MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Balai Konservasi Borobudur STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR Balai Konservasi Borobudur Jalan Badrawati, Borobudur, Magelang Jawa Tengah Indonesia Telp. (0293) , Fax. (0293) balai@konservasiborobudur.org konservasiborobudur@yahoo.com website : Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 1

2 2 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYELAMATAN DAN EVAKUASI AKIBAT BENCANA LETUSAN GUNUNG API... STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYELAMATAN DAN EVAKUASI AKIBAT GEMPA BUMI... STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN AKIBAT BENCANA... STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN PELINDUNG CANDI... STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGKAJIAN CEPAT... STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMANTAUAN PERKEMBANGAN AKIBAT BENCANA LETUSAN GUNUNG API STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMANTAUAN PERKEMBANGAN BENCANA GEMPA BUMI Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 3

4 KATA PENGANTAR Candi Borobudur merupakan karya agung nenek moyang Indonesia masa Dinasti Syailendra abad VIII masehi, dan diakui sebagai warisan budaya dunia (World Heritage List) nomor 348 tanggal 13 Desember 1991, kemudian diperbarui menjadi nomor 592 tahun Candi Borobudur sebagai warisan dunia mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap popularitas di dalam dan luar negeri. Candi Borobudur menjadi tujuan wisata utama di Indonesia sehingga dari tahun-ke tahun jumlah kunjungan semakin meningkat. Oleh karena itu kelestariannya harus terus dijaga, termasuk ancaman kerusakan oleh bencana. Sebagai situs warisan dunia, Borobudur harus memiliki sistem manajemen bencana. Candi Borobudur yang dikelilingi oleh gunung api muda menjadikannya rawan terhadap bencana gunung api. Selain bencana gunung api, Kawasan Borobudur juga rawan terhadap bencana gempa bumi karena berada di garis sesar. Oleh karena itu, apabila terjadi bencana pada saat jam kunjungan, dapat berpotensi menimbulkan dampak bencana terhadap manusia. Selain itu, struktur Candi Borobudur yang besar dan cukup kompleks, diperlukan pengaturan khusus agar dapat meminimalkan terjadinya dampak bencana. Manajemen bencana merupakan hal yang harus diperhatikan karena tidak hanya menyangkut keselamatan jiwa, tetapi juga kelestarian cagar budaya. Walaupun belum dapat dipastikan kapan bencana tersebut mengancam, sebagai situs warisan dunia, diperlukan adanya SOP Manajemen Bencana. Balai Konservasi Borobudur yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaanmempunyai tugas melaksanakan kajian konservasi, pelestarian Borobudur. Dalam salah satu fungsinya terdapat pelaksanaan pengamanan, pemeliharaan dan pemugaran Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon. Oleh karena itu, untuk melaksanakan fungsinya tersebut, dibuatlah Standar Operasional Prosedur (SOP) Manajemen Bencana untuk sebagai pedoman dan 4 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

5 petunjuk untuk meminimalisir resiko terjadinya dampak bencana di Candi Borobudur sebagai upaya pengamanan Candi Borobudur. SOP Manajemen Bencana ini terdiri dari SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunung Api, SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Gempa Bumi, SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana, SOP Pemasangan Pelindung Candi, SOP Pengkajian Cepat, SOP Pemantauan Perkembangan Akibat Bencana Letusan Gunung Api, dan SOP Pemantauan Perkembangan Bencana Gempa Bumi. Semoga, dengan adanya SOP Manajemen Bencana ini, manajemen bencana di Candi Borobudur dapat terwujud sehingga dalam pengelolaan Candi Borobudur, Balai Konservasi Borobudur dapat menerapkan manajemen bencana pada saat terjadi bencana di kawasan Candi Borobudur dan juga dapat mempertahankan state of preservation Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia. Penyusun Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 5

6 6 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

7 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENYELAMATAN DAN EVAKUASI AKIBAT BENCANA LETUSAN GUNUNG API Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 7

8 8 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

9 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN BENCANA JUDUL AREA : PENYELAMATAN DAN EVAKUASI AKIBAT BENCANA LETUSAN GUNUNG API : CANDI BOROBUDUR, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR A. TUJUAN Tujuan dibuatnya SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunung api adalah : 1. Mengantisipasi adanya bencana letusan Gunung Merapi yang berdampak negatif terhadap Candi Borobudur dan lingkungannya. 2. Menyiapkan peralatan antisipasi bencana abu vulkanik. 3. Agar dapat cepat tanggap dalam menghadapi situasi terjadinya bencana letusan Gunung api. 4. Koordinasi dan kerja sama dengan instansi maupun organisasi penanggulangan bencana di sekitar lingkungan Candi Borobudur. B. RINGKASAN Secara umum keletakan kawasan Borobudur di antara gunung api membuat Kawasan Borobudur menjadi kawasan rawan bencana gunung api. Salah satu gunung yang masih sangat aktif yaitu Gunung Merapi, pernah meletus November 2010 silam dan menyebabkan Candi Borobudur terkena dampak dari abu Merapi. Tidak hanya Gunung Merapi yang letaknya dekat, Candi Borobudur pernah juga terkena dampak abu vulkanik dari Gunung Kelud bulan Februari tahun Tindakan pengamanan dan tanggap darurat dalam hal ini sangat diperlukan jika suatu saat bencana letusan dari gunung apiterjadi lagi. Pengunjung masih diperbolehkan melakukan kunjungan di Candi Borobudur namun dengan pembatasan pada situasi yang dinyatakan dengan status waspada, Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 9

10 status siaga, dan status awas. Pada situasi-situasi tersebut Tim Tanggap Darurat harus selalu siap siaga dalam menghadapi kemungkinan yang dapat terjadi dan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan harus pula telah disediakan. SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunung api diperlukan jika bencana letusan terjadi saat jam kunjungan di Candi Borobudur, yang membutuhkan langkah cepat dan tanggap dalam melakukan penyelamatan dan evakuasi terhadap pengunjung maupun aset Candi Borobudur. Penyelamatan dan evakuasi dilakukan dengan hati-hati, cepat, dan aman. C. RUANG LINGKUP SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunung api berlaku dan digunakan di Balai Konservasi Borobudur, khususnya di Candi Borobudur. SOP ini meliputi: 1. Pemasangan papan informasi dan papan petunjuk arah sebagai tindakan antisipasi. 2. Koordinasi dengan instansi terkait. 3. Cepat tanggap saat situasi berubah menjadi sangat rawan. 4. Penanganan darurat terhadap Candi Borobudur. 5. Evakuasi pengunjung. 6. Pemantauan perkembangan situasi dan kondisi. 10 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

11 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Nomor SOP SOP/MB.01/BKB/2015 Tanggal Desember 2015 Pembuatan Tanggal Revisi Tanggal Efektiv Januari 2016 Kepala Balai Konservasi Borobudur KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Balai Konservasi Borobudur Disahkan oleh Nama SOP Drs. Marsis Sutopo, M.Si NIP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunung api DASAR HUKUM : KUALIFIKASI PELAKSANA : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 1. Mengetahui tugas dan fungsi melakukan penyelamatan dan evakuasi akibat letusan gunung api 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun Mengetahui teknik evakuasi 3. Permenpan Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan. 4. Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur. KETERKAITAN : PERALATAN / PERLENGKAPAN : 1. Alat komunikasi (HT, telepon, telepon genggam) 1. SOP Pemasangan Pelindung Candi 2. SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana 2. Papan informasi 3. Peralatan p3k 4. Peralatan evakuasi PERINGATAN : PENCATATAN DAN PENDATAAN : SOP ini dilakukan saat terjadi bencana letusan gunung api 1. Laporan Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 11

12 NO AKTIVITAS/KEGIATAN 1 Koordinasi dengan Pengelola Obvitnas Taman Wisata Candi Borobudur untuk menutup kunjungan, mengevakuasi pengunjung, dan menyediakan tempat penampungan sementara serta menginstruksikan kepada komandan tim tanggap darurat untuk berkoordinasi dengan pihak terkait dan melakukan tindakan penyelamatan 2 Menutup kunjungan, mengevakuasi pengunjung, dan menyediakan tempat penampungan sementara 3 4 Memberi instruksi kepada Kepala Seksi Konservasi dan/atau Koordinator Pokja Pengamanan untuk berkoordinasi dengan pihak terkait serta memerintah anggota tim tanggap darurat untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan Menjalin koordinasi dengan pihak Polres Magelang, TNI, BPBD Kabupaten Magelang, PMI Cabang Kabupaten Magelang, SAR Kabupaten Magelang, TAGANA, maupun instansi lainnya 5 Melakukan evakuasi pengunjung candi dan memasang pelindung candi serta melaporkan keadaan evakuasi kepada komandan tim tanggap darurat 6 Melaporkan kondisi terkini mengenai evakuasi penyelamatan kepada Kepala Balai Konservasi Borobudur 7 Menerima laporan kondisi terkini penyelamatan dan evakuasi bencana letusan gunungapi Kepala BKB ALUR KEGIATAN Pengelola Obvitnas Taman Wisata Candi Borobudur PELAKSANA MUTU BAKU Komandan tim tanggap darurat Ka. Seksi Layanan Konservasi/Ko. Pokja Pengamanan Anggota Tim Tanggap Darurat Kelengkapan Waktu Output Alat Komunikasi 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan, Disposisi Alat Komunikasi 30 menit Laporan Alat Komunikasi 3 jam Laporan Laporan 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan KETERANGAN SOP Pengkajian Cepat SOP Pemasangan Pelindung Candi, SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana 12 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

13 PENJELASAN PROSEDUR DAN TANGGUNG JAWAB A. Pada Situasi Normal dilakukan pemasangan papan informasi alur evakuasi pengunjung yang akan memudahkan proses penyelamatan dan evakuasi pengunjung jika terjadi bencana letusan abu vulkanik yang diakibatkan oleh gunungapi; B. Pada Situasi Awas, anggota Tim Tanggap Darurat segera mengambil tindakan yang cepat tanggap terhadap situasi yang sedang terjadi; 1. Jika terdapat tanda-tanda akan adanya letusan gunung api, misal hujan abu maupun serangkaian gempa bumi yang dapat membahayakan jiwa pengunjung Candi Borobudur, Kepala Balai Konservasi Borobudur berkoordinasi dengan Pengelola Obvitnas Taman Wisata Candi Borobudur untuk a. menutup kunjungan Candi Borobudur; b. memerintahkan agar para pengunjung di Zona II segera dievakuasi dari Candi Borobudur menuju tempat yang aman; c. menyediakan lokasi yang dapat dipergunakan sebagai tempat penampungan sementara dengan segala kebutuhan yang diperlukan; 2. Komandan Komando Tim Tanggap Darurat dapat memberikan instruksi kepada Kepala Seksi Konservasi dan/atau Koordinator Pokja Pengamanan untuk segera berkoordinasi dengan pihak Polres Magelang, TNI, BPBD Kabupaten Magelang, PMI Cabang Kabupaten Magelang, SAR Kabupaten Magelang, TAGANA, maupun instansi lainnya; 3. Pelindungan terhadap Candi Borobudur dapat dilihat pada SOP Pemasangan Pelindung Candi Borobudur; 4. Tim Tanggap Darurat yang berjaga di Pos Keamanan Utama (Pos Kenari) menyiarkan pengumuman perintah evakuasi dan meminta pengunjung untuk tetap bersikap tenang serta tidak panik; 5. Tim Tanggap Darurat menutup pintu gerbang Timur dan pintu gerbang Utara agar pengunjung tidak terpencar dan memudahkan proses evakuasi; Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 13

14 6. Tim Tanggap Darurat yang berjaga di setiap sisi pintu monumen Candi Borobudur mengarahkan pengunjung untuk segera turun dari monumen guna menghindari adanya pengunjung yang saling berdesakan; 7. Tim Tanggap Darurat yang berada di area halaman Candi Borobudur mengarahkan pengunjung untuk keluar dari keempat pintu monumen yang ada, kemudian pengunjung dikumpulkan di lapangan sebelah Barat Candi Borobudur sesuai dengan prioritas penyelamatan (berdasarkan warna bendera) guna menunggu penjemputan; 8. Tim Tanggap Darurat Balai Konservasi Borobudur: a. memberikan masker, topi, jas hujan, dan/atau kacamata kepada pengunjung selama menunggu penjemputan; b. membantu personil PMI dalam melakukan pertolongan pertama kepada pengunjung, dapat dilihat pada SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana; 9. Dilakukan penjemputan segera sebagai tindakan evakuasi pengunjung ke tempat penampungan sementara yang dipusatkan Zona II Candi Borobudur; 10. Tetap menjalin koordinasi dengan pihak Polres Magelang, TNI, BPBD Kabupaten Magelang, PMI Cabang Kabupaten Magelang, SAR Kabupaten Magelang, TAGANA, maupun instansi lainnya dalam melakukan kegiatan pengamanan dan pemantauan perkembangan situasi maupun kondisi selanjutnya di area Candi Borobudur. 14 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

15 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENYELAMATAN DAN EVAKUASI AKIBAT GEMPA BUMII Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 15

16 16 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

17 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN BENCANA JUDUL AREA : PENYELAMATAN DAN EVAKUASI AKIBAT GEMPA BUMI : CANDI BOROBUDUR, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR A. TUJUAN Tujuan dibuatnya SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Gempa Bumi adalah : 1. Mengantisipasi adanya bencana gempa bumi yang dapat berdampak negatif terhadap Candi Borobudur dan lingkungannya. 2. Tim Tanggap Darurat cepat tanggap menghadapi situasi saat terjadi bencana gempa. 3. Menyelamatkan pengunjung saat terjadi bencana gempa bumi. 4. Koordinasi dan kerja sama dengan instansi maupun organisasi penanggulangan bencana di sekitar lingkungan Candi Borobudur. B. RINGKASAN Candi Borobudur rentan terhadap bencana alam yang bisa terjadi kapan saja. Bencana beresiko tinggi yang dapat terjadi dan berdampak terhadap Candi Borobudur adalah bencana letusan Gunung Merapi dan gempa bumi. Kondisi struktural Candi Borobudur yang terdiri dari susunan batu dengan sambungan-sambungannya rentan terhadap setiap gerakan maupun getaran dengan intensitas yang tinggi misalnya saja saat terjadi gempa. Batu-batu penyusun Candi Borobudur dapat jatuh bahkan melesak, yang dapat berdampak buruk terhadap struktur Candi Borobudur maupun pengunjung jika gempa terjadi saat jam kunjungan wisata, oleh karena itu diperlukan SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Gempa Bumi di Candi Borobudur. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 17

18 C. RUANG LINGKUP SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Gempa Bumi berlaku dan digunakan di Balai Konservasi Borobudur, khususnya di Candi Borobudur. SOP ini meliputi : 1. Pemasangan papan informasi dan papan petunjuk arah sebagai tindakan antisipasi. 2. Koordinasi dengan instansi terkait. 3. Cepat tanggap saat situasi berubah menjadi sangat rawan. 4. Evakuasi pengunjung. 5. Penanganan darurat terhadap Candi Borobudur. 6. Pemantauan perkembangan situasi dan kondisi. 18 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

19 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Nomor SOP SOP/MB.02/BKB/2015 Tanggal Pembuatan Desember 2015 Tanggal Revisi Tanggal Efektiv Januari 2016 Disahkan oleh Kepala Balai Konservasi Borobudur KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Balai Konservasi Borobudur Nama SOP Drs. Marsis Sutopo, M.Si NIP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Gempa Bumi DASAR HUKUM : KUALIFIKASI PELAKSANA : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun Permenpan Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan. 4. Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur. 1. Mengetahui tugas dan fungsi melakukan penyelamatan dan evakuasi gempa bumi 2. Mempunyai pengetahuan tentang penanganan P3K 3. Mengetahui teknik evakuasi KETERKAITAN : PERALATAN / PERLENGKAPAN : 1. SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana. 2. SOP Pemasangan Pelindung Candi Borobudur. 1. Alat komunikasi (HT, telepon, telepon genggam) 2. Perlengkapan P3K 3. Perlengkapan Evakuasi 4. Perlengkapan Pengamanan/Peyelamatan Obyek Candi Borobudur 5. Papan informasi/larangan PERINGATAN : PENCATATAN DAN PENDATAAN : SOP ini dilakukan saat terjadi bencana 1. Laporan gempa bumi Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 19

20 NO AKTIVITAS/KEGIATAN 1 Koordinasi dengan Pengelola Obvitnas Taman Wisata Candi Borobudur untuk menutup kunjungan, mengevakuasi pengunjung, dan menyediakan tempat penampungan sementara serta menginstruksikan kepada komandan tim tanggap darurat untuk berkoordinasi dengan pihak terkait dan melakukan tindakan penyelamatan 2 Menutup kunjungan, mengevakuasi pengunjung, dan menyediakan tempat penampungan sementara 3 Memberi instruksi kepada Kepala Seksi Konservasi dan/atau Koordinator Pokja Pengamanan untuk berkoordinasi dengan pihak terkait serta memerintah anggota tim tanggap darurat untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan 4 Menjalin koordinasi dengan pihak Polres Magelang, TNI, BPBD Kabupaten Magelang, PMI Cabang Kabupaten Magelang, SAR Kabupaten Magelang, TAGANA, maupun instansi lainnya 5 Melakukan evakuasi pengunjung candi dan melaporkan keadaan evakuasi kepada komandan tim tanggap darurat 6 Melaporkan kondisi terkini mengenai evakuasi penyelamatan kepada Kepala Balai Konservasi Borobudur 7 Menerima laporan kondisi terkini penyelamatan dan evakuasi bencana gempa bumi Kepala BKB ALUR KEGIATAN Pengelola Obvitnas Taman Wisata Candi Borobudur PELAKSANA MUTU BAKU Komandan tim tanggap darurat Ka. Seksi Layanan Konservasi/Ko. Pokja Pengamanan Anggota Tim Tanggap Darurat Kelengkapan Waktu Output Alat Komunikasi 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan, Disposisi Alat Komunikasi 30 menit Laporan Alat Komunikasi 1 jam Laporan Laporan 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan KETERANGAN SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana 20 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

21 PENJELASAN PROSEDUR DAN TANGGUNG JAWAB A. Pada Situasi Normal dilakukan pemasangan papan informasi alur evakuasi pengunjung yang akan memudahkan proses penyelamatan dan evakuasi pengunjung jika terjadi bencana gempa bumi; B. Pada Situasi Awas, anggota Tim Tanggap Darurat segera mengambil tindakan yang cepat tanggap terhadap situasi yang sedang terjadi; 1. Komandan Komando Tim Tanggap Darurat berkoordinasi dengan Pengelola Obvitnas Taman Wisata Candi Borobudur untuk : a. menutup kunjungan Candi Borobudur; b. memerintahkan agar para pengunjung di Zona II segera dievakuasi dari Candi Borobudur menuju tempat yang aman; c. menyediakan lokasi yang dapat dipergunakan sebagai tempat penampungan sementara dengan segala kebutuhan yang diperlukan; 2. Komandan Komando Tim Tanggap Darurat dapat memberikan instruksi kepada Kepala Seksi Konservasi dan/atau Koordinator Pokja Pengamanan untuk segera berkoordinasi dengan pihak Polres Magelang, TNI, BPBD Kabupaten Magelang, PMI Cabang Kabupaten Magelang, SAR Kabupaten Magelang, TAGANA, maupun instansi lainnya; 3. Tim Tanggap Darurat yang berjaga di Pos Keamanan Utama (Pos Kenari) menyiarkan pengumuman perintah kepada pengunjung untuk tetap bersikap tenang dan tidak panik, serta meminta pengunjung untuk menjauhi dinding stupa atau menuju tempat yang lapang; 4. Tim Tanggap Darurat yang berada di area stupa Candi Borobudur mengarahkan pengunjung yang berada di area teras stupa untuk segera turun ke area plateau guna mencari tempat yang lebih lapang; 5. Jika gempa bumi berhenti (sementara), Tim Tanggap Darurat mengarahkan pengunjung yang berkumpul di plateau untuk segera turun dengan hati-hati kemudian turut berkumpul di Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 21

22 lapangan sebelah Barat Candi Borobudur guna menunggu penjemputan; 6. Tim Tanggap Darurat yang berjaga di lorong-lorong candi mengarahkan pengunjung yang berada di lorong-lorong candi untuk segera turun dengan hati-hati menuju halaman sebelah barat Candi Borobudur guna mencari tempat yang lebih lapang ; 7. Tim Tanggap Darurat membantu personil PMI dalam melakukan pertolongan pertama kepada pengunjung sesuai dengan prioritas penyelamatan (berdasarkan warna bendera), dapat dilihat pada SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana; 8. Dilakukan penjemputan segera sebagai tindakan evakuasi pengunjung ke tempat penampungan sementara yang dipusatkan Zona II Candi Borobudur; 9. Tim Tanggap Darurat tetap menjalin koordinasi dengan pihak Polres Magelang, TNI, BPBD Kabupaten Magelang, PMI Cabang Kabupaten Magelang, SAR Kabupaten Magelang, TAGANA, maupun instansi lainnya dalam melakukan kegiatan pengamanan dan pemantauan perkembangan situasi maupun kondisi selanjutnya di area Candi Borobudur. 22 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

23 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN AKIBAT BENCANA Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 23

24 24 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

25 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN BENCANA JUDUL AREA : PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN AKIBAT BENCANA : CANDI BOROBUDUR, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR A. TUJUAN Tujuan dibuatnya SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana adalah : 1. Menyelamatkan jiwa penderita (pengunjung) saat terjadi bencana letusan gunungapi maupun bencana gempa bumi. 2. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan. B. RINGKASAN Pada Situasi Normal disediakan peralatan pertolongan pertama di Pos Keamanan (Kenari) Candi Borobudur agar dapat dimanfaatkan sewaktuwaktu. Saat terjadi letusan gunungapi maupun gempa bumi, pengunjung dikumpulkan di lapangan Barat Candi Borobudur untuk menunggu penjemputan. Evakuasi yang dilakukan oleh Tim Tanggap Darurat Balai Konservasi Borobudur dilakukan berdasarkan prioritas (triage) penyelamatan terhadap pengunjung atau korban. Prioritas yang dimaksud ditandai dengan pemasangan bendera di lapangan sebelah barat Candi Borobudur sebagai berikut : 1. Merah : Pengunjung dalam keadaan kritis, namun masih bisa diatasi. 2. Kuning : Pengunjung membutuhkan pertolongan, namun tidak ada ancaman nyawa. 3. Hijau : Pengunjung masih mampu berjalan. 4. Hitam : Pengunjung meninggal. Selama proses tersebut, pengunjung yang mengalami luka, syok, pingsan, dan/atau sakit diberikan pertolongan pertama pada kecelakaan akibat bencana yang dialami. Tim Tanggap Darurat membantu personil Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 25

26 PMI dalam memberikan pertolongan pertama terhadap pengunjung. Jika personil PMI belum datang, maka Tim Tanggap Darurat Balai Konservasi Borobudur memberikan pertolongan pertama. Tim Tanggap Darurat memberikan masker, topi, jas hujan, dan/atau kacamata kepada pengunjung selama menunggu tim penjemput. Setelah pengunjung dijemput dan dikumpulkan di penampungan sementara Zona II Candi Borobudur, di sana pengunjung akan memperoleh perawatan yang lebih baik lagi bagi pengunjung yang sakit. C. RUANG LINGKUP SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana berlaku dan digunakan di Balai Konservasi Borobudur, khususnya di Candi Borobudur. SOP ini terdiri dari : 1. Peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan akibat bencana. 2. Pertolongan pertama bagi pengunjung yang luka perdarahan. 3. Pertolongan pertama bagi pengunjung yang syok. 26 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

27 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Nomor SOP SOP/MB.03/BKB/2015 Tanggal Pembuatan Desember 2015 Tanggal Revisi Tanggal Efektiv Januari 2016 Disahkan oleh Kepala Balai Konservasi Borobudur KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Balai Konservasi Borobudur Nama SOP Teknis Drs. Marsis Sutopo, M.Si NIP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana DASAR HUKUM : KUALIFIKASI PELAKSANA : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun Permenpan Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan. 4. Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur. 1. Mengetahui tugas dan fungsi melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan KETERKAITAN : PERALATAN / PERLENGKAPAN : 1. Pemantauan perkembangan akibat gempa bumi 2. Pemantauan perkembangan akibat letusan gunung api Alat : 1. Penutup luka; 2. Pembalut; 3. Cairan antiseptik; 4. Cairan pencuci mata; 5. Peralatan stabilisasi; 6. Gunting pembalut; 7. Pinset; 8. Senter; 9. Kapas; 10. Selimut; 11. Kartu penderita; 12. Alat tulis; 13. Oksigen; 14. Tensimeter dan stetoskop; 15. Tandu; 16. Masker; 17. Topi; 18. Jas hujan; dan 19. Kacamata. PERINGATAN : PENCATATAN DAN PENDATAAN : SOP ini dilakukan setelah adanya 1. Laporan dampak dari bencana Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 27

28 NO AKTIVITAS/KEGIATAN 1 Menginstruksikan kepada komandan tim tanggap darurat untuk berkoordinasi dengan pihak terkait dan melakukan tindakan penyelamatan 2 Memberi instruksi kepada anggota tim tanggap darurat untuk melakukan evakuasi dan pertolongan pertama pada korban bencana untuk membantu PMI 3 Melakukan evakuasi pengunjung candi dan membantu PMI memberi pertolongan pertama pada korban bencana, serta melaporkan keadaan evakuasi kepada komandan tim tanggap darurat 4 Melaporkan kondisi terkini mengenai evakuasi penyelamatan kepada Kepala Balai Konservasi Borobudur 5 Menerima laporan kondisi terkini penyelamatan dan evakuasi bencana ALUR KEGIATAN Kepala BKB PELAKSANA MUTU BAKU Komandan tim tanggap darurat Anggota Tim Tanggap Darurat Kelengkapan Waktu Output Alat Komunikasi 10 menit Laporan Alat Komunikasi 10 menit Laporan, Disposisi Alat Komunikasi 1 jam Laporan Laporan 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan KETERANGAN SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunung api, SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Gempa Bumi 28 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

29 PENJELASAN PROSEDUR DAN TANGGUNG JAWAB A. PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PENGUNJUNG YANG LUKA PERDARAHAN 1. Menjauhkan pengunjung yang sakit dari keramaian pengunjung/ mencari tempat yang teduh bagi pengunjung. 2. Membaringkan dan mengistirahatkan pengunjung. 3. Membuka jalan napas dan mempertahankan pernapasan. 4. Memeriksa pernapasan pengunjung secara berkala dan denyut nadinya. 5. Tidak diperbolehkan memberi makan dan minum kepada pengunjung. 6. Memberikan perawatan terhadap luka. B. PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PENGUNJUNG YANG SYOK 1. Membawa pengunjung yang syok ke tempat yang teduh dan aman. 2. Menidurkan pengunjung dengan telentang, dengan tungkai yang ditinggikan cm. 3. Melonggarkan pakaian pengunjung. 4. Memberi selimut dan menenangkan pengunjung. 5. Mamastikan jalan napas dan pernapasan pengunjung dengan baik. 6. Mengontrol perdarahan dan merawat cidera lain yang diderita pengunjung. 7. Memberi oksigen. 8. Tidak diperbolehkan memberi makan dan minum. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 29

30 30 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

31 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PEMASANGAN PELINDUNG CANDI Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 31

32 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN BENCANA JUDUL AREA : PEMASANGAN PELINDUNG CANDI : CANDI BOROBUDUR, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR A. TUJUAN Tujuan dibuatnya SOP Pemasangan Pelindung Candi adalah : 1. Mengantisipasi adanya bencana alam letusan gunung api yang berdampak negatif terhadap Candi Borobudur dan lingkungannya terutama akibat abu vulkanik. 2. Menyiapkan alat dan bahan antisipasi bencana letusan gunung api. 3. Sebagai panduan tindakan tanggap darurat dalam menghadapi situasi terjadinya bencana alam khususnya apabila terjadi bencana letusan gunung api. 4. Mempermudah dalam koordinasi dan kerjasama antar kelompok kerja di Balai Konservasi Borobudur serta tidak menutup kemungkinan dengan Instansi maupun masyarakat yang peduli akan kelestarian Candi Borobudur. B. RINGKASAN Borobudur sebagai salah satu obyek vital nasional diperlukan tindakan tindakan sebelum, selama, serta sesudah terjadi bencana. Salah satu yang dilakukan adalah SOP Pemasangan Pelindung Candi. Tindakan sebelum bencana dilakukan sebagai tindakan pencegahan yang dilakukan guna meminimalisir resiko terjadinya kerusakan batu maupun ormen yang lebih parah. Tindakan selama bencana dilakukan sebagai tindakan untuk memperkirakan kerusakan yang terjadi maupun tindakan yang diperlukan guna memperbaiki pada saat setelah terjadi bencana. Tindakan sesudah bencana dilakukan sebagai tindakan memperkirakan luas perbaikan, waktu yang dibutuhkan, serta tindakan yang diperlukan guna memulihkan ke keadaan semula seperti keaadaan sebelum bencana. 32 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

33 Setelah masa darurat bencana letusan gunung api,maka langkah yang harus dilakukan adalah pembersihan abu vulkanik diseluruh permukaan batu Candi Borobudur. Kegiatan pemasangan pelindung dilakukan secepat mungkin sebaiknya dilakukan ketika status awas mulai diberlakukan oleh pihak yang berkompeten, guna menghindari keterlambatan dalam pemasangan pelindung candi. Kegiatan ini harus segera dimulai ketika status awas karena jika menunggu sampai status awas diberlakukan maka ditakutkan akan mengalami keterlambatan dalam pemasangan pelindung candi. C. RUANG LINGKUP SOP Pemasangan Pelindung Candi berlaku dan digunakan di Balai Konservasi Borobudur, khususnya di Candi Borobudur. SOP Teknis ini meliputi : 1. Pemasangan pelindung candi 2. Pencopotan pelindung candi Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 33

34 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Nomor SOP SOP/MB.04/BKB/2015 Tanggal Pembuatan Desember 2015 Tanggal Revisi Tanggal Efektiv Januari 2016 Disahkan oleh Kepala Balai Konservasi Borobudur KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Balai Konservasi Borobudur Nama SOP Drs. Marsis Sutopo, M.Si NIP Pemasangan Pelindung Candi DASAR HUKUM : KUALIFIKASI PELAKSANA : 1. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentangcagarbudaya. 2. PeraturanPemerintahNomor 10 tahun 1993 tentangpelaksanaanundang- UndangRepublik Indonesia Nomor 5 tahun Permenpan Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan. 4. Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur. 1. Mengetahui tugas dan fungsi melakukan pemasangan pelindung candi 2. Mempunyai keberanian untuk memanjat stupa induk candi 3. Mempunyai kemampuan teknik pemasangan pelindung candi KETERKAITAN : PERALATAN / PERLENGKAPAN : 1. Prosedur teknis pemantauan perkembangan bencana letusan gunung api 2. Prosedur teknis pengkajian cepat Alat : a. Terpal (bahan khusus) penutup candi b. Tali pengencang penutup c. Sling pencang penutup candi d. Besi pengait huruf S e. Tangga f. Sarung tangan g. Kaca mata safety h. Masker i. Sepatu boot j. Helm/topi k. Kunci pas l. HT Sarana Angkut : 1. mobil dengan bak terbuka 2. sepeda motor roda tiga PERINGATAN : PENCATATAN DAN PENDATAAN : SOP ini dilakukan sebelum atau pada 1. Laporan terjadinya dampak letusan gunung api 34 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

35 NO AKTIVITAS/KEGIATAN 1 Setelah keadaan mengarah pada status awas gunung berapi, Komando tim tanggap darurat melaporkan keadaan kepada Kepala Balai Konservasi Borobudur 2 Kepala Balai Konservasi Borobudur menginstruksikan kepada komando tim tanggap darurat untuk segera memasang pelindung candi 3 Komando tim tanggap darurat memerintahkan anggota tim tanggap darurat dan pokja pemeliharaan untuk mempersiapkan cover pelindung candi 4 Mempersiapkan cover pelindung candi dan mencari tenaga bantuan untuk memasang cover candi 5 Memasang cover pelindung candi dibantu dengan sumberdaya manusia yang ada ALUR KEGIATAN Kepala BKB Komando tim tanggap darurat PELAKSANA Anggota Tim tanggap Darurat Pokja Pemeliharaan Sumber daya manusia MUTU BAKU Kelengkapan Waktu Output Laporan 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan, Disposisi Laporan 1o menit Laporan, Disposisi cover pelindung candi 30 menit Stupa terlindungi cover pelindung candi 4 jam Stupa terlindungi KETERANGAN SOP Pengkajian Cepat Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 35

36 URUTAN PEKERJAAN TEKNIS PEMASANGAN PELINDUNG CANDI 1. SURVEI LAPANGAN Lakukan survey lapangan untuk mengetahui kondisi lapangan terutama dalam keadaan status siaga dan awas gunung api. 2. PENGUMPULAN DATA. Catatlah setiap permasalahan yang ada dilapangan yang akan berguna untuk melaksanakan proses selanjutnya. 3. PENDOKUMENTASIAN Dokumentasikan hasil survei lapangan yang digunakan sebagai bukti tentang kondisi riil dilapangan. Pendokumentasian juga harus bekerja dari sebelum kegiatan berjalan sampai dengan kegiatan pemasangan pelindung selesai dilaksanakan. 4. ANALISIS DATA KONDISI CANDI JIKA TERJADI LETUSAN TERHADAP CANDI Lakukan Analisis ini untuk mengetahui kondisi lokasi yang akan dipasang pelindung candi apakah bisa dilakukan dalam satu hari atau dilakukan dengan skala prioritas. 5. PEMASANGAN PELINDUNG CANDI Pemasangan pelindung candi dilakukan setelah dilakukan analisa serta status awas mulai diberlakukan, mengingat keadaan yang mulai mengarah pada akan terjadinya letusan sehingga status awas Prosedur pemasangan pelindung candi adalah sebagai berikut ; a. Persiapan Siapkanlah sumber daya yang ada, jika dipandang perlu meminta bantuan dari pihak lain seperti keamanan candi, staff balai konservasi, keamanan taman wisata serta pihak lain yang bisa dimintai bantuan dan berkemampuan fisik memadai agar kegiatan ini bisa lebih cepat. Siapkanlah pelindung candi yang tersimpan di bengkel kerja, 36 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

37 dan segera keluarkan dari bengkel kerja. Siapkanlah mobil bak terbuka dan sepeda motor roda tiga untuk mengangkut pelindung candi ke halaman candi. Utamakan dahulu pelindung candi yang digunakan untuk menutup stupa induk. Setelah semua terangkut baru diikuti dengan pengangkutan pelindung stupa teras lantai 8,9,10. Siapkan semua peralatan dan perlengkapan untuk di bawa ke struktur candi. Sampai dihalaman candi bawalah sampai kelantai 10 candi dengan cara berantai dari halaman ke lantai1, 2, 3 sampai dengan lantai 10. Lakukan hal yang sama untuk pelindung stupa teras, dan pelindung lantai disesuaikan dengan peruntukannya. b. Pemasangan pelindung candi pada stupa induk dan stupa teras Setelah semua sampai pada lantai 10, tim yang telah ditunjuk melakukan pemanjatan sampai puncak stupa induk. Siapkan tangga sampai puncak stupa induk. Siapkan tali untuk memperkuat tangga. Tim yang dibawah stupa induk, lakukan penyiapan untuk pemasangan pelindung candi dengan memilih bagian puncak kemudian ditalikan agar pelindung bisa segera diangkat ke puncak. Lakukan penarikan pelindung candi bagian puncak satu persatu dengan hati-hati, perhatikanlah arah angin yang bertiup. Setelah sampai dipuncak segeralah lakukan pemasangan bagian perbagian dengan hati- hati dan cermat kemudian satukanlah sampai rapat, perkuatlah dengan tali yang telah disiapkan. Ceklah kembali tali dan posisi pelindung, segeralah perbaiki jika ada yang tali kendur atau kurang rapi. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 37

38 Setelah bagian puncak terpasang, lakukan hal yang sama untuk pemasangan pelindung bagian tengah dilanjutkan bagian kaki stupa induk. Gunakanlah sling sebagai pengait agar tidak melorot keliling tubuh candi, kaitkan dengan besi S pada sling yang sudah terpasang. Kencangkan kawat sling dengan baut, dengan menggunakan kunci pas nomor 8. Setelah kaitan besi s terpasang maka pasangkan pada terpal, cek kerapian dan kerapatan terpal. Setelah selesai, pasanglah tali pengaman terpal. Sementara petugas memasang terpal stupa induk petugas lain menyiapkan pelindung stupa teras 8,9,10. Siapkan pelindung pada sekeliling stupa teras untuk lantai 8,9,10. Pasang pelindung pada stupa teras, lakukan dengan memanjat. Petugas yang dibawah menyiapkan dengan untuk membuka perekat/ sambungan pelindung stupa teras. Petugas yang dibawah mengangkat sisi puncak pelindung dan berikan pada petugas yang berada di bawah. Petugas yang diatas pasanglah pelindung pada bagian puncak, tubuh, kaki, rekatkanlah sambungan pelindung candi. Setelah terpasang, petugas menyiapkan tali, pasang pada mengelilingi stupa teras dan kencangkan. Ceklah kembali kerapian dan kekencangan tali. Petugas berpindah ke stupa yang lain lakukanlah hal yang sama sampai semua terpasang pada stupa teras. c. Pemasangan pelindung lantai 8,9,10 Setelah pemasangan pelindung untuk stupa induk berjalan,stupa teras selesai, segeralah lakukan pemasangan pelindung lantai 8,9,10. Gunakanlah sumber daya yang ada untuk memasang pelindung lantai teras. 38 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

39 Apabila lakukan dengan cepat, rapi dan tepat. Lakukan pengecekan terhadap pemasangan, segeralah dirapikan jika menemukan bagian lantai yang terbuka atau tidak rapat dan rapi. Jika sudah selesai, kosongkan area dari segala aktifitas dan tarik semua tim tanggap darurat. d. Pemasangan pelindung lantai 3,4,5,6,7 Lakukanlah hal yang sama seperti pemasangan pelindung lantai 8,9,10. e. Finishing Setelah semua terpasang, semua petugas, peralatan turun dan candi ditutup. 6. PEMBONGKARAN PELINDUNG CANDI Pembongkaran pelindung candi dilakukan setelah dilakukan analisa serta status awas selesai diberlakukan, keadaan sudah berlangsung normal setelah status gunung api diturunkan statusnya menjadi siaga. Sudah tidak turun lagi debu abu vulkanik. Prosedur pembongkaran pelindung candi adalah sebagai berikut ; a. Persiapan Siapkanlah sumber daya yang ada, jika dipandang perlu meminta bantuan dari pihak lain seperti keamanan candi, staff balai konservasi, keamanan taman wisata serta pihak lain yang bisa dimintai bantuan agar kegiatan ini bisa lebih cepat. Siapkanlah mobil bak terbuka dan sepeda motor roda tiga untuk mengangkut pelindung candi ke halaman candi. Candi Borobudur dibuka untuk dilakukan proses recovery/ pemulihan kembali - Hanya petugas yang dapat masuk pada area Candi Borobudur - Bersihkan dahulu pelindung stupa dari debu abu vulkanik yang melekat Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 39

40 b. Pembongkaran pelindung candi pada stupa induk dan stupa teras Setelah semua sampai pada lantai 10, tim yang telah ditunjuk melakukan pemanjatan sampai puncak stupa induk. Bukalah tali yang mengelilingi tubuh candi. Buka pelindung candi pada bagian kaki pelindung candi Buka pelindung pada bagian tubuh candi. Siapkan tangga sampai puncak stupa induk. Siapkan tali untuk memperkuat tangga. Tim yang dibawah stupa induk, lakukan penyiapan untuk pembongkaran pelindung candi dengan memilih bagian kaki, tubuh,puncak kemudian bukalah rekatan antar pelindung. Bukalah pengait besi huruf s dan dikumpulkan. Bukalah seling pengikat dan dirapikan. Lakukan penurunan pelindung candi bagian puncak satu persatu dengan hati-hati, perhatikanlah arah angin yang bertiup. Setelah sampai dibawah dilipat, segera dirapikan dan disimpan dalam kotak. Ceklah kembali tali, seling dan posisi pelindung kemudian tutuplah kotak. Setelah selesai, bawa turun semua. Sementara petugas memasang terpal stupa induk petugas lain menyiapkan pelindung stupa teras 8,9,10. Kemudian pelindung stupa teras untuk lantai 8,9,10.dibuka. Perekat sambungan antar pelindung dibuka. Tali pengencang pelindung stupa juga dikendurkan. Petugas yang diatas bukalah pelindung pada bagian puncak, tubuh, kaki, berikan pada petugas yang berada dibawah. Petugas yang dibawah menyiapkan dengan untuk merekatkan sambungan pelindung stupa teras. Petugas yang dibawah melipat dan merapikan kembali pelindung stupa teras. Ceklah kembali kerapian dan kekencangan tali. 40 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

41 Petugas berpindah ke stupa yang lain lakukanlah hal yang sama sampai semua pelindung pada stupa teras sampai terbuka seluruhnya. c. Pembongkarann pelindung lantai 8,9,10 Lakukanlah pembersihan pelindung lantai dari debu abuvulkanik. Gunakanlah sumber daya yang ada untuk membongkar pelindung lantai teras. Lipatlah pelindung lantai dengan rapi kemudian. lakukanlah dengan cepat, rapi. cek kembali semua peralatan dan pelindung dan pastikan sudah tidak ada yang tertinggaljika sudah selesai, kosongkan area dari segala aktifitas dan tarik semua tim tanggap darurat d. Pemasangan pelindung lantai 3,4,5,6,7 Lakukanlah hal yang sama seperti pemasangan pelindung lantai 8,9,10. e. Finishing Setelah semua terpasang, semua petugas, peralatan turun dan candi ditutup. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 41

42 42 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

43 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGKAJIAN CEPAT Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 43

44 44 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

45 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN BENCANA JUDUL AREA : PENGKAJIAN CEPAT : CANDI BOROBUDUR, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR A. TUJUAN Tujuan dibuatnya SOP Pengkajian Cepat adalah : 1. Mengetahui perkembangan status bencana secara aktual (real time). 2. Koordinasi dan kerja sama dengan instansi maupun organisasi penanggulangan bencana di sekitar lingkungan Candi Borobudur. 3. Pembentukan tim reaksi cepat. 4. Memprediksi dampak-dampak yang dapat terjadi. 5. Agar dapat cepat tanggap dalam menghadapi situasi terjadinya bencana letusan Gunung Merapi. 6. Bahan acuan kepala Balai Konservasi Borobudur dalam menentukan status keadaan darurat di Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon. B. RINGKASAN Secara umum keletakan Kawasan Borobudur di antara gunung api membuat Kawasan Borobudur menjadi kawasan rawan bencana gunung api. Salah satu gunung yang masih sangat aktif yaitu Gunung Merapi, yang meletus November 2010 dan menyebabkan Candi Borobudur terkena dampak dari abu Merapi. Tidak hanya Gunung Merapi yang letaknya dekat, Candi Borobudur pernah juga terkena dampak abu vulkanik dari Gunung Kelud pada Februari Maka pembentukan tim reaksi cepat dirasa perlu guna mengantisipasi keadaan jika terjadi letusan sewaktu-waktu. Melalui komunikasi dan koordinasi dengan instansi dan organisasi penanggulangan bencana yang ada di lingkungan Borobudur. Atas usulan dan pertimbangan tim reaksi cepat, kepala Balai Konservasi Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 45

46 Borobudur sebagai komando tim tanggap darurat memutuskan keadaan status darurat pada Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon. Setelah peningkatan status darurat ditetapkan maka situasi tersebut Tim Tanggap Darurat harus selalu siap siaga, serta siap bergerak sewaktuwaktu dalam menghadapi kemungkinan yang dapat terjadi dan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan harus pula telah disediakan. Prosedur pengkajian cepat diperlukan guna memprediksi kemungkinan yang terjadi dan mengantisipasi dampak yang ditimbulkan dari bencana ini. Atas rekomendasi dari tim reaksi cepat maka status darurat candi bisa segera ditetapkan dan diberlakukan agar dilakukan tindakan selanjutnya. C. RUANG LINGKUP SOP Pengkajian Cepat berlaku dan digunakan di Balai Konservasi Borobudur Borobudur, khususnya di Candi Borobudur. SOP ini meliputi : 1. Koordinasi dengan pihak terkait. 2. Pembentukan tim reaksi cepat. 3. Pemantauan perkembangan situasi dan kondisi. 4. Cepat tanggap saat situasi berubah menjadi sangat rawan. 5. Penanganan darurat terhadap Candi Borobudur. 46 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

47 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Nomor SOP SOP/MB.05/BKB/2015 Tanggal Pembuatan Desember 2015 Tanggal Revisi Tanggal Efektiv Januari 2016 Disahkan oleh Kepala Balai Konservasi Borobudur Borobudur KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Balai Konservasi Borobudur Borobudur Nama SOP Drs. Marsis Sutopo, M.Si NIP Pengkajian cepat DASAR HUKUM : KUALIFIKASI PELAKSANA : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun Permenpan Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan. 4. Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur. 1. Mempunyai kemampuan dalam disiplin ilmu tentang bencana yang terjadi 2. Mempunyai kemampuan untuk menganalisa dan mengambil tindakan cepat tentang bencana yang terjadi KETERKAITAN : PERALATAN / PERLENGKAPAN : 1. SOP Pemasangan Pelindung Candi 2. SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunungapi 3. SOP Pertolongan Pertama Akibat Bencana 1. Alat komunikasi (HT, telepon, telepon genggam, pengeras suara) 2. PC Unit/Laptop 3. Jaringan internet 4. Data-data riwayat tentang kebencanaan 5. Data-data teknis obyek PERINGATAN : PENCATATAN DAN PENDATAAN : SOP ini dilakukan pada saat terjadi bencana letusan gunung api 1. Catatan pengamatan 2. Catatan penelitian 3. Laporan Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 47

48 NO AKTIVITAS/KEGIATAN Membentuk tim pengkajian cepat yang bertugas untuk mencari informasi terkini dan teraktual secara terus menerus Mencari informasi terkini dan teraktual, serta melaporkan kepada pimpinan komando tim tanggap darurat jika situasi mengarah pada keadaan darurat Jika situasi menjadi awas, tim tanggap darurat mengambil tindakan cepat tanggap terhadap situasi yang terjadi serta melaporkan keadaan kepada Kepala BKB Menerima laporan keadaan yang sedang terjadi dan segera memberi instruksi untuk segera melakukan tindakan selanjutnya Kepala BKB ALUR KEGIATAN PELAKSANA MUTU BAKU Tim Pengkajian Cepat Tim tanggap darurat Kelengkapan Waktu Output KETERANGAN Agenda Kerja SK dan Disposisi Status Normal, waspada dan/ siaga Laporan Laporan, Disposisi Status siaga Laporan 10 menit Laporan Status Awas Laporan 10 menit Laporan, Disposisi SOP Pemasangan Pelindung Candi, SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunungapi, SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana 48 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

49 PENJELASAN PROSEDUR DAN TANGGUNG JAWAB A. Melihat situasi yang berkembang, maka kepala balai melakukan koordinasi dengan membentuk tim pengkajian cepat, tim ini bisa terdiri dari staf Balai Konservasi Borobudur dan jika diperlukan bisa personil dari pihak lain. B. Tim pengkajian cepat bertugas untuk mencari informasi terkini dan teraktual secara terus menerus, sehingga tim memperoleh informasi yang jelas dan terpercaya, serta disegerakan memprediksi kejadian yang mungkin terjadi. C. Segera informasikan dengan saling berkoordinasi, serta laporkan pada pimpinan komando tim tanggap darurat jika situasi sudah mengarah pada keadaan darurat. D. Jika keadaan darurat segera dikoordinasikan kepada pimpinan komando tim tanggap darurat agar segera dilakukan tindakan selanjutnya. E. Pada Situasi Normal dilakukan pemasangan papan informasi alur evakuasi pengunjung yang akan memudahkan proses penyelamatan dan evakuasi pengunjung jika terjadi bencana letusan abu vulkanik yang diakibatkan oleh Gunung Merapi; F. Pada Situasi Awas, lihat SOP Pemasangan Pelindung Candi dan SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunung api. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 49

50 50 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

51 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PEMANTAUAN PERKEMBANGAN AKIBAT BENCANA LETUSAN GUNUNG API Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 51

52 52 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

53 MANAJEMEN BENCANA JUDUL : PEMANTAUAN PERKEMBANGAN AKIBAT BENCANA LETUSAN GUNUNG API AREA : CANDI BOROBUDUR, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR A. TUJUAN Tujuan dibuatnya SOP Pemantauan perkembangan Akibat Bencana Letusan Gunung Api adalah : 1. Mengantisipasi adanya bencana letusan gunung api yang berdampak negatif terhadap Candi Borobudur dan lingkungannya. 2. Menyiapkan peralatan antisipasi bencana abu vulkanik. 3. Agar dapat cepat tanggap dalam menghadapi situasi terjadinya bencana letusan gunung api. 4. Koordinasi dan kerja sama dengan instansi maupun organisasi penanggulangan bencana di sekitar lingkungan Candi Borobudur. B. RINGKASAN Secara umum keletakan Kawasan Borobudur di antara gunung api membuat Kawasan Borobudur menjadi kawasan rawan bencana gunung api. Salah satu gunung api yang masih sangat aktif adalah Gunung Merapi, pernah meletus pada November 2010 dan menyebabkan Candi Borobudur terkena dampak dari abu vulkanik Gunung Merapi. Tidak hanya Gunung Merapi yang letaknya dekat, Candi Borobudur pernah juga terkena dampak abu vulkanik dari Gunung Kelud pada bulan Februari tahun Tindakan pengamanan dan tanggap darurat dalam hal ini sangat diperlukan jika suatu saat bencana letusan dari gunung api terjadi lagi. Pengunjung masih diperbolehkan melakukan kunjungan di Candi Borobudur namun dengan pembatasan pada situasi yang dinyatakan dengan status waspada, status siaga, dan status awas. Pada situasi-situasi tersebut Tim Tanggap Darurat harus selalu siap siaga dalam menghadapi kemungkinan yang dapat terjadi dan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan harus pula telah disediakan. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 53

54 SOP Pemantauan perkembangan Akibat Bencana Letusan gunung api diperlukan jika bencana letusan sudah terjadi peningkatan status gunung api. Status siaga tim tanggap darurat sudah bekerja untuk memantau perkembangan kejadian secara berkelanjutan mengenai kejadian yang terjadi pada gunung api serta melaporkannya pada pimpinan komando tanggap darurat. Jika status gunung api sudah dinaikkan menjadi awas maka tim pemantau segera menginformasikan ke pada pimpinan komando tanggap darurat untuk segera mengambil langkah untuk segera memberlakukan keadaan darurat, selama keadaan darurat tim pemantau terus menginformasikan mengenai segala kejadian yang terjadi apakah masih dalam kondisi darurat atau sudah mengalami penurunan status, dari awas menjadi siaga. Pemantauan terus dilakukan sampai pada kondisi normal. C. RUANG LINGKUP SOP Pemantauan perkembangan akibat Bencana Letusan Gunung Api berlaku dan digunakan di Balai Konservasi Borobudur, khususnya di Candi Borobudur. SOP ini meliputi: 1. Koordinasi dengan instansi terkait. 2. Pemantauan perkembangan situasi dan kondisi. 3. Penanganan darurat terhadap Candi Borobudur. 54 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

55 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Nomor SOP SOP/MB.06/BKB/2015 Tanggal Pembuatan Desember 2015 Tanggal Revisi Tanggal Efektiv Januari 2016 Disahkan oleh Kepala Balai Konservasi Borobudur KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Balai Konservasi Borobudur Nama SOP Drs. Marsis Sutopo, M.Si NIP Pemantauan perkembangan akibat Bencana Letusan Gunung Api DASAR HUKUM : KUALIFIKASI PELAKSANA : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun Permenpan Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan. 4. Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur. 1. Mempunyai kemampuan untuk berkoordinasi dengan pihak yang berkompeten. 2. Mempunyai kemampuan untuk menganalisa tentang bencana gunung api. KETERKAITAN : PERALATAN / PERLENGKAPAN : 1. SOP pengkajian cepat 2. SOPpemantauan perkembangan akibat bencana gempa 1. Alat komunikasi (HT, telepon, telepongenggam) 2. PC Unit / Lap top 3. Jaringan Internet 4. Media Informasi PERINGATAN : PENCATATAN DAN PENDATAAN : SOP ini dilakukan sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana letusan gunung api 1. Laporan Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 55

56 NO AKTIVITAS/KEGIATAN 1 Menginstruksikan kepada komandan tim tanggap darurat untuk tetap melakukan pemantauan perkembangan bencana letusan gunungapi 2 Memberi instruksi kepada anggota tim tanggap darurat untuk melakukan pemantauan perkembangan bencana letusan gunungapi dan melihat kondisi di lapangan. 3 Memantau perkembangan yang terjadi pada gunung api, melihat situasi yang terjadi di lapangan dan berkomunikasi dengan PVMBG, SAR, BPBD, Kepolisian, Koramil, serta Muspika setempat, jika terdapat peningkatan status, selama berlangsung, setelah terjadi penurunan untuk segera melaporkan pada pimpinan komando tanggap darurat. 4 Melaporkan kondisi terkini mengenai status perkembangan letusan gunungapi kepada Kepala Balai Konservasi Borobudur 5 Menerima laporan status terkini perkembangan letusan gunungapi dan kondisi di lapangan untuk dapat dilakukan tindakan selanjutnya ALUR KEGIATAN Kepala BKB PELAKSANA MUTU BAKU Komandan tim tanggap darurat Anggota Tim Tanggap Darurat Instansi terkait Kelengkapan Waktu Output Alat Komunikasi 10 menit Laporan, Disposisi Alat Komunikasi 10 menit Laporan, Disposisi Alat Komunikasi dan media informasi Sampai status normal Laporan Laporan 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan KETERANGAN SOP Pembersihan Pasca Bencana Gunung Berapi, SOP Perbaikan Candi Akibat Letusan Gunung Berapi 56 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

57 PENJELASAN PROSEDUR DAN TANGGUNG JAWAB A. Tim tanggap darurat letusan gunung api bertugas memantau perkembangan yang terjadi pada gunung api, jika terdapat peningkatan status, selama berlangsung, setelah terjadi penurunan segera melaporkan pada pimpinan komando tanggap darurat. B. Pemantauan perkembangan bisa melalui alat komunkasi, seperti telepon genggam, handy talkie, radio dan juga media televisi. C. Tim tanggap darurat berkomunikasi dengan pihak yang berkompeten, seperti PVMBG, SAR, BPBD, Kepolisian, Koramil, serta Muspika setempat. D. Jika situasi meningkat berstatus Awas, lihat SOP Pemasangan Pelindung Candi, SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Letusan Gunungapi, serta SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana E. Jika situasi sudah normal kembali, tim tanggap darurat melihat kondisi di lapangan serta memperkirakan kerusakan yang terjadi dan segera melaporkan kepada pimpinan untuk tindakan selanjutnya. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 57

58 58 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

59 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PEMANTAUAN PERKEMBANGAN BENCANA GEMPA BUMI Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 59

60 60 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

61 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN BENCANA JUDUL AREA : PEMANTAUAN PERKEMBANGAN BENCANA GEMPA BUMI : CANDI BOROBUDUR, BALAI KONSERVASI BOROBUDUR A. TUJUAN Tujuan dibuatnya SOP Pemantauan perkembangan Bencana Gempa Bumi adalah: 1. Mengantisipasi adanya bencana gempa bumi yang berdampak negatif terhadap Candi Borobudur dan lingkungannya. 2. Menyiapkan peralatan antisipasi bencana gempa bumi. 3. Agar dapat cepat tanggap dalam menghadapi situasi terjadinya bencana gempa bumi. 4. Koordinasi dan kerja sama dengan instansi maupun organisasi penanggulangan bencana di sekitar lingkungan Candi Borobudur B. RINGKASAN Candi Borobudur rentan terhadap bencana alam yang bisa terjadi kapan saja. Bencana beresiko tinggi yang dapat terjadi dan berdampak terhadap Candi Borobudur adalah bencana gempa bumi. Kondisi struktural Candi Borobudur yang terdiri dari susunan batu dengan sambungansambungannya rentan terhadap setiap gerakan maupun getaran dengan intensitas yang tinggi misalnya saja saat terjadi gempa. Batu-batu penyusun Candi Borobudur dapat jatuh, bahkan melesak, yang dapat berdampak buruk terhadap struktur Candi Borobudur sendiri maupun pengunjung jika gempa terjadi saat jam kunjungan. Diperlukan SOP Pemantauan perkembangan Akibat Gempa Bumi di Candi Borobudur. SOP Pemantauan Perkembangan Bencana Gempa Bumi diperlukan jika bencana gempa sudah terjadi. Koordinasi dan komunikasi pada pihak Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 61

62 berkompeten sangat diperlukan guna memperoleh informasi dengan cepat dan tepat. Sehingga dapat diputuskan sebagai tindakan darurat yang akan diambil. Pemantauan terus dilakukan sampai pada kondisi normal, pemantauan juga dilakukan dilokasi, apakah berdampak buruk pada candi dengan melihat kondisi lapangan saat itu. Dalam pemantauan dapat juga digunakan berbagai media seperti telepon genggam, HT dan media cetak serta elektronik mengenai sumber gempa. C. RUANG LINGKUP SOP Pemantauan perkembangan Bencana Gempa Bumi berlaku dan digunakan di Balai Konservasi Borobudur, khususnya di Candi Borobudur. SOP ini meliputi : 1. Koordinasi dengan instansi terkait 2. Pemantauan perkembangan situasi dan kondisi 62 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

63 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Nomor SOP Tanggal Pembuatan Tanggal Revisi SOP/MB.07/BKB/2015 Desember 2015 Tanggal Efektiv Januari 2016 Disahkan oleh Kepala Balai Konservasi Borobudur KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Balai Konservasi Borobudur Nama SOP Drs. Marsis Sutopo, M.Si NIP Pemantauan perkembangan akibat Bencana gempa bumi DASAR HUKUM : KUALIFIKASI PELAKSANA : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun Permenpan Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan. 4. Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur. 1. Mengetahui tugas dan fungsi melakukan penyelamatan dan evakuasi akibat letusan gempa bumi. 2. Mempunyai kemampuan berkoordinasi dengan pihak berkompeten dalam kegempaan 3. Mempunyai kemampuan menganalisa dan menyimpulkan tentang kejadian gempa KETERKAITAN : PERALATAN / PERLENGKAPAN : 1. SOP pengkajian cepat 2. SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana 1. Alat komunikasi (HT, telepon, HP) 2. Peralatan tulis menulis 3. PC Unit/Laptop 4. Jaringan Internet 5. Media Informasi PERINGATAN : PENCATATAN DAN PENDATAAN : SOP ini dilakukan saat dan setelah terjadi bencana gempa bumi 1. Laporan pada komando tanggap darurat Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 63

64 NO AKTIVITAS/KEGIATAN 1 Menginstruksikan kepada komandan tim tanggap darurat untuk tetap melakukan pemantauan perkembangan bencana gempa bumi 2 Memberi instruksi kepada anggota tim tanggap darurat untuk melakukan pemantauan perkembangan bencana gempa bumi dan melihat kondisi di lapangan. 3 Memantau perkembangan yang terjadi dan melihat situasi yang terjadi di lapangan, serta berkomunikasi dengan instansi terkait yang selanjutnya segera melaporkan situasi yang terjadi di lapangan pada pimpinan komando tanggap darurat. 4 Melaporkan kondisi terkini mengenai status gempa bumi dan kondisi di lapangan kepada Kepala Balai Konservasi Borobudur 5 Menerima laporan status terkini gempa bumi dan kondisi di lapangan untuk dapat dilakukan tindakan selanjutnya ALUR KEGIATAN Kepala BKB PELAKSANA MUTU BAKU Komandan tim tanggap darurat Anggota Tim Tanggap Darurat Instansi terkait Kelengkapan Waktu Output Alat Komunikasi 10 menit Laporan, Disposisi Alat Komunikasi 10 menit Laporan, Disposisi Alat Komunikasi dan media informasi Sampai status normal Laporan Laporan 10 menit Laporan Laporan 10 menit Laporan KETERANGAN SOP Perbaikan Candi Akibat Gempa 64 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

65 PENJELASAN PROSEDUR DAN TANGGUNG JAWAB A. KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT Tim Tanggap darurat mencari infomasi yang benar mengenai gempa yang terjadi. Tim Tanggap darurat melakukan koordinasi dengan lembaga/ pihak yang berkompeten dalam kegempaan. Tim Tanggap darurat menerjunkan tim ke zona I candi, serta melihat kondisi saat itu. Dalam keadaan darurat tim yang diterjunkan melaporkan pada pimpinan komando tanggap darurat dengan memberikan gambaran situasi yang terjadi untuk dilakukan tindakan selanjutnya sesuai yang terjadi dilapangan. Mengkategorikan tingkat gempa yang terjadi agar segera diambil tindakan perlu tidaknya evakuasi pengunjung jika terjadi pada saat jam kunjungan. B. PEMANTAUAN PERKEMBANGAN DAN KONDISI Pada Situasi darurat, anggota Tim Tanggap Darurat segera mengambil tindakan yang cepat tanggap terhadap situasi yang sedang terjadi (lihat SOP Penyelamatan dan Evakuasi Akibat Bencana Gempa Bumi, SOP Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Akibat Bencana) Pada situasi normal, tim tanggap darurat memantau kondisi candi serta menerjunkan tim untuk melakukan pengkajian serta penelitian untuk dibandingkan sebelum dan sesudah terjadi gempa. Agar bisa dilakukan tindakan selanjutnya. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR 65

66 66 Standar Operasional Prosedur ( SOP ) MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR

67 LAMPIRAN

68

69 PEDOMAN PENANGGULANGAN DAN MANAJEMEN BENCANA CANDI BOROBUDUR Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur

70

71 BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 Candi Borobudur merupakan kekayaan Bangsa Indonesia yang memiliki nilai penting tinggi. Candi Borobudur telah ditetapkan sebagai warisan dunia (World Heritage) UNESCO No. 592 tahun Oleh karena itu kelestariannya harus terus dijaga, termasuk ancaman kerusakan oleh bencana. Sebagai situs warisan dunia, Borobudur harus memiliki sistem manajemen bencana. Candi Borobudur berada di dataran rendah Kedu, yang dikelilingi oleh gunung-gunung api, salah satu gunung api tersebut adalah Gunung Merapi yang sangat aktif. Secara geografis Candi Borobudur juga berada di daerah rawan gempa karena ada di Pulau Jawa yang dekat dengan zona subduksi dan adanya rangkaian vulkanik cincin api (Ring of Fire). Secara umum Candi Borobudur berada di kawasan yang rawan bencana. Candi Borobudur dikunjungi oleh pengunjung dalam jumlah yang besar. Apabila terjadi bencana pada saat jam kunjungan, dapat berpotensi menimbulkan dampak bencana terhadap manusia. Candi Borobudur memiliki struktur yang besar dan cukup kompleks. Dalam kondisi terjadi bencana perlu pengaturan khusus agar dapat meminimalkan terjadinya dampak bencana. B. DASAR Landasan Hukum: Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya; 1 Ref. World Heritage Operational Guideline UNESCO rev. 2012, article. 118

72 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah dalam Penanggulangan Bencana; Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana. Referensi: Convention Concerning the Protection of The World Cultural and Natural Heritage, UNESCO, 1972; Risk Preparedness; A Management Manual or World Cultural Heritage, ICCROM, 1998; Perka BNPB Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana; Perka BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana; Managing Disaster Risk for World Heritage, UNESCO, 2010; World Heritage Operational Guideline, UNESCO rev C. BATASAN OPERASIONAL 2, 3 Dalam prosedur ini, yang dimaksud dengan; 1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 2 Ref. Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 3 Ref. Undang-Undang No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya

73 2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 3. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. 4. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana. 5. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 6. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. 7. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 8. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. 9. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. 10. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama

74 tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. 11. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. 12. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. 13. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. 14. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. 15. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. 16. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana. 17. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

75 18. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia. 19. Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. 20. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. 21. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya. 22. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi Cagar Budaya dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan. 23. Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah Cagar Budaya dari ancaman dan/atau gangguan. 24. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik Cagar Budaya tetap lestari. 25. Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya. 26. Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan bagi kepentingan Pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan, dan pengembangan kebudayaan.

76 BAB II. GAMBARAN KAWASAN A. KONDISI GEOGRAFIS Candi Borobudur adalah sebuah kuil nenek moyang, sebagaimana disebutkan dalam prasasti Sri Kahulunan 842 M yang menyebut Borobudur sebagai Kamulan I bhumi sambhara. Kamulan dapat diartikan sebagai kuil atau tempat suci nenek moyang (J. G. de Casparis,1950). Satu satunya candi bercorak keagamaan Buddha berukuran raksasa dengan struktur batu andesit sebagai penyusunnya, tidak lain adalah Candi Borobudur. Bernet Kempers (1970:152), dalam salah satu tulisannya mengatakan bahwa Borobudur is a complicated building with a very special caracter of its own. There is no possibility of adopting any of the system known from literature and of using this as a simple blue print for its interpretation. Borobudur s buliders impresius with the originality of their ideas which make this great monument as a religious document in its own right. Dari pernyataan tersebut, sepertinya Kempres beranggapan bahwa Candi Borobudur lahir dari kreatifitas pembuatnya, sebab tidak ada satu monumenpun di dunia yang mempunyai kemiripan dengan candi ini. Kreativitas dan originalitas pemikiran para ahli arsitektur abad VIII X M tersebut telah disadari merupakan konsep pemikiran yang berpusat pada pemahaman konsep Buddhis yang diselaraskan dengan budaya asli Indonesia. Konsep agama Buddha Mahayana yang diusung, diterjemahkan dengan mempesona menjadi bangunan raksasa berstruktur batu andesit yang di bangun pada sebuah lansekap yang eksentrik, yakni di atas sebuah bukit alam yang dimodifikasi dengan di pangkas pada puncaknya. Pendapat Kempers di atas juga telah mengingatkan kita bahwa dalam hal persentuhan budaya antara manusia Indonesia dengan budaya luar khususnya budaya Hindhu/Buddha dari India akan menghasilkan suatu hasil budaya yang baru. Sifat asli manusia Indonesia yang aktif, selektif, dan kreatif telah menghasilkan ciri khas yang tidak dijumpai di negara lain. Kawasan Borobudur yang merupakan lingkungan Candi Borobudur juga terdapat cagar budaya budaya lainnya seperti Candi Mendut dan Candi Pawon yang merupakan bagian warisan budaya dunia (world culture

77 heritage) yaitu kompleks cand Borobudur (Borobudur coumpounds) yang terdiri dari Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon. Selain itu di Kawasan Borobudur juga terdapat banyak peninggalan purbakala yang tersebar di seluruh kawasan, Berdasarkan data pemetaan yang dilakukan oleh Balai Konservasi Borobudur, di Kawasan Borobudur terdapa sekitar 35 situs arkeologi yang merupakan peninggalan kerajaaan Mataram Kuna (abad VIII X M). Kawasan Borobudur dikelilingi oleh gunung api. Secara alamiah gunungapi memainkan peran krusial dalam sejarah geologi dan manusia. Namun, pada era modern ini peran manusia dalam merubah kawasan sangat besar. Pertumbuhan manusia yang cepat di kawasan itu telah mempengaruhi kondisi ekosistem alami. Beberapa kawasan alami telah dikonversi menjadi ekosistem binaan, seperti sawah, kebun, dan pemukiman. Berbagai tipe ekosistem yang ditemukan di Kawasan Borobudur selain memiliki nilai-nilai eksistensi/intrisik juga memiliki nilainilai lain yang belum banyak dikaji. Berdasarkan skala mikro Kawasan Borobudur merupakan cekungan yang dikelilingi dataran kaki Gunungapi Sumbing Muda (3135 m) di sebelah Barat Laut, dataran Gunung Tidar (505 m) di sebelah Utara, lereng bawah Gunungapi Merbabu Muda (3142 m) di sisi Timur dan lereng Gunungapi Merapi Muda (2911 M) di bagian tenggara. Ekosistem yang ditemukan di kawasan ini dipengaruhi oleh empat buah induk Gunungapi Sindoro, Sumbing dan Merbabu di sisi Barat Laut sampai Timur laut serta Merapi di sisi Timur sampai Tenggara, beserta dua puluh dua anak gunungapi dengan ketinggian daerah antara meter dpal (Direktorat Geologi, 1975). Secara alamiah gunungapi memainkan peran krusial dalam sejarah geologi dan manusia. Namun, pada era modern ini peran manusia dalam merubah kawasan sangat besar. Pertumbuhan manusia yang cepat di kawasan itu telah mempengaruhi kondisi ekosistem alami. Beberapa kawasan alami telah dikonversi menjadi ekosistem binaan, seperti sawah, kebun, dan pemukiman. Berbagai tipe ekosistem yang ditemukan di Kawasan Borobudur selain memiliki nilai-nilai eksistensi/intrisik juga memiliki nilai-nilai lain yang belum banyak dikaji. Berdasarkan skala makro, Kawasan Borobudur yang berlokasi di Dataran Kedu Selatan bentuk lahannya terdiri dari dataran aluvial dan dataran kaki gunung api muda, dengan ketinggian berkisar antara meter

78 dari permukaan air laut (m dpal) menempati areal seluas ± 500 km2. Fenomena alamnya sangat mempesona karena Dataran Kedu ke arah Selatan dibatasi oleh Pegunungan Menoreh, lerengnya sangat curam dan memanjang. Deretan puncak-puncaknya menonjol menyerupai bentuk menara segitiga Triangular Facet, sepanjang ±20 km ke arah Barat- Timur dengan ketinggian hampir mencapai 1000 m dpal. Dataran Kedu Selatan ke arah Utara dibatasi oleh rangkaian gunung api muda, sebagian besar menyerupai bentuk kerucut, puncak-puncaknya menjulang tinggi ke angkasa, dilerengnya tergurat indah oleh alur-alur lembah sungai yang mengalir menuju Dataran Kedu Selatan. Rangkaian gunung api tersebut adalah Gunung Sumbing (3371 m dpal), Gunung Sindoro (3135 m dpal) membatasi Dataran Kedu Selatan sisi Barat-Barat Laut, kubah lava tidar (505 m dpal) di sisi Utara, Gunung Telomoyo (1894m dpal), Gunung Andong (1710 m dpal), Gunung Merbabu (3142 m dpal) dan Gunung Merapi (2911 m dpal) membatasi Dataran Kedu Selatan di sisi Timur-Timur laut. Posisi geografis Dataran Kedu Selatan, terletak di antara BT sampai BT dan 7 30 LS sampai 7 38 LS. Penamaan Kedu Selatan didasarkan kepada wilayah administrasi pada waktu pemerintah Hindia Belanda, bentuk lahan Dataran Kedu Selatan berada di wilayah bagian Selatan dari Karesidenan Kedu, Propinsi Jawa Tengah (Murwanto, 2011) Gambar 1. Keletakan Kawasan Borobudur di antara gunung-gunung (sumber : Ancient History)

79 Keletakan Kawasan Borobudur di antara gunung api membuat Kawasan Borobudur menjadi kawasan rawan Bencana Gunung api. Hal yang paling dikhawatirkan dengan posisi Kawasan Borobudur yang terletak di antara gunung api adalah jika terjadi Erupsi / letusan Gunung api yang dapat berdampak pada pelestarian candi Borobudur. Sebelum tahun 2014, Ancaman dari gunung api pada kelestarian Candi Borobudur masih terfokus pada gunung-gunung api yang terletak di dataran Kedu yang mengeliling Candi Borobudur. Hal ini menyebabkan banyak para ahli dan kalangan purbakalawan tidak menduga bahwa ancaman gunung api terutama hujan abu bisa datang dari gunung api yang jauh letaknya dari Candi Borobudur. Pada tanggal 13 Februari 2014 sekitar pukul WIB, Gunung Kelud yang terletak di Blitar, Jawa Timur meletus dengan hebat. Selain lahar panas, Gunung ini juga mengakibatkan hujan abu, Hujan abu ini tidak hanya terjadi di sekitar Jawa Timur tetapi juga menyebar ke propinsi langsung lain yaitu ke Jawa Tengah, Yogyakarta hingga Jawa Barat. Akibat letusan gunung Kelud ini, candi Borobudur terkena dampak berupa hujan abu yang menutupi bangunan candi yang bisa berdampak pada kelestarian candi Borobudur. Gambar 2. Kondisi bagian stupa yang tertutup abu Vulkanik 2010 (Sumber : BK Borobudur) Dilihat dari keletakan, Kawasan Borobudur merupakan daerah berbentuk lembah yang di keliling oleh gunung-gunung seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Pegunungan Manoreh dan beberapa gunung lainnya. Kawasan Borobudur juga rawan terhadap gempa bumii mengingat Kawasan Borobudur terdapat garis sesar yang direka yang ditunjukan pada peta geologi Kawasan Borobudur

80 Gambar 3. Peta Geologi dan sebaran cagar budaya di Kawasan Borobudur, terlihat adanya garis sesar yang direka yang masuk dalam wilayah zona 4 dan zona 5 Penampakan garis sesar / patahan ini, dapat dilihat pada daerah perbukitan di tepi sungai di desa Candirejo, Kecamatan Borobudur. Adanya garis yang diperkirakan sesar di Kawasan Borobudur menunjukkan bahwa Kawasan Borobudur termasuk daerah yang rawan gempa bumi, yang sewaktu-waktu dapat terjadi di kawasan ini. Gambar 4. Kondisi bagian tebing di tepi sungai Sileng desa Candirejo, terlihat adanya garis yang diperkirakan sebagai patahan

81 B. KONDISI FISIK Berdasarkan bentuk fisiknya Candi Borobudur memiliki denah berbentuk persegi dengan ukuran 121,66 meter x 121,38 meter dan tinggi 35,40 meter. Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan 3 teras berdenah lingkaran. Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah Timur dengan ber-pradaksina. Candi Borobudur memiliki panil relief cerita yang tersusun dalam 11 deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias sejumlah panil. Relief cerita pada tingkat Kamadhatu (kaki candi) mewakili dunia manusia menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Hal ini terlihat pada dinding kaki candi yang asli terpahatkan 160 panil relief Karmawibhangga yang menggambarkan hukum sebab akibat. Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini dipahatkan panil yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuha. Berdasarkan corak keagamaannya, Candi Borobudur memiliki 504 arca Buddha, dengan rincian keletakannya sebagai berikut : Pada tingkat Rupadhatu terdapat 432 arca, ukuran semakin ke atas semakin kecil dan diletakkan pada relung Pada tingkat Arupadhatu terdapat 72 arca dengan ukuran sama dan diletakkan di dalam stupa Salah satu keunikan Candi Borobudur adalah pada bagian stupa terasnya. Candi Borobudur memiliki stupa 73 buah dengan 73 buah dengan rincian 1 buah stupa induk, 32 stupa pada teras melingkar I, 24 stupa pada teras melingkar II, dan 16 stupa pada teras melingkar III. Stupa induk tidak berlubang terawang, sedangkan stupa pada teras melingkar berlubang terawang. Lubang terawang pada stupa teras melingkar I dan II berbentuk belah ketupat, sedangkan pada stupa teras melingkar III berbentuk segi empat. Kompleks Candi Borobudur dan Sekitarnya yang selanjutnya disebut Kawasan Warisan Budaya Dunia Borobudur adalah Kawasan Strategis

82 Nasional yang mempunyai pengaruh sangat penting terhadap budaya yang berada dalam radius paling sedikit 5 (lima) kilometer dari pusat Candi Borobudur dan Koridor Palbapang yang berada di luar radius 5 (lima) kilometer dari pusat Candi Borobudur, yang terdiri atas Zona 1, Zona 2, Zona 3, Zona 4, dan Zona 5 yang telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia dalam Dokumen Daftar Warisan Dunia Nomor 592 (UNESCO). Wilayah 5 Zona tersebut sekarang sudah menjadi Kawasan Staregis Nasional Borobudur yang terbagi dalam Subkawasan Pelestarian 1 (luas 1344 Ha) dan Subkawasan Pelestarian 2 (luas 6779 Ha) berdasarkan Perpres No. 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan Sekitarnya. Kawasan Warisan Budaya Dunia Borobudur yang termasuk dalam Satuan Pelestarian SP-1 merupakan bagian wilayah Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, meliputi: a. Desa Bojong, Desa Paremono, Desa Pabelan, Desa Ngrajek, dan Kelurahan Mendut di Kecamatan Mungkid; dan b. Desa Wanurejo dan Desa Borobudur di Kecamatan Borobudur. Kawasan Warisan Budaya Dunia Borobudur yang termasuk dalam SP-2: a. Berada dalam lingkaran dengan batas koordinat terluar: 1. A ,24 Meridian Timur, ,51 Meridian Utara; 2. A ,73 Meridian Timur, ,39 Meridian Utara; 3. A ,23 Meridian Timur, ,19 Meridian Utara; 4. A ,05 Meridian Timur, ,00 Meridian Utara; 5. A ,24 Meridian Timur, ,87 Meridian Utara; 6. A ,19 Meridian Timur, ,31 Meridian Utara; 7. A ,56 Meridian Timur, ,82 Meridian Utara; dan 8. A ,44 Meridian Timur, ,39 Meridian Utara; b. Merupakan bagian wilayah Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, meliputi: 1. Desa Wringin Putih, Desa Bumiharjo, sebagian Desa Tegalarum, sebagian Desa Kebonsari, Desa Kembanglimus, Desa Karangrejo, sebagian Desa Ngadiharjo, Desa Karanganyar, sebagian Desa Giripurno, Desa Giritengah,

83 Desa Tanjungsari, Desa Tuksongo, Desa Majaksingi, Desa Ngargogondo, Desa Candirejo, sebagian Desa Sambeng, dan sebagian Desa Kenalan di Kecamatan Borobudur; 2. Kelurahan Sawitan, Desa Progowati, dan sebagian Desa Rambeanak di Kecamatan Mungkid; 3. Desa Deyangan, sebagian Desa Pasuruhan, sebagian Desa Donorojo, dan sebagian Desa Kalinegoro di Kecamatan Mertoyudan; 4. sebagian Desa Ringinanom dan sebagian Desa Sumberarum di Kecamatan Tempuran; dan 5. sebagian Desa Menayu, sebagian Desa Adikarto, sebagian Desa Tanjung, dan sebagian Desa Sukorini di Kecamatan Muntilan; dan c. Merupakan bagian wilayah di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi: 1. sebagian Desa Sidoharjo dan sebagian Desa Gerbosari di Kecamatan Samigaluh; dan 2. sebagian Desa Banjaroyo di Kecamatan Kalibawang. Gambar 5. Kawasan Strategis Nasional Borobudur Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum (2013)

Standard Operasional Prosedur (SOP) PENGAMANAN OBVITNAS CANDI BOROBUDUR

Standard Operasional Prosedur (SOP) PENGAMANAN OBVITNAS CANDI BOROBUDUR PENGAMANAN OBVITNAS CANDI BOROBUDUR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN BALAI KONSERVASI BOROBUDUR Jl. Badrawati Borobudur 56553 Telp. (0293) 788175,788225, Fax. (0293)

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON

STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON 2015 Balai Konservasi Borobudur Jl. Badrawati

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1157, 2014 KEMENHAN. Penanggulangan Bencana. Evakuasi Medik. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG EVAKUASI MEDIK DALAM PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X

Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X Syifa Chairunnisa, Baju Widjasena, Suroto Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2017 BASARNAS. Unit Siaga Pencarian dan Pertolongan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Kebijakan 1. Pencarian, pertolongan dan evakuasi

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

Lebih terperinci

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI TSUNAMI ADALAH... Ÿ Serangkaian gelombang laut yang sangat besar, akibat dari gempa bumi yang sangat kuat bersumber di laut. Ÿ Gempa bumi membuat perubahan mendadak pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

1) Panduan Keselamatan... i

1) Panduan Keselamatan... i 1) Panduan Keselamatan... i 2.1. Keselamatan Lalu Lintas... i 2.2. Bahaya Kebakaran... i 2.3. Bahaya PohonTumbang... i 2.4. Puting Beliung... i 2.5. Gempa Bumi... i 2.6. Letusan Gunung Api... i 2.7. Bahaya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 162 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM KESIAPSIAGAAN TRIASE DAN KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN BENCANA MASSAL DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2013 NO. RESPONDEN : I. PETUNJUK

Lebih terperinci

PANDUAN MENGHADAPI BENCANA

PANDUAN MENGHADAPI BENCANA PANDUAN MENGHADAPI BENCANA Tujuan manajemen bencana pada dasarnya adalah berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari bencana baik dengan cara mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN I. UMUM Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, serta datangnya tak dapat diduga/diterka dan

Lebih terperinci

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VI SEMESTER 2 CARA- CARA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM A. CARA- CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM 1. Menghadapi Peristiwa Gempa Bumi Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/VIII/2008 TAHUN 2008 TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG NOMOR 31 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG SERI E STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TANGGAP DARURAT BENCANA DI KABUPATEN TANAH DATAR

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk daerah yang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH SALINAN NOMOR 44, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 5 /MEN/VIII/008 TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Usaha mengurangi resiko bencana, baik pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.696, 2015 KEMENHAN. TNI. Penanggulangan Bencana. Pelibatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TNI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN... 2 1.1. Metode Penilaian oleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Direktorat Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 1 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Jl. Trans Sulawesi Lintas Selatan Komp.Perkantoran Panango Desa Tabilaa Kec. Bolaang Uki

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH RSU BINA KASIH RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH I. LATAR BELAKANG Ketidaksiapan beberapa Rumah Sakit dalam menanggulangi bencana gempa bumi, tsunami, wabah penyakit

Lebih terperinci

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana Disaster Management Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana Video 1: Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana Video 2: Bantuan Hidup Dasar Video 3: Penyelamatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL Oleh: Rahayu Dwisiwi SR, M.Pd, Yusman Wiyatmo, M.Si, Joko Sudomo, M.A, Surachman, M.S ABSTRAK Pengabdian Pada Masyarakat ini bertujuan

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa musibah yang dialami manusia

Lebih terperinci

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Direktorat Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Nomor LPM/SOP/ /2016 Tgl. Pembuatan September 2016 Tgl. Pemberlakuan September 2016 Tgl. Pemberlakuan STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROPINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN NOMOR TUNGGAL PANGGILAN DARURAT 112

BUPATI KARO PROPINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN NOMOR TUNGGAL PANGGILAN DARURAT 112 BUPATI KARO PROPINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN NOMOR TUNGGAL PANGGILAN DARURAT 112 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERATURAN MENTERI NOMOR :PER.15/MEN/VIII/2008 TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA. MENTERI Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2016 BASARNAS. Pencarian dan Pertolongan. Pelaksanaan. Pembiayaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

PERATURAN WALIKOTA TEGAL WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1220, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Taruna. Siaga Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM TARUNA SIAGA BENCANA

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat! UJI KOMPETENSI SEMESTER I Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat! 1. Bencana alam yang banyak disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggung

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh: OKTAFIA RACHMAWATI L2D 004 341 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) PENGERTIAN : Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cidera / kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar B. MEDIS DASAR: Tindakan perawatan

Lebih terperinci

Telepon: , , Faksimili: ,

Telepon: , , Faksimili: , KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

DOKUMEN. SD No. 2 Kelurahan Tanjung Benoa

DOKUMEN. SD No. 2 Kelurahan Tanjung Benoa DOKUMEN PROSES PERENCANAAN EVAKUASI TSUNAMI UNTUK TINGKAT SEKOLAH SD No. 2 Kelurahan Tanjung Benoa Langkah ke 1 : Memulai perencanaan REFERENSI DAPS - HAL 5 1. Apa yang perlu dilakukan oleh sekolah? a.

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR) PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan/ atau faktor non alam

Lebih terperinci

Daerah bahaya Gunung Papandayan dibagi menjadi Daerah Bahaya I, Daerah Bahaya Lontaran dan Daerah Bahaya II.

Daerah bahaya Gunung Papandayan dibagi menjadi Daerah Bahaya I, Daerah Bahaya Lontaran dan Daerah Bahaya II. LAPORAN KESIAPSIAGAAN STATUS WASPADA GUNUNG PAPANDAYAN DI KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWAB BARAT PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MEI 2006 I. Pokok permasalahan Gunung

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DI PROVINSI

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) Nur Ainun Jariyah dan Syahrul Donie Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS, Surakarta

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara tropis yang memiliki banyak gunung berapi yang mengelilingi seluruh bagian wilayahnya dan disebut juga sebagai Ring of Fire jelas saja

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN GEMPA BUMI (KODE HIJAU)

PROSEDUR PENANGANAN GEMPA BUMI (KODE HIJAU) PROSEDUR PENANGANAN GEMPA BUMI (KODE HIJAU) Perhatikan perilaku binatang peliharaan (kucing/anjing/burung) yang tidak wajar. Perhatikan getaran permukaan air dalam gelas atau tempat penampung lainnya Dengarkan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2033,2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Rambu. Papan Informasi. Bencana. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG RAMBU DAN PAPAN INFORMASI BENCANA

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci