Analisis Pendapatan Asli Daerah Serta Peranannya Pada Pembangunan Di Jawa Barat Andi Rustandi, Encang Kadarisman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Pendapatan Asli Daerah Serta Peranannya Pada Pembangunan Di Jawa Barat Andi Rustandi, Encang Kadarisman"

Transkripsi

1 JIE ISSN : Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 3, nomor 1, Januari Juni 2013 Analisis Kontribusi Dan Produktivitas Tenaga Kerj Di Jawa Barat Asep Yusup Hanapia, Chandra Budhi L.S, Aso Sukarso Kajian Tentang Determinan Kemiskinan Di Jawa Barat Apip Supriadi, Gusti Tia Ardiani Analisis Pendapatan Asli Daerah Serta Peranannya Pada Pembangunan Di Jawa Barat Andi Rustandi, Encang Kadarisman Inflasi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Jawa Barat Budhi Wahyu F, Rita Tri Yusnita Beberapa Variabel Yang Mempengaruhi Ketimpangan Distribusi Pendapatan Di Jawa Barat Jumri, Iis Surgawati Analisis Sektor Perdagangan Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Barat Ade Komaludin, Noneng Masitoh Pengaruh Inflasi, Tenaga Kerja Dan Kurs Terhadap Investasi Di Provinsi Jawa Barat Dwi Hastuti Lestari Komarlina, Nanang Rusliana Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Alamat Redaksi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya Telp : Fax : lp2m@unsil.ac.id SN : i

2 JIE ii

3 ISSN : Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 3, nomor 1, Januari Juni 2013 Ketua Penyunting : Apip Supriadi Wakil Penyunting Jumri Penyunting Pelaksana: Asep Yusup Hanapia Ade Komaludin Aso Sukarso Andi Rustandi Pembantu Penyunting Chandra Budhi LS Noneng Masitoh Alamat Redaksi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya Telp : Fax : lp2m@unsil.ac.id i

4 ISSN : Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 3, nomor 1, Januari Juni 2013 DAFTAR ISI DEWAN REDAKSI i DAFTAR ISI ii PENGANTAR REDAKSI... iii ANALISIS KONTRIBUSI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI JAWA BARAT Asep Yusup Hanapia, Chandra Budhi L.S, Aso Sukarso KAJIAN TENTANG DETERMINAN KEMISKINAN DI JAWA BARAT Apip Supriadi, Gusti Tia Ardiani ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA PERANANNYA PADA PEMBANGUNAN DI JAWA BARAT Andi Rustandi, Encang Kadarisman INFLASI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI JAWA BARAT Budhi Wahyu F, Rita Tri Yusnita BEBERAPA VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI JAWA BARAT Jumri, Iis Surgawati ANALISIS SEKTOR PERDAGANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT Ade Komaludin, Noneng Masitoh PENGARUH INFLASI, TENAGA KERJA DAN KURS TERHADAP INVESTASI DI PROVINSI JAWA BARAT Dwi Hastuti Lestari Komarlina, Nanang Rusliana ii

5 ISSN : Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 3, nomor 1, Januari Juni 2013 Pengantar Redaksi Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadhirat Allah SWT, bahwa jurnal untuk Program Studi (Prodi) Ekonomi Pembangun yang diberi nama Jurnal Ilmu Ekonomi (JIE) akan segera terbit Volume 1 untuk periode Januari Juni Kami menyadari bahwa penerbitan Jurnal Ilmu Ekonomi (JIE) tahap pertama ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran untuk perbaikan penerbitan JIE tahap selanjutnya sangat dinantikan. Semoga Jurnal Ilmu Ekonomi (JIE) ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, Amiin Tasikmalaya, Maret 2013 Dewan Penyunting iii

6 ANALISIS KONTRIBUSI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI JAWA BARAT Asep Yusup Hanapia 1, Aso Sukarso 1, Chandra Budhi L.S 1 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRACT The purpose of this study was to analyze the contribution of labor in the District / City of West Java province and analyze the magnitude of labor productivity in the District / City of West Java province. The method used is descriptive analysis of the data used are secondary data. By using a contribution analysis and productivity analysis is the study conclusions contribution of labor in the agricultural sector is the greatest contribution Cianjur, the contribution of industrial sector namely labor Bogor Regency, the contribution of labor to produce output in the trade sector, namely Bogor Regency. Labor productivity in the agricultural sector is the greatest value Cirebon. Industrial sector labor productivity is greatest Cirebon. Productivity biggest trade sector productivity is Banjar. Labor productivity in the services sector is the greatest productivity Banjar. Furthermore, the productivity of other sectors of greatest productivity value is Banjar. Keywords :: Contributions of Labor, Labor Productivity ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya kontribusi tenaga kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat dan menganalisis besarnya produktivitas tenaga kerja di Kabupaten/Kota provinsi Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan data yang digunakan adalah data sekunder. Dengan menggunakan analisis kontribusi dan analisis produktivitas kesimpulan penelitian adalah kontribusi tenaga kerja di sektor pertanian yang paling besar sumbangannya adalah Kabupaten Cianjur, kontribusi tenaga kerja sektor industri yaitu Kabupaten Bogor, kontribusi tenaga kerja dalam menghasilkan output di sektor perdagangan yaitu Kabupaten Bogor. Produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian yang paling besar nilainya adalah Kota Cirebon. Sektor Industri produktivitas tenaga kerja yang paling besar adalah Kota Cirebon. Produktivitas sektor perdagangan yang paling besar produktivitasnya adalah Kota Banjar. Produktivitas tenaga kerja di sektor jasa-jasa yang paling besar produktivitasnya adalah Kota Banjar. Selanjutnya produktivitas sektor lainnya yang paling besar nilai produktivitasnya adalah Kota Banjar. Kata Kunci : : Kontribusi Tenaga Kerja, Produktivitas Tenaga Kerja 1 Staf Pengajar Fakultas Ekonomi

7 PENDAHULUAN Latar Belakang Secara konseptual bahwa terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dengan asumsi investasi meningkat. Namun permasalahaan yang masih terjadi adalah adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran lapangan kerja. Penyediaan lapangan kerja yang besar diperlukan untuk mengimbangi penduduk. pertumbuhan Sebagai gambaran mengenai jumlah penduduk dan kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat dapat dijelaskan sebagai berikut; pada tahun 2011 di Kabupaten/Kota Jawa Barat yang terbanyak di Kabupaten bogor, yaitu sebesar 4,9 juta jiwa dan diikuti oleh Kabupaten Bandung 3,2 juta jiwa. Hal ini tidak berbeda dengan kondisi di tahun lalu. Sedangkan penduduk terkecil berada di Kota Banjar yaitu sebanyak 0.18 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk di Jawa Barat menurut Hasil Survei Sosial Ekonomi Masyarakat Nasional 2011 sebanyak jiwa, dengan jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten bogor sebanyak jiwa, disusul kemudian di Kabupaten Bandung sebanyak jiwa. Sementara penduduk terencah ada di Kota Tasikmalaya sebanyak jiwa. Rata-rata jumlah penduduk di Jawa Barat lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan, sehingga sex rasio rata-rata di atas 100%. Sex rasio tertinggi adalah Kabupaten Cianjur 107,15% disusul oleh Kabupaten Karawang sebesar 106,40%. Kepadatan penduduk di Jawa Barat pada tahun 2011 adalah orang/km, dengan luas wilayah ,54 km 2. Diantara Kabupaten/Kota se Jawa Barat kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kota Bandung yaitu sebesar orang/km 2, disusul oleh Kota Cimaho orang/km 2 dan terencah di Kabupaten Ciamis 569 orang/km 2. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja yang tidak terserap di kategorikan sebagai penganggur. Pada tahun 2011, jumlah angkatan kerja di seluruh Provinsi Jawa Barat sebanyak orang. Yang aktif bekerja sebanyak orang atau sebesar 90,17% dan yang menganggur sebanyak orang sebesar 10,96%. Sebagian besar penduduk Jawa Barat yang bekerja pada tahun 2011, memiliki lapangan pekerjaan utama di sektor pertanian, perdagangan, 412

8 Asep Yusup Hanapia, Aso Sukarso, Chandra Budi LS industri, jasa-jasa dan lainnya. Persentase penduduk yang bekerja pada sektor tersebut masing-masing 21,06%; 26,09%; 20,46%; 15,46% dan lainnya 16,92%. Lowongan kerja yang terdaftar di Jawa Barat pada tahun 2011, terbesar ada di lapangan usaha industri, disusul oleh sektor jasa-jasa, perdagangan dan keuangan. Masing-masing kesempatan lowongan tersebut sebesar 53,32%; 22,97%; 13,46% dan 7,59%. Bila dilihat berdasarkan tigkat pendidikan, jumlah pencari kerja pada tahun 2011 kelompok yang paling besar adalah berasal dari jenjang SLTA disusul oleh sarjana, sarjana muda, dan SLTP. Masing-masing sebesar 54,35%; 24,39%; 14,10%; 5,53%, sedangkan pencari kerja yang berpendidikan SD hanya 1,63%. Angkatan kerja di Jawa Barat selain jumlah yang besar juga ratarata memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Jika tingkat pendidikan pekerja berkolerasi positif dengan keterampilan dan produktivitas, kondisi ini menunjukkan sebagian besar tenaga kerja di Jawa Barat merupakan pekerja yang memiliki keterampilan yang rendah dan dengan produktivitas yang rendah. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat. Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis besarnya kontribusi tenaga kerja di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat? 2. Menganalisis besarnya produktivitas tenaga kerja di Kabupaten/Kota provinsi Jawa Barat.? KERANGKA PEMIKIRAN Pertumbuhan ekonorni biasanya seperti biasa disertai dengan terjadinya kenaikan produktivitas per pekerja, maka dapat diduga laju pertuinbuhan jurnlah penduduk yang bekerja lebih rendah dari laju pertumbuban PDB. Atau dengan kata lain, elastisitas penyerapan tenaga kerja pada urnumnya lebih rendah dari pada satu. Peningkatan angakatan kerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak diiringi peningkatan lapangan kerja yang memadai (lapangan kerja meningkat dengan proporsi yang lebih kecil). Masalah 413

9 lapangan kerja merupakan salah satu masalah pokok yang dihadapi dalam pembangunan. Lapangan kerja berfungsi sebagai wahana untuk menempatkan manusia pada posisi sentral dalam pembangunan. Lapangan kerja merupakan sumber pendapatan bagi angkatan kerja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi tingkat produktivitas seseorang maka akan semakin besar pilihannya dalam dunia kerja (kesempatan kerja) Konsep yang digunakan dalam mengukur tingkat produktivitas kerja tenaga kerja adalah mengacu pada konsep pengukuran Dewan Produktivitas Nasional dalam Ravianto (1986) yang menyatakan bahwa produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Output merupakan sesuatu yang dihasilkan baik dalam bentuk barang ataupun jasa karena dalam bentuk fisik, unit ukuran dari berbagai sektor maupun organisasi tidak sama maka pengukuran output dinyatakan dalam bentuk nilai. Hal ini ditujukan agar produktivitas dapat dilihat nilainya dengan jelas perbandingan antara output dengan sumberdaya yang digunakan. Input merupakan kontribusi dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh output. Secara umum, faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah modal, tanah, tenaga kerja dan teknologi. Untuk mengukur produktivitas tenaga kerja maka diasumsikan tenaga kerja merupakan satu- satunya input yang digunakan dalam proses produksi. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah produk domestik regional bruto, tenaga kerja, kontribusi tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja di Jawa Barat. Metode Penelitian Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif digunakan menggambarkan untuk perkembangan tenaga kerja. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan porduktivitas tenaga kerja di Jawa Barat Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang diperoleh merupakan data kuantitatif, sehingga diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel. Sementara untuk data kualitatif yang diperoleh, 414

10 Asep Yusup Hanapia, Aso Sukarso, Chandra Budi LS diolah dan disajikan dalam bentuk narasi. sedangkan input digunakan kerja. tenaga Metode Analisis Adapun analisis yang yang dapat kita gunakan untuk menjawab identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Analisis Kontribusi Analisis ini digunakan untuk mengetahui peranan tenaga kerja dalam menghasilkan output, dengan mengggunakan rumus : Kontribusi = T K Sektoral x 100 % PDRB Sektoral Untuk menghitung prodtiktivitas tenaga kerja digunakan rumus (Payaman j. Simanjuntak, 1985;30) Produktivitas = PDRB sektoral T K sektoral Dimana : PDRB = Pendapatan Domestik Regional Bruto Tenaga Kerja = Angkatan kerja yang terserap HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Kontribusi Tenaga Kerja Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Peranan tenaga kerja dalam menghasilkan output menurut 2. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja merupakan suatu ukuran sampai sejauhmana sumber daya manusia atau angkatan kerja digunakan dengan baik dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan nilai tarnbah. Secara sederhan, produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Dalam menghitung Produktivitas tenaga kerja, output digunakan nilai tambah (PDRB) masing-masing iapangan usaha, lapangan usaha di Jawa Barat bervariasi besarannya. Peranan tenaga kerja di sektor jasa menyumbang angka paling besar yaitu 11.04%, sektor pertanian berkotribusi 9.49%, sektor industry sebesar 2.58%, sektor perdagangan sebesar 5.44%, dan sektor lainnya menyumbang sebesar 4.89%. Besarnya kontribusi tersebut berasal dari kontribusi tenaga kerja yang berada di 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Untuk kontribusi tenaga kerja di sektor pertanian yang paling besar sumbangannya adalah Kabupaten Cianjur (0.97), dan juga Kabupaten Garut (0.86). Kontribusi tenaga kerja 415

11 sektor industry, Kabupaten Bogor memberikan sumbangan sebesar 35%, disusul Kabupaten Bandung sebesar 32%. Sedangkan Kabupaten dan Kota Lainnya, sumbangannya kurang dari 30%. Kontribusi tenaga kerja dalam menghasilkan output di sektor perdagangan, Kabupaten Bogor memberikan kontribusi paling besar (0.58) dan Kota Bandung memberikan kontribusi (0.45). Kemudian untuk kontribusi tenaga kerja yang lebih besar dari 30%, yaitu Kabupaten Cirebon (0.38), dan Kabupaten Karawang (0.34), sedangkan Kabupaten/Kota lainnya kontribusinya lebih kecil dari 30%. Selanjutnya untuk melihat kontribusi tenaga kerja Kabupaten/Kota di Jawa Barat lebih jelas lagi dapat dilihat dalam gambar berikut ini. Gambar 1. Kontribusi Tenaga Kab/Kota di Jawa Barat Tahun 2012 Sumber : BPS Jawa Barat Kontribusi tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama, yang meliputi sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan sektor lainnya. Kontribusi tenaga kerja pada sektor pertanian dari Tahun trendnya meningkat, dan pada Tahun 2011 menurun (8.73%), kemudian Tahun 2012 kembali meningkat. Pada sektor industry kontribusinya berfluktuatif, dimana pada Tahun

12 Asep Yusup Hanapia, Aso Sukarso, Chandra Budi LS kembali meningkat (2.58%). Kontribusi tenaga kerja di sektor perdaagangan, memasuki Tahun 2008 nilainya menurun (7.72% menjadi 4.16%), akan tetapi dari Tahun , kontribusi tenaga kerja di sektor ini menunjukkan peningkatan kontribusinya, dan memasuki Tahun 2012 kembali menurun. Begitupun halnya dengan kontribusi di sektor jasa-jasa dan sektor lainnya, menunjukkan nilai kontribusi yang fluktuatif, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut Gambar 2. Kontribusi Tenaga Kerja Tahun Sumber : BPS Jawa Barat Produktivitas Tenaga Kerja Kab/Kota Di Jawa Barat Tahun 2012 Produktivitas tenaga kerja menjelaskan seberapa besar kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan nilai tambah untuk Produk Domestik Regional Bruto. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh informasi bahwa produktivitas tenaga kerja yang ada di Kab/Kota di Jawa Barat menurut lapangan pekerjaan utama besarannya berbeda- beda. Produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian yang paling besar nilainya adalah Kota Cirebon dengan besaran produktivitas 51,927,61 artinya setiap tenaga kerja mampu menghasilkan nilai tambah terhadap PDRB Kota Cirebon, sementara yang paling sedikit produktivitasnya adalah Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 103,40. Di sektor Industri produktivitas tenaga kerja yang paling besar adalah Kota Cirebon yaitu sebesar ,42 dan yang paling kecil yaitu Kabupaten Sukabumi sebesar 78,66. Produktivitas sektor perdagangan yang 417

13 paling besar produktivitasnya adalah Kota Banjar sebesar 4.262,42 dan yang paling kecil produktivitasnya adalah Kabupaten Bogor sebesar 171,37. Produktivitas tenaga kerja di sektor jasa-jasa yang paling besar produktivitasnya adalah Kota Banjar sebesar 1.733,12 sedangkan yang paling kecil produktivitasnya adalah Kota Bekasi sebesar 88,22. Selanjutnya produktivitas sektor lainnya yang paling besar nilai produktivitasnya adalah Kota Banjar yaitu sebesar 4.156,24 dan yang paling kecil nilai produktivitasnya adalah Kabupaten Bogor yaitu sebesar 171,14. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 3. Produktivitas Tenaga Kab/Kota di Jawa Barat Tahun 2012 Sumber : BPS Jawa Barat Apabila dilihat dari produktivitas tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama selama tahun , ternyata produktivitas tenaga kerja di sektor industry masih mendominasi walaupun nilainya kecenderungannya menurun mulai tahun 2008 sampai dengan tahun Sementara sektor lainnya menunjukkan nilai yang relative merata setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 418

14 Asep Yusup Hanapia, Aso Sukarso, Chandra Budi LS Gambar 4. Produktivitas Tenaga Kerja Tahun Sumber : BPS Jawa Barat Pembahasan Peranan tenaga kerja dalam pembangunan sangat diperlukan untuk membantu berjalannya proses pembangunan tersebut. Tentu saja tenaga kerja yang diperlukan adalah tenaga kerja yang memiliki produktivitas yang tinggi, artinya tenaga kerja tersebut telah memiliki pengetahuan yang cukup dan pengetahuan yang luas dalam pekerjaan yang mereka lakukan. Kontribusi dan produktivitas tenaga kerja Kab/Kota di Jawa Barat berbedabeda besarannya, dan hal ini menunjukkan bagaimana daerah tersebut dalam mempersiapkan tenaga kerjanya memasuki pasar kerja. Untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik Kab/Kota tentang kontribusi dan produktivitas tenaga kerjanya, berikut ini akan dijelaskan dengan menggunakan matrik 4 kuadran untuk masing-masing lapangan pekerjaan utama. Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Dengan menggunakan matrik 4 kuadran dapat diketahui posisi Kab/Kota mengenai kontribusi dan Produktivitasnya. 419

15 Share Kuadran II Kuadran I Bogor Sukabumi Cianjur Bandung G a r u t Tasikmalaya C I a m I s Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Karawang Bandung Barat Produktivitas Purwakarta Kota B o g o r B e k a s i Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Depok Kota Bekasi Kota Tasikmalaya Kota Cimahi Kota Banjar Kuadrab III Kuadran IV Gambar 5 Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Pertanian. Sumber : BPS Jawa Barat, diolah Kuadran I, yaitu kontribusi dan produkti tinggi, artinya peranan Kab/Kota tersebut sangat dominan dalam sumbangannya di sektor pertanian, tidak ada Kab/Kota yang termasuk ke dalam Kuaran ini Kuadran II, yaitu kontribusi tinggi dan produktivitas rendah dalam sumbangannya terhadap sektor pertanian. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Kuningan, Kab. Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang, Kab. Indramayu, Kab. Subang, Kab. Karawang, dan Kab. Bandung Barat. Kuadran III, yaitu kontribusi dan produktivitas tenaga kerja rendah, artinya peranan tenaga kerja baik kontribusi dan produktivitasnya rendah dalam sumbangannya terhadap sektor pertanian. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kudran ini adalah Kab. Purwakarta, Kab. Bekasi, Kota Bandung, Kota 420

16 Asep Yusup Hanapia, Aso Sukarso, Chandra Budi LS Depok, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar. Kuadran IV, yaitu kontribusi rendah dan produktivitas tenaga kerja tinggi, artinya kontribusi tenaga kerja dalam sumbangannya terhadap sektor pertanian rendah akan tetapi disisi lain produktivitas tenaga kerjanya tinggi. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Bekasi dan Kota Cimahi. Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Industri Dengan menggunakan matrik 4 kuadran dapat diketahui posisi Kab/Kota mengenai kontribusi dan Produktivitasnya. Bogor Sukabumi Bandung Tasikmalaya Karawang B e k a s i Kota Bandung Kota Bekasi G a r u t C i a m i s Majalengka Sumedang Subang Purwakarta Bandung Barat Kota B o g o r Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Share Cianjur Kuningan Cirebon Indramayu Kota Sukabumi Kota Cirebon Kota Banjar Produktivitas Gambar 6 Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Industri Sumber : BPS Jawa Barat, diolah Kuadran I, yaitu kontribusi dan produkti tinggi, artinya peranan Kab/Kota tersebut sangat dominan dalam sumbangannya di sektor industri, tidak ada Kab/Kota yang termasuk ke dalam Kuaran ini Kuadran II, yaitu kontribusi tinggi dan produktivitas rendah dalam sumbangannya terhadap sektor 421

17 industri. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Tasikmalaya, Kabupaten Karawang, Kab. Bekasi, Kota Bandung dan Kota Bekasi. Kuadran III, yaitu kontribusi dan produktivitas tenaga kerja rendah, artinya peranan tenaga kerja baik kontribusi dan produktivitasnya rendah dalam sumbangannya terhadap sektor industri. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kudran ini adalah Kab. Garut, Kab. Ciamis, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang, Kab. Subang, Kab. Purwakarta, Kab. Bandung Barat, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Cimahi dan Kota Tasikmalaya. Kuadran IV, yaitu kontribusi rendah dan produktivitas tenaga kerja tinggi, artinya kontribusi tenaga kerja dalam sumbangannya terhadap sektor industri rendah akan tetapi disisi lain produktivitas tenaga kerjanya tinggi. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kab. Cianjur, Kab. Kuningan, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kota Sukabumi, Kota Cirebon dan Kota Banjar. Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan Dengan menggunakan matrik 4 kuadran dapat diketahui posisi Kab/Kota mengenai kontribusi dan Produktivitasnya. 422

18 Asep Yusup Hanapia, Aso Sukarso, Chandra Budi LS Bogor Sukabumi Cianjur Bandung G a r u t Cirebon Indramayu Karawang B e k a s i Kota Bandung Kota Bekasi Kota Depok Tasikmalaya C i a m i s Kuningan Sumedang Subang Bandung Barat Share Majalengka Purwakarta Kota Sukabumi Kota Cirebon Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Produktivitas Kota B o g o r Kota Banjar Gambar 7 Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan Sumber : BPS Jawa Barat, diolah Kuadran I, yaitu kontribusi dan produkti tinggi, artinya peranan Kab/Kota tersebut sangat dominan dalam sumbangannya di sektor perdagangan, tidak ada Kab/Kota yang termasuk ke dalam Kuaran ini Kuadran II, yaitu kontribusi tinggi dan produktivitas rendah dalam sumbangannya terhadap sektor perdagangan. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kab. Karawang, Kab. Bekasi, Kota Badung, Kota Bekasi dan Kota Depok. Kuadran III, yaitu kontribusi dan produktivitas tenaga kerja rendah, artinya peranan tenaga 423

19 kerja baik kontribusi dan produktivitasnya rendah dalam sumbangannya terhadap sektor perdagangan. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kudran ini adalah Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Kuningan, Kab. Sumedang, Kab. Subang, Kab. Bandung Barat dan Kota Bogor. Kuadran IV, yaitu kontribusi rendah dan produktivitas tenaga kerja tinggi, artinya kontribusi tenaga kerja dalam sumbangannya terhadap sektor perdagangan rendah akan tetapi disisi lain produktivitas tenaga kerjanya tinggi. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kab. Majalengka, Kab. Purwakarta, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Jasa-Jasa Dengan menggunakan matrik 4 kuadran dapat diketahui posisi Kab/Kota mengenai kontribusi dan Produktivitasnya. Bogor Cianjur Bandung G a r u t Karawang B e k a s i Kota B o g o r Kota Bandung Kota Bekasi Kota Depok Sukabumi Tasikmalaya C i a m i s Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Share Kuningan Subang Purwakarta Kota Sukabumi Kota Cirebon Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Produktivitas Bandung Barat Kota Banjar Gambar 8 Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Jasa-jasa Sumber : BPS Jawa Barat, diolah Kuadran I, yaitu kontribusi dan produkti tinggi, artinya peranan Kab/Kota tersebut sangat dominan dalam sumbangannya di sektor jasa- 424

20 Asep Yusup Hanapia, Aso Sukarso, Chandra Budi LS jasa, tidak ada Kab/Kota yang termasuk ke dalam Kuaran ini Kuadran II, yaitu kontribusi tinggi dan produktivitas rendah dalam sumbangannya terhadap sektor jasa-jasa. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kab. Bogor, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Karawang, Kab. Bekasi, Kota Bogor, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Depok. Kuadran III, yaitu kontribusi dan produktivitas tenaga kerja rendah, artinya peranan tenaga kerja baik kontribusi dan produktivitasnya rendah dalam sumbangannya terhadap sektor jasa-jasa. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kudran ini adalah Kab. Sukabumi, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang, Kab. Indramayu dan Kab. Bandung Barat. Kuadran IV, yaitu kontribusi rendah dan produktivitas tenaga kerja tinggi, artinya kontribusi tenaga kerja dalam sumbangannya terhadap sektor jasa-jasa rendah akan tetapi disisi lain produktivitas tenaga kerjanya tinggi. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kab. Kuningan, Kab. Subang, Kab. Purwakarta, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Lainnya Dengan menggunakan matrik 4 kuadran dapat diketahui posisi Kab/Kota mengenai kontribusi dan Produktivitasnya. 425

21 Share Bogor Sukabumi Cianjur Bandung G a r u t Cirebon B e k a s i Bandung Barat Kota Bandung Kota Bekasi Kota Depok Tasikmalaya C i a m i s Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Kota B o g o r Kuningan Kota Sukabumi Kota Cirebon Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Produktivitas Gambar 9 Karakteristik Kontribusi dan Produktivitas Tenaga Kerja di Sektor Lainnya Sumber : BPS Jawa Barat, diolah Kuadran I, yaitu kontribusi dan produkti tinggi, artinya peranan Kab/Kota tersebut sangat dominan dalam sumbangannya di sektor lainnya, tidak ada Kab/Kota yang termasuk ke dalam Kuaran ini Kuadran II, yaitu kontribusi tinggi dan produktivitas rendah dalam sumbangannya terhadap sektor lainnya. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Cirebon, Kab. Bekasi, Kab. Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Depok. 426

22 Asep Yusup Hanapia, Aso Sukarso, Chandra Budi LS Kuadran III, yaitu kontribusi dan produktivitas tenaga kerja rendah, artinya peranan tenaga kerja baik kontribusi dan produktivitasnya rendah dalam sumbangannya terhadap sektor lainnya. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kudran ini adalah Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang, Kab. Indramayu, Kab. Subang, Kab. Purwakarta, Kab. Karawang dan Kota Bogor. Kuadran IV, yaitu kontribusi rendah dan produktivitas tenaga kerja tinggi, artinya kontribusi tenaga kerja dalam sumbangannya 427

23 terhadap sektor lainnya rendah akan tetapi disisi lain produktivitas tenaga kerjanya tinggi. Kab/Kota yang termasuk ke dalam kuadran ini adalah Kab. Kuningan, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. KESIMPULAN 1. Kontribusi tenaga kerja di sektor pertanian yang paling besar sumbangannya adalah Kabupaten Cianjur, kontribusi tenaga kerja sektor industry yaitu Kabupaten Bogor, kontribusi tenaga kerja dalam menghasilkan output di sektor perdagangan yaitu Kabupaten Bogor. 2. Produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian yang paling besar nilainya adalah Kota Cirebon. Sektor Industri produktivitas tenaga kerja yang paling besar adalah Kota Cirebon. Produktivitas sektor perdagangan yang paling besar produktivitasnya adalah Kota Banjar. Produktivitas tenaga kerja di sektor jasa-jasa yang paling besar produktivitasnya adalah Kota Banjar. Selanjutnya produktivitas sektor lainnya yang paling besar nilai produktivitasnya adalah Kota Banjar. 428 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan, Balai Penerbitan STIE YKPN, Jogyakarta, 1992 Azis, Iwan Jaya, Pemikiran, Pelaksanaan dan Perintisan Pembangunan Ekonomi, FE UI dan ISEI, Gramedia, Jakarta, 1992 Biro Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat, Jawa Barat Dalam Angka 2012, Bandung Jamaiuddin, Ahmad, Produktivitas Tenaga Kerja Dan Elastisitas Kesempatan Kerja di DI.Aceb, Prosding Seminar Nasional, Jakarta, 1995 Simanjuntak, Payaman J, Pengantar Ekonomi Sutnber Daya Manusia, penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1985 Junandar, U Analisis Pendapatan dan Pemasaran Industri Kecil Emping Melinjo. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Nasir, M Metode Penelitian. Ghalia indonesia. Jakarta. Ramanathan, R Introductory Economics With Applications. The Dryden Press. San Diego. Ravianto, J Produktivitas dan Seni Usaha. PT. Binaman Teknika Aksara. Jakarta. Reksasudharma, C Peningkatan Produktivitas dan Mutu. Jurnal Ekonomi. Vol. 1 No. 5. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Simanjuntak, P. J Produktivitas Kerja: Pengertian Ruang dan Lingkupnya. Prisma No. 11. LP3ES. Jakarta. Simanjuntak, P. J Pengantar Ekonomi Sumberdaya

24 Asep Yusup Hanapia, Aso Sukarso, Chandra Budi LS Manusia. Tambunan, T. T. II Industrialisasi Di Negara Sedang Berkembang Kasus Indonesia. Ghalia Indonesia.Jakarta 429

ANALISIS KONTRIBUSI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI JAWA BARAT

ANALISIS KONTRIBUSI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI JAWA BARAT ANALISIS KONTRIBUSI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI JAWA BARAT Asep Yusup Hanapia 1, Aso Sukarso, Chandra Budhi L.S Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRACT The

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Asli Daerah Serta Peranannya Pada Pembangunan Di Jawa Barat Andi Rustandi, Encang Kadarisman

Analisis Pendapatan Asli Daerah Serta Peranannya Pada Pembangunan Di Jawa Barat Andi Rustandi, Encang Kadarisman JIE ISSN : 2301-8828 Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 3, nomor 1, Januari Juni 2013 Analisis Kontribusi Dan Produktivitas Tenaga Kerj Di Jawa Barat Asep Yusup Hanapia, Chandra Budhi L.S, Aso Sukarso Kajian Tentang

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota oda perekonomian yang bergulir di Jawa Barat, selama tahun 2007 merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Jabar.

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota eranan ekonomi wilayah kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat setiap tahunnya dapat tergambarkan dari salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Kerajinan Bordir Di Kabupaten Tasikmalaya Ade Komaludin, Nanang Rusliana

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Kerajinan Bordir Di Kabupaten Tasikmalaya Ade Komaludin, Nanang Rusliana JIE ISSN : 2301-8828 Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 2, nomor 2, Juli Desember 2012 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Kerajinan Bordir Di Kabupaten Tasikmalaya Ade Komaludin, Nanang Rusliana

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

Analisis Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Investasi Di Jawa Barat Tahun Aso Sukarso, Dwi Hastuti LK, Rahman Budiman

Analisis Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Investasi Di Jawa Barat Tahun Aso Sukarso, Dwi Hastuti LK, Rahman Budiman JIE ISSN : 2301-8828 Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 3, nomor 2, Juli Desember 2013 Analisis Sektor Unggulan Yang Berdaya Saing Ekspor (Studi Kasus Di Kota Bandung Tahun 2008) Jumri, Encang Kadarisman, Adriana

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Kebijaksanaan pembangunan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kelemahan strategi pembangunan ekonomi di masa lalu dan krisis ekonomi yang berkepanjangan, telah menimbulkan berbagai persoalan yang

Lebih terperinci

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014 TOTAL BAES01 JAWA BARAT 129,401,372,000.00 BELANJA PEGAWAI 100,974,521,000.00 BELANJA BARANG OPERASIONAL 8,203,990,000.00 BELANJA BARANG NON OPERASIONAL 2,838,361,000.00 BELANJA MODAL 17,384,500,000.00

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

Analisis Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Investasi Di Jawa Barat Tahun Aso Sukarso, Dwi Hastuti LK, Rahman Budiman

Analisis Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Investasi Di Jawa Barat Tahun Aso Sukarso, Dwi Hastuti LK, Rahman Budiman JIE ISSN : 2301-8828 Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 3, nomor 2, Juli Desember 2013 Analisis Sektor Unggulan Yang Berdaya Saing Ekspor (Studi Kasus Di Kota Bandung Tahun 2008) Jumri, Encang Kadarisman, Adriana

Lebih terperinci

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 I. REALISASI INVESTASI PMA & PMDN 1. Total Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN PANAS BUMI TAHUN ANGGARAN 2006, TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Otonomi daerah

Lebih terperinci

TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI WILAYAH JAWA BAGIAN BARAT Oleh: Endang Setiasih 1)

TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI WILAYAH JAWA BAGIAN BARAT Oleh: Endang Setiasih 1) EKO-REGIONAL, Vol.3, No.1, Maret 2008 TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI WILAYAH JAWA BAGIAN BARAT Oleh: Endang Setiasih 1) 1) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT Economic potency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya beli masyarakat berkaitan erat dengan pendapatan perkapita, Sedangkan pendapatan perkapita dipengaruhi oleh penyediaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013 No. 02/11/Th. XIV, 12 November 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Bekasi Tahun 2013 A. Penjelasan Umum IPG merupakan

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT 5.1 Analisis Model Regresi Data Panel Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Analisis Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Investasi Di Jawa Barat Tahun Aso Sukarso, Dwi Hastuti LK, Rahman Budiman

Analisis Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Investasi Di Jawa Barat Tahun Aso Sukarso, Dwi Hastuti LK, Rahman Budiman JIE ISSN : 2301-8828 Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 3, nomor 2, Juli Desember 2013 Analisis Sektor Unggulan Yang Berdaya Saing Ekspor (Studi Kasus Di Kota Bandung Tahun 2008) Jumri, Encang Kadarisman, Adriana

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS RELATIF DAN ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA BARAT

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS RELATIF DAN ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA BARAT PENGUKURAN PRODUKTIVITAS RELATIF DAN ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA BARAT Dewi Shofi Mulyati, Iyan Bachtiar, dan Yanti Sri Rezeki * Abstrak Pentingnya

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 30/05/Th. XIX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor perekonomian yang sedang mendapat perhatian dari pemerintah pada saat ini adalah sektor perindustrian. Untuk dapat meningkatkan sektor perindustrian

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Provinsi Jawa Barat Kabupaten dan kota provinsi Jawa Barat berjumlah 26 kabupaten/kota yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatan dan 5.877 desa/kelurahan. Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk melakukan kegiatan ekonomi di dalamnya. Kota Bandung juga memiliki jumlah penduduk yang banyak,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Alokasi. Dana. SDA. Pertambangan. Panas Bumi. TA 2012. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PMK.07/2012 TENTANG PERKIRAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang diinginkan dapat

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Kerajinan Bordir Di Kabupaten Tasikmalaya Ade Komaludin, Nanang Rusliana

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Kerajinan Bordir Di Kabupaten Tasikmalaya Ade Komaludin, Nanang Rusliana JIE ISSN : 2301-8828 Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 2, nomor 2, Juli Desember 2012 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Kerajinan Bordir Di Kabupaten Tasikmalaya Ade Komaludin, Nanang Rusliana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang terjadi pada awal tahun 1996 dan puncaknya pada tahun 1997 mendorong pemerintah pusat mendelegasikan sebagian wewenang dalam hal pengelolaan

Lebih terperinci

sabilulungan JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

sabilulungan JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ISSN : 2541-5719 Volume 1 No 2 Juli Desember 2016 sabilulungan JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Alamat Redaksi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang bergulir tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries

BAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang signifikan pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di dunia terutama di Asia Timur dan Tenggara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat menjadi faktor pendorong

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 46/08/32/Th. XVII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014 TAHUN 2014, PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 253.296 TON, CABAI

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III). KATA PENGANTAR Kegiatan SL-PTT merupakan fokus utama program yang dilaksanakan dalam upaya mendorong terjadinya peningkatan produktivitas padi. Kegiatan ini dilaksanakan secara serempak secara nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin pesat. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah Indonesia yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 tentang pertanggungjawaban Kepala Daerah menyarankan agar setiap akhir tahun anggaran, Kepala daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

sabilulungan JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

sabilulungan JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ISSN : 2541-5719 Volume 1 No 2 Juli Desember 2016 sabilulungan JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Alamat Redaksi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Investasi Di Jawa Barat Tahun Aso Sukarso, Dwi Hastuti LK, Rahman Budiman

Analisis Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Investasi Di Jawa Barat Tahun Aso Sukarso, Dwi Hastuti LK, Rahman Budiman JIE ISSN : 2301-8828 Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 3, nomor 2, Juli Desember 2013 Analisis Sektor Unggulan Yang Berdaya Saing Ekspor (Studi Kasus Di Kota Bandung Tahun 2008) Jumri, Encang Kadarisman, Adriana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Penghitungan kesenjangan pendapatan regional antar kabupaten/kota di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jawa Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia. Provinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah daratan 3.710.061,32 hektar, dan Jawa Barat menduduki

Lebih terperinci

sabilulungan JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

sabilulungan JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ISSN : 2541-5719 Volume 1 No 2 Juli Desember 2016 sabilulungan JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Alamat Redaksi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 9 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menurut Profesor Simon Kuznets adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH OLEH ANGGI MAHARDINI H14102048 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 06/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001 diharapkan pembangunan di daerah berjalan seiring dengan

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN:

Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pembangunan Wilayah antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 The Factors that Infulenced Inequality

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT ABSTRAK Oleh : Lili Masli Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapita (Irawan dan Suparmoko, 2002). Sedangkan menurut Todaro (2003),

BAB I PENDAHULUAN. kapita (Irawan dan Suparmoko, 2002). Sedangkan menurut Todaro (2003), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi adalah sebuah usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur melalui tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan

Lebih terperinci

4 DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT

4 DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT 4 DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT 4.1 Kondisi Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografi Aspek-aspek geografis yang meliputi posisi, susunan keruangan dan lokasi sangat menentukan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penghitungan Indeks Williamson Untuk melihat ketimpangan PDRB per kapita antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat digunakan alat analisis Indeks Williamson.

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT Disampaikan oleh : Prof. DR. Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat Disampaikan pada : Rapat Koordinasi Pemantauan

Lebih terperinci

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA Sistem Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia adalah sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per Kapita sebagai proksi

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam melaksanakan fungsi kehidupan tidak terlepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI

KATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI KATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah) UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 214 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 5 MAHKAMAH AGUNG : 2 JAWA BARAT SEMULA SETELAH 1 I. IKHTISAR MENURUT SUMBER DANA 1 RUPIAH MURNI 3 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 4 PERADILAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) yang didapatkan dari perhitungan setiap kabupaten/kota di Jawa Barat pada tahu 2015 dibawah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus dilakukan, antara lain, melalui pengajaran secara formal di sekolahsekolah.

BAB I PENDAHULUAN. terus dilakukan, antara lain, melalui pengajaran secara formal di sekolahsekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah di Jawa Barat terus dilakukan, antara lain, melalui pengajaran secara formal di sekolahsekolah. Cara seperti ini termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB VI PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

BAB VI PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB VI PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN 6.1. Kewilayahan Kabupaten Tasikmalaya Dalam kehidupan berbangsan dan bernegara keanekaragaman (pendapat, kepercayaan, hubungan dan sebagainya)

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 15/02/32/Th.XVII, 16 Februari 2014 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

JIE. Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN : Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi SN :

JIE. Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN : Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi SN : JIE ISSN : 2301-8828 Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 5, Nomor 2, Juli Desember 2015 Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Dan Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 1994 2013 Aso Sukarso, Andi Rustandi,

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA BARAT

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1 PROFIL PEMBANGUNAN JAWA BARAT A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108o48 Bujur Timur, dengan batas

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 38/07/32/Th. XVIII, 1 Juli 2016 Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT, Draft 18/02/2014 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN UNTUK KEGIATAN FASILITASI DAN IMPLEMENTASI GREEN PROVINCE

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT OLEH VINA TRISEPTINA H

ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT OLEH VINA TRISEPTINA H ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT OLEH VINA TRISEPTINA H14102047 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN VINA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010 PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN LANJUT

LAPORAN PENELITIAN LANJUT 350/361 EKONOMI PEMBANGUNAN LAPORAN PENELITIAN LANJUT PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT Oleh : Drs. Suhartono, M.Si Ir. Tri Kurniawati R, M.Si

Lebih terperinci

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 30 Tahun 2010 TANGGAL : 31 Desember 2010 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001 diharapkan pembangunan di daerah berjalan seiring dengan pembangunan di pusat. Hal tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah) UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 213 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 5 MAHKAMAH AGUNG : 2 PROP. JAWA BARAT SEMULA SETELAH 1 I. IKHTISAR MENURUT SUMBER DANA 1 RUPIAH MURNI 3 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 4

Lebih terperinci

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Rana Amani Desenaldo 1 Universitas Padjadjaran 1 rana.desenaldo@gmail.com ABSTRAK Kesejahteraan sosial adalah

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerapan otonomi daerah di Indonesia hingga saat ini merupakan wujud dari diberlakukannya desentralisasi. Otonomi daerah ini selaras dengan diberlakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan pembangunan industri di era globalisasi ini bertujuan untuk menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator

Lebih terperinci