BAB II DESKRIPSI LOKASI. KPS ( Kelompok Pelita Sejahtera ) lewat pengorganisasian terhadap buruh di berbagai
|
|
- Liana Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II DESKRIPSI LOKASI II. I Sejarah SBMI Sejarah akan terbentuknya SBMI ( Serikat buruh medan independen ) tidak dapat dilepaskan dari peranan salah satu LSM yang bergerak dalam bidang perburuhan yaitu KPS ( Kelompok Pelita Sejahtera ) lewat pengorganisasian terhadap buruh di berbagai kawasan industri di Medan. Melalui pengorganisasian inilah KPS melahirkan beberapa aktifis buruh dan pada tahun 1994 terjadilah aksi buruh yang paling besar dalam sepanjang sejarah Orde Baru, dimana ketika itu sekitar sepuluh ribu-an buruh dari berbagai zona melakukan aksi massa yang menuntut pemerintah untuk memenuhi tuntutan akan hak-hak normatif buruh. Dan aksi tersebut memberikan dampak yang sangat besar yaitu upah buruh harus naiksekali dalam satu tahun dan THR ( Tunjangan Hari Raya ) minimal satu bulan upah buruh dan perbaikan jaminan sosial ketenagakerjaan. Pasca gerakan buruh 1994, KPS terus melakukan pendampingan terhadap buruh di berbagai wilayah industri, dan buruh yang didampingi KPS tersebut disatukan dalam satu wadah yang ketika itu masih berbentuk forum buruh. Forum-forum buruh ini disesuaikan dengan basis-basis industri sehingga pada tahun forum buruh telah lahir di tiga wilayah industri, yaitu wilayah Tanjung morawa ( STM Petaras ), Wilayah Mabar Belawan ( FABMI ) dan Wilayah Binjai ( FBZB ). 24 Sehingga melalui forum buruh inilah KPS melakukan penyadaran terhadap banyak buruh untuk kemudian bergabung dalam suatu wadah forum buruh. Dan perkembangan akan Forum-forum buruh ketika itu tidak dapat dilepaskan dari peranan pengorganisasian KPS di berbagai 24 Arsip Divisi Advokasi SBMI. 32
2 wilayah industri. Hubungan KPS denagn Forum-forum buruh ketika itu dapat diperlihatkan seperti dalam gambar 1 dibawah ini : FBZB (BINJAI) FABMI (MABAR) KPS STM PETARAS (Tj.Morawa) Gambar 1 hubungan forum buruh dengan KPS Sumber : Arsip Divisi Pengorganisasian SBMI Pilihan untuk membentuk forum-forum buruh tersebut dilakukan karena kondisi pada saat itu ( Sebelum Reformasi ) belum memungkinkan untuk membenutuk serikat buruh karena belum adanya aturan hukum tentang perburuhan/ketenagakerjaan yang memperbolehkan adanya serikat serikat buruh diluar SPSI ( Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ). Walaupun buruh pada saat itu masih disatukan dalam wadah forum buruh tetapi kesadaran buruh mulai bangkit dan banyak aktifis buruh lahir lewat pendidikan dan pendampingan yang dilakukan KPS dalam 3 wilayah tersebut. Pola pengorganisasian KPS dalam forum-forum buruh tersebut dilakukan lewat pendekatan kasus di masingmasing perusahaan. Setiap forum buruh yang ada dalam 3 wilayah tersebut berusaha 33
3 untuk melakukan penyadaran terhadap buruh, karena pada saat itu buruh masih didominasi oleh SPSI. Sehingga ketika mulai banyaknya para buruh tergabung dalam forum tersebut,mereka mulai melakukan kritikan terhadap perusahaan tempat mereka bekerja untuk menuntut hak-hak normatif buruh yang pada saat itu masih sebatas pemberian upah yang layak, dan ketika forum buruh sudah mempunyai kapasitas yang cukup maka pemogokan pun terjadi di seluruh tiga wilayah tersebut yaitu zona Mabar,Binjai dan Tanjung Morawa. Pasca reformasi 1998 ternyata juga memberikan ruang bagi buruh untuk lebih bebas dalam berserikat. Yaitu setelah dikeluarkannya Per/Men ( Peraturan Menteri ) 05 tahun 1998 yang mengatur tentang tata cara pembentukan serikat buruh dalam tingkatan pabrik. Dan dalam kondisi tersebut maka ketiga forum buruh tersebut terbuka peluang untuk mendaftarkan forum-forum buruh yang telah terbangun tersebut untuk menjadi serikat buruh tingkat pabrik. Dan hal ini memberikan hasil yang berarti bagi forum buruh tersebut yaitu dalam waktu 3 tahun sejak dikeluarkannya PerMen 05 tahun 1998 tersebut telah terbentuk 12 serikat buruh tingkat pabrik. Ketika Abdurrahman Wahid ( Gusdur ) menjadi Presiden ternyata peluang untuk membentuk serikat buruh tingkat regional semakin terbuka yaitu sejak dikeluarkannya UU No. 12 tahun Dengan kondisi seperti ini para aktifis buruh semakin tertantang untuk sesegera mungkin melakukan upaya percepatan untuk melahirkan organisasi induk ( Payung ) bagi serikat-serikat buruh tingkat pabrik di tiga wilayah tersebut. Karena jika tidak maka dikhawatirkan para serikat buruh tingkat pabrik tersebut akan kekurangan kekuatan. 34
4 Sesuai dengan kuat perannya KPS dalam membentuk forum buruh dalam tiga wilayah tersebut, maka perkembangan forum-forum tersebut untuk menjadi serikat buruh juga tidak dapat dilepaskan dari peran aktif KPS sebagai LSM yang melakukan pengorganisasian. Maka sejak dikeluarkannya UU No. 21 tahun 2000, forum buruh yang ada di tiga wilayah mengiginkan akan terentuknya serikat buruh bagi mereka sendiri. Hal itu mereka lakukan dengan mendesak KPS untuk membentuk Komite yang tujuannya untuk mempersiapkan terbentuknya serikat buruh bagi mereka sendiri. Komite tersebut diberi nama KP-SBMI ( Komite Persiapan Serikat Buruh Medan Independen ). Tugas utama dari KP-SBMI ini adalah menyusun AD/ART SBMI dan pola hubungan SBMI- KPS. Ketika proses perumusan AD/ART dan pola hubungan SBMI-KPS belum selesai, KP-SBMI sudah melakukan uji coba yaitu dalam melakukan aksi May Day yang pertama sekali pasca tumbangnya rezim Soeharto. Hasilnya cukup signifikan yaitu pada May day tahun 2000 tersebut telah mampu menggalang massa sebanyak orang yang terdiri dari para buruh yang ada dalam tiga wilayah tersebut. Setelah KP-SBMI merampungkan AD/ART dan pola hubungan KPS-SBMI, maka ketiga forum buruh yang ada di wilayah Mabar Belawan, Binjai dan Tanjung Morawa melakukan kongres I SBMI yang dilaksanakan pada tanggal 9-11 November 2001 di Asrama Haji Medan. Kemudian setelah kongres tersebut SBMI mendeklarasikan keberadaannya yang termaksud juga melaporkannya kepada Pemerintah ( Disnaker ) dan Pengusaha yang pada saat itu PB ( Pengurus Basis ) yang tergabung dalam SBMI masih 14 PB. 35
5 II.II Program SBMI Sesuai dengan sejarah lahirnya SBMI yaitu dalam rangka melakukan penyadaran terhadap kaum buruh, maka program-program SBMI selalu diupayakan demi berlangsungnya suatu gerkan buruh yang terorganisir, Adapun program-program SBMI terdapat dalam tiga bagian yaitu sebagai berikut : Divisi Pengorganisasian Adapun program SBMI dalam bidang pengorganisasian adalah mengutamakan Perluasan Wilayah, yang pada sebelumnya masih terfokus pada tiga wilayah yaitu Zona Mabar, Binjai dan tanjung Morawa. Pada Kongres I SBMI perluasan wilayah minimal mempertahankan ketiga wilayah yang ada sebelumnya. Tetapi pasca kongres II SBMI, perluasan wilayah SBMI telah mencapai ke wilayah Percut Sei Tuan, Deli tua, Namorambe. Divisi Advokasi Dalam bidang Advokasi SBMI terbagi dua, Litigasi dan Non Litigasi. Dalam Litigasi khusus di Bantu oleh KPS melalui pengacara Gindo Nadabdab S.H yaitu melakukan pendampingan terhadap buruh yang juga melibatkan berbagai kasus buruh karena hal ini adalah membutuhkan seorang pengacara. Sedangkan dalam bidang non litigasi dilakukan oleh SBMI sendiri. 36
6 Divisi Pengembangan Ekonomi Adapun program pengembangan ekonomi SBMI adalah memperkuat/mempertahankan perekonomian buruh. Sebagian besar divisi ini bertugas dalam melakukan usaha menampung para buruh yang terkena PHK di pabrik masing-masing untuk kemudian diusahakan alternative pekerjaan setelah di PHK. Selain itu pengembanagan ekonomi SBMI dilakukan dengan mendirikan Koperasi Simpan Pinjam yang modal utama didapat dari KPS sebagai hibah ( Bukan pinjaman ) sebesar Rp ( Empat Puluh juta rupiah ). Hal ini dilakukan oleh SBMI untuk membantu perekonomian para buruh di luar upah yang didapat dari pabrik. II.III Struktur Organisasi SBMI yang awal terbentuknya tidak terlepas dari peranan KPS, maka memiliki pola hubungan antara SBMI-KPS yang diatur dalam MoU sebagai sebuah aliansi strategis. 25 Sehingga dalam struktur organisasi SBMI sendiri terdapat tempat dimana KPS sendiri dapat bereperan. Hal itu dapat dilihat dalam struktur organisasi SBMI Pasca Kongres I dan Kongres II SBMI. Adapun struktur organisasi SBMI adalah sebagai berikut : 25 Ibid. 37
7 Hasil Kongres I : Badan Presidium Sekretaris Jendral Sekretariat Div. Peng. Organisasi Div. Advokasi Pengurus Basis/Pengurus Basis/Pengurus Basis Anggota/Anggota/Anggota/Anggota/Anggota Gambar 2 Struktur Organisasi SBMI hasil kongres I Sumber : Arsip Divisi Pengorganisasian SBMI 38
8 Hasil Kongres II : Kongres Dewan Pekerja Organisasi ( DPO )/ KPS BPP Sekjend Rapat Umum PB Rapat Umum PB Peng. Basis Peng. Basis Anggota Anggota Gambar 2 Struktur Organisasi SBMI Sumber Arsip Divisi Pengorganisasian SBMI Berdasarkan hasil kongres I, Badan Presidium diisi oleh utusan masing-masing forum buruh yang secara keseluruhan terdapat 5 dari buruh dan satu dari KPS yang menjadi Sekjend Yaitu Rika Rosmawaty Nainggolan. Dan divisi organisasi masih hanya dua, yaitu divisi pengembangan organisasi dan divisi advokasi. Tetapi setelah Kongres II SBMI, maka struktur organisasi SBMI berubah. Namun tetap memiliki kesamaan dengan hasil kongres I, yaitu KPS tetap memiliki tempat dalam struktur organisai yaitu pada struktur DPO yang diisi oleh Sahat Lumbanraja. 39
9 II.IV Perkembangan Organisatoris SBMI Dalam gambaran umum tentang perkembangan SBMI yaitu sejak dibentuknya forum buruh pasca gerakan buruh 1994, maka sedikitnya terdapat beberapa hal yang telah dicapai oleh SBMI, baik dari sisi organisasi, keanggotaan, pendidikan, gerakan dan jaringan. Perjalanan SBMI hingga saat ini tidak terlepas dari penyadaran ( Pendidikan ) yang dilakukan oleh SBMI terhadap sesama buruh yang dalam hal ini juga bertambahnya jumlah anggota SBMI. Dan jika di tinjau dari jumlah anggota tercatat sekitar orang yang memiliki kartu tanda anggota yang dikeluarkan oleh DPP SBMI dan memiliki 30 PB ( Pengurus Basis ). Sehingga ketika semakin banyaknya jumlah anggota SBMI maka semakin banyak pula gerakan ( aksi ) yang dilakukan oleh SBMI dalam menuntut hakhak buruh. Setelah tiga tahun SBMI berdiri terdapat beberapa perkembangan yang sudah dicapai organisasi ini, salah satunya adalah SBMI sudah diakui keberadaannya oleh Pemerintah. Akan tetapi dalam waktu yang bersamaan juga banyak PB ( Pengurus Basis ) SBMI yang tutup. Hal ini dikarenakan oleh banyak pabrik-pabrik yang melakukan PHK dan ada juga gulung tikar ( Lock Out ). 26 Semua hal tersebut mengakibatkan hal yang buruk bagi buruh, yaitu buruh tidak dapat lagi bekerja yang secara otomatis juga PB yang ada dalam pabrik tersebut akan di tutup. Selain itu kendala yang di hadapi SBMI adalah masih adanya perusahaan yang melarang berdirinya Serikat buruh di perusahaan kecuali SPSI, yang hal ini terjadi pada buruh di PT. Shamrock Manufacturing Corpora ( SMC ). Para buruh yang tergabung dalam SBMI selalu mendapatkan pendidikan dan pelatihan secara berkala yang dilakukan oleh KPS sendiri. Pilihan ini dilakukan dalam 26 Wawancara dengan Saudara Eben. Koordinator Divisi Advokasi SBMI di secretariat SBMI Sp. Limun Medan. 40
10 rangka proses penyadaran para buruh akan bagaimana kondisi buruh, sehingga banyak juga para buruh yang bergabung dalam SBMI mulai tergugah kesadarannya akan hak-hak normatif buruh. Pendidikan ini dilakukan bagi setiap PB yang berada di wilayah masingmasing. Model pendidikan yang didapatkan para anggota SBMI dari KPS ini adalah pada umumnya tidak sama dengan Serikat Buruh yang ada terlebih lagi serikat buruh bentukan rezim orde baru. Karena dari hal tersebutlah langkah awal dari bagaimana proses penyadaran dilakukan, yaitu nantinya para buruh mulai memahami akan keberadaan dan posisi buruh dalam perusahaan mereka masing-masing. Dan dengan adanya pendidikan bagi para buruh SBMI tersebut maka SBMI mulai mengkritisi akan hak-hak mereka masing-masing dalam pabrik tempat mereka bekerja. SBMI sudah mulai melakukan aksi yang pada awalnya masih dalam sekitar tuntutan upah, dan kemudian semakin berlanjut dengan aksi menuntut tunjangan hari raya, sampai kepada tuntutan kebebasan membentuk serikat buruh. Dalam konteks gerakan, SBMI sejak awal berdirinya juga sudah menunjukkan beberapa perkembangan, diantaranya adalah SBMI sudah sering melakukan aksi dalam skala yang lebih luas yaitu memperluas jaringan aksi maupun koalisi. Di setiap wilayah SBMI mempunyai permasalahan yang berbeda dengan zona yang lain. Dan dalam setiap masalah yang menimpa para buruh di pabrik SBMI selalu melakukan perlawanan terhadap para pengusaha. Salah satu perkembangan dalam konteks gerakan yang dibangun oleh SBMI adalah aksi buruh di PT. Shamrock Manufacturing Corpora pada tahun Aksi tersebut adalah aksi buruh yang paling besar sepanjang tahun Aksi tersebut berawal dari dilarangnya SBMI berdiri di dalam PT SMC tersebut. Beberapa aktifis buruh yang diduga oleh para pihak perusahaan terlibat dalam mendirikan 41
11 SBMI.di PHK. Hal inilah menimbulkan aksi secara besar-besaran oleh para buruh PT. SMC yang juga menimbulkan pemogokan ratusan buruh PT. SMC. Dalam perjalanan SBMI, perkembangan SBMI tidak dapat dilepaskan dari peranan KPS karena terbentuknya SBMI juga adalah berkat hasil pengorganisasian KPS. Setelah terbentuknya SBMI, maka SBMI dengan KPS menjadi sebuah aliansi strategis yang dituangkan MoU antara SBMI dengan KPS. Walaupun pada akhir desember 2007 SBMI tidak lagi menjadi mitra dari KPS, dalam arti bahwa SBMI memutuskan menarik diri dari MoU yang disepakati sebelumnya. Hal ini akibat dari beberapa masalah internal organisasi yang sejak awal terbentuknya SBMI juga sudah mempunyai potensi jarak dengan KPS. Adapun bentuk dari MoU antara SBMI dengan KPS adalah sebagai berikut Kerjasama dalam dukungan dana Kerjasama dalam dukungan program Kerjasama dalam pengorganisasian buruh Pembentukan Pengurus Basis ( PB ) Advokasi terhadap kasus buruh Dengan adanya MoU antara KPS dengan SBMI jelas bahwa segala kerja-kerja organisasi dalam SBMI sendiri adalah hasil dari kesepakatan dari SBMI dengan KPS. SBMI tidak dapat menentukan arah gerakan yang dilakukan tanpa terlibatnya peranan KPS. Walaupun KPS sendiri adalah sebagai NGO yang membantu SBMI, namun ada beberapa hal yang menunjukkan dominasi KPS dalam SBMI. Masuknya KPS dalam struktur organisasi SBMI adalah salah satu celah yang membuat kerja-kerja organisasi SBMI seluruhnya harus melibatkan KPS sesungguhnya. Seperti dalam struktur organisasi 42
12 SBMI pasca Kongres pertama dan Kedua KPS masih terlibat didalam komposisi kepengurusan. Baginda Harahap mengatakan : Sejak awal dibentuknya SBMI sebenarnya sudah memiliki potensi pertentangan antara SBMI dengan KPS. Dimana KPS selalu ingin turut terlibat di dalam struktur SBMI sendiri. Yaitu pada konres I sebenarnya Badan Presidium diisi oleh 6 orang utusan buruh, tetapi KPS mendapat tempat didalam. Begitu juga dalam konres II, KPS masih terlibat dalam struktur SBMI walaupun strukur mengalami perubahan, yaitu KPS berada dalam posisi DPO ( Dewan Pekerja Organisasi ) yang diduduki oleh Sahat Lumbanraja yang juga sebgai Direktur Eksekutif KPS Wawancara dengan Baginda selaku Sekretaris jenderal SBMI di kantor secretariat SBMI Jl Kemiri II Sp. Limun Medan. 43
PERANAN SERIKAT BURUH DALAM MEMPERJUANGKAN HAK UPAH DAN POLITIK. ( Studi Kasus : Serikat Buruh Medan Independen ) SKRIPSI. Ganda Syahputra, S
PERANAN SERIKAT BURUH DALAM MEMPERJUANGKAN HAK UPAH DAN POLITIK ( Studi Kasus : Serikat Buruh Medan Independen ) SKRIPSI Ganda Syahputra, S 040906057 Ilmu Politik Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya kaum buruh 1 selalu menuntut hak hak normatifnya berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh perempuan, hak untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN LOKASI PKLM. Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta
BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM A. Sejarah Umum Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Jenderal Pajak adalah sebuah Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan
Lebih terperinciAnggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH
Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1
ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017
GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-03/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-03/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN RIAU
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 984 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA (UMK) BATAM TAHUN 2014 GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003
UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XI HUBUNGAN INDUSTRIAL Bagian Kesatu Umum Pasal 102 1. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 32/MEN/XII/2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA
Menimbang : KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, a. bahwa untuk
Lebih terperinciUndang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA KONSIL LSM INDONESIA BAB I PERWAKILAN KONSIL LSM INDONESIA
ANGGARAN RUMAH TANGGA KONSIL LSM INDONESIA BAB I PERWAKILAN KONSIL LSM INDONESIA Pasal 1 Perwakilan Konsil LSM Indonesia di Daerah 1. Perwakilan Konsil LSM Indonesia di daerah adalah jaringan LSM yang
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Wahyu Septyan dan PT
124 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Perlindungan hukum yang diberikan oleh
Lebih terperinciPerjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus
Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus Ditulis oleh Toni Triyanto Dalam setiap fase pergolakan politik di tanah air ini sebenarnya tidak lepas dari peran kaum pemuda dan Mahasiswa, sepanjang
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA KONSIL LSM INDONESIA
ANGGARAN RUMAH TANGGA KONSIL LSM INDONESIA BAB I PERWAKILAN KONSIL LSM INDONESIA Pasal 1 Perwakilan Konsil LSM Indonesia di Daerah 1. Perwakilan Konsil LSM Indonesia di daerah adalah jaringan LSM yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL
Menimbang : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciAnggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH
Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000
UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW ANGGARAN DASAR
ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW ANGGARAN DASAR Nusantara Corruption Watch (NCW) PEMBUKAAN Korupsi memberikan dampak negatif
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciPROMOTE: Pekerjaan Layak bagi Pekerja Rumah Tangga dan Penghapusan Pekerja Rumah Tangga Anak di Indonesia. International Labour Organization
PROMOTE: Pekerjaan Layak bagi Pekerja Rumah Tangga dan Penghapusan Pekerja Rumah Tangga Anak di Indonesia International Labour Organization 2 Saya yakin Konvensi ini dapat memberikan panduan kepada pemerintah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinci2016, No Tahun 2015 Nomor 3); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KOMITE NASIONAL KEUANGAN SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal
No.235, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Syariah. Nasional. Komite. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG KOMITE NASIONAL KEUANGAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mempercepat pembangunan Kawasan Timur Indonesia, daerah perbatasan,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG KOMITE NASIONAL KEUANGAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG KOMITE NASIONAL KEUANGAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 109 TAHUN 2000 (109/2000) TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPPRES 109/2000, DEWAN GULA NASIONAL KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 109 TAHUN 2000 (109/2000) TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinci: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 255/MEN/2003 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBL1K INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat,
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU
ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Persyaratan Menjadi Anggota 1. Persyaratan menjadi Anggota Partai Jariibu adalah sebagai berikut : a. Setiap Warga Negara Indonesia yang ingin
Lebih terperinci187 TAHUN 2009 PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2010
187 TAHUN 2009 PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2010 Contributed by Administrator Monday, 16 November 2009 Pusat Peraturan Pajak Online KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciPeraturan Lembaga Manajemen Kelembagaan dan Organisasi. Peraturan LeIP Tentang Manajemen Kelembagaan dan Organisasi
Peraturan Tentang 1. Ruang Lingkup Pengaturan Peraturan ini disusun untuk memberikan panduan kepada Dewan Pengurus dan pegawai tentang susunan, tugas, fungsi dan pengaturan lainnya yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka jumlah buruh pun semakin meningkat. Begitu pula dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki buruh dengan jumlah yang besar. Semakin berkembangnnya industri dalam suatu negara maka jumlah buruh pun
Lebih terperinciDEWAN PIMPINAN PUSAT KORPS INSPEKTUR TAMBANG INDONESIA
DEWAN PIMPINAN PUSAT KORPS INSPEKTUR TAMBANG INDONESIA Gedung A Jalan Prof. Dr. Supomo, SH No. 10, Jakarta 12870 Kotak Pos: 4632/kby Telepon: (021) 8295608 Fax: (021) 8297642 E-mail: kita@minerba.esdm.go.id
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa program privatisasi Badan Usaha Milik
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 34 TAHUN 2001 TENTANG HONORARIUM BAGI KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA KOMISI PEMERIKSA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DAN GAJI SERTA TUNJANGAN JABATAN BAGI PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi
ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi 1. Organisasi ini bernama Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan yang
Lebih terperinciOktober Tata Kerja. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. S u r a b a y a, O k t o b e r
Oktober 2011 Tata Kerja Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi S u r a b a y a, O k t o b e r 2 0 1 1 Daftar Isi Mukadimah BAB I Nama, Waktu dan Kedudukan Pasal 1 Nama Pasal 2 Waktu Pasal 3 Kedudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggantikan Soekarno, Undang-Undang yang pertama dibuat ialah Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak Soeharto menjabat sebagai Presiden di Republik Indonesia menggantikan Soekarno, Undang-Undang yang pertama dibuat ialah Undang-Undang Penanaman Modal
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan efesiensi dan produktivitas industri gula,
Lebih terperinciRevisi ke : 03 Tanggal : 2 Juni 2014
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciRevisi ke 05 Tanggal : 03 Oktober 2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN
UU 28-2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciRevisi ke 01 Tanggal : 11 Maret 2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, hal ini tertulis jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari Negara Indonesia salah satunya adalah guna mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini tertulis jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciLOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011
LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011 GOAL/IMPACT TINGKATAN TUJUAN/HASIL INDIKATOR SUMBER VERIFIKASI ASUMSI Meningkatnya akuntabilitas, peran dan
Lebih terperinciPerihal: Mohon Perlindungan Hukum dan Hak Buruh Dalam Berserikat
Kepada Yth, Ketua Komisi Kepolisian Nasional Republik Indonesia di,- Jakarta Perihal: Mohon Perlindungan Hukum dan Hak Buruh Dalam Berserikat Dengan hormat, Sebelum kepada maksud dan tujuan dari surat
Lebih terperinciANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN NENE MALLOMO ( THE NENE MALLOMO FOUNDATION) INDONESIA ANGGARAN DASAR MUKADDIMAH
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN NENE MALLOMO ( THE NENE MALLOMO FOUNDATION) INDONESIA ANGGARAN DASAR MUKADDIMAH Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun
Lebih terperinciANGGARAN DASAR BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA OBOR SUDIMARA ) DESA SUDIMARA KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS
ANGGARAN DASAR BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA OBOR SUDIMARA ) DESA SUDIMARA KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS ------------------------------NAMA, BENTUK DAN TEMPAT KEDUDUKAN-----------------------------
Lebih terperinciNOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya. Sedangkan. ikatan yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kehidupan manusia merupakan kelangsungan hidup yang berkaitan dengan kebutuhan hidup yang layak. Melihat tuntutan untuk hidup yang layak tersebut manusia
Lebih terperinciMUKADIMAH AD ART ASOSIASI PEMERHATI KAJIAN GENDER (THE ASSOCIATION OF GENDER STUDIES SOCIETY) 1
MUKADIMAH Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk besar dengan kemajemukan dalam budaya, adat istiadat serta agama dan kepercayaan. Dengan kemajemukan peri kehidupan
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN
1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN Pasal 1 1. Anggota AJI adalah jurnalis yang telah memenuhi syarat profesional dan independen yang bekerja untuk media massa cetak, radio, televisi, dan
Lebih terperinciWajar saja buruh berunjuk rasa
1 Wajar saja buruh berunjuk rasa Oleh INDRA FIRMANSYAH BAGJANA Unjuk rasa buruh tiba-tiba saja menjadi headline berita di beberapa media, baik cetak maupun elektronik. Dampaknya macam-macam, dari kemacetan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH
ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA DEWAN NASIONAL KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS NOMOR : KEP-35/M.EKON/05/2008 TENTANG TIM PELAKSANA DEWAN NASIONAL KAWASAN
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida
No.1794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH. KUR. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Lebih terperinci2016, No dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015
No.1701, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-PEREKONOMIAN/KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH. KUR. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Lebih terperinciPERHIMPUNAN PEREMPUAN LINTAS PROFESI INDONESIA (PPLIPI)
PERHIMPUNAN PEREMPUAN LINTAS PROFESI INDONESIA (PPLIPI) ANGGARAN dasar (ad) BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Organisasi Nama organisasi ini adalah Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia. Organisasi yang berorientasi pada profit maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia. Organisasi yang berorientasi pada profit maupun non profit banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat
Lebih terperinciKISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN
KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-33.1-/216 DS2286-196-725-318 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciKEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA *48766 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 24 TAHUN 1999 (24/1999) TENTANG PENGESAHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA
ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Organisasi ini bernama Himpunan Gerakan Kewirausahaan Nasional Indonesia, yang kemudian disingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Guru merupakan salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan, mereka tidak hanya berperan memberikan pengajaran pada siswa tetapi juga menunjukan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1978 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA MENTERI MUDA SERTA SUSUNAN ORGANISASI STAF MENTERI MUDA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2000 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PENGHASILAN BERUPA UANG PESANGON, UANG TEBUSAN PENSIUN, DAN TUNJANGAN HARI TUA
Lebih terperinciANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE
ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE 2012-2015 MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta semangat mewujudkan visi organisasi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 355/MEN/X/2009 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 355/MEN/X/2009 TENTANG TATA KERJA LEMBAGA KERJA SAMA (LKS) TRIPARTIT NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
Lebih terperinci: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN
Lebih terperinciRevisi ke : 08 Tanggal : 11 Desember 2014
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciSAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009
SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK KOREA, YANG MULIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tuntutan kaum buruh dapat terpenuhi. Gerakan buruh yang sedang dibangun juga
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Gerakan buruh yang pada hakikatnya adalah konsekuensi yang diitimbulkan dari realitas sistem ekonomi politik yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat/buruh maka akan terus
Lebih terperinciRevisi ke 05 Tanggal : 21 Oktober 2013
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 19 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 636 TAHUN : 2003 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENTUAN PENYELENGGARAAN FASILITAS KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH PERUSAHAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.915, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BAPPENAS. Lembaga Wali Amanat. Dana Perwakilan. Perubahan Iklim. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun
Lebih terperinciRevisi ke 04 Tanggal : 03 November 2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA BADAN KOORDINASI TATA RUANG NASIONAL NOMOR : KEP-33/M.EKON/05/2008 TENTANG TIM NASIONAL PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DI INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Perseroan Terbatas (PT) Telekomunikasi Indonesia, Terbuka (Telkom) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia baik dari
Lebih terperinciPerekonomian Indonesia
Modul ke: 14Fakultas Janfry Ekonomi & Bisnis Perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sihite Program Studi Manajemen Tujuan Sesuai rapem UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Lebih terperinci