*Arfenilla Salamanya, , **Nur Rasdianah, S.Si., M.Si., Apt, ***Madania, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "*Arfenilla Salamanya, , **Nur Rasdianah, S.Si., M.Si., Apt, ***Madania, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG"

Transkripsi

1

2 Kajian Penggunaan Obat Gatritis Pasien Rawat Inap Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Study of The Use Gastritis Drugs on Inpatient in RSUD Toto Kabila Bone Bolango District Arfenilla Salamanya 1, Nur Rasdianah 2, Madania 3 1), Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, 2,3) Dosen Jurusan Farmasi, FIKK, vennysalamanya@gmail.com ABSTRAK Gastritis merupakan salah satu masalah saluran pencernaan yang paling sering ditemukan, gastritis terjadi karena adanya peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung. Penelitiaan ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana data sekunder diambil dari rekam medik, dengan tujuan untuk mengetahui jenis obat yang paling banyak digunakan dan membandingkan kombinasi obat dengan tingkat kesembuhan penyakit gastritis pada pasien gastritis di RSUD Toto Kabila. Data yang digunakan diperoleh dari rekam medik pasien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, lama terapi di rumah sakit, serta jenis obat yang diberikan, di catat pada lembar pengambilan data kemudian diolah dengan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis obat yang paling banyak digunakan yaitu ranitidin sebanyak 42 obat (40%). Dan kombinasi obat gastritis tingkat kesembuhannya baik yaitu ranitidin dan antasida sebanyak 32 obat (60%) dengan lama terapi 1-2 hari. Ranitidin menempati reseptor histamin H 2 secara selektif di permukaan sel-sel parietal sehingga menghambat sekresi asam lambung, sedangkan antasida bekerja menetralkan asam lambung. Kata kunci : Obat Gastritis Gastritis merupakan salah satu masalah saluran pencernaan yang paling sering ditemukan (Diyono & Mulyanti, 2013:54). Gastritis terjadi karena berbagai sebab. Paling umum akibat peningkatan produksi asam lambung atau menurunnya daya tahan dinding lambung terhadap pengaruh luar (Uripi, 2001:13). Umumnya ini terjadi sebagai suatu kondisi yang akut, dan sering timbul karena salah makan. Dapat terjadi ketika menyantap makanan yang banyak bumbunya dan pedas, juga minum minuman beralkohol dalam jumlah banyak, dan merokok juga dapat menjadi penyebab atau memperhebat gejala yang sudah ada (John, 2006:296). Dinegara barat seperti Amerika Serikat, tercatat kematian yang disebabkan gastritis mencapai 8-10 % setiap tahunnya dengan angka perbandingan 150 per 1000 populasi. Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi, dari penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6 % yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Jakarta 50 %, Denpasar 46 %,

3 Palembang 35,5 %, Bandung 32,5 %, Aceh 31,7 %, Surabaya 31,2 % dan Pontianak 31,1 % (Sulastri dkk, 2012). Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2006 penyakit gastritis berada pada urutan kelima dari sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah kunjungan pasien terbanyak berobat ke rumah sakit dan puskesmas sebanyak 32,1% (44.971) kunjungan untuk semua umur Berdasarkan survei yang dilakukan pada masyarakat Jakarta tahun 2007 yang melibatkan responden didapatkan bahwa pasien dengan masalah gastritis ini mencapai angka 60%. Artinya masalah gastritis memang ada dimasyarakat dan tentunya memang harus menjadi perhatian (Yanti, 2010). Menurut hasil data rekapitulasi rekam medik RSUD Toto Kabila, penyakit gastritis termasuk dalam10 penyakit terbesar untuk pasien rawat inap (Anonim, 2013). Pengobatan gastritis bertujuan untuk menghilangkan nyeri, menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus lambung dan komplikasi. Berdasarkan patofisiologinya terapi farmakologi gastritis ditujukan untuk menekan faktor agresif dan memperkuat faktor defensif. Pada saat ini pengobatan ditujukan untuk mengurangi asam lambung. Selain itu pengobatan gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensive mukosa lambung dengan obat-obat sitoproteksi. Banyaknya pilihan obat yang digunakan untuk mengobati gastritis maka dalam hal ini kajian penggunan obat bertujuan untuk melihat golongan obat gastritis yang paling banyak digunakan. Dalam pengobatan gastritis biasanya juga digunakan terapi tunggal, namun ada beberapa yang menggunakan terapi kombinasi 2 jenis obat. Biasanya obat yang digunakan dalam terapi kombinasi diberikan berdasarkan derajat gastritisnya. Banyak penderita yang dapat disembuhkan dengan pengobatan tersebut, tetapi banyak pula yang sukar disembuhkan (Irawati, 2012). Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Kajian Penggunaan Obat Gastritis Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian yang di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan 22 Mei-19 Juni Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi Cross Sectional. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar pengumpulan data dari rekam medik pasien. Subyek Penelitian Jumlah subyek penelitian ini adalah 50 pasien yang rawat inap yang mengalami gastritis akut dan gastritis kronik di RSUD Toto Kabila periode Oktober Maret Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada adalah purposive sampling, yaitu dengan mengambil sampel untuk tujuan tertentu. Sampel yang digunakan yaitu data rekam medik pasien gastritis di RSUD Toto Kabila yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. 1. Kriteria Inklusi

4 a. Pasien dengan data rekam medik yang lengkap b. Pasien dengan diagnosa mengalami gastritis akut dan gastritis kronik 2. Kriteria eksklusi Pasien dengan rekam medik yang tidak lengkap Definisi Operasional 1. Penggunaan obat gastritis adalah pasien menerima obat berdasarkan tingkat gastritisnya, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individual dan untuk jangka waktu yang cukup (adekuat). 2. Jenis obat merupakan pemilihan obat yang tepat berdasarkan golongan, fungsi, dan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. 3. Lama terapi adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk pengobatan dan perawatan penyakit gastritis. Pengumpulan Data Teknik pengambilan data dilakukan dengan pengumpulan data melalui pencatatan rekam medik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Toto Kabila meliputi data pasien (nama, usia, jenis kelamin, tanggal masuk dan tanggal keluar rumah sakit dan lain-lain) dan peresepan (jenis obat, dosis obat, dan lama terapi pengobatan). Data yang telah diambil kemudian ditulis ke lembar pengambilan data yang sudah disiapkan. Data rekam medik yang kurang dilengkapi dengan catatan perawat. Analsis Data Pada penelitian ini digunakan teknik analisis data univariat dimana analisis ini digunakan untuk menghitung frekuensi dan presentase dari variabel mandiri, data yang di hitung yaitu jenis obat dan kombinasi obat yang banyak digunakan. HASIL PENELITIAN Gambaran Subyek Umum Penelitian Dari hasil penelitian jumlah pasien yang menderita gastritis dari Oktober Juni 2014 sebanyak 50 orang. Hasil penelitian berdasarkan distribusi frekuensi profil subyek penelitian meliputi umur dan jenis kelamin, dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Profil Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur (Tahun) Karakteristik Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014 Jumlah N % % 72% 16% 20% 24% 26% 14%

5 Dari tabel distribusi frekuensi profil subyek penelitian di atas dapat dibuat diagram pie berikut ini : % 72% Laki-laki Perempuan Gambar 4.1 Presentase Profil Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan grafik distribusi jenis kelamin terlihat bahwa pasien yang mengalami penyakit gastritis lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 36 pasien (72%) dan laki-laki berjumlah 14 pasien (28%). 14% 16% 26% 20% 24% Gambar 4.2 Presentase Profil Subyek Penelitian Berdasarkan Umur Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur tahun adalah kelompok umur pasien yang paling banyak menderita penyakit gastritis yaitu mencapai 13 orang pasien dengan presentase 26%, Kelompok umur tahun sebanyak 12 pasien (24%), kelompok umur tahun sebanyak 10 pasien (20%), kelompok umur tahun sebanyak 8 pasien (16%), dan kelompok umur tahun sebanyak 7 pasien (14%).

6 Jenis Obat Gastritis Hasil penelitian berdasarkan distribusi frekuensi jenis obat yang digunakan dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Obat Gastritis yang digunakan Jumlah Nama Obat n % Ranitidin Antasida Omeprazole Sucralfat % 39% 10,4% 10,4% Total Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014 Dari tabel distribusi frekuensi jenis obat yang digunakan di atas dapat dibuat dalam bentuk diagram pie sebagai berikut : 10,40% 10,40% 40% 39% Ranitidin Antasida Omeprazol Sucralfat Gambar 4.3 Presentase Jenis Obat Gastritis yang digunakan Dari grafik di atas dapat dilihat jenis obat gastritis yang paling banyak digunakan adalah ranitidin sebanyak (40%), kemudian antasida 39%), omeprazole (10,40%), dan sucralfat (10,40%).

7 Profil Terapi Obat Gastritis Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Profil Terapi Obat Gastritis Nama Obat Ranitidin, Antasida Omeprazole, Antasida Ranitidin, Antasida, Sucralfat Ranitidin, Sucralfat Omeprazole, Sucralfat Ranitidin, Omeprazole, Sucralfat Ranitidin, Omeprazole, Antasida Lama Terapi 1-2 hari 2-3 hari 2 hari 2 hari 1 hari 1 hari 2 hari Jumlah n % 32 60,4% 7 13,2% 2 3.7% 8 15,0% 1 1,8% 3 5,6% 1 1,8% Total Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014 Tabel distribusi frekuensi profil terapi obat gastritis diatas dapat dibuat diagram pie sebagai berikut : 1,80% 5,60% 1,80% 3,70% 15,00% 13,20% 60,40% Ranitidin, Antasida Ranitidin, Antasida, Sucralfat Omeprazole, Sucralfat Ranitidin, Omeprazole, Antasida Omeprazole, Antasida Ranitidin, Sucralfat Ranitidin, Omeprazole, Sucralfat Gambar 4.4 Presentase Profil Terapi Obat Gastritis Grafik di atas menunjukkan profil terapi obat gastrtis yang paling banyak digunakan yaitu kombinasi ranitidin dan antasida (60,40%) dengan lama terapi pengobatan 1-2 hari, kemudian kombinasi ranitidin dan sucralfat (15,0%) dengan lama terapi 2-3 hari, kombinasi omeprazole dan antasida (13,20%) lama terapi 2 hari, kombinasi ranitidin, omeprazole, sucralfat (5,6%) lama terapi 2 hari, kombinasi antara ranitidin, antasida, sucralfat (3,7%) lama terapi 2 hari, dan kombinasi ranitidin, omeprazole, antasida (1,80%) lama terapi 3 hari.

8 PEMBAHASAN RSUD Toto Kabila merupakan rumah sakit peninggalan pemerintah Jepang yang didirikan pada tahun Awalya RSUD Toto Kabila merupakan rumah sakit khusus penderita kusta, pada tanggal 2 Juni 2009 melalui surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 402/MENKES/SK/VI/2009 RSUD Toto Kabila menjadi rumah sakit yang berklasifikasi kelas C. Rumah sakit Toto Kabila merupakan salah satu rumah sakit yang memilki banyak pasien gastritis. Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan diperoleh jumlah pasien gastritis mencapai 50 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana untuk pasien yang mengalami gastritis akut sebanyak 28 orang dan gastritits kronik sebanyak 22 orang. Penderita gastritis paling banyak terjadi pada pasien yang berjenis kelamin perempuan. Dari hasil penelitian (tabel 4.1) menunjukkan bahwa pasien yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah pasien 36 pasien (72%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yang hanya berjumlah 14 pasien (28%). Hal ini sesuai dengan data Depkes (2007) tentang data distribusi penyakit saluran cerna pada pasien rawat jalan, dimana pasien yang paling banyak mengalami gangguan saluran pencernaan adalah perempuan dengan jumlah penderita orang dan laki-laki orang. Dan juga sejalan penelitian yang dilakukan oleh Margareth (2014) tentang hubungan antara kebiasaan makan dengan gastritis pada mahasiswa jurusan kedokteran angkatan 2010 universitas samratulangi mengatakan jenis kelamin perempuan yang paling banyak mengalami penyakit gastritis dengan jumlah pasien 31 orang (55,4%) dibandingkan dengan laki-laki yang hanya berjumlah 25 orang. Penyakit gastritis sering terjadi pada perempuan karena tingkat stres pada perempuan lebih tinggi daripada laki laki, dan pada perempuan lebih sulit untuk mengontrol dan mengendalikan emosi yang merupakan pemicu timbulnya stres yang merupakan salah satu faktor penyebab gastritis (Isnarti & Ritandiyah 2006). Menurut Afifah (2003) dalam Zaenal menyatakan bahwa perempuan lebih banyak menderita gastritis karena perempuan rentan secara psikologis untuk mengalami stres. Stres yang dialami akan berefek pada saluran pencernaan antara lain menyebabkan luka (ulcer) pada saluran pencernaan termasuk lambung. Mekanisme terjadinya luka lambung akibat stres adalah melalui peningkatan asam lambung, yang mengiritasi dinding mukosa lambung dan berkurangnya produksi mukus yang berfungsi sebagai lapisan pelindung dinding lambung. Hormon juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sensitifitas seseorang terhadap nyeri. Perempuan secara biologis lebih sensitif terhadap nyeri daripada laki laki. Menurut Tulaar (2007) dalam Zaenal (2009) wanita pasca monopause yang menggunakan terapi sulih hormon(hormon replacement therapy) lebih sensitif terhadap nyeri daripada wanita pasca monopause yang tidak menggunakan terapi sulih hormon dan pria. Untuk kelompok usia yang paling banyak mengalami penyakit gastritis yaitu kelompok usia tahun dengan jumlah pasien 13 orang (26%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti (2012) di desa Hunggaluwa dimana pasien gastritis berumur tahun dengan jumlah 29 pasien (53,70 %). Rata-rata pasien yang mengalami gastritis berumur di atas 40 tahun ke atas, ini dikarenakan pola hidup yang tidak sehat yang meliputi kebiasaan makan, merokok, stres, dan lain-lain. Usia muda dandewasa termasuk

9 dalam kategori usia produktif. Pada usia tersebut merupakan usia denganberbagai kesibukan karena pekerjaan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga lebihcenderung untuk terpapar faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terkenagastritis, seperti pola makan yang tidak teratur, stres di tempat kerja, kebiasaan merokok, danpola hidup tidak sehat lainnya akibat berbagai aktivitas dan kesibukan di usia produktif tersebut (Gusti, 2011). Menurut Maulidiyah (2006) dalam Gusti (2001) Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwaseiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebihcenderung memiliki infeksi Helicobacter pyloriatau gangguan autoimun daripada orang yanglebih muda. Hasil penelitian pada (tabel 4.2) menunjukkan bahwa jenis obat yang paling banyak digunakan untuk terapi gastritis yaitu ranitidin sebanyak 42 obat (40%). Hal ini didukung dengan penelitian Fenny (2005) yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah M.Yunus Bengkulu bahwa penggunaan obat yang paling banyak digunakan adalah ranitidin sebanyak 92 obat (65%) dan penelitian yang dilakukan oleh Muyassaroh (2009) di Rumah Sakit Umum Islam Kustati Surakarta obat yang paling banyak digunakan adalah ranitidin sebanyak 40 obat (39,24%). Ranitidin merupakan golongan antagonis reseptor H 2, dimana obat-obat ini menempati reseptor histamin H 2 secara selektif di permukaan sel-sel parietal sehingga sekresi asam lambung dan pepsin sangat dikurangi (Tjay & Rahardja, 2007:268). Selanjutnya jenis obat yang banyak digunakan setelah ranitidin yaitu antasida sebanyak 41 obat (39%) antasida merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengobati gejala gastritis yang ringan, semua obat antasida mempunyai fungsi untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis, tukak usus dua belas jari, dengan gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan perasaan penuh pada lambung. Antasida termasuk dalam senyawa basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung untuk membentuk air dan garam(mycek dkk, 2001:244). Terapi lainnya dengan menggunakan obat gastritis golongan penghambat pompa proton yaitu omeprazole sebanyak 11 obat (10,4%) dan obat golongan aluminium sukrosasulfat yaitu sucralfat (10,4%). Omeprazole bekerja menghambat dengan praktis sekresi asam dengan jalan menghambat enzim H+/K+-ATPase secara selektif dalam sel-sel parietal dan menekan sekresi ion hidrogen ke dalam lumen lambung. Sedangkan sucralfat bekerja menetralkan asam dan menahan kerja pepsin (Tjay & Rahardja, 2007:269). Penggunaan ranitidin digunakan oleh 42 orang dari 50 pasien gastritis, ini dikarenakan ranitidin relatif memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan obat lain, penggunaan ranitidin lebih besar tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, harga relatif lebih murah, dan tersedia dalam bentuk generik maupun non generik (Hasanah, 2007:12). Mekanisme kerja antagonis reseptor histamin H2 adalah menghambat sekresi asam lambung dengan melakukan inhibisi kompetitif terhadap reseptor histamin H2 yang terdapat pada sel parietal dan menghambat sekresi asam lambung yang distimulasi oleh makanan, ketazol, pentagrastin, kafein, insulin, danrefleks fisiologi vagal.

10 Antasida digunakan oleh 41 orang dari 50 pasien, antasida merupakan obat umum untuk mengobati gejala gastritis ringan. Antasida merupakan obat kedua yang paling banyak digunakan setelah ranitidin. Antasida pada penelitian ini banyak dikombinasikan dengan ranitidin, omeprazole, dan sukralfat. Golongan antasida terdiri atas aluminium, magnesium, kalsium karbonat, dannatrium bikarbonat. Mekanisme kerja antasida yaitu menetralisis atau mendaparsejumlah asam tetapi tidak melalui efek langsung, atau menurunkan tekananesophageal bawah (LES). Kegunaan antasida sangat dipengaruhi oleh rata-ratadisolusi; efek fisiologi kation; kelarutan air; dan ada atau tidak adanya makanan. Antasida dapat memberikan efek samping terutama pada penggunaan dosis besar jangka lama, efek samping yang ditimbulkan antara lain batu ginjal, osteoporosis, neurotoksisitas, saluran cerna, dan asupan natrium (Anonim, 2007:520). Penggunaan obat omeprazole dan sucralfat digunakan oleh 11 orang dari 50 pasien. Omeprazole merupakan obat pemilihan pertama dalam pengobatan gastritis, namun kerjanya panjang akibat kumulasi di sel-sel tersebut.mekanisme kerja penghambat pompa proton adalah basa lemah netral mencapai selparietal dari darah dan berdifusi ke dalam sekretori kanalikuli, tempat obat terprotonasidan terperangkap. Zat yang terprotonasi membentuk asam sulfenik dan sulfanilamide.sulfanilamide berinteraksi secara kovalen dengan gugus sulfhidril pada sisi kritisluminal tempat H+,K+-ATPase, kemudian terjadi inhibisi penuh dengan dua molekuldari inhibitor mengikat tiap molekul enzim. Efek samping obat ini yaitu sebesar 5-10% pasien yang menggunakan obat ini dapat meningkatkan level gastrin sampai >500 ng/l, sehingga obat ini tidak dapat digunakan dalam waktu yang lama (Anonim, 2007:523). Sedangkan sucralfat merupakan obat yang tidak memiliki efek langsung terhadapasam lambung.mekanisme kerja sukralfat adalah membentuk kompleks ulser adheren dengan eksudat protein seperti albumin dan fibrinogen pada sisi ulser dan melindunginya dari serangan asam, membentuk barier viskos pada permukaan mukosa di lambung dan duodenum, serta menghambat aktivitas pepsin dan membentuk ikatan garam dengan empedu Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosaesofagus, sebagai buffer terhadap HCl di esofagus serta dapat mengikat pepsin dangaram empedu. Golongan opat ini cukup aman diberikan karena bekerja di permukaan (sitoproteksi). Menurut Dipiro (2008) dalam Wardanaiati (2011:3) mengatakan bahwa tujuan utama dalam pengobatan gastritis adalah menghilangkan nyeri, menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus lambung dan komplikasi. Berdasarkan patofisiologinya terapi farmakologi gastritis ditujukan untuk menekan faktor agresif dan memperkuat faktor defensif. Sampai saat inipengobatan ditujukan untuk mengurangi asam lambung yakni dengan caramenetralkan asam lambung dan mengurangi sekresi asam lambung. Selain itupengobatan gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensifmukosa lambung dengan obat-obat sitoproteks. Dalam pengobatan gastritis biasanya digunakan terapi tunggal, namun ada beberapa yang menggunakan terapi kombinasi 2 jenis obat. Biasanya obat yang digunakan dalam terapi kombinasi diberikan berdasarkan derajat gastritisnya. Banyak penderita

11 yang dapat disembuhkan dengan pengobatan tersebut di atas, tetapi banyak pula yang sukar disembuhkan karena sebagian besar obat yang diberikan hanya digunakan untuk mengobati gejala gangguan saluran pencernaan yang umum seperti mual, muntah dan dispepsia, dan bukan untuk mengobati penyakit peptik ulser, sehingga ketidak tepatan penggunaannya cukup besar (Hasanah, 2007:17). Dari hasil penelitian (tabel 4.3) terapi kombinasi ranitidin dan antasida dengan jumlah 32 obat (60,4%) paling banyak digunakan dengan lama terapi 1-2 hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardanaiati (2011) di RSUD Ahmad Mochtar Bukit Tinggi mengatakan bahwa kombinasi ranitidin dan antasida 80% keluhannya hilang dan penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2014) di Puskesmas Dulalowo mengatakan bahwa kombinasi yang paling banyak dipakai adalah antasida dan ranitidin. Ranitidin secara selektif mengurangi sekresi asam lambung akibat histamin dengan meghambat reseptor H 2 di lambung. Ranitidin dikombinasikan dengan antasida untuk menghilangkan keluhan nyeri. Efek samping dari kombinasi antasida dan ranitidin yaitu antasida dapat menyebabkan penurunan absorbsi dari ranitidin hingga 33%, sehingga ranitidin diberikan selang waktu 1-2 jam setelah pemberian antasida dan pemberian antasida bersama ranitidin dapat meninggikan ph intragaster. Kombinasi kedua yang paling banyak digunakan yaitu kombinasi ranitidin dan sucralfat dengan jumlah 8 obat (15%) dengan lama terapi 2 hari, kombinasi ranitidin dengan sukralfatmemberikan efek terapi yang baik dalam pengobatan gastritis dimana ranitidin berperan dalam mengurangi faktor agresif dengan cara menghambat histamin pada reseptor H2 sel parietal sehingga sel parietal tidak terangsang mengeluarkan asam lambung. Sedangkan sukralfat berperan dalam meningkatkan faktor devensif dengan cara melindungi mukosa lambung (William &Wilkins 2010). Sukralfat memerlukan ph asam untuk aktivasinya sehingga tidak boleh digunakan secara bersamaan dengan ranitidin. Kombinasi berikutnya yaitu kombinasi omeprazole dan antasida sebanyak 7 obat (13,2) dengan lama terapi 2-3 hari. Omeprazole memerlukan waktu penyembuhan lama dikarenakan penghambatan berlangsung lama antara jam dan menurunkan sekresi asam lambung basal atau akibat stimulasi, lepas dari jenis perangsangnya histamin, asetilkolin, dan gastrin (Anonim, 2007:522). Antasida digunakan untuk menghilangkan keluhan nyeri. Kombinasi ranitidin, omeprazole, dan sucralfat sebanyak 3 obat (5,6%) dengan lama terapi 2 hari, dimana ranitidin menghambat reseptor H 2 secara selektif dan reversibel, perangsangan reseptor H 2 akan merangsang sekresi asam lambung sehingga pemberian ranitidin akan menghambat sekresi asam lambung. Omeprazole bekerja mengontrol sekresi asam lambung dengan cara menghambat pompa proton yang mentranspor ion H + keluar dari sel parietal lambung. Dan sukralfat bekerja di permukaan sebagai sawar terhadap HCL dan pepsin (Anonim, 2007:282,522,524). Kombinasi ranitidin, antasida dan sucralfat berjumlah 2 obat (3,7%) dengan lama terapi 2 hari. Dimana rantidin bekerja menghambat sekresi asam lambung dengan melakukan inhibisi kompetitif terhadap reseptor histamin H2 yang terdapat pada sel parietal dan menghambat sekresi asam lambung, antasida dapatmenetralkan asam lambung dengan cara meningkatkan ph lumen lambung, sedangkan sukralfat melindungi

12 mukosa dengan cara membentuk gel yang sangat lengket dan dapat melekat kuat pada dasar tukak sehingga menutupi tukak. Ketiga kombinasi tersebut tidak seharusnya diberikan, karena sukralfat memerlukan ph asam untuk aktivasinya. (Mycekdkk, 2001:245). Kombinasi terakhir yaitu omeprazole dan sucralfat; ranitidin, omeprazole, dan antasida berjumlah 1 obat (1,8%) dengan lama terapi 1-3 hari. Kombinasi omeprazole dan sucralfat, dimana omeprazole bekerja mengontrol sekresi asam lambung dengan cara menghambat pompa proton yang mentranspor ion H + keluar dari sel parietal lambung. Dan sukralfat bekerja di permukaan sebagai sawar terhadap HCL dan pepsin (Anonim, 2007:282,522,524). Sedangkan kombinasi ranitidin, omeprazole, dan antasida, yaitu dimana ranitidin bekerja menghambat secara kompetitif ikatan antara histamin dan reseptor H 2, Omeprazole bekerja dengan mengikat enzim H+/K+-Atpase sehingga menghambat sekresi asam lambung, sedangkan antasida bekerja basa lemah akan berikatan dengan asam lambung sehingga dapat menetralkan asam lambung. Obat gastritis juga dikombinasikan dengan antibiotik, antibiotik digunakan untuk mengobati gastritis kronik yang disebabkan oleh infeksi helicobakteri pylori. Antibiotik yang digunakan yaitu tetrasiklin dan amoksisilin. Dimana tetrasiklin bekerja menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya Sedangkan amoksisilin lebi luas spektrum kerjanya dimana amoksisilin dapat melewati membran fosfolipid melalui pori-porinya (Tjay & Rahardja, 2007:70). Perbedaan lama perbaikan atau terapi diatas juga dipengaruhi oleh keadaan individu masing-masing pasien, gaya hidup serta faktor penyebab timbulnya gastritis. Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa kombinasi ranitidin dengan antasida banyak digunakan karena kedua obat tersebut memiliki efek samping yang sedikit dan ringan. Ranitidin memerlukan waktu selama 6 minggu untuk menyembuhkan ulkus lambung. Penelitian yang dilakukan oleh Wardanaiati (2011) di RSUD Ahmad Mochtar Bukit Tinggi menyatakan bahwa rata-rata pasien yang diberi kombinasi obat rantidin dan antasida keluhannya menghilang dalam waktu seminggu. Ini berarti lama perawatan di rumah sakit selama 1-2 hari belum sepenuhnya menyembuhkan gastritis, sehingga perlu dilakukan penambahan lama terapi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan kajian penggunaan obat gastritis pada pasien rawat inap RSUD Toto Kabila penggunaan obat gastritis sudah sesuai. Dimana dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jenis obat yang paling banyak digunakan untuk terapi gastritis yaitu ranitidin sebanyak 42 (40 %). Karena ranitidin memiliki efek samping yang sedikit dan ringan dibandingkan obat lainnya, dan juga gastritis langsung bekerja menghambat ikatan antara histamin dan reseptor H Kombinasi obat gastritis yang paling banyak digunakan yaitu ranitidin dan antasida dengan jumlah 32 (60,4%) dengan lama terapi 1-2 hari. Karena kombinasi kedua obat tersebut dapat memberikan efek yang baik dalam penyembuhan gastritis akut dan kronik.

13 Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah khususnya RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango disarankan untuk menggunakan kombinasi ranitidin dan antasida. Karena kombinasi kedua obat tersebut dapat menghilangkan keluhan dalam waktu 1-2 hari 2. Untuk peneliti lain Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan : a. Kerasionalan penggunaan obat gastritis pada pasien gastritis b. Membandingkan tingkat kesembuhan obat gastritis yang diberikan secara tunggal atau kombinasi c. Kajian penggunaan obat gastritis pada pasien lanjut usia d. Interaksi obat gastritis pada pasien usia lanjut e. Evaluasi penggunaan obat gastritis dengan menggunakan instrumen penelitian kuisoner DAFTAR PUSTAKA Anonim Farmakologi dan Terapi.Balai Penerbit FKUI. Jakarta Profil RSUD Toto Kabila Kab. Bone Bolango. Apryanti, Van, G Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Gastritis (Maag) Di Kelurahan Hunggulawa Kecamatan Limboto. Jurnal.Universitas Negeri Gorontalo. ( Diakses 6 Agustus 2014 Depkes. (2007). Distribusi Penyakit sistem Cerna Pasien Rawat Inap Menurut Golongan Sakit Indonesia Tahun ( Diakses 6 Agustus Fenny, S Pola Penggunaan Obat Gastritis pada Pasien Gastritis Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah M.Yunus Bengkulu Selama Bulan Januari Sampai dengan Bulan Mei Thesis. Universitas Surabaya. ( Diakses 12 Juli 2014 Gusti, R Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien yang Berobat Jalan Di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukuttinggi Tahun Jurnal. Universitas Andalas Padang. ( Diakses 6 Agustus 2014 Hasanah, A Evaluasi Penggunaan Obat Antipeptik Ulser Pada Penderita Rawat Tinggal Di Rumah Sakit Advent Bandung. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Padjajaran. (

14 +obat+antipeptik+ulser+pada+penderita+rawat tinggal+di+rumah+sakit..). Diakses 16 Juli 2014 Irawati, U Studi Terapi Pemberian Obat Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas Dulalowo Tahun Karya Tulis Ilmiah. Universitas Negeri Gorontalo.( da+pasien+gastritis+di+puskesmas+dulalowo+tahun+2012). Diakses 29 April 2014 John, K Jantung Kuat Bernapas Lega. Indonesia Publishing House. Bandung. Margareth, S The Reletionship Between Eating Habits With The Gastritis At The Medical Faculty Level Of Student 2010 Sam Ratulangi University Manado. Jurnal. Universitas Sam Ratulangi. (http// Diakses 6 Agustus 2014 Muyassaroh, A Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik Pada Pasien Tukak Peptik (Peptic Ulser Disease) Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Islam Kustati Surakarta Tahun Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. (http//: Diakses 6 Agustus 2014 Mycek, Harvey, Champe Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi ke dua. Widya Medika. Jakarta. Tjay, Toan Hoan & Rahardja, Kirana Obat-Obat Penting. Edisi ke enam. Elex Media Komputindo. Jakarta. Uripi, V Menu untuk Penderita Hepatitis dan Gangguan Saluraan Pencernaan. Puspa Swara. Jakarta. Wardaniati, I Gambaran Terapi Kombinasi Ranitidin Dengan Sukralfat Dan Ranitidin Dengan Antasida Dalam Pengobatan Gastritis Di SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Mochtar Bukittinggi. Artikel. Universitas Andalas Padang. ( Diakses 12 Juli 2014 William, L dan Wilkins, 2010, Atlas of Pathophysilogy Third Editin, Anataomical Chart Company, Philadelpia Yanti, M Hubungan Rentang Stres Dan Kebiasaan Pemakaian Obat Anti Inflamasi Non Steroid Dengan Kejadian Gastritis Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Djamil Padang Tahun Penelitian Keperawatan Medikal Bedah. Universitas Andalas. ( Diakses 17 Juli 2014

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Banyak hal yang dapat menyebabkan gastritis. Penyebabnya paling sering adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulkus Peptikum 2.1.1 Definisi Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009). Ulkus peptikum

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia yang mengarah modern ditandai gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dihadapkan pada dua masalah dalam pembangunan kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih belum banyak tertangani dan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, tukak lambung menjadi suatu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dan dalam kondisi yang parah dapat menjadi penyebab kematian. Tukak lambung merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Swamedikasi Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obatobatan yang dijual bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel- sel radang pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 6 No. AGUSTUS 017 ISSN 0-49 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian diseluruh dunia, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2) HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN BERISIKO GASTRITIS DAN STRESS DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA WANITA USIA 20-44 TAHUN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS CILEMBANG TAHUN 2012 Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, cepat dan makan makanan

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa tidak luput dari aktifitas yang tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit HIV & AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Indonesia merupakan negara di ASEAN yang paling tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal maupun tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tukak peptik merupakan penyakit akibat ketidakseimbangan fisiologis antara faktor agresif (asam lambung dan pepsin) dengan faktor pelindung (pertahanan dan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat merupakan semua bahan tunggal atau campuran bahan yang digunakan semua makhluk hidup untuk bagian dalam maupun bagian luar dalam menetapkan diagnosis, mencegah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis atau lebih dikenal dengan istilah maag merupakan suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu rasa tidak nyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu keseimbangan atau suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan

Lebih terperinci

OBAT GASTROINTESTINAL

OBAT GASTROINTESTINAL OBAT GASTROINTESTINAL OBAT SALURAN PENCERNAAN Obat Penyakit Tukak - Peptik Anti emetik Laxativa ( Pencahar ) Anti Diare 1. OBAT PENYAKIT TUKAK PEPTIC A. Antasida adalah basa basa lemah yang digunakan untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Rismia Agustina, Azizah, Agianto Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Jl. A.Yani Km. 36, Banjarbaru,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastritis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Stress ulcer merupakan ulser pada lambung dan atau duodenum yang biasanya muncul dalam konteks trauma atau penyakit sistemik atau SSP yang hebat. Ulcer secara

Lebih terperinci

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT MAAG PADA KONSUMEN YANG DATANG DI APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT MAAG PADA KONSUMEN YANG DATANG DI APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI 1 POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT MAAG PADA KONSUMEN YANG DATANG DI APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI Oleh: SUSANT0 SAPUTRO K 100050039 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2009 1

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS GULAI BANCAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS GULAI BANCAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2011 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS GULAI BANCAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2011 Rahmi Kurnia Gustin ABSTRAK Gatritis merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

sebesar 90% (Dodge, 1993). Ulkus gaster berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering atau mudah dijumpai di

sebesar 90% (Dodge, 1993). Ulkus gaster berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering atau mudah dijumpai di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit ulkus peptikum (ulkus peptik) merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan terutama dalam kelompok usia di atas 45 tahun (Gartner dan Hiatt, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung karena gastritis atau sakit maag akan sangat mengganggu aktivitas

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA. PADA KELUARGA Tn. H KHUSUSNYA Tn. H DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: GASTRITIS DI WILAYAH PUSKESMAS GROGOL I

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA. PADA KELUARGA Tn. H KHUSUSNYA Tn. H DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: GASTRITIS DI WILAYAH PUSKESMAS GROGOL I 0 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn. H KHUSUSNYA Tn. H DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: GASTRITIS DI WILAYAH PUSKESMAS GROGOL I KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah kumpulan gejala penyakit saluran cerna bagian atas yang mengenai lebih dari 29% individu dalam suatu komunitas dan gejalanya bervariasi pada setiap

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015 EVALUATION OF PEPTIC ULCER MEDICATION USE IN PATIENTS WITH PEPTIC ULCER

Lebih terperinci

Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Dispepsia Di RSU Anutapura Palu

Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Dispepsia Di RSU Anutapura Palu Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) 2017; 3 (2): 126 131 ISSN : 2442-8744 (electronic) http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/galenika/index DOI : 10.22487/j24428744.2017.v3.i2.8772

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan konsentrasi obat yang efektif selama periode yang diperlukan, terutama untuk obat-obat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO pada tahun 2007 proporsi kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan manusia bergerak maju atau mundur dalam kontinuitas tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat atau sakit. Asuhan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tukak peptik merupakan penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan berbagai obat baru telah ditemukan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut juga semakin banyak

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS Konsep Medik : 1. Pengertian Gastritis berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Secara umum Gastritis

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Teori Dispepsia Organik Dispesia Non Organik Dispesia Diagnosa Penunjang Pengobatan H. pylori Tes CLO Biopsi Triple therapy Infeksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Rumah Sakit ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah istilah yang dipakai untuk

Lebih terperinci

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

Satuan Acara penyuluhan (SAP) Lampiran Satuan Acara penyuluhan (SAP) A. Pelaksanaan Kegiatan a. Topik :Gastritis b. Sasaran : Pasien kelolaan (Ny.N) c. Metode : Ceramah dan Tanya jawab d. Media :Leaflet e. Waktu dan tempat : 1. Hari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan

Lebih terperinci

Thera Rolavina S,S.Farm.,Apt

Thera Rolavina S,S.Farm.,Apt Thera Rolavina S,S.Farm.,Apt ANTASID ANTASID adalah basa basa lemah yang digunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung ANTIULCER Obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar 500.000 orang di Amerika Serikat setiap tahunnya terkena penyakit tukak peptik, dan 70% terjadi pada usia 25 sampai 64 tahun. Biaya yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu kasus kegawatan dibidang gastroenterologi yang saat ini masih menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya? Faktor psikis atau kejiwaan seseorang bisa pula meningkatkan produksi asam lambung. Selain itu penyakit maag juga bisa disebabkan insfeksi bakteri tertentu, misalnya helicobacter pylori yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasakan sakit atau tidak enak badan pasti akan melakukan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. merasakan sakit atau tidak enak badan pasti akan melakukan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal terpenting dalam kehidupan adalah kesehatan. Seseorang yang merasakan sakit atau tidak enak badan pasti akan melakukan upaya untuk memperoleh kesehatannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN JENIS GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BONE-BONE KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN JENIS GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BONE-BONE KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN JENIS GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BONE-BONE KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA Abdul Rahman ABSTARAK Pada tahun 2007 penyakit gastritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung yang paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya hanya berdasarkan

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012). BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (51 orang) adalah perempuan. Perempuan lebih mudah merasakan adanya serangan

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalaui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus duodenum. Ulkus peptikum didefinisikan sebagai suatu defek mukosa atau submukosa yang berbatas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma dispepsia merupakan keluhan/kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lambung merupakan organ yang vital bagi tubuh yang cukup rentan cidera atau terluka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja lambung adalah asupan makanan yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, serta anti radang dan banyak digunakan untuk menghilangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat anti inflamasi nonosteroid (OAINS) merupakan kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi diseluruh dunia untuk mendapatkan efek analgetik, antipiretik dan anti

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Totok Hardiyanto, Sutaryono, Muchson Arrosyid INTISARI Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk

Lebih terperinci

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam 1. Agen Pelindung Mukosa a Sukralfat Dosis Untuk dewasa 4 kali sehari 500-1000 mg (maksimum 8 gram/hari) sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan tidur). Pengobatan dianjurkan selama 4-8 minggu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah adanya perasaan nyeri dan tidak nyaman yang terjadi di bagian perut atas ditandai dengan rasa penuh, kembung, nyeri, beberapa gangguan mual-mual, perut

Lebih terperinci

KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013

KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013 KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013 Andrea Ariel Rondonuwu 1), Adeanne Wullur 1), dan Widya Astuti Lolo 1) 1) Program

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG (DISPEPSIA, GASTRITIS, TUKAK PEPTIK) RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KELUARGA SEHAT PATI TAHUN 2015

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG (DISPEPSIA, GASTRITIS, TUKAK PEPTIK) RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KELUARGA SEHAT PATI TAHUN 2015 POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG (DISPEPSIA, GASTRITIS, TUKAK PEPTIK) RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KELUARGA SEHAT PATI TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: Rinza Bagus Prakoso K100120169 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulkus didefinisikan sebagai defek pada mukosa saluran pencernaan yang mengenai lapisan mukosa hingga submukosa atau lebih. Ulkus mungkin terjadi pada seluruh saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulkus peptik atau tukak peptik adalah defek mukosa gastrointestinal (GI) yang meluas sampai ke mukosa otot yang terjadi di esofagus, lambung atau duodenum (Brashers,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, ransangan, atau kombinasi halhal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya : LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP MEDIK 1. DEFINISI Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yg ditemukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Faktor pencetus, Gastritis. Abstrack

ABSTRAK. Kata kunci: Faktor pencetus, Gastritis. Abstrack ABSTRAK Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh pengalaman penulis yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan mengkonsumsi makanan yang terlalu berbumbu yang tidak nyaman pada pencernaan. Beberapa

Lebih terperinci