BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu memiliki kemampuan untuk mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di dalam maupun diluar individu (Sunaryo, 2004). Umumnya, individu menerima banyak rangsangan atau stimulus dari lingkungan, namun tidak semua stimulus diberikan respon. Respon akan diberikan oleh individu terhadap stimulus yang memiliki kesesuaian dan menarik perhatian individu (Walgito, B, 2010) Proses Terbentuknya Persepsi Pesepsi merupakan proses yang didahului oleh penginderaan, dimana stimulus diterima oleh reseptor, kemudian diteruskan ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Pembentukan persepsi melewati tiga proses yaitu proses fisik, fisiologis, dan psikologis (Sunaryo, 2004). 1. Proses Fisik (kealaman) merupakan suatu proses dimana objek menjadi stimulus yang kemudian ditangkap oleh reseptor atau alat indra 2. Proses Fisiologis meliputi proses yang terjadi dimana stimulus diterima oleh saraf sensori dan rangsangan diantar menuju ke otak 3. Proses Psikologis merupakan proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. 11

2 12 Proses akhir persepsi yaitu individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima oleh alat indera. Persepsi terdiri dari 2 macam yang dibedakan berdasarkan sumber rangsangan yaitu external dan internal perception. External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan dari luar individu. Sedangkan internal perception adalah persepsi yang terjadi karena rangsangan dari dalam individu yaitu dirinya sendiri sebagai obyek Persepsi Remaja Terkait Program Pencegahan HIV/AIDS Persepsi yang dimiliki masing masing individu terhadap stimulus bersifat personal dan cenderung berbeda beda karena dipengaruhi oleh kepercayaan, sikap, motivasi, dan personality individu yang bersangkutan (Pickens J, 2005). Menurut Arterberry (2008), persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang terhadap stimulus. Pengalaman yang dimiliki dapat berupa pengetahuan terhadap stimulus, reaksi dari apa yang dilihat, dan dirasakan oleh individu. Apabila dikaitkan pada implementasi suatu program sebagai stimulus, maka persepsi terbentuk dari pengetahuan terhadap program, serta pengalaman terkait apa yang dirasakan dalam implementasi program. Berdasarkan hal tersebut, hasil studi persepsi individu terhadap suatu program dapat memberikan gambaran secara umum terkait implementasinya. Salah satunya yaitu studi mengenai persepsi remaja terhadap program pencegahan penularan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian, remaja beranggapan bahwa program yang dijalankan di sekolah dengan salah satu tujuannya untuk mencegah penularan HIV/AIDS sangat penting dan bermanfaat untuk mencegah permasalahan remaja termasuk perilaku berisiko penularan HIV/AIDS (Winangsih R, 2015). Sejalan dengan itu, hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa siswa sebagai penerima program beranggapan bahwa program PIK R yang diimplementasikan memiliki

3 13 peranan yang penting bagi siswa di sekolah. Program PIK R (Pusat Informasi Konseling Remaja) merupakan salah satu program yang juga memiliki tujuan pencegahan penularan HIV/AIDS. Keberadaan program PIK R dianggap dapat memberikan informasi yang benar bagi siswa terkait dengan HIV/AIDS, sehingga siswa dapat menghindari risiko penularannya (Desyolmita F & Firman, 2013). Efektivitas program yang khususnya menyasar remaja, termasuk program pencegahan penularan HIV/AIDS, dipengaruhi oleh beberapa elemen penting yaitu kebutuhan remaja yang sesuai dengan kondisi terkini, pemberian informasi dengan penggunaan media yang disenangi remaja dan informasinya mudah dipahami remaja. Penekanan materi yang disajikan dengan media yang tidak sesuai akan menimbulkan persepsi yang berbeda beda, sehingga mempengaruhi pemahaman remaja terkait informasi yang disampaikan (Mohamed A, 2008). 2.2 HIV/AIDS Proyeksi jumlah orang yang hidup dengan HIV dan kematian akibat AIDS di Indonesia meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2015 jumlah orang yang hidup dengan HIV sebesar orang dan diproyeksikan meningkat pada tahun 2016 sebesar orang. Jumlah kematian akibat AIDS sebesar pada tahun 2015 dan meningkat hingga mencapai kematian pada tahun 2016 (Ministry of Health Indonesia, 2014). Peningkatan kasus HIV/AIDS yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa perlunya perhatian khusus dalam menanggulanginya Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi ini menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga mudah terserang berbagai macam penyakit. HIV

4 14 menyebar kedalam tubuh manusia melalui cairan tubuh tertentu yang kemudian secara khusus menyerang sel CD4 atau sering disebut dengan sel T. CD4 dalam tubuh manusia berperan dalam melawan infeksi, apabila manusia terinfeksi HIV, maka dapat menurunkan jumlah CD4 yang berdampak pada melemahnya sistem pertahanan tubuh manusia (CDC, 2015). HIV harus masuk langsung ke aliran darah agar dapat bertahan didalam tubuh manusia. Diluar tubuh manusia HIV sangat mudah mati oleh air panas, sabun, dan bahan pencuci hama lain. HIV terdapat di dalam cairan darah, cairan kelamin dan air susu ibu (KPA kota Denpasar, 2015). Saat HIV sudah bertahan lama didalam tubuh dan menurunkan sistem kekebalan manusia, maka muncul AIDS yang merupakan fase akhir dari infeksi HIV. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit akibat dari menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Akibat dari menurunnya sistem kekebalan tubuh, maka tubuh mudah terserang penyakit dari bakteri atau virus yang sebenarnya tidak ganas (infeksi oportunistik). Seseorang didiagnosa AIDS saat jumlah CD4 didalam darah kurang dari 200 sel/mm 3 atau memiliki gejala khusus AIDS (AIDSinfo, 2012) Cara Penularan dan Faktor Risiko HIV hanya dapat ditularkan melalui manusia ke manusia bukan melalui binatang atau gigitan serangga. Virus masuk dan bertahan didalam tubuh manusia melalui cairan darah, cairan kelamin (cairan sperma dan vagina) serta air susu ibu. HIV tidak dapat menular melalui kontak fisik seperti ciuman, pelukan, berjabat tangan, berbagi pemakaian barang bersama, dan makanan atau minuman (WHO, 2015). Saat HIV masuk kedalam tubuh manusia memerlukan waktu yang cukup panjang untuk menimbulkan gejala gejala sakit atau disebut masa inkubasi yaitu 5 10 tahun. Seseorang terinfeksi HIV yang masih terlihat sehat, namun sudah mampu

5 15 menularan HIV ke orang lain (KPA Kota Denpasar, 2015). Secara umum, fase fase yang dilewati seseorang sebelum terdiagnosis AIDS meliputi (Depkes, 2008): 1. Fase Pertama Pada fase ini seseorang yang terinfeksi HIV masih terlihat sehat dan belum menunjukkan gejala sakit. Saat melakukan tes darah, HIV belum terdeteksi karena belum adanya sistem antibodi terhadap HIV yang terbentuk, namun dapat menularkan HIV ke orang lain. Masa ini disebut window period yang biasanya terjadi antara 1 6 bulan. 2. Fase Kedua Pada fase kedua, HIV telah bereplikasi dalam tubuh sehingga diketahui dari tes HIV dan telah positif HIV. Fase ini berlangsung 5 10 tahun yang dikenal dengan masa laten HIV/AIDS dan belum menunjukkan gejala gejala sakit. 3. Fase Ketiga Pada fase ketiga, sudah mulai muncul gejala gejala awal penyakit yang disebut dengan penyakit terkait HIV, namun belum disebut sebagai gejala AIDS. Gejala yang berkaitan dengan HIV meliputi keringat berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu tidak sembuh sembuh, nafsu makan berkurang dan lemah, berat badan berkurang, pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh dan sistem kekebalan tubuh mulai berkurang. Tahap ini berlangsung selama lebih dari 1 bulan. 4. Fase Keempat Fase keempat merupakan fase akhir yang sudah memasuki tahap AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa saat kekebalan tubuh sangat berkurang yang dilihat dari jumlah sel-t nya dan menimbulkan infeksi oportunistik. Pada umumnya, orang yang terinfeksi HIV akan memasuki fase AIDS sangat tergantung pada gizi yang

6 16 dikonsumsi, dan obat obatan yang membantu proses pembentukan pertahanan tubuh. Lamanya seseorang yang terinfeksi HIV berkembang menjadi AIDS sangat bervariasi diantara individu. Seseorang yang terinfeksi HIV tanpa adanya pengobatan yang rutin, maka 5 10 tahun kemudian akan menderita penyakit akibat HIV. Jarak waktu antara diagnosis terinfeksi HIV dan berkembang menjadi AIDS biasanya tahun (WHO, 2015). Adapun perilaku dan kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi HIV yaitu (National Institute of Allergy and Infectious Disease, 2009): 1. Berhubungan seksual melalui anal, vaginal, atau oral dengan orang yang terinfeksi HIV, multipartner, dan partner yang tidak menggunakan pengaman (kondom). 2. Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, dimana jarum suntiknya tidak steril atau digunakan secara bersama antar satu individu dan indiidu lainnya. 3. Ibu hamil yang terinfeksi HIV menularkan ke anaknya sebelum atau selama melahirkan atau melalui air susu ibu yang terinfeksi HIV Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Upaya pencegahan penularan HIV/AIDS harus dilakukan dengan penyuluhan dan penjelasan yang benar terkait dengan penyakit HIV/AIDS, sehingga pengetahuan masyarakat terkait HIV/AIDS dapat meningkat dan berperilaku yang dapat mencegah penularan HIV/AIDS. Adapun strategi yang digunakan untuk menghindari perilaku seksual yang berisiko dalam upaya mencegah penularan HIV berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI Nomor 51 tahun 2013 yaitu: 1. A (Abstinence), artinya absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah dan cukup umur.

7 17 2. B (Be faithful), artinya bersikap saling setia kepada satu pasangan seks atau tidak berganti ganti pasangan seks. 3. C (Condom), artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual yang aman yaitu menggunakan kondom yang baik dan benar 4. D (Drug No), artinya dilarang menggunakan narkoba terutama menggunakan jarum suntik. Bagi seseorang yang berperilaku berisiko dan terinfeksi HIV maka diberikan pengobatan HIV yang disebut sebagai antiretroviral terapi atau ART, dan obat yang diberikan disebut dengan ARV (antiretroviral). Terapi tersebut tidak dapat menyembuhkan seseorang dari HIV, namun dapat meningkatkan kualitas hidup dan dapat memperpanjang hidup orang yang terinfeksi HIV. ARV berfungsi untuk menekan jumlah HIV sehingga sistem kekebalan tubuh tidak menurun secara drastis dan dikonsumsi seumur hidup (AIDSinfo, 2012). HIV dapat ditekan pertumbuhannya melalui kombinasi 3 atau lebih obat antiretroviral yang juga dapat berfungsi untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh manusia (WHO, 2015). Upaya pengendalian HIV/AIDS tidak hanya dilakukan melalui pengobatan, namun juga melalui penemuan penderita secara dini. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV dan AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperi Wanita Penjaja Seks (WPS), Penyalahguna NAPZA dengan suntikan (IDUs), penghuni lapas atau penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga (Kemenkes, 2013). Dengan penemuan penderita sejak dini, maka selanjutnya aktivitas konseling, perawatan, dan pengobatan dapat segera dilakukan.

8 Remaja dan HIV/AIDS Masa remaja diidentikan dengan masa mencari jati diri dan memiliki tingkat emosional yang cenderung tidak stabil, sehingga memiliki risiko yang tinggi untuk berperilaku berisiko. Tingginya mobilitas sosial masa remaja juga berpengaruh terhadap tingginya kerentanan remaja tertular HIV/AIDS (Pratiwi, N.L & Hari B, 2011). Diperkirakan pada tahun 2012, diantara 35,3 juta orang yang hidup dengan HIV, sebesar 2,1 juta merupakan remaja usia tahun, dimana mayoritasnya adalah perempuan (56%). Pada tahun yang sama terdapat infeksi baru HIV pada remaja usia tahun, dan diperkirakan setiap hari 830 remaja terinfeksi HIV (Idele P, et al, 2014). Walaupun ada penurunan jumlah infeksi baru sejak tahun 2000, namun kematian akibat AIDS meningkat 2 kali lipat. Pada tahun 2014, HIV/AIDS diperkirakan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua, dan kelompok remaja putri merupakan kelompok yang jumlah kasus kematian akibat AIDS yang tidak menurun (Mahmy M, & Idele P, 2014). Di Indonesia, menurut data UNICEF (2012), satu dari setiap lima orang yang terinfeksi HIV adalah remaja yang berusia di bawah 25 tahun. Sebesar 18% dari total kasus baru HIV pada tahun 2011 merupakan remaja usia tahun. Remaja sebagai kelompok yang rentan memiliki risiko 30% lebih besar untuk terinfeksi HIV. Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja, termasuk faktor seks berisiko. Hasil penelitian menemukan bahwa 5 10% wanita dan 18 38% pria muda berusia tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah serta sebanyak 5 10% pria muda usia tahun telah melakukan aktifitas seksual yang berisiko sebelum menikah (Suryoputro, 2006). Sejalan dengan itu, survey yang dilakukan oleh KISARA pada 384 remaja usia 10

9 19 24 tahun, diketahui bahwa 19,8% remaja telah melakukan hubungan seksual dengan usia pertama kali berhubungan seksual adalah 13 tahun (KISARA, 2014). Berdasarkan hasil penelitian Yani (2014) menunjukkan bahwa sebesar 60% remaja di kota Denpasar memiliki perilaku seksual berisiko tinggi, walaupun 62,7% remaja memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi. Namun, pengetahuan yang baik tidak secara langsung mempengaruhi perilaku remaja dalam upaya pencegahan HIV/AIDS karena diperlukan juga pengetahuan yang benar terkait HIV/AIDS. Sejalan dengan itu, hasil pencapaian target MDGs pada tahun 2012 menunjukkan proporsi remaja usia tahun yang memiliki pengetahuan yang benar mengenai HIV/AIDS hanya sebesar 21,25%. Oleh sebab itu, intervensi program yang seharusnya dijalankan tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman remaja mengenai informasi HIV/AIDS yang benar, tetapi juga dapat mempengaruhi perilaku remaja dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS. 2.3 Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) Pengertian dan Tujuan Program KSPAN Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) merupakan program yang dibentuk oleh Komisi Penaggulangan AIDS (KPA) provinsi Bali dan dijalankan di masing masing KPA kabupaten/kota. Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) merupakan bentuk turunan program nasional kampanye Aku Bangga Aku Tahu. Kampanye ini merupakan sosialisasi mengenai perilaku seksual yang harus dihindari sebelum ada komitmen melalui pernikahan dan penyadaran tentang cara penularan penyakit HIV dan AIDS. Kampanye tersebut secara nasional dilaksanakan di 10 provinsi di Indonesia, salah satunya yaitu provinsi Bali (Kemenkes RI, 2013).

10 20 Tujuan dibentuknya KSPAN di sekolah adalah untuk membekali siswa keterampilan ketahanan hidup dalam menghadapi masalah pergaulan remaja dan menjadikan siswa sebagai aktivis remaja yang potensial sebagai model yang paling baik untuk remaja seusianya. KSPAN sudah seharusnya dibentuk sebagai bagian keterlibatan siswa dan dunia pendidikan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Selain itu, KSPAN juga dibentuk sebagai upaya memberdayakan siswa menjadi peer educator atau pendidik sebaya dalam memberikan edukasi HIV/AIDS pada lingkungan sekitarnya Konsep Operasional Program KSPAN Dalam menjalankan program KSPAN adapun konsep untuk mengembangnkan desain program bersama siswa untuk adaptasi program KSPAN di sekolah. Konsep tersebut terdiri dari (KPA Kota Denpasar, 2015): 1. Kerjasama yang optimal antara pihak sekolah, siswa, dan jaringan lembaga peduli HIV dan AIDS Dalam mewujudkan pelaksanaan program yang optimal, maka dibutuhkan kerjasama seluruh pihak dalam menjalankan program. Keterkaitan dan keterlibatan seluruh pihak sangat penting untuk diaktifkan karena akan semakin mempermudah jalannya partisipasi siswa dalam organisasi KSPAN dan kesinambungannya di tahun tahun berikutnya. Siswa pun memiliki peluang untuk mengingatkan sekolah bahwa keberadaan KSPAN di sekolah harus didukung secara aktif oleh pihak sekolah. Guru Pembina juga memiliki peran penting dalam memonitoring kegiatan KSPAN di sekolah. Selain itu, kerjasama yang paling penting adalah membentuk jaringan dengan lembaga lembaga yang sudah ada dan memang bergerak di bidang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.

11 21 2. Regenerasi dan sistem rekrutmen siswa yang jelas Sistem perekrutan anggota baru KSPAN yang jelas sangat diperlukan mengingat masa waktu siswa dapat menjadi anggota KSPAN hanya 3 tahun. Selain sistem perekrutan, transfer pengetahuan dari senior ke junior juga penting untuk diperhatikan sehingga tetap berkesinambungan. 3. Siswa terlibat dalam merancang program Dalam merancang suatu program yang efektif untuk siswa maka diperlukan pemahaman akan kebutuhan siswa itu sendiri. Siswa sangat perlu untuk dilibatkan dan melibatkan diri dalam pengembangan program dan pelaksanaannya untuk meyakinkan bahwa pendekatan yang digunakan menarik, relevan, dan menyenangkan untuk siswa. 4. Sediakan suatu tempat khusus bagi siswa dengan program meremaja Program, termasuk pelayanan jika ada, perlu dirancang dan dikondisikan sebagai tempat yang ramah remaja. Para guru atau pembina sebaiknya dapat berkomunikasi efektif dengan siswa, menghormati siswa sebagai mitra dengan kebutuhan husus yang harus ditangani secara benar. 5. Mendidik dengan menghibur Pendidikan yang menghibur melalui penggunaan multimedia merupakan ciri khas yang digemari remaja dan bagus untuk siswa. Pesan pesan positif yang ingin disampaikan tentunya diusahakan dapat dikemas dengan pendekatan hiburan. Pelibatan siswa dalam merancang program yang menarik dan menghibur menjadi poin penting dalam konsep ini. Penggunaan media masa, media sosial, musik, drama seni, dan acara acara variety dalam penyampaian pesan termasuk HIV/AIDS dapat membantu dalam penyerapan informasi secara efektif oleh siswa.

12 22 6. Libatkan dan didik siswa dengan teknologi Penggunaan teknologi dalam penyampaian pesan kesehatan dapat berguna untuk memperluas jangkauan target sasaran dan mereka yang ingin mempelajarinya dapat belajar sesuai dengan kemampuan. Dalam melaksanakan program KSPAN, pendekatan menggunakan teknologi menjadi prioritas dibandingkan dengan penggunaan intervensi pendidikan kesehatan tradisional Kegiatan Program KSPAN Kegiatan yang dilakukan dalam program KSPAN terdiri dari kegiatan pendukung organisasi dan kegiatan mandiri yang dalam praktiknya diserahkan kepada karakter dan kemampuan sekolah masing masing. Kegiatan pendukung organisasi berupa pelatihan guru Pembina KSPAN, pelatihan pendidik sebaya KSPAN. Adapun materi pelatihan yang diberikan yaitu mengenai HIV/AIDS, Narkoba, Infeksi Menular Seksual (IMS), Kesehatan reproduksi, gender dan seksualitas remaja, pemberdayaan remaja, basic life skill, dan lainnya (KPA Kota Denpasar, 2015). 2.4 Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) Pengertian dan Tujuan Program Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK- R) merupakan salah satu program kesehatan reproduksi remaja yang dibentuk oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini merupakan salah satu program pokok pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM ). Arah kebijakan program PIK R yaitu mencapai keluarga kecil bahagia sejahtera melalui perwujudan tegar remaja. Tegar remaja yang dimaksud yaitu remaja yang berperilaku sehat, menghindari risiko HIV/AIDS,

13 23 Napza, dan seks berisiko. Selain itu, tegar remaja juga mencakup penundaan usia perkawinan, menginternalisasi norma norma keluarga kecil bahagia sejahtera, dan menjadi model bagi remaja sebayanya (Muadz, M.M dkk, 2008). Kegiatan program dikelola dari, oleh, dan untuk remaja yang betujuan untuk memberikan informasi dan konseling mengenai perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja (PKBR). Selain itu, PIK R juga sebagai wadah informasi pendewasaan usia perkawinan, keterampilan hidup (life skills), pelayanan konseling dan rujukan PKBR Kegiatan Program PIK-R Kegiatan PIK-R dilakukan sesuai dengan indikator tahapan di setiap sekolah yang terdiri dari tahap tumbuh, tegak, dan tegar. Tabel 2.1 Indikator Tahapan Program PIK-R Keterangan Tumbuh Tegak Tegar Materi 1. 8 Fungsi Keluarga 2. Pendewasaan Usia Perkawinan 3. Seksualitas, HIV/AIDS, Napza 4. Keterampilan hidup 1. 8 Fungsi Keluarga 2. Pendewasaan Usia Perkawinan 3. Seksualitas, HIV/AIDS, Napza 4. Keterampilan hidup 5. Keterampilan advokasi dan KIE 1. 8 Fungsi Keluarga 2. Pendewasaan Usia Perkawinan 3. Seksualitas, HIV/AIDS, Napza 4. Keterampilan hidup 5. Keterampilan advokasi dan KIE 6. Pengembangan materi sesuai kebutuhan PIK- R (mis: gender) Kegiatan 1. Didalam lingkungan PIK-R 2. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) didalam PIK-R 3. Menggunakan media cetak (majalah, dinding, 1. Didalam dan diluar melalui dialog interaktif di radio dan TV, penyuluhan dan pembinaan, konseling, penyelenggaraan seminar, roadshow ke sekolah lain, pameran, pentas seni, dan lain 1. Didalam dan diluar melalui dialog interaktif di radio dan TV, penyuluhan dan pembinaan, konseling, penyelenggaraan seminar, roadshow ke sekolah lain,

14 24 Sarana, Prasarana, dan SDM leaflet, poster, dll) 4. Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin 1. Ada ruang sekretariat 2. memiliki papan nama 3. struktur pengurus minimal Pembina, ketua, sekretaris, bendahara, seksi program dan kegiatan, dan minimal 2 orang pendidik sebaya lain. 2. Menggunakan media cetak dalam penyampaian informasi atau isi pesan program GenRe misalnya melalui majalah dinding, leaflet, poster dan elektronik misalnya radio, televisi, dan website 3. Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin 4. Melakukan kgiatan kegiatan seperti jambore remaja, lintas alam/outbond, bedah buku, bedah film, dan lainnya 1. Ada ruang sekretariat dan konseling 2. memiliki papan nama 3. struktur pengurus minimal Pembina, ketua, sekretaris, bendahara, seksi program dan kegiatan, dan minimal 4 orang pendidik sebaya dan 2 orang konselor sebaya 4. Minimal 4 orang pendidik sebaya yang pameran, pentas seni, dan lain lain. 2. Menggunakan media cetak dalam penyampaian informasi atau isi pesan program GenRe misalnya melalui majalah dinding, leaflet, poster dan elektronik misalnya radio, televisi, dan website 3. Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin 4. Melakukan kgiatan kegiatan seperti jambore remaja, lintas alam/outbond, bedah buku, bedah film, dan lainnya 5. Terlibat dalam kegiatan sosial misalnya pelayanan kesehatan, kebersihan lingkungan dan kampanye perilaku hidup berwawasan kependudukan 1. Ada ruang sekretariat, konseling, dan pertemuan 2. memiliki papan nama 3. struktur pengurus minimal Pembina, ketua, sekretaris, bendahara, seksi program dan kegiatan, dan minimal 4 orang pendidik sebaya dan 4 orang konselor sebaya

15 25 Jaringan dan kemitraan 4. Minimal 2 orang pendidik sebaya yang sudah dilatih/orientasi 1. Lurah/kades dan TOMA untuk PIK-R jalur kemasyarakatan 2. TOGA untuk PIK- R jalur keagamaan 3. Kepala sekolah untuk jalur sekolah umum 4. puskesmas/pustu terdekat dengan PIK R sebagai tempat rujukan medis 5. Menjalin kerjasama dengan mitra kerja (organisasi kepemudaan, keagamaan, kemasyarakatan, kemahasiswaan, profesi dan kesiswaan) sudah dilatih/orientasi dan 2 orang konselor sebaya yang sudah dilatih tentang materi pengetahuan dasar konseling 5. Lokasi di komunitas remaja sehingga mudah diakses 1. Lurah/kades dan TOMA untuk PIK-R jalur kemasyarakatan 2. TOGA untuk PIK-R jalur keagamaan 3. Kepala sekolah untuk jalur sekolah umum 4. puskesmas/pustu terdekat dengan PIK R sebagai tempat rujukan medis 5. Memperoleh pembinaan dan fasilitasi oleh pemprov/pemkab/pem kot/kepala sekolah, dan lainnya. 6. Bermitra kerja organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan, kemasyarakatan, kemahasiswaan, organisasi profesi Sumber: Pedoman Pengelolaan PIK R/M BKKBN, Minimal 4 orang pendidik sebaya yang sudah dilatih/orientasi dan 4 orang konselor sebaya yang sudah dilatih tentang materi pengetahuan dasar konseling 5. Lokasi di komunitas remaja sehingga mudah diakses 6. Memiliki hotline/sms konseling, perpustakaan, dan jaringan internet media sosial 1. Lurah/kades dan TOMA untuk PIK-R jalur kemasyarakatan 2. TOGA untuk PIK-R jalur keagamaan 3. Kepala sekolah untuk jalur sekolah umum 4. puskesmas/pustu terdekat dengan PIK R sebagai tempat rujukan medis 5. Bermitra kerja organisasi kepemudaan, keagamaan, kemasyarakatan, organisasi kemahasiswaan, organisasi profesi 6. Mempunyai PIK-R binaan 7.Kegiatan PIK-R telah terinteggrasi dengan Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR)

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja http://ceria.bkkbn.go.id Direktur Bina Ketahanan Remaja I ndra Wirdhana, SH,M M A. PENDAHULUAN Jumlah Remaja kurang lebih 64 juta jiwa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan pandemi terhebat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa 1. Defenisi perilaku Menurut Notoatmojo (2003.hal.114) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA Dalam Bab II ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan Program Generasi Berencana (GenRe) di Indonesia dan di Kabupaten Banjarnegara. Mengingat GenRe merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus). Kasus HIV dan AIDS pertama kali

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah retrovirus yang dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus ini ditularkan melalui kontak darah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini dilihat dari prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE. Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo

PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE. Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo PENDAHULUAN Apa itu PIK? Pik adalah Pusat Informasi dan Konseling Remaja Apa itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS sendiri merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional 1 Outline Paparan Bagaimana Transmisi HIV Terjadi Situasi HIV

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,

Lebih terperinci

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang

Lebih terperinci

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN 2007) 1. Pendahuluan Isu strategis dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek kesehatan pada akhir abad ke-20 yang merupakan bencana bagi manusia adalah munculnya penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan

Lebih terperinci

Oleh: Logan Cochrane

Oleh: Logan Cochrane Oleh: Logan Cochrane Pengenalan P. Kepanjangan dari apakah HIV itu? J.Human Immuno-deficiency Virus P. Kepanjangan dari apakah AIDS? J. Acquired Immune Deficiency Syndrome Keduanya memiliki hubungan sebab

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PIK-R 1.1.1 Definisi PIK-R Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Definisi remaja menurut BKKBN adalah penduduk dalam usia 10-24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya. LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune BAB 1 PENDAULUAN 1.1 Latar Belakang HIV (Human Immune Deficiency Virus) merupakan virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tahun 2045 diperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia 30 tahun sampai

Lebih terperinci

Reproduksi Remaja (PIK-KRR)

Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Panduan Pengelolaan Pusat Informasi & Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) KRR) Percontohan Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN ISI BUKU 1. PENDAHULUAN 2. PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci