PRAKTIKUM IV MENYUSUN PAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRAKTIKUM IV MENYUSUN PAKAN"

Transkripsi

1 PRAKTIKUM IV MENYUSUN PAKAN A. Menyusun Pakan Ternak Unggas Sebagaimana diketahui dalam tata laksana usaha pemeliharaan ternak, pakan merupakan factor penting untuk mencapai hasil yang diharapkan disamping factor-faktor lain yang juga tidak kalah pentingnya dan tidak dapat dipisahpisahkan. Produksi ternak merupakan perwujudan interaksi genetis dan faktor lingkungan, yang pada dasarnya produksi adalah fungsi dari pada konsumsi pakan. Oleh karena itu untuk mendapatkan efisiensi penggunaan pakan yang optimal, baik kualitas maupun kwantitas pakan perlu mendapat perhatian. Dalam menyusun pakan ternak beberapa hal perlu diperhatikan, antara lain : a. Tersedianya bahan baku yang dipakai b. Kandungan zat-zat makanan dari baha baku tersebut c. Harga bahan baku d. Batasan penggunaan dari masing-masing bahan baku e. Kebutuhan zat makanan bagi ternak sesuai dengan tujuan produksi yang akan dicapai a. Tersedianya bahan baku Tersedianya bahan baku berpengaruh pada dua segi yaitu segi biologis dan segi ekonomis. Keberadaan bahan baku yang tidak continue untuk memenuhi kebutuhan menyebabkan frekuensi perubahan formula pakan yang lebih sering. Jika hal ini terjadi maka dari segi biologis, khususnya bagi ternak unggas, akan sangat berpengaruh pada produksi, karena ternak unggas sangat peka terhadap perubahan bahan makanan yang diberikan. Dari segi ekonomis penyediaan bahan baku yang tidak continue mungkin akan membawa konsekuensi tingginya biaya produksi, yang pada akhirnya menyebabkan tingginya harga pakan jadi. Oleh karena itu hal tersebut perlu menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik pakan ternak. 57

2 b. Kandungan Zat Makanan Dalam Bahan Pakan Disadari bahwa kandungan zat makanan seperti protein, lemak, air dan sebagainya yang terdapat dalam suatu bahan makanan yang dianalisa secara kimia tidaklah menjamin bahwa bahan makanan tersebut berkualitas baik, karena hasil analisis kimia (proksimat analisis) tidak member nilai biologis dari zat-zat makanan yang terdapat dalam bahan makanan tersebut. Sebagai contoh dua buah bahan makanan yang mempunyai kandungan protein sama, belum tentu mempunyai kualitas yang sama. Mungkin protein dari bahan makanan yang satu mempunyai kandungan asam amino yang lebih seimbang daripada protein dari bahan makanan yang lain. Contoh lain misalnya lemak. Lemak dari bahan makanan yang satu akan berbeda kualitasnya dari bahan makanan yang lain, meskipun jumlah kandungannya sama. Namun demikian untuk menyusun pakan ungas, analisa proksimat sudah cukup member gambaran akan kualitas pakan yang dihasilkan. Bahkan sampai sata ini penyusunan pakan masih menggnakan analisa proksimat untuk menentukan kandungan zat makanan dari bahan baku pakan. Catatan : table komoposisi bahan makanan dapat digunakan table NRC (1982) table komposisi BMT UGM (1986). c. Harga Bahan Baku Pakan Ternak Tinggi rendahnya harga bahan baku pakan akan menentukan tinggi rendahnya harga pakan jadi. Dalam menyusun pakan sebenarnya ada dua macam harga, yaitu harga riel bahan baku yang berlaku dipasaran dan harga relative berdasarkan kandungan zat makanan yang dikandungnya. Jika ditinjau dari kandungan zat makanan yang terdapat dalam suatu bahan baku, maka harga bahan baku yang satu yang secara riel lebih murah daripada harga riel bahan baku yang lain, tetapi harga tersebut ada kemungkinan relative mahal. Perhitungan harga relative ini penting, khusunya dalam menyusun pakan dengan metode least cst. Oleh karena itu sebaiknya dibuat daftar harga bahan baku baik harga riel maupun harga relatifnya. 58

3 d. Batasan Penggunaan Bahan Baku Makanan Dalam Menyusun Pakan Sebagaimana diketahui bahwa tidak semua bahan makanan dapat digunakan untuk menyusun pakan sampai mencapai tingkat 100 %. Hal ini disebabkan karena adanya factor-faktor pembatas yang terdapat dalam bahan makanan itu sendiri. Factor-faktor tersebut antara lain : kandungan serat kasar, kandungan zat anti nutrisi seperti tripsin inhibitor pada kedele, asam phytat pada butiran, asam cianida pada ketela, tannin pada sorghum, gossypol pada biji kapas dan sebagainya. Keseimbangan asam amino dari protein yang terdapat dalam bahan makanan. Batasan penggunaan bahan makanan dalam menyusun pakan ini perlu, tidak saja ditinjau dari segi biologis tetapi juga dari segi teknis penyusunan pakan khusunya jika menggunakan paket-paket program computer karena program komputer menggunakan program linier. e. Kebutuhan Zat Makanan Bagi Ternak Agar dapat menyusun pakan yang mengandung zat-zat makanan sesuai dengan kebutuhan ternak untuk mencapai penampilan produksi yang dikehendaki, maka pengetahuan akan kebutuhan zat-zat makanan bagi ternak sesuai dengan status nutrisinya dan tujuan produksinya adalah penting. Sebagaimana diketahui laju pertumbuhan adalah dipengaruhi oleh umur. Demikian pula susunan kimia tubuh berubah dengan bertambahnya mur hewan. Sebagai contoh, kandungan protein tubuh menurun dengan bertambahnya umur, sedangkan kandungan lemak tubuh bertambah dengan bertambahnya umur. Tetapi kandungan mineral dapat dikatakan tidak berubah dengan bertambahnya umur. Perubahan susunan kimia tubuh ini akan menuntut perubahan kebutuhan zat makanan oleh tubuh. Disamping itu ternak akan cenderung mengkonsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan akan energy. Dengan demikian kandungan energy dalam pakan akan berpengaruh pada jumlah konsumsi yang pada akhirya akan berpengaruh juga pada jumlah zat-zat makanan yang dibutuhkan. Catatan : tabel kebutuhan zat-zat makanan ternak dapat digunakan NRC (1994) maupun yang lainnya 59

4 PENYUSUNAN PAKAN METODE COBA-COBA (TRIAL AND ERROR) Penyusunan pakan unggas dengan metoda coba-coba ini, tidaklah dapat sekaligus dipenuhi kebutuhan beberapa zat makanan. oleh karena itu setelah didapat suatu formula yang mengadung zat makanan yang mendekati jumlah kebutuhan, langkah selanjutnya adalah mengadakan penyesuaian jumlah bahan makanan yang dipakai sampai didapat suatu formula yang mengadung zat makanan dalam jumlah yang dikehendaki. Untuk jelasnya kita buat contoh sebuah formula Pakan. Misal akan dibuat formula Pakan untuk ayam pedaging periode starter yang mengandung protein 22%, energy 3100 kkal/kg, calcium 1%, phosphor 0,7 %, methionine 0,4 % dan lysine 1,12%. Pakan ini disusun dari bahan-bahan makanan yang mengadung zat-zat makanan seperti tertera dalam table materik berikut di bawah ini: Bahan makanan Kandungan Zat Makanan Jagung 8, ,02 0,28 0,20 0,24 Bekatul 12, ,05 1,31 0,22 0,57 Tepung Ikan 60, ,11 2,88 1,78 4,83 Bungkil Kedele 45, ,29 0,65 0,65 2,93 Kapur ,20 0, Tepung Tulang 12, ,40 12, Garam Minyak Kelapa Premix Keterangan : 1 = protein, % 2 = energi, kkal/kg 3 = calsium, % 4 = phosphor, % 5 = methionine, % 6 = lysine, % Misal dibuat pakan sebanyak 100 Kg, maka sesuai dengan batasa penggunaa, kita susu bahan sebagai berikut: - Tepung Ikan 10 Kg - Bekatul 10 kg - Tepung Tulang 1 Kg - Garam 0,3 Kg - Minyak kelapa 1 Kg - Premix 0,5 Kg 60

5 Untuk mempermudah perhitungan kita buat materik sebagai berikut: Bahan Makanan Jumlah Kandungan Zat Makanan Tepung ikan 10 6, ,51 0,28 0,17 0,48 Bekatul 10 1, ,01 0,13 0,02 0,06 Tepung tulang 1 0, ,29 0, Garam 0, Minyak kelapa Premix 0, Jumlah 22,8 7, ,80 0,53 0,19 0,54 Keterangan : 1 = protein 2 = energi 3 = calsium 4 = phosphor 5 = methionin 6 = lysine Dari susunan tersebut diatas dapat kita hitung bahwa kekurangan bahan adalah ,8 = 77,2 kg. Seperti telah disebut dimuka bahwa kita tidak dapat menghitung kandungan beberapa zat makanan sekaligus. Untuk itu kita mabil contoh protein. Dari perhitungan diatas kekurangan protein adalah sebesar 22 7,32 = 14,68 kg. Protein sebanyak 14,68 kg ini harus terkandung dalam campuran bahan pakan sebanyak 77,2 kg yang tersusun dari bungkil kedelai dan jagung. Untuk ini dapat digunakan perhitungan Pearson Square. Oleh karena kandungan zat makanan dinyatakan dalam %, maka protein sebesar 14,68 kg dalam campuran bahan sebanyak 77,2 kg kalau dikonversikan menjadi % sama dengan 14,68/77,2 = 19,02%. Catatan : perhitungan pearson square hanya dapat dilakukan jika campuran bahan yang disusun mempunyai kandungan zat makanan yang nilainya ada diantara nilai zat makanan bahan penyusunnya. Jadi perhitungan segi empat pearson untuk formula Pakan diatas adalah (lihat halaman brikut). Dari perhitungan ini didapatkan jumlah bungkil kedelai sebesar ( 10,4/36,2) x 77,2 = 22,18 kg dan jagung sebesar (25,8/36,2) x 77,2 = 55,02 kg. Kemudian angkaangka ini kita masukkan kedalam matrik table perhitungan yang hasil akhirnya sebagaimana tertera pada tabel materik dibawah ini. 61

6 Perhitungan Pearson Square : 45 10,4 bungkil kedele 19,2 8,8 Tabel matrik perhitungan : 25,8 jagung 36,2 Bahan Zat Makanan yang dikandung Jumlah Makanan Tepung Ikan 10 6, ,51 0,28 0,17 0,48 Bekatul 10 1, ,01 0,13 0,02 0,06 Tepung tulang 1 0, ,29 0, Garam 0, Minyak kelapa Bungkil kedele 22,18 9, ,06 0,14 0,14 0,64 Jagung 55,12 4, ,01 0,15 0,10 0,13 Jumlah 100,0 21, ,87 0,82 0,43 1,31 2 Keterangan : 1 = protein 2 = energi 3 = calsium 4 = phosphor 4 = methionin 6 = lysine Dari table matrik tersebut dapat dilihat bahwa ada zat-zat makanan yang melebihi dan ada pula yang kurang dari kebutuhan. Untuk itu dapat dilakukan penyesuaian pada jumlah bahan makanan yang digunakan dengan mengadakan perubahan-perubahan sedikit sampai didapat formula Pakan yang mengadung zat makanan yang mendekati kebutuhan yang diinginkan. 62

7 PENYUSUNAN PAKAN METODE PEARSON SQUARE 1. Menggunakan satu bahan makanan ternak. Cara penyusunan dengan metode pearson square sebagai berikut : jika kita memiliki 2 bahan makan ternak yaitu jagung dan konsentrat, masing-masing memilki kadar protein 9% dan 38 %. Sedangkan Pakan yang ingin kita susun harus memilki kadar protein 20 %. Berapa campuran yang harus kita buat jika kita ingin menyusun pakan sebanyak 100 kg. Jawab : Konsentrat 38 % 11 % 20 % Jagung 9 % 18 % 29 % Jadi kita menyusun Pakan dengan perbandingan sebagai berikut: Konsentrat = 11/29 x 100 kg = 37,9 kg Jagung = 18/29 x 100 kg = 62,1 kg Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah praktis dan dengan cepat menyusun pakan karena proporsi bahan makanan ternak dapat diketahui dengan cepat melalui perhitungan yang mudah. Namun kerugiannya adalah hanya dapat digunakan untuk dua macam bahan makanan saja, disamping itu pakan hanya dapat disusun berdasarkan salah satu nutrien saja. Dengan pertimbangan tersebut, agar tidak terlampau banyak mengganggu keseimbangan nutrien yang terdapat dalam pakan maka metode ini hanya cocok untuk mencampur satu atau dua bahan makanan ternak dengan konsentrat. 2. Menggunakan dua bahan makanan ternak Jika ada dua macam bahan makanan ternak yang akan dipergunakan untuk mencampur konsentrat menjadi pakan ayam periode layer dengan protein kasar 16%, bagaimana formula pakannya. Jika diketahui bahan makanan yang digunakan adalah jagung PK 9% dan bekatul PK 12% dengan perbandingan 3 : 1 serta konsentrat PK 38 %. 63

8 Jawab : - Menghitung PK dari campuran jagung dan bekatul a. Suplai PK dari jagung = 0,75 x 9% = 6,75% b. Suplai PK dari bekatul = 0,25 x 12% = 3,00% - Menghitung proposi campuran jagung dan bekatul dalam Pakan Konsentrat 38 % 6,25 16 Campuran 9,75 % ,25 - Jika ingin dibuat pakan sebanyak 100 kg maka : a. Konsetrat yang digunakan = 6,25/28,25 x 100 kg = 22,1 kg b. Jagung yang digunakan = 0,75 x 22/28,25 x 100 kg = 58,40 kg c. Bekatul yang digunakan = 0,25 x 22/28,25 x 100 kg = 19,4 kg 3. Menggunakan lima bahan makanan ternak Jika ada lima bahan makanan ternak, yaitu : - Bekatul PK = 12% - Jagung PK = 9% - Tepung tapioka PK = 2% - Tepung ikan PK = 60% - Bungkil kedelai PK = 45% Bagaimana formulai Pakan jika ingin mendapatkan Pakan dengan PK 21%? Jawab : Tahap I: - Melakukan perencanaan terhadap jumlah atau proporsi bahan makanan bahan ternak yang digunakan menyusun Pakan. 64

9 - Agar tujuan menyusun Pakan PK 21% tercapai perlu dilakukan penggolongan dalam bahan makanan ternak yang mengadung PK tinggi dan PK rendah. Tahap II: - Melakukan perhitungan sebagai berikut : Protein tinggi Tepung ikan digunakan 20% = 0,2 x 60% = 12% Bungkil kedelai digunakan 80% = 0,8 x 45% = 36% 48% Jadi campuran ini memiliki PK 48% Protein rendah Jagung digunakan 60% = 0,6 x 9 = 5,4% Bekatul digunakan 25% = 0,25 x 12 = 3,0% Tepung tapioka digunakan 15% = 0,15 x 2 = 0,3% 8,7% Jadi campuran ini memiliki PK 8,7% - Perhitungan Pearson square Campuran I 48 % 8,3 % 17 Campuran II 8,7 % 31 % + - Jadi untuk 39,3 % menyusun Pakan sebanyak 100 kg diperlukan : Tepung ikan = 0,2 x 8,3/39,3 x 100 kg = 4,22 kg Bungkil kedelai = 0,8 x 8,3/39,3 x 100 kg = 16,90 kg Jagung = 0,6 x 31/39,3 x 100 kg = 47,33 kg Bekatul = 0,25 x 31/39,3 x 100 kg= 19,72 kg Tepung tapioka = 0,15 x 31/39,3 x100 kg = 11,83 kg Perlu diketahui lagi,walaupun metode ini lebih sempurna akan tetapi belum dapat mengatasi kendala bahwa hanya satu nutrisi saja yang dapat diamati sehingga untuk menekan kemungkinan terjadinya difisiensi terhadap salah satu nutrient, sekali lagi ditegaskan bahwa bagaimanapun modifikasi dilakukan metode ini 65

10 hanya digunakan untuk mencampur pakan konsentrat dengan satu atau lebih bahan makanan ternak lain. Daftar Pustaka Juju Wahyu, Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Surisdiarto dan Koentjoko, Industri Makanan Ternak. Nuffic Unibraw. Malang 66

11 B. MENYUSUN PAKAN TERNAK RUMINANSIA Seorang peternak senantiasa menginginkan agar ternak-ternak yang dipelihara mempunyai kondisi yang optimum diseluruh fase kehidupannya. Untuk memenuhi keinginan tersebut, diperlukan zat-zat makanan yang tidak sedikit jumlahnya, yang pemberiannya sesuai dengan fase hidupnya. Pada prinsipnya pemberian pakan kepada ternak harus diperhitungkan effisiensi biologis maupun effisiensi ekonomis. Penyusunan Pakan ternak adalah cara meramu bahan-bahan pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak sesuai dengan tingkat produksi yang diinginka. Diatas telah diterangkan bahwa zatzat makanan utama yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia dan harus mendapat perhatian terlebih dahulu adalah bahan kering, protein, energi, kalsium dam phosphor. Cara terbaru dalam menyusun Pakan adalah didasarkan pada 100% bahan kering (dry matter basis). Walaupun demikian masih memungkinkan untuk merubahnya kedalam bentuk yang tersedia (as fed basis). Dalam menyusun Pakan seimbang (balance ration) dibutuhkan data data sebagai berikut: 1. Data kebutuhan ternak akan zat-zat makanan. 2. Data komposisi zat-zat makanan dari bahan pakan yang digunakan untuk menyusun Pakan. Tahapan tahapan didalam menyusun Pakan seimbang adalah sebagai berikut : 1. Harus mengetahui kondisi ternak yang diberi pakan, apakah ternak dalam keadaan pertumbuhan, produksi ataupun kerja. 2. Siapkan data kebutuhan ternak akan zat-zat makanan 3. Tentukan bahan-bahan pakan yag akan digunakan dalam menyusun Pakan, dengan mengingat syarat-syaratnya 4. Siapkan data komposisi zat-zat makanan dari bahan-bahan pakan yang akan digunakan 5. Disusun daftar bahan-bahan pakan yang digunakan dan komposisi zat-zat makanannya, dengan membuatnya kedalam bentuk tabel 6. Diperhitungkan Pakan seimbang 7. Diteliti susunan zat-zat makanan Pakan seimbang, apakah sudah sesuai kebutuhannya 67

12 8. Apabila Pakan telah seimbang, cek lagi dengan menjawab pertanyaanpertanyaan sebagai berikut : a. Apakah ada kelebihan zat-zat makanan didalam Pakan bila ada sampai seberapa jauh pengaruhnya terhadap ternak. Bila kekurangan zat-zat makanan, apa pengaruhnya terhadap ternak dan apa yang harus anda kerjakan. b. Apakah Pakan tersbut tealah merupakan Pakan murah, tetapi telah memenuhi syarat c. Perlukan ditambah pakan tambahan pada Pakan tersebut seperti garam, mineral, kapur, dan sebagainya Dalam menyusun Pakan dikenal beberapa cara, yang dapat menolong kita dalam formulasi tersebut. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pearson Square Methode Method ini digunakan untuk mengetahui perbadingan 2 buah/group bahan pakan untuk mendapatkan suatu level zat makanan yang telah dikehendaki dari campuran kedua bahan/group tersebut. Contoh : membuat campuran dari leguminosa (Protein Kasar = PK = 15%) dengan rumput (PK = 7%) agar mendapatkan kadar PK sebesar 12%. Leguminosa, PK = 15 % 5 16 Rumput PK = 7 % ,00 % 2. Metode Trial and Error Cara ini merupakan modifikasi formula dari suatu Pakan ang telah ada dengan mengganti (mensubstitusi) satu atau lebih dari bahan pakan komponen Pakan yang telah ada dengan bahan pakan yang kita punyai, yang nilai gizinya kira-kira seimbang dengan bahan-bahan pakan yang kita ganti. Hal ini dapat terjadi apabila komponen dari Pakan yang kita pakai tidak tersedia di lapangan. 68

13 3.Weighed Metode Yaitu menghitung dengan jalan coba-coba berdasarkan satuan berat untuk mendapatkan campuran bahan pakan yang mengandung nilai gizi tertentu. Unutk mendapatkan perhitungan biasanya digunakan jumlah 100 kilogram yang merupakan jumlah Pakan yang akan disusun. Contoh : susun suatu Pakan yang mengadung protein 14% yang tersusun dari rumput lapang (PK = 8%), gliricidia (PK = 20 %) dan dedak (PK = 8%). Jawab : Susunan Pakan adalah sebagai berikut : Bahan pakan Jumlah (kg) PK (%) PK (kg) Rumput lapangan Gliricidia Dedak Jumlah Pakan tersebut mengadung Protein Kasar : Protein Kasar = PAKAN SAPI Pakan Pertumbuhan Sapi Dara (Grower) Setelah umur 1 tahun hingga dewasa, diberi Pakan pertumbuhan untuk sapi dara (grower) yang mengandung protein sekitar 15%. Pakan grower yang diberikan dapat disusun dari campuran 55% bungkil kelapa, 40% dedak halus, dan 5% onggok. Pemberian Pakan sapi dara tertera pada tabel berikut : Tabel 1 : Pemberian Pakan untuk sapi dara Umur (bulan) Rumput (kg) Konsentrat , , , ,00 Cara yang paling tepat untuk member pakan sapi dara (grower) adalah dengan menyusun Pakan bersadarkan kebutuhan sapi akan zat-zat makanan dengan 69

14 menggunakan daftar kebutuhan bagi sapi dara dan daftar komposisi zat-zat makanan dari pakan penyusun Pakan. Sebagai contoh menyusun Pakan seimbang untuk sapi dara (grower heifer), tipe large breed dengan bobot badan 100 kg, pertambahan bobot badan (daily gain) = 750 gram per hari. Bahan pakan yang tersedia adalah Brachiaria decumbens (umur hari); stylosanthes gracillis (early growth), bekatul, jagung dan bungkil kedele (full fat). Ditentukan kebutuhan bahan kering hijauan = 1,4 % bobot badan, sedangkan perbadingan rumput dan legume adalah 1:1. Cara mengerjakan Langkah 1 : Kita cari kebutuhan zat-zat makanan dari sapi dara tersebut sesuai dengan bobot badanya dan daily gain. Dari lampiran 2 kebutuhan zat-zat makanannya adalah sebagai berikut : BK (DM) DP TDN Ca P (kg) (g) (kg) (g) (g) Kebutuhan 2,9 260,0 2,0 10,9 8,4 Keterangan : BK DP TDN Ca P = bahan kering (DM = dry matter) = Digestible Protein = Total Digestible Nutrient = Calsium = Phosphor Langkah 2 : Menghitung kebutuhan BK untuk hijauan yaitu 1,4% bobot badan = 1,4% x 100 kg = 1,4 kg, terdiri dari Brachiaria decumbens 0,7 kg BK dan Stylosanthes gracillis 0,7 kg. Kemudian hitung zat-zat makanan yang dapat disediakan oleh hijauan. Untuk itu kita perlu mengetahui kandungan zat-zat makanan dari bahan-bahan penyusun Pakan, yang dapat dilihat dari lampiran sebagai berikut: Zat zat makanan yang dapat disediakan oleh hijauan adalah sebagai berikut: Bahan pakan PK DP TDN Ca P (%) (%) (%) (%) (%) Brachiaria 15,0 7,0 59,4 0,26 0,20 Stylosanthes 15,0 10,0 58,6 1,56 0,25 Bekatul 15,0 11,5 74,7 0,07 2,00 Jagung 86,0 6,2 82,9 0,02 0,33 Bungkil Kedele 86,0 34,2 88,7 0,26 0,63 70

15 Yang dapat disediakan Brachiaria decumbens : DP = TDN = Ca = P = Yang dapat disediakan Stylosanthes gracilis : DP = TDN = Ca = P = Hasil perhitungan tersebut dimasukkan kedalam tabel dan dibandingkan dengan kebutuhannya, seperti dibawah ini : Bahan Pakan BK DP TDN Ca P (kg) (g) (kg) (g) (g) Kebutuhan 2,9 260,0 2,0 10,9 8,4 Pakan - Brachiaria 0,7 49,0 0,4 1,8 1,4 - Stylonsanthes 0,7 70,0 0,4 11,0 1,8 Jumlah Pakan 1,4 119,0 0,8 12,8 3,2 Kekurangan za-zat makanan yang harus disediakan oleh campuran bekatul, jagung dan bungkil kedelai adalah : BK = 2,9 kg 1,4 kg = 1,5 kg TDN = 2,0 kg 0,8 kg = 1,2 kg DP = 260 gr 119 gr = 141,0 gr P = 8,4 gr 3,2 gr = 5,2 gr Kekurangan DP = 141 gr = 71

16 Kekurangan TDN = 1,2 kg = Langkah 3 : Menghitung campuran sumber energi yaitu campuran antara bekatul dan jagung untuk memenuhi kekurangan TDN sebanyak 80,0% dengan menggunakan metode Pearson Square sebagai berikut : TDN Bagian Persentase Leguminosa 74,7 2,9 35,4 80,0 Rumput 82,9 5,3 64,6 8,2 100,0 Selanjutnya kita hitung zat-zat makanan yang dapat disediakan oleh 35,4 % bekatul dan 64,6 % jagung dengan cara seperti diatas dan kita masukkan dalam tabel. Presentase zat-zat makanan yang disediakan oleh jagung dan bekatul (sumber energi) : Bahan BK DP TDN Ca P (%) (%) (%) (%) (%) Bekatul 35,4 4,1 26,4 0,02 0,71 Jagung 64,6 4,0 53,6 0,01 0,21 Jumlah 100,0 8,1 80,0 0,03 0,92 Dari perhitungan diatas, DP masih kurang sebanyak 9,4 % kekurangan ini kita penuhi dari campuran antara pakan sumber energi (campuran bekatul dan jagung) dengan bungkil kedelai, dengan menggunakan metode Pearson Square sebagai berikut : Bagan a : DP (%) Bagian Persentase Campuran 8,1 Sumber Energi 24,8 95,0 9,4 Rumput 34,2 1,3 5,0 26,1 100,0 72

17 Tabel a: Bahan BK (%) DP (%) TDN (%) Ca (%) P (%) Campuran - Sumber energi 95,0 7,7 76,0 0,03 0,87 - Bungkil kedelai 5,0 1,7 4,4 0,01 0,03 Jumlah 100,0 9,4 80,4 0,04 0,90 Jadi zat-zat makanan yang dapat disediakan oleh konsentrat adalah sebagai berikut : BK = ( 2,9 1,4 ) kg = 1,5 kg DP = TDN = Ca = P = Langkah berikutnya adalah menjumlahkan zat-zat makanan yand dapat disediakan oleh hijauan dan konsentrat, kemudian kita bandingkan dengan kebutuhan ternak akan zat-zat makanan, dan kita masukkan tabel sebagai berikut : Bahan pakan BK DP TDN Ca P (kg) (gr) (kg) (gr) (gr) Hijauan 1,4 119,0 0,8 12,8 3,2 Konsentrat 1,5 141,0 1,2 0,6 13,5 Jumlah 2,9 260,0 2,0 13,4 16,7 Kebutuhan 2,9 260,0 2,0 10,9 8,4 Dari tabel diatas terlihat bahwa susunan Pakan telah sesuai dengan kebutuhan sapi akan zat-zat makanan. Perbandingan Ca dan P idealnya adalah 1:1. Kekurangan Ca dapat dipenuhi dengan penambahan CaCO 3 (kapur). CaCO 3 mengandung 36% Ca.Jadi kapur yang harus ditambahkan : Penambahan CaCO 3 = 73

18 Langkah selanjutnya adalah menghitung susunan Pakan dalam bentuk segar, sebagai berikut: - Brachiaria = - Stylosanthes = - Bekatul = 35,4% x 95% x 1,5 kg BK = 0,5 kg BK = - Jagung = 64,5 % x 95% x 1,5 kg BK = 0,9 kg BK = - Bungkil kedelai = 5 % x 1,5 kg BK = 0,1 kg BK = Pakan Sapi Laktasi Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menyusun Pakan untuk sapi perah laktasi adalah berapa jumlah pemberian yang layak, bagaimana daya cerna Pakan tersebut dan bagaimana pengaruh zat-zat makanan yang diserap oleh tubuh ternak akan mempengaruhi kualitas air susu. Dari ketiga hal tersebut, maka beberapa pedoman yang perlu diingat adalah : a. Pemberian pakan tidak ditujukan agar sapi maka sekenyang kenyangnya. Pemberian pakan sebanyak 80% dari konsumsi pakan bebas ( Voluntary feed intake) praktis sama dengan pemberian 100%. b. Sapi membutuhkan sejumlah serat kasar tertentu didalam Pakannya. Serat kasar tersebut sebagian besar diperoleh dari pakan hijauan. Koefisien cerna tertinggi dicapai pada perbandingan bahan kering hijauan dan bahan kering konsentrat = 50 : 50 atau bahan kering yang berasal dari hijauan berkisar antara % dari total kebutuhan bahan kering Pakan. c. Harga air susu antara lain dinilai berdasarkan kandungan lemaknya. Kadar lemak air susu yang diperdagangkan sebagai susu segar, sekurang-kurangnya harus mengandung 2,8% lemak. Sebagian besar lemak dibentuk dari hasil fermentasi serat kasar atau asam acetat, sehingga kebutuhan akan hijaun tidak dapat terlalu banyak dikurangi. Untuk menjaga agar kadar lemak susu lebih 74

19 2,8% maka sekurang-kurangnya 40% dari total bahan kering Pakan harus berasal dari hijauan. Berikut ini akan diutarakan contoh menyusun Pakan seimbang untuk sapi perah laktasi dengan bobot badan 500 kg, produksi susu 20 liter dengan kadar lemak 4%. Bahan bahan pakan yang digunakan adalah rumput gajah (umur hari), jerami kacang tanah, dedak halus pabrik dan bungkil kelapa (full fat). Di dalam menyusun Pakan sapi laktasi, hanya satu nilai energi netto yang dipakai yaitu NEL (net energy for lactating cows), karena NEL merupakan nilai energi netto untuk hidup pokok, pertambahan bobot badan, kebuntingan dan produksi susu. Langkah pertama Kita mencari kebutuhan zat zat makanan dari sapi laktasi tersebut dari lampiran 3. Kebutuhan zat-zat makanan adalah sebagai berikut : Kebutuhan DP (gr) NEL (Mcal) Ca (gr) P (gr) Hidup pokok 300 9, Produksi susu , (20 liter/4% lemak) Jumlah , Dari lampiran 3, kebutuhan DP untuk produksi susu sebesar 1 kg, dengan kadar lemak 4 % adalah 51 gram. Maka kebutuhan DP untuk sapi perah laktasi yang memproduksi susu sebanyak 20 liter dengan kadar lemak 4 % adalah 20 x 51 gram = 1020 gram. Dengan cara yang sama kebutuhan NEL, Ca dan P untuk memproduksi 20 kg dengan kadar lemak 4% dapat dihitung. Langkah kedua adalah mencari komposisi zat-zat makanan dari bahan-bahan pakan penyusun Pakan, dari lampiran 1 dan dimasukkan dalam tabel sebagai berikut : Bahan BK DP NE Ca P (%) (%) (Mcal/kg) (%) (%) Rumput Gajah (umur hari) 16,0 3,6 0,99 0,27 0,38 Jerami kacang tanah 37,0 10,1 1,78 1,11 0,33 Dedak halus pabrik 86,0 9,0 1,96 0,04 1,58 Bungkil kelapa 86,0 19,9 2,13 0,30 0,67 75

20 Langkah ketiga adalah menentukan kebutuhan bahan kering Pakan. Pada lampiran 4, diketahui bahwa untuk sapi yang berproduksi liter air susu, per kh BK Pakan harus mengandung NEL sebesar 1,6 Mcal. Padahal kebutuhan NEL = 23,8 Mcal. Jadi kebutuhan Bila ditentukan hijauan yang diberikan = 60 % dari total kebutuhan BK Pakan, maka BK hijauan yang diberikan = 60 % x 14,9 kg = 8,9 kg = 9,0 kg. Perbandingan rumput gajah = jerami kacang tanah = 1:1 Langkah keempat adalah menghitung jumlah zat-zat makanan yang dapat disediakan oleh hijauan dengan cara seperti di atas. Bahan BK DP NEL Ca P (%) (%) (Mcal/kg) (%) (%) Rumput Gajah 4,5 162,0 4,5 12,2 17,1 Jerami kacang tanah 4,5 454,5 8,0 49,9 14,9 Jumlah 9,0 616,5 12,8 62,0 32,0 Kebutuhan 14,9 1320,0 23,8 74,0 55,0 Kekurangan 5,9 703,5 11,3 11,9 23,0 Dari tabel di atas terlihat bahwa kekeurangan DP = 703,5 gr. Kekurangan DP itu kita konversikan dalam bentuk persen yaitu : Kekurangan BK sebesar 5,9 tersebut harus dipenuhi dari campuran antara dedak dengan bungkil kelapa. Untuk mencari persentase dedak dan bungkil kelapa agar dapat memenuhi kekurangan zat-zat makanan, dicari dengan metode person square : DP (%) Bagian Persentase Dedak halus 9,0 8,0 73,4 11,9 Bungkil Jadi jumlah kedelai dedak = 73,419,9 % x 5,9 kg = 4,3 kg 9,9 BK 26,6 Bungkil kelapa Jumlah 10,9 = 26,6 % x 5,9 kg = 1,6 kg BK 100,0 76

21 Langkah kelima : adalah menghitung zat-zat makanan yang disediakan oleh hijauan dan konsentrat. Bahan BK DP NEL Ca P (kg) (gr) (Mcal/kg) (gr) (gr) Hijauan 9,0 616,5 12,5 62,1 32,0 Dedak halus pabrik Bungkil kelapa 4,3 1,6 387,0 318,4 8,4 3,4 1,7 4,8 67,9 10,7 Jumlah 14,9 1321,4 24,3 68,6 110,6 Kebutuhan 14,9 1320,0 23,8 74,0 55,0 Jadi Pakan sudah memenuhi kebutuhan akan zat-zat makanan, perbandingan Ca dan P yang ideal 1:1. Pada Pakan di atas kandungan Ca lebih kecil daripada kandungan P. Kekurangan Ca dapat dipenuhi dengan menambahkan CaCO 3 dalam Pakan. Diketahui CaCO 3 mengandung 36 % Ca. Untuk membuat agar Ca : P = 1:1, maka CaCO 3 yang harus ditambahkan adalah sebesar : Langkah terakhir adalah menghitung susunan Pakan dalam bentuk segar, yaitu: NaCl (garam dapur) dapat diberikan sebanyak 0,45 % BK = 77

22 PAKAN DOMBA Domba merupakan ternak yang tidak terlalu memilih pakan, karena hampir semua jenis hijauan disukainya. Domba juga tidak begitu memerlukan konsentrat, kecuali untuk betina bunting tua, betina yang mulai menyusui (laktasi), pejantan yang digunakan untuk mengawini dan anak-anak domba. a. Pakan untuk domba yang sedang bunting Periode kebuntingan merupakan periode yang kritis untuk mendapatkan domba yang sehat dan kuat pada kelahiran. Selama periode kebuntingan, domba akan mendapatkan tambahan bobot badan sebesar 5-10 kg, sehingga selama periode laktasi, kondisi tubuhnya baik. Di bawah ini adalah contoh menyusun Pakan seimbang untuk domba kering selama 15 minggu pertama dari kebuntingan dengan bobot badan 45 kg. Tersedia hijauan Cynodon plectostachyus (umur hari). Langkah 1: Memperhitungkan kebutuhan domba akan zat-zat makanan dengan menggunakan table kebutuhan yaitu lampiran 11, sebagai berikut: Bobot badan (kg) BK (kg) DP (54) TDN (kg) Ca (gr) P (gr) 45 1,2 54 0,5 3,2 2,5 Langkah 2 : Mencari komposisi zat-zat makanan dari Cynodon plectostachyus umur hari dari lampiran 1, sebagai berikut Bahan BK (%) DP (%) TDN (kg) Ca (gr) P (gr) Cynodon P. (43,56 hari) 16,0 5,5 57,5 0,25 0,31 Langkah 3: Menghitung zat-zat makanan yang dapat disediakan oleh hijauan tersebut dan membandingkan dengan kebutuhannya, sebagai berikut : Bahan BK (kg) DP (gr) TDN (kg) Ca (gr) P (gr) Cynodon P. 1,2 66 0,69 3,0 3,7 Kebutuhan 1,2 54 0,59 3,2 2,5 Dari perhitungan di atas, ternyata rumput Cynodon P. (umur hr), telah dapat memenuhi kebutuhan nutrient bagi domba kering selama 15 minggu 78

23 pertama dari kebuntingan dengan bobot badan 45 kg. Campuran mineral yang tersusun dari garam, kapur dan tepung tulang masing-masing 1/3 bagian diberikan secara bebas. Untuk Pakan domba selama 6 minggu terakhir dari kebuntingan, memerlukan tambahan konsentrat sebanyak gr. Dedak halus dapat digunakan. Hasil perhitungan Pakan yang terdiri dari Cynodon P. dan dedak halus, yang kemudian kita bandingkan dengan kebutuhan domba dapat dilihat pada table di bawah ini. Bahan BK (kg) DP (gr) TDN (kg) Ca (gr) P (gr) Pakan : - Cynodon P. (umur hr) - Dedak halus pokok 1,2 0, ,69 0,37 3,0 0,2 3,7 7,9 Jumlah : 1, ,06 3,2 11,6 Kebutuhan 1,7 82 0,91 4,2 3,1 Dari tabel tersebut terlihat bahwa susunan Pakan di atas telah serasi untuk semua kebutuhan nutrient, kecuali perbandingan Ca:P yang ideal adalah 1:1, untuk itu maka Pakan harus ditambah kapur. Kapur mengandung Ca = 36%. Jadi kapur yang harus ditambahkan = Pakan ini diberikan sampai anak lahir dan beberapa hari sesudahnya. b. Pakan untuk Domba Jantan Tidak ada problem khusus tentang Pakan untuk domba jantan. Pada dasarnya hijauan yang berkualitas baik sudah dapat memenuhi kebutuhan akan zat-zat makanan sepanjang tahun. Hanya pada saat akan digunakan untuk mengawini domba betina, domba tersebut perlu mendapat tambahan konsentrat sekitar gr/hr. c. Pakan untuk anak-anak domba sebagai pengganti betina dan jantan Kebutuhan Pakan bagi ternak tersebut tidak besar sehingga pasture berkualitas baik atau hijauan yang lain akan dapat memenuhi semua kebutuhan nutrient garam dari mineral. Penggunaan mineral mixture seperti yang telah 79

24 diuraikan di bagian depan akan mensuplai kebutuhan tersebut. Jika kualitas rumput yang tersedia rendah maka perlu penambahan konsentrat. Sebagai contoh : Pakan serasi untuk hewan pengganti (replacement ewe) yang beratnya 27 kg. Bahan-bahan yang tersedia yaitu: - Jerami padi - Dedak halus pabrik - Molasses - Copra meal (full fat) Hewan-hewan tersebut mengkonsumsi BK yang berupa hijauan sekitar 1,5% dari bobot tubuhnya atau kira-kira 0,4 kg BK tiap hari. Kita hitung komposisi nutrient dari jerami padi berdasar lampiran 1 dan kita bandingkan dengan Tabel Kebutuhan pada lampiran 11 sebagai berikut: Hasil Perhitungan : Bahan BK (kg) DP (gr) TDN (kg) Ca (gr) P (gr) Kebutuhan 1,2 73 0,68 2,9 2,6 Di dalam makanan: Jerami padi (green) 0,4 10 0,17 0,8 0,3 Kebutuhan 0,8 63 0,51 2,1 2,3 Kekurangan 0,8 kg BK tersebut dapat dipenuhi dari pakan konsentrat. 0,8 kg BK makanan konsentrat mengandung: Campuran dari konsentrat seperti di bawah ini (harus mengandung DP tidak boleh kurang dari 8%, TDN tidak boleh kurang dari 63,8%) Bahan BK (%) DP (%) TDN (%) Ca (%) P (%) Dedak halus 81,0 7,3 60,6 0,03 1,28 pabrik 5,0 0,2 3,6 0,05 0,01 Molasses 10,0 2,0 9,2 0,03 0,07 Copra meal 4, ,44 - Kapur Total 100 9,5 73,4 1,55 1,36 80

25 Langkah selanjutnya yaitu menentukan/menghitung komposisi zat-zat makanan yang dapat disuplai oleh concentrate mixture dan selanjutnya kita bandingkan dengan daftar kebutuhan pada lampiran 11 sebagai berikut: Bahan BK (kg) DP (gr) TDN (kg) Ca (gr) P (gr) Kebutuhan 1,2 73 0,68 2,9 2,6 Di dalam makanan: - Hijauan (still green) Cocentrate mix 0,4 10 0,17 0,8 0,3 0,8 76 0,59 12,4 10,9 Total 1,2 86 0,76 13,2 11,2 Jadi: Pakan telah seimbang atau telah memenuhi kebutuhan akan BK, DP, TDN, Ca dan P. Campuran mineral diberikan secara bebas yang dicampur dengan makanan konsentrat dan terdiri atas, kapur, dan tepung tulang masing-masing 1/3 bagian. Langkah terakhir kita hitung level dari masing-masing bahan makanan pakan di dalam Pakan (dalam bahan kering/bk) : - Hijauan (rice straw green) = 0,40 kg. - Dedak halus = - Bungkil kelapa = - Molasses = - Kapur = Kita konversikan ke berat basah : - Rice straw (green) mengandung BK = 60 % - Dedak halus pabrik mengandung BK = 86 % - Bungkil kelapa mengandung BK = 86 % 81

26 - Molasses mengandung BK = 66 % - Kapur mengandung BK = 100 % Daftar Pustaka Chuzaemi, S., Hartutik., Ilmu Makanan Ternak Khusus (Ruminansia). NUFFIC Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. 82

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi 1 : Formulasi Pakan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 ORGANISASI MATERI MENYUSUN FORMULA PAKAN BERBAGAI METODE

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi: Formulasi Pakan

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi: Formulasi Pakan PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi: Formulasi Pakan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 ORGANISASI MATERI MENYUSUN FORMULA PAKAN BERBAGAI METODE

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA Indonesia adalah negara TROPIS Dengan ciri khas kualitas rumput yang rendah Pemberian pakan hanya dengan rumput Pemberian pakan campuran rumput dan konsentrat hijauan hijauan

Lebih terperinci

1. Trial and Error Method 2. Pearson's Square Method 3. Exact Method 4. Simultaneous Equation Method 5. Linear Programing Method

1. Trial and Error Method 2. Pearson's Square Method 3. Exact Method 4. Simultaneous Equation Method 5. Linear Programing Method Menyeimbangkan/menyerasikan ransum sesuai kebutuhan ternak ransum? Periksa seluruh hitungan, betul atau tidak dan pertimbangkan kandungan micronutriennya 4 bila ragu-ragu tambahkan trace mineral dan vitamin.

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Perhitungan penyusunan ransum untuk ruminansia besar; Sapi dan ternak kerja

Pokok Bahasan: Perhitungan penyusunan ransum untuk ruminansia besar; Sapi dan ternak kerja Minggu 14 (keempat betas) Pokok Bahasan: Perhitungan penyusunan ransum untuk ruminansia besar; Sapi dan ternak kerja Tujuan Pembelajaran: Menjelaskan mengenai perhitungan ransum untuk ruminansia besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher Disusun oleh : Kelompok 9 Robby Trio Ananda 200110090042 Gilang Dayinta P 200110090071

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI (Evaluation of feeding practice on lactating dairy cowsusing NRC 2001 standard: study case from

Lebih terperinci

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. HP: 0815-7810-5111 E-mail: Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan penyuplai kebutuhan daging terbesar bagi kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive)

Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive) M.K. Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan Jenis Bahan Pakan Konsentrat (Concentrate) Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive) 1 Bahan-bahan Konsentrat

Lebih terperinci

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I TUGAS INDIVIDU RANSUM UNGGAS/NON RUMINANSIA KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING NAMA : SUPRIANTO NIM : I111 13 303 KELAS : A GANJIL FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Formulasi Ransum Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM

Dasar-Dasar Formulasi Ransum Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM Dasar-Dasar Formulasi Ransum Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM Faktor-faktor kualitatif yang perlu diperhatikan dalam menyusun ransum

Lebih terperinci

Pada ternak ruminansia adalah keharusan Faktor yang mempengaruhi kualitas: Sebagai sumber Energi dan Protein Pemilihan Bahan Konsentrat:

Pada ternak ruminansia adalah keharusan Faktor yang mempengaruhi kualitas: Sebagai sumber Energi dan Protein Pemilihan Bahan Konsentrat: Jenis Bahan Pakan Konsentrat (Concentrate) Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive) M.K. Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan Bahan-bahan Konsentrat Sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Persilangan Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami proses persilangan, ayam ini dapat dipanen lebih cepat yaitu 2 bulan (Munandar dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peternak tradisional adalah rendahnya mutu pekan dengan kandungan serat kasar yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

Lebih terperinci

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc PENGETAHUAN BAHAN PAKAN Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pakan : Mempunyai nilai gizi yang tinggi Mudah diperoleh Mudah diolah Mudah dicerna

Lebih terperinci

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) 3.1 Landasan Teori PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) Berbagai ragam bahan makanan ternak telah dikenal dan dipergunakan sebagai bahan penyusun Pakan untuk memenuhi kebutuhan ternak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Jawabannya tentu tidak. Ada beberapa teknologi pengawetan hijauan pakan ternak seperti silase, hay, amoniasi, fermentasi. Namun masing-masing teknologi tersebut mempnuyai kekurangan dan kelebihan. Salah

Lebih terperinci

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM Teknik Formulasi Ransum VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM Setiap ternak yang dipelihara secara intensif, termasuk unggas harus diberi pakan untuk memenuhi semua kebutuhan zat gizinya khususnya untuk keperluan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan September 2011 dan bertempat di Laboratorium Lapang Blok A, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N. EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM S.N. Rumerung* Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut

PENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut PENGANTAR Latar Belakang Populasi ternak khususnya ruminansia besar yaitu sapi potong, sapi perah dan kerbau pada tahun 2011 adalah 16,7 juta ekor, dari jumlah tersebut 14,8 juta ekor adalah sapi potong

Lebih terperinci

Manajemen Pakan pada Itik

Manajemen Pakan pada Itik Manajemen Pakan pada Itik Pakan merupakan kebutuhan utama dalam usaha pemeliharaan ternak itik. Biaya untuk ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya lainnya. Kita ketahui bersama

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi susu sebagai produk utamanya baik untuk diberikan kepada anaknya maupun

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI Evaluation of feeding practice on lactating dairy cows using NRC 2001 standard: study case from

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien

Lebih terperinci

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peternak tradisional adalah rendahnya mutu pakan dengan kandungan serat kasar yang

Lebih terperinci

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

FORMULASI PAKAN IKAN

FORMULASI PAKAN IKAN 7 FORMULASI PAKAN IKAN Komposisi pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan maupun udang. Komposisi ini sering disebut formulasi pakan. Formulasi yang baik berarti mengandung

Lebih terperinci

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim POTENSI LIMBAH SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN ALTERNATIF PADA AYAM NUNUKAN PERIODE PRODUKSI IMAM SULISTIYONO dan NUR RIZQI BARIROH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur JI. Pangeran M.

Lebih terperinci

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum Jenis dan fungsi zat-zat gizi yang dibutuhkan ayam telah disampaikan pada Bab II. Ayam memperolah zat-zat gizi dari ransum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba dan Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU (Beef Cattle Feed Formulation Based on Software in Supporting Beef Cattle Self Sufficiency Program)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta memiliki wilayah kepulauan yang

Lebih terperinci

Pelatihan Teknis Formulator Pakan Ternak Bagi Petugas

Pelatihan Teknis Formulator Pakan Ternak Bagi Petugas Pelatihan Teknis Formulator Pakan Ternak Bagi Petugas Kebutuhan Nutrien sesuai Jenis dan Fase Fisiologis TERNAK POTONG Dr.Ir. Idat Galih Permana, MSc Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur menjadi satu dengan nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang penting untuk perawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu komoditas ternak mudah berkembangbiak, tidak banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai hewan kesayangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2010 di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian

Lebih terperinci

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas

Lebih terperinci

PAKAN AYAM BURAS INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DKI JAKARTA 1996

PAKAN AYAM BURAS INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DKI JAKARTA 1996 PAKAN AYAM BURAS INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DKI JAKARTA 1996 KATA PENGANTAR Usahatani ayam buras merupakan salah satu usaha yang telah lama dilakukan oleh para peternak di

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB EFEK PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU Suryahadi dan Despal Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB PENDAHULUAN U Perkembangan sapi perah lambat Populasi tidak merata, 98% di P. Jawa

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 4 : METODE UNTUK MENENTUKAN AVAILABILITAS ASAM AMINO PADA UNGGAS

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 4 : METODE UNTUK MENENTUKAN AVAILABILITAS ASAM AMINO PADA UNGGAS PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi 4 : METODE UNTUK MENENTUKAN AVAILABILITAS ASAM AMINO PADA UNGGAS Tujuan Untuk mengetahui beberapa metode penentuan availabilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU TIK : Setelah mengikuti kuliah II ini mahasiswa dapat menjelaskan peranan ternak perah dalam kehidupan manusia Sub pokok bahasan : 1. Peranan susu dan produk susu dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Hasil analisis kandungan nutrien silase dan hay daun rami yang dilakukan di Laboratorium PAU IPB dapat dilihat pada Tabel 4 dan kandungan nutrien ransum disajikan

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada tahun 2012 menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia dari Dosen : Rika Widiawati,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci