BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Permainan Bulutangkis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Permainan Bulutangkis"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Bulutangkis a. Karakteristik Permainan Bulutangkis Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam kategori permainan. Bulutangkis sering pula dikenal dengan nama badminton. Permainan bulutangkis dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu net, raket dan shuttlecock. Shuttlecock yang digunakan dalam pertandingan resmi harus terbuat dari bulu angsa yang berwarna putih. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttelcock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis dibutuhkan keterampilan gerak yang baik. Permainan bulutangkis dilakukan dengan gerakan memukul menggunakan raket, gerakan berdiri, melangkah, berlari, gerakan menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai arah dari posisi diam dan lainn sebagainya. Dari semua gerakan itu terangkai dalam satu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain bulutangkis untuk menyelesaikan tugas. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 14) bahwa, Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan bulutangkis seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga keterampilan dasar yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif. 9

2 10 Gerak lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari satu bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor dalam permainan bulutangkis seperti gerakan langkah pengambilan bola atau penempatan posisi bola tertentu, gerakan melompat saat memukul bola tinggi. Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat, dan hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini berupa kuda-kuda yaitu kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki dibuka dengan jarak yang enak. Maksudnya gerakan tetap labil, meskipun pada saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu pada bidang tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai. Gerakan manipulatif dapat dilaksanakan apabila seorang pemain mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Gerakan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket merupakan keterampilan yang dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis. Karakteristik permainan bulutangkis ini sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh pembina maupun pelatih. Hal ini karena tugas pembina atau pelatih adalah merencanakan tugas-tugas ajar (tugas latihan) dengan memperhatikan struktur gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas gerak perlu diperhatikan, karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability) seseorang, maka ia akan terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak dalam suatu cabang olahraga termasuk permainan bulutangkis.

3 11 b. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Menurut Sudjarwo (1995: 40) teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam melakukan gerakan suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga. Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih dahulu guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis dimainkan oleh dua regu ataupun ada juga perorangan. Mengingat permainan bulutangkis ada yang beregu, maka kerjasama antar pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar kawan serta saling percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu. Atlet, untuk dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka suatu tim harus menguasai teknik dasar pemain bulutangkis supaya strategi yang diterapkan oleh pelatih akan berjalan disekitar pertandingan. Salah satu teknik yang harus dikuasai adalah teknik pukulan dalam olahraga bulutangkis yang harus dikuasai oleh para pemain antara lain : 1) Teknik Memegang Raket Di dalam permainan bulutangkis ada beberapa macam cara memegang raket, ialah : a) Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika. Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar, kemudian ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan yang lebar (Tohar, 1992: 34).

4 12 Gambar 1 : Pegangan Geblok Kasur (Tohar, 1992: 34) b) Pegangan Kampak atau pegangan Inggris. Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket letakan diangkat pegangannya, sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan raket yang kecil atau sempit (Tohar, 1992:35). Gambar 2 : Pegangan Inggris atau Kampak (Tohar, 1992: 36) c) Pegangan gabungan atau pegangan berjabat tangan. Pegangan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan berjabat tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang yang berjabat tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris, tetapi setelah raket dimiringkan tangkai dipegang dengan cara ibu jari melekat pada bagian dalam yang kecil sedang jari-jari lain melekat pada bagian dalam yang lebar (Tohar, 1992: 36).

5 13 Gambar 3 : Pegangan Jabat Tangan ( Tohar, 1992: 37 ) d) Pegangan Backhand. Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai kemudian ambil dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari menempel pada bagian pegangan raket yang lebar, jari telunjuk letaknya berada di bawah pegangan pada bagian yang kecil. Kemudian raket diputar sedikit ke kanan sehingga letak raket bagian belakang menghadap ke depan (Tohar, 1992: 37). Gambar 4 : Pegangan Backhand (Tohar, 1992: 38) 2) Kerja Kaki (Footwork) Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis. James Poole (2005: 51) menyatakan, tujuan dari footwork yang baik adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari lapangan. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 27) footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul shuttlecock sesuai dengan posisinya.

6 14 Untuk memperoleh footwork yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Aristanto (1992: 26) menyatakan bahwa halhal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu (1) Menentukan saat yang tepat untuk bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan. Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul shuttlecock yang berada di lapangan bagian depan atau samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul shuttlecock di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang. 3) Teknik Memukul Bola Memukul bola (shuttlecock) merupakan ciri dalam permainan bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar (1992: 67) menyatakan, teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan. Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar dan harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan bulutangkis adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung kemampuan kondisi fisik yang baik. Menurut Tohar (1992: 67) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis antara lain (1) Pukulan service, (2) Pukulan lob, (3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smash, (5) Pukulan drive, (6) Pengembalian servis. Pendapat lain dikemukakan Icuk Sugiarto (1993:

7 15 39) bahwa, macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah service, lob, smash, dropshot, drive dan netting. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pukulan yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi service, lob, drive, dropshot, smash, netting dan pengembalian servis. Jenis-jenis pukulan dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan backhand. a) Pukulan Servis Pukulan servis adalah Pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan yang merupakan salah satu pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis (Tohar, 1992: 40). Servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi awal serangan. Icuk Sugiarto (2002: 31) menyatakan aturan-aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan servis pada saat perkenaan adalah: 1) Bola maksimum berada sebatas pinggang. 2) Mulai dari pergelangan, kepala raket harus condong ke bawah. 3) Kaki tidak menyentuh garis. 4) Kedua kaki berhubungan dengan lantai. 5) Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat diperlambat atau dipercepat tetapi gerakan harus berkelanjutan tanpa adanya istirahat. Ada tiga macam jenis servis yang biasa dilakukan oleh pemain bulutangkis ialah servis panjang, servis pendek, servis tanggung. Servis panjang adalah servis yang mengarahkan bola tinggi dan jauh. bola diusahakan jatuh sedekat mungkin dengan garis belakang, dengan demikian bola lebih sulit untuk diperkirakan dan dipukul,

8 16 sehingga semua pengambilan lawan kurang efektif (Tony Grice, 2002: 25). Servis pendek adalah servis yang dilakukan rendah paling sering digunakan dalam partai ganda, karena lapangan untuk ganda lebih pendek, tetapi lebih lebar dari pada partai tunggal. servis ini dapat dilakukan dengan baik dengan forehand atau pun dengan backhand (Tony Grice 2002: 25). Servis tanggung sebenarnya hanya variasi saja dari servis pendek. Dilakukan dengan drive dan flick. servis ini merupakan alternative yang baik dan membuat lawan hanya memiliki sedikit waktu untuk bertindak (Tony Grice, 2002: 25). b) Pukulan Lob (Clear) Pukuan clear biasanya dilakukan dengan tinggi dan panjang. Gunanya untuk mendapatkan waktu untuk kembali ke posisi bagian tengah lapangan. Pukulan ini merupakan strategi yang digunakan khususnya untuk pemain tunggal. Pukulan clear yang bersifat bertahan merupakan pengembalian yang tinggi yang hampir sama dengan pukulan lob dalam tenis. Clear dapat dilakukan dengan pukulan overhand atau underhand, baik dari sisi forehand ataupu backhand untuk memaksa lawan bergerak mundur ke arah sisi belakang lapangannya. Kegunaan utama dari pukulan clear adalah untuk membuat bola menjauh dari lawan dan membuatnya bergerak dengan cepat. Dengan mengarahkan bola ke belakang lawan atau dengan membuat dia bergerak lebih cepat dari yang dia inginkan, akan membuat dia kekurangan waktu dan membuatnya cepat lelah. Jika melakukan clear dengan benar maka lawan harus bergegas melakukan pukulan balasan dengan akurat dan efektif. Pukulan clear yang bersifat menyerang merupakan clear yang cepat dan mendatar, yang berguna untuk menempatkan bola ke belakang lawan dan menyebabkan lawan

