BAB II KAJIAN TEORETIS. Pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS. Pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi"

Transkripsi

1 11 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi aktif, dan interaksi dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat, fakta, dan informasi yang tertuang dalam teks bacaan. Informasi yang terdapat dalam bacaan merupakan informasi yang kasat mata atau dapat disebut dengan sumber informasi visual. Pengetahuan dasar yang sebelumnya telah dimiliki pembaca merupakan informasi yang tersimpan dalam memori otak/pikiran pembaca atau dapat disebut dengan sumber informasi nonvisual. Kedua macam sumber informasi tersebut perlu dimiliki secara berimbang oleh pembaca. Artinya kemampuan mengenal informasi visual perlu diikuti dengan pengetahuan dasar yang diperlukan untuk memahami suatu teks bacaan. Demikian pula sebaliknya, pengetahuan dasar yang telah dimiliki perlu dilanjutkan dengan kemampuan memahami informasi visual yang ada pada teks bacaan. Kemampuan penunjang lain yang perlu dimiliki pembaca yaitu kemampuan menghubungkan gagasan yang dimiliki dengan materi bacaan. Dalam kaitannya 11

2 12 dengan pemahaman dan perekonstruksian pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan, Harris dan Sipay (1980) menyatakan bahwa membaca merupakan proses menafsirkan makna bahasa tulis secara tepat. Pengenalan makna kata sesuai dengan konteksnya merupakan prasyarat yang diperlukan untuk memahami pesan yang terdapat pada bahan bacaan. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalamanpengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya (Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997:49). Pendapat tersebut menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri seseorang. Seseorang akan gagap teknologi dan gagap informasi apabila jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan membaca. Informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan berbagai informasi aktual lainnya senantiasa berkembang pesat dari hari ke hari. Segala macam informasi dan perkembangan zaman tersebut selain dapat diikuti dari media elektronik (misalnya TV), juga dapat diikuti melalui media cetak dengan cara membaca. Kedua macam media informasi tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Media elektronik dapat diakses dengan cara yang lebih santai karena tinggal menonton suatu tayangan di TV. Kelemahannya, tayangan tersebut tidak dapat

3 13 ditonton ulang apabila kita membutuhkan informasi tersebut. Media cetak yang diakses dengan cara membaca mempunyai kekurangan dari segi pembaca, yakni ketersediaan waktu yang kurang mencukupi dalam membaca, kurangnya kemampuan memahami teks bacaan, rendahnya motivasi dalam membaca, kurangnya kebiasaan membaca, dsb. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan media elektronik (misalnya TV), kegiatan membaca mempunyai kelebihan yakni teks bacaan tersebut dapat dibaca ulang apabila informasi dalam teks bacaan tersebut sewaktu-waktu diperlukan. Dari hakikat membaca yang telah diuraikan tersebut dapat dikemukakan bahwa kegiatan membaca mempunyai berbagai macam tujuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung. Manfaat kegiatan membaca antara lain (1) sebagai media rekreatif; (2) media aktualisasi diri; (3) media informatif; (4) media penambah wawasan; (5) media untuk mempertajam penalaran; (6) media belajar suatu keterampilan, (7) media pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual; dsb. Oleh karena kegiatan membaca mempunyai berbagai manfaat dalam kehidupan, maka kegiatan membaca perlu dilatihkan secara intensif dalam pembelajaran di sekolah, utamanya dimulai dari jenjang SD/MI. Pembelajaran membaca di SD/MI secara intensif dilatihkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

4 14 Secara umum pembelajaran membaca di SD/MI dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Dalam bahasan berikut ini selanjutnya difokuskan tentang pembelajaran membaca permulaan serta bagaimana mendiagnosis kesulitannya apabila dalam pelaksanaannya ternyata siswa SD/MI mengalami hambatan dalam belajar membaca. Hakikat membaca mencakup pokok bahasan sebagai berikut. 1. Definisi Membaca Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar. Meski bukan satu-satunya, daya serap saat membaca sangat menentukan hasil akhir dari proses belajar yang kita lakukan. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus (Crawley dan Mountain, 1995).

5 15 Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas (I, II, dan III) yang dikenl dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD (Syafi I, 1999). Di samping keterampilan decoding, pembaca juga harus memiliki keterampilan memahai makna (meaning). Pemahaman makna berlangsung melalui berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman literal sampai kepada pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif, seperti dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (1995). Menurut pandangan tersebut, membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis (critical reading), dan membaca kreatif (creative reading). Membaca sebagai proses linguistik, skemata pembaca membantunya membangun makna, sedangkan fonologis,

6 16 semantik, dan fitus sintaksis membantunya mengomunikasikan dan menginterpretasikan pesan-pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan pengevaluasian. Pembaca pada tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan menilai hasilnya. Sedangkan Klien, dkk. (1996) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses. (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca juga merupakan suatu strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Membaca adalah sebuah aktivitas konstruktif dalam proses membaca makna. Carter (dalam Wiryodijoyo, 1989:10) menyebutnya sebagai proses berpikir yang meliputi proses mengartikan, menafsirkan arti, dan menerapkan ide ide dari

7 17 lambing. Miler V. Zints (dalam Wiryodijoyo, 1989:10) ada empat tahap dalam proses membaca : persepsi, pemahaman, reaksi, dan integrasi. Persepsi adalah kemampuan untuk membaca kata sebagai kesatuan yang berarti. Pemahaman adalah kemampuan untuk membuat kata kata penulis menimbulkan pikiran pikiran yang berguna seperti yang terbaca dalam konteks. Reaksi adalah tindakan yang memerlukan pertimbangan berkenaan dengan apa yang telah dikatakan oeh penulis. Integrasi adalah kemampuan untuk memahamkan atau konsep terhadap latar belakang pengalaman penulis sehingga berguna sebagai bagian dari pengalaman keseluruhan bagi pembaca. Harris ( 1993) mengungkapkan membaca adalah interaksi antara pembaca dan pesan tertulis melalui langkah langkah berpikir secara operasional dengan dituntun oleh tujuan membacanya. Adapun kemampuan membaca adalah ketempilan dalam ketepatan dan kecepatan memproses teks, dalam menafsirkannya dan dalam menggunakannya. Carrol dalam Haris (1981: ) memepertegas lagi bahwa membaca merupakan proses interaksi antara latar belakang pengalaman kejiwaan pembaca dengan informasi leksikal dan gramatikal yang terkandung dalam simbol simbol grafis dalam upaya memperoleh pesan penulis. Dikatakan demikian, karena untuk dapat menangkap makna yang terkandung dalam suatu bacaan, salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengalaman pembaca, baik itu situasi atau hal hal tertentu maupun pemahaman terhadap struktur kebahasaan.

8 18 Membaca dapat juga dianggap suatu proses untuk memahami yang tersirat dan tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda beda yang dia pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasi kata kata tersebut (Anderson, 1972). Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas untuk memperoleh informasi dari bahan tertulis melalui suatu interaksi antara pembaca dengan penulis yang diwakili oleh tulisannya. Dalam interaksi tersebut terjdi kontak antara karakteristik yang dimiliki pembaca dan karakteristik yang dimiliki penulis. Kontak antara karakteristik itu akan melahirkan pemahaman pembaca terhadap ide atau gagasan penulis. Hal ini bararti, membaca bukan semata mata menyuarakan bahasa tulis dan mengikuti baris demi baris tulisan tersebut, tetapi berusaha untuk memperoleh pesan, amanat dan makna yang disampaikan penulis melalui media bacaan secara utuh dan menyeluruh. Membaca merupakan suatu proses yang sangat kompleks, karena melibatkan berbagai komponen yang ada dalam diri pembaca. Dikatakan demikian, karena dalam proses ini terlibat berbagai unsur seperti ingatan, pengalaman, otak, pengetahuan, kompetensi bahasa, keadaan psikologis, emosional, dan panca indra (mata). Semua

9 19 unsur atau komponen tersebut saling bekerja sama dengan maksud untuk memehami makna bacaan. Dari berbagai macam teori di atas secara singkat dapat dikatakan bahwa membaca adalah bringing meaning to and getting meaning from printed or written material memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam suatu wacana. 2. Tujuan Membaca Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seorang yang membaca suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri. Tujuan membaca menurut Paul S. Anderson dalam Widyamartaya (1992:90) adalah di bawah ini. a. membaca untuk memperoleh fakta atau perincian perincian (reading of details and fact), yaitu membaca untuk mengetahui penemuan penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh, dan lain lain;

10 20 b. membaca untuk memperoleh ide ide utama ( reading for main ideas), yaitu membaca untuk mengetahui masalah, apa yang dialami tokoh, dan merangkum hal hal yang dilakukan tokoh untuk mencapai tujuannya; c. membaca untuk mengetahui urutan atau organisasi cerita (reading for sequence ar organization), yaitu membaca untuk mengetahui setiap bagian cerita; d. membaca untuk menyimpulkan (reading for inference), yaitu membaca untuk mengetahui mengapa tokoh berbuat demikian, apa yang dimaksudkan pengarang dengan cerita atau bacaan itu, mengapa terjadi perubahan pada tokoh; e. membaca untuk mengelompokkan (reading for classify), yaitu membaca untuk menemukan dan mengetahui hal hal yang tidak biasa, apa yang lucu dalam cerita atau bacaan, apakah cerita itu benar atau tidak; f. membaca untuk menilai (reading for evaluate), yaitu membaca untuk mengetahui apakah tokoh berhasil, apakah baik kita berbuat seperti tokoh; g. membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading for compare or contest), yaitu membaca untuk mengetahui bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kebiasaan hidup yang kita kenal, bagimana dua buah cerita mempunyai kesamaan.

11 21 Sedangkan menurut Blaton, dkk. dan Irwin dalam Burns dkk., (1996) mengemukakan bahwa tujuan membaca mencakup: a. kesenangan; b. menyempurnakan membaca nyaring; c. mengunakan strategi tertentu; d. memperbaharui pengetahuanya tentang suatu topic; e. mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; f. memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; g. mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; h. menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang strukstur teks; i. menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. 3. Komponen Kegiatan Membaca Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri dari atas dua bagian, yaitu proses dan produk (Syafe ie, 1993, Burn dkk 1996). Proses membaca mencakup sembilan aspek untuk menghasilkan produk.

12 22 a. Proses membaca Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Menurut Burns dkk. (1997), proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap dan gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui ungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan. Anak-anak belajar membedakan secara visual di antara simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan. Kegiatan berikutnya adalah tindakan perseptual, yaitu aktivitas mengenal suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensor yang masuk ke otak. Ketika seseorang membaca, otak menerima gambaran kata-kata, kemudian mengungkapkannya dari halaman cetak berdasarkan pengalaman pembaca sebelumnya dengan objek, gagasan, atau emosi yang dipresentasikan oleh suatu kelas. Pembaca mengenali rangkaian simbolsimbol tertulis, baik yang berupa kata, frasa, maupun kalimat. Kemudian pembaca memberi makna dengan menginterpretasikan teks yang dibacanya. Pembaca satu dengan lainnya dalam mempersepsi suatu teks mungkin saja tidak sama. Walaupun membaca teks yang sama, mungkin mereka memberikan makna yang berbeda. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang

13 23 tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah (Burns dkk., 1996). Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak-anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosakata dan konsep yang mereka hadapi dalam membaca dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai pengalaman terbatas. Oleh sebab itu, guru atau orang tua sebaiknya memberikan pengalaman langsung atau tidak langsung kepada anak-anaknya, misalnya pengalaman tentang tempat, benda, dan proses yang dideskripsikan dalam materi bacaan sehingga materi bacaan akan lebih mudah mereka serap. Pengalaman konkrit (pengalaman langsung) dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan perkembangan konseptual anak, namun pengalaman langsung lebi efektif daripada pengalaman tidak langsung. Guru dan orang tua bisa membantu anak belajar bahasa baku yang umumnya ditemukan pada buku-buku dengan menceritakan dan membacakan cerita, mendorong kegiatan show all and tell, mendorong diskusi kelas, menggunakan pengalaman bahasa melalui cerita, dan mendorong permainan drama (Burns dkk, 1996). Membaca merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental sebagimana dijelaskan sebelumnya. Kemudian ia membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu, dia harus mampu berpikir secara sistematis, logis,

14 24 dan kreatif. Bertitik tolak dari kesimpulan itu, pembaca dapat menilai bacaan. Kegiatan menilai menuntut kemampuan berpikir kritis (syafe ie, 1993:44). Peningkatan kemampuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru SD dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaanpertanyaan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dajukan guru hendaknya merangsang siswa berpikir, seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana. Jadi pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan jawaban berupa fakta. Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek asosiasi dalam membaca. Anak-anak belajar menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi bahasa dan makna. Tanpa kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa tidak mungkin dapat memahami teks. Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca (sesuai dengan minatnya), dan menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca (Burn dkk., 1996). Pemusatan perhatian, kesenangan dan motivasi yang tinggi diperlukan dalam membaca. Anak-anak SD seharusnya terlatih memusatkan perhatiannya pada bahan bacaan yang dibacanya. Guru SD bisa melatih siswanya terbiasa memusatkan perhatiannya dengan memberikan bacaan yang menjadi minat mereka. Tanpa perhatian yang penuh ketika membaca, siswa sulit mendapatkan sesuatu dari bacaan.

15 25 Motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk memusatkan perhatian pada bacaan. Aspek terakhir adalah aspek pemberian gagasan. Aspek gagasan dimulai dengan penggunaan sensori dan perseptual dengan latar belakang pengalaman dan tanggapan afektif serta membangun makna teks yang dibacanya secara pribadi. Makna dibangun berdasarkan pada teks yang dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui dalam teks. Teks tersebut ditransformasikan oleh pembaca dari informasi yang diambil dari teks. Pembaca dengan latar belakang pengalaman yang berbeda dan reaksi afektif yang berbeda akan menghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama. b. Produk membaca Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipengaruhi oleh seluruh aspek proses membaca. Lebih lanjut Burns, dkk. (1996) mengemukakan bahwa strategi pengenalan kata, sebagai bagian dari aspek asosiasi dalam proses membaca merupakan sesuatu yang esensial. Pemahaman bacaan tidak hanya berupa aktivitas menyandi (decoding)

16 26 simbol-simbol ke dalam bunyi bahasa, tetapi juga membangun (construct) makna ketika berinteraksi dengan halaman cetak. Pemahaman terhadap bacaan sangat bergantung pada semua aspek yang terlibat dalam proses membaca. Di samping kemampuan yang dituntut dalam melaksanakan kegiatan, berbagai aspek proses membaca pun harus dipenuhi oleh pembaca. Aspek gagasan akan diperoleh apabila aspek-aspek proses membaca yang lain telah bekerja secara harmonis. Agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut (Syafe ie, 1993:46). Oleh sebab itu, guru guru SD memegang peranan penting dalam membimbing para siswa agar mereka mampu menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut dengan baik. B. Pembelajaran Membaca 1. Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca Oka melalui Kusdiana (2002:18) mengatakan bahwa pengajaran membaca memiliki kedudukan sebagai bagian integral dalam pendidikan, yaitu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kedudukan pendidikan, serta sebagai alat dan media fungsional dari keseluruhan kegiatan pendidikan. Sejalan dengan kedudukan ini maka kedudukan membaca memiliki fungsi utama edukatif, yaitu menjaga keutuhan kehadiran pendidikan dan pengajaran bahasa, khususnya membina siswa dalam

17 27 bidang membaca, serta memiliki fungsi pelengkap instrumental dan social, yaitu sebagai alat untuk mempertahankan kehadiran membaca dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu berdasarkan pengertian, kedudukan dan fungsi pengajaran membaca, ia mengemukakan bahwa tujuan umum pengajaran membaca diperinci sebagai berikut. 1) Tujuan pokok ialah membina siswa agar mereka memiliki. a) kemampuan/keterampilan yang baik dalam membaca yang tersurat dan tersirat dari macam macam wacana tertulis yang dibacanya. b) pengetahuan yang shahih tentang nilai dan fungsi membaca dan teknik membaca untuk memcapai tujuan tertentu. c) sikap yang positif terhadap membaca dan belajar membaca. Jiga tujuan pokok ini tercapai, maka pengajaran membaca mewujudkan apa yang belakangan ini sering diungkapkan dengan semboyan belajar untuk dapat membaca (learning to read), dan membaca untuk dapat belajar (reading to learn). 2) Tujuan tambahan ialah berpartisipasi dalam: a) usaha memasyarakatkan dan membudayakan membaca; b) memanfaatkan serta merangsang studi dan penelitian membaca

18 28 Atas dasar pendapat Oka tersebut, maka tujuan pokok pengajaran membaca di sekolah adalah membina siswa membaca agar mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, serta sikap positif terhadap kegiatan membaca. Beberapa prinsip yang dapat diambil dari uraian diatas yang mendasari kegiatan pengajaran membaca adalah sebagai berikut. 1. Ketahui latar pengetahuan siswa. Latar pengetahuan pembaca bisa mempengaruhi pemahaman siswa dalam membaca. Latar pengetahuan ini meliputi semua pengalaman yang ia bawa ke sebuah teks, misalnya, pengalaman hidup, pendidikan, pengetahuan mengenai bagaimana teks bisa diatur secara retorikal, pengetahuan bagaimana bahasa pertama atau kedua itu bekerja, serta latar belakang budaya. Pemahaman membaca dapat lebih ditingkatkan jika latar pengetahuannya itu diaktifkan melalui tujuan, pertanyaan, prediksi, struktur teks, dan sebagainya. Jika siswa membaca sebuah topik yang tidak familiar, maka guru perlu memulai proses bacaan dengan membangun latar pengetahuan. 2. Membangun dasar kosakata yang kuat kosakata mendapat tempat paling tinggi dalam pembelajaran bahasa. Banyak penelitian yang menekankan pentingnya kosakata dalam kesuksesan membaca. Menurut Anderson (2003), kosakata menjadi penting untuk diajarkan baik bagi siswa L1 maupun siswa L2 dan penggunaannya dalam konteks agar mereka dapat menebak makna suatu kosakata yang jarang muncul.

19 29 3. Ajari pemahaman. Pada beberapa program istruksi membaca, penekanan kebanyakan pada pengetesan pemahaman membaca, alih-alih pada mengajarkan siswa bagaimana untuk paham. Memonitor pemahaman adalah penting untuk mencapai sukses membaca. Salah satu hal yang terkait dalam proses monitoring ini ialah memeriksa prediksi yang dihasilkan itu sudah benar dan mengecek apakah siswa telah menyesuaikan apa yang diperlukan ketika makna dalam bacaan itu belum diperoleh. 4. Usahakan meningkatkan kecepatan (kelancaran) membaca salah satu kendala bagi siswa L2 dalam hal membaca adalah meski mereka bisa baca tetapi bacaannya kurang lancar. Dalam hal ini, prinsipnya ialah bahwa guru harus seimbang baik posisinya sebagai pendamping siswa maupun pengembang keterampilan siswa dalam pemahaman bacaan. Yang paling penting untuk dicatat bahwa fokusnya itu bukan pada pengembangan kecepatan siswa dalam membaca, tapi pada kelancaran membaca. Seseorang dikatakan lancar membaca jika ia mampu membaca 200 kata per menit dengan sedikitnya 70% memahami bacaan itu (Anderson, 2003: 76). 5. Ajarkan strategi membaca guna meraih hasil yang diinginkan, siswa perlu belajar menggunakan strategi-strategi membaca yang sesuai dengan tujuannya. Mengajarkan mereka akan hal ini dapat menjadi pertimbangan utama dalam kelas membaca. 6. Dorong siswa menjelmakan strategi menjadi keterampilan ada perbedaan antara strategi dan keterampilan. Yang pertama merujuk pada

20 30 tindak kesadaran untuk meraih tujuan atau sasaran. Yang kedua adalah strategi yang telah menjadi otomatis. Hal ini menekankan peran aktif yang dimainkan oleh siswa dalam strategi membaca. Sebagai pelajar yang secara sadar belajar dan mempraktikkan strategi membaca secara khusus, strategi itu berpindah dari kesadaran menuju ketaksadaran, yakni dari strategi menuju keterampilan. 7. Buat penilaian dan evaluasi penilaian dan evaluasi bisa secara kuantitatif atau kualitatif. Keduanya bisa diterapkan dalam kelas membaca. Penilaian kuantitatif meliputi informasi dari ujian pemahaman baca dan juga data kelancaran membaca. Informasi kualitatif diperoleh dari respon bacaan jurnal, survei, dan respon terhadap daftar cek yang dibuat untuk strategi membaca. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Untuk mendorong siswa dapat memahami berbagai bahan bacaan, guru seharusnya menggabungkan kegiatan prabaca, saat baca, dan pascabaca dalam pembelajaran membaca. Beberapa teknik lebih umum dan mencakup lebih dari satu kegiatan, dalam satu pembelajaran. Berikut ini dijelaskan berbagai kegiatan yang bisa dilakukan dalam prabaca, saat baca, dan pascabaca.

21 31 a. Kegiatan Prabaca Guru yang efektif harus mampu mengarahkan siswa kepada topik pelajaran yang akan dipelajari siswa. Burn, dkk. (1996) serta Rubin (1993) mengemukakan bahwa pengajaran membaca dilandasi oleh pandangan teori skemata. Berdasarkan pandangan teori skemata, membaca adalah proses pembentukan skemata makna terhadap teks. Sehubungan dengan teori membaca ini, guru yang efektif seharusnya mampu mengarahkan siswa agar lebih banyak menggunakan pegetahuan topik untuk memproses ide dan pesan suatu teks. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kegiatan prabaca, saat baca, dan pascabaca dalam penyajian pengajaran membaca. Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Pengaktifan skemata siswa dapat diakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan makna, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif (Burns, dkk.,1996). Menurut Farida (2007) Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang suatu informasi atau konsep tentang sesuatu. Skemata menggambarkan sekelompok konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat-tempat, tindakan, atau peristiwa.

22 32 Untuk menjadi pembaca yang sukses siswa membutuhkan berbagai skemata. Mereka harus memiliki konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahasa bicara dan bahasa tertulis. Mereka juga membutuhkan kosakata dan pola kalimat yang umumnya tidak ditemukan dalam bahasa lisan dan dengan gaya menulis yang berbeda dengan berbagai aliran sastra. Disamping itu, untuk membangkitkan skemata siswa, guru juga bisa menugaskan siswa menulis tentang pengalaman pribadi yang relevan sebelum mereka membca teks bacaan yang telah ditentukan guru, yang akan mengasilkan tingkah laku siswa yang lebih memerhatikan tugasnya, lebih sempurna menanggapi watak pelaku, dan lebih memperlihatkan reaksi yang positif tentang membaca yang sudah ditentukan guru. b. Kegiatan Saat baca Setelah kegiatan prabaca, kegiatan berikutnya ialah kegiatan saat baca. Beberapa strategi dan kegiatan bisa digunakan dalam saat baca untuk meningkatkan pemahaman siswa tergantung teknik pembelajaran yang digunakan. Kegiatan ini dilakukan dengan mendiskusikan isi teks. c. Kegiatan Pascabaca Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi (Burn, dkk.,1996). Strategi yang dapat

23 33 digunakan pada tahap pascabaca adalah belajar mengembangkan bahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan, menceritakan kembali, dan presentasi visual. Dalam kegiatan pascabaca, anak-anak diberikan kesempatan mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan/menginginkan informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dan di mana mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut. Setelah itu mereka membaca tentang topik dan berbagai temuannya dengan teman-temannya (Burn, dkk., 1996). 3. Membaca Terbimbing (guided reading) Teknik pembelajaran membaca terbimbing (guided reading) adalah kegiatan membaca terbimbing dimana guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri melainkan lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman. Teknik guided reading sangat mudah untuk dilaksanakan di dalam ruang kelas. Teknik ini akan dapat melatih para siswa untuk menjadi pembelajar mandiri dan aktif (active learners), lebih fokus pada persoalan yang dihadapi, dan tentunya membuat para siswa tidak bosan. Teknik-teknik tersebut juga sangat efektif, variatif dan mampu memacu kreatifitas guru dan siswa. Pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan dan lebih berkesan.

24 34 Teknik Guided Reading bertujuan membantu siswa dalam menggunakan strategi belajar membaca secara mandiri; The ultimate goal of guided reading is to help children learn how to use independent reading strategies successfully. (Fountas and Su Pinnell) (1996). Teknik ini bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pemilihan dan penentuan teks yang akan dibaca. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (4/5 orang). Setiap siswa membaca teks yang sudah ditentukan dengan tiga tahapan; dibaca sendiri satu kali, dibaca pelan/lembut, dan dibaca di dalam hati. Siswa mencari informasi lebih lanjut tentang cara membaca beberapa kata kepada temannya sebagai diskusi awal dengan kelompoknya. Guru mengadakan diskusi kecil sebagai eksplorasi yang meliputi phonic concept dan whole-language learning. Selanjutnya guru memonitor kemampuan reading dengan cara rereading/repetition. Guru menggunakan gambar sebagai penunjang arti. Teknik pembelajaran membaca terbimbing (guided reading) disusun oleh Betts (1946). dan dikembangkan oleh Manzo 1975 sebagai metode pembelajaran membaca. Langkah-langkah guided reading terdiri atas panduan persiapan bagi siswa sebelum kegiatan membaca, panduan bagi siswa selama kativitas kegiatan membaca dalam hati, dan siswa membuat pertanyaan dari bacaan sampai pada tahap guru memberikan pertanyaan pada siswa tentang isi bacaan. Strategi ini disusun untuk memberikan bimbingan dalam pembelajaran membaca dan lebih sesuai untuk kelas tinggi awal (kelas III dan VI), karena strategi

25 35 ini tidak terlalu menuntut siswa untuk melakukan prediksi terhadap isi bacaan. Melalui strategi ini siswa akan dihadapkan pada tiga tahapan, yaitu (1) tahap persiapan sebelum membaca, (2) pemberian bimbingan selama membaca dalam hati, dan (3) pengecekan pemahaman dan keterampilan. Ketiga tahapan tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa dalam strategi DRA ada tahap (1 )pramembaca, (2) membaca dalam hati, dan (3) tahap pascamembaca. Secara rinci tujuan dari guided reading procedure adalah sebagai berikut: 1. Membantu daya ingat siswa tanpa bantuan membaca secara khusus 2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk membuat pertanyaan dari yang telah mereka baca. 3. Mengembangkan pemahaman siswa akan pentingnya memperbaiki pertanyaan yang mereka buat. 4. Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengelompokkan informasi dari pertanyaan yang telah dibuatnya. Komponen-komponen teknik pembelajaran membaca terbimbing (guided reading) dibagi dalam enam fase berikut: 1. Guru menyiapkan siswa untuk membaca cerita dengan mengembangkan latar belakang pengetahuan, memperkenalkan kosa kata dan menentukan tujuan membaca.

26 36 2. Siswa membaca dalam hati dan guru mengawasi mereka. Setelah siswa selesai membaca, guru meminta para siswa untuk menjelaskan secara detail apa yng mereka ingat, dan guru mencatat informasi di papan tulis. 3. Setelah semua informasi diingat siswa, siswa kembali membaca materi untuk membuat koreksi dan menambahkan informasi, guru mengarahkan yang kurang tepat. 4. Guru memberikan pilihan lebih dari satu pendapat kepada siswa untuk mengelompokkan informasi. 5. Guru membuat pertanyaan yang dapat menimbulkan siswa menghubungkan informasi yang baru dengan pengetahuan sebelumnya, agar siswa berpikiran kritis. 6. Langkah terakhir yaitu menguji para siswa dengan mengaitkan pertanyaan pendek sebagai penguatan. Evaluasi pembelajarn membaca guided reading dilakukan dengan cara menilai pembelajaran membaca melalui mengukur jenis tes membaca pemahaman. Jenis tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memperoleh makna dari wacana tulis. Menurut taksonomi Barret, dalam Mulayadriyah (2004:45) tes keterampilan memahami isi bacaan terdiri atas komponen-komponen berikut.

27 37 1. Pemahaman literal (mengenal dan mengingat) antara lain 1) ide pokok, 2) ide penjelas, 3) urutan, 4) perbandingan, 5) hubungan sebab akibat dan 6) sifat/karakter. 2. pemahaman inferensial antar lain; 1) ramalan hasil, 2) menafsirkan bahasa figurative, 3) pembentukan hipotesis tentang isi cerita berdasarkan hubungan sebab akibat dan 4) mengidentifikasi dan membandingkan karakter. 3. Pemahaman evaluative dan kritis antara lain 1) realitas dan fantasi 2) fakta dan opini, 3) ketepatan dan informasi dan 4) keinginan. 4. Pemahamanan apresiasif. Penyusunan ulang harian yang berfokus pada kemampuan pemahaman dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut; 1) guru memilih teks bacaan 2) menentukan model jawaban yang dikehendaki, 3) pertanyaan untuk setiap bacaan antara lima sampai sepuluh buah pertanyaan dan, 4) isi pertanyaan dapat mengacu pada pemahaman literal (mengenal dan mengingat), inferensial, evaluative, dan pemahaman apresiasif.

28 38 C. Kemampuan Membaca Pemahaman 1. Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman Suatu wacana bila kita amati terdiri atas rentetan huruf dan tanda baca yang membentuk kata atau kelompok kata. Rentetan kata atau kelompok kata tersebut membentuk suatu kalimat. Kumpulan kalimat membentuk paragraf, dan paragraf membentuk suatu karangan atau wacana yang utuh dan mengandung arti. Membaca merupakan suatu proses yang kompleks dan rumit. Dikatakan demikian karena dalam proses membaca terlibat berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca dan sebagainya. Faktor eksternal meliputi sarana bacaan, tingkat keterbacaan, lingkungan, kebiasaan, dan tradisi membaca (Nurhadi, 1990:13). Dengan kata lain, dalam proses membaca terlibat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membandingkan, membedakan, menganalisis, dan mengorganisasi dalam menangkap makna bacaan secara utuh. Selain itu, seorang pembaca dituntut untuk mampu mengenal aksara, tanda-tanda baca dan mengkorelasikannya dengan unsur-unsur linguistik yang formal, misalnya dengan makna. Tanpa memiliki perangkat komponen di atas, tidak mungkin seseorang dapat melakukan kegiatan membaca dengan sempurna. Oleh karena itu, tergambarlah dengan jelas bahwa membaca merupakan suatu kemampuan yang perlu dipelajari, dibina, dan dikembangkan oleh setiap individu.

29 39 Membaca dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir, mengevaluasi, membayangkan, dan memecahkan masalah (Zints, 1980:9). Artinya, dalam proses membaca terjadi asimilasi, dan atau akomodasi antara fakta, konsep dan generalisasi sesuatu yang baru dengan keseluruhan khazanah kejiwaan yang telah dimiliki oleh pembaca. Implikasinya, membaca merupakan suatu proses aktif bukan pasif dikatakan demikian karena pembaca dituntut untuk mampu menginterprestasikan apa yang dibaca dengan didasarkan pada pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya tentang topik yang disajikan dalam suatu wacana. Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Smith dan Robinson (1980:6) bahwa, membaca merupakan kegiatan aktif untuk dapat mengerti pesan atau informasi yang hendak disampaikan penulis. Selanjutnya Harris (1981:170) mengatakan bahwa, membaca adalah interaksi antara pembaca dengan penulis melalui pesan tertulis dalam suatu rangkaian berfikir dengan tuntutan tujuan membaca. Artinya, membaca bukan saja kegiatan mencari dan merima pesan penulis, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu adanya penyusunan kembali dan pengolahan pesan tersebut melalui proses berfikir oleh pembaca. Oleh karena itu, dikatakan bahwa membaca adalah suatu proses psikolinguistik yang berawal dari penyandian oleh penulis dan berakhir dengan pemberian makna oleh pembaca. Dengan demikian, terdapat suatu proses yang berlawanan yaitu suatu proses pemaparan isi pikiran dalam bentuk struktur lahir bahasa (tulisan) yang kemudian direkonstruksi kembali oleh pembaca untuk menemukan isi pikiran

30 40 penulis. Dengan kata lain, membaca merupakan suatu proses pengubahan struktur lahir menjadi struktur batin. Nurhadi (1990:3) mengatakan bahwa membaca merupakan proses penjembatanan antara sesuatu yang baru dengan yang telah diketahui pembaca. Dengan demikian, membaca dapat dikategorikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh informasi dari bahan tertulis yang berlangsung melalui interaksi antara pembaca dan penulis yang diwakili oleh tulisannya. Dalam proses interaksi tersebut akan terjadi kontak antara karakteristik yang dimiliki penulis. Kontak antara kedua karakteristik tersebut akan melahirkan dua kemungkinan, yaitu kelancaran atau hambatan komunikasi antara pembaca sebagai penerima pesan dan penulis sebagai pengirim pesan. Oleh karena itu, agar terjadi komunikasi yang lancar, baik penulis maupun pembaca perlu memiliki kemampuan menulis dan kemampuan membaca. Uraian di atas, memperlihatkan pengertian membaca yang mengarah pada pemahaman isi wacana. Dikatakan demikian, karena terdapat upaya-upaya aktif yang dilakukan pembaca dalam memahami berbagai informasi yang diasampaikan penulis melalui bacaan yang dibacanya. Pemahaman isi wacana merupakan esensi dari penelitian ini. Setiap aktivitas membaca senantiasa melibatkan pemahaman dan aktivitas membaca yang tidak disertai dengan pemahaman tidak dapat digolongkan pada kegiatan membaca (Williams, melalui Mulyati 1995:47). Istilah pemahaman isi wacana merujuk pada kemampuan pembaca dalam memproses kegiatan membacanya sehingga dapat

31 41 melakukan interaksi dengan materi cetak (masukan grafis) dalam upaya merekonstruksi pesan yang disampaikan penulis (Goodman, dalam Mulyati, 1995:47). Dalam upaya tersebut pembaca berusaha untuk mengerahkan segenap pengetahuan, kompetensi bahasa, dan khasanah pengalaman konseptualnya untuk memproses tiga jenis informasi: (a) Informasi grafonik yang berkenaan dengan hubungan antara lambang grafis dengan bunyi bahsa; (b) Informasi sintaksis berkenaan dengan informasi implisit di dalam struktural gramatikal bahasa; dan (c) informasi semantik yang merujuk pada aspek makna. Kemampuan memahami wacara bukan hanya sekedar kemampuan mengambil dan memetik makna bacaan dari materi cetak, melainkan juga menyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna. Pernyataan tersebut mengimplisitkan tentang peran skema/skemata dalam proses membaca. Latar belakang pengetahuan dan pengalaman membaca akan memberi warna terhadap kualitas pemahaman bacaannya. Inilah yang disebut Smith sebagai informasi nonvisual. Bagi Smith, pemahaman bacaan mengandung arti proses penghubungan bahan tertulis dengan apa yang telah diketahui dan ingin diketahui pembaca. Dengan demikian, dalam kegiatan membaca proses pemahaman bacaan diperoleh melalui informasi visual dan informasi nonvisual. Menurut Burns (1984:45), membaca merupakan suatu proses memahami wacana tertulis. Proses dimaksud bersifat interaktif, yaitu suatu proses yang menuntut pembaca melakukan pertukan ide dengan penulis melalui teks. Ide ide atau gagasan gagasan penulis dituangkan dalam bentuk tulisan yang berbentuk teks.

32 42 Sebuah teks dibentuk oleh runtutan kosa kata, kalimat kalimat, dan paragraf paragraf. Oleh karena itu, untuk dapat memahami dan bertukar pikiran dengan penulis mengenai gagasan/ide yang ditulisnya, para pembaca perlu menguasai perangkat bahasa yang digunakan penulis guna menyampaikan maksudnya tersebut. Diakui oleh Williams, memang sulit untuk membuat batasan membaca yang benar benar akurat. Dia memberi batasan membaca sebagai suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mencari dan memahami apa apa yang tertulis dalam materi cetak. Menurutnya, yang terpenting dari batasan membaca yang disodorkannya adalah understanding, sebab membaca yang tidak disertai pemahaman tidak dianggap sebagai membaca (William,1984:2). Tampaknya, memang harus kita akui bahwa esensi dari kegiatan membaca adalah pemahaman bacaan. Jika pemahaman dipandang sebagai esensi dalam kegiatan membaca, maka langkah selanjutnya adalah memikirkan upaya upaya yang bisa dilakukan untuk mencetak pembaca pembaca yang mahir menemukan esensi membaca tersebut. Pemahaman juga merupakan suatu proses mental sebagai perwujudan dari aktivitas kognisi yang tidak bisa dilihat. Produk dari pemahaman adalah perilaku yang dihasilkan setelah proses pemahaman itu terjadi, misalnya menjawab pertanyaan, baik secara lisan maupun tertulis (Simon, 1971; Burnes, 1985 melalui Mulyati 1995:50).

33 43 Menurut Wainer melalui Saepurokhman ( ) bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses yang rumit yang berlangsung dari diri seorang pembaca. Dikatakan demikian, karena dalam proses tersebut pembaca berupaya untuk mendayagunakan segala kapasitas mental yang dimilikinya untuk memperoleh makna (pemahaman) dari bahan yang dibacanya. Perlu kita ketahui, bahwa sebuah pemahaman akan terjadi bila pembaca memiliki sarana pemahaman seperti mengenal dan memahami kata kata, kalimat, dan mampu menghubungkan ide ide yang terdapat dalam bahan bacaan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pendapat tersebut sejalan dengan Tampubolon (1990:6) bahwa, membaca pemahaman merupakan suatu proses yang melibatkan penalaran dan ingatan dalam upaya menemukan dan memahami informasi yang dikomunikasikan pengarang. Dalam proses membaca pemahaman, pembaca juga mempelajari cara cara pengarang dalam menyajikan pikirannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam membaca pemahaman, pembaca memperoleh dua jenis pengetahuan, yaitu informasi informasi dan cara penyajian pikiran pengarang. Oleh karena itu, selain memperkaya pengetahuan, membaca pemahaman juga dapat meningkatkan daya nilai pembaca. Kriteria pemahaman isi bacaan dapat diukur melalui pertanyaan tentang gagasan pokok (Haris dalam Akil, 1993:58). Pendapat ini mengisyaratkan tentang esensi kegiatan membaca yang harus mengutamakan pemahaman. Pemahaman terhadap sejumlah gagasan pokok yang ada dalam teks bacaan merupakan inti dari

34 44 kegiatan membaca. Dua hal yang menjadi prinsip dalam kegiatan membaca adalah teks itu sendiri dan kemampuan membaca memaknai apa yang ada di dalam teks. Kegiatan membaca bukan hanya proses milihat dan menyerap lambang lambang visual melainkan juga merupakan sintesis antara faktor visual dan nonvisual. Smith (1986) menyatakan bahwa tingkat pemahaman bacaan mengandung arti proses menggeneralisasikan antara lambang lambang tertulis dengan latar belakang pengetahuannya. Kemampuan membaca pemahaman berhubungan dengan proses berpikir. Dalam hal ini, seorang tokoh psikologi yang terkenal, yaitu Piaget menyatakan bahwa perkembangan berpikir manusia itu bertahap tahap dan semakin kompleks pada tahap yang lebih lanjut. Pada setiap tahap ditandai oleh terbentuknya struktur konsep atau intelektual tertentu yang disebut skema. Skema menjadi mediator antara seseorang dengan lingkungannya. Berdasarkan berbagai pengertian di atas terhadap perkembangan kegiatan membaca, muncul definisi baru terhadap proses membaca. Proses membaca dihubungkan dengan strategi memahami teks dan pemahaman teks (Arsha, 2002:1). Strategi maksudnya adalah persiapan persiapan yang diatur secara tersusun oleh pembaca dalam usaha memberikan makna terhadap teks yang dibacanya. Pemahaman teks berhubungan dengan proses pembentukan makna.

35 45 Dari beberapa teori dan uraian diatas dapat dipahami bahwa arti pemahaman adalah kemampuan atau keterampilan menangkap pengetahuan dari informsai yang disajikan dalam bentuk tertulis. Kegiatan membaca pemahaman pun berarti keterampilan dalam memperoleh arti dari teks yang dibaca. Selanjutnya dapat kita katakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses berpikir yang melalui membaca siswa menyadari dan mengerti gagasangagasan yang sesuai dengan latar belakang pengalaman mereka dan menginterpretasikannya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka membaca teks dalam hal ini Kennedy (1981: 192) mengemukakan bahwa membaca pemahaman dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpikir dengan cara para pembaca menyeleksi fakta, informasi atau gagasan dari barang cetakan. Oleh karena itu, dalam membaca pemahaman harus ada proses berpikir dalam rangka menginterpretasikan informasi dan hasil interpretasi itu harus tepat dan sesuai dengan makna kata dalam bacaan. Kegiatan membaca pemahaman dilandasi oleh aspek psikologis pemahaman yang terdiri dari (a) kapasitas tulisan, (b) pengalaman pendidikan, (c) kemampuan untuk berkonsentrasi dan (d) tujuan yang ingin diharapkan oleh pembaca (Kennedy, 1981:193). Kapasitas lisan, yaitu kemampuan bawaan untuk mempelajari bahasa simbolik dan kemampuan untuk mengetahui konsep-konsep abstrak. Pengalaman pendidikan, yaitu keseluruhan gagasan, pengertian, dan pengetahuan praktis yang didapatkan melalui kontak pribadi dengan lingkungan. Kemampuan untuk

36 46 berkonsentrasi sangat diperlukan sebagai landasan psikologis; karena jika pikiran pembaca tidak diarahkan pada masalah pengetahuan tertentu, maka gagasan-gagasan dan informasi yang berhubungan dengan pemecahannya tidak dapat dikumpulkan, dikuasai, dan dianilisis. Tujuan adalah landasan psikologis keempat yang diperlukan untuk memperoleh pemahaman, karena pemahaman jarang diperoleh secara kebetulan, akan tetapi dilakukan dengan sengaja dan direncanakan. 2. Prinsip-prinsip Kemampuan Membaca Pemahaman Roger Farr (Prana, 1997:3) memandang bahwa kegiatan membaca sebagai jantungnya pendidikan. Lebih jelas lagi, membaca itu bisa diumpamakan sebagai urat nadinya pendidikan. Hal ini berarti bahwa tidak ada kegiatan pendidikan tanpa kegiatan membaca. Coba kita bayangkan, suatu lembaga tidak ada kegiatan membaca sama sekali, apa yang akan terjadi? Dari pendapat ahli tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa betapa pentingnya kegiatan membaca dalam suatu lembaga pendidikan. Karena membaca merupakan salah satu indikator penting yang turut menentukan kualitas lembaga pendidikan itu. Jika output kita ingin baik dan berkualitas, mari kita perbaiki peringkat membaca anak didik kita khususnya pemahaman membaca. Kemampuan pemahaman membaca sebenarnya dapat kita tingkatkan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan pembiasaan dan latihan. Agar membaca dapat tumbuh subur dalam diri anak itu, maka yang harus dilakukan adalah memotivasi dan memberikan contoh yang bijaksana. Cara sekolah membangkitkan

37 47 motivasi membaca, salah satunya dengan mengadakan lomba sinopsis yang diikuti oleh semua siswa dan guru, sehingga warga sekolah betul-betul terlibat dalam suasana membaca dan bersaing memperoleh reward dari sekolah. Tetapi ingat, bukan reward yang menjadi tujuan utama tetapi menciptakan iklim membaca. Selain sinopsis dapat pula bercerita, yaitu menceritakan kembali isi bacaan dari salah satu wacana yang telah dibaca. Dari pelajaran ini siswa memperoleh pelajaran ganda, yaitu membaca dan menulis bahkan bercerita. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca. Menurut McLaughlin & Allen (2002), prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling mempengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini. a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial. b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman. c. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa. d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca. e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.

38 48 g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca. h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. i. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan. j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman. a. Pemahaman Merupakan Proses Konstruktivis Sosial Teori konstruktivis memandang pemahaman dan penyusunan bahasa sebagai suatu proses membangun. Menurut Cox (1999) anak-anak terus menerus membangun makna baru pada dasar pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki untuk proses komunikasi. Sebagai metafor untuk belajar bahasa, maksud konstruktivisme ialah pemakai bahasa adalah pembangun makna, apa yang mereka bangun dan pengetahuan sebelumnya adalah bahan untuk membangun makna (Spivey dalam Cox, 1999) Sedangkan Andersen (dalam McLaughlin & Allen, 2002) mengemukakan bahwa kaum konstruktivis yakin bahwa siswa membangun pengetahuan dengan menghubungkan pengetahuan dengan pengetahuan yang telah diketahuinya. Dalam membaca, konsep ini direfleksikan pada perkembangan belajar yang meyakini bahwa belajar terjadi apabila informasi baru diintegrasikan dengan apa yang diketahui. Seorang siswa yang mempunyai lebih banyak pengalaman dalam suatu topik tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoretis. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoretis. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Membaca Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap individu. Tarigan (2008: 7), membaca adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta diidk. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu dengan cara

Lebih terperinci

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya Kemampuan Efektif Membaca 1. Definisi KEM Penggunaan KEM di kalangan para ahli bahasa memiliki istilah berbeda-beda. Ahmadslamet menyebutkan KEM sebagai Kecepatan Efektif Membaca, sedangkan Tampubolon

Lebih terperinci

Pezi Awram

Pezi Awram 315 PROBLEMATIKA MEMBACA CEPAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Pezi Awram Pezi.awram@yahoo.com ABSTRAK Makalah ini disusun untuk menjelaskan problema apa saja dalam membaca cepat khususnya siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Membaca Menurut Dechant (melalui Zuchdi, 2008:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Menurut Soedarso (1989: 4) Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Membaca Nyaring 2.1.1 Pengertian Membaca Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa(bisa, sanggup) dalam melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa untuk memahami pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa membaca adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dari membaca. Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dari membaca. Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang karena dengan membaca kita dapat mengetahui segala hal. Banyak ilmu yang kita

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsepsi Membaca dan Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca. Membaca adalah

BAB I PENDAHULUAN. Konsepsi Membaca dan Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca. Membaca adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsepsi Membaca dan Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca. Membaca adalah kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan ke dalam cetakan (huruf-huruf). Pengertian

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) Riska Aulia Sartika. Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. riskaauliasartika66@gmail.com.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA Rasional Pengajaran membaca dalam bahasa, termasuk dalam bahasa Sunda, kini telah berkembang. Namun khususnya dalam pengajaran membaca, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA Sumarni Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas muhammadiyah Makassar Sumarnisape9@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih Merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak ( Spodek dan Saracho, 1994). 2 cara : Langsung Menguhubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya Tidak langsung Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu bentuk penerapan kurikulum yang berlaku di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. membaca merupakan Salah satu cara pembelajaran, Masyarakat yang

Lebih terperinci

Tentunya Anda dapat membaca bacaan di atas dengan cukup mudah, bukan? Akan tetapi, bagaimana dengan bacaan berikut ini

Tentunya Anda dapat membaca bacaan di atas dengan cukup mudah, bukan? Akan tetapi, bagaimana dengan bacaan berikut ini A. Hakikat Membaca Kritis Hakikat membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan Anda sebagai calon guru yang dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu. Oleh sebab iyu, kegiatan belajar ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: 05 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id MATA KULIAH BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar penelitian, hipotesis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Proses Membaca dan pemahaman membaca 1. Membaca a. Pengertian Membaca Membaca merupakan kegiatan merepsepsi, menganalisa, dan menginterprestasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

MODEL VOCABULARY SELF-COLLECTION STRATEGY (VSS) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

MODEL VOCABULARY SELF-COLLECTION STRATEGY (VSS) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA MODEL VOCABULARY SELF-COLLECTION STRATEGY (VSS) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA OLEH: USEP KUSWARI A. Membaca dan Pembelajarannya Faktor-faktor afektif, kognitif dan linguistik saling berinteraksi dalam membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA. Membaca untuk Menulis. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAHASA INDONESIA. Membaca untuk Menulis. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: BAHASA INDONESIA Membaca untuk Menulis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Membaca adalah suatu proses yang dilakukan

Lebih terperinci

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kemampuan membaca pemahaman dan berpikir analitis diperlukan dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi terhadap permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Proses belajar yaitu proses interaksi antara guru dan siswa dimana saat siswa tidak tahu menjadi tahu atau proses belajar dimana adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini dititikberatkan pada keterampilan siswa. Berdasarkan kurikulum 2006 siswa dituntut

Lebih terperinci

Dimuat: pada jurnal Pendidikan bahasa (JPB) No.1 Vol: 2 Juni 2013, Hal ISSN

Dimuat: pada jurnal Pendidikan bahasa (JPB) No.1 Vol: 2 Juni 2013, Hal ISSN 1 Dimuat: pada jurnal Pendidikan bahasa (JPB) No.1 Vol: 2 Juni 2013, Hal. 89-101 ISSN 2252-9896. Penerapan Strategi Top-Down untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Membaca 2.1.1.1 Pengertian Membaca Permulaan Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Pembelajaran Menelaah Struktur dan Kebahasaan Teks Deskripsi sebagai Salah Satu Kegiatan Membaca Pemahaman 1. Pengertian Membaca Pemahaman Membaca merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

PERAN GURU KELAS AWAL DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN DASAR PADA KURIKULUM 2013

PERAN GURU KELAS AWAL DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN DASAR PADA KURIKULUM 2013 PERAN GURU KELAS AWAL DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN DASAR PADA KURIKULUM 2013 Mudzanatun mudzanatun.mpd_zana@yahoo.co.id Dosen PGSD FIP IKIP PGRI Semarang ABSTRAK Guru dipandang sebagai gudang ilmu dan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi. BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan 1. Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

PERANAN MEMBACA PEMAHAMAN SEBAGAI SARANA MENYERAP INFORMASI DAN MEMPELAJARI DUNIA

PERANAN MEMBACA PEMAHAMAN SEBAGAI SARANA MENYERAP INFORMASI DAN MEMPELAJARI DUNIA 59 Peranan Membaca Pemahaman sebagai Sarana Menyerap Informasi dan Mempelajari Dunia PERANAN MEMBACA PEMAHAMAN SEBAGAI SARANA MENYERAP INFORMASI DAN MEMPELAJARI DUNIA Aswinarko Program studi Pendidikan

Lebih terperinci

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan Abstrak Ada nilai tambah yang didapat seseorang dalam melakukan kegiatan membaca. Satu diantaranya, orang menjadi luas cakrawala kehidupannya, terbebas dari penjara dunia yang sempit dan terbatas, baik

Lebih terperinci

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK. Oleh I Ketut Artana. Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha.

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK. Oleh I Ketut Artana. Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha. Oleh I Ketut Artana Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha Email: Bagasartana@gmail.com Abstrak Kondisi minat baca anak-anak belum menggembirakan. Anak-anak belum memandang bahwa bahan bacaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991:172). Membaca

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991:172). Membaca BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Membaca di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Membaca Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memroses informasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG Oleh: Mira Elfiza, Andria Catri Tamsin, Zulfikarni Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, yaitu keterampilan menyimak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Bahasa Indonesia di SD Hakikat pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan salah satu bentuk penerapan kurikulum yang berlaku di SD. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).

BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membaca merupakan kegiatan yang akrab dengan manusia. Kegiatan membaca berlangsung terus menerus selama manusia hidup. Mulai dari membaca merk makanan, judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Risma Dwi Saraswati, SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Risma Dwi Saraswati, SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memiliki peranan penting terhadap ilmu pengetahuan dalam mengantarkan suatu pemahaman ataupun gagasan-gagasan, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai. Keterampilan membaca merupakan proses reseptif yang diperlukan sebelum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU Suhrianati Sekolah Dasar Negeri Mabu un Murung Pudak Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelek tingkat tinggi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian bahwa dengan membaca akan diperoleh pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian bahwa dengan membaca akan diperoleh pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan kita untuk selalu belajar. Proses belajar yang efektif adalah membaca. Slogan membaca adalah jendela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Muslich,2009:115).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada dasarnya membaca merupakan suatu proses. Berikut akan dijelaskan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada dasarnya membaca merupakan suatu proses. Berikut akan dijelaskan 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Membaca Pada dasarnya membaca merupakan suatu proses. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian membaca. 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah proses memahami pesan tertulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan merupakan tenaga untuk melakukan suatu perbuatan. Chaplin (dalam Maryana, 2012: 15). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Penerapan Strategi Survey Questions Reading Recite Review (SQ3R) Nurdia Artu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Proses belajar adalah proses yang kompleks, tergantung pada teori belajar yang dianutnya. 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Ada beberapa pendapat mengenai pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci