PENYUSUNAN STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) DAN PERHITUNGAN TEKNO EKONOMI PRODUK PENYEDAP RASA BERBASIS TERASI IKAN PEPEREK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) DAN PERHITUNGAN TEKNO EKONOMI PRODUK PENYEDAP RASA BERBASIS TERASI IKAN PEPEREK"

Transkripsi

1 PENYUSUNAN STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) DAN PERHITUNGAN TEKNO EKONOMI PRODUK PENYEDAP RASA BERBASIS TERASI IKAN PEPEREK DEVELOPMENT OF STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) TEKNO ECONOMIC AND CALCULATIONS BASED PRODUCTS flavor condiment FISH PEPEREK Nur Jihad Syahra, Junaedi Muhidong, Meta Mahendradatta, Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Alamat Korespondensi : Nur Jihad Syahra, S.Tp Jl. BTP (Bumi Tamalanrea Permai) blok i/ no.48 Makassar, HP : Jihad_04@yahoo.co.id

2 Abstrak Produk Penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek adalah salah satu produk pangan yang dapat dikembangkan dalam industri rumah tangga. Untuk itu perlu disusun Standar Operating Procedure (SOP),mengetahui kualitas dan menganalisa tekno ekonomi produk penyedap rasa terasi berbasis ikan peperek. Metode penelitian yang digunakan adalah metode flowchart pada penyusunan SOP, metode uji organoleptik pembedaan pasangan (Paired Test) dan metode full costing pada perhitungan tekno ekonomi produk. Pada penelitian ini produk penyedap rasa yang diujikan terbuat dari ikan peperek dengankonsentrasi yang berbeda yaitu 5 kg, 10 kg dan 15 kg. Penyusunan SOP terbagi atas SOP bahan baku ikan peperek, SOP produk penyedap rasa, SOP air, sanitasi yang terdiri dari peralatan, ruangan, pekerja dan penanganan limbah industri. Parameter pengujian organoleptik produk meliputi atribut rasa, aroma dan warna. Perhitungan tekno ekonomi yang dianalisa meliputi biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap (variabel cost), nilai penyusutan, harga jual produk dan nilai Break Even Poin (BEP). Hasil penelitian ini diketahui bahwa produk penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek dengan konsentrasi bahan baku yang berbeda akan menghasilkan Standar Operating Procedure (SOP) yang berbeda pula meskipun tahap-tahap proses pembuatan produk sama.. Pengujian mutu produk dihasilkan warna, rasa, aroma yang normal sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia). Perhitungan tekno ekonomi pada produk 5 kg diperoleh harga pokok Rp , harga jual / kg, BEP 188 kg dengan waktu 2 bulan, 1 minggu, 1 hari. Produk 10 kg diperoleh harga pokok Rp , harga jual / kg, BEP 155 kg dengan waktu 3 minggu, 3 hari. Produk 15 kg diperoleh harga pokok Rp , harga jual , BEP 129 kg dengan waktu 2 minggu, 2 hari. Disimpulkan bahwa produk penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek layak dikembangkan dalam industri rumah tangga. Kata Kunci : Penyedap Rasa, Standar Operating Procedure (SOP), Perhitungan Tekno ekonomi Abstract Product-based flavorings peperek fish paste is one food product that can be developed in the domestic industry. To that should be made in the Standard Operating Procedure (SOP), knowing the quality of the product and analyze economic techno flavor peperek fish-based condiment. The research method used is the method of preparation of SOP flowchart, organoleptic test methods distinctions pairs (paired test) and a full costing method in the calculation of economic techno products. In this study the subjects flavor product made from fish peperek different dengankonsentrasi is 5 kg, 10 kg and 15 kg. SOP development consists of raw fish peperek SOP, SOP product flavor, SOP water, sanitation consisting of equipment, space, labor and waste management industries. Organoleptic testing parameters include product attributes of taste, aroma and color. Calculation of techno economic analysis covering fixed costs (fixed costs), variable costs (variable costs), depreciation, selling price and the value of Break Even Point (BEP). The results of this research note that the product-based flavorings peperek fish paste with different concentrations of raw materials will result in Standard Operating Procedure (SOP) are different even though the stages of the process of making the same product.. Testing the quality of the resulting product color, flavor, aroma normally by SNI (Indonesian National Standard). Techno Economic Calculation in the product obtained 5 kg Rp cost, selling price 100,000 / kg, 188 kg with BEP 2 months, 1 week, 1 day. Products obtained 10 kg Rp cost, selling price 70,000 / kg, 155 kg with BEP 3 weeks, 3 days. Products obtained 15 kg Rp cost, selling price 70,000, BEP 129 kg to 2 weeks, 2 days. It was concluded that the product-based condiment flavoring fish peperek feasible in the home industry. Keywords: flavor, Standard Operating Procedure (SOP), calculation of economic Tekno

3 PENDAHULUAN Ikan peperek di Indonesia memiliki jumlah populasi yang sangat besar yang tersebar di berbagai perairan seperti Jawa, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Oleh karena potensi ikan peperek yang melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal sehingga perlu dilakukan upaya pengembangan dan penganekaragaman produk olahan ikan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi ikan peperek (adawiyah, 2007) Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pengolahan ikan peperek menjadi bumbu penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek. Produk Penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek adalah salah satu produk pangan yang inovatif dan patut diperhitungkan dalam aspek gizi dan keamanannya, karena produk ini menggunakanbahan-bahan yang alami dan bersifat pangan fungsional sehingga aman dan sehat bagi konsumen. Standard Operating Procedure (SOP) pembuatan penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek merupakan suatu langkah awal untuk mengembangkan produk ini dalam industri, apalagi saat ini belum tersedia Standard Operating Procedure (SOP) produk penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek. Oleh sebab itu Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) harus disusun secara sederhana dan sistematis sehingga dapat dengan mudah dipakai dan diterapkan oleh karyawan. Selain penyusunan SOP pada usaha pembuatan penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek juga akan dianalisa biaya-biaya sehingga dibutuhkan perencanaan produksi yang baik jika usaha ini ingin berkembang. efisiensi biaya sangat diperlukan guna meminimalisasi modal. Untuk menyesuaikan antara biaya pembelian dengan penjualan maka diperlukan perhitungan harga pokok produksinya sebagai analisa biaya dan pendapatan untuk melihat efisiensi usaha tersebut. Hal yang perlu dilakukan untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan menganalisa biaya-biaya ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah menyusun Standar Operating Procedure (SOP),, mengetahui kualitas dari produk dan menganalisa biaya tetap dan biaya tidak tetap, analisa penyusutan, harga produksi, harga jual dan break event poin (BEP) penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek dengan perbedaan jumlah bahan baku ikan peperek yaitu 5 kg, 10 k dan 15 kg.

4 BAHAN DAN METODE Bahan Ikan peperek segar dengan jumlah yang berbeda yaitu 5 kg, 10 kg dan 15 kg. Bahan-bahan tambahan yaitu bawang merah 20%, bawang putih 20%, lada 2,5%, gula 2%, asam jawa 10 %, jahe 5%, garam 20%, kayu manis 2 % dan cengkeh 1 % Desain Penelitian Pada penelitian ini dilakukan pembuatan produk penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek dengan variasi jumlah bahan baku yang berbeda yaitu ikan peperek 5 kg, 10 kg dan 15 kg. Parameter yang diteliti pada Penyusunan SOP (Standar Operating Procedure) produk adalah Penyusunan SOP bahan baku ikan peperek, penyusunan SOP produk penyedap rasa, Menerapkan SOP air, Menerapkan Sanitasi peralatan,ruangan dan pekerja, penanganan limbah industri, Uji organoleptik metode pembedaan pasangan. Pada Perhitungan tekno ekonomi produk parameter yang diteliti adalah biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap (variable cost), nilai penyusutan, biaya produksi, harga jual produk, BEP (Break Even Poin) Rancangan Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode flowchart pada penyusunan SOP (Standar Operating Procedure, menggunakan metode full costing pada analisa tekno ekonomi produk dan uji organoleptik menggunakan metode pembedaan (paired test) Metode Penelitian Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) Bahan Baku Ikan Peperek Menetapkan kriteria dan syarat-syarat bahan baku ikan peperek yang digunakan, sesuai dengan ciri-ciri dan tingkat kesegaran ikan Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) Proses Pembuatan Produk Tahap-tahap penyusunan SOP sesuai pendapat Chatab (1996) adalah mempelajari proses pembuatan penyedap rasa berbasis terasi ikan dengan menggunakan jumlah bahan baku yang berbeda skala industry rumah tangga, Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan secara umum mengenai Standard Operating Procedure (SOP) pembuatan penyedap rasa berbasis terasi ikan,. Menetapkan jumlah karyawan dan pembagian tugas yaitu pada bahan baku 5 kg sebanyak 2 orang, bahan baku 10 kg sebanyak 3 orang, bahan baku 15 kg sebanyak 4 orang, Menetapkan metodologi kerja penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek, Secara garis besar pembuatan produk penyedap rasa berbasis terasi ikan

5 peperek terbagi atas 2 tahap, yaitu pembuatan terasi ikan peperek, kemudian di lanjutkan pembuatan penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek, Penyusunan draft SOP dilakukan setelah mendapatkan perbedaan waktu yang digunakan pada tahap produksi dari jumlah bahan baku yang berbeda yaitu ikan peperek 5 kg, 10 kg dan 15 kg dengan menggunakan diagram alir, Uji coba SOP untuk membuat penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek setelah penyusunan draft SOP, dilakukan uji coba untuk membuat Penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek. Pembuatan produk mengikuti formula yang telah ditetapkan, menetapkan jumlah bahan baku yang ideal untuk dikembangkan dalam industri rumah tangga. Menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) Air Memberikan penjelasan kriteria air yang layak digunakan dalam proses industri pangan. Menerapkan sanitasi dalam proses produksi Sanitasi Peralatan dan ruangan yaitu memberikan penjelasan syarat-syarat peralatan dan ruangan yang digunakan dalam industry dan Sanitasi pekerja yaitu memberikan penjelasan terhadap syarat-syarat yang harus dipenuhi pekerja atau karyawan dalam proses. Penanganan Limbah Menetapkan proses penanganan limbah hasil industri yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan tidak merugikan masyarakat sekitar lokasi industri Uji Organoleptik Metode Pembedaan Pasangan (paired test) Produk terasi diuji organoleptik menggunakan metode pembedaan pasangan. Jumlah Panelis 15 orang. Atribut yang diujikan yaitu rasa, bau dan warna terasi. Perhitungan Tekno Ekonomi Produk Penyedap Rasa Berbasis Terasi Ikan Peperek Analisis tekno-ekonomi dengan cara menganalisasa keseluruhan biaya dari proses produksi, yaitu : Biaya Tetap (fixed coast) dan Biaya tidak tetap (Variabel Coast), Nilai Penyusutan, Biaya Produksi, Harga Jual Produk, BEP (Break Event Point) Analisis Data Pada penelitian ini digunakan deskriptif kualitatif pada penyusunan SOP, deskriptif kuantitatif pada perhitungan tekno ekonomi dan uji organoleptik. HASIL Hasil penyusunan SOP bahan baku ikan peperek berdasarkan penelitian adalah cirri-ciri ikan daging kenyal, tidak lunak, badan kaku, bentuk sisik rapi, dan rapat, tidak meninggalkan bekas saat ditekan oleh jari, mata jernih menonjol dan cembung, Insang pada

6 ikan berwarna merah, warna kulit terang dan cerah, sisik ikan masih melekat kuat, mengkilap, sisik masih utuh dan tidak banyak yang lepas, tidak berlendir dan baunya khas/ tidak berbau busuk, saat dimasukkan dalam air, ikan tenggelam dan tidak mengapung Penyortiran dan penimbangan. Hasil penyusunan SOP Produk penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek untuk skala industri rumah tangga dilakukan dengan tiga formula jumlah bahan baku yang berbeda. Formula Pembuatan Penyedap Rasa Berbasis Terasi Ikan Peperek pada masing-masing bahan baku dapat dilihat pada tabel 1. yaitu Garam 20%, Kayu manis 2%, Cengkeh 1%, Bawang merah 20 %, Bawang putih 20%, Lada 2,5 %, Gula 2%, Asam jawa 10%, Jahe 5 %. Bahan baku yang berbeda menghasilkan rendemen produk yang berbeda pula. Pada bahan baku 5 kg menghasilkan terasi 1 kg dan penyedap rasa 500 gr, bahan baku 10 kg menghasilkan 7 kg terasi dan 4 kg penyedap rasa, bahan baku 15 kg menghasilkan 11 kg terasi dan 7 kg penyedap rasa. Tahap-tahap proses produksi penyedap rasa dapat dilihat pada gambar 1. Hasil Penerapan SOP air dalam proses produksi pembuatan penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek adalah air yang bersumber dari PDAM. Dari hasil pengamatan karakteristik fisik yaitu air jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Selain itu pada saat penggunaannya air dibiarkan mengalir sehingga sisa-sisa kotoran tidak mengendap pada bahan dan juga diharapkan dapat mencegah kontaminasi ulang pada bahan atau produk. Sedangkan dari hasil pengukuran ph air yang digunakan adalah ph 7,5. Hasil penerapan sanitasi dalam proses produksi yang terdiri dari sanitasi peralatan dan ruangan yaitu kebersihan alat-alat yang bersentuhan langsung dengan produk harus terjaga dengan baik. Semua peralatan yang digunakan harus aman, tidak mudah terkontaminasi dengan produk, tidak mudah rusak pada saat digunakan dalam proses produksi dan mudah di bersihkan. Sanitasi Pekerja/ Karyawan yang diterapkan adalah karyawan harus dalam keadaan bersih dan sehat, kegiatan karyawan tidak boleh menghasilkan kontaminasi pangan, karyawan menggunakan tutup kepala, sarung tangan (ganti sesuai kebutuhan) dan tidak diperbolehkan memakai perhiasan, karyawan harus mencuci tangan dan sarung tangan sebelum pekerjaan dimulai, karyawan tidak diperbolehkan makan dan minum saat bekerja, karyawan tidak diperbolehkan berbicara dan tidak merokok saat proses produksi sedang dilakukan. Hasil penanganan limbah industri yang dilakukan adalah limbah ikan peperek dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan diberikan kepada masyarakat yang memiliki ternak peliharaan.

7 Hasil uji oganoleptik terdapat 15 orang panelis terhadap rasa khas terasi yaitu Pada produk bahan baku 5 kg ikan peperek adalah 14 orang akan berbeda nyata pada tingkat 0,1%, pada produk bahan baku 10 kg adalah 12 orang akan berbeda nyata pada tingkat 5% dan pada produk bahan baku 15 kg adalah 13 orang akan berbeda nyata pada tingkat 1% berbeda nyata. Hasil uji organoleptik terhadap aroma pada produk bahan baku 5 kg ikan peperek adalah 13 orang pada tingkat 1% akan berbeda nyata, pada produk bahan baku 10 kg adalah 14 orang pada tingkat 0,1% akan berbeda nyata dan pada produk bahan baku 15 kg adalah 14 orang pada tingkat 1% akan berbeda nyata. hasil pengujian organoleptik terdapat terhadap warna adalah Pada produk bahan baku 5 kg ikan peperek adalah 14 orang akan berbeda nyata pada tingkat 0,1%, pada produk bahan baku 10 kg adalah 14 orang akan berbeda nyata pada tingkat 0,1% dan pada produk bahan baku 15 kg adalah 14 orang akan berbeda nyata pada tingkat 0,1%. Hasil analisa biaya tetap dan tidak tetap produk adalah pada bahan baku 5 kg biaya tetap Rp dan biaya tidak tetap Rp , produk bahan baku 10 kg biaya tetap Rp dan biaya tidak tetap Rp , produk bahan baku 15 kg biaya tetap Rp dan biaya tidak tetap Rp Hasil analisa biaya penyusutan produk bahan baku 5 kg adalah Rp , biaya penyusutan produk bahan baku 10 kg adalah Rp dan total biaya penyusutan pada produk bahan baku 15 kg adalah Rp Hasil analisa biaya produksi per tahun pada produk bahan baku 5 kg adalah Rp , produk bahan baku 10 kg adalah , produk bahan baku 15 kg adalah Hasil analisa harga jual produk berbahan baku 5 kg adalah Rp /kg atau Rp.1.000/ 10gr dapat dilihat pada tabel 2. Produk berbahan baku 10 kg harga jualnya adalah Rp /kg atau Rp.700/ 10gr dapat dilihat pada tabel 3. Produk bahan baku 15 kg harga jualnya adalah Rp /kg atau Rp.700/gr dapat dilihat pada tabel 4. Hasil analisa BEP produk bahan baku 5 kg adalah 188 kg produk atau gram produk. BEP Produk bahan baku 10 kg adalah 155 kg produk atau gram produk. BEP produk bahan baku 15 kg adalah 129 kg produk atau gram produk. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa bahan baku yang harus disiapkan sebelum proses pengolahan yaitu ikan peperek segar. Tingkat kesegaran bahan baku sangat berkaitan dengan kualitas produk yang akan dihasilkan. Pada tahap pemilihan bahan baku ikan peperek segar

8 dilakukan secara manual yaitu dengan melihat tingkat kesegaran ikan dari kondisi fisik. Menurut Suwedo (1993) metode yang paling mudah, cepat, dan murah adalah dengan menggunakan metode fisik yaitu melihat tingkat kesegaran ikan berdasarkan ciri-ciri fisik yang dimiliki ikan. Pada penelitian ini Ikan peperek yang masih segar ditimbang dan masing-masing dipisahkan menjadi 5 kg, 10 kg,15 kg. Isi perut dengan pisau yang bersih dan tajam untuk menghilangkan bakteri yang dapat menyebabkan kontaminasi produk,pencucian ikan dengan air yang bersih dan mengalir. Bumbu-bumbu yang telah dihaluskan kemudian dicampur secara merata pada ikan agar bumbu dapat meresap ke dalam daging ikan. Fungsi Bumbu-bumbu yang dicampurkan pada ikan adalah sebagai anti mikroba dan pemberi rasa khas pada ikan. Menurut Wendakoon, dkk (1995) bahwa cengkeh dan kayu manis sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Nurjannah (2004) juga sependapat bahwa kandungan oleoresin pada cengkeh tidak mudah menguap sehingga mempunyai aroma dan rasa khas cengkeh. Proses Pengeringan dilakukan secara manual yaitu dengan sinar matahari untuk menekan biaya produksi khususnya pada industri rumah tangga yang masih memiliki keterbatasan modal dan peralatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada proses fermentasi bahan di masukkan di dalam wadah plastik yang bersih dan tertutup rapat, wadah ini berukuran 40x40 cm dan di letakkan secara teratur di atas meja. Proses fermentasi ini berlangsung selama 3 minggu pada suhu ruang yaitu o C yaitu suhu optimum untuk fermentasi terasi agar menghasilkan produk yang aman dan berkualitas hal ini sesuai dengan pendapat Uyoh, dkk (2009) bahwa Proses fermentasi yang dilanjutkan dengan proses pengeringan dapat membantu dalam penurunan atau penghapusan senyawa-senyawa beracun, suhu fermentasi yang ideal adalah ± 25 ⁰C dapat mempercepat proses hidrolisis dan waktu yang optimal untuk fermentasi adalah 1-4 minggu. Pencampuran bumbu pada terasi bawang merah, bawang putih, lada, gula, asam jawa dan jahe dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian diaduk hingga tercampur merata, perbedaan jumlah bahan baku menyebabkan konsentrasi bumbu-bumbu yang berbeda pula. Fungsi dari bumbu- bumbu sebagai pemberi rasa khas dan juga sebagai anti mikroba. Menurut Murhananto and Paimin (2006) Jahe segar dan jahe kering banyak digunakan sebagai bumbu masak atau pemberi aroma. Produk terasi yang dikeringkan dengan menggunakan oven selama ±8 jam antara pukul dengan menggunakan suhu 60 ⁰C. Terasi yang telah kering dihaluskan dengan blender kemudian diayak. Produk dikemas dengan menggunakan aluminium foil.

9 Penelitian ini menunjukkan bahwa air yang digunakan produksi harus sesuai dengan standar keamanan, menurut Hariyadi R (2010) bahwa air yang digunakan selama proses produksi harus cukup dan memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau air minum baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Persyaratannya adalah air yang digunakan harus air bersih dalam jumlah yang cukup memenuhi seluruh kebutuhan proses produksi. Indikator yang dinilai dari segi fisika. kimia dan biologi. Wadah yang yang digunakan dalam proses produksi terbuat dari stainless stell sehingga tidak mudah berkarat. Sebelum dan sesudah menggunakan peralatan sebaiknya dibersihkan dulu denga deterjen atau sabun sehingga wadah terjamin kebersihannya hal ini sesuai dengan pendapat holah (2003) bahwa deterjen sintesis seperti halnya sabun memiliki gugus polar yang berikatan dengan air dan gugus non polar yang berikatan dengan senyawa non polar seperti lemak dan protein yang dalam hal ini merupakan kotoran. Persyaratan untuk pekerja yang telah di tetapkan sesuai pendapat Holah, dkk (2003) bahwa sarung tangan yang digunakan sebaiknya bersifat sekali pakai (disposable) atau jika tidak mungkin maka setiap hari dicuci bersih dan dibuang jika sudah berlubang atau robek. Pada penelitian ini limbah yang dihasilkan dari industri rumah tangga penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek adalah insang dan isi perut ikan peperek yang telah melalui proses penyiangan dan pembersihan. Upaya yang dilakukan adalah limbah ikan peperek dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan diberikan kepada masyarakat yang memiliki ternak peliharaan. Penelitian ini menghasilkan mutu produk penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek yang sesuai dengan SNI (2009) bahwa uji organoleptik yaitu rasa, bau dan warna normal. Pada penelitian ini dihasilkan biaya-biaya produk penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek adalah menetapkan biaya tetap dan biaya tidak tetap kedua hal tersebut sangat berpengaruh pada proses produksi yang akan berlangsung. Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan produk penyedap rasa ikan peperek harus diketahuai nilai penyusutannya Menurut Hendi somantri (2011) bahwa penyusutan terhadap aktiva, kecuali tanah perlu dan harus dilakukan karena nilai manfaat yang diberikan aktiva akan semakin berkurang sesuai dengan berjalannya waktu pemakaian. Menganalisa biaya produksi adalah metode pendekatan full costing hal ini sesuai pendapat Mulyadi (2011) bahwa Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap. Biaya produksi merupakan parameter dalam penentuan harga jual produk dilakukan dengan melihat kondisi pasar dan pesaing hal ini sesuai pendapat Soemarso (1999) bahwa Penetapan harga jual yang dapat dikontrol oleh perusahaan. Analisa

10 BEP bertujuan untuk mengetahui kondisi industri yang telah dilaksanakan hal ini sesuai pendapat Riyanto (2001) bahwa BEP adalah saat atau kapan modal yang digunakan akan kembali.. KESIMPULAN DAN SARAN Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) pembuatan penyedap rasa berbasis terasi ikan peperek dengan konsentrasi bahan baku dan formula yang berbeda menghasilkan Standard Operating Procedure (SOP) yang berbeda pula meskipun secara garis besar tahap-tahap proses pembuatan produk adalah sama. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan Full Costing diperoleh harga jual yang berbeda dari m asing-masing produk..sebaiknya proses produksi berjalan kontinyu agar biaya produksi dapat terus terpenuhi dari produk-produk yang telah dipasarkan. DAFTAR PUSTAKA Adawiyah, Rabiatul. (2007). Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Chatab, N. (1996). Panduan Penerapan dan sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO PT Alex Media Komputindo, Jakarta. Hariadi, R.D. (2010). Sanitasi Industri Pengalengan Makanan. Didalam Hariyadi, P, editor. Dasar-Dasar Teori dan Praktek Proses Terminal. Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB, Bogor Hadiwiyoto, Suwedo. (1993). Teknologi pengolahan Hasil Perikanan. Liberty.Yogyakarta. Soemnatri, Hendi. (2011). Akuntansi Keuangan. CV. Armiko. Bandung Holah, J.T. (2003). Cleaning and Disinfection di Dalam: Lelieveld,H.L.M, Moestert,M.A, Holah J, White B, editor Hygiene in Food Processing. Woodhead Publishing Ltd.Cambridge Holah, J.T, and Taylor,J. (2003). Personal Hygiene. Didalam: Lelieveld, H.L.M, Moestert,M.A, Holah J, White B, editor Hygiene in Food Procesing Woodhead Publishing Ltd.Cambridge Mulyadi. (2011), Sistem Akuntansi, edisi ketiga, cetakan ketiga, Penerbit Salemba Empat. Jakarta

11 Muhananto, dan Paimin, B. Farry. (2006). Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe. Penebar Swadaya. Jakarta Nurjannah, N. (2007). Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Balai Besar dan Pengembangan Penelitian Pasca Panen Pertanian Riyanto, Bambang. (2001). Dasar-Dasar Manajemen Pembelanjaan Perusahaan.Edisi ke-4. BPEF. Yogyakarta. SNI. (2009). S y a r a t m u t u p r o d u k P e r i k a n a n, D e w a n Standardisasi Nasional, Jakarta. Soemarso S.R. (1992). Akuntansi, Suatu Pengantar Buku satu, edisi keempat, PT. Rineka Cipta. Jakarta Uyoh EA, Ntui VO, and Udoma NN. (2009). Effect of local cassava fermentation methods on some physiochemical and sensory properties of fufu. Pakistan Journal of Nutrition 8(8): Wendakon, C.N, and Sakaguchi. (1995). Combined Effect Of Sodium Chloride and Clove on Grawoth and Biogenic Amine Formation of Enterobacter Aerogens in Mackerel Muscle Extract. Journal of food Protection 56 (5):

12 LAMPIRAN Tabel 1. Formula Pembuatan Penyedap Rasa Berbasis Terasi Ikan Peperek No Bahan-bahan (%) Ikan Peperek 5 kg (g) 10 kg (g) 15 kg (g) 1. Garam 20% 100 g 200 g 300 g 2. Kayu manis 2% 10 g 20 g 30 g 3. Cengkeh 1% 5 g 10 g 15 g 4. Bawang merah 20 % 1000 g 2000 g 3000 g 5. Bawang putih 20% 1000 g 2000 g 3000 g 6. Lada 2,5 % 125 g 250 g 375 g 7. Gula 2% 100 g 200 g 300 g 8. Asam jawa 10% 500 g 1000 g 1500 g 9. Jahe 5 % 250 g 500 g 750 g Sumber: Data sekunder Penelitian 2012 Tabel 2. Penentuan Harga jual produk berbahan baku 5 kg Biaya Jumlah a Investasi peralatan (Rp) b Biaya Produksi (Rp) c Jumlah Produksi Per tahun (Kg) 960 d Harga Pokok ( b : c) 95374,06 e Harga Jual / kg (d+ (dx20%) ,87 f Harga Jual / gr 100 g Harga jual/ 10 gram Sumber: Data sekunder Penelitian 2012 Tabel 3. Penentuan Harga jual produk berbahan baku 10 kg Biaya Jumlah a Investasi peralatan (Rp) b Biaya Produksi (Rp) c Jumlah Produksi Per tahun (Kg) d Harga Pokok ( b : c) ,29 e Harga Jual / kg (d+ (dx20%) ,14 f Harga Jual / gr 70 g Harga jual/ 10 gram 700 Sumber: Data sekunder Penelitian 2012 Tabel 4. Penentuan Harga jual produk berbahan baku 15 kg Biaya Jumlah a Investasi peralatan (Rp) b Biaya Produksi (Rp) c Jumlah Produksi Per tahun (Kg) d Harga Pokok ( b : c) ,77 e Harga Jual / kg (d+ (dx20%) ,324 f Harga Jual / gr 70 g Harga Jual/ 10 gram 700 Sumber: Data sekunder Penelitian 2012

13 Gambar 1. Tahap-tahap pembuatan produk penyedap berbasis terasi ikan peperek Ikan peperek segar (5 kg, 10 kg, 15 kg) Disiangi Pencampuran Bumbu 1 Ditimbang - Garam 20% - Kayu manis 2 % - Cengkeh 1 % Pembaluran Bumbu Pada Ikan Pengeringan matahari 3 hari (08.00 pukul 16.00) diantara wkt pengeringan bahan dimasukkan di frezer Difermentasi 3 minggu pada suhu ruang 25 o C Terasi Ikan Pencampuran Bumbu 2 - Bawang Merah 20% - Bawang Putih 20% - Lada 2,5% - Gula 2% - Asam Jawa 10 % Pengeringan oven 8 jam pada suhu 60 o C Diblender hingga halus Diayak dengan ayakan 60 mesh Penyedap Rasa Dikemas menggunakan kemasan aluminium foil

14

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

KERUPUK UDANG ATAU IKAN KERUPUK UDANG ATAU IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI (Shrimp Paste Composition Test Using Shrimp Paste Molder) Suwandi 1,2), Ainun Rohanah 1), Adian Rindang 1) 1) Program Studi Keteknikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Resep Bandeng Presto menggunakan Mesin Presto Industry Oleh: Cahyadi Triyansyah (10.11.3735) S1.TI.2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Membuat Bandeng Presto Proses Pengolahan Bandeng Presto. Tristar Machinery,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanan Praktek Produksi Proses Pembuatan Teh Herbal Daun Sirsak dengan Campuran Kayu Manis, Daun Stevia dan Secang dalam Kemasan Celup dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) THE CHEMICAL NATURE AND LEVEL (HARD CANDY) SARI NUTMEG (Myristica fragrans houtt

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan BBP4BKP Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar Kontak Person Dra Theresia Dwi Suryaningrum, MS theresiadwi@yahoo.com Syamdidi SPi, MAppSc didibangka@yahoo.com Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013. III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) ini dilakukan di perusahaan bakpia pathok 25 Yogyakarta, dan dilakukan selama 2,5 bulan yaitu dimulai

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa.

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rujak manis adalah semacam salad yang dibuat dari campuran potongan buah segar dengan saus manis pedas. Bumbu rujak manis terbuat dari gula merah, sebagai bahan utamanya

Lebih terperinci

WIRAUSAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK UDANG BERSERAT PEMASOK WARUNG MAKAN PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

WIRAUSAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK UDANG BERSERAT PEMASOK WARUNG MAKAN PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN WIRAUSAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK UDANG BERSERAT PEMASOK WARUNG MAKAN PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH: OSCAR WIDJAYA 6103009137 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT >> PENDAHULUAN Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik di Pasar Tradisional adalah acuan yang digunakan dalam melakukan kegiatan ritel pangan di pasar tradisional dan dalam rangka pengawasan keamanan pangan

Lebih terperinci

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal ze FSCEJ () () Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce PENGARUH PENGGUNAAN BOBOT GULA MERAH YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS DENDENG DAGING IKAN BANDENG

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT Uswatun Chasanah dan Hikma Ellya Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur hikmapolihasnur@gmail.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA (Effect of Addition of Palm Sugar and Heating Temperature on Organoleptic and Quality of Coconut Water

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN ABON IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

Pembuatan Sosis Ikan

Pembuatan Sosis Ikan Pembuatan Sosis Ikan Sosis ikan adalah salah satu olahan yang dibuat dari pasta ikan yang ditambah dengan bumbu-bumbu, kemudian dibungkus/dikemas dengan usus kambing atau pengemas lainnya yang biasa disebut

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Denpasar, selama 3 bulan mulai dari Tanggal 21 Februari sampai dengan 22 Mei

BAB III MATERI DAN METODE. Denpasar, selama 3 bulan mulai dari Tanggal 21 Februari sampai dengan 22 Mei BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi 3.1.1 Tempat dan lama penelitian Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Udayana Jalam P.B

Lebih terperinci

Sosis ikan SNI 7755:2013

Sosis ikan SNI 7755:2013 Standar Nasional Indonesia Sosis ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN.

PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN. PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN Nurmeilita Taher Staf Pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU Suprihatin, Lucky Indrati Utami Progdi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Jawa Timur RINGKASAN Dengan maraknya penggunaan formalin sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laboratorium Percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang

I. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, bahan pangan memiliki sifat mudah rusak (perishable), sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Maenggunakan Pewarna Buatan dan Pewarna Alami Kulit Buah Naga

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Maenggunakan Pewarna Buatan dan Pewarna Alami Kulit Buah Naga BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Hasil penelitian Uji Kesukaan Hasil Jadi Macaron Maenggunakan Pewarna Buatan dan Pewarna Alami Kulit Buah Naga Merah, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan tahap pengolahan. 4.1 Tahap preparasi 4.1.1 Tahap Preparasi untuk Tempe Ada beberapa hal yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung) ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung) Evan Adiyoga, Sondi Kuswaryan, Linda Herlina (evagelion_el90@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering

Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering Cutting Meat of Toman Fish (Channa micropeltes) in The Making Dried Fish Restu Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka

Lebih terperinci

MANISAN KERING BENGKUANG

MANISAN KERING BENGKUANG MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES

Lebih terperinci

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. MODUL 4 PRESTO IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu presto ikan yang dihasilkan utuh, bersih,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN Oleh: Amanda Gabriella Chandra (6103008080) Ivana Halingkar (6103008103) Lita Kuncoro (6103008104) Catherine Tanaya (6103008105) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK Utilization of Patin Fish Protein Concentrate To Make Biscuit and Dewita*, Syahrul, Isnaini Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini diaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jambu biji merupakan salah satu buah yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Jambu biji ini sangat populer karena mudah didapat dan memiliki harga yang cukup murah.

Lebih terperinci

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA)

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA) PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA) Farid R. Abadi 1 dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUTION OF GREEN BEAN FLOUR (Phaseolus radiathus L) IN MAKING KIMPUL BISCUIT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam penanganan pasca panen (pembekuan) untuk hasil perikanan, yang merupakan milik Bapak

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Penggolongan hasil perikanan laut berdasarkan jenis dan tempat kehidupannya Golongan demersal: ikan yg dapat diperoleh dari lautan yang dalam. Mis.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN KRISTAL JAHE Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN KRISTAL JAHE Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN TEKNOLOGI PEMBUATAN KRISTAL JAHE Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jahe adalah tanaman berjuta khasiat yang berada di sekitar kita yang sudah banyak dimanfaatkan oleh manusia

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS Disusun Oleh : Harisda Gresika Fitriati Vigisha Laudia Harning I8310037 I8310065 JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

PERENCANAAN UNIT PENGAWASAN MUTU PADA PABRIK PENGALENGAN JAMUR KANCING DENGAN KAPASITAS BAHAN BAKU KG/HARI

PERENCANAAN UNIT PENGAWASAN MUTU PADA PABRIK PENGALENGAN JAMUR KANCING DENGAN KAPASITAS BAHAN BAKU KG/HARI PERENCANAAN UNIT PENGAWASAN MUTU PADA PABRIK PENGALENGAN JAMUR KANCING DENGAN KAPASITAS BAHAN BAKU 15.000 KG/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH: DEBBY NATALLIA (6103007066) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar 2) Staf Pengajar Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar ;

1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar 2) Staf Pengajar Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar  ; PENGARUH PENAMBAHAN GARAM TERHADAP KARAKTERISTIK PETIS BERBAHAN LIMBAH PADAT IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) Hernawati 1, Jawiana Saokani 2 dan Heriansah 2 1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik

Lebih terperinci

THE EFFECT OF USING FISH OFFAL FERMENTATION MEDIUM CRUDE ENZYME BROMELAIN WHICH GIVEN THE QUALITY OF SOY SAUCE AND SALT CATFISH

THE EFFECT OF USING FISH OFFAL FERMENTATION MEDIUM CRUDE ENZYME BROMELAIN WHICH GIVEN THE QUALITY OF SOY SAUCE AND SALT CATFISH THE EFFECT OF USING FISH OFFAL FERMENTATION MEDIUM CRUDE ENZYME BROMELAIN WHICH GIVEN THE QUALITY OF SOY SAUCE AND SALT CATFISH by Jekson Alatas K. Sianturi 1), Ir. Syahrul, MS 2), Ir. N. Ira Sari, M.

Lebih terperinci

T E M P E 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN T E M P E 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN Budi Nining Widarti, Sinta Devie, Muhammad Busyairi Fakultas Teknik Universitas Mulawarman email :

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI MIE NON GANDUM SKALA UMKM DI SUBANG JAWA BARAT

ANALISIS BIAYA PRODUKSI MIE NON GANDUM SKALA UMKM DI SUBANG JAWA BARAT Irawan, Analisis Biaya Produksi Mie Non Gandum ANALISIS BIAYA PRODUKSI MIE NON GANDUM SKALA UMKM DI SUBANG JAWA BARAT Berlian Irawan 1) Rima Kumalasari 2) Muhammad Zaini 3) Bina Unteawati 4) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar Nama Panelis : Tanggal pengujian : Instruksi : Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum melakukan pengujian. Berilah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS PRESTO IKAN SEPAT SIAM (TRICHOGASTER PECTORALIS)

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS PRESTO IKAN SEPAT SIAM (TRICHOGASTER PECTORALIS) Hardianti, dkk: Pegaruh Waktu Pengukusan Yang Berbeda Terhadap PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS PRESTO IKAN SEPAT SIAM (TRICHOGASTER PECTORALIS) THE EFFECT OF DIFFERENT STEAMING

Lebih terperinci

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan. MODUL 2 NUGGET IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah nugget ikan yang bertekstur kenyal, lembut dan bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget

Lebih terperinci

IKAN PINDANG AIR GARAM

IKAN PINDANG AIR GARAM IKAN PINDANG AIR GARAM 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

SIDANG TA Disusun oleh : Elly Rosyidah Rakhmy Ramadhani S Dosen Pembimbing :

SIDANG TA Disusun oleh : Elly Rosyidah Rakhmy Ramadhani S Dosen Pembimbing : SIDANG TA 2011 Disusun oleh : Elly Rosyidah 2308 030 005 Rakhmy Ramadhani S 2308 030 015 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Winarni Rahaju, MT NIP. 19510403 198503 2 001 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, VOLUME, DAN LABA PADA USAHA PENGGILINGAN IKAN TENGGIRI DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS HOME INDUSTRY BINTANG LAUT)

ANALISIS BIAYA, VOLUME, DAN LABA PADA USAHA PENGGILINGAN IKAN TENGGIRI DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS HOME INDUSTRY BINTANG LAUT) ANALISIS BIAYA, VOLUME, DAN LABA PADA USAHA PENGGILINGAN IKAN TENGGIRI DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS HOME INDUSTRY BINTANG LAUT) COST, VOLUME, DAN PROFIT ANALYSIS OF GRINDING FISH IN BENGKULU CITY (CASE

Lebih terperinci

Dessy Ayu Arisman Fatmala*, Dr. Ir. Arief RM Akbar, M.Si dan Alia Rahmi, S.TP, M. EngSc

Dessy Ayu Arisman Fatmala*, Dr. Ir. Arief RM Akbar, M.Si dan Alia Rahmi, S.TP, M. EngSc JTAM INOVASI AGROINDUSTRI April 208 Vol. No. (23-29) Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Ikan Asin Sepat Rawa Menggunakan Batch Dryer (Financial Feasibility Analysis of Salted Sepat Rawa Processing

Lebih terperinci

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017 JURNAL ISSN 2407-4624 TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017 PENENTUAN UMUR SIMPAN GETUK PISANG RAINBOW YANG DIKEMAS MENGGUNAKAN KEMASAN PLASTIK POLIETILEN FATIMAH 1*, DWI SANDRI 1, NANA YULIANA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Dasar pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin. Hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci, 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerupuk adalah bahan cemilan bertekstur kering, memiliki rasa yang enak dan renyah sehingga dapat membangkitkan selera makan serta disukai oleh semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar Email:

Lebih terperinci

Oleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4

Oleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4 Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 2, No. 1: 43-48 MEMPELAJARI KARAKTERISTIK TEPUNG ONGGOK PADA TIGA METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA [CHARACTERIZING OF ONGGOK FLOUR USING THREE DIFFERENT DRYING METHODS]

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN DENDENG (Bovine sp) Oleh : Nama : Nugraheni Wahyu Permatasari NRP : 133020112 Kelompok / Meja : D / 6 Asisten : Desi Marlindawati,

Lebih terperinci