IDENTIFIKASI TITIK KENDALI KRITIS UNTUK MENINGKATKAN MUTU DAN KEAMANAN PRODUKSI PATI SAGU TRADISIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI TITIK KENDALI KRITIS UNTUK MENINGKATKAN MUTU DAN KEAMANAN PRODUKSI PATI SAGU TRADISIONAL"

Transkripsi

1 188 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

2

3 IDENTIFIKASI TITIK KENDALI KRITIS UNTUK MENINGKATKAN MUTU DAN KEAMANAN PRODUKSI PATI SAGU TRADISIONAL S. Joni Munarso 1 and Miskiyah 2 1 Pusat Penelitan dan Pengembangan Perkebunan, 2 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian ABSTRAK Sagu telah menjadi salah satu komoditas penting di Indonesia. Kemampuan tumbuhnya di lahan marginal, mengakibatkan tanaman tersebut menjadi salah satu sumber pati andalan pada abad mendatang, disamping sifat fungsionalnya. Produksi sagu pada beberapa sentra mulai berkembang, namun pada industri skala kecil seringkali belum memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangannya. Diperlukan suatu guideline pada proses pembuatan pati sagu untuk menjamin mutu dan keamanannya. Kajian ini bertujuan untuk menyusun suatu rencana aksi pendekatan sistem HACCP pada prosesing pati sagu pada industri skala kecil. Hasil studi menunjukkan bahwa proses produksi pati sagu rentan terhadap kontaminan baik fisik, kimia, dan mikrobiologi. Melalui aplikasi HACCP pada proses produksi diharapkan mampu meningkatkan kualitas pati sagu dan bahaya yang teridentifikasi selama prosesing dapat diminimalkan. Kata kunci : sagu, kualitas, keamanan, Hazard Analysis of Critical Control PENDAHULUAN Sagu ( Metroxylon sp) telah menjadi komoditas penting di Indonesia, yang menjadi salah satu pangan pokok di beberapa wilayah di Indonesia, terutama wilayah Indonesia bagian timur. Tanaman sagu dikenal dengan nama Kirai di Jawa Barat, bulung, kresula, bulu,rembulung, atau resula di Jawa Tengah; lapia atau napia di Ambon; tumba di Gorontalo; Pogalu atau tabaro di Toraja; rambiam atau rabi di kepulauan Aru (Anonim, 2011). Kemampuan tumbuhnya di lahan marginal, mengakibatkan tanaman tersebut menjadi salah satu sumber pati andalan pada abad mendatang, disamping sifat fungsionalnya. Sebagai pangan tradisional, sagu berpotensi untuk dikembangkan sebagai pangan alternatif. Tanaman sagu mempunyai ciri tinggi pohon m, diameter cm, tebal kulit luar 10 cm, dan tebal batang yang mengandung sagu cm. Ciri pohon sagu siap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada daun, duri, pucuk dan batang mulai membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna putih terutama pada bagian luarnya (Anonim, 2011). Pengolahan batang sagu menjadi pati meliputi tahapan sejak persiapan bahan baku, pemarutan, pemerasan pati, penyaringan, pengendapan pati, pengeringan dan pengemasan (Haryanto dan Siswari, 2004). Pati sagu diperoleh dari hasil ekstraksi dari batang sagu yang berumur 5-8 tahun, ditebang pada pangkal batangnya, kulit luar dibuang dan bagian dalam dipotong-potong untuk diambil empulurnya dengan cara diparut. Hasil parutan direndam 188 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

4 sambil diremas kemudian disaring. Hasil saringan dibiarkan mengendap untuk diambil pati sagunya (Miskiyah et al., 2006). Perkembangan produksi sagu pada beberapa sentra produksi, khususnya yang mempunyai skala kecil, seringkali belum memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangannya. Sanitasi dan higiene yang kurang memadai serta ketersediaan sumber air yang aman merupakan faktor utama yang mempengaruhi mutu sagu rakyat (Greenhill et al., 2010). Suatu guideline proses pembuatan pati sagu diperlukan untuk menjaga kualitasnya. Sistem HACCP merupakan alat yang tepat untuk menetapkan sistem pengendalian karena berfokus pada pencegahan dari pada pengujian produk akhir. HACCP merupakan suatu pendekatan untuk mencegah dan mengontrol penyakit karena keracunan makanan (Byran, 1992). Sistem ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan beberapa tahapan produksi, prosesing atau penyiapan makanan, serta memperkirakan resiko yang akan terjadi dan menentukan prosedur operasi untuk prosedur kontrol yang efektif. Studi ini bertujuan untuk menyusun suatu rencana aksi melalui pendekatan sistem HACCP pada pengolahan pati sagu skala industri kecil. BAHAN DAN METODE Studi HACCP pada produksi pati sagu dilakukan menggunakan Panduan Penyusunan Rencana HACCP (Anonim, 1999), melalui 7 tahapan prinsip sistem HACCP yang meliputi : 1) Analisis bahaya dan pencegahannya; 2) Identifikasi Critical Control Points (CCPs) di dalam proses; 3) Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP; 4) Menetapkan cara pemantauan CCP; 5) Menetapkan tindakan koreksi; 6) Menyusun prosedur verifikasi; 7) Menetapkan prosedur pencatatan (dokumentasi). Analisis bahaya dilakukan dengan mengidentifikasi semua bahaya baik yang terdapat pada bahan baku maupun tahapan proses. Hasil identifikasi kemudian disusun dalam sebuah tabel disertai sumber bahaya, tingkat resiko, dan tindakan pencegahannya. Tingkat resiko ditentukan berdasarkan seberapa besar akibat yang ditimbulkan oleh suatu bahaya dan seberapa sering bahaya tersebut mungkin terjadi. Penentuan CCP didasarkan pada pertimbangan tingkat resiko; dan memerlukan pengendalian supaya tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Tahapan proses yang tidak termasuk CCP, dikelompokkan sebagai Control Point (CP), yang berarti tahapan tersebut apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dari segi kualitas. Gambar 1 menunjukkan pohon keputusan yang digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan CCP atau titik kendali kritis, dimana pohon keputusan harus menyatakan pendekatan pemikiran yang logis (masuk akal). PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

5 Q1 Adakah tindakan pengendalian Ya Tidak Lakukan modifikasi tahapan dalam proses atau produk Adakah pengendalian pada tahap ini perlu keamanan? Ya Tidak Bukan TKK/CCP Berhenti* Q2 Apakah tahapan dirancang secara spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan yang dapat diterima?** Ya Tidak Q3 Dapatkah kontaminasi dengan bahaya yang diidentifikasi terjadi melebihi tingkatan yang dapat diterima atau dapatkah ini meningkat sampai tingkatan yang tidak dapat diterima?** Ya Tidak Bukan TKK/CCP Berhenti** Q4 Akankah tahapan berikutnya menghilangkan bahaya yang teridentifikasi atau mengurangi tingkatan kemungkinan terjadinya sampai tingkatan yang dapat diterima?** Ya Tidak Titik Kendali Kritis (TKK/CCP) Bukan CCP Berhenti* Gambar 1. Pohon keputusan CCP 190 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Bahaya Prosesing Pati Sagu Tahapan produksi pati sagu yang teridentifikasi meliputi pemilihan pohon, penebangan dan pemotongan, penyimpanan batang, pemarutan mekanis, ekstraksi pati, penjemuran, pengemasan dan penyimpanan, terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan hasil penentuan CCP menggunakan decision tree, maka CCP yang teridentikasi pada prosesing pati sagu adalah pemilihan pohon sagu, penyimpanan batang, pemarutan mekanis, ekstraksi pati, penjemuran, pengemasan dan penyimpanan (Gambar 2). Pemilihan Pohon Sagu (CCP 1) Penebangan dan pemotongan batang (CP1) Penyimpanan batang (CCP 2) Pemarutan mekanis (CP 2) Ekstraksi pati (CCP4) Penjemuran (CCP 5) Pengemasan dan penyimpanan (CCP 6) Gambar 2. Diagram alir Titik Kendali Kritis (CCP) pada produksi sagu Analisis bahaya terhadap proses produksi pati sagu dilakukan dari bahan baku sampai pengemasan dan penyimpanan, dan dilakukan dengan mengidentifikasi semua bahaya baik yang terdapat pada bahan baku maupun tahapan proses. Tabel 1 menunjukkan hasil identifikasi sumber bahaya, tingkat resiko, dan tindakan pencegahannya. Tingkat resiko ditentukan berdasarkan seberapa besar akibat yang ditimbulkan oleh suatu bahaya dan seberapa sering bahaya tersebut mungkin terjadi. Pemilihan pohon sagu merupakan faktor kritis, hal ini berkaitan dengan kemampuannya menghasilkan pati (CCP). Menurut Greenhill et al. (2010) ukuran batang dan umur pohon sagu menentukan kandungan pati yang dihasilkan. Penebangan dan pemotongan batang menjadi bagian-bagian yang lebih kecil bertujuan untuk memudahkan transportasi dari lokasi kebun ke tempat prosesing pati sagu. Tahapan ini tidak termasuk dalam CCP, karena hanya bahaya fisik yang teridentifikasi (CP), demikian juga tahapan pemarutan mekanis. Bahaya tersebut berasal dari peralatan yang digunakan untuk penebangan dan pemotongan, yang mengakibatkana terjadinya pecahan atau serpihan yang berasal dari peralatan. Selain itu PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

7 penggunaan peralatan untuk penebangan dan pemotongan batang yang kurang bersih (Greenhill et al., 2008). Tahapan penyimpanan batang merupakan CCP, karena tahapan tersebut umumnya dilakukan untuk menunggu saat transportasi dan prosesing. Penundaaan tersebut akan mengakibatkan terjadinya infestasi kapang, karena umumnya batang diletakkan di tanah, sehingga batang sagu menjadi rentan terhadap infestasi kapang dan mikroba yang dapat membahayakan kesehatan dan mutu sagu yang diperoleh. Menurut Greenhill et al (2007a) jenis kapang yang terdapat pada sagu antara lain Penicillium sp. dan Aspergillus, sp. Sedangkan bakteri patogen yang diidentifikasi dari pati sagu antara lain B. cereus dan S. aureus (Greenhill et al., 2007b). Pertumbuhan kapang pada sagu tidak terlihat jelas, Biasanya ditandai dengan pigmen spot hitam pada permukaan sagu. Demikian juga proses ekstraksi pati, penjemuran, pengemasan dan penyimpanan. Penyimpanan batang biasanya terjadi bilamana masyarakat tidak mempunyai cukup waktu prosesing pati satu dalam waktu satu hari (Greenhill et al., 2010). Batang biasanya direndam dalam air (sunga i, danau, dll) atau diletakkan dalam tanah. Tahapan tersebut rentan terkontaminasi dengan mikroba yang dapat membahayakan kesehatan. Sehingga sanitasi peralatan, air yang digunakan, higiene lingkungan merupakan faktor utama untuk mengendalikannya. Tabel 2 menunjukkan tindakan koreksi dan monitoring yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan untuk mengendalikan mutu pati sagu yang dihasilkan. KESIMPULAN 1. Hasil identifikasi bahaya menunjukkan bahwa yang termasuk titik kritis (CP) prosesing pati sagu adalah tahap penebangan dan pemotongan batang dan pemarutan mekanis, sedangkan yang termasuk titik kendali kritis atau CCP yaitu pemilihan pohon, ekstraksi pati, penjemuran, pengemasan dan penyimpanan. 2. Monitoring secara rutin dan tindakan koreksi untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya kontaminasi dan untuk menjamin mutu dan keamanannya. 192 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

8 Tabel 1. Analisa bahaya produksi pati sagu No Bahan Bahaya 1 Pemilihan pohon sagu 2 Penebangan dan pemotongan batang 3 Penyimpanan batang M : kapang, serangga F : serpihan peralatan, kotoran tanah, debu, dll M : kapang, serangga F : kotoran tanah, debu, dll 4 Pemarutan mekanis F : serpihan peralatan, kotoran tanah, debu, dll Bahaya terhadap Keselamatan Mutu Penyebab bahaya M : kontaminasi dengan kapang pada saat panen, infestasi serangga F : Adanya serpihan peralatan pemotong dari gergaji, kapak, dll. Adanya kotoran dari tanah, debu, dll. M : kontaminasi dengan kapang penghasil mikotoksin, adanya infestasi serangga sehingga batang rusak dan terjadi infeksi mikotoksin F : adanya kotoran yang menempel ketika penyimpanan F : Adanya serpihan peralatan pemotong dari gergaji, kapak, dll. Adanya kotoran dari tanah, debu, dll. 5 Ekstraksi pati M : bakteri, kapang M : kontaminasi silang dengan bakteri atau kapang pada saat ekstraksi 6 Penjemuran M : kapang, serangga, bakteri 7 Pengemasan dan penyimpanan F : adanya kotoran, debu, dll M : kapang, serangga, bakteri F : debu, dan kotoran lainnya Keterangan : M : mikrobiologi; F : fisik M : adanya infeksi kapang dan infestasi serangga, bakteri (Staphlylococcus aureus) yang berasal dari tangan dan kaki pekerja F : adanya kotoran yang terikut ketika proses penjemuran M : adanya pati sagu yang berkapang, bakteri yang berasal kaki dan tangan pekerja F : adanya kotoran pada pengemas dan peralatan pengemas Tindakan pengendalian - panen tepat waktu (umur 5-10 tahun) - Pemanenan dilakukan secepat mungkin, hindari infestasi serangga yang dapat memicu tumbuhnya kapang - Peralatan dipastikan tidak menimbulkan serpihan - Bersihkan kotoran yang terikut - Prosesing menjadi pati sagu dilakukan secepat mungkin, hindari serangga yang dapat mengakibatkan rentan terhadap serangan kapang - bersihkan kotoran yang menempel pada batang sagu ketika penundaan prosesing - Peralatan dipastikan tidak menimbulkan serpihan - Bersihkan kotoran yang terikut - Bersihkan kembali sebelum digunakan - gunakan air bersih, kebersihan peralatan dan pekerja, sanitasi dan higiene lingkungan, kebersihan Kriteria (CP atau CCP) CCP 1 CP 1 CCP 2 CP 2 CCP 3 - higiene pekerja dan sanitasi lingkungan CCP 4 - Operator menggunakan sepatu boot steril (bersih) dan atau pelindung kaki pada saat pengemasan - Sanitasi peralatan pengemas dan lingkungan - Kemasan karung/plastik yang dipakai dan tempat penyimpanan memenuhi - persyaratan - tempat penyimpanan kering dan bersih CCP 5 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

9 Tabel 2. Prosedur Monitoring Proses Produksi Sagu CCP No Batas kritis Peosedur Monitoring Tindakan Koreksi 1 Tidak terdapat kotoran dari hewan atau manusia Pemeriksaan/observasi Pilih pohon lain 2 Batas waktu penyimpanan potongan batang sagu tidak lebih dari 2 hari 3 Ekstraksi lebih dari 1 minggu meningkatkan kejadian kontaminasi bakteri patogen atau pertumbuhan kapang 4 Penjemuran tidak lebih dari 4 hari untuk menghindari pertumbuhan kapang 5 Gunakan kemasan yang rapat, bersih, jangan diisimpan didekat tempat yang berpotensi menjadi sumber kontaminan misalnya tanah Perhatikan waktu Pemeriksaan, bau, perhatikan waktu Pemeriksaan, bau, Perhatikan waktu Pemerikasaan visual, bau Pisahkan kapang yang terlihat Mimimalkan rekontaminasi Pisahkan kapang yang terlihat Pisahkan kapang yang terlihat 194 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

10 DAFTAR PUSTAKA Anonim Pedoman Penyusunan Rencana Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP). Badan Standardisasi Nasional. Pedoman Anonim TTG Budidaya Pertanian : Sagu (Metroxylon sp.) halaman. Diakses tanggal 2 Oktober Bryan Hazard Analysis Critical Control Point Evaluations. World Health Organization. Geneva. Greenhill, A. R., Shipton, W. A., Blaney, B. J., dan Warner, J. M. 2007a. Fungal colonization of sago starch in Papua New Guinea. International Journal of Food Microbiology: 119: Greenhill, A. R., Shipton, W. A., Omoloso, A. D., Amoa, B., dan Warner, J. M. 2007b. Bacterial contamination of sago starch in Papua New Guinea. Journal of Food Protection: 70: Greenhill, A. R., Blaney, B. J., Shipton, W. A., Frisvad, J., Pue, A., & Warner, J. M A survey for mycotoxins and toxigenic fungi in sago starch from Papua New Guinea. Letters in Applied Microbiology: 47: Greenhill, R. ; W.A. Shipton; B.J. Blaney; B. Amoa; E. Kopel, D Hazards and critical control points for traditional sago starch production in Papua New Guinea: Implications for food safety education. Food Control : 21: Haryanto, B. dan Siswari, E Pengaruh Usaha Pengolahan Sagu Skala Kecil Terhadap Baku Mutu Air Anak Sungai (Studi Kasus Industri Pengolahan Sagu di Kel urahan Cibuluh Kota Bogor). J. Tek. Ling. P3TL-BPPT:5:3: Miskiyah, Widaningrum, dan Heti Herawati Studi Penerapan HACCP (Hazard Analysis Control Point) pada Proses Pengolahan Mi Sagu. Jurnal Standardisasi : 8 : 1. PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

STUDI PENERAPAN HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) PADA PROSES PENGOLAHAN MI SAGU

STUDI PENERAPAN HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) PADA PROSES PENGOLAHAN MI SAGU Studi Penerapan HACCP (Miskiyah, Widaningrum, dan Hetty Herawati ) SUDI PENERAPAN HACCP (HAZARD ANALYSIS CRIICAL CONROL POIN) PADA PROSES PENGOLAHAN MI SAGU Miskiyah, Widaningrum, dan Hetty Herawati Abstract

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, dimana persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. Syarat-syarat makanan yang baik diantaranya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN AFLATOKSIN PADA PASCAPANEN JAGUNG MELALUI PENERAPAN HACCP

PENGENDALIAN AFLATOKSIN PADA PASCAPANEN JAGUNG MELALUI PENERAPAN HACCP PENGENDALIAN AFLAOKIN PADA PACAPANEN JAGUNG MELALUI PENEAPAN HACCP Miskiyah dan Widaningrum Abstract In order to support the self-sufficiency of corn, aflatoxin control system in the supply chains have

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Pedoman

Lebih terperinci

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

MATERI III : ANALISIS BAHAYA MATERI III : ANALISIS BAHAYA (Prinsip HACCP I) Tahap-tahap Aplikasi HACCP 1 1. Pembentukan Tim HACCP 2. Deskripsi Produk 3. Indentifikasi Konsumen Pengguna 4. Penyusunan Bagan alir proses 5. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini perkembangan zaman yang diingiringi dengan inovasi-inovasi dalam bidang pangan khususnya. Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu produk makanan

Lebih terperinci

The Hazard Analysis and Critical Control Point System

The Hazard Analysis and Critical Control Point System The Hazard Analysis and Critical Control Point System HACCP merupakan metode yang rasional & alamiah untuk penjaminan mutu makanan. Sistem ini terdiri atas identifikasi serta pengkajian yang sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya Standar Nasional Indonesia SNI 01-4852-1998 Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya Badan Standardisasi i Nasional - BSN Standar ini merupakan adopsi secara

Lebih terperinci

Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang

Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id Materi Sosialisasi GMP dan Keamanan Pangan 11/17/2011 1 HACCP

Lebih terperinci

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Tekn. Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Risiko Risiko merupakan ketidakpastian (risk is uncertainty) dan kemungkinan terjadinya hasil yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN AFLATOKSIN PADA PASCAPANEN JAGUNG MELALUI PENERAPAN HACCP

PENGENDALIAN AFLATOKSIN PADA PASCAPANEN JAGUNG MELALUI PENERAPAN HACCP Pengendalian Alfatoksin pada Pascapanen Jagung (Miskiyah dan Widaningrum) PENGENDALIAN AFLAOKIN PADA PACAPANEN JAGUNG MELALUI PENEAPAN HACCP Miskiyah dan Widaningrum Abstract In order to support the self-sufficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian menjamur. Berbagai variasi bumbu dan metode penyajian pun dapat dijumpai. Seiring dengan perkembangan jaman,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian terhadap kecukupan Sistem Keamanan Pangan untuk Industri Jasa Boga dilakukan dengan pengambilan data di beberapa instansi terkait yaitu Direktorat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi (Coffea spp) merupakan komoditas ekspor yang memberikan devisa cukup tinggi khususnya dari komoditas perkebunan yang melibatkan beberapa negara produsen

Lebih terperinci

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Mitra Rahayu1,a), Widayani1,b) 1 Laboratorium Biofisika, Kelompok Keilmuan Fisika Nuklir dan Biofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk-produk pangan untuk tetap dapat hidup dan. menyehatkan, aman untuk dikonsumsi dan praktis untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk-produk pangan untuk tetap dapat hidup dan. menyehatkan, aman untuk dikonsumsi dan praktis untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pangan di era globalisasi merupakan salah satu industri yang perkembangannya cukup pesat dan berdampak besar dalam kemajuan era globalisasi itu sendiri. Pangan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG PERANCANGAN PROSES PRODUKSI SARI BUAH APEL DENGAN PENDEKATAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) UNTUK MENJAMIN KEAMANAN PANGAN: STUDI KASUS PADA PETANI APEL DI NONGKOJAJAR APPLE JUICE PRODUCTION

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari, S.T.P., M.T.A.

Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari, S.T.P., M.T.A. PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI INTI KELAPA SAWIT MENJADI PALM KERNEL OIL MENGGUNAKAN METODE GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) DI PT SINAR JAYA INTI MULYA Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari,

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MINGGU IV PRINCIP HACCP 2 : PENENTUAN CCP

MATERI KULIAH MINGGU IV PRINCIP HACCP 2 : PENENTUAN CCP MATERI KULIAH MINGGU IV PRINCIP HACCP 2 : PENENTUAN CCP Definisi CCP : Any points or procedure in a specific food system where loss of control may result in an unacceptable health risk. Sebuah tahap atau

Lebih terperinci

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

11/22/ Menentukan CCP. 1. Menyusun TIM HACCP. 8. Menetapkan Batas Kritis untuk Setiap CCP Prinsip Mendeskripsikan produk

11/22/ Menentukan CCP. 1. Menyusun TIM HACCP. 8. Menetapkan Batas Kritis untuk Setiap CCP Prinsip Mendeskripsikan produk !"#"$$% &!'#(!"#"$ ('"$" 12 LANGKAH APLIKASI HACCP (CODEX) 1. Menyusun TIM HACCP 2. Mendeskripsikan produk 3. Identifikasi Penggunaan Produk 4. Menyusun Diagram Alir 5. Melakukan Verifikasi Diagram Alir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pangan yang bergizi tinggi, sehat dan aman dapat dihasilkan bukan hanya dari bahan baku yang pada dasarnya bermutu baik, namun juga dari proses pengolahan yang

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon Sago

Gambar 1.1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon Sago 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman sagu (Metroxylon sago) merupakan tanaman yang tersebar di Indonesia, dan termasuk tumbuhan monokotil dari keluarga Palmae, marga Metroxylon, dengan ordo

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo

Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo 1,2 Saprin Hayade, 2 Rieny Sulistijowati, 2 Faiza A. Dali 1 saprin_hayade@yahoo.com 2 Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut A. Penerapan Cara Peoduksi Perikanan laut yang Baik (GMP/SSOP/HACCP) HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

Upaya Perlindungan Kualitas Hidup Konsumen Melalui Studi Penerapan HACCP Pada Penyediaan Pangan Di Kantin Rumah Sakit

Upaya Perlindungan Kualitas Hidup Konsumen Melalui Studi Penerapan HACCP Pada Penyediaan Pangan Di Kantin Rumah Sakit Upaya Perlindungan Kualitas Hidup Konsumen Melalui Studi Penerapan HACCP Pada Penyediaan Pangan Di Kantin Rumah Sakit Nuzulia Khoiriyah 1), Wiwiek Fatmawati 2) 1),2) Teknik Industri, Universitas Islam

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu proses berfikir dari menemukan masalah, mengumpulkan data, baik melalui tinjauan pustaka maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN KANDUNGAN NITRIT SARANG WALET UNTUK PENGELUARAN KE NEGARA REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN HACCP PADA PROSES PRODUKSI SARI BUAH APEL

STUDI PENERAPAN HACCP PADA PROSES PRODUKSI SARI BUAH APEL STUDI PENERAPAN HACCP PADA PROSES PRODUKSI SARI BUAH APEL Widaningrum dan Christina Winarti Abstract Of one among agriculture postharvest processing agroindustries in Indonesia is fruit juice agroindustry.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di PT. Graha Insan Sejahtera yang berlokasi di salah satu Perusahaan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jalan Muara

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP 90 4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP Checklist Standard Sanitation Operational Procedur (SSOP) (Lampiran 4) menunjukkan nilai akhir 83. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011

Lebih terperinci

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 1, Desember 2012

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 3, No. 1, Desember 2012 HAZARD ANALYSIS CRITICAL POINT (HACCP) PADA PRODUK TAPE SINGKONG UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN PANGAN TRADISIONAL INDONESIA (Studi Di Wilayah Kabupaten Jember) Anita Dewi Moelyaningrum* *Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu,

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

Kata kunci : keamanan pangan, kue kroket, mutu, sistem HACCP. Prosiding SNST ke-3 Tahun 2012 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang E.

Kata kunci : keamanan pangan, kue kroket, mutu, sistem HACCP. Prosiding SNST ke-3 Tahun 2012 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang E. USULAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI BERDASARKAN PENDEKATAN SISTE HACCP (HAZARD ANALISYS CRITICAL CONTROL POINT) (STUDI KASUS PEBUATAN KUE KROKET DI TOKO ROTI DAN KUE RAPI SEARANG) Noi arlyana *), Wiwiek Fatmawati,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) PADA PABRIK PENGOLAHAN CRACKER DENGAN KAPASITAS TEPUNG TERIGU 100 KG PER HARI

PENERAPAN PRINSIP HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) PADA PABRIK PENGOLAHAN CRACKER DENGAN KAPASITAS TEPUNG TERIGU 100 KG PER HARI PENERAPAN PRINSIP HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) PADA PABRIK PENGOLAHAN CRACKER DENGAN KAPASITAS TEPUNG TERIGU 100 KG PER HARI MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH : ANITA LUGITO (6103006007) PROGRAM

Lebih terperinci

PENERAPAN HACCP PADA INDUSTRI CRACKER MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: STEPHANIE HANS

PENERAPAN HACCP PADA INDUSTRI CRACKER MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: STEPHANIE HANS PENERAPAN HACCP PADA INDUSTRI CRACKER MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: STEPHANIE HANS 6103009034 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SURABAYA

Lebih terperinci

Morfologi Aksesi Sagu di Hiripau, Distrik Mimika Timur, Timika, Provinsi Papua. Muhammad Iqbal Nurulhaq 1, Muhammad Hasjim Bintoro 2, Supijatno 2

Morfologi Aksesi Sagu di Hiripau, Distrik Mimika Timur, Timika, Provinsi Papua. Muhammad Iqbal Nurulhaq 1, Muhammad Hasjim Bintoro 2, Supijatno 2 Morfologi Aksesi Sagu di Hiripau, Distrik Mimika Timur, Timika, Provinsi Papua Muhammad Iqbal Nurulhaq 1, Muhammad Hasjim Bintoro 2, Supijatno 2 Pendahuluan Sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat

Lebih terperinci

AMANKAH PANGAN ANDA???

AMANKAH PANGAN ANDA??? AMANKAH PANGAN ANDA??? BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan KEAMANAN PANGAN Pangan yang tidak

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasonal. Indonesia terus melakukan upaya meningkatkan sektor pertanian untuk menghasilkan produk yang bermutu. Kemajuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dari segi kepentingan nasional, sektor peternakan memerlukan penanganan dengan seksama karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani, gizi masyarakat, membuka lapangan kerja,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi optimal seperti vitamin, mineral,

Lebih terperinci

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN SALAK

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN SALAK INSTRUKSI KERJA PENANGANAN 1 PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen salak. Instruksi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan kesehatan. Gaya hidup yang kembali ke alam (Back to nature)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan kesehatan. Gaya hidup yang kembali ke alam (Back to nature) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamu merupakan ramuan tradisional kesehatan yang telah dikenal secara turun temurun dan digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan jumlah tanaman obat sekitar 40.000 jenis, namun baru sekitar 2,5% yang telah dieksplorasi

Lebih terperinci

ALAT PEMARUT BATANG SAGU PORTABLE

ALAT PEMARUT BATANG SAGU PORTABLE 73, Inovtek, Volume 6, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 73-77 ALAT PEMARUT BATANG SAGU PORTABLE Akmal Indra 1, Agus Sutanto 2 1 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bengkalis, Jl. Batin Alam.Sei Alam.Bengkalis.

Lebih terperinci

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN - 18 - BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN A. PENYELENGGARAAN 1. Peserta, Penyelenggara, Penanggung Jawab dan Pembina Teknis a. Peserta pelatihan adalah setiap orang dan/atau pengusaha/pemilik/penanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan hasil perikanan memegang peranan penting dalam kegiatan pascapanen, sebab ikan merupakan komoditi yang sifatnya mudah rusak dan membusuk, di samping itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumen masa kini lebih cerdas dan lebih menuntut, mereka mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai gizi yang tinggi, harga terjangkau, rasa

Lebih terperinci

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP KERUSAKAN FISIK/MEKANIS KERUSAKAN KIMIAWI KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS KEAMANAN PANGAN, CEGAH : o CEMARAN FISIK o CEMARAN KIMIAWI o CEMARAN

Lebih terperinci

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman

Lebih terperinci

PENENTUAN CCP (CRITICAL CONTROL POINT) PADA INDUSTRI JENANG KENTANG (STUDI KASUS KONTAMINASI KAPANG DI UKM TEGUH RAHARDJO PONOROGO)

PENENTUAN CCP (CRITICAL CONTROL POINT) PADA INDUSTRI JENANG KENTANG (STUDI KASUS KONTAMINASI KAPANG DI UKM TEGUH RAHARDJO PONOROGO) PENENTUAN CCP (CRITICAL CONTROL POINT) PADA INDUSTRI JENANG KENTANG (STUDI KASUS KONTAMINASI KAPANG DI UKM TEGUH RAHARDJO PONOROGO) DETERMINATION OF CCP (CRITICAL CONTROL POINT) IN POTATO PORIDGE S MANUFACTURE

Lebih terperinci

HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN

HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN MAKALAH Disusun guna memenuhi penugasan individu mata kuliah Hygiene, Sanitasi dan Keselamatan Kerja Disusun oleh : Nama : Aris Handoyo NIM : 5401413073 Jurusan

Lebih terperinci

MUTU PATI SAGU YANG DIHASILKAN MELALUI PROSES PERENDAMAN DAN PENGADUKAN EMPULUR SAGU

MUTU PATI SAGU YANG DIHASILKAN MELALUI PROSES PERENDAMAN DAN PENGADUKAN EMPULUR SAGU MUTU PATI SAGU YANG DIHASILKAN MELALUI PROSES PERENDAMAN DAN PENGADUKAN EMPULUR SAGU SAGOSTARCHQUALITYPROCESSGENERATEDBYSOAKINGAND STIRRING OF PITH OF SAGO Surianto 1,Akhyar Ali 2 and Noviar Harun 2 Program

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F

KAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F KAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F02495040 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F

KAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F KAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F02495040 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SARI BUAH

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SARI BUAH MODEL RENCANA HA (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SARI BUAH Produksi : ebookpangan.com 2006 1 I. PENDAHULUAN Hazard Analysis Critical Control Point (HA) adalah suatu sistem kontrol dalam

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga setiap orang perlu dijamin dalam memperoleh pangan yang bermutu dan aman. Penyediaan pangan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SAUS CABE

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SAUS CABE MODEL RENCANA HA (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SAUS CABE Produksi : ebookpangan.com 2006 1 I. PENDAHULUAN Hazard Analysis Critical Control Point (HA) adalah suatu sistem kontrol dalam

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA MESIN PENGADUK PADA PROSES PEMBUATAN PATI AREN (ARENGA PINNATA MERR.) 1

KAJIAN KINERJA MESIN PENGADUK PADA PROSES PEMBUATAN PATI AREN (ARENGA PINNATA MERR.) 1 KAJIAN KINERJA MESIN PENGADUK PADA PROSES PEMBUATAN PATI AREN (ARENGA PINNATA MERR.) 1 Bambang Purwantana 2, Tri Purwadi 3, Muhammad Fauzi 4 ABSTRAK Pati aren merupakan komoditas yang banyak digunakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata I (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata I (S1) Disusun Oleh : PENGUKURAN PERFORMANSI MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN UNTUK MENENTUKAN CORRECTIVE & PREVENTIVE ACTION BERDASARKAN IMPLEMENTASI ISO 22000 : 2005 DENGAN MENGGUNAKAN METODE PDCA (Studi Kasus di PT. Mayora Indah

Lebih terperinci

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Analisa Mikroorganisme

Analisa Mikroorganisme 19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengendalian Mutu 1. Pengendalian Mutu Bahan Baku a. Bahan Utama (Ikan Lele) Bahan baku utama pada proses pembuatan krupuk lele Karmina adalah ikan lele

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN Oleh: Amanda Gabriella Chandra (6103008080) Ivana Halingkar (6103008103) Lita Kuncoro (6103008104) Catherine Tanaya (6103008105) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul Abstrak Lili Sugiyarto, Siti Umniyatie, Paramita C.K. lili_sugiyarto@uny.ac.id Program pengabdian

Lebih terperinci