BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan makhluk hidup yang tinggal di permukaan bumi terutama bagi manusia. Dalam kehidupan masyarakat yang semakin maju, air merupakan sumberdaya alam yang penting dalam bidang sosial ekonomi. Karena pentingnya masalah air ini, maka kelestarian sumberdaya air semakin sering dibicarakan. Untuk memenuhi kebutuhan akan air, manusia tidak saja memanfaatkan air hujan dan air permukaan, akan tetapi juga memanfaatkan airtanah. Airtanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah pada zone jenuh air, dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar daripada tekanan udara (Todd, 1980). Airtanah adalah air yang berada dan bergerak pada pori-pori batuan. Airtanah merupakan suatu simpanan, yang besarnya simpanan tersebut dapat berubah tergantung dari jumlah masukan (input) maupun jumlah keluaran (output). Sumber utama airtanah adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah dan mengikuti suatu proses yang disebut daur hidrologi (Sosrodarsono, 1977). Keberadaan airtanah sendiri mempunyai dua parameter agar bisa dipergunakan atau diberdayakan yakni kualitas dan kuantitas air. Kualitas air adalah karakteristik mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan tertentu dari sumber-sumber air. Kualitas airtanah sendiri ditentukan oleh media penyimpannya yakni batuan yang ditempatinya. Pergerakan airtanah dalam akuifer dapat menyebabkan pelarutan mineral-mineral dari batuan sehingga akan terjadi perubahan kimia airtanah tersebut (Hem, 1971) Sedangkan kuantitas air sendiri merupakan ukuran banyaknya air yang tersedia. Salah satu media penyimpan airtanah yang potensial adalah kawasan karst. Karst berasal dari bahasa Jerman, yang mengambil kata carso dari bahasa Italia, atau kras dari bahasa Slovenia. Karst sendiri merupakan suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuannya di dalam air yang lebih tinggi dibandingkan 1

2 tempat lainnya (Jenings,1971). Sedangkan menurut Ford dan Williams (1992) karst merupakan medan dengan karakteristik hidrologi dan bentuklahan yang diakibatkan oleh kombinasi dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang baik. Hal terpenting yang membedakan daerah karst dengan daerah lainnya adalah proses pelarutan pada batugamping. Proses pelarutan yang dominan pada daerah karst menjadikan minimnya aliran permukaan dan lebih berkembangnya sistem aliran bawah permukaan, membentuk lorong-lorong atau ruangan-ruangan dibawah tanah yang kemudian lebih disebut dengan sistem perguaan. Pelarutan batugamping akan berjalan lambat jika konsentrasi gas karbondioksida (CO 2 ) pada airtanah mempunyai skala yang kecil sedangkan untuk pelarutan kalsit akan meningkat apabila kandungan karbondioksida (CO 2 ) dalam air berjumlah besar. Jankowski (2001) berpendapat bahwa dua syarat utama karstifikasi melalui proses pelarutan adalah sifat air yang melalui batuan karbonat haruslah dalam keadaan tidak jenuh tehadap mineral karbonat dan sifat air harus mampu mentransport produk hasil pelarutan ke tempat lain. Air freatik dan air hujan yang kaya akan gas karbondioksida (CO 2 ) akan lebih mudah melarutkan batuan karbonat yang masuk ke dalam formasi batuan karbonat dengan perpindahan massa melalui interface udara-air-batuan yang selanjutnya dikenal sebagai sistem CO 2 H 2 O-CaCO 3. White (1988), secara prinsip membagi sifat aliran pada batuan karbonat menjadi sifat aliran saluran (conduit), celah (fissure), dan rembesan (diffuse). Proses hujan akan mengalami perlakuan yang berbeda pada ketiga sistem drainase di atas, sehingga proses pelarutan yang terjadi juga akan berbeda dan dimungkinkan akan ada perbedaan kualitas airtanah pada masing-masing sistem drainase. Karst Gunung Sewu dicirikan dengan berkembangnya kubah karst (Kegle Karst), yaitu bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau diistilahkan sebagai kubah sinusoidal (Lehman,1936). Ketinggian tempat berkisar antara meter. Karst Gunung Sewu merupakan salah satu daerah karst tropik yang tertutup 2

3 oleh vegetasi. Batuan ini diendapakan pada masa Miosen dan mengalami karstifikasi mulai akhir Pliosen hingga sekarang. Daerah Gunung Kidul mempunyai tiga sistem sungai bawah tanah besar yakni sistem Bribin-Baron, sistem Sundak dan sistem Ngobaran. Ketiga sistem ini masih terbagi lagi menjadi subsistem-subsistem yang mempunyai potensi akan sumber air. Sir Mc Donald and Partners (1984) melakukan penelitian yang mendapatkan sebanyak 266 saluran bawah tanah yang sudah dipetakan dan 42 saluran yang berpotensi akan sumber air. Dari berbagai sumber air yang ada ini Gua Bribin dan Gua Seropan sudah dimanfaatkan dengan cara membuat bendungan dan dipompa yang didistribusikan ke sebagian daerah Gunung Kidul. Berdasarkan penelitian McDonald and Parnerts (1984) Sistem Sungai Bawah Tanah Bribin merupakan sistem terbesar yang ada pada karst Gunung Sewu. Sistem ini berasal dari Sungai Pentung yang masuk ke ponor di daerah hulu Tambakromo, yang kemudian pemunculannya lagi dapat ditemui pada Goa Gilap, Goa Jomblangan, Goa Jurangjero kemudian berakhir pada Goa Bribin sebagai outlet. Dari hasil pengukuran debit pada Goa Bribin didapat besaran debit pada musim penghujan mencapai 1500 l/dt sedangkan pada musim kemarau mencapai 800 l/dt. Penelitian tentang hidrologi karst sering kali dilakukan hanya dalam satu waktu saja, sehingga kondisi hidrologi suatu kawasan karst tidak bisa didapatkan secara utuh. Untuk itu dilakukan pengkajian secara periodik dalam satu tahun yang mewakili pada saat musim penghujan dan musim kemarau. Analisa Hidrokemograf sendiri merupakan suatu model penyajian data yang dilakukan untuk kualitas kimia airtanah yang dilakukan dengan variasi temporal dari perolehan data tersebut. Dengan menggunakan analisis Hidrokemograf akan didapatkan kondisi hidrologis sistem bawah tanah Bribin secara utuh dalam satu tahun yang bisa mewakili musim penghujan dan musim kemarau. Variasi kimia airtanah yang didapatkan juga dapat menjadi salah satu penentuan karaketristik sistem drainase. 3

4 1.2. Perumusan Masalah Penelitian tentang hidrologi karst merupakan suatu hal yang sangat menarik dan menjadi penting. Permasalahan terbesar yang ada pada daerah kawasan karst adalah sulitnya masyarakat untuk mengakses sumberdaya air. Sumberdaya air terbesar pada kawasan karst terdapat pada bawah tanah yaitu pada gua-gua atau pada sungai bawah tanah yang tentunya tidak bisa diakses secara mudah oleh masyarakat. Adanya sumderdaya air pada gua-gua atau pada sungai bawah tanah tidak serta merta langsung bisa digunakan, perlu pengkajian kualitas air pada sumberdaya tersebut. Pemilihan Sistem Sungai Bawah Tanah Bribin ini dikarenakan sistem ini sangat penting bagi daerah Kabupaten Gunung Kidul. Sistem Sungai Bawah Tanah Bribin ini sebagai pemasok kebutuhan air masyarakat Gunung Kidul. Dari debit yang ada baru 120 l/dt yang baru bisa dipergunakan untuk kebutuhan domestik masyarakat Gunung Kidul. Sejak tahun 1999 Sistem Sungai Bawah Tanah Bribin mendapatkan perhatian yang lebih dengan diadakannya kerjasama antara Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan pihak Jerman tepatnya Universitas Kalsruhe. Proyek untuk pemanfaatan air ini dilakukan dengan pengeboran sedalam 104 m yang kemudian akan digunakan metode mikrohidro untuk mengangkat air dan mendistribusikannya, yang sampai saat ini belum terselesaikan. Sistem Sungai Bawah Tanah Bribin mempunyai ketiga karakteristik akuifer karst yakni akuifer saluran (conduit), celah (fissure), dan rembesan (diffuse). Dari ketiga karakteristik itu akan memunculkan perbedaan kualitas airtanah terutama sifat kimia airtanah. Air hujan yang mempunyai peranan penting karena sebagai pensuplai air yang utama maka varaiasi temporal curah hujan akan memberikan efek juga pada pembentukan akuifer air pada sungai bawah tanah. Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis berusaha meneliti dan menyajikannya dalam bentuk tulisan dengan judul Analisis Hidrokemograf Airtanah Karst Sistem Sungai Bawah Tanah Bribin Kabupaten Gunung Kidul. 4

5 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis variasi unsur-unsur kimia air Sungai Bawah Tanah Bribin terhadap variasi musim dan besaran debit Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam ilmu pengetahuan terutama di bidang Hidrologi Karst, terutama untuk memberikan gambaran kualitas air Sungai Bribin. Disamping itu bisa sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul untuk monitoring dan pengelolaanya Tinjauan Pustaka Karst dan Proses Pelarutan Karst adalah suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batuan-batuannya dalam air, yang lebih tinggi dari tempat lain (Jenings,1971). Ford dan Williams (1992) menjabarkan bahwa karst sebagai medan dengan karakterstik hidrologi dan bentuk lahan yang diakibatkan oleh kombinasi dari batuan mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. Gambar 1.1 Proses Pembentukan Karst (U.S. Geological Survey) 5

6 Syarat yang harus terpenuhi untuk pembentukan karst adalah terdiri dari batu gamping yang murni, masif, dan banyak rekahan serta tersekresi oleh relief diatas permukaan lereng yang tinggi sehingga dapat memudahkan sistem sirkulasi air. Karst sendiri tidak hanya terjadi pada batuan karbonat saja tetapi pada batu garam dan gypsum juga berkembang (Gambar 1.1) Proses utama yang terjadi pada daerah karst adalah pelarutan. Terdapat dua hal utama pada proses pelarutan, yaitu unsur pelarut dan batuan terlarut. Jankowski (2001) menerangkan bahwa ada dua syarat utama terjadinya formasi karst yaitu karena pelarutan oleh air dimana sifat air yang ada tidak jenuh (undersaturated) terhadap batuan karbonat dan air tersebut dapat mentransport hasil produk pelarutan ke tempat lain. Kondisi air yang cocok untuk pelarutan batuan karbonat ini adalah air freatik dan juga air hujan (meteoric water) yang kaya akan CO 2. Air ini biasa masuk ke formasi karbonat secara gravitasi dan kemudian mampu membentuk lorong-lorong solusional. Lebih jauh lagi Jankowski menjelaskan bahwa untuk memperoleh air yang bersifat tidak jenuh terhadap batuan karbonat ada beberapa mekanisme yang sering terjadi pada airtanah karst yaitu perubahan suhu, percampuran (mixing) dengan air yang mempunyai sifat lain, terjadinya banjir di permukaan yang menyebabkan imbuhan yang cepat dan bersifat tidak jenuh, dan meningkatnya kondisi keasaman air sepanjang aliran airtanah Bogli (1980) menerangkan proses pembentukan formasi karst berawal dari interaksi antar interface antara udara-air dan udara-batuan. Berawal dari air hujan (air meteoric) yang banyak mengandung gas CO 2 yang turun ke permukaan kemudian berinteraksi dengan batuan dan unsur yang lain dan mengalami proses fisik dan kimia sehingga pelarutan terjadi dan formasi karst mulai terbentuk Proses pelarutan yang terjadi diawali dengan kontaknya batuan dengan air hujan yang banyak mengandung karbondioksida (CO 2 ) secara difusi kemudian air yang mengandung CO 2 bersenyawa memebentuk asam karbonat.reaksi kimia proses pelarutan adalah : CO 2 + H 2 O H 2 CO 3 (1) 6

7 Selanjutnya asam karbonat (H 2 CO 3 ) akan terurai atau mengalami disociation (perpecahan) dalam bentuk ion-ion pada reaksi (2) H 2 CO 3 H HCO 3 (2) Berinteraksinya air dan batuan karbonat mengakibatkan pelarutan pada batu gamping CaCO 3 yang akan terdisosasi dalam bentuk ion-ion CaCO 3 Ca 2+ + CO 2-3 (3) CO H + - HCO 3 (4) Pada persamaan (4) reaksi ion-ion yang berasal dari disosiasi CaCO 3 dan H + yang berasal dari disosasi CO 2 akan menghasilkan ketidakseimbangan antara pco 2 dalam air. Hal ini akan menyebabkan lebih besar terdifusi dari udara ke dalam air dan selanjutnya terjadi reaksi sebagai berikut CaCO 3 + H 2 O + CO 2 Ca HCO 3 (5) Dari persamaan diatas terlihat bahwa semakin banyak karbondioksida yang terlarut dalam air, maka semakin mudah pula air itu untuk melarutkan batuan karbonat pada kondisi termodinamika (ph dan suhu) yang sama (Appelo, 1994 ) FA S E GA S CO 2 (g) FASE CAIR H 2 O CO 2 (ag) H 2 CO 3 H + HCO 3 2- HCO 3 - CO 3 2- Ca 2- FASE PADAT CaCO 3 Gambar 1.2 Proses pembentukan batuan karbonat (Trudgil,1985 ) 7

8 Hidrologi karst Hidrologi merupakan salah satu cabang dalam geografi yang mengkaji tentang air di permukaan bumi terjadinya, peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisikanya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk-makhluk hidup (Seyhan, 1995). Sedangkan karst sendiri merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batuan-batuannya dalam air, yang lebih tinggi dari tempat lain. Kondisi hidrologis di daerah karst dicirikan dengan minimnya sungai permukaan dan berkembangnya sungai-sungai bawah tanah. Minimnya sungai permukaan ini dikarenakan batuan karbonat mempunyai percelahan yang cukup banyak dikarenakan porositas sekunder yang terjadi, sehingga air terus menuju kebawah permukaan dan menjadi sitem drainase bawah pemukaan. Air dipermukaan hanya bisa dijumpai pada pemunculan mata air atau pada genangan di doline-doline. Sedangkan air yang berkembang di bawah permukaan dapat dijumpai pada lorong-lorong bawah tanah atau yang sering disebut gua dalam bentuk sungai-sungai, genangan dan tetesan. Hujan merupakan salah satu proses dalam rangkaian siklus hidrologi, yang mempunyai intensitas yang bervariasi menurut ruang dan waktu. Kondisi iklim mencakup ketersediaan curah hujan yang sedang hingga tinggi, yang bersamaan dengan temperatur yang tinggi. Kondisi semacam ini menyebabkan proses pelarutan, akibat dari adanya variabilitas besaran curah hujan yang jatuh di kawasan karst menjadi berlangsung secara variatif. Selain proses pelarutan yang dominan di kawasan karst, yang mengalami intensitas yang bervariasi, kondisi hujan akan menyebakan kondisi kualitas airtanah yang berbeda pula. Sistem hidrologi daerah karst terbagi menjadi tiga komponen daerah tangkapan air yaitu: dari formasi karst itu sendiri, dari daerah lain non-karst dan masukan dari bagian atas formasi karst atau masukan langsung secara vertikal dari akuifer yang bertengger diatasnya. Hujan yang jatuh pada karst setelah mengalami evapotranspirasi sisanya akan masuk ke akuifer karst sebagai limpasan allogenic, limpasan internal dan infiltrasi rekahan-rekahan. Air yang masuk kedalam ponor 8

9 akan membentuk lorong conduit dan berkembang membentuk lorong-lorong atau saluran-saluran. Begitu juga dengan air yang bertengger diatas formasi karst akan langsung bergerak kelapisan bawahnya menuju lorong conduit membentuk sistem sungai bawah tanah. Sementara pergerakan air dengan sifat diffuse bergerak secara seragam melalui rekahan-rekahan yang tersedia. Sistem diffuse ini terjadi pada mintakat epikarst.yang kemudian akan bergabung dengan vadose menjadi conduit. Presipitasi Limpasan Permukaan (termasuk overland flow) Evapotranspirasi Intersepsi Infiltrasi Aliran lewat luweng dan Gua Infiltrasi (luweng tak terlihat) Limpasan subpermukaan (semua internal) Perkolasi Limpasan subpermukaan (cepat) Limpasan subpermukaan (lambat) Imbuhan Limpasan Airtanah Limpasan Langsung (direct underground runoff) Limpasan dasar internal (internal base runoff) Limpasan bawah tanah total (Total underground runoff) Gambar 1.3 Skema Proses Hidrologi Karst (Soenarto,2000) 9

10 Menurut White (1988) secara garis besar komponen airtanah karst dapat terbagi menjadi empat sumber utama yaitu (1) aliran permukaan berupa sungai yang masuk ke akuifer karst melalui ponor, dikenal sebagai imbuhan allogenic (2) aliran permukaan dan hujan yang jatuh ke suatu cekungan karst tertutup dan kemudian masuk ke akuifer karst melalui sinkhole atau ponor, dikenal sebagai internal runoff, (3) air hujan yang jatuh ke permukaan tanah, dikenal sebagai diffuse infiltration, dan (4) imbuhan dari akuifer diatas batuan gamping, bila ada. Komponen-komponen tersebut mempunyai peranan tersendiri terhadap proses karstifikasi yang berlangsung karena sifat dan kedudukannya yang berbeda-beda termasuk kandungan gas karbondioksida. Ditegaskan lagi oleh White (1988) dengan membagi akuifer karst menjadi tiga model konseptual atas dasar sifat alirannya yaitu : a. Diffuse-flow karst aquifer atau akuifer dengan sistem aliran dominan difuse. Akuifer ini tidak memiliki aktivitas pelarutan yang baik, sehingga dapat dikategorikan sebagai akuifer homogen dan sistem alirannya mendekati hukum Darcy. Air bergerak sepanjang rekahan-rekahan kecil yang sedikit terpengaruh oleh aktivitas pelarutan. Output yag ada juga tidak memiliki debit dalam jumlah besar sebagai mataair atau rembesan. b. Free-flow karst aquifer. Akuifer ini juga memiliki aliran tipe diffuse, tetapi lorong-lorong solusional lebih dominan dimana sebagian besar aliran adalah melalui lorong-lorong conduit yang ada.airtanah karst pada akuifer ini sangat terkontrol oleh distribusi dan arah lorong-lorog tersebut. Sifat alirannya turbulen dan bukan laminer. Pada akuifer ini, mataair dapat mempunyai respon yang sangat cepat terhadap recharge/hujan. c. Confined-flow karst akuifer atau akuifer karst yang berada dibawah batuan yang mempunyai nilai permeabilitas yang sangat kecil. Sistem aliran akuifer ini sangat dikontrol oleh lapisan diatasnya. 10

11 Gambar 1.4 Sistem aliran airtanah pada akuifer karst. (White,1988) Akuifer karst mempunyai perbedaan dengan akuifer non-karst. Dimana akuifer karst berkembang oleh pengaruh dari porositas sekunder sedangkan nonkarst didominasi oleh porositas primer berupa rongga batuan antar butir batuan. Porositas di akuifer karst terbentuk oleh rekahan-rekahan batuan karena struktur geologi dan rongga antar butir penyusun batuan. Porositas batuan disebut juga porositas sekunder, sedangkan rongga antar butir disebut dengan porositas primer. Porositas primer, sekunder dan porositas saluran ini yang akan membentuk akuifer saluran (conduit), celah (fissure), dan rembesan (diffuse). Akuifer diffuse adalah dimana aliran bergerak secara perlahan secara seragam kebawah melalui rekahan-rekahan yang tersedia (fissure). Menurut White (1988) akuifer karst dipengaruhi dua sistem aliran utama yakni sistem aliran rembesan (diffuse) dan saluran (conduit). Sedangkan menurut Gillieson (1996), terdapat satu lagi sistem aliran di akuifer karst yang dikenal sebagai sistem celah (fissure). Ford dan Williams (1992) membagi akuifer karst menjadi tiga zone, yaitu zona kering (unsaturated vadose), zona peralihan (intermittenly saturated) dan zona jenuh (saturated). Pada zona kering tersusun berturut-turut dari atas ke bawah berupa tanah, subcutuneous (epikarstic) dan zona perkolasi bebas. Zona peralihan merupakan zona yang menghubungakan antara zona kering dan zona jenuh. Zona jenuh (phreatic) terdiri dari phreatic dangkal, phreatic dalam dan phreatic tetap. 11

12 Gambar 1.5 Tipe aliran akuifer karst (Ford,1992) Tabel 1.1 Tipe Porositas dan Karakteristik Akuifer Karst Porositas Primer Porositas Sekunder Porositas Saluran Komponen Rongga antar butir,celah mineral Kekar dan retakan batuan, bidang lapisan batuan, celah mineral yang saling berhubungan Saluran terbuka dan pipa dengan ukuran dan bentuk yang beragam Keseragaman Pada umumnya isotropik Pada umumnya anisotropik sebagai akibat dari retakan, sering berorientasi pada arah tertentu Anisotropik dan membentuk jaringan Regim Aliran Laminer Laminer-Turbulen Turbulen Hukum Hidraulika Darcy Hagen-Poseuille Darcy-Weisbach Muka Airtanah Mudah ditentukan Permukaan tidak merata Sering menggantung di beberapa ketinggian Respon terhadap imbuhan Lambat Sedang Cepat 12 Sumber : Gillieson (1996)

13 Perbedaan lain adalah adanya zonasi vertikal kawasan karst yang dapat dibedakan menjadi dua mintakat, yaitu mintakat epikarst dan endokarst. Mintakat epikarst adalah bagian atas perlapisan batuan yang mengalami pelarutan intensif (Ford and Williams.,1992) Sedangakan mintakat endokarst dapat dibedakan menjadi mintakat freatik dangkal, freatik dalam dan stagnan Hidrokimia Airtanah Agresivitas airtanah karst adalah kemampuan air untuk melarutkan batuan gamping pada akuifer karst. Pengaruh terhadap besar kecilnya agresivitas airtanah adalah kandungan gas karbondioksida dalam air, adanya proses percampuran air, kondisi komponen aliran karst, termodinamika air (suhu dan ph), pengaruh dari ion lain yang terlarut dalam air, serta perubahan musim. Kualitas kimia airtanah pada daerah karst akan dipengaruhi oleh interaksi antara airtanah dengan mineral penyusun batuan dengan proses utama berupa pelarutan.untuk daerah karst reaksi airtanah dengan batuan karbonat merupakan proses yang sangat penting terkait dengan komposisi kimia airtanah. Kandungan karbondioksida dalam airtanah sangat berpengaruh dengan agresivitas airtanah terhadap batuan karbonat secara umum reaksinya adalah sebagai berikut : CaCO 3 + CO 2 + H 2 O Ca + 2HCO 3 Kaitan antara variasi kualitas kimia airtanah dengan variabel-variabel yang menyebabkan perubaahan kualitas kimia tersebut yang menjadi fokus penelitian ini. Faktor fisik sungai bawah tanah Bribin dengan variasi tipe akuifer dengan sistem aliran yang bekerja,menjadi salah satu parameter untuk mencari korelasi yang ada. Disamping itu faktor debit dan musim atau lebih kususnya curah hujan apakah memberikan pengaruh pada kualitas kimia airtanah sungai bawah tanah Bribin. Hidrokemograf merupakan suatu grafik atau diagram yang berisi hubungan antara komposisi kimia airtanah karst dengan waktu dan bisa bersifat musiman, tahunan, ataupun per kejadian hujan (Haryono). Penyajian data dengan kemograf sedapat mungkin bisa untuk mewakili representasi hasil yang akan disampaikan dalam penelitian ini. 13

14 Penelitian Sebelumnya McDonald and Partners (1984), melakuan penelitian di daerah karst Gunung Kidul. Penelitian ini merupakan yang pertama untuk karst daerah Gunung Kidul dimana Mc Donald and Partners melakukan inventarisasi sumberdaya air, menganalisa kualitas air dan melacak sistem sungai bawah tanah.yang dilakukan adalah dengan memetakan gua-gua yang didapat kemudian mengambil air pada gua tersebut dan yang terakhir melakukan pelacakan air (water tracing) pada guagua tersebut. Hasil yang didapatkan yakni dengan adanya inventarisasi gua dan luweng sebanyak 266 buah dengan sejumlah 40 yang berpotensi dengan sumberdaya air. Hasil dari pengukuran kualitas air mengindikasikan bahwa kualitas air bawah tanah dalam kondisi baik bila dibandingkan dengan air permukaan. Widyastuti (1991), dalam penelitiannya ingin mengetahui hubungan antara arah umum kekar dengan karakteristik mataair di Cekungan Wonosari, Gunung Kidul. Data yang digunakan adalah debit air, kualitas fisik dan kimia air, kedudukan bidang kekar serta arah pengaliran air. Data yang diambil selama penelitian sebanyak satu kali pengambilan. Dari data tersebut didapatkan hasil bahwa matair di daerah penelitian mempunyai arah pengaliran yang sama dengan arah kekar, dan juga kualitas kimia mataair daerah penelitian mengandung kandungan kalsium (Ca) dan bikarbonat (HCO 3 ) tinggi, yang mengindikasikan pada Cekungan Wonosari berbatuan gamping. Adji (1997), melakukan penelitan di DAS Bawah Tanah Bribin. Objek dari penelitian tersebut adalah gua, dimana data yang digunakan adalah data kualitas air dari tetesan dan dari kualitas air aliran sungai bawah tanah gua, serta faktor yang mempegaruhi. Parameter yang digunaka salah satunya adalah kualitas air menurut baku mutu air, lebih kususnya untuk kebutuhan air minum.data yang digunakan untuk mencari kualitas air meliputi kualitas fisik air yakni, rasa, warna bau, daya hantar listrik, ph dan suhu. Selain data tersebut juga data analisis kimia kualitas air gua. Pada penelitian tersebut hanya dilakukan pengambilan sampel sebanyak satu kali saja. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa kualitas 14

15 air sungai bawah tanah daerah penelitian lebih baik daripada kualitas air tetesan gua. Adji dan Nurjani (1999) melakukan penelitian di Gunung Kidul mengenai optimasi airtanah karst di daerah Gunung Kidul sebagai pemasok air domestik. Penelitian ini untuk mengatahui adanya potensi dan sebaran sumberdaya air goa dan sungai bawah tanah terkait akan pemenuhan kebutuhan air masyarakat. Data yang digunakan antara lain adalah kondisi fisik dari gua, data debit sungai bawah tanah beserta aliran bawah tanah tersebut dan data fisik kualitas air goa. Pada penelitian ini secara umum goa pada daerah penelitian dibagi menjadi tiga yakni, 1) Goa pada aliran primer yakni goa yang mempunyai hubungan langsung dengan aliran utama pada sungai bawah tanah yang menuju Goa Bribin, 2) Goa pada aliran sekunder yakni goa yang memeiliki sub aliran yang bergabung dengan aliran primer yang menuju Goa Bribin, 3) Goa yang tidak mempunyai sistem walaupun mempunyai keberadaan airtanah. Hasil yang didapatkan yakni adanya potensi sumberdaya air berupa sebaran goa dan sungai bawah tanah, dengan debit yang besar dan kualitas air yang layak untuk diminum dan potensi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pemasok zone-zone kritis aiar yang ada. Wijayanti (2001), melakukan penelitian tentang kualitas air di Kabupaten Gunung Kidul terutama pada Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Panggang. Fokus yang dilakukan pada peneltian ini yakni semua pemunculan air yang terdapat pada kawasan karst terutama pada mataair maupun sungai yang hilang karena blind valley yang kemudian muncul lagi sebagai sungai permukaan. Data yang diperlukan yakni fluktuasi debit pada pemunculan air, variasi zat terlarut dan tersuspensi, serta sistem drainase pada pemunculan air. Hasil yang didapat yakni ada hubungan antara variasi zat terlarut dan tersuspensi terhadap waktu dan adanya fluktuasi debit terhadap perubahan waktu Penelitian yang dilakukan penulis untuk mengetahui variasi kualitas kimia air bawah tanah di daerah DAS Bribin secara spasial dan temporal. Selain itu juga dilakukan penelitian tentang variasi debit sungai bawah tanah terhadapa variasi waktu. Secara spasial akan dilakukan pembagian lokasi pengambilan sampel pada daerah hulu, tengah dan hilir dengan parameter Gua Bribin sebagai outlet. Data 15

16 yang dikumpulkan pada penelitian ini yakni debit air, kualitas kimia air dan data hujan sebagai pelengkap. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dimana sampel yang diambil disesuaikan dengan maksud penelitian Kerangka Teori Karst adalah suatu bentuk bentangalam khas yang berkembang di suatu kawasan batuan karbonat atau batuan lain yang mudah larut, dan telah mengalami proses kartifikasi sampai pada kondisi tertentu. Ciri khas bentuklahan karst adalah terdapatnya bentuklahan dolin, bukit karst dan sistem sungai bawah tanah. Batuan karbonat sebagai penyusun bentukan karst mempunyai sifat dapat melarutkan air dengan mudah sehingga air yang jatuh pada kawasan karst akan diteruskan melalui celah-celah atau rekahan-rekahan yang akan langsung membentuk aliran bawah permukaan. Kondisi ini yang menyebabkan pada kawasan karst aliran permukaan jarang sekali ditemukan dan lebih didominasi oleh sungai-sungai bawah permukaan ataupun menjadi sistem drainase bawah permukaan. Sistem hidrologi daerah karst terbagi menjadi tiga komponen daerah tangkapan air yaitu: dari formasi karst itu sendiri, dari daerah lain non-karst dan masukan dari bagian atas formasi karst atau masukan langsung secara vertikal dari akuifer yang bertengger diatasnya. Komponen airtanah karst secara garis besar dapat dikelompokan menjadi empat sumber utama yaitu limpasan allogenic dimana sumber airtanah berasal dari sungai yang masuk ke dalam ponor, kondisi ini biasanya ditemukan di peralihan antara zona non-karst dan karst dan biasanya ini berada pada hulu suatu sistem sungai bawah tanah. Sumber yang kedua berasal dari aliran permukaan dan hujan yang masuk langsung pada zona karst itu sendiri, biasanya terjadi pada zona depresi pada daerah karst melalui sinkhole ataupun ponor dan biasanya disebut sebagai internal runoff. Sumber yang ketiga yakni dari air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan mengalami inflitrasi melalui celah-celah maupun rekahan yang sering disebut sebagai diffuse infiltration. Dan yang terakhir berasal dari imbuhan akuifer diatas batuan gamping. Proses pelarutan menjadi sangat dominan pada proses karstifikasi, dimana ada dua syarat untuk terjadinya pelarutan unsur pelarut dan batuan pelarut. Unsur 16

17 terlarut disini adalah air hujan, yang merupakan pensuplai utama airtanah. Air hujan yang mengandung karbondioksida (CO 2 ) setelah mengalami evapotranspirasi sisanya akan masuk ke dalam akuifer karst sebagai limpasan allogenic, limpasan internal dan infiltrasi rekahan-rekahan. Masuknya air ke dalam akuifer karst akan mendapatkan perlakuan yang berbeda tergantung pada sistem drainase yang dilewati. Pada akuifer karst terdapat tiga sistem drainase sistem aliran rembesan (diffuse),sistem aliran saluran (conduit) dan sistem aliran celah (fissure). Ketiga sistem aliran yang ada pada akuifer karst ini dikarenakan oleh adanya porositas sekunder dari batuan, dimana dari masing-masing sistem drainase akan mengalami perlakuan yang berbeda ketika mengalami kontak dengan air. Input dari air hujan berfungsi sebagai sumber air yang melarutkan ion-ion pada batuan karbonat yang dilewati. Hidrokemograf merupakan suatu metode untuk mengetahui kondisi dari hidrologi dari suatu tempat baik dalam segi kualitas maupun kuantitas terhadap perubahan waktu. Metode ini digunakan untuk menyajikan kondisi air sungai bawah tanah Bribin baik data kuantitas maupun kualitas air sungai bawah tanah Bribin. Air hujan yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses karstifikasi mengalami perbedaan volume yang signifikan pada waktu tertentu, yaitu saat musim kemarau dan musim penghujan. Perbedaan volume air hujan pada dua musim tersebut merupakan variasi temporal yang mempengaruhi kualitas air tanah. Sehingga dibutuhkan pengambilan sampel pada dua musim yang berbeda untuk merepresentasikan kondisi sistem sungai bawah tanah Bribin dengan tepat dan menyeluruh. Sedangkan untuk lokasi pengambilan sampel dilakukan pada daerah hulu, tengah dan hilir yang sebisa mungkin bisa mewakili satu keutuhan dari karakteristik sistem tersebut. 17

18 Hujan Allogenic Internal Runoff Infiltration Imbuhan akuifer diatas batu gamping Akuifer karst Diffuse Fissure Conduit Sungai Bawah Tanah Gambar 1.6 Diagram alir pemikiran 18

19 1.6. Batasan Operasional Airtanah (groundwater) adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi, dimana ketersediaannya sangat tergantung dari ada tidaknya lapisan batuan yang dapat mengandung dan menyimpan air tersebut dalam jumlah yang cukup (Fetter, 1988). Akuifer (aquifer) adalah suatu formasi batuan yang dapat menyimpan dan melepaskan air dalam jumlah yang cukup (Sri Harto, 19). Allogenic adalah imbuhan yang berasal dari aliran permukaan berupa sungai dari luar daerah karst yang masuk ke akuifer karst melalui ponor (White 2004) Conduit flow adalah komponen aliran pengisi sungai bawah tanah dari akuifer yang mengalir melalui retakan-retakan pada batuan gamping yang berukuran mm atau lebih (Bonacci, 1990) Daya Hantar Listrik (DHL) adalah kemampuan air menghantarkan arus listrik ( Walton, 1980) Diffuse flow adalah komponen aliran pengisi sungai bawah tanah dari akuifer yang mengalir melalui retakan-retakan pada batuan gamping yang berukuran mm (Bonacci, 1990) Doline adalah cekungan tertutup yang berukuran kecil atau sedang pada suatu kawasan karst yang berhubungan dengan sungai bawah tanah sebagai akibat proses pelarutan batuan gamping, runtuhan gua ataupun pengaruh iklim (Ford dan Williams, 1992 Fissure flow adalah komponen aliran pengisi sungai bawah tanah dari akuifer yang mengalir melalui retakan-retakan pada batuan gamping yang berukuran mm (Bonacci, 1990) Hidrograf adalah grafik yang menggambarkan tinggi muka air, debit aliran, debit sedimen kaitannya dengan waktu (Suyono,2002) Hidrokemograf adalah grafik berskala yang berisi informasi variasi debit aliran dan variasi sifat kimia terhadap waktu (temporal) 19

20 Infiltrasi adalah gerakan air melalui permukaan tanah yang masuk ke dalam tanah (Subarkah, 1980). Karst adalah suatu medan dengan kondisi hidrologi dan bentuklahan yang khas yang berasal dari kombinasi batuan yang mudah larut dan posositas sekunder yang berkembang baik (Ford dan Williams, 1989) Ponor adalah lubang pada suatu cekungan karst yang merupakan penghubung antara aliran permukaan dan bawah permukaan (White, 1988) Porositas sekunder adalah tipe porositas yang bukan merupakan ciri asli dari matriks batuan itu sendiri, tetapi disebabkan oleh proses sekunder seperti pelarutan atau pelbaran celah (fracture). Sistem Drainase adalah akuifer yang berkembang di daerah karst (Gillieson, 1996) Sistem Sungai Bawah Tanah adalah gabungan dari jaringan lorong-lorong hasil proses pelarutan antar gua-gua yang terisi oleh aliran air secara permanen (Ford dan Cullingford, 1976) Zona aerasi atau zona tak jenuh (zones of aeration) adalah zone yang terdiri atas mintakat lengas tanah, mintakat air vadose, dan mintakat kapiler, dimana pada zone ini rongga-rongga tanah sebagian ditempati oleh air dan sebagian lainnya ditempati oleh udara (Todd, 1980). Zona jenuh (zones of saturation) adalah zone yang seluruh rongga-rongga tanahnya telah terisi oleh air (Todd, 1980). 20

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM Serial Powerpoint Presentasi: KOMPONEN- KOMPONEN ALIRAN KARST Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM SISTEM HIDROLOGI KARST A. Pendahuluan Karst Gunung Sewu dikenal sebagai kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst pada umumnya memiliki karakter yang spesifik dan khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan bentang alam

Lebih terperinci

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf DalamPengelolaanAirtanahdi DaerahKarst TJAHYO NUGROHO ADJI & AHMAD CAHYADI Kelompok Studi Karst Kelompok Studi Karst Fak. Geografi UGM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERTANYAAN?? Apakah karst di daerah penelitian telah berkembang secara hidrologi dan mempunyai simpanan air

Lebih terperinci

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL Ahmad Cahyadi, S.Si., M.Sc. Kelompok Studi Karst, Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas

Lebih terperinci

Gambar 1.1.Ilustrasi sistem hidrologi karst (Goldscheider, 2010)

Gambar 1.1.Ilustrasi sistem hidrologi karst (Goldscheider, 2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Bentanglahan karst memiliki daya tarik tersendiri ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, karena memiliki karakter yang unik baik secara geomorfologi, geologi, maupun

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata

Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata Chapter 2 Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata Igor Yoga Bahtiar 1 dan Ahmad Cahyadi 2 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

VARIASI SPASIAL-TEMPORAL HIDROGEOKIMIA DAN SIFAT ALIRAN UNTUK KARAKTERISASI SISTEM KARST DINAMIS DI SUNGAI BAWAHTANAH BRIBIN, KAB.

VARIASI SPASIAL-TEMPORAL HIDROGEOKIMIA DAN SIFAT ALIRAN UNTUK KARAKTERISASI SISTEM KARST DINAMIS DI SUNGAI BAWAHTANAH BRIBIN, KAB. VARIASI SPASIAL-TEMPORAL HIDROGEOKIMIA DAN SIFAT ALIRAN UNTUK KARAKTERISASI SISTEM KARST DINAMIS DI SUNGAI BAWAHTANAH BRIBIN, KAB. GUNUNG KIDUL, DIY TJAHYO NUGROHO ADJI 05/1729/PS OUTLINE PRESENTASI 1.

Lebih terperinci

ANALISIS HIDROKEMOGRAF AIRTANAH KARST SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN KABUPATEN GUNUNG KIDUL. Arie Purwanto

ANALISIS HIDROKEMOGRAF AIRTANAH KARST SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN KABUPATEN GUNUNG KIDUL. Arie Purwanto ANALISIS HIDROKEMOGRAF AIRTANAH KARST SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN KABUPATEN GUNUNG KIDUL Arie Purwanto ontorejo@gmail.com Eko Haryono e.haryono@geo.ugm.ac.id ABSTRACT The research was conducted in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN + 2HCO 3. (1)

BAB I PENDAHULUAN + 2HCO 3. (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karst adalah suatu bentanglahan yang memiliki sistem hidrologi dengan ciri tersendiri. Bentanglahan ini tercipta dari batuan yang mudah larut, seperti batu gamping,

Lebih terperinci

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 1, Januari 2017 Halaman: 1621

Lebih terperinci

PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH

PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH SEBARAN SPASIAL TINGKAT KARSTIFIKASI AREA PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST MENGGUNAKAN RUMUSRESESI RESESI HIDROGRAPH MALIK VOJTKOVA (2012) Tjahyo Nugroho Adji, Fakultas Geografi, Universitas

Lebih terperinci

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.blogspot.com Lembaga Pelatihan OSN BENTANG ALAM KARST By : Asri Oktaviani Pengertian tentang topografi kars yaitu : suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa

Lebih terperinci

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI HIDROLOGI KARST DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KARST

KONTRIBUSI HIDROLOGI KARST DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KARST KONTRIBUSI HIDROLOGI KARST DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KARST Oleh : TJAHYO NUGROHO ADJI Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM (email : adji_tjahyo@ugm.ac.id) ABSTRAK Hidrologi karst merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok yang mutlak harus dipenuhi sehari-hari. Tanpa adanya air, manusia tidak dapat bertahan hidup karena air digunakan setiap harinya untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Intisari... Abstact... i ii ii iv x xi xvi xviii xix BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA

Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA Karst Hydrogeochemistry HIDROGEOKIMIA KARST Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP FAC. OF GEOGRAPHY GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA Interaksi udara-batu gamping-air air air hujan dari udara dan jatuh

Lebih terperinci

Citation: Gunung Sewu-Indonesian Cave and Karst Journal, Vol 1. No.1,April 2003 AGRESIVITAS AIRTANAH KARST SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, GUNUNG SEWU

Citation: Gunung Sewu-Indonesian Cave and Karst Journal, Vol 1. No.1,April 2003 AGRESIVITAS AIRTANAH KARST SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, GUNUNG SEWU AGRESIVITAS AIRTANAH KARST SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, GUNUNG SEWU Oleh : Tjahyo Nugroho Adji Laboratorium Geohidrologi-Fakultas Geografi UGM Email: adji@geo.ugm.ac.id Abstract Karst groundwater agressivity,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA 1 PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA Ahmad Cahyadi Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada ahmadcahyadi@geo.ugm.ac.id INTISARI Karst

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*) PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS Oleh: Suryana*) Abstrak Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan secara integratif dari komponen biofisik dan sosial budaya

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho Teknik Geologi FTKE- Universitas Trisakti Program Doktor

Lebih terperinci

IDENTITAS MATA KULIAH. Status mata kuliah

IDENTITAS MATA KULIAH. Status mata kuliah IDENTITAS MATA KULIAH Nama mata kuliah Kode/SKS Prasarat Status mata kuliah : Hidrologi Dasar : GEF.1301 2 SKS : Tidak ada : Wajib DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata kuliah ini berisi deskripsi dasar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan terinfiltrasi masuk ke dalam tanah. Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah sangat ditentukan oleh kecepatan infiltrasi.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR. Chabibul Mifta

KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR. Chabibul Mifta KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR Chabibul Mifta bibul.mifta@gmail.com Tjahyo Nugroho Adji adji@geo.ugm.ac.id ABSTRACT Discharge measurements and analyzing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan karst merupakan bentangalam khas dengan kekayaan sumberdaya alam tinggi (Raguz, 2008). Karst terbentuk akibat proses pelarutan (solusional) pada batuan mudah

Lebih terperinci

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi.

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi. Sekitar 396.000 kilometer kubik air masuk ke udara setiap tahun. Bagian yang terbesar sekitar 333.000 kilometer kubik naik dari samudera. Tetapi sebanyak 62.000 kilometer kubik ditarik dari darat, menguap

Lebih terperinci

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini berkaitan dengan batugamping

Lebih terperinci

Materi kuliah dapat didownload di

Materi kuliah dapat didownload di Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan HIDROGEOLOGI UMUM (GL-3081) MINGGU KE-7 EKSPLORASI DAN PEMETAAN HIDROGEOLOGI Oleh: Prof.Dr.Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA Asisten:

Lebih terperinci

Oleh: Tjahyo Nugroho Adji 2 (Kelompok Studi Karst, Fakultas Geografi UGM)

Oleh: Tjahyo Nugroho Adji 2 (Kelompok Studi Karst, Fakultas Geografi UGM) KONDISI DAERAH TANGKAPAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST GUNUNGSEWU DAN KEMUNGKINAN DAMPAK LINGKUNGANNYA TERHADAP SUMBERDAYA AIR (HIDROLOGIS) KARENA AKTIVITAS MANUSIA 1 Oleh: Tjahyo Nugroho Adji 2 (Kelompok Studi

Lebih terperinci

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM) Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM) AIR DI DAERAH KARST Ilmu yang mempelajari air di bumi adalah HIDROLOGI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 BAB VI Air Tanah Air Tanah merupakan jumlah air yang memiliki kontribusi besar dalam penyelenggaraan kehidupan dan usaha

Lebih terperinci

KARAKTERISASI AKUIFER KARST MATAAIR NGELENG DENGAN PENDEKATAN VARIASI TEMPORAL SIFAT ALIRAN DAN HIDROGEOKIMIA. Roza Oktama

KARAKTERISASI AKUIFER KARST MATAAIR NGELENG DENGAN PENDEKATAN VARIASI TEMPORAL SIFAT ALIRAN DAN HIDROGEOKIMIA. Roza Oktama KARAKTERISASI AKUIFER KARST MATAAIR NGELENG DENGAN PENDEKATAN VARIASI TEMPORAL SIFAT ALIRAN DAN HIDROGEOKIMIA Roza Oktama rozamail08@gmail.com Tjahyo Nugroho Adji adji@geo.ugm.ac.id ABSTRACT Flow properties

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

KONFLIK ANTARA PEMANFAATAN BATUGAMPING DAN KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DAS BRIBIN DI WILAYAH KARST GUNUNG SEWU

KONFLIK ANTARA PEMANFAATAN BATUGAMPING DAN KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DAS BRIBIN DI WILAYAH KARST GUNUNG SEWU KONFLIK ANTARA PEMANFAATAN BATUGAMPING DAN KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DAS BRIBIN DI WILAYAH KARST GUNUNG SEWU (Oleh: Tjahyo N Adji dan Eko Haryono)* ABSTRAK Sebagai salah satu sumber pemasok air utama di

Lebih terperinci

Karakteristik Sistem Hidrogeologi Karst Berdasarkan Analisis Hidrokimia Di Teluk Mayalibit, Raja Ampat

Karakteristik Sistem Hidrogeologi Karst Berdasarkan Analisis Hidrokimia Di Teluk Mayalibit, Raja Ampat Karakteristik Sistem Hidrogeologi Karst Berdasarkan Analisis Hidrokimia Di Teluk Mayalibit, Raja Ampat Raras Endah, Boy Yoseph, Emi Sukiyah, Taat Setiawan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Provinsi

Lebih terperinci

Metode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst

Metode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 6, Nomor 1, Januari 2014 Hal. 01-13 Metode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst Harjito Laboratorium

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. PENGEMBANGAN AIR TANAH Sub Kompetensi Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. 1 PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No 7 tahun 2004 : air tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hidrologi dikategorikan secara khusus mempelajari kejadian air di daratan/bumi, deskripsi pengaruh sifat daratan terhadap air, pengaruh fisik air terhadap daratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENENTUKAN DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SISTEM PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENENTUKAN DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SISTEM PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENENTUKAN DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SISTEM PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Erna Puji Lestari ernaa07@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

PERSPEKTIF HIDROLOGIS DAN STRUKTUR BAWAH TANAH DALAM MITIGASI BENCANA MATA AIR REKAHAN

PERSPEKTIF HIDROLOGIS DAN STRUKTUR BAWAH TANAH DALAM MITIGASI BENCANA MATA AIR REKAHAN PERSPEKTIF HIDROLOGIS DAN STRUKTUR BAWAH TANAH DALAM MITIGASI BENCANA MATA AIR REKAHAN Arhananta, Faishal Arkhanuddin, dan Muhammad Dzulfikar Faruqi UPN VETERAN YOGYAKARTA, Jalan SWK No. 104 (Lingkar Utara)

Lebih terperinci

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer Variasi Temporal Hidrogeokimia Tetesan dari Ornamen Drapery di Dalam Gua Gilap dii Kawasan Karst Gunungsewu, Kabupaten Gunungkidul, DIY Abstract Badi Hariadi dan Tjahyo Nugroho Adji The hydrogeochemical

Lebih terperinci

Keunikan Hidrologi Kawasan Karst: Suatu Tinjauan

Keunikan Hidrologi Kawasan Karst: Suatu Tinjauan Chapter 1 Keunikan Hidrologi Kawasan Karst: Suatu Tinjauan Ahmad Cahyadi Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Email: ahmadcahyadi@geo.ugm.ac.id Intisari Kawasan karst

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN ANALISIS HIDROGRAF ALIRAN UNTUK PENENTUAN DERAJAT KARSTIFIKASI PADA BEBERAPA KONDISI MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST TJAHYO NUGROHO ADJI LABORATORIUM GEOHIDROLOGI

Lebih terperinci

ANALISIS HIDROKIMIA UNTUK INTERPRETASI SISTEM HIDROGEOLOGI DAERAH KARS

ANALISIS HIDROKIMIA UNTUK INTERPRETASI SISTEM HIDROGEOLOGI DAERAH KARS ANALISIS HIDROKIMIA UNTUK INTERPRETASI SISTEM HIDROGEOLOGI DAERAH KARS Taat Setiawan, Deny Juanda P., Budi Brahmantyo, dan D. Erwin Irawan Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, DESDM, Jln. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

HIDROGEOKIMIA KARST. Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP FAC. OF GEOGRAPHY--GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA

HIDROGEOKIMIA KARST. Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP FAC. OF GEOGRAPHY--GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA Serial Powerpoint Presentasi: Karst Hydrogeochemistry HIDROGEOKIMIA KARST Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP FAC. OF GEOGRAPHY--GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA Interaksi udara-batu gamping-airair

Lebih terperinci

VIII MODEL KONSEPTUAL HUBUNGAN ANTARA PROSES LIMPASAN DENGAN KETERSEDIAAN AIR DAN PENCUCIAN UNSUR HARA

VIII MODEL KONSEPTUAL HUBUNGAN ANTARA PROSES LIMPASAN DENGAN KETERSEDIAAN AIR DAN PENCUCIAN UNSUR HARA 93 VIII MODEL KONSEPTUAL HUBUNGAN ANTARA PROSES LIMPASAN DENGAN KETERSEDIAAN AIR DAN PENCUCIAN UNSUR HARA 8.1 Pendahuluan Model konseptual merupakan sintesis dari suatu kumpulan konsep dan pernyataan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggungpunggung gunung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan

Lebih terperinci

V DINAMIKA ALIRAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KERAGAMAN SPASIAL DAN TEMPORAL HIDROKIMIA

V DINAMIKA ALIRAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KERAGAMAN SPASIAL DAN TEMPORAL HIDROKIMIA 55 V DINAMIKA ALIRAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KERAGAMAN SPASIAL DAN TEMPORAL HIDROKIMIA 5.1 Pendahuluan Di beberapa negara, penelitian tentang proses limpasan dalam suatu daerah tangkapan atau DAS berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI. ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI Happy Mulya Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Permen ESDM No.2 tahun 2017, tentang Cekungan Airtanah di Indonesia, daerah aliran airtanah disebut cekungan airtanah (CAT), didefinisikan sebagai suatu wilayah

Lebih terperinci

05/1729/PS PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

05/1729/PS PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA VARIASI SPASIAL-TEMPORAL HIDROGEOKIMIA DAN SIFAT ALIRAN UNTUK KARAKTERISASI SISTEM KARST DINAMIS DI SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DIY Disertasi Program Studi Geografi Oleh: Tjahyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki berbagai macam bentuk, baik berupa bentuk padat/es, cairan dan juga gas/uap air. Air sangat berguna bagi kelangsungan

Lebih terperinci

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii Sari Metode penelitian yang dilakukan adalah survey geologi permukaan, pendataan klimatologi hidrologi dan hidrogeologi daerah telitian dan sekitarnya serta analisis air. Beberapa data diambil dari data

Lebih terperinci

bahwa jumlah air lebih penting dibandingkan dengan kualitas air dari sumber air yang ada. Bentuklahan asal proses solusional (karst) merupakan

bahwa jumlah air lebih penting dibandingkan dengan kualitas air dari sumber air yang ada. Bentuklahan asal proses solusional (karst) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi merupakan cabang ilmu kebumian yang mempelajari seluruh aspek kehidupan baik pada lingkungan biotik, abiotik, maupun hasil proses kehidupan berupa budaya

Lebih terperinci

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. BAB I SIKLUS HIDROLOGI A. Pendahuluan Ceritakan proses terjadinya hujan! Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. Tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI SIKLUS HIDROLOGI Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan zat yang tidak dapat dipisahkan dari makhluk hidup di kehidupan sehari-harinya. Zat tersebut sangatlah dibutuhkan ketersediannya di berbagai waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR..... ii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN.... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian......

Lebih terperinci

SEBARAN SPASIAL TINGKAT KARSTIFIKASI AREA PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST MENGGUNAKAN RUMUS RESESI HIDROGRAPH MALIK VOJTKOVA (2012)

SEBARAN SPASIAL TINGKAT KARSTIFIKASI AREA PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST MENGGUNAKAN RUMUS RESESI HIDROGRAPH MALIK VOJTKOVA (2012) SEBARAN SPASIAL TINGKAT KARSTIFIKASI AREA PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST MENGGUNAKAN RUMUS RESESI HIDROGRAPH MALIK VOJTKOVA (2012) Tjahyo Nugroho Adji, M Asyroful Mujib Karst Research

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi 1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan

Lebih terperinci

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *) POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI Zeffitni *) Abstrak : Potensi airtanah pada setiap satuan hidromorfologi dan hidrogeologi ditentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul Romza Fauzan Agniy, Eko Haryono, Ahmad Cahyadi Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan sumber air yang sangat melimpah. Sumber air

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan sumber air yang sangat melimpah. Sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumber air yang sangat melimpah. Sumber air ini merupakan sumber daya yang sangat penting untuk pemenuhan kehidupan makhluk hidup (Indriatmoko

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi 4 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi Siklus hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang terjadi secara terus menerus, air

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

Konservasi Sumberdaya Air Kawasan Karst Gunungsewu dengan Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Konservasi Sumberdaya Air Kawasan Karst Gunungsewu dengan Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Chapter 10 Konservasi Sumberdaya Air Kawasan Karst Gunungsewu dengan Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Ghufran Zulqhisti 1 dan Ahmad Cahyadi 2 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber air permukaan relatif lebih rentan terhadap pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan manusia dibandingkan air tanah. Penelitian

Lebih terperinci

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN KARST BERBASIS ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN PEMETAAN KAWASAN LINDUNG SUMBERDAYA AIR Studi Kasus di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta Ahmad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hidrologi Hidrologi merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada dibumi. Hidrologi adalah ilmu yang membahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di bumi, air yang berada di wilayah jenuh di bawah air permukaan tanah secara global, kira-kira sejumlah 1,3 1,4 milyard km3 air: 97,5 % adalah airlaut 1,75 % berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR PETA...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1 KESIMPULAN 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian. - Kedalaman airtanah pada daerah penelitian berkisar antara 0-7 m dari permukaan. - Elevasi muka airtanah pada daerah

Lebih terperinci

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN Pengertian o Potamologi Air permukaan o o o Limnologi Air menggenang (danau, waduk) Kriologi Es dan salju Geohidrologi

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi 2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Sulkam berada di kecamatan Kutambaru kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara dengan posisi 419125 me-423125 me dan 366000 mn 368125 mn. Desa Sulkam memiliki

Lebih terperinci

Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah Ngancar untuk Pemanfaatan Sebagai Sumber Air Minum

Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah Ngancar untuk Pemanfaatan Sebagai Sumber Air Minum Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah Ngancar untuk Pemanfaatan Sebagai Sumber Air Minum Nuringtyas Yogi Jurnawan, Setyawan Purnama, dan Ahmad Cahyadi Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI IV.1 Kondisi Hidrogeologi Regional Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang (Distam Jabar dan LPPM-ITB, 2002) dan Peta Hidrogeologi

Lebih terperinci