Peneliti: Pengabdian Tiada Henti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peneliti: Pengabdian Tiada Henti"

Transkripsi

1 4 Peneliti: Pengabdian Tiada Henti

2 Karakteristik dan Pemanfaatan Batu Bara Slamet Suprapto Batu Bara Naik Kelas di tekmira Ketika awal saya masuk di tekmira, batu bara berada pada tingkatan seksi yaitu Seksi Batu Bara. Sedangkan lab batu bara berada langsung di bawahnya sebagai Subseksi Analisis. Sewaktu saya berangkat kuliah ke Australia, semua lab digabung menjadi lab pengujian sehingga batu bara menjadi subseksi. Ketika saya pulang dari Australia, ternyata sudah menjadi Seksi Batu Bara kembali. Sekitar awal tahun 1993 sampai 1994 ketika briket sedang naik daun, posisi Seksi Batu Bara naik menjadi Bidang Batu Bara. Kenaikan ini membuat Bidang Batu Bara setara dengan eselon tiga. Ketika itu, saya terlibat dalam persiapan pembentukan Bidang Batu Bara ini. Saya terlibat sebagai Tim yang merencanakan Seksi-Seksi yang dibutuhkan oleh Bidang Batu Bara yang baru terbentuk ini. Setelah dirumuskan, akhirnya ditetapkan Bidang Batu Bara membutuhkan empat Seksi. Seksi pertama adalah Seksi Karakterisasi Batu Bara yang mengurusi pengujian batu bara. Seksi kedua dan ketiga adalah Seksi Pengolahan Batu Bara dan Seksi Pembakaran Batu Bara. Sedangkan yang terakhir adalah Seksi Konversi Batu Bara. Seksi terakhir ini mengurusi pengubahan batu bara padat menjadi gas, cairan atau padatan lain yang menghasilkan energi lebih bersih. Setelah terumuskannya keempat Seksi itu, saya dijanjikan jabatan sebagai Kepala Seksi Pembakaran Batu Bara. Ketika mengetahuinya, saya merasa senang atas kesempatan ini. Rasa senang saya didasari oleh fakta bahwa pemanfaatan batu bara yang paling utama adalah sebagai bahan bakar. Di Indonesia pun, batu bara kebanyakan digunakan sebagai bahan bakar. Jadi, inilah kesempatan saya untuk mengimplementasikan ilmu saya untuk kemaslahatan yang jauh lebih luas. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Oleh karena itu, saya benarbenar menyiapkan diri untuk menyerap teknologi pembakaran batu bara. Saya pelajari buku-buku dan referensi-referensi yang saya kumpulkan dari berbagai sumber. Saya sampai mengusulkan pembuatan draf mengenai pembakaran batu bara. Saya mengajukan pengadaan alat simulasi untuk pengujian pembakaran batu bara. Pengajuan peralatan simulasi pembakaran batu bara ini disetujui dengan pembelian alat simulasi dari Australia. Saya sendiri diikutkan pada pelatihan pembakaran batu bara di Australia. 90

3 Peneliti: Pengabdian Tiada Henti Ikut Membidani Pengembangan Teknologi Batu Bara Masa Depan Setelah selesai mengikuti pelatihan di Australia selama dua minggu, saya pulang dengan rasa senang. Rasa senang saya ini tidak terlepas dari banyaknya bekal yang saya bawa. Bekal ini tentu akan berguna untuk pengembangan Seksi Pembakaran Batu Bara. Ketika saya sampai di tanah air, Bidang Batu Bara baru resmi dibentuk. Peresmian ini diikuti pula dengan pengangkatan Kepala Bidang dan Kepala Seksi. Terjadilah hal yang tidak saya harapkan. Ternyata saya tidak diangkat sebagai Kepala Seksi Pembakaran Batu Bara seperti yang dijanjikan. Alih-alih saya malah ditempatkan sebagai kepala Seksi Konversi Batu Bara. Saya pun sedikit protes ke atasan saya, Kepala Bidang. Saya memertanyakan keputusan ini, mengapa saya yang sudah dijanjikan dan bahkan telah menyiapkan banyak hal terkait pembakaran batu bara, malah ditempatkan di posisi lain? Ditambah lagi, dengan ditempatkannya saya di Seksi Konversi Batu Bara, berarti saya harus memelajari lagi semuanya dari awal. Jawaban Kepala Bidang atas protes saya cukup meredakan kegundahan hati. Beliau menjelaskan bahwa justru energi batu bara saat ini, intinya terletak di konversi. Beberapa tahun ke depan, clean coal technology akan berlandaskan pada konversi batu bara. Setelah hati mulai tenang, saya pun mengumpulkan referensi konversi batu bara dari berbagai sumber. Setelah saya telaah berbagai referensi, saya mendapati bahwa ternyata pernyataan atasan saya benar. Teknologi batu bara bersih tidak dilakukan melalui pembakaran batu bara tetapi menggunakan konversi. Saya pun akhirnya menerima posisi saya dengan ikhlas karena menyadari inilah tempat yang tepat bagi saya. Konversi batu bara memiliki tiga poin utama: mengubah batu bara menjadi gas, mengubah batu bara menjadi cairan seperti bahan bakar minyak, atau mengubah batu bara menjadi padatan, misalnya kokas. Tiga poin inilah yang terus saya pelajari ketika menjadi Kepala Seksi. Meskipun saya menjadi Kepala Seksi, ketika itu, saya masih terlibat dalam berbagai proyek penelitian. Bahkan pada tahun 1994, saya dipercaya sebagai Kepala Tim Gasifikasi Batu Bara. Keterlibatan saya untuk tidak segan turun langsung menangani penelitian, Alhamdulillah, membuat saya memiliki pengetahuan yang lebih di bidang gasifikasi batu bara dibanding ilmu lain. 91

4 Karakteristik dan Pemanfaatan Batu Bara Slamet Suprapto Selain tentu saja, ilmu karakterisasi batu bara yang merupakan ilmu dasar untuk menguasai batu bara. Saat ini, konversi batu bara sedang ramai diteliti. Contoh penerapan teknologi konversi yang sukses dapat dilihat di negara Afrika Selatan. Di Afrika Selatan konversi batu bara telah berlangsung sangat maju. Di sana batu bara dicairkan terlebih dulu untuk kemudian diproses menjadi BBM. Pembuatan BBM atau pencairan batu bara sendiri dapat langsung dilakukan dengan mencairkan batu bara menjadi syntethic crude oil atau melalui proses gasifikasi menjadi gas terlebih dahulu. Gas hasil gasifikasi ini, selain untuk pembuatan BBM, dapat juga digunakan langsung sebagai bahan bakar atau pembuatan bahan kimia seperti pupuk. Bercermin dari kisah sukses di Afrika Selatan, saya kira teknologi konversi yang harus dikembangkan di Indonesia adalah teknologi gasifikasi batu bara atau teknologi pencairan batu bara. Sedangkan pembakaran batu bara secara langsung harus dikurangi karena akan menimbulkan protes dunia. Protes ini tidak terlepas dari efek pembakaran batu bara secara langsung yang menimbulkan dan menambah polusi lingkungan. Saya pernah mengikuti training dua bulan di Amerika tentang clean coal technology. Pembakaran batu bara akan menghasilkan partikel abu dan gas SOx serta NOx (gas yang menjadi penyebab terjadinya hujan asam). Clean coal technology bertujuan untuk membakar batu bara tanpa menghasilkan ketiga polutan yang mengganggu lingkungan ini. Selama training di Amerika, saya memelajari teknologi baru untuk mewujudkan clean coal technology ini. Salah satunya adalah fluidisasi yang dapat mengurangi emisi SOx dan NOx pada pembakaran batu bara. Tetapi, kini clean coal technology lebih menekankan kepada pengurangan CO 2 dan Hg (merkuri) selain ketiga polutan itu. Di Indonesia sendiri, peraturan lingkungannya baru mengakomodasi pembatasan emisi SOx, NOx, dan partikulat abu. Sedangkan aturan pembatasan CO 2 dan merkuri belum dilakukan. Di negara-negara maju, peraturan khusus ini telah diberlakukan. Pengurangan emisi CO 2 dari pembakaran bahan bakar tidak terlepas dari isu pemanasan global. Saat ini CO 2 merupakan tersangka utamanya. Sehingga pengurangan emisis CO 2 diharapkan dapat mengerem sejenak efek pemanasan global ini. 92

5 Peneliti: Pengabdian Tiada Henti Sedangkan pengurangan emisi merkuri berkaitan dengan isu kesehatan. Volatil merkuri mudah menguap ke udara, sehingga ketika batu bara yang mengandung merkuri dibakar, volatil merkuri ini akan lepas ke udara. Volatil merkuri ini kemudian menempel di partikel fly ash. Jika partikel ini terhirup oleh manusia, kemudian masuk ke paru-paru dan darah, yang selanjutnya dapat terjadi adalah keracunan merkuri. Dalam Protokol Kyoto, Indonesia tidak memiliki keharusan untuk mengurangi CO 2 karena termasuk ke dalam negara berkembang yang masih diperbolehkan menggunakan bahan bakar fosil. Sehingga ketika Indonesia bisa mengurangi emisi CO 2, Indonesia mendapatkan kredit karbon. Ketika terakhir saya ke Amerika pada tahun 2008, Amerika sudah memiliki peraturan mengenai pembangunan PLTU berbahan bakar batu bara. Setiap PLTU berbahan batu bara yang akan dibangun, tidak diperbolehkan menggunakan teknologi konvensional. Teknologi konvensional ini contohnya seperti yang digunakan di Indonesia saat ini, yang batu baranya masih sekedar dibakar. PLTU baru itu harus menggunakan Integrated Coal Gasification Combine Cycle (IGCC). Teknologi IGCC memproduksi gas dari batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik dan energi panas yang terbuang (waste energy) juga digunakan untuk membangkitkan listrik. Di Indonesia teknologi ini belum dapat diterapkan karena masih tergolong mahal. Negara-negara bagian di Amerika memberlakukan syarat ketat dalam pembangunan PLTU baru, selain tidak boleh memakai teknologi konvensional, juga membatasi CO 2 maksimum yang boleh diemisikan. Berdasarkan uraian saya sebelumnya, terlihat bahwa masa depan batu bara terletak pada clean coal technology. Kemudian ketika berbicara clean coal technology, kunci utamanya berada pada gasifikasi batu bara. Bahan bakar cair seperti yang dihasilkan dari batu bara di Afrika Selatan sekalipun harus melalui proses gasifikasi terlebih dahulu. Gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi, syngas, kemudian baru diubah menjadi bahan bakar cair. Teknologi yang menghasilkan bahan bakar minyak dari batu bara secara langsung, saat ini masih belum komersial. Pengetahuan saya mengenai karakteristik batu bara, termasuk dari sisi petrografi dan analisis kimia, membuat saya lebih mengetahui jenis batu 93

6 Karakteristik dan Pemanfaatan Batu Bara Slamet Suprapto bara dan pemanfaatannya yang paling tepat. Jadi, ketika akan menggunakan teknologi gasifikasi misalnya, maka saya dapat mencari teknologi yang cocok dengan karakteristik batu bara yang digunakan. Ini sangat membantu saya ketika mengembangkan teknologi gasifikasi yang cocok untuk batu bara Indonesia. Menjadi Ahli Batu Bara di TekMIRA Sekitar tahun 2000-an posisi struktural di tekmira dihilangkan. Hal ini menyebabkan penelitian batu bara yang sebelumnya berada di bawah Bidang Batu Bara berubah menjadi kelompok fungsional. Saat itu kami berada langsung di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang ESDM). Walaupun penelitian batu bara berubah menjadi Kelompok Fungsional, tetap saja sistem fungsionalnya mirip dengan sistem struktural karena terdapat koordinator kelompok atau biasa disebut Korkel. Setelah menjadi kelompok fungsional, semua Peneliti batu bara dimasukkan ke dalam Kelompok Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batu Bara. Ketika itu Koordinator Kelompok pertamanya adalah Pak Bukin. Korkel ini dipilih dua tahun sekali. Pemilihan dilakukan secara internal dan dipilih oleh setiap anggota Peneliti. Koordinator terpilih ini kemudian akan dikukuhkan oleh Pimpinan sebagai Korkel. Penelitian pun Perlu Kepala Suku Dalam pemilihan Koordinator Kelompok yang kedua, sebenarnya saya sudah enggan mengikutinya. Tetapi, atas dorongan teman-teman, saya pun akhirnya mengikuti pemilihan Korkel ini. Ternyata, di pemilihan korkel kedua ini, saya terpilih menjadi Koordinator Kelompok. Koordinator Kelompok ini hampir mirip dengan kepala bidang yang menaungi kelompok di bawahnya. Kelompok ini terdiri atas Kelompok Karakterisasi, Pengolahan, Pembakaran, dan Konversi. Meskipun hampir setara dengan bidang, tetapi karena jabatannya fungsional, Korkel tidak diberi SK Menteri dan tunjangan jabatan. Ketika saya menjadi Korkel dan membawahi empat Kelompok Penelitian, saya mewajibkan diri saya untuk mempelajari keempat jenis penelitian ini 94

7 Peneliti: Pengabdian Tiada Henti dari awal lagi. Saya tidak ingin menjadi Korkel yang hanya menguasai satu atau dua Kelompok Penelitian saja. Ini ternyata membutuhkan kerja keras karena ternyata banyak sekali yang harus saya pelajari. Cara belajar yang saya kembangkan dari dahulu adalah belajar secara otodidak. Apa yang saya dapatkan selama kuliah, terutama di Australia, saya jadikan dasar pijakan untuk menyokong perkembangan belajar saya. Tetapi, lebih banyak belajar ternyata membantu saya ketika menghadapi masalah-masalah yang terjadi di dalam atau di antara Kelompok-Kelompok Penelitian ini. Ini merupakan bagian dari tugas saya sebagai Korkel yaitu memimpin penelitian dan bertanggung jawab memberikan pemecahan masalah-masalah penelitian di keempat Kelompok Penelitian. Sebelum diangkat sebagai Korkel, saya menerima kursus manajemen tingkat dua sebagai dasar kenaikan peringkat menjadi eselon tiga. Jabatan Koordinator Kelompok sebenarnya setara dengan eselon tiga, tetapi tidak resmi. Pada 1998, saya juga mengikuti kursus kepemimpinan jabatan sebagai eselon tiga. Tetapi, waktu pergantian jabatan di bidang batu bara, yang masuk sebagai eselon tiga orang dari luar tekmira, bukan saya. Banyak yang menyangka saya yang akan masuk. Saya sendiri pada dasarnya kurang tertarik untuk menjadi eselon tiga, karena harus mengurus dan mengatur orang. Saya lebih suka mengurus penelitian yang sesuai dengan tugas dan bidang yang saya tekuni. Setelah terpilih menjadi Korkel, saya menegaskan, tidak mau lagi mengurus orang dan ingin fokus ke diri sendiri dulu. Meskipun demikian, selama menjadi Korkel, saya merasa beruntung karena saya menjadi lebih terpacu banyak belajar untuk memahami berbagai masalah. Hal ini membuat ilmu batu bara saya semakin mendalam dan terus bertambah. Hal lain yang menjadi faktor mendalamnya ilmu batu bara saya adalah karena di tekmira saya fokus di batu bara. Dari sejak pertama masuk di bidang batu bara pada tahun 1972, saya belum pernah berpindah ke bidang lain. Dan di tekmira, belum ada orang lain yang lebih lama menekuni batu bara selain saya. TekMIRA menaungi bidang mineral, batu bara, penelitian tambang, dan kebijakan. Sehingga tak jarang, para Peneliti diputar posisinya dari satu bidang ke bidang lainnya. Contohnya adalah salah satu senior saya yang masuk sebagai analis, posisinya terus diputar dari satu bidang ke bidang lainnya. 95

8 Karakteristik dan Pemanfaatan Batu Bara Slamet Suprapto Alasan kenapa saya bertahan dan tidak pernah berpindah saya kira disebabkan kondisi saya yang tidak mungkin berpindah. Sejak awal saya begitu fokus di batu bara. Sehingga jika saya harus pindah, saya harus memulai segalanya dari nol kembali. Kebetulan, saya juga tidak pernah ditawari untuk pindah. Kepada generasi Peneliti di bawah saya, bahkan ke anak saya, saya selalu mengatakan, kalau saya pindah pasti harus mengawali dari nol. Selama saya menjadi Koordinator Kelompok banyak penelitian yang saya terlibat di dalamnya. Contohnya saja penelitian mengenai pembuatan kokas, underground coal gasification (UCG), dan gasifikasi. UCG adalah proses gasifikasi batu bara secara in situ, langsung di tempat sumber batu bara berada. Jadi, gas dihasilkan tanpa perlu ditambang. Contohnya adalah rencana proyek PT. BA di penambangan batu bara Ombilin yang sudah hampir habis batu baranya. Batu bara di Ombilin rencananya akan diolah dengan UCG sehingga gasnya dapat digunakan untuk PLTU Ombilin. PT. BA kemudian meminta tekmira untuk melakukan analisis kelayakan UCG di Ombilin. Analis kami berdasarkan data UCG dari Turkistan memberikan hasil bahwa UCG di Ombilin tidak layak karena wilayahnya penuh patahan. Kalau gas hasil gasifikasi masuk ke patahan maka akan terjadi rembesan gas ke mana-mana. Proyek PT. BA ini akhirnya dibatalkan setelah menerima hasil analisis kami. Peneliti pun Membutuhkan Soulmate Koordinator kelompok pertama, Pak Bukin, adalah rekan saya saat kami bersama-sama kuliah di Australia. Beliau pernah menjadi Kepala Pusat (Kapus). Ketika ingat beliau, saya terkadang merasa sedikit geli. Ketika beliau menjadi Kapus, beliau sering menjadikan saya sebagai tempat bertanya. Padahal kami sama-sama berlatar belakang geologi batu bara dan kuliah di Wollongong. Tetapi, setelah saya pikir-pikir lebih jauh, saya menyadari bahwa ternyata saya secara tidak langsung dimanfaatkan oleh Pak Bukin. Ini tidak terlepas dari latar belakang keilmuan kami yang berbeda. Studi S2 saya fokus di bidang petrografi. Teknologi batu bara banyak prosesnya tetapi hanya petrografi yang dengan jelas mengkarakterisasinya. Sedangkan beliau lebih fokus ke pembentukan batu bara. Pembentukan batu bara dapat dihubungkan kepada lingkungan geologi ketika batu bara 96

9 Peneliti: Pengabdian Tiada Henti terbentuk. Padahal teknologi pemanfaatan batu bara untuk ke depannya akan lebih banyak membahas masalah proses. Hal ini menyebabkan beliau seringkali bertanya kepada saya. Dan di sinilah saya merasakan manfaat akan kayanya referensi yang saya miliki. Kepercayaan diri saya semakin bertambah karena saya juga memiliki latar belakang kimia. Ketika beliau sedang rapat untuk memutuskan sesuatu atau sedang ada tamu, selalu beliau mengontak saya terlebih dahulu. Dan ketika beliau mengontak, saya selalu siap. Keuntungan dari sikap beliau yang mengandalkan saya adalah lebih memacu saya untuk belajar lebih banyak. Saya banyak mengandalkan google untuk menemukan sumber informasi dan referensi, namun terkadang tidak semua orang mengerti dengan informasi yang ditemukan. Bagaimana pun, dasar yang saya miliki, kimia dan petrografi, membantu saya untuk mempercepat pemahaman terhadap informasi yang saya dapatkan dari google. Menjadi Pengajar dan Banyak Belajar Saya sering diminta oleh Pusdiklat Mineral dan Batu bara untuk menjadi Pengajar. Saya pernah mengajar di Pusdiklat ini selama delapan angkatan. Hal ini disebabkan saya banyak mengumpulkan data, informasi dan referensi tentang pembakaran batu bara. Pokoknya setiap ada pengetahuan atau buku yang berkaitan dengan batu bara selalu saya kumpulkan. Dan ini terasa manfaatnya ketika saya menjadi pengajar teknologi batu bara. Gambar 4.1 Suasana FGD Pemanfaatan Kebatubaraan 97

10 Karakteristik dan Pemanfaatan Batu Bara Slamet Suprapto Selain di Pusdiklat saya juga sering diminta menjadi pemateri di pabrik-pabrik tekstil, berbagai Pemerintahan Daerah (Pemda) seperti Pemda Bandung, Pemda Jawa Barat dan KLH (Komisi Lingkungan Hidup) dalam penanganan limbah pembakaran batu bara. Saya ketika itu diminta untuk memberikan seminar atau workshop tentang bagaimana seharusnya pembakaran batu bara agar sisa pembakarannya tidak merusak lingkungan. Pabrik tekstil menggunakan batu bara untuk bahan bakar boiler yang digunakan dalam proses pembuatan kain. Penggunaan batu bara untuk boiler harus menggunakan desain yang khusus sesuai dengan sumber batu baranya. Hal ini disebabkan setiap batu bara dari sumber yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda pula. Contohnya adalah PLTU Suralaya yang memiliki desain boiler yang sesuai dengan batu bara yang digunakannya sehingga limbahnya bisa dimanfaatkan. Pada awalnya abu batu bara dari PLTU Suralaya menumpuk namun setelah diadakan penelitian yang menunjukan abu batu bara sisa pembakaran PLTU Suralaya menunjukan hasil yang bagus, tumpukan itu lambat-laun habis bahkan sekarang sudah memiliki nilai ekonomis. Abu ini digunakan biasanya untuk bahan baku pabrik semen, pembuatan batako dan pembuatan jalan. Abu ini dapat dimanfaatkan karena proses pembentukannya sempurna juga sumber batu baranya tetap sehingga kualitas dan komposisinya terjaga. Tema seminar untuk Pemda-Pemda yang biasa saya isi meliputi green coal technology, pengolahan batu bara, sampai ke analisis batu bara. Saya mengisi seminar terutama kepada Pemda-Pemda penghasil batu bara seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Manfaat seminar-seminar saya bagi Pemda biasanya adalah agar mereka memiliki wawasan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan kebijakan kebatu baraan. Saya juga pernah memberikan workshop untuk memecahkan masalah dan membuat SOP untuk pengoperasian PLTU Suralaya. Hal ini berkaitan dengan terjadinya ledakan di PLTU baru di Suralaya. Ternyata solusi masalahnya bisa saya temukan di internet. Selama ini kalau ada kebakaran selalu dikaitkan dengan segitiga api: sumber bahan bakar, udara dan panas. Tetapi kalau di Suralaya bukan segitiga, tapi pentagon, segilima. Jadi ada tambahan dua sumber penyebab kebakaran. Salah satunya adalah partikel halus yang terkungkung, jadi kalau ada partikel halus tertutup rapat, bisa menyebabkan 98

11 Peneliti: Pengabdian Tiada Henti ledakan. Hal ini terutama terjadi kalau digunakan batu bara muda yang memilki sifat mudah hancur sehingga terbentuk partikel halus. Partikel halus dalam ruang tertutup seperti bin (tempat penyimpanan) batu bara kemudian ada sumber api, dapat menyebabkan terjadi ledakan. Nah inilah yang terjadi di PLTU Suralaya. Workshop ini berlangsung selama empat hari untuk mengajar orang-orang dari Indo Power. Saya seringkali mendapatkan pemecahan masalah atau pengetahuan baru berkaitan dengan teknologi batu bara melalui internet. Internet bagi saya sangat bermanfaat. Hal ini ditambah lagi dengan dasar keilmuan saya yang memudahkan saya dalam menerjemahkan setiap informasi yang saya dapatkan dari internet untuk dijadikan solusi pemecahan masalah atau pengetahuan baru di bidang teknologi batu bara. Penyusun Kamus Penambangan dan Teknologi Batu Bara Saya juga menjadi anggota penyusun kamus pertambangan batu bara sekitar tahun 2000-an. Jadi saya membuat dan menyusun bahan untuk di kamus itu nantinya. Bahan-bahan itu sebenarnya sudah tersedia karena setiap ada ilmu dan pengetahuan baru, saya selalu mengumpulkan dan menyusunnya. Sehingga ketika proses penyusunan kamus ini saya tinggal menggunakan bahan yang sudah ada. Saya memutuskan untuk ikut terlibat dalam penyusunan kamus ini karena saya merasa ada tujuan mulia dibaliknya. Kamus Pertambangan ini disusun untuk menyeragamkan pengertian terhadap suatu istilah yang banyak dipergunakan di lingkungan sub-sektor pertambangan (non migas), sehingga dapat membantu dan memperlancar komunikasi semua pihak yang berkepentingan. Belum lagi latarbelakang dari penyusunan kamus ini didorong oleh adanya kenyataan bahwa kegiatan di bidang pertambangan akhir-akhir ini meningkat pesat. Arus informasi dalam bidang pertambangan pun bertambah cepat baik dalam bentuk karya tulis ilmiah diberbagai media cetak atau elektronik maupun melalui pertemuan-pertemuan ilmiah. Sehingga penyusunan kamus yang memuat pengertian atau penjelasan berbagai istilah yang berkaitan dengan bidang pertambangan umum adalah hal yang tepat 99

12 Karakteristik dan Pemanfaatan Batu Bara Slamet Suprapto untuk menampung sekaligus rujukan bagi yang ingin berkomunikasi serta berkepentingan dengan bidang pertambangan. Gambar 4.2 Suasana Rapat Penyusunan Kamus Penambangan dan Teknologi Batubara Penyusunan kamus ini juga melibatkan pakar-pakar dari berbagai disiplin ilmu seperti bahasa, teknik pertambangan umum, teknik eksplorasi teknik geologi, teknik aksploitasi, teknik metalurgi, dan pakar ekonomi. Sedangkan anggota penyusunnya sendiri diambil dari berbagai unit kerja maupun Perguruan Tinggi yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang diperlukan. Setelah proses penyusunan selesai ternyata saya yang paling banyak membuat bahan. Saya sedikit berbangga juga karena ilmu yang saya kumpulkan ternyata akan dirasakan manfaatnya oleh kalangan yang lebih luas. Kemudian saya baru tahu ternyata ada honor yang diberikan untuk para penyusun kamus ini. Honornya ini ternyata diberikan per kata atau per istilah. Jadi saya yang paling banyak mendapatkan honor ini. Padahal awalnya saya tak pernah terpikir mengenai honor, yang ada dalam pikiran saya adalah ini sesuatu yang mengasyikan karena saya bisa berbagi ilmu yang telah lama saya kumpulkan. 100

13 Peneliti: Pengabdian Tiada Henti Menjaga Substansi Penelitian Saat Menjadi Editor Karya Tulis Ilmiah Saya juga menjadi penulis karya ilmiah baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Selain menjadi penulis saya juga menjadi editor karya ilmiah. Saya menjadi editor dua jurnal ilmiah, yaitu jurnal tekmira dan Jurnal Indonesia Mining. Ada dua jenis editor, yang pertama adalah editor isi atau substansi sedangkan yang kedua adalah editor materi, seperti bahasa, format dan tata cara penulisannya. Walaupun saya sebenarnya lebih cocok menjadi editor kedua, tetapi saya kadang diminta untuk menjadi editor pertama jika karya ilmiah itu berkaitan dengan batu bara. Batu bara adalah bidang yang saya tekuni dan dalami sehingga menurut saya, saya layak untuk mengedit isi karya ilmiah mengenai batu bara. Prosedur penerbitan karya tulis ilmiah ke jurnal ilmiah biasanya melewati dua tahapan. Tahapan pertama, setelah karya ilmiah diterima, langsung diedit kesesuaian isi dan nilai keilmiahannya oleh editor pertama. Setelah editor pertama meloloskan, maka karya ilmiah ini dikirim ke editor kedua untuk pengeditan bahasa, format, dan tata cara penulisannya. Secara otoritas, yang berhak menolak naskah karya tulis ilmiah adalah editor pertama karena editor kedua hanya mengedit bahasa dan formatnya saja. Ketika saya menjadi editor kedua, ketika ada naskah karya ilmiah yang masuk mengenai batu bara, saya selalu juga menelisik isi naskahnya. Jika saya merasa isinya ada yang tidak sesuai, langsung saya hubungi editor kepala. Saya bertanya kepada editor kepala, sebagai editor kedua, boleh tidak saya menolak naskah terlebih dahulu untuk naskah yang telah lolos dari editor pertama. Ternyata saya diperbolehkan menolak naskah selama naskah itu memang isinya tidak sesuai. 101

14 Karakteristik dan Pemanfaatan Batu Bara Slamet Suprapto Gambar 4.3 Suasana Rapat Redaksi Para Editor Jurnal tekmira Selama menjadi editor saya tak pernah menolak tulisan, saya selalu menempatkan diri sebagai pembimbing. Tetapi kalau komentar dan koreksi saya susah kemudian mereka tidak mengerti dan tidak membalas, ya sudah, tulisannya tak akan kembali lagi. Banyak pengalaman unik ketika saya menjadi editor. Salah satunya adalah ketika saya harus memeriksa naskah karya ilmiah atasan saya dahulu yang kini sudah pensiun. Ketika menjabat, beliau adalah atasan yang ditakuti karena ketegasan dan ilmunya. Beliau masih mengajar dan ingin meraih gelar profesornya. Maka beliau ini mengirim tulisannya untuk diterbitkan di jurnal tekmira. Ketika saya memeriksanya, ternyata banyak tulisan yang isinya tidak cukup mengena. Saya pun banyak memberikan koreksi terhadap tulisannya. Mungkin beliau tidak terlalu menguasai teknologi terbaru sehingga saya melihat masih ada kekurangan dalam tulisannya. Menjadi Evaluator dan Scientific Board tekmira Setiap organisasi tentu memerlukan badan yang memberikan pengarahan dan pengawasan untuk menjaga agar organisasi itu tidak melenceng dari tujuan yang hendak di capai. Pada organisasi bisnis misalnya, ada Dewan Komisaris yang bertugas memberikan arahan, pengawasan dan penilaian 102

15 Peneliti: Pengabdian Tiada Henti atas kinerja direksi. Anggota Dewan Komisaris biasanya terdiri atas orangorang yang dipilih karena dianggap memiliki kemampuan dan pemahaman mengenai usaha inti organisasi bisnis itu. Begitu pula dengan organisasi penelitian dan pengembangan, tentunya membutuhkan badan seperti ini pula. Badan ini, yang terdiri dari para ahli senior yang kompeten dan mumpuni di bidangnya, dikenal sebagai Scientific Board atau Dewan Ilmiah. Bentuk masukan itu bisa dalam perumusan dan penyusunan rencana strategis lembaga, kebijakan teknis, penilaian program penelitian, evaluasi penyelenggaraan penelitian, dan penilaian hasil penelitian. Masukan, evaluasi, dan penilaian-penilaian tersebut akan menjadi acuan bagi manajemen lembaga untuk mengambil keputusan. Penilaian dilakukan secara periodik dengan jadwal yang disusun oleh manajemen lembaga. Scientifik Board di tekmira memiliki fungsi utama membantu Kapus dalam memecahkan masalah kelitbangan atau isu-isu strategis mengenai teknologi mineral dan batu bara. Saya menjadi anggota Scientific Board selama tiga tahun. Yang unik dari Scientific Board di tekmira adalah fungsinya yang kadang menjadi sangat luas. Sampai-sampai setiap ada masalah pelik di tekmira, orang-orang selalu merujuk pemecahannya pada Scientific Board. Setidaknya ada tiga anggota Scientific Board yang paling sering diminta pendapatnya ketika ada permasalahan pelik di tekmira, yaitu Pak Bukin, Bu Nani dan saya sendiri. Disebabkan oleh alasan inilah kami bertiga sering kali diundang dalam berbagai rapat, baik di internal tekmira maupun rapat Pusat di Balitbang ESDM. Saya termasuk orang yang vokal dan kritis ketika rapat sehingga sering membuat gerah para peserta rapat yang tak senang dikritik. Ini memang sudah menjadi prinsip saya ketika menghadiri suatu pertemuan: saya harus bersuara! Tetapi, jika saya merasa saya tidak perlu, tidak bermanfaat, atau tidak penting suara saya, saya diam. Selain Scientific Board, di tekmira juga ada badan evaluator. Evaluator memiliki fungsi untuk mengevaluasi setiap perencanaan, keberjalanan dan pelaksanaan rencana tekmira. Di tekmira saya banyak berperan sebagai evaluator penelitian. Evaluator penelitian memiliki tugas untuk menilai 103

16 Karakteristik dan Pemanfaatan Batu Bara Slamet Suprapto kelayakan TOR dan rencana penelitian yang akan diadakan tekmira. Evaluator penelitian melakukan evaluasi mulai dari TOR awal, pemantauan pelaksanaan penelitian dan evaluasi terhadap hasil akhir penelitian. Selain sebagai Evaluator penelitian saya juga menjadi evaluator pengadaan peralatan, Auditor ISO, dan Auditor laboratorium. Dalam mengevaluasi rencana penelitian, saya memiliki beberapa kriteria yang dinilai. Kriteria itu meliputi latar belakang penelitian, metodologi, anggaran, literatur, dan lain sebagainya. Setiap kriteria ini memiliki nilai poin tertentu, dengan jumlah poin tertinggi sampai 1000 poin. Bagi saya sendiri, kunci evaluasi rencana penelitian adalah pada latar belakang penelitiannya, kenapa penelitian ini harus dilakukan? Jika setelah dievaluasi ternyata latar belakangnya kurang kuat, maka poin-poin untuk kriteria lainnya saya turunkan sehingga jumlah poin keseluruhannya kurang dari 500 poin yang berarti penelitian itu belum layak untuk dilaksanakan. Bagi saya ide utama penelitian itu ada pada latar belakang rencana penelitian. Dari kekuatan ide utama itulah saya dapat menentukan layak tidaknya suatu penelitian. Lain halnya jika latar belakang penelitiannya sudah layak, maka kriteria lainnya walaupun masih kurang, akan berusaha saya luluskan. Tapi, tak sembarang saya luluskan karena saya pasti akan memberikan masukan agar kriteria-kriteria lainnya menjadi layak. Saya akan memberikan bimbingan misalnya soal pembuatan anggaran yang baik, literaratur mana yang cocok untuk penelitiannya sampai ke metodologi seperti apa yang tepat untuk penelitian. 104

Karakteristik dan Pemanfaatan. Batu Bara. Solusi dalam Keberlimpahan Batu Bara di Indonesia. Slamet Suprapto

Karakteristik dan Pemanfaatan. Batu Bara. Solusi dalam Keberlimpahan Batu Bara di Indonesia. Slamet Suprapto Karakteristik dan Pemanfaatan Batu Bara Solusi dalam Keberlimpahan Batu Bara di Indonesia Slamet Suprapto Pengantar Pengetahuan adalah milik publik sehingga setiap orang berhak memilikinya dan mengambil

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari total sumber daya batubara Indonesia sebesar lebih kurang 90,452 miliar ton, dengan cadangan terbukti 5,3 miliar ton [Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281.

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sumber daya berupa bahan tambang di Indonesia bisa dikatakan melimpah. Salah satunya adalah batubara. Indonesia merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi merupakan wilayah laut. Di dalamnya terkandung berbagai sumber daya alam yang sangat besar dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara, Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik menjadi kebutuhan utama manusia baik sektor rumah tangga, industri, perkantoran, dan lainnya. Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Tambang dan Pengolahan Bahan Galian dengan Akademi Geologi dan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Tambang dan Pengolahan Bahan Galian dengan Akademi Geologi dan 7 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara disingkat Puslitbang tekmira, lahir dari penggabungan Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 JUDUL PENELITIAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) 1.2 LATAR BELAKANG MASALAH Penggunaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); - 2-3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan bahan bakar fosil ini semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN l.1 LATAR BELAKANG Konsumsi per kapita sumber energi non terbarukan di bumi yang meliputi gas, minyak bumi, batu bara, merupakan salah satu kekayaan ekonomi yang dimiliki suatu Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan masyarakat pada energi terus meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan yang terus meningkat mendorong para peneliti untuk terus berinovasi menciptakan teknologi-teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tentang penilaian energi. Hal-hal yang melatarbelakangi dan tujuan dari penelitian dijelaskan pada bagian ini. 1.1. Latar Belakang Energi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Produktivitas merupakan satu hal yang sangat penting bagi perusahaan sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran produktivitas dilakukan

Lebih terperinci

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan saat ini konsumsi meningkat. Namun cadangan bahan bakar konvesional yang tidak dapat diperbahurui makin menipis dan akan

Lebih terperinci

APA ITU GLOBAL WARMING???

APA ITU GLOBAL WARMING??? PEMANASAN GLOBAL APA ITU GLOBAL WARMING??? Pemanasan global bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan Bumi selama beberapa kurun waktu. Atau kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Limbah merupakan sisa yang tidak digunakan pada proses pengolahan suatu industri atau pabrik. Salah satu industri penghasil limbah batubara adalah industri oleokimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua. membuat peningkatan konsumsi bahan bakar fosil dan membuat volume

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua. membuat peningkatan konsumsi bahan bakar fosil dan membuat volume BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua masalah utama bagi pemerintah saat ini. Pertumbuhan penduduk membuat peningkatan konsumsi bahan bakar

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. listrik menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Sumber energi yang digunakan untuk pembangkitan listrik perlu diperhatikan

BAB I 1 PENDAHULUAN. listrik menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Sumber energi yang digunakan untuk pembangkitan listrik perlu diperhatikan BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Banyak sekali masyarakat yang bergantung pada tenaga listrik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam terutama energi fosil, bukanlah kekayaan yang terus tumbuh dan bertambah, tetapi ketersediannya sangat terbatas dan suatu saat akan habis (ESDM,2012).

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP, PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable).jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun batu

Lebih terperinci

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri.

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri. BAB.I 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri. Bentuk limbah pada dasarnya cair atau padat yang jumlahnya cukup besar tergantung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika konsumsi domestik bahan bakar minyak terus meningkat. sehingga membawa Indonesia sebagai net oil importet, dimana kita

BAB I PENDAHULUAN. Ketika konsumsi domestik bahan bakar minyak terus meningkat. sehingga membawa Indonesia sebagai net oil importet, dimana kita BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ketika konsumsi domestik bahan bakar minyak terus meningkat sehingga membawa Indonesia sebagai net oil importet, dimana kita ketahui energi fosil merupakan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Konsumsi Ekspor Impor Gambar 1.1 Grafik konsumsi dan produksi minyak di Indonesia (Kementrian ESDM, 2011) 1

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Konsumsi Ekspor Impor Gambar 1.1 Grafik konsumsi dan produksi minyak di Indonesia (Kementrian ESDM, 2011) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting bagi kehidupan manusia pada saat ini. Kebutuhan akan energi yang begitu besar pada kehidupan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan produksi pertambangan batu bara sebagai sumber energi tak terbaharukan (non renewable energy resources) di Indonesia sampai saat ini cukup pesat. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran. 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU TUGAS AKHIR ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU Disusun : HENDRO DWI SAPTONO NIM : D 200 050 116 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MEI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. Dewasa ini, penurunan kualitas lingkungan menjadi bahan petimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pembangunan infrastruktur bidang teknik sipil berkembang sangat pesat. Peningkatan pembangunan tersebut merupakan upaya memenuhi kebutuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan batubara merupakan kegiatan industri yang penting di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang melimpah adalah batubara. Cadangan batubara

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era yang serba modern seperti saat ini, energi merupakan salah satu hal penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era yang serba modern seperti saat ini, energi merupakan salah satu hal penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era yang serba modern seperti saat ini, energi merupakan salah satu hal penting dikehidupan manusia, karena konsumsi energi untuk kebutuhan manusia sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rasio elektrifikasi di Indonesia pada akhir 2012 telah mencapai 75,83% atau naik hampir 2,9% dibandingkan dengan rasio elektrifikasi pada 2011, yakni sebesar 72,93%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan berbagai sektor di wilayah Indonesia saat ini sedang tumbuh pesat. Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan akan energi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan manusia yang harus dipenuhi secara global juga meningkat termasuk kebutuhan akan energi. Kemajuan dibidang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur

Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur F.4 Drs. Hasnedi, M.Si. BadanPengkajiandanPenerapanTeknologi 2012 LATAR BELAKANG Keputusan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR Grata Patisarana 1, Mulfi Hazwi 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI Abstraksi Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Pada masa mendatang, produksi batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konsumsi bahan bakar di Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri. Dalam kurun waktu 10-15 tahun kedepan cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan energi di dunia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, sementara itu akses energi yang handal dan terjangkau merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional)

LAMPIRAN. Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional) L 1 LAMPIRAN Transkrip Wawancara A. Pertanyaan Dan Jawaban Dua Direktur Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional) Pertanyaan untuk dua direktur : 1. Bagaimana gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam kehidupan sehari-hari bahan bakar minyak masih menjadi pilihan utama sehingga akan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengganti sumber tenaga pada pembangkit uap/boiler dari Industrial Diesel

BAB I PENDAHULUAN. telah mengganti sumber tenaga pada pembangkit uap/boiler dari Industrial Diesel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sangat diperlukan tenaga kerja agar dalam melakukan pekerjaan selalu terjamin keselamatannya. Selain itu, pekerja merupakan modal

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent No.1535, 2014. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LH. Sumber Tidak Bergerak. Usaha. Pertambangan. Baku Mutu Emisi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BAKU

Lebih terperinci

Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu :

Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu : Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu : Pertama, mengatasi masalah listrik dengan menggunakan bahan bakar minyak. Minyak bumi merupakan bahan bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh

Lebih terperinci

PARTURAN DAERAH KABUPTEN TANGGAMUS NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTAMBANGAN, ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP

PARTURAN DAERAH KABUPTEN TANGGAMUS NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTAMBANGAN, ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP PARTURAN DAERAH KABUPTEN TANGGAMUS NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTAMBANGAN, ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN TANGGAMUS, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit mengalami kemajuan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan perekonomian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permintaan minyak dunia diprediksi terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan perekonomian. Hal tersebut berdampak

Lebih terperinci

4. URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

4. URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 4. URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2012 telah dialokasikan anggaran APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Belanja Langsung) sebesar Rp 11.466.229.000,00

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan

Lebih terperinci

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA Agung Sudrajad 1), Imron Rosyadi 1), Diki Muhammad Nurdin 1) (1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi Surya adalah sumber energi yang tidak akan pernah habis ketersediaannya dan energi ini juga dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif yang akan di ubah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

KODE : F2.39. Pemanfaatan Batubara Peringkat Rendah Untuk Membuat Semi-Kokas Dengan Penambahan Bahan Hidrokarbon

KODE : F2.39. Pemanfaatan Batubara Peringkat Rendah Untuk Membuat Semi-Kokas Dengan Penambahan Bahan Hidrokarbon KODE : F2.39 Pemanfaatan Batubara Peringkat Rendah Untuk Membuat Semi-Kokas Dengan Penambahan Bahan Hidrokarbon Peneliti/Perekayasa: Ir. Darmawan, MSc Ir. Trisaksono BP, MEng Iman, ST,MT Fusia Mirda Yanti,S.Si

Lebih terperinci

Infrastruktur Hijau : Perlu Upaya Bersama

Infrastruktur Hijau : Perlu Upaya Bersama Infrastruktur Hijau : Perlu Upaya Bersama Pembukaan Indonesia Green Infrastructure Summit 2015 Jakarta. Apabila berbicara tentang inftrastruktur hijau (green infrastructure), tentu kita bicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. Bahkan di wilayah yang seharusnya belum menjadi masalah telah menjadi masalah. Yang lebih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4 i DAFTAR ISI Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 18 Tahun 2010 Tanggal : 22 November 2010 Tentang : Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral BAB I : KEDUDUKAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan bakar (minyak, gas dan batu bara) merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai

Lebih terperinci

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BERISIKO TINGGI

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BERISIKO TINGGI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BERISIKO TINGGI Kriteria penetapan usaha dan/ kegiatan berisiko

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memproduksi minyak sekitar barel per hari.

I. PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memproduksi minyak sekitar barel per hari. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memproduksi minyak sekitar 800.000 barel per hari. Bandingkan dengan dua negara pemilik cadangan minyak terbesar di dunia yaitu Venezuela yang memproduksi

Lebih terperinci

2014, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

2014, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran No.159, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Jabatan. Kelas. Struktural. Fungsional. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat menyebabkan kebutuhan akanan

Lebih terperinci