PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2002 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2002 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002"

Transkripsi

1 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/22 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 22 Mengawali tahun 22, kepercayaan masyarakat kembali meningkat seperti yang tercermin dari penguatan kurs rupiah dan meningkatnya IHSG. Ini membantu upaya meningkatkan stabilitas moneter antara lain dalam mengendalikan peredaran uang, laju inflasi, dan suku bunga. Meskipun demikian kepercayaan masyarakat yang meningkat sifatnya masih jangka pendek. Kepercayaan yang sifatnya jangka panjang belum pulih. Ini terlihat dari masih rendahnya minat investasi, terjadinya arus modal keluar, dan menurunnya pembentukan modal tetap bruto di Indonesia. Percepatan pemulihan ekonomi pada tahun 22 sangat tergantung pada upaya untuk mendorong investasi, mempertahankan kepercayaan konsumen, dan meningkatkan daya saing ekspor. Iklim investasi yang kondusif perlu terus ditingkatkan terutama dengan menyederhanakan prosedur, meningkatkan kepastian hukum, serta menjamin stabilitas politik dan keamanan. Restrukturisasi utang perlu dipercepat dan fungsi intermediasi perbankan perlu dipulihkan untuk mendorong investasi dalam negeri. Selanjutnya stabilitas moneter perlu dipertahankan agar membantu perwujudan ketahanan fiskal (fiscal sustainability) dan sekaligus memelihara daya saing terutama dalam perekonomian dunia yang masih berada pada tahap pemulihan.

2 2 PERKEMBANGAN SINGKAT PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 21 Secara singkat kinerja ekonomi tahun 21 dipengaruhi oleh berkurangnya ketidakpastian politik berkaitan dengan perubahan kepemimpinan nasional dan meningkatnya ketidakpastian global berupa melambatnya perekonomian dunia yang kemudian diperburuk oleh tragedi WTC, 11 September 21. Secara singkat kinerja ekonomi Indonesia tahun 21 dipengaruhi oleh dua faktor penting. Pertama, berkurangnya ketidakpastian politik berkaitan dengan perubahan kepemimpinan nasional pada Sidang Istimewa MPR Juli 21. Kedua, meningkatnya ketidakpastian global karena melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang kemudian diperburuk oleh tragedi WTC, New York, 11 September 21. Tragedi WTC berpengaruh terhadap hampir semua bursa saham terkemuka di dunia. Indeks saham Dow Jones (New York), Nikkie (Tokyo), London, dan St. Times (Singapura) pada akhir Triwulan III/21 turun antara 1 25% dibandingkan dengan akhir triwulan II/21 [lihat lampiran Tabel 11]. Dalam tahun 21 perekonomian dunia hanya tumbuh 2,5%; lebih rendah dari tahun 2 yang mencapai 4,7% (World Economic Outlook, IMF, April 22). Pertumbuhan negara industri maju (major advanced economies) melambat dari 3,5 % menjadi 1,1 % dalam periode yang sama. Perekonomian AS, Jepang, dan Singapura sebagai negara tujuan ekspor terbesar dalam tahun 21 berturut-turut melambat dengan pertumbuhan sekitar 1,4%,,4%, dan 2,1% [lihat lampiran Tabel 11]. Dalam tahun 21 perekonomian Indonesia tumbuh 3,3% didorong oleh konsumsi masyarakat dan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi tahun 21 sebesar 3,3% tidak cukup untuk mengurangi jumlah pengangguran terbuka. Dengan perkiraan jumlah penduduk sekitar 26,5 juta pendapatan per kapita tahun 21 sekitar Rp 7,1 juta atau sekitar 697 US$. Secara keseluruhan perekonomian Indonesia pada tahun 21 tumbuh 3,3%; lebih rendah dari tahun 2 yang mencapai 4,9%. Dari sisi produksi, sektor industri dan pertanian hanya tumbuh masing-masing sekitar 4,3% dan,6%; lebih rendah dari yang dicapai tahun 2 masing-masing sekitar 6,1% dan 1,7%. Adapun dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahun 21 didorong oleh konsumsi pemerintah dan masyarakat yang masing-masing tumbuh sebesar 8,2% dan 5,9%; sedangkan pembentukan tetap domestik bruto melambat menjadi 4,% [lihat lampiran Tabel 1]. Pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah pada tahun 21 tersebut tidak memadai untuk mengurangi pengangguran. Jumlah pengangguran terbuka meningkat dari 5,7 juta (6,1% dari total angkatan kerja) pada tahun 2 menjadi 8,1 juta (8,% dari total angkatan kerja) pada tahun 21 [lihat lampiran Tabel 5]. Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan sekitar 26,5 juta pada tahun 21, pendapatan nominal per kapita masyarakat meningkat menjadi Rp 7,1 juta atau naik 14,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Diukur dalam dolar AS dengan nilai tukar yang melemah pada tahun 21 yang lalu, pendapatan per kapita turun dari US$ 742 dalam tahun 2 menjadi US$ 697 dalam tahun 21. Adapun dengan harga konstan tahun 1993,

3 pendapatan per kapita tahun 21 sekitar Rp 2, juta; masih lebih rendah dibandingkan sebelum krisis yang mencapai Rp 2,2 juta (1997) [lihat lampiran Tabel 1 dan grafik di bawah ini]. 3 Nominal (Rp. Ribu) PENDAPATAN PER KAPITA Riil (Rp. Ribu) Nominal Riil (tahun dasar 1993) PEREKONOMIAN DUNIA TRIWULAN I/22 Dalam triwulan I/22, perekonomian dunia menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Ekonomi AS tumbuh 5,6% (y-o-y), indeks pada bursa saham terkemuka mulai pulih, beberapa harga komoditi ekspor menunjukkan peningkatan. Meskipun demikian pengaruhnya terhadap perekonomian nasional belum terasa. Nilai ekspor masih 13,8% lebih rendah dibandingkan triwulan I/21. Memasuki tahun 22, perekonomian dunia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Dalam triwulan I/22, perekonomian AS tumbuh sekitar 5,6% (y-o-y). Pengaruh dari dampak lanjutan Tragedi WTC juga mulai berkurang. Indeks pada beberapa bursa saham terkemuka di dunia juga mulai pulih mendekati tingkat sebelum tragedi WTC September 21 [lihat lampiran Tabel 11]. Harga komoditi ekspor di pasaran internasional juga mulai menunjukkan peningkatan. Harga rata-rata ekspor karet, kayu lapis, minyak sawit, kopi robusta, dan alumunium dalam triwulan I/22 meningkat antara 4 16% dibandingkan triwulan IV/21 [lihat lampiran Tabel 6]. Meskipun terdapat tanda-tanda bahwa perekonomian dunia membaik, pengaruhnya pada perekonomian nasional belum terasa. Secara kumulatif total penerimaan ekspor dalam triwulan I/22 hanya mencapai US$ 12,8 miliar atau lebih rendah sekitar 13,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y-o-y). Penerimaan ekspor migas dan non-migas turun masing-masing sebesar 26,9% dan 9,4%. Berdasarkan penggolongan komoditi, dalam triwulan I/22 penerimaan ekspor komoditi pertanian; komoditi pertambangan (tanpa migas); dan komoditi industri turun masing-masing sebesar 7,4%; 21,6%; dan 8,4% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya [lihat lampiran Tabel 7]. Sejalan dengan itu total nilai impor dalam triwulan I/22 turun menjadi US$ 6,6 miliar atau sekitar 28,5% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya; disebabkan oleh penurunan impor non-migas sebesar 35,3%; sedangkan impor migas mengalami peningkatan sebesar 18,%.

4 Berdasarkan penggolongan komoditi, nilai impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal berturutturut sekitar 27,6%, 26,6%, dan 38,% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 21 [lihat lampiran Tabel 7]. 4 KEPERCAYAAN MASYARAKAT MENINGKAT Dalam bulan Maret 22 diambil 2 keputusan penting yaitu tetap mempertahankan pola lama PKPS dan divestasi BCA. Selanjutnya pada bulan April 22 telah dijadwal ulang utang pokok dan bunga utang luar negeri yang jatuh tempo pada periode April 22 Desember 23. Keputusan PKPS, divestasi BCA, dan keberhasilan Paris Club III telah memberi sentimen positif. Pada pertengahan bulan Maret 22, pemerintah mengambil dua buah keputusan penting yaitu tetap mempertahankan pola lama Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham (PKPS) bagi debitor eks Bank Beku Operasi, Bank Beku Kegiatan Usaha, dan Bank Take Over; serta menetapkan pemenang tender divestasi saham BCA (Farallon). Ketiga pola lama PKPS tersebut adalah Master of Settlement and Acquisition Agreement (MSAA) yang merupakan penyelesaian kewajiban BLBI dengan jaminan asset; Master Of Refinancing and Note Issuance Agreement (MRNIA) yang merupakan perjanjian penyelesaian kewajiban BLBI dengan tambahan jaminan pribadi; dan Akta Pengakuan Utang (APU). Selanjutnya pada bulan April 22, melalui pertemuan Paris Club III pemerintah telah berhasil menjadwal ulang utang pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo pada periode April 22 sampai Desember 23. Dari total utang luar negeri pemerintah senilai US$ 8,1 miliar yang diusulkan untuk dijadwal ulang, US$ 5,4 miliar dianggap layak (eligible). Pokok utang dan bunga pinjaman lunak Official Development Assistance (ODA) dijadwal ulang dengan masa pelunasan 2 tahun dan masa tenggang selama 1 tahun; sedangkan pokok serta bunga pinjaman non-oda dijadwal ulang dengan masa pelunasan 18 tahun termasuk masa tenggang 5 tahun. Sementara sisanya sekitar US$ 2,7 miliar dibayar dalam periode April 22 Desember 22. Keputusan tentang PKPS dan divestasi BCA serta keberhasilan Paris Club III, telah memberikan sentimen positif terhadap kepercayaan masyarakat. Survei yang dilakukan oleh Danareksa Research Institute pada bulan April 22, menunjukkan peningkatan indeks kepercayaan konsumen (IKK) menjadi 98,8 dibandingkan bulan Januari 22 yang mencapai 86,8; didorong oleh membaiknya indeks situasi sekarang (ISS) dan indeks ekspektasi (IE) dari masing-masing 69,3 dan 1, menjadi 81,3 dan 119,9 dalam periode yang sama. Demikian pula indeks kepercayaan bisnis (IKB) pada periode Februari/Maret 22 yang meningkat menjadi 11,2; didorong oleh membaiknya indeks situasi sekarang (ISS) dan indeks ekspektasi (IE) masing-masing menjadi 1,2 dan 12,2. Perkembangan IKK dan IKB dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

5 5 INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN Okt-99 Mar- Agu- Jan-1 Jun-1 Nov-1 Apr-2 IKK ISS IE INDEKS KEPERCAYAAN BISNIS Okt-Nov 99 Jun-Jul Feb-Mar 1 Okt-Nov 1 IKB ISS IE Keberhasilan Paris Club III memberi pengaruh yang beragam bagi lembaga pemeringkat internasional. Standard and Poor's (S&P) menurunkan lagi peringkat utang jangka panjang Pemerintah RI (sovereign rating) dari "CCC" menjadi "Selective Default" (SD) pada bulan April 22. Penurunan peringkat ini diperkirakan hanya bersifat sementara dan tidak akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri. Sementara itu lembaga pemeringkat Moody's justru menaikkan prospek (outlook) utang pemerintah dalam mata uang asing dari stabil menjadi positif. Penilaian Moody s didasarkan atas hubungan yang terjaga baik antara pemerintah dengan negara kreditor setelah penjadwalan utang. STABILITAS EKONOMI MENINGKAT Meningkatnya kembali kepercayaan masyarakat ikut mendorong penguatan rupiah dan IHSG. Meningkatnya kembali kepercayaan masyarakat tersebut ikut mendorong penguatan rupiah. Selama triwulan I/22 pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil dengan kecenderungan terus menguat. Pada akhir bulan Maret 22 nilai tukar rupiah ditutup pada Rp 9.655,- per US$, menguat sekitar 7,2% dibandingkan dengan akhir bulan Desember 21. Selanjutnya pada akhir bulan April dan Mei 22, kurs rupiah menguat berturut-turut menjadi

6 Rp 9.316,- dan Rp 8.785,- per US$ [lihat Laporan Perkembangan Ekonomi Makro Bulan Mei 22]. Pergerakan kurs harian rupiah Juli 21 - Mei 22 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 6 PERGERAKAN KURS HARIAN RUPIAH (% perubahan thd kurs hari sebelumnya) Jul-1 14-Aug-1 25-Sep-1 7-Nov-1 21-Dec-1 6-Feb-2 21-Mar-2 7-May-2 Sejalan dengan penguatan nilai tukar rupiah, kinerja pasar modal selama triwulan I/22 mengalami peningkatan. Pada akhir bulan Maret 22 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) meningkat menjadi 481,8. Selanjutnya pada akhir bulan April 22, IHSG meningkat menjadi 534,1 kemudian sedikit menurun menjadi 53,8 pada bulan Mei 22. Seiring dengan itu, nilai kapitalisasi pasar pada akhir Maret dan April 22 meningkat menjadi Rp 315,2 triliun dan Rp 344,8 triliun; kemudian menurun menjadi Rp 332,6 triliun pada akhir Mei 22 [lihat lampiran Tabel 4]. Meningkatnya kepercayaan masyarakat juga membantu upaya untuk mengendalikan peredaran uang. Meningkatnya kepercayaan masyarakat membantu upaya untuk mengendalikan peredaran uang. Sejak awal tahun 22, laju pertumbuhan uang primer dapat dikendalikan di bawah 15%. Perkembangan laju pertumbuhan uang primer Januari 2 Mei 22 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. % perub thd bln yg sama thn sebelumnya PERTUMBUHAN UANG PRIMER year-on-year, Jan 2 - Mei 22 Jan' Apr Jul Okt Jan' 1 Apr Jul Okt Jan' 2 Apr Dalam dua bulan pertama tahun 22 laju inflasi cukup tinggi didorong oleh kenaikan harga BBM dan TDL. Dalam tiga bulan berikutnya laju inflasi cenderung terkendali. Melambatnya laju pertumbuhan uang primer yang didukung oleh stabil dan menguatnya nilai tukar rupiah tidak cukup kuat untuk mengendalikan kenaikan harga selama dua bulan pertama tahun 22.

7 Pada bulan Januari dan Februari, laju inflasi masing-masing mencapai 1,99% dan 1,5% didorong oleh kenaikan harga BBM dan TDL yang diberlakukan pada bulan Januari masing-masing sebesar 22% dan 6%. Laju inflasi yang tinggi dalam dua bulan pertama tahun 22 tersebut juga didorong oleh bencana banjir yang melanda sejumlah daerah di Indonesia sehingga menimbulkan gangguan distribusi barang khususnya bahan makanan. Dalam bulan Maret dan April 22 terjadi inflasi negatif (deflasi) masing-masing sekitar,2% dan,24%, terutama disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan dan sandang. Dalam bulan Mei 22, laju inflasi mencapai,8% didorong oleh kenaikan harga BBM. Dalam lima bulan pertama tahun 22, laju inflasi mencapai 4,8%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 21 yang mencapai 3,73%. Adapun selama setahun (yearon-year, Juni 21 - Mei 22), laju inflasi mencapai 12,93%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 1,82%. Meskipun sampai bulan Mei 22 masih di atas 1%, laju inflasi tahunan menunjukkan kecenderungan menurun. Perkembangan laju inflasi Januari 1999 Mei 22 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 7 Bulanan (%) -1 2,5 2 1,5 1,5 -,5 PERKEMBANGAN LAJU INFLASI Januari Mei 22 Jan '99 Jul Jan' Jul Jan' Tahunan (y-o-y, %) Bulanan Y-O-Y Kecenderungan menurunnya laju inflasi melonggarkan upaya menurunkan suku bunga. Kecenderungan menurunnya laju inflasi memudahkan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Secara bertahap suku bunga rata-rata tertimbang SBI 1 bulan menurun dari 17,6% pada bulan Desember 21 menjadi 15,5% pada bulan Mei 22 [lihat Laporan Perkembangan Ekonomi Makro Bulan Mei 22]. Perkembangan suku bunga Januari 2 Mei 22 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

8 8 18 PERKEMBANGAN SUKU BUNGA Januari 2 - Mei [%] Jan' Apr Jul Okt Jan' 1 Apr Jul Okt Jan' 2 Apr SBI (1 bulan) Deposito 1 Bulan Dalam triwulan I/22, beberapa sektor riil menunjukkan peningkatan seperti penjualan mobil dan motor, semen, serta listrik. Meskipun terjadi peningkatan, kepercayaan masyarakat belum pulih pada tingkat yang mampu mempercepat pemulihan ekonomi. Ini tercermin antara lain dari rendahnya minat investasi dan arus modal swasta yang masih negatif. Selama triwulan I/22, beberapa indikator ekonomi makro menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penjualan mobil dan motor meningkat menjadi 73,2 ribu unit dan 514,1 ribu unit atau naik masingmasing sebesar 6,6% dan 5,7%; penjualan semen, salah satu indikator pertumbuhan sektor properti, meningkat sebesar 9,1% menjadi 6,1 juta ton; serta konsumsi listrik mengalami kenaikan sebesar 4,7% menjadi 2,8 miliar KWH [lihat lampiran Tabel 3]. Meskipun terjadi peningkatan dalam triwulan I/22, kepercayaan masyarakat belum pulih pada tingkat yang mampu mempercepat pemulihan ekonomi. Ini antara lain terlihat dari minat investasi yang masih rendah serta arus modal swasta (neto) yang masih negatif. Sampai dengan empat bulan pertama tahun 22, total proyek PMDN yang disetujui baru berjumlah 55 proyek dengan nilai sebesar Rp 7,5 triliun; turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 21. Adapun jumlah proyek PMA yang disetujui berkurang dari 446 proyek menjadi 287 proyek serta nilai investasinya turun dari US$ 3,4 miliar menjadi US$ 1,4 miliar [lihat lampiran Tabel 4]. Dalam triwulan I/22, arus modal swasta (neto) diperkirakan masih mengalami defisit sekitar US$ 1,2 miliar; sedangkan arus modal pemerintah (neto) surplus sekitar US$,1 miliar. Dengan demikian neraca arus modal masih mengalami defisit sekitar US$ 1, miliar. Dalam periode yang sama surplus neraca transaksi berjalan sekitar US$,9 miliar sehingga dalam triwulan I/22 neraca pembayaran diperkirakan masih mengalami defisit. Cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan I/22 mencapai US$ 28, miliar; relatif sama dengan akhir tahun 21; cukup untuk membiayai sekitar 5,8 bulan impor. Ringkasan neraca pembayaran sampai dengan triwulan I/22 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

9 9 NERACA PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/ (US$ miliar) 21 Twl. I Twl. II 21 Twl. III Twl. IV 22 Twl. I Transaksi Berjalan 5,8 8, 6,5 2,1 1,3 2,5,6,9 Neraca Modal Modal Pemerintah Modal Swasta -4,6 5,4-9,9-6,8 3,2-1, -9,4 -,8-8,6-3,2 -,1-3,1-2,7 -,2-2,5-2,7 -,2-2,5 -,7 -,2 -,6-1,,1-1,2 Cadangan Devisa 27,1 29,4 28, 28,7 28,6 29, 28, 28, Sumber: Bank Indonesia; per Maret 22 Salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat adalah beban utang terutama utang dalam negeri. Sampai dengan akhir Mei 22, posisi utang dalam negeri mencapai Rp 659,9 triliun. Utang luar negeri baik pemerintah maupun swasta menunjukkan kecenderungan menurun. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terutama dalam pertumbuhan ekonomi yang rendah adalah beban utang khususnya utang dalam negeri. Sampai dengan akhir Mei 22, total utang dalam negeri mencapai Rp 659,9 triliun; sedikit meningkat dari posisi akhir tahun 21 yaitu sekitar Rp 659, triliun. Rincian utang dalam negeri sampai dengan Mei 22 adalah sebagai berikut: (a) utang dalam rangka rekapitalisasi perbankan sebesar Rp 431,6 triliun, (b) penjaminan sebesar Rp 218,3 triliun, dan (c) KLBI sebesar Rp 1, triliun. Upaya pengelolaan utang dalam negeri ini perlu mendapat perhatian yang sungguhsungguh. Sementara itu posisi utang luar negeri pemerintah pada akhir Maret 22 mencapai US$ 69,5 miliar atau naik,1% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 21. Sedangkan posisi utang swasta pada akhir Maret 22 mencapai US$ 61,8 miliar atau turun sekitar 3,% dari posisi akhir Desember 21. Dengan kurs rata-rata tertimbang tahun 21 sebesar Rp 1.238,- per US$, total utang pemerintah (dalam dan luar negeri) pada akhir tahun 21 mencapai 91,9% PDB [lihat lampiran Tabel 8]. Secara keseluruhan posisi utang luar negeri pemerintah dan swasta menunjukkan kecenderungan menurun seperti dapat dilihat pada grafik di bawah ini. POSISI UTANG LUAR NEGERI Januari Maret US$ miliar Jan '99 Apr Jul Okt Jan' Apr Jul Okt Jan' 1 Apr Jul Okt Jan' 2 Pemerintah Swasta

10 1 PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA MASYARAKAT Pada akhir triwulan I/22 posisi dana yang berhasil dihimpun dari dan disalurkan kepada masyarakat turun masing-masing 1,8% dan 1,6% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 21. Pada akhir bulan Maret 22 dana masyarakat yang berhasil dihimpun tercatat sebesar Rp 794,9 triliun, atau turun sekitar 1,8% dibandingkan akhir bulan Desember 21. Dalam periode yang sama jumlah kredit yang disalurkan juga turun sekitar 1,6% menjadi sekitar Rp 32,8 triliun. Penurunan terjadi pada kredit modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 2,5% dan 4,8%; sedangkan kredit konsumsi meningkat 5,3%. Lebih lanjut loaddeposit ratio (LDR) juga menurun dari 33,1% pada akhir Desember 21 menjadi 23,2% pada akhir Maret 22 [lihat lampiran Tabel 1]. Melambatnya laju penyaluran dana perbankan ini menunjukkan fungsi intermediasi perbankan yang masih belum sepenuhnya pulih. Laju pertumbuhan kredit Januari 1999 Maret 22 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 4 PERTUMBUHAN KREDIT PERBANKAN year-on-year, Jan Maret 22 2 % Jan '99 Jul Jan' Jul Jan' 1 Jul Jan' 2 Pada bulan Maret 22, rasio kecukupan modal (CAR) 4 (empat) bank BTO meningkat menjadi 26,3%, naik dibandingkan dengan akhir tahun 21 (sekitar 23,2%). Sedangkan jumlah kredit yang disalurkan sedikit mengalami peningkatan yang tercermin dari naiknya rasio kredit terhadap simpanan (LDR) dari 26,7% bulan Desember 21 menjadi 29,% pada bulan Maret 22. Penanganan restrukturisasi utang khususnya pada 21 obligor terbesar mengalami sedikit kemajuan. Sampai dengan akhir April 22, BPPN telah berhasil menyelesaikan restrukturisasi utang sebesar Rp 77,6 triliun atau sekitar 87,% dari total keseluruhan portfolio bulan April 22 yang berjumlah sebesar Rp 89,2 triliun dengan perincian sekitar Rp 62,5 triliun atau 7,% utang tersebut diselesaikan melalui proses restrukturisasi serta sekitar Rp 15,2 triliun atau 17,% diselesaikan melalui proses hukum. Dari kriteria terbayar penuh, restrukturisasi kredit berjalan lambat antara lain karena lemahnya penegakan hukum di dalam penyelesaian perkara. Namun dilihat dari yang sudah terbayar penuh, proses restrukturisasi kredit masih berjalan lambat. Sampai dengan awal April 22, total restrukturisasi kredit yang terbayar penuh baru mencapai Rp 14,5 triliun (4,6% dari total kredit yang direstrukturisasi) atau hanya naik Rp 2,4 triliun dari akhir tahun

11 21. Secara kumulatif, total setoran debitur sampai April 22 mencapai Rp 44,2 triliun. Perkembangan restrukturisasi kredit dapat dilihat pada grafik berikut ini. PERKEMBANGAN RESTRUKTURISASI 5 April 22, dalam Rp Miliar 11 Lain-lain Dlm Proses Hukum Dlm Proses Hukum - Blm Dimulai Disposal Terbayar Penuh Implementasi Usulan Restrukturisasi Penandatanganan MoU Finalisasi Usulan Retrukturisasi Negosiasi Restrukturisasi Due Dilligence Advisory Agreement Standstill Creditor's Agreement Negosiasi Awal Belum Mulai/Teridentifikasi Total 5 Obligor Terbesar 21 Obligor Terbesar Lambatnya proses restrukturisasi kredit antara lain disebabkan oleh lemahnya kepastian hukum dalam penyelesaian perkara. Sampai dengan akhir April 22 sebanyak 122 perkara masih dalam proses; 726 perkara masih dalam eksekusi; 275 perkara menang; dan 23 perkara kalah dalam pengadilan. Sampai dengan akhir Maret 22, BPPN telah menyetorkan 13% target yang harus dipenuhi tahun 22 kepada kas negara. Sampai dengan 31 Maret 22, penerimaan tunai BPPN tercatat sebesar Rp 5,8 triliun atau 15% dari target penerimaan tahun ini. Dari total penerimaan tersebut, BPPN telah menyetorkan ke kas negara sebesar Rp 5 triliun atau 13% dari target setoran tunai yang harus dipenuhi dalam tahun 22. PEREKONOMIAN DALAM TRIWULAN I/22 TUMBUH SEKITAR 2,5% (Y-O-Y) Dalam triwulan I/22, perekonomian tumbuh 2,5% (yo-y) terutama didorong oleh kenaikan konsumsi masyarakat dan pemerintah. Dibandingkan dengan triwulan I/21 (y-o-y), perekonomian Indonesia tumbuh 2,5% didorong oleh kenaikan pada hampir semua sektor kecuali sektor pertanian dan sektor pertambangan yang masing-masing turun sebesar 1,8% dan,9%. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I/22 didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 9,9% dan 1,3%. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) serta ekspor barang dan jasa menurun masing-masing sekitar 6,1% dan 6,7% bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Ringkasan pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan I/22 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

12 12 RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I/22 (dalam persen, y-o-y) 21 Triwulan Triwulan I/21 I/22 PDB 3,3 4,8 2,5 PDB Nonmigas 4, 5,5 2,6 Konsumsi Rumah Tangga 5,9 4, 9,9 Konsumsi Pemerintah 8,2 6, 1,3 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4, 18,9-6,1 Ekspor Barang dan Jasa 1,9 18,4-6,7 Impor Barang dan Jasa 8,1 5,7-25,8 Pertanian,6 3,7-1,8 Industri 4,3 4,2 4,3 Industri Nonmigas 5,2 5,7 4,8 Lainnya Sumber: BPS 3,6 5,4 2,9 Secara ringkas pada triwulan I/22 kepercayaan masyarakat meningkat tercermin dari menguatnya rupiah dan IHSG, serta menurunnya kecenderungan laju inflasi dan suku bunga. Meskipun demikian kepercayaan yang sifatnya jangka panjang belum pulih. Dalam kaitan itu percepatan pemulihan ekonomi tahun 22 perlu didorong dengan investasi dengan tetap memelihara kepercayaan konsumen dan daya saing ekspor.upaya ini tetap harus didukung oleh stabilitas moneter yang terkendali. UPAYA POKOK YANG PERLU DITINGKATKAN Sampai dengan triwulan I/22 perkembangan ekonomi makro secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, memasuki tahun 22 terjadi peningkatan kepercayaan masyarakat seperti yang tercermin antara lain dalam penguatan kurs rupiah dan meningkatnya IHSG. Ini membantu upaya meningkatkan stabilitas moneter antara lain dalam mengendalikan peredaran uang, laju inflasi, dan suku bunga. Kedua, meskipun demikian, kepercayaan masyarakat yang meningkat sifatnya masih jangka pendek. Kepercayaan yang sifatnya jangka panjang belum pulih. Ini terlihat dari rendahnya minat investasi, masih terjadinya arus modal keluar, dan menurunnya pembentukan modal tetap bruto di Indonesia. Pertumbuhan investasi [pembentukan modal tetap bruto] secara riil terus melambat sejak triwulan I/21 bahkan negatif sejak triwulan III/21 [lihat lampiran Tabel 1]. Kecenderungan ini perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh. Dalam kaitan itu, upaya percepatan pemulihan ekonomi dalam tahun 22 ini perlu didorong dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, permintaan domestik perlu diperkuat yaitu dengan memelihara kepercayaan konsumen dan mendorong investasi. Meskipun perekonomian dunia menunjukkan gejala puih namun tetap rentan terhadap ketidakpastian global. Perekonomian dunia masih sangat bergantung pada perekonomian AS; sementara itu perekonomian Jepang belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari resesi.

13 13 Kedua, selain melalui percepatan restrukturisasi utang perusahaan dan pemulihan fungsi intermediasi perbankan, upaya untuk meningkatkan investasi perlu didorong dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif terutama dengan menyederhanakan prosedur perijinan, meningkatkan kepastian hukum, serta menjamin terciptanya stabilitas politik dan keamanan yang memadai. Upaya ini sangat perlu untuk meningkatkan daya tarik investasi dalam situasi perekonomian dunia yang masih diliputi ketidakpastian dan persaingan yang ketat untuk menarik investasi. Ketiga, percepatan pemulihan ekonomi harus didukung oleh stabilitas moneter agar tidak mengganggu program percepatan restrukturisasi utang perusahaan dan pemulihan fungsi intermediasi perbankan yang pada gilirannya dapat mengganggu ketahanan fiskal (fiscal sustainability) dan menimbulkan gejolak baru yang menghambat pemulihan ekonomi. Stabilitas moneter juga diperlukan untuk meningkatkan daya saing komiditi ekspor nasional dalam situasi perekonomian dunia yang masih dalam tahap pemulihan. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 22 Dengan stabilitas keamanan dan politik yang terpelihara serta upaya yang sungguhsungguh untuk mendorong investasi, dalam keseluruhan tahun 22, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sekitar 4%. Dalam keseluruhan tahun 22, stabilitas politik dan keamanan diharapkan tetap terjaga. Meskipun sejak triwulan II/22 hingga triwulan IV/22 konsumsi masyarakat diperkirakan melambat, namun secara keseluruhan konsumsi masyarakat dalam tahun 22 diperkirakan tetap tumbuh relatif sama dengan tahun 21 yaitu sekitar 5,7%. Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sekitar 6,3% dalam keseluruhan tahun 22. Dengan upaya sungguh-sungguh untuk mendorong investasi, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diperkirakan tumbuh sekitar 6,1% dalam keseluruhan tahun 22. Mulai pulihnya perekonomian dunia akan mendorong ekspor barang dan jasa sejak triwulan III/22. Dalam keseluruhan tahun 22, ekspor barang dan jasa secara riil diperkirakan tumbuh sekitar 5,5%. Seiring dengan itu, impor barang dan jasa secara riil tumbuh sekitar 3,2%. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dalam tahun 22 diperkirakan sekitar 4%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 22 dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

14 14 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 22 Y-O-Y I/22*) II/22 III/2 IV/22 Konsumsi Rumah Tangga 9,9 5,6 3,9 3,8 Konsumsi Pemerintah 1,3 3,5 4, 7,4 PMTB **) -6,1 -,8 11,8 2,5 Ekspor Barang dan Jasa -6,7-2,4 13,1 2, Impor Barang dan Jasa -25,8-11,8 19,4 45,2 PDB 2,5 3,5 4,6 5,5 *) realisasi; **) tidak termasuk perubahan stok 22 5,7 6,3 6,1 5,5 3,2 4, Pertumbuhan PDB, Konsumsi RT (%) 6 4,5 3 1,5 12 1,5 9 7,5 PROYEKSI EKONOMI TAHUN :1 2:3 21:1 21:3 22:1 22:3 Investasi Konsumsi RT PDB -1 Pertumbuhan Investasi (%)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Pada awal triwulan III/2001 perekonomian membaik seperti tercermin dari beberapa

Lebih terperinci

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003 BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 23 Secara ringkas stabilitas moneter dalam tahun 23 tetap terkendali, seperti tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga;

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam triwulan II/2001 proses pemulihan ekonomi masih diliputi oleh ketidakpastian.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002 Kepercayaan masyarakat baik dalam maupun luar negeri masih relatif lemah sebagaimana yang tercermin dari survei yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2003 2005 Bab mengenai perkembangan ekonomi makro tahun 2003 2005 dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai prospek ekonomi tahun 2003 dan dua tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2002 2004 Bab perkembangan ekonomi makro tahun 2002 2004 dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai prospek ekonomi tahun 2002 dan dua tahun berikutnya.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 Kondisi ekonomi makro bulan Juni 2001 tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005 A. TANTANGAN DAN UPAYA POKOK TAHUN 2005 Meskipun secara umum pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan stabilitas moneter dalam keseluruhan tahun 2004 relatif terkendali,

Lebih terperinci

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 Bab ini membahas prospek ekonomi Indonesia tahun 2004 dalam dua skenario, yaitu skenario dasar dan skenario dimana pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat. Dalam skenario

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 2006 Bab mengenai perkembangan ekonomi makro tahun 2004 2006 merupakan kerangka ekonomi makro (macroeconomic framework) yang dimaksudkan untuk memberi gambaran

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2006

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2006 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 26 Kondisi ekonomi makro pada tahun 26 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, memasuki tahun 26, stabilitas moneter di dalam negeri membaik tercermin dari stabilnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 Prospek ekonomi tahun 2007 lebih baik dari tahun 2006. Stabilitas ekonomi diperkirakan tetap terjaga dengan nilai tukar rupiah yang stabil, serta laju inflasi dan suku

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Juli 27 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

PROSES PEMULIHAN EKONOMI

PROSES PEMULIHAN EKONOMI BAB 2 PROSES PEMULIHAN EKONOMI HASIL ANALISA INDIKATOR DINI Seperti telah diuraikan di atas, indikator dini dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk meramalkan ekonomi jangka pendek. Dalam situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 Perkembangan Asumsi Makro BAB I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 1.1 Pendahuluan Memasuki tahun 2009, efek lanjutan dari pelemahan ekonomi global semakin dirasakan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu negara. Naik turunnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu negara. Naik turunnya 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu negara. Naik turunnya perekonomian suatu negara sedikit banyak dipengaruhi oleh sektor perbankan.

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut pada triwulan II-2007. Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I-2007, PDB diprakirakan tumbuh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2007

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

PENJELASAN DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IX DPR RI TANGGAL 26 JUNI 2001

PENJELASAN DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IX DPR RI TANGGAL 26 JUNI 2001 PENJELASAN DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IX DPR RI TANGGAL 26 JUNI 2001 Masa Persidangan : IV Tahun Sidang : 2000-2001 Pertama-tama, perkenankan saya mengucapkan terima kasih

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 terus berlanjut, ditopang oleh perbaikan permintaan domestik khususnya investasi swasta. Pertumbuhan ekonomi triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan Laporan Ekonomi Bulanan Edisi Januari 2006 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA INDIKATOR EKONOMI Indikator 2001 2002 2003 2004 2005

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2005

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2005 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 25 Kondisi ekonomi makro tahun 25 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki paruh kedua tahun 24, stabilitas moneter di dalam negeri mengalami tekanan

Lebih terperinci

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Oktober 2007 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5

Lebih terperinci

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report 1 Februari 1 ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report RESEARCH Data Pasar Hari Kerja Sebelumnya Perubahan Tingkat Suku Bunga dan Kurs Acuan BI Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Utama Dunia Keterangan Hari

Lebih terperinci

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan Laporan Ekonomi Bulanan Edisi Juli 2005 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA Indikator Ekonomi Indikator 2000 2001 2002 2003 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci