Validitas Posisi Yang Dimiliki Arsitektur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Validitas Posisi Yang Dimiliki Arsitektur"

Transkripsi

1 Validitas Posisi Yang Dimiliki Arsitektur NELSON SIAHAAN Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Terjadi fenomena yang menarik berkaitan dengan kualitas arsitektur dalam dekade terakhir ini di Indonesia. 'Situasi ini membawa kepada pertanyaan tentang validitas posisi yang dimiliki arsitektur serta kontribusi arsitektur dalam penciptaan lingkungan binaan di masa mendatang. Perkembangan yang ada telah mengubah secara subtansial peran tradisional arsitektur sebagai "master builder" ke arah yang mengutamakan proses sosial: bersifat multi dimensi dan multi disiplin serta menekankan pemahaman isu-isu yang berkembang secara holistik agar arsitektur dapat beradaptasi dengan proses-proses ekonomi yang ada di dalam komunitas. Kajian ini melihat pentingnya otonomi bagi arsitektur didalam masyarakat modern yang cukup kompleks. BAB I PENDAHULUAN Saat ini terjadi fenomena menarik pada perkembangan Arsitektur Kontemporer di Indonesia. Perkembangan ini terutama berkaitan dengan segala aspek kualitas Arsitektur yang muncul dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Perkembangan aspek kualitas ini sebenarnya terjadi berkaitan dengan percepatan pembangunan akibat perkembangan ekonomi yang terjadi di kota-kota besar dengan spektrum yang cukup luas. Kenyataan yang ada saat ini adalah bahwa untuk memilih bentuk yang dapat mewakili Arsitektur Kontemporer Indonesia dalam periode tersebut jelas akan mengalami kesulitan yang besar. Salah satu hal yang menarik untuk dicermati dari fenomena ini adalah terjadinya percepatan perubahan sikap terhadap kebendaan terutama yang berhubungan dengan kebutuhan manusia. Hal ini terjadi sebenarnya tak dapat dipungkiri akibat dari semakin besar jumlah masyarakat di kota-kota besar di Indonesia yang telah masuk ke dalam kehidupan masyarakat modern layaknya. Dalam prosesnya, perubahan ini juga telah melahirkan perubahan dalam hal sistem nilai yang pada akhirnya telah pula mengubah pola-pola hubungan dan perilaku pada masyarakat di kota-kota besar itu sendiri. Dalam konteks ini, sadar atau tidak sadar perkembangan sosial-budaya kontemporer di Indonesia telah dirasuki pengaruh Regionalisme, Globalisasi, dan Liberalisme yang jauh masuk sampai ke dalam bidang politik dan ekonomi. Hal ini jelas terlihat berdampak luas di dalam segala aspek kehidupan sehingga pertalian antara ide yang satu dengan ide yang lainnya dapat saling tertukar dengan cepat dan serba mungkin terjadi. Sering kali dampak yang muncul sulit dibayangkan sebelumnya dan menimbulkan distorsi di dalam masyarakat. Perkembangan dan perubahan ini juga dapat diamati pada Arsitektur Kontemporer di Indonesia. Beberapa pengamat Arsitektur meyakini bahwa telah lahir "budaya" Arsitektur canggih yang mengawinkan bentuk-bentuk Arsitektur Modern dengan Arsitektur Klasik atau Tradisional. Arsitektur "baru" telah lahir dengan mengambil elemen-elemen tradisional. Tidaklah salah kalau Majelis Arsitek dan e-usu Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 1

2 Pengurus Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada Nopember 1994 mempertanyakan; apakah telah terjadi "distorsi" dalam praktek-praktek profesional yang dilakukan praktisi Arsitektur di Indonesia. Lebih jauh juga Majelis dan IAI mempersoalkan perlunya segera mengkaji ulang kebutuhan keahlian yang diinginkan "pasar" pemakai jasa Arsitek. Apa yang digugat disini adalah bahwa para Arsitek muda belum dibekali materi yang cukup untuk menghadapi perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Tulisan ini akan membahas Arsitektur Kontemporer di Indonesia dalam kaitannya dengan validitas posisi yang dimiliki arsitektur saat ini dan bagaimana tantangan yang dihadapi dunia arsitektur Indonesia dimasa mendatang. Pada tulisan ini, validitas yang dimiliki dibahas dalam kerangka pemikiran teoritis dan kaitannya dengan konsep-konsep dan tema-tema arsitektur yang berkembang saat ini. Walaupun studi ini hanya memberikan gambaran umum tentang validitas posisi yang dimiliki arsitektur akan tetapi diharapkan cukup membantu usaha memahami dan menelusuri tantangan yang dihadapi arsitektur di masa mendatang. Dalam studi ini terminologi "arsitektur" yang digunakan adalah dalam pengertian yang positif dan pragmatis, yaitu sebagai suatu karya cipta yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial dan budaya dimana arsitektur itu diwujudkan. Secara alamiah arsitektur berakar didalam pertumbuhan dan perkembangan peradaban manusia serta bersifat permanen, universal dan berupa karya cipta manusia. Bertitik tolak dari pandangan ini maka akan dapat dilakukan pengkajian tentang validitas posisi yang dimiliki arsitektur yang secara aktif berperan menciptakan lingkungan binaan dan komunitasnya. BAB II LATAR BELAKANG Ada gugatan yang sering muncul sekarang tentang posisi arsitektur di Indonesia dan efektifitas yang dimilikinya serta sikap di dalam menentukan perannya di masa mendatang. Pertanyaan ini menjadi sangat mendasar karena pembahasanpembahasan tentang praktek arsitektur kontemporer pada tahuntabun terakhir ini menuntut perlunya perubahan-perubahan mendasar yang terfokus pada hal-hal seperti: bagaimana arsitek harus bekerja terutama dalam hal sumbangannya terhadap kehidupan manusia seperti lingkungan yang berkelanjutan, pemanfaatan sumber daya alam secara efisien dan lain sebagainya. Tidak dapat disangkal ini terjadi sejalan dengan perkembangan masyarakat yang telah lebih mampu menyuarakan kepentingannya. Disamping itu, harus diakui pula bahwa teknologi bangunan dengan bangunan-bangunan yang lebih canggih dan rumit telah mengubah cara kerja arsitek dan cara-cara tradisional yang lebih berperan sebagai "master builder" ke arah proses sosial yang menekankan kemampuan dalam menangani masalah-masalah dan peluang-peluang baru yang terus berkembang, 1) Didalam proses ini sudah barang tentu dituntut pemahaman terhadap berbagai macam isu-isu perancangan yang bersifat multi dimensi dan disiplin, serta sikap yang lebih menekankan pemahaman isu-isu tersebut secara holistik. Situasi diatas memberi gagasan untuk memahami bahwa di satu sisi arsitek saling berhubungan dan terkait dengan berbagai profesi, disisi lain arsitektur itu jelas sangat berbeda terutama hubungannya dengan seni serta hubungannya dengan beragam disiplin ilmu. Pemahaman ini jelas membawa kita pada suatu kontradiksi antara "Keyakinan" yang dimiliki Arsitek dan "Kenyataan" yang dihadapinya. Mengutip C. Wright Mills (1958) dalam The American Designer as a Cultural Workman dikatakan bahwa: e-usu Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 2

3 "His art is business, but his business is art and curious things have been happening both to the art and to the business-and so to him 2) Bertolak dari pandangan di atas dimana Arsitek dan berbagai profesi lain saling terkait terutama bila dihubungkan dengan suatu proyek arsitektur maka jelas disini akan muncul suatu kompromi yang kuat antara etos dengan situasi dan kondisi yang ada. Berangkat dari gambaran diatas maka tulisan ini akan mengkaji validitas posisi yang dimiliki arsitektur dan peranan arsitektur akan dapat dipelajari. BAB III PERAN DAN TANTANGAN DUNIA ARSITEKTUR Dalam membahas validitas posisi yang dimiliki arsitektur, peran dan tantangan dunia arsitektur pada masa mendatang adalah cukup bijaksana bila kita menempatkannya pertama sekali dalam suatu kerangka waktu. Jika ditinjau dalam rentang WaktU 1980 sampai masa sekarang ini maka perkembangan masalah dan isu-isu lingkungan binaan (Arsitektur) cukup rumit. Untuk jangka waktu ke depan pun sudah barang tentu masalah yang dihadapi semakin rumit dengan segala aspek yang terkait didalamnya. Apa yang diresahkan saat ini oleh para praktisi arsitektur di Indonesia adalah situasi dimana dirasakan ada keterbatasan pemahaman perbendaharaan "kata" Arsitektur itu sendiri terutama didalam menanggapi tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat yang berhubungan dengan lingkungan binaannya. Bila ditinjau dalam perspektif waktu antara tahun 1960-an dan masa sekarang, Arsitektur kelihatan telah berubah dari suatu gerakan yang menentang estetika dan parameter-parameter sosial kepada suatu kondisi yang menginginkan status quo. Hal ini terutama berkaitan dengan kecenderungan untuk menolak bentuk-bentuk formal dan kemapanan sosial dalam masyarakat modern. Apa yang jelas terlihat disini adalah Arsitektur berusaha untuk menyajikan suatu bahasa formal yang berlaku umum yang terkadang bersifat figuratif dan ekletis. Beberapa tema-tema arsitektur digali seperti: Postmodernism; Regionalism; Deconstructionism; Neo-modernism dan lain sebagainya, semua ini dimaksudkan untuk membuat Arsitektur sebagai "alat ekspresi budaya" 3). Disini terlihat bahwa praktisi arsitektur kontemporer cenderung mencari bentuk-bentuk pembenaran ideologinya. Arsitektur tidak lagi dalam kerangka pemikiran yang berusaha mengekspresikan arti tersirat dari suatu bentuk produk tetapi lebih kepada makna yang terlihat sesaat. Kritik dan debat dalam dunia arsitektur berkisar diantara berbagai macam tema-tema tersebut sehingga perkembangan arsitektur banyak dipengaruhi kampanye dari beragam ideologi. Perkembangan diatas berpengaruh besar terhadap profesi arsitek. Terjadi perubahan dari Arsitek yang secara tradisional dikenal sebagai "master builder" yang secara estetis sangat puritan kepada arsitek sebagai "trendsetter". Situasi ini sebenarnya sangat berkaitan dengan perkembangan sosial dan ekonomi yang terjadi di masyarakat modern dimana segala perangkat kapital lebih menekankan suatu sistem yang cepat dan serba instant. Jelas keadaan ini berpengaruh pada masyarakat dengan tidak peduli pada arti hakiki yang tersirat dan suatu bentuk produk tetapi lebih terpaku pada makna yang terlihat layaknya melihat beragam gaya kemasan produk komoditi. Apa yang berlaku pada arsitektur juga adalah suatu skenario dimana arsitektur telah menjelma menjadi bagian integral dari sistem beroperasinya instrumen kapital. Dalam hal ini arsitektur itu sendiri menjadi bagian yang tak terpisahkan dari barang konsumsi dengan berbagai macam "style" yang berkompetisi di pasaran. Tidaklah salah seperti dikatakan Ventury (1966) bahwa e-usu Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 3

4 peranan arsitektur akan menjadi berkurang sejalan dengan perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat modern 4). Yang harus menjadi perhatian utama para praktisi arsitektur sekarang ini adalah : peranan apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghadapi kekuatan kapital dalam 'pasar' jasa arsitektur. Ada kekhawatiran yang timbul saat ini tentang kemampuan para praktisi Arsitektur untuk mampu beradaptasi dalam persaingan ketat pada 'pasar' pengguna jasa Arsitektur. Menghubungkan arsitektur dengan kecenderungan perkembangan ekonomi saat ini adalah suatu pekerjaan yang sulit. Interaksi antara Arsitektur dan perkembangan ekonomi dapat dilihat dari dua sisi pandang yang berbeda. Pertama berkaitan dengan peranan Arsitektur didalam perkembangan ekonomi. Kedua peranan Arsitektur sebagai objek budaya. Bila dibandingkan dengan objek budaya lainnya seperti lukisan, musik, maupun karya sastra jelas Arsitektur sangat berbeda dalam hal besarnya biaya-biaya yang terpaut didalamnya 5). Walaupun tentu setiap bentuk karya seni dapat mengekspresikan pengaruh 'pasar', akan tetapi Arsitektur sebagai bentuk karya seni sangat tergantung kepada sumber daya ekonomi dan kekuatan politik jauh sampai keseluruh bagian proses perancangan seperti: pemilihan site, program, budget, bahan, schedule. Parameter-parameter ekonomi ini sangat membatasi peran 'transgresif' dan 'transformatif' yang dimiliki arsitek. Walaupun demikian, situasi ini tentu masih memberi peluang untuk membuat perubahan didalam proses perencanaan dan perancangan arsitektur. Disini Arsitektur perlu menghindari kesalahan dalam hal cenderung tetap memandang peran tradisionalnya sebagai 'master builder'. Adalah kenyataan bahwa secara tradisi arsitek selalu berada ditampuk pimpinan pada tim-tim proyek Arsitektur. Akan tetapi sekarang ini ada kecenderungan dimana pemberi tugas terutama yang berskala besar lebih tergantung pada manajer bangunan dari pada Arsitek. lni erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi masyarakat yang mempengaruhi pola-pola hubungan kerja antara arsitek dan masyarakat. Yang penting untuk dicamkan sekarang adalah bagaimana agar arsitektur dapat menyatu dengan sistem ekonomi yang berkembang. Oleh sebab itu praktisi arsitektur harus dapat meningkatkan kemampuan dan pemahamannya akan proses-proses ekonomi yang terjadi sejalan dengan usahanya didalam pembentukan lingkungan binaan. Situasi diatas memberikan suatu gambaran bahwa validitas posisi yang dimiliki arsitektur sesungguhnya tergantung pada pengembangan strateginya sendiri yang dapat sejalan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi begitu cepat didalam masyarakat modern sekarang ini 6). Peranan Arsitektur yang diharapkan dalam skenario ini adalah harus lebih bersifat sebagai jasa industri dan berbeda dengan peranan tradisionalnya. Sudah barang tentu ini akan mengubah sikap dan etos kerja di dalam dunia arsitektur secara substansial yaitu perubahan yang menempatkan arsitektur terserap didalam proses-proses ekonomi yang berkembang didalam komunitas. Kendala yang mungkin terjadi dari skenario diatas saat ini adalah kurangnya pemahaman mengenai tantangan-tantangan baru dan peluang-peluang baru yang berkembang diseputar arsitektur itu sendiri. Kekurangan terhadap hal-hal tesebut akan mengakibatkan arsitektur terperangkap dalam bentuk-bentuk solusi perancangan yang bersifat figuratif. Banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa perangkat operasi dari kapitalisme dan konsumerisme telah membawa arsitektur kedalam ekletisme 7). Adalah cukup relevan untuk dicermati saat ini tentang kemungkinan peranan Arsitektur di masa mendatang. Arsitektur sebagai agen perubahan harus sejalan dengan sistem nilai-nilai baru dan etos kerja baru yang berkembang pada komunitas. Yang penting adalah bahwa solusi arsitektur yang muncul harus diputuskan berdasarkan sumbangannya pada masyarakat keseluruhan. Oleh karena itu dibutuhkan arsitektur sebagai bagian dari inftastruktur dan jasa. Disini arsitektur e-usu Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 4

5 harus berkonsentrasi pada kebutuhan-kebutuhan baru demi dan untuk lingkungan yang berkelanjutan, berfungsi secara maksimal dengan menggunakan segala sumber daya secara efisien. Selanjutnya perlu ditekankan bahwa keahlian menggambar yang secara tradisional merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan dunia arsitektur akan semakin kurang relevan dalam proses perancangan. Apa yang lebih dibutuhkan adalah arsitektur yang terintegrasi dengan sistem ekologi, sistem informasi, sistem sosial dan model-model ekonomi. BAB IV KESIMPULAN Sebagian dari pertanyaan tentang validitas posisi yang dimiliki arsitektur dan bagaimana peran dan tantangan yang dihadapi dimasa mendatang telah coba dibahas pada tulisan ini. Berdasarkan pembahasan ini, ada dua pertanyaan penting yang dapat diangkat untuk mengkaji dan memahami tantangan yang dihadapi arsitektur dimasa mendatang. Pertama adalah sejauh mana manajer bangunan ataupun disiplin ilmu lain dapat mengambil alih peran arsitek? Kedua adalah apakah mungkin arsitektur mempunyai otonomi sebagai suatu bidang profesi di masa mendatang? Dari kedua pertanyaan tersebut, pertanyaan mengenai otonomi arsitektur sangat menentukan. Jika benar bahwa arsitektur mempunyai otonomi, maka pertanyaan pertama kurang mempunyai arti dalam hal mana sekarang dikenal sebagai masalah spesialisasi seperti juga terjadi dalam bidang ilmu lainnya. Akan tetapi, tanggapan terhadap pertanyaan kedua sangat bergantung pada pengakuan pada arsitektur secara total, yaitu bahwa arsitektur itu diterima sebagai produk penelusuran masalah dan sebagai bentuk metapora dari alam dan tidak merupakan produk dengan identitas yang ditentukan oleh nilai-nilai 'pasar' sebagaimana produk komoditi. Dengan kata lain, secara umum harus dipahami bahwa arsitektur sebaiknya dapat mewakili perkembangan peradaban manusia. Hal ini sangat mendasar bila arsitektur ingin menjadi bagian yang tidak terpisahkan didalam masyarakat modern yang cukup kompleks. DAFTAR PUSTAKA 1. Jackson, Davina (1993), The future for architecture: A New Blue Print From Britain, Architecture Australia, May/June, Mill, C. Wright. (1963). Man in middle: The designer, In Power, Politics and People, 1 st ed. L. Horowitz, New York, Oxford Univ. Press, Jencks, C.A (1980). Late Modern Architecture, New York, Rizoli. 4. Ventury, R. (1966). Complexity and contradiction in Architecture, New York, The Museum of Modern Art. 5. Colquhoun, A. (1988). Post modernism and structuralism: A Restropective Glance, Assemblage, Vol. 5:7 6. Johnson, Paul-Alan (1994). The theory of architecture, New York, Van Nostrand Reinhold. 7. Ghirardo, D. (1996). Architecture After Modernism, New York, Thames & Hudson. e-usu Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 5

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut

Lebih terperinci

APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN

APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN Fakultas Teknik Universitas Riau, Email: hidayat79_iium@yahoo.com Abstract Perkembangan kota yang berkelanjutan (sustainable

Lebih terperinci

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 70 Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur Laksmi Dewayani dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 214 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan VI.1.1. Esensi Arsitektur Frank Lloyd Wright Sebagai hasil proses indentifikasi ideologi, konsep dan metode Arsitektur Frank Lloyd Wright yang telah peneliti

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang BAB VIII PENUTUP Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang telah disajikan pada Bab V, Bab VI, dan Bab VII. Pada bab ini juga dicantumkan saran yang ditujukan kepada Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul 1.1.1. Pengertian Galeri Pengertian dari kata Galeri berdasarkan KBBI ga le ri /n ruangan atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni dsb. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Angka pertambahan penduduk yang tinggi dan perkembangan pesat di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Angka pertambahan penduduk yang tinggi dan perkembangan pesat di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Angka pertambahan penduduk yang tinggi dan perkembangan pesat di bidang industri menyebabkan berbagai macam permasalahan dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian BAB I A. Latar Belakang Penelitian Tingkat apresiasi masyarakat tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rutinitas dari kegiatan Seni Rupa ditengah masyarakat dan pendidikan Seni

Lebih terperinci

Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian Tradisional di Jakarta Varda Amina ( L2B ) BAB I PENDAHULUAN NO PROPINSI KERJA PT NUNGGU

Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian Tradisional di Jakarta Varda Amina ( L2B ) BAB I PENDAHULUAN NO PROPINSI KERJA PT NUNGGU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalsasi, era persaingan bebas membawa peluang sekaligus tantangan bagi bangsa dan negara Indonesia. Untuk dapat bertahan dan bersaing dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek BAB I PNDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Seni adalah bagian yang sangat penting dari sebuah kebudayaan yang mana memiliki suatu peran terhadap kondisi mental dan spiritual manusia. Salah satu bentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia fotografi pun terus mengalami perkembangan yang luar biasa dari waktu ke waktu. Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi tolak ukur kualitas dari lulusannya. Kompetensi lulusan yang baik dari lembaga pendidikan yang terpercaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Sejalan dengan itu perusahaan berusaha melakukan perbaikan atau

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Sejalan dengan itu perusahaan berusaha melakukan perbaikan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia usaha di Indonesia semakin pesat, dampaknya adalah semakin ketatnya kondisi persaingan yang terjadi antar perusahaan. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan diera globalisasi, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya manusia. Saat

Lebih terperinci

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si Pendahuluan Saat ini, dimanapun di dunia ini, klien berjuang di dalam berbagai lembaga untuk menemui pekerja sosial. Barangkali

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Neo Vernacular Architecture (Materi pertemuan 8) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja praktik Pengaruh perkembangan era globalisasi yang semakin pesat membuat mahasiswa dituntut untuk bisa memahami banyak hal dengan mengikuti perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pembuatan design 3D interior

Lebih terperinci

PAMERAN ARSITEKTUR INTERNASIONAL VENICE BIENNALE 2014 ARCHITECTURE INTERNATIONAL EXHIBITION VENICE BIENNALE 2014

PAMERAN ARSITEKTUR INTERNASIONAL VENICE BIENNALE 2014 ARCHITECTURE INTERNATIONAL EXHIBITION VENICE BIENNALE 2014 PAMERAN ARSITEKTUR INTERNASIONAL VENICE BIENNALE 2014 ARCHITECTURE INTERNATIONAL EXHIBITION VENICE BIENNALE 2014 PAVILIUN INDONESIA KETUKANGAN: KESADARAN MATERIAL, BAWAH SADAR ARSITEKTURAL INDONESIA PAVILION

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dicapai. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dicapai. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan karyawan, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif dalam

Lebih terperinci

LOMBA MENULIS ESAI PSBDK XI 2013 Term of Reference Dayak dalam Perbincangan Masa Kini

LOMBA MENULIS ESAI PSBDK XI 2013 Term of Reference Dayak dalam Perbincangan Masa Kini LOMBA MENULIS ESAI PSBDK XI 2013 Term of Reference Dayak dalam Perbincangan Masa Kini A. Pendahuluan Pemahaman yang beragam tentang Dayak melahirkan berbagai perspektif, diskusi, konsep, dan pemaparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sistem dan kualitas pendidikan yang berbeda. termasuk perkembangan pembangunan dan arsitektur. Bangunan-bangunan ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan sistem dan kualitas pendidikan yang berbeda. termasuk perkembangan pembangunan dan arsitektur. Bangunan-bangunan ini BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Menurut Widodo (2000), keharusan Indonesia untuk membuka diri dan melaksanakan perdagangan bebas yang mulai pada tahun 2003 sesuai dengan kesepakatan

Lebih terperinci

APLIKASI REGIONALISME DALAM DESAIN ARSITEKTUR

APLIKASI REGIONALISME DALAM DESAIN ARSITEKTUR APLIKASI REGIONALISME DALAM DESAIN ARSITEKTUR Agus Dharma Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Gunadarma email : agus_dh@staff.gunadarma.ac.id website : staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tema dan gaya sebuah hotel menjadi aspek yang membedakan hotel yang satu dengan hotel yang lainnya. Tema merupakan titik berangkat proses perancangan yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNACULAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB V IDEOLOGI ARMADA RACUN

BAB V IDEOLOGI ARMADA RACUN BAB V IDEOLOGI ARMADA RACUN 5.1. Ideologi Armada Racun Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan grup band Armada Racun pada tanggal 1 Februari 2012 di Jogjakarta, penulis menemukan suatu ideologi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan Perancangan desain produk furnitur rak buku dengan gaya pop art, furnitur yang dibuat ialah furnitur rak buku dengan menampilkan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Ketika kita mendengar kata atau istilah Seni Rupa, hal pertama yang terniang di benak kita adalah aktifitas menggambar. Padahal

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA Tri Harso Karyono Desain Arsitektur, vol. 1, April, 2000, pp.7-8. Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

Skripsi Museum Keroncong

Skripsi Museum Keroncong III.1 Pengertian Metafora BAB III TINJAUAN KHUSUS Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTAR PENELITIAN MANAJEMEN DENGAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN ILMU MANAJEMEN. OLEH : RITHA F. DALIMUNTHE, SE, MsI

KETERKAITAN ANTAR PENELITIAN MANAJEMEN DENGAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN ILMU MANAJEMEN. OLEH : RITHA F. DALIMUNTHE, SE, MsI A. PENDAHULUAN KETERKAITAN ANTAR PENELITIAN MANAJEMEN DENGAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN ILMU MANAJEMEN OLEH : RITHA F. DALIMUNTHE, SE, MsI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

URBANISASI DAN MORFOLOGI Proses Perkembangan Peradaban dan Wadah Ruangnya Menuju Ruang yang Manusiawi

URBANISASI DAN MORFOLOGI Proses Perkembangan Peradaban dan Wadah Ruangnya Menuju Ruang yang Manusiawi URBANISASI DAN MORFOLOGI Proses Perkembangan Peradaban dan Wadah Ruangnya Menuju Ruang yang Manusiawi Penulis: : Sugiono Soetomo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 Edisi Kedua Cetakan Pertama, 2013 Hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan di dunia usaha yang semakin ketat dan seiring dengan majunya teknologi, menuntut setiap perusahaan untuk selalu melakukan yang terbaik dalam menjalankan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi (gairah) untuk membaca. Minat baca dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur. BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan

Lebih terperinci

STUDIO TUGAS AKHIR (TKA- 490) ARSITEKTUR METAFORA BAB I PENDAHULUAN

STUDIO TUGAS AKHIR (TKA- 490) ARSITEKTUR METAFORA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Musik sudah menjadi salah satu bagian umum di dalam kehidupan masyarakat. Kita sering menjumpai musik ketika kita berada di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Manusia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PROSES PERANCANGAN

TINJAUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PROSES PERANCANGAN Oleh : Papia J. C. Franklin ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi ) Abstrak Tulisan ini, sesuai dengan judulnya mencoba untuk mengungkap prinsip-prinsip pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Awalita Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Awalita Sundari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi terhadap kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung pada tanggal 29 Januari 2013. Berdasarkan hasil observasi, peneliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Sistim Pendidikan Nasional Tahun 2003 pada pasal 3 yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya perubahan prinsip di dalam

Lebih terperinci

memiliki lokalitas kuat, yaitu kedekatannya dengan alam dan arsitektur asli Amerika (antara lain rumah pertanian, padang rumput dan memori peradaban

memiliki lokalitas kuat, yaitu kedekatannya dengan alam dan arsitektur asli Amerika (antara lain rumah pertanian, padang rumput dan memori peradaban 2 memiliki lokalitas kuat, yaitu kedekatannya dengan alam dan arsitektur asli Amerika (antara lain rumah pertanian, padang rumput dan memori peradaban suku Indian) dan hidup dalam masa transisional menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 319 Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan Sadida Aghnia dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya Sunda kini tengah menghadapi tantangan besar dalam proses regenerasi budaya. Banyak faktor yang mempengaruhinya, di antaranya terjadi degradasi nilai budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi masalah Nasional yang senantiasa menjadi pusat perhatian masyarakat dari berbagai kalangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah baru yang kompleks timbul dengan tiada henti-hentinya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah baru yang kompleks timbul dengan tiada henti-hentinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah baru yang kompleks timbul dengan tiada henti-hentinya dalam suatu organisasi. Metode pemecahan masalah yang dimasa lalu untuk dapat menyajikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis dan sangat dinamis dan karena perkembangan tersebut diperlukan sistem manajemen yang efektif dan

Lebih terperinci

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Jurnal Sejarah. Vol. 1(1), 2017: 151 156 Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia DOI: 10.17510/js.v1i1. 59 SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Sumber Gambar: Tempo.co Professor

Lebih terperinci

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : Rr.Ratri Cipto Hening

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Arsitektur Post Modern (Materi pertemuan 2)

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Arsitektur Post Modern (Materi pertemuan 2) PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Arsitektur Post Modern (Materi pertemuan 2) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur post

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SI DAN SKL IPS SMK

IMPLEMENTASI SI DAN SKL IPS SMK IMPLEMENTASI SI DAN SKL IPS SMK Oleh: Nana Supriatna Makalah disampaikan dalam semiloka guru-guru SMK se- Jabar di Bandung tanggal 10 Januari 2007 Tujuan Pendidikan SMK Pendidikan kejuruan bertujuan untuk

Lebih terperinci

Awal abad ke-21 merupakan suatu kehidupan baru bagi bangsa. Indonesia, yaitu suatu masyarakat global yang dicirikan oleh perdagangan

Awal abad ke-21 merupakan suatu kehidupan baru bagi bangsa. Indonesia, yaitu suatu masyarakat global yang dicirikan oleh perdagangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal abad ke-21 merupakan suatu kehidupan baru bagi bangsa Indonesia, yaitu suatu masyarakat global yang dicirikan oleh perdagangan bebas dan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Arsitektur Vernakuler

Arsitektur Vernakuler Arsitektur Vernakuler Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Vernakular,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah

Lebih terperinci

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tema mengenai parodi sebagai bentuk sindiran terhadap situasi zaman, banyak ditemukan sepanjang sejarah dunia seni, dalam hal ini khususnya seni lukis, contohnya Richard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbetuk dari banyak unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, dan adat istiadat. Indonesia terdiri dari 33 provinsi, dengan kata lain terdapat banyak

Lebih terperinci

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : AFIF WIDODOAJI

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah : Arsitektur Moderen dan Pasca Moderen Kode Mata Kuliah : AR 35214

Nama Mata Kuliah : Arsitektur Moderen dan Pasca Moderen Kode Mata Kuliah : AR 35214 LAMPIRAN PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENINJAUAN KURIKULUM UNIKOM GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) SILABI SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARN (GBPP) I. IDENTITAS MATA

Lebih terperinci

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) mengundang Anda untuk berpartisipasi pada acara Sejarah Sumber Terbuka:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia dalam hidupnya sangatlah beragam. Baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia dalam hidupnya sangatlah beragam. Baik itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia dalam hidupnya sangatlah beragam. Baik itu kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Salah satu kebutuhan primer manusia adalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan dari si pencipta.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian yang telah disajikan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut: A. Kesimpulan

Lebih terperinci

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Menurut catatan sejarah umat manusia yang sempat terungkap tentang keberadaan dan perkembangan perpustakaan menunjukkan bahwa perpustakaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pembuatan design 3D interior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ETIKA PROFESI PRAKTIK ARSITEKTUR I-1 BAB I

BAB I PENDAHULUAN ETIKA PROFESI PRAKTIK ARSITEKTUR I-1 BAB I BAB I PENDAHULUAN BAB I I-1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arsitektur adalah salah satu jurusan pada Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurusan arsitektur merupakan sebuah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu kehidupan, bentuk materi maupun non-materi mengalami sebuah siklus perubahan yang natural terjadi dalam segala aspek kehidupan yang mencakup mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abdurrahman Fathoni (2006:127)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abdurrahman Fathoni (2006:127) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas organisasi memerlukan berbagai sumber daya, salah satu diantaranya adalah sumber daya manusia yang memegang peranan penting dalam memegang kunci keberhasilan

Lebih terperinci

DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PENGANTAR ARSITEKTUR TA SKS

DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PENGANTAR ARSITEKTUR TA SKS DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PENGANTAR ARSITEKTUR TA 110-2 SKS PENYUSUN : Drs. R. IRAWAN SURASETJA, MT. NIP : 131694513 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN

Lebih terperinci