SKRIPSI SULISTYO A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI SULISTYO A"

Transkripsi

1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI PERIKANAN MINA USAHA (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah) SKRIPSI SULISTYO A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN SULISTYO. Analisis Kinerja Keuangan dan Strategi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah). Sekripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR). Keberadaan koperasi mempunyai manfaat bagi anggota khususnya dan masyarakat luas umumnya. Koperasi dapat memberikan manfaat dalam peningkatan skala usaha dan efisiensi anggota, peningkatan nilai tawar (bargaining position), dan manfaat sosial. Koperasi merupakan bangunan perusahaan yang sesuai dengan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi menurut ICA (International Cooperation Alliance), dimana tujuan utama koperasi adalah anggota. Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang surut mulai dari jaman penjajahan Jepang, era kemerdekaan, orde baru, sampai era pasar bebas sekarang ini. Pada saat terjadi krisis tahun 1997, hampir semua sektor terkena imbasnya bahkan sampai ada yang gulung tikar. Meskipun tidak terkena imbas krisis secara telak, koperasi mampu bertahan bahkan diantaranya, terutama yang bergerak dalam komoditas ekspor justru menuai keuntungan akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis telah memiliki strategi dalam upaya pengembangan usaha, akan tetapi strategi yang diperkirakan tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga masalah belum bisa diatasi. Jumlah hasil pendapatan unit waserda, pendapatan hasil dari jasa unit TPI (Tempat Pelelangan IKan) dan SHU (Sisa Hasil Usaha) menurun. Jumlah anggota dan hasil tangkapan nelayan pada tahun terakhir menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi cuaca akhir-akhir ini yang kurang menentu mengakibatkan nelayan tidak leluasa dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis kinerja keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, (2) mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi perkembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, dan (3) merumuskan alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Perinakan Mina Usaha Desa Jetis secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan daerah pesisir (pesisir Selatan Pulau Jawa) yang juga merupakan sentra produksi perikanan tangkap. Kegiatan usaha perikanan tangkap tersebut bisa dikembangkan melalui koperasi, yaitu salah satunya adalah Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Pembentukan koperasi ini benar-benar dilakukan atas inisiatif dari anggota yang sebagian besar adalah nelayan (bottom up). Aklamasi pembentukan koperasi tersebut juga merupakan modal sosial penting dalam pengembangan suatu usaha. Kelompok nelayan koperasi ini pernah memperoleh penghargaan juara II lomba INKAPI tingkat nasional. Pada saat ini Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis memiliki banyak kendala dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini

3 adalah: analisis kinerja keuangan yang terdiri dari analisis rasio (liquiditas, solvabilitas dan rentabilitas) dan analisis trend untuk mengetahui keadaan keuangan koperasi selama ini, analisis untuk merumuskan strategi digunakan analisis matriks SWOT (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats) dengan terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal. Hasil penelitian terhadap kinerja keuangan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis rasio, untuk rasio likuiditas (rasio lancar) rata-rata adalah 3,2. Artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,2 aktiva lancar yang dimilikinya. Sementara standardnya adalah 2 (200 persen). Dengan demikian, kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam menjamin hutangnya dengan aktiva lancar yang kuat. Rata-rata rasio solvabilitas untuk total hutang dengan total harta adalah 0,66. Artinya Rp 0,66 seluruh kewajiban dapat dijamin dengan Rp 1,00 dari seluruh harta yang dimiliki. Artinya kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam membiayai seluruh kewajibannya sudah cukup bagus (standar yaitu 0,5). Rasio solvabilitas total hutang dengan modal sendiri rata-rata adalah 3,41. Artinya setiap Rp 1,00 modal sendiri digunakan untuk menjamin Rp 3,41 total hutang koperasi. Standard maksimumnya adalah 1,00. Faktor-faktor yang menyebabkan adalah masih banyaknya jumlah piutang yang belum dibayar oleh peminjam. Nilai rasio rentabilitas untuk Return on Investmet (ROI) rata-rata sebesar 6,01 persen, dimana Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis akan memperoleh laba bersih setelah memperoleh SHU sebesar Rp 601 dari Rp total aktivanya. Rata-rata rentabilitas modal sendiri sebesar 16,04 persen menandakan koperasi mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 16,04 dari modal sendiri sebesar Rp 100,00. Kondisi ini cukup, apabila standard yang dipakai >15 persen. Namun perkembangan nilai rentabilitas modal sendiri menunjukkan trend yang menurun. SHU yang menurun dikarenakan kurang produktifnya usaha dan manajemen koperasi dalam mengelola unit usaha. Sementara hasil analisis trend pada neraca menunjukkan hampir setiap pos mengalami kenaikan kecuali pada pos kekayaan bersih. Trend pada rugi laba beberapa pendapatan mengalami penurunan meskipun pendapatan secara keseluruhan mengalami kenaikan terutama dari pendapatan jasa simpan pinjam (simpi). Dimana dari pendapatan simpi ini juga memberikan konstribusi terhadap meningkatnya pos biaya yang naik setiap periode secara signifikan. Kondisi tersebut berakibat pada penurunan SHU yang diperoleh. Hasil strategi melalui analisis SWOT dengan mempertimbangkan kondisi keuangan sebagai salah satu faktor internal koperasi beserta variabel internal dan eksternal lainnya, rumusan strategi alternatif yang diperoleh adalah 1) Meningkatkan integritas/loyalitas dan jumlah anggota; 2) Peningkatkan produktivitas pengurus dan karyawan; 3) Kerjasama dengan pemerintah dan pihak lain dalam pengembangan daerah wisata; 4) Peningkatan kemampuan anggota dalam kegiatan penangkapan ikan; 5) Memperkuat modal dan peran bakul lokal untuk meningkatkan daya beli di TPI; 6) Meningkatkan hubungan dan pelayanan yang baik dengan nelayan sebagai pemasok sekaligus anggota dan dengan bakul sebagai pelanggan; 7) Perbaikan program evaluasi; dan 8) Mengupayakan penerapan tekhnologi pasca panen.

4 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI PERIKANAN MINA USAHA (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah) SULISTYO A Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan dan Strategi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah) Nama : Sulistyo NRP : A Disetujui, Pembimbing Rahmat Yanuar, SP., MSi NIP Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus:

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Keuangan dan Strategi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah) belum pernah diajukan sebagai karya tulis ilmiah pada suatu perguruan tinggi atau lembaga manapun untuk memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Bogor, Januari 2010 Sulistyo A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Temanggung pada tanggal 23 Maret 1976 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mujiono dan Ibunda Marliyah. Penulis menamatkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Bulu tahun 1989 dan pendidikan menengah pertama tahun 1992 di SLTPN I Bulu, Temanggung. Pendidikan lanjutan menengah atas di Sekolah Teknologi Menengah (STM) Pembangunan dengan program khusus selama empat tahun, mengambil jurusan Agronomi diselesaikan tahun Pada tahun 1995 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Diploma III Teknologi Usaha Ternak Daging (TUTD) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun Selama mengikuti pendidikan penulis tercatat sebagai ketua dua panitia penerimaan mahasiswa baru Fakultas Peternakan tahun ajaran 1996/1997. Pada tahun 1997 penulis juga tercatat sebagai wakil ketua umum HIPROMATER (Himpunan Profesi Mahasiswa Pecinta Ilmu Peternakan) Fakultas Peternakan. Penulis pernah mengikuti pendidikan tingkat sarjana di Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Kependidikan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Veteran Semarang selama hampir dua tahun ( ), namun tidak selesai karena harus bekerja di Bogor. Pada tahun 2005, penulis kemudian melanjutkan studi ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saat ini penulis bekerja di perusahaan konsultan yang bergerak dalam kajian lingkungan, yaitu PT EOS Consultants (INRR) di divisi sosial, ekonomi, dan budaya sejak akhir tahun 2001 sampai Sekarang.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugerah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanain pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Topik skripsi ini adalah Analisis Kinerja Keuangan dan Strategi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan koperasi, identifikasi dan evaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi perkembangan koperasi, dan merumuskan alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Namun demikian, sangat disadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun ke arah penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2010 Sulistyo

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridho-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapat sumbangan pikiran, bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ramat Yanuar, SP., MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, masukan dan arahan dengan sabar dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Ir. Lukman Muhammad Baga, MA. Ec, selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan masukan dan kritikan yang berharga demi perbaikan skripsi ini. 3. Arief Karyadi Uswandi, SP, sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dan evaluasi dalam redaktur penulisan skripsi. 4. Ir. Netti Tinaprilla, MM, selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan yang berharga dalam penelitian ini. 5. Kedua orang tua tercinta yang menjadi sumber inspirasi dan teladan hidup, do a dan pengorbananmu selalu terpatri dalam hati penulis. 6. Ananda tercinta Muhammad Hafizh Sulistyo dan istri tercinta Lia Mulyawati Sulistyo yang telah memberikan dukungan dan sebagai sumber motivasi dalam proses menuju penyelesaian sekripsi ini. 7. Para pengurus, pengawas, karyawan, dan anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam pengumpulan dan pengolahan data. 8. Suharno, anggota komisi I DPRD Kabupaten Cilacap tahun yang selalu memberikan tempat jika penulis berkunjung ke Desa Jetis dan juga kepada Saimun dan Saefulloh, semoga jiwa intepreneur kalian bagaikan tinta yang mewarnai lautan dalam membangun ekonomi keluarga dan warga setempat. 9. Keluarga besar PT Eos Consultants (INRR) atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya.

10 10. Sahabat-sahabat ekstensi; M. Zaenal Muttaqin, Okta, Anggra, Kudori, Zulfa, Agripa, Apip Wijaya, Wahyu dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 11. Seluruh staf program sarjana ekstensi manajemen agribisnis, terima kasih atas bantuannya. Akhir kata penulis ucapkan semoga amal baik Bapak/Ibu dan rekan-rekan sekalian mendapat balasan pahala yang mulia dari Allah SWT. Amin. Bogor, Januari 2010 Sulistyo

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Perkoperasian Konsep Koperasi Perikanan Konsep Pengembangan Koperasi Perikanan Konsep Manajemen Strategi Tinjauan Hasil-hasil Peneletian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kinerja Keuangan Visi dan Misi Organisasi Identifikasi Faktor-faktor Eksternal Organisasi Identifikasi Faktor-faktor Internal Organisasi Formulasi Strategi Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODOLOGI PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Finansial (Kinerja Keuangan) Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal Formulasi Strategi xii xiii xiv

12 V. GAMBARAN UMUM KOPERASI MINA USAHA Kondisi Umum Desa Jetis Kondisi Lingkungan Fisik Profil Komunitas Latar Belakang Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Pembentukan Kelompok Nelayan Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Rapat Anggota Pengurus Koperasi Badan Pengawas Manajer dan Karyawan Kegiatan Usaha Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Unit Usaha Simpan Pinjam (Simpi) Unit Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Unit Waserda Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Finansial (Kinerja Keuangan) Rasio Likuiditas Rasio Solvabilitas Rasio Rentabilitas Analisis Trend Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Analisis Lingkungan Eksternal Analisis Lingkungan Internal Identifikasi Faktor- Faktor Strategis Internal dan Eksternal Formulasi Strategi VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Keragaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Tiga Tahun Terakhir Periode Pembukuan Matriks SWOT Perkembangan Alokasi Pinjaman pada Koperasi Mina Usaha Desa Jetis Perkembangan Produksi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir ( ) Pendapatan Unit Waserda Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir ( ) Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Jenis dan Jumlah Kebutuhan Nelayan Rata-rata Setiap Tahun Rasio Lancar Koperasi Perikanan Mina Usaha Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Rasio Hutang dengan Harta/Aktiva Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Rasio Hutang dengan Modal Sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Return on Investment (ROI) Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Trend Neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Trend Rugi Laba Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Rincian Retribusi Lelang TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Formulasi Strategi Berdasarkan Matriks SWOT... 94

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional Peta Lokasi Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap Perahu Nelayan Desa Jetis dan Mesin Perahu Kegiatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Unit TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Koperasi Perimanan Mina Usaha Desa Jetis (Menjelang Kegiatan Lelang) Unit Waserda Koperasi Perimanan Mina Usaha Desa Jetis Perayaan Tradisi Sedekah Laut di Masyarakat Nelayan Desa Jetis Kegiatan di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Mekanisme Pelelangan di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis... 81

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Hasil Analisis Trend Neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Laporan Rugi Laba Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Quesioner Informan Strategi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis

16 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nelayan seringkali dipandang sebagai salah satu kelompok masyarakat yang identik dengan kemiskinan. Sebagian besar nelayan yang tergolong miskin merupakan nelayan yang memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan baik dari penguasaan teknologi, metode penangkapan, maupun permodalan (masih tradisional). Beberapa pelaku usaha perikanan tangkap sejauh ini memang masih didominasi oleh usaha skala kecil atau bisa dikatakan sebagai nelayan tradisional; 85 persen nelayan tradisional, 13 persen nelayan semi tradisional, dan 2 persen nelayan semi modern-modern (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004). Profil nelayan tradisional umumnya cukup terampil menggunakan peralatan yang dimiliki dengan sarana penangkapan ikan dan kemampuan yang sangat terbatas, namun seringkali sulit untuk ditingkatkan ke arah yang lebih modern. Nilai tawar/posisi ekonomi nelayan sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh modal yang terbatas, rendahnya produktivitas hasil tangkap yang tidak menentu akibat pengaruh musim yang disebabkan oleh pemanasan global akhirakhir ini, juga dengan jaminan pemasaran ikan yang tidak menentu karena masih terdapatnya berbagai kendala dalam penentuan harga jual. Hal lain adalah kondisi psikologis dan sosiologis masyarakat nelayan, umumnya berada dalam lingkungan hidup sosial yang cenderung tidak memikirkan hari depannya dan kurang kesadaran menyimpan sebagian pendapatan yang diperoleh terutama pada saat musim ikan. Nelayan masih cenderung konsumtif dengan membelanjakan hasil usaha penangkapan saat musim ikan dengan barang konsumsi bukan untuk peningkatan produktivitas usahanya dengan cara menabung atau membeli peralatan yang lebih modern. Untuk membangun kemampuan nelayan dalam hal penyediaan sarana dan permodalan serta meningkatkan nilai tawar/posisi ekonomi, maka keberadaan lembaga atau wadah ekonomi sangat diperlukan. Wadah bersama merupakan alternatif yang diharapkan dapat memberikan solusi bagi nelayan untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Salah satu wadah yang sesuai adalah koperasi.

17 Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (UU 25 tahun 1992). Menurut Pariaman, dkk (2008), peran koperasi dalam masyarakat adalah 1) Meningkatkan sekala usaha dan efisiensi. Dalam bidang kegiatan usaha rakyat, pada umumnya sering dijuluki usaha skala yang tidak besar bahkan kadang-kadang bersifat subsisten sehingga efisiensi usaha rendah. Oleh karena itu, dengan bergabung dalam koperasi skala kegiatan dapat diperbesar, seperti pengadaan sarana produksi, pengolahan hasil dan pemasaran. 2) Meningkatkan bargaining position (posisi tawar). Pada umumnya secara individu usaha masyarakat dihadapkan pada keterbatasan akses pasar, akses permodalan, akses teknologi dan akses pendidikan. Ditemukan pula bahwa asimetri informasi, kelompok yang lemah itu akan tereksploitasi. Dengan bergabung dalam koperasi, kekuatan berkelompok menjadi tumbuh dan dapat memperkuat posisi tawar yang kuat terhadap pasar. 3) Manfaat sosial. Saling memberikan dukungan terhadap sesama, mendorong kebersamaan di antara para anggota dan mampu meningkatkan sikap demokrasi serta loyalitas pada organisasi. Salah satu bentuk koperasi yang sudah ada adalah Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap. Koperasi Mina Usaha ini merupakan bentuk koperasi yang bergerak dalam sub sektor perikanan. Koperasi ini diharapkan dapat membantu anggotanya untuk meningkatkan pendapatan, melalui peningkatan produksi dan produktivitas, kesempatan kerja dan berusaha, serta perbaikan pemasaran. Keberadaan koperasi dengan tujuannya, secara umum di Indonesia masih jauh dari harapan. Secara empiris ada dua hal yang dapat menerangkan terjadinya kesenjangan antara harapan dan kenyataan tentang kurang berkembangnya perkoperasian di Indonesia, termasuk koperasi perikanan. Kusumastanto dalam 2

18 Akhmad Solihin (2003) menerangkan secara jelas kedua hal tersebut. Pertama aspek struktural. Kebijakan ekonomi di Indonesia selama orde baru bias kepada kepentingan pengusaha besar (konglomerat). Golongan ini yang diharapkan dapat berperan sebagai aktor-aktor kebijakan yang terlalu berpihak pada kaum konglomerat, maka pertumbuhan ekonomi berjalan tidak seimbang. Dimana kaum minoritas bangsa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, sementara disisi lain, kaum mayoritas rakyat Indonesia yang selalu termarginalkan hanya berjalan di tempat. Kedua aspek organisasional. Kentalnya muatan-muatan politik ditubuh keorganisasian koperasi Indonesia, maka pendekatannya pun bersifat topdown. Oleh karenanya, proses homogenisasi bentuk institusi koperasi di Indonesia tidak terelakkan lagi. Padahal masyarakat Indonesia berbeda-beda karakternya, baik secara sosial, ekonomi, politik, budaya bahkan kondisi geografis dan sumber daya alam yang dimilikinya. Akibatnya, organisasi koperasi seringkali kurang memenuhi tuntutan bisnis, mismanagement dan menyimpang dari misi awalnya. Kedua permasalahan di atas juga telah menyebabkan perkembangan koperasi perikanan menjadi terjebak dan sulit keluar dari perangkap tersebut. Selain itu, secara struktural permasalahan koperasi perikanan tidak hanya berkenaan dengan permasalahan koperasi secara umum, namun juga terkait dengan permasalahan klasik sektor kelautan dan perikanan, yaitu terciptanya marginalisasi pada sektor ini. Jadi secara umum, jikalau ingin menciptakan perkembangan koperasi di Indonesia yang kompetitif dan menjalankan doktrinnya, termasuk mewujudkan koperasi perikanan yang mampu menghantarkan masyarakat nelayan menjadi masyarakat yang makmur, mandiri dan sejahtera maka koperasi harus melakukan introspeksi diri untuk melakukan pembenahan agar keluar dari permasalahan. Permasalahan dan kesulitan yang dihadapi koperasi diantaranya adalah dalam aspek usaha, permodalan, organisasi lingkungan dan manajemen. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis merupakan salah satu koperasi mina yang masih menghadapi permasalahan dalam hal usaha, organisasi dan manajemen. Penilaian terhadap strategi pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis melalui analisis manajemen strategi perlu dilakukan sehingga 3

