EVIDANCE BASED PRACTICE IN NURSING EMERGENCY ROOM NURSING EARLY WARNING SCORE SYSTEM IN EMERGENCY ROOM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVIDANCE BASED PRACTICE IN NURSING EMERGENCY ROOM NURSING EARLY WARNING SCORE SYSTEM IN EMERGENCY ROOM"

Transkripsi

1 EVIDANCE BASED PRACTICE IN NURSING EMERGENCY ROOM NURSING EARLY WARNING SCORE SYSTEM IN EMERGENCY ROOM KELOMPOK I KELAS A PROGRAM PROFESI NERS (PPN XVI) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2016

2 KELOMPOK 1 PPN XVI Kelas A 1. Seprianto Liroga 2. Pingkan N. Muntuan 3. Risca Megawati Maroca 4. Mega Maria Laluyan 5. Hardi L. Londok 6. Alfryani Hamarauk 7. Sitti fadlun 8. Eka Dwi Puspita 9. Yuyun M. Lambi 10.Seniati Alva Adonis 11.Yostina Belwalwin 12.Indriani Asnur 13.Ega Putra 14.Kamillus B. Dull 15.Ni Made Swarnasih 16.Wa Ode Sarlin Siwit PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini dalam dunia Riset kesehatan khususnya keperawatan istilah Evidance Based Practice (EBP) banyak didengar. munculnya berbagai penelitian terbaru berbasis fakta dalam praktik keperawatan merupakan salah satu alasan keberadaan evidence

3 based. Dimana Evidance Based Practice (EBP) merupakan proses penggunaan bukti-bukti terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat individu pasien. (Nurhayati, 2015). Evidance Based Nursing (EBN), nerupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence atau fakta. (Safi Iman, 2012). Menurut Gerrish dan Clayton, (1998), Evidance Based menggunakan hasil penelitian yang diperoleh dari uji RCT (random control trial) atau desain eksperimen lain untk menilai atau mengaplikasikan intervensi. dan menurut Goode dan Predaule, (1999). Merupakan praktik klinis berdasarkan bukti melibatkan temuan pengetahuan dan penelitian, review atau tinjauan kritis. Penggunaan bukti terbaik saat ini dalam mengambil keputusan dalam memberikan perawatan kepada individu pasien. Peran perawat melayani penting dalam memastikan dan menyediakan praktik berbasis fakta, mereka harus terus-menerus mengajukan pertanyaan apa fakta untuk intervensi ini? atau bagaimana kita memberikan praktik terbaik? dan apakah ini hasil terbaik yang dicapai untuk pasien, keluarga dan perawat?. perawat juga posisi yang baik dengn anggota tim kesehatan yang lain untuk mengidentifikasi masalah klinis dan menggunakan bukti yang ada untuk meningkatkan praktik. Banyak kesempatan yang ada bagi perawat untuk mempertanyakan praktik keperawatan saat itu dan penggunaan bukti untuk melakukan perawatan lebih efektif. Evidance Based Practice in Nursing Emergency Room merupakan salah satu bukti penggunaan pelayanan berbasis bukti untuk keselamatan pada pasien yang mengalami kondisi urgent dan kritis. Dalam pelayanan keperawatan gawat darurat keperawatan dan tim medis lainnya dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat karena waktu adalah nyawa (Time

4 saving is life saving). selain itu ada beberapa factor seperti keterlamabatan penanganan kasus gawat daarurat antara lain karakter pasien, penempatan staf, ketersediaan stretcher, petugas kesehatan, waktu ketibaan pasien, pelaksanaan menejemen, strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih, merupakan pertimbangan untuk menentukan kosnep waktu tanggap penanganan kasus dirumah sakit (Yoel et al dalam We Ode Nur 2012). Karena kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, kematian karena trauma dapat terjadi sesaat setelah kejadian, dalam perjalan kerumah sakit maupun saat dirumah sakit (HIPGABI SULUT, 2014). Angka kematian merupakan indikator hasil kinerja dari sebuah proses pelayanan kesehatan, di rumah sakit ada kematian di bawah 48 jam dan ada kematian di atas 48 jam, kematian yang terjadi di bawah 48 jam diindikasikan jika terjadi adalah semata karena faktor tingkat kegawatan yang berpihak atau berada pada pasien, artinya kondisi pasien lebih menentukan kematiannya. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa peran proses pelayanan kesehatan dengan berbagai sumber dayanya dalam kematian di bawah 48 jam belumlah selesai dilaksanakan (Rasmanto, 2011). Resiko kematian yang terjadi di Rumah sakit di dunia 1:300 dibandingkan dengan angka kecelakaan pesawat 1: Di Indonesia belum ada data yang pasti tentang angka kematian di seluruh rumah sakit namun kasus henti jantung merupakan panggilan Code Blue di rumah sakit (Firmansyah,2013). Henti jantung di rumah sakit biasanya didahului oleh tanda-tanda yang dapat diamati, yang sering muncul 6 sampai 8 jam Sebelum henti jantung terjadi. Keadaan perburukan pasien seperti halnya henti jantung harus dideteksi dengan cepat guna untuk mencegah angka kematian. perawat sebagai pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan harus melakukan pengkajian secara terfokus dan mengobsevasi tanda vital agar dapat menilai dan mengetahui resiko

5 terjadinya perburukan pasien, mendeteksi dan merespon dengan mengaktifkan emergency call (Duncan & McMullan, 2012). Dorothe et all, (2011). Berargumen bahwa pelayanan cepat dan pengobatan yang efektif merupakan awal meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Pasien sakit kritis harus diidentifikasi dengan cepat, sehingga pengobatan yang relevan dapat dimulai tanpa penundaan. Sistem triase berbeda telah divalidasi untuk digunakan di bagian gawat darurat dan unit akut masuk. Di dunia telah diperkenalkan sistem scoring pendeteksian dini atau peringatan dini untuk mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien dengan penerapan Early Warning Scores. EWS telah diterapkan banyak Rumah sakit di Inggris terutama National Health Service, Royal College of Physicians yang telah merekomendasikan National Early Warning Score (NEWS) sebagai standarisasi untuk penilaian penyakit akut, dan digunakan pada tim multidsiplin (NHS Report, 2012). PEMBAHASAN NURSING EARLY WARNING SCORE SYSTEM Early Warning Scoring System adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan. Skoring EWSS

6 disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari pengkajian pasien. (Duncan & McMullan, 2012). Early warning scores lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik (Firmansyah, 2013). Penggunaan Early Waring Scores sangat berkaitan erat dengan peran perawat yang melakukan observasi harian tanda-tanda vital. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan, sebagai care giver memberikan pelayanan dengan melakukan pengkajian harian serta memonitoring keadaan pasien, ketika terjadi perburukan keadaaan, orang pertama yang mengetahui adalah perawat oleh karena itu disebut Nursing Early Warning Scores. Sistem scoring sederhana digunakan untuk pengukuran fisiologis ketika pasien tiba, atau yang sedang dipantau di rumah sakit. Enam parameter fisiologis sederhana ini membentuk dasar dari sistem skor yaitu Frekuensi pernafasan, saturasi oksigen, suhu, tekanan darah sistolik, Frekuensi Nadi dan Level kesadaran (AVPU = Alert, Verbal, Pain, Unrespone). Atau sering disebut dalam pemeriksaan Tanda-tanda Vital. Tanda vital pasien (tekanan darah, denyut nadi, respirations dll) yang rutin direkam di rumah sakitt. Dengan Nursing Early Warning Scores, setiap tanda penting dialokasikan nilai numerik dari 0 sampai 3, dengan bagan kode warna pengamatan (Skor 0 yang paling diinginkan dan Skor 3 adalah paling tidak diinginkan). Nilai dari masing-masing score ditambahkan bersama dan di jumlahkan. Hasil dari total score merupakan nilai peringatan awal.

7 Tabel 2.1 Tabel Penilaian NEWS Royal College of Physician. National Early Warning Score: Standardising the assesment of acute-illness severity in the NHS Report of a working party. London: RCP, NEWS Parameter Fisiologis dan sistem scoring Enam Paramater Fisiologis dalam National Early Warning Scores (NHS Report, 2012). Parameter fisiologis yang digunakan pada NEWS adalah frekuensi pernafasan, saturasi oksigen, temperatur, tekanan darah sistolik, frekuensi nadi, dan tungkat kesadaran. Selain keenam parameter tersebut, NEWS juga memberikan nilai tambah 2, bila pasien menggunakan suplementasi oksigen. a. Frekuensi Pernapasan Peningkatan laju pernapasan merupakan gejala yang menunjukan adanya kondisi akut dan distress pernapasan. Hal ini dapat disebabkan karena nyeri dan distress, infeksi paru, gangguan system saraf pusat (CNS gangguan dan gangguan metabolik) seperti asidosis

8 metabolik. Penurunan laju pernapasan merupakan indikator penurunan kesadaran atau adanya necrosis SSP. b. Saturasi Oksigen Pengukuran non-invasif dari saturasi oksigen dengan pulse oximetry secara rutin digunakan dalam penilaian klinis. Sebagai pengukuran rutin. Saturasi oksigen dianggap praktis untuk menjadi sebuah parameter penting dalam NEWS. Saturasi Oksigen adalah alat bantu yang kuat untuk penilaian terpadu fungsi jantung. Teknologi yang diperlukan untuk pengukuran saturations oksigen yaitu pulse oxymetri, sekarang tersedia secara luas, tersedia portable dan murah. c. Suhu Hipertermia ataupun hipotermia merupakan penanda yang sensitif untuk menunjukan kondisi akut dan adanya gangguan fisiologi. Khusunya pada anak-anak atau bayi /nenoantus. Perubahan suhu tubuh sangat berpengaruh terhadap kondisi fisiologis. Terdapat 3 jenis data suhu tubuh: 1) Core temperature ( Suhu Inti Tubuh). 2) Yang dirasakan pasien. 3) Surface Tenperature (Suhu permukaan Tubuh). Perawat harus mengidentifikasi data sesuai dengan kondisi klinis dan penyakit pasien. d. Tekanan darah sistolik Hipotensi merupakan tanda yang penting dalam mengkaji derajat keparahan dan kegawatan penyakit. Hipotensi menunjukan adanya perubahan sirkulasi seperti : Syok sepsis atau Hipovolemi, gagal jantung atau gangguan irama jantung. Depresi SSP dan efek obat antihipertensi. Penting untuk dicatat bahwa beberapa orang memiliki secara alamiah tekanan darah sistolik rendah (<100 mmhg) dan ini mungkin dicurigai jika pasien dengan baik tanpa

9 adanya keluhan dan semua parameter fisiologis lain normal, Periksa parameter lainnya dan kaji riwayat pemriksaan sebelumnnya. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyakit Kardiovaskuler, Hipertensi tidak selalu menunjukan kondisi akut yang menunjukan kegawatan. Hipertensi berat, sistolik > 200 mmhg, dapat terjadi karena nyeri atau distress lainnya. Sangat penting untuk memastikan apakah perburukan pasien disebabkan oleh hipertensi atau diperburuk dengan hipertensi. e. Frekuensi Nadi Pengukuran frekuensi nadi merupakan indikator penting dari kondisi klinis pasien. Takikardi mungkin menunjukkan gannguan peredaran darah karena sepsis atau hipovolume, gagal jantung, pyrexia, demam, nyeri dan distress. atau mungkin karena aritmia jantung, gangguan metabolik, misalnya, hipertiroidismus atau dikarenakan efek obat atau antikolinergik obat-obatan. Bradikardi juga merupakan indikator fisiologis penting. Frekuensi nadi yang rendah mungkin normal pada kondisi tertentu, atau sebagai akibat dari obat-obatan, misalnya dengan beta-blockers. Namun, ia juga mungkin sebuah indikator penting dari Hypotermia, depresi SSP, hipertiroidisme dan EKG dengan Heart Block. f. Level kesadaran Tingkat kesadaran merupakan indikator penting dalam mendeteksi perburukan pasien. Metode AVPU (Alert Verbel Pain Unrespon) + N Penilaian ini dilakukan dalam urutan dan hanya satu hasil dilaporkan. Misalnya, jika pasien menanggapi suara, tidak perlu untuk menilai respon terhadap rasa sakit. 1) Alert: Terbangun atau sadar. Pasien dikatakan alert/sadar apabila pasien dapat berorientasi terhadap tempat, waktu dan orang. Pasien seperti itu akan membuka mata spontan, akan menanggapi.

10 2) Verbal: Respon terhadap suara. Pasien ini dalam keadaan disorientasi namun masih dapat diajak bicara. Pasien membuat beberapa respon ketika kita mengajak bicara, yang dapat dikaji dalam tiga langkah-langkah komponen dengan mata suara, atau motorik misalnya buka mata pasien dengan menanyakan 'apakah anda baik-baik saja?'. Respon ini dapat sebagai seperti mendengkur, suara mengerang, atau sedikit, gerakan ekstermitas bila dikonfirmasi dengan suara. 3) Pain: Respon terhadap nyeri. Paien hanya berespon terhadap rangsangan nyeri. Pasien yang sadar, dan yang belum menjawab untuk suara. Berikan stimulus nyeri dan kaji apakah pasien dapat merespon. 4) Unresponse: Tidak sadar / tidak ada respon. ini juga sering disebut sebagai 'tidak sadar'. Hasil ini dicatatkan jika pasien tidak memberikan suara, mata atau respons motor untuk rasa sakit atau suara. 5) New Onset Confusion, penilaian kebingungan tidak membentuk bagian dari penilaian AVPU. Namun demikian New Onset Confusion atau kebingungan harus selalu konfirmasi kekhawatiran tentang kemungkinan penyebab utama serius dan menjamin evaluasi klinis. 2. Tabel NEWS Early Warning Scores telah berkembang dan memfalisitas pendeteksian dini terhadap penilaian perburukan keadaan pasien dengan mengkategorikan keadaan pasien berdasarkan hasil score dari masing-masing parameter. Banyak varian desain chart NEWS seperti Modified Early Warning Scores (MEWS), Pediatric Ealry Warning Scores (PEWS), Modified Obstetrick Warning Scores (MOEWS) dari South West Health Care dan National Early Warning System (NEWS). Perbedaan dari masing-masing sistem pengawasan adalah jumlah parameter fisiologis yang diawasi dan jenis parameter fisiologis yang digunakan. Oleh karena itu, NHS (National Health

11 Service) dan Royal College of Physicians (RCP) dari pemerintahan Inggris memutuskan untuk melakukan standarisasi EWS. Hasilnya adalah National Early Warning Score. Selain sistem deteksi dini kondisi perburukan pasien, NEWS juga menetapkan standarisasi dalam peningkatan perawatan dan pengawasan pasien apabila kondisi pasien memburuk (Escalation protocol). Berikut ini adalah tabel NEWSS dewasa yang dipakai di RSCM. (Emergency Summit, 2015). NEWSS PASIEN DEWASA Scores Frekuensi Pernapasa n < >30 (x/menit) Frekuensi Nadi < >130 (x/menit) Tekanan Darah Sistolik (mmhg) < >220 Tingkat Kesadaran (AVPU) Suhu Tubuh ( C) Unrespon Respo n to Pain <35 C Respon to Voice 35, C Alert /Compa s Mentis 36,05-38 C Agitasion or confusio n 38,05-38,5 C New onset of agitasion or confusion >38,5 C

12 HIJAU 0-1 KUNIN G 2-3 ORAN GE 4-5 MERA H >6 Tabel 2.2. Tabel NEWSS Dewasa 3. Algoritme NEWS Masing-masing dari parameter fisiologis harus dialokasikan, skor mencerminkan besarnya gangguan ke setiap parameter fisiologis. Ada tiga tingkat pemicu untuk sebuah tanda klinis yang memerlukan penilaian Klinis berdasarkan NEWS (NHS Report,2012). a. Skor rendah: jumlah skor dari 0 dan 1-4 b. Skor menengah: jumlah skor dari 5-6, atau sebuah skor merah, sebuah variasi ekstrim dalam parameter fisiologis individual (skor dari 3 dalam setiap satu parameter dengan code warna merah pada tabel Observasi ) c. Skor tinggi: jumlah skor dari 7 atau lebih (NHS Report, 2012). Nilai 0 dan 1-4 termasuk dalam risiko klinis rendah, memiliki warna hijau. Pasien dengan nilai 0 akan terus diobservasi dengan frekuensi monitoring pasien setiap 12 jam. Pasien dengan nilai 1-4 harus dilaporkan kepada perawat penanggung jawab yang bertugas pada shift hari itu,

13 dan akan menentukan apakah hal tersebut perlu dilaporkan kepada dokter jaga. Frekuensi monitoring yang dilakukan minimal setiap 4-6 jam. Nilai 5-6 atau bila salah satu parameter miliki nilai 3, termasuk dalam risiko klinis medium atau warna orange. Pasien yang memiliki nilai 5-6 harus dilaporkan perawat kepada dokter jaga yang bertugas. Dokter jaga yang bertugas akan menentukan terapi atau tindakan klinis yang dapat dilakukan sesuai dengan kasus klinis pasien. Hal ini bertujuan untuk mencegah perburukan pasien lebih lanjut. Frekuensi monitoring yang dilakukan minimal setiap jam. Nilai diatas 7 termasuk dalam risiko tinggi atau warna merah. Pasien dengan nilai 7 harus dilaporkan dokter jaga kepada dokter spesialis penanggung jawab pasien sehingga dapat dilakukan tindakan yang sesuai dengan penyakit pasien. Pasien tersebut membutuhkan monitoring terus-menerus, sehingga perlu diputuskan pemindahan perawatan pasien ke ICU. Sebelum dipindahkan ke ICU, pasien harus dilakukan tindakan stabilisasi sehingga saat transportasi pasien ke ICU, pasien dalam kondisi sestabil mungkin. Berikut adalah algoritme NEWS Dewasa menurut hasil warna skor (Emergency Summit, 2015). a. Hijau : Pasien dalam kondisi Stabil b. Kuning: Pengkajian ulang harus dilakukan oleh Perawat Primer/ Penanggung jawab Shift. Jika skor pasien akurat maka perawat primer atau PP harus menentukan tindakan terhadap kondisi pasien dan melakukan pengkajian ulang setiap 2 jam oleh perawat pelaksana. Pastikan kondisi pasien tercatat di catatan perkembangan pasien. c. Oranye: Pengkajian ulang harus dilakukan oleh Perawat Primer/ Penanggung jawab Shift dan diketahui oleh dokter jaga residen. Dokter jaga residen harus melaporkan ke Dokter penanggung jawab dan memberikan instruksi tatalaksana pada pasien tersebut. Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital setiap jam.

14 d. Merah: Aktifkan Code blue, tim medik reaksi cepat melakukan tata laksana kegawatan pada pasien, dokter jaga dan Dokter penanggung jawab diharuskan hadir disamping pasien dan berkolaborasi untuk menentukan rencana perawatan pasien selanjutnya. Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital setiap jam atau setiap 15 menit-30menit- 60 menit/ continous monitoring (Firmansyah, 2013). 4. Respon Klinis NEWS Ketika pasien mengalami perburukan kondisi klinis sementara di rawat dalam rumah sakit, NEWS harus digunakan untuk membantu menentukan skala respons klinis yang diperlukan. Respons klinis NEWS terdiri dari tiga elemen kunci diantaranya: a. Urgensi dari tanggapan. b. Seniority dan kompetensi klinis dari staf. c. Seting yang akan dikirimkan perawatan klinis. Pada tahun 2007, NICE guideline Acutely ill patients in hospital: recognition of and response to acute illness in adults in hospital menyarankan agar, sebuah strategi respons ditingkatkan untuk pasien-pasien yang berada pada resiko perburukan klinis, harus direspon dan ditindak lanjuti secara lokal ke perawatan yang intensife (NHS Report, 2013). Respon terhadap setiap tingkat pemicu NEWS harus menentukan: a. kecepatan/urgensi tanggapan - termasuk proses eskalasi untuk memastikan bahwa respon selalu terjadi. b. Who response (Siapa yang merespon), ie-seniority dan kompetensi klinis dari responder. c. Setelan atau setting klinis yang sesuai untuk pengobatan akut yang sedang berlangsung. d. Frekuensi berlanjut dari monitoring pasien. 5. Rekomendasi dan alur Pendeteksi dini Menurut Royal College of Physicians dalam National Early Warning Score (NEWS) Standardising assesment of acute-illness severity in the NHS Report July Merekomendasikan agar penilaian klinis NEWS rutin dari semua pasien dewasa (usia 16 tahun atau lebih), digunakan untuk meningkatkan: penilaian dari penyakit akut, deteksi perburukan

15 klinis, tindakan reaksi tepat waktu dan respons klinis yang kompeten. NEWS tidak boleh digunakan pada anak-anak ( berusia <16 tahun) atau perempuan yang sedang hamil. Karena respons fisiologis untuk penyakit akut dapat dimodifikasi pada anak-anak dan ibu hamil. Lebih jauh lagi, pada penyakit kronik secara fisiologi dari beberapa penderita penyakit paru obstruktif (COPD) dapat mempengaruhi kepekaan NEWS, yang harus diakui saat menafsirkan early warning scores pada pasien tersebut. NEWS dapat digunakan sebagai bantuan untuk penilaian atau pengkajian klinis dan bukan sebagai pengganti klinis yang kompeten. NEWS harus digunakan untuk penilaian awal dari penyakit akut dan untuk pemantauan secara terus-menerus. Berikut ini adalah alur untuk mendeteksi perburukan pasien menurut Firmansyah (2013). Jumlahkan semua skor dan catat Kategori NEWS Lakukan tatalaksana sesuai Gambar 2.2. Allur Deteksi Perburukan pasien Cek dan Catat Tanda-Tanda Algoritme Vital Pelayanan keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan profesional keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berada dalam kondisi urgent dan kritis (Musliha, 2010). Penanganan yang cepat dan tepat dapat meminimalisir akan kejadian kompikasi dan kematian. Perawat sebagai pelaksana petugas yang pertama dalam respon time in-hospital. Harus menghindari keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan kritis. Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sesingkat mungkin), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care Provider. Lakukan Scoring dengan NEWS Menurut Dorothe et all (2011) : Pelayanan cepat dan pengobatan yang efektif merupakan awal meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Pasien sakit kritis harus diidentifikasi dengan

16 cepat, sehingga pengobatan yang relevan dapat dimulai tanpa penundaan. Sistem triase berbeda telah divalidasi untuk digunakan di bagian gawat darurat dan unit akut masuk. Deteksi dini, ketepatan waktu dan kompetensi dalam respon klinis merupakan triad faktor penentu dari Clinical outcomes yang baik dalam pelayanan gawat darurat (Royal College of Physicians, 2012). Pentingnya deteksi dini ini telah mengaktifkan respons medis di rumah sakit, dan telah mendorong pelayanan kesehatan di Kanada, Australia dan Inggris untuk menerapkan sistem Skor peringatan dini (Early Warning Score). Gagasan Early warning Scores telah dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini, ada beberapa macam variasi chart yang ada, diantaranya NEWS (National Early Warning Scores), MEOWS (Modified Early Obstetric Warning Scores), dan PEWS (pediatrick Warning Scores). Namun meskipun ada banyak jenis sistem seperti itu, fungsi umum EWS sebagai alat samping tempat tidur untuk menilai parameter fisiologis dasar dan untuk mengidentifikasi pasien 'risiko' atau sakit kritis terkait dengan aktivasi protokol tim medis atau team raksi cepat (Patterson et al dalam Adrian dan Naomi 2015). Dorothe et al. (2011) Berargumen bahwa sistem Skor peringatan dini (Early Warning Scores) dapat mengidentifikasi pasien pada risiko tinggi kerusakan bencana dan ini mungkin dapat digunakan untuk triase gawat darurat. Berdasarkan penelitiannya dalam Nurse-administered early warning score system can be used for emergency departement triage. Di Departement Emergency Rumah sakit Bispebjerg telah menerapkan BEWS (Bispebjerg Early Warning score). Dengan hasil peneiltian BEWS 5 ini dikaitkan dengan risiko secara signifikan terjadi peningkatan pasien masuk ICU dalam waktu 48 jam kedatangan (RR relative risk) 4.1; 95% confidence interval (CI) ) dan kematian dalam waktu 48 jam kedatangan (RR 20,3; 95% CI ,1). Sensitivitas dari BEWS dalam mengidentifikasi pasien yang dirawat ke ICU atau yang mati dalam waktu 48 jam kedatangan 63%. Nilai prediktif positif BEWS adalah 16% dan

17 negatif nilai prediktif 98% untuk identifikasi pasien yang dirawat ke ICU atau yang mati dalam waktu 48 jam kedatangan. DiIndonesia melalui RSCM sudah mengembangkan Nursing Early Warning Scores pada semua perawat di awal tahun Hasil uji coba 100% perawat merasa NEWS dapat digunakan dalam pelayanan, dan 75% perawat dapat melakukan analisis hasil TTV dengan NEWS. Dengan parameter yang diukur adalah kemudahan penggunaan formulir NEWS. Nursing Early warning scores lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik (Firmansyah, 2013). PENUTUP Evidance Based Practice (EBP) merupakan proses penggunaan bukti-bukti terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat individu pasien. Penggunaan bukti terbaik saat ini dalam mengambil keputusan dalam memberikan perawatan kepada individu pasien. Pelayanan cepat dan pengobatan yang efektif merupakan awal meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Pasien sakit kritis harus diidentifikasi dengan cepat, sehingga pengobatan yang relevan dapat dimulai tanpa penundaan. Sistem triase berbeda telah divalidasi untuk digunakan di bagian gawat darurat dan unit akut masuk (Dorothe et all, 2011).

18 Sistem scoring pendeteksian dini atau peringatan dini untuk mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien dengan penerapan Early Warning Scores. EWS telah diterapkan banyak Rumah sakit di Inggris terutama National Health Service, Royal College of Physicians yang telah merekomendasikan National Early Warning Score (NEWS) sebagai standarisasi untuk penilaian penyakit akut, dan digunakan pada tim multidsiplin (NHS Report, 2012). DiIndonesia melalui RSCM sudah mengembangkan Nursing Early Warning Scores pada semua perawat di awal tahun Hasil uji coba 100% perawat merasa NEWS dapat digunakan dalam pelayanan, dan 75% perawat dapat melakukan analisis hasil TTV dengan NEWS. Dengan parameter yang diukur adalah kemudahan penggunaan formulir NEWS. Nursing Early warning scores lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik Nursing Early Warning Score merupakan suatu bentuk evidence based khususnya untuk perawat ataupun tenaga kesehatan agar dapat menerapkan suatu sistem pendeteksian dini terhadap kondisi pasien gawat darurat dan monitoring misalnya menggunakan Nursing Early Warning Scores dan rujukan dalam penanganan pasien gawat darurat. Walaupun Penerapan Nursing Early Warning Score belum merata di seluruh rumah sakit diindonesia karena ada beberapa kendala seperti standart asuhan keperawatan (SAK) belum sepenuhnya sama disetiap rumah sakit, namun diharapkan penggunaan NEWS ini dapat diterapkan dirumah sakit dengan algoritma sesuai SAK demi meningkatan mutu pelayanan kesehatan.. REFERENCE S

19 Nanna Martin jensen, Rikke Maale, Seren Steeman, Bo Belhage & Hans Perrid. (2012). Nurseadministered Early Warning Score System Can Be Used for Emergency Departemen Triage. Danish Medical Bulletin, 2014;58(6):A4221 Duncan, K., & McMullan, C. (2012). Early Warning System. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Fox, A., & Elliott, N. (2015). Early Warning Scores: A Sign of Deterioration in Patients and Systems. Nursing Management, 22 (1), doi: Firmansyah (2013), NEWSS: Nursing Early Warning Scoring System, TMRC RSCM, (online), ( System diakses tanggal 07 mei 2016, jam WIB.) Hipgabi SULUT (2014), Materi Pelatihan Emergency Nursing Basic Trauma Cardiac Life Support. Manado : Penulis. IGD RSCM, (2015), Buku Program Emergency Summit, National preparedness for medical Emergency and disaster Where are we now?. Jakarta : HIPGABI Indonesia. Musliha, (2010), Keperawatan Gawat Darurat, Plus Contoh Askep Dengan pendekatan NANDA NIC NOC, Yogyakarta: Nuha Medika National Clinical Effectiveness Comitee, (2013), National Early Warning Score, National clinical guideline No. 1, Ireland : RCP. ISSN Richa A. Sofyanti, (2014), Hubungan pelayanan keperawatan gawat darurat dengan tingkat kepuasan pasien di Intalasi gawat darurat RSSN Bukit Tinggi. Retrived From diakses tanggal 07 mei 2016 jam WIB. Rosmanto Joni, (2011), Angka Kematian dirumah sakit, ada apa dengan nya? [web log messagge]. Diakses dari website tanggal 07 mei 2016 jam WIB. Royal College of Physicians.(2012), National Early Warning Score (NEWS): Standardising the assessment of acuteillness severity in the NHS. Report of a working party. London: RCP. ISBN Siboro Tomsal (2013), Hubungan Pelayanan Perawatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Bandung, Universitas Advent Bandung; (kti.unai.edu/.../uploads/2014/10/tomsal-siboro-skripsi.pdf diakses tanggal 07 Mei 2015 jam WIB ).

20 Wahyudi Payzar, Indiriati dan Bahyaki, (2014), Gambaran Skor Pediatric Early Warnig Score (PEAWS) Pada Pola Rujukan Pasien Anak Di Instalasi Gawat Darurat, Universitas Riau : JOM PSIK Vol.1.2 Oktober 2014.

21 LAMPIRAN JURNAL TERKAIT

Nursing Early Warning Scoring System (NEWSS)

Nursing Early Warning Scoring System (NEWSS) Nursing Early Warning Scoring System (NEWSS) DETEKSI DINI PERBURUKAN KONDISI PASIEN OLEH PERAWAT Hendra Firmansyah DATA WHO: Risiko Kematian RUMAH SAKIT 1 : 300 KECELAKAAN PESAWAT 1 : 1.000.000 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Novianto Kurniawan SMF Anestesi RSUD Muntilan

Novianto Kurniawan SMF Anestesi RSUD Muntilan Novianto Kurniawan SMF Anestesi RSUD Muntilan Laki-laki 54 th dengan keluhan sesak nafas A = bebas B = RR 40 X naffas cepat dangkal, SDV +/+ RBK +/+ Wzh +/+ SpO2 94 % dengan NRM 10 lpm C = TD 210/110 N

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Response time merupakan waktu tanggap yang dilakukan kepada pasien saat pasien tiba sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas Instalasi Gawat Darurat dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gamping, Sleman, Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. dimana milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gamping, Sleman, Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. dimana milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yang berlokasi di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-undang No. 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila

Lebih terperinci

sistem monitoring dengan skoring INDONESIA HEALTHCARE FORUM Bidakara Hotel, Jakarta WEDNESDAY, 3 February 2016

sistem monitoring dengan skoring INDONESIA HEALTHCARE FORUM Bidakara Hotel, Jakarta WEDNESDAY, 3 February 2016 sistem monitoring dengan skoring INDONESIA HEALTHCARE FORUM Bidakara Hotel, Jakarta WEDNESDAY, 3 February 2016 The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image,

Lebih terperinci

PANDUAN SKRINING PASIEN RSU BUNDA JEMBRANA

PANDUAN SKRINING PASIEN RSU BUNDA JEMBRANA PANDUAN SKRINING PASIEN RSU BUNDA JEMBRANA 2015 BAB I DEFINISI Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang memiliki keadaan fatologis yang tidak terdiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

Lebih terperinci

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 3

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 3 UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI DIPLOMA REKAM MEDIS Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 3 DESAIN FORMULIR REKAM MEDIS Ganjil/III/VMR 2103 oleh Savitri Citra Budi, SKM.M.P.H Didanai dengan dana BOPTN

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPP No. Kpts /B00000/2013-S0 Tanggal 01 Juli 2013 PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 2 0 1 3 BAB I 0 DEFINISI Beberapa definisi Resusitasi Jantung

Lebih terperinci

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan Standar Prosedur Operasional (SPO) PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Diperiksa Oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat menggambarkan mutu rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT I. PENGERTIAN Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine (ACEM) adalah unit klinis inti dalam rumah sakit yang menangani keadaan pasien di instalasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Suatu informasi dari suatu perusahaan terutama informasi mengenai keuangan dan informasi akuntansi diperlukan oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basa.

Lebih terperinci

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN Pengertian Tujuan Kebijakan Transfer pasien pindah perawatan ke rumah sakit lain adalah memindahkan pasien dari RSIA NUN ke RS lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas pelayanan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk mencegah kematian biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti jantung dan napas (kematian klinis) ke

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi sebagai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah sakit yang dirancang dan digunakan untuk memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus kewajiban yangharus diberikan perhatian penting oleh setiap orang (Depkes RI, 2004). Pemerintah dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS KESEHATAN UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH Dsn. Sumberglagah, Ds. Tanjungkenongo Pacet, Mojokerto Telp (0321) 690441, 690106 Fax.(0321) 690137 Kode Pos 61374 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016 TENTANG PELAYANAN PENANGANAN HENTI JANTUNG (RESUSITASI) DI RS.MITRA HUSADA DIREKTUR RS.MITRA HUSADA Menimbang : a. bahwa dalam upaya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1.Ketersediaan perawat dan dokter jaga IGD Hendrik et al. (2006) menyatkan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor

Lebih terperinci

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM) Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM) Medical Emergency Response Plan merupakan bagian integral dari tanggap darurat keseluruhan, bertujuan mengurangi dampak penyakit mendadak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip I.Pengertian Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG Menimbang : a. Bahwa semua pasien yang dilayani di RSIA Kemang harus diidentifikasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2007 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

KEPUTUSAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2007 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS KEPUTUSAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2007 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN... Definisi Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Kasus ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan secara bio,psiko,sosial dan spiritual dengan tetap harus memperhatikan pasien dengan kebutuhan khusus dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit X merupakan RS Nasional, yang mengampu tujuh RS di Jawa Barat dan

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG Fega Cristera Tumbuan Mulyadi Vandri D. Kallo Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I 1. PENDAHULUAN Puskesmas rawat inap merupakan organisasi fungsional dalam upaya kesehatan yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan pasien, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting bagi kesembuhan serta keselamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN SKOR PEDIATRIC EARLY WARNING SCORE (PEWS) PADA POLA RUJUKAN PASIEN ANAK DI INSTALASI GAWAT DARURAT

GAMBARAN SKOR PEDIATRIC EARLY WARNING SCORE (PEWS) PADA POLA RUJUKAN PASIEN ANAK DI INSTALASI GAWAT DARURAT GAMBARAN SKOR PEDIATRIC EARLY WARNING SCORE (PEWS) PADA POLA RUJUKAN PASIEN ANAK DI INSTALASI GAWAT DARURAT Payzar Wahyudi 1, Ganis Indriati 2, Bayhakki 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pencapaian keoptimalan derajat kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penatalaksanaan Pelayanan Gawat Darurat 2.1.1. Pengertian Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat dari sarana kesehatan menyelenggarakan kesehatan, bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Pengertian Transfer C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Pengertian Transfer C. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak selamanya pasien bisa mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan yang sesuai dengan kondisi pasien sehingga

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG NOMOR : / SK-RSUD PROV / X / 2016 T E N T A N G

SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG NOMOR : / SK-RSUD PROV / X / 2016 T E N T A N G RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG Jalan W.R. Supratman No.100 KM. 8 Tanjungpinang Telp/ Fax. 0771-733 5203 E-mail: sekretariat@rsudtpi.kepriprov.go.id SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi di bawah 45 tahun, dan merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia. Lebih dari 50% kematian disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecepatan pertolongan pada pasien dengan kasus kegawat daruratan menjadi elemen penting dalam penanganan pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecepatan pertolongan pada pasien dengan kasus kegawat daruratan menjadi elemen penting dalam penanganan pasien 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecepatan pertolongan pada pasien dengan kasus kegawat daruratan menjadi elemen penting dalam penanganan pasien di sebuah IRD (Instalasi Rawat Darurat) rumah sakit.

Lebih terperinci

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 EMAN SULAEMAN, SKM DPP PORMIKI (Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia) TUJUAN AKREDITASI (PMK NO.12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utuh dimana indikator sehat tidak sekedar dari fisik yang sehat melainkan

BAB I PENDAHULUAN. utuh dimana indikator sehat tidak sekedar dari fisik yang sehat melainkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan manusia harus dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dimana indikator sehat tidak sekedar dari fisik yang sehat melainkan sehat dari mental, spiritual maupun

Lebih terperinci

NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP

NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN NOMOR : / / /2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN NOMOR : / / /2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN NOMOR : / / /2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT KEPALA RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. PMK RI Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. PMK RI Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan. KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH TENTANG SURAT PENUGASAN KLINIS (SPK) TENAGA KEPERAWATAN NOMOR:.../RSNH/SK-DIR/XII/2013 DIREKTUR RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH Menimbang : 1. Bahwa setiap tenaga keperawatan

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN 2014-2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah lembaga yang memberikan pelayanan klinik dengan badan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pemerintah telah mencanangkan visi dalam bidang pelayanan kesehatan yaitu bertekad

Lebih terperinci

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt Press Release Implementasi Standar Akreditasi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan & Keselamatan Pasien RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang, merupakan rumah sakit

Lebih terperinci

UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46

UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46 MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM PARAGRAF 3 REKAM MEDIS Pasal 46 Law & Regulation UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN 1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan saat ini sudah sangat sering dibicarakan, baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari pihak masyarakat sebagai

Lebih terperinci

INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT

INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan memahami tentang indikator mutu pelayanan rs Tujuan khusus, mahasiswa memahami: Pengertian

Lebih terperinci

Langkah-langkah Implementasi Bab - KPS KARS

Langkah-langkah Implementasi Bab - KPS KARS Langkah-langkah Implementasi Bab - KPS KARS Konsep-pokok KPS Rumah sakit membutuhkan berbagai ketrampilan dan kualifikasi staf untuk melaksanakan misi rumah sakit dan memenuhi kebutuhan pasien RS harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan Rumah Sakit saat ini berkembang dengan pesat. Di Indonesia sendiri ada tiga klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler masih mendominasi sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2012) dan kematian akibat kecelakaan di jalan raya pada remaja usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan menjadi penyebab tertinggi kematian manusia pada usia 15-29 tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun, dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan harapan-harapannya. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar PAB.1. Tersedia pelayanan

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi:

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler saat ini menempati urutan pertama penyebab kematian di dunia yaitu (12,8%), negara maju 15.6% dan di negara berkembang 13,7%, (WHO,

Lebih terperinci

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa Penetapan Area Prioritas Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Khusus Bedah SS Medika berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1 Unit

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

LAPORAN EVALUASI PROGRAM LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN S.D 217 KOMITE PMKP RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU PENINGKATAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN PERIODE S.D 217 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PROPOSAL TRAINING Basic Obstetric Neonatal Life Support (BONeLS) untuk Bidan Bandung, Maret dan PT Proemergency

PROPOSAL TRAINING Basic Obstetric Neonatal Life Support (BONeLS) untuk Bidan Bandung, Maret dan PT Proemergency PROPOSAL TRAINING Basic Obstetric Neonatal Life Support (BONeLS) untuk Bidan Bandung, 17 20 Maret 2016 www.pelatihanperawat.com dan PT Proemergency SMS/WA/Telp : 08562061145 082214105241 PIN BBM : 30D5DFC1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prevalensi hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian mendadak hingga saat ini masih menjadi penyebab utama kematian. WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian mendadak dilatarbelakangi oleh penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan

Lebih terperinci

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. Definisi Keperawatan Dawat Darurat: Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu kqperawatan gawat darurat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT OLEH: LIDYA FITRIANA, SKEP Disampaikan pada Seminar & Workshop Pain Managemen Dalam Akreditasi JCIA versi 2012 Siloam Hospitals Group 13-14 juni 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kelompok umur tahun, dan nomor 2 pada kelompok usia 25 34

BAB I PENDAHULUAN. pada kelompok umur tahun, dan nomor 2 pada kelompok usia 25 34 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma adalah penyebab kematian utama pada usia di bawah 44 tahun di Amerika Serikat. Di Indonesia, trauma menjadi penyebab kematian utama pada kelompok umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan sectio

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Pengertian Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1. APK.1 Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah di identifikasi dan pada misi serta sumber daya

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT

TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT PENYUSUN : INDAH WIYANTI 201431350 UNIVERSITAS ESAUNGGUL FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Buatlah prosedur pelayanan administrasi disertai langkah-demi langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

HOME HEALTH CARE. Perawatan Kesehatan Rumah Diterjemahkan dari handout materi keperawatan komunitas oleh Bapak Sigit Mulyono, MN

HOME HEALTH CARE. Perawatan Kesehatan Rumah Diterjemahkan dari handout materi keperawatan komunitas oleh Bapak Sigit Mulyono, MN HOME HEALTH CARE Perawatan Kesehatan Rumah Diterjemahkan dari handout materi keperawatan komunitas oleh Bapak Sigit Mulyono, MN Target Pembelajaran Menggambarkan perawatan pasien berkelanjutan Eksplorasi

Lebih terperinci

Kompetensi, Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien

Kompetensi, Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien Kompetensi, Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien Zubairi Djoerban zubairidjoerban.org Tantangan kedokteran sekarang: Memberikan layanan kesehatan dg kualitas yang terbaik (EBM, KOMPETEN), yg komprehensif

Lebih terperinci