Budaya Keselamatan dalam dunia Transportasi Udara
|
|
- Deddy Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Budaya Keselamatan dalam dunia Transportasi Udara Upaya2 yang efektif untuk meynjamin keselamatan terbang harus mengedepankan pentingnya budaya. Setiap organisasi dibidang transportasi udara harus sepenuhnya memahami dampak dari budaya pada operasinya, bila mengharapkan keberhasilan upaya jaminan keselamatan terbang. Pemikiran dasar dari diskusi yang dijabarkan dibawah ini adalah bahwa kekokohan budaya keselamatan yang dibangun itu harus berlandaskan pada upaya membangun kekuatan budaya nasional, dan memperkuat budaya-budaya profesi dan organisasi. Budaya berpengaruh pada semua sisi kehidupan, termasuk nilai-nilai, kepercayaan dan perilaku yang menjadi ciri kelompok. Budaya berperan mengikat kita bersama sebagai anggota2 kelompok dan memberikan petunjuk untuk berperilaku dalam kondisi normal maupun situasi baru. Dalam memikirkan budaya, yang per-tama2 muncul dibenak kita adalah budaya nasional, yang ciri2nya membedakan pengikut satu budaya tertentu dari pengikut budaya yang lain. Tetapi untuk seorang pilot sebenarnya ada 3 budaya yang berpengaruh dalam menentukan perilaku dan sikapnya dalam bekerja. Yang pertama tentu saja adalah budaya nasional. Disamping itu ada juga budaya profesi yang sangat kuat dan melekat sebagai anggota dari profesi pilot. Yang terakhir, atau ketiga, adalah budaya organisasi dimana pilot tersebut bekerja. Ini sangat penting karena bagaimanapun juga pilot harus menjadi bagian dan mengikuti tata cara kerja yang berlaku dalam organisasi itu. Kalau menentang budaya kerja yang berlaku dalam organisasi, jelas bahwa pilot tersebut akan dianggap tidak bisa menjadi team player dan pada akhirnya akan dikucilkan. Budaya nasional itu sulit untuk diubah, karena setiap orang pasti dari sejak kecil sudah akan dipengaruhi dan kepribadiannya dibentuk dalam kerangka budaya nasional. Disisi lain, budaya profesi dan budaya organisasi itu bisa saja diubah, apabila ada insentif yang cukup kuat untuk melakukan perubahan itu. Ketiga budaya tersebut semuanya sangat penting dalam menentukan perilaku pilot dalam melakukan tugas didalam kokpit. Contohnya adalah bagaimana seorang pilot junior memandang seniornya dan bagaimana informasi yang berkaitan dengan tugas dalam kokpit disampaikan. Seringkali seorang pilot junior enggan, bahkan menolak untuk mengatakan sesuatu yang dapat ditafsirkan sebagai se-olah2 dia menentang seniornya, padahal sebenarnya pilot senior itu memang melakukan kesalahan yang harus dikoreksi dan kecelakaan akan terjadi bila koreksi tidak dilakukan (ini terjadi dalam peritiwa tabrakan antara 2 pesawat Boeing-747 yang terjadi di Tenerife pada tahun 1977 (lihat misalnya dan juga video dialamat ). Ada kecenderungan untuk menganggap bahwa pilot seniorlah satu-satunya yang bertanggung jawab, salah atau benar, dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan dalam kokpit saat menghadapi situasi dan kondisi yang kritis. Jelas bahwa seharusnya semua yang berada dalam kokpit secara ber-sama2 bertukar pikiran dan berkomunikasi secara bebas sejujurnya dalam upaya menemukan solusi terbaik untuk menyikapi ancaman atau situasi gawat darurat yang sedang dihadapi. Budaya membentuk sikap dalam menangani suasana tegang dan menilai kemampuan pribadi seseorang. Budaya juga berpengaruh pada bagaimana pilot mematuhi SOP (Standar Operating Procedures atau Prosedur Operasi Standar) dan bagaimana otomatisasi peralatan dihargai dan dimanfaatkan. Masing2 dari ketiga budaya tersebut diatas memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya tentu saja meningkatkan keselamatan sedangkan kelemahannya justru mengurangi keselamatan.
2 Budaya Nasional. Ini mewakili komponen2 yang dimiliki bersama dari warisan budaya nasional. Ada beberapa sisi budaya nasional yang telah diidentifikasi sebagai sangat menentukan dibidang aviasi, yaitu Individualisme-Kolektivisme, Jarak Kekuasaan, dan Hindari Ketidakpastian atau Kepatuhan terhadap Aturan dan Keberaturan. Pribadi yang Individualistis lebih focus pada diri sendiri dan keuntungan pribadi, sedangkan pribadi yang Kolektivistis lebih mementingkan kelompok primernya. Kolektivisme seringkali dikaitkan dengan Jarak Kekuasaan, yang mencerminkan kesediaan menerima adanya perbedaan kedudukan dan kepatuhan pada pimpinan. Dipandang dari segi perilaku, Jarak Kekuasaan yang kuat dapat dilihat dari keengganan untuk mempertanyakan keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pemimpin, walaupun semuanya itu sebenarnya kurang tepat. Mereka yang selalu menghindari ketidakpastian (Aturan dan Keberaturan) merasa bahwa aturan tidak boleh dilanggar, walaupun demi kepentingan dan keselamatan bersama. Mereka juga merasa bahwa prosedur tertulis selalu diperlukan untuk semua situasi dan semua kegiatan harus dilakukan sesuai jadwal, yang ditentukan secara ketat. Mereka yang tak begitu peduli dengan menghindari ketidakpastian cenderung untuk melanggar SOP, tetapi boleh jadi juga lebih efektif dalam berupaya mengembangkan cara2 yang tepat dalam menangani situasi darurat yang muncul secara mendadak. Komunikasi antara individu yang berbeda budaya nasionalnya seringkali terbentur pada tembok perbedaan bahasa disamping oleh nilai2 budaya yang berbeda. Masalah bahasa memang adalah dampak tak terelakkan dari sisi umum budaya. Kenyataan bahwa secara umum ada anggapan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional, bisa jadi justru bisa memperparah masalah. Dalam banyak budaya, seperti budaya Indonesia misalnya, seringkali individu2nya mampu atau menguasai beberapa bahasa, tetapi orang2 dari budaya Anglo (turunan Inggris, seperti Amerika, Australia dlsbnya) biasanya hanya bisa berbicara bahasa Inggris dan tidak bisa atau mampu memahami masalah yang dihadapi oleh orang dari budaya lain saat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Ini bukanlah sebuah masalah yang punya solusi sederhana, namun demikian tetap harus dihadapi dan dicarikan jalan keluarnya. Budaya Profesi. Rasa bangga seorang pilot mengenai profesinya adalah sisi yang sangat baik dari budaya profesi mereka. Pilot sangat menyenangi pekerjaannya dan termotivasi untuk melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin. Ini bermanfaat dalam membantu organisasi dalam upayanya beroperasi secara aman selamat dan efisien. Disisi lain budaya profesi pilot juga punya sisi jelek yaitu bahwa para pilot merasa bahwa mereka itu kebal, tak mungkin salah dan tertimpa malapetaka. Studi2 yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hampir semua pilot dari segala macam budaya merasa yakin bahwa kemampuan mereka untuk mengambil keputusan dalam kondisi darurat itu sama baiknya dengan pada kondisi normal, bahwa kinerja mereka tidak dipengaruhi oleh masalah2 pribadi, dan bahwa mereka tidak membuat lebih banyak kesalahan dalam kondisi sangat tegang dibandingkan dengan dalam kondisi normal. Ini adalah rasa percaya diri berkelebihan yang membuat mereka sering gagal dalam memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dalam pelatihan CRM (Crew Resource Management atau pemberdayaan sumberdaya kru) yang seharusnya dapat membantu mereka dalam menghindar dari berbuat kesalahan2 yang bisa berakibat fatal. Budaya Organisasi. Organisasi bisa memberikan kerangka dimana budaya2 nasional dan profesi beroperasi, dan merupakan penentu utama bagi perilaku. Budaya keselamatan dapat ditanamkan dan di tumbuh-kembang kan dengan hasil terbaik pada tingkat organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan dukungan nyata dan kuat dari manajemen tingkat atas, disamping kebijakan2 yang menunjang komunikasi terbuka
3 dan mengambil tindakan positif bukannya justru menutup mata tak mau tahu, sebagai reaksi terhadap masalah2 dan resiko yang ditemukan. Semakin lama organisasi menjadi semakin bersifat multi-budaya. Individu dari berbagai bangsa sering bekerja-sama didalam sebuah kokpit, dan ini bisa menimbulkan masalah bahasa didalam kokpit dan juga antara pesawat dengan otorita diluar pesawat yang mengelola lalu lintas udara. Pilot bisa jadi memiliki latar belakang profesi yang berbeda, misalnya ada yang berlatar belakang sipil tetapi ada juga yang dari militer. Dengan sering terjadinya kasus dimana sebuah airline menjadi bangkrut atau bergabung (merger) dengan airline lain, maka pilotpun sering pindah dari satu airline ke airline lain sehingga dua pilot yang berada dalam satu kokpit sering memiliki latar belakang budaya organisasi dari dua organisasi yang berbeda dan harus menyesuaikan diri dengan budaya organisasi yang baru bagi ke-dua2nya. Persyaratan Organisatoris untuk Budaya Keselamatan: Sebelum sebuah organisasi dapat membangun budaya keselamatan, manajemen tingkat atas harus memutuskan untuk bersedia mengambil semua tindakan yang diperlukan, termasuk yang biayanya mahal. Ada beberapa kondisi dasar yang harus dipenuhi supaya upaya mengembangkan budaya keselamatan itu punya peluang untuk berhasil. Kondisi2 tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: Saling percaya Kebijakan tidak menghukum atas kesalahan Komitmen untuk mengambil tindakan dalam meminimalkan kondisi2 yang bisa menimbulkan kesalahan. Pengumpulan data2 pencegahan yang menunjukkan sifat ancaman dan jenis kesalahan yang terjadi Pelatihan dalam mengenali ancaman dan menghindari kesalahan, dan strategi pemberdayaan sumberdaya kru (CRM) Pelatihan dalam mengevaluasi dan meningkatkan pengenalan ancaman dan manajemen kesalahan bagi para instruktur dan pengevaluasi. Pemikiran yang melandasi butir2 diatas itu sederhana. Seandainya tidak ada rasa saling mempercayai dan kebijakan untuk tidak menghukum kesalahan manusia, maka organisasi tidak akan pernah menerima laporan dari para anggotanya dan tidak akan mampu mengambil tindakan2 proaktif dalam menjamin keselamatan. Sekarang ini mulai muncul kesadaran bahwa keselamatan adalah sebuah kejadian sistemik, dan kecelakaan hanya terjadi bila ada serentetan faktor2 kesalahan yang saling susul menyusul dan tidak bisa dicegah hanya dengan pelatihan ataupun dengan perbaikan teknologi saja. Upaya2 jaminan keselamatan operasi penerbangan harus melibatkan pengelolaan masalah2 sistem yang lebih luas, disamping pelatihan pada tingkat individu dan kru. Upaya2 tersebut butuh data yang lengkap dan akurat tentang bagaimana individu dan organisasi berfungsi dalam sistem aviasi, untuk memberikan arah pada kegiatan2 jaminan keselamatan yang harus dilakukan. Data tentang kinerja pelatihan dan operasi lapangan bukanlah hal2 teoritis yang hanya penting untuk penelitian saja, tetapi merupakan bagian mendasar dari keselamatan dan efisiensi. Sebuah pengertian yang akurat tentang kinerja lapangan dan pengetahuan tentang sifat dan jenis dari ancaman dan resiko yang terdapat dalam sistem merupakan sebuah persyaratan mutlak untuk menjamin keselamatan. Disamping itu juga diperlukan pengertian yang mendalam mengenai jenis kesalahan dan berapa sering kesalahan itu terjadi. Kunci masalah keselamatan terletak pada kesadaran mengenai
4 resiko atau ancaman, termasuk yang berasal dari lingkungan, peralatan, dan manusia dalam sistem, dan pengelolaan serta penghindaran dari kesalahan, yang efektif. Oleh karena itu organisasi harus mengambil langkah2 untuk mengumpulkan data tentang kinerja sistem dan sifat serta skala dari ancaman dan kesalahan yang terjadi dalam operasi2 nya, supaya manajemen bisa mengambil tindakan2 yang efektif. Dibawah ini disampaikan beberapa jenis data yang telah diidentifikasi sebagai mutlak harus dimiliki untuk memahami operasi penerbangan dan keselamatan, dan masing2 memberikan perspektif khusus tentang fungsi sistem: 1. Kinerja Pelatihan. Penilaian kinerja dalam lingkungan pelatihan/evaluasi dari sejak awalnya memang telah merupakan sumber informasi primer tentang kinerja dan tetap masih merupakan sumber informasi primer tentang kualifikasi anggota kru. Namun demikian kita tetap harus menyadari bahwa kinerja dalam kondisi seperti itu sesungguhnya lebih mencerminkan informasi tentang ketrampilan dan kemampuan anggota kru, bukannya tentang apakah prosedur standar (SOP) telah secukupnya dipatuhi dalam lingkungan operasi sebenarnya. Dalam kondisi tidak normal biasanya kru akan berusaha menerbangkan pesawat sesuai SOP atau dengan apa yang tertulis dalam buku aturan. 2. Cek Lapangan. Karakteristik yang sama juga berlaku untuk cek lapangan. Ini menunjukkan ketrampilan dan kesadaran tentang prosedur standar (SOP), tetapi belum tentu mencerminkan bagaimana pesawat sebenarnya ditangani di lapangan, saat kru terbang tidak sedang diawasi dan dievaluasi. Perilaku kru terbang saat dievaluasi dilapangan adalah cerminan dari perilaku saat menghadapi situasi tegang, sama seperti saat dalam pelatihan, dan belum tentu mencerminkan perilaku praktek kerja sehari-hari. 3. Audit Lapangan. Hasil2 penelitian telah dimanfaatkan untuk mengembangkan dan menyarankan agar pelaksanaan evaluasi lapangan sebaiknya menggunakan audit yang berdasarkan kondisi yang tidak tegang sebagai sumber data primer untuk fungsi sistem dan kinerja kru. Audit lapangan yang menggunakan pengamat2 yang berpengalaman dalam lingkungan saling mempercayai, akan dapat memberikan gambaran sesaat dari kinerja sistem dan menciptakan data yang menuntun kearah baik masalah2 dan kesesuaian operasional, maupun persyaratan2 kurikulum untuk pelatihan. Belakangan ini proses audit telah diperluas dan mencakup kondisi2 yang berbeda dari kondisi normal, dan merupakan sumber ancaman terhadap keselamatan, lalu merekam kesalahan yang terjadi serta pengelolaan dari kesalahan2 tersebut. 4. Survei (anonimus). Salah satu sumber informasi yang penting adalah survei yang dilakukan secara anonimus. Data seperti itu dapat memberikan pengertian mengenai persepsi kru tentang keselamatan dan bagaimana mereka bersedia menerima konsep2 CRM yang diberikan selama pelatihan. Data hasil survei merupakan tambahan yang penting pada data audit, untuk menunjukkan bagian2 yang unggul dan yang lemah dari sebuah skenario pengoperasian pesawat. 5. Laporan Insiden. Pengembangan sebuah sistem nasional pelaporan kecelakaan telah terbukti merupakan kontribusi yang sangat penting bagi keselamatan. Belakangan ini airline2 bekerjasama dengan FAA untuk menciptakan sistem pelaporan dimana anggota kru bisa memberikan masukan mengenai kesalahan2 yang terjadi di organisasi tanpa rasa takut akan di hukum. Data seperti itu sangat bermanfaat bagi organisasi untuk mendapatkan informasi tepat waktu, yang dapat dimanfaatkan untuk
5 mengambil keputusan2 dan tindakan2 dalam menangani ancaman potensi bahaya yang teridentifikasi dengan cepat. 6. FOQA. Flight Operations Quality Assurance, atau Program Jaminan Kualitas Operasi Penerbangan, menggunakan data digital dari FDR (Flight Data Recorder) untuk menentukan batasan dari parameter2 penerbangan yang dilanggar. Data tersebut sangat bermanfaat dan kekurangannya adalah dia tidak mampu memberikan informasi tentang akar permasalahan (misalnya lelah karena kerja berlebihan, melakukan kesalahan secara tidak sengaja, komunikasi dengan ATC dlsbnya) yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelanggaran yang terekam Threat Recognition and Error Management (TREM): Pelatihan untuk mengenali resiko dan menghindari serta mengelola eror. Setelah memperoleh pemahaman dari data yang tersedia, organisasi bisa mengambil tindakan untuk mengurangi atau melenyapkan sumber2 sistemik dari resiko yang ada. Organisasi kemudian dapat mengembangkan program pelatihan untuk membantu para staf yang berada digaris depan, yaitu para pilot. CRM telah dikembangkan sebagai seperangkat perilaku dan strategi yang harus diikuti oleh kru demi terwujudnya keselamatan terbang. Dalam perkembangan selanjutnya CRM telah menjadi semakin canggih dan bisa dianggap sebagai seperangkat tindakan2 penangkalan yang menuju kearah menyadari apa yang menjadi ancaman dan resiko, dan akhirnya bagaimana mengelola kesalahan yang pasti terjadi Data2 diagnostik dapat memberikan informasi pada organisasi tentang pengaruh ke 3 budaya yang telah disebut sebelumnya, dalam operasi perusahaan. Informasi tersebut dapat membantu dalam pengembangan strategi2 lokal sesuai situasi dan budaya2 yang ada, yang akhirnya menghasilkan sebuah pelatihan yang lebih bisa diterima dan diterapkan dilapangan. Beberapa contoh dapat diberikan supaya lebih jelas apa yang dimaksud. Apabila budaya nasional yang ada dalam organisasi adalah dimana anggota junior tak boleh menentang keputusan atau tindakan yang diambil oleh anggota senior, pelatihan CRM yang menekankan betapa pentingnya bagi staf junior supaya berani mengungkapkan pendapatnya atau bersikap lebih asertif, kemungkinan besarnya konsep CRM itu akan ditolak. Tetapi kalau perilaku yang diinginkan itu disamarkan sebagai suatu keharusan bagi sang junior untuk memberi dukungan kepada seniornya, dengan memberikan informasi yang boleh jadi dapat mencegah terjadinya kondisi yang sangat berbahaya dan dapat membuat pimpinan dan organisasi kehilangan muka, maka bisa jadi hal tersebut akan diterima sebagai bagian dari budaya organisasi. Demikian juga pelatihan resmi mengenai keterbatasan manusia dan kepastian bahwa kesalahan akan selalu terjadi, dapat mengurangi kenistaan yang terkait dengan berbuat salah dan juga mengurangi penolakan trehadap kenyataan bahwa pilot juga rawan berbuat kesalahan. Semuanya itu pada akhirnya akan meningkatkan kemauan untuk berbagi informasi mengenai kesalahan2 operasional. Tugas membangun budaya organisasi untuk saling mempercayai dimana para pilot dan pihak manajemen bisa dengan bebas dan terbuka berbagi informasi penting, mungkin merupakan tugas yang paling sulit. Dalam hal ini sekali lagi data dapat membantu menentukan sebesar apa sebenarnya kekurangan rasa saling mempercayai itu. Misalnya saja dalam survei diantara para pilot, bisa ditanyakan apakah mereka merasa bahwa manajemen bersedia mengambil tindakan nyata untuk menegakkan jaminan keselamatan, disamping apakah mereka mempercayai pihak manajemen. Kalau ada rasa tidak percaya dan justru berpikir bahwa manajemen lebih mementingkan keuntungan dibandingkan dengan komitmen menjamin keselamatan terbang, maka manajemen harus membuktikan dengan perbuatan, bukan sekedar bicara tentang keselamatan sebelum pilot akan mengubah cara berpikir mereka dan mulai mempercayai manajemen. Walaupun membangun budaya keselamatan terbang yang positif bukan pekerjaan yang mudah,
6 tetapi sudah ada banyak kasus dimana organisasi pada akhirnya mampu mengatasi rasa kecewa dan frustrasi berat yang disebabkan oleh terjadinya merger antara beberapa airline dan hubungan kerja yang sangat buruk, disamping dampak negatif dari keterpurukan kondisi keuangan, dan akhirnya mampu membangun budaya keselamatan yang kokoh kuat. Semuanya itu menunjukkan bahwa upaya2 berat yang diperlukan memang harus dilakukan dan memberikan hasil tambahan berupa efisiensi dan moral kerja yang bagus.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesawat terbang merupakan sebuah alat transportasi udara yang berteknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan sebuah alat transportasi udara yang berteknologi canggih dan telah memiliki peranan penting pada abad ini. Seseorang dapat melakukan perjalanan
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. pada fungsi fisiologis dan psikologis seseorang. Sekitar tahun 1920, Walter
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Stres dapat digambarkan sebagai suatu keadaan yang mengganggu pada fungsi fisiologis dan psikologis seseorang. Sekitar tahun 1920, Walter Canon untuk pertama
Lebih terperinciCatatan informasi klien
Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan
Lebih terperinciGEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN
GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN Oleh : Suharno LOKAKARYA BUDAYA KESELAMTAN INSTALASI NUKLIR Jakarta 17 20 Mei 2005 1. PENDAHULUAN Kelemahan dapat memicu terjadinya keadaan keselamatan yang tidak stabil
Lebih terperinciBAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan P.T. Sriwijaya Air atau lebih dikenal dengan nama Sriwijaya Air adalah perusahaan penerbangan swasta nasional yang saat ini eksis meramaikan dunia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis yang berkepanjangan telah menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan sebagai suatu profesi dituntut untuk mengikuti perkembangan dunia yang semakin global. Profesi akuntan Indonesia di masa yang akan datang menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki dalam setiap moda transportasi. Salah satu moda transportasi yang harus memiliki standar peraturan keamanan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor transportasi menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan perkembangan sebuah negara. Sektor transportasi harus memiliki sistem manajemen yang sangat baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan keunggulan kompetitif yang dapat menjamin kelangsungan usaha klien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan teknologi yang pesat sebagai dampak dari globalisasi mengakibatkan persaingan dunia usaha semakin tajam. Hal ini memaksa banyak akuntan publik
Lebih terperinciPEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif
PEMBAHASAN 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif Model kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin, karena model kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan
Lebih terperinciKuesioner Iklim Keselamatan Kerja Nordic
NOSACQ-50- Indonesia Kuesioner Iklim Keselamatan Kerja Nordic Tujuan dari kuesioner ini adalah mendapatkan pandangan Anda mengenai keselamatan kerja di tempat kerja Anda. Jawaban Anda akan diproses menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.
Lebih terperinciSTRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )
STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi
Lebih terperinciPERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1
PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Deasy Mayasari F 100 040 172 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini jangkauan aktivitas dari audit internal tidak hanya menyangkut pada pemeriksaan keuangan saja, akan tetapi jangkauan pemeriksaannya telah diperluas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, berikut akan disajikan kesimpulan hasil penelitian tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Hasil pengujian hipotesis pertama
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S.) BAGIAN 143 SERTIFIKASI DAN PERSYARATAN PENGOPERASIAN BAGI PENYELENGGARA PELATIHAN PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang menentukan kinerja pada industri mikro, kecil, dan menengah (IKM) makanan khas minang di kota Padang dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan industri konstruksi mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini peranan sumber daya manusia dalam proses produksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini peranan sumber daya manusia dalam proses produksi banyak dibincangkan hal ini disadarinya sehingga berbagai cara diusahakan untuk mengembangkan
Lebih terperinciSTANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) MANAJEMEN KOLEKSI PERPUSTAKAAN BERBASIS TI. Wahyu Supriyanto Perpustakaan Pusat UGM
STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) MANAJEMEN KOLEKSI PERPUSTAKAAN BERBASIS TI Wahyu Supriyanto Perpustakaan Pusat UGM Abstrak SOP (Standard Operating Procedures) merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan
Lebih terperinciLEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG
LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG PENILAIAN PRIBADI SANDIMAN DI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciProject Management EVALUASI DAN LAPORAN PROYEK. Boldson, S.Kom., MMSI
EVALUASI DAN LAPORAN PROYEK Evaluasi Proyek Tujuan utama evaluasi proyek adalah mengungkapkan di mana telah terjadi permasalahan dan untuk membuka bagi semua potensi masalah. Evaluasi juga akan menghasilkan
Lebih terperinciSTANDARD COMPETENCY A. PENGANTAR
STANDARD COMPETENCY A. PENGANTAR Pengalaman Penulis yang dialami secara aktual, saat pertama kali masuk kerja ke dunia industri yaitu tidak mampu beradaptasi dengan cepat terhadap kebutuhan dunia industri
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga aspek yaitu keselamatan penerbangan (safety), keselamatan gedung (security), dan total quality management
Lebih terperinciRangkaian Kolom Kluster I, 2012 DISIPLIN ORGANISASI
DISIPLIN ORGANISASI Disiplin adalah tindakan para manajer untuk menegakkan standar organisasi, yang apabila para pekerja tidak mengetahui dan memahami standar tersebut, maka perilaku mereka akan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia penerbangan, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan bertambahnya pesawat-pesawat yang digunakan oleh industri-industri penerbangan. Pertambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciBudaya perusahaan bisa membantu mengembangkan jati diri setiap karyawan nan bekerja di perusahaan tersebut.
Contoh Budaya Organisasi Dalam Perusahaan Budaya Organisasi mempunyai contoh seperti yang terjadi di setiap perusahaan, yang muncul berdasarkan perjalanan hidup para pegawai. Tapi pada umumnya budaya organisasi
Lebih terperinciMENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)
MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH A. Prawacana DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal
Lebih terperinciKUISIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. 1. Pengelolaan manajemen perubahan (management of change) terhadap
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Pengelolaan manajemen perubahan (management of change) terhadap fasilitas merupakan salah satu aspek yang sangat kritikal bagi perusahaan minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana
KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan laporan terakhir dalam kegiatan Studi Standardisasi di Bidang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan yang merupakan pemenuhan tugas / kontrak yang diberikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menjadi Rp 335 triliun di tahun Perkembangan lain yang menarik dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data BAPEPAM dalam laporan keuangan tahun 2012 menurut Prabowo (2013) bahwa data sektor asuransi menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dengan
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Surabaya, kegiatan prostitusi di lokalisasi prostitusi Dolly merupakan kegiatan
BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Masyarakat Surabaya menolak atau tidak mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi siswa/i SMU yang baru saja lulus, melanjutkan pendidikan ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bagi siswa/i SMU yang baru saja lulus, melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi bukanlah suatu hal yang mudah. Setelah melalui ujian akhir nasional
Lebih terperincidalam berbagai bentuk maupun wadah pengembangan dosen yaitu; pengiriman dosen untuk studi lanjut ke pasca sarjana, penataran dan latihan untuk dosen,
BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Kesimpulan berikut ini didasarkan atas hasil penelitian dan analisisnya, serta kajian sumber-sumber kepustakaan yang relevan dan temuan penelitian beserta
Lebih terperinciManagement Style Diagnostic Test (MSDT)
Management Style Diagnostic Test (MSDT) Pedoman: Pada halaman-halaman berikut, Anda akan membaca sejumlah pernyataan mengenai tindakan yang mungkin Anda lakukan dalam tugas Anda di perusahaan. Anda diminta
Lebih terperinciKONVERSI SISTEM INFORMASI
KONVERSI SISTEM INFORMASI Oleh : R. Muh. Angga Bagus P. NRP P056134042.54E Memenuhi Tugas Mata Sistem Informasi Manajemen Dosen Pengampu : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc. (CS) Penyerahan Tugas : 05 Januari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Berdasarakan rumusan
91 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Persyaratan analisis data telah terpenuhi, dengan demikian kesimpulan yang dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.
Lebih terperinci3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN
3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN Semua organisasi organisasi yang terlibat dalam kegiatan nuklir jelas memiliki perhatian yang sama terhadap pemeliharaan dan peningkatan keselamatan. Tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah bahasa. Dengan berbahasa dapat disampaikan ide, pikiran, perasaan atau informasi seseorang
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN DAN RASA MEMILIKI
PEMBERDAYAAN DAN RASA MEMILIKI Sebuah perusahaan yang melakukan pemberdayaan karyawan dan memiliki mutu pelayanan akan memberikan pelayanan yang prima kepada para pelanggannya. Hanya Karyawan Berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi tidak aman (unsafe condition). Keselamatan merupakan hal yang harus diutamakan dalam dunia penerbangan.
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : komitmen organiasi, gaya kepemimpinan demokratis, etika profesi, pengalaman auditor pada kinerja auditor
Judul : Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan Demokratis, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor Pada Kinerja Auditor Nama : I Wayan Candra NIM : 1206305063 ABSTRAK Kinerja auditor dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan sebagai sekretaris yang profesional di era global memang tidak
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan sebagai sekretaris yang profesional di era global memang tidak bisa dihindarkan lagi. Dunia bisnis yang semakin hari semakin ketat persaingannya, mengharuskan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tingkat kepuasan pelanggan / penumpang Garuda Indonesia dengan responden adalah anggota Garuda Frequent Flyer (GFF)
Lebih terperinciPEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pelayanan
Lebih terperinciHUKUM Integritas. Oleh: Agung Budilaksono Widyaiswara Pusdiklat Bea dancukai
HUKUM Integritas Diinspirasi dari tulisan berjudul: The Integrity Advantage: How Taking the High Road Creates a Competitive Advantage in Business Karangan Dana Telford and Adrian Gostick Oleh: Agung Budilaksono
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses pengelolaannya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciAviation Safety Management (ASM) atau Manajemen Keselamatan Aviasi Disadur dari Transport Canada oleh Prof Hadi Winarto, Beeliar, Spring 2013
Aviation Safety Management (ASM) atau Manajemen Keselamatan Aviasi Disadur dari Transport Canada oleh Prof Hadi Winarto, Beeliar, Spring 2013 Pengenalan awal Pendekatan Sistem Manajemen Keselamatan Bagaimana:
Lebih terperinciPENANGANAN PENUMPANG YANG AKAN DI DEPORTASI
PENANGANAN PENUMPANG YANG AKAN DI DEPORTASI KUTA, 30 AGUSTUS 2017 Dasar Hukum 1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 127 Tahun 2015 Tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional. 2. Keputusan Direktur
Lebih terperinciPENGELOLAAN PROYEK SISTEM INFORMASI
9/28/2011 PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI PERTEMUAN - 1 GAMBARAN UMUM MANAJEMEN 1 2 1. Peserta memahami tentang proyek 2. Peserta memahami konsep-konsep manajemen yang diperlukan dalam manajemen proyek Fungsi-fungsi
Lebih terperinciKuesioner Iklim Keselamatan Kerja Nordic
NOSACQ-50- Indonesian (bahasa) Kuesioner Iklim Keselamatan Kerja Nordic Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengetahui pandangan Anda mengenai keselamatan kerja di tempat kerja Anda. Jawaban Anda akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan
Lebih terperinci3. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Yang Berhubungan Perilaku Yang Dapat Diterima Dan Tidak Dapat Diterima 6
DAFTAR ISI Pendahuluan Halaman ii Daftar Isi iii 1. Maksud dan Tujuan 1 2. Latar Belakang 1 3. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Yang Berhubungan 2 4. Kesalahan Manusia 2 5. Definisi - definisi 4
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Di Indonesia saat ini pertumbuhan transportasi udara dapat dikatakan berkembang pesat. Pada tahun 2016 terdapat 61 maskapai penerbangan niaga berjadwal yaitu maskapai
Lebih terperinciETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang
Lebih terperinciKontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law
Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law Sistem Common Law: Kebanyakan negara-negara yang dulunya di bawah pemerintahan Kolonial Inggris manganut sistem hukum kasus (common law) Inggris.
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Peradaban dunia sekarang telah berubah seiring dengan perkembangan waktu yang mengacu pada kemajuan teknologi. Demikian juga halnya dengan perkembangan sarana transportasi baik laut, darat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Prototype Landing Gear System Dan Monitoring Pergerakan Landing Gear System
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat merupakan salah satu modal transportasi yang sangat sering digunakan oleh sebagian besar masyarakat untuk berpergian jarak jauh. Tentunya faktor keamanan sangat
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II 17 URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Zuhrina (2006) melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan di Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Kampus Medan",
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menguraikan kajian pustaka yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Kajian pustaka akan menjelaskan mengenai tinjauan pustaka dan kerangka dasar penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, Indonesia membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi masyarakatnya. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesi Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu menegakkan diri dan diterima oleh masyarakat sebagai seorang yang memiliki ketrampilan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Disiplin Berbicara masalah disiplin kerja pada organisasi atau instansi, maka sasarannya tertuju pada proses pelaksanaannya dan tingkat keberhasilan kegiatan yang
Lebih terperinciKPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)
KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Teknisi Geoteknik Klasifikasi : Bagian Sub Bidang Sumber Daya Air Kualifikasi : Sertifikat III (tiga) / Teknisi Senior Kode Jabatan Kerja
Lebih terperinciSumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)
Sumber: ISO 14001 Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) DAFTAR ISI Pengantar Prinsip-Prinsip Standar ISO 14001 Cara Menggunakan Cheklist Interpretasi Penilaian Standar ISO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia masih terdapat banyak masalah yang terjadi di berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi dan citra seorang akuntan yang masih menimbulkan keraguan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Adinda Dwiastuti, F.PSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Kehidupan merupakan sesuatu yang bersifat kontinyu. Hal tersebut berarti segala sesuatu akan berubah dan tidak ada yang abadi. Hal ini menunjukkan bahwa
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI
TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 43 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 143 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angkutan udara baik internasional maupun domestik mempunyai peranan dan fungsi yang makin lama makin penting dalam kehidupan umat manusia. Khusus bagi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan harapan dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tercapai atau tidaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dimana seluruh dunia, khususnya di Indonesia sedang diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kolaborasi 2.1.1 Defenisi Kolaborasi Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka
Lebih terperinciMEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK
MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 769/XV Sebentar lagi Idul Fitri tiba. Bagi sebagian dari Anda, hari raya ini menjadi saat yang tepat untuk berkumpul bersama
Lebih terperinciDevi Tirttawirya FIK UNY 1
Devi Tirttawirya FIK UNY 1 BUILDING A WINNING TEAM Devi Tirtawirya Pendahuluan Tim adalah sebuah kumpulan orang yang mempunyai kepentingan dan pemikiran yang sama untuk mewujudkan suatu gagasan atau kegiatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,
Lebih terperinciPerpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KOMITMEN KERJA PEGAWAI OUTSOURCING A-2 PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR Lampiran A-1 Skala Penelitian KOMITMEN KERJA PEGAWAI OUTSOURCING PETUNJUK CARA MENGERJAKAN
Lebih terperinciJ udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan
Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian publik saat ini. Terungkapnya kasus-kasus pelanggaran etika yang terjadi berdampak pada menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dilahirkan. Pendidikan salah satunya dapat berupa pendidikan formal yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya berhak mendapat pengajaran pendidikan sejak mereka dilahirkan. Pendidikan salah satunya dapat berupa pendidikan formal yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Kantor Akuntan Publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat melaksanakan serangkaian kegiatan acara terencana dan terorganisir (Winkel, 2012). Di dalam sekolah siswa mendapatkan pendidikan dengan
Lebih terperinci