BAB II TINJAUANPUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUANPUSTAKA"

Transkripsi

1 4 BAB II TINJAUANPUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Sindroma Terowongan Karpal a.definisi Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum (cit.samuel 1979, Dejong 1979, Mumenthaler 1984). Dahulu sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia (Jagga.,et al., 2011), median thenar neuritis atau partial thenar atrophy (Kurniawan.,et al.,2008) STK pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal (1854).STK spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada taboo Istilah STK diperkenalkan oleh Moersch pada tabun Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut (AAOS.,2008). Setiap perubahan yang mempersempit

2 5 terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus (Gorsché.,2001) b. Epidemiologi STK adalah entrapment neuropathy yang paling sering dijumpai (Jangga., et al., 2011; Tana.,2004; Marjono M dan Sidharta P.,2009). Nervus medianus mengalami tekanan pada saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan tangan menuju ke tangan. Penyakit ini biasanya timbul pada usia pertengahan (Jangga., et al., 2011; Tana.,2004; AAOS.,2007). Wanita lebih banyak menderita penyakit ini daripada pria (Jangga., et al., 2011; Kurniawan.,2008;Tana.,2004; AAOS.,2007). Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral tetapi kemudian bisa juga bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan (Jangga., et al., 2011;Kurniawan.,2008;Tana.,2004). Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah (Latov,2007;Salter,1993). Prevalensi STK bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun insidensnya 173 per pasien wanita/tahun dan 68 per pasien pria/tahun. Di Maastricht, Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari tidurnya akibat parestesi jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami gejala ini terbukti menderita STK setelah dikonfirmasi dengan pemeriksaan elektrodiagnostik (Jagga,et al 2011). Pada populasi Rochester, Minnesota, ditemukan rata-rata 99 kasus per penduduk per tahun. Sedangkan Hudson dkk menemukan bahwa 62% entrapment neuropathy adalah STK (Jagga.,et al 2011).

3 6 c. Anatomi terowongan karpal Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan tangan.sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang tulang carpal.nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari jari tangan.jari tangan dan otot otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol.canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm (Pecina, 2001).Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor polisis brevis menerima persarafan dari N. Medianus. Sebanyak 2 % dari penduduk, m. policis adduktor juga menerima persarafan N. Medianus.Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan sisiradial jari keempat.selain itu, saraf median dapat mempersarafi permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal proksimal(pecina, 2001).

4 7 Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon tendon fleksor) atau keduanya.gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol (Pecina,2001). N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik pada terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi anatomi, yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus Capal Tunnel Syndrome (AAOS, 2008).

5 8 Gambar 2.1.struktur anatomi nervus medianus d. Etiologi Kawasan sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan volar.dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat sisi radial telapak tangan.pada permukaan dorsum manus, kawasan sensorik N. Medianus bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga dan keempat.di terowongan karpal N. Medianus sering terjepit. N. Medianus adalah saraf yang paling sering mengalami cedera oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka di pergelangan tangan. Tekanan dari n median sehingga menghasilkan rasa kesemutan yang menyakiti juga.itulah parestesia atau hipestesia dari Carpal Tunnel Sydrome (Mardjono M dan Sidharta P, 2009). Terdapat beberapa kunci co-

6 9 morbiditas atau human factor yang berpotensi meningkatkan risiko STK. Pertimbangan utama meliputi usia lanjut, jenis kelamin perempuan, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor risiko lain termasuk kehamilan, pekerjaan yang spesifik, cedera karena gerakan berulang dan kumulatif, sejarah keluarga yang kuat, gangguan medis tertentu seperti hipotiroidisme, penyakit autoimun, penyakit rematologi, arthritis, penyakit ginjal, trauma, predisposisi anatomi di pergelangan tangan dan tangan, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat dalam kerja manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan tingkat keparahan yang lebih besar (AAOS,2008). Beberapa penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian STK antara lain (Pecina,2001; Latov,2007): 1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressurepalsy, misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III. 2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan.sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan. 3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.

7 10 4. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis. 5. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan, khususnya sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan ligamen, dan tendon dari simpanan zat yang disebut mukopolisakarida. 6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus, hipotiroidi, kehamilan. 7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma. 8. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika, skleroderma, lupus eritematosus sistemik. 9. Degeneratif: osteoartritis. 10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan. 11. Faktor stress 12. Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel syndrome. e. Patogenesis dan Patofisiologi Sindrom Terowongan Karpal Patogenesis STK masih belum jelas.beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf.yang paling populer adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori getaran.menurut teori kompresi mekanik, gejala STK adalah karena kompresi nervus medianus di terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini

8 11 adalah bahwa ia menjelaskan konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari kompresi mekanik. Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan berkepanjangan atau berulang (Tana, 2004). Teori insufisiensi mikro - vaskular mennyatakan bahwa kurangnya pasokan darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan ia perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf. Skar dan jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalam saraf.tergantung pada keparahan cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen.karakteristik gejala STK, terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan konduksi saraf akut dan reversibel dianggap gejala untuk iskemia. Seiler et al menunjukkan (dengan Doppler laser flowmetry ) bahwa normalnya aliran darah berdenyut di dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum karpal transversal dilepaskan. Sejumlah penelitian eksperimental mendukung teori iskemia akibat kompresi diterapkan secara eksternal dan karena peningkatan tekanan di karpal tunnel. Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas suplai darah dari saraf dan tekanan darah sistolik.kiernan dkk menemukan bahwa konduksi melambat pada median saraf dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan mungkin tidak selalu disebabkan myelinisasi yang terganggu (Tana, 2004).Menurut teori getaran gejala STK bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di karpal tunnel.lundborg et al mencatat edema epineural pada saraf

9 12 median dalam beberapa hari berikut paparan alat getar genggam.selanjutnya, terjadi perubahan serupa mengikuti mekanik, iskemik, dan trauma kimia (Tana, 2004). Hipotesis lain dari STK berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular memegang peranan penting dalam terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulangulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerakgerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh (Bachrodin, Moch.,2011). Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat

10 13 terjadi kerusakan pada saraf tersebut (Bachrodin, Moch.,2011). Penelitian yang telah dilakukan Kouyoumdjian yang menyatakan STK terjadi karena kompresi saraf median di bawah ligamentum karpal transversal berhubungan dengan naiknya berat badan dan IMT.IMT yang rendah merupakan kondisi kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi nervus medianus.pekerja dengan IMT minimal 25 lebih mungkin untuk terkena STK dibandingkan dengan pekerjaan yang mempunyai berat badan ramping.american Obesity Association menemukan bahwa 70% dari penderita STK memiliki kelebihan berat badan. Setiap peningkatan nilai IMT 8% resiko STK meningkat (Bachrodin, Moch.,2011) f. Gambaran Klinis Sindrom Terowongan Karpal Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari (Salter, 1993). Komar dan Ford membahas dua bentuk carpal tunnel syndrome: akut dan kronis. Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun.kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis.bentuk kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau kehilangan motorik dengan perubahan trofik.nyeri proksimal mungkin ada

11 14 dalam carpal tunnel syndrome (Pecina, 2001).Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari.gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya.rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya (Rambe, 2004). Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil.kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis).dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus (Mumenthaler, 2006). Table Gejala dan tanda sindrom terowongan karpal

12 15 g. Diagnosis Sindrom Terowongan Karpal Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di atas dan perkuat dengan pemeriksaan yaitu : 1) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK adalah (Jefferey, 2002): a) Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa STK. Gambar 2.2.Phalen s Test b) Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di

13 16 atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. c) Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia ataunyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi padaterowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi. Gambar 2.3. Tinel s Test d) Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerakgerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akanmenyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapatdijumpai pada penyakit Raynaud. e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar. f) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manualmaupun dengan alat dynamometer g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehinggadapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala gejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK.

14 17 h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal denganmenggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbulgejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari danjari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidakdapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif danmendukung diagnose j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan duatitik (twopoint discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerahnervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnose k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah adaperbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerahinnervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnose STK. Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test yang patognomonis untuk STK (Tana, 2004). Tabel 2.2. Pemeriksaan fisik STK 2) Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik) Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar.pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal.emg bisanormal

15 18 pada 31% kasus STK. Kecepatan Hantar Saraf (KHS).Pada 15-25%kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa latendistal (distal latency) memanjang,menunjukkan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa latenmotorik (Latov, 2007). 3) Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan sinar-x terhadap pergelangan tangan dapat membantumelihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leherberguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scandan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USGdilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnelproksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnelsyndrome. (Rambe,2004; Wilkinson, Mauren.,2001; Cartwright,2012). 4) Pemeriksaan Laboratorium Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpaadanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaanseperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap (15).

16 19 Tabel 2.3. alogaritma Diagnosis carpal tunnel Syndrom h. Diagnosis Banding Diagnosis dari STK antara lain (15): 1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah hila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya. 2. Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah. 3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan karpal. 4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor

17 20 pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah. i. Penatalaksanaan Sindrom Terowongan Karpal Penatalaksanaan STK tergantung pada etiologi,ndurasi gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakitsekunder untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain,penyakit primer harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit pergelangan tanganyang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan,terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapatditerapi dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan.jika tidakefektif, dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untukmeringankan kompresi. (Pecina, 2001;Latov, 2007). Oleh karena itu sebaiknya terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu (Jeffery n.,katz, 2002): 1) Terapi langsung terhadap STK a) Terapi konservatif 1. Istirahatkan pergelangan tangan. 2. Obat anti inflamasi non steroid. 3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapatdipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu. 4. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM) latihandari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan dangerakan membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas atas.latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistemsaraf perifer dirancang

18 21 untuk gerakan, dan bahwa ketegangan danmeluncur saraf mungkin memiliki efek pada neurofisiologi melaluiperubahan dalam aliran pembuluh darah dan axoplasmic.latihan dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh pasien setelah instruksisingkat. Gambar 2.4. Nerve Gliding 5. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison mg ataumetilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongankarpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm kearah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendonmusculus palmaris longus. Sementara suntikan dapat diulang dalam 7sampai 10 hari untuk total tiga atau empat suntikan,.tindakan operasidapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3kali suntikan. Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk pasien dibawah usia 30 tahun. 6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satupenyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga merekamenganjurkan pemberian piridoksin mg/hari selama 3 bulan.tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksintidak bermanfaat bahkan

19 22 dapat menimbulkan neuropati bila diberikandalam dosis besar.namun pemberian dapat berfungsi untuk mengurangirasa nyeri. 7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan. b) Terapi operatif Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang beratatauadanya atrofi otot-otot thenar. PadaSTK bilateral biasanya operasi pertamadilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukanoperasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlakdilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yangpersisten (15).Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesilokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik.operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini denganjaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab STKseperti adanya massa atau anomaly maupuntenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka (15) 2) Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harusditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STKkembali.Pada keadaan di mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harusdilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapatdilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau mencegah kekambuhannya antaralain (13): a. Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif,getaran peralatan tangan pada saat bekerja. b. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.

20 23 c. Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan. d. Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek sertamengupayakan rotasi kerja. e. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini STK sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala STK lebih dini. Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang seringmendasari terjadinya STKseperti : trauma akut maupun kronik pada pergelangantangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan ataupenggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis,infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal (Bachrodin, Moch.,2013). j. Prognosis Sindrom Terowongan Karpal Pada kasus STK ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosabaik.bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakanoperasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karenaoperasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita STKpenyembuhan post operatifnya bertahap (Bachrodin, Moch.,2013). Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini (Bachrodin, Moch.,2013): 1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal. 2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus. 3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.

21 24 Sekalipun prognosa STK dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali. 2. IBUPROFEN Ibuprofen seperti juga naproxen dan diclofenac merupakan turunan asam propionat dengan efek analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi yang menonjol,mencerminkan suatu penghambatan dari sintesis prostaglandin. Turunan asam propionat sama bergunanya dengan salisilat dalam mengobati berbagai bentuk dari arthritis termasuk osteoarthritis, rheumatoid arthritis, arthritis gout akut (Stoelting.R.K.,2006). Ibuprofen sering diresepkan dalam dosis rendah yang bersifat analgesik tetapi mempunyai efek anti-inflamasi rendah(katzung.b.g.,1995).perubahan struktur minor pada nucleus ibuprofen menghasilkan fenoprofen, ketoprofen, dan flurbiprofen. a. Farmakokinetik Secara umum ibuprofen beserta turunannya sangat cepat dan sangat efektif diserap setelah pemberian peroral, dengan bioavailabilitas lebih besar dari 85%.Puncak konsentrasi plasma terjadi antara 0,5 dan 3 jam tergantung jenis obat yang dipilih. Seluruh jenis obat tersebut mengalir ke dalam cairan sinovial secara perlahan dan masih terdapat dalam konsentrasi yang cukup tinggi di synovial walaupun konsentrasinya dalam plasma telah menurun. Distribusi flurbiprofen relatif cepat ke dalam cairan sinovial dan konsentrasinya sebanding dengan konsentrasi plasma setelah 6 jam pemberian peroral.3ibuprofen dieliminasi terutama melalui metabolisme secara luas di hati menjadi hidroksil atau konjugasi karboksil dengan kurang dari 1% obat ditemukan dalam urin dalam keadaan tidak dimetabolisme. Ibuprofen memiliki volume distribusi yang relatif rendah (0,1 sampai 0,12 L/kg). Waktu paruh eliminasinya berkisar antara 2 hingga 4 jam.1-3

22 25 b. Farmakodinamik Mekanisme kerja ibuprofen melalui inhibisi sintesis prostaglandin dengan menghambat Cyclooxygenase I (COX I) dan Cyclooxygenase II (COX II).Namun tidak seperti aspirin, hambatan yang diakibatkan olehnya bersifat reversibel. Dalam pengobatan dengan ibuprofen, terjadi penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil, dan sel mast, terjadi penurunan kepekaan terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T, melawan vasodilatasi, dan menghambat agregasi platelet (Stoelting.R.K.,2006) c. Penggunaan Klinis Ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang ringan hingga sedang, khususnya nyeri oleh karena inflamasi seperti yang terdapat pada arthritis dan gout (Trevor A.J.,2005) Beberapa pasien dengan rheumatoid arthritis dapat ditangani dengan baik menggunakan ibuprofen, namun secara umum ibuprofen lebih berguna untuk pasien dengan peradangan yang ringan dan arthritis degeneratif. Flurbiprofen lebih potensial sebagai anti-inflamasi dibandingkan dengan ibuprofen dan biasanya dapat ditoleransi dengan baik. Ketoprofen dan fenoprofen sering digunakan sebagai terapi pengganti naproxen (Sinatra R.S.,1992). d. Dosis Untuk mengurangi nyeri ringan hingga sedang dosis dewasa penggunaan ibuprofen peroral adalah 400 mg untuk nyeri haid 400 mg peroral kalau perlu.untuk arthritis rheumatoid mg. Untuk demam pada anak-anak 5mg/kgbb, untuk nyeri pada anak-anak 10mg/kgbb, untuk arthritis juvenil 30-40mg/kgbb/hari (Anderson P.O.,2002) e. Efek Samping Secara umum semua turunan asam propionat memiliki efek iritasi gastrointestinal dan ulserasi yang lebih kecil dibandingkan dengan pemberian

23 26 salisilat.fungsi platelet mungkin dipengaruhi dan bervariasi dari masing-masing turunannya.inhibisi dari sintesis prostaglandin dapat memperburuk disfungsi ginjal pada pasien dengan kelainan ginjal yang mana prostaglandin diperlukan untuk mempertahankan aliran darah ginjal.dapat juga menimbulkan suatu reaksi alergi pada pasien yang hipersensitif. Efek terhadap ginjal dapat berupa gagal ginjal akut, nefritis interstisialis, dan sindrom nefrotik1 Efek samping dari ibuprofen dapat berupa kemerahan, pruritus, tinitus, pusing, nyeri kepala, cemas, meningitis aseptik, dan retensi cairan di samping efek gastrointestinal (dapat diubah dengan penelanan bersama makanan).pemberian ibuprofen dalam jangka waktu yang lama berhubungan dengan agranulositosis dan aplasia sumsum tulang granulositik2 f. Interaksi Obat Pemberian dengan aspirin meningkatkan pembersihan obat bebas (free drug clearance). Dapat juga terjadi interaksi dengan koagulan namun jarangterjadi.3 g. Perbandingan dengan NSAID Lainnya Efek anti-inflamasi dari ibuprofen lebih besar daripada aspirin.pada dosis sekitar 2400mg per hari, efek anti inflamasi ibuprofen setara dengan 4g aspirin. 3. Vitamin B 6 (Piridoksin) Vitamin B 6 atau dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh. Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging, dan

24 27 ikan.kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah, keram otot, dan insomnia. Vitamin B 6 atau sering pula disebut dengan pyridoxine merupakan golongan vitamin yang paling beken diantara keluarga besar vitamin B. Vitamin B 6 bersama sama dengan niasin, asam folat dan kobalamin berperanan dalam membantu menggerakan beberapa fungsi vital dari tubuh manusia. Meskipun kebutuhan terhadap vitamin ini sangat kecil namun manfaat yang diperoleh sangatlah besar. Dalam makanan, vitamin B 6 biasanya terikat dengan protein, pyridoxol menjadi bentuk menonjol pada tanaman, dan pyridoxal dan pyridoxamine dalam produk hewani.makanan sumber termasuk pyridoxine yaitu ayam, hati, ekstrak ragi, ikan (ikan tongkol, ikan fores, ikan haring, semacam ikan pecak, dan ikan salmon), kacang kacangan, biji bijian, sangat sedikit buah dan sayuran, kacang, bunga kol, pisang, dan kismis. Vitamin B 6 berperan dalam metabolism asam amino dan asam lemak.vitamin B6 membantu tubuh untuk bersintetis asam amino nonesensial. Selain itu juga berperan dalam produksi sel dalam darah merah. Vitamin B 6 terdiri dari tiga senyawa yang berhubungan erat, yaitu peridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Ketiganya tersebar luas di alam baik pada hewan maupun tumbuhan. Padi-padian termasuk sumber yang sangat kaya vitamin B 6. Bentuk aktif vitamin B 6 :

25 28 Bentuk koenzim B 6 : 1. Piridoksal Fosfat, bentuk penerima gugus amino 2. Piridoksamin Fosfat, bentuk pemberi gugus amina a. Metabolisme Vitamin B 6 1. Metabolisme Asam Amino da Protein Piridoksal fosfat sebagai koenzim dekarboksilasi Transaminasi Perubahan triptofan menjadi niasin Pembentukan dan pertumbuhan eritrosit Pembentukan porfirin 2. Metabolisme Lemak dan Karbohidrat Biosintesa asam lemak tidak jenuh. Pembentukan asam arakidonat dari asam linoleat Koenzim : fosforilasi Vitamin B 6 adalah vitamin yang larut dalam air dan merupakan bagian dari kelompok vitamin B kompleks. Fosfat piridoksal ( PLP ) adalah bentuk aktif dari vitamin B 6 dan merupakan kofaktor dalam banyak reaksi metabolisme asam amino, termasuk transaminasi, deaminasi, dan dekarboksilasi. Tujuh bentuk vitamin ini dikenal : piridoksin ( PN ), piridoksin 5' - fosfat ( PNP ). piridoksal ( PL ), piridoksal 5' - fosfat ( PLP ), pyridoxamine ( PM ), pyridoxamine 5' - fosfat ( PMP ) dan asam 4 - pyridoxic ( PA ). PA adalah katabolit yang diekskresikan dalam urin (Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002). Penyerapan piridoksal fosfat dan fosfat pyridoxamine melibatkan defosforilasi mereka dikatalisis oleh alkali fosfatase yang terikat membran. Produk-produk dan bentuk non - terfosforilasi vitamin B 6 dalam saluran pencernaan yang diserap oleh difusi, yang didorong oleh perangkap vitamin sebagai 5' - fosfat melalui aksi fosforilasi ( oleh kinase piridoksal ) pada mukosa jejunum. Pyridoxine dan pyridoxamine yang terjebak dioksidasi menjadi fosfat piridoksal dalam

26 29 jaringan. Beberapa produk metabolisme vitamin B 6 diekskresikan dalam urin termasuk asam 4 - pyridoxic. Telah diperkirakan bahwa % dari tertelan vitamin B 6 dioksidasi menjadi asam 4 - pyridoxic. Produk lain dari metabolisme vitamin B 6 yang diekskresikan dalam urin ketika dosistinggi vitamin telah diberikan meliputi piridoksal, pyridoxamine, dan piridoksin dan fosfat mereka (Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002). b. Peranan Vitamin B 6 Banyak kimia tubuh tergantung pada enzim. Enzim adalah protein yang membantu reaksi kimia yang terjadi. Karena vitamin B 6 yang terlibat dengan lebih dari 100 reaksi enzimatik, peranannya dalam tubuh adalah beragam dan luas(ivanovic D.,1999). 1. Sintesis molekul penting. Sulit untuk menemukan kategori kimia dari molekul-molekul dalam tubuh yang tidak bergantung dalam beberapa cara pada vitamin B 6 untuk produksi mereka. Banyak blok bangunan protein, yang disebut asam amino, memerlukan pasokan yang cukup B 6 untuk sintesis.. asam nukleat yang digunakan dalam pembuatan DNA dalam gen kita juga membutuhkan vitamin ini.karena asam amino dan asam nukleat adalah bagian penting seperti pembentukan sel baru, vitamin B 6 dapat dianggap sebagai bagian penting dari pembentukan hampir semua sel-sel baru di dalam tubuh. Heme (pusat protein sel darah merah kami) dan fosfolipid (komponen sel membran kami yang memungkinkan pesan antara sel-sel) juga tergantung pada vitamin B 6 untuk penciptaan mereka. 2. Dukungan aktivitas sistem saraf Peran vitamin B 6 dalam sistem saraf kita sangat luas, dan melibatkan banyak aspek kegiatan neurologis.. Salah satu aspek berfokus pada penciptaan kelompok penting pesan molekul yang disebut amina.. Sistem saraf bergantung pada pembentukan molekul-molekul untuk transmisi pesan dari satu syaraf ke yang berikutnya. (Molekul-molekul dapat digolongkan sebagai "neurotransmitter" untuk alasan ini.) Amines adalah salah satu jenis neurotransmitter di sistem saraf. Mereka sering dibuat dari bagian-bagian protein yang disebut asam amino, dan nutrisi penting untuk membuat proses ini terjadi adalah vitamin B 6.

27 30 Beberapa neurotransmiter amina yang diturunkan yang memerlukan vitamin B 6 untuk produksi mereka termasuk serotonin, melatonin, epinefrin, norepinefrin, dan GABA. 3. Pencegahan Radang yang Diinginkan Para peneliti belum jelas tentang mekanisme yang terlibat, namun penelitian ulang menunjukkan bahwa vitamin B 6 diperlukan untuk meminimalkan risiko peradangan yang tidak diinginkan dalam tubuh. Ini bukan hanya kasus yang cukup asupan vitamin B 6 dikaitkan dengan penurunan risiko peradangan berlebihan, itu juga fakta bahwa individu dengan kronis, peradangan perlu berlebihan meningkatkan jumlah vitamin B 6 dalam makanan mereka. Kecuali asupan makanan kita cukup untuk menjaga darah kita tingkat B 6 aktif (pyridoxal 5'-fosfat) optimal, kita meninggalkan diri kita beresiko untuk masalah kesehatan kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan obesitas, yang semuanya berbagi komponen peradangan kronis, yang tidak diinginkan. c. Defisiensi Vitamin B6 Sindrom klinis klasik untuk defisiensi B6 adalah dermatitis seboroik, atrofi glositis dengan ulserasi, angular cheilitis, konjungtivitis, intertrigo, dan gejala neurologis seperti mengantuk, kebingungan, dan neuropati.sementara defisiensi berat dari B6 berdampak pada perubahan dermatologi dan neurologis, kasus defisiensi ringan hadir dengan lesi metabolik yang berhubungan dengan kegiatan yang kurang cukup dari koenzim piridoksal fosfat.yang paling menonjol dari lesi ini adalah karena gangguan konversi triptofan-niacin.hal ini dapat dideteksi berdasarkan ekskresi asam Xanthurenic setelah mengkonsumsi triptofan. Kekurangan vitamin B6 juga dapat menyebabkan gangguan transsulfuration dari metionin menjadi sistein.pyridoxal phosphate-dependent transaminase dan glikogen fosforilase berperan dalam glukoneogenesis, sehingga kekurangan vitamin B6 menghasilkan toleransi glukosa yang terganggu. Kekurangan vitamin B6 sendiri relatif jarang dan sering terjadi dalam kaitannya dengan vitamin lain dari B kompleks. Ketersediaan vitamin B6 untuk tubuh dapat terpengaruh oleh obat-obatan tertentu seperti antikonvulsan dan kortikosteroid. Obat isoniazid (digunakan dalam pengobatan

28 31 TBC), dan cycloserine, penisilamin, dan hidrokortison semua mengganggu metabolisme vitamin B6. Obat ini dapat membentuk kompleks dengan vitamin B6 yang menghambat kinase pyridoxal. d. Toksistas Vitamin B6 Efek samping hanya telah didokumentasikan dari suplemen vitamin B6 dan tidak pernah dari sumber makanan.studi hewan toksikologi mengidentifikasi kerusakan spesifik dari ganglia akar dorsal yang didokumentasikan dalam kasus manusia, yaitu overdosis dari pyridoxine. Meskipun B6 adalah vitamin yang larut dalam air dan diekskresikan dalam urin, dosis pyridoxine yang melebihi RDA (Recommended Dietary Allowance) selama jangka waktu panjang berdampak dalam masalah neurologis yang menyakitkan dan dapat ireversibel. Gejala utamanya adalah nyeri dan mati rasa pada kaki, dan dalam kasus yang parah, kesulitan berjalan. Neuropati sensorik biasanya terjadi pada dosis pyridoxine lebih dari mg per hari.namun, beberapa individu yang menderita neuropati sensori pada dosis kurang dari 500 mg per hari selama bulan telah dilaporkan.ditemukan bukti kerusakan saraf sensorik di intake di bawah 200 mg / hari.kondisi ini biasanya reversibel bila suplemen dihentikan. Sebuah studi prospektif besar meneliti hubungan antara asupan vitamin B6 dan terjadinya batu ginjal gejala pada wanita. Sekelompok orang yang terdiri lebih dari wanita tanpa riwayat batu ginjal yang diikuti lebih dari 14 tahun dan mereka yang mengkonsumsi 40 mg atau lebih vitamin B6 harian hanya memiliki dua pertiga risiko batu ginjal berkembang dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi 3 mg atau kurang. Namun, dalam kelompok lebih dari pria diikuti lebih dari enam tahun, tidak ada hubungan ditemukan antara asupan vitamin B6 dan terjadinya batu ginjal. Data yang terbatas telah menunjukkan bahwa suplemen vitamin B6 pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat asupan ditoleransi atas (100 mg / hari) menurunkan kadar oksalat urin cukup tinggi, ini merupakan faktor penentu penting dari pembentukan kalsium oksalat batu ginjal pada beberapa individu. Saat ini, hubungan antara asupan

29 32 vitamin B6 dan risiko batu ginjal memerlukan studi lebih lanjut sebelum rekomendasi dapat dibuat. B. KERANGKA PIKIR STK Peningkatan tekanan Terowongan karpal Isufisiensi mikrovaskular Iskemia Inflamasi saraf Pirydoxin Inflamasi Seluler Hormonal Sitokin pro-inflamasi: - IL-6 - TNF-α - MDA - PGE Ibuprofen Nyeri Keterangan : 1. : menghambat 2. : mempengaruhi Keterangan alur kerangka teori :

30 33 Padasindrom terowongan karpal, terdapat berbagai faktor risiko yang berkontribusi terhadap terjadinya peningkatan tekanan dalam terowongan karpal.tingginya tekanan di terowongan karpal mengakibatkan berkurangnya pasokan nutrisi dan oksigen ke saraf, sehingga secara perlahan saraf tersebut kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf.hal ini merupakan dasar dari teori insufisiensi mikrovaskular. Berkurangnya aliran darah pada saraf, akan mengarah pada proses inflamasi, dimana mediator-mediator proinflamasi akan aktif. Antara lain interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis factor(tnf-α), malondialdehyde (MDA) dan prostaglandin E 2 ( PGE 2 )(Freeland A.E.,2007). Interleukin -6menstimulasi produksi protein fase akut dan telah di ketahuisebagai komponen dari proses inflamasi(castell, et al,1987;nijsten N.W.M.,et al, 1987). Kerusakan dan iskemia seluler menginisiasi metabolism asam arcidonat menjadi produk siklooksigenase seperti prostaglandin E 2 (PGE 2 ). Prostaglandin E 2 merupakan vasodilator kuat yang diketahui meningkatkan sensitifitas ujung saraf terhadap stimulus mekanik dan kimiawi, serta akhirnya memunculkan keluhan nyeri pada pasien STK ( Poli G.,1997). PGE 2 juga berperan dalam pembentukan udem, yang akhirnya menyebabkan kerusakan fungsi jaringan (Berg A.,1998). Tumor necrosis factor (TNF-α) dianggap sebagai prototypesitokin proinflamasi, karena kemampuannya mengaktivasi sitokin proinflamasi lainnya secara langsung (Durval C.K.,et al, 2009). Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secaralangsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalisbiosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasireseptor rasa sakit oleh mediatormediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin,serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion

31 34 hidrogen dan kalium yang dapatmerangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo,B., 2000). Huang et al menyatakan bahwa suplementasi pyridoxine dalam dosis besar (100 mg/hari) dapat mensupresi sitokin proinflamasi IL-6 dan TNF-α, yang berperan dalam proses proliferasi sel sinofial dan inflamasi. (Huang S.C., et al, 2010) C.HIPOTESIS Terdapat perbaikan gejala klinis pada pemberian pyridoxine oral pada pasien sindrom terowongan karpal derajat ringan sampai sedang.

Carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. dalam praktek sehari-hari. Istilah terowongan kapal digunakan karena daerah yang

BAB II PEMBAHASAN. dalam praktek sehari-hari. Istilah terowongan kapal digunakan karena daerah yang BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI Sindrom terowongan karpal merupakan suatu kumpulan gejala akibat kompresi nervus medianus pada pergelangan tangan. Penyakit ini sering ditemukan dalam praktek sehari-hari.

Lebih terperinci

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI CARPAL TUNNEL SYNDROME OLEH : AMANDA KRISTIN SEMBIRING PEMBIMBING : DR. ANTUN SUBONO, SP.S FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA 2014 Kata Pengantar Puji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 2.1.1 Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan gangguan umum yang berhubungan dengan pekerjaan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS VITAMIN B6 TOTAL DALAM CUPLIKAN URIN

BAB III ANALISIS VITAMIN B6 TOTAL DALAM CUPLIKAN URIN BAB III ANALISIS VITAMIN B6 TOTAL DALAM CUPLIKAN URIN 3.1 Tujuan Praktikum a. Memperkenalkan langkah-langkah analisis obat dan atau metabolitnya dalam cuplikan urin b. Melakukan analisis vitamin B6 dalam

Lebih terperinci

BAHAN AJAR III CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAHAN AJAR III CARPAL TUNNEL SYNDROME BAHAN AJAR III CARPAL TUNNEL SYNDROME Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Level Kompetensi Alokasi Waktu : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan

Lebih terperinci

BAB II CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB II CARPAL TUNNEL SYNDROME BAB I PENDAHULUAN Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME

CARPAL TUNNEL SYNDROME CARPAL TUNNEL SYNDROME Disusun oleh ARIS NURZAMZAMI ( 207.315.081 ) Dokter Pembimbing Dr. Bambang Sri Dyatmoko, Sp.S FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUD PROF.DR.MARGONO

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME

CARPAL TUNNEL SYNDROME Referat CARPAL TUNNEL SYNDROME Oleh: Dr. Huldani UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN BANJARMASIN MEI, 2013 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... i ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB

Lebih terperinci

LATIHAN PEREGANGAN OTOT PERGELANGAN TANGAN, TANGAN DAN LENGAN SEBAGAI BENTUK USAHA PENCEGAHAN DAN REHABILITASCARPAL TUNNEL SYNDROME

LATIHAN PEREGANGAN OTOT PERGELANGAN TANGAN, TANGAN DAN LENGAN SEBAGAI BENTUK USAHA PENCEGAHAN DAN REHABILITASCARPAL TUNNEL SYNDROME LATIHAN PEREGANGAN OTOT PERGELANGAN TANGAN, TANGAN DAN LENGAN SEBAGAI BENTUK USAHA PENCEGAHAN DAN REHABILITASCARPAL TUNNEL SYNDROME Sendhi Tristanti Puspitasari, Febrita Paulina Heynoek Fakultas Ilmu Keolahragaan

Lebih terperinci

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) : Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Carpal Tunnel Syndrome CTS merupakan suatu penyakit yang timbul dari kompresi intermiten atau terus menerus atau terjadi karena saraf median terjebak saat melewati terowongan

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME

CARPAL TUNNEL SYNDROME CARPAL TUNNEL SYNDROME ILUSTRASI KASUS Identitas Nama: Ny. D Umur: 63 tahun Alamat: kebocoran 07/01 Kedung Banteng Pekerjaan: IRT Agama: islam Jenis kelamin: perempuan Anamnesis Keluhan Utama: nyeri telapak

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit yang paling sering mengenai nervus medianus adalah neuropati tekanan / jebakan (entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan, nervus medianus berjalan

Lebih terperinci

SINDROM TEROWONGAN KARPAL (CARPAL TUNNEL SYNDROME) ALDY S. RAMBE. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik ABSTRAK

SINDROM TEROWONGAN KARPAL (CARPAL TUNNEL SYNDROME) ALDY S. RAMBE. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik ABSTRAK SINDROM TEROWONGAN KARPAL (CARPAL TUNNEL SYNDROME) ALDY S. RAMBE Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik ABSTRAK Sindroma Terowongan Karpal adalah entrapment neuropathy yang paling

Lebih terperinci

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Etiologi: 1. Heriditer 2. Trauma 3. Pekerjaan 4. Infeksi 5. Metabolik 6. Endokrin 7. Neoplasma 8. Penyakit kolagen 9. Degeneratif 10. Iatrogenik 11.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan akibat disfungsi dari saraf medianus yang terjadi karena peninggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fascia telapak tangan adalah sinambung dengan fascia punggung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fascia telapak tangan adalah sinambung dengan fascia punggung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Pergelangan Tangan 2.1.1. Fascia Telapak Tangan Fascia telapak tangan adalah sinambung dengan fascia punggung tangan ke arah proksimal sinambung dengan fascia lengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gerakan Berulang a. Pengertian Gerakan Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan sedikit variasi gerakan. (Budiono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergelangan tangan terdiri dari persendian ujung distal radius dengan deretan proksimal tulang-tulang karpal. Stabilitas pergelangan tangan disebabkan oleh ligamen-ligamen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 1. Pengertian CTS Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gangguan pada anggota tubuh bagian tangan yang menyebabkan rasa sakit dan mati rasa

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S ) CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S ) N.Medianus dpt tertekan/terdesak swkt melalui bag.bawah retinakulum flexor menuju telapak tangan sebabkan G/sensorik sampai kelemahan ibu jari. Etiologi dan Patologi Terowongan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Carpal Tunnel Syndrome 2.1.1 Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau disebut juga Sindrom Terowongan Karpal (STK) adalah kumpulan gejala akibat terjadi penekanan pada nervus

Lebih terperinci

MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME. Laporan Kasus

MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME. Laporan Kasus MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME Laporan Kasus Oleh: NAMA NIM TEMPAT PRAKTEK : HANITA PUTRA DJAYA : C13108253 : KLINIK MEDISAKTI PERIODE : 7 MEI 18 MEI 2012 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Carpal Tunnel Syndrome 2.1.1 Definisi Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati kompresi simtomatik nervus medianus pada pergelangan tangan berupa peningkatan tekanan di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Carpal Tunnel syndrome adalah sindroma dengan gejala kesemutan dan rasa nyeri pada pergelangan tangan terutama tiga jari utama yaitu ibu jari telunjuk dan jari tengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang pesat sekarang ini ternyata membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negatif bagi manusia. Lama dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Status kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tangan berfungsi sebagai instruksi gerakan tubuh dan pergelangan tangan sangat sering beraktifitas oleh karena itu perlu diperhatikan kondisi tangan dan pergelangan

Lebih terperinci

SINDROM CARPAL TUNNEL. Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D.

SINDROM CARPAL TUNNEL. Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D. SINDROM CARPAL TUNNEL Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D. Seorang Wanita pensiunan berumur 64 tahun, kinan (tangan kanan), mengeluhkan mati rasa yang hilang timbul, terasa geli dan nyeri

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME

CARPAL TUNNEL SYNDROME CARPAL TUNNEL SYNDROME Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah iritasi yang terjadi pada syaraf median di pergelangan tangan yang dapat menyebabkan tangan menjadi baal, kesemutan, nyeri, sampai dengan lemah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi tangan dan jari dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam aktifitas kerja, vokasi, olahraga maupun kegiatan hobi dan rekreasi sangatlah penting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melakukan aktifitasnya sepanjang hari tentunya akan melibatkan anggota gerak tubuh dan anggota tubuh yang banyak berperan dalam aktifitas kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

Lebih terperinci

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin Vitamin Pengertian Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati akibat terjepitnya saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit oleh pembungkus tendon fleksor

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. OSTEOARTHRITIS 1. Definisi Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

Lebih terperinci

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan.

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan. Al-Sihah : Public Health Science Journal 19-25 Gambaran Faktor Pekerjaan dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pengrajin Batu Tatakan di Desa Lempang Kec.Tanete Riaja Kabupaten Barru Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa suatu

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA. KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan komputer khususnya di perkotaan sudah sangat lazim, tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari anak-anak, ibu rumah

Lebih terperinci

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway). I. Memahami dan menjelaskan gout arthritis 1.1.Memahami dan menjelaskan definisi gout arthritis Arthritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi Kristal asam urat pada jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Carpal Tunnel Syndrome Carpal Tunnel Syndrome adalah sindroma dengan gejala kesemutan dan rasa nyeri pada pergelangan tangan terutama 3 jari pertama yaituibu jari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan optimal

Lebih terperinci

Journal Reading ULFA ELSANATA ( )

Journal Reading ULFA ELSANATA ( ) Journal Reading ULFA ELSANATA (01.211.6546) Tujuan Mengevaluasi efektifitas gabapentin untuk menghilangkan gejala pada CTS Pendahuluan : Pengobatan CTS mencakup obat oral, suntikan steroid, decompressive

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya adalah untuk melokalisir dan merusak agen perusak serta memulihkan jaringan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kesehatan kerja di dalam lingkungan pekerjaan untuk mencegah dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan dicantumkan dalam UU RI

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat kemoterapi vinkristin Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari tanaman Vinca Rosea yang memiliki anti kanker yang diberikan secara intravena

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara gejala klinis OA lutut dengan derajat OA lutut dilakukan pada bulan Oktober November 2016 di RSUD Tidar kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat barang, mencuci, ataupun aktivitas

Lebih terperinci

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian Myalgia adalah nyeri otot yang merupakan gejala dari banyak penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Apabila terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri di masa globalisasi saat ini merupakan salah satu faktor penting dari perekeonomian suatu negara. Baik sektor industri formal dan informal dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal ABSTRAK Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal Hendrik Sutopo L., 2005 Pembimbing : Winsa Husin, dr., MSc, M.Kes; Bing Haryono, dr., Sp.S Sindrom Terowongan Karpal (STK) merupakan suatu kelainan terjepitnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Penyakit Akibat Kerja Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. (13) Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN PUBLIKASI ILMIAH Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Totok Hardiyanto, Sutaryono, Muchson Arrosyid INTISARI Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dengan efek analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik yang digunakan secara luas pada

Lebih terperinci

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Pratiwi TN, Saftarina F, Wahyuni A Faculty Of Medicine

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA [VOLUME: 01 NOMOR 01 OKTOBER 2015] ISSN: 2460-9684 HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA Dyah Wulaningsih Retno Edi, Rizaldy Taslim Pinzon, Esdras

Lebih terperinci

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI OSTEOARTHRITIS Osteoartritis adalah gangguan yang terjadi pada satu atau lebih sendi, awalnya oleh adanya gangguan yang bersifat lokal pada kartilago dan bersifat progresif degeneratif dari kartilago,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi kronis berupa makroangiopati dan mikroangiopati yang paling sering kita jumpai diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I EPIDEMIOLOGI WHO DEGENERATIF Puluhan juta ORANG DEATH DEFINISI Penyakit degeneratif penyakit yg timbul akibat kemunduran fungsi sel Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan kerusakan jaringan (Tan dan Rahardja, 2007). Rasa nyeri merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang menghubungkan seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh, merasakan, memanipulasi, dan mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal. Kesehatan optimal yaitu dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal. Kesehatan optimal yaitu dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,

Lebih terperinci

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI Skrining nutrisi adalah alat yang penting untuk mengevaluasi status nutrisi seseorang secara cepat dan singkat. - Penilaian nutrisi merupakan langkah yang peting untuk memastikan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagai Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan tangan kanannya terasa nyeri dan terasa kaku pada 3 jari, juga terasa kebal dan kesemutan pada malam

Lebih terperinci