19 dapat diketahui keadaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dan perkembangannya yang dilakukan dalam menjalankan perekonomian di wilayah kerjanya dalam membangun tatanan perekonomian baik lokal, regional, dan nasional serta agar peran dan manfaat koperasi bagi anggota bisa tercapai Perumusan Masalah Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tujuan tersebut juga merupakan tujuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Selain itu, Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis sebagai suatu organisasi ekonomi harus mampu menjalankan prinsip ekonomi yang sehat dan menciptakan keuntungan serta memiliki peran yang penting bagi kehidupan anggota, masyarakat sekitarnya dan pengembangan dirinya. Pengembangan koperasi perlu didukung dengan mengetahui keadaan lingkungan eksternal dan internal koperasi sehingga dapat diketahui apa yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan koperasi tersebut. Melalui analisis faktor internal dan eksternal diharapkan koperasi mampu menghadapi persaingan dalam era globalisasi. Selain itu koperasi diharapkan mampu tumbuh sebagai organisasi yang dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Dalam kondisi saat ini Koperasi Perikanan Mina Usaha memerlukan strategi pengembangan, baik dari segi organisasi maupun usaha. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis belum mampu merumuskan alternatif-alternatif strategi apa yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan koperasi. Hal tersebut dilihat dari penurunan pendapatan dari unit usaha, penurunan jumlah anggota yang berimplikasi pada penurunan iuran anggota baik wajib, pokok, maupun sukarela sebagai pemupukan modal usaha dan nilai Sisa Hasil Usaha (SHU) yang cenderung menurun. Selain itu, perubahan iklim akibat pemanasan global berpengaruh terhadap perubahan cuaca yang kurang menentu sangat memengaruhi kegiatan anggota koperasi yang berprofesi sebagai nelayan 4

20 sehingga produksi mengalami penurunan. Sesuai tujuan yang ditetapkan, Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis setiap tahunnya terus berusaha untuk mengembangkan usahanya. Perkembangan usaha sangat ditentukan oleh perkembangan modal dan akumulasi modal. Kondisi keragaan koperasi pada tiga tahun terakhir disampaikan pada tabel 1. Tabel 1. Keragaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Tiga Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun No. Uraian Perkembangan I II III 1. Pendapatan unit waserda (Rp) Pendapatan unit TPI (Rp) Pendapatan unit simpan pinjam (Rp) Modal (Rp) Jumlah anggota (org) Nilai raman produksi (Rp) Pengeluaran (beban/biaya) SHU (Rp) Sumber: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, 2009 (diolah) Berdasarkan kondisi pada tabel 1, dapat dilihat bahwa SHU dan pendapatan dari unit warung serba ada (waserda) mengalami penurunan, sedangkan pendapatan unit TPI, jumlah anggota dan produksi mengalami fluktuatif. Namun pada tahun terakhir periode pembukuan, pendapatan TPI dan jumlah anggota menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, begitu juga halnya dengan nilai produksi dari hasil tangkapan ikan oleh nelayan anggota. Angka produksi dipengaruhi oleh aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan di laut yang sangat tergantung dengan kondisi cuaca. Pendapatan unit simpi dan modal mengalami peningkatan. Peningkatan modal disebabkan karena adanya peningkatan modal luar/pinjaman. Modal yang bersumber dari pinjaman memerlukan perhatian karena adanya beban biaya operasi yang salah satunya adalah dari bunga pinjaman. Selain itu, biaya operasi organisasi secara 5

21 keseluruhan juga perlu dikendalikan sehingga bisa lebih efektif dan efisien. Hal ini terlihat bahwa pengeluaran sebagai pos beban/biaya organisasi mengalami peningkatan setiap periode pembukuan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap keragaan koperasi terutama yang berkaitan dengan kondisi keuangan koperasi. Kondisi koperasi yang kuat akan memberikan pengaruh yang positif bagi anggotanya dan mampu mendukung kegiatan usaha yang berujung pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggota sebagai tujuan utama keberadaan koperasi. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis perlu melakukan penyusunan strategi manajemen yang terarah sehingga dapat diterapkan sesuai dengan perubahan yang selalu ditemui dalam pengembangan usahanya. Strategi manajemen yang baik adalah mampu mempertimbangkan dan memanfaatkan kondisi internal koperasi untuk memperoleh peluang yang ada serta mampu mengantisipasi ancaman dari kondisi eksternal koperasi. Agar diperoleh strategi yang tepat bagi koperasi, maka perlu diketahui faktor-faktor kesuksesan koperasi baik faktor lingkungan internal maupun eksternal koperasi. Berdasarkan uraian di atas, masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kinerja keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis? 2. Faktor lingkungan ekternal dan internal apa saja dalam pengembangan usaha di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis? 3. Strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pengembangan unit-unit usaha di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui strategi manajemen dan pengembangan bagi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis kinerja keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. 2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi perkembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. 6

22 3. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Pemangku jabatan/kepentingan (stake holder) Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis sebagai bahan masukan dalam strategi pengembangan unitunit usaha yang ada. 2. Peneliti untuk melatih kemampuan dalam menganalisa masalah dan memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. 3. Semua pihak khususnya kalangan akademisi sebagai referensi dalam kajian strategi pengembangan khususnya pengembangan koperasi Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan pada tahap pertama proses manajemen strategi yaitu tentang analisis strategi pengembangan koperasi dengan tujuan untuk pengembangan koperasi. Analisis strategi pengembangan koperasi dilakukan dengan cara mengetahui peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, dan merumuskan strategi alternatif untuk dilaksanakan dan dapat diterapkan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Manajemen strategis menurut David (2006) ada tiga tahapan, yaitu tahap input (pemasukan), tahap matching (penyesuaian), dan tahap decision (pengambil keputusan). Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, hampir sebagian besar manajemen strategis pada tahap input dengan metode yang dimulai dari identifikasi faktor-faktor eksternal-internal, analisis matriks IFE-EFE dan sampai pada matriks I-E, menempatkan kondisi perusahaan atau organisasi usaha termasuk koperasi berada pada kuadran V (strategi pertahankan dan pelihara atau hold and maintain). Sementara pada tahap pengambil keputusan (decision), merupakan tahap pemilihan alternatif strategi/prioritas. Namun demikian, bahwa pada tahap ini menurut Umar (2008) dan para ahli manajemen strategi lainnya, bahwa sangat dipengaruhi oleh faktor subyektifitas dan professional judgement. Analisis dua orang dalam organisasi yang sama bisa menghasilkan strategi yang 7

23 berbeda. Selain itu, alternatif strategi yang sudah terpilih, pada saat implementasi belum tentu strategi dengan pilihan peringkat pertama sebagai prioritas adalah yang berhasil. Ada kemungkinan atau justru yang bukan menjadi prioritas merupakan strategi yang paling memberikan konstribusi terhadap perkembangan usaha. Dengan demikian, pada penelitian ini mencoba untuk memosisikan bahwa hasil rumusan alternatif strategi dianggap semua penting sehingga tidak dilakukan pemilihan alternatif strategi prioritas (semua dianggap sama). Diharapkan pada saat implementasinya bisa memberikan jawaban strategi mana yang berhasil dari hasil rumusan strategi yang dilakukan. Penelitian ini juga melakukan analisis kinerja keuangan koperasi dengan metode analisis yang dipakai adalah analisis rasio dan analisis trend. Analisis rasio meliputi analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Analisis trend dilakukan terhadap laporan neraca dan laporan rugi laba untuk beberapa periode pembukuan. Analisis rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi membayar hutang-hutang jangka pendeknya tepat pada waktunya. Analisis solvabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan harta yang dimiliki dan mengukur seberapa besar koperasi dibiayai oleh pihak luar. Rasio rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan dari kegiatan usaha melalui modal yang dimiliki. Analasis trend digunakan untuk melihat pergerakan pos-pos laporan keuangan koperasi selama periode akuntansi. Hasil analisis kinerja keuangan ini dijadikan salah satu identifikasi faktor internal koperasi yaitu dari variabel keuangan. 8

24 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perkoperasian Koperasi singkatan dari kata ko/co dan operasi/operation. Kata koperasi berasal dari Bahasa Latin yaitu cooperere, sedangkan dalam Bahasa Inggris adalah cooperative yang berarti bekerjasama dan operation berarti bekerja atau to operate yang berarti berusaha. Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Menurut UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dengan demikian, koperasi merupakan kumpulan orang-orang bukan kumpulan modal. Namun demikian, banyak pihak mengatakan bahwa koperasi menurut undang-undang tersebut telah salah konsep dan kehilangan jati dirinya. Para founding father Bangsa Indonesia bercita-cita untuk menjadikan koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia. Kondisi yang terjadi, bahwa koperasi terbentuk berdasarkan kesamaan yang mengakibatkan terjadinya perpecahan. Untuk itu, saat ini telah dan sedang berlangsung proses amandemen dari Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tersebut. Proses amandemen undang-undang tersebut untuk mengembalikan konsep koperasi ke jati dirinya sebagai soko guru perekonomian. Konsep koperasi yang saat ini banyak dianut oleh beberapa negara adalah koperasi menurut Aliansi Koperasi Sedunia (International Cooperation Alliance/ ICA). Pengertian koperasi menurut ICA adalah perkumpulan otonom dari orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi aspirasi ekonomi, sosial, budaya melalui perusahaan yang mereka kendalikan secara demokratis. ICA bertindak sebagai lembaga yang menyatukan gerakangerakan koperasi di tiap-tiap negera di dunia agar terjadi keseragaman tertutama dalam hal cara memandang jati diri koperasi yang sejati agar dapat berjalan selaras dan sepadan antar negara. Koperasi bekerja berdasarkan beberapa prinsip. Prinsip ini merupakan pedoman bagi koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi. Prinsip-prinsip koperasi menurut ICA adalah:

25 1) Keanggotaan sukarela dan terbuka (voluntery and open membership). Koperasi adalah organisasi yang keanggotaannya bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya, dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan gender, latar belakang sosial, ras, politik, atau agama. 2) Pengawasan oleh anggota secara demokratis (democratic member control). Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusaan laki-laki dan perempuan yang dipilih sebagai pengurus atau pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Dalam Koperasi primer, anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara) dikelola secara demokratis. 3) Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi (member economic participation). Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan melakukan pengawasan secara demoktaris. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Bila ada balas jasa terhadap modal, diberikan secara terbatas. Anggota mengalokasikan SHU untuk beberapa atau semua dari tujuan seperti di bawah ini: a) Mengembangkan Koperasi. Caranya dengan membentuk dana cadangan yang sebagian dari dana itu tidak dapat dibagikan. b) Dibagikan kepada anggota. Caranya seimbang berdasarkan transaksi mereka dengan koperasi. c) Mendukung keanggotaan lainnya yang disepakati dalam Rapat Anggota. 4) Otonomi dan kemandirian (autonomy and independence). Koperasi adalah organisasi otonom dan mandiri yang diawasi oleh anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain, termasuk pemerintah, atau memperoleh modal dari luar, maka hal itu haarus berdasarkan persyaratan yang tetap menjamin adanya upaya: a) Pengawasan yang demokratis dari anggotanya. b) Mempertahankan otonomi koperasi. 10

26 5) Pendidikan, pelatihan dan informasi (education, training and information). Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengurus, pengawas, manager, dan karyawan. Tujuannya, agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif bagi perkembangan koperasi. Koperasi memberikan informasi kepada maasyarakat umum, khususnya orang-orang muda dan tokoh-tokoh masyaralat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi. 6) Kerjasamaa antar koperasi (co-operation among co-operatives). Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, regional dan internasional, maka: a) Gerakan Koperasi dapat melayani anggotanya dengan efektif. b) Dapat memperkuat gerakan koperasi. 7) Kepedulian terhadap masyarakat (concern for community). Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan melalui kebijakan yang diputuskan oleh Rapat Anggota. Sementara itu Prinsip Koperasi menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian adalah: 1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5) Kemandirian. 6) Pendidikan perkoperasian. 7) Kerja sama antar koperasi. Asosiasi berbeda dengan kelompok. Asosiasi terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama yang menonjol adalah kepentingan ekonominya. Kelompok terdiri dari orang-orang yang belum tentu memiliki kepentingan yang sama yang menonjol adalah unsur sosialnya. ICA adalah gabungan gerakan koperasi internasional yang beranggotakan 700 juta orang lebih, berasal dari 70 negara, berpusat di Genewa, Swiss. Untuk wilayah Asia-Pasifik berkantor di New Dehli, India. Prinsip yang dianut oleh gerakan Koperasi internasional saat ini adalah yang dicetuskan pada kongres ICA 11

27 (International Cooperative Alliance) di Manchester, Inggris pada tanggal 23 September Konsep Koperasi Perikanan Koperasi perikanan didirikan untuk menyatukan dan menggabungkan usaha-usaha nelayan yang umumnya masih miskin dan belum begitu maju tingkat pengetahuannya. Dengan bersatu dan bekerja sama dalam sebuah koperasi perikanan, para nelayan dapat mengumpulkan modal dan berusaha untuk memperbaiki usahanya dengan tidak menggantungkan nasibnya pada tengkulak atau kaum pemodal (sagimun dalam Trisya dalam Muyasaroh, 2004). Koperasi perikanan atau koperasi mina berfungsi sebagai pusat pelayanan berbagai kegiatan perekonomian nelayan di desa-desa pantai. Usaha yang dilakukan didasarkan kepada sarana-sarana, jasa-jasa dan kemudahan yang diperlukan untuk usaha perikanan para nelayan anggotanya (Departemen Koperasi dalam Muyasaroh, 2004). Tujuan koperasi mina sebagaimana tujuan koperasi pada umumnya, yaitu: 1) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya. 2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. 3) Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional Konsep Pengembangan Koperasi Perikanan Perkembangan koperasi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan baik eksternal maupun internal organisasi. Faktor lingkungan eksternal koperasi adalah faktor-faktor luar organisasi koperasi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perkembangan kemajuan koperasi. Faktor lingkungan internal koperasi adalah sarana dan sumber daya yang ada dalam koperasi yang secara langsung memengaruhi perkembangan dan kemajuan koperasi. Menurut Pariaman dkk (2008), bahwa stereotip terhadap keberadaan lembaga koperasi masih berkumandang di berbagai kalangan, dimana koperasi dinilai sebagai lembaga ekonomi yang hampir gagal, tidak efisien, dan tidak bersaing. Selain itu, juga dipandang sebagai sarang kolusi, korupsi, dan 12

28 nepotisme (KKN). Hal ini bisa dimaklumi karena sejarah perkoperasian di Indonesia sarat dengan perjalanan traumatik dari sebuah impian tentang kesejahteraan ekonomi rakyat. Koperasi di masa jaman pendudukan Jepang berperan sebagai alat kekuasaan yang menekan rakyat. Koperasi dimanfaatkan oleh Jepang untuk membantu pendistribusian logistik, tetapi juga untuk memungut pajak dengan cara paksa yang kadang perlakuannya tidak manusiawi sehingga menimbulkan antipati masyarakat terhadap koperasi. Suasana traumatik terhadap koperasi masih melekat hingga zaman kemerdekaan sehingga saat itu kampanye terhadap pembangunan ekonomi rakyat melalui koperasi terasa sangat berat. Namun pada era kemerdekaan, semangat pemerintah membangun ekonomi rakyat melalui koperasi tidak pernah pudar. Berlanjut pada era orde baru, pembangunan koperasi sangat signifikan. Diwarnai oleh gerakan para petani di pedaesaan yang tergabung dalam koperasi unit desa (KUD). Koperasi tampil sebagai lokomotif perekonomian desa, antara lain sebagai penyaluran sarana produksi, pengolah hasil pertanian hingga pemasaran ke Badan Urusan Logistik (Bulog). Selain itu, koperasi juga telah mulai aktif dalam bidang usaha peternakan, perikanan, simpan pinjam, dan jasa ditribusi/konsumen. Ketika krisis moneter yang berlanjut pada krisis ekonomi pada pertengahan 1997, hampir semua pelaku ekonomi terkena imbasnya. Pukulan telak dialami oleh kalangan pengusaha besar (konglomerat) yang tidak sedikitnya diantaranya gulung tikar. Kendati tidak telak, lembaga koperasi pun mengalami nasib yang sama. Hanya saja koperasi mampu bertahan bahkan diantaranya, terutama yang bergerak dalam komoditas ekspor justru menuai keuntungan akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat. Sejalan dengan itu, Indonesia yang sudah menganut sistem ekonomi terbuka, juga menjadi tantangan sekaligus peluang bagi koperasi. Semangat otonomi daerah diharapkan membawa angin segar demi terciptanya iklim yang kondusif dalam pemerintahan Indonesia, termasuk pelaksanaan pengembangan koperasi perikanan di daerah-daerah. Hal ini dikarenakan, era otonomi daerah diharapkan menjadi penyelamat sektor-sektor yang berbasiskan sumber daya alam, seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan 13

29 lain sebagainya, sehingga hambatan struktural bagi perkembangan koperasi perikanan menjadi berkurang. Namun demikian, di era otonomi daerah pun, hambatan-hambatan yang bersifat struktural kemungkinan dapat muncul kembali menjadi batu sandungan bagi perkembangan koperasi perikanan. Hal ini dapat terjadi pada daerah yang tidak mempunyai visi yang jelas tentang pembangunan ekonomi masyarakat lokal, karena pemerintah daerah terlalu memfokuskan diri pada usaha industri skala besar. Sementara itu, maraknya era pasar bebas menuntut profesionalitas koperasi-koperasi yang ada di Indonesia, termasuk koperasi perikanan. Mengingat visi bisnis perkoperasian masih sangat lemah, hal ini tercermin dengan tidak ditemukannya diversifikasi usaha perikanan pada beberapa koperasi perikanan yang ada di wilayah pesisir, seperti peningkatan mutu produk, pengolahan hasil tangkapan ikan, serta pemasaran. Umumnya koperasi-koperasi tersebut hanya berkutat dalam kegiatan sistem produksi yang terejawantahkan melalui penyediaan sarana produksi perikanan Konsep Manajemen Strategi Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa strategi perusahaan berkaitan dengan keputusan untuk menentukan bisnis perusahaan seharusnya masuk dan ke luar serta bagaimana perusahaan seharusnya mengalokasikan sumber daya di antara bisnis-bisnis berbeda yang dimasukinya di masa mendatang. Strategi juga dapat diartikan bahwa perusahaan dan koperasi dapat mengenali secara keseluruhan faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal. Sementara itu, David (2004) menyatakan bahwa manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dari perumusan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya. Fokus manajemen strategi pada dasarnya adalah manajemen terpadu (integrated management) yang memadukan kegiatan manajemen, pemasaran, finansial, produksi dan operasi serta penelitian dan pengembangan. Manajemen strategi adalah sejumlah keputusan 1 Dikutip dari Pebruari

30 dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. David (2004), menyusun tahapan kegiatan perencanaan kegiatan strategis ke dalam model. Model ini dikenal dengan Manajemen Strategis. Model tersebut memberikan pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi. Dengan sifatnya yang dinamis dan mudah berubah, setiap perubahan dalam salah satu komponen utama dalam model manajemen strategis akan memaksa perubahan dalam satu atau bahkan keseluruhan komponen model. Dalam model tersebut, proses manajemen strategi terbagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahapan perumusan strategi, termasuk mengembangkan pernyataan misi, audit eksternal dan internal menetapkan sasaran jangka panjang. Tahap kedua adalah tahapan implementasi strategi yaitu menuntut koperasi untuk menetapkan kebijakan dan sasaran tahunan dan alokasi sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Tahapan ketiga adalah tahapan evaluasi strategi, yaitu tahap akhir dalam proses manajemen strategi. Para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi terutama berarti usaha untuk mengetahui informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah Tinjauan Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Fadhli (2009), melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia Institut Pertanian Bogor Teko Sumodiwirjo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan bisnis koperasi, menganalisis kesenjangan (gap) kinerja aktual pengurus koperasi serta harapan dari pengurus dan anggota, menganalisis faktor internal dan eksternal, dan membuat rancangan strategi pengembangan dengan pendekatan arsitektur strategi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis lingkungan bisnis koperasi, analisis kesenjangan (gap), analisis SWOT dan arsitektur strategi. Ramadhan (2009), melakukan penelitian menganai analisis strategi pengembangan KUD (Koperasi Unit Desa) Giri Tani (Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan 15

31 keragaan koperasi, menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal koperasi, dan merekomendasikan strategi yang dilakukan oleh KUD untuk menyelesaikan permasalahan internal dan eksternal organisasi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif mengenai kondisi KUD, analisis matriks IFE- EFE, analisis matriks I-E, analisis SWOT, dan arsitektur strategi. Junarto (2008), melakukan penelitian mengenai manajemen strategi pengembangan Koperasi Petani Organik Serikat Petani Indonesisa di Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor internal dan eksternal koperasi dan menganalisis, memformulasikan serta menentukan strategi terbaik dalam pengembangan koperasi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis IFE-EFE, analisis matriks I-E, analisis SWOT, dan analisis QSPM. Muyasaroh (2004) melakukan penelitian mengenai kajian strategi pengembangan KUD Mandiri Mina Karya Bhukti Desa Blanakan, Kabupaten Subang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat perkembangan koperasi, mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi perkembangan koperasi, dan merumuskan alternatif-alternatif dan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan koperasi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis IFE EFE, matriks I-E, SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perumusan strategi KUD Mandiri Mina Karya Bhukti, Desa Blanakan, Kabupaten Subang, diawali dengan tahap input yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal. Lismawati (2009), melakukan penelitian mengenai analisis kinerja keuangan dan pelayanan pengembangan KUD Sumber Alam (Studi Kasus: KUD Sumber Alam Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perkembangan usaha KUD Sumber Alam, menganalisis perkembangan kinerja keuangan KUD Sumber Alam sesuai dengan prinsip koperasi, menganalisis kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam, dan menganalisis kebijakan bagi pengembangan KUD Sumber Alam. Metode penelitian/alat analisis yang dipakai untuk analisis kinerja keuangan adalah analisis trend, analisis persentasi per komponen, analisis rasio yang meliputi liquiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha, 16

32 sedangkan untuk analisis kemampuan pelayanan KUD menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Penelitian terdahulu lain yang berkaitan tentang analisis kinerja keuangan antara lain adalah Ramadhani (2004) tentang Analisis Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Jaya Propinsi DKI Jakarta dengan metode penelitian/alat analisis yang dipakai adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas), analisis horisontal dan vertical; Novianti (2005) tentang analisis kinerja keuangan KUD Mina Sumitra Desa Karang Song, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat dengan metode penelitian/alat analisis yang dipakai adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas), analisis matriks IFE EFE, matriks IE dan SWOT; Rachmawati (2003) melakukan penelitian mengenai Analisis Usaha Koperasi Unit Desa sebagai Organisasi Perekonomian Pedesaan KUD Sumber Alam dengan metode penelitian/alat analisis yang dipakai adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas, dan rentabilitas) dan kemitraan. Penelitian terdahulu di atas yang berkaitan dengan analisis/kajian strategi sebagian besar menggunakan metode penelitian/analisis IFE-EFE, analisis matriks I-E dan SWOT. Selain itu, alat alat analisis tambahan lain yang dipakai dari masing-masing penelitian terdahulu tersebut adalah analisis kesenjangan, arsitektur strategi, dan ada juga yang menggunakan analisis QSPM. Sementara penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan, sebagian besar menggunakan alat analis rasio. Penelitian ini mempunyai kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junarto (2008) dan Muyasaroh (2004) mengenai pengembangan koperasi dari segi analisis strategi. Kemiripan terletak pada metode yang digunakan, yakni adanya penggunaan analisis SWOT. Sementara alat analisis yang dipakai untuk kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas dan rentabilitas) dan analisis trend. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi dan tujuan secara detail dari penelitian. 17

33 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kinerja Kuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999) dalam Lismawati (2009), kinerja keuangan adalah suatu penilian terhadap laporan keuangan perusahaan yang menyangkut posisi keuangan perusahaan serta perubahan terhadap posisi keuangan tersebut. Kinerja keuangan didefinisikan juga sebagai ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan, perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan-laporan lainya. Analisis terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuanganya, sedangkan analisis terhadap rugi laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha (Munawir, 2004). Laporan keuangan adalah informasi yang memuat informasi tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan, begitu juga dengan koperasi. Informasi ini diperlukan untuk melihat kinerja manajemen dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh pemilik modal atau anggota koperasi. Laporan keuangan juga berfungsi untuk mengurangi kesenjangan informasi antara pihak manajemen (pengurus koperasi) dengan para anggota atau pemilik modal yang berada di luar organisasi (Darsono, 2005). Menurut Munawir (2004), laporan keuangan akan dapat digunakan oleh manajemen untuk: 1) Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan. 2) Menentukan/mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta dan untuk menentukan derajad keuntungan yang dapat dicapai.

34 3) Menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab. 4) Menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik. Tujuan laporan keuangan pada koperasi (Lismawati, 2009) adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya. Adapun tujuan atau kepentingan pemakai terhadap laporan keuangan koperasi adalah: 1) Menilai pertanggungjawaban pengurus. 2) Menilai prestasi pengurus. 3) Menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya. 4) Menilai kondisi keuangan koperasi (rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas). 5) Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sumber daya dan jasa yang akan diberikan kepada koperasi Menurut Sitio dan Tamba dalam Lismawati (2009), laporan keuangan koperasi mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakanya dengan badan usaha lain, yaitu: 1) Laporan keuangan merupakan bagian dari pertanggungjawaban pengurus kepada para anggotanya di dalam RAT. 2) Laporan keuangan biasanya meliputi neraca, laporan sisa hasil usaha dan laporan arus kas yang penyajiannya dilakukan secara komparatif. 3) Laporan keuangan yang disampaikan pada RAT harus ditandatangani oleh semua anggota pengurus koperasi. 4) Laporan rugi laba menyajikan hasil akhir yang disebut SHU. SHU koperasi dapat berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan bukan anggota. 5) SHU yang berasal dari usaha anggota dan bukan anggota didistribusikan sesuai dengan komponen-komponen pembagian SHU yang telah diatur dalam AD dan ART. 6) Posisi keuangan koperasi tercermin pada neraca, sedangkan SHU tercermin pada perhitungan hasil usaha. Istilah perhitungan hasil usaha sebagai pengganti istilah laporan rugi laba pada perusahaan bukan koperasi 19

35 mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari laba, tetapi lebih ditekankan pada manfaat bagi anggota Analisis Rasio Analisis rasio merupakan salah satu cara untuk mengetahui bagaimana menganalisis laporan keuangan baik berupa laporan rugi laba maupun laporan neraca. Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Neraca adalah laporan sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan dari neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender (Munawir, 2002). Analisis rasio juga dapat menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan yang lain dalam suatu laporan keuangan. Kelompok rasio yang umum dipakai (Munawir, 2002) adalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Mengggunakan analisis rasio dapat menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Untuk dapat mengukur hal-hal tersebut diperlukan angka rasio yang disebut standard ratio. Standard rasio bukanlah merupakan angka pembanding yang ideal atau ukuran yang pasti, tetapi dapat digunakan sebagai pedoman atau pegangan penganalisa (Munawir, 2004) Analisis Kecenderungan (Trend) Analisis trend digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam menjalankan usahanya dengan membandingkan pos-pos yang terdapat pada dua atau lebih daftar keuangan dengan menggunakan analisis dinamis yaitu menganalisa lebih dari satu periode. Analisis trend adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Manurut Munawir (2004), analisis ini juga disebut dengan analisa naik turun. 20

36 Visi dan Misi Organisasi Visi adalah cara pandang yang menyeluruh dan futuristik terhadap keberadaan organisasi. Pernyataan visi menjawab pertanyaan akan menjadi sosok organisasi seperti apa dalam beberapa tahun ke depan. Menurut Umar (2008), visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personal perusahaan, mulai dari jenjang atas sampai yang paling bawah. Misi menjelaskan pernyataan jangka panjang mengenai tujuan yang membedakan sebuah bisnis organisasi dari organisasi lain yang sejenis. Sebuah misi mengidentifikasikan cakupan dari operasi organisasi dalam istilah produk dan pasar (David, 2004). Umar (2008) menambahkan bahwa misi adalah penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluru staf perusahaan Identifikasi Faktor-faktor Eksternal Organisasi Faktor eksternal merupakan faktor-faktor di luar organisasi yang bisa memengaruhi arah dan tindakan suatu organisasi. Analisis eksternal mengidentifikasi peluang dan ancaman yang menjadi landasan strategi organisasi. Menurut Pearce dan Robinson (1997), peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Analisis lingkungan eksternal merupakan proses mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar organisasi. Lingkungan eksternal meliputi faktor lingkungan jauh dan industri. 1) Lingkungan Jauh Lingkungan jauh tediri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar, biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional organisasi. Lingkungan jauh terdiri atas faktor ekonomi, sosial, politik (kebijakan), teknologi dan lingkungan. 21

37 Ekonomi. Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat organisasi beroperasi. Faktor ekonomi mempunyai daya tarik langsung pada daya tarik potensial dari berbagai strategi. Faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan usaha adalah pola konsumsi, laju inflasi, suku bunga primer (Pearce dan Robinson, 1997). Faktor ekonomi ini dapat membantu atau menghambat upaya mencapai tujuan organisasi dan menyebabkan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Sosial. Keyakinan, nilai, sikap, opini dan gaya hidup masyarakat di lingkungan luar organisasi merupakan faktor sosial yang dapat memengaruhi kinerja. Faktor sosial berkembang dari kondisi kultural atau budaya, lingkungan, dan pendidikan. Perubahan faktor sosial dapat mengubah sikap dan permintaan konsumen terhadap produk organisasi. Atau keyakinan dan nilai sosial masyarakat memengaruhi sikap dan tindakan dalam melakukan usaha atau kegiatan ekonominya. Kebijakan pemerintah dan politik. Kebijakan pemerintah dan politik dapat memberikan ancaman dan peluang bagi dunia usaha. Kebijakan pemerintah dan politik tersebut dapat berupa undang-undang baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten yang menentukan beroperasinya suatu usaha. Kebijakan pemerintah dan politik merupakan pertimbangan penting bagi para pemimpin dalam merumuskan strategi organisasi. Teknologi. Teknologi ini digunakan menghindari keusangan dan mendorong inovasi, organisasi harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin memengaruhi. Perubahan teknologi secara dramatis akan memberi dampak organisasi. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan produk baru dan lebih baik, menciptakan rangkaian produksi yang lebih baik dan lebih pendek (David, 2004). Ekologi. Faktor ekologi atau lingkungan merupakan hubungan timbal balik antara aktivitas bisnis organisasi dengan makhluk hidup dan lingkungan abiotik di sekitarnya. 22

38 2) Lingkungan Industri Menurut Porter dalam David (2004), lingkungan industri meliputi ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar menawar konsumen, kekuatan tawar menawar pemasok dan pesaing. Sifat persaingan dalam suatu industri dapat dilihat sebagai gabungan dari lima kekuatan tersebut. Suatu perusahaan dalam jangka panjang akan mampu bertahan jika berhasil mengembangkan strategi untuk menghadapi lima kekuatan yang membentuk suatu struktur persaingan dalam industri yang terdiri dari ancaman pendatang baru, kekuatan daya tawar menawar pemasok, kekuatan daya tawar pembeli, ancaman produk substitusi dan persaingan diantara anggota industri. Ancaman pendatang baru. Ancaman pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar dan sumberdaya yang cukup besar. Besarnya ancaman dengan masuknya pendatang baru ini tergantung pada hambatan masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada. Menurut David (2004), sumber utama hambatan masuk industri diantaranya skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok dan akses saluran distribusi. Kekuatan tawar menawar konsumen. Konsumen selalu menginginkan kualitas prduk yang tinggi, pelayanan yang baik dan harga yang murah. Menurut Pearce dan Robinson (1997), kekuatan tawar menawar konsumen menjadi kuat apabila konsumen terkonsentrasi atau jumlahnya besar, membeli dalam jumlah banyak, produk tersebut standar, dan konsumen memiliki biaya pengalihan kecil. Konsumen yang kuat sering dapat menegosiasi harga jual dengan memaksa harga turun, melakukan tawar menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik. Kekuatan tawar menawar pemasok. Kakuatan menawar dari pemasok memengaruhi intensitas persaingan dalam suatu isndustri, terutama kalau jumlah pemasok sedikit, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain (substitusi) untuk dijual kepada industri, produk kelompok pemasok tidak standar, industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok (Pearce dan Robinson, 1997). Ancaman produk substitusi. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk substitusi. Produk 23

39 substirttusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama walaupun karakteristiknya berbeda. Menurut Pearce dan Robinson (1997), produk substitusi ini akan menjadi ancaman apabila kualitasnya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri dan dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi. Pesaing. Persaingan diantara perusahaan yang bersaing biasanya paling berpengaruh diantara lima kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat berhasil hanya sejauh strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meingkat kalau jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan (David, 2004) Identitias Faktor-Faktor Internal Organisasi Faktor internal organisasi merupakan faktor yang memengaruhi arah dan tindakan organisasi yang berasal dari intern organisasi. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang menjadi landasan bagi strategi organisasi. Menurut Pearce dan Robinson (1997), kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani perusahaan. Kelemahan adalah kekurangan atau keterbasan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Menajemen. Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf dan pengendalian (David, 2004). Perencanaan terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Tugas spesifik dari perencanaan ini meliputi meramalkan, menetapkan, sasaran, menetapkan strategi dan mengembangkan kebijakan. Pengorganisasin berkaitan dengan semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. Fungsi pengorganisasi ini berkaitan dengan desain organisasi, spesialisasi pekerjaan, uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, rentang kendali, kesatuan komando, 24

40 desain pekerjaan dan analisis pekerjaan. Pemotivasian merupakan usaha yang diarahkan untuk membentuk tingkah laku manusia. Fungsi pemotivasian berkaitan dengan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, delegasi wewenang, kepuasan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan dan moral manajerial. Penunjukkan staf berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yaitu adminsitrasi gaji dan upah, tunjangan karyawan, wawancara, penerimaan, pemecatan, pelatihan, pengembangan manajemen, keselamatan karyawan, tindakan pembenaran, peluang kerja yang sama, pengembangan karier, riset personalia, kebijakan disiplin, prosedur menyatakan keluhan dan hubungan masyarakat. Pengendalian ini terdiri dari semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan hasil konsistensi dengan yang direncanakan. Bidang kunci yang diperhatikan termasuk pengendalian mutu, pengendalian keuangan, pengendalian penjualan, pengendalian persediaan, pengendalian biaya, analisis penyimpanan, penghargaan dan sanksi. Pemasaran. Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Keputusan yang mendasar dalam pemasaran adalah bauran pemasaran. Menurut Kotler (1997), bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. McCarthy dalam Kotler (1997), memperkenalkan bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat dan promosi. Sumberdaya manusia. Masalah sumberdaya manusia sering menjadi fokus utama dalam perusahaan. Kegiatan mengelola orang-orang yang merupakan unsur dasar organisasi seringkali menjadi masalah bagi perusahaan. Keberhasilan pengelola organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumberdaya manusia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen sumberdaya manusia adalah jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan tenaga kerja, tingkat upah dan produktivitas tenaga kerja. Sebagai pelaksana kegiatan-kegiatan 25

41 usaha perusahaan, diperlukan sumberdaya manusia yang bertanggungjawab dan professional. Produksi dan operasi. Produksi terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Menurut David (2004), menyatakan bahwa manajemen produksi terdiri dari lima fungsi atau bidang keputusan, yaitu proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja dan mutu. Proses menyangkut desain dari sistem produksi fisik. Keputusan spesifik termasuk peramalan, perencanaan fasilitas, perencanaan anggaran, penjadwalan, dan perencanaan kapasitas. Sediaan mencakup mengelola banyaknya bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Keputusan spesifik termasuk apa yang dipesan, kapan memesannya, berapa yang dipesan dan penanganan material. Tenaga kerja berkenaan dengan mengelola tenaga kerja terampil, tidak terampil dan manajerial. Keputusan spesifik termasuk desain pekerjaan, pengukuran kerja, standard kerja dan teknik motivasi. Mutu bertujuan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang bermutu tinggi yang dihasilkan. Keputusan spesifik termasuk kendali mutu, mengambil sampel, pengujian, pemastian mutu dan kendali biaya. Kekuatan dan kelemahan dalam lima fungsi produksi dapat berarti sukses atau gagalnya dari suatu usaha. Keuangan. Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing organisasi atau perusahaan dan daya tarik keseluruhan bagi investor. Menetapkan kekuatan keuangan dan kelemahan amat penting untuk merumuskan alternatif strategi secara efektif. Indikator keuangan yang sering digunakan antara lain adalah likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Fungsi keuangan terdiri dari tiga keputusan, yakni keputusan investasi, finansial dan deviden. Keputusan investasi juga disebut anggaran modal merupakan alokasi dan realokasi modal dan sumberdaya untuk proyek, produk, harta dan divisi dari status organisasi. Keputusan keuangan berkaitan dengan menggunakan struktur modal terbaik untuk perusahaan dan termasuk meneliti berbagai metode yang dapat meningkatkan modal. Keputusan deviden berkaitan dengan isu seperti persentase penghasilan yang dibayarkan kepada pemegang saham (dalam koperasi adalah anggota), stabilitas deviden yang dibayarkan dalam periode tertentu, dan pembelian kembali atau penerbitan saham (David, 2004). 26

42 Formulasi Strategi Formulasi strategi dilakukan dengan menggunakan analisis matriks SWOT. Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunity-threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini Kerangka Pemikiran Operasional Koperasi Mina Usaha Desa Jetis mempunyai visi sebagai wadah perekonomian yang dapat membantu kehidupan masyarakat nelayan khususnya bagi para nelayan anggota. Dalam usaha pengembangan usaha sesuai misi dan visinya saat ini mengalami permasalahan yang ditunjukkan oleh penurunan pendapatan usaha waserda, hasil tangkapan yang berkurang yang memengaruhi pendapatan jasa TPI, penurunan jumlah anggota dan penurunan SHU. Kondisi tersebut dapat memengaruhi koperasi dalam melakukan pengembangan usaha. Penurunan laba yang ditunjukkan oleh nilai SHU tidak terlepas dari pendapatan unit-unit usaha koperasi dan biaya operasional koperasi itu sendiri. Penurunan hasil unit usaha waserda tidak terlepas dari jumlah transaksi barang yang dijual oleh waserda. Para pembeli barang waserda sebagian besar adalah nelayan yang juga sebagai anggota koperasi. Pemenuhan kebutuhan perlengkapan alat tangkap oleh nelayan saat ini, bukan hanya ke waserda. Nelayan bisa membeli ke tempat lain terutama ke ibukota kabupaten. Hal tersebut berpengaruh pada jumlah barang yang dijual oleh waserda. Selain itu, adanya beberapa pihak swasta perorangan yang memberikan modal ke nelayan dapat memberikan pengaruh terhadap hubungan dan kontribusi nelayan sebagai anggota koperasi. 27

43 Sebagian besar anggota koperasi adalah nelayan penangkap ikan. Dalam melakukan usaha penangkapan ikan di laut tidak terlepas dari pengaruh kondisi cuaca termasuk alat tangkap yang digunakan. Kondisi cuaca akhir-akhir ini yang tidak menentu berpengaruh terhadap kegiatan penangkapan ikan di laut. Himbauan dari badan meteorologi tentang larangan melakukan kegiatan di beberapa lokasi perairan laut Indonesia menjadi perhatian termasuk nelayan Desa Jetis khususnya yang juga sebagai anggota koperasi. Analisis kinerja kuangan diperlukan untuk mengetahui kondisi keuangan dan juga perkembangan usaha koperasi. Kinerja keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam memperlihatkan prestasi yang dicapai oleh suatu koperasi selama periode tertentu. Hasil analisis kinerja keuangan dapat digunakan oleh para pengambil keputusan untuk mengambil langkah, baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan keuangan. Untuk mengatahui kinerja keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jatis, dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan melalui analisis rasion dan trend. Analisis rasio meliputi analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Analiis trend untuk melihat pergerakan setiap pos selama waktu tertentu apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan. Analisis kinerja keuangan berkaitan dengan kondisi keuangan koperasi, dimana kondisi keuangan merupakan salah satu variabel kondisi lingkungan internal koperasi. Hasil analisis kinerja keuangan juga dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi internal koperasi dari variabel keuangan. Tindakan manajemen strategi perlu dilakukan untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha maupun organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Tahapan yang dilakukan adalah meformulasikan strategi melalui pengembangan misi dan visi, identifikasi faktor internal dan eksternal dan merumuskan alternatif strategi. Proses formulasi strategi dalam pengembangan usaha terdiri dari tahap pengumpulan data (input stage), pencocokan (matching stage) dan pengambilan keputusan (decision stage). Pada proses ini tahapan dilakukan hanya sampai pencocokan. Tahap pengumpulan data (input stage) dilakukan melalui identifikasi faktor internal dan eksternal dan tahap pencocokan (matching stage) dilakukan dengan SWOT. 28

44 Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan pada tahap pengumpulan data (input stage). Faktor internal yang diidentifikasi adalah aspek manajemen, keuangan (dari hasil analisis kinerja keuangan), pemasaran, produksi dan operasi serta sumber daya manusia. Identifikasi faktor eksternal meliputi yang memengaruhi perkembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis juga perlu dilakukan. Pada tahap ini dilakukan analisis faktor eksternal dan internal untuk menetapkan strategi pengembangan koperasi agar dapat meningkatkan daya saingnya. Analisis lingkungan eksternal berguna untuk mengidentifikasikan peluang dan ancaman yang dihadapi koperasi. Analisis internal berguna untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki koperasi. Langkah selanjutnya setelah identifikasi faktor eksternal dan internal sebagai tahap pengumpulan data, dilanjutkan dengan tahap pencocokan (matching stage). Pada tahap pencocokan ini digunakan analisis SWOT yang merupakan salah satu matching tool dalam pengembanagn strategi. Secara keseluruhan, analisis SWOT menunjukkan peran penting dari identifikasi kekuatan dan kelemahan intern dalam pencarian strategi yang efektif. Pencocokan yang cermat antara peluang dan ancaman yang dihadapi dengan kekuatan dan kelemahannya merupakan saripati dari formulasi strategi yang tepat. Strategi yang dihasilkan dari analisis ini adalah empat tipe strategi yang meliputi; strategi SO (strength opportunity), WO (weakness opportunity), ST (strength threat), dan WT (weakness threats). Secara skematis kerangka pemikiran operasional disajikan pada gambar 1. 29

45 Visi dan Misi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Permasalahan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis: Penurunan pendapatan waserda, SHU, hasil tangkap nelayan anggota, pendapatan jasa TPI, dan jumlah anggota Analisis Kinerja Keuangan Analisis Faktor Lingkungan Internal Analisis Faktor Lingkungan Eksternal Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Identifikasi Peluang dan Ancaman Formulasi Strategi (Matriks SWOT) Rumusan Strategi (Alternatif Strategi) Pengembangan Usaha Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional 30

46 IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Kajian dilakukan di Koperasi Perikanan Mina Usaha yang berlokasi di Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-siat serta karakter yang khas dari kasus (Nazir 1999 dalam Muyasaroh 2004). Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan daerah pesisir (pesisir Selatan Pulau Jawa) yang juga merupakan sentra produksi produk perikanan tangkap. Kegiatan perikanan tersebut bisa dikembangkan melalui koperasi, yaitu salah satunya adalah Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Pembentukan koperasi ini benar-benar dilakukan atas inisiatif dari anggota yang sebagian besar adalah nelayan (bottom up). Aklamasi pembentukan koperasi tersebut juga merupakan modal sosial yang sangat penting dalam pengembangan suatu usaha. Kelompok nelayan koperasi ini pernah memperoleh penghargaan juara II lomba INKAPI tingkat nasional. Pada saat ini Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis memiliki banyak kendala dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Pengumpulan data untuk penelitian ini telah dilakukan sejak Maret 2008 sampai Januari Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitaif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan/observasi langsung di lapang, wawancara dengan pihak-pihak koperasi. Wawancara dilakukan terhadap beberapa elemen yang berpengaruh terhadap berkembang atau majunya koperasi, yaitu dua orang pengurus, dua orang karyawan, satu pengawas, satu anggota, dan satu orang pihak luar sebagai penyeimbang. Alasan pemilihan para responden tersebut adalah orang-orang yang ahli dan mengerti dinamika usaha yang sedang dijalani koperasi. Salah satu

47 pengurus juga merangkap sebagai pengurus di Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) se Kabupaten Cilacap, pengawas yang dipilih adalah orang yang bertugas di Dinas Koperasi Kabupaten Cilacap, dan seorang pihak luar saat ini merupakan warga Desa Jetis yang menjabat sebagai ketua koperasi kerajinan se Kabupaten Cilacap juga merangkap sebagai anggota dewan perwakilan daerah Kabupaten Cilacap periode Hasil wawancara digunakan untuk analisis lebih jauh (SWOT). Analisis tersebut digunakan untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi koperasi. Dalam analisis ini tidak ditentukan jumlah informan yang diperlukan, sepanjang mereka yang dipilih merupakan orang yang tahu kondisi dan permasalahan koperasi atau bisa dikatan mereka adalah informan kunci (key informant) atau informan setrategi. Informan strategi adalah orang yang bertanggung jawab atas sukses atau gagalnya suatu organisasi (David, 2004). Sementara data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen koperasi dengan mencatat dan menyalin dokumen serta mengintepretasikan data-data tersebut. Dokumen tersebut antara lain adalah laporan selama empat tahun yang bersumber dari buku Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan laporan keuangan pendukung lainnya di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Data sekunder ini digunakan untuk analisis rasio dan kecenderungan (trend). Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan termasuk dari penelitian-penelitian sebelumnya sebagai rujukan Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1) Studi kepustakaan (eksplorasi), 2) Pengamatan langsung (observasi) dengan cara mempelajari berbagai dokumen dan proses usaha serta semua aspek pendukungnya yang dilakukan oleh koperasi; 3) Membuat daftar pertanyaan (kuesioner) dan wawancara terhadap pihak-pihak yang berhubungan dengan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. 32

48 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan bantuan aplikasi microsoft excel, disajikan dalam bentuk tabulasi untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi koperasi. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah: 1. Mengidentifikasikan secara deskriptif data dan informasi yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau hasil wawancara. 2. Menganalisis kinerja keuangan dengan menggunakan bahan-bahan laporan keuangan yang dimiliki koperasi. 3. Menganalisis situasi koperasi secara internal dan eksternal dengan mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman yang merupakan faktorfaktor eksternal yang dihadapi koperasi dapat dipertemukan dengan kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor-faktor internal koperasi, sehingga dapat diketahui posisi koperasi saat ini. 4. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi koperasi dalam pengembangan usaha Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan misi, tujuan koperasi, karakteristik produk yang dihasilkan, tingkat pencapaian target usaha, data internal seperti personalia, produksi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi manajemen yang diterapkan koperasi. Analisis deskriptif juga bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum tentang kondisi eksternal koperasi meliputi politik, ekonomi, lingkungan dan sosial budaya Analisis Rasio Finansial (Kinerja Keuangan) Analisis rasio finansial/kinerja kuangan suatu usaha yang dilakukan oleh badan usaha baik oleh perusahaan termasuk juga koperasi dimaksudkan untuk menilai dan mengevaluasi tujuan perusahaan/koperasi. Pengukuran kinerja merupakan suatu perhitungan tingkat efektifitas dan efisiensi suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu untuk mecapai hasil yang optimal. Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan menganalisis rasio-rasio 33

49 keuangan yang terdapat pada laporan keuangan koperasi yang diterbitkan. Adapun analisi keuangan yang bertujuan untuk melaporkan posisi perusahaan/koperasi pada suatu waktu tertentu. Rasio yang sering digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah rasio liquiditas, solvabilitas dan rentabilitas (Munawir, 2002). 1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Likuiditas adalah kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya tepat pada waktunya. Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur kemampuan koperasi memenuhi kewajibankewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Termasuk rasio ini adalah Rasio Lancar (Current Ratio). Rumus yang digunakan adalah: Rasio lancar Harta lancar Hutang lancar Rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar dengan hutang lancar. Batas minimum adalah 2 : 1, artinya setiap 1 satuan hutang lancar (Rp 1) harus diimbangi minimum 2 satuan aktiva lancar (Rp 2). Batasan tersebut bukan merupakan satu syarat mutlak tetapi merupakan keadaan umum yang masih perlu dilihat dari posisi keuangan secara keseluruhan. 2) Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah kemampuan koperasi untuk membayar semua hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan harta yang dimiliki dan mengukur seberapa besar koperasi dibiayai oleh pihak luar. Tujuan rasio ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan koperasi dalam melunasi seluruh hutangya (jangka pendek maupun jangka panjang). Standar miminum adalah 0,5 artinya posisi yang baik adalah setiap satu satuan total hutang diimbangi oleh mimimum dua total satuan harta yang dimiliki. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Total hutang Rasio solvabilitas Total harta 34

50 Untuk mengetahui besarnya modal pinjaman yang dipakai dalam usaha koperasi dengan modal sendiri bisa dilihat dengan menggunakan analisis rasio total hutang dengan modal sendiri. mempertimbangkan pemberian hutang/kredit. sebagai berikut: Total hutang Rasio total hutang sendiri dengan modal sendiri Modal sendiri Rasio ini berguna bagi kreditur dalam Rumus yang digunakan adalah 3) Rasio Rentabilitas Rentabilitas adalah ukuran kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan dari kegiatan usahanya melalui modal yang dimilikinya yang dinyatakan dalam persentase. Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen pengelolaan koperasi. Nilai yang baik pada rasio ini adalah >6%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Return on investment SHU Total x 100% Aktiva Untuk mengetahui produktivitas yang dicapai dari penggunaan modal sendiri adalah rentabilitas modal sendiri. Semakin besar nilai rentabilitas modal sendiri menunjukkan penggunaan modal sendiri yang semakin baik. Nilai yang baik untuk rasio ini adalah lebih dari 15%. Hal ini dapat dipergunakan sebagai penilaian terhadap penggunaan modal sendiri oleh pengelolan koperasi dalam menunjang kegiatan usaha. 4) Analisis Kecenderungan (Trend) Analisis trend dilakukan dengan cara melihat pergerakan pos-pos laporan keuangan koperasi selama periode akuntansi. Dalam analisis ini, pos-pos (perkiraan-perkiraan) dalam laporan keuangan tahun terakhir diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun terakhir dipertimbangkan dengan laporan keuangan pada tahun-tahun sebelumnya dengan memilih salah satu tahun sebagai 35

51 tahun dasar (base year). Periode yang akan ditampilkan adalah selama empat tahun. Pemilihan tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan dibuat dalam bentuk persentase (trend percentage). Biasanya data atau laporan dari tahun ke tahun yang paling awal dari deretan laporan keuangan yang akan dianalisis, dianggap sebagai tahun dasar. Namun, perlu diperhatikan kondisi internal maupun eksternal koperasi, dimana pemilihan tahun dasar diasumsikan pada tahun yang paling stabil/normal atau representatif sebagai tahun dasar. Sedapat mungkin periode atau laporan keuangan yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun yang paling normal diantara tahun-tahun yang dianalisis. Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka index 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode-periode yang dianalisa dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisa dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Jadi trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara masing-masing pos suatu tahun dengan tahun dasarnya (Munawir, 2004). Dengan demikian akan terlihat trend dari pos-pos laporan keuangan tersebut, apakah menunjukkan kecenderungan yang tetap, naik atau menurun. Untuk menilai naik turunya jumlah tersebut, perlu diperhaitan faktor penyebabnya. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut perlu dijalaskan berdasarkan fakta-fakta kuantitatif dan kualitatif yang sebenarnya terjadi tiap-tiap tahun bersangkutan. Rumus yang digunakan menurut Munawir (1996) dalam Muyasaroh (2004) adalah sebagai berikut: Hx Px Ho x100% Keterangan: Px = nilai persentase untk tahun ke-t Hx = pos-pos dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Ho = pos-pos dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar 36

52 Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi dan membuat daftar critical succes factor (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha). Untuk aspek eksternal mencakup perihal peluang (opportunities) dan ancama (threats) bagi koperasi, sedangkan aspek internal mencakup kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses). Untuk aspek eskternal, pertama didaftarkan peluang dahulu kemudian ancaman, sedangkan untuk aspek internal koperasi kekuatan didaftarkan terlebih dahulu kemudian dilanjut kelemahan. Dalam penelitian ini, identifikasi faktor eksternal dan internal koperasi dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya, dilakukan diskusi dengan pihak manajemen koperasi untuk menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi eksternal dan internal koperasi saat ini atau tidak. Pihak manajemen koperasi dapat menambahkan dan mengurangi faktor-faktor yang telah ditentukan, apabila hal tersebut relevan serta memiliki alasan dan data yang mendukung Formulasi Strategi Formulasi strategi dilakukan dengan menggunakan metode analisi SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats). Analisis SWOT merupakan alat pencocokan (matching tool) yang digunakan dalam mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi koperasi. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi koperasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks SWOT memerlukan key success factor. Penentuan key success factor dilakukan pada saat identifikasi faktor eksternal dan internal. Proses penetuan factor-faktor tersebut untuk aspek lingkungan eksternal dan internal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutuhkan judgement yang baik. Namun demikian, tidak ada satu pun matching tool yang dianggap paling baik. Model matriks SWOT dapat dilihat pada tabel 2. 37