9 17 melakukan pengembalian yang lemah. Pukulan clear yang bersifat bertahan memiliki lintasan yang tinggi dan panjang (Tony Grice, 2002: 41) c) Pukulan Drive Drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola dengan lintasan horisontal melintasi net. Baik drive forehand ataupun backhand mengarahkan bola dengan ketinggian yang cukup untuk melakukan clear pada bola dengan jalur yang datar atau sedikit menurun. Gerakan memukul hampir bersama dengan gerakan memukul dari samping dan biasanya dilakukan dari bagian samping lapangan. Pukulan drive memberi kesempatan untuk melatih footwork karena pukulan ini biasanya dilakukan pada ketinggian antara bahu dan lutut ke arah kiri atau kanan lapangan. Dengan demikian pukulan ini menekankan pada pencapaian bola dengan menyeret atau menggelincirkan kaki pada posisi memukul (Tony Grice, 2002: 97). Drive adalah pukulan pengembalian yang aman akan memaksa lawan mengembalikan bola tinggi. Jika pukulan kurang keras, pengembalian bola lebih mirip dengan pukulan push (mendorong bola) atau drive dari bagian tengah lapangan (Tony Grice, 2002: 97). Sasaran utama drive adalah untuk mengarahkan bola melintasi net dengan cepat. Arah bola harus dijauhkan dari lawan agar lawan terpaksa bergerak lebih cepat, dengan hanya mempunyai sedikit waktu dan pengembalian kearah atas. (Tony Grice, 2002: 97) d) Pukulan Drop (Dropshot) Pukulan drop shot adalah pukulan rendah dan pelan, tepat di atas net sehingga bola langsung jatuh ke lantai. Bola dipukul di depan tubuh dengan jarak lebih jauh dari pukulan clear overhead, dan permukaan raket dimiringkan untuk mengarahkan lebih ke bawah. Larinya bola lebih seperti diblok atau ditahan dari pada dipukul. Ciri

10 18 yang paling penting dari pukulan drop overhead yang baik adalah gerakan tipuan. Jika gerakan dapat menipu lawan pukulan mungkin tidak dikembalikan sama sekali. Ciri yang paling merugikan dari pukulan drop adalah bolanya lambat sehingga memberikan banyak waktu pada lawan. (Tony Grice, 2002: 74). Nilai dari pukulan drop adalah terletak pada kombinasi pukulan ini dengan clear untuk membuat lawan sibuk dan memaksanya untuk mempertahankan seluruh lapangan. Untuk menjadikan pukulan ini efektif pukulan drop haruslah akurat agar lawan terpaksa menutupi bagian lapangannya seluas mungkin (Tony Grice, 2002: 71). e) Pukulan Smash Pukulan Smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan ke bawah dengan kuat dan tajam untuk mengembalikan bola pendek yang dipukul ke atas. Pukulan smash hanya dapat dilakukan dari posisi overhead. Bola dipukul dengan kuat tetapi harus diatur tempo dan keseimbanganya sebelum mencoba mempercepat kecepatan smash. Ciri yang paling penting dari pukulan smash overhead yang baik selain kecepatan adalah sudut raket yang mengarah ke bawah. Bola dipukul di depan tubuh lebih jauh dari pukulan clear atau drop. Permukaan raket diarahkan untuk mengarahkan bola lebih ke bawah. Jika smash dilakukan cukup tajam, pukulan tersebut mungkin tidak dapat dikembalikan (Tony Grice, 2002: 85). Arti penting dari pukulan smash adalah pukulan ini hanya memberikan sedikit waktu pada lawan untuk bersiap-siap atau mengembalikan setiap bola pendek yang telah mereka pukul ke atas. Pukulan smash digunakan secara ekstensif dalam partai ganda. Semakin tajam sudut yang dibuat semakin sedikit waktu yang dimiliki lawan untuk bereaksi. Selain itu semakin akurat pukulan smash, semakin luas lapangan yang harus ditutupi lawan (Tony Grice, 2002: 85).

11 19 f) Netting Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Faktor tenaga dalam permainan nettting hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan dengan tenang dan pasti. Dalam permainan net, bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini mempertinggi target kesulitan lawan memukul kembali bola, terutama untuk menerobosnya. Icuk Sugiarto (2002: 68) menyatakan Tujuan penempatan bola yang jatuh dekat net adalah agar lawan kesulitan untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola dekat dengan net, maka pengembalian bola lawan kemungkinan tanggung. 4) Pola Pola Pukulan Penguasaan pola-pola pukulan penting untuk mengembangkan permainan dan memperoleh kemenangan dalam permainan bulutangkis. Pemain perlu mendapat pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulang-ulang dan teratur. Icuk Sugiarto (2002: 39) mengemukakan, Pola latihan teknik pukulan adalah pukulan yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan yang dilakukan dengan cara berulangulang sehingga menjadi bentuk/pola teknik pukulan yang dapat dimainkan secara harmonis dan terpadu. Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula.

12 20 Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit diperoleh jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola dengan baik, tanpa disertai dengan penguasaan pola-pola pukulan yang baik. Menurut Saiful Aristanto (1992: 30) pola pukulan yang dapat dikembangkan dalam permainan diantaranya yaitu, 1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-chop-lurus) 2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot) 3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash) 4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net) 5) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net) 6) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net) 7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-chop-smash) Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut pemain dapat pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas gerakan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan bulutangkis merupakan faktor yang mendasar yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik dan terampil. 2. Pukulan Smash Bulutangkis a. Pengertian Pukulan Smash Smash yaitu pukulan atas (overhead) yang diarahkan ke bawah dan dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan smash identik sebagai pukulan menyerang. Pukulan smash adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam permainan bulutangkis. Smash merupakan gerakan dasar yang harus dikuasai oleh pemain cabang olahraga yang menggunakan raket

13 21 termasuk bulutangkis. Karakteristik pukulan smash adalah keras, laju jalannya kok cepat menuju lantai lapangan, sehingga pukulan ini membutuhkan aspek power lengan, kecepatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis. Dalam praktek permainan, pukulan smash dapat dilakukan dalam sikap diam, berdiri atau sambil loncat. Teknik pukulan smash tersebut harus diberikan secara bertahap, karena setiap pemain harus menguasainya dengan sempurna agar memiliki senjata dalam mematikan lawan untuk mendapatkan nilai. Menurut M. Furqon (2002: 48) ada berbagai jenis pukulan smash diantaranya: smash penuh dilakukan dengan seluruh daun raket dan menggunakan power lengan yang penuh, smash potong adalah smash yang kurang keras dibandingkan dengan smash penuh tetapi bola menjadi lebih tajam dan lebih terarah, smash seputar kepala (around the head smash) yaitu smash yang dilakukan dengan memutar lengan diatas kepala, smash backhand yaitu smash yang dilakukan dari sisi sebelah kiri, setengah smash yaitu sama dengan smash penuh tetapi saat bola akan menyentuh daun raket bola sedikit dipotong, smash loncat (jumping smash) yaitu smash yang dilakukan dengan meloncat, smash ini membutuhkan koordinasi gerak dan power yang tinggi. b. Jenis-Jenis Pukulan Smash Bulutangkis Dalam permainan bulutangkis kecakapan seseorang turut mempengaruhi pola permainan, perubahan gerakan yang secepat mungkin dapat berguna untuk mengecoh prediksi lawan sehingga tidak dapat mengantisipasi pengembalian shuttlecock. pukulan smash dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Pukulan Smash Penuh Pukulan smash penuh adalah melakukan pukulan smash dengan mengayunkan pukulan-pukulan raket yang perkenaannya tegak lurus antara daun raket dengan datangnya shutlecock sehingga pukulan itu dilakukan dengan tenaga penuh (Tohar, 1992: 60). Ketepatan sasaran dalam pukulan ini harus diperhitungkan dengan

14 22 sebagaimana mungkin agar menyulitkan gerakan pengembalian smash. Penempatan shuttlecock yang jauh dari posisi lawan memang merupakan titik sasaran yang tepat, tapi itu bukan merupakan satu-satunya cara yang digunakan, kesulitan mekanika gerak lawan yang lebih condong untuk mematikan pemainan. 2. Pukulan Smash Dipotong (Iris) Pukulan smash dipotong adalah melakukan pukulan smash pada saat impact atau perkenaannya antara ayunan raket dan penerbangan shuttlecock dilakukan dengan cara dipotong atau diiris dengan kecepatan jalannya shuttle cock agak kurang cepat tetapi daya luncur shuttlecock tajam (Tohar, 1992: 60). Pendapat lain menyatakan, pukulan smash potong dilakukan dengan cara memotong (slice) terhadap shuttlecock menurut sudut miring pada permukaan raket. Semakin kecil permukaan raket yang dibentur shuttlecock semakin berkurang kecepatan shuttlecock itu. Oleh sebab itu, menggunakan sepenuhnya ayunan yang sangat cepat menurut pola pukulan smash yang biasa akan menghasilkan pukulan yang lebih lambat dari yang biasa (M.L.Johnson, 1990: 134) 3. Pukulan Smash Melingkar Pukulan smash melingkar adalah melakukan gerakan dengan mengayunkan tangan yang memegang raket kemudian dilingkarkan melewati atas kepala dilanjutkan dengan mengarahkan pergelangan tangan dengan cara mencambukkan raket sehingga melentingkan shuttlecock mengarah ke seberang lapangan lawan (Tohar, 1992: 63). Perlu diingat bahwa dalam pukulan smash melingkar ini dibutuhkan kelentukan dan koordinasi gerak badan serta sangat membutuhkan keterampilan gerakan pergelangan tangan untuk mengantisipasi ketepatan pukulan, menjaga keseimbangan badan

15 23 dalam meraih pengambilan shuttlecock, dan gerakan lanjutan untuk menjaga agar tetap berdiri tegak serta tidak goyah untuk menerima pengembalian shuttlecock dari lawan. 4. Smash Cambukan (Flicsk Smash) Cara melakukan pukulan ini adalah dengan mengaktifkan pergelangan tangan untuk melakukan cambukan dengan cara ditekan ke bawah. Kelajuan penerbangan shuttlecock dari hasil pukulan ini tidak cepat tetapi kecuraman penerbangan shuttlecock inilah yang diharapkan (Tohar, 1992: 63). Pada jenis pukulan smash ini paling sedikit mengeluarkan tenaga dibandingkan jenis pukulan smash yang lain. Gerakan pukulan ini tepat sekali untuk gerakan menipu lawan, dengan koordinasi yang tepat apalagi bila ditambah dengan gerakan jumping, maka hasil pukulan akan lebih curam dan lebih mudah untuk penempatan shuttlecock. 5. Pukulan Backhand Smash Pukulan backhand smash adalah melakukan pukulan smash dengan menggunakkan daun raket bagian belakang sebagai alat pemukul. Sedang biasanya yang digunakan untuk memukul adalah daun raket bagian depan yang disebut dengan pukulan forehand. Pada saat memukul smash dengan cara backhand ini posisi badan membelakangi net. Pukulan smash yang dilakukan terutama mengutamakan gerakan cambukan pergelangan tangan yang diarahkan atau digerakkan menukik ke belakang (Tohar, 1992: 64). c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Pukulan Smash Pukulan smash pada dasarnya memukul shuttlecock yang diarahkan tajam, curam kebawah, dengan kecepatan yang tinggi karena menggunakan tenaga yang sepenuhnya dan cambukan pergelangan tangan yang kuat. Untuk membuat pukulan smash yang baik dan benar perlu memperhatikan teknik

16 24 memukul yang benar, jangan sekali-kali melakukan pukulan smash dengan lengan membengkok karena menurut hukum mekanik panjang lengan perlu mendapatkan perhatian. Jadi lengan yang lurus dengan beban yang panjang yang digunakan sepenuhnya akan menimbulkan pukulan yang keras. Menurut Tohar (1992: 58), Tenaga yang dihasilkan dari rangkaian kekuatan otot kaki dengan menggerakkan kaki, kemudian lutut, diteruskan memusatkan pada badan, pundak atau bahu, lengan tangan dan terakhir pergelangan tangan. Gerakan ini dilakukan secara beruntun dan berkesinambungan serta merupakan suatu rangkaian gerakan yang teratur, apabila gerakan itu dilakukan terus-menerus dan dapat terkuasai dengan baik, maka gerakan yang beruntun itu hanya merupakan satu gerakan saja karena sudah gerakan yang otomatis. 3. Konsep Latihan Setiap atlet pada cabang olahraga apapun tidak akan berprestasi secara baik apabila hanya mengandalkan bakat atau kemampuan yang dibawanya sejak lahir. Seorang atlet cenderung akan mencapai prestasi yang tinggi apabila diberikan latihan yang komprehensif, kontinyu, sistematis, dan progresif. Sebagaimana dikemukakan Harsono (2001 : 13) sebagai berikut : Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara - ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya. Dengan melihat karakteristik latihan tersebut, lebih lanjut Harsono (2001: 13) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut jadwal, menurut pola, dan sistem tertentu, metodis, dari yang mudah ke yang sukar, latihan yang teratur dari yang sederhana ke yang lebih komplek, maksudnya ialah agar gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis, dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Kian hari maksudnya ialah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya untuk ditambah bebannya, jadi bukan berarti harus setiap hari.

17 25 Berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan (repetitions) yang konstan maka organisme-organisme mekanis neurophysiologis kita akan menjadi bertambah baik. Gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan lama kelamaan akan merupakan gerakan-gerakan yang otomatis dan reflektif yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum melakukan latihan. Demikian pula dalam melakukan latihan pass atas menggunakan sasaran ban sepeda, menuntut para pemain untuk dapat melakukan kemampuan mengkoordinasikan gerakan badan secara ekonomis, cermat, dan tepat sehingga menghasilkan gerakan penguasaan bola dengan koordinasi gerak secara otomatis dan reflektif. Hal ini hanya mungkin dapat dilakukan oleh para pemain yang telah memiliki refleks bersyarat, yaitu melalui latihan yang sistematis dan progresif. Seperti yang dijelaskan Badriah (2002: 47) sebagai berikut : Refleks bersyarat ialah gerakan refleks dan terjadilah gerakan demikian ialah oleh karena telah dipenuhinya syarat tertentu, yaitu latihan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga latihan memegang peranan yang sangat penting disamping aspek yang lainnya. Seseorang yang berbakat sekalipun tanpa adanya latihan yang teratur dan terarah, prestasi optimal yang diharapkan akan sulit diraih. Sebaliknya, seseorang yang kurang berbakat dalam cabang olahraga tertentu dengan melakukan latihan yang teratur dan terarah tidak mustahil akan meraih prestasi yang optimal. a. Kebutuhan Fisik Dalam Olahraga Bulutangkis Sukarman (1987) yang dikutip oleh Icuk, Furqon, Kunta mengemukakan bahwa syarat fisik untuk menjadi pemain bulutangkis yang baik adalah: 1) Ia harus dapat berlari atau melenting dengan cepat kesana kemari. 2) Ia harus dapat mempertahankan irama lari cepat atau melenting selama pertandingan. 3) Ia harus lincah 4) Tangannya harus kuat untuk melakukan Smash

