoajmaline Ajmalinine Rauwolfinine Serpinine Yohimbine Sarpagine Corynanthine epi- -yohimbine yohimbine Rescinnamine Reserpine Reserpoxidsine Methyl reserpate Deserpidine Ä-Yohimbine Reserpinine Reserpiline Serpentine Serpentinine Chandrine 0.08

19 4. Manfaat Pemanfaatan pule pandak sudah dilakukan sejak dulu kala untuk penawar bisa ular (reptil), sengatan serangga, disentri, kolera, kejang perut, patah selera, nyeri rahim, antelmintik, radang usus, distosia, radang jantung, radang usus buntu, penyakit jiwa, penyakit kelamin, sesak napas, nyeri, anti emetik, sakit kepala, borok, koreng, demam, tekanan darah tinggi, malaria da n penyakit mata (PT EISAI Indonesia, 1995). Menurut Rumphias dalam Heyne (1987), pule pandak secara tradisional digunakan sebagai obat sesak nafas, nyeri perut, murus, sakit kepala dan gigitan ular. Getah batangnya juga sering diteteskan pada mata untuk menghilangkan bintik-bintik putih pada selaput bening. 5. Perbanyakan Perbanyakan pule pandak dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, yaitu dengan biji, potongan batang dan potongan rimpangnya. Menurut hasil penelitian di rumah kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, diperoleh bahwa keberhasilan pembiakan tanaman pule pandak dengan menggunakan stek ukuran panjang 1 5 cm serta diameter penampang rata -rata 10 mm memiliki persen pertumbuhan sebesar 72.5 %, sedangkan dengan menggunakan biji dengan perlakuan direndam dengan H 2 SO 4 pekat (90%) selama 5 menit memiliki persen tumbuh sebesar 65.42% (Basori, 1993). Sedangkan hasil dari penelitian terakhir selama bulan Maret-Juli 2003 dengan perlakuan NAA dan IBA pada media campuran pasir dan arang sekam diperoleh jumlah stek yang hidup sampai dengan akhir pengamatan berjumlah 107 dari 260 ulangan dengan persentase stek yang hidup adalah 41.15% (Ponganan, 2004). B. Kultur Jaringan Pule Pandak Budidaya in vitro adalah suatu budidaya di atas media dengan nutrisi dalam kondisi yang sangat steril. Budidaya in vitro juga dimaksudkan untuk membiakan bagian tanaman yang sekecil-kecilnya seperti organ, jaringan sel,

20 kepala sari, tepung sari dan protoplas da lam keadaan aseptik atau bebas dari gangguan mikroba yang tidak dikehendaki (Suryowinoto, 1996). Wattimena, Gunawan, Mattjik, Syamsudin, Wendi dan Ernawati (1992) mengemukakan bahwa kultur jaringan adalah suatu teknik mengisolasi bagianbagian tanaman (sel, protoplasma, tepung sari, ovari dan sebagainya), ditumbuhkan secara tersendiri, dipacu untuk memperbanyak diri, akhirnya diregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap dalam suatu lingkungan aseptik dan terkendali. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan metamorfosis tanaman dalam kultur jaringan dapat digolongkan menjadi 4 golongan utama, yaitu : 1. Genotipe dari sumber tanaman yang digunakan. 2. Media, yang mencakup tentang komponen penyusun media dan juga zat pertumbuhan tanaman yang digunakan. 3. Lingkungan tumbuh yaitu fisik tempat kultur ditumbuhkan. 4. Fisiologi jaringan tanaman sebagai eksplan. Faktor-faktor diatas dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya (Wattimena et al., 1992). C. Aklimatisasi Masalah utama yang dihadapi dalam perbanyakan atau pengadaan bibit secara in vitro adalah usaha pemindahan dari media aseptik ke media non aseptik. Kegagalan terjadi karena tanaman yang dipindahkan mendapat lingkungan yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya untuk pertumbuhan normal. Setiap tumbuhan mempunyai mekanisme adaptasi yang memungkinkan tumbuhan tersebut dapat hidup secara berdampingan dengan lingkungannya. Parameter lingkungan menentukan habitat ekologi bagi banyak jenis tanaman budidaya. Faktor-faktor yang berinteraksi dengan mekanisme fisiologi tumbuhan untuk beradaptasi antara lain adalah suhu, lama penyinaran, angin dan kelembaban. Faktor -faktor utama tadi berikut fluktuasinya merupakan kendali pembatas bagi tumbuhan untuk dapat hidup dan berproduksi (Wilsie, 1962). Menurut Hartmann dan Kester (1983) keberhasilan pembuatan stek dipengaruhi

21 oleh pemilihan bahan tanaman, perlakuan terhadap stek dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan stek. D. Stek Mini Stek adalah teknik pembiakan vegetatif dengan cara memisahkan bagian batang, akar atau daun dari pohon induknya, bila ditanam pada kondisi yang menguntungkan dan telah muncul akarnya akan membentuk individu yang sama dengan induknya (Hartmann dan Kester, 1983). Stek bertujuan untuk memperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanan terhadap serangan penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga. Stek dengan kekuatannya sendiri akan menumbuhkan daun sampai menjadi tanaman sempurna (Wudianto, 2004). Menurut Wattimena, Gunawan, Makmur, Suseno, Sutjahjo (1986) stek mikro dapat digunakan untuk pengadaan bibit dasar, penghasil bibit sebar atau langsung sebagai propagula bagi petani. Stek mikro hasil kultur jaringan dapat dipanen sebagai stek mini dan ditanam di rumah kaca atau rumah kasa. Tunastunas dari tanaman berbatang lunak dapat dipindahkan secara langsung ke media non aseptik. Berdasarkan bagian tanaman yang dipergunakan, stek dibedakan menjadi 6 macam yaitu stek batang, stek akar, stek daun, stek mata (stek tunas), stek pucuk dan stek umbi. Tipe stek yang paling umum dipakai dalam perbanyakan tanaman adalah stek batang (Wudianto, 2004). Pada perkembangbiakan tanaman dengan stek batang, bagian tunas harus memiliki bagian batang yang menyamping atau menghasilkan sambungan pucuk dengan harapan meski dita nam dibawah kondisi yang pantas akar dapat tetap tumbuh dan terus berkembang menjadi tumbuhan yang bebas. Menurut Hartmann dan Kester (1983), ukuran stek yang baik memiliki panjang cm dengan diameter berkisar antara 0,6 sampai 2,5 atau bahkan sampai 5 cm. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan bahan stek menurut Wright (1976) :

22 1. Batang atau ranting dipotong dengan panjang antara cm. Sebagian daun pada batang dibuang dan batang harus tetap dalam kondisi basah untuk menjaga kemampuan tumbuhnya. 2. Bagian bawah batang dicelupkan kedalam larutan hormon untuk merangsang pertumbuhan akar. 3. Ketika ditanam, batang ditempatkan dalam posisi tegak. 4. Temperatur tempat tumbuh diatur dalam kisaran 25 0 C 32 0 C. 5. Setelah ditanam, bagian pucuk dijaga agar tetap basah dan dingin dengan menyemprotkan air sedikit demi sedikit. Karena kelebihan air akan berdampak lebih buruk daripada kekurangan air. Menurut Hartmann dan Kester (1983) perakaran stek dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya; media, suhu, kelembaban, oksigen, zat kimia dan persiapan bahan stek. Media merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan perakaran stek. Timbulnya akar merupakan indikasi berhasilnya stek dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyetekan dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu faktor tanaman, faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan (Rochiman dan Harjadi, 1973). E. Zat Pengatur Tumbuh dan Pengaruhnya terhadap Perakaran Stek Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan susunan organik, berbeda dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang bisa mengatur proses fisiologi tanaman. Salah satu bahan sintetis yang mempengaruhi proses fisiologi tanaman adalah zat pengatur tumbuh. Hartmann dan Kester (1983) menyatakan bahwa hormon adalah pengatur pertumbuhan, tetapi tidak semua zat pengatur tumbuh adalah hormon. Menurut Heddy (1989) hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses metabolik dan tidak berfungsi dalam nutrisi. Istilah zat mencakup hormon tumbuhan (alami) dan senyawa-senyawa buatan yang dapat mengubah tanaman dan perkembangan tumbuhan (Heddy, 1989). Departemen Kehutanan (1987) menyebutkan hormon tumbuh adalah zat

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pule pandak (Rauvolfia serpentina (L.) Benth. ex Kurz) merupakan salah satu spesies tumbuhan hutan tropika yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Menurut Word Health Organisation

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010.

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk Bahan tanam awal (eksplan) merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Eksplan yang baik untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumberdaya flora. Para ahli

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumberdaya flora. Para ahli 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumberdaya flora. Para ahli memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25.000 jenis flora tumbuh tersebar dalam wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong, Tangerang. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Pisang termasuk ke dalam famili Musaceae. Famili Musaceae terdiri dari dua genera, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi atas empat kelompok, yaitu Australimusa,

Lebih terperinci

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kuliah 11 KULTUR JARINGAN GAHARU Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi KULTUR JARINGAN Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan? Teknik menumbuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura penting di Indonesia yang diusahakan secara komersial terutama di daerah dataran tinggi. Kentang

Lebih terperinci

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-. ~~ ~ ~,~-. ~.~~.~~~~. ~.~.~ ~.. ARIF BUDIMAN (E.01496103). Pengaruh Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Slrorea baiangeran Korth. Pada Medium Air (Water Rooting System). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto.

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm. PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan cara manual. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m. Persiapan Bibit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

Tentang Kultur Jaringan

Tentang Kultur Jaringan Tentang Kultur Jaringan Kontribusi dari Sani Wednesday, 13 June 2007 Terakhir diperbaharui Wednesday, 13 June 2007 Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk. KDS.) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang keberadaannya telah langka dan berdasarkan tingkat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang asalnya bukan asli dari Indonesia tetapi menjadi sangat terkenal di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN

TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants Endin Izudin Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dimulai pada bulan April

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering dan NPA dari semai jabon pada media tailing dengan penambahan arang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Budidaya lada di Indonesia dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan tanaman pangan potensial masa depan karena mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

Repositori FMIPA UNISMA

Repositori FMIPA UNISMA Studi Pemberian NAA dan 2,4-D pada Stek Batang Pohon Terompet Kuning (Tabebuia aurea) Ahmad Syafi'i 1, Ari Hayati 2 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Abstrak Stek batang lebih menguntungkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 13, Nomor 1, Hal. 15-20 ISSN 0852-8349 Januari Juni 2011 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan 12 menjadi planlet/tanaman. Hormon NAA cenderung menginduksi embrio somatik secara langsung tanpa pembentukan kalus. Embrio somatik yang dihasilkan lebih normal dan mudah dikecambahkan menjadi planlet/tanaman,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005), II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sirih Merah Tanaman sirih merah ini merupakan tanaman merambat, yang tumbuh hingga mencapai ketinggian 10 kaki atau lebih, mudah tumbuh di daerah tropis (khususnya daerah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. III. BAHA DA METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. Jendral Besar Dr. Abdul Haris asution Gedung Johor Medan Sumatera Utara, selama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Andalas ( Morus macroura Miq.) merupakan salah satu tanaman asli ( indigenous spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Syamsuardi, Jamsari dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3 EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Saijo Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Jones dan Luchsinger (1979), tumbuhan anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari sekian banyak tumbuhan berbunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaharu merupakan produk hasil hutan non kayu bernilai komersial tinggi berupa gumpalan padat, berwarna cokelat kehitaman hingga hitam dan memiliki bau harum pada bagian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour Oleh : Ita Lestari A34301058 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar 1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar Nama Daerah : Benuang bini, benuwang, banuang, bunuang, benua, wenuang Nama Ilmiah : Octomeles Sumatrana Miq Family

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Hidup Eksplan Jumlah eksplan jelutung yang ditanam sebanyak 125 eksplan yang telah diinisiasi pada media kultur dan diamati selama 11 minggu setelah masa tanam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu semai bibit tomat sampai tanaman dipindahkan di polybag adalah 3 minggu. Pengukuran tinggi tanaman tomat dimulai sejak 1 minggu setelah tanaman dipindahkan

Lebih terperinci