53 Tabel 2. Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang O Daftar Peluang Ancaman-T Daftar Ancaman Sumber: David (2006) Kekuatan-S Tuliskan Kekuatan Strategi SO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi ST Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Kelemahan-W Tuliskan Kelemahan Strategi WO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Matriks SWOT menghasilkan empat tipe strategi, yaitu: 1) Strategi SO (Strength Opportunity) 2) Strategi WO (Weakness Opportunity) 3) Strategi ST (Strength Threat), dan 4) Strategi WT (Weakness - Threat) Strategi SO (Strength Opportunity). Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar koperasi. Pada umumnya, organisasi usaha termasuk koperasi berusaha melaksanakan strategi-strategi WO, ST, atau WT untuk menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika organisasi usaha memiliki banyak kelemahan, mau-tidak mau harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Jika menghadapi banyak ancaman, koperasi harus berusaha menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada peluang-peluang yang ada. Strategi WO (Weakness Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal dengan memanfaatkan peluangpeluang eksternal. Kadangkala pemanfaatan peluang-peluang mengalami kesulitan karena adanya kelemahan-kelemahan internal. Misal adanya permintaan yang tinggi tetapi teknologi yang dimiliki tidak mendukung untuk memenuhi permintaan tersebut. 38

54 Strategi ST (Strength Threat). Strategi ini merupakan setrategi menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Strategi WT (Weakness - Threat). Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Kondisi yang bahaya apabila berada pada posisi yang dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal. Dalam kondisi tersebut harus tetap berjuang untuk tetap dapat bertahan. Langkah dalam membuat matriks SWOT adalah: 1. Hasil identifikasi peluang eksternal kunci perusahaan, ancaman eksternal kunci perusahaan, kekuatan internal kunci perusahaan, dan kelemahan internal kunci perusahaan. 2. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan. 3. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan. 4. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan. 5. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalan analisis SWOT antara lain adalah: 1. Analisis SWOT bisa sangat-sangat sobyektif. Bisa saja terjadi dua orang menganalisa satu perusahaan yg sama menghasilkan SWOT yg berbeda. Dengan demikian, hasil analisa SWOT hanya boleh digunakan sebagai arahan dalam memecahkan masalah. 2. Pembuat analisa harus sangat-sangat realistis dalam menjabarkan kekuatan dan kelemahan internal. Kelemahan yang disembunyikan atau kekuatan yang tidak terjabarkan akan membuat arahan strategi menjadi tidak bisa digunakan. 3. Analisa harus didasarkan atas kondisi yang sedang terjadi dan bukan situasi yang seharusnya terjadi. 4. Hindari grey areas atau variabel yang kurang jelas untuk memudahkan dalam membedakan antara kekuatan dan kelemahan. 39

55 5. Hindari kerumitan yang tidak perlu dan analisa yang berlebihan dengan membuat analisa SWOT sesingkat dan sesederhana mungkin untuk memperoleh rumusan strategi yang dapat diterapkan. 40

56 V GAMBARAN UMUM KOPERASI PERIKANAN MINA USAHA DESA JETIS Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis terletak di Desa Jetis Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Provpnsi Jawa Tengah. Lokasi Desa Jetis dapat di lihat pada gambar 2. Gambar 2. Peta Lokasi Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap

57 5.1. Kondisi Umum Desa Jetis Kondisi Lingkungan Fisik Desa Jetis merupakan satu-satunya desa komunitas nelayan di wilayah paling timur Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Secara fisik, desa ini berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Kebumen. Dengan demikian wilayah Desa Jetis merupakan salah satu gerbang masuk menuju wilayah Kabupaten Cilacap melalui jalur selatan. Desa Jetis juga merupakan salah satu desa yang berada di sepanjang pantai selatan Laut Jawa. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan bidang mata pencaharian yang penting dilakukan oleh sebagian warga komunitas Desa Jetis. Luas Desa Jetis mencapai sekitar 606 hektar, bertopografi pantai dengan ketinggian tempat sekitar 3 meter dari permukaan laut (Kantor Desa Jetis, 2008). Curah hujan Desa Jetis rata-rata dalam setahun mencapai 35 mm dengan suhu udara rata-rata 23 o C. Secara administratif Desa Jetis masuk wilayah Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap. Desa Jetis terdiri dari 41 Rukan Tangga (RT) dan delapan Rukun Warga (RW)/dusun yaitu; Sitara, Pajaten, Sikudik, Jetis, Simerak, Simerak Lor, Sirendeng dan Mertangga. Desa Jetis dipimpin oleh seorang kepala desa yang pada tahun 2009 ini, kepala desa yang bersangkutan juga merupakan ketua Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Batas wilayah Desa Jetis sebelah utara berbatasan dengan Desa Banjareja Kecamatan Nusawungu, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ayah Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen yang merupakan bagian dari Karisidenan Kedu Propinsi Jawa Tengah. Letak Desa Jetis dari Pusat Pemerintahan Kecamatan berjarak 9 km, jarak dari Pusat Pemerintahan Kota Administrasi mencapai 20 km, jarak dari ibukota Kabupaten mencapai 50 km, jarak dari ibukota Propinsi Jawa Tengah mencapai 206 km dan jarak dari ibukota RI mencapai sekitar 488 km. 42

58 Profil Komunitas Bila membandingkan jenis komunitas nelayan di Desa Jetis dengan nelayan lainnya di wilayah Kebupaten Cilacap Jawa Tengah, nelayan Desa Jetis memiliki ciri unik yaitu sebagai nelayan tradisional yang seluruhnya menggunakan jenis-jenis perahu kecil bermotor bertipe jukung dengan bahan fiber. Jenis perahu ini maksimal hanya dapat diawaki oleh empat orang. Warga komunitas nelayan Jetis berangkat melaut pada pagi hari (subuh) dengan beramairamai mendorong perahunya ke tengah laut melawan ombak besar Laut Selatan. Secara berkelompok, mereka bahu-membahu dan saling menolong untuk mengantisipasi bila salah satu perahu mereka ada yang terbalik dalam menembus ombak, sebab ombak yang terdapat di wilayah perairan mereka termasuk ombak yang cukup tinggi/besar bila dibandingkan dengan jenis perahu yang mereka gunakan. Jenis perahu yang digunakan disampaikan pada Gambar Gambar 3. Perahu Nelayan Desa Jetis (Perahu Jukung, Gambar 1, 2 dan 3) dan Mesin Perahu (Gambar 4) 43

59 Berdasarkan daerah jelajah penangkapan nelayan warga komunitas Jetis, teridentifikasi bahwa mereka dapat menangkap ikan hingga ke wilayah perairan Jogyakarta dan Pangandaran dengan jenis ikan tangkapan berupa ikan-ikan laut dalam maupun udang. Sebagai komunitas nelayan yang masih tergolong tradisional, ciri yang tidak terlepas dari warga komunitas Jetis secara umum, yaitu sebagai warga komunitas yang masih bersifat homogen. Homogenitas komunitas Jetis ini ditunjukkan dengan kesamaan kondisi sosial ekonomi, golongan etnik maupun sifat keterbukaan mereka dengan warga komunitas yang berasal dari luar Jetis. Rasa kolektifitas diantara mereka untuk saling membantu dan tolong menolong, masih cukup tinggi Latar Belakang Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Latar belakang pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis tidak terlepas dari latar belakang pembentukan kelompok nelayan di Desa Jetis. Setelah kelompok nelayan terbentuk dan selama kelompok nelayan tersebut aktif melakukan kegiatan, maka atas dasar kepentingan kelompok, dibentuklah koperasi Pembentukan Kelompok Nelayan Kegiatan nelayan Desa Jetis sudah di mulai sejak jaman dahulu, bahkan umur kegiatan nelayan sama dengan umur Desa Jetis itu sendiri. Pada awal kegiatannya di Desa Jetis, para nelayan masih menggunakan peralatan yang sederhana, ramah lingkungan dalam menggali potensi sumber daya alam kelautan dengan menggunakan jala, jaring pinggir, serta waring (alat penangkap larong) dan belum menggunakan mesin. Pada tahun 60-an Desa Jetis terkenal sebagai sentra produksi terasi karena produksi rebon sebagai bahan baku terasi cukup tinggi. Sampai sekarang jenis rebon dan atau udang tidak pernah sepi dari hasil tangkapan nelayan. Perkembangan sarana nelayan Jetis mengalami kemajuan dari perahu getek kayu tak bermesin mejadi perahu getek kayu yang bermesin sebanyak 10 perahu pada tahun 80 sampai 90-an. Masuknya nelayan Cilacap ke Jetis dan 44

60 sebagian mereka menetap di Jetis, merubah perahu getek menjadi perahu jukung dari bahan baku fiber yang bersayap dengan mesin dua tak (dua langkah pembakaran) yang berbahan bakar bensin. Indikasi perkembangan kemajuan nelayan di Desa Jetis adalah tumbuhnya kesadaran perlunya dibentuk suatu wadah. Maka pada tanggal 10 Maret 1992 bertempat di Balai Desa Jetis yang dihadiri 54 orang nelayan serta dihadiri instansi terkait, diadakan musyawarah pembentukan kelompok. Pada waktu itu terbentuklah Kelompok Nelayan Mina Usaha yang mengangkat: 1. Bapak Gunawan sebagai Ketua Kelompok. 2. Ibu Turiah sebagai Sekretaris. 3. Bapak Ahmadi sebagai Bendahara. 4. Bapak Slamet Juli dari Dinas Perikanan sebagai Pembina. Dalam kondisi normal, kebiasaan melaut dimulai pada pagi hari, sedangkan dalam kondisi paceklik (sepi) para nelayan biasanya berangkat lebih awal sekitar pukul sampai WIB untuk mengejar areal tangkap yang lebih jauh seperti ke Jogyakarta atau Pangandaran. Jika kondisi ikan di laut berlimpah, para nelayan berangkat pagi hari sekitar pukul WIB. Kegiatan melaut dilakukan sampai pukul atau WIB. Hasil tangkapan langsung dilelang setibanya di TPI. Pelelangan dimulai pada pukul sampai dan disesuaikan dengan kepulangan nelayan dari laut. Kebiasaan melaut yang dilakukan kelompok nelayan Mina Usaha Jetis, libur pada hari Selasa dan Jum at Kliwon. Kebiasaan ini dilakukan berdasarkan kepercayaan para sesepuh setempat bahwa pada hari-hari tersebut sangat keramat untuk wilayah laut Pantai Selatan. Pantangan melaut ini sangat diyakini para nelayan mengingat berbagai kejadian kecelakaan jika pantangan tersebut dilanggar. Berdasarkan ritual kejawen, puncaknya akan terjadi pada Bulan Suro hari Jumat Kliwon yang diwujudkan melalui sedekah laut. Sedekah laut ini dilakukan dengan mengadakan acara selamatan di darat dan pertunjukkan kesenian wayang kulit pada malam harinya. Peran sesepuh, selain memberikan ramalan tentang ritual Jawa juga selalu mengiringi pemberangkatan para nelayan dengan berdiri di pinggir pantai. Dalam hal ini sesepuh seolah-olah memberi pamit kapal para nelayan dan menunggu 45

61 nelayan pulang. Bila suatu saat terjadi kecelakaan, dengan kekuatan dan kemampuan indera keenamnya (menurut nelayan), sesepuh akan memberikan informasi tentang terjadinya kecelakaan dan dimana korban berada Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Pada tahun 2000 dilaksanakan rapat anggota kelompok nelayan yang dihadiri oleh lebih dari 250 anggota kelompok. Pada rapat anggota ini disepakati untuk membentuk koperasi dan dihasilkan keputusan sebagai berikut: Nama Lembaga : Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Pengawas : 1). Solihin Haryanto, 2). Sairan H., 3). Slamet Ketua Umum : Saimun Ketua I : Saiman Saifulloh Ketua II : Waluyo Sekretaris I : Samingin Sekretaris II : Fuad Rosadi Bendahara I : Amin Mapon Bendahara II : Sumardjo Sirin Pembina : Ibu Sumarni dari Dinas Koperasi Kabupaten Cilacap. Badan Hukum : No. 94/BH/KDK.11.16/XII/2000 tanggal 16 Desember Tahun Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Perkembangan kehidupan suatu koperasi sangat tergantung dan berfungsi atau tidaknya alat perlengkapan organisasi. Perlengkapan organisasi meliputi rapat anggota, pengurus, pengawas dan manajer. Struktur organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dapat dilihat pada lampiran Rapat Anggota Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi. Rapat anggota melibatkan seluruh anggota koperasi dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Rapat Anggota ini dikenal dengan Rapat Anggota 46

62 Tahunan (RAT) yang merupakan rapat tutup tahun. RAT ini adalah wujud pertanggungjawaban koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi atau badan usaha. Dalam Rapat Anggota. pengurus menampung saran-saran dan kritik. serta ide-ide untuk perkembangan koperasi. dan pengurus memberikan kesempatan pada anggota dalam forum tanya jawab berkenaan dengan keinginan anggota terhadap koperasinya. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis mengadakan Rapat Anggota sesuai dengan undang-undang. yaitu satu tahun sekali. Rapat anggota dilakukan untuk meminta pertanggung jawaban pengurus terhadap anggota. Dalam Rapat Anggota ini juga dibahas dan dipilih tentang susunan kepengurusan tahun berikutnya Pengurus Koperasi Perikanan Usaha Desa Jetis Pengurus koperasi adalah salah satu alat perlengkapan organisasi yang diberi kuasa oleh anggota atau oleh Rapat Anggota koperasi untuk melaksanakan program koperasi sehingga pengurus bertanggung jawab atas organisasi koperasi yang bersifat operasional. Sedangkan wewenang pengurus diantaranya memutuskan penerimaan atau penolakan anggota baru. serta pemberhentian anggota yang tidak memenuhi syarat keanggotaan yang telah ditetapkan oleh/dalam Anggaran Dasar. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis juga melakukan tindakan untuk kepentingan dan manfaat koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya. misalnya dengan melakukan kegiatan sedekah laut yang dilakukan rutin setiap tahun bersama warga desa dan kegiatan sosial lainnya Badan Pengawas Badan pengawas koperasi adalah salah satu alat perlengkapan organisasi koperasi di samping pengurus dan rapat anggota. Pengawas dipilih oleh dan untuk anggota koperasi dalam rapat anggota dan bertanggung jawab kepada rapat anggota. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai koperasi kepada anggota yang meliputi: keadaan organisasi. keuangan dan administrasi yang dijalankan oleh pengurus serta perkembangan kegiatan usaha koperasi. Informasi tersebut diperoleh dengan jalan memeriksa 47

63 pembukuan yang sedang berjalan yang dilakukan sewaktu-waktu baik secara langsung maupun tidak langsung. Badan Pengawas bertugas melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi yang meliputi organisasi dan usaha koperasi. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis memiliki Badan Pengawas yang melakukan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan dilaporkan secara khusus dalam lembaran tersendiri yang merupakan laporan pertanggung jawaban. Adapun susunan pengawas terdiri dan ketua dan dua orang anggota Manajer dan Karyawan Manager bertugas sebagai pengelola kegiatan usaha koperasi. Manager atau pelaksana usaha diangkat dan bertanggung jawab pada pengurus. Manajer mempunyai tugas dan tanggung jawab meliputi bidang perecanaan usaha, pelaksanaan usaha, administrasi atau keuangan, pengawasan dan laporan. Karyawan mempunyai tugas untuk menjalankan usaha yang ada di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dengan pembagian tugas yang jelas pada masing-masing karyawan Kegiatan Usaha Koperasi Mina Usaha Desa Jetis Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis merupakan usaha yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya. Kegiatan usaha yang dilakukan sampai saat ini adalah: Unit usaha simpan pinjam Unit pelelangan ikan Unit warung serba ada (waserda) Unit Usaha Simpan Pinjam (Simpi) Usaha simpan pinjam dalam pelaksanaan operasionalnya senantiasa berupaya sesuai dengan PP No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, yaitu dengan memberikan status otonom yang artinya 48

64 pengelolaan simpi dilakukan secara terpisah dari usaha lainnya dan unit ini diperuntukkan bagi anggota dan juga calon anggota. Sistem pinjaman yang terdiri dari pinjaman harian, pinjaman mingguan dan pinjaman bulanan yang memudahkan para nasabah untuk memilih sistem pinjaman yang sesuai dengar kemampuan membayar. Anggota merasa keberadaan simpi ini sangat diperlukan jika sewaktu-waktu anggota memerlukan dana pinjaman untuk modal usaha. Perkembangan alokasi pinjaman dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Alokasi Pinjaman pada Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Lima Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun Alokasi Pinjaman (Rp) Pertumbuhan Alokasi Naik Turun Naik Naik Sumber: Unit Simpi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, 2009 Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat perkembangan alokasi pinjaman pada simpi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, kemudian setelah itu meningkat. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah adanya sumber modal dari luar, yaitu dari program pinjaman Kompensasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dan Modal Awal Padanan (MAP). Pola subsidi PKPS-BBM dilakukan sejak tahun Pola MAP disalurkan melalui KSP dan telah dilaksanakan sejak tahun dengan besaran plafon Rp 150 sampai Rp 250 juta. Kegiatan pada unit simpi disajikan pada Gambar 4. 49

65 Gambar 4. Kegiatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Unit Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kegiatan unit usaha ini sampai sekarang adalah yang paling dominan dan utama karena unit TPI ini memberikan masukan atau pendapatan yang besar untuk Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Unit usaha TPI berperan sebagai perantara antar nelayan dan bakul selaku pembeli hasil tangkapan serta sebagai penetap harga melalui juru tawar. Perkembangan produksi di TPI Koperasi Mina Usaha Desa Jetis pada tahun terakhir mengalami fluktuasi yang berpengaruh pada pendapatan unit pelelangan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) yang dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir ( ) Tahun Produksi/ Hasil Tangkap (kg) Jumlah Nilai Raman (Rp) Pendapatan Jasa TPI (Rp) ,649 2,478,512, ,491, ,583 2,557,315, ,950, ,656 3,239,510, ,330, ,027 2,990,993, ,492,931 Sumber: TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis,

66 Pendapatan jasa TPI mengalami penurunan selain karena diberlakukan peraturan daerah yang berkaitan dengan retribusi daerah dan pos-post lainnya terutama sejak tiga tahun terakhir yang juga disebabkan oleh penurunan produksi hasil tangkap Saat ini pelaksanaan kegiatan TPI mengacu pada Perda No. 10 tahun 2000 tentang Pasar Grosir ikan. TPI sebagai jasa pemasaran produk dari anggota melalui proses pelelangan. Sistem pembayaran di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dilakukan secara tunai, langsung kepada anggota yang melelangkan hasil tanggapananya. Para anggota menerima uang yang telah dipotong sebesar delapan persen. Produksi hasil perikanan pada wilayah kerja Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis adalah dari hasil tangkapan nelayan di laut (perikanan tangkap). Kondisi Unit TPI disajikan pada gambar 5. Gambar 5. Unit TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Koperasi Perimanan Mina Usaha Desa Jetis (Menjelang Kegiatan Lelang) 51

67 Unit Waserda Kegiatan unit waserda saat ini masih mengutamakan pelayanan bagi kebutuhan para nelayan baik anggota maupun bukan anggota (calon anggota). Keberadaan waserda sangat membantu para nelayan dalam pemenuhan kebutuhan khususnya alat tangkap. Selain menjual kebutuhan alat tangkap, waserda juga melayani kebutuhan rumah tangga dan lainnya. Khusus untuk alat tangkap yang dibeli di waserda dibayar dengan sistem tunai atau kredit. Sumber barang waserda sendiri diperoleh dengan membeli bahan alat tangkap dari Ibu Kota Kabupaten Cilacap. Selain itu juga diperoleh langsung dari agen atau distributor agar harga yang dijual lebih murah dan terjangkau oleh nelayan. Kondisi cuaca akhir-akhir ini yang kurang menentu membuat kegiatan penengkapan ikan di laut cenderung menurun. Hal ini juga berdampak pada kemampuan dan keinginan nelayan membeli keperluan alat tangkap. Nelayan lebih cenderung melakukan perawatan alat tangkap nelayan dengan memanfaatkan waktu senggang sambil menunggu kondisi cuaca membaik. Pendapatan unit usaha waserda ini dari tahun ke tahun cenderung menurun. Pendapatan unit waserda beberapa tahun terakhir disampaikan pada tabel 5. Tabel 5. Pendapatan Unit Waserda Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir ( ) Tahun Pendapatan (Rp) ,524, ,433, ,109, ,552,284 Sumber: Koperasi Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009 Lokasi waserda berada pada tempat yang strategis yaitu di pinggir jalan menuju lokasi TPI. Kondisi unit waserda disampaikan pada gambar 6. 52

68 Gambar 6. Unit Waserda Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis 5.5. Anggota Koperasi Mina Usaha Desa Jetis Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka bagi setiap warga negara Indonesia yang didasari atas persamaan kepentingan. Keanggotaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis terdiri dari anggota dan calon anggota. Anggota adalah orang yang mendapatkan pelayanan koperasi dan telah memenuhi kewajiban sebagai anggota, yaitu membayar simpanan wajib dan simpanan pokok. Calon anggota adalah orang yang mendapatkan pelayanan koperasi namun belum memenuhi kewajiban sebagi anggota, dalam hal ini membayar simpanan pokok dan wajib. Perbedaan status tersebut menjadikan adanya perbedaan hak antara anggota dan calon anggota. Perkembangan jumlah anggota selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 6. 53

69 Tabel 6. Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun Anggota I 228 II 251 III 254 IV 250 Sumber: Koperasi Mina Usaha Desa Jetis, 2009 Berdasarkan tabel 6, jumlah keanggotaan mengalami fluktuatif dan pada akhir tahun menurun, hal ini disebabkan karena adanya anggota yang meninggal dan memang keluar dari keanggotan koperasi. Keberadaan koperasi dapat memberikan tiga manfaat utama bagi anggota, yaitu berupa manfaat ekonomi, sosial dan teknologi (Saefudin, 1993 dalam Muyasaroh 2004). Ketiga macam manfaat ini diberikan dalam bentuk pelayanan dari unit-unit usaha yang ada di koperasi kepada konsumen. Manfaat ekonomi yang akan dirasakan apabila terjadi perbaikan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya taraf hidup anggota. Jenis kegiatan atau pelayanan koperasi yang berkaitan dengan manfaat ekonomi dapat berupa pemenuhan kebutuhan anggota melalui pembelian sarana produksi yang bersaing/murah, kepastian menjual hasil produksi dan memperoleh harga jual dan harga beli produk serta pelayanan pinjaman modal untuk menunjang kegiatan usaha. Manfaat sosial dapat dirasakan apabila terjadi kerjasama antara anggota dalam menjalankan kegiatan usaha dan masyarakat dalam koperasi. Manfaat teknologi koperasi yang dirasakan anggota, mulai dari pengenalan sampai pengembangan teknologi usaha baru. Proses adopsi teknologi dapat disebarkan melalui kegiatan berupa kursus, pelatihan. dan studi banding ke daerah lain. Menurut Bayu Krisnamurti, 2002, setidaknya terdapat tiga tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat: 1) Koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan usaha dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau perkreditan, atau kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Pada 54

70 tingkatan ini biasanya koperasi penyediakan pelayanan kegiatan usaha yang tidak diberikan oleh lembaga usaha lain atau lembaga usaha lain tidak dapat melaksanakannya akibat adanya hambatan peraturan. Peran koperasi ini juga terjadi jika pelanggan memang tidak memiliki aksesibilitas pada pelayanan dari bentuk lembaga lain. Hal ini dapat dilihat pada peran beberapa Koperasi Kredit dalam menyediaan dana yang relatif mudah bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh dana dari bank. Juga dapat dilihat pada beberapa daerah yang dimana aspek geografis menjadi kendala bagi masyarakat untuk menikmati pelayanan dari lembaga selain koperasi yang berada di wilayahnya. 2) Koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain. Pada kondisi ini masyarakat telah merasakan bahwa manfaat dan peran koperasi lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain. Keterlibatan anggota (atau juga bukan anggota) dengan koperasi adalah karena pertimbangan rasional yang melihat koperasi mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi yang telah berada pada kondisi ini dinilai berada pada tingkat yang lebih tinggi dilihat dari perannya bagi masyarakat. Beberapa koperasi untuk beberapa kegiatan usaha tertentu diidentifikasikan mampu memberi manfaat dan peran yang memang lebih baik dibandingkan dengan lembaga usaha lain, demikian pula dengan Koperasi Kredit. 3) Koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa memilki ini dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu bertahan pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota dan kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi menghadapi kesulitan tersebut. Sebagai ilustrasi, saat kondisi perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat bunga yang sangat tinggi, loyalitas anggota koperasi membuat anggota tersebut tidak memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Pertimbangannya adalah bahwa keterkaitan dengan koperasi telah berjalan lama, telah diketahui kemampuannya melayani, merupakan organisasi milik anggota, dan ketidak-pastian dari dayatarik bunga bank. Berdasarkan ketiga kondisi diatas, maka wujud peran yang diharapkan sebenarnya adalah agar koperasi dapat menjadi organisasi milik anggota sekaligus mampu menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain. 55

71 Peranan dan tugas koperasi Indonesia adalah mempersatukan mengarahkan, membina dan mengembangkan usaha koperasi atau potensi, daya kreasi dan daya usaha. Hal itu untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya masyarakat adil dan makmur yang merata. Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis pada umumnya terdiri dari nelayan dan bakul. Hal ini disebabkan karena keadaan masyarakat di Desa Jetis yang sebagian besar adalah nelayan dan petani. Namun selain itu ada juga yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan dan sebagainya. Keberadaan koperasi sangat besar manfaatnya bagi komunitas nelayan Jetis. Manfaat yang paling dirasakan terutama oleh anggota adalah dengan terbentuknya warung serba ada (waserda) yang melayani alat-alat tangkap ikan dengan pembayaran tunai atau kredit. Sebagai gambaran komposisi kebutuhan kegiatan penangkapan ikan dalam setiap tahun disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Jenis dan Jumlah Kebutuhan Nelayan Rata-rata Setiap Tahun N o Jenis Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Musim Ramai Musim Sedang Musim Paceklik Rata-rata 1 Perahu Sirang Ciker Kantong Arad Pintur Cuduk Pancing Bensin ltr ltr ltr ltr 10 Oli ltr ltr ltr ltr 11 Es 300 balok 250 balok 200 balok 250 balok 12 Garam 2,7 ton 2 ton 1,5 ton 2 ton Sumber : Kelompok Nelayan Mina Usaha Jetis 56

72 Tabel 7 menunjukkan bahwa, nelayan Jetis setiap tahun dalam melakukan usaha penangakan ikan mengalami tiga musim, yaitu musim ramai, sedang dan paceklik. Namun demikian, tidak semua kebutuhan tersebut dipenuhi oleh waserda, sperti bensin dan es yang disuplai oleh pihak lain (SPBU Pertamina dan usaha perorangan). 57

73 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Kinerja Keuangan Analisis kinerja kuangan (finansial) ini bertujuan untuk menilai tingkat kemampuan dan pengelolaan modal dan usaha Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis berdasarkan perhitungan beberapa tahun terakhir periode pembukuan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas serta analisis trend Rasio Likuiditas Pengukuran likuiditas dilakukan dengan menggunakan rasio lancar. Rasio lancar bertujuan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva/kekayaan lancar yang dimiliki. Hasil perhitungan rasio lancar pada empat tahun terakhir periode pembukuan dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Rasio Lancar Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun Aktiva Lancar (Rp) Hutang Lancar (Rp) Rasio Lancar I ,68 II ,12 III ,77 IV ,32 Rata-rata 3,2 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009 Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa angka rata-rata rasio lancar adalah 3,2. Artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,2 aktiva lancar yang dimilikinya. Sementara standardnya adalah 2 (200 persen). Dengan demikian, kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam menjamin hutangnya dengan aktiva lancar yang kuat. Peningkatan hutang pada

74 dua tahun terakhir periode pembukuan disebabkan adanya aliran modal pinjaman dari luar yaitu dari program MAP. Sedangkan tahun sebelumnya, modal pinjaman terbesar dari luar adalah dari program kompensasi BBM yang sudah mulai berkurang karena telah dicicil setiap tahunya. Perkembangan aktiva lancar setiap tahunnya cenderung meningkat, namun demikian perhitungan rasio lancar dua tahun terakhir cenderung menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari peningkatan kewajiban lancar yang juga meningkat, yaitu terutama dari program MAP Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas dilakukan terhadap analisis rasio hutang dengan harta total yang dimiliki koperasi dan rasio hutang dengan modal sendiri. Analisis rasio hutang dengan total harta/aktiva/kekayaan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah hutang dengan total kekayaan yang dimiliki dan kemampuan koperasi membayar semua kewajiban dengan total kekayaan yang dimiliki. Sementara, analisis rasio hutang dengan modal sendiri untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam membayar semua kewajiban dengan kekayaan yang sumbernya hanya dari kekayaan yang dimiliki koperasi (modal sendiri) Rasio Total Hutang dengan Total Harta/Aktiva (Debt Ratio) Hasil perhitungan rasio hutang dengan harta Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Rasio Hutang dengan Harta/Aktiva Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun Total Hutang (Rp) Total Harta (Rp) Rasio I ,57 II ,36 III ,85 IV ,86 Rata-rata 0,66 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah),

75 Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa angka rata-rata rasio total hutang dengan total harta adalah 0,66. Artinya Rp 0,66 seluruh kewajiban dapat dijamin dengan Rp 1,00 dari seluruh harta yang dimiliki. Meskipun rata-rata rasio ini sedikit diatas standar yang sering digunakan, yaitu 0,5, namun kecenderungan dua tahun terakhir periode pembukuan mengalami peningkatan di atas standar tersebut. Sebelumnya rasio cukup kuat, yaitu hanya 0,33. Peningkatan rasio dua tahun terakhir tersebut dikarenakan adanya penambahan jumlah pinjaman terutama dari program MAP. Dengan demikian kenaikan total harta masih kurang mengimbangi tingkat kenaikan pinjaman/hutang Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri (Debt Equity Ratio) tabel 10. Hasil perhitungan rasio hutang dengan modal sendiri dapat dilihat pada Tabel 10. Rasio Hutang dengan Modal Sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun Total Hutang (Rp) Total Modal Sendiri (Rp) Rasio I ,32 II ,56 III ,60 IV ,18 Rata-rata 3,41 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009 Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa angka rata-rata rasio total hutang dengan modal sendiri adalah 3,41. Artinya setiap Rp 1,00 modal sendiri digunakan untuk menjamin Rp 3,41 total hutang koperasi. Standar maksimumnya adalah 1,00. Faktor-faktor yang menyebabkan jumlah hutang lebih besar daripada modal sendiri adalah masih banyaknya jumlah piutang yang belum dibayar oleh peminjam, baik di unit usaha simpan pinjam maupun unit TPI. 60

76 Modal sendiri dapat ditingkatkan dengan cara menambah jumlah anggota dan meningkatkan kinerja usaha koperasi melalui peningkatan pelayanan koperasi pada anggota sehingga dengan meningkatnya pelayanan yang diberikan diharapkan akan dapat meningkatkan jumlah keuntungan koperasi setiap tahunnya Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas menggambarkan kemampuan koperasi memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada selama periode tertentu. Rasio rentabilitas dilakukan terhadap rasio tingkat pengembalian investasi (return on investment) dan rasio tingkat pengembalian modal sendiri (return on equity) Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return on Investmen/ROI) pada tabel 11. Hasil perhitungan rasio laba atau sisa hasil usaha atas modal dapat dilihat Tabel 11. Return on Investment (ROI) Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun SHU (Rp) Total Aktiva (Rp) Rasio (%) I ,78 II ,02 III ,97 IV ,28 Rata-rata 6,01 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009 Rasio ini mengukur kemampuan koperasi menghasilkan SHU atas seluruh investasi yang ada dalam koperasi dan melihat efektivitas dan keseluruhan operasi. Nilai rata-rata ROI sebesar 6,01 persen di mana Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis akan memperoleh laba bersih setelah memperoleh SHU sebesar Rp 601 dari Rp ,00 total aktivanya. Standardnya adalah >6 persen, namun 61

77 semakin besar akan semakin baik. Kondisi yang semakin menurun setiap tahunnya perlu mendapat perhatian. Penurunan pada dua tahun terakhir cukup signifikan karena penurunan SHU yang diperoleh koperasi. Penurunan SHU dikarenakan adanya penurunan dari pendapatan jasa TPI yang terpengaruh oleh penurunan produksi hasil tangkap nelayan dan juga penurunan hasil usaha dari unit waserda. Selain itu, biaya operasi pada tahun-tahun terakhir meningkat secara signifikan. Hal ini tentu merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi koperasi terutama pada dua tahun terkahir periode pembukuan tersebut Rasio Tingkat Pengembalian Modal Sendiri (Return on Equity) Rasio rentabilitas modal sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun SHU (Rp) Modal Sendiri (Rp) Rasio (%) I ,49 II ,49 III ,02 IV ,19 Rata-rata 16,04 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009 Nilai rata-rata rentabilitas modal sendiri sebesar 16,04 persen, menandakan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 16,04 dari modal sendiri sebesar Rp 100,00. Standar yang digunakan adalah 15 persen. Perkembangan nilai rentabilitas modal sendiri menunjukkan trend yang menurun. SHU yang menurun dikarenakan kurang produktifnya usaha dan manajemen koperasi dalam mengelola unit usaha. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis sebagai suatu lembaga ekonomi pedesaan harus mampu untuk berproduksi lebih besar lagi dalam 62

78 perkembangan usahanya. sebab dengan meningkatnya SHU maka dana cadangan akan bertambah besar sehingga dapat menguatkan posisi modal sendiri yang dinilai kecil dalam usahanya. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis perlu melakukan efisiensi, sebab beban usaha yang ditanggung oleh koperasi dinilai sangat besar jika dibandingkan dengan hasil usahanya. Untuk itu eksploitasi sumber daya manajemen harus dilakukan untuk memulai strategi penjualan produk koperasi, terutama pada unit waserda karena unit usaha ini memberikan kontribusi SHU yang kecil setiap tahunnya Analisis Trend Analisis dilakukan terhadap trend neraca dan rugi laba. Analsis trend neraca bertujuan untuk melihat kecenderungan pos-pos keuangan pada laporan neraca dari pos pasiva (kewajiban) dan pos aktiva (kekayaan). Analisis trend rugi laba untuk mengetahui kecenderungan pergerakan pos-pos pada laporan rugi laba yang didasarkan dari pos penjualan, pendapatan dan SHU Analisis Trend Neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Hasil analisis trend neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis secara garis besar dapat dilihat pada tabel 13, sedangkan secara rinci disampaikan pada lampiran 2. Dilihat dari trend neraca (tabel 13), menunjukkan sebagian besar adanya peningkatan. Pos yang cenderung menurun adalah pada pasiva yaitu pada kekayaan bersih (modal sendiri). Pada pos aktiva yang perlu menjadi perhatian adalah peningkatan piutang. Piutang ini terdiri dari piutang dari kegiatan di waserda dan di unit jasa TPI. Piutang di waserda adalah adanya nelayan yang belum membayar atau melunasi sarana produksi/alat tangkap yang dibeli di waserda, sedangkan di TPI adalah piutang yang berasal dari bakul. Piutang di TPI ini mempunyai jumlah yang relatif besar, yaitu mencapai sekitar 30 persen dari aktiva lancar secara keseluruhan pada tahun terakhir. Kondisi ini perlu mendapat perhatian agar tidak menjadi kendala terutama untuk kegiatan usaha lainnya. 63

79 Pos penyertaan pada koperasi, seperti simpanan pokok, wajib, dan berjangka puskopin tetap perlu ditingkatkan. Pos ini mengalami peningkatan yang berarti meskipun nilai nominalnya belum terlalu besar. Tabel 13. Trend Neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Pos Perkembangan (Tahun) I II III IV Aktiva Aktiva Lancar 39,25 44, ,88 Invet Jk Panjang 0,00 0, ,00 Aktiva Tetap 50,79 85, ,27 Total aktiva 40,75 50, ,75 Pasiva Kew. Jk. Pendek 40,59 24, ,13 Kew.Jk Panjang 20,00 20, ,00 Kekayaan Bersih 116,26 216, ,07 Total pasiva 40,75 50, ,75 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), Analisis Trend Rugi Laba Koperasi Perikanan Mina Usaha Hasil analisis trend Rugi Laba Koperasi Mina Usaha Desa Jetis secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 14, sedangkan secara rinci disampaikan pada lampiran 3. Hasil analisis trend rugi laba, menunjukkan pendapatan dari unit waserda mengalami penurunan, unit TPI mengalami fluktuatif, sedangkan simpi mengalami peningkatan. Selain unit usaha inti, selama proses usaha berjalan, pendapatan juga diperoleh dari sumber kegiatan lainnya yang tidak kontinyu. Seperti hadiah dari keikutsertaan lomba, fee dari bakul, jasa bunga dari bank dan fee motor dari pengadaan kredit motor yang tidak dilakukan rutin dalam setiap tahunnya. 64

80 Pos pendapatan mengalami peningkatan, namun peningkatan biaya juga mengalami peningkatan yang cenderung lebih besar. Tren Sisa Hasil Usaha yang ada pada rugi laba tidak berbeda dengan tren neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, yaitu mengalami pnurunan. Tabel 14. Trend Rugi Laba Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Pendapatan Pos Perkembangan (Tahun) I II III IV Waserda Jasa pelelangan TPI Jasa unit SIMPI Jasa Bank (Bunga BPD) Administrasi SIMPI Fee sepeda motor Jumlah pendapatan Laba kotor dan pendapatan Jumlah pengeluaran (beban/biaya dan operasional) SHU Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal merupakan analisis dari faktor-faktor luar yang tidak berhubungan dengan kegiatan operasional koperasi tetapi secara tidak langsung dapat berpengaruh pada keberhasilan koperasi itu sendiri. Faktor-faktor eksternal tersebut dapat memberi peluang maupun ancaman terhadap keberhasilan koperasi dalam melakukan aktivitas usahanya. 65

81 Analisis lingkungan bisnis atau lingkungan eksternal dimaksudkan mengidentifikasi peluang bisnis yang perlu mendapat perhatian dan mengidentifikasi ancaman bisnis yang perlu mendapat antisipasi. Analisis lingkungan bisnis hanya diarahkan untuk mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor pokok di luar kendali koperasi dan diperkirakan memiliki pengaruh nyata terhadap Koperasi Perikanan Minas Usaha Desa Jetis. Faktor ini mencakup lingkungan jauh dan industri. Faktor eksternal tersebut tidak dapat dikontrol oleh Koperasi Perikanan Minas Usaha Desa Jetis Lingkungan Jauh Peluang dan ancaman eksternal lingkungan jauh antara lain meliputi faktor ekonomi, teknologi, sosial-budaya dan lingkungan dan kebijakan pemerintah (hukum dan politik). 1) Ekonomi Variabel ekonomi seperti tingkat konsumsi masyarakat, daya beli masyarakat dan permintaan terhadap komoditi perikanan akan memberikan pengaruhnya secara tidak langsung. Variabel tersebut memberikan pengaruh yang nyata bagi kegiatan nelayan sebagai anggota begitu juga bagi bakul khusunya bakul lokal yang juga merupakan anggota koperasi. Seperti tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi akan meningkatkan usaha nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapannya sehingga permintaan masyarakat akan kebutuhan ikan maupun udang dan jenis tangkapan lainnya secara tidak langsung terpenuhi. Pembelian komoditi perikanan hasil tangkap nelayan anggota koperasi yang dilakukan oleh bakul pada saat lelang tergantung atas permintaan masyarakat. Permintaan terhadap komoditi perikanan tersebut dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan masyarakat serta daya beli yang dimilikinya. Terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat dan peningkatan pendapatan yang diikuti dengan peningkatan daya beli akan meningkatkan permintaan komoditi perikanan. Menurut Nihono (2009), potensi dan peluang pasar hasil laut dan ikan cukup baik. Pada tahun 1994, impor dunia hasil perikanan sekitar 52,492 juta ton. 66

82 Indonesia termasuk peringkat ke-9 untuk ekspor ikan dunia. Permintaan ikan panda tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 105 juta ton. Di samping itu, peluang dan potensi pasar dalam negeri juga masih baik. Total konsumsi ikan dalam negeri tahun 2001 sekitar 46 juta ton dengan konsumsi rata-rata 21,71 kg/kepala/tahun. Dengan elastisitas harga 1,06 berarti permintaan akan ikan tidak akan banyak berubah dengan adanya perubahan harga ikan. 2) Sosial-Budaya dan Lingkungan Kondisi sosial budaya masyarakat yang kondusif akan mendukung kegiatan usaha yang ada. Apabila permasalahan banyak timbul dari segi sosial budaya masyarakat, tentu hal ini akan menjadi permasalahan dalam pengembangan usaha tersebut. Ikatan sosial budaya masyarakat yang kuat akan mendorong usaha lebih produktif. Nilai-nilai sosial budaya masyarakat bisa juga dijadikan acuan oleh anggota masyarakatnya, dalam hal ini sebagai modal sosial (social capital). Dari segi lingkungan, posisi geografis dan keunggulan komparatif akan sangat memengaruhi kegiatan usaha yang ada. Kegiatan usaha yang didukung oleh kondisi geografis dan komparatif akan lebih kompetitif dengan usaha yang tidak memiliki potensi tersebut. Selain lokasi Desa Jetis yang berada di pesisir Pantai Selatan, juga berada di kawasan wisata Pantai Ayah. Beberapa lokasi wisata lain antara lain adalah kawasan wisata gua (Jatijajar, Semar, Petruk, dan beberapa gua lainya) yang masuk wilayah Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan wisata tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan terutama pada hari-hari libur. Masyarakat Desa Jetis terutama nelayan, juga melakukan kegiatan yang memadukan unsur budaya dan sosial dalam bentuk kegiatan sedekah laut. Kegiatan ini rutin dilakukan satu tahun sekali dan juga didukung oleh koperasi. Kegiatan sedekah laut disajikan pada gambar 7. 67

83 Gambar 7. Perayaan Tradisi Sedekah Laut di Masyarakat Nelayan Desa Jetis Di sisi lain, usaha yang berbasis pada bidang agribisnis sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan terutama iklim dan cuaca. Hal ini terkait dengan sifat komoditi pertanian dan perikanan yang mudah rusak. Proses penangkapan ikan di laut terpengaruh oleh faktor lingkungan ini, terutama keadaan cuaca akhirakhir ini yang kurang menentu. Keadaan lingkungan yang kurang mendukung kegiatan penangkapan ikan dapat memengaruhi produksi yang masuk ke Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, yaitu menurunkan produksi hasil tangkap atau terganggunya kegiatan penangkapan ikan karena cuaca yang kurang mendukung. Hal tersebut menjadi ancaman bagi koperasi dalam pengembangan unit-unit usahanya. 3) Faktor Kebijakan Pemerintah (Politik dan Hukum) Semangat otonomi daerah diharapkan bisa mengeluarkan kebijakan yang terarah bagi daerah yang bersangkutan dalam pembangunan wilayahnya. Kebijakan tersebut termasuk juga produk hukum yang dibuat, diharapkan langsung memberikan manfaat bagi pelaku ekonomi di daerah yang bersangkutan, termasuk hal ini juga adalah koperasi. Namun demikian, kebijakan dan produk hukum dari pemerintah pusat masih sangat dominan menjadi acuan. Pemerintah dengan kebijakan yang dikeluarkan mempunyai kepentingan khususnya bagi keberadaan dan kegiatan koperasi. Kepentingan pemerintah yang juga bisa dikatakan sebagai keinginan poilitik (political will) terhadap koperasi antara lain adalah untuk membangun dan membesarkan gerakan perkoperasian di masyarakat agar kegiatan ekonomi khususnya masyarakat pedesaan dapat 68

84 berkembang. Kepentingan lain adalah tentu berkaitan dengan adanya sumber pendapatan bagi pemerintah terutama pemerintah daerah yang bersangkutan dengan diberlakukannya undang-undang otonomi daerah. Menurut muyasaroh (2004), disebutkan bahwa pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang secara khusus mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan KUD (koperasi) Mina. Hal ini seperti dalam Rakornas Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) pada tahun 2000 yang mengatur tentang kebijakan untuk mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada karyawan dan anggota yang ada di koperasi mina. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas karyawan dan anggota. Program-program pelatihan telah digulirkan baik pada tingkat pusat, provinsi maupun di kabupaten. Hal ini menjadi peluang bagi koperasi dalam memperoleh kesempatan untuk peningkatan kemampuan bagi karyawan dan anggotanya. Selain kebijakan yang berkaitan dengan pelatihan, pemerintah juga mengeluarkan program dana bergulir. Program dana bergulir dikembangkan melalui Kementerian KUKM (Kredit Usaha Kecil dan Menengah). Sampai saat ini program yang bisa dirasakan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis ada dua yaitu Kompensasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dan Modal Awal Padanan (MAP). Pola subsidi program kompensasi pengurangan BBM (PKPS-BBM) dilakukan sejak tahun Pola MAP disalurkan melalui KSP dan telah dilaksanakan sejak tahun dengan besaran plafon Rp 150 sampai Rp 250 juta. Program pemerintah melalui Kementerian KUKM tersebut menjadi peluang dalam pengembangan usaha bagi koperasi terutama untuk mendorong koperasi dalam memajukan usaha yang akhirnya bisa berdampak pada kesejahteraan anggota. 4) Faktor Teknologi Teknologi anggota koperasi dalam penangkapan ikan masih tradisional. Kegiatan penangkapan sendiri masih dominan tergantung musim dan cuaca. Teknologi penangkapan ikan nelayan Desa Jetis masih sederhana yaitu berupa perahu ketinting/jukung dengan motor penggerak yang dilengkapai dengan alat tangkap jaring. Jenis alat tangkap nelayan bisa dikatakan satu jenis (homogen), 69

85 yaitu berupa perahu jukung (bermotor) dan jaring. Hal tersebut berpengaruh terhadap jumlah dan jenis tangkapan. Hal ini menjadi kelemahan bagi koperasi sendiri terutama dalam menghadapi peluang daya serap pasar terhadap produksi perikanan yang tinggi Analisis Lingkungan Industri Menurut Porter (1993), sifat dan tingkat persaingan dalam suatu industri dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: 1. Potensi dan ancaman masuknya pendatang baru 2. Kepercayaan pemasok kepada koperasi dalam proses penawaran produk 3. Kekuatan tawar menawar pembeli 4. Daya substitusi 5. Persaingan di antara perusahaan yang ada dalam industri 1) Potensi dan Ancaman Masuknya Pendatang Baru Menurut Pearce dan Robinson (1997), struktur ditentukan oleh empat variabel, yaitu: a) skala ekonomi, b) permodalan, c) biaya beralih pemasok, d) akses distribusi serta e) diferensiasi produk. Ancaman pendatang baru bagi industri distribusi udang dan ikan dapat dianalisis sebagai berikut: a) Skala Ekonomi Pendatang baru yang berproduksi dengan skala kecil akan menghasilkan biaya per unit yang lebih besar. Apalagi jika diusahakan dengan manajemen usaha. Biaya per unit yang lebih besar ini akan menyebabkan harga jual produk yang dihasilkan menjadi tinggi. Akibatnya pendatang baru sulit untuk masuk industri distribusi udang dan ikan yang sudah ada. b) Permodalan Pendatang baru memerlukan modal yang besar untuk memulai usahanya agar dapat bersaing. Modal diperlukan untuk pembangunan sarana prasarana seperti tempat pelelangan ikan, unit waserda dan juga kentor koperasi. Selain itu, agar bisa bersaing dengan koperasi yang sudah ada harus beroperasi pada skala usaha yang lebih besar. Untuk itu pendatang baru memerlukan modal yang tidak sedikit. Modal tersebut bisa didapatkan dari pinjaman bank. Pada 70

86 kondisi ekonomi saat ini, suku pinjaman bank masih jadi kendala, maka masalah modal merupakan hambatan bagi pendatang baru. c) Biaya Beralih Pemasok Pendatang baru akan kesulitan memengaruhi pemasok yang ada saat ini terutama untuk pemasok udang dan ikan (nelayan). Pemasok yang ada saat ini sudah menjalin hubungan yang cukup lama dengan koperasi. Selain itu, ikatan sosial antar nelayan anggota koperasi sangat tinggi. Kepedulian mereka terhadap koperasi sangat tinggi dengan ditunjukkan untuk tetap setia memasok hasil tangkap ikan dan udang sebagai produk yang didistribusikan dalam proses pelelangan di TPI. Bagi nelayan anggota yang ketahuan menjual hasil tangkapan nelayan di luar TPI Jetis, mendapat sanksi sosial dengan dikucilkan, baik di kehidupan sosial masyarakat maupun dalam kegiatan usaha penangkapan ikan di laut maupun sebagai anggota koperasi. d) Akses Distribusi Akses ke saluran distribusi bagi pendatang baru masih rendah. Saluran distribusi yang ada saat ini sebagian besar masih dikuasai oleh koperasi. Cukup sulit bagi pendatang baru untuk masuk ke saluran distribusi kecuali jika memiliki modal yang kuat. e) Diferensiasi Produk Produk-produk yang dihasilkan oleh nelayan anggota koperasi sebagai produsen udang dan ikan dari hasil tangkapan di laut, sebagian besar memiliki karakteristik dan jenis yang sama dengan produk yang dihasilkan oleh nelayan lain, baik nelayan tersebut sebagai anggota koperasi lain atau sebagai nelayan individu yang bebas memasarkan hasilnya. Hal ini menunjukkan diferensiasi terhadap produk udang dan ikan masih rendah. Melihat hasil analisis tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ancaman masuknya pendatang baru tidak begitu besar. 2) Kepercayaan Pemasok kepada Koperasi dalam Proses Penawaran Produk (Kekuatan Tawar Menawar Pemasok) Produk ikan dan udang yang didistribusikan hanya berasal dari produk udang dan ikan yang berasal dari hasil tangkapan nelayan anggota koperasi. Bagi 71

87 koperasi fungsi anggota yaitu nelayan sangat penting karena koperasi tidak perlu mencari produk dari sumber lainnya untuk mengumpulkan udang dan ikan dengan berbagai jenis dan ukuran. Selain itu, anggota adalah orang yang sudah dikenal oleh koperasi sehingga lebih mudah mengadakan pendekatan. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis dalam pengadaan stok mengandalkan nelayan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada nelayan untuk mengembangkan usahanya. Harga yang ditawarkan pun merupakan harga hasil negosiasi. Dari uraian di atas terlihat bahwa pemasok ikan dan udang yang merupakan nelayan mempunyai bargaining power yang tinggi terhadap koperasi. Dalam transaksi dagang dengan pemasoknya, penentuan harga dikontrol oleh koperasi melalui mekamisme lelang. Hal ini disebabkan pemasok telah percaya terhadap koperasi. Koperasi merupakan pelanggan yang penting bagi pemasok dan kelompok pemasok tidak menunjukkan ancaman yang meyakinkan. 3) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Pembeli atau bakul ikan dan udang rata-rata berjumlah orang. Pembeli tersebut berasal dari warga Desa Jetis, dari daerah sekitar satu kecamatan dan luar daerah (beda kecamatan dan kabupaten). Hal ini menggambarkan bahwa kelompok pembeli tidak terkonsentrasi pada satu wilayah. Namun demikian, diantara mereka mengenal satu sama lainnya. Apabila keberadaan para pembeli tersebut tidak melakukan transaksi lelang dengan sehat, maka hal tersebut akan memberikan dampak terhadap proses lelang untuk mendapatkan harga yang bersaing. Pasar yang kompromistis tentu tidak membuat harga menjadi kompetitif, melainkan harga relatif dapat dikendalikan terutama oleh pembeli/bakul sebagai konsumen. Pengendalian harga yang hanya menguntungkan pembeli merupakan ancaman yang perlu diperhatikan terutama dalam pengembangan usaha koperasi khsusnya jasa TPI. Hal ini juga berdampak pada pendapatan nelayan dari pemasaran hasil tangkapan laut di TPI karena harga yang tidak kompetitif. 72

88 4) Daya Substitusi Komoditi perikanan laut secara umum memiliki produk substitusi dari komoditi perikanan darat. Sifat produk substitusi ini memberikan pengaruh secara langsung bagi koperasi. Saat ini, usaha perikanan darat yang dilakukan di sekitar Desa Jetis baru mengalami kegagalan, yaitu sebelumnya berupa tambak udang. Beberapa tambak sudah beralih fungsi bahkan ada yang dibiarkan terbengkalai. Namun demikian, ada beberapa tambak yang sudah beroperasi kembali terutama di daerah Kebumen. Jika suatu saat didapatkan adanya kecenderungan masyarakat untuk beralih berbudidaya udang dan ikan hal ini bisa menjadi ancaman dalam distribusi/pemasaran ikan dan udang hasil tangkapan nelayan anggota koperasi. 5) Pesaing dalam Iindustri serta Tingkat Persaingannya Secara kewilayahan binaan perkoperasian Kabupaten Cilacap, posisi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis berada di wilayah timur Cilacap. Dalam wilayah tersebut terdapat koperasi mina, yaitu Koperasi Adipala. Namun koperasi tersebut sekarang sudah tidak aktif. Koperasi mina lain yang ada adalah di luar Kabupaten Cilacap, yaitu Koperasi Mina Pawurni yang terletak di Desa Pedalen, Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. Koperasi tersebut berada di daerah pesisir selatan yang merupakan koperasi mina terdekat dengan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Sementara itu, koperasi mina terbesar di Kabupaten Cilacap adalah Koperasi Mino Saroyo yang terletak di pusat Kota Cilacap dengan jarak yang relatif jauh dari Desa Jetis. Menurut informasi dari pengurus Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Koperasi Mina Pawurni relatif lebih kecil dilihat dari anggota jumlah anggota dan kegiatan transaksi di tempat pelelangan ikan yang dikelola. Sementara Koperasi Mino Saroyo mempunyai kegiatan transaksi yang lebih besar, namun relatif tidak berpengaruh karena ikatan anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis yang kuat dan tidak ada interaksi antara anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dengan koperasi lain (semua hasil tangkapan nelayan anggota koperasi di jual ke TPI Jetis milik Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis). Posisi pesaing ada dua, yaitu pesaing kopentitor dan substitor. Pesaing Kompetitor adalah pesaing yang bergerak dalam industri yang sama dan memiliki 73

89 produk yang sama. Pesaing substitor adalah pesaing yang bergerak dalam industri yang sama dengan produk yang berbeda, misal koperasi petambak, atau ikan budidaya. Pada wilayah terdekat Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis tidak teridentifikasi pesaing substitor. Selain koperasi mina lain sebagai pesaing. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis juga memiliki pesaing berupa pihak swasta dalam distribusi udang dan hasil tangkapan ikan. Pesaing terbesar saat ini yaitu pihak swasta yang berlokasi di Desa Ayah. Pihak swasta ini sudah lama bergerak dalam distribusi udang dan ikan terutama untuk tujuan ekspor. Selain itu, adanya pihak perorangan yang memberikan modal kepada nelayan yang dapat memengaruhi proses penjualan di TPI karena nelayan yang dipinjami akan menjual hasil tangkapannya kepada pemberi modal, meskipun proses penjualannya dilakukan melalui pelelangan di TPI. Apabila hal ini tidak dijadikan perhatian bisa mempegaruhi proses distribusi produk yang sudah ada. Kekhawatiran dari pihak lain bagi koperasi adalah pihak perorangan yang memberikan modal kepada nelayan terutama anggota. Hal ini dikarenakan akan dapat mengganggu sistem yang sudah dibangun oleh koperasi, mulai dari permodalan sampai pada pemasaran hasil tangkap di TPI. Meskipun sampai saat ini semua nelayan masih tetap menjual hasil tangkapan di TPI. Kondisi sumber daya yang ada pada Koperasi Mina Usaha Desa Jetis telah memadai untuk menghadapi pesaing yang ada. Hal ini ditandai dengan adanya karyawan yang berpengalaman dalam pemasaran produk perikanan, ikatan sosial yang kuat antar nelayan anggota dan dengan koperasi, serta sejarah kelompok nelayan dan koperasi yang sudah lama terjalin. Namun demikian, kondisi di atas tetap perlu diantisipasi dan diwaspadai Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal dilakukan terhadap beberapa variabel di dalam koperasi yang dapat menjadi sumber kekuatan dan kelemahan bagi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Analisis ini memfokuskan pada peidentifikasian dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan koperasi di bidangbidang fungsional, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi. penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer (David, 2004). 74

90 Manajemen Pelaksanaan manajemen yang haik sangat mendukung keberhasilan setiap organisasi dalam pencapaian tujuannya. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam mengendalikan kegiatan usahanya berdasarkan pada pelaksanaan sistem manajemen. yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis secara garis besarnya adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan Penyusunan perencanaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis secara langsung oleh anggota melalui mekanisme Rapat Anggota Tahunan (RAT). Realisasi dan perencanaan tersebut dapat dikatakan kurang baik. Hal ini terlihat dengan belum diadakannya RAT dalam beberapa periode akhir-akhir tahun ini selama masa kepengurusan yang ada. Hal tersebut dikarenakan ketua pengurus sekarang juga menjabat sebagai kepala desa sehingga selain RAT rapat-rapat rutin juga terhambat. Akan tetapi tidak adanya RAT, proses perencanaan dan kegiatan di semua unit tetap berjalan sebagaimana mestinya. 2) Pengorganisasian Penerapan fungsi ini dapat dilihat dari struktur organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Struktur organisasi mengatur secara terperinci tugas dan wewenang setiap unsur. Pembagian tugas tersebut memudahkan pelaksanaan aktivitas koperasi. 3) Pergerakan Penerapan fungsi ini meliputi kegiatan memimpin, memberikan petunjuk dan instruksi serta memotivasi karyawan. Usaha-usaha yang dilakukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam menggerakkan karyawannya antara lain: Melakukan komunikasi dua arah antara karyawan dan pengurus secara efektif. Menampung aspirasi dan karyawan dan anggota untuk dibandingkan dalam rapat. 75

91 Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi pengurus, karyawan dan anggota untuk memperoleh pelatihan dan pendidikan. 4) Pengawasan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis berdasarkan program kerja akan melakukan pengawasan secara periodik. Pengawasan yang semestinya dilakukan adalah sebagai berikut: a) Pengawasan dari dalam (internal). Pengawasan ini dilakukan dengan memfungsikan semua media komunikasi. Media komunikasi yang digunakan tersebut adalah: Rapat pengurus yang dilaksanakan oleh pengurus lengkap dan diadakan sekurang-kurangnya satu bulan sekali. Rapat pengurus dan pengawas, dilaksanakan untuk evaluasi pengawasan. Dihadiri oleh pengurus dan pengawas dan diadakan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali. Rapat pengurus dan manajer. Rapat ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan usaha, dihadiri oleh pengurus dan manajer dan diadakan sekurang-kurangnya satu bulan sekali. Rapat pengurus dan karyawan yang dilakukan sekurang-kurangnya satu bulan sekali. Rapat-rapat tersebut semestinya dilakukan sebagai pengawasan dan evaluasi periodik dan teratur secara internal. Namun, posisi ketua koperasi yang merangkap sebagai kepala desa mengakibatkan proses tersebut berjalan kurang baik. b) Pengawasan dari luar (eksternal). Pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Cilacap dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap. Pengawasan ini beberapa tahun terakhir tidak berjalan karena fungsi kepengurusan terutama oleh ketua yang mempunyai jabatan ganda di pemerintah desa. 76

92 Sumberdaya Manusia Karyawan yang ada pada Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis saat ini berjumlah 11 orang dengan pembagian tugas dan wewenang masing-masing yang jelas dan tercantum dalam struktur organisasi. Karyawan tersebut terdiri dari: Karyawan bagian umum : 1 orang Karyawan unit SIMPI : 3 orang Karyawan unit Waserda : 1 orang Karyawan unit TPI : 6 orang Perekrutan karyawan dilakukan melalui tes seleksi sebelum terpilih menjadi karyawan dengan keahlian masing-masing. Seleksi dilakukan juga dengan melihat latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan keterampilan yang mendukung sesuai dengan pekerjaan yang akan diemban (perekrutan dilakukan sesuai dengan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan). Dengan adanya perekrutan seperti itu, dapat dihindari sistem kekeluargaan yang akan merugikan pihak koperasi sendiri. Keahlian yang ada pada karyawan bisa dikatakan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, yaitu kecepatan dalam menghitung hasil pelelangan, kegiatan kas di simpan pinjam dan pembelian serta penjualan barang di waserda. Begitu juga dengan para karyawan bagian umum di kantor koperasi dalam membantu operasional pengurus/manajamen koperasi Pemasaran Pemasaran ikan dan udang ditujukan untuk bakul lokal (sebagai bakul pengecer di beberpa lokasi pasar daerah sekitar), bakul pengumpul dan bakul pengolah (dalam jumlah sedikit). Pemasaran produk dilakukan melalui sistem lelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kegiatan pemasaran di TPI dimaksudkan untuk menciptakan kondisi harga yang stabil dan diusahakan tercapainya harga yang kompetetif. Pada saat pelelangan dimulai, kerja sama antar karyawan dalam TPI sangat mutlak diperlukan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan dalam menimbang, menawarkan harga serta pencatatan pihak penjual dan pembeli. TPI merupakan tempat yang ditunjuk untuk memasarkan hasil-hasil tangkapan ikan dan udang nelayan anggota dengan cara lelang. 77

93 1) Peranan TPI dalam Menetapkan Harga Jual Melalui Sistem Lelang Harga adalah salah satu faktor yang penting dalam pemasaran, karena harga adalah satu-satunya dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Dalam sistem lelang di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, setelah adanya tawar menawar, harga kemudian ditetapkan oleh pembeli pemenang (harga tertinggi), yaitu oleh bakul. Sedangkan penjual adalah juru lelang dari karyawan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Hal-hal yang menentukan harga adalah jenis udang dan ikan, harga di tempat lain, harga yang telah lalu dan mutu udang dan ikan. Harga yang terjadi di TPI melalui sistem lelang lebih menguntungkan dibandingkan dijual di luar TPI, karena nelayan tidak mengeluarkan biaya lain. 2) Mekanisme Lelang di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Proses pelelangan dilakukan setiap hari secara rutin kecuali pada hari-hari tertentu dimana nelayan Desa Jetis tidak melaut. Peserta pelelangan adalah nelayan yang menjadi anggota maupun bukan anggota yang memasarkan hasil tangkapnya di TPI. Setiap hari bisa mencapai seratus nelayan yang menjual hasil tangkapanya. Tidak ada sarat tertentu untuk mengikuti proses pelelangan ini, kecuali ada potongan biaya retribusi untuk jasa pelelangan sebesar 8 persen dengan rincian disajikan pada tabel 15. Pembeli di TPI adalah orang yang mengadakan penawaran yang disebut bakul yang merupakan warga Desa Jetis dan warga luar Desa Jetis. Jumlah bakul rata-rata sebanyak bakul setiap harinya. Adanya nelayan dan bakul tersebut menjadikan proses pelelangan terjadi secara kontinu. Prosedur pelelangan udang dan ikan yang terjadi di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dimulai dari hasil tangkap nelayan yang dibawa oleh nelayan dari laut ke TPI (biasanya telah dipisahkan berdasarkan jenis ikan hasil tangkapan oleh nelayan), jenis ikan dan udang kemudian ditimbang. Setelah itu pelelangan dibuka oleh juru lelang. Para bakul akan melakukan penawaran harga secara terbuka. Pada harga tertinggi bakul yang kemudian tidak ada yang melakukan penawaran lagi, maka bakul tersebut dianggap sebagai pemenang untuk membeli ikan atau udang hasil tangkap tersebut. Selanjutnya, nelayan 78

94 pemilik ikan dan udang tersebut mendapat kuitansi untuk pencairan dana. Sementara bakul akan melakukan pembayaran dari seluruh ikan yang dibeli selama pelelangan pada hari itu, sesuai bukti pembelian yang diberi oleh juru lelang TPI. Tabel 15. Rincian Retribusi Lelang TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis No. Rincian Retribusi Jumlah Alokasi (%) 1. Kas Desa 0,25 2. Kas Dati II 0,75 3. Kas DKP 0,10 4. Peng Kop 0,85 5. Perawatan TPI 0,10 6. BPL 1,00 7. Tabungan Nelayan 2,50 8. Tabungan Bakul 1,25 9. Simpanan Modal Nelayan 0, Dana Sosial 0, Dana Asuransi nelayan 0, Dana Paceklik 0, Dana HNSI 0, Dana SAR 0,10 Sumber: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, 2009 Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam pelelangan ini membayar tunai kepada anggota yang menjual hasil tangkapanya di TPI. Sementara para bakul membayar kepada koperasi secara tunai maupun kredit. Sistem pembayaran dengan kredit ini terkadang menjadi masalah bagi koperasi. Oleh karena ada beberapa dari bakul tersebut yang sulit dalam pembayaran kreditnya, maka pihak koperasi terpaksa memberikan sanksi pada bakul tersebut untuk tidak mengikuti pelelangan sampai dapat melunasi kreditnya. Tenaga kerja di TPI terdiri dari juru lelang, juru timbang, juru bayar dan juru angkat/angkut yang juga merangkap sebagai petugas kebersihan baik sebelum 79

95 dan sesudah pelelangan dilakukan. Kegiatan di TPI disajikan pada gambar 8, sedangkan mekanisme pelelangan disajikan pada gambar 9. Gambar 8. Kegiatan di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis 80

SKRIPSI SULISTYO A

SKRIPSI SULISTYO A ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI PERIKANAN MINA USAHA (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah) SKRIPSI

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perkoperasian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perkoperasian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perkoperasian Koperasi singkatan dari kata ko/co dan operasi/operation. Kata koperasi berasal dari Bahasa Latin yaitu cooperere, sedangkan dalam Bahasa Inggris adalah cooperative

Lebih terperinci

VII KESIMPULAN DAN SARAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka berikut ini penulis akan menyajikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil analisis kinerja keuangan

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan perkembangan UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara harfiah kata Koperasi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Rapat Anggota. Manajer

Rapat Anggota. Manajer LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Rapat Anggota BPP Pengurus Pengawas Manajer Unit TPI Unit Simpi Unit Waserda Anggota 106 Lampiran 2. Hasil Analisis Trend

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut. BAB II TINJAUAN TEORI 1.1. Landasan Teori 1.1.1. Pengertian Kinerja Menurut kamus umum Bahasa Indonesia kinerja diartikan sebagai berikut : a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan b. Kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIOETANOL BERBAHAN BAKU UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PT PANCA JAYA RAHARJA, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : SUHENDRI A 14105610 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) Oleh : CITRA WIDYALESTARI A 14105522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR Disusun Oleh : SYAIFUL HABIB A 14105713 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA Oleh : NURSYAMSIYAH A14102046 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGIK (Studi Kasus BANISI, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat)

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGIK (Studi Kasus BANISI, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat) PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGIK (Studi Kasus BANISI, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat) BAIQUNI ARDHI A14104067 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI DE AULIA RAMADHAN H34066030 PROGRAM PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN KONSUMEN BERPENDAPATAN TINGGI DI BOGOR TERHADAP KERIPIK KENTANG PRINGLES DAN PRODUK TRANSGENIK

PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN KONSUMEN BERPENDAPATAN TINGGI DI BOGOR TERHADAP KERIPIK KENTANG PRINGLES DAN PRODUK TRANSGENIK PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN KONSUMEN BERPENDAPATAN TINGGI DI BOGOR TERHADAP KERIPIK KENTANG PRINGLES DAN PRODUK TRANSGENIK Oleh : BABAN SUBANDI A14105518 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS Oleh TUTUT RETNO LESTARI A 14102716 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Kinerja Kuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999) dalam Lismawati (2009), kinerja keuangan adalah suatu penilian terhadap laporan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Koperasi Pengertian Koperasi

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Koperasi Pengertian Koperasi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Kata koperasi berasal dari bahasa latin cooperatio yang berarti kerjasama atau bekerjasama. Dalam ilmu ekonomi, koperasi adalah perkumpulan yang

Lebih terperinci

Objek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan Sesuatu menjadi indah apabila matahati merasakan keindahan.

Objek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan Sesuatu menjadi indah apabila matahati merasakan keindahan. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS SAYURAN UNGGULAN (Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat) Oleh : ENCEP ZACKY KOERDIANTO

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Okwan Himpuni H 34066099 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI KARYAWAN PT. DJARUM KUDUS

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI KARYAWAN PT. DJARUM KUDUS ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI KARYAWAN PT. DJARUM KUDUS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5355 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A.14105704 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SARI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL.

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL. PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL Oleh : DEDY MARETHA A14104530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Koperasi dikenal sebagai suatu bentuk perusahaan yang bukan milik perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya koperasi, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Subandi (2011) Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala

Lebih terperinci

Oleh : DWI ERNAWATI A

Oleh : DWI ERNAWATI A ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi KOPERASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang konsep dasar koperasi. 2. Memahami perhitungan

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata-susunan ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koperasi Bagi Indonesia koperasi merupakan suatu badan usaha yang menerapkan sifat gotong royong dan cara bekerjanya bersifat kekeluargaan. Kata koperasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini akan menjelaskan mengenai pengertianpengertian yang mendasar mengenai prosedur pelaksanaan simpan pinjam, tinjauan pustaka ini penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Strategi Menurut David (2009, p18) Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi

Lebih terperinci

STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR ( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet )

STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR ( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet ) STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR ( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet ) Oleh : ZULYAN FIRDAUS AFIF A14105630 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 menempatkan ekonomi nasionalnya. Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadikan koperasi sebagai soko guru

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 menempatkan ekonomi nasionalnya. Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadikan koperasi sebagai soko guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menempatkan ekonomi nasionalnya berlandaskan kekeluargaan. Hal ini disebutkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir yang dibentuk pada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Pengertian 1.1.1 Analisis Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA DI SIDOARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA DI SIDOARJO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA DI SIDOARJO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI

ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat) OLEH : ANDRI PURNA A14103511 POGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Kasus Kecamatan Binong, dan Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh: MILA YULISA A 14105572 PROGRAM

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi URAIAN MATERI A. Pengertian Koperasi Kata Koperasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu co dan operation. Co berarti bersama, operation berarti usaha. Kalau kedua kata itu dirangkai, maka koperasi dapat

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN UTAMA DAN RANCANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGI

ANALISIS PERAN UTAMA DAN RANCANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGI ANALISIS PERAN UTAMA DAN RANCANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR STRATEGI Oleh : Erick Wahyudyono A14103087 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR Oleh DESMAN MANURUNG A 14104663 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : ARTATI WIDIANINGSIH A. 14103659 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan. Ketiga sektor kekuatan tersebut adalah

Lebih terperinci

USAHA SUSU KEDELAI. Oleh : A

USAHA SUSU KEDELAI. Oleh : A ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SUSU KEDELAI BUBUK INSTAN (Studi Kasus: PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor) Oleh : AGUS SATRIYO BUDI A14104072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR Oleh: Faisal Onassis Siregar A14105670 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan strategi pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan strategi pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional yang sedang berkembang di Indonesia merupakan bagian dari usaha nasional untuk memecahkan berbagai masalah sosial dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S.

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S. Ekonomi untuk SMA/MA kelas X Oleh: Alam S. 2 10 Ba b 3 Tujuan Pembelajaran Dengan mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: menjelaskan pengertian landasan, asas, tujuan, nilai, dan prinsip koperasi,

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB VIII : JATIDIRI KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y Di atas sendi [cita-cita tolong menolong] dapat didirikan tonggak demokrasi. Tidak lagi orang seorang atau satu golongan kecil

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok usaha yang menjadi pilar ekonomi nasional. Pilar ekonomi yang dimaksudkan adalah Badan Usaha

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2012 : pasal 1, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi,

Lebih terperinci

Pentingnya Koperasi bagi

Pentingnya Koperasi bagi Bab 8 Pentingnya Koperasi bagi Kesejahteraan Masyarakat Tahuka kamu apa koperasi itu? Apa tujuan didirikannya koperasi? Apa alasan dibuatnya koperasi? Koperasi merupakan organisasi dari anggota, oleh anggota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama. AKUNTANSI PERKOPERASIAN PSAK NO. (REVISI ) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) AKUTANSI PERKOPERASIAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini membahas tentang : konsep strategi, manajemen strategi, analisis faktor internal dan eksternal serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA Oleh AIDI RAHMAN H 24066055 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) Oleh: ARYA SAJIWA A14103660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep BAB II LANDASAN TEORI Untuk dapat memulai suatu penelitian diperlukan suatu landasan teori yang relevan dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu defenisi koperasi adalah suatu perkumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki

Lebih terperinci