18 26 5) Ia harus dapat melakukan Smash berkali-kali dengan kekuatan maksimum tanpa kelelahan 6) Kalau perlu dengan meloncat 7) Seluruh otot tubuh harus terutama otot kaki Furqon, Icuk, Kunta (2002) mengemukakan bahwa kualitas fisik pemain bulutangkis harus memiliki: 1) Power dan kapasitas anaerobic (terutama kecepatan dan kekuatan) yang baik agar mampu melompat, melenting dengan cepat ke segala arah, melakukan pukulan Smash, lob, drive secara -ulang. 2) Daya tahan dan kekuatan otot serta daya tahan kardiospiratori (kapasitas aerobic) yang baik, untuk mempertahankan irama gerak tersebut. 3) Kelincahan dan kecepatan 4) Kecepatan reaksi dan kecepatan dalam memberikan respon kepada pukulan lawan (stimulus). 5) Kelenturan dan kecepatan terutama tampak dalam gerakan menekuk dan meliuk tubuh, kaki, dan lengan saat memukul dan mengembalikan bola dari lawan. 6) Koordinasi secara serempak. 7) Kualitas otot yang baik terutama otot, pergelangan tangan, lengan bawah dan atas, bahu, dada, leher, perut, kaki, paha, punggung bagian bawah

19 27 b. Prinsip-prinsip Latihan Latihan yang diberikan kepada setiap atlet harus mengacu pada prinsip - prinsip latihan. Seperti dikemukakan Harsono (2001: 16) sebagai berikut : prinsip beban lebih, perkembangan multilateral/menyeluruh, reversibility, spesifik, densitas latihan, volume latihan, super kompensasi, intensitas latihan, kualitas latihan Sedangkan Badriah (2002: 2) menjelaskan bahwa, Prinsip yang menjadi dasar pengembangan kondisi fisik atlet adalah prinsip latihan beban bertambah, menghindari dosis berlebih, individual, pulih asal, spesifik, dan mempertahankan dosis latihan. Berbagai macam prinsip latihan tersebut seyogianya memang dapat dipenuhi dalam setiap latihan cabang olahraga. Adapun prinsip latihan yang diterapkan penulis dalam melaksanakan program latihan Smash menggunakan modifikasi net yang direndahkan adalah prinsip beban lebih (overload), prinsip individual, dan prinsip intensitas latihan. 1) Prinsip Beban Lebih (Overload) a) Prinsip overload dalam pelatihan olahraga sangatlah penting untuk diterapkan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan otot atau organ tubuh lainnya terhadap stress atau tekanan yang diberikn dalam Prinsip latihan atau pertandingan. Prinsip overload diterapkan untuk semua latihan, tak terkecuali latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, serta latihan mental. b) overload dalam pelatihan dimaksudkan untuk memberikan peningkatan batas ambang rangsang bagi organ tubuh manusia terhadap beban latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (2001: 4) sebagai berikut. Agar prestasi dapat meningkat, atlet harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang lebih berat yang mampu dilakukan saat itu (yang berada di atas ambang rangsangnya). Kalau beban latihan terlalu ringan, maka berapa lama pun

20 28 dia berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, peningkatan prestasi tidak akan mungkin dicapai. Dengan demikian, prinsip overload diberikan dalam upaya meningkatkan ambang rangsang tubuh seseorang terhadap beban kerja yang diberikan dalam latihan. Namun demikian, perlu diketahui dan dilaksanakan pembebanan latihan yang diberikan pada pelatih suatu cabang olahraga jangan dilakukan secara terus menerus, karena akan memberikan dampak penurunan prestasi dan kelelahan yang diakibatkan dari over training. Adapun penerapan prinsip overload dalam penelitian ini, penulis memperhatikan pendapat Soekartono (2001: 6) bahwa, Agar efektif hasilnya, latihan overload sebaiknya menganut sistem tangga (step type approach). Seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 5. Prinsip Latihan Keterangan gambar : a) Setiap garis vertikal menunjukkan perubahan (penambahan) beban latihan dan garis horizontal adalah tahap adaptasi (penyesuaian) terhadap beban yang baru. b) Pada tahap 4, 8, dan 12 beban diturunkan, maksudnya untuk memberikan kesempatan kepada organisme tubuh melakukan regenerasi (agar atlet dapat mengumpulkan tenaga untuk persiapan beban latihan yang lebih berat di tahap-tahap berikutnya).

21 29 2) Prinsip Individual Badriah (2002: 4) mengemukakan bahwa, Setiap orang memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun secara psikis dan sangat dipengaruhi oleh aspek genetik. Dengan demikian, pada prinsipnya beban latihan bagi tiap individu harus dibedakan sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan bagi kualitas fisiologis dan psikologisnya. Beban latihan yang tidak memperhatikan kemampuan setiap atlet akan berakibat fatal, diantaranya akan menyebabkan cedera dan prestasi tinggi yang diharapkan tidak akan kunjung datang. Mungkin pula ada atlet yang meningkat pesat prestasinya karena program yang diberikan tersebut cocok dan sesuai dengan kemampuan dan karakteristik atlet yang bersangkutan. Mengingat hal tersebut, maka dalam pemberian program latihan harus dibedakan antara atlet yang satu dengan atlet yang lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan prestasi atlet sesuai dengan keadaan kondisi fisik dan kemampuan masing-masing. 3) Prinsip Intensitas Latihan Harsono (2001: 112) menjelaskan bahwa, Perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlet berlatih melalui suatu program latihan yang intensif, yaitu latihan yang secara progresif menambah program kerja, jumlah ulangan gerakan (repetisi), serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. Intensitas latihan mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Makin banyak kerja yang dilakukan dalam suatu unit tertentu, makin tinggi intensitas kerjanya. Intensitas latihan yang diberikan biasa digambarkan dengan berbagai macam bentuk latihan yang diberikan. Intensitas latihan yang diberikan terhadap atlet harus sesuai dengan musim-musim latihan, sehingga penerapan intensitas latihan terhadap atlet akan benar-benar cocok dan pada saat pertandingan utama atlet benar-benar berada dalam kondisi puncak.

22 30 c. Analisa Pukulan Bulutangkis Tahapan dalam gerak memukul shuttlecock, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan diikuti gerakan lanjutan. Gerakannya adalah putaran pada aksis transversal dan longitudinal, serta ketiga persendian yang terkait yaitu pergelangan tangan, siku dan bahu. Siku adalah suatu sambungan engsel yang dibentuk oleh tulang lengan terdiri dari humerus dan ulna. Bahu adalah persendian yang terbentuk dari humerus dan scapula. Pergelangan tangan membentuk suatu condyloid yang menghubungkan antara tulang hasta (ulna) dan tulang pergelangan tangan. Berikut ditampilkan tabel persendian, tulang, gerakan dan otot penggerak pada saat tahap persiapan, tahap pelaksanaan smash dan follow throgh. Gambar 6. Analisis Pukulan Olahraga Bulutangkis (

23 Dari analisis pukulan olahraga bulutangkis di atas dapat dilihat penjelasan dalam tabel berikut : Tabel 1. Otot Yang Terlibat Pada Tahap Pelaksanaan Smash dan Follow Trough 31 Joints involved Articulating bones Action Agonist Muscle Wrist Ulna and carpal Radius and ulna Supination Supinator Elbow Humerus and Ulna Extension Triceps brachii Shoulder Humerus and Scapula Horizontal Hyperextension Posterior deltoid and latissimus dorsi Joints Articulating Action Agonist Muscle Involved Bones Wrist Ulna and carpal Pronation Pronator teres Radius and ulna Elbow Humerus and Flexion Biceps brachii Ulna Shoulder Humerus and Scapula Horizontal flexion Pectoralis major and Anterior deltoid Trunk Rotation External obliques Sumber : (

24 32 d. Tahapan Gerakan Smash Dengan penguasaan teknik smash yang baik, seorang atlet akan memiliki modal sangat besar untuk meningkatkan kualitas permainan. Karena smash tujuan utamanya mematikan lawan untuk menghasilkan nilai. Karakteristik pukulan ini adalah; keras, laju jalannya shuttlecock cepat menuju lantai lapangan, sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis. Dalam latihan pukulan smash ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Biasakan bergerak cepat untuk mengambil posisi pukul yang tepat, 2) Perhatikan pegangan raket. 3) Sikap badan harus tetap lentur, kedua lutut dibengkokkan dan tetap berkonsentrasi pada kok. 4) Perkenaan raket dan kok di atas kepala dengan cara meluruskan lengan untuk menjangkau kok itu setinggi mungkin dan pergunakan tenaga pergelangan tangan pada saat memukul kok. 5) Akhiri rangkaian gerakan pukulan dengan gerak lanjutan ayunan raket yang sempurna ke depan badan. a) Fase Persiapan 1. Gunakan Grip handshake 2. Kembali keposisi menunggu atau menerima 3. Putar bahu dengan telapak kaki yang diangkat di bagian belakang 4. Gerakkan tangan yang memegang raket keatas dengan kepala raket mengarah ke atas 5. Bagikan berat badan seimbang pada bagian depan telapak kaki b) Fase Pelaksanaan 1. Letakkan berat badan pada kaki yang berada di belakang 2. Gerakkan tangan tidak dominan ke atas untuk menjaga keseimbangan 3. Gerakkan backswing menempatkan pergelangan tangan pada keadaan tertekuk 4. Lakukan forward swing ke atas untuk memukul bola pada posisi bola setinggi mungkin

25 33 5. Ayunkan raket keatas dan dengan permukaan raket mengarah kebawah 6. Tangan kiri/yang tidak dominant menambah kecepatan rotasi bagian atas tubuh 7. Kepala raket mengikuti arah bola c) Fase Follow-Through 1. Tangan mengayun kedepan melintasi tubuh 2. Gunakan gerakkan menggunting dan dorong tubuh dengan kedua kaki 3. Gunakan momentum gerakan mengayun untuk kembali ke bagian tengah lapangan 4. Sistem Energi Apapun olahraga yang dimainkan, tubuh kita memerlukan energy untuk prestasi puncak. Energi disediakan kedalam otot dari makanan yang dimakan. Tubuh memecah makanan ke dalam blok energi yang dapat dipakai disebut Adenosine Triphosphate (ATP). ATP menjadi sumber energi yang segera untuk kontraksi otot. Tubuh membuat ATP yang tersedia untuk kontraksi otot melalui tiga sistem energi utama yang terletak di dalam serabut otot. Sistem energi yang digunakan tergantung pada jangka waktu dan intensitas dari aktivitas. ATP-PC, atau Creatine Fosfat Sistem, tidak memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi. Anaerobic Glycolysis menggunakan glycogen untuk menyimpan didalam otot guna menghasilkan energi tanpa oksigen. Aerobic Glycolysis menggunakan glycogen otot untuk menghasilkan energi dan terjadi menggunakan oksigen. Oxidative Phosphorylation menggunakan simpanan lemak didalam badan untuk menghasilkan energi dan juga memerlukan oksigen. Menurut Furqon, Kunta, Icuk (2002: 101) sistem energi bulutangkis bila memperhatikan kondisi permainan, frekuensi pukulan, sekurang-kurangnya sama dengan bentuk permainan tenis dan bulutangkis, yaitu (1) ATP-PC = 70%, (2)LA-O2 = 20%, dan (3) O2 = 10%.

26 34 Tabel 2. Sistem Energi Utama Berdasarkan Penampilan Bidang Waktu Penampilan Sistem Energi Contoh Jenis Aktivitas Utama 1 Kurang dari 30 detik ATP-PC Lari 100m Tolak Peluru Pukulan dalam tennis, bulutangkis, Golf 2 30 detik s/d 90 detik ATP-PC dan Lactid Acid Lari cepat 200 s/d 400 m Renang 100m 3 90 detik s/d 3 menit Lactid Acid dan Oksigen Lari 800m Nomor-nomor dalam senam, Tinju (1 ronde 3 menit), Gulat (periode 2 menit) 4 > 3 menit Oksigen Sepakbola Joging Lari Maraton Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga akan terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan aktivitas yang bersifat anaerobik. Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominan sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti

27 35 angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen komponen aktivitas anaerobik yang dominan. Namun dalam beragamnya berbagai cabang olahraga akan terdapat jenis olahraga atau juga aktivitas latihan dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominan atau juga akan terdapat cabang olahraga yang mengunakan kombinasi antara aktivitas yang bersifat aerobik dan anaerobik. Gambar 7. Persentase Kebutuhan Sistem Energi Bulutangkis Gambar di atas bahwa itu mendekati beberapa persen dari sumber energi anaerobic dan aerobic untuk aktip memberi waktu pada usaha yang maksimum. Dari informasi yang tersedia pada bulutangkis dapat disimpulkan bahwa sistem energi yang diperlukan dalam permainan itu. Hal ini telah ditunjukkan bahwa permainan ini melibatkan suatu kegiatan / aktivitas yang intensif / sering. Hal ini sebagian besar akan melibatkan sistem ATP-PC. Sedangkan yang lain bersatu bertahan sepanjang 20 detik, jika bermain dengan intensitas maksimum, maka sekitar 90 persen dari sistem anaerobic yang terdiri dari ATP-PC dan sistem asam laktat. Suatu permainan boleh bertahan / berlangsung hanya 8 menit dan akan

28 36 menggunakan semua tiga sistem, sedangkan suatu pertandingan bisa bertahan berlangsung di atas beberapa jam dan oleh karena itu memerlukan suatu sistem oksigen yang dibangun dengan baik. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah - sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup lama sepeti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging. Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini biasanya juga akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint), push-up, body building, gimnastik atau juga loncat jauh. Dalam beberapa jenis olahraga beregu atau juga individual akan terdapat pula gerakan-gerakan / aktivitas seperti meloncat, mengoper, melempar, menendang bola, memukul bola atau juga mengejar bola dengan cepat yang bersifat anaerobik. Oleh sebab itu maka beberapa cabang olahraga seperti sepakbola, bola basket, bulutangkis atau juga tenis lapangan disebutkan merupakan kegiatan olahraga dengan kombinasi antara aktivitas aerobik dan anaerobik.

29 37 a. Sistem ATP-PC ATP-PC (Adenosine Triphosphate Phospho-Creatine) sistem adalah utama pada aktivitas maksimal atau sub-maximal sampai dengan 20 detik. Ketika jangka waktu aktivitas meningkat ATP-PC sistem menyediakan suatu porsi yang lebih kecil dari total energi. ATP-PC sistem digunakan sepanjang transisi dari istirahat untuk berlatih, dan juga sepanjang transisi dari seseorang berlatih dengan intensitas yang lebih tinggi. Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah terfosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP. Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar 43 kj (10.3kkal ) untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali membentuk molekul ATP (adenosine triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr, energi dalam jumlah besar (2,3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara instant untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar mmol ATP/ kg berat basah maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik. Karena fungsinya sebagai salah satu sumber energi tubuh dalam aktivitas anaerobik, supplementasi creatine mulai menjadi popular pada awal tahun 1990-an setelah berakhirnya Olimpiade Barcelona. Creatine dalam bentuk creatinemonohydrate telah menjadi suplemen nutrisi yang banyak digunakan untuk meningkatkan kapasitas aktivitas anaerobik. Namun secara alami, creatine iniakan banyak terkandung di dalam bahan makanan protein hewani seperti daging dan ikan. Data dari hasil-hasil penelitian dalam bidang olahraga yang telah dilakukan menunjukan bahwa konsumsi creatine sebanyak 5-20 gr per harinya secara rutin

30 38 selama 20 hari sebelum musim kompetisi berlangsung dan menguranginya menjadi 5 gr/hari saat memulai kompetisi dapat memberikan peningkatan terhadap jumlah creatine dan phosphocretine di dalam otot dimana peningkatannya ini juga akan disertai dengan peningkatan dalam performa latihan anaerobik. Data juga membuktikan bahwa cara terbaik untuk mengisi creatine di dalam otot pada saat menjalani rutinitas latihan adalah mengimbanginya dengan mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar dan mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang kecil. b. Anaerobic Glycolysis Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung berdasarkan asalmolekul glukosa. Jika molekul glukosa berasal dari dalam darah maka 2 buah ATP akan dihasilkan namun jika molekul glukosa berasal dari glikogen otot maka sebanyak 3 buah ATP akan dapat dihasilkan. Apabila cadangan PC yang digunakan untuk resintesis ATP berkurang, maka dilakukan pemecahan cadangan glikogen tanpa menggunakan oksigen (anaerobglicolysis). Dalam proses ini diperlukan reaksi yang lebih panjang daripada sistem phosphogen, karena glikolisis ini menghasilkan asam laktat, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat. Aktivitas yang dilakukan secara maksimal dalam waktu detik menimbulkan akumulasi asam laktat. Dan jika ketersediaan oksigen terbatas di dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat.

31 39 c. Sistem Oksigen (Aerobic) Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti lari marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau juga lari 10 km, produksi energi di dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem metabolisme energi secara aerobik melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan juga sedikit dari pemecahan protein. Oleh karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang-ajang yang bersifat ketahanan ini harus mempunyai kemampuan yang baik dalam memasok oksigen ke dalam tubuh agar proses metabolisme energi secara aerobik dapat berjalan dengan sempurna. Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda. Secara singkat proses metabolisme energi secara aerobik seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini

32 40 Gambar 8. Diagram Proses Metabolisme Energi Secara Aerobik Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk meregenerasi ATP, 3 simpanan energi akan digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa, glikogen), lemak dan juga protein. Diantara ketiganya, simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga dan oleh karenanya maka pembahasan metabolisme energi secara aerobik pada tulisan ini akan difokuskan kepada metabolisme simpanan karbohidrat dan simpanan lemak. Sistem ini, penting bagi permainan bulutangkis, berdasar pada pengangkutan persediaan oksigen yang cukup dari atmospir terhadap bekerjanya otot. Oksigen diperlukan untuk bekerjanya otot sebagai bagian dari reaksi untuk menyediakan energi. Paru-Paru, aliran darah dan hati / jantung adalah semua yang dilibatkan dalam perpindahan ini dan harus sangat efisien untuk memastikan bahwa oksigen menjangkau otot itu dengan penundaan yang minimum. Ketika

33 41 intensitas latihan sedemikian hingga persediaan oksigen dari atmospir adalah cukup untuk permintaan bekerjanya otot, maka sistem oksigen digunakan. Banyak aktivitas alami jangka panjang (aktivitas daya tahan) yang beroperasi lebih banyak dengan sistem oksigen. 5. Metode a. Pengertian Metode Kata metode berasal dari bahasa Greeka yang terdiri atas metha yang artinya melalui atau melewati, dan hodos yang artinya jalan atau cara. Menurut Sunardi (2002: 366), metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, atau cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 740). Jadi metode adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Hal ini berlaku bagi pelatih (metode mengajar), maupun bagi atlet (metode belajar), makin banyak metode yang digunakan, makin efektif pula pencapaian tujuan. b. Metode Melatih Bulutangkis Tujuan utama olahraga prestasi adalah meningkatkan keterampilan atau prestasi se maksimal mungkin. Untuk mencapai prestasi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya. Kondisi fisik, teknik, taktik, dan psikis yang terdiri dari mental dan kematangan juara. Keempat faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, semua faktor tersebut menjadi tugas pelatih untuk membina dan meningkatkan kualitasnya. Suharno HP (1993: 26) menyatakan bahwa, metode umum melatih keterampilan olahraga secara metodis dapat diurutkan sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pengamatan gerakan untuk bisa mengerti bentuk gerakannya, kemudian menirukan

BAB II LANDASAN TEORI. pengamatan gerakan untuk bisa mengerti bentuk gerakannya, kemudian menirukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar Gerak Dalam Olahraga Bulutangkis Belajar gerak merupakan kegiatan belajar yang menekankan pada aktivitas gerak tubuh (Sugiyanto, 2004:234). Di dalam belajar gerak materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang diminati di berbagai penjuru dunia, dikarenakan bulutangkis merupakan cabang olahraga yang dapat dimainkan oleh berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer, banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Permainan bulutangkis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan menggunakan shutllecock (bola) dan raket sebagai alat untuk memukul

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan menggunakan shutllecock (bola) dan raket sebagai alat untuk memukul BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Hakikat Permainan Bulutangkis Bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk dalam kelompok olahraga permainan bola kecil. dapat di mainkan

Lebih terperinci

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton.

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan prestasi olahraga sebenarnya merupakan suatu hal yang akan selalu diperbincangkan dan dipermasalahkan sepanjang masa, selama olahraga itu dijadikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan gerakan yang terorganisir dengan baik. Kemampuan gerak

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan gerakan yang terorganisir dengan baik. Kemampuan gerak 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Motorik Kemampuan gerak adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan gerakan yang terorganisir dengan baik. Kemampuan gerak seseorang bersifat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Bulutangkis a. Karakteristik Permainan Bulutangkis Bulutangkis sudah dikenal sejak abad 12 di England. Juga ada bukti bahwa pada abad ke 17 di Polandia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Bulutangkis Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang pesat mampu mengharumkan bangsa dan negara Indonesia

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bulutangkis adalah olahraga yang dapat dikatakan olahraga yang terkenal atau memasyarakat. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak pernah terlepas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Permainan Bulutangkis

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Permainan Bulutangkis BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Bulutangkis a. Karakteristik Permainan Bulutangkis Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam kategori permainan. Bulutangkis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER OTOT

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER OTOT HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER OTOT TUNGKAI DENGAN KETEPATAN SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS SISWA SEKOLAH BULUTANGKIS MATARAM RAYA SLEMAN TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

Pengukuran Keterampilan Dasar Bermain Bulu Tangkis Pada Mahasiswa Universitas Abulytama. Oleh: Amiruddin*) 1

Pengukuran Keterampilan Dasar Bermain Bulu Tangkis Pada Mahasiswa Universitas Abulytama. Oleh: Amiruddin*) 1 Pengukuran Keterampilan Dasar Bermain Bulu Tangkis Oleh: Amiruddin*) 1 Abstrak: Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di dunia. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE NET MIRING TERHADAP KETEPATAN SMASH DI SEKOLAH BULUTANGKIS NATURA PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN METODE NET MIRING TERHADAP KETEPATAN SMASH DI SEKOLAH BULUTANGKIS NATURA PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN METODE NET MIRING TERHADAP KETEPATAN SMASH DI SEKOLAH BULUTANGKIS NATURA PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang atau dua pasang yang saling berlawanan, bertujuan memukul shuttlecock melewati bidang permainan lawan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN POSISI BERUBAH DAN TETAP TERHADAP HASIL DROPSHOT

PENGARUH LATIHAN POSISI BERUBAH DAN TETAP TERHADAP HASIL DROPSHOT PENGARUH LATIHAN POSISI BERUBAH DAN TETAP TERHADAP HASIL DROPSHOT (Studi Eksperimen Pemain Bulutangkis Putra Usia 11-14 tahun club Gatra Semarang Tahun 2016) SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

TENIS MODUL 3. Pendahuluan

TENIS MODUL 3. Pendahuluan MODUL 3 TENIS Pendahuluan Dalam permainan tenis pada saat sekarang ini, teknik dianggap sebagai fungsi dari prinsip-prinsip biomekanika dan sebagai alat untuk menggunakan taktik secara lebih efisien. Teknik

Lebih terperinci

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli B Permainan Bola Voli Apakah kamu menyukai permainan bola voli? Sebenarnya permainan bola voli telah memasyarakat. Apakah kamu telah dapat melakukan gerak dasar permainan bola voli dengan benar? Ayo kita

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS PANJANG BULUTANGKIS

SKRIPSI PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS PANJANG BULUTANGKIS SKRIPSI PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS PANJANG BULUTANGKIS Oleh: ERNI SULISTYOWATI K5608011 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

METABOLISME ENERGI TUBUH & OLAHRAGA. M. Anwari Irawan. Sports Science Brief

METABOLISME ENERGI TUBUH & OLAHRAGA. M. Anwari Irawan. Sports Science Brief METABOLISME ENERGI TUBUH & OLAHRAGA M. Anwari Irawan Sports Science Brief www.pssplab.com METABOLISME ENERGI TUBUH & OLAHRAGA M. Anwari Irawan Volume 01 (2007) No. 07 1.Pendahuluan Di dalam berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Kajian Teori Hakikat Servis Panjang Servis merupakan pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Kajian Teori Hakikat Servis Panjang Servis merupakan pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Servis Panjang Servis merupakan pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock kebidang lapangan lain secara diagonal. Servis bertujuan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TEKNIK PEGANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN SERVICE LOB PEMAIN PEMULA PUTRA PB. SEHAT TAHUN 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK PEGANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN SERVICE LOB PEMAIN PEMULA PUTRA PB. SEHAT TAHUN 2013 EFEKTIVITAS TEKNIK PEGANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN SERVICE LOB PEMAIN PEMULA PUTRA PB. SEHAT TAHUN 2013 SKRIPSI diajukan dalam rangka Penyelesaian studi Starta I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai tingkat keterampilan, dan pria

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Bola Voli Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Diperlukan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS. Oleh:

KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS. Oleh: KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Oleh: Ruslan Program Studi Pendidikan Jasmani Unmul ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

OLEH DILLA FARID W. T

OLEH DILLA FARID W. T KONTRIBUSI ANTISIPASI, KECEPATAN REAKSI, KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN BACKHAND NET CLEAR PADA ATLET BULUTANGKIS PB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permainan Bulutangkis adalah permainan yang sangat terkenal di dunia dan sangat digemari oleh semua kalangan masyarakat. Olahraga ini dapat menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu aktivitas yang selalu dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata akan tetapi sudah menjadi

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/ JURNAL ILMIAH OLAHRAGA Hikmah Nindya Putri/ 096484016 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI PROGRAM STUDI S1 ILMU KEOLAHRAGAAN 2013 1 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bulutangkis pada hakekatnya adalah suatu permainan yang saling berhadapan satu orang lawan satu orang atau dua orang lawan lawan dua orang, dengan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL DAN POLA PUKULAN TERHADAP KETEPATAN SMASH ATLET BULUTANGKIS PUTRA USIA TAHUN DI PB JAYA RAYA SATRIA YOGYAKARTA

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL DAN POLA PUKULAN TERHADAP KETEPATAN SMASH ATLET BULUTANGKIS PUTRA USIA TAHUN DI PB JAYA RAYA SATRIA YOGYAKARTA PENGARUH METODE LATIHAN DRILL DAN POLA PUKULAN TERHADAP KETEPATAN SMASH ATLET BULUTANGKIS PUTRA USIA 10-12 TAHUN DI PB JAYA RAYA SATRIA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SMASH SASARAN TETAP DAN SASARAN BERUBAH TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SMASH PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB AC QUALITY YOGYAKARTA

PENGARUH LATIHAN SMASH SASARAN TETAP DAN SASARAN BERUBAH TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SMASH PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB AC QUALITY YOGYAKARTA PENGARUH LATIHAN SMASH SASARAN TETAP DAN SASARAN BERUBAH TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SMASH PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB AC QUALITY YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. A. Kajian Teori. a. Karakteristik Permainan Bulutangkis

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. A. Kajian Teori. a. Karakteristik Permainan Bulutangkis 10 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Permainan Bulutangkis a. Karakteristik Permainan Bulutangkis Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam kategori permainan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya maksud permainan tenis adalah untuk berolahraga. Tapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya maksud permainan tenis adalah untuk berolahraga. Tapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya maksud permainan tenis adalah untuk berolahraga. Tapi disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang bermain tenis hanya

Lebih terperinci

SUMBANGAN TINGGI BADAN DAN FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETERAMPILAN DROPSHOT FOREHAND PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PANDIGA YOGYAKARTA

SUMBANGAN TINGGI BADAN DAN FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETERAMPILAN DROPSHOT FOREHAND PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PANDIGA YOGYAKARTA SUMBANGAN TINGGI BADAN DAN FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETERAMPILAN DROPSHOT FOREHAND PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PANDIGA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

MODUL 8 BADMINTON Pendahuluan

MODUL 8 BADMINTON Pendahuluan MODUL 8 BADMINTON Pendahuluan Badminton merupakan sebuah permainan yang menuntut pemain untuk memiliki ketepatan timing yang tinggi, hal ini disebabkan karena keunikan dari dari melayangnya shuttlecock

Lebih terperinci

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra KLIPING BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra Disusun Oleh : Nama : Zurpa Kelas : X MIPA 5 SMA N 2 BATANG HARI BULU TANGKIS Bulu tangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan. Shuttlecock bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN. ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan. Shuttlecock bulutangkis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai tingkat keterampilan, pria

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik. BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis a. Hakekat Pukulan Smash Bulutangkis Pukulan Return Smash Adalah pukulan yang lebih identik dengan pola pertahanan. Namun demikian pengembalian smash

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sepakbola 1. Pengertian Sepakbola Pada hakikatnya permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepakbola dimainkan dilapangan rumput oleh

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or.

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or. JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PUKULAN LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA SMA NEGERI 1 SUKOMORO KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PUKULAN DROPSHOT BULUTANGKIS PADA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DI SMA NEGERI 9 PONTIANAK

KEMAMPUAN PUKULAN DROPSHOT BULUTANGKIS PADA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DI SMA NEGERI 9 PONTIANAK KEMAMPUAN PUKULAN DROPSHOT BULUTANGKIS PADA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DI SMA NEGERI 9 PONTIANAK Feri Gunawan, Eka Supriatna, Wahyudi Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP UNTAN e-mail : Ferigunawan757@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani dan direncanakan secara sistimatis dan bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN SMASH PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PRATAMA YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN SMASH PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PRATAMA YOGYAKARTA SKRIPSI PENGARUH LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN SMASH PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PRATAMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi merupakan salah satu faktor dalam pembangunan olahraga. Prestasi juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat status atau tingkat pencapaian dan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental

Lebih terperinci

TEKNIK DASAR BULUTANGKIS

TEKNIK DASAR BULUTANGKIS TEKNIK DASAR BULUTANGKIS (Disampaikan pada Pembinaan Klub Olahraga Sekolah Dasar Tahap I dan Tahap II Tingkat Nasional) Oleh: Lismadiana lismadiana@uny.ac.id FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis lapangan merupakan olahraga yang diminati sebagian besar masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan sekarang ini dipergunakan

Lebih terperinci

(Eksperimen pada Atlet Putra Kelompok Umur Tahun Pada Klub Bulutangkis Serulingmas Banjarnegara) Tahun 2009

(Eksperimen pada Atlet Putra Kelompok Umur Tahun Pada Klub Bulutangkis Serulingmas Banjarnegara) Tahun 2009 PENGARUH LATIHAN SMASH DENGAN POSISI NET TETAP DAN NET BERUBAH TERHADAP HASIL LATIHAN SMASH ATLET PUTRA KELOMPOK UMUR 11-15 TAHUN PADA KLUB BULUTANGKIS (Eksperimen pada Atlet Putra Kelompok Umur 11-15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cabang olahraga permainan yang diajarkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga yang ada dilembaga pendidikan sekolah pada dasarnya membutuhkan perhatian khusus

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh : NUGROHO SETYO PRESTANTO

S K R I P S I. Oleh : NUGROHO SETYO PRESTANTO Artikel Skripsi PENGARUH METODE LATIHAN DENGAN DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADA SISWA PUTRA KELAS X IPS 2 SMA KATOLIK SANTO AUGUSTINUS KEDIRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri atau dengan orang lain atau konfrontasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN HIPOTESIS. menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai objek yang di

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN HIPOTESIS. menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai objek yang di BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Bulutangkis Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual dan dapat dilakukan pada nomor tunggal,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes 2004)

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes 2004) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani 1. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA Oleh: Sb Pranatahadi JARUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN: Anatomi Fisiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat adalah gerak bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Agung Prasetyo NIM

SKRIPSI. Oleh : Agung Prasetyo NIM TINGKAT KEMAMPUAN SERVIS PANJANG DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI REJOWINANGUN 1 KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Permainan Tenis Meja Tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang dimainkan di dalam gedung (indoor game) jenis permaian

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL LATIHAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI OVERHEAD LOB SKRIPSI

PENGARUH MODEL LATIHAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI OVERHEAD LOB SKRIPSI PENGARUH MODEL LATIHAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI OVERHEAD LOB (Eksperimen pada pemain putra Persatuan Bulutangkis Pendowo Semarang usia 11-13 tahun 2014) SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang paling terkenal didunia. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur,berbagai tingkat keterampilan, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Istilah kata ping pong merupakan nama resmi dari tenis meja untuk Republik Rakyat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Istilah kata ping pong merupakan nama resmi dari tenis meja untuk Republik Rakyat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat permainan tenis meja Istilah kata ping pong merupakan nama resmi dari tenis meja untuk Republik Rakyat Cina, namun di Indonesia juga

Lebih terperinci

TEKNIK LANJUT BOLAVOLI

TEKNIK LANJUT BOLAVOLI TEKNIK LANJUT BOLAVOLI Oleh: Sb Pranatahadi. M.Kes. AIFO. JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Teknik lanjut sebaiknya dilatihkan setelah menguasai teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu melakukan aktifitas jasmani, aktifitas itu berupa gerak yang membutuhkan keaktifan setiap anggota badan sesuai dengan fungsinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Jump Heading Tehnik dasar heading (jump heading) sangat penting dalam permainan sepak bola. Karena dengan jump heading

Lebih terperinci

Oleh: Ilham Arvan Junaidi (Dosen Universitas PGRI Palembang) Kata Kunci: Kekuatan Pegangan, Daya Tahan Kekuatan, Jumping Smash

Oleh: Ilham Arvan Junaidi (Dosen Universitas PGRI Palembang) Kata Kunci: Kekuatan Pegangan, Daya Tahan Kekuatan, Jumping Smash Wahana Didaktika Vol. 12 No. 2 Mei 2014 : 62-71 HUBUNGAN KEKUATAN PEGANGAN DAN DAYATAHAN KEKUATAN PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETERAMPILAN JUMPING SMASH ATLET UNIT KEGIATAN OLAHRAGA BULUTANGKIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga Prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG Giri Prayogo 1 Universitas Islam 45 Bekasi giriprayogo91@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peningkatan prestasi olahraga di zaman moderen ini harus dimiliki bangsa Indonesia, terutama berbicara tentang olahraga khususnya olahraga prestasi, olahraga

Lebih terperinci

PERBEDAAN LATIHAN PUKULAN LOB BERPOLA DAN LATIHAN PUKULAN LOB BEBAS TIDAK BERPOLA TERHADAP HASIL PUKULAN LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA ATLET PB

PERBEDAAN LATIHAN PUKULAN LOB BERPOLA DAN LATIHAN PUKULAN LOB BEBAS TIDAK BERPOLA TERHADAP HASIL PUKULAN LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA ATLET PB PERBEDAAN LATIHAN PUKULAN LOB BERPOLA DAN LATIHAN PUKULAN LOB BEBAS TIDAK BERPOLA TERHADAP HASIL PUKULAN LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA ATLET PB. PENDOWO SEMARANG TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan dalam

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

Oleh : Miswar NPM: P

Oleh : Miswar NPM: P PERBEDAAN PENGARUH METODE AUDIO VISUAL DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SERVIS PANJANG BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS IV SD N DEMPO BARAT 2 PAMEKASAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Miswar

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETEPATAN SMASH PENUH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETEPATAN SMASH PENUH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETEPATAN SMASH PENUH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Dhedhy Yuliawan 1 Universitas Nusantara PGRI Kediri dhedhy_07@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional berbunyi Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Tenis Lapangan Tenis lapangan merupakan olahraga permainan yang dilakukan oleh seorang atau sepasang pemain yang berhadapan ke seberang jaring dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Reaksi 2.1.1 Definisi Waktu Reaksi Waktu reaksi merupakan jarak waktu antara diberikannya stimulus dengan kontraksi otot pertama setelah stimulus diberikan. 4,5 Waktu

Lebih terperinci

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or.

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. ahmadnarulloh@yahoo.co.id SESI LATIHAN SUSUNAN SATU SESI LATIHAN 1. Pembukaan (Pengantar) 5 2. Pemanasan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TUNGKAL ULU OLEH NOLOSAPRIA A1D408087 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KETERAMPILAN TEKNIK DASAR PUKULAN PADA PROSES PEMBELAJARAN BULU TANGKIS

KETERAMPILAN TEKNIK DASAR PUKULAN PADA PROSES PEMBELAJARAN BULU TANGKIS KETERAMPILAN TEKNIK DASAR PUKULAN PADA PROSES PEMBELAJARAN BULU TANGKIS Tutur Hendra Sutiyawan, Wiwik Yunitaningrum, Edi Purnomo Prodi Penjaskesrek FKIP UNTAN, Pontianak Email: hendrasutiyawan@gmail.com

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Ketepatan Service 2.1.1 Pengertian Servis adalah pukulan pembuka suatu poin yang dilakukan pemain di sisi deuce court dan penerima adalah pemain yang

Lebih terperinci

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN DASAR ATLETIK Lempar (Throw) Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LEMPAR (THROW) Lempar Lembing (Javelin Throw) Tolak Peluru (Shot Put) Lempar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Hakikat Permainan Bulutangkis 1. Pengertian Bulutangkis Perkembangan olahraga bulutangkis di Indonesia bahkan di dunia cukup menggembirakan dengan banyak digemarinya olahraga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. luar lapangan, dengan lapangan yang dibatasi garis-garis dalam ukuran panjang

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. luar lapangan, dengan lapangan yang dibatasi garis-garis dalam ukuran panjang BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Toeritis 2.1.1 Pengertian Bulutangkis Bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk ke dalam kelompok olahraga permainan. Permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis merupakan cabang olahraga permainan yang digemari oleh masyarakat Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari anak-anak hingga dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan 1 2.1 Hakikat Permainan Bola voli BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan dasar bola voli merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai olahraga yang sangat populer dikalangan masyarakat, oleh karena prestasi yang dicapai dan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya

Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya A. PASSING DAN CATCHING Passing atau operan adalah memberikan bola ke kawan dalam permainan bola basket. Cara memegang bola basket adalah sikap tangan

Lebih terperinci

TEKNIK PASING BAWAH. Oleh : Sb Pranatahadi

TEKNIK PASING BAWAH. Oleh : Sb Pranatahadi TEKNIK PASING BAWAH Oleh : Sb Pranatahadi Teknik Pasing Bawah Dua Tangan Terima Servis Float Teknik pasing bawah dua tangan untuk terima servis float, dan untuk bertahan terhadap smes sangat berbeda. Bola

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang dewasa

Lebih terperinci