BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Agensi Teori agensi merupakan salah satu cara untuk lebih memahami ekonomi informasi dengan memperluas satu individu menjadi dua individu yaitu agent dan principal. Didalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi wewenang kepada agent untuk membuat keputusan terbaik bagi principal. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandungkan pemilik (pemegang saham). Oleh sebab itu, manajer mempunyai kewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen) karena pengguna laporan keuangan diluar manajemen berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastian. Sedangkan para pengguna internal (manajemen perusahaan) 11

2 12 memiliki kontak langsung dengan perusahaan dan mengetahui peristiwa yang terjadi sehingga tingkat ketergantungan terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Situasi ini akan memicu timbulnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry), yaitu suatu kondisi dimana principal tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agent dan tidak pernah merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil akrual perusahaan. Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa principal dan agent memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda dikarenakan semua individu bertindak atas kepentingan individu sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut, sedangkan para agent diasumsikan tidak hanya menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan akan tetapi juga dari tambahan yang terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub, dan jam kerja yang fleksibel. Dalam hubungan agensi terdapat tiga masalah utama yaitu pertama masalah pengendalian yang dilakukan oleh principal terhadap agent. Masalah pengendalian tersebut meliputi beberapa masalah pokok yaitu tindakan agent yang tidak bisa diamati oleh principal dan mekanisme pengendalian tersebut. Tanpa memantau kegiatan agent, hanya agent yang mengetahui apakah agent

3 13 bekerja atas kepentingan terbaik principal. Disamping itu, hanya agent yang mengetahui lebih banyak tentang tugas agent dibandingkan principal. Adanya tindakan agent yang tidak diketahui secara pasti oleh principal, memaksa principal melakukan pengendalian dengan mekanisme pengendalian agar kepentingan yang dapat berjalan sesuai yang diharapkan yaitu melalui monitoring dan kontrak insentif. Kedua adalah masalah biaya yang menyertai hubungan agensi. Munculnya perbedaan diantara principal dan agent menyebabkan munculnya biaya tambahan sebagai biaya agensi. Sebagai contoh biaya yang termasuk biaya agensi yaitu biaya kompensasi insentif yang berupa bonus dalam bentuk opsi saham, biaya monitoring (biaya audit) dan biaya kesempatan baru sehingga kehilangan peluang untuk memperoleh keuntungan. Masalah ketiga adalah tentang bagaimana menghindari dan meminimalisasi biaya agensi. Principal memiliki kepentingan untuk memperkecil biaya agensi yang muncul. Usaha yang dapat dilakukan oleh principal untuk memperkecil biaya agensi karena tidak dapat dihilangkan sama sekali adalah dengan mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya dan mengetahui secara jelas kapabilitas dan personalitas. Kunci kerjasama dalam hubungan agensi adalah kepercayaan yang didasarkan pada informasi yang benar tentang agent. Usaha yang kedua adalah memperjelas kontrak insentif dengan skema kompensasi opsional sehingga memotivasi agent untuk bekerja

4 14 sesuai kepentingan principal dengan penghargaan yang wajar terhadap principal. Dalam pelaksanaan teori agensi mengharuskan agent memberikan informasi yang rinci dan relevan atas pendanaan biaya modal perusahaan. Pada kenyataan, tidak semudah itu principal memperoleh informasi yang dibutuhkan atau agent memberikan informasi tersebut kepada principal. Perbedaan kepentingan diantara kedua pihak menyebabkan agent memberikan atau menahan informasi yang diminta principal bila menguntungan bagi agent, walaupun sudah menjadi kewajiban bagi agent untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh principal. 2. Kondisi Keuangan Kondisi keuangan perusahaan adalah keadaan atas keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan kinerja sebuah perusahaan. Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Manajemen dalam menjalankan perusahaan tidak jarang mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut biasanya ditandai dengan buruknya kondisi keuangan perusahaan yang berakibat tertanggungnya kelangsungan hidup perusahaan. Dewayanto (2011) menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan adalah suatu tampilan secara utuh atas keuangan perusahaan selama

5 15 periode atau kurun waktu tertentu. Media yang dapat dipakai untuk menilai kondisi keuangan perusahaan adalah laporan keuangan yang laporan posisi keuangan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Menurut Mc. Keown (1991) menjelaskan bahwa semakin memburuk atau terganggunya kondisi keuangan suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern dan sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, auditor tidak pernah memberikan opini audit going concern. Kasus yang cukup menarik adalah kasus Bank Lippo, ditengah upaya pemulihan kepercayaan terhadap dunia perbankan dan perekonominan nasional, kita dikejutkan oleh skandal keuangan yang dilakukan Bank Lippo Tbk. Salah satu bank peserta rekapitalisasi itu memberikan laporan keuangan berbeda ke public dan manajemen BEJ. Dalam laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke public pada 28 November 2002 disebutkan total aktiva perseroan Rp 24 triliun dan laba bersih Rp 98 miliar. Namun dalam laporan BEJ pada 27 Desember 2002 total aktiva perusahaan berubah menjadi Rp 22,8 triliu (turun Rp 1,2 triliun) dan perusahaan merugi bersih Rp 1,3 triliun. Altman dan McGough (1974) menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi dapat mencapai tingkat keakuratan 82% dan menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan

6 16 perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hasil beberapa penelitian seperti yang dilakukan Fanny dan Saputra (2005) dan penelitian Santoso dan Wedari (2007) menyatakan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketetapan dalam pemberian opini audit going concern. Oleh karena itu model revised Edward I. Altman banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi, dan akademis di bidang akuntansi dibandingkan dengan model prediksi kebangkrutan lainnya. Berdasarkan perkembangannya terdapat model Z Score terlebih dahulu dengan formula sebagai berikut : Dimana : Z = 1.2Z Z Z Z Z 5 Z 1 Z 2 Z 3 Z 4 Z 5 = Working capital/total asset = Retained earning/total asset = Earning before interest and taxes/total asset = Market value of equity/ book value of debt = Sales/total asset Model Z Score ini hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan manufaktur yang go public. Altman mengembangkan model ini dengan melakukan suatu revisi agar model prediksi kebangkrutan dapat diaplikasikan baik pada perusahaan manufaktur yang go public dan perusahaan-perusahaan di sektor swasta serta menggantikan market value of equity dengan book value of equity (Z 4 ). Model Revised Altman Z Score diformulakan sebagai berikut :

7 17 Dimana : Z = 0.717Z Z Z Z Z 5 Z 1 Z 2 Z 3 Z 4 Z 5 = Working capital/total asset = Retained earning/total asset = Earning before interest and taxes/ total asset = Book value of equity/book value of debt = Sales/total asset Z Score yang dikembangkan Altman ini dapat digunakan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan dan juga dapat digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan serta sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan (Astuti, 2012). Sebuah perusahaan dianggap sangat makmur, namun jika Z Score mulai turun dengan tajam, maka mengindikasikan adanya bahaya akan kebangkrutan. Atau, jika perusahaan baru saja survive, Z score bisa digunakan sebagai alat bantu dalam melihat dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan. Berikut definisi kelima rasio yang digunakan Altman, yaitu: 1. Z 1 = Net Working Capital to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Modal kerja

8 18 bersih yang negative kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya. 2. Z 2 = Retained Earning to Total Assets Rasio ini menunjukkan adanya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukan aktiva per ekuitas pemegang saham. Laba ditahan terjadi karena pemegang saham biasa mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai dividen. Oleh karena itu laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan tidak tersedia untuk pembayaran dividen atau yang lain. 3. Z 3 = Earning Before Interest and Tax to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktivitas perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. 4. Z 4 = Market Value of Equity to Book Value of Debt Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar ekuitas

9 19 sendiri diperoleh dengan mengkalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar pasar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. 5. Z 5 = Sales to Total Assets Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Penelitian yang dilakukan Altman menunjukkan nilai tertentu pada perusahaan yang bangkrut atau tidak bangkrut. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskiminan adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dikategorikan sebagai berikut : Tabel 2.1 Tabel Zone of Ignurance Z Score Kriteria titik cut off Model Z Score Nilai Z Tidak bangkrut/sehat jika Z lebih dari (>) 2, 99 Daerah rawan bangkrut (grey area) 1,81-2,99 Bangkrut jika Z kurang dari (<) 1,81 Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisis bahwa apabila Z score dari suatu perusahaan yang diteliti menunjukkan angka lebih besar dari (>) 2,99

10 20 maka perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai perusahaan sehat atau perusahaan bebas dari masalah kebangkrutan (non bankrupt company) dan jika perusahaan yang diteliti menunjukkan nilai Z Score kurang dari (<) 1,88 maka perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang berisiko tinggi terhadap kebangkrutan. Sedangkan jika perusahaan tersebut menunjukkan nilai Z score diantara 1,81 sampai 2,99 maka perusahaan tersebut dapat dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan. 3. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu indikasi mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Pada penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Menurut Wetson dan Copeland (1992) dalam Setyarno et al (2006) rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang baik akan mampu meningkatkan volume penjualannya tiap tahunnya sehingga akan menghasilkan laba tinggi. Laba yang tinggi pada umumnya menandakan arus kas yang tinggi (Weston dan Brigham, 1993) dalam Putrady (2014). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan menunjukkan aktivitas operasional berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonomi dan kelangsungan hidupnya (Rahman dan

11 21 Siregar, 2012). Oleh karena itu diasumsikan bahwa penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan, karena perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negative akan berpotensi besar dalam mengalami penurunan laba. Hal tersebut didukung dengan pernyataansetyarno et al. (2006) bahwa semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Altman (1986) dan Petronela (2004) mengemukakan bahwa perusahaan dengan negative growth mengindikasikan perusahaan tersebut cenderung lebih besar kearah kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan. Karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Oleh karena itu perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan perusahaan yang negatif maka kemungkinan untuk menerima opini audit going concernakan tinggi. Kasus yang terjadi adalah kasus bank yang dilikuidasi setelah sebelumnya menerima pendapat wajar tanpa pengecualian. Pada awal tahun 1990, Bank Suma dilikuidasi. Selanjutnya terdapat 16 Bank yang telah dilikuidasi pemerintah per 1 November 1997, Bank Prasidha Utama dan Bank Ratu dilukuidasi tahun 2000, Unibank pada tahun 2001, Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali pada tahun 2004, serta Bank Global Internasional pada tahun

12 22 4. Opini Audit Tahun Sebelumnya Tujuan utama audit atas laporan keuangan adalan untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan audit adalan alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Auditor adalah salah satu pihak yang memegang peranan penting untuk tercapainya laporan keuangan yang berkualitas di pasar modal. Auditor bertugas memberikan assurance terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun dan diterbitkan oleh manajemen perusahaab. Assurance terhadap laporan keuangan tersebut, diberikan auditor melalui opini auditor (Hilmi dan Ali 2008 dalam Sari 2012). Opini audit tahun sebelumnya akan dijadikan pertimbangan dalam memutuskan opini tahun berjalan. 5. Opini Audit Opini Audit merupakan bagian dari laporan audit atas laporan keuangan perusahaan. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (SPAP seksi 110 tahun 2011). Auditor harus mengumpulkan bukti-bukti kewajaran informasi dalam laporan perusahaan dengan memeriksa catatan akuntansi yang

13 23 mendukung laporan audit. Laporan audit yang mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada pemakai laporan. Auditor menyatakan pendapatnya tentang kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan dalam sebuah laporan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yakni laporan audit bentuk baku. Laporan audit terdiri dari tiga paragraf, antara lain : paragraf pembukaan (opening paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph) dan paragraf pendapat (opinion paragraph). Paragraf pembukaan (opening paragraph) mengidentifikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen entitas. Dalam paragraf ruang lingkup (scope paragraph), auditor menguraikan sifat eksplisit audit dan secara eksplisit menyatakan bahwa audit yang dilakukan telah memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Dan dalam paragraf pendapat (opinion paragraph), auditor mengkomunikasikan hasil audit. Opini yang diberikan auditor merupakan pernyataan mengenai kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas entitas tertentu apakah telah sesuai dengan Standar Akuntansi di Indonesia (SPAP, 2011). Opini audit tersebut dinyatakan dalam tipe pendapat yang dinyatakan auditor dalam setiap keadaan. Opini Audit terdiri atas 5 jenis (SPAP, 2011) yaitu : 1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

14 24 Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi : a. Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan. b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor. c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan. d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraph penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. 2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language ) Dalam keadaan tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian. Arren, et al (1993) menyatakan bahwa laporan wajar tanpa pengeculian dengan bahasa penjelas atau modifikasi perkataan memenuhi kriteria suatu proses audit yang lengkap dengan hasil memuaskan dan laporan

15 25 keuangan disajikan secara wajar, tetapi auditor merasa perlu untuk memberikan sejumlah informasi tambahan. Berikut ini adalah keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas atau bahasa penjelasan lain dalam laporan auditor bentuk baku adalah (SPAP, 2011) : a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaankeadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. d. Diantara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif. f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di-review. g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia- Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan

16 26 auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut atau auditor tidak dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut. h. Informasi lain dalam suatu dokumen berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Selain itu auditor dapat menambahkan paragraf penjelas untuk menekankan suatu hal tentang laporan keuangan. 3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila perusahaan menyajikan secara wajar laporan keuangan, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas dalam semua hal yang material sesuai dengan, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan apabila : a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari Standar Akuntansi di Indonesia, yang berdampak material dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

17 27 Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan didalam paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk atau dengan pengecualian untuk. Frasa seperti tergantung atas atau dengan penjelasan berikut ini memiliki makna tidak jelas atau tidak cukup kuat dan oleh karena itu pemakainya harus dihindari. Karena catatan atas laporan keuangan merupakan bagian laporan keuangan auditan, kata-kata seperti disajikan secara wajar, dengan semua hal yang material, jika dibaca sehubungan dengan catatan 1 mempunyai kemungkinan untuk disalah tafsirkan dan oleh karena itu pemakainya dihindari. 4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, jika secara praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan secara beralasan, laporan auditor harus menyatakan hal itu.

18 28 5. Pernyataan yang Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Jika auditor tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan subtantif yang mendukung pernyataan tersebut. Pernyataan tidak memberikan pendapat harus tidak diberikan karena auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa terdapat penyimpangan material dari Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Jika pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan pembatasan lingkup audit, auditor harus menunkukkan dalam paragraf terpisah semua alasan substantive yang mendukung pernyataan tersebut. Ia harus menyatakan bahwa lingkup auditnya tidak memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor tidak harus menunjukkan prosedur yang dilaksanakan dan tidak harus menjelaskan karakteristik auditnya dalam suatu paragraf. 6. Opini Audit Going Concern Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaannya. Mengacu pada Statement On Auditing Standar No.59 (AICPA, 1998), auditor harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa perusahaan klien akan bisa bertahan

19 29 di masa yang akan datang. Auditor harus memberikan opini audit going concern jika menemukan adanya keraguan terhadap kemampuan perusahaan melanjutkan usahanya. Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu tertentu dengan cara sebagai berikut (SPAP, 2011) : 1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaaan atau peristiwa yang secara keseluruhan menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang dapat mengurangi kesangsian auditor. 2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka ia harus : 1. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan 2. Menentukan kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan.

20 30 3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Apabila setelah mempertimbangkan dampak dan kondisi dan peristiwa, auditor tidak menyaksikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut, maka auditor menyatakan tidak memberi pendapat. Auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang jika dipertimbangkan secara keseluruhan akan menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Berikut adalah kondisi dan peristiwa tersebut (SA Seksi 341) : a. Trend negatif. Sebagai contoh : kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan. Contoh : kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan

21 31 permintaan pembelian kredit biasa, rektrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar asset. c. Masalah intern. Contoh : pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. Masalah luar yang telah terjadi. Contoh : pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi ; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

22 32 B.Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Peneliti (tahun) Alat Analisis Variabel Hasil Penelitian Dependen Independen Gea Cherlita Putrady (2014) Regresi logistik Penerimaan opini audit going concern Kondisi keuangan, Debt default, Pertumbuhan perusahaan, Auditor client tenure, Opinion shopping, Audit lag, Disclosure. Kondisi keuangan, debt default, dan disclosure memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel pertumbuhan perusahaan, auditor client tenure, opinion shopping, dan audit lag tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Abdul Rahman & Baldric Siregar (2012 Regresi logistik Penerimaan opini audit going concern Kualitas audit, Kondisi keuangan perusahaan, Pertumbuhan perusahaan, Opini audit tahun sebelumnya, Ukuran perusahaan dan Debt to equity ratio. Pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh.

23 33 Irtani Retno Astuti (2012) Totok Dewayanto (2012) Andi (2012) Kartika Indira Januarti (2009) Regresi logistik Regresi logistik Regresi logistik Regresi logistik Penerimaan opini audit going concern Penerimaan opini audit going concern Penerimaan opini going concern Penerimaan opini audit going concern Kondisi keuangan, Debt default, Reputasi auditor, Opinion shopping, Disclosure, Audit lag Kondisi keuangan, Ukuran perusahaan, Opini audit tahun sebelumnya, Auditor client tenure, Opinion shopping, Reputasi auditor. Kondisi keuangan, Kualitas audit, Opini audit tahun sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan, Opinion shopping. Kondisi keuangan, Debt default, Ukuran perusahaan, Audit lag, Opini audit Debt default, reputasi auditor, audit lag mempengaruhi penerimaan opini audit going concern, sedangkan kondisi keuangan, opinion shopping dan disclosure tidak mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Kondisi keuangan dan opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan ukuran perusahaan, auditor client tenure, opinion shopping, dan reputasi auditor tidak mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Kondisi keuangan, kualitas audit, dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Variabel signifikan: kondisi keuangan, debt default, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, kualitas audit, auditor client tenure. Variabel

24 34 tahun sebelumnya, Auditor client tenure, Kualitas audit, Opinion shopping, Kepemilikan manajerial dan institusional. tidak signifikan: audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

25 35 C. Rerangka Pemikiran Penilitian ini berusaha menguji pengaruh kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Rerangka Pemikiran yang diajukan sebagai berikut : Gambar 2.3 Model Pemikiran Variabel Independen Variabel Dependen Kondisi Keuangan Pertumbuhan Perusahaan Opini Audit Going Concern Opini Audit Tahun Sebelumnya

26 36 D. Hipotesis Variabel independen dalam penelitian ini adalah Kondisi Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap variabel dependennya yaitu Opini Audit Going Concern. 1. Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Opini Audit Going Concern Perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik maka auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going concern (Ramdhany, 2004). Krishnan (1996) dalam Setyarno (2006) menyatakan bahwa auditor lebih cenderung untuk mengeluarkan opini audit going concern ketika kemungkinan kebangkrutan berada di atas 28 persen dengan menggunakan model prediksi Zmijeski. Carcello dan Neal (2000) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa semakin kondisi keuangan perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar perusahaan menerima opini audit going concern. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 1 : Kondisi Keuangan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern 2. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992) dalam Setyarno dkk (2006). Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee.

27 37 Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberikan peluang auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Kartika, 2012). Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap Opini Audit Going Concern 3. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern Carcello dan Neal (2000) dalam Ramdhany (2004) memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Karena adanya perbedaan kepentingan antara agen dan principal memungkinkan adanya ketakutan pada pihak agen untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik sehingga ada kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen dalam hal ini adalah akuntan publik. Adapun kaitan antara opini tahun sebelumnya dengan teori agency adalah adanya perbedaan tujuan agen dan principal memungkinkan adanya ketidakjujuran dalam

28 38 menyampaikan laporan keuangan, dan ini akan berlangsung pada tahun berikutnya. Dalam kaitannya dengan penerimaan opini audit going cocern, agen bertanggung jawab secara moral terhadap kelangsungan hidup perusahaan yang dipimpinnya. Jika suatu perusahaan menerima opini audit going cocern maka akan cenderung untuk mengganti auditor dengan harapan menerima opini yang berbeda (unqualified opinion) sehingga berdampak pada audit delay. Akan tetapi jika suatu perusahaan menerima opini going concern pada tahun tertentu akan semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan opini yang sama pada tahun berikutnya meskipun sudah mengganti auditor dalam hal ini terjadi karena kegiatan usaha pada tahun berikutnya berdasar pada kegiatan usaha pada tahun sebelumnya. H3 : Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh terhadap Opini Audit Going Concern

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN 2.1 Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan hidup usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan pustaka. Pada bab ini terdiri dari landasan teori yang menguraikan teori-teori yang relevan dengan penelitian, telaah penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan kontrak antara agen (manajer) dengan prinsipal (pemilik). Prinsipal dalam teori agensi ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu juga deskripsi dari variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Januarti (2009) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 9 BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 2.1 Going Concern Going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Laporan audit adalah hasil akhir dari pemeriksaan seorang auditor laporan keuangan kliennya. Di dalam laporan tersebut biasanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Teori agensi dan hubungannya dengan opini auditor tentang going Menurut Jensen dan Smith (1984) teori agensi adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori harapan sebagai teori pendukung (supporting theory). Disamping itu bab ini juga menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu Negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu Negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Jenis or Independen Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut materialitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh entitas. Laporan keuangan merupakan bagian dari siklus akuntansi yang menggambarkan kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Opini Audit Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001: SA Seksi 110,paragraf 01: Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opinion Shopping Demi menghindari penerimaan opini going concern, biasanya perusahaan melakukan auditor switching (pergantian auditor). Teoh (1992) dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Audit Pengauditan adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah : Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Landasan Teori II.1.1. Teori Agensi Godfrey, Hodgson, Tarca, Hamilton, Holmes (2010 : 301) mendefinisikan teori agensi sebagai berikut: In such a

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Opini Audit Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi Menurut Jensen dan Meckling (Susanto; 2009) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Dalam ilmu akuntansi perusahaan merupakan suatu entitas unit usaha yang berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis dalam menjalankan usahanya tidak semata menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi bertujuan menjaga kelangsungan hidup (going

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA SA Seksi 341 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA Sumber: PSA No. 30 Lihat SA Seksi 9341 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan pasti akan melaporkan dan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No. 1 revisi 2009, 2012). Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan global pada saat ini mengharuskan perusahaan berfikir tidak hanya bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Opini Audit Proses akhir dari pekerjaan audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor adalah mengkomunikasikan penilaiannya tentang tingkat kewajaran penyajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kristiana (2012) meneliti pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian yang akan dilakukan kali ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan suatu konsep yang menjelaskan hubungan antara principal dan agen yang pertama kali dikemukakan oleh Jensen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998 sampai sekarang membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir telah terjadi krisis finansial dan kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir telah terjadi krisis finansial dan kasus hukum yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir telah terjadi krisis finansial dan kasus hukum yang melibatkan kerugian bagi Negara, masyarakat luas, dan perusahaan hingga bubarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan diaudit oleh auditor eksternal. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (agency theory) Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan adalah asumsi going concern yaitu asumsi yang beranggapan bahwa perusahaan akan terus berjalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Kajian teori agensi pada penelitian opini audit going concern. principal (pemilik) mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Selain itu, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi bisnis yang akurat menjadi salah satu kebutuhan utama bagi para pelaku bisnis. Informasi ini diperlukan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going concern dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu dibagian ini juga dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Menurut Jansen dan Meckling (1976) yang dikemukakan oleh januarti (2008:8) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapat Auditor Penyampaian hasil audit dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit mengenai temuan-temuan audit yang ditemukan auditor independen terhadap auditee.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian disusul dengan krisis multidimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan penting di setiap negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 (dengan diberlakukan Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan didirikannya suatu entitas atau perusahaan selain untuk memperoleh laba ada juga tujuan serta tanggung jawab besar yang harus dibebankan oleh perusahaan. Tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang melibatkan manipulasi atas data keuangan perusahaan besar. Pada tahun 2011 publik dibuat terkejut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agen sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan

Lebih terperinci

Topik 3 : Laporan Akuntan

Topik 3 : Laporan Akuntan Topik 3 : Laporan Akuntan Tujuan : Setelah mempelajari topik ini mahasiswa mampu : 1. Menyebutkan jenis-jenis pendapat akuntan 2. Menyebutkan jenis-jenis laporan akuntan 3. Menjelaskan pertimbangan auditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krusial. Keputusan yang diambil dapat memiliki dampak baik atau buruk, oleh

BAB I PENDAHULUAN. krusial. Keputusan yang diambil dapat memiliki dampak baik atau buruk, oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, pengambilan keputusan adalah suatu hal yang sangat krusial. Keputusan yang diambil dapat memiliki dampak baik atau buruk, oleh karena itu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia pasar modal mengalami perkembangan yang pesat. Pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan memiliki suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory (Teory Keagenan) menurut Jensen dan Meckling (1979) dalam Mirna dan Indira (2007), menggambarkan adanya hubungan suatu kontrak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Asumsi kelangsungan usaha atau going concern adalah salah satu asumsi yang harus digunakan oleh manajemen dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini menjelaskan hubungan antara agen (manajemen usaha) dan principal (pemilik usaha). Agen diberi kewenangan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auditing 2.1.1. Pengertian Auditing Arens et.al. (2008 : 4) mendefenisikan auditing sebagai pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yaitu dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu akuntansi perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. keberlangsungan hidup perusahaan yang diaudit (auditee). Kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULAN. keberlangsungan hidup perusahaan yang diaudit (auditee). Kelangsungan hidup suatu 1 BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis, semakin banyak bermunculan kasus manipulasi data-data keuangan dari entitas bisnis yang berujung pada bangkrutnya entitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perusahaan go public, laporan keuangan merupakan sebuah hasil evaluasi kinerja yang menjadi acuan untuk proses operasi tahun berikutnya. Sedangkan bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan kontrak antara prinsipal dan agen dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang PENGARUH KUALITAS AUDITOR, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, KEBERADAAN KOMISARIS INDEPENDEN PADA KOMITE AUDIT, DEBT DEFAULT, DAN OPINION

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori agensi merupakan dasar yang digunakan perusahaan untuk memahami ketepatan waktu dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian disusul dengan krisis multidimensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) merupakan proses kontrak antara dua orang atau lebih dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB 2 LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi ( Agency Theory ) Jensen dan Meckling (1976) dalam Susanto (2009) menyatakan bahwa hubungan agensi sebagai suatu kontrak

Lebih terperinci

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualiied Opinion)

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualiied Opinion) Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualiied Opinion) Dikatakan pendapat wajar tanpa pengecualian

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang

BAB III METODA PENELITIAN. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang 27 BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan diharuskan untuk membuat laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan akuntansi yang menyediakan informasi keuangan (Reeve, Carl, Jonathan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sarana penting untuk mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Dalam Statement of Financial

Lebih terperinci

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT ADHI KARYA (PERSERO),TBK PERIODE 2007-2011 Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM :23209191 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Lebih terperinci

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern. Judul Nama : : Analisis Pengaruh Disclosure, Debt default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan mengenai konflik yang tercipta antara pihak manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Adanya hubungan kontrak antara pihak manajemen (agen) dengan pemilik entitas (prinsipal) telah digambarkan oleh Jensen dan Meckling (1976)

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR) Sri Wiranti Setiyanti Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Semarang Abstraksi Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan laporan audit. Opini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Auditing Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic auditing concept (1991 : 2), menyatakan pengertian auditing sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan perusahaan go public di Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan semakin meningkat. Perusahaan Go

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia. Pertumbuhan ini ditandai dengan semakin banyak dan berkembangnya perusahaan yang go public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kasus mengenai manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan jumlah bank di Indonesia begitu pesat dan menciptakan persaingan begitu besar, yang akhirnya menimbulkan praktik-praktik tidak sehat. Dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Jenis Opini Auditor Independen Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu

BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam ilmu akuntansi, perusahaan merupakan suatu entitas ekonomi yang berdiri sendiri yang berbeda dari pemiliknya. Entitas ekonomi ini dianggap akan terus

Lebih terperinci