BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian Kemampuan menulis cerpen peserta didik kelas XI-A (Bahasa) Madrasah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian Kemampuan menulis cerpen peserta didik kelas XI-A (Bahasa) Madrasah"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Penelitian yang berfokus pada karya sastra khususnya menulis cerpen telah dilakukan oleh penulis sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfia Higa pada tahun 2009 dengan judul penelitian Kemampuan menulis cerpen peserta didik kelas XI-A (Bahasa) Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Gorontalo. Adapun permasalahannya yakni peserta didik kurang mampu menentukan unsur intrinsik cerpen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik kelas XI-A MAN Model Gorontalo dalam memilih dan mengembangkan tema adalah (43%). Kemampuan peserta didik kelas XI-A MAN Model Gorontalo dalam memilih dan mengembangkan tokoh adalah (6%), secara umum peserta didik kelas XI -A (bahasa) MAN Model Gorontalo cukup baik dalam tema dan tokoh, namun belum mampu mengembangkan alur dan latar dengan baik. Dari uraian di atas, tampak bahwa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat perbedaan. Penelitian di atas berorientasi pada kemampuan peserta didik menulis cerpen berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya, sedangkan penelitian ini berorientasi pada pengaruh metode latihan terbimbing terhadap prestasi hasil belajar di kelas X di SMA 1 Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.

2 2.2 Hakikat Menulis Pengertian Menulis Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, menulis adalah mengungkapkan ide, gagasan dalam pikiran dan rasa melalui bahasa (Kurniawan dan Sutardi, 2012:12). Mudrajad (2009:25) menyatakan bahwa hasil kegiatan menulis adalah suatu tulisan atau karya tulis yang terdiri atas bentuk dan isi. Bentuk adalah paparan ujaran, penyampaian gagasan melalui susunan kata dan kalimat. Isi adalah gagasan, pendapat, keinginan usul, yang dikemukakan lewat tulisan. Lubis (1997:36) menyatakan bahwa pengarang menulis tentang apa s aja yang menimbulkan keharuan batinnya, dan mendorongnya untuk berpikir, mencernakan dan mensublimasikan apa yang dilihat, didengar, dirasakannya, dialaminya dan akhirnya dia mencipta. Menulis memerlukan kreativitas, karena kreativitas tiada lain adalah daya cipta (Lubis,1997:51). Kreativitas selain tumbuh dari bakat namun, sebagian besar yang berpengaruh dalam hidup seseorang adalah kerja keras dengan cara berlatih terus menerus sehingga selain menjadi terampil menulis, dapat juga tumbuh sifat kreativ pada individu tersebut. Selanjutnya, Kurniawan dan Sutardi (2012:15) menyatakan bahwa modal dasar menulis adalah ide, gagasan, inspirasi, atau ilham dan sebagainya yang menjadi hal yang akan dikembangkan menjadi cerita, puisi, ataupun novel. Nursisto (2000:9 ) mengemukakan bahwa modal dasar mengarang (menulis) yaitu, menguasai struktur kalimat, mampu menentukan pilihan kata, menguasai ejaan, menguasai pungtuasi. Jadi, bila ditarik benang merah dari kedua pernyataan di atas yakni pada penyataan pertama menitikberatkan pada hal yang paling mendasar bagi

3 seorang penulis pemula yaitu harus memiliki ide, sedangkan pada pernyataan kedua yakni pengetahuan ketika penulis pemula mulai menulis karyanya Manfaat Menulis Nursisto (2000:6) mengungkapkan 6 manfaat menu lis yaitu: (1) Sarana untuk Pengungkapan diri, (2) Sarana untuk memahami sesuatu, (3) Sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan rasa harga diri, (4) Sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan sekeliling, (5) S arana untuk melibatkan diri dengan penuh semangat, (6) Sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan mempergunakan bahasa. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut ini. a. Sarana untuk pengungkapan diri Seseorang dapat begitu tersentuh bila mengalami kejadian tertentu akan mengungkapkan gejolak yang ada pada dirinya dengan ekspresi bermacam-macam. Misalnya, menulis puisi, cerpen, menciptakan lagu. b. Sarana untuk memahami sesuatu Saat menulis, seseorang mengungkapkan gagasannya dan menyempurnakan penangkapannya terhadap sesuatu sehingga akhirnya ia dapat memperoleh pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal yang sedang ditulisnya. c. Sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan rasa harga diri Rasa bangga, puas, dan harga diri merupakan imbalan dari keberhasilan seseorang melahirkan suatu karya tulis. Selanjutnya perasaan itu akan membangkitkan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri untuk terus menciptakan karya-karya tulis lainnya.

4 a. Sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan sekeliling Dengan sering menulis, seseorang dapat mempertinggi kesiagaan indranya dan mengembangkan daya serapnya pada tingkat jasmani, perasaan, maupun kerohanian. b. Sarana untuk melibatkan diri dengan penuh semangat Dengan jalan menulis, seseorang dapat mengungkapkan gagasan, menciptakan sesuatu, dan secara giat melibatkan diri dengan hasil ciptaannya. f. Sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan mempergunakan bahasa Tujuan paling umum peserta didik masuk sekolah adalah untuk mencapai kemampuan membaca, mengerti apa yang ditulis orang lain, serta kemampuan memaknai kata-kata dalam tulisan untuk menyampaikan kepada orang lain. Begitupun dengan menulis menjadikan seseorang paham serta menambah kemampuan mempergunakan bahasa. Secara tidak langsung manfaat menulis begitu penting bagi seseorang selain mengasah dan meningkatkan kemampuan berbahasanya melalui menulis juga dapat memberikan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Pennebaker mengungkapkan 5 manfaat menulis yaitu: (1) Menulis menjernihkan pikiran, (2) Menulis mengatasi trauma yang menghalangi penyelesaian tugas-tugas penting, (3) Menulis membantu dalam mendapatkan dan mengingat informasi baru, (4) Menulis membantu memecahkan masalah, (5) Menulis membantu kita ketika terpaksa harus menulis ( menulis).

5 Selanjutnya akan dipaparkan secara detailnya di bawah ini: 1) Menulis Menjernihkan Pikiran Saat memulai sebuah tugas yang rumit cobalah untuk menuliskan pikiran dan perasaan. Para ahli hipnotis profesional sering menggunakan teknik ini untuk mempercepat hipnotis. Pada dasarnya, mereka meminta klien mereka untuk menuliskan pikiran dan perasaan mereka pada saat itu. Saat klien mereka selesai menulis ahli hipnotis ini meminta untuk merobek kertas yang mereka pakai dan membuangnya. Hal ini merupakan sebuah tindakan simbolis penjernihan pikiran. 2) Menulis Mengatasi Trauma yang Menghalangi Penyelesaian Tugas tugas Penting Sesudah terjadinya sebuah kemelut yang besar, orang-orang cenderung disertai kejadian itu. Dalam memikirkan trauma itu orang- orang akan menggunakan kapasitas pikirannya yang terbesar. Oleh sebab itu, mereka akan menjadi pelupa dan tidak dapat memusatkan perhatian mereka pada pekerjaan. Menulis tentang trauma akan membantu dalam mengelolah trauma, dan dengan demikian membebaskan pikiran untuk menangani tugas-tugas lain. 3) Menulis Membantu Dalam Mendapatkan dan Mengingat Informasi Baru Seperti yang ditujukan oleh penelitian tentang kegiatan mencatat, menulis catatan yang penuh pemikiran, atau dalam kasus peserta didik, coretan-coretan, membantu orang-orang untuk mendapatkan dan mengingat kembali gagasan-gagasan baru. Menulis dapat membantu memberikan suatu kerangka yang bisa dipakai untuk memahami perspektif baru dan unik dari orang lain. Bahkan menulis tentang hal tersebut akan membuat gagasan semakin jelas dan mudah diingat.

6 4) Menulis Membantu Memecahkan Masalah Menulis mendorong proses integrasi informasi. Oleh karena itu, menulis dapat membantu memecahkan masalah- masalah yang rumit. Jika seseorang menulis dengan bebas tentang sebuah masalah yang rumit yang sedang ia hadapi, ia akan lebih mudah untuk mendapatkan pemecahannya. Ada beberapa alasan untuk hal ini. Salah satunya adalah bahwa menulis memaksa orang-orang untuk memusatkan perhatian mereka lebih panjang pada satu topik tertentu daripada mereka hanya memikirkannya. 5) Menulis Membantu Kita Ketika Terpaksa Harus Menulis Menulis dengan bebas pikiran dan perasaan sebelum menulis secara formal dapat membebaskan kemampuan menulis seseorang. Penulisan bebas dapat berguna sebagai landasan bagi sebuah rancangan kasar sebuah tulisan formal. Menulis dapat menjadi sebuah kemampuan yang berharga dalam mempelajari dan menghadapi dunia. Dari kedua pendapat di atas terdapat perbedaan dan persamaan. Persamaannya yakni menulis dapat mengungkapkan gagasan si penulis juga dapat membantu memecahkan masalah dari hasil tulisannya. Perbedaannya pada pendapat pertama berorientasi pada manfaat menulis secara umum bagi setiap orang sedangkan pada pendapat kedua berorientasi pada manfaat menulis sebagai suatu terapi bagi seseorang mengatasi masalah yang pernah dialami.

7 2.2.3 Tujuan Menulis Menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008:25) tujuan menulis adalah sebagai berikut ini: a. Assignment purpose (Tujuan Penugasan) Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. b. Altruistic puprpose (Tujuan Altruistik) Bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. c. Persuasive purpose (Tujuan Persuasif) Bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagagsan yang diutarakan. d. Informasional purpose (Tujuan Informasional) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca. e. Self-expressive purpose (Tujuan Pernyataan Diri ) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri pengarang kepada sang pembaca. f. Creative purpose (Tujuan Kreatif) Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan

8 norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan ini yang bertujuan mencapai nilai-nilai kesenian. g. Problem-solving purpose (Tujuan Pemecahan Masalah) Tujuannya ialah ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. Dari beberapa tujuan di atas peneliti memilih kreatif purpose karena berkaitan dengan menulis karya sastra sebagai tulisan yang mencapai nilai-nilai kesenian Jenis jenis Tulisan Romli (dalam Mudrajad, 2009:25) membagi jenis tulisan yakni : a) Fiksi yaitu tulisan berdasarkan imajinasi, khayalan, namun tetap berpijak kepada gagasan nyata, yang meliputi prosa (cerpen, novel, roman), puisi (sajak, lirik, nyanyian). b)non fiksi yaitu tulisan berdasarkan data dan fakta. Tulisan disampaikan dalam bahasa lugas tidak menggunakan gaya bahasa sastra. Contohnya, resume, makalah, artikel, laporan penelitian (tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi). Menurut Adelstein dan Pival (dalam Tarigan, 2008:30) membagi tulisan ke dalam enam jenis berdasarkan nada yaitu : 1) Tulisan bernada akrab Salah satu manfaat tulisan yakni penemuan diri yang berkaitan dengan dengan tulisan bernada akrab yang membuahkan tulisan pribadi. Contohnya, buku harian (diary), catatan harian, cerita tidak resmi, surat dan puisi.

9 2) Tulisan bernada penerangan Biasanya nada tulisan yang seperti ini bersifat informatif, bernada memberi penerangan kepada orang lain. Nada informasi seperti ini menghasilkan tulisan deskriptif. Tulisan bernada penerangan terbagi atas dua yakni pemerian faktual dan pemerian pribadi. 3) Tulisan bernada penjelasan Tulisan yang bernada penjelasan (the explanatory voice) biasanya disebut tulisan penyingkapan ( expository writing). Bentuk tulisan penyingkapan terbagi atas klasifikasi, defenisi, analisis, dan opini. 4) Tulisan bernada mendebat Bila seorang pengarang mempergunakan nada mendebat atau nada argumentatif, hasilnya adalah tulisan yang bersifat meyakinkan atau persuasif. 5) Tulisan bernada mengkritik Tulisan yang bernada mengkritik menghasilkan mengenai sastra. Agar dapat menghasilkan tulisan yang bernada mengeritik dengan baik, maka seseorang harus terlebih dahulu membaca karya sastra yang akan dianalisis secara kritis. 6) Tulisan bernada otoritatif Tulisan yang bernada otoritatif menghasilkan karya ilmiah (the research paper). Dari dua pendapat di atas maka peneliti berkesimpulan mengambil pendapat pertama karena memudahkan penulis memberikan klasifikasi pada jenis tulisan.

10 2.3 Hakikat Cerpen Pengertian Cerpen Cerpen merupakan genre fiksi yang bentuknya ada dua, yaitu (1) cerita fiksi yang rangkaian peristiwanya panjang dan menghadirkan banyak konflik dan persoalan yang disebut dengan novel, sedangkan (2) yang rangkaian peristiwanya pendek dan menghadirkan satu konflik dalam satu persoalan yang disebut cerpen. Cerita pendek adalah prosa naratif bersifat fiksi yang umumnya terdiri dari 2000 sampai kata. Nurgiyantoro (dalam Damaianti, 2011:51) mengartikan bahwa cerpen merupakan cerita yang pendek, pendek dalam arti cerita ini dapat dibaca dalam sekali duduk dalam waktu antara setengah sampai dua jam. Senada dengan pernyataan di atas Edgar Allan Poe (dalam Tuloli, 2000 : 17) menyatakan bahwa cerita pendek sebagai ragam khusus, yang dapat dibaca dari satu sampai dua jam, serta hanya mempunyai efek khusus atau efek tunggal. Dapat disimpulkan bahwa, cerita pendek adalah jenis prosa fiksi yang memiliki konflik tunggal serta selesai dibaca dalam sekali duduk. Kurniawan dan Sutardi (2012:60) mengklasifikasikan pada tiga jenis cerita pendek yakni cerita dewasa (sering disebut juga sastra serius), cerita remaja (populer), dan cerita anak-anak Ciri ciri Cerpen Hamid (dalam Tuloli, 2000:17) membagi beberapa ciri cerpen sebagai berikut ini. a. Dapat dibaca dalam sekali duduk; isinya padat dan tidak ada digresi.

11 b. Jumlah perkataanya antara 500 sampai perkataan. Dari ukuran kata-kata ini, orang mengembangkan cerita pendek yang pendek, cerita pendek yang menengah, dan cerita pendek yang panjang. c. Hanya mempunyai satu plot, sehingga peristiwa dan konflik pun tunggal. d. Hanya berpusat pada satu atau dua watak, demikian pula gambaran tentang jati diri tokoh sangat terbatas hanya yang penting saja. e. Peristiwa yang diceritakan hanya tunggal, tidak dari awal sampai akhir sang tokoh. f. Efek (kesan) yang ditimbulkan dan pesannya hanya tunggal, tidak ada pesan sampingan, dan pesan atau message itu selesai pada saat berakhir cerita. g. Latar sangat terbatas, hanya garis besar saja dan implisit Karakter Cerpen Karakter utama dalam fiksi (cerpen) adalah pada peristiwa, yaitu suatu kejadian yang di dalamnya ada peristiwa, yaitu ada hubungan antara tokoh, alur, dan setting. Hakikat ketiganya adalah pembangun cerita yang konkret. Ketiga hakikat itu disebut fakta dalam cerita dan melalui fakta tersebut maka tema, amanat, pesan, tujuan, suasana, dan sudut pandang diaktualisasikan. Peristiwa dalam cerpen menunjukkan dua pola, yaitu peristiwa monologis dan dialogis. Baik peristiwa dialog dan monolog selalu ada dalam sebuah cerita. 2.4 Unsur- unsur Intrinsik Cerpen Tokoh Seperti telah dipaparkan di atas bahwa ada tiga unsur hakikat yang membangun cerpen dari dalam yakni salah satunya adalah tokoh. Tokoh merupakan

12 pelaku yang diceritakan. Lewat tokoh inilah penulis menyampaikan gagasangagasannya. Namun, tokoh harus dibiarkan bertindak sesuai dengan konteks yang ada tanpa ada paksaan mengikuti pikiran penulis. Berdasarkan perannya, tokoh dibagi dua yakni tokoh protagonis yaitu tokoh yang baik, biasanya disebut sebagai tokoh utama. Sedangkan tokoh antagonis yakni tokoh yang bersebrangan dengan tokoh protagonis yaitu tokoh yang memiliki sifat buruk atau jahat. Sifat-sifat pelaku ada dua macam yakni, sifat-sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat -sifat dalam (watak, pribadi). Tokoh fiksi dapat dikelompokkan atas: a. Tokoh utama; tokoh pusat ( central character) yaitu tokoh yang terlibat dan umumnya dikuasai oleh serangkaian peristiwa tempat mereka muncul baik sebagai pemenang atau kalah menjadi lebih arif bijaksana serta orang yang mengagumkan sekalipun dalam kekalahan. b. Tokoh penunjang (supporting character) yaitu tokoh yang memainkan peranan yang kurang penting, dapat muncul dalam seluruh adegan ataupun menghilang sesudah berperan dalam satu adegan. c. Tokoh latar belakang ( background character) yaitu tokoh yang memberikan bayangan dunia nyata dapat berperan dalam pencapaian beberapa maksud pada beberapa adegan, tetapi fungsi utamanya adalah untuk menunjang latar karya tersebut, melengkapi keserasian tempat dan suasana. Berdasarkan cara penampilannya tokoh-tokoh dapat dibedakan tokoh pipih (sederhana) dikenal dengan ciri-ciri sebagai berikut:

13 1) Sedikit sekali berubah atau sama sekali tidak berubah. Dari awal sampai akhir cerita sifatnya tetap. 2) Hanya mempunyai satu sifat, sehingga mudah dikenal, sebab itu disebut dengan tokoh yang sederhana. Tokoh bulat (kompleks) memperlihatkan ciri-ciri penampilan sebagi berikut. a) Selalu mengalami perubahan, dan ditampilkan berangsur-angsur dan bergantiganti. b) Sukar digambarkan karena memiliki tabiat dan motivasi yang kompleks, dan banyak menimbulkan kejutan. c) Mempunyai sifat yang berbeda-beda (bervariasi) beberapa sifat itu bertentangan atau berkontradiksi. Untuk memudahkan peserta didik menyusun cerita pendek maka dibatasi pada tokoh yang sederhana atau pipih karena peserta didik baru sampai pada taraf penulis pemula Latar Menurut Stanton (dalam Kurniawan dan Sutardi, 2012:66) bahwa latar cerita adalah lingkungan yaitu dunia cerita sebagai tempat terjadinya peristiwa. Latar terbagi atas dua tipe yaitu yang pertama, latar yang diceritakan secara detail dan kedua latar yang tidak menjadi fokus utama. Latar dalam cerita biasanya menyangkut tiga hal yakni (1) latar tempat, (2) latar waktu, (3) latar sosial.

14 a. Latar tempat, yaitu gambaran tentang di mana peristiwa fiksi terjadi. Dalam cerpen biasanya latar tempat dapat saja terjadi pada satu tempat, bisa juga beberapa tempat berpindah-pindah. b. Latar waktu, merupakan unsur yang menggambarkan kapan, masa dan saat tertentu terjadinya peristiwa dalam karya fiksi itu. Latar waktu dapat dihubungkan dengan keadaan yang berlaku setiap hari misalnya, pada siang hari, sore hari atau malam hari. c. Latar sosial, berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat. Latar sosial biasanya dihubungkan dengan status sosial tokoh., adat istiadat, budaya serta agama yang memiliki kaitan erat dengan sang tokoh Alur Alur merupakan rangkaian dari sebuah cerita dalam cerpen. Menurut Stanton (dalam Kurniawan dan Sutardi, 2012:69), alur dalam prosa fiksi itu memiliki tiga bagian : awal, tengah, dan akhir. Awal cerita merupakan proses pengenalan tokoh, lingkungan dan situasinya. Tengah cerita menghadirkan konflik dan klimaks cerita, dan pada bagian akhir cerita adanya kejutan (surprise), merupakan peristiwa- peristiwa yang berisi kejutan dalam cerita, yang peristiwanya biasa saja di luar dugaan pembaca. Tarigan ( 2008:157) menguraikan alur dalam prosa fiksi terdiri atas : a. Exposition: pengenalan para tokoh, pembukaan hubungan- hubungan, menata adegan, menciptakan suasana, penyajian sudut pandangan. b. Complication: peristiwa permulaan yang menimbulkan beberapa masalah, pertentangan, kesukaran, atau perubahan.

15 c. Rising action: mempertinggi perhatian kegembiraan, kehebohan, atau keterlibatan pada saat bertambahnya kesukaran. d. Turning point: klimaks, titik emosi, dan perhatian yang paling besar serta mendebarkan, apabila kesukaran dihadapi dan diselesaikan. e. Ending: penjelasan peristiwa-peristiwa, bagaimana caranya para tokoh itu dipengaruhi, dan apa yang terjadi atas diri mereka masing-masing. Dari pendapat kedua pakar tersebut penulis mengambil pendapat pertama karena pembagian alur masih bersifat sederhana sehingga mudah dipahami Tema Tema adalah ide sebuah cerita. Tema merupakan ide pokok atau permasalahan yang mendasari jalan cerita pada cerpen. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekadar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang akan dikatakan bisa masalah kehidupan, pandangan hidupnya, ataupun komentar terhadap kehidupan ini Point of View ( Sudut Pandang) Point of view pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Lubis (1996:96) membagi sudut pandang menjadi: a. Pengarang berdiri di luar cerita sama sekali. Memakai nama orang, dia (orang ketiga). Meskipun berada di luar cerita, dia mengetahui dan melihat apa yang dirasa dan dipikirkan oleh pelaku-pelakunya. b. Pengarang ikut dalam cerita: 1. Sebagai pelaku utama

16 2. Sebagai pelaku yang tidak utama c. Pengarang peninjau yaitu pengarang berlaku seakan-akan sama sekali tidak mengetahui apa yang dirasa dan dipikir oleh pelaku-pelakunya Amanat Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang secara tersirat dengan membaca keseluruhan cerita. 2.5 Unsur Ekstrinsik Cerpen Adapun unsur ekstrinsik cerpen meliputi: Latar belakang penciptaan, sejarah dan biografi pengarang yang akan dipaparkan sebagai berikut: a. Latar Belakang Penciptaan Suatu karya sastra misalnya prosa fiksi biasanya berkaitan dengan latar belakang penciptaan misalnya, pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca akan pesan yang diungkapkan lewat tulisannya, atau adanya kejadian yang dialami yang ingin diketahui oleh pembaca. b. Sejarah Karya sastra terlahir karena berhubungan dengan sejarah di mana tempat kejadian maupun peristiwanya diceritakan. Misalnya terjadinya demonstrasi besarbesaran pada masa pemerintahan orde baru protes akan kebijakan pemerintah kemudian dikisahkan lalu dibalut dengan imajinasi pengarang pada ceritanya. c. Biografi Pengarang Cerita seperti novel maupun cerpen tidak lepas dari biografi pengarang. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang memiliki pendidikan seperti guru tentu cerita yang dikisahkan akan bernuansa pendidikan maupun kisah guru. Begitupun, pengarang

17 yang memiliki latar belakang lahir di daerah Gorontalo tentunya ia akan menceritakan latar daerah Gorontalo sampai kebudayaan daerahnya. 2.6 Langkah-langkah Menulis cerpen Untuk memudahkan peserta didik menulis cerpen maka ada beberapa langkah yang akan dilakukan yaitu: a. Pencarian Ide Ide dalam menulis cerpen adalah masalah yang bersumber dari peristiwa atau benda. Ide akan hadir jika bertepatan seseorang mengalami kejadian. Hal itu dikembangkan menjadi sumber cerita. Mencari ide dapat didapatkan di mana saja. Dari ide yang sederhana akan berbentuk cerpen berdasarkan imanjinasi seseorang. b. Pengendapan dan Pengolahan Ide Langkah selanjutnya, ialah segera merumuskan logika cerita dan jawabannya sebelum dituliskan. Logika jawaban dapat diperoleh dengan pengetahuan dan imajinasi. Proses pengendapan ide dapat dilakukan dengan dua teknik yakni, (1) teknik tulis yaitu, menuliskan rangkaian cerita yang akan menjadi jawaban atas ide cerita. (2) teknik renung yaitu hanya merenungk an dan mengotemplasikan kemungkinan rangkaian peristiwa dalam pikiran dan perasaan sebelum dituliskan. c. Penulisan Jika rangkaian cerita telah disusun maka langkah selanjutnya menulis cerita secara pelan-pelan sampai selesai. Bagi para pemula memang sulit namun, jika berusaha dan berlatih sungguh-sungguh maka cerpen itu akan selesai.

18 d. Editing dan Revisi Editing berkaitan dengan perbaikan aspek kebahasaan dan penulisan, sedangkan revisi berkaitan dengan isi, misalnya alur yang tidak kronologis, anakronisme, kesalahan bercerita, konflik yang datar dan tidak dramatik. 2.7 Metode Latihan Terbimbing Secara sederhana istilah pembelajaran ( intstruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Majid, 2012:109). Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut yakni menggunakan metode latihan terbimbing pada kegiatan menulis cerpen. Dengan latihan terbimbing, diharapkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan peserta didik menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru. Bimbingan dan latihan dilakukan secara bertahap dengan melihat kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk kemudian ditingkatkan perlahan-lahan. Bimbingan dapat berupa lisan, latihan, dan keterampilan (Majid, 2012 :139). Metode latihan merupakan suatu cara untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan (Surakhmad, 1980:106). Selanjutnya Surya (dalam Majid, 2012:138) menyatakan bahwa bimbingan lebih merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

19 Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode latihan terbimbing adalah suatu cara untuk memperoleh ketangkasan melalui suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus secara sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi agar tercapai keterampilan untuk menerima dirinya, mengarahkan dirinya, dan keterampilan untuk merealisasikan dirinya Kelebihan Metode Latihan Terbimbing Adapun kelebihan metode latihan terbimbing menurut Djamarah dan Zain (2002: 108) yaitu: a. untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, katakata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat (mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan olah raga. b. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlah, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan sebagainya. c. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta, dan sebagainya. d. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan. e. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya. f. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.

20 2.7.2 Kekurangan Metode latihan Terbimbing Adapun kekurangan metode latihan terbimbing menurut Djamarah dan Zain (2002: 109) yaitu: a. Menghambat bakat dan inisiatif peserta didik, karena peserta didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan di arahkan jauh dari pengertian. b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan. d. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena sifat otomatis. e. Dapat menimbulkan verbalisme Langkah-langkah Penerapan Metode Latihan Terbimbing Adapun langkah-langkah mengajar dengan menggunakan metode latihan terbimbing yaitu: a. Tahap persiapan 1) Pada langkah awal, guru menentukan kegiatan yang akan diberikan, yaitu memberikan materi mengenai pengertian cerpen, unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, serta cara penulisan cerpen. 2) Guru menetapkan tema yang ingin dikembangkan melalui menulis cerpen. b. Tahap pelaksanaan 1) Guru membentuk kelompok agar memudahkan proses latihan terbimbing. 2) Peserta didik secara individual mulai menulis cerpen. 3) Guru membimbing dan mengawasi peserta didik selama kegiatan berlangsung.

21 4) Guru memberikan bimbingan secara terus menerus. c. Tahap penyelesaian 1) Peserta didik secara individual atau kelompok menyerahkan hasil latihan kepada guru. 2) Guru memilih salah satu dari hasil kerja peserta didik untuk disampaikan dan dibahas di dalam kelas. 3) Guru memberikan penilaian terhadap hasil pelatihan menulis cerpen.

22

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran. Bagi peserta didik yang sedang menuntut ilmu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB 2 IHWAL MENULIS, CERITA PENDEK, DAN TEKNIK BERBAGI PENGALAMAN. Menulis sebagai salah satu cara bagi seseorang untuk menyampaikan

BAB 2 IHWAL MENULIS, CERITA PENDEK, DAN TEKNIK BERBAGI PENGALAMAN. Menulis sebagai salah satu cara bagi seseorang untuk menyampaikan BAB 2 IHWAL MENULIS, CERITA PENDEK, DAN TEKNIK BERBAGI PENGALAMAN 2.1 Menulis 2.1.1 Pengertian menulis Menulis sebagai salah satu cara bagi seseorang untuk menyampaikan pesannya kepada orang lain. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf. BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa menulis merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Kholid A.Harras

Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Kholid A.Harras Unsur-unsur dalam Karya Sastra Kholid A.Harras Terbagi 2: Unsur Ekstrinsik Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik Segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan mempengaruhi karya sastra secara

Lebih terperinci

BAB II KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DAN METODE DEMONSTRASI. Kajian teori membahas mengenai keterampilan menulis cerpen dalam

BAB II KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DAN METODE DEMONSTRASI. Kajian teori membahas mengenai keterampilan menulis cerpen dalam 20 BAB II KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DAN METODE DEMONSTRASI Kajian teori membahas mengenai keterampilan menulis cerpen dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan menulis cerita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini dipaparkan deskripsi teoretis, penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis tindakan. Bagian penelitian yang relevan berisi penelitian terdahulu yang relevan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd. 0 PENGARUH MODEL THINK TALK WRITE (TTW)TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 TANJUNG PURA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Sri Lestari Siregar Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK QUANTUM WRITING TAUFIK HIDAYAT einslovetaufik@yahoo.co.id STKIP SILIWANGI BANDUNG 2012 ABSTRAK Penelitian ini menuju kepada aspek pemebelajaran menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting bagi kehidupan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis Menurut Dalman (2014, hlm. 3) menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi dalam bentuk penyampaian pesan (informasi) secara tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 Penulis: Editor: Ika Setiyaningsih Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri DISKLAIMER Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Pembahasan mengenai keterampilan menulis berkaitan dengan penelitian karena di dalam penelitian ini keterampilan menulis dijadikan sebagai keterampilan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan sepanjang hayat yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahasa Indonesia 1. Bahasa Indonesia Secara Umum Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Ditinjau secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

PENULISAN KARANGAN FIKSI * Oleh: ASHADI SIREGAR

PENULISAN KARANGAN FIKSI * Oleh: ASHADI SIREGAR PENULISAN KARANGAN FIKSI * Oleh: ASHADI SIREGAR 1. ASAS-ASAS KARANGAN FIKSI 1.1. Karangan fiksi, karangan khayali, karangan imajiner; yaitu karangan yang berasal dari dunia subyektif seseorang, atau ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian yang ada sebelumnya dan ada kaitannya dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata BAB II LANDASAN TEORI Seperti yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Novel Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang dapat dilakukan seseorang Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 869).

BAB II LANDASAN TEORI. yang dapat dilakukan seseorang Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 869). 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan merupakan kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam satu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan (Hakim dalam Munawar, 2009: 06). Sejalan dengan pendapat. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan (Hakim dalam Munawar, 2009: 06). Sejalan dengan pendapat. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

CONTOH KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH & NON ILMIAH

CONTOH KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH & NON ILMIAH CONTOH KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH & NON ILMIAH TUGAS BAHASA INDONESIA 2 1. KARANGAN ILMIAH Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan

Lebih terperinci

Dewi Arini 1 Korespondensi berkenaan dengan artikel dapat dialamatkan ke-

Dewi Arini 1 Korespondensi berkenaan dengan artikel dapat dialamatkan ke- Kemampuan menulis laporan pengamatan Siswa Kelas IX A di SMP Negeri 11 Muaro Jambi Oleh Arini, Dewi, Pembimbing I Drs. Larlen, M.Pd dan Pembimbin II Drs. Imam Suwardi Wibowo, M.Pd. ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan pencerminan dari kehidupan manusia. Karya sastra menyuguhkan potret kehidupan dengan

Lebih terperinci

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan 1. Beberapa pengertian sastra menurut Wellek dan Austin Warren dapat dilihat pada pernyataan di bawah ini, kecuali: a. sebuah ciptaan, kreasi, bukan hanya imitasi b. menghadirkan sintesa antara hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas berperan penting dalam proses pembelajaran, karena dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas berperan penting dalam proses pembelajaran, karena dengan 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas dan Pembelajaran 1. Pengertian Aktivitas Aktivitas adalah kegiatan belajar, siswa melakukan aktivitas atau. kegiatan. Tanpa aktivitas, pembelajaran tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Hal itu, terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi, cerpen, dan drama. Semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci