PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH ATAS DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING YANG DIBERIKAN OLEH PIHAK PERBANKAN ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH ATAS DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING YANG DIBERIKAN OLEH PIHAK PERBANKAN ABSTRAK"

Transkripsi

1 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH ATAS DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING YANG DIBERIKAN OLEH PIHAK PERBANKAN ABSTRAK Riani Susanti, Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Atas Data Pribadi Nasabah Dalam Layanan Internet Banking yang Diberikan oleh Pihak Perbankan. Di bawah bimbingan Bapak Deny Slamet Pribadi, S.H.,M.H dan Ibu Safarni Husain, S.H.,M.Kn. Ketentuan dunia perbankan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan). Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Perbankan yang menyatakan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian bank menurut Pasal 1 angka 2 adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari penjelasan yang ada bahwa bank bekerja dari dana masyarakat yang disimpan oleh bank atas dasar kepercayaan masyarakat sehingga, apabila kepercayaan dari masyarakat tidak dilaksanakan dengan baik maka reputasi dalam dunia perbankan akan menjadi tidak baik juga dimata masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu serta kecanggihannya suatu penerapan sistem teknologi informasi, perbankan menghadirkan suatu layanan internet banking yang berbasiskan layanan media online untuk melakukan suatu transaksi apapun seperti transfer, penarikan tunai, pembayaran listrik, air, telpon prabayar, serta informasi dalam pengecekan saldo yang berhubungan dengan transaksi perbankan. Kemudahan fasilitas yang diberikan oleh pihak perbankan kepada para nasabahnya, menimbulkan suatu risiko dalam setiap penggunaannya sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan hukum yang kerap terjadi seperti, kasus hilangnya uang nasabah bank melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tanpa melakukan suatu transaksi apapun sebelumnya dan saat melakukan suatu transaksi, uang nasabah tersebut banyak berkurang dari nominal transaksi yang dilakukan dalam penggunaan layanan internet banking. Dalam pengaduannya nasabah kepada pihak bank, pihak bank tidak dapat memberikan informasi mengenai transaksi keuangan, faktanya didalam UU Perbankan pada Pasal 29 ayat (4) menyatakan Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah apakah aturan-aturan hukum perbankan di Indonesia dapat memberikan perlindungan hukum bagi nasabah atas data pribadi nasabah dalam layanan internet banking dan apa saja yang harus dilakukan oleh nasabah menurut aturan dan teori-teori perbankan dalam melakukan upaya hukum jika data pribadi nasabah dalam layanan internet banking tidak terlindungi. Pada metode penelitian yang digunakan penulis adalah normatif. 1

2 Apabila dilihat dari segi perlindungan hukum yang diberikan pihak perbankan masih kurang melindungi para nasabahnya sehingga diperlukannya serta ditambahkannya aturan baru yang lebih khusus terhadap data diri pribadi nasabah dalam layanan internet banking. Dari segi keamanan juga perlu ditingkatkan dari sistem peralatannya dalam pengoperasian mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) maupun keamanan disekitar (ATM) sehingga diperlukan pengawasan yang lebih baik dalam hal tersebut. Dalam upaya hukum yang dapat dilakukan nasabah dapat melewati langkah pertama yaitu melakukan pengaduan ke pihak bank dalam pelayanan pengaduan nasabah, dan apabila belum merasa puas langkah kedua menggunakan upaya mediasi perbankan yang disediakan oleh pihak perbankan serta diperlukannya upaya dalam memberikan suatu perundang-undangan yang baru dan lebih khusus kepada perlindungan hukum bagi nasabah atas data pribadi nasabah dalam layanan internet banking agar tidak ada lagi kerugian yang ditanggung pihak nasabah. Keyword: Data Pribadi Nasabah, Perlindungan Hukum, Internet banking Pendahuluan Perkembangan zaman yang semakin modern saat ini teknologi yang berkembang semakin memudahkan masyarakat dalam melakukan hal apapun yang sesuai dengan fungsi serta kegunaannya, sehingga merupakan suatu proses yang senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat. Salah satu perkembangan yang sangat pesat saat ini yaitu perkembangan di bidang teknologi informasi, yang dimana perkembangan ini diterapkan dalam dunia perbankan. Dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai bidang kehidupan yang kemudian akan berdampak pada peningkatan kemakmuran masyarakat di suatu negara apabila dimanfaatkan secara tepat. Kegiatan perbankan di Indonesia yang berasaskan demokrasi ekonomi dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal tersebut merupakan kekhasan karakteristik perbankan Indonesia yang mana harus sesuai dengan ideologi Pancasila dan tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Perbankan yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi, mempunyai arti bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan perbankan sementara itu, pemerintah juga berkewajiban untuk memberi pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi (perbankan) serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha. 1 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa Indonesia merupakan negara hukum, sehingga kegiatan perekonomian khususnya perbankan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pembangunan nasional termasuk di dalamnya pembangunan ekonomi dimungkinkan untuk mencapai tujuannya secara wajar, sehingga ekonomi nasional semakin mendekati harapan seluruh rakyat Indonesia secara merata. Bakti, halaman 5 1 Muhamad Djumhana, 1996,Hukum Perbankan di Indonesia, Cet. II, Bandung: Citra Aditya 2

3 Di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disingkat menjadi UU Perbankan), telah diatur di dalam Pasal 1 angka (1) yang berbunyi yaitu Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian hukum perbankan yaitu sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain 2. Sehingga hukum perbankan merupakan aturan-aturan yang menjadi landasan hukum dalam bidang perbankan. Salah satu wujud aturan tersebut adalah peraturan perundang-undangan dalam bidang perbankan yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Junto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang menjadi hukum positif perbankan di Indonesia. Disamping itu perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank disuatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya. 3 Terutama dengan ditambahnya perkembangan di bidang teknologi informasi di dalam dunia perbankan yang kini telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui teknologi tersebut dapat tercapai cara yang efisien dan efektif dalam meningkatkan kemampuan kerja. Sehingga penerapan dalam teknologi informasi di bidang perbankan ini, dapat mewujudkan suatu sistem pelayanan bank yang baik, cepat, dan efisien serta aman untuk para nasabah. Salah satu penerapan teknologi informasi di bidang perbankan adalah layanan internet banking. Yang dimana kehadiran layanan internet banking ini merupakan suatu sarana media alternatif dalam memberikan kemudahankemudahan bagi nasabah oleh suatu bank yang ingin menjadikan suatu solusi yang efektif untuk nasabah dalam melakukan transaksi apapun dengan mudah, cepat, di mana saja dan kapan saja. 4 Suatu kemudahan yang telah diberikan dalam penerapan teknologi informasi pada perbankan diikuti pula dengan semakin banyaknya resiko dalam setiap penggunaannya. Perkembangan yang ada saat ini mengakibatkan regulasi hukum mengenai perbankan tidak dapat lagi mengantisipasi dinamika bisnis sektor perbankan, khususnya mengenai kerahasiaan bank. Pengertian rahasia bank itu sendiri diatur didalam UU Perbankan Pasal 1 angka (28) yang berbunyi: Rahasia Bank adalah Segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya. Permasalahan yang kerap terjadi terlihat pada sejumlah layanan internet banking di sektor perbankan di 2 Ibid., halaman 1 3 Kasmir, 2006, Dasar-dasar Perbankan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, Halaman 1 4 Budi Agus Riswandi, 2005, Aspek Hukum Internet Banking, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Halaman 1 3

4 Indonesia. Sehingga perlindungan hukum atas data pribadi nasabah sangat kurang terjamin keamanannya, yang disebabkan juga dalam pemberian informasi mengenai data nasabah tidak dapat untuk dilihat dengan orang yang tidak mempunyai kepentingan. Karena didalam suatu UU Perbankan mempunyai kerahasiaan bank yang diatur didalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 40 ayat (1) dan (2) yang berbunyi: (1) Bank dilarang memberikan keterangan tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak terafiliasi. Dilihat dari ketentuan undang-undang tersebut mengenai kerahasiaan bank, yang hingga sampai saat ini masih menimbulkan beberapa kasus hukum yang terjadi dalam layanan internet banking adalah salah satu diantaranya kasus hilangnya uang nasabah bank melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri/Automatic Teller Machine) tanpa melakukan suatu transaksi apapun sebelumnya dan saat melakukan suatu transaksi, uang nasabah tersebut banyak berkurang dari nominal transaksi yang dilakukan dalam layanan internet banking dengan sistem online internet banking, yang dimana pihak bank kurang memberikan suatu perlindungan hukum terhadap keamanan para nasabah baik dalam bentuk fasilitas yang telah diberikan, sehingga memungkinkan kebocoran dalam data nasabah pribadi itu hilang. Berdasarkan yang terjadi pada kasus-kasus kehilangan uang seperti ini pihak perbankan tidak bertanggungjawab akan kebocoran data-data nasabah akan kasus pembobolan uang nasabah, sehingga semuanya ditanggung para nasabah dengan alasan yang diberikan pihak perbankan adalah kelalaian yang telah dilakukan oleh pihak nasabah itu sendiri. Yang dimana pihak bank seharusnya wajib bertanggungjawab akan pemberian suatu informasi yang mengenai timbulnya resiko kerugian yang berhubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Namun demikian, pihak bank seakan-akan mengabaikan kewajibannya yang faktanya sebenarnya telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 29 ayat (4) yang berbunyi yaitu Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Karakteristik layanan internet bankingini untuk memfasilitasi transaksi perbankan yang berbeda dengan perbankan secara konvensional yang menimbulkan dampak negatif dalam hal pengaturan hukum data pribadi nasabah yang berkaitan dengan kerahasiaan bank. Hal ini terlihat bahwa dalam pelaksanaannya pemanfaatan layanan internet banking ini melibatkan banyak pihak, baik pihak perbankan, pihak internet service provider, maupun nasabah perbankan yang bersangkutan. 5 5 Ibid., Halaman 186 4

5 Ketidakmampuan bank dalam mengantisipasi pemanfaatan teknologi berupa internet banking dari segi hukum menyebabkan aspek perlindungan hukum menjadi tidak terperhatikan, tidak terkecuali dalam perlindungan atas data pribadi nasabah. 6 Bank menyimpan data-data nasabah melalui teknologi komputer, sehingga data-data tersebut tidak hanya dikumpulkan begitu saja, tetapi dapat juga dikompilasikan dari beberapa sumber. Kini, dengan semakin majunya komunikasi secara on-line, informasi-informasi tersebut siap untuk dikomunikasikan baik kepada pihak yang berwenang untuk mengetahui informasi-informasi tersebut maupun kepada masyarakat yang mungkin dapat menyalahgunakannya. Apabila dilihat bahwa aturan kebijakan perbankan yang telah dibuat oleh pihak bank dalam upaya melindungi pihak nasabah termasuk di dalamnya aspek data pribadi nasabah terkesan lebih mementingkan pihak bank sebagai penyelenggara layanan internet banking, padahal dalam hal ini diharuskan adanya perlindungan yang seimbang di antara para pihak yang terkait dalam pemanfaatan layanan internet banking. Terutama pada perlindungan hukumnya kepada nasabah yang masih kurang diberikan oleh pihak perbankan dalam menyelenggarakan layanan internet banking tersebut. Dengan demikian dalam layanan internet banking yang diselenggarakan oleh pihak perbankanpun harus segera dibenahi, agar dapat mengikuti perkembangan yang lebih baik lagi dalam menuju suatu sistem pelayanan perbankan yang akurat, nyaman dan aman serta terjamin perlindungannya agar tidak ada lagi kerugian yang ditanggung nasabah dan dapat memberikan suatu informasi yang memang dibutuhkan oleh para nasabah apabila terjadi kerugian yang tak terduga, karena sudah menjadi kewajiban pihak bank untuk memberikan informasi kepada nasabah apabila terjadi kerugian seperti yang telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 29 ayat (4). Adapun rumusan masalah yang pertama, Apakah aturanaturan hukum perbankan di Indonesia dapat memberikan perlindungan hukum bagi nasabah atas data pribadi nasabah dalam layanan internet banking? dan rumusan masalah yang kedua, Apa saja yang harus dilakukan oleh nasabah menurut aturan dan teori-teori perbankan dalam melakukan upaya hukum jika data pribadi nasabah dalam layanan internet banking tidak terlindungi?. Dalam perlindungan hukum yang akan diuraikan dalam kajian ini didasari pada sebuah teori mengenai perlindungan hukum yang diutarakan oleh Philipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum dapat dilakukan dalam wujud perlindungan hukum preventif. Perlindungan hukum preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, 7 sehingga sebuah ketentuan hukum dapat dihadirkan sebagai upaya pencegahan atas tindakan pelanggaran hukum dan dapat diterapkan dengan membentuk suatu aturan hukum yang bersifat normatif. Pada hakekatnya perlindungan hukum itu berkaitan dengan cara dalam memberikan suatu keadilan yaitu memberikan hak-haknya yang telah dilanggar. 6 Ibid., 7 Philipus M. Hadjon, Op.cit., Halaman 2 5

6 Sedangkan menurut teori Roscoe Pound yaitu Law is a tool of social engineering, 8 bahwa hukum adalah alat untuk memperbaharui atau merekayasa masyarakat. Dalam arti hukum itu berasal dari pemerintah untuk dijalankan oleh masyarakat, karena hukum juga perlu regulasi atau aturan dari pemerintah. Maka dari itu diperlukan regulasi khusus yang mengatur perlindungan hukum bagi nasabah atas data diri pribadi nasabah dalam layanan internet banking. Dengan kata lain dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian. Menurut Satjipto Raharjo, Perlindungan hukum bagi nasabah bermakna hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut dengan hak. Dengan demikian tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat itu bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu saja. Yaitu yang diberikan oleh hukum kepada seseorang. 9 Dari teori Satjipto Raharjo penulis menarik kesimpulan bahwa setiap aturan hukum yang ada harus memberikan suatu keadilan terhadap para nasabah yang dilanggar haknya karena kepentingan pribadi seseorang, sehingga menimbulkan kerugian terhadap orang lan. Perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak bank untuk nasabah, tidak terlaksana dengan baik. Karena dengan adanya permasalahan seperti kehilangan uang nasabah bank melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan sistem online internet banking, sehingga memungkinkan kebocoran dalam data nasabah pribadi itu hilang. Dalam hal ini pihak bank tidak mau memberikan informasi lanjut kepada nasabah dengan alasan yang diberikan adalah suatu kelalaian yang telah dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank tidak bertanggungjawab akan hal tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, pihak bank menyatakan alasan tidak bisa memberikan keterangan kepada nasabah karena adanya kerahasiaan bank, yang sebenarnya disatu sisi dapat merugikan pihak nasabah yang mengalami masalah. Pada dasarnya mengenai kerahasiaan bank telah diatur didalam UU Perbankan, yang apabila dilihat dari ketentuan Pasal 40 ayat (1) dan (2) menyatakan sebagai berikut: (1) Bank dilarang memberikan keterangan tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak terafiliasi. Dalam ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa hubungan kerahasiaan bank yang wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan keuangan dan hanya pihak-pihak tertentu yang diketahui oleh bank yang dapat 8 Soedarsono, Loc.cit. 9 Hermansyah, Loc.Cit. 6

7 diberikan informasi karena kegiatan usahanya yang telah berdasarkan pada Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43 dan Pasal 44 A. Pada dasarnya internet banking tidak akan terlepas dari penggunaan jasa telekomunikasi, karena jasa telekomunikasi dapat dihubungkan juga dengan jasa internet yang dimana merupakan suatu penyelenggaran jasa multimedia. Teknologi telekomunikasi itu sendiri yaitu sebuah teknologi yang berhubungan dengan komunikasi jarak jauh, sehingga memungkinkan seseorang dapat mengirimkan informasi atau menerima informasi dari pihak lain yang letaknya berjauhan. Sedangkan jasa multimedia itu sendiri dapat diartikan sebagai jasa telekomunikasi yang menawarkan layanan berbasis teknologi informasi dalam hal apapun antara lain seperti jasa internet telpon, jasa akses internet, dan jasa televisi berbayar atau peralatan yang memungkinkan televisi dapat digunakan untuk mengakses internet. 10 Bahwa dari teori yang ada berarti telah terbentuknya aturan-aturan hukum untuk melindungi nasabahnya diantaranya, PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, PBI No. 7/7/PBI/2005 jo PBI No. 10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah, PBI No. 8/5/PBI/2006 jo PBI No.10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang- Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, pada Pasal 22 dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Pasal 26 ayat (1) dan (2). Jika disimpulkan dengan kejadian yang ada beserta regulasinya bahwa pada dasarnya peraturan perundang-undangan masih kurang melindungi kepentingan para nasabah dalam mengantisipasi pelanggaran atau penyalahgunaan yang berdampak kepada kerugian di berbagai pihak. Bahwa aturan tersebut juga kurang mencerminkan suatu hak dan kewajiban yang seimbang antara penyelenggara internet banking (pihak bank) dengan nasabah sendiri. Sehingga diperlukannya regulasi yang memang hanya diperuntukkan bagi nasabah dalam menggunakan layanan internet banking, agar tidak terjadinya kerugian diantara kedua belah pihak. Upaya hukum yang dilakukan oleh pihak nasabah menurut aturan dan teori-teori perbankan jika data pribadi nasabah dalam layanan internet banking tidak terlindungi. Upaya awal yang harus dilakukan oleh pihak nasabah terhadap pihak bank yaitu dapat mengajukan sebuah pengaduan yang sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/7/PBI/2005 jo Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Adapun pengertian dari pengaduan yang terdapat pada Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 jo Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI/2008 yaitu Ungkapan ketidakpuasan Nasabah yang disebabkan oleh adanya potensi kerugian finansial pada Nasabah yang diduga karena kesalahan atau kelalaian Bank, dimana dalam permasalahan layanan internet banking, pihak nasabah telah melakukan pengaduan kepada pihak bank atas suatu kerugian yang terjadi tanpa ada kesalahan dari pihak nasabah. Berdasarkan fakta yang terjadi pihak bank tidak melayani dan tidak 10 Abdul Kadir dan Terra Ch. Triwahyuni, 2005, Pengenalan Teknologi Informasi, CV. Andi Offset, Yogyakarta, Halaman 366 7

8 menyelesaikan permasalahan dengan nasabah, sehingga nasabah tidak merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak bank. Seharusnya bank wajib menyelesaikan setiap pengaduan yang diajukan nasabah untuk menyelesaikan pengaduan pihak nasabah, dimana telah diatur didalam PBI No.7/7/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah pada Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) yang berbunyi: (1) Bank wajib menyelesaikan setiap Pengaduan yang diajukan Nasabah dan atau Perwakilan Nasabah. (2) Untuk menyelesaikan Pengaduan, Bank wajib menetapkan kebijakan dan memiliki prosedur tertulis yang meliputi; a. Penerimaan Pengaduan; b. Penanganan dan Penyelesaian Pengaduan; dan c. Pemantauan penanganan dan penyelesaian Pengaduan. Penjelasan pada Pasal 2 ayat (1) dan (2) sudah jelas bahwa bank wajib menyelesaikan setiap pengaduan nasabah dan menerima pengaduan yang diajukan oleh nasabah serta memberikan informasi yang dibutuhkan nasabah atas suatu kerugian yang diakibatkan oleh pihak bank yang terdapat dalam Pasal 29 ayat (4) UU Perbankan. Artinya nasabah memiliki hak untuk menyelesaikan setiap permasalahan serta kerugian yang dialami nasabah. Adapun mekanisme pengaduan nasabah diatur pada PBI No.7/7/PBI/2005 jo PBI No.10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah yang diberikan oleh pihak Bank Indonesia yaitu: 11 A. Cara menyampaikan pengaduan ke Bank: 1) Secara lisan a) Melalui telepon, termasuk call center (pelayanan 24 jam) yang disediakan oleh bank; b) Datang ke cabang bank terdekat. 2) Secara tertulis a) Menyampaikan surat resmi yang ditujukan kepada bank, dengan cara diantar langsung, dikirim melalui facsimile, atau melalui pos ke bank; b) Melalui atau website bank; c) Pengaduan secara tertulis wajib dilengkapi fotokopi identitas dan dokumen pendukung lainnya seperti: - Bukti setoran atau penarikan; - Bukti transfer; - Rekening koran, dan atau - Dokumen lainnya yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan dan atau pengaduan yang akan disampaikan. 3) Perwakilan Nasabah 11 Bank Indonesia, Mekanisme Pengaduan Nasabah, diakses pada tanggal 05 Januari 2013, pada Pukul WITA 8

9 Apabila pengaduan diajukan oleh Perwakilan Nasabah, maka selain dokumen di atas juga diserahkan dokumen lainnya yaitu: a) Fotokopi bukti identitas nasabah dan perwakilan nasabah; b) Surat kuasa dari nasabah kepada perwakilan nasabah yang menyatakan bahwa nasabah memberikan kewenangan bertindak untuk dan atas nama nasabah; c) Jika perwakilan nasabah adalah lembaga atau badan hukum maka harus dilampiri dengan dokumen yang menyatakan dari pihak yang berwenang untuk mewakili lembaga atau badan hukum tersebut. B. Penerimaan Pengaduan oleh Bank a) Bank menerima setiap pengaduan yang diajukan oleh nasabah dan atau perwakilan nasabah baik secara lisan maupun tertulis; b) Bank memberikan penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur penyelesaian pengaduan pada saat nasabah dan atau perwakilan nasabah mengajukan pengaduan; c) Bank memberikan tanda terima, jika pengaduan diajukan secara tertulis; d) Seluruh kantor bank dapat menerima pengaduan nasabah. Apabila dalam pengaduan nasabah belum merasa puas, pihak bank menawarkan upaya lain yang disediakan oleh Bank Indonesia yaitu dengan upaya mediasi perbankan. Upaya hukum itu sendiri merupakan suatu cara untuk menyelesaikan suatu sengketa antara dua belah pihak yang bersengketa. Upaya hukum tersebut dapat dilakukan dengan cara litigasi (didalam pengadilan) dan non litigasi (diluar pengadilan). Pada dunia perbankan upaya yang dilakukan oleh pihak bank terhadap nasabah yaitu dengan cara non litigasi atau diluar pengadilan secara mediasi. Pengertian mediasi itu sendiri adalah penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian sengketa secara menengahi. 12 Sedangkan didalam Peraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan, pada Pasal 1 angka 5 dalam pengertiannya mengenai Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang disengketakan. Penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank yang disebabkan tidak terpenuhinya tuntutan finansial nasabah oleh bank dapat diupayakan penyelesaiannya melalui mediasi perbankan. Yang dimaksud dengan tuntutan finansial adalah potensi kerugian finansial nasabah yang diduga karena kesalahan atau kelalaian bank. Halaman Bambang Sutiyoso, 2006, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Citra Media, Yogyakarta, 9

10 Mediasi bukan hanya membantu pihak bank, melainkan pihak nasabah juga dapat mengupayakan mediasi perbankan, tetapi pihak nasabah jarang sekali ingin melakukan upaya sengketanya dalam bentuk mediasi perbankan. Karena mediasi dilakukan apabila kedua belah pihak yang bersengketa memang ingin memilih jalur mediasi dengan kesepakatan bersama oleh para pihak atau yang ditunjuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa dalam memilih seorang mediator untuk membantu menyelesaikan persengketaan tersebut, sebab mediator tidak memihak kepada siapapun melainkan hanya sebagai penengah. Sehingga mediator dapat berhasil menyelesaikan suatu sengketa yang dialami oleh kedua belah pihak dan para pihak bisa memutuskan yang mana yang terbaik dari hasil kesepakatan bersama. Adapun proses pelaksanaan mediasi perbankan juga diatur didalam PBI No.8/5/PBI/2006 jo PBI No.10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan yaitu: (1) Proses Mediasi dilaksanakan setelah Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank menandatangani perjanjian Mediasi (agreement to mediate) yang memuat: a) Kesepakatan untuk memilih Mediasi sebagai alternatif penyelesaian Sengketa; dan b) persetujuan untuk patuh dan tunduk pada aturan Mediasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (2) Pengajuan penyelesaian Sengketa tidak melebihi 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal surat hasil penyelesaian Pengaduan yang disampaikan Bank kepada Nasabah. (3) Pelaksanaan proses Mediasi sampai dengan ditandatanganinya Akta Kesepakatan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank menandatangani perjanjian Mediasi (agreement to mediate). (4) Jangka waktu proses Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja berikutnya berdasarkan Kesepakatan Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank. (5) Kesepakatan antara Nasabah atau Perwakilan Nasabah dengan Bank yang dihasilkan dari proses Mediasi dituangkan dalam Akta Kesepakatan yang ditandatangani oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank. Berdasarkan uraian penjelasan yang dikaitkan dengan permasalahan perlindungan hukum bagi nasabah atas data diri pribadi nasabah dalam layanan internet banking oleh pihak perbankan, bahwa apabila dilihat dari segi hukum normatifnya regulasi yang ada kurang mencerminkan suatu perlindungan hukum dengan seimbang. Sehingga diperlukannya pembentukan suatu undang-undang yang khusus untuk memberikan suatu perlindungan hukum kepada nasabah atas data diri pribadi nasabah khususnya dalam layanan internet banking serta pada bidang-bidang tertentu. Karena dalam sebuah privasi data itu sangat cukup luas cakupannya, baik itu data yang bersifat publik maupun data yang bersifat privat. 10

11 Tujuan dari adanya pengaturan yang khusus terhadap data diri pribadi nasabah dalam layanan internet banking itu sendiri untuk lebih melindungi para nasabahnya, walau memang telah ada aturan yang melindungi para nasabah tetapi aturan tersebut masih kurang untuk melindungi kepentingan para nasabahnya, sehingga masih banyak permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi dan tanpa disadari menimbulkan suatu kerugian bagi para nasabahnya. Selain upaya dalam bentuk aturan, dapat juga dilakukan dengan upaya dari sistem keamanannya yang harus bisa lebih ditingkatkan lagi dalam penggunaan layanan internet banking, mulai dari sistem peralatannya dalam pengoperasian mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) maupun dari segi keamanan di sekitar Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Serta kembali kepada aturan-aturan yang sesuai dengan pelaksanaan dalam layanan internet banking guna melindungi para nasabahnya dengan segala aturan yang ada serta pihak nasabah juga diberi fasilitas yang lebih aman, nyaman dalam melakukan suatu transaksi apapun. Karena melihat kembali lagi bahwa nasabah mempunyai pengaruh besar dalam dunia perbankan, sebab mengingat bank bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan oleh bank atas dasar kepercayaan dari masyarakat. Maka dari itu setiap bank harus memelihara dan meningkatkan kepercayaan yang telah diberikan masyarakat. Penutup Kesimpulan 1. Dalam segi aturan-aturan hukum perbankan yang ada di Indonesia, dilihat dari: a. Dari segi perlindungan hukumnya yang telah diberikan pihak perbankan masih kurang untuk melindungi para nasabahnya, meskipun berbagai regulasi telah ada untuk melindungi nasabahnya tetapi regulasi tersebut nyatanya belum sepenuhnya untuk melindungi pihak nasabah, karena mengingat bank bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan oleh bank atas dasar kepercayaan dari masyarakat. Maka dari itu setiap bank harus memelihara kepercayaan yang telah diberikan masyarakat atau nasabah kepada bank. sehingga diperlukannya serta ditambahkannya aturan baru yang lebih khusus terhadap nasabah dalam layanan internet banking. b. Dari segi keamanan juga perlu untuk ditingkatkan terutama mulai dari sistem peralatannya dalam pengoperasian mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) maupun dari segi keamanan di sekitar Anjungan Tunai Mandiri (ATM), sehinngga diperlukan pengawasan yang lebih baik dalam hal tersebut. 2. Dalam upaya hukum yang dilakukan, nasabah dapat melewati langkah-langkah yang ditempuh yaitu: a. Apabila terjadinya permasalahan kerugian yang timbul akibat kelalaian pihak bank, nasabah dapat melakukan langkah pertama yaitu melakukan pengaduan ke pihak 11

12 bank dalam pelayanan pengaduan nasabah yang diatur pada PBI No.7/7/PBI/2005 Jo PBI No.10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. b. Apabila pihak nasabah masih belum merasa puas akan pelayanan pengaduan nasabah dari bank, langkah kedua yang dilakukan adalah dengan menggunakan upaya mediasi. Dalam hal ini upaya mediasi telah disediakan oleh pihak perbankan, yang terdapat pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/5/PBI/2006 jo PBI No.10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan. c. Serta upaya dalam memberikan suatu peraturan perundang-undangan yang lebih khusus kepada perlindungan hukum bagi nasabah atas data diri pribadi nasabah dalam layanan internet banking oleh pihak perbankan agar tidak ada lagi kerugian yang ditanggung oleh pihak nasabah serta upaya dalam meningkatkan sistem pengamanan yang lebih akurat dalam segi apapun. Saran Adapun saran yang akan diberikan dalam penulisan skripsi ini mengenai perlindungan hukum bagi nasabah atas data diri pribadi nasabah dalam layanan internet banking oleh pihak perbankan, kepada para pihak, baik pemerintah maupun pihak perbankan yaitu: 1. Perlunya pengadaan pengaturan yang lebih khusus dalam layanan internet banking guna melindungi nasabah atas data diri pribadi nasabahnya, dikarenakan regulasi yang ada dan berlaku saat ini, masih kurang untuk melindungi para nasabahnya sehingga masih ada yang dirugikan. 2. Didalam peraturan-peraturan yang telah ada dalam dunia perbankan, sekiranya pemerintah juga perlu segera merevisi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dengan menambahkan lebih spesifik perlindungan hukumnya dalam kerahasiaan bank dapat dicantumkan lebih spesifik terhadap nasabah dalam bentuk pemberian informasi transaksi keuangan nasabah yang apabila dirugikan, agar mengetahui sebab-sebab terjadinya kerugian yang dialami oleh nasabah. 3. Masyarakat dalam hal ini sebagai nasabah juga harus lebih berhati-hati dan teliti dalam penggunaan layanan yang diberikan oleh pihak bank, dan terlebih dahulu untuk membaca prosedurprosedur perjanjian yang akan disepakati kedua belah pihak. 12

13 DAFTAR PUSTAKA A. LITERATUR Dirdjosisworo, Soedjono, 1984, Pengantar Ilmu Hukum, CV. Rajawali, Jakarta. Djumhana, Muhammad, 1996, Hukum Perbankan di Indonesia, cet. II, Citra Aditya Bakti, Bandung., 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Citra Aditya Bakti, Bandung. Hadjon, Philipus M, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya. Hasibuan, Malayu S.P., 2006, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta. Ibrahim, Jhonny, 2008, Penelitian Hukum Normatif (Edisi Revisi), Bayu Media Publishing, Malang. Kadir, Abdul dan Terra Ch.Triwahyuni, 2005, Pengenalan Teknologi Informasi, CV. Andi Offset, Yogyakarta. Kansil CST, 1986, Pengantar Illmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Kasmir, 2006, Dasar-Dasar Perbankan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Makarim, Edmon, 2005, Pengantar Hukum Telematika, PT.RajaGrafindo, Jakarta. Marzuki, Peter Mahmud, 2010, Metode Penelititian Hukum Normatif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Mertakusumo, Sudikno, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta. Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Riswandi, Budi Agus, 2005, Aspek Hukum Internet Banking, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Santoso AZ, Lukman, 2011, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah dan Bank, Pustaka Yustisia, Yogyakarta. Sudarsono, 2004, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. 13

14 Sutiyoso, Bambang, 2006, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Citra Media, Yogyakarta. Usman, Rachmadi, 2003, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182) Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154) Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/7/PBI/2005 jo PBI Nomor 10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan C. Artikel Internet Mustaghfirin, Fungsi Bank dan Pengertian Hukum Perbankan, diakses pada tanggal 05 Maret 2012, pada Pukul WITA Artikel Elib, Aspek Hukum Tentang Perbankan dan Pencurian Melalui Internet, diakses pada tanggal 05 Maret 2012, pada Pukul WITA 14

15 Anneahira, Pengertian Internet Banking, diakses pada tanggal 28 April 2012, pada Pukul WITA Artikel Bank Indonesia, Mekanisme Pengaduan Nasabah, diakses pada tanggal 05 Januari 2013, pada Pukul WITA 15

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/5/PBI/2006 TENTANG MEDIASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/5/PBI/2006 TENTANG MEDIASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/5/PBI/2006 TENTANG MEDIASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank tidak selalu dapat memuaskan nasabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah banyak membantu dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini produk perbankan telah berkembang dengan pesat.

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH YANG DIDAFTARHITAMKAN AKIBAT KESALAHAN SISTEM PERBANKAN MENURUT UU No. 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN 1 Oleh : Anggraini Said 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kliring, Operasional dan Perbankan

Kata Kunci : Kliring, Operasional dan Perbankan Vol.III/No.9/Agustus /2016 Jurnal Ilmu Hukum Adrian D.R: Kajian Hukum Terhadap Proses.. KAJIAN HUKUM TERHADAP PROSES TRANSAKSI KLIRING DAN OPERASIONALNYA PADA BANK UMUM NASIONAL MENURUT UU NO. 10 TAHUN

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH TERHADAP KEAMANAN DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING

JURNAL SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH TERHADAP KEAMANAN DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING JURNAL SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH TERHADAP KEAMANAN DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING Disusun oleh : RILDAYANTI MEDITA NPM : 06 05 09301 Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING Abstrak : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING Oleh : Gusti Ayu Putu Wulan Pradnyasari Made Maharta Yasa Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana Tulisan

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DAN NASABAH BANK DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DAN NASABAH BANK DI INDONESIA No. 8/14/DPNP Jakarta, 1 Juni 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN NASABAH BANK DI INDONESIA Perihal: Mediasi Perbankan ----------------------- Sehubungan dengan telah dikeluarkannya Peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin pesatnya perkembangan bidang pengetahuan dan teknologi, di era yang modern ini membuat bank semakin berperan penting dalam kehidupan masyarakat, yaitu menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank telah berkembang sedemikian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. PBI APMK belum sepenuhnya terlaksana dengan baik terutama dalam hal peningkatan keamanan dan teknologi terhadap penggunakan kartu debet. Sejak dikeluarkannya PBI APMK tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan secara berkesinambungan yang dilaksanakan bersamaan oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan antara lain internet banking. Internet Banking kini bukan lagi istilah

BAB I PENDAHULUAN. perbankan antara lain internet banking. Internet Banking kini bukan lagi istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu perkembangan yang sangat pesat saat ini yaitu perkembangan di bidang teknologi informasi, yang diterapkan didalam dunia perbankan antara lain internet banking.

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017. penyunan dan penandatanganan akta kesepakatan. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, perbankan, mediasi

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017. penyunan dan penandatanganan akta kesepakatan. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, perbankan, mediasi PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN MELALUI MEDIASI MENURUT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/1/PBI/2008 TENTANG MEDIASI PERBANKAN 1 Oleh : Theo Sondakh 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

Tata Cara Pengaduan Permasalahan Transaksi Keuangan

Tata Cara Pengaduan Permasalahan Transaksi Keuangan Tata Cara Permasalahan Transaksi Keuangan Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/24/DPNP tanggal 18 Juli 2005, setiap

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis hukum terhadap perjanjian kredit yang dibakukan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis hukum terhadap perjanjian kredit yang dibakukan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hukum terhadap perjanjian kredit yang dibakukan oleh Bank Panin Cabang Gejayan masih menggunakan klausula baku dalam penetapan dan perhitungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak membutuhkan dana yang besar. 1 Salah satu sumber dananya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak membutuhkan dana yang besar. 1 Salah satu sumber dananya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitaas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya Internethingga akhirnya tiba di suatu masa dimana penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. munculnya Internethingga akhirnya tiba di suatu masa dimana penggunaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini teknologi mengalami perkembangan diseluruh belahan dunia termasuk juga Indonesia. Salah satu perkembangan tersebut ditandai dengan munculnya Internethingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan pada tiap negara Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang perbankan, diantaranya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap perkembangan segala aspek dalam kehidupan manusia pada

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap perkembangan segala aspek dalam kehidupan manusia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan yang selalu berkembang setiap harinya membawa dampak terhadap perkembangan segala aspek dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi: diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi: diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang Undang Dasar 1945 merupakan konsititusi Negara Indonesia. Konstitusi mengatur hal hal yang bersifat mendasar dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 1. Kontrak elektronik yang dilakukan melalui SMS Banking sah sepanjang

BAB III PENUTUP. 1. Kontrak elektronik yang dilakukan melalui SMS Banking sah sepanjang BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kontrak elektronik yang dilakukan melalui SMS Banking sah sepanjang memenuhi syarat-syarat sahnya kontrak elektronik berdasarkan Pasal 17 ayat 2, Pasal 8 dan Pasal 15 Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan mengenai perekonomian untuk dapat dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan mengenai perekonomian untuk dapat dimanfaatkan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan ekonomi suatu negara diperlukan adanya pengaturan mengenai perekonomian untuk dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Budi Riswandi, Hukum dan Internet di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2003.

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Budi Riswandi, Hukum dan Internet di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2003. DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Ilmiah Agus, Budi Riswandi, Hukum dan Internet di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2003., Aspek Hukum Internet Banking, PT. Raja Grafindo, Jakarta,2005. Arbi, Syarif, 2003,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbankan saat ini memiliki peranan yang startegis dalam kehidupan perekonomian suatu negara, yakni sebagai penunjang kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perilaku konsumen mengalami perubahan lebih. mengedepankan kemudahan di segala aspek kehidupan. Dalam melakukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perilaku konsumen mengalami perubahan lebih. mengedepankan kemudahan di segala aspek kehidupan. Dalam melakukan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi informasi yang didukung dengan kemajuan pola pikir masyarakat khususnya masyarakat di Indonesia sekarang ini mendapat perkembangan yang pesat

Lebih terperinci

Pengaturan Tanggung Jawab Bank Dalam Electronic Banking Menurut Peraturan Perundang-Undangan. Oleh: Pahlefi 1

Pengaturan Tanggung Jawab Bank Dalam Electronic Banking Menurut Peraturan Perundang-Undangan. Oleh: Pahlefi 1 Pengaturan Tanggung Jawab Bank Dalam Electronic Banking Menurut Peraturan Perundang-Undangan Oleh: Pahlefi 1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis dan membahas tentang pertanggung jawaban bank

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN dan PEMBERDAYAAN NASABAH BANK DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 1

PERLINDUNGAN dan PEMBERDAYAAN NASABAH BANK DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 1 PERLINDUNGAN dan PEMBERDAYAAN NASABAH BANK DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 1 Muliaman D. Hadad 2 I. Pendahuluan Fungsi lembaga perbankan sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana

Lebih terperinci

No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA

No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat dan menyalurkannya secara efektif dan efisien pada

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat dan menyalurkannya secara efektif dan efisien pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian bank di Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017 PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN MELALUI MEDIASI MENURUT UU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN 1 Oleh: Adistya Dinna 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 10/Nov/2015

Lex et Societatis, Vol. III/No. 10/Nov/2015 MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN 1 Oleh : Budi Triadi Kurniawan 2 Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tata cara pengajuan dan penerimaan pengaduan nasabah

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PENERBITAN KARTU KREDIT DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PADA BANK BNI SYARIAH CABANG PADANG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak mampu untuk hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak mampu untuk hidup secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak mampu untuk hidup secara individual. Dalam kehidupan sosial, manusia saling berinteraksi, saling membantu antara yang satu

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DI SEKTOR LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DI SEKTOR LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DI SEKTOR LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN Oleh: Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. Universitas Sebelas Maret (Dosen S1, S2, dan S3 Fakultas Hukum UNS Pembantu Rektor II

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5498 PERBANKAN. BI. Perlindungan Konsumen. Sistem Pebayaran. Jasa. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 10) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 TENTANG LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGGUNAAN Mobile BankingSEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG SIDOARJO

PENINGKATAN PENGGUNAAN Mobile BankingSEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG SIDOARJO PENINGKATAN PENGGUNAAN Mobile BankingSEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG SIDOARJO RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : MOCHAMMAD IMANNUDIN NIM : 2013111033 SEKOLAH

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penyelesaian pengaduan nasabah merupakan salah satu bentuk peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sistem perbankan syariah dalam sistem perbankan di Indonesia kini telah mendapatkan payung hukum tertinggi yang akan melindungi kiprah dan sepak terjang industri

Lebih terperinci

pemberian semua jasa yang dibutuhkan nasabahnya baik nasabah penyimpan

pemberian semua jasa yang dibutuhkan nasabahnya baik nasabah penyimpan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan sehingga manusia yang satu tidak bisa dipisahkan dengan yang lainnya. Sehingga terciptanya kerjasama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam Terjadinya Kerugian Nasabah Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas Sms Banking

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASK QUESTIONS

FREQUENTLY ASK QUESTIONS FREQUENTLY ASK QUESTIONS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.16/ 16 /DKSP TANGGAL 30 SEPTEMBER 2014 PERIHAL TATA CARA PELAKSANAAN N PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN AN -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualifikasi pulsa telepon seluler sebagai obyek hukum adalah: sebagai suatu obyek hubungan hukum.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualifikasi pulsa telepon seluler sebagai obyek hukum adalah: sebagai suatu obyek hubungan hukum. 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kualifikasi pulsa telepon seluler sebagai obyek hukum adalah: a. Bahwa pulsa telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. Banyaknya produk barang dan/atau jasa yang ditawarkan para pelaku usaha kepada masyarakat sama-sama

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA SPEEDY PADA PT TELKOM, Tbk CABANG PADANG SKRIPSI

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA SPEEDY PADA PT TELKOM, Tbk CABANG PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA SPEEDY PADA PT TELKOM, Tbk CABANG PADANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2014 PERBANKAN. BI. Perlindungan Konsumen. Sistem Pebayaran. Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5498) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN REKENING GIRO DI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG JEMURSARI SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR. Oleh: MOH. YUSRIL ATTAMIMI NIM :

PELAKSANAAN REKENING GIRO DI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG JEMURSARI SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR. Oleh: MOH. YUSRIL ATTAMIMI NIM : PELAKSANAAN REKENING GIRO DI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG JEMURSARI SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh: MOH. YUSRIL ATTAMIMI NIM : 2013111072 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2016 i ii 1.1

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. menawarkan produk salah satu caranya dengan media SMS atau. menawarkan produk bank secara masal atau broadcast message,

BAB III PENUTUP. menawarkan produk salah satu caranya dengan media SMS atau. menawarkan produk bank secara masal atau broadcast message, 60 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perkembangan teknologi dewasa ini memberikan begitu banyak pilihan khususnya bagi bank dalam hal menawarkan produknya. Bank menawarkan produk salah satu caranya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebenarnya tidak dipermasalahkan mengenai

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK MELALUI MEDIASI Oleh Ni Made Dewi Juliantini G. Ni Putu Purwanti

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK MELALUI MEDIASI Oleh Ni Made Dewi Juliantini G. Ni Putu Purwanti PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK MELALUI MEDIASI Oleh Ni Made Dewi Juliantini G. Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar Abstract : A paper entitled "Legal

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank

Lebih terperinci

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: Wahyu Simon Tampubolon, SH, MH Dosen Tetap STIH Labuhanbatu e-mail : Wahyu.tampubolon@yahoo.com ABSTRAK Konsumen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JUNCTO UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi

BAB I. Pendahuluan. setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Bank, baik bank sentral maupun bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pesat dan majunya teknologi internet mempermudah untuk mengakses informasi apapun yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya informasi produk. Adanya kemudahan

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank

Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank (berikut semua lampiran, dan/atau perubahannya

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN LAYANAN MEGA INTERNET

SYARAT DAN KETENTUAN LAYANAN MEGA INTERNET SYARAT DAN KETENTUAN LAYANAN MEGA INTERNET A. Definisi 1. Bank adalah PT Bank Mega, Tbk yang meliputi Kantor Pusat, Kantor Regional, Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu serta kantor lainnya yang merupakan

Lebih terperinci

11 Secara umum, diartikan bahwa kerangka teori merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan meng

11 Secara umum, diartikan bahwa kerangka teori merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan meng 10 BAB II Landasan Teori 2.1. Uraian Teori Teori adalah suatu butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.64, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Alat Pembayaran. Kartu. Penyelenggaraan. Perizinan. Pengawasan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5000) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja melainkan sudah melewati batas lintas negara, termasuk transaksi perbankan. Di era pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN BTPN SINAYA ONLINE dan BTPN SINAYA MOBILE

SYARAT DAN KETENTUAN BTPN SINAYA ONLINE dan BTPN SINAYA MOBILE SYARAT DAN KETENTUAN BTPN SINAYA ONLINE dan BTPN SINAYA MOBILE I. Istilah 1. BTPN Sinaya Online adalah produk layanan perbankan untuk mengakses Rekening Nasabah Pengguna melalui jaringan internet dengan

Lebih terperinci

Formulir Permohonan Penggunaan BNI e-bank Guarantee

Formulir Permohonan Penggunaan BNI e-bank Guarantee Formulir Permohonan Penggunaan BNI e-bank Guarantee Kami yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan permohonan penggunaan BNI e-bank Guarantee kepada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM LAYANAN SMS BANKING. A. Pihak-pihak Yang Terkait Dalam Penyelenggaraan Layanan SMS

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM LAYANAN SMS BANKING. A. Pihak-pihak Yang Terkait Dalam Penyelenggaraan Layanan SMS BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM LAYANAN SMS BANKING A. Pihak-pihak Yang Terkait Dalam Penyelenggaraan Layanan SMS Banking. Teknologi telah begitu maju dalam segala bidang dan begitu terbuka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukanpada Bank

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukanpada Bank BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pada beberapa yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan hasil penelitian yang dilakukan pada dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

Syarat Dan Ketentuan

Syarat Dan Ketentuan Syarat Dan Ketentuan I. Istilah 1. Situs Daya.id adalah website yang pengelolaan konten serta pengkiniannya dilakukan oleh divisi Daya, dan ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pengguna website dalam

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung di manapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa saat ini jumlah transaksi maupun nilai nominal pengiriman uang baik di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat

Lebih terperinci

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan BAB I 1. Latar Belakang Masalah Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan jaminan kepastian atas transaksi bisnis yang dilakukan para pihak, sifat otentik atas akta yang dibuat oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya perkembangan aktivitas ekonomi. Masyarakat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya perkembangan aktivitas ekonomi. Masyarakat Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadaan hukum selalu berhubungan dengan keberadaan manusia oleh sebab itu dikenal istilah ubi societas ibi ius yang artinya dimana ada manusia,disitu ada hukum. Terdapat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRANSFER DALAM NEGERI DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL KANTOR CABANG UTAMA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN TRANSFER DALAM NEGERI DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL KANTOR CABANG UTAMA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR 1 PELAKSANAAN TRANSFER DALAM NEGERI DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL KANTOR CABANG UTAMA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : RIZKY TIARA NURMALITA SARI NIM : 2013111030 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang saling ketergantungan yang tidak akan dapat hidup secara individual. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan untuk mendapatkan sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman telah menuntut berbagai jenis bidang usaha untuk memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan dalam rangka mendukung efisiensi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

DAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, DAFTAR PUSTAKA A. Buku Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Ashafa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta Badrulzaman,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Amanat, Anisitus, 1996, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995

DAFTAR PUSTAKA. Amanat, Anisitus, 1996, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 105 DAFTAR PUSTAKA Buku Ali, Chaidir, 1991, Badan Hukum, Alumni, Amanat, Anisitus, 1996, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 dan Penerapannya dalam Akta Notaris, Rajawali Press, Amiruddin

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung. DAFTAR PUSTAKA A. Buku: Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, -------------, 2005, Asuransi dan Manajemen Risiko, Raja Grafindo Persada, Abdul Halim Barkatullah,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK DENGAN NASABAH MELALUI MEDIASI PERBANKAN

BANK INDONESIA SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK DENGAN NASABAH MELALUI MEDIASI PERBANKAN BANK INDONESIA SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK DENGAN NASABAH MELALUI MEDIASI PERBANKAN Oleh Anak Agung Ayu Intan Puspadewi Suatra Putrawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI -1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan amanat Pasal 51 Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PERBANKAN INDONESIA

NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PERBANKAN INDONESIA PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PENGURUS LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bisnis merupakan salah satu aktivitas kehidupan manusia dan bahkan telah merasuki semua sendi kehidupan masyarakat modern. Dengan fenomena ini mustahil orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang semakin maju membuat setiap perusahaan harus mampu untuk melakukan penyesuaian terhadap perkembangan

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fuady, Munir. Pembiayaan Perusahaan Masa Kini, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.

DAFTAR PUSTAKA. Fuady, Munir. Pembiayaan Perusahaan Masa Kini, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997. 72 DAFTAR PUSTAKA BUKU Fuady, Munir. Pembiayaan Perusahaan Masa Kini, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997. Garner, Bryan. Black s Law Dictionary, Ninth Edition, West Publishing Co, Bandung, 2009. Hasibuan